Anda di halaman 1dari 4

HAK SEORANG ISTRI PADA CERPEN “SEBOTOL SAMPANYE”

KARYA FITRI MANALU

Pendahuluan

Sastra mempunyai tiga cabang keilmuan. Pertama teori sastra yang


mempelajari bagaimana teori dasar tentang sastra. Kedua tentang sejarah sastra
yang menjelaskan bagaimana perjalanan sastra pada tiap periode. Yang terakhir
adalah kritik sastra yang menjelaskan bagaimana sastra tersebut supaya bisa
berguna dnegan adanya pembelajaran kritik terhadap sastra yang ada. Dalam
setiap cabang ilmu tersebut pastilah terdapat pembahasan tentang feminisme.

Kritik sastra feminisme merupakan suatu teori dari ilmu


kritik sastra tentang perempuan. Kritik sastra feminis merupakan
suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang berusaha
mendeskripsikan dan menafsirkan pengalaman perempuan
dalam karya sastra [ CITATION Nyo11 \l 14345 ] . Feminisme diawali oleh
persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan
laki-laki di masyarakat. Dari persepsi ini, timbul berbagai upaya
untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut guna
penyetaraan hak perempuan dan laki-laki.

Dalam feminisme, perjuangan hak – hak perempuan


supaya lebih di hormati dan dihargai sangat ditegaskan.
Feminisme liberal menekankan pada pentingnya hak-hak liberal
dasar atas kehidupan, kebebasan, dan kepemilikan yang
seharusnya meluas dalam tindakan yang sama bagi laki-laki dan
perempuan (Jackson dan Sorenson dalam [ CITATION Kar14 \l 14345 ].

Dalam cerpen “Sebotol Sampanye” karya Fitri Manalu terdapat sebuah


dialog dimana memiliki sisi feminis yang sangat kuat tentang kecemburuan
seorang istri yang menuntut kesetaraan hak milik pribadi dan prifasi terhadap
suaminya

Metode

Metode yang digunakan pada analisis cerpen “Sebotol


Sampanye” karya Fitri Manalu adalah Deskriptif Kualitatif.
Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis dalam
bentuk paragraf. Kualitatif digunakan untuk menganalisis karena
tidak dalam bentuk angka. Hasil analisis berupa deretan paragraf
yang digunakan untuk mendeskripsikan kritik terhadap cerpen
tersebut.

Pembahasan

Feminisme liberal mengisyaratkan bahwa manusia baik laki-laki dan


perempuan adalah sama, seimbang, dan serasi dihadapan publik. Laki-laki
memiliki kekhususan tertentu, begitu pula dengan perempuan. Namun, tidak boleh
dijadikan suatu alasan untuk melakukan penindasan. Perempuan tidak bisa
diletakkan lebih rendah dari laki-laki dalam setiap bidang, sebab laki-laki dan
perempuan memliki kesanggupan dalam melakukan segala sesuatu diruang
khusus dan publik.

”Aku hanya ingin terlelap dan terbangun di surga.” Gadis itu berbisik lirih
tanpa menyentuh secangkir teh pemberian lelakiku.

”Jangan berpikir yang tidak-tidak,” sergah lelakiku gusar, ”kau ingin


mati?”

Gadis itu menatap kosong pada lelakiku. ”Aku hanya bosan bernapas.”

Lelakiku tertegun. Sepasang alisnya bertaut. ”Apa maksud


perkataanmu?”

”Hidupku adalah derita. Kau takkan mengerti.” Gadis itu


menenggelamkan wajahnya di balik lututnya. Tubuhnya lalu menekuk
seperti siput.

Pada kutipan di atas termasuk feminism Gender Gap. Gender


Gap, yaitu menunjukkan adanya perbedaan dalam hak berpolitik dan bersikap
antara laki-laki dan perempuan (Ansori, Kosasih dan Sarimaya, 1997:25). Tokoh
perempuan Selina sedang menyampaikan pendapatnya yang di cemooh oleh
semua orang dan dia ingin mati , begitu juga tokoh sang suami yang bersamaan
menyampaikan pendapatnya mengenai ketidak setujuannya akan ide bunuh diri
selina.

“Sejak aku menjadi milik lelakiku, setiap detik dalam hidupku hanyalah
tentang dirinya. Kami seakan sudah ditakdirkan bersama. Aku selalu
mengamatinya saat ia terjaga di pagi hari, pulang ke rumah pada sore
hari, atau malam sewaktu ia tertidur di depan televisi. Aku bahagia kala ia
tertawa, bersedih bila wajahnya berselimut duka. Lelaki itu hanya milikku.
Aku tak perlu berbagi dirinya. Hingga pada suatu malam, ia membawa
seseorang pulang bersamanya.”

“Selina menghambur ke dalam pelukan lelakiku. Mereka hanyut berbagi


kepedihan. Gerimis mulai turun di luar rumah. Malam itu, aku
menyaksikan dua insan meluapkan rasa dan menahan cemburu yang
menyesakkan.”

Pada kutipan di atas tokoh istri secara tersirat berharap kepada sang suami agar
tidak perpaling dan menghiraukan tokoh selina karena sudah memiliki istri yang
berdia melakukan apapun hanya untuk suaminya saja, sang istri tidak berani
berbicara langsung karena dia telah bersumpah akan selalu melayani dan
membuat suaminya bahagia dengan cara apapun.

Simpulan

Dalam cerpen “Sebotol Sampanye” karya Fitri Manalu mengandung


karakter feminis liberal yang dominan pada karakter Istri dan Selina. Feminis
yang dijabarkan bukan hanya tentang penindasan tetapi juga mengenai penuntutan
hak seorang istri yang ingin di penuhi dan tidak ingin diduakan oleh sang suami.

Daftar Pustaka

https://pendidikan.co.id/pengertian-kristik-sastra-fungsi-ciri-manfaat-dan-pendekatan/

https://kompas.id//baca/utama/2019/11/09/sebotol-sampanye/
Karim, A. (2014). Feminisme: Sebuah Model Penelitian Kualitatif.
SAWWA.

Saguni, Fatimah. (2014). Pemberian Stereotip Gender. Musawwa.


195-224.

Anda mungkin juga menyukai