Anda di halaman 1dari 55

USUL PENELITIAN FUNDAMENTAL

PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA TIN


TINDAK
DAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA
PEMBELAJARAN DI TK AISYYAH BUSTANUL ATHFAL 6 PURWOKERTO

oleh

Dra. Tutut Tugiati, M.Hum, Ketua Tim


Dr. Kuntoro, M.Hum, Anggota Tim
Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum
M.Hum,, Anggota Tim
Oka Novitria, Anggota Tim
Lutfi Febriani, Anggota Tim

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAM
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
NOVEMBER 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
USUL PENELITIAN FUNDAMENTAL

1. Judul Penelitian : Prinsip Kesantunan Berbahasa Dalam Tindak Tutur Ilokusi


Direktif Pada Pembelajaran Di TK Aisyyah Bastanul
Athfal 6 Purwokerto

2. Ketua Tim Pengusul


a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Tutut Tugiati, M. Hum
b. NIP : 19590817 198703 2 002
c. Gol /Pangkat : IVa / Pembina
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
f. Perguruan Tinggi : Universitas
iversitas Muhammadiyah Purwokerto
g. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Indonesia
h. Alamat Kantor : Jl. KH. Ahmad Dahlan, Dukuhwaluh,
Dukuhwaluh Kec. Kembaran,
Kab.Banyumas, Jawa Tengah (53182), PO Box 202, Telp
(0281) 636751
i. Alamat Rumah : Jalan Kalpataru V/106, Purwosari,
ari, Purwokerto (53151),
Telp. (0281) 6841338
3. Anggota Tim Pengusul
a. Nama Anggota I / Bidang Keahlian : Dr. Kuntoro, M.Hum. / Pendidikan Bahasa Indonesia
4. Nama Anggota II / Bidang Keahlian : Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum / Ilmu Sastra(Inggris)
5. Mahasiswa yang Terlibat
a. Nama Mahasiswa I / NIM : Oka Novitria/ 1701040023
b. Nama Mahasiswa II / NIM : Lutfi Febriani/1701040068
6. Lokasi Kegiatan
a. Wilayah Mitra (Desa / Kec) : Jl. Penutasan Gang 1 No.11
b. Kelurahan : Purwokerto Wetan
c. Kecamatan : Purwokerto Timur
d. Kabupaten : Banyumas
e. Provinsi : Jawa Tengah
f. Jarak : 3 KM
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 8 Bulan
8. Dana dari LPPM UMP : Rp 10.000.000

Purwokerto, 15 November 2021


Mengetahui
a.n Dekan FKIP Ketua Pelaksana
Wakil Dekan 1,

Drs. Eko Suroso, M.Pd Dra. Tutut Tugiati, M.Hum


NIK 2160103 NIP. 19590817 198703 2 002
Menyetujui,
Ketua LPPM,

Dr. Suwarno, M.Si


NIK 2160105
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

Judul penelitian : Penggunaan Prinsip Kesantunan Berbahasa Dalam Tindak Tutur Ilokusi
Direktif Dalam Pembelajaran Di TK Aisyyah Bastanul Athfal 6 Purwokerto

1. Bidang Ilmu : Bahasa Indonesia


2. Tim Pengusul :

No Nama Jabatan Bidang Keahlian Instasi Alokasi


Asal Waktu
1 Dra. Tutut Ketua Pend. Bahasa & PBSI 12 jam/mg
Tugiati, M.Hum Sastra Indonesia FKIP,
UMP
2 Dr. Kuntoro, Anggota Pend. Bahasa & PBSI 12 jam/mg
M.Hum Sastra Indonesia FKIP,
UMP
3 Titik Anggota Ilmu Sastra Sastra 12 jam/mg
Wahyuningsih, Inggris
S.S., M.Hum Sastra
Inggris,
UMP

3. Lokasi Penelitian : Purwokerto

4. Masa Pelaksanaan:

Mulai : November 2021


Berakhir : Juli 2022
5. Tujuan :

Mendeskripsikan (1) tindak tutur ilokusi direktif dalam pembelajaran di TK


Aisyyah Bastanul Athfal 6 Purwokerto, dan (2) Penggunaan
prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran di TK
Aisyyah Bastanul Athfal 6 Purwokerto

6. Usulan Biaya : Rp. 10.000.000


2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM .............................................................. iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................3


BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................48
LAMPIRAN .....................................................................................................49
RINGKASAN
Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari
tuturan yang diucapkan. Penggunaan bahasa yang sopan, santun, sistematis, jelas,
dan lugas mencerminkan pribadi penuturnya. Hal ini sesuai pepatah “Bahasa
Menunjukkan Bangsa”. Bahasa memiliki peran central dalam perkembangan
intelektual, sosial dan emosional. Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu kebijakan yang
berimplikasi pada pembinaan dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Fungsi
hakiki bahasa adalah alat komunikasi, alat bekerjasama, dan kontrol sosial.
Terwujudnya pendidikan santun berbahasa bermula dari keteladanan baik
keteladanan dari guru atau orang tua. Di lingkungan sekolah keteladanan guru
sangat diperlukan dengan cara menggunakan bahasa santun dalam mengajar atau
dalam berinteraksi dengan siswa. Jika guru memberikan teladan berbahasa santun,
maka siswa akan menirukan yang dituturkan gurunya. Jadi, sumbangsih guru
dalam pembentukan karakter siswa dapat diwujudkan dalam kebiasaan santun
berbahasa.
Kaitan antara pembelajaran bahasa dan pendidikan karakter dapat dilakukan
oleh guru saat bertutur kepada siswa, kemudian siswa akan menyimak tuturan guru
tersebut dengan baik. Siswa taman kanak-kanak berada dalam golden age, tahapan
perkembangan dan pertumbuhan emas yang terjadi dimasa-masa awal
kehidupannya. Masa ini merupakan masa kritis lima tahun pertama anak.
Tindak tutur ilokusi direktif merupakan upaya pengembangan pendidikan
karakter anak usia dini. Tuturan merupakan suatu aktifitas bentuk tindakan dalam
konteks situasi tutur. Tuturan tidak hanya berfungsi menginformasikan sesuatu,
juga digunakan untuk melakukan sesuatu dengan mengekspresikan sikap
penutur/guru terhadap tindakan yang akan dilakukan mitra tutur/siswa. Wujud
tindakannya berupa : (1) mitra tutur / siswa melakukan sesuatu sesuai harapan
penutur/guru, (2) mitra tutur/ siswa memberikan jawaban/respon atas pertanyaan
penutur (guru), (3) mitra tutur/siswa melakukan sesuatu atas yang dituturkan dan
diinginkan penutur /guru, (4) mitra tutur/siswa tidak melakukan sesuatu atau tidak
boleh melakukan sesuatu sesuai konteks yang terkandung dalam tuturan
4

penutur/guru,(5) penutur/guru tidak mengharapkan atau tidak berkehendak mitra


tutur/siswa melakukan sesuatu, (6) penutur/guru memberi kepercayaan kepada
mitra tutur/siswa bahwa yang dilakukan itu merupakan kepentingan dirinya. Dalam
kesantunan bertutur, keenam tindak tutur ilokusi direktif itu dilakukan secara tidak
langsung dan tidak literal.

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tiga tahap penelitian, yaitu : (1)
penyediaan data, (2) penganalisisan data, dan (3)penyajian hasil analisis
data/laporan. Penyediaan data menggunakan metose observasi, metode simak
dengan tekhnik rekam/video dan catat. Penganalisisan data menggunakan metode
agih dan padan referensial/kontekstual. Penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan metode informal, menggunakan kata-kata biasa tanpa simbol
tertentu. Dengan masukan preview pada saat seminar hasil penelitian, tim penyusun
dapat memperbaiki laporan, diterima dalam Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat (JPM) UMP atau lensa Universitas Muhammadiyah Semarang.
5
BAB 1.
PENDAHULUAN

Bahasa mempunyai beberapa fungsi sebagaimana yang disampaikan oleh


Keraf (1980: 3) yang mengatakan jika fungsi bahasa itu antara lain ialah untuk
menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial, dan sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia tidak dapat hidup sendiri. Interaksi antara
satu dan yang lain merupakan bagian dari hidup seseorang. Dalam usaha untuk
mengungkapkan diri, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang
mengandung kata-kata dan struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga
memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan itu.
Tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan biasa disebut dengan
tindak tutur. Tindak tutur direktif merupakan salah satu tindak tutur yang sering
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Fungsinya adalah memengaruhi
penutur atau mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diungkapkan oleh si
penutur. Fungsi umum direktif mencakup: menyuruh, memerintah, memohon,
mengimbau, menyarankan dan tindakan-tindakan lain yang diungkapkan oleh
kalimat berdasar imperatif (perintah). Di dalam sosiolinguistik (yang merupakan
bagian dari ranah ilmu linguistik) dikenal istilah masyarakat tutur. Masyarakat tutur
merupakan sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama pada tempat
atau daerah yang sama dan mempunyai tujuan yang sama pula.
Sekolah merupakan salah satu tempat dimana terdapat masyarakat tutur.
Komunikasi antara guru dengan siswa merupakan wujud nyata dari adanya
tindakan tutur. Terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagai pengantar merupakan sesuatu
kewajiban dalam dunia pendidikan. Guru sebagai pemegang kendali di dalam
kelas, sering melakukan tindak tutur direktif. Dengan kata lain, guru merupakan
pihak yang mempunyai peran penting dalam mengatur siswanya melakukan segala
sesuatu ketika proses pembelajaran. Hal tersebut secara tidak langsung dapat
berdampak pada pembentukan kesantunan siswa.
Dalam pendidikan kesantunan, guru berperan sebagai model. Jadi apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswa dan dijadikan
6
sebagai panutan. Keterkaitan antara bahasa dan pembentukan karakter pada
siswa taman kanak-kanak cukup erat. Peran guru sebagai pengendali kelas
terutama di tingkat taman kanak-kanak sangat berpengaruh bagi perkembangan
karakter anak karena kesantunan seseorang terbentuk dari mulai usia dini. Segala
tuturan yang disampaikan oleh guru direkam secara langsung oleh anak. Melalui
bahasa, penanaman nilai-nilai karakter akan lebih maksimal tersampaikan kepada
siswa.
Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto merupakan
lembaga pendidikan anak usia dini yang menerapkan nilai-nilai Islam di dalam
setiap proses pembelajaran. Keterkaitan tentg tindak tutur guru dalam pembentukan
karakter siswa taman kanak-kanak merupakan hal yang dirasa menarik oleh tim
penyusun untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Zaman digital seperti sekarang
ini membuat segalanya menjadi lebih mudah. Segala macam informasi dapat
dengan cepat diperoleh bahkan hanya dengan menyentuh Hp saja. Namun, segala
kemudahan era digital tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kesantunan
pada siswa taman kanak-kanak.
Informasi yang didapat melalui internet akan dapat dengan mudah ditiru oleh
siswa baik itu yang positif maupun negatif. Tidak terkecuali dalam pemakaian
bahasa. Terdapat banyak sekali kata yang belum semestinya diketahui oleh anak
namun kenyataannya anak sudah mengerti. Maka dari itu posisi guru dalam
pembelajaran di kelas dengan menggunakan media bahasa dapat membantu
menanamkan pendidikan kesantunan, memperbaiki perilaku yang salah serta
membentengi siswa taman kanak-kanak dengan nilai-nilai kesantunan yang baik.
Oleh karena itu, untuk menemukan bagaimana bentuk dan bentuk tindak tutur
yang digunakan oleh guru pada siswanya, tim peneliti akan melakukan sebuah
penelitian mengenai tindak tutur yang dilakukan oleh guru di Taman Kanak-Kanak
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tim penyusun menjadikan taman kanak-
kanak sebagai tempat untuk melakukan penelitian karenakan pada usia siswa taman
kanak-kanak merupakan masa-masa penting dalam pemerolehan bahasa. Seperti
yang dikatakan oleh Patmonodewo (UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional) yang menyebutkan: “Pendidikan prasekolah adalah
7

pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,


dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri
secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup”.
8
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA

A.Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Searle (dalam Rohmadi, 2017:31-32)menegaskan bahwa tindak tutur adalah
produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan,
perintah atau yang lainnya. Hal serupa juga disampaikan oleh Kridalaksana
(1992:154) bahwa tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar
suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar. Sedangkan menurut Yule
(2006:82), bahwa tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran.
Tarigan (2006:36) juga berpendapat bahwa tindak tutur yang dihasilkan oleh manusia
dapat berupa ucapan. Sedangkan tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam
konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur (Rustono, 1999:3).
Namun, wujud dari tindakan tuturan hanya sebagai tindakan verbal. Satu tuturan dapat
digunakan untuk melakukan beberapa tindak tutur.

2. JenisTindak Tutur Ilokusi Direktif


Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk mengatakan
atau menginformasikan sesuatu, juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana,
1996:18). Penutur dapat memberikan informasi kepada lawan tutur. Selain itu, penutur
dapat menggunakan tindak ilokusi ini supaya lawan tutur melakukan sesuatu. Tindak
ilokusi juga disebut sebagai The Acts of Doing Something. Berikut merupakan conoh
kalimat :
(1)Yuli sudah seminar proposal skripsi kemarin
(2)Santoso sedang sakit

Kalimat (1) jika diucapkan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan hanya
sekedar memberikan informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu
memberikan dorongan agar mahasiswa tadi segera mengerjakan skripsinya.
Sedangkan kalimat (2) jika diucapkan kepada temannya yang menghidupkan radionya
9

dengan volume tinggi, berarti bukan saja sebagai informasi akan tetapi juga untuk
melakukan sesuatu menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya. Tindak
ilokusi sangat sulit untuk diidentifikasi karena harus mempertimbangkan terlebih
dahulu siapa penutur dan lawan tuturnya. Searle (dalam Leech, 1993: 164-165)
mengkategorikan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur menjadi lima macam
bentuk tuturan ilokusi yaitu (1) asertif, (2) direktif), (3) komisif, (4) ekspresif, (5)
deklaratif. Penelitian ini membatasi diri pada teori tindak tutur direktif
Menurut Ibrahim (1993:27), tindak tutur direktif mengekspresikan sikap
penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mira tutur. Apabila sebatas ini
pengertian yang diekspresikan, maka direktif merupakan konstatif dengan batasan
pada isi proposisinya yaitu, bahwa tindakan yang akan dilakukan ditujukan kepada
mitra tutur. Tindak tutur direktif juga dapat mengekspresikan maksud penutur
(keinginan dan harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan
sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Menurut Ibrahim (1993: 28-33),
membagi tindak tutur direktif menjadi enam, yaitu :

a.Requestives
Requestives digunakan untuk mengekspresikan keinginan penutur agar mitra
tutur melakukan sesuatu. Di samping itu, requestivesmengekspresikan keinginan atau
harapan penutur, sehingga mitra tutur menyikapi keinginan yang terekspresikan ini
sebagai alasan (atau bagian dari alasan untuk bertindak) (Ibrahim, 1993:29).Tuturan
yang termasuk dalam bentuk tindak tutur direktif requestives yaitu tuturan meminta,
mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, mendorong. Verba
requesting (permohonan) ini mempunyai konotasi yang bervariasi dalam kekuatan
sikap yang diekspresikan, sebagaimana yang ada dalam ‘invite’ (megundang) dan
‘insist’ (mendorong) lalu diantara ‘ask’ (meminta) dan ‘beg’ (mengemis). Verba yang
lebih kuat mengandung pengertian kepentingan. Sebagian verba requesting memiliki
skop yang lebh spesifik. ‘memanggil’ atau ‘mengundang’ mengacu pada permohonan
terhadap permintaan agar mitra tutur datang. ‘Beg’ (mengemis) dan ‘solicit’
(meminta) juga berlaku untuk permohonan yang berhubungan.
Tuturan requestives memiliki beberapa ciri-ciri, biasanya ditandai dengan kata
10

tolong dan mohon.Kata tolong biasanya digunakan penutur untuk merayu mitra tutur
supaya melakukan tindakan yang dimaksudkan tuturan penutur. Kata tolong juga
biasanya disampaikan dalam keadaan terdesak, sehingga mitra tutur harus melakukan
tindakan saat itu juga. Selanjutnya pada kata mohon disampaikan penutur kepada
mitra tutur dengan maksud mengharapkan atau menghimbau mitra tutur untuk
melakukan sesuatu yang dimaksudkan oleh tuturan penutur.
Contoh kalimat :
(3)Coba sekarang tolong hafalkan tulisan ini. Nanti saya beri tugas untuk
menulis.

Tuturan direktif (3) tersebut termasuk kedalam kategori ‘meminta’. Kata ‘meminta’
disini memiliki arti memohon. Dipertegas dengan penggunaan kata tolong. Kalimat di
atas merupakan tuturan direktif yang mempunyai arti meminta siswanya untuk
melakukan sesuatu yang dituturkan oleh guru yang dikuatkan dengan kata ‘tolong’.
Penutur meminta supaya lawan tutur turut/melaksanakan apa yang diucapkan oleh
penutur.

b.Questions
Questions(pertanyaan) merupakan request (permohonan) dalam kasus yang
khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon adalah mitra tutur
memberikan informasi tertentu kepada penutur.Terdapat perbedaan diantara
pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak semuanya penting untuk taksonomi ilokusi
(Ibrahim, 1993:30-31). Ciri-ciri tuturan questions biasanya terdapat kata yang
mengandung kata tanya, inkuiri, dan interogasi. Selanjunya, tuturan questions
biasanya ditandai dengan tanda tanya diakhir kalimat, membutuhkan jawaban dari
pihak yang ditanya, maupun sebuah informasi yang disampaikan lawan tutur kepada
penutur.
Contoh kalimat :
(4) Bagaimana kabarmu hari ini ?
Tuturan direktif (4) tersebut termasuk kedalam kategori questions(bertanya) . Dapat
dilihat bahwa penutur menanyakan kabar atau keadaan kepada mitra tuturnya
11

dikuatkan dengan kalimat tanya ‘bagaimana’. Kata ‘bagaimana’ dalam tuturan di atas
merupakan sebuah kata tanya yang digunakan untuk menanyakan suatu keadaan.
Selain itu, terdapat penggunaan tanda tanya (?) di akhir kalimat. Tuturan direktif
tersebut membutuhkan jawaban dari pihak yang bersangkutan.

c.Requirements
Requirementsmempunyai arti ‘perintah’ yang mengandung maksud supaya
mitra tutur menyikapi ujaran penutur sebagai alasan untuk bertindak, dengan demikian
ujaran penutur dijadikan sebagai alasan penuh untuk bertindak (Ibrahim, (1993: 31).
Ciri-ciri tuturanrequirements biasanya disampaikan dengan intonasi tinggi dan
disampaikan dengan nada tegas atau diikuti dengan tanda seru (!) pada kalimat. Selain
itu, biasanya terdapat tuturan memerintah, menghendaki, mengkomando, menuntut,
mendikte, mengarahkan, menginstruksikan, mengatur dan mensyaratkan. Tuturan
tersebut bermakna untuk menyuruh mitra tutur supayamelakukan sesuatu dan
mematuhi apa yang dikatakan dan diinginkan oleh penutur.
Contoh kalimat :
(5) Ya semuanya siap grak !
Tuturan direktif (5) di atas diidentifikasikan kedalam tuturan memerintah yang
ditandai dengan kalimat “...siap grak” yang berarti aba-aba dan memiliki arti perintah
dalam baris-berbaris. Selain itu, terdapat kalimat perintah di akhir tuturan. Kalimat
perintah apabila diujarkan dapat berupa pelafalan dengan intonasi yang tinggi. Apabila
dituangkan ke dalam kalimat, maka akan disimbolkan dengan tanda seru (!). Makna
tuturan tersebut disampaikan dengan maksud agar mitra tutur mematuhi perintah dari
penutur untuk berbaris dengan tertib dan rapi.

d.Prohibitives
Prohibitivesmempunyai arti ‘larangan’.Prohibitives merupakan suatu tuturan
yang diucapkan oleh penutur supaya mitra tutur tidak melakukan sesuatu sesuai
konteks yang terkandung dalam tuturan penutur (Ibrahim, 1993: 32). Tuturan
prohibitives biasanya ditandai dengan ciri-ciri penggunaan kata atau ungkapan yang
berupa larangan. Ciri-ciri lain tuturan questions biasanya terdapat kata yang
12

mengandung kata melarang dan membatasi.Larangan biasanya digunakan untuk


menegaskan supaya mitra tutur tidak melakukan suatu hal yang tidak diperbolehkan
oleh penutur. Selain itu, biasanya terdapat tuturan yang mengandung melarang dan
membatasi.
Contoh kalimat :

(6) Tangan jangan di meja !

Tuturan direktif (6) di atas termasuk ke dalam kategori prohibit (melarang). Ditandai
dengan kata “jangan” yang merupakan kata menyatakan melarang yang berarti tidak
boleh; hendaknya tidak usah.Kata “jangan” memiliki arti kata yang menyatakan
melarang, berarti tidak boleh, hendaknya tidak usah. Kata tersebut memperkuat
penutur dalam menyampaikan sebuah tuturan yang mengandung larangan. Penutur
memerintahkan supaya lawan tutur tidak melakukan sesuatu, yaitu supaya lawan tutur
tidak meletakkan tangannya di atas meja.

e.Permissives
Permissivemerupakan suatu tuturan yang diucapkan oleh penutur untuk
mengekspresikan bahwa penutur tidak mengharapkan atau tidak berkehendak agar
mitra tutur tidak melakukan suatu tindakan yang bersangkutan (Ibrahim, 1993: 32).
Ciri-ciri tuturan permissives yang sering muncul yaitupenutur menyampaikan ujaran
kepada mitra tutur untuk melakukan seuatu dengan ekspresi raut wajah yang ikhlas
dan intonasi yang dapat meyakinkan lawan tutur bahwa tindakan yang dilakukannya
telah mendapat persetujuan atau mendapatkan izin dari penutur. Selain itu, biasanya
terdapat ciri-ciri lain berupa tuturan yang mengandung unsur menyetujui,
membolehkan, memberi wewenang, menganugerahi, mengabulkan, membiarkan,
mengijinkan, melepaskan, memaafkan, dan memperkenankan.
Contoh Kalimat :
(7) Kali ini bu guru memaafkan, tapi lain kali jangan diulangiya, kalau ibu
guru sedang menerangkan di depan, kalian harus memperhatikan
13

Tuturan direktif (7) d iatastermasuk ke dalam tuturan direktif permissive yang ditandai
dengan kata “memaafkan”. Kata “memaafkan’ “ arti memberi ampun atas kesalahan
dan sebagainya; tidak menganggap slaah dan sebagainya lagi. Penutur mencoba
memberi ampun kepada mitra tutur atas kesalahan yang telah diperbuat. Guru
memaafkan siswanya yang tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Kalimat tersebut terkait tutuan direktif permissive diperbuat dengan
adanya kata “memaafkan”.

f.Advisories
Advisories merupakan suatu tuturan yang diekspresikan penutur bukanlah
keinginan bahwa mitra tutur melakukan tindakan tertentu, tetapi kepercayaan bahwa
melakukan sesuatu merupakan hal yang baik bahwa tindakan itu merupakan
kepentingan mitra tutur (Ibrahim, 1993: 33). Ciri-ciri yang biasanya muncul dalam
tuturan advisories adalah penutur menyampaikan suatu tuturan dengan menasehati
supaya mitra tutur tidak melakukan hal yang dianggap salah atau tindakan yang tidak
diinginkan. Selain itu, terdapat tuturan yang mengandung unsur menasehatkan,
memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, dan mendorong.
Contoh kalimat:
(8) Bu guru sebelumnya, sebelum pelajaran dimulai mau mengingatkan.
Mengingatkan kepada anak-anakku semuanya. Jangan suka apa hayo ?
gelut (berkelahi) ya

Tuturan direktif (8) tersebut termasuk ke dalam tuturan direktif advisories ditandai
dengan kata “mengingatkan”. Kata “mengingatkan” memiliki arti memberi ingat atau
memberi nasihat (teguran dan sebagainya). Kalimat tersebut disampaikan oleh penutur
supaya mitra tutur tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang
lain dengan cara berkelahi. Penutur berusaha memberikan nasihat agar mitra tutur
tidak melakukan kesalahan yang sama. Oleh sebab itu, tuturan di atas termasuk ke
dalam tuturan direktif advisories.
14

3. Bentuk Tindak Tutur


a. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Secara formal berdasakan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara
konvensional, kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberikan sesuatu
(informasi), kalimat tanya (interogatif) untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat
perintah (imperatif) untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan.
Apabila kalimat berita difungsikan untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk
bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya
maka akan terbentuk tindak tutur langsung.Tindak tutur tak langsung merupakan
tindak tutur untuk memerintah seseroang untuk melakukan sesuatu secara tidak
langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat tanya agar orang
yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah.
b. Tindak Tutur literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunnya. Sama hanya dengan pendapat Wijana (1996:32), tindak
tutur literal adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tak literal merupakan tindak tutur yang
maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya.
Sedangkan tuturan literal adalah tuturan yang maksud danmakna kata-kata
menyusunnya tidak sama. Oleh sebab itu, kedua tindak tutur di atas memiliki arti yang
berbeda.
15
B. Prinsip Percakapan Kesantunan

Menurut Lestari, dkk (2016 : 154) berpendapat bahwa Prinsip kesantunan


merupakan prinsip percakapan yang mengharuskan peserta pertuturan bertutur dengan
santun, hal ini berlandaskan dimana kita hidup di lingkup masyarakat timur yang
selalu mengutamakan sopan dan santun saat kita berkomunikasi dengan mitra tutur.
Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Wulanda 2021 : 578 (dalam Rahardi 2005: 59-
66) dalam bertindak tutur yang santun, agar pesan dapat disampaikan dengan baik
pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip
kesantunan berbahas.

1) Maksim Kearifan

Menurut Wijana (1996:96) Maksim ini menggariskan setiap penutur untuk


meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan ke untungan bagi orang lain.
hal ini dapat dilihat di lingkungan masyarakat ketika kita menerapkan maksim ini
maka akan semakin dihargai ketika santun dalam memperlakukan seorang begitu juga
sebaliknya jika kita tidak santun kepada orang lain maka kita juga tidak dihargai.

2) Maksim Kedermawanan
Menurut Leech (1993 : 206) maksim ini menjelaskan buatlah keuntungan diri
sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Dengan
maksim ini diharapkan penutur menghormati orang lain dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang baik.

3) Maksim Pujian

Menurut Wijana (1996:57) maksim penghargaan ini diutarakan dengan kalimat


ekspresif dan kalimat asertif. Dalam maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan
untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak
hormat kepada orang lain.

4) Maksim Kerendahan Hati

Menurut Wijana (1996:58) mengatakan maksim kerendahan hati ini


diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan atau
penghargaan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati berpusat pada diri
sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan
ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
16

4) Maksim Kesepakatan

Menurut Wulanda (2021: 579) dalam Rahardi (2005:64) dalam maksim ini,
ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau
kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-
masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Wijana (1996:59)
menggunakan istilah maksim kecocokan dalam maksim permufakatan ini.

5) Maksim Simpati

Menurut Wijana (1996:60) maksim ini mengungkapkan dengan tuturan


asertif dan ekspresif. Maksim ini mengharuskan setiap penutur untuk
memaksimalkan rasa simpati dam meminimalkan rasa antisipasi kepada lawan
tuturnya.

C. Kesantunan Direktif
1. Pengertian Kesantunan Direktif
Kesantunan merupakan suatu budaya masyarakat Indonesia yang harus tetap
dijaga dan dilestarikan. Indonesia menjadi salah satu Negara yang masih cukup
kental dengan unsur budaya, baik dari segitata krama maupun cara berbahasa.
Menurut Pranowo (2005:16) untuk mengatakan santun tidaknya pemakain bahasa
dapat dilihat setidaknya dari dua hal, yaitu pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa,
pilihan kata yang dimaksud yaitu ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan
makna atau maksud dalam konteks tertentu. Sedangkan direktifMenurut Ibrahim
(1993:27) yaitu mengekspresikan sikap atau maksud penutur (keinginan, harapan)
sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadian sebagai alasan untuk
bertindak oleh mitra tutur.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kesantunan direktif merupakan maksud penutur berupa keinginan atau harapanyang
disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu sehingga akan menimbulkan efek pada mitra tutur
untuk bertindak.
2. Jenis-Jenis Kesantunan Direktif
Kesantunan direktif merupakan maksud penutur berupa keinginan atau harapan
yang disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu sehingga akan menimbulkan efek pada mitra tutur
untuk bertindak. Pada dasarnya kesantunan direktif merupakan bagian terpenting
dalam suatu tuturan. Dengan penggunaan kesantunan yang baik khusunya pada saat
17
meminta, bertanya, perintah, larangan dapat menimbulkan suatu keharmonisan
penutur dan mitra tutur. Kesantunan direktif merupakan bagian dari ilmu-ilmu dari
segi pragmatik. Bagian dari salah satu ilmu tersebut yaitu jenis-jenis kesantunan
direktif :
a. Kesantunan Direktif Permintaan
Menurut Ibrahim (1993:29) permintaan yaitu mengapresiasikan keinginan
penutur sehingga mitra tutur melakukan sesuatu.Dapat disimpulkan bahwa
permintaan pada dasarnya merupakan keinginan dari penutur, penutur mencoba
untuk mengapresiasikan keinginan di depan mitra tutur, hingga apa yang penutur
harapkandapat dilakukan oleh mitra tutur. Dalam bentuk permintaan kepada mitra
tutur,penutur dapat menggunakan kata “tolong” supaya tuturan terasa menjadi
lebih santun.Pada kesimpulannya kesantunan direktifpermintaan
merupakankeinginan/harapanyang diekspresikan oleh penutur di depan mitra tutur
hingga apa yang penuturharapkan dapat terpenuhi, biasanya disampaikan dengan
penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks
tertentu.Kesantunan direktif permintaan biasanya dibagi dalam beberapa bentuk
meliputi meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa,
mengajak, dan mendorong. Dalam kesantunan direktif permintaan terdapat
beberapa bentuk, berikut ini untuk lebih rincinya:
1) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Meminta
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk meminta merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan dalam hal meminta. Permintaan dalam bentuk
meminta ini penutur mencoba mengekspresikan keinginannnya supaya mitra tutur
dapat memenuhi keinginan penutur untuk melakukan sesuatu. Bentuk meminta
biasanya dilakukan dalam hal meminta bantuan, meminta untuk melakukan
sesuatu dan lain-lain. Tujuan akhir dari meminta yakni supaya apa yang
diharapkan apa yang diinginkan dapat dipenuhi. Dalam meminta penutur dapat
menggunakankataminta, tolong hal ini bertujuan supaya tuturan terasa menjadi
lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengemis
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mengemis merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan meminta dengan cara merendah. Mengemis
dalam hal ini bukan berarti meminta meminta, namun meminta dengan penuh
kerendahan hati, dan dengan penuh harap supaya mitra tutur dapat melakukan
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Bentuk mengemis biasanya dilakukan
dalam hal meminta untuk meminjam sesuatu, meminta untuk memberikan sesuatu
dan lain-lain. Tujuan akhir dari mengemis ini supaya mitra tutur dapat
18
mengabulkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam mengemis penutur dapat
menggunakan kata tolongsupaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat
juga melihat dari segi konteks.
3) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Memohon
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk memohon merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan meminta dengan cara memohon. Dalam
memohon ini penutur meminta dengan penuh rasa hormat dan dengan penuh rasa
kerendahan hati. Bentuk memohon biasanya dilakukan dalam hal memohon untuk
meminta sesuatu dan lain-lain. Tujuan akhir dari bentuk memohon yakni supaya
mitra tutur dapat melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan penutur,
bentuk memohon ini biasanya terkesan lebih santun karena penutur meminta
dengan penuh rasa hormat. Dalam memohon penutur dapat menggunakan kata
mohonsupaya tuturan terkesan menjadi lebih santun atau dapat juga melihat dari
segi konteks.
4) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Menekan
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk menekan merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan untuk meminta dengan cara menekan. Dalam
bentuk menekan ini penutur meminta dengan cara mendesak, memaksa mitra tutur
supaya dapat memenuhi keinginan penutur. Bentuk menekan biasanya dilakukan
dalam hal meminta untuk segera memberitahu sesuatu, dan lain-lain. Tujuan akhir
dari bentuk menekan yakni supaya mitra tutur segera untuk memenuhi apa yang
diinginkan penutur, karena dengan cara menekan biasanya mitra tutur akan
segera melakukan seperti apa yang diharapkan oleh penutur. Tuturan dalam hal
meminta dengan cara menekan akan terkesan tidak santun, namun dapat
menggunakan kata harusnyahal ini supaya tuturan terkesan cukup santun atau
dapat melihat juga dari segikonteks.
5) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengundang
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mengundangmerupakan
kesantunan direktif bertujuan untuk meminta namun dengan cara mengundang.
Mengundang dalam hal ini memiliki arti penutur meminta supaya mira tutur
datang, mendatangi penutur. Bentuk mengundang dalam meminta biasanya
dilakukan untuk maju ke depan ketika situasinya dalam pembelajaran, dan lain-
lainnya. Tujuan akhir dari bentuk mengundang supaya mitra tutur segera datang
kepada penutur. Dalam mengundang dapat menggunakan kata harap, mari hal ini
supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
19
6) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mendoa
Kesantunan direktif permintaan dalam bentuk mendoa merupakan
kesantunan direktif bertujuan untuk meminta namun dengan cara mendoa.
Mendoa dalam hal ini penutur meminta kepada pencipta untuk dapat menjabah
dan mengabulkan doanya. Bentuk mendoa ini dalam meminta biasanya dilakukan
untuk meminta segala sesuatu karna hanya pencipta yang dapat memenuhinya.
Tujuan akhir dari bentuk mendoa ini supaya pencipta segera menjabah apa yang
diharapkan dan yang diinginkan. Dalam mendoa harus dapat menggunakan
tuturan yang santun, biasanya dapat menggunakan kata semoga.
7) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mengajak
Kesantunan Direktif permintaan dalam bentuk mengajak merupakan
kesantunan direktif yang bertujuan untuk meminta namun dengan cara mengajak
mitra tutur. Mengajak disini yaitu penutur meminta supaya mitra tutur dapat
mengikuti apa yang diinginkannya. Bentuk mengajak ini basanya dilakukan untuk
mengajak dalam hal untuk maju ke depan menjawab pertanyaan, untuk
membacakan sesuatu dan hal ini terjadi apabila situasi di dalam kelas pada saat
pembelajaran. Tujuan akhir dari bentuk mengajak yakni supaya mitra tutur dapat
mengikuti apa yang diharapkan oleh penutur. Dalam mengajak dapat
menggunakan kata ayo, mari supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau
dapat juga melihat dari segi konteks.
8) Kesantunan Direktif Permintaan Bentuk Mendorong
Kesantunan direktif permintaan bentuk mendorong merupakan kesantunan
direktif yang bertujuan untuk meminta dengan cara memaksa. Mendorong disini
memiliki arti yaitu penutur meminta dengan cara mendesak atau memaksa supaya
mitra tutur berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diekspresikan oleh penutur.
Biasanya bentuk mendorong dilakukan untuk segera menuruti apa yang
diinginkan oleh penutur. Tujuan akhir dari bentuk mendorong yaitu meminta
secara paksa supaya apa yang diinginkan segera dipenuhi oleh mitra tutur. Bentuk
mendorong ini biasanya meminta dengan terkesan tidak santun supaya tuturan
cukup terasa lebih santun dapat digunakan kata bantulah atau dapat juga melihat
dari segi konteks.
b. Kesantunan Direktif Pertanyaan
Menurut Ibrahim (1993:30)pertanyaan dan requests (permohonan) dalam
kasus yang khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon adalah
bahwa mitra tutur memberikan kepada penutur sebuah informasi tertentu. Dalam
bentuk pertanyaan kepada mitra tutur, penutur dapat menggunakan kata apa,
siapa, bagaimana, mengapa, dimana, bagaimana. Dengan adanya penggunaan
20
kata-kata tersebut tuturan akan terasa lebih santun, karena pada kata-kata tersebut
mengandung suatu kepedulian penutur terhadap mitra tutur. Pada kesimpulannya
kesantunan direktif pertanyaan merupakan suatu bentuk pertanyaan/permohonan
dari penutur dengan mengharapkan suatu informasi balik dari mitra tuturbiasanya
disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau
berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif pertanyaan biasanya dibagi
dalam beberapa bentuk meliputibertanya,mengintrogasi. Dalam kesantunan
direktif pertanyaan terdapat beberapa bentuk, berikut ini untuk lebih rincinya :
1) Kesantunan Direktif Pertanyaan Bentuk Bertanya
Kesantunan direktif pertanyaan bentuk bertanya merupakan kesantunan
direktif yang bertujuan untuk mencari informasi. Bertanya disini memiliki arti
penutur mencoba untuk mencari sesuatu keterangan, penjelasan, informasi
terhadap mitra tutur. Biasanya bentuk meminta dilakukan pada saat bertanya soal
suatu informasi dan lain lain. Tujuan akhir dari bentuk meminta yaitu untuk
mendapatkan suatu informasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mitra tutur.
Dalam bertanya dapat menggunakan bentuk kalimat tanya apa, siapa, mengapa,
dimana, kapan, bagaimana hal ini bertujuan upaya tuturan terasa lebih santun
atau dapat juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Pertanyaan Bentuk Mengintrogasi
Kesantunan direktif pertanyaan bentuk mengintrogasi merupakan
kesantunan direktif bertanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Mengintrogasi disini memiliki arti penutur mengajukan pertanyaan dengansecara
terus menerus. Biasanya bentuk mengintrogasi dilakukan dalam mencari suatu
jawaban sama halnya dengan bentuk bertanya. Tujuan akhir bentuk mengintrogasi
yaitu untuk mencari suatu 29 informasi, jawaban dari mitra tutur. Dalam
mengintrogasi dapat menggunakan kata katakanlah, sebenarnya hal ini bertujuan
supaya tuturan dapat lebih terkesan santun atau dapat juga melihat dari segi konteks
c. Kesantunan Direktif Perintah
Menurut Ibrahim (1993:31)perintah seperti menyuruh, dalam perintah
penutur berusaha mengekspresikan maksudnya hingga mitra tuturdapat menyikapi
keinginan yang diekspresikan oleh penutur sebagai alasan untuk bertindak. Secara
sederhanya perintah yakni apa yang di perintahkan atau diekspresikan mengenai
suatu maksud oleh penutur untuk dapat dilakukan oleh mitra tutur.Dalam bentuk
perintah kepada orang lain atau mitra tutur penutur dapat menggunakan kata
“maaf”supaya tuturan yang digunakan terasa menjadi lebih santun. Pada
kesimpulannya kesantunan direktif perintah yaitu penutur berusaha
mengekspresikan keingian/maksud supaya mitra tutur dapat mempunyai alasan
21
untuk bertindak biasanya disampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya
bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif perintah
biasanya dibagi dalam beberapa bentukmeliputi memerintah, menghendaki,
mengkomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksikan, mengatur,
mensyaratkan. Pada kesantunan direktif perintah terdapat beberapa bentuk, berikut
ini untuk lebih rincinya :
1) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Memerintah
Kesantunan direktif perintah bentuk memerintah ini merupakan kesantunan
direktif dalam hal memerintah atau menyuruh. Memerintah disini memiliki arti
penutur mencoba mengekspresikan maksudnya supaya mitra tutur menyikapi
keinginannya, atau dapat dikatakan penutur bermaksud menyuruh memerintahkan
melakukan sesuatu, sehingga mitra tutur menyikapi keinginan penutur sebagai alasan
untuk bertindak. Biasanya bentuk memerintah dilakukan untuk memerintah siswa
contohnya dalam hal berdoa sebelum pelajaran apabila situasi pada saat di dalam
kelas dan akan memulai pembelajaran. Tujuan akhir dari bentuk memerintah yaitu
mitra tutur dapat mengikuti atau melakukan sesuatu dengan apa yang diperintahkan
oleh penutur. Dalam memerintah dapat digunakan kata maaf, tolong supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks
2) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menghendaki
Kesantunan direktif perintah bentuk menghendaki merupakan kesantunan
direktif dengan menghendaki atau dapat dikatakan menginginkan. Menghendaki
disini memiliki arti penutur menginginkan, memerlukan sesuatu dengan
caramengekspresikan dihadapan mitra tutur. Biasanya bentuk menghendaki
digunakan untuk memberikan perintah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
sedang diinginkan oleh penutur. Tujuan akhir dari bentuk menghendaki yaitu supaya
apa yang diharapkan dan apa yang sedang diinginkan dapat terwujud. Dalam
mengehendaki dapat menggunakan kata kalau supaya tuturan dapat terkesan cukup
santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
3) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menuntut
Kesantunan direktif perintah bentuk menuntut merupakan kesantunan
direktif memberikan perintah dengan cara memaksa. Menuntut disini memiliki arti
penutur meminta dengan keras dan setengah mengharuskan supaya apa yang
diinginkannya dipenuhi. Biasanya bentuk menuntut digunakan untuk memberikan
perintah untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang sedang diinginkan penutur dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk menuntut yakni untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan
22
apa yang diperintahkan oleh penutur. Dalam menuntut dapat menggunakan kata
katakanlah, lakukanlah supaya tuturan terkesan cukup santun atau dapat juga
melihat dari segi konteks.
4) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mendikte
Kesantunan direktif perintah bentuk mendikte merupakan kesantunan
direktif memberikan perintah dengan cara mendikte atau mengatur. Mendikte disini
memiliki arti penutur menyuruh berbuat dan menuruti saja apa yang dikatakannya,
dengan tidak boleh membantah. Biasanya bentuk mendikte digunakan untuk
memberikan perintah dalam hal melakukan suatu perbuatan dan lain-lain. Tujuan
akhir dari bentuk mendikte yakni untuk supaya mitra tutur dapat menuruti dengan
apa yang diperintahkan oleh penutur. Dalam mendikte dapat menggunakan kata
jadi hal ini bertujuan supaya tuturan dapat terkesan cukup santun atau dapat juga
melihat dari segi konteks.
5) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mengarahkan
Kesantunan direktif perintah bentuk mengarahkan merupakan kesantunan
direktif memerintah dengan cara mengarahkan kepada sesuatu hal. Mengarahkan
disini memiliki arti penutur menunjukan mengenai sesuatu, dengan maksud
memerintah. Biasanya bentuk mengarahkan digunakan untuk untuk memberikan
perintah untuk mengerjakan tugas yang ada di dalam lks apabila situasinya pada
saat proses pembelajaran. Tujuan akhir dari dari bentuk mengarahkan yaitu supaya
mitra tutur dapat memahami dan melakukan apa yang diperintahkan oleh penutur.
Dalam mengarahkan dapat menggunakan kata ini, itu hal bertujuan supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
6) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Menginstruksikan
Kesantunan direktif perintah bentuk menginstruksikan merupakan
kesantunan direktif dengan cara memerintah atau memberikan arahan.
Menginstruksikan disini memiliki arti penutur memerintahkan, memberi perintah
atau arahan. Biasanya bentuk menginstruksikan digunakan untuk memberikan
perintah Bos kepada karyawan untuk melakukan suatu pekerjaan atau guru kepada
siswa untuk memberikan arahan dalam mengerjakan tugas dan lain-lain. Tujuan
akhir dari bentuk menginstruksikan yaitu supaya mitra tutur dapat mengikuti sesuai
arahan penutur. Dalam menginstruksikan dapat menggunkan kata segera hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi
konteks.
23
7) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mengatur
Kesantunan direktif perintah bentuk mengatur merupakan kesantunan
direktif dengan cara memberikan perintah namun dengan cara mengatur. Mengatur
disini memiliki arti yaitu penutur mengatur mengenai sesuatu, yang berharap supaya
mitra tutur dapat memahami dan melakukan apa yang telah dikatakan penutur.
Biasanya bentuk mengatur digunakan untuk mengatur sesuatu berupa berbagai hal.
Tujuan akhir dari bentuk mengatur yaitu supaya mitra tutur dapat paham dan segera
melakukan sesuai dengan perintah penutur. Dalam mengatur dapat menggunakan
kata sebaiknya, seharusnya hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau
dapat juga melihat dari segi konteks.
8) Kesantunan Direktif Perintah Bentuk Mensyaratkan
Kesantunan direktif perintah bentuk mensyaratkan merupakan kesantunan
direktif memerintah namun dengan menentukan syarat. Mensyaratkan disini
memiliki arti penutur menentukan sesuatu sebagai syarat, menjadikan syaratsupaya
mitra tutur dapat mematuhi dan melakukan sesuatu. Biasanya bentuk mensyaratkan
digunakan untuk memerintah dalam hal melakukan sesuatu kegiatan dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk mensyaratkan yaitu supaya mitra tutur dapat mematuhi
dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur.Dalam
mensyaratkan dapat menggunakan kata apabila hal ini bertujuan supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
d. Kesantunan Direktif Larangan
Menurut Ibrahim (1993:32)laranganseperti melarang atau membatasi,
melarang pada dasarnya untuk membatasi mitra tutur dalam melakukan suatu
kegiatan.Dalam bentuk larangan kepada mitra tutur, penutur dapat menggunakan
kata jangan, cukup, dengan adanya penanda tersebut tuturan akan terasa lebih santun.
Pada kesimpulannya kesantunan direktif larangan merupakan tuturan dalam bentuk
melarang/membatasi mitra tutur dalam melakukan suatu kegiatan
biasanyadisampaikan dengan penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat,
atau berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif larangan biasanya dibagi
dalam beberapa bentukmeliputi melarang dan membatasi. Dalam kesantunan direktif
larangan terdapat beberapa bentuk, berikut ini
untuk lebih rincinya:
1) Kesantunan Direktif LaranganBentuk Melarang
Kesantunan direktif larangan bentuk melarang merupakan kesantunan direktif
dengan cara memberikan larangan atau membatasi. Melarang disini memiliki arti
penutur melarang atau membatasi, supaya tidak melakukan sesuatu,
tidakmemperbolehkan berbuat sesuatu. Biasanya bentuk melarang digunakan untuk
24
melarang melakukan sesuatu hal atau sesuatu pekerjaan yang tidak baik dan lain-lain.
Tujuan akhir dari bentuk melarang yakni supaya mitra tutur dapat memahami dan
mengikuti apa yang diharapkan oleh penutur. Dalam melarang dapat menggunakan
kata jangan hal ini bertujuan supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat
juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Larangan Bentuk Membatasi
Kesantunan direktif perintah bentuk membatasi merupakan kesantunan
direktif dengan cara memberikan larangan yakni berupa batasan untuk melakukan
sesuatu. Membatasi disini memiliki arti penutur memberi batas, menentukan dan
menandai terhadap apa yang dilakukan oleh orang. Biasanya bentuk membatasi ini
digunakan untuk membatasi orang atau mitra tutur dalam melakukan sesuatu kegiatan
atau lain lainnya. Tujuan akhir dari bentuk membatasi ini supaya mitra tutur dapat
menuruti, karena batasan ini bukan hanya untuk kepentingan penutur saja namun
semua yang terlibat. Dalam membatasi dapat menggunakan kata cukup hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.

e. Kesantunan Direktif Pemberian Izin


Menurut Ibrahim (1993:32)pemberian izin yakni mengekspresikan
kepercayaan penutur dan maksud penutur sehingga mitra tutur mempercayai tuturan
penutur mengandung alasan yang cukup untuk mitra tutur merasa bebas dalam
melakukan suatu tindakan. Dapat disimpulkan bahwa mitra tutur diberikan cukup
kebebasan oleh penuturdalam melakukan apa yang ia inginkan.Dalam bentuk
pemberian izin kepada mitra tutur, penutur dapatmenggunakan kata silakan, lakukan
hal ini bertujuan supaya tuturan terasa santun. Kesimpulannya kesantunan direktif
pemberian izin yakni penutur berusaha mengekspresikan maksudnya sehingga mitra
tutur dapat bertindak sesuai dengan keinginannya biasanya disampaikan dengan
penggunaan pilihan kata dan gaya bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks
tertentu. Kesantunan direktifpemberian izin biasanya dibagi dalam beberapa bentuk
meliputi menyetujui, membolehkan, memberi wewenang, mengijinkan, melepaskan,
25
memaafkan, memperkenankan. .Dalam kesantunan direktif pemberian izin terdapat
beberapa bentuk, berikut ini untuk lebih rincinya :
1) Kesantunan Direktif Pemberian IzinBentuk Menyetujui
Kesantunan direktif pemberian izin betuk menyetujui merupakan kesantunan
direktif memberi izin dengan cara menyetujui dengan apa yang dilakukan oleh mitra
tutur. Menyetujui disini memiliki arti penutur menyatakan setuju, sepakat dengan
membenarkan (mengiakan, menerima, memperkenankan) mitra tutur berbuat sesuatu.
Biasanya bentuk menyetujui digunakan mitra tutur untuk mengijinkan melakukan
sesuatu. Tujuan akhir dari bentuk menyetujui yaitu supaya mitra tutur dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan haknya. Dalam menyetujui dapat menggunakan kata
silakanhal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari
segi konteks.

2) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Membolehkan


Kesantunan direktif pemberian izin bentuk membolehkan merupakan
kesantunan direktif memberikan ijin dengan membolehkan mitra tutur melakukan
sesuatu hal. Membolehkan disini memiliki arti penutur memperbolehkan mitra tutur
untuk melakukan sesuatu. Biasanya bentuk membolehkan digunakan untuk
memberikan izin mitra tutur untuk ijin keluar misalnya dan lain-lain. Tujuan akhir dari
bentuk membolehkan yaitu supaya mitra tutur dapat menjalankan sesuai dengan apa
yang diinginkan. Dalam membolehkan dapat menggunakan kata boleh hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat juga melihat dari segi
konteks.
3) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Memberi Wewenang
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk memberi wewenang merupakan
kesantunan direktif yang memberikan izin dengan cara menggunakan wewenang yang
dimiliki oleh penutur. Memberi wewenang disini memiliki arti penutur memberikan
haknya atas sesuatu yang dimilikinya. Biasanya bentuk memberi wewenang digunakan
untuk memberikan suatu kebebasan atau hak untuk mitra tutur melakukan sesuatu hal.
Tujuan akhir dari bentuk memberi wewenang ini supaya mitra tutur dapat menemukan
haknya. Dalam memberi wewenang dapat menggunakan kata lakukanlah,hal ini
bertujuan supaya tuturan terasa menjadi lebih santun atau dapat juga melihat dari segi
konteks.
4) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Menganugerahi
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk menganugerahi merupakan
kesantunan direktif memberi izin untuk memberikan sesuatu atau
anugerah.Menganugerahi disini memiliki arti penutur memberi anugerah,
mengaruniai, mengganjar. Biasanya bentuk menganugerahi digunakan untuk
26
memberikan sesuatu kepada orang. Tujuan akhir dari bentuk menganugerahi supaya
mitra tutur merasa bahagia atas apa yang telah diberikan. Dalam menganugerahi dapat
menggunakan kata untukmu supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat melihat juga
dari segi konteks.
5) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Mengabulkan
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk mengabulkan merupakan kesantunan direktif
memberikan izin dengan cara mengabulkan harapan mitra tutur. Mengabulkan disini
memililki arti penutur meluluskan, permintaan, harapan dari mitra tutur untuk melakukan
sesuatu. Biasanya bentuk mengabulkan digunakan untuk memenuhi harapan penutur dalam
melakukan sesuatu yang diinginkan. Tujuan akhir dari bentuk mengabulkan yaitu untuk
supaya mitra tutur dapat merasakan apa yang diharapakan dapat terwujud. Dalam
mengabulkan dapat juga menggunakan kata baiklah hal ini bertujuan supaya tuturan terasa
lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
6) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Membiarkan
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk membiarkan merupakan kesantunan direktif
memberikan izin dengan tidak melarang. Membiarkan disini memiliki arti penutur tidak
melarang, tidak menghiraukan. Biasanya bentuk membiarkan digunakan untuk tidak
melarang mitra tutur dalam melakukan sesuatu kegiatan. Tujuan akhir dari bentuk
membiarkan yaitu supaya mitra tutur dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkan. Dalam membiarkan dapat menggunakan kata yasudahlah hal ini bertujuan
supaya tuturan terasa cukup santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
7) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Mengijinkan
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk mengijinkan merupakan kesantunan direktif
memberikan izin sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengijinkan disini memiliki arti
penutur memberi izin, mengabulkan, membolehkan, tidak melarang. Biasanya bentuk
mengijinkan digunakan untuk mengijinkan mitra tutur untuk berbuat sesuatu, melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan. Tujuan akhir dari bentuk mengijinkan supaya
mitra tutur dapat merasakan melakukan sesuai dengan yang disenangi. Dalam mengijinkan
dapat menggunakan kata lakukanlah hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun
atau dapat juga melihat dari segi konteks.
8) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Melepaskan
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk melepaskan merupakan kesantunan direktif
memberikan izin dengan cara melepaskan. Melepaskan disini memiliki arti penutur
memberikan kebebasan, tidak mengikat terhadap mitra tutur. Biasanya bentuk melepaskan
digunakan untuk memberikan kebebasan mitra tutur dalam melakukan suatu pekerjaan.
Tujuan akhir dari bentuk melepaskan supaya mitra tutur merasa bebas untuk berbuat
27
sesuatu hal. Dalam melepaskan dapat menggunakan kata biarlah hal ini bertujuan supaya
tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
9) Kesantunan Direktif Pemberian Izin Bentuk Memperkenankan
Kesantunan direktif pemberian izin bentuk memperkenankan merupakan kesantunan
direktif dengan cara menyetujui.Memperkenankan memiliki arti menyetujui, mengizinkan,
memperbolehkan. Biasanya bentuk memperkenankan digunakan untuk memberikan ijin
untuk mitra tutur melakukan sesuatu atau pekerjaan. Tujuan akhir dari bentuk
memperkenankan supaya mitra tutur dapat melakukan sesuai keinginanan, atau harapan.
Dalam memperkenankan dapat menggunakan kata lakukan hal ini bertujuan supaya tuturan
terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
f. Kesantunan Direktif Nasihat
Menurut Ibrahim (1993:33)nasihatyakni apa yang diekspresikan penutur bukanlah keinginan
bahwa mitra tutur melakukan tindakan tertentu. Tetapi kepercayaan bahwa melakukan sesuatu
merupakan hal yang baik, bahwa tindakan itu merupakan kepentingan mitra tutur. Pada intinya
mitra tutur disini mempercayai apa yang diekspresikan oleh penutur merupakan kepentingan dari
mitra tutur itu sendiri, dan yang terbaik untuk mitra tutur. Dalam bentuk nasihat kepada orang
lain atau mitra tutur, penutur dapat menggunakan kata sebaiknya, seharusnya, dengan
penggunaan kata-kata tersebut tuturan terasa lebih santun. Pada kesimpulannya kesantunan
direktif nasihat yaitu penutur mengekspresikan sesuatu hal untuk kepentingan mitra tutur bukan
merupakan suatu keinginan penutur, biasanya tuturan disampaikan dengan penggunaan pilihan
kata dan gaya bahasa yang tepat, atau berdasarkan konteks tertentu. Kesantunan direktif nasihat
biasanya dibagi dalam beberapa bentuk meliputi menasihatkan, memperingatkan, mengusulkan,
menyarankan, mendorong. Dalam kesantunan direktif nasihat terdapat beberapa bentuk, berikut
ini untuk lebih rincinya:
1) Kesantunan Direktif Nasihat Bentuk Menasihatkan
Kesantunan direktif nasihat bentuk menasihatkan merupakan kesantunan direktif dalam
menasehati. Menasehakan disini memiliki arti penutur memberikan nasihat supaya mitra tutur
dapat memahami apa yang dilakukan penutur bukan keinginannya melainkan memang yang
terbaik untuk mitra tutur. Biasanya bentuk menasihatkan digunakan untuk memberikan
nasihat pada mitra tutur tentan sesuatu hal. Tujuan akhir dari menasihatkan yaitu supaya mitra
tutur dapat mengerti bahwa apa yang diinginkan penutur merupakan bagian dari kepentingan
mitra tutur. Dalam menasihatkan dapat menggunakan kata sebaiknya, harap hal ini bertujuan
supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
2) Kesantunan Direktif Nasihat Bentuk Memperingatkan
Kesantunan direktif nasihat bentuk memperingatkan merupakan kesantunan direktif mensehati
dengan cara memperingatkan. Memperingatkan disini memiliki arti penutur mengingatkan
mitra tutur mengenai sesuatu. Biasanya bentuk memperingkatkan digunakan untuk
28
memperingatkan mitra tutur dalam menentukan pilihan dan lain-lain. Tujuan akhir dari bentuk
memperingatkan yaitu untuk mengingatkan mitra tutur tentang sesuatu yang tidak baik. Dalam
memperingatkan dapat menggunakan kata seharusnya hal ini bertujuan supaya tuturan terasa
lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
3) Kesantunan Direktif Nasihat Bentuk Mengusulkan
Kesantunan direktif nasihat bentuk mengusulkan merupakan kesantunan direktif menasehati
dengan cara mengusulkan. Mengusulkan disini memiliki arti penutur mengajukan usul,
mengemukakan, pendapat,saran. Biasanya bentuk mengusulkan digunakan untuk memberikan
usul atas sesuatu persoalan. Tujuan akhir dari bentuk mengusulkan yakni memberikan usul
atas apa saja yang baik untuk dilakukan oleh mitra tutur. Dalam mengusulkan dapat
menggunakan frasa mohon maaf hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau
dapat juga melihat dari segi konteks.
4) Kesantunan Direktif Nasihat Bentuk Menyarankan
Kesantunan direktif nasihat bentuk menyarankan merupakan kesantunan direktif menasehati
dengan cara menyarankan. Menyarankan disini memiliki arti memberikan saran,
menganjurkan. Biasanya bentuk menyarankan digunakan untuk menyarankan sesuatu hal
supaya menjadi lebih baik. Tujuan akhir dari bentuk menyarankan supaya mitra tutur paham
dan mau untuk mengikuti. Dalam menyarankan dapat menggunakan frasasaran saya, menurut
saya hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi
konteks.
5) Kesantunan Direktif Nasihat Bentuk Mendorong
Kesantunan direktif nasihat bentuk mendorong merupakan kesantunan direktif menasehati
dengan cara mendorong. Mendorong disini memiliki arti menganjurkan, bergerak dengan
kuat ke arah depan. Biasanya bentuk mendorong ini digunakan untuk mendukung mitra tutur
melakukan sesuatu pekerjaan. Tujuan akhir dari bentuk mendorong supaya mitra tutur dapat
lebih semangat dan lebih bangkit lagi. Dalam mendorong dapat menggunakan kata semangat
hal ini bertujuan supaya tuturan terasa lebih santun atau dapat juga melihat dari segi konteks.
29

B. Peta Jalan Penelitian

Penelitian bidang kebahasaan mencakup bidang fonologi, morfologi,


sintaksis, semantik, wacana dan pragmatik, serta bidang interdisiplin yakni
sosiolinguistik, psikolinguistik, dan antropolinguistik Penelitian bidang kebahasan
tersebut dapat diimplikasikan atau diterapkan untuk pembelajaran bahasa. Oleh
karena itu, muncul penelitian kebahasaan dan/untuk pembelajaran bahasa.
Penelitian yang telah dilakukan pada umumnya merupakan penelitian bidang
kebahasaan dan pembelajaran bahasa, di antaranya:

1. Ragam Bahasa Petunjuk (Implikasi Penyediaan Bahan Ajar Menulis untuk


SMP),
2. Ragam Bahasa Iklan Baris (Implikasi Penyediaan Bahan Ajar Menulis untuk
SMP),
3. Bentuk-Bentuk Bahasa Kekuasaan dalam Interaksi Guru-Murid TK Univ.Muh.
Pwt.,
4. Bentuk-Bentuk Permintaan Anak Usia Dini (Kajian Sosiopragmatik pada

5. Kolokasi dalam Teks Iklan Baris pada Surat Kabar Lokal (Implikasi
Pengayaan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Menengah Atas),
6. Teks Iklan Naratif ( Analisis Isi, Struktur,Butir Kebahasaan dan Implikasi
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP).
Penelitian (1) dan (2) merupakan penelitian bidang penggunaan bahasa yang
dikaji dari segi linguistik yang selanjunjutnya dapat digunakan sebagai bahan
pengayaan dalam mengajarkan bahasa petunjuk atau teks petunjuk di sekolah
menengah pertama. Penelitian (3), (4) merupakan penelitian bidang perolehan
pragmatik pada guru dan siswa Paud yang selanjutnya hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah Paud
atau taman kanak-kanak. Penelitian (5) merupakan penelitian bidang makna
(semantik) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pengayaan dalam
30

mengajarkan bahasa iklan atau teks iklan di sekolah menengah.Penelitian (6)


merupakan bidang wacana dan pembelajaran teks di SMP.
Oleh karena itu, supaya ada keberlanjutan dan kesesuian dengan bidang ilmu
bahasa yang dapat diterapkan atau dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa,
penelitian yang akan dilakukan berikutnya adalah bidang peniliti bahasa dan
pembelajaran bahasa. Penelitian yang akan dilakukan pada periode tahun 2020-2021
s.d.2022-2023 adalah penelitian bidang pragmatik (untuk pembelajaran bahasa
Indonesia) sebagai berikut:
1. Tindak Tutur Direktif Guru dalam Pembangan Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini di Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto (2020-
2021)
2. Prinsip Kesantunan Bahasa Tindak Tutur Ilokusi Direktif pada
Pembelajaran TK Aisyiyah Bustanul Atfal 6 Purwokerto
3. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana Cerita Anak di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Kecamatan Kembaran Purwokerto
31

Penelitian yang akan dilakukan disajikan dalam bagan sebagai berikut.

1. Tindak Tutur Direktif Guru dalam Pembangan Pendidikan


Karakter Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak UM Purwokerto

pragmati
k

Pragmatik, Pragmatik, Semantik, dan Pbjrn


Bahasa

sema
pragmat ntik
i

. Kesantuan Imperatif pada Tuturan Anak Usia Dini Taman Kanak-


Kanak Asyiyah Bustanul Athfal Kembaran, Banyumas (2021-
2022)

. Bentuk-Bentuk Eufemisme dalam Pembelajaran Kosakata Kelas


Rendah Siswa Sekolah Dasar Muhamadiyah Purwokerto (2022-
2023)
32
BAB III
Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan
dengan cara menggambarkan dan menganalisis secara langsung tuturan yang
digunakan oleh guru Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002 : 3) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis-jenis dan bentuk tindak tutur direktif guru bermuatan
pendidikan karakter di Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto

B. Data dan Sumber Data Penelitian


1. Data Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 161) data adalah hasil pencatatan peneliti, baik
berupa fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rekam dan tulis. Data di dalam penelitian ini adalahtuturan guru dalam proses belajar
mengajar di Taman Kanak-Kanak Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang
mengandung tuturan direktif bermuatan pendidikan karakter. Dari data tuturan
tersebut akan dapat dipilah manakah bentuk tuturan guru dari segi jenis tindak tutur
direktif bermuatan pendidikan karakter dan mana yang bukan. Untuk
mengklasifikasikan data tersebut, digunakan suatu kriteria jenis tindak tutur direktif
dan kriteria nilai pendidikan karakter sebagai batasan dalam menetapkan data.

2. Sumber Data Penelitian


Menurut Arikunto (2010: 172) sumber data adalah subjek dari mana data
diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini yaitu guru Taman Kanak-Kanak
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
33

pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tuturan yang diucapkan oleh guru
merupakan sala satu data utama yang menjadi bagian dari sumber data penelitian ini.

C. Tahap Penelitian
1. Tahap Penyediaan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode
simak ini digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak
penggunaan Bahasa (Sudaryanto, 2015 : 203) dalam hal ini, objek yang disimak
adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru yang merupakan bahasa lisan
atau tuturan guru. Melalui metode simak ini, digunakan Teknik Simak Bebas Libat
Cakap (SBLC). Mahsun (2012 : 91-92) mengungkapkan bahwa Teknik Simak Bebas
Libat Cakap (SLBC) maksudnya adalah peneliti sama sekali tidak terlibat secara
langsung dalam sebuah proses percakapan. Peneliti hanya sebagai penyimak tuturan
yang dilakukan oleh informannya.
Selanjutnya teknik yang kedua yaitu teknik rekam. teknik rekam ini merupakan
teknik lanjutan yang bertujuan untuk mendokumentasikan sebuah tuturan yang akan
diteliti. Perekaman dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti
menggunakan alat bantu berupa handphone untuk merekam. Selanjutnya peneliti
menggunakan teknik catat untuk mencatat hasil tuturan dalam proses pembelajaran.
Proses pencatatan dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti (1)
melakukan pengecekan video yang berisi tuturan guru (2) mencatat jenis tuturan
direktif yang muncul pada tuturan guru selama proses pembelajaran berlangsung (3)
mencatat tuturan direktif guru yang bermuatan nilai Pendidikan karakter. Pencatatan
dilakukan dengan menggunakan alat tulis untuk mendapatkan data tuturan.
Pada proses Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), peneliti tidak terlibat
dalam perakapan antara guru dengan siswa. Teknik rekam, peneliti merekam proses
kegiatan pembelajaran guru menggunakan rekaman dengan alat bantu kamera.
Sedangkan pada teknik catat digunakan oleh peneliti untuk mentranskripsi data yang
awalnya masih merupakan data rekaman. Teknik catat ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam memahami hasil rekaman dan melakukan analisis data.
34

2. Tahap Penganalisisan Data


Tahap penganalisisan data merupakan tahap yang sangat menentukan karena
pada tahap ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah
diperolleh Penganalisisan data menggunakan metode padan. Metode padan yaitu
analisis bahasa yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015; 15). Selanjutnya, dalam
metode padan ini dilanjutkan dengan teknik dasar berupa Teknik pilih unsur tertentu
(PUP) dengan daya pilah pragmatis. Daya pilah pragmatis digunakan karena pada
dasarnya dalam penganalisisan melibatkan mitra tutur dalam suatu komunikasi untuk
menggambarkan situasi yang berhubungan dengan konteks pada saat tuturan
dilakukan. Berikut merupakan penerapan dari metode padan pragmatis menggunakan
Teknik PUP.
Gr. : “Buka bukunya untuk nulis PR !”
Gr. : “Sudah ?”
M : “Sudah !”

Pada contoh tuturan di atas, merupakan kalimat perintah yang dituturkan oleh guru
kepada siswanya. Tuturan tersebut kemudian mendapat reaksi berupa tindakan dari
siswa membuka bukunya dan dipertegas dengan jawaban siswa yang mengarah bahwa
siswa telah melakukan tindakan yang diperintahkan oleh gurunya.
Selain itu, peneliti juga menggunakan metode agih yang merupakan metode
dengan alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri
(Sudaryanto, 2015:18). Dengan demikian, penggunaan metode agih ini bertujuan
untuk menjelaskan instrumen atau ciri kebahasaan yang terkandung dalam tuturan
direktif. Teknik yang digunakan dalam metode agih ini yakni menggunakan teknik
baca markah. Wujud dari pemarkahan ini biasanya berupa kata tugas, morfem, bahkan
fonem. Pemarkah di sini adalah penanda atau alat seperti imbuhan, kata penghubung,
kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau
konstruksi (Kridalaksana, 2001: 161). Berikut merupakan penerapannya :
Gr. : “Bukunya ditutup dulu !”
35

Gr. : “Dilanjutkan setelah kamu istirahat !”

Pada tuturan di atas merupakan tuturan direktif yang menggunakan metode agih
dengan teknik baca markah. Pemarkahan di atas berupa kata imbuhan yaitu ‘di-kan’
yang termasuk ke dalam gabungan imbuhan dan kata “setelah” yangtermasuk ke
dalam kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang
kedudukannya bertingkat. Kata”setelah” menyatakan waktu.

3. Tahap Penyajian Hasil Penganalisisan Data


Dalam tahap ini, peneliti berupaya untuk menampilkan data dalam wujud
laporan tertulis, apa-apa yang telah dihasilkan kerja analisisnya (Sudaryanto, 2015 : 8).
Hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode penyajian informal. Metode
penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 2015 :
144). Peneliti berupaya menyajikan data dalam laporan tertulis yang bersumber dari
hasil analisis jenis dan bentuk tuturan direktif guru Taman Kanak-Kanak Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan
mendeskripsikan data yang berupa jenis dan bentuk tuturan direktif guru bermuatan
nilai pendidikan karakter dalam bentuk laporan penelitian.

D. Instrumen Penelitian
Berdasarkan tahap penelitian di atas, instrumen yang digunakan dalam
penelitian dengan judul “Prinsip Kesantunan dalam Tindak Tutur Ilokusi Direktif
pada Pembelajaran di TK Aisyiyah BA 6 Purwokerto” bertujuan agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam mengidentifikasi tindak tutut ilokusi direktif dengan prinsip
kesantunan. Maka perlu dibuat tabel instrumen untuk memudahkan peneliti
mengidentifikasi tuturan ilokusi direktif pada pembelajaran TK Aisyiyah BA 6
Purwokerto, pengunaan prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal 6 Purwokerto.
Tabel Jenis Tindak Tutur Direktif dan Karakteristiknya

Jenis Tindak Tutur


No. Karakteristik
Direktif
1. Requestives 1. Ciri khusus : Terdapat kata tolong dan mohon
2. Indikator:
a. Meminta : Berkata-kata supaya diberi atau
mendapatkan sesuatu, mempersilakan (minta
secara lebih hormat supaya)
b. Mengemis: Meminta dengan merendah-
rendah dan dengan penuh harapan.
c. Memohon: Meminta dengan hormat
d. Menekan : Mendesak, memaksa-maksa,
maenghentikan atau menahan.
e. Mengundang : Memanggil supaya datang,
mempersilakan hadir.
f. Mendoa: Berdoa
g. Mengajak: Membangkitkan hati supaya
melakukan sesuatu.
h. Mendorong : Mendesak atau memaksa
supaya berbuat sesuatu.
2. Questions 1. Ciri khusus : Terdapat kalimat tanya (?)
2. Indikator :
a. Bertanya, : Meminta keterangan penjelasan
dan sebagainya), meminta supaya diberitahu
tentang sesuatu)
b. Berinkuiri : Proses bertanya, mencaritahu
jawaban
c. Menginterogasi : Mengajukan pertanyaan,
memeriksa.
: Requirements 1. Ciri khusus : Intonasi tinggi dan nada tegas serta
diikuti dengan tandaseru(!)
2. Indikator :
43

Jenis Tindak Tutur


No. Karakteristik
Direktif
a. Memerintah : Memberi perintah (menyuruh
melakukan sesuatu)
b. Menghendaki : Menginginkan, memerlukan,
meminta, memaksudkan
c. Mengkomando : Memberi aba-aba, perintah
jangan bergerak dulu, tunggu)
d. Menuntut : Meminta dengan keras (setengah
mengharuskan supaya dipenuhi
e. Mendikte : Menyuruh orang menulis apa
yang dibacakan atau dikatakan, menyuruh
berbuat dan menurut saja seperti yang
dikatakannya
f. Mengarahkan : Menunjukkan, membimbing,
menghadapkan, memaksudkan
g. Menginstruksikan : Memerintahkan
(memberi perintah atau arahan)
h. Mengatur : Membuat (menyusun) sesuatu
menjadi teratur (rapi), menyusun.
i. Mensyaratkan : Menentukan sesuatu sebagai
syarat (menjadikan syarat
4. Prohibitives 1. Ciri khusus : Penggunaan kata ‘jangan’
2. Indikator :
a. Melarang : Memerintahkan supaya tidak
melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan
berbuat sesuatu.
b. Membatasi :Memberi batas menandai),
menentukan banyaknya (besarnya dan
sebagainya)
5. Permissives 1. Ciri khusus : -
44

Jenis Tindak Tutur


No. Karakteristik
Direktif
2. Indikator :
a. Menyetujui : Menyatakan setuju (sepakat)
b. Membolehkan : Memberi kesempatan
(keleluasan), megizinkan
c. Memberi wewenang : Memberi hak dan
kekuasaan untuk bertindak
d. Menganugerahi : Memberi anugerah,
mengaruniai, mengganjar
e. Mengabulkan : Meluluskan (permintaan, doa,
harapan), mengiakan
f. Membiarkan : Tidak melarang
(menengahkan)
g. Mengizinkan : Memberi izin, mengabulkan,
membolehkan, tidak melarang
h. Melepaskan :memaafkan, memperkenankan.
i. Memaafkan : Memberi ampun atas kesalahan,
tidak menganggap salah
j. Memperkenankan : Menyetujui,
mengizinkan, memperbolehkan.
6. Advisories 1. Ciri khusus : -
2. Indikator :
a. Menasihatkan : Memberi nasihat,
menganjurkan
b. Memperingatkan : Memberi teguran
c. Mengkonseling : Memberikan bimbingan
d. Mengusulkan :Mengajukan usul,
mengemukakan sesuatu (pendapat, saran, dan
sebagainya) supaya dipertimbangkan.
e. Menyarankan : Memberi saran (anjuran dan
45

Jenis Tindak Tutur


No. Karakteristik
Direktif
sebagainya)
f. Mendorong : Mendesak atau memaksa supaya
berbuat sesuatu.
51

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


A. Rincian Biaya Penelitian
Anggaran biaya yang diajukan disusun secara rinci dan dilampirkan. Ringkasan
anggaran biaya yang diajukan perkegiatan disusun sesuai komponennya.

1. Biaya Bahan
No Jenis Bahan Jumlah Harga Satuan Jumlah
Satuan
1. Kertas HVS 10 Rp. 32.000,00 Rp. 320.000,0
0
2. Tinta Komputer 4 Rp. 30.000,00 Rp. 120.000.0
0
3. CD 5 Rp. 3.000,00 Rp. 15.000,00
4. Flash disk 5 Rp. 75.000,00 Rp. 375.000,0
0
5. Ballpoin 12 Rp. 3.000,00 Rp.36.000,00
6. Catridge Printer 2 Rp. 200.000,00 Rp. 400.000,0
0
7. Stofmap 10 Rp. 3.000,00 Rp. 300. 000,00
8. Amplop 3 Rp. 5.000,00. Rp. 15.000,00
9 Paket Data 5 Rp. 100.000 Rp. 500.000
Jumlah Rp.
2.081.000,00

2. Biaya Penyusunan Laporan

Jenis Kegiatan Jumlah Harga (Rupiah)


Draft Laporan Tahap 1 1.000.000,00
Biaya Pengambilan dan Pengetikan 1.200.000,00
Data
Pengetikan Laporan II 1.000.000,00
Penggandaan Laporan 500.000,00
Cover dan Jilid 300.000,00
Jumlah 4.000.000,00

3. Gaji dan Upah

Spesifikasi Jumlah Bulan Jumlah Jam Tarip perjam Jumlah


orang kerja perminggu
1. Ketua 1 4 12 Rp 30.000 Rp 1.440.000
2.Anggota 2 4 12 Rp 25.000 Rp 2.400.000
Sub Jumlah Rp 3.840.000

Jumlah Biaya Keseluruhan: Rp. 9.921.000,00 (Sembilanan juta Sembilan ratus dua puluh satu ribu rupiah)
5

B. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian disusun dalam bentuk diagram batang (bar chart) untuk rencana penelitian yang
diajukan.

Bulan
Kegiatan

11 12 1 2 3 4 5 6
1. Penyusunan Usul Penelitian X
2. Penelusuran/Pengkajian Pustaka X
3. Pengumpulan Data X
4. Klasifikasi Data dan Analisis Data X
5. Penyusunan Konsep Laporan X
6. Rapat untuk perbaikan X xX

7. Penyelesaian Akhir X
Penggandaan dan penyerahan lap.
8. Publikasi hasil penelitian x
]

REFERENSI

Ibrahim, Abdul Syukur. (1993). Kajian Tindak Tutur. Surabaya : Usaha Nasional.

Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Molleong, L.J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan : Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi


dalam
Pembelajaran. Jakarta : Prenadamedia Group.

Rohmadi, Muhammad. (2017). Pragmatik : Teori dan Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta : Sanata Dharma Universitas Press.

Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi Offset.


55

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian.
Lampiran 2. Biodata ketua dan anggota Tim Pengusul.
Lampiran 3. Surat pernyataan ketua pengusul tentang : usul penelitian yang
diajukan tidak sedang atau pernah didanai dan tidak sedang
diusulkan ke sumber dana yang lain (sebagaimana contoh)
57

Lampiran 1
DENAH LOKASI PENELITIAN
LAMPIRAN 1

BIODATA TIM
1. Ketua

Identitas
Nama: Dra. Tutut Tugiati, M. Hum
NIP: 195908171987032001
Tempat dan Tanggal Lahir: Pemalang, 17 Agustus 1959
Jenis Kelamin Perempuan
Golongan/Pangkat: IV/a, Pembina
Jabatan Fungsional Akademik: Lektor Kepala
Perguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Alamat: Kampus Dukuhwaluh PO. BOX 202 Kembaran,
Purwokerto
Telp/Faks: (0281) 636751 / (0281) 637239
Alamat Rumah: Jl. Kalpataru V No. 106, Purwosari, Purwokerto
Telp/Faks (0281) 6841338
Alamat e-Mail

Riwayat Pendidikan Perguruan Tinggi

Tahun Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi


Lulus
1985 S1 UNDIP Semarang Sastra Indonesia
2003 S2 UNS Surakarta Linguistik Deskriptif

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Tahun Kegiatan
2013 Kegiatan IbS tentang Peningkatan Kinerja Guru dalam Penggunaan Bahasa
Indonesia untuk Kepentingan Pembelajaran di TK Kec. Kembaran
Purwokerto
2013 Kegiatan IbS tentang Peningkatan Kinerja Guru dalam Penerapan
Kurikulum 2013 di SMP/SMA Kec. Wangon Banyumas
2014 Kegiatan IbS tentang Penerapan Penilaian dalam Kurikulum 2013 pada
Guru Bahasa Indonesia SMP/SMA Banyumas
2015 Pelatihan Analisis Wacana/Teks
Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Guru Mapel Bahasa Dan Sastra Indonesia Smp/Mts Wilayah
Purwokerto-Banyumas
2016 Pelatihan “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Dengan Kerangka
Tematik Pada Kelas Tinggi Sekolah Dasar” Bagi Guru Sekolah Dasar
Muhammadiyah Banyumas

2016 Pelatihan Penerapan Analisis Struktur Teks Dan Butir Kebahasaan Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Guru Mapel Bahasa Dan Sastra

10
Lampiran BiodataAnggota 2
1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum.
1.2. Jabatan Fungsional Lektor/IIIC
1.3. NIP/NIK 2160272
1.4. NIDN 0612107501
1.5. Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 12 Oktober 1975
1.6. Alamat Rumah Perum Griya Satria C17, Bantarsoka, Pwt
1.7. Nomor Telepon/Fax 0281-6845619
1.8. Nomor HP 087 781 868 826
1.9. Alamat Kantor Jl. Raya Dukuhwaluh Po Box 202 Pwt
1.10. Nomor Telepon/Fax 0281 636751
1.11. Alamat e-mail titikwahyuningsih@ump.ac.id
titikwsastraump@gmail.com

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


2.1. Program: S1 S2 S3
2.2. Nama Perguruan Universitas Gadjah Universitas Gadjah
Tinggi Mada Mada
2.3. Bidang Ilmu Sastra Ilmu Sastra
2.4. Tahun Masuk 1995 2003
2.5. Tahun Lulus 2000 2007
2.6. Judul Skripsi/ A Search for An Struktur Alur Drama
Tesis/Disertasi Ideal Society in Tragedi Shakespeare
Adventures of dan Struktur Alur
Huckleberry Finn Ketoprak: Studi
Banding
2.7. Nama Pembimbing/ Drs. Djoko Prof. Dr. C.
Promotor Moerdiyanto, M.A. Soebakdi Soemanto

III. PENGALAMAN PENELITIAN

Program Sumber
No Tahun Judul Penelitian
Penelitian Pendanaan

1. 2019 Twain’s Art in Making Jim a


Hero in Adventures of
Huckleberry Finn by Mark
Twain.

2. 2019/2020 Fundamental- Kompetensi Kultural (Cultural UMP


Grant Competence) Mahasiswa Sastra
Inggris dalam Penerjemahan

3. 2019/2020 Self and Identity As A Drive for


the Love of the Master to Her
Servant: A Literary Study

4. 2017/2018 Penelitian Kompetensi Instrumental UMP


Kompetitif Mahasiswa Sastra Inggris dalam
Penerjemahan
5. 2016/2017 Penelitian Cinta dan Kesucian: Kajian UMP
Fundamental Feminis tentang Kisah Rama-
Sintha dalam Novel Kitab Omong
Kosong Karya Seno Gumira
Ajidarma

6. 2016 Penelitian Pusat Perspektif Gender tentang Tubuh UMP


Studi Gender Perempuan dalam Media (Studi
Gender Iklan Televisi Pembersih
Organ Kewanitaan)

7. 2015/2016 Penelitian Hibah Kajian Feminis Cerita-Cerita UMP


Unggulan Legenda Indonesia yang
Kompetitif Bertokohutamakan Perempuan

8. 2014 / Penelitian Hibah Ketiadaan Orang Tua dan UMP


2015 Unggulan Pengaruhnya dalam Pengambilan
Kompetitif Keputusan Anak pada Tokoh
Hamlet melalui Pendekatan Irama
Tragika

9. 2013 / Penelitian Hibah Pola Realisasi Bunyi Fonem UMP


2014 Program Studi Bahasa Jawa Banyumas dan
Karakter Penuturnya

10. 2012 / Penelitian Hibah Dimensi Sosial Masyarakat dalam UMP


2013 Program Studi Novel Oliver Twist karya Charles
Dickens

11. 2012 / Penelitian Hibah Hegemoni Pada Iklan Anak-anak UMP


2013 Program Studi di Televisi

12. 2011 / Penelitian Hibah Representasi Sosok Perempuan UMP


2012 Program Studi Perkasa Dalam Novel Jamangilak
Karya Martin Aleida

13. 2011 / Penelitian Hibah Analisis Semiotika dalam Poster UMP


2012 Program Studi Film Horor

14. 2010 / Penelitian Hibah Relasi Kuasa Laki-Laki Atas UMP


2011 Program Studi Perempuan Dalam Ranah Privat
dan Sosial Budaya Dalam Serial
Televisi (Sebuah Analisis Wacana
Foucauldian)

15. 2009 / Penelitian Hibah Analisis Paradigmatic Relations UMP


2010 Program Studi pada Sebuah Cerita Tradisional
Jawa (Studi kasus pada Cerita
“Jaka Tarub” Diambil dari Buku
Cerita Berjudul “Babad Tanah
Jawa”, Diceritakan oleh Sugiarta
Sri Wibawa)

16. 2008 Penelitian Dosen Permainan Tradisional sebagai Penelitian


Muda Dp2m Media Pengajaran Bahasa Inggris Dosen
untuk Anak-Anak Muda
Dp2m
DITJEN
DIKTI

17. 2002 / Penelitian Perintis Evaluasi Program Bahasa Inggris UMP


2003 Setara D1 Bagi Mahasiswa Non
Jurusan Bahasa Inggris di UMP

18. 2002 / Penelitian Pemula Motivasi Mahasiswa Memilih UMP


2003 Jurusan Bahasa Inggris Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammaiyah
Purwokerto

19. 2002 Penelitian Pemula Pengaruh Kemampuan Membaca UMP


Teks Bahasa Inggris Terhadap
Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris Pada Mahasiswa Semester
II (S1 Dan D3) Fakultas Sastra
Universitas Muhammadiyah
Purwokerto

V. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Sumber
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

1. 2019 Literasi Bahaya LGBT di Sekitar Kita LPPM


UMP

2. 2018 Melaksanakan Pengabdian IbM Pimpinan Cabang LPPM &


‘Aisyiyah Purwokerto Barat Menuju Perempuan PCA
Berkemajuan dalam Kiprah sebagai Pendidik Anak ‘Aisyiyah
dan Warga Masyarakat Purwokerto
Barat

3. 2018 IbM Guru TK UMP: Peningkatan Kapasitas Guru Program


dalam Mengolah Narasi Cerita yang Bernilai IbM UMP
Karakter

4. 2017 Workshop "Batik For Beginners" Di Kedutaan Besar KBRI Sofia,


Republik Indonesia Sofia, Bulgaria Bulgaria

5. 2016 Memperkenalkan Bahasa Indonesia di Sekolah Mandiri


Louise Braille, Sofia, Bulgaria

6. 2016 Workshop Batik International Women Club KBRI Sofia,


International Charity Bazaar Di Inter Expo Center Bulgaria
Sofia, Bulgaria

7. 2015 / 2016 Pelatihan Ketrampilan Mengelola Majalah Dinding Mandiri


bagi Para Siswa SMA Baturraden

8. 2015 / 2016 IbM SD UMP Bersastra Sejak Muda: Upaya Program


Membangun Karakter yang Halus Budi Bahasa IbM UMP

9. 2014 / 2015 Pengembangan Kemampuan Berbahasa Inggris Program


Anak-Anak Rumah Kreatif Wadas Kelir Purwokerto IbM UMP
melaui Engish Fun-Taste Tick

10. 2014 Pelatihan Seni Teater sebagai Upaya Pengembangan Program


Jiwa Berkesenian Anak-anak Panti Asuhan Putri IbM UMP
Muhammadiyah di Kecamatan Purwokerto Barat

11. 2013 / 2014 Instruktur IELTS bagi Dosen Fakultas Kedokteran Mandiri
UMP

12. 2012 / 2013 English Fun untuk Anak-Anak Panti Asuhan Puteri Mandiri
Muhammadiyah

13. My Parent My Teacher di SD Al Irsyad Al Mandiri


Islamiyyah 02 Purwokerto

14. Sastra On Air di Radio Dian Swara Mandiri

15. 2009 / 2010 Kiat Menulis Artilel Berbahasa Inggris untuk Program
Diterbitkan di Media Cetak IbM UMP

16. 2002 / 2003 Teknik Menerjemahkan Teks Berbahasa Inggris Program


IbM UMP

17. 2002 / 2003 Pelatihan English For Children Bagi Guru-Guru Program
Sekolah Dasar IbM UMP

18. 2002 Pelatihan Bahasa Inggris Nursing Adjusment RSUD


Training for Overseas di RSUD Banyumas. Banyumas
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Purwokerto, 15 November 2021


Penyusun,

Titik Wahyuningsih, S.S., M.Hum.


SURAT PERNYATAAN PENELITI

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Tutut Tugiati
NIP : 195908171987032002
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Dengan ini menyatakan proposal dengan judul “Prinsip


Prinsip Kesantunan Berbahasa Dalam Tindak
Tutur Ilokusi Direktif Pada Pembelajaran Di TK Aisyyah Bastanul Athfal 6 Purwokerto”
Purwokerto yang
diusulkan dalam skema penelitian fundamental I/II dengan anggaran Rp. 9.921.000 bersifat
original dan belum pernah
rnah dibiayai oleh lembaga/ sumber dana lain.

Bilamana pada kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan bersedia
mengembalikan seluruh biaya penugasan yang sudah di terima ke kas Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Demikian pernyataan ini dibuat deng


dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya.
benarnya.

Purwokerto, 15 November 2021

Mengetahui,
Ketua LPPM Yang Menyatakan

Dr. Suwarno, M.Si. Dra. Tutut Tugiati, M.Hum


NIK. 2160105 NIP. 195908171987032002

Anda mungkin juga menyukai