oleh
Judul penelitian : Penggunaan Prinsip Kesantunan Berbahasa Dalam Tindak Tutur Ilokusi
Direktif Dalam Pembelajaran Di TK Aisyyah Bastanul Athfal 6 Purwokerto
4. Masa Pelaksanaan:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM .............................................................. iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tiga tahap penelitian, yaitu : (1)
penyediaan data, (2) penganalisisan data, dan (3)penyajian hasil analisis
data/laporan. Penyediaan data menggunakan metose observasi, metode simak
dengan tekhnik rekam/video dan catat. Penganalisisan data menggunakan metode
agih dan padan referensial/kontekstual. Penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan metode informal, menggunakan kata-kata biasa tanpa simbol
tertentu. Dengan masukan preview pada saat seminar hasil penelitian, tim penyusun
dapat memperbaiki laporan, diterima dalam Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat (JPM) UMP atau lensa Universitas Muhammadiyah Semarang.
5
BAB 1.
PENDAHULUAN
A.Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Searle (dalam Rohmadi, 2017:31-32)menegaskan bahwa tindak tutur adalah
produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan,
perintah atau yang lainnya. Hal serupa juga disampaikan oleh Kridalaksana
(1992:154) bahwa tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar
suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar. Sedangkan menurut Yule
(2006:82), bahwa tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran.
Tarigan (2006:36) juga berpendapat bahwa tindak tutur yang dihasilkan oleh manusia
dapat berupa ucapan. Sedangkan tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam
konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur (Rustono, 1999:3).
Namun, wujud dari tindakan tuturan hanya sebagai tindakan verbal. Satu tuturan dapat
digunakan untuk melakukan beberapa tindak tutur.
Kalimat (1) jika diucapkan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan hanya
sekedar memberikan informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu
memberikan dorongan agar mahasiswa tadi segera mengerjakan skripsinya.
Sedangkan kalimat (2) jika diucapkan kepada temannya yang menghidupkan radionya
9
dengan volume tinggi, berarti bukan saja sebagai informasi akan tetapi juga untuk
melakukan sesuatu menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya. Tindak
ilokusi sangat sulit untuk diidentifikasi karena harus mempertimbangkan terlebih
dahulu siapa penutur dan lawan tuturnya. Searle (dalam Leech, 1993: 164-165)
mengkategorikan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur menjadi lima macam
bentuk tuturan ilokusi yaitu (1) asertif, (2) direktif), (3) komisif, (4) ekspresif, (5)
deklaratif. Penelitian ini membatasi diri pada teori tindak tutur direktif
Menurut Ibrahim (1993:27), tindak tutur direktif mengekspresikan sikap
penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mira tutur. Apabila sebatas ini
pengertian yang diekspresikan, maka direktif merupakan konstatif dengan batasan
pada isi proposisinya yaitu, bahwa tindakan yang akan dilakukan ditujukan kepada
mitra tutur. Tindak tutur direktif juga dapat mengekspresikan maksud penutur
(keinginan dan harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan
sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Menurut Ibrahim (1993: 28-33),
membagi tindak tutur direktif menjadi enam, yaitu :
a.Requestives
Requestives digunakan untuk mengekspresikan keinginan penutur agar mitra
tutur melakukan sesuatu. Di samping itu, requestivesmengekspresikan keinginan atau
harapan penutur, sehingga mitra tutur menyikapi keinginan yang terekspresikan ini
sebagai alasan (atau bagian dari alasan untuk bertindak) (Ibrahim, 1993:29).Tuturan
yang termasuk dalam bentuk tindak tutur direktif requestives yaitu tuturan meminta,
mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, mendorong. Verba
requesting (permohonan) ini mempunyai konotasi yang bervariasi dalam kekuatan
sikap yang diekspresikan, sebagaimana yang ada dalam ‘invite’ (megundang) dan
‘insist’ (mendorong) lalu diantara ‘ask’ (meminta) dan ‘beg’ (mengemis). Verba yang
lebih kuat mengandung pengertian kepentingan. Sebagian verba requesting memiliki
skop yang lebh spesifik. ‘memanggil’ atau ‘mengundang’ mengacu pada permohonan
terhadap permintaan agar mitra tutur datang. ‘Beg’ (mengemis) dan ‘solicit’
(meminta) juga berlaku untuk permohonan yang berhubungan.
Tuturan requestives memiliki beberapa ciri-ciri, biasanya ditandai dengan kata
10
tolong dan mohon.Kata tolong biasanya digunakan penutur untuk merayu mitra tutur
supaya melakukan tindakan yang dimaksudkan tuturan penutur. Kata tolong juga
biasanya disampaikan dalam keadaan terdesak, sehingga mitra tutur harus melakukan
tindakan saat itu juga. Selanjutnya pada kata mohon disampaikan penutur kepada
mitra tutur dengan maksud mengharapkan atau menghimbau mitra tutur untuk
melakukan sesuatu yang dimaksudkan oleh tuturan penutur.
Contoh kalimat :
(3)Coba sekarang tolong hafalkan tulisan ini. Nanti saya beri tugas untuk
menulis.
Tuturan direktif (3) tersebut termasuk kedalam kategori ‘meminta’. Kata ‘meminta’
disini memiliki arti memohon. Dipertegas dengan penggunaan kata tolong. Kalimat di
atas merupakan tuturan direktif yang mempunyai arti meminta siswanya untuk
melakukan sesuatu yang dituturkan oleh guru yang dikuatkan dengan kata ‘tolong’.
Penutur meminta supaya lawan tutur turut/melaksanakan apa yang diucapkan oleh
penutur.
b.Questions
Questions(pertanyaan) merupakan request (permohonan) dalam kasus yang
khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon adalah mitra tutur
memberikan informasi tertentu kepada penutur.Terdapat perbedaan diantara
pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak semuanya penting untuk taksonomi ilokusi
(Ibrahim, 1993:30-31). Ciri-ciri tuturan questions biasanya terdapat kata yang
mengandung kata tanya, inkuiri, dan interogasi. Selanjunya, tuturan questions
biasanya ditandai dengan tanda tanya diakhir kalimat, membutuhkan jawaban dari
pihak yang ditanya, maupun sebuah informasi yang disampaikan lawan tutur kepada
penutur.
Contoh kalimat :
(4) Bagaimana kabarmu hari ini ?
Tuturan direktif (4) tersebut termasuk kedalam kategori questions(bertanya) . Dapat
dilihat bahwa penutur menanyakan kabar atau keadaan kepada mitra tuturnya
11
dikuatkan dengan kalimat tanya ‘bagaimana’. Kata ‘bagaimana’ dalam tuturan di atas
merupakan sebuah kata tanya yang digunakan untuk menanyakan suatu keadaan.
Selain itu, terdapat penggunaan tanda tanya (?) di akhir kalimat. Tuturan direktif
tersebut membutuhkan jawaban dari pihak yang bersangkutan.
c.Requirements
Requirementsmempunyai arti ‘perintah’ yang mengandung maksud supaya
mitra tutur menyikapi ujaran penutur sebagai alasan untuk bertindak, dengan demikian
ujaran penutur dijadikan sebagai alasan penuh untuk bertindak (Ibrahim, (1993: 31).
Ciri-ciri tuturanrequirements biasanya disampaikan dengan intonasi tinggi dan
disampaikan dengan nada tegas atau diikuti dengan tanda seru (!) pada kalimat. Selain
itu, biasanya terdapat tuturan memerintah, menghendaki, mengkomando, menuntut,
mendikte, mengarahkan, menginstruksikan, mengatur dan mensyaratkan. Tuturan
tersebut bermakna untuk menyuruh mitra tutur supayamelakukan sesuatu dan
mematuhi apa yang dikatakan dan diinginkan oleh penutur.
Contoh kalimat :
(5) Ya semuanya siap grak !
Tuturan direktif (5) di atas diidentifikasikan kedalam tuturan memerintah yang
ditandai dengan kalimat “...siap grak” yang berarti aba-aba dan memiliki arti perintah
dalam baris-berbaris. Selain itu, terdapat kalimat perintah di akhir tuturan. Kalimat
perintah apabila diujarkan dapat berupa pelafalan dengan intonasi yang tinggi. Apabila
dituangkan ke dalam kalimat, maka akan disimbolkan dengan tanda seru (!). Makna
tuturan tersebut disampaikan dengan maksud agar mitra tutur mematuhi perintah dari
penutur untuk berbaris dengan tertib dan rapi.
d.Prohibitives
Prohibitivesmempunyai arti ‘larangan’.Prohibitives merupakan suatu tuturan
yang diucapkan oleh penutur supaya mitra tutur tidak melakukan sesuatu sesuai
konteks yang terkandung dalam tuturan penutur (Ibrahim, 1993: 32). Tuturan
prohibitives biasanya ditandai dengan ciri-ciri penggunaan kata atau ungkapan yang
berupa larangan. Ciri-ciri lain tuturan questions biasanya terdapat kata yang
12
Tuturan direktif (6) di atas termasuk ke dalam kategori prohibit (melarang). Ditandai
dengan kata “jangan” yang merupakan kata menyatakan melarang yang berarti tidak
boleh; hendaknya tidak usah.Kata “jangan” memiliki arti kata yang menyatakan
melarang, berarti tidak boleh, hendaknya tidak usah. Kata tersebut memperkuat
penutur dalam menyampaikan sebuah tuturan yang mengandung larangan. Penutur
memerintahkan supaya lawan tutur tidak melakukan sesuatu, yaitu supaya lawan tutur
tidak meletakkan tangannya di atas meja.
e.Permissives
Permissivemerupakan suatu tuturan yang diucapkan oleh penutur untuk
mengekspresikan bahwa penutur tidak mengharapkan atau tidak berkehendak agar
mitra tutur tidak melakukan suatu tindakan yang bersangkutan (Ibrahim, 1993: 32).
Ciri-ciri tuturan permissives yang sering muncul yaitupenutur menyampaikan ujaran
kepada mitra tutur untuk melakukan seuatu dengan ekspresi raut wajah yang ikhlas
dan intonasi yang dapat meyakinkan lawan tutur bahwa tindakan yang dilakukannya
telah mendapat persetujuan atau mendapatkan izin dari penutur. Selain itu, biasanya
terdapat ciri-ciri lain berupa tuturan yang mengandung unsur menyetujui,
membolehkan, memberi wewenang, menganugerahi, mengabulkan, membiarkan,
mengijinkan, melepaskan, memaafkan, dan memperkenankan.
Contoh Kalimat :
(7) Kali ini bu guru memaafkan, tapi lain kali jangan diulangiya, kalau ibu
guru sedang menerangkan di depan, kalian harus memperhatikan
13
Tuturan direktif (7) d iatastermasuk ke dalam tuturan direktif permissive yang ditandai
dengan kata “memaafkan”. Kata “memaafkan’ “ arti memberi ampun atas kesalahan
dan sebagainya; tidak menganggap slaah dan sebagainya lagi. Penutur mencoba
memberi ampun kepada mitra tutur atas kesalahan yang telah diperbuat. Guru
memaafkan siswanya yang tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Kalimat tersebut terkait tutuan direktif permissive diperbuat dengan
adanya kata “memaafkan”.
f.Advisories
Advisories merupakan suatu tuturan yang diekspresikan penutur bukanlah
keinginan bahwa mitra tutur melakukan tindakan tertentu, tetapi kepercayaan bahwa
melakukan sesuatu merupakan hal yang baik bahwa tindakan itu merupakan
kepentingan mitra tutur (Ibrahim, 1993: 33). Ciri-ciri yang biasanya muncul dalam
tuturan advisories adalah penutur menyampaikan suatu tuturan dengan menasehati
supaya mitra tutur tidak melakukan hal yang dianggap salah atau tindakan yang tidak
diinginkan. Selain itu, terdapat tuturan yang mengandung unsur menasehatkan,
memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, dan mendorong.
Contoh kalimat:
(8) Bu guru sebelumnya, sebelum pelajaran dimulai mau mengingatkan.
Mengingatkan kepada anak-anakku semuanya. Jangan suka apa hayo ?
gelut (berkelahi) ya
Tuturan direktif (8) tersebut termasuk ke dalam tuturan direktif advisories ditandai
dengan kata “mengingatkan”. Kata “mengingatkan” memiliki arti memberi ingat atau
memberi nasihat (teguran dan sebagainya). Kalimat tersebut disampaikan oleh penutur
supaya mitra tutur tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang
lain dengan cara berkelahi. Penutur berusaha memberikan nasihat agar mitra tutur
tidak melakukan kesalahan yang sama. Oleh sebab itu, tuturan di atas termasuk ke
dalam tuturan direktif advisories.
14
1) Maksim Kearifan
2) Maksim Kedermawanan
Menurut Leech (1993 : 206) maksim ini menjelaskan buatlah keuntungan diri
sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Dengan
maksim ini diharapkan penutur menghormati orang lain dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang baik.
3) Maksim Pujian
4) Maksim Kesepakatan
Menurut Wulanda (2021: 579) dalam Rahardi (2005:64) dalam maksim ini,
ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau
kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-
masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Wijana (1996:59)
menggunakan istilah maksim kecocokan dalam maksim permufakatan ini.
5) Maksim Simpati
C. Kesantunan Direktif
1. Pengertian Kesantunan Direktif
Kesantunan merupakan suatu budaya masyarakat Indonesia yang harus tetap
dijaga dan dilestarikan. Indonesia menjadi salah satu Negara yang masih cukup
kental dengan unsur budaya, baik dari segitata krama maupun cara berbahasa.
Menurut Pranowo (2005:16) untuk mengatakan santun tidaknya pemakain bahasa
dapat dilihat setidaknya dari dua hal, yaitu pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa,
pilihan kata yang dimaksud yaitu ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan
makna atau maksud dalam konteks tertentu. Sedangkan direktifMenurut Ibrahim
(1993:27) yaitu mengekspresikan sikap atau maksud penutur (keinginan, harapan)
sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadian sebagai alasan untuk
bertindak oleh mitra tutur.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kesantunan direktif merupakan maksud penutur berupa keinginan atau harapanyang
disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu sehingga akan menimbulkan efek pada mitra tutur
untuk bertindak.
2. Jenis-Jenis Kesantunan Direktif
Kesantunan direktif merupakan maksud penutur berupa keinginan atau harapan
yang disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu sehingga akan menimbulkan efek pada mitra tutur
untuk bertindak. Pada dasarnya kesantunan direktif merupakan bagian terpenting
dalam suatu tuturan. Dengan penggunaan kesantunan yang baik khusunya pada saat
17
meminta, bertanya, perintah, larangan dapat menimbulkan suatu keharmonisan
penutur dan mitra tutur. Kesantunan direktif merupakan bagian dari ilmu-ilmu dari
segi pragmatik. Bagian dari salah satu ilmu tersebut yaitu jenis-jenis kesantunan
direktif :
a. Kesantunan Direktif Permintaan
Menurut Ibrahim (1993:29) permintaan yaitu mengapresiasikan keinginan
penutur sehingga mitra tutur melakukan sesuatu.Dapat disimpulkan bahwa
permintaan pada dasarnya merupakan keinginan dari penutur, penutur mencoba
untuk mengapresiasikan keinginan di depan mitra tutur, hingga apa yang penutur
harapkandapat dilakukan oleh mitra tutur. Dalam bentuk permintaan kepada mitra
tutur,penutur dapat menggunakan kata “tolong” supaya tuturan terasa menjadi
lebih santun.Pada kesimpulannya kesantunan direktifpermintaan
merupakankeinginan/harapanyang diekspresikan oleh penutur di depan mitra tutur
hingga apa yang penuturharapkan dapat terpenuhi, biasanya disampaikan dengan
penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks
tertentu.Kesantunan direktif permintaan biasanya dibagi dalam beberapa bentuk
meliputi meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa,
mengajak, dan mendorong. Dalam kesantunan direktif permintaan terdapat
beberapa bentuk, berikut ini untuk lebih rincinya:
1) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Meminta
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk meminta merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan dalam hal meminta. Permintaan dalam bentuk
meminta ini penutur mencoba mengekspresikan keinginannnya supaya mitra tutur
dapat memenuhi keinginan penutur untuk melakukan sesuatu. Bentuk meminta
biasanya dilakukan dalam hal meminta bantuan, meminta untuk melakukan
sesuatu dan lain-lain. Tujuan akhir dari meminta yakni supaya apa yang
diharapkan apa yang diinginkan dapat dipenuhi. Dalam meminta penutur dapat
menggunakankataminta, tolong hal ini bertujuan supaya tuturan terasa menjadi
lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengemis
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mengemis merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan meminta dengan cara merendah. Mengemis
dalam hal ini bukan berarti meminta meminta, namun meminta dengan penuh
kerendahan hati, dan dengan penuh harap supaya mitra tutur dapat melakukan
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Bentuk mengemis biasanya dilakukan
dalam hal meminta untuk meminjam sesuatu, meminta untuk memberikan sesuatu
dan lain-lain. Tujuan akhir dari mengemis ini supaya mitra tutur dapat
18
mengabulkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam mengemis penutur dapat
menggunakan kata tolongsupaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat
juga melihat dari segi konteks.
3) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Memohon
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk memohon merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan meminta dengan cara memohon. Dalam
memohon ini penutur meminta dengan penuh rasa hormat dan dengan penuh rasa
kerendahan hati. Bentuk memohon biasanya dilakukan dalam hal memohon untuk
meminta sesuatu dan lain-lain. Tujuan akhir dari bentuk memohon yakni supaya
mitra tutur dapat melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan penutur,
bentuk memohon ini biasanya terkesan lebih santun karena penutur meminta
dengan penuh rasa hormat. Dalam memohon penutur dapat menggunakan kata
mohonsupaya tuturan terkesan menjadi lebih santun atau dapat juga melihat dari
segi konteks.
4) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Menekan
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk menekan merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan untuk meminta dengan cara menekan. Dalam
bentuk menekan ini penutur meminta dengan cara mendesak, memaksa mitra tutur
supaya dapat memenuhi keinginan penutur. Bentuk menekan biasanya dilakukan
dalam hal meminta untuk segera memberitahu sesuatu, dan lain-lain. Tujuan akhir
dari bentuk menekan yakni supaya mitra tutur segera untuk memenuhi apa yang
diinginkan penutur, karena dengan cara menekan biasanya mitra tutur akan
segera melakukan seperti apa yang diharapkan oleh penutur. Tuturan dalam hal
meminta dengan cara menekan akan terkesan tidak santun, namun dapat
menggunakan kata harusnyahal ini supaya tuturan terkesan cukup santun atau
dapat melihat juga dari segikonteks.
5) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengundang
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mengundangmerupakan
kesantunan direktif bertujuan untuk meminta namun dengan cara mengundang.
Mengundang dalam hal ini memiliki arti penutur meminta supaya mira tutur
datang, mendatangi penutur. Bentuk mengundang dalam meminta biasanya
dilakukan untuk maju ke depan ketika situasinya dalam pembelajaran, dan lain-
lainnya. Tujuan akhir dari bentuk mengundang supaya mitra tutur segera datang
kepada penutur. Dalam mengundang dapat menggunakan kata harap, mari hal ini
supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
19
6) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mendoa
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mendoa merupakan
kesantunan direktif bertujuan untuk meminta namun dengan cara mendoa.
Mendoa dalam hal ini penutur meminta kepada pencipta untuk dapat menjabah
dan mengabulkan doanya. Bentuk mendoa ini dalam meminta biasanya dilakukan
untuk meminta segala sesuatu karna hanya pencipta yang dapat memenuhinya.
Tujuan akhir dari bentuk mendoa ini supaya pencipta segera menjabah apa yang
diharapkan dan yang diinginkan. Dalam mendoa harus dapat menggunakan
tuturan yang santun, biasanya dapat menggunakan kata semoga.
7) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengajak
Kesantunan Direktif permintaan dalam bentuk mengajak merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan untuk meminta namun dengan cara mengajak
mitra tutur. Mengajak disini yaitu penutur meminta supaya mitra tutur dapat
mengikuti apa yang diinginkannya. Bentuk mengajak ini basanya dilakukan untuk
mengajak dalam hal untuk maju ke depan menjawab pertanyaan, untuk
membacakan sesuatu dan hal ini terjadi apabila situasi di dalam kelas pada saat
pembelajaran. Tujuan akhir dari bentuk mengajak yakni supaya mitra tutur dapat
mengikuti apa yang diharapkan oleh penutur. Dalam mengajak dapat
menggunakan kata ayo, mari supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau
dapat juga melihat dari segi konteks.
8) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mendorong
Kesantunan direktif permintaan bentuk mendorong merupakan kesantunan
direktif yang bertujuan untuk meminta dengan cara memaksa. Mendorong disini
memiliki arti yaitu penutur meminta dengan cara mendesak atau memaksa supaya
mitra tutur berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diekspresikan oleh penutur.
Biasanya bentuk mendorong dilakukan untuk segera menuruti apa yang
diinginkan oleh penutur. Tujuan akhir dari bentuk mendorong yaitu meminta
secara paksa supaya apa yang diinginkan segera dipenuhi oleh mitra tutur. Bentuk
mendorong ini biasanya meminta dengan terkesan tidak santun supaya tuturan
cukup terasa lebih santun dapat digunakan kata bantulah atau dapat juga melihat
dari segi konteks.
b. Kesantunan Direktif Pertanyaan
Menurut Ibrahim (1993:30)pertanyaan dan requests (permohonan) dalam
kasus yang khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon adalah
bahwa mitra tutur memberikan kepada penutur sebuah informasi tertentu. Dalam
bentuk pertanyaan kepada mitra tutur, penutur dapat menggunakan kata apa,
siapa, bagaimana, mengapa, dimana, bagaimana. Dengan adanya penggunaan
20
kata-kata tersebut tuturan akan terasa lebih santun, karena pada kata-kata tersebut
mengandung suatu kepedulian penutur terhadap mitra tutur. Pada kesimpulannya
kesantunan direktif pertanyaan merupakan suatu bentuk pertanyaan/permohonan
dari penutur dengan mengharapkan suatu informasi balik dari mitra tuturbiasanya
disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif pertanyaan biasanya dibagi
dalam beberapa bentuk meliputibertanya,mengintrogasi. Dalam kesantunan
direktif pertanyaan terdapat beberapa bentuk, berikut ini untuk lebih rincinya :
1) Kesantunan Direktif Pertanyaan Bentuk Bertanya
Kesantunan direktif pertanyaan bentuk bertanya merupakan kesantunan
direktif yang bertujuan untuk mencari informasi. Bertanya disini memiliki arti
penutur mencoba untuk mencari sesuatu keterangan, penjelasan, informasi
terhadap mitra tutur. Biasanya bentuk meminta dilakukan pada saat bertanya soal
suatu informasi dan lain lain. Tujuan akhir dari bentuk meminta yaitu untuk
mendapatkan suatu informasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mitra tutur.
Dalam bertanya dapat menggunakan bentuk kalimat tanya apa, siapa, mengapa,
dimana, kapan, bagaimana hal ini bertujuan upaya tuturan terasa lebih santun
atau dapat juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Pertanyaan Bentuk Mengintrogasi
Kesantunan direktif pertanyaan bentuk mengintrogasi merupakan
kesantunan direktif bertanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Mengintrogasi disini memiliki arti penutur mengajukan pertanyaan dengansecara
terus menerus. Biasanya bentuk mengintrogasi dilakukan dalam mencari suatu
jawaban sama halnya dengan bentuk bertanya. Tujuan akhir bentuk mengintrogasi
yaitu untuk mencari suatu 29 informasi, jawaban dari mitra tutur. Dalam
mengintrogasi dapat menggunakan kata katakanlah, sebenarnya hal ini bertujuan
supaya tuturan dapat lebih terkesan santun atau dapat juga melihat dari segi konteks
c. Kesantunan Direktif Perintah
Menurut Ibrahim (1993:31)perintah seperti menyuruh, dalam perintah
penutur berusaha mengekspresikan maksudnya hingga mitra tuturdapat menyikapi
keinginan yang diekspresikan oleh penutur sebagai alasan untuk bertindak. Secara
sederhanya perintah yakni apa yang di perintahkan atau diekspresikan mengenai
suatu maksud oleh penutur untuk dapat dilakukan oleh mitra tutur.Dalam bentuk
perintah kepada orang lain atau mitra tutur penutur dapat menggunakan kata
“maaf”supaya tuturan yang digunakan terasa menjadi lebih santun. Pada
kesimpulannya kesantunan direktif perintah yaitu penutur berusaha
mengekspresikan keingian/maksud supaya mitra tutur dapat mempunyai alasan
21
untuk bertindak biasanya disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya
bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif perintah
biasanya dibagi dalam beberapa bentukmeliputi memerintah, menghendaki,
mengkomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksikan, mengatur,
mensyaratkan. Pada kesantunan direktif perintah terdapat beberapa bentuk, berikut
ini untuk lebih rincinya :
1) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Memerintah
Kesantunan direktif perintah bentuk memerintah ini merupakan kesantunan
direktif dalam hal memerintah atau menyuruh. Memerintah disini memiliki arti
penutur mencoba mengekspresikan maksudnya supaya mitra tutur menyikapi
keinginannya, atau dapat dikatakan penutur bermaksud menyuruh memerintahkan
melakukan sesuatu, sehingga mitra tutur menyikapi keinginan penutur sebagai alasan
untuk bertindak. Biasanya bentuk memerintah dilakukan untuk memerintah siswa
contohnya dalam hal berdoa sebelum pelajaran apabila situasi pada saat di dalam
kelas dan akan memulai pembelajaran. Tujuan akhir dari bentuk memerintah yaitu
mitra tutur dapat mengikuti atau melakukan sesuatu dengan apa yang diperintahkan
oleh penutur. Dalam memerintah dapat digunakan kata maaf, tolong supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks
2) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menghendaki
Kesantunan direktif perintah bentuk menghendaki merupakan kesantunan
direktif dengan menghendaki atau dapat dikatakan menginginkan. Menghendaki
disini memiliki arti penutur menginginkan, memerlukan sesuatu dengan
caramengekspresikan dihadapan mitra tutur. Biasanya bentuk menghendaki
digunakan untuk memberikan perintah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
sedang diinginkan oleh penutur. Tujuan akhir dari bentuk menghendaki yaitu supaya
apa yang diharapkan dan apa yang sedang diinginkan dapat terwujud. Dalam
mengehendaki dapat menggunakan kata kalau supaya tuturan dapat terkesan cukup
santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
3) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menuntut
Kesantunan direktif perintah bentuk menuntut merupakan kesantunan
direktif memberikan perintah dengan cara memaksa. Menuntut disini memiliki arti
penutur meminta dengan keras dan setengah mengharuskan supaya apa yang
diinginkannya dipenuhi. Biasanya bentuk menuntut digunakan untuk memberikan
perintah untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang sedang diinginkan penutur dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk menuntut yakni untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan
22
apa yang diperintahkan oleh penutur. Dalam menuntut dapat menggunakan kata
katakanlah, lakukanlah supaya tuturan terkesan cukup santun atau dapat juga
melihat dari segi konteks.
4) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mendikte
Kesantunan direktif perintah bentuk mendikte merupakan kesantunan
direktif memberikan perintah dengan cara mendikte atau mengatur. Mendikte disini
memiliki arti penutur menyuruh berbuat dan menuruti saja apa yang dikatakannya,
dengan tidak boleh membantah. Biasanya bentuk mendikte digunakan untuk
memberikan perintah dalam hal melakukan suatu perbuatan dan lain-lain. Tujuan
akhir dari bentuk mendikte yakni untuk supaya mitra tutur dapat menuruti dengan
apa yang diperintahkan oleh penutur. Dalam mendikte dapat menggunakan kata
jadi hal ini bertujuan supaya tuturan dapat terkesan cukup santun atau dapat juga
melihat dari segi konteks.
5) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mengarahkan
Kesantunan direktif perintah bentuk mengarahkan merupakan kesantunan
direktif memerintah dengan cara mengarahkan kepada sesuatu hal. Mengarahkan
disini memiliki arti penutur menunjukan mengenai sesuatu, dengan maksud
memerintah. Biasanya bentuk mengarahkan digunakan untuk untuk memberikan
perintah untuk mengerjakan tugas yang ada di dalam lks apabila situasinya pada
saat proses pembelajaran. Tujuan akhir dari dari bentuk mengarahkan yaitu supaya
mitra tutur dapat memahami dan melakukan apa yang diperintahkan oleh penutur.
Dalam mengarahkan dapat menggunakan kata ini, itu hal bertujuan supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
6) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menginstruksikan
Kesantunan direktif perintah bentuk menginstruksikan merupakan
kesantunan direktif dengan cara memerintah atau memberikan arahan.
Menginstruksikan disini memiliki arti penutur memerintahkan, memberi perintah
atau arahan. Biasanya bentuk menginstruksikan digunakan untuk memberikan
perintah Bos kepada karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan atau guru kepada
siswa untuk memberikan arahan dalam mengerjakan tugas dan lain-lain. Tujuan
akhir dari bentuk menginstruksikan yaitu supaya mitra tutur dapat mengikuti sesuai
arahan penutur. Dalam menginstruksikan dapat menggunkan kata segera hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi
konteks.
23
7) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mengatur
Kesantunan direktif perintah bentuk mengatur merupakan kesantunan
direktif dengan cara memberikan perintah namun dengan cara mengatur. Mengatur
disini memiliki arti yaitu penutur mengatur mengenai sesuatu, yang berharap supaya
mitra tutur dapat memahami dan melakukan apa yang telah dikatakan penutur.
Biasanya bentuk mengatur digunakan untuk mengatur sesuatu berupa berbagai hal.
Tujuan akhir dari bentuk mengatur yaitu supaya mitra tutur dapat paham dan segera
melakukan sesuai dengan perintah penutur. Dalam mengatur dapat menggunakan
kata sebaiknya, seharusnya hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau
dapat juga melihat dari segi konteks.
8) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mensyaratkan
Kesantunan direktif perintah bentuk mensyaratkan merupakan kesantunan
direktif memerintah namun dengan menentukan syarat. Mensyaratkan disini
memiliki arti penutur menentukan sesuatu sebagai syarat, menjadikan syaratsupaya
mitra tutur dapat mematuhi dan melakukan sesuatu. Biasanya bentuk mensyaratkan
digunakan untuk memerintah dalam hal melakukan sesuatu kegiatan dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk mensyaratkan yaitu supaya mitra tutur dapat mematuhi
dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur.Dalam
mensyaratkan dapat menggunakan kata apabila hal ini bertujuan supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
d. Kesantunan Direktif Larangan
Menurut Ibrahim (1993:32)laranganseperti melarang atau membatasi,
melarang pada dasarnya untuk membatasi mitra tutur dalam melakukan suatu
kegiatan.Dalam bentuk larangan kepada mitra tutur, penutur dapat menggunakan
kata jangan, cukup, dengan adanya penanda tersebut tuturan akan terasa lebih santun.
Pada kesimpulannya kesantunan direktif larangan merupakan tuturan dalam bentuk
melarang/membatasi mitra tutur dalam melakukan suatu kegiatan
biasanyadisampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat,
atau berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif larangan biasanya dibagi
dalam beberapa bentukmeliputi melarang dan membatasi. Dalam kesantunan direktif
larangan terdapat beberapa bentuk, berikut ini
untuk lebih rincinya:
1) Kesantunan Direktif LaranganBentuk Melarang
Kesantunan direktif larangan bentuk melarang merupakan kesantunan direktif
dengan cara memberikan larangan atau membatasi. Melarang disini memiliki arti
penutur melarang atau membatasi, supaya tidak melakukan sesuatu,
tidakmemperbolehkan berbuat sesuatu. Biasanya bentuk melarang digunakan untuk
24
melarang melakukan sesuatu hal atau sesuatu pekerjaan yang tidak baik dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk melarang yakni supaya mitra tutur dapat memahami dan
mengikuti apa yang diharapkan oleh penutur. Dalam melarang dapat menggunakan
kata jangan hal ini bertujuan supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat
juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Larangan Bentuk Membatasi
Kesantunan direktif perintah bentuk membatasi merupakan kesantunan
direktif dengan cara memberikan larangan yakni berupa batasan untuk melakukan
sesuatu. Membatasi disini memiliki arti penutur memberi batas, menentukan dan
menandai terhadap apa yang dilakukan oleh orang. Biasanya bentuk membatasi ini
digunakan untuk membatasi orang atau mitra tutur dalam melakukan sesuatu kegiatan
atau lain lainnya. Tujuan akhir dari bentuk membatasi ini supaya mitra tutur dapat
menuruti, karena batasan ini bukan hanya untuk kepentingan penutur saja namun
semua yang terlibat. Dalam membatasi dapat menggunakan kata cukup hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
5. Kolokasi dalam Teks Iklan Baris pada Surat Kabar Lokal (Implikasi
Pengayaan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Menengah Atas),
6. Teks Iklan Naratif ( Analisis Isi, Struktur,Butir Kebahasaan dan Implikasi
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP).
Penelitian (1) dan (2) merupakan penelitian bidang penggunaan bahasa yang
dikaji dari segi linguistik yang selanjunjutnya dapat digunakan sebagai bahan
pengayaan dalam mengajarkan bahasa petunjuk atau teks petunjuk di sekolah
menengah pertama. Penelitian (3), (4) merupakan penelitian bidang perolehan
pragmatik pada guru dan siswa Paud yang selanjutnya hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah Paud
atau taman kanak-kanak. Penelitian (5) merupakan penelitian bidang makna
(semantik) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pengayaan dalam
30
pragmati
k
sema
pragmat ntik
i
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan
dengan cara menggambarkan dan menganalisis secara langsung tuturan yang
digunakan oleh guru Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002 : 3) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis-jenis dan bentuk tindak tutur direktif guru bermuatan
pendidikan karakter di Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto
pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tuturan yang diucapkan oleh guru
merupakan sala satu data utama yang menjadi bagian dari sumber data penelitian ini.
C. Tahap Penelitian
1. Tahap Penyediaan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode
simak ini digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak
penggunaan Bahasa (Sudaryanto, 2015 : 203) dalam hal ini, objek yang disimak
adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru yang merupakan bahasa lisan
atau tuturan guru. Melalui metode simak ini, digunakan Teknik Simak Bebas Libat
Cakap (SBLC). Mahsun (2012 : 91-92) mengungkapkan bahwa Teknik Simak Bebas
Libat Cakap (SLBC) maksudnya adalah peneliti sama sekali tidak terlibat secara
langsung dalam sebuah proses percakapan. Peneliti hanya sebagai penyimak tuturan
yang dilakukan oleh informannya.
Selanjutnya teknik yang kedua yaitu teknik rekam. teknik rekam ini merupakan
teknik lanjutan yang bertujuan untuk mendokumentasikan sebuah tuturan yang akan
diteliti. Perekaman dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti
menggunakan alat bantu berupa handphone untuk merekam. Selanjutnya peneliti
menggunakan teknik catat untuk mencatat hasil tuturan dalam proses pembelajaran.
Proses pencatatan dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti (1)
melakukan pengecekan video yang berisi tuturan guru (2) mencatat jenis tuturan
direktif yang muncul pada tuturan guru selama proses pembelajaran berlangsung (3)
mencatat tuturan direktif guru yang bermuatan nilai Pendidikan karakter. Pencatatan
dilakukan dengan menggunakan alat tulis untuk mendapatkan data tuturan.
Pada proses Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), peneliti tidak terlibat
dalam perakapan antara guru dengan siswa. Teknik rekam, peneliti merekam proses
kegiatan pembelajaran guru menggunakan rekaman dengan alat bantu kamera.
Sedangkan pada teknik catat digunakan oleh peneliti untuk mentranskripsi data yang
awalnya masih merupakan data rekaman. Teknik catat ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam memahami hasil rekaman dan melakukan analisis data.
34
Pada contoh tuturan di atas, merupakan kalimat perintah yang dituturkan oleh guru
kepada siswanya. Tuturan tersebut kemudian mendapat reaksi berupa tindakan dari
siswa membuka bukunya dan dipertegas dengan jawaban siswa yang mengarah bahwa
siswa telah melakukan tindakan yang diperintahkan oleh gurunya.
Selain itu, peneliti juga menggunakan metode agih yang merupakan metode
dengan alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri
(Sudaryanto, 2015:18). Dengan demikian, penggunaan metode agih ini bertujuan
untuk menjelaskan instrumen atau ciri kebahasaan yang terkandung dalam tuturan
direktif. Teknik yang digunakan dalam metode agih ini yakni menggunakan teknik
baca markah. Wujud dari pemarkahan ini biasanya berupa kata tugas, morfem, bahkan
fonem. Pemarkah di sini adalah penanda atau alat seperti imbuhan, kata penghubung,
kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau
konstruksi (Kridalaksana, 2001: 161). Berikut merupakan penerapannya :
Gr. : “Bukunya ditutup dulu !”
35
Pada tuturan di atas merupakan tuturan direktif yang menggunakan metode agih
dengan teknik baca markah. Pemarkahan di atas berupa kata imbuhan yaitu ‘di-kan’
yang termasuk ke dalam gabungan imbuhan dan kata “setelah” yangtermasuk ke
dalam kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang
kedudukannya bertingkat. Kata”setelah” menyatakan waktu.
D. Instrumen Penelitian
Berdasarkan tahap penelitian di atas, instrumen yang digunakan dalam
penelitian dengan judul “Prinsip Kesantunan dalam Tindak Tutur Ilokusi Direktif
pada Pembelajaran di TK Aisyiyah BA 6 Purwokerto” bertujuan agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam mengidentifikasi tindak tutut ilokusi direktif dengan prinsip
kesantunan. Maka perlu dibuat tabel instrumen untuk memudahkan peneliti
mengidentifikasi tuturan ilokusi direktif pada pembelajaran TK Aisyiyah BA 6
Purwokerto, pengunaan prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal 6 Purwokerto.
Tabel Jenis Tindak Tutur Direktif dan Karakteristiknya
1. Biaya Bahan
No Jenis Bahan Jumlah Harga Satuan Jumlah
Satuan
1. Kertas HVS 10 Rp. 32.000,00 Rp. 320.000,0
0
2. Tinta Komputer 4 Rp. 30.000,00 Rp. 120.000.0
0
3. CD 5 Rp. 3.000,00 Rp. 15.000,00
4. Flash disk 5 Rp. 75.000,00 Rp. 375.000,0
0
5. Ballpoin 12 Rp. 3.000,00 Rp.36.000,00
6. Catridge Printer 2 Rp. 200.000,00 Rp. 400.000,0
0
7. Stofmap 10 Rp. 3.000,00 Rp. 300. 000,00
8. Amplop 3 Rp. 5.000,00. Rp. 15.000,00
9 Paket Data 5 Rp. 100.000 Rp. 500.000
Jumlah Rp.
2.081.000,00
Jumlah Biaya Keseluruhan: Rp. 9.921.000,00 (Sembilanan juta Sembilan ratus dua puluh satu ribu rupiah)
5
B. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian disusun dalam bentuk diagram batang (bar chart) untuk rencana penelitian yang
diajukan.
Bulan
Kegiatan
11 12 1 2 3 4 5 6
1. Penyusunan Usul Penelitian X
2. Penelusuran/Pengkajian Pustaka X
3. Pengumpulan Data X
4. Klasifikasi Data dan Analisis Data X
5. Penyusunan Konsep Laporan X
6. Rapat untuk perbaikan X xX
7. Penyelesaian Akhir X
Penggandaan dan penyerahan lap.
8. Publikasi hasil penelitian x
]
REFERENSI
Ibrahim, Abdul Syukur. (1993). Kajian Tindak Tutur. Surabaya : Usaha Nasional.
Rohmadi, Muhammad. (2017). Pragmatik : Teori dan Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta : Sanata Dharma Universitas Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian.
Lampiran 2. Biodata ketua dan anggota Tim Pengusul.
Lampiran 3. Surat pernyataan ketua pengusul tentang : usul penelitian yang
diajukan tidak sedang atau pernah didanai dan tidak sedang
diusulkan ke sumber dana yang lain (sebagaimana contoh)
57
Lampiran 1
DENAH LOKASI PENELITIAN
LAMPIRAN 1
BIODATA TIM
1. Ketua
Identitas
Nama: Dra. Tutut Tugiati, M. Hum
NIP: 195908171987032001
Tempat dan Tanggal Lahir: Pemalang, 17 Agustus 1959
Jenis Kelamin Perempuan
Golongan/Pangkat: IV/a, Pembina
Jabatan Fungsional Akademik: Lektor Kepala
Perguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Alamat: Kampus Dukuhwaluh PO. BOX 202 Kembaran,
Purwokerto
Telp/Faks: (0281) 636751 / (0281) 637239
Alamat Rumah: Jl. Kalpataru V No. 106, Purwosari, Purwokerto
Telp/Faks (0281) 6841338
Alamat e-Mail
Tahun Kegiatan
2013 Kegiatan IbS tentang Peningkatan Kinerja Guru dalam Penggunaan Bahasa
Indonesia untuk Kepentingan Pembelajaran di TK Kec. Kembaran
Purwokerto
2013 Kegiatan IbS tentang Peningkatan Kinerja Guru dalam Penerapan
Kurikulum 2013 di SMP/SMA Kec. Wangon Banyumas
2014 Kegiatan IbS tentang Penerapan Penilaian dalam Kurikulum 2013 pada
Guru Bahasa Indonesia SMP/SMA Banyumas
2015 Pelatihan Analisis Wacana/Teks
Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Guru Mapel Bahasa Dan Sastra Indonesia Smp/Mts Wilayah
Purwokerto-Banyumas
2016 Pelatihan “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Dengan Kerangka
Tematik Pada Kelas Tinggi Sekolah Dasar” Bagi Guru Sekolah Dasar
Muhammadiyah Banyumas
2016 Pelatihan Penerapan Analisis Struktur Teks Dan Butir Kebahasaan Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Guru Mapel Bahasa Dan Sastra
10
Lampiran BiodataAnggota 2
1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum.
1.2. Jabatan Fungsional Lektor/IIIC
1.3. NIP/NIK 2160272
1.4. NIDN 0612107501
1.5. Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 12 Oktober 1975
1.6. Alamat Rumah Perum Griya Satria C17, Bantarsoka, Pwt
1.7. Nomor Telepon/Fax 0281-6845619
1.8. Nomor HP 087 781 868 826
1.9. Alamat Kantor Jl. Raya Dukuhwaluh Po Box 202 Pwt
1.10. Nomor Telepon/Fax 0281 636751
1.11. Alamat e-mail titikwahyuningsih@ump.ac.id
titikwsastraump@gmail.com
Program Sumber
No Tahun Judul Penelitian
Penelitian Pendanaan
Sumber
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
11. 2013 / 2014 Instruktur IELTS bagi Dosen Fakultas Kedokteran Mandiri
UMP
12. 2012 / 2013 English Fun untuk Anak-Anak Panti Asuhan Puteri Mandiri
Muhammadiyah
15. 2009 / 2010 Kiat Menulis Artilel Berbahasa Inggris untuk Program
Diterbitkan di Media Cetak IbM UMP
17. 2002 / 2003 Pelatihan English For Children Bagi Guru-Guru Program
Sekolah Dasar IbM UMP
Bilamana pada kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan bersedia
mengembalikan seluruh biaya penugasan yang sudah di terima ke kas Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Mengetahui,
Ketua LPPM Yang Menyatakan