Anda di halaman 1dari 6

Analisis feminisme dalam novel “Cantik itu Luka” karya Eka

Kurniawan

M. Maulidil Zidni Ilma

Sastra indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya

E-mail : maulidilzidnyilm20@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kajian feminisme dalam novel cantik itu luka
yang mendeskripsikan bentuk bentuk ketidakadilan gender, kekerasan seksual dan perjuangan
tokoh utama bernama Dewi Ayu untuk melawan ketertindasan perempuan atas diri laki laki
pada pasca-kolonial yang menempatkan kaum perempuan pada posisi kurang penting. Oleh
karena itu, novel ini mengemas kajian kritik sastra feminis sosialis terhadap penindasan yang
terjadi pada perempuan serta menceritakan keteguhan tokoh utama dalam memperjuangkan
hak-hak perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang berupa kata, frasa, klausa,
situasi, peristiwa yang terjadi pada novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan yang
mengandung kajian feminisme. hasil penelitian ini adalah perempuan yang mengalami
ketertindasan dan ketidakadilan. Serta adanya kekerasan seksual dan perbedaan gender yang
secara tidak langsung tergambar dalam novel Cantik Itu Luka dan kedudukan Dewi Ayu
sebagai seorang perempuan yang mampu melakukan perlawanan terhadap laki-laki.

Kosa kata: Ketertindasan dan Ketidakadilan, gender, feminisme.

PENDAHULUAN

Karya sastra lahir dari perwujudan kehidupan sosial masyarakat. Hal-hal yang dapat
digambarkan dalam sebuah karya sastra mengenai masyarakat dapat berupa berupa susunan
sosial, fungsi dan pola masyarakat, juga mengenai hubungan sosial masyarakat. Sastra tidak
hanya memasuki ruang nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan secara
menyeluruh. Realitas sosial yang timbul dalam kehidupan diungkapkan pengarang melalui
karya sastra salah satunya novel. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra yang
menampilkan suatu keadaan masyarakat tertentu yang merupakan gambaran kehidupan.
Dengan demikian, karya sastra dapat berfungsi sebagai potret kehidupan masyarakat.
Penggambaran mengenai hubungan sosial masyarakat itu tidak lepas dari interaksi antara
laki-laki dan perempuan, interaksi antara kedua lawan jenis tersebut mampu menjadi tema
menarik yang dapat dijadikan suatu kajian.

Teori feminisme lebih tepat untuk mengungkapkan pandangan perempuan dalam


kajian sastra. Karena, feminisme ialah teori tentang kesetaraan perempuan dengan laki-laki,
selain itu feminisme dijadikan aktivitas organisasi untuk memperjuangkan hak-hak dan
pembebasan perempuan dari tekanan laki-laki. Feminisme berusaha menyamakan kedudukan
antara perempuan dan laki-laki (Anggraini, 2017: 67). Feminisme berupaya menggali
identitas perempuan yang selama ini tertutupi akan kekuasaan laki-laki. Identitas
perempuan perlu diperjuangkan untuk mengakhiri dominasi laki-laki dari segala penindasan
terhadap perempuan. Tujuan feminisme bukan untuk melawan kaum laki-laki tetapi
memperjuangkan kedudukan serta peran perempuan dalam segala bidang.

Dalam sudut pandang feminisme terdapat dua istilah yang menggambarkan ruang
kegiatan perempuan yaitu ruang domestik dan publik. Ruang domestik merupakan kegiatan
perempuan yang berkenaan dengan rumah tangga, sedangkan ruang publik berkenaan dengan
kegiatan perempuan yang dilakukan di luar rumah, baik interaksi dengan masyrakat sekitar
maupun dalam lingkup kerja (Sugihastuti dan Saptiawan, 2010:84). Dalam ruang publik
kaum laki-laki lebih mendominasi terhadap kaum perempuan, karena pada dasarnya laki-laki
bekerja keras untuk mencari nafkah.

Feminisme sosialis menegaskan bahwa perbedaan gender di samping penindasan


kelas ialah penindasan terhadap ketidakseimbangan ekonomi, hak harta benda untuk
kelangsungan hidup keluarga serta pemberian gaji para pekerja perempuan yang rendah.

Perempuan sebagai bagian dari masyarakat dunia, adalah juga manusia yang harus
diakui harkat dan martabatnya. Sehingga novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan
menunjukan bahwa adanya perlawanan perempuan, seperti halnya keteguhan tokoh utama
Dewi Ayu ketika menghadapi Jepang di masa kolonial, ketabahan perempuan dalam
menghadapi ujian hidup, dan pemanfaatan perempuan oleh laki laki untuk mendapatkan
kebebasan birahi. Kurniawan sering memakai bahasa yang vulgar dalam novel-novelnya,
sejak dulu karya sastra telah menjadi daya pikat kuat terhadap persoalan gender.

Hal penting dipilihnya novel Cantik itu Luka karena beberapa alasan. Pertama,
kedudukan dan peran perempuan dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Kedua,
kerendahan perempuan terhadap laki-laki. Ketiga, perlawanan perempuan dalam
memperjuangkan hak-haknya. Meskipun novel ini ditulis oleh penulis laki-laki namun,
dalam novel ini mampu menyuarakan keinginan kaum perempuan dan mampu
memberikan perlawanan terhadap perilaku sewenang-wenang yang terjadi dan akrab di
masyarakat.

METODE

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk memaparkan keadaan,
kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini yaitu novel Cantik itu Luka a karya
Eka Kurniawan yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dalam cetakan kelima
tahun 2015 dan sumber data tambahan berupa referensi serta situs yang berkaitan tentang
sastra feminisme. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
yaitu membaca novel Cantik itu Luka, memahami isi dalam novel Cantik itu Luka yang
berkaitan dengan feminisme, mencatat data data dalam novel Cantik itu Luka yang berkaitan
dengan feminisme dan membuat kesimpulan. Dalam menganalisis data diperlukan teknik
analisis data yang meliputi: reduksi data dan pemilihan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Feminisme merupakan gerakan perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan


kedudukan laki-laki dan perempuan. Kesan perempuan yang lemah menjadikan para lelaki
menganggap remeh perempuan dan menjadikan perempuan sebagai kelas kedua dalam
masyarakat Baik di bidang sosial, politik, maupun pembagian kerja. Diceritakan bahwa tokoh
utama Dewi Ayu sebagai ibu dari ketiga anak yang membesarkan anak-anaknya tanpa
didampingi seorang suami. Anak anak Dewi Ayu merupakan hasil dari profesinya sebagai
pelacur. Meskipun ia tidak mengetahui ayah dari anak-anaknya, namun Dewi Ayu tetap
memberikan cinta dan kasihnya pada anak anaknya. Seperti yang terdapat dalam kutipan
berikut.

Ia hanya pergi waktu senja datang dan kembali ke rumah ketika pagi tiba. Lagi pula
ia punya tiga anak gadis yang harus diurus: Alamanda, Adinda, Maya Dewi yang lahir tiga
tahun setelah Adinda. Jika malam hari, anak-anak-anak itu ditemani oleh Mirah, namun di
siang hari ia mengurus anak-anak itu sebagaimana seorang ibu umumnya. Ia mengirimkan
anak-anak itu ke sekolah terbaik, bahkan mengirimkannya pula ke surau untuk belajar
mengaji pada Kyai Jahro. ”Mereka tak boleh jadi pelacur.” Katanya pada Mirah. “kecuali
atas keinginan mereka .” (Cantik Itu Luka, 2018: 109)

Dari kutipan diatas disimpulkan bahwa peran dan kedudukan perempuan masih terbatas
sebagai ibu rumah tangga, memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Selain Dewi
Ayu masih banyak tokoh perempuan yang mengalami kekerasan seksual, salah satunya Ola
teman seperjuangan pada masa penahanan di Kalimantan oleh tentara Jepang. Namun cerita
Ola tidak serumit alur kehidupan Dewi Ayu.

Kekerasaan yang dialami oleh Dewi Ayu tidak hanya dalam bentuk fisik. Ia juga mengalami
konflik batin. Kekalahan Belanda atas Jepang tidak hanya menyebabkan luka fisik tapi
mental. Hal ini tidak membuat Dewi Ayu menyerah begitu saja pada keadaan. Ketika
keluarganya berupaya menyelamatkan diri dari tentara Jepang, ia justru tetap bertahan.

Dari sinilah kemalangan Dewi Ayu semakin kompleks. Keluarganya tenggelam di bom
tentara Jepang. Dan ia berkabung selama beberapa hari. Tentara jepang datang dan membawa
semua perempuan dari anak-anak sampai perempuan tua. Mereka dipenjara dan beberapa
orang meninggal karena kelaparan. Penggambaran tokoh perempuan sangat jelas
menyedihkan dalam novel Cantik itu Luka.Ketika Ola meminta obat untuk kesembuhan
ibunya, ia justru diminta melakukan hubungan seks sebagai penebusan obat.

“Komandan itu mau memberiku obat jika aku tidur dengannya” Kurniawan (2012, hlm.67)
Perempuan disini digambarkan makhluk yang lemah. Mereka ditindas dan dimanfaatkan
sekedar pemuas hasrat dan nafsu saja. Perempuan terkadang menjadi sosok yang indah
namun juga menyedihkan.

“Kemaharannya menguap demi memperoleh anugrah luar biasa ini, di sore hari yang
membosankan. Gadis ini sangat cantik, mungkin masih perawan, memberikan tubuhnya
untuk seorang lelaki tua hanya untuk obat demam dan dokter. Ia tersenyum, begitu licik dan
bengis, merasa dirinya sebagai lelaki tua yang sangat beruntung.” Kurniawan (2012, hlm.
67)

Kutipan tersebut jelas menggambarkan bagaimana pikiran seksual lelaki terbangun ketika
melihat perempuan yang cantik. Perempuan dipaksa tunduk atas kekuasaannya. Seksualitas
dalam novel ini begitu kental mengingat Indonesia masih berada dibawah naungan
kapitalisme. Penjajahan terhadap perempuan terasa lekat, bahkan secara umum teks atau
novel ini menceritakan keseluruhan tentang perempuan. Sehingga sesutu yang indah, dalam
artian “cantik” justru menjadi hal yang menakutkan.

Dalam penelitian ini tergambarkan sifat asli seorang ibu yang tidak menginginkan anaknya
bernasib sial seperti ibunya. Melalui Dewi Ayu penulis memberikan gambaran kepada
pembaca bagaimana perempuan diperlakukan tidak adil dan hanya menjadi objek lelaki
mesum.

SIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perempuan ternyata mengalami ketertindasan dan
ketidakadilan oleh kaum laki laki. Serta adanya kekerasan seksual dan perbedaan gender
yang secara tersirat terdapat dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Peran tokoh
utama Dewi Ayu menggambarkan sosok perempuan keturunan Belanda mempunyai paras
yang cantik dan juga impian untuk tetap berada di tanah kelahirannya walau apapun yang
terjadi. Namun keteguhannya itu membuat ia menjadi korban penindasan. kedudukan Dewi
Ayu benar-benar pasrah karena tidak dapat melakukan perlawanan lagi sehingga Dewi Ayu
menjadi seorang perempuan yang menerima keadaan sebagai seorang pelacur. Dalam novel
Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, subordinasi terjadi karena adanya sikap yang
menempatkan kaum perempuan pada posisi tidak penting dan pelabelan atau penandaan
masyarakat terhadap kaum perempuan. Dengan demikian disimpulkan bahwa novel Cantik
itu Luka menunjukkan sisi feminisme perempuan sebagai objek hasrat seksual laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Islamiyah, D. Perlawanan Perempuan Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan:
Tinjauan Feminisme Sosialis. Jurnal Prosiding Senasbasa, Vol. 3 No. 2 (2019): 252-259.

Kurniawan, E. 2015. Cantik Itu Luka. Gramedia: Jakarta.

Aryani, R., missriani., fitriani, Y. Kajian Feminisme Dalam Novel “Cantik Itu Luka” Karya
Eka Kurniawan. Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 5 No. 1 (2021): 1958-1969.

Anda mungkin juga menyukai