Anda di halaman 1dari 60

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

REPRESENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL


JURAI (KISAH ANAK-ANAK EMAK DI SETAPAK IMPIAN) KARYA GUNTUR
ALAM

Pembimbing I

Dr. H. Suherman, M. Pd ___________________ ________________


NIDN. 0014025901 Tanggal Tanda Tangan

Pembimbing II

Eka Nurul Mualimah, M. Pd. ___________________ ________________


NIDN. 0423028802 Tanggal Tanda Tangan

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Eka Nurul Mualimah, M. Pd.


NIDN. 0423028802

Nama/ Name : SITI DESIAH

NIM/ NIM : 4322319010090

Program Studi/ Program Study : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

i
LEMBAR PENGUJIAN PROPOSAL

EXAMINATION SHEET OF PROPOSAL

ANALISIS GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL SI ANAK


KUAT KARYA TERE LIYE

Skripsi ini telah diuji pada seminar proposal yang diselenggarakan pada
tanggal …. Maret 2023

TIM PEGUJI
EXAMINER TEAM

Penguji I/Examiner I Tanggal Tanda Tangan

NIDN.
Penguji II/Examiner II Tanggal Tanda Tangan

NIDN.

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia

Eka Nurul Mualimah, M.Pd


NIDN. 0423028802
Nama/ Name : SITI DESIAH

NIM/ NIM : 4322319010090

Program Studi/ Program Study : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ii
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PERBAIKAN PROPOSAL

REVISED APPROVAL SHEET OF PROPOSAL

ANALISIS GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL SI ANAK


KUAT KARYA TERE LIYE

Pembimbing I/Penguji I Tanggal Tanda Tangan


Advisor I/Examiner I

Nama:
NIDN:
Pembimbing II/Penguji II Tanggal Tanda Tangan
Advisor II/Examiner II

Nama:
NIDN:

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia

Eka Nurul Mualimah, M.Pd


NIDN. 0423028802

Nama/ Name : SITI DESIAH

NIM/ NIM : 4322319010090

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

iii
Program Studi/ Program Study

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan

Proposal penelitian dengan judul meningkatkan “Representasi Nilai-nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak

Impian) Karya Guntur Alam” sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan.

Penulisan Proposal Penelitian ini terselesaikan dengan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu, Peneliti menyampaikan terima kasih secara tulus

kepada:

1. Dr. H. Suherman, M. Pd. selaku PLT Rektor Universitas Setia Budhi

Rangkasbitung.

2. Eka Nurul Mualimah, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia memberikan bimbingan dan arahan serta koreksinya

demi kesempurnaan isi dan penulisan proposal penelitian ini.

3. Seluruh Staf Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah memberikan ilmunya kepada Peneliti.

4. Orangtua dan keluarga yang selalu mendukung baik secara spiritual maupun

material. Tidak lupa rekan-rekan seperjuangan yang telah turut serta

memberikan motivasi.

Semoga mereka selalu mendapat rahmat Allah SWT. Peneliti menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan

proposal penelitian ini. Oleh kerena itu saran dan kritik yang membangun Peneliti

v
harapkan untuk membuat perubahan yang lebih baik. Walaupun masih jauh dari

kata yang sempurna. Peneliti berharap proposal penelitian ini dapat bermanfaat

baik bagi Peneliti, maupun bagi pihak-pihak lain.

Rangkasbitung, 5 Januari 2023


Peneliti,

SITI DESIAH
NIM: 4322319010090

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL.............................................................i

LEMBAR PENGUJIAN PROPOSAL.................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN HASIL PERBAIKAN PROPOSAL.....................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian....................................................6

C. Rumusan Masalah..........................................................................7

D. Tujuan Penelitian...........................................................................7

E. Manfaat Penelitian.........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................10

A. Representasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel JURAI

Karya Guntur Alam......................................................................10

1. Refresentasi........................................................................10

2. Hakikat Nilai Pendidikan Karakter.....................................12

3. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter..................................22

4. Hakikat Sastra.....................................................................27

B. Hasil Penelitian Yang Relevan....................................................39

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................42

A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................42

B. Latar Penelitian............................................................................43

vii
C. Metode dan Prosedur Penelitian..................................................44

D. Data dan Sumber Data.................................................................45

E. Subyek Penelitian.........................................................................46

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.....................................46

G. Prosedur Analisis Data.................................................................48

H. Pemeriksaan Keabsahan Data......................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra setara dengan keindahan suatu cabang seni dalam karya sastra

berupa bahasa. Secara morfologis, sastra sering disebut dengan sastra yang

berarti kata-kata atau tulisan dalam suatu bahasa. Sastra dibagi menjadi tiga

bagian, prosa, puisi dan drama. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat.

Puisi adalah karya sastra yang memiliki ikatan dengan aturan atau norma

tertentu. Sastra merupakan karya yang berdampak positif bagi pembentukan

karakter seseorang karena menurut Horace sastra selain berfungsi sebagai

hiburan juga sebagai alat pendidikan.

Karya sastra pada umumnya melihat suatu fenomena yang terjadi di

lingkungan sosial untuk mengungkap suatu permasalahan. Sastra dianggap

sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang diturunkan dari generasi ke

generasi dan diakui sebagai sarana pendidikan moral dan karakter (Clark

dalam Juanda, 2016: 2-3).

Seiring berkembangnya generasi saat ini cenderung menyimpang dari

perilakunya, menurunnya akhlak dan karakter dikalangan pelajar khususnya

pelajar. Hal ini disebabkan kurangnya karakter kuat yang tertanam dalam hati

mereka. Perlu adanya pendidikan karakter yang diberikan kepada mereka

sebagai isyarat untuk membimbing perilaku mereka.

1
2

GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan, antara

lain peningkatan kemampuan akademik dan profesional serta peningkatan

kesejahteraan tenaga kependidikan, agar tenaga kependidikan dapat berfungsi

secara optimal, terutama dalam meningkatkan budi pekerti atau budi pekerti

pendidik dan akhlak yang baik. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal

tersebut adalah dengan penguatan jati diri dan karakter melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan indikator penting yang menentukan kemajuan suatu

bangsa. Pendidikan yang berkualitas diperlukan agar tujuan bangsa yang

termaktub dalam Undang-Undang Dasar yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa dapat terlaksana dengan baik. Kenyataannya, bangsa Indonesia belum

sepenuhnya tercerahkan dengan baik. Bangsa Indonesia, khususnya para

mahasiswa, telah tercerahkan secara akademis, namun belum tercerahkan

dalam tindakan dan moral. Kita bisa melihat banyak kasus degradasi moral

bangsa, seperti korupsi, tawuran, dan konflik antarsuku. Gambaran suram ini

harus dicegah dengan sistem pendidikan. Pendidikan seharusnya tidak hanya

fokus pada kecerdasan, tetapi juga pendidikan karakter diperlukan untuk

mendukung bangsa yang cerdas dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan

tujuan negara dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3. Peran pekerja sosial di sekolah harus

diperhatikan. Diperlukan dorongan dari semua pihak untuk mewujudkan

pendidikan karakter ini, sehingga diperlukan peran pekerja sosial untuk

mengintervensi lingkungan guna menjamin tercapainya pendidikan karakter

ini. Karakter adalah nilai-nilai, kepribadian, atau ciri-ciri yang terbentuk dan
3

menjadi identitas seseorang. Karakter adalah sesuatu yang ada pada diri setiap

individu yang terbentuk dalam lingkungan keluarga sejak kecil. Namun,

karakter juga dapat dikembangkan dan diperkuat melalui pendidikan dan

sosialisasi.

Karakter erat kaitannya dengan nilai-nilai moral yang harus

dipraktikkan untuk membentuk pola dalam kepribadian individu yang tetap

sesuai dengan norma-norma masyarakat untuk berpikir dan bertindak sesuai

dengan nilai-nilai yang ditekankan dalam masyarakat. Ada kurang lebih 18

jenis nilai pendidikan karakter, antara lain: (1) religius, (2) jujur, (3) toleran,

(4) disiplin, (5) kerja keras, (6) mandiri, (7) kreatif, (8) demokratis, (9) rasa

ingin tahu, (10) berjiwa patriotik, (11) cinta tanah air, (12) menghargai

prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca,

(16)) sadar lingkungan, (17) sadar sosial, dan (18) bertanggung jawab.

Pendidikan karakter merupakan sebuah aset yang sangat penting di

dalam kehidupan manusia yang harus diterapkan sejak dini mungkin. Karena

dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari diharapkan dapat membentuk karakter manusia. Pendidikan karakter

merupakan cara berpikir dan berperilaku yang khas pada setiap individu agar

dapat hidup dan bekerja sama dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara. Lebih jauh lagi, nilai-nilai pendidikan karakter sangat

penting untuk dipelajari, terutama bagi generasi muda. Menyadari pentingnya

pendidikan karakter, Presiden Joko Widodo secara khusus mengeluarkan

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan


4

Karakter atau dikenal juga dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),

yaitu gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab lembaga pendidikan

untuk memperkuat karakter anak. Siswa melalui harmonisasi perkembangan

spiritual, emosional, intelektual, dan fisik, yang melibatkan kerjasama antara

lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan

Nasional Revolusi Mental (GNRM). Melalui Penguatan Pendidikan Karakter

(PPK), pemerintah mendorong peningkatan kemampuan literasi dasar, kritis,

kreatif, komunikatif, dan berpikir kolaboratif bagi generasi muda. Selain itu,

pendidikan karakter juga dapat diperoleh melalui berbagai media. Salah satu

media yang memberikan nilai adalah novel. Selain sebagai hiburan, novel

juga memberikan pelajaran bagi pembacanya. Novel memainkan peran yang

sangat penting dalam memberikan perspektif untuk mendekati kehidupan

dengan cara yang imajinatif dan artistik.

Novel merupakan salah satu genre sastra yang berbentuk prosa fiksi.

Novel menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah karangan

prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang

dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap

pelaku. Novel menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata.

Memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik, sebuah novel biasanya menceritakan

tentang kehidupan manusia dengan bermacam-macam masalah dalam

interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya. Novel merupakan bagian

dari karya sastra. Karya sastra dapat menjadi sarana pembentukan karakter

bangsa berbasis budaya karena isi yang terkandung dalam cerita merupakan
5

cerminan kehidupan. Sisi kehidupan manusia memang sangat menarik untuk

dikaji. Perkembangan novel di Indonesia sendiri sangat pesat sekali, terbukti

dengan banyaknya novel-novel baru yang diterbitkan. Novel tersebut

memiliki banyak macam tema, salah satunya mengenai pendidikan karakter.

Salah satu novel yang dapat dijadikan sebagai acuan yang mengandung nilai-

nilai pendidikan karakter adalah novel Jurai (Kisah Anak-Anak Emak Di

Setapak Impian) yang ditulis oleh pengarang berbakat dan mempunyai

banyak karya bernama Guntur Alam.

Representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam JURAI (Kisah

Anak-anak Emak di Setapak Impian) dapat memiliki pengaruh penting bagi

pembaca dalam beberapa hal, antara lain: (1) Membentuk karakter: dengan

menggambarkan tokoh-tokoh yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter

seperti kejujuran, kerja keras, kebersamaan, dan toleransi, pembaca dapat

terinspirasi untuk membentuk karakter yang sama dalam kehidupan sehari-

hari; (2) Meningkatkan kesadaran sosial: Cerita yang menggambarkan nilai-

nilai sosial seperti kebersamaan, saling menghargai, dan gotong royong, dapat

meningkatkan kesadaran sosial pembaca dan mendorong mereka untuk

terlibat dalam kegiatan sosial; (3) Memperkuat hubungan antar pribadi: Kisah

tentang persahabatan dan kebersamaan yang kuat antara tokoh-tokoh dalam

novel dapat mengilhami pembaca untuk memperkuat hubungan antar pribadi

mereka dengan teman-teman, keluarga, dan masyarakat; (4) Memberikan

inspirasi: Cerita tentang perjuangan dan kesuksesan tokoh-tokoh dalam


6

mencapai tujuan mereka dapat memberikan inspirasi bagi pembaca untuk

mengatasi tantangan dan mencapai impian mereka sendiri.

Demikian, representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam Novel

“JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian)” karya Guntur Alam

dapat memberikan pengaruh positif bagi pembaca dalam membentuk

karakter, meningkatkan kesadaran sosial, memperkuat hubungan antar

pribadi, dan memberikan inspirasi untuk meraih impian.

Berdasarkan konteks di atas, peneliti tertarik menganalisis nilai-nilai

pendidikan karakter dalam novel yang berjudul “Representasi Nilai-nilai

Pendidikan Karakter dalam Novel “JURAI (Kisah Anak-anak Emak di

Setapak Impian) Karya Guntur Alam”. Novel ini memuat banyak nilai-nilai

pendidikan karakter seperti tanggung jawab, kerja keras, dan semangat

pantang menyerah dalam menghidupi mimpi anak-anaknya agar bisa sekolah

setinggi mungkin.

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini

difokuskan pada penjelasan tentang representasi nilai-nilai pendidikan

karakter dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian)

Karya Guntur Alam.

2. Subfokus penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas di atas

maka subfokus penelitian ini akan membahas:


7

a. nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel JURAI

(Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) Karya Guntur Alam.

b. Karakterisasi tokoh dalam representasi nilai-nilai pendidikan

karakter dalam novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak

Impian) Karya Guntur Alam

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam Novel

JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) Karya Guntur Alam?

2. Bagaimana karakterisasi tokoh-tokoh dalam novel JURAI (Kisah Anak-

anak Emak di Setapak Impian) karya Guntur Alam merepresentasikan

nilai-nilai pendidikan karakter?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari

disusunnya penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter

yang terkandung dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di

Setapak Impian) karya Guntur Alam.

2. Untuk menganalisis bagaimana karakterisasi tokoh-tokoh dalam novel

JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) karya Guntur Alam

merepresentasikan nilai-nilai pendidikan karakter.


8

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan sebuah manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang

positif bagi pendidikan pada umumnya, dan bisa menambah pengetahuan

mengenai nilai-nilai pendidikan karakter, terkhusus yang terkandung

dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) Karya

Guntur Alam. Dalam membentuk akhlak, dan moral peserta didik

nantinya, dengan melalui pemanfaatan sebuah karya sastra, terutama

pada novel.

2. Secara Praktis

a. Bagi Lembaga Akademik, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan sebuah wawasan mengenai nilai-nilai pendidikan

karakter yang dapat diambil pelajarannya dalam novel JURAI (Kisah

Anak-anak Emak di Setapak Impian) Karya Guntur Alam, selain

memberikan wawasan, selain itu diharapkan mampu memberikan

motivasi bagi seluruh pelajar agar dapat lebih giat lagi dalam belajar

untuk melaih impian, serta dapat dijadikan untuk bahan penelitian

yang lebih lanjut bagi mereka yang ingin melakukan penelitian

tentang karya sastra lainnya.

b. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat menjadi alternatif

untuk memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di


9

dalam karya sastra terutama dalam novel, terlebih lagi bagi penyuka

karya sastra pada umumnya. Selain itu diharapkan mampu

mengembangkan keterampilan berbahasa, mengembangkan cipta

rasa, meningkatkan pengetahua budaya, serta menjunjung

pembentukan karakter seseorang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel JURAI

Karya Guntur Alam

1. Refresentasi

a. Pengertian Representasi

Representasi merupakan istilah dari bahasa inggris yaitu

Representation yang artinya perwakilan, penggambaran atau

gambaran. Representasi secara sederhana dapat diartikan sebagai

gambaran mengenai suatu hal yang terdapat dalam suatu kehidupan

yang digambarkan melalui media (Nawiroh, 2014).

Menurut Dr. Suwardi Endraswara (2013: 28) Representasi

adalah gambaran apa saja yang ada dalam sastra. Gambaran dapat

disebut citra. Sastra akan mencitrakan kehidupan manusia. Citra diri

dan kelompok perlu diungkap secara reflektif, reflektif menghasilkan

fenomena budaya yang disebut refleksivitas. Representasi merujuk

pada daya pantul di balik fenomena, sedangkan refleksivitas merujuk

pada bagaimana antropolog sastra memancing, memberi umpan, dan

memaknai sebuah representasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), representasi

adalah perbuatan atau keadaan yang mewakili. Marcel Danesi (2010:

3) mengatakan bahwa representasi adalah proses perekaman

gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik dengan menggunakan

10
11

tanda-tanda seperti gambar, suara, dan sebagainya untuk

menampilkan kembali apa yang diindra, dibayangkan, atau

dirasakan.

Menurut Stuart Hall yang dikutip Idawan Seto Wibowo (2011:

148), representasi terdiri dari tiga elemen penting, yaitu tanda,

makna, dan representasi itu sendiri. Tanda-tanda mencakup simbol

dan kata-kata yang digunakan untuk merepresentasikan objek atau

realitas tertentu. Makna merujuk pada interpretasi atau pemahaman

yang diberikan pada tanda-tanda tersebut oleh masyarakat atau

kelompok tertentu. Representasi itu sendiri merujuk pada proses

produksi dan reproduksi tanda-tanda dan makna yang terkait dengan

objek atau realitas tertentu. Hall juga menekankan bahwa

representasi tidak netral atau objektif, tetapi selalu terkait dengan

kepentingan sosial, budaya, dan politik yang terlibat dalam proses

produksinya. Representasi dapat digunakan untuk memperkuat atau

menantang hierarki sosial dan kekuasaan, dan seringkali

mencerminkan ideologi atau pandangan tertentu yang berlaku dalam

masyarakat.

Secara umum, representasi memainkan peran penting di dalam

berbagai disiplin ilmu untuk membantu memahami dan

merepresentasikan objek, konsep, dan peristiwa. Representasi juga

membantu membentuk pemahaman kita tentang dunia dan


12

memainkan peran penting dalam membangun pengetahuan dan

pemahaman di berbagai bidang ilmu.

2. Hakikat Nilai Pendidikan Karakter

a. Pengertian Nilai

Dalam bahasa Inggris, istilah “nilai” mengacu pada nilai,

apresiasi, atau perkiraan yang melekat pada suatu objek. Objek yang

dimaksud bisa berupa barang material, kondisi, tindakan, perilaku,

atau peristiwa lainnya. Pada hakikatnya, nilai tersebut di atas dapat

diartikan sebagai bentuk penghargaan atau keadaan yang berguna

bagi manusia untuk dijadikan dasar penilaian dan pengambilan

keputusan.

Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri

kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsipprinsip yang

menjadi pedoman dalam hidup. Oleh sebab itu, nilai menduduki

tempat penting dan strategis dalam kehidupan seseorang, sampai

pada suatu tingkat dimana orang lebih siap untuk mengorbankan

hidup mereka dari pada mengorbankan nilai. Nilai yang menjadi

sesuatu yang abstrak dapat dilacak dari tiga realitas sebagai berikut ;

pola tingkah laku, pola berpikir, sikap-sikap baik seorang pribadi

maupun suatu kelompok.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nilai dapat

diartikan sebagai sifat-sifat penting atau hal-hal yang bermanfaat


13

bagi umat manusia. Berdasarkan pengertian ini, nilai dapat merujuk

pada dasar atau alasan dalam menilai atau menentukan harga, derajat

atau tingkat kepentingan atau keberhargaan suatu hal, nilai moral

atau etis, nilai uang atau harga, dan nilai sifat atau karakteristik suatu

hal atau benda.

Menurut para ahli, nilai merupakan suatu konsep abstrak yang

digunakan untuk menggambarkan tingkat kepentingan atau

keberhargaan suatu hal atau perbuatan. Nilai merupakan suatu

konsep sosial dan kultural, yang terbentuk melalui pengalaman

individu dalam lingkungan sosialnya.

Nilai dalam sastra yang merujuk pada pesan atau makna yang

ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra, baik itu

puisi, prosa, atau drama. Nilai dalam sastra tidak hanya sekadar

terjemahan dari kata-kata, melainkan memiliki dimensi yang lebih

dalam, seperti nilai-nilai kehidupan, moral, dan sosial.

Setiap karya sastra memiliki nilai-nilai yang berbeda-beda,

tergantung pada tema, genre, dan bahasa yang digunakan. Misalnya,

dalam sebuah puisi, nilai yang ingin disampaikan mungkin berkaitan

dengan keindahan alam, kehidupan manusia, atau perasaan individu.

Sedangkan dalam sebuah novel, nilai yang ingin disampaikan bisa

berkaitan dengan masalah sosial, kemanusiaan, atau nilai-nilai

moral.
14

Nilai pentingnya dalam sastra terletak pada kemampuannya

untuk mempengaruhi pembaca, baik secara emosional maupun

intelektual. Dalam sastra, pengarang dapat menggunakan nilai-nilai

untuk menggugah perasaan, melarang moralitas, atau bahkan

membentuk opini pembaca mengenai suatu isu atau masalah. Oleh

karena itu, pengarang seringkali berusaha menyampaikan nilai-nilai

yang positif dan bermanfaat melalui karya sastranya.

Selain itu, dalam konteks pendidikan, nilai dapat merujuk

pada prinsip atau ajaran yang dipegang sebagai pedoman atau

standar moral yang harus diikuti oleh individu atau masyarakat

dalam bertindak dan berinteraksi. Pendekatan ini dikenal sebagai

education value atau education character, yang bertujuan untuk

membentuk individu yang berkarakter baik dan memiliki moralitas

yang baik. Oleh karena itu, nilai memiliki dimensi yang sangat

penting dan meluas, baik dalam konteks sosial, moral, maupun

ekonomi.

Nilai dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu nilai intrinsik dan

nilai ekstrinsik. Nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung dalam

diri suatu hal, yang berarti nilai tersebut merupakan bagian dari

benda itu sendiri. Contoh dari nilai intrinsik adalah keindahan

sebuah lukisan, kebaikan dalam hati seseorang, atau kejujuran dalam

diri seseorang. Sementara itu, nilai ekstrinsik adalah nilai yang

berasal dari faktor eksternal, seperti status sosial, kekayaan, atau


15

popularitas. Contoh dari nilai ekstrinsik adalah harga sebuah mobil,

popularitas seorang selebriti, atau jabatan dalam suatu perusahaan.

Nilai juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan

jenisnya. Berikut ini adalah beberapa jenis nilai yang sering

ditemukan.

1) Nilai moral: Nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan

dengan etika dan moralitas, seperti kejujuran, keadilan, dan

kerja sama.

2) Nilai sosial: Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan

hubungan sosial, seperti toleransi, persaudaraan, dan kesetiaan.

3) Nilai spiritual: Nilai spiritual adalah nilai-nilai yang berkaitan

dengan hubungan manusia dengan Tuhan atau kekuatan yang

lebih tinggi, seperti keimanan, pengorbanan, dan cinta kasih.

4) Nilai estetika: Nilai estetika adalah nilai-nilai yang berkaitan

dengan keindahan, seperti keindahan seni atau alam.

5) Nilai ekonomi: Nilai ekonomi adalah nilai-nilai yang berkaitan

dengan aspek ekonomi, seperti harga, profitabilitas, dan

produktivitas.

6) Nilai intelektual: Nilai intelektual adalah nilai-nilai yang

berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan diri, seperti

pengetahuan, kreativitas, dan inovasi.

Penting untuk diingat bahwa nilai sangat subjektif dan dapat

bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Oleh karena itu,


16

penting bagi setiap individu untuk memahami nilai-nilai yang

penting bagi dirinya sendiri dan berusaha untuk hidup sesuai dengan

nilai-nilai tersebut.

b. Pengertian Pendidikan

Ada dua pengertian terkait pendidikan. Yang pertama,

pengertian luas yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal

yang dapat diterima dan dilakukan oleh siapa saja, termasuk

lingkungan. Yang kedua, pengertian yang lebih sempit, menyatakan

bahwa pendidikan hanya ditujukan untuk anak-anak dan hanya

dilakukan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk membantu mereka

mencapai masa dewasa.

Pendidikan berarti membantu menumbuhkan kepribadian dan

membentuk rasa tanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan

terhadap diri manusia bisa dibandingkan dengan makan, yang

memberikan kekuatan, kesehatan, dan pertumbuhan. Tujuannya

adalah mempersiapkan generasi berikutnya untuk menjalani hidup

dengan efektif dan efisien.

Menurut Ahmad D. Marimba (1989), merumuskan bahwa

Pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun

ruhani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Pengertian ini sangat sederhana meskipun secara substansi

telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan.


17

Menurut pengertian ini, pendidikan hanya terbatas pada

pengembangan pibadi anak didik oleh pendidik.

Menurut H. Mangun Budiyanto (2010), yang berpendapat

bahwa Pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak

didik atau individu manusiayang prosesnya berlangsung secara terus-

menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Aspek yang

dipersiapkan dan ditumbuhkan itu meliputiaspek badannya, akalnya

dan ruhani sebagai suatu kesatuan tanpa mengesampingkan salah

satu aspek dan melebihkan aspek yang lain. Persiapan dan

pertumbuhan itu diarahkan agar ia menjadi manusia yang berdaya

guna bagi dirinya dan bagi masyarakat serta dapat memperoleh suatu

kehidupan yang sempurna.

Dari definisi pendidikan yang diungkapkan di atas, pendidikan

merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat manusia,

dimulai dari saat lahir hingga meninggal dunia. Proses ini bertujuan

untuk mempersiapkan dan membina anak didik atau individu

manusia secara utuh, termasuk aspek fisik, mental, dan spiritual.

Semua aspek ini dianggap penting dan tidak boleh diabaikan dalam

proses pendidikan.

Selain itu, ada juga beberapa tujuan dari pendidikan,

diantaranya:
18

1) Untuk menghasilkan manusia yang berdaya guna bagi dirinya

sendiri dan masyarakat serta mampu mencapai kehidupan yang

sempurna.

2) Untuk mengembangkan potensi individu, meningkatkan

kemampuan belajar, meningkatkan kesadaran sosial,

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, memperkuat

kemandirian, menumbuhkan nilai moral, dan meningkatkan

kualitas kehidupan siswa.

3) Untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

serta membangun bangsa yang maju dan sejahtera di masa

depan. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya berfokus pada

aspek akademik dan kognitif, tetapi juga memperhatikan

pengembangan keterampilan, nilai-nilai moral, dan kemandirian

individu.

c. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Inggris character, berasal dari

istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat

tajam atau membuat dalam (Lorens, 2005). Karakter juga dapat

berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas

benda yang diukir. Karena itu, Wardani seperti dikutip Endri Agus

Nugraha (2015:30) menyatakan bahwa Karakter adalah ciri khas

seseorang dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks social


19

budaya karena karakter terbentuk dalam lingkungan social budaya

tertentu.

Dari ungkapan di atas mengenai karakter, bahwa watak

seseorang bukanlah sesuatu yang bawaan atau turun temurun,

melainkan terbentuk melalui pengaruh lingkungan sosial dan budaya

sekitarnya.

Lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi karakter

seseorang dalam berbagai cara. Misalnya, nilai-nilai dan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat dapat membentuk moral dan

etika seseorang. Budaya dapat membentuk cara pandang, sikap, dan

perilaku seseorang terhadap hal-hal tertentu, seperti agama, keluarga,

dan pekerjaan.

Demikian, Endri Agus Nugraha menekankan bahwa watak

seseorang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sosial dan budaya

yang mengelilinginya. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi kita

untuk memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam

lingkungan sosial dan budaya kita, dan bagaimana pengaruhnya

terhadap pembentukan karakter kita sebagai individu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter

adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah nilai-nilai

yang unik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola piker,


20

olah hati, olah rasa, dan karsa, serta olahraga seseorang atau

sekelompok orang.

Karakter adalah ciri atau sifat dasar yang menentukan tingkah

laku dan kepribadian seseorang atau tokoh dalam cerita. Dalam

karya sastra, karakter sering digunakan untuk membangun konteks

dan memberikan kesan emosional pada cerita. Dalam kehidupan

sehari-hari, karakter juga dapat digunakan untuk menggambarkan

tingkah laku dan perilaku seseorang yang memberikan informasi

tentang kepribadian dan integritas dirinya. Dalam kedua konteks ini,

karakter sangat penting dalam membentuk bagaimana kita

memahami dan menilai orang atau tokoh tertentu.

d. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu proses yang bertujuan

untuk membentuk kepribadian individu agar memiliki karakter yang

baik dan berbudi pekerti luhur. Dalam proses ini, individu

mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang dapat membentuk

kepribadian yang berkualitas dan memberikan kontribusi positif bagi

masyarakat. H. Teguh Sunaryo menekankan bahwa karakter

pendidikan harus memperhatikan tiga hal penting, yaitu bakat,

harkat, dan martabat. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas

pendidikan karakter, dan individu harus diberikan kesempatan untuk

mengembangkan bakat, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi, serta membentuk etika dan moral yang baik. Dengan
21

begitu, individu akan memiliki karakter yang berkualitas dan mampu

memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha menyatakan bahwa

pendidikan karakter merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk

menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Sistem ini

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan

dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai karakter yang

diajarkan mencakup hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan. Tujuan dari

pendidikan karakter ini adalah untuk membentuk manusia insan

kamil atau manusia yang memiliki karakter yang baik dan sempurna

dalam segala aspek kehidupannya.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk karakter

yang memiliki nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab,

kerja keras, kerja sama, toleransi, dan semangat juang. Nilai-nilai

tersebut diajarkan melalui berbagai metode pembelajaran, seperti

ceramah, diskusi, simulasi, dan pengalaman nyata.

Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui berbagai media,

seperti buku, film, dan media sosial. Selain itu, pendidikan karakter

juga dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keluarga dan berperan penting dalam pembentukan

karakter individu, karena lingkungan tersebut dapat memberikan


22

contoh perilaku yang baik dan memberikan pengaruh positif

terhadap pembentukan karakter.

Pendidikan karakter juga penting dilakukan di lingkungan

sekolah. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam

membentuk karakter individu, karena di sekolah individu dapat

belajar bersama dengan teman sebayanya dan mendapatkan

pengaruh dari guru-guru yang dapat membentuk nilai-nilai moral

dan etika yang baik.

Dalam karakter pendidikan, pengukuran keberhasilan karakter

pendidikan dapat dilakukan dengan mengamati perubahan perilaku

individu setelah mengikuti program karakter pendidikan. Jika

individu mampu menunjukkan perubahan perilaku yang positif,

maka program pendidikan karakter dapat dianggap berhasil.

Pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang instan dan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah karakter

seseorang. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan

secara berkelanjutan dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, yaitu membentuk karakter yang berkualitas dan berbudi

pekerti luhur.

3. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di Indonesia berpijak pada nilai-nilai atau

kebajikan yang menjadi vokalis karakter bangsa. Kebajikan yang

menentukan karakter seseorang sebenarnya adalah nilai. Oleh karena itu,


23

pengembangan nilai-nilai dalam Pendidikan karakter berasal dari

pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, serta

nilai-nilai yang tercantum dalam tujuan Pendidikan nasional.

Menurut (Kurniawan, 2020) dalam pengembangan pendidikan

karakter di Indonesia terdapat empat sumber nilai yang diidentifikasi.

Pertama adalah agama, yang sangat berpengaruh pada kehidupan

individu, masyarakat, dan negara. Bahkan dalam konteks politik, nilai-

nilai agama menjadi dasar penting dalam kehidupan kenegaraan. Oleh

karena itu, nilai-nilai karakter pendidikan harus didasarkan pada nilai-

nilai agama.

Kedua adalah Pancasila, yang menjadi dasar bagi prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya,

dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,

yaitu warga negara yang mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupannya.

Ketiga adalah budaya, yang merupakan sumber nilai dalam

memberikan makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi

antaranggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya harus menjadi sumber

nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Keempat adalah tujuan pendidikan nasional, yang merumuskan

fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia untuk mengembangkan watak


24

dan peradaban bangsa yang bermartabat. Tujuan pendidikan nasional

juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang merepresentasikan dan bertanggung jawab. Tujuan

pendidikan nasional ini dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan

di berbagai tingkatan dan jalur sebagai rumusan kualitas yang harus

dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi

sejumlah nilai untuk Pendidikan karakter seperti pada tabel sebagai

berikut.

Tabel 2.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1. Relegius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan


25

agama, suku, etnis, pendapat, dan tindakan orang

lain yang berbeda dengan dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib, dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu

yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan

orang lain.

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengarnya.

10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan kelompoknya.


26

11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, dan budaya, ekonomi

dan politik bangsa.

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang

lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang membuat

orang lain merasa senang dan aman atas

kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang menimbulkan kebajikan

bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah

terjadi.
27

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberikan bantuan pada orang lain

dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang

seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Hakikat Sastra

Sastra adalah bentuk seni yang mengungkapkan pengalaman

manusia melalui kata-kata yang diatur secara estetika. Sumardjo & Saini

(1997: 3) yang berpendapat bahwa Sastra adalah ungkapan pribadi

manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan

pesona dengan alat bahasa. Sastra dapat berupa puisi, drama, prosa fiksi.

Sastra memiliki banyak fungsi, seperti memberikan hiburan, memberikan

pesan moral, mengungkapkan pandangan hidup dan nilai budaya, serta

memotivasi pembaca untuk berpikir kritis.

Sastra memiliki berbagai definisi dan pandangan yang berbeda-

beda dari para ahli. Berikut ini adalah beberapa pandangan dari para ahli

mengenai sastra.
28

a. Menurut Northrop Frye (1957), sastra adalah kumpulan dari semua

karya sastra, baik itu puisi, drama, prosa fiksi, maupun nonfiksi. Frye

menganggap sastra sebagai sebuah bentuk seni yang berbeda dengan

bentuk seni lainnya karena sastra mempunyai sifat universal dan

kekal, sehingga dapat diterima oleh semua orang dan melebihi batas

waktu dan ruang.

b. Terry Eagleton (1983), menganggap sastra sebagai sebuah bentuk

seni yang mengandung makna dan pemaknaan yang mendalam.

Sastra mempunyai kemampuan untuk merubah pandangan dunia dan

memberikan pengalaman yang mendalam pada pembacanya.

c. Aristoteles (350 SM), menganggap sastra sebagai sebuah bentuk seni

yang mempunyai fungsi untuk menghibur, mendidik, dan

menyampaikan pesan moral. Menurut Aristoteles, sastra juga

mempunyai kemampuan untuk membangkitkan emosi pada

pembacanya dan menginspirasi mereka untuk berpikir lebih jauh.

d. Roland Barthes (1967), menganggap sastra sebagai sebuah bentuk

seni yang mengandung tanda-tanda dan simbol-simbol yang dapat

diinterpretasikan oleh pembacanya. Sastra mempunyai kemampuan

untuk menghasilkan makna yang bervariasi dan sangat tergantung

pada konteks sosial dan budaya.

e. Mikhail Bakhtin (1981), menganggap sastra sebagai sebuah bentuk

seni yang menggambarkan dialog antara penulis dan pembacanya.

Sastra mempunyai kemampuan untuk menghasilkan makna yang


29

terbuka dan menarik perhatian pembacanya untuk memodifikasi

pandangan dan nilai-nilai yang dihadapinya.

Dalam kesimpulannya, sastra merupakan sebuah bentuk seni yang

dapat memberikan berbagai fungsi dan pengalaman pada pembacanya.

Sastra juga mengandung makna yang mendalam dan ketergantungan

pada interpretasi pembaca serta konteks sosial dan budaya.

Sastra terbagi menjadi 3 jenis, diantaranya sebagai berikut.

a. Puisi

Menurut Jevi Nugraha (2020), Puisi adalah bentuk sastra yang

menggunakan bahasa indah dan bermakna untuk menciptakan

perasaan atau pengalaman yang intens. Puisi biasanya ditulis dalam

bentuk baris-baris yang diatur secara ritmis dan rima, meskipun ada

juga puisi modern yang tidak mengikuti pola tersebut. Puisi dapat

berupa puisi naratif yang menceritakan cerita, puisi deskriptif yang

menggambarkan suatu objek atau suasana, atau puisi reflektif yang

menyampaikan pemikiran dan perasaan.

Puisi bisa ditulis dalam berbagai tema, mulai dari cinta,

kehidupan, alam, sosial, politik, hingga agama. Puisi juga dapat

memiliki berbagai bentuk dan jenis, seperti pantun, syair, soneta,

oda, dan lain sebagainya.

Puisi seringkali menggunakan bahasa metaforis dan simbolis

untuk mengungkapkan perasaan dan pengalaman secara lebih

mendalam dan memikat. Selain itu, penggunaan rima, ritme, dan


30

nada juga dapat memberikan kesan yang lebih dramatis dan menarik

pada puisi.

Puisi juga memiliki fungsi yang beragam, seperti untuk

mengungkapkan perasaan, menyampaikan pesan, menggugah emosi,

atau bahkan untuk mengabadikan kenangan. Puisi juga dapat

membantu pengarangnya untuk mengekspresikan diri secara lebih

bebas dan kreatif.

b. Drama

Menurut Edelweis Lararenjana (2020), Drama adalah bentuk

karya sastra yang dibuat untuk dipentaskan atau dimainkan di atas

panggung. Drama biasanya terdiri dari dialog antara karakter-

karakter yang dimainkan oleh aktor atau aktris. Drama bisa memiliki

berbagai jenis, seperti tragedi, komedi, drama satir, drama musikal,

dan drama sejarah.

Dalam sebuah drama, cerita biasanya terbagi menjadi

beberapa adegan atau babak. Setiap adegan biasanya memiliki

lokasi, waktu, dan suasana yang berbeda. Biasanya terdapat tokoh-

tokoh utama dan pendukung yang saling berinteraksi dalam cerita.

Dalam beberapa drama, mungkin juga terdapat narator yang

membantu menjelaskan atau mengisi beberapa bagian cerita.

Drama biasanya dipentaskan di atas panggung dengan latar

belakang dekorasi panggung, pencahayaan, dan properti. Penampilan

para aktor atau aktris, kostum yang mereka kenakan, dan suara serta
31

musik yang mengiringi drama juga penting dalam membawa cerita

ke dalam kehidupan. Beberapa drama juga memerlukan efek khusus

atau penggunaan proyeksi multimedia untuk memberikan efek yang

lebih dramatis.

Drama membutuhkan kolaborasi antara penulis skenario,

sutradara, aktor, dan kru teater untuk dapat disajikan dengan baik.

Drama juga memerlukan persiapan yang matang sebelum

dipentaskan, seperti latihan dan persiapan dekorasi panggung,

pencahayaan, dan musik.

Drama memiliki banyak nilai dan manfaat, seperti

memberikan hiburan, melarang nilai-nilai moral, dan meningkatkan

kreativitas serta kemampuan berbicara di depan umum. Drama juga

bisa digunakan sebagai alat untuk mengkritik dan mengubah

pandangan masyarakat tentang suatu hal atau masalah.

c. Prosa

Menurut Abdullah Aziz Rajudin (2021), prosa adalah bentuk

karya sastra yang ditulis dalam bentuk kalimat dan paragraf tanpa

memperhatikan pola atau irama tertentu. Prosa bisa digunakan untuk

berbagai jenis karya sastra, seperti novel, cerpen, esai, biografi, dan

otobiografi.

Biasanya, cerita biasanya disajikan dengan gaya bahasa yang

deskriptif dan naratif. Karakter, setting, dan plot cerita dijelaskan

secara rinci dan terperinci. Gaya bahasa yang digunakan dalam prosa
32

bisa bervariasi, dari yang sederhana hingga yang kompleks dan sulit

dipahami.

Prosa biasanya digunakan untuk menyampaikan cerita atau

informasi secara detail dan menyeluruh. Prosa juga dapat digunakan

untuk menyampaikan ide atau pendapat dengan lebih mendalam dan

bervariasi daripada dalam puisi atau drama. Dalam beberapa jenis

karya sastra, seperti novel atau cerpen, prosa dapat memperkenalkan

pembaca ke dunia pembaca fiksi yang diciptakan oleh penulis,

memungkinkan untuk melihat dan merasakan pengalaman yang

dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Prosa juga sering digunakan dalam karya non-fiksi, seperti

dalam esai atau biografi, untuk menyampaikan informasi tentang

suatu topik atau tokoh tertentu dengan lebih jelas dan rinci. Gaya

bahasa dalam prosa nonfiksi bisa bervariasi, tergantung pada topik

yang dibahas dan audiens yang dituju.

Prosa memiliki banyak nilai dan manfaat, seperti sarana untuk

mengembangkan imajinasi dan kemampuan berbahasa,

menyampaikan informasi secara detail dan menyeluruh, serta

memberikan hiburan dan wawasan bagi pembaca.

Berikut ini adalah beberapa jenis prosa dan penjelasnnya.

1) Cerpen atau Cerita Pendek

Cerpen atau Cerita Pendek adalah salah satu jenis prosa

yang memiliki ciri-ciri utama berupa cerita yang pendek,


33

sederhana, dan fokus pada satu inti cerita. Biasanya, cerpen

hanya memiliki satu tokoh utama atau sedikit karakter

pendukung yang terlibat dalam cerita. Cerpen sering kali

mengandung konflik atau permasalahan yang dihadapi oleh

tokoh utama dan diselesaikan di akhir cerita.

Cerpen dapat memiliki berbagai macam genre seperti

romance, horor, misteri, fiksi ilmiah, dan lain sebagainya.

Cerpen juga dapat ditulis dalam berbagai bentuk, seperti naratif,

deskriptif, dialog, atau campuran dari ketiganya. Umumnya,

cerpen lebih mudah dibaca dan dipahami dibandingkan novel

karena cerpen hanya memuat satu inti cerita sehingga lebih

fokus dan singkat. Karena keunikan dan kepraktisannya, cerpen

seringkali dijadikan bahan pembelajaran di sekolah-sekolah dan

sering dipublikasikan di media cetak atau digital.

Cerpen memiliki beberapa elemen, yaitu:

a) Plot atau Alur Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian

yang terjadi dalam cerpen. Plot biasanya terdiri dari tiga

bagian, yaitu pendahuluan, bagian tengah, dan klimaks atau

penyelesaian.

b) Tokoh atau karakter adalah individu yang terlibat dalam cerita.

Tokoh dapat berupa protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh

yang bertentangan dengan tokoh utama), atau karakter

pendukung yang membantu mengembangkan cerita.


34

c) Tempat dan Waktu Setting atau latar tempat dan waktu adalah

lingkungan atau situasi di mana cerita terjadi. Setting dapat

mempengaruhi suasana atau mood dalam cerita.

d) Gaya bahasa adalah cara penulis mengekspresikan cerita

dengan kata-kata. Gaya bahasa dapat mempengaruhi suasana

atau mood dalam cerita, serta memberikan keunikan dan

keindahan pada cerita.

e) Tema Tema adalah pesan moral atau ide utama yang ingin

disampaikan dalam cerita. Tema dapat diangkat dari konflik

atau masalah yang dihadapi tokoh, dan memberikan nilai atau

pelajaran bagi pembaca.

2) Novel

Novel berasal dari bahasa latin “novelius” yang diturunkan

dari kata “novies” yang berarti “baru”. Dikatakan baru sebab novel

muncul belakangan dibanding dengan bentuk puisi dan drama.

Novel menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Menurut Pramoedya Ananta Toer, novel merupakan sebuah

cerita yang memotret kehidupan masyarakat dengan segala

problematikanya. Novel menjadi alat untuk memberikan suara

kepada mereka yang tidak memiliki suara, dan menunjukkan


35

keindahan, kegagalan, dan kelemahan manusia. Dalam pandangan

Pramoedya, novel bukan hanya sekedar karya sastra yang

menghibur, tetapi juga memiliki fungsi sosial yang sangat penting,

yaitu sebagai alat untuk melarang, memberikan inspirasi, dan

mempengaruhi pembaca. Novel yang baik menurut Pramoedya

adalah novel yang menggugah hati dan pikiran pembacanya, serta

memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan manusia dan

masyarakat.

Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya "Teori Pengkajian

Fiksi" (1998), novel adalah suatu karya sastra prosa yang lebih

panjang dari cerita pendek atau prosa fiksi lainnya. Novel memiliki

kebebasan yang lebih besar dalam menggambarkan tokoh, latar,

dan peristiwa dibandingkan dengan jenis prosa fiksi lainnya. Selain

itu, novel juga dapat menggambarkan konflik sosial, psikologis,

maupun politik yang lebih kompleks, serta dapat mengungkap

perubahan karakter tokoh secara mendalam dan terperinci.

Novel dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang

terdapat dalam isi atau materi dalam novel itu sendiri. Berikut ini

adalah beberapa novel unsur intrinsik:

a) Plot: Plot adalah rangkaian peristiwa dalam cerita, yang

biasanya melibatkan konflik, puncak konflik, dan penyelesaian.

Plot dalam novel dapat berupa plot linier atau plot nonlinier.
36

b) Tokoh: Tokoh adalah karakter yang terlibat dalam cerita.

Tokoh dapat berupa tokoh utama atau tokoh pembantu. Setiap

tokoh biasanya memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-

beda, dan perkembangan karakter dalam novel dapat

mempengaruhi alur cerita.

c) Tema: Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan

oleh penulis melalui cerita. Tema dapat berkaitan dengan

kehidupan manusia, moralitas, agama, politik, atau masalah

sosial.

d) Setting: Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita

berlangsung. Setting dapat mencakup lokasi fisik, seperti kota

atau desa, dan juga latar waktu, seperti masa

e) Gaya bahasa: Gaya bahasa atau gaya penulisan adalah cara

penulis mengungkapkan cerita. Gaya bahasa dapat mencakup

pilihan kata, gaya kalimat, penggunaan figur retorik, dan lain-

lain. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis dapat

memengaruhi pemahaman dan pengalaman pembaca dalam

membaca novel.

f) Point of View (POV): Point of View atau sudut pandang adalah

cara penulis menceritakan cerita melalui perspektif tokoh

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar isi

atau materi dalam novel, namun mempengaruhi cara pembaca


37

memahami cerita. Berikut adalah beberapa unsur ekstrinsik dalam

novel:

a) Konteks Sejarah dan Sosial: Konteks sejarah dan sosial

mencakup keadaan sosial, politik, budaya, dan sejarah pada

saat karya sastra ditulis. Konteks ini dapat memengaruhi cara

penulis menyusun cerita dan pesan yang ingin disampaikan.

b) Biografi Penulis: Biografi penulis mencakup kehidupan dan

pengalaman penulis yang memengaruhi cara penulis menulis

cerita dan memilih tema tertentu dalam novel.

c) Kritik sastra: Kritik sastra adalah pandangan atau pendapat

kritis dari para pengamat sastra terhadap karya sastra tertentu,

termasuk novel. Pandangan para kritikus sastra dapat

memengaruhi cara pembaca memahami dan menilai sebuah

novel.

d) Konteks Budaya dan Linguistik: Konteks budaya dan linguistik

mencakup bahasa dan kuncup ayat yang digunakan dalam

novel, serta kebiasaan dan nilai-nilai budaya yang terkait

dengan cerita dalam novel. Hal ini juga mempengaruhi cara

pembaca memahami cerita.

e) Pengaruh Karya-karya Lain: Pengaruh karya-karya lain

mencakup karya sastra atau karya seni lainnya yang menjadi

sumber inspirasi atau referensi dalam menulis novel. Hal ini


38

juga dapat mempengaruhi gaya dan tema yang digunakan

dalam novel.

f) Adaptasi ke Media Lain: Novel seringkali diadaptasi ke media

lain, seperti film atau drama. Adaptasi ke media lain dapat

mempengaruhi cara pembaca memahami cerita dalam novel,

karena pengalaman yang berbeda saat menonton atau membaca

cerita dalam format yang berbeda.

g) Respon Pembaca dan Kritikus: Respon pembaca dan kritikus

sastra dapat mempengaruhi cara pembaca lainnya dalam

memahami dan menilai novel tersebut. Kritikus sastra dan

pembaca lainnya dapat memberikan interpretasi atau

pandangan yang berbeda terhadap cerita dalam novel.

Novel dapat mencakup berbagai genre, seperti fiksi ilmiah,

petualangan, misteri, roman, dan banyak lagi. Karakter dalam

novel biasanya memiliki latar belakang yang kompleks dan

berkembang seiring berjalannya cerita. Alur cerita dalam novel

biasanya lebih panjang dan kompleks dibandingkan cerpen atau

novella, dan bisa berlangsung dalam beberapa tahun atau bahkan

berabad-abad.

Novel memiliki tujuan untuk menghibur, memberikan

wawasan, atau menyampaikan pesan moral atau sosial. Beberapa

novel juga dapat memiliki tujuan untuk mempelajari sejarah,


39

budaya, atau membantu pembaca memahami masalah sosial atau

politik.

Secara umum novel memiliki struktur yang terdiri dari

pengenalan karakter, pengembangan konflik, kisah perkembangan,

dan resolusi konflik. Alur cerita dalam novel seringkali tidak

bergaris dan bisa melibatkan alur waktu yang berubah-ubah, sudut

pandang yang berbeda, atau bahkan pengulangan dari suatu

peristiwa.

Pada dasarnya, novel adalah bentuk sastra yang sangat

populer dan banyak diterima oleh masyarakat, serta memiliki

banyak variasi dan gaya yang berbeda-beda.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Pada hakikatnya peneliti membutuhkan penelitian terdahulu untuk

merelevankan hasil yang sudah ada dengan hasil penelitian yang baru. Selain

itu juga untuk bahan dan sumber penelitian berikutnya. Ada beberapa hasil

yang relevan dengan penelitian terdahulu, yaitu:

1. Jurnal berjudul “Representasi Pesan Pendidikan Karakter dalam Film

Sokola Rimba” karya Rosy Yonalisa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui representasi pesan pendidikan karakter alm

film Sokola Rimba.


40

2. Jurnal berjudul “Representasi Nilai Karakter pada Lirik Lagu Pesawat

Kertas 365 Hari JKT48” karya Wisnu Hatami IAIN Syekh Nurjati

Cirebon. Hasil penelitian sebagai berikut.

Dalam mencari makna yang tersirat pada lirik lagu, penulis

menggunakan teori makna dari Charles Sander Peirce. Berdasarkan, teori

ini, lagu dibagi tiga bagian menjadi tanda (sign), acuan tanda (object) dan

penggunaan tanda (interpretant). Tanda adalah sesuatu yang memiliki

fisik dan bisa ditangkap oleh indera. Dalam hal ini yang menjadi tanda

adalah lirik asli lagu Pesawat Kertas 365 hari tersebut. Objek adalah latar

belakang sosial atau konteks dari sesuatu yang dirujuk tanda. Maka, nilai

karakter yang ada dalam lirik tersebut merupakan objek dari Maka,

penulis menginterpretasi makna nilai karakter dari lagu Pesawat Kertas

365 hari. Adapun nilai karakter yang terkandung dalam penggalan lirik

lagu Pesawat Kertas 365 Hari berikut.

“Kutatap langit di pagi hari Kuawali hari dengan doa Semoga satu
hari ini bisa dipenuhi oleh senyum”

Pada penggalan lirik lagu di atas menunjukan bahwa nilai yang terkandung

adalah Religius, disiplin.

3. Jurnal berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye” karya

Fiqih Nur Laili UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini bertujuan

untuk Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

karya Tere Liye.


41

Judul skripsi "Representasi Nilai-nilai pendidikan karakter dalam

novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) karya Guntur

Alam" sangat relevan dengan tema yang dibahas dalam ketiga jurnal yang

disebutkan sebelumnya. Pada ketiga jurnal tersebut, peneliti membahas

tentang representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam media massa,

dan jurnal baru ini juga membahas hal yang sama, hanya saja dalam

bentuk novel.

Menganalisis representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

novel JURAI dapat membantu untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai

pendidikan karakter diterjemahkan dalam bentuk sastra dan bagaimana hal

tersebut diterima oleh pembaca. Penelitian ini juga dapat membantu untuk

menilai apakah novel ini dapat berperan sebagai media pendidikan

karakter yang efektif bagi pembacanya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pada penelitian ini tempat yang digunakan untuk melakukan

penelitian tidak terikat pada satu tempat karena objek yang dikaji berupa

naskah (teks) sastra. Penelitian ini dilaksanakan diberbagai tempat, antara

lain:

a. Tempat tinggal tetap Peneliti (Kampung Ciranca, RT 007, RW 002,

Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten),

b. Tempat tinggal sementara Peneliti (Jalan suryaatmadja Balong, Jl.

Sentral No.Kel, Rangkasbitung Bar., Kec. Rangkasbitung, Kab.

Lebak, Banten 42312), dan

c. Lingkungan Kampus (No. 22L, Jl. Budi Utomo Jl. Komp.

Pendidikan, Muara Ciujung Tim., Kec. Rangkasbitung, Kabupaten

Lebak, Banten 42314).

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari sampai dengan bulan Maret 2023.

42
43

Tabel 3.1

Waktu dan Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan
Jadwal Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Penetapan

Bimbingan

2. Penyusunan

instrumen

3. Revisi kisi-kisi

instrumen

4. Seminar

proposal

5. Observasi

6. Pengambilan

data

7. Pengolahan data

8. Penyesuaian

laporan

9. Ujian dan

perbaikan

B. Latar Penelitian
44

Proses penelitian ini diambil dari beberapa latar, diantaranya: Tempat

tinggal sementara peneliti selama berkuliah (Sekretariat Kwartir Cabang

Lebak), kampung halaman peneliti (Kampung Ciranca, RT 007, RW 002,

Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten), dan

lingkungan Kampus.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan

karakter dalam novel "JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian)"

karya Guntur Alam. Novel ini mengisahkan tentang perjuangan seorang ibu

tunggal dalam mendidik anak-anaknya dan membangun keluarga yang

sederhana namun penuh kebahagiaan. Oleh karena itu, penelitian ini

bertujuan untuk memahami bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter seperti

kerja keras, kejujuran, rasa syukur, dan cinta kasih terkonstruksi dalam novel,

dan bagaimana hal tersebut dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan melakukan analisis

teks dan wawancara dengan pembaca novel, sehingga dapat memberikan

pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai pendidikan karakter

dalam novel "JURAI".

C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode kualitatif digunakan oleh peneliti.

Metode ini didasarkan pada filsafat postpositivisme dan digunakan untuk

meneliti situasi alamiah. Peneliti berperan sebagai instrumen utama dan

pengambilan sampel dilakukan secara sengaja dan melalui proses


45

snowbaal. Teknik pengumpulan data menggunakan triangulasi dan

analisis data bersifat induktif dan kualitatif. Hasil dari penelitian

kualitatif lebih memperhatikan makna daripada generalisasi

(Sugiyono:2015: 15).

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun

angka (Suharsimi, Arikunto, 1999:99). Penelitian sastra memerlukan data

dalam bentuk verbal, berwujud kata, frasa, dan kalimat.

Data dalam penelitian ini berupa paparan kata dan kalimat yang

terdapat dalam novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian)

karya Guntur Alam. Kata dan kalimat yang dipaparkan mengandung

bagaimana bentuk nilai-nilai pendidikan Karakter dalam novel tersebut.

a. Subjek dalam penelitian ini berupa novel JURAI (Kisah Anak-anak

Emak di Setapak Impian) karya Guntur Alam.

b. Objek dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan Karakter

dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian)

karya Guntur Alam.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek data yang dapat diperoleh. Sumber data

dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni:

a. Sumber data Primer


46

Sumber data primer yang digunakan untuk penelitian ini adalah

sebuah Novel yang berjudul "JURAI (Kisah Anak-anak Emak di

Setapak Impian)" yang ditulis oleh Guntur Alam. Novel ini terdiri

dari 306 halaman dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama

pada cetakan pertama Maret 2013. Nomor ISBN untuk novel ini

adalah 978-979-22-9338-8.

b. Sumber sekunder

Sumber sekundernya adalah kumpulan berbagai literatur buku dan

karya tulis lainnya yang berkaitan dan mendukung penelitian data

primer, serta review yang berhubungan dengan data primer.

E. Subyek Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) subyek penelitian,

adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan

sebagai sasaran

Penelitian tentang representasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

Novel “JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian) Karya Guntur

Alam” dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana

nilai-nilai tersebut tercermin dalam cerita. Misalnya, peneliti dapat

menganalisis bagaimana tokoh-tokoh seperti Emak, Joko, dan Edo

memperlihatkan nilai kejujuran, keberanian, kepedulian, atau kerja sama

dalam cerita. Selain itu, peneliti dapat menganalisis konflik yang terjadi

dalam cerita dan bagaimana nilai-nilai tersebut membantu tokoh-tokoh

mengatasi konflik tersebut.


47

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Langkah yang paling utama dalam penelitian. Teknik yang

digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan teknik baca simak catat dan Dokumentasi

a. Teknik Simak Catat

Teknik simak catat menurut Sudaryanto (dalam Faruk,

2012:24) merupakan seperangkat cara atau teknik untuk

menyimpulkan fakta-fakta yang berada pada masalah penelitian.

Teknik menyimak dalam penelitian ini dilakukan dengan :

1) Membaca novel JURAI (Kisah Anak-anak Emak di Setapak

Impian) Karya Guntur Alam dengan berulang- ulang.

2) Mempelajari buku interferensi dan melakukan pengolahan data.

3) Menggunakan data primer dan sekunder.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi melibatkan pengumpulan informasi

mengenai hal-hal atau variabel tertentu melalui berbagai sumber,

seperti catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dokumenter,

notulensi rapat, log, agenda, dan lain-lain. Dokumentasi berfungsi

sebagai alat pengumpulan data yang umumnya digunakan dalam

berbagai metode pengumpulan data dengan tujuan mendapatkan

informasi yang mendukung analisis.


48

Salah satu cara melakukan penelitian menggunakan teknik

dokumentasi adalah dengan membaca novel JURAI (Kisah Anak-

anak Emak di Setapak Impian) karya Guntur Alam secara berulang-

ulang untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam novel tersebut. Novel ini terdiri dari 306 halaman.

G. Prosedur Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung dalam

pengumpulan dan setelah data selesai dikumpulkan. Pada penelitian ini dalam

menganalisis data Peneliti menggunakan 3 prosedur untuk memperoleh data,

diantaranya.

1. Reduksi data.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus

menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-

benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual

penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang

dipilih peneliti. Reduksi data meliputi:

a. Meringkas data,

b. Mengkode,

c. Menelusur tema,

d. Membuat gugus-gugus.
49

Caranya: seleksi ketat atas data, ringkasan atau uraian singkat, dan

menggolongkannya ke dalam pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif

dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,

jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang

tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga

memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan

sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

3. Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara

terusmenerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan

data, peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.

Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan

skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas,

namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan

kokoh. Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung, dengan cara:

a. Memikir ulang selama penulisan,


50

b. Tinjauan ulang catatan lapangan,

c. Tinjauan kembali dan tukar pikiran antarteman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif,

d. Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan

dalam seperangkat data yang lain.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi data.

Menurut Moeloeng (2017:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang dimanfaatkan untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi data yang digunakan

sebagai pemeriksaan melalui sumber lain. Keabsahan data diperoleh dan

diperiksa dengan cara berikut.

1. Keabsahan data diperiksa dengan membaca untuk mempermudah dalam

menelaah sumber data penelitian sehingga diperoleh pemahaman dan

penghayatan yang memadai.

2. Keabsahan data diperiksa dengan membaca dengan mengolah data

tentang interferensi. Pemilihan dilakukan dengan berulang-ulang sesuai

kebutuhan.

3. Keabsahan data diperoleh dengan membaca dan mengolah data tentang

nilai-nilai pendidikan Karakter dalam Novel JURAI (Kisah Anak-anak

Emak di Setapak Impian) karya Guntur Alam.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Dr. Burhan Nurgiyantoro, M. P. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Guntur, A. (2013). JURAI: Kisah Anak-anak Emak di Setapak Impian. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Juni Ahyar, S. P. (2019). Apa Itu Sastra: Jenis-jenis Karya Sastra dan
Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra. Yogyakarta:
Deepublish.
Syamsul Kurniawan, M. S. (2020). Pendidikan Karakter: Konsepsi & dan
Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (II ed.). (R. KR, Penyunt.)
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

JURNAL DAN ARTIKEL


Akbar, S. (2012). Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan dalam Novel
Tuan Guru Karya Salman Faris. 16-19.
Dewi, S. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bidadari-bidadari
Surga Karya Tere Liye.
Fiqih, N. L. (2018). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Daun Yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
Hatami, W. (2021). Representasi Nilai Karakter pada Lirik Lagu Pesawat Kertas
365 Hari JKT48. Al-Tarbiyah: Jurnal Pendidikan (The Education Journal),
31 No. 1, 83-84.
Juni Ahyar, S. P. (2019). Apa Itu Sastra: Jenis-jenis Karya Sastra dan
Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra. Yogyakarta:
Deepublish.
Krisnawati, D., Mustofa, A., & Hendriyanto, A. (2021). Refresentasi Bahasa
Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Novel Breathless Karya Yulia
Ang.

51
52

Rahmah, R. A. (2022). Representasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel


Tentang Kamu Karya Tere Liye dan Relevansinya dengan Pendidikan
Islam. 61-62.
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, 17 No.33, 91-94.
Soeprapto, S. (2013). Landasan Aksiologis Pendidikan Nasional Indonesia dalam
Perspektif Filsafat Pendidikan. Cakrawala pendidikan, 270-271.
Yonalisa, R. (2019). Representasi Pesan Pendidikan Karakter dalam Film Sokola
Rimba. 10-25.
Reyga. (2019). Bab II: Kajian Teori. Skripsi, 7-8.

INTERNET
Lararenjana, E. (2020, Oktober 18). Drama Adalah Genre dalam Karya Sastra,
Ketahui Unsur dan Jenisnya. Diakses dari merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jatim/drama-adalah-genre-dalam-karya-sastra-
ketahui-pengertian-unsur-dan-jenisnya-kln.html pada 28 Februari 2023.
Nugraha, J. (2020, Juni 12). Puisi Adalah Karya Sastra yang Memiliki Makna,
Kenali Jenis dan Cara Membuatnya. Diakses dari merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jateng/puisi-adalah-karya-sastra-yang-
memiliki-makna-kenali-jenis-dan-cara-membuatnya-kln.html pada 28
Februari 2023.
Rajudin, A. A. (2021, Desember 13). Prosa: Penjelasan, Jenis, Ciri-Ciri, dan
Contoh. Diakses dari Media Indonesia:
https://mediaindonesia.com/humaniora/453411/prosa-penjelasan-jenis-
ciri-ciri-dan-contoh pada 28 Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai