SKRIPSI
Oleh
Rini Rahayu Nur Hidayati
NIM 08205244084
i
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul Analisis Kesalahan Pelafalan fonem Bahasa Jawa pada
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso ini telah
disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
It
~
Dra. Siti Mulyani, M. Hum Prof. Dr. Suwarna, M. Pd.
NIP. 196207291987032002 NIP. 19640201 198812 1 001
11
PENGESAHAN
It
DEWAN PENGUJI
Prof. Dr. Endang Nurhayati, M.Hum. Penguji I ----,-,rif'--- 2.1 Ee'Dma('i 1014
Dra. Siti Mulyani, M. Hum. Penguji II 2\ fe.tJrunri 1t>1l'\
111
PERNYATAAN
Penulis
~
~
Rini Rahayu Nur Hidayati
iv
PERSEMBAHAN
ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Suyakin dan Ibu
Sutanti. Terimakasih telah memberikan cinta, dan kasih sayang, doa, dukungan
vi
MOTTO
1. Kita bahagia karena cinta kasih, kita matang karena terpaan, kita lemah karena
menyerah, kita maju karena mau berusaha, kita berjuang untuk harapan, dan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyanyang. Berkat rahmah, hidayah dan karunia-Nya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagai
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. MA. Selaku Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberi fasilitas selama kuliah;
2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M. Pd. selaku dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta;
3. Bapak Dr. Suwardi, M. Hum, selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa
Daerah yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan
selama kuliah ;
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY yang
telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama ini;
5. Seluruh staf karyawan Fakultas Bahasa dan Seni UNY atas bantuan
kelancaran selama kuliah;
6. Seluruh staf karyawan Panti Sosial Tresna Werda Yogyakarta unit
Abiyoso atas bantuan kelancaran selama proses penelitian skripsi ini;
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xiii
DAFTAR SIMBOL ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xv
ABSTRAK ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 3
C. Batasan Masalah .................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian.................................................................. 4
G. Batasan Istilah ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 7
A. Deskripsi Teori ...................................................................... 7
1. Analisis Kesalahan Berbahasa ......................................... 7
2. Jenis-jenis Kesalahan Fonologi ...................................... 8
3. Fonologi .......................................................................... 9
4. Pengertian Lansia ........................................................... 22
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 26
ix
x
BAB V PENUTUP.................................................................................. 89
A. Simpulan................................................................................. 89
B. Implikasi ................................................................................ 90
C. Saran ....................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 92
LAMPIRAN ........................................................................................... 94
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Format Pengambilan Sampel Data.............................................. 32
Tabel 2 : Format Pengumpulan Data.......................................................... 35
Tabel 3 : Format Analisis Data................................................................... 37
Tabel 4 : Hasil Penelitian Kesalahan Pelafalan Fonem Bahasa Jawa
Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Abiyoso ........................................................... 40
Tabel 5 : Carta Data Analisis Kesalahan Pelafalan Fonem Bahasa Jawa
Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Abiyoso ........................................................... 94
xii
DAFTAR SINGKATAN
Pnm : Poniem
Rn : Rini
Smb 1 : Simbah 1
Srm : Sarmi
Tgy : Tugiyem
xiii
DAFTAR SIMBOL
<= : dilafalkan
: dilafalkan
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa
Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Trena Werdha
Yogyakarta Unit ABIYOSO ............................................. 94
Lampiran 2 : Media Gambar Sebagai Pertanyaan Pancingan
Pengumpulan Data ............................................................. 121
Lampiran 3 : Daftar Narasumber ............................................................... 125
Lampiran 4 : Surat Izin Observasi ............................................................ 126
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian ............................................................ 126
Lampiran 6 : Surat Keterangan .................................................................. 129
xv
ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN FONEM BAHASA JAWA
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
YOGYAKARTA UNIT ABIYOSO
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
informasi dan gagasan kepada orang lain yang dapat berupa bahasa lisan maupun
tulis. Pemakaian bahasa jika dibandingkan antara bahasa lisan dan tulis yang banyak
diwujudkan dalam bentuk tuturan yang terdiri dari rangkaian fonem. Fonem itu
yang dapat dipahami oleh lawan bicara. Namun tidak setiap manusia berinteraksi
secara spontanitas dengan lancar dan benar terkadang manusia melakukan kesalahan
dalam berbahasa tapi tidak disadari bahwa hal yang diucapkan salah ucap. Dalam
kesalahan pelafalan fonem itu dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya usia
Dalam hal ini lansia sebagai kelompok masyarakat yang memasuki usia senja
yakni pertambahan usia atau proses menjadi tua (menua) merambat dengan pasti
Artinya selama awal perkembangan kehidupan perubahan itu bersifat evolusi dalam
arti, orang menuju lebih baik dan keberfungsiannya. Sebaliknya dalam bagian
selanjutnya tidak terjadi adanya evolusi lagi. Perubahan ini merupakan kodrat
1
2
manusia yang pada umumnya disebut dengan istilah menua. Perubahana fisik
diusia lanjut inilah yang menuju kearah lebih buruk. Dalam hal ini mengalami
dalam menghasilkan fonem bahasa Jawa. Hal ini nampak pada peghuni Panti Sosial
Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso yaitu adanya perbedaan
pelafalan pada umumnya. Para lansia di atas usia 70 tahun mengalami kesalahan
pelafalana fonem bahasa Jawa. Pelafalan yang diamati antara lain, lansia berusia 90
tahun bernama Poniem mengalami kesalahan pelafalan fonem vokal /a/ dilafalkan
//, contohnya pada kata [asal] dilafalkan [asl] dan Sarmi 82 tahun mengalami
Dalam hal ini peneliti mencari tahu bagaimana pelafalan yang diucapkan oleh
para lanjut usia yang telah mengalami kesalahan pelafalan yang disebabkan oleh
faktor kesehatan. Faktor kesehatan yang dimaksud adalah titik artikulasi penghasil
bunyi fonem yang mulai menurun yaitu, gigi yang telah tanggal dan otot bagian
rongga mulut yang mulai mengendur. Dampak dari itu mengakibatkan ketidak
B. Identifikasi Masalah
fonem bahasa Jawa pada lansia yang berdampak ketidak tepatan dalam pelafalan
2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa oleh lansia
3. Dampak terjadinya kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa pada lansia di Panti
C. Batasan Masalah
1. kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa oleh Lansia di Panti Sosial Tresna
2. faktor penyebab terjadinya kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa oleh Lansia
D. Rumusan Masalah
1. bagaimanakah kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa oleh lansia di Panti Sosial
2. apa faktor penyebab terjadinya kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa oleh
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Berikut manfaat penelitian ini.
5
1. Manfaat Teoritis
fonem bahasa Jawa oleh lansia. Melalui peneliataian pula diharapkan dapat
psikolingusitik. Penelitian ini juga untuk membuktikan teori yang sudah ada terakit
dengan fonologi.
2. Manfaat Praktis
dalam megadakan penelitian lanjutan terkait dengan bahasa lansia dan segala
2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso dengan pemahaman
dalam pelafalan.
6
G. Batasan Istilah
suprasegmental) yang dijadikan model atau acuan secara umum (Subroto, 2007:
38).
3. Vokal adalah bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan.
4. Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-
paru mendapat halangan, entah seluruhnya atau sebagian (Keraf, 1991: 25).
5. Menurut UU No. 13 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah
A. Deskripsi Teori
Teori yang digunakan dalam penalitian analisis kesalahan pelafalan fonem
bahasa Jawa pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso
dan pegertian lansia. Teori tersebut dapat diperinci lebih lanjut berikut ini.
Inggris digunakan istilah dan dibedakan menjadi mistake dan error. Mistake
(1974: 158) Error Analysis has to do with the investigation of the language of
7
8
kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau
Artinya ujaran itu berterima atau tidak dengan penutur asli. Jadi kesalahan
kesalahan fonologi, (b) kesalahan sintaksis, (c) kesalahan semantik, (d) leksikon,
dan (f) wacana. Kesalahan fonologi berkaitan dengan kesalahan ucapan bunyi-
bidang fonologi baik penggunaan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Sesuai
3. Fonologi
ujaran atau bunyi bahasa dan fonologi khusus mempelajari seluk beluk bunyi
bahasa. Fonologi dalam bahasa Inggris phonology sedangkan dalam bahasa Jawa
kawi yang berarti ilmu, dan swara berarti bunyi. Jadi widyaswara yaitu bagian
dari paramasastra yang membahas dan mempelajari tentang suara atau bunyi.
concerned with how sounds are used to distinguish meaning and with the rules
makna dan aturan yang mengatur distribusi segmen dan pembagian segmen
....bunyi bahasa ada dua yakni bunyi bahasa yang membedakan makna dan
bunyi bahasa yang tidak membedakan makna. Dalam hal ini seluk beluk
bunyi bahasa yang tidak membedakan makna disebut fon yang dipelajari oleh
sub bidang ilmu fonetik, sedangkan bunyi bahasa yang membedakan makna
yakni fonem yang dipelajari oleh sub bidang ilmu fonemik...
............................................................................................................................
................
Sebagai misal bahasa Jawa kata putu cucu dan puthu nama makanan.
keduanya merupakan kata yang berbeda maknanya. Perbedaan makna
disebabkan karena perbedaan bunyi pada awal suku kata kedua [t] dan []
dari masing-masing kata tersebut. Sementara bunyi-bunyi yang lain pada kata
tersebut sama. Ini menunjukkan bahawa fonem yang berfungsi sebagai
pembeda makna adalah abstrak, sedangkan yang kongkrit yaitu yang terucap
sehingga terdengar oleh telinga dan itu berupa bunyi atau fon. Berdasarkan
contoh itu dapat diketahui bahawa dalam bahasa Jawa adanya fonem /t/ dan
fonem //. Untuk mentranskripsikan fonetis suatu fonem digunakan simbol
/ /.....
Senada dengan itu Clark, Herbert H. Da Eva V.Clar (1977: 177) meyatakan
bahwa
...Phonetics is concerned with the raw speech sounds and how they are
produced. Phoneticians have studied the acoustic properties of speech sounds
and how the tongue, lips, larynx, and mouth cavity behave in their
production. Phonology, on other hand, is concerned with speech sounds as a
system of language.
Artinya, fonetik berkaitan dengan suara yang baku dan bagaimana hal itu
diproduksi. Fonetik mempelajari bagian sifat akustik suara dan bagaimana lidah,
bibir, laring, dan rongga mulut memproduksinya. Di sisi lain fonologi, berkaitan
Terkait dengan jumlah vokal dalam bahasa Jawa, terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa vokal bahasa Jawa ada enam dan pendapat yang lain ada
memiliki enam fonem vokal, maka vokal [a] mempuyai dua alofon, yakni vokal
[a] dan vokal []. Sementara yang menyatakan vokal bahasa Jawa ada tujuh,
maka vokal [a] dan [] dinyatakan sebagai fonem tersendiri. Sehingga huruf [a]
sebagai lambang dua fonem, yaitu fonem [a] dan fonem []. Sebagai bukti bahwa
[a] dan [] sebagai fonem yang berbeda tampak dari pasangan minimal berikut
ini.
a) Fonem / a /
Fonem vokal termasuk vokal randah, depan, tak bulat dan terbuka. Fonem ini
mempunyai dua alofon yang terdiri dari alofon [a] dan alofon [].
Dalam bahasa Jawa biasanya disebut dengan vokal miring, vokal ini dapat
berdistribusi di awal suku kata dan di akhir suku kata (sangat sedikit). Alofon ini
dapat berdistribusi pada awal suku kata dan akhir suku kata.
(2) Alofon / /
Alofon // dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan vokal a jejeg. Vokal a
jejeg merupakan vokal rendah, belakang, netral dan terbuka. Vokal jejeg ini
dapat ditribusi pada awal suku kata, tengah suku kata, dan juga akhir suku kata.
b) Fonem /i/
Fonem /i/ merupakan vokal tinggi, depan, tak bulat, dan tertutup. Dalam
bahasa Jawa vokal ini mempunyai dua alofon yaitu [ i] dan [ I ], seperti halnya /a/
dan vokal // dapat berdistribusi pada awal suku kata, tengah suku kata dan akhir
suku kata.
13
Alovon /i/ muncul pada suku kata terbuka. Hal ini terlihat pada contoh
Alofon /I/ muncul pada suku kata tertutup. Seperti terlihat pada contoh
c) Fonem /u/
Fonem /u/ merupakan vokal tinggi, belakang netral dan tertutup. Vokal /u/
dalam bahasa Jawa memiliki dua alofon, yaitu [u] dan [U]. Fonem ini dapat
berdistribusi pada awal suku kata, tengah suku kata, dan akhir suku kata.
Alofon /u/ muncul jika alofon ini berdistribusi pada suku kata terbuka.
Alofon /U/ muncul jika alofon ini berdistribusi pada suku kata tertutup.
d) Fonem / e /
Fonem /e/ merupakan vokal madya, depan tak bulat dan semi tertutup.
fonem ini dalam bahasa Jawa mempunya dua alofon, yaitu [ e ] dan [ ] dapat
berdistribusi pada awal suku kata, tengah suku kata dan akhir suku kata.
(1) Alofon / /
Alofon / / merupakan vokal madya, tengah, tak bulat, semi tertutup. Vokal
ini dapat berdistribusi pada awal suku kata dan tengah suku kata, dan tidak
ditemukan vokal / / berdistribusi di akhir kata. Fonem ini dalam bahasa Jawa
biasanya disebut dengan vokal / / pepet. Hal ini terlihat pada contoh pasangan
minimal berikut.
(2) Alofon //
e) Fonem / o /
Fonem /o/ merupakan fonem madya, belakang, bulat, dan semi terbuka.
Vokal ini dalam bahasa Jawa dapat berdistribusi di awal suku kata, tengah suku
kata, dan akhir suku kata serta mempunyai dua alofon, yaitu [ o ] dan []. Hal ini
Alofon /o/ muncul jika berdistribusi pada suku kata terbuka separti pada
(2) Alofon / /
a) Konsonan Bilabial
bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas, yang meliputi kononan /p/ /b/
Fonem /p/ termasuk konsonan hambat letup bilabial tak bersuara. Fonem
tersebut dapat berdistribusi pada awal suku kata dan akhir kata. Berikut pasangan
Fonem /b/ adalah konsonan letup bilabial bersuara, fonem tersebut dapat
berdistribusi pada awal suku kata dan akhir kata. Berikut pasangan minimal yang
Fonem /m/ adalah konsonan nasal bilabial, dan semua konsonan nasal
termasuk konsonan bersuara, fonem ini dapat berdistribusi pada awal suku kata
dan akhir kata. Berikut pasangan minimal yang menunjukan hal itu.
b) Konsonan apiko-dental
Konsonan apiko dental terjadi bila penghambat aktifnya ialah lidah ujung
dan artikulator pasifnya ialah gigi atas. Konsonan apiko dental terdiri dari fonem
Fonem /t/ merupakan konsonan apiko dental tak bersuara. Dalam bahasa
Jawa fonem ini dapat berdistribusi pada awal suku kata dan akhir kata. Berikut
Fonem /d/ adalah konsonan apiko dental bersuara dan habatanya lebih
pendek dari pada /t/, dalam bahasa Jawa fonem ini dapat berdistribusi di awal
suku kata dan akhir kata. Berikut pasangan minimal yang menunjukan hal itu.
Konsonan apiko-alveolar terjadi terdiri dari fonem /n/, /l/ dan /r/. Perbedaan
di antaranya ialah;
18
dapat berdistribusi pada awal suku kata dan akhir kata. Berikut pasangan minimal
ban [ban] karet pada roda >< bam [ bam ] gigi geraham
ini dapat berdistribusi di awal dan akhir kata. Berikut pasangan minimal yang
Fonem /r/ merupakan konsonan getar apiko alveolar. Fonem ini dapat
berdistribusi di awal suku kata, tengah suku kata, dan akhir kata. Berikut
d) Konsoanan apiko-palatal
(a) Fonem / /
Fonem / / dalam bahasa Jawa haya berdistribusi pada awal dan tengah saja
, sedang pada akhir suku kata tidak bisa. Berikut pasangan minimal yang
(b) Fonem //
Fonem // dalam bahasa Jawa juga hanya berdistribusi pada awal dan
Dhasar [ asar] bagian alas dari sebuah wadah >< kasar [ kasar] kasar
e) Konsoanan medio-palatal
Konsonan medio- palatal terjadi bila artikulator aktifnya adalah lidah dan
artikulator pasifnya langit-langit keras. Konsonan medio- palatal meliputi [c, j].
Perbedaan di antaranya.
Fonem /c/ temasuk konsonan habat letup medio-palatal tak bersuara. Dalam
bahasa Jawa hanya berdistrubusi pada awal serta tengah saja tidak bisa sebagai
Fonem /j/ temasuk konsonan habat letup medio-palatal tak bersuara. Dalam
bahasa Jawa hanya berdistrubusi pada awal serta tengah saja tidak bisa sebagai
f) Konsoanan darso-velar
Konsoan darso-velar terjadi bila artikulator aktifnya ialah pangkal lidah dan
artikulator pasifya langit-langit lunak. Bunyi yang dihasilakan ialah [k, g, dan ].
Perbedaan di antaranya.
a) Fonem /k/
Fonem /k/ termasuk konsoanan habat letup darso-velar tak bersuara, yang
berdistribusi pada awal atau tengah dalam. Hal itu terlihat dalam pasangan
minimal berikut;
b) Fonem /g/
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Pada posisi akhir ini fonem /g/
21
hanya terbatas pada kata-kata tertentu atau berbagai fungsional rendah. Hal itu
c) Fonem //
pada awal, dan akhir kata. Hal itu terlihat dalam pasangan minimal berikut;
ngoko [ oko] tidak menggunakan bahasa halus >< toko [toko] toko
garuda
d) Konsonan laringal
Fonem /h/ merupakan geseran leringal dalam bahasa Jawa konsonen ini
berdistribusi pada awal kata, tengah kata dan akhir kata pasangan minimal berikut
Konsonan hamzah terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang
lain pada seluruh pajangnya pita suara, langit-langit lunak berserta anak tekaknya
sepanjang pita suara maka glottis dalam keadaan tertutup. Secara tiba-tiba kedua
selaput pita suara itu dipisahkan, terjadilah letupan udara keluar, dan terdegarlah
4. Pengertian Lansia
Lansia adalah klompok penduduk yang telah berusia 60 tahun keatas. Lansia
adalah tahapan hidup manusia dan merupakan tahapan alamiah yang dihadapi
oleh setiap individu. Menurut Suparto (2001:11). proses menjadi tua (menua)
dihindari. Kenyataan tadi berlaku bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan; tidak
hanya manusia tapi juga hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan besi, kayu, dan
barang yang dibuat dari bahan tersebut, atara lain adaya barang besi yang
> 90 tahun, disebut Very Old/ usia sangat tua, wreda wasana (Suparto,
2001:11).
usia (Lansia) adalah yang berusia 60 tahun ke atas yang ditegaskan dalam
a) Pra usia lanjut (Prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
Usia lanjut seseoranng yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut
b) Usia lanjut resiko Tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
c) Usia lanjut potensial usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan
d) Usia lanjut tidak potensial Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah
berhubungan. Hal ini terlihat bahwa bahasa mana pun berubahah bersama waktu.
Hal ini pada dasarnya untuk menyesuaikan diri secara paling hemat dengan
artinya untuk mengkaji apa yang dirasakan tanpa memperhatikan rekasi pedengar
yang mungkin muncul. Hal ini mungkin dipertegas dengan pandangan matanya
atau mata orang lain tanpa melakukan komunikasi yang sebenarnya. Fungsi
ekstetika bahasa yang sulit untuk dianalisis karena fungsi tersebut berbaur erat
dengan fungsi komuikasi dan fungsi ekspresif. Pada akhirnya fungsi bahasa
adalah komunikasi yang saling mengerti. Senada dengan itu Wardhaugh (1972: 7)
used for communication. Language allows people to say things to each other and
dengan orang lain dan mengekspresikan kebutuhan komunikasi mereka. Hal itu
Dalam hal ini bahasa manula menurut Thomas (2006: 181) bahwa balita
dan manula sering dipandang sebagai kelompok yang sedang dalam tahap
kehidupan problematis ada kemiripan yang ditunjukan antara CLD dan gaya
25
bicaranya. Bahasa anak kecil atau balita memliki gaya bahasa yang berbeda
dengan orang dewasa karena mereka masih belajar menguasi bahasa. Selama lima
tahun bepertama kehidupanya masih ada dalam penguasaan tata bahasa dari
bahasa ibu. Gaya bicara mereka memiliki bunyi yang khas, cara mereka
mengucapakan kata juga berbeda dengan orang dewasa. Berbeda dengan anak
kecil, orang dari usia 65 ke atas sudah trampil dan berpengalaman dalam
penguasaan bahasa. Namun proses penuaan mempengaruhi pita suara dan otot
berbicara dan suara menjadi lebih tinggi nadanya degan volume dan resonasi
Kemiripan antara CDL dan gaya bicara yang ditunjukan kepada manula
terutama dari perawat. Kemiripan ini terletak pada gaya bicaranya, yaitu kalimat
Penelitan oleh Nuraini Handayani, penelitian ini dilakukan pada tahun 2011
fonem yang terjadi dalam siaran berita berbahasa Jawa oleh penyiar berita
Yogyawarta di stasiun televisi TVRI berupa kesalahan pelafalan fonem vokal dan
vokal, yaitu fonem /a/ dilafalkan [], fonem /a/ dilafalkan [ ], fonem / /
dilafalkan [], fonem /i/ alofon [I] dilafalkan [i], fonem /i/ dilafalkan [], fonem
/i/ dilafalkan [e], fonem /i/ dilafalkan [], dan fonem /u/ alofon [U] dilafalkan
[u]. kesalahan fonem konsonan, yaitu fonem /d/ dilafalkan [] fonem /n/
fonem /e/ dan /?/. Kesalahan pengurangan /penghilangan fonem, yaitu fonem /i/
dan / /, fonem /i/, /g/, dan /r/. kesalahan pelafalan fonem dan penghilangan
Penelitian oleh Prastiwi Raharjo pada tahun 2013 dengan tujuan penelitian
diksi, dan sintaksi ada pidato siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Turi Sleman
Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis- jenis kesalahan bahasa
Jawa yang dilakukan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Turi Sleman Yogyakarta
(11,55%). (1) Kesalahan fonologi meliputi (a) kesalahan pengucapan vokal, (b)
Indonesia, (b) pemakaian kata tikat tutur ngoko yang seharusnya krama, (c)
pemakaian kata jadian dengan bentuk dasar bahasa Indonesia yang berimbuhan
bahasa Jawa, (d) kata tidak tepat, (e) kata tidak baku, (f) penggunaan kata ciptaan
sendiri; (4) kesalahan sintaksis meliputi (a) kelbihan unsur dalam kalimat, (b)
kalimat tidak lengkap, (c) ide pokok kalimat tidak jelas dan, (d) kesalahan ururan
Penelitian lain oleh Saiful Latif pada tahun 2011 bertujuan (1) mendapatkan
kesalahan tata bahasa dan pemilihan kata mahasiswa semester IV Program Studi
kesalahan tata bahasa dan kosakata dalam menulis pada mahasiswa semester IV
2008/2009. Hasil analisis kesalahan (tata bahasa dan kosakata) dalam penelitian
ini menunjukan bahwa (1) kesalahan yang terdapat pada mahasiswa yang
kesalahan mahasiswa yang memiliki nilai sedang (B dan BC) didominasi oleh
salah formasi, penghilangan , salah memilih kata, dan salah susun kata, kesalahan
mahasiswa ini adalah sedang karena kesalahan tersebut sebagian dapat diketahui
dan diperbaiki oleh pembelajar tetapi kesalahan yang lain tidak diketahui dan
mahasiswa ang memilki nilai rendah (C dan D) didominasi oleh salah memilih
Tingkat keparahan kesalahan pada kelompok ini adalah tinggi, karena sebagian
pada lanjut usia yang dikarenakan keterbatasan dalam pelafalan yang disebabkan
bunyi bahasa dengan artikulasi yang tepat. Subjek penelitian ini adalah lansia,
C. Kerangka Pikir
perasaan. Bahasa lisan yang banyak digunakan dalam masyarakat dan merupakan
bagian primer dari disiplin ilmu lingusistik. Pengguna bahasa lisan salah satunya
kaum lansia yang telah mengalmi penurunan secara fisik yang mempengaruhi
dalam proses artikulasi suatu bunyi bahasa yang dapat mengakibatkan kesalahan
dalam pelafalan.
fonologi yang dialami para lansia ini disebabkan oleh beberapa faktor di
30
antaranya gigi yang mulai tanggal dan penurunan kekuatan otot bagian artikulasi
vokal.
Panti Sosial Tresna Werdha unit Abiyoso. Penelitian ini sebagai upaya untuk
A. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah manula yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Abiyoso yang terdiri dari 12 wisma dengan jumlah penghuni
126 jiwa yang terdiri dari 40 orang pria dan 86 orang wanita. Dalam
yang dapat lakukan untuk sample penelitian deskriptis adalah 10 persen dari
populasi. Untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen. Dari
jumlah populasi yang ada, maka peneliti mengambil 20% untuk menjadi sampel
31
32
berdasarkan dari kelompok usia yang ada di panti tersebut yaitu seperti definisi
lansia itu mulai dari usia 60 tahun ke atas. Maka dalam pengambilan sampel dari
20% populasi itu dengan menggunakan teknik cluster sampling yaitu teknik
individu. Teknik pengambilan sampel dengan cluser sampling dapat dilihat pada
1. 59 1 1
2. 60 69 37 8
3. 70 79 49 9
4. 80 89 34 6
5. 90 5 1
Jumlah: 126 25
pada setiap tingka (level) yaitu sejauhmana atau bentuk kesalahan apa yang
dibuat oleh lansia yang berusia sangat tua, setengah tua, dan cukup tua, Selain itu
untuk mengetahui tingkat keparahan pada setiap tingkat usia. Objek penelitian ini
adalah kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa yang meliputi perubahan fonem,
33
penambahan fonem, dan penghilangan fonem pada lansia penghuni Panti Sosial
Menurut Subroto (2007: 40) dalam penelitian lingusitik, data kebahasaan itu
harus ditranskripsikan secara tepat sesuai dengan sifat masalah yang diteliti.
Manakala kita meneliti sistem fonem sebuah bahasa dan masalah lafal (termasuk
intonasinya) maka data itu perlu ditranskripsikan secara fonetis dengan simbol-
secara natural dengan menggunakan metode simak libat cakap (SLC) dan rekam.
Teknik simak libat cakap (SLC) menurut Sudaryanto (1988; 3) adalah metode
langsung dalam peristiwa dialog tersebut. Dalam hal ini, peneliti menyatu/
data tentang kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa pada lansia. Percakapan atau
metode cakap itu sendiri dilakukan dengan pemancingan (teknik pancing). Teknik
pancing dalam hal ini yang dimaksud adalah peneliti memberikan rangsangan
stimulus untuk mendapatkan data yang diinginkan. Dalam teknik pancing ini
D. Insrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menjaring
data. Instrumen dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri sebagai human
alat bantu rekam suara, yakni menggunakan MP4 (music player). Peran peneliti
sebagai pengumpul data tidak hanya mendengar dari hasil rekaman yang telah
terkumpul, namun melihat kondisi penutur pada saat melafalkan kata yang salah
kesalahan maka dapat diambil kesimpulan ini data yang dapat dianalisis. Selain
dengan itu dengan meminta informasi tentang kondisi fisik dari lansia kepada
perawat.
35
Pada saat pengumpulan data ini sekaligus peneliti melakukan proses analisis
data yang dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia. Dalam proses
penyaringan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa kartu data dan
seperangkat alat tulis guna mencatat bentuk kesalahan fonem pada kartu data.
.......................................
............................................................................................
memang beda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak
sama (Mahsun, 2007: 253). Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
ditemukan dalam tuturan yang digunakan oleh subjek penelitian yaitu berupa
bentuk kesalahan fonem bahasa Jawa oleh lansia Panti Sosial Tresna Werdha
lansia;
subjek;
Data yang sudah didapat dalam kartu data dikumpulkan dan dianalisis.
Perubahan konsonan
Penambhan vokal
Penambahan konsonan
Penghilangan vokal
Penghilangan konsonan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dan mengurangi bias, maka pada penelitian ini digunakan metode triangulasi teori
teori-teori tentang fonem bahasa Jawa yang benar. Sedangakan guna menentukan
data itu tersebut salah secara fonologi dengan cara membandingkan dengan teori
dengan yang ahli dibidangnya, dalam teknik ini adalah dosen pembimbing. Hal
ini dilakukan guna mendapatkan kebenaran dan interprestasi yang telah dilakukan
oleh peneliti.
Reliabilitas data dalam hal ini dilakukan dengan cara ketekunan pengamatan.
adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi relevan dengan
personal yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
teliti, rinci dan mendalam. Teknik kajian berulang atau cek- ricek juga dilakukan
bahasa Jawa. Secara berulang mendengar data-data yang dianggap sesuai. Hal ini
39
A. Hasil Penelitian
dalam penelitian ini terjadi pada kesalahan pelafalan fonem vokal dan fonem
40
41
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
[]=> [i] Kesalahan pelafalan Pnm: Medal glija.
fonem [] dilafalkan [i] (Rec
pada kata greja ini 24/Pnm/90/22/07/2013/Data No
disebabkan letak lidah 19)
saat proses artikulasi Terjadi kesalahan kata
berdekatan vokal // [ gl ij]<= [gr j]
dilafalkan dengan lidah [i] <= []
diangkat dalam
ketinggian sepertiga di
atas vokal yang paling
rendah atau dua pertiga
dibawah vokal tertutup.
Tetapi penutur
melafalkan dengan
menaikkan posisi lidah
setinggi mungkin
dengan batas vokal
sehingga seharusnya
dilafalkan dengan //
dilafalkan /i/.
[]=> [a] Kesalahan pelafalan Tgm: Boten onten, sedelek pun
fonem [] yang boten ngaku. Keluarga
dilafalkan [a]. nggih pun kaping tiga
Dipengaruhi oleh neng nek boten diparinggi.
serapan bahasa Teng mliki nek boten
Indonesia, sedangkan diaku lak boten ditiliki
dalam bahasa Jawa kata ( Rec 27/ Tgm/ 84/ 24/07/2013/
kulawarga fonem /a/ di Data No 31)
akhir suku kata Terjadi kesalahan kata
seharusnya dilafalkan [kluarga] <=[kulwarg]
dengan []
2. Perubahan [r] => [l] Dalam pelafalan fonem Pnm :Watuk, pun kala enam ola
konsonan [r] yaitu konsonan getar mali-mali
apiko alveolar, penutur ( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
tidak bisa melakukan Data No 6)
pengartikulasian dengan Terjadi kesalahan kata
tepat maka pelafalan [ola] <= [ora]
fonem [r] berubah [mali]<=[mari]
menjadi [l] yaitu [l]<=[r]
konsonan samping
apiko alveolar.
[r] =>[y] Dalam pelafalan fonem Krt: Duyen. ( Rec 24/ Krt/ 82/
[r] yaitu konsonan getar 25/07/2013/ Data No 38)
42
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
apiko alveolar, penutur Terjadi kesalahan kata [duyn]
tidak bisa melakukan [duyn] <= [durn].
pengartikulasian [y] <=[r].
dengan tepat maka
pelafalan fonem [r]
berubah menjadi [y]
yaitu semi-vokal
medio-palatal
[s]=> [d] Dalam menghasilkan Pnm:. Deleng mati-mati, idih
konsonan geser lamino paling padang umur.
alveolar, yaitu fonem ( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
[s], penutur tidak bisa Data No 12)
melakukan Terjadi kesalahan kata
pengartikulasian [id Ih] <=[is Ih]
dengan tepat maka [d]<=[s]
pelafalan fonem [s]
berubah menjadi fonem
[d] yaitu konsonan
hambat letup apiko
dental.
[s] =>[t] Dalam pelafalan fonem Pnm :Sampun kula langsung
[s] yaitu konsonan
ending-ending tengah wolu
geser lamino alveolar,
penutur tidak bisa kalih tiang jam loras
melakukan
sontren jam sekawan.
pengartikulasian
dengan tepat maka ( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
pelafalan fonem [s] Data No 2)
berubah menjadi [t] Terjadi kesalahan kata
konsonan hambat letup [tia]<= [sia]
apio dental.
[t]<= [s]
[s]=>[c] Dalam pelafalan fonem Tgm: Kula nek boten seneng
[s] yaitu konsonan
ajeng mikili napa, maem
geser lamino alveolar,
penutur tidak bisa tinggal njipuk ola mikili
melakukan
blanja adus tinggal gebyur
pengartikulasian
dengan tepat maka tulu kepenak kasul
pelafalan fonem [s]
43
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
berubah menjadi [c] bantal climut.
konsonan hambat letup (Rec 27/ Tgm/ 84/ 24/07/2013/
medio palatal keras tak Data No 30)Terjadi
bersuara kesalahan kata
[climut] < [slimut]
[c] <=[s]
[s] =>[n] Dalam pelafalan fonem Srm: Nggih ngunjuk obat. Dadi
[s] yaitu konsonan nek seminggu dinten
geser lamino alveolar, rebo niku priknan
Sedangkan penutur (Rec 3/ Srm/ 82/ 22/07/2013/
tidak bisa melakukan Data No: 9)
pengartikulasian Terjadi kesalahan kata
dengan tepat maka [prI?nan] <= [prI?saan]
fonem [s] berubah Perubahan fonem
dilafalkan [n] karena [n] <= [s].
terpengaruh imbuan an
sehingga penutur justru
melafalkan kata preksan
menjadi preknaan.
[c]=>[s] Dalam melafalka fonem Pnm: Nggih, kanta kula niku
[c] yaitu konsonan nambut damel lika.
hambat letup medio Pablik tenun denenge
palatal keras tak saha mulia.
bersuara. penutur tidak Rn: Cahaya mulya?
dapat melakukan proses ( Rec 24/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
artikulasi dengan tepat data no 20)
sehingga [c] berubah Terjadi kesalahan kata
menjadi fonem [s] yaitu [saha]< [cahaya],
geser lamino alveolar [s]<=[c]
tak bersuara.
[c]=> [t] Dalam melafalkan Pnm: Boten isa celita, pun la
fonem [c] yaitu ceta le ngandani, pun
konsonan hambat letup telad la de untu, kula
medio palatal keras tak niku pun sepuh, pun tua
bersuara. Sedangkan dewe pun sangangpuluh
kesalahan disebabkan taun.
karena dalam (Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
melafalkan penutur Data No 12)
tidak dapat melakukan Terjadi kesalahan kata
proses artikulasi dengan [tlat]<= [clat]
tepat sehingga fonem [t]<= [c]
[c] berubah menjadi
fonem [t] yaitu
44
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
konsonan hambat letup
apiko dental tak
bersuara.
[j]=> [d] Dalam pelafalan fonem Rn: Asrep boten mbah?
[j] yaitu konsonan Pnm : boten, Nek dawah udan
hambat letup medio nika nggih.
palatal, sebagai ( Rec 1/ Pnm/ 90/
konsonan lunak 22/07/2013/Data No;3)
bersuara, penutur tidak Terjadi kesalahan
bisa melakukan [dawah] <= [jawah].
pengartikulasian [d]<= [j]
dengan tepat maka
fonem [j] berubah
menjadi fonem [d] yaitu
konsonan hambat letup
apiko dental.
[]=>[d] Dalam pelafalan fonem Krt: Wingi dipesen La kena
[] yaitu konsonan mlaku dewe lho mbah,
hambat letup apiko kudu ana sing ngetelke
palatal, Sedangkan (Rec 3/ Krt/ 82/22/07/2013/
dalam hal ini penutur Data No 11)
tidak bisa melakukan Terjadi kesalahan kata
proses artikulasi dngan [dw] <= [w]
tepat karena letak [d]<= []
pelafalan fonem []
dan [d] yang
berdekatan maka yang
terjadi fonem []
dilafalkan [d] yaitu
konsonan letup apiko
dental bersuara.
[p]=>[t] Dalam melafalkan Pnm: Dek wingi nika nggih enten
fonem [p] yaitu lale liki, lale medali noten,
konsonan habit letup telune niku napa wingi, nun
bilabial, penutur tidak bakal nama.
dapat melakukan proses ( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013
artikulasi dengan tepat Data No: 21)
sehingga fonem [p] Terjadi kesalahan kata
berubah menjadi [t] [tlun] <=[prlun]
yaitu konsonan hambat [t]<= [p]
letup apiko dental tak
bersuara.
45
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
[]=>[t] Kesalahan pelafalan Pnm : Kok mung kiambak
konsonan hambat letup Rn : Nggeh mbah
apiko palatal tak Pnm : Nika lencange katah
bersuara, yaitu []. ( Rec 23/ Pnm/ 90/
Sedangkan dalam hal 22/07/2013/ Data No:
ini penutur tidak 14)
melakukan proses Terjadi kesalahan kata
artikulasi tepat karena [katah]<= [ kaah].
letak pelafalan fonem [t] <=[]
[] dan [t] yang
berdekatan maka yang
terjadi fonem //
dilafalkan [t] yaitu
konsonan hambat letup
apiko dental tak
bersuara.
[p]=>[b] Dalam menghasilkan Pnm: La kuat tebih, Blinghaljo
konsonan hambat letup nek gambing lak tebih dadak
bilabial, yaitu fonem [p] ngulon. ( Rec 24/ Pnm/ 90/
atau [b]. Kesalahan 22/07/2013/ Data No:18)
yang terjadi dalam kata Terjadi kesalahan kata
gamping adalah [gambi] <= [gampI]
perubahan fonem [p] Perubahan fonem
menjadi [b] keduanya [b] <= [p]
merupakan konsonan
hambat letup bilabial
perbedaanya [p]
termasuk konsonan
keras tak bersuara
sedangkan [b] termasuk
konsonan lunak
bersuara.
[]=>[n] Dalam melafalkan Pnm: Nggih, kanta kula niku
fonem [] yaitu nambut damel mlika. Pablik
konsonan nasal medio tenun denenge saha mulia
palatal, Sedangkan ( Rec 24/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
kesalahan disebabkan Data No 20)
karena dalam Terjadi kesalahan kata
melafalkan penutur [nambut]<= [ambut]
tidak dapat melakukan [n]<= []
proses artikulasi dengan
tepat sehingga fonem
[] berubah menjadi
46
Tabel Lanjutan
2 3 4 5
yaitu konsonan nasal
apiko alveolar
bersuara[n].
[]=>[n] Dalam melafalkan Srm: Iki nggih rambut kula lak
fonem [] yaitu riyen dawa, neng kok
konsonan nasal gatel banet.
darso- alveolar, (Rec 3/Srm/82/
sedangkan dalam hal 22/07/2013/ Data No 10)
ini penutur tidak bisa Terjadi kesalahan kata
melakukan [banet] <=[baet],
pengartikulasian [n] < []
dengan tepat maka
fonem [] berubah
menjadi [n] yaitu
konsonan nasal apiko
alveolar bersuara
3. Penambahan [r] Penambahan lafal Pnm :Sampun kula langsung
Konsonan fonem [r] karena ending-ending tengah wolu
disebabkan penutur kalih tiang jam loras jam
terpengaruh kata sontren jam sekawan. Ping
sebelum kata pindo-pindo. Nek tiang setli
sontren yang terdapat pun waleg pun tuwuk
fonem [r], maka pada ( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/
kata sonten yang tak Data No :2)
perlu ada fonem [r] [sntrn]<= [sntn]
justru ada fonem [r]
4. Penghilangan [u] Hilangnya lafal Pnm: Dek wingi nika nggih
vocal fonem [u] enten lale liki, lale medali
dikarenakan penutur noten, telune niku napa
tidak dapat wingi, nun bakal nama.
melakukan ( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013
pengartikulasian Data No :21)
dengan tepat, maka [nUn] <=[uwUn]
kata nyuwun
dilafalkan nun
dengan
menghilangkan
fonem di tengah suku
kata yaitu [u].
[a] Hilangnya lafal Pnm: Nggih, kanta kula niku
fonem [a] nambut damel lika. Pablik tenun
dikarenakan penutur denenge saha mulia.
tidak dapat Rn: Cahaya mulya?
47
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
melakukan ( Rec 24/ Pnm/ 90/
pengartikulasian 22/07/2013/Data No:20)
dengan tepat, maka [saha]<= [cahaya]
kata cahaya penghilangan fonem [a]
dilafalkan saha
dengan
menghilangkan
fonem di akhir suku
kata yaitu [a].
5. Penghilangan [?] Hilangnya lafal Rn :Ngunjuk obat boten simbah
Konsonan fonem [?] pada Pnm : Nek lebo plisan.
priksaan ini ( Rec 1/ Pnm/ 90/
dikarenakan penutur 22/07/2013)Terjadi
tidak mampu kesalahan kata
melakukan [plIsan]. <= [prI?saan]
pengratikulasian hilang konsonan [?]
dengan tepat.
[w] Hilangnya lafal Pnm: Boten isa celita, pun la
fonem [w] ini ceta le ngandani, pun telat la
dikarenakan penutur de untu,kula niku pun sepuh,
tidak dapat pun tua dewe pun sangangpuluh
melakukan taun.
pengartikulasian ( Rec 23/ Pnm/ 90/
dengan tepat maka 22/07/2013/Data No: 12)
kata duwe dilafalkan [d]<= [duw]
de dengan penghilangan fonem [w].
menghilangkan
fonem di tengah
suku kata.
[l] Hilangnya lafal Pnm : Kula niki kanda nggeh isa
fonem [l] yaitu neng telat boten ceta kula malu
konsonan samping untu pun teas. Kula Pun long
apiko alveolar pada taun untune le teas.
kata telas ini ( Rec 23/ Pnm/ 90/
disebabkan penutur 22/07/2013/Data No : 16)
tidak dapat [tas]<= [tlas]
melakuakan Penghulangan fonem [l]
pengartikulasian
dengan tepat
dikarenakan
sebagian gigi bagian
belakang dan depan
telah tanggal
48
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
sehingga ujung lidah
yang seharunya
menyentuh gusi
bagian depan
meluncur sebelum
terjadi proses
artikulasi fonem [l].
[m] Konsonan rangkap Pnm: segel, ngange wedang teng
yang terdapat pada liki pun disediani.
kata mriki (Rec 23/ Pnm/ 90/
mengalami hilang 22/07/2013/Data No :17)
lafal fonem [m] dan [mriki] > [li?i]
perubahan pelafalan penghilangan fonem [m]
fonem [r] menjai
fonem [l] hal ini
disebabkan penutur
tidak mampu
melakukan proses
artikulasi fonem /m/
sehingga dalam
pelafalanya hilang
fonem [m].
[y] Hilangnya lafal Pnm: Nggih, kanta kula niku
fonem [y] dan [a] nambut damel lika. Pablik
dikarenakan penutur tenun denenge saha
tidak dapat mulia.
melakukan (Rec24/Pnm/90/22/07/2013/
pengartikulasian Data No :20)
dengan tepat, maka [saha]<=[cahaya] penghilangan
kata cahaya fonem [y]
dilafalkan saha
dengan
menghilangkan
fonem [y] dan [a].
[] Hilangnya lafal Krt: Ajeng dikawin boten asal
fonem [] yaitu simbok kula sok nek wis
konsonan nasal gede wae. Bakal bojo
darso-velar ini kula niku pun teng mliku
dikarenakan penutur mawon pun nunggoni
tidak mampu kula.
melakukan ( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013/
pengratikulasian Data No: 48)
dengan tepat [asal]<= [asal]
49
Tabel Lanjutan
1 2 3 4 5
[r] Hilangnya lafal Pnm: Dek wingi nika nggih
fonem [r] yaitu enten lale liki, lale
konsonan getar medali noten, telune
apiko alveolar ini niku napa wingi,
dikarenakan penutur nun bakal nama.
tidak mampu ( Rec 23/ Pnm/ 90/
melakukan 22/07/2013/
pengratikulasian Data No: 21)
dengan tepat [tlun] <=[prlun]
penghilanga fonem /r/
Keterangan
<= : dilafalkan
B. Pembahasan
bahasa Jawa ditemukan lima kesalahan fonologi. Kesalahan fonologi ini berupa
fonem /a/ alofon [a] dilafalkan [], fonem /i/ alofon [I] dilafalkan [i], []
terdapat 15 macam, yaitu fonem [r] dilafalkan [l], [r] dilafalkan [y], [s] dilafalkan
[d], [s] dilafalkan [t], [s] dilafalkan [c], [s] dilafalkan [n], [c] dilafalkan [s], [c]
50
dilafalkan [t], [j] dilafalkan [d], [] dilafalkan [d], [p] dilafalkan [t], []
dilafalkan [t], /b/ dilafalkan [p], // dilafalkan [n] dan // dilafalkan [n].
/r/. Kesalahan fonologis berupa penghilangan fonem vokal terdapat dua macam,
yaitu fonem /a/ dan /u/. Bentuk kesalahan yang terakhir penghilangan fonem
konsonan terdapat enam macam, yaitu /?/, /w/, /l/, /m/, /y/, // dan /r/.
bahasa Jawa sendiri pelafalan fonem mempunyai ciri dan pelafalan khusus sesuai
dengan kaidah pelafalan dalam bahasa Jawa karena bahasa Jawa memiliki tujuh
bunyi vokal yang baku dan sesuai kaidah dalam bahasa Jawa. Oleh karenanya
ditemukan satu data. Hal itu nampak pada kutipan berikut ini.
yang mengalami kesalahan adalah angsel [asl]. Kata angsel dalam bahasa Jawa
51
tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang sesuai
adalah angsal mendapat. Pelafalan untuk kata angsal adalah [asal]. Kata
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan [a] di suku kedua yang
dilafalkan [], dalam hal ini [asal] dilafalkan [asl]. Vokal /a/ merupakan
vokal depan, terbuka, rendah dan tak bulat. Vokal depan yaitu vokal yang
dihasilkan dengan gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan. Vokal
terbuka yaitu vokal yang dibentuk dengan posisi lidah serendah mungkin dengan
jarak antara lidah dan langit-langit jauh sehingga akan terbuka. Berdasarkan tinggi
rendahnya lidah maka vokal /a/ termasuk vokal rendah karena sewaktu melafalkan
bentuk bibir vokal /a/ termasuk vokal tak bulat atau terbentang lebar karena
bentuk bibir menyesuaikan gerak lidah, sehingga secara otomatis bentuk bibir
terbentang lebar.
Vokal // termasuk vokal tengah, semi tertutup, madya, dan tak bulat.
Yang dimaksud dengan vokal tengah yaitu vokal yang dihasilkan dengan gerakan
peranan turun naiknya lidah bagian tengah. Vokal // disebut vokal semi-tertutup
karena dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal
yang paling rendah atau dua pertiga dibawah vokal tertutup. Berdasarkan tinggi
dengan sedikit menaikan lidah dua pertiga di atas vokal rendah. Menurut bentuk
bibir vokal // termasuk tak bulat atau terbentang lebar karena bentuk bibir
menyesuaikan gerak lidah, sehingga secara otomatis bentuk bibir terbentang lebar.
52
vokal /a/ yang seharusnya dilafalkan dengan posisi merendahkan lidah depan
serendah mungkin sehingga jarak antara lidah dan langit-langit jauh maka akan
terbuka. Tapi penutur melafalkan dengan lidah terletak di posisi madya atau di
atas posisi ketika melafalkan vokal /a/ sehingga yang dilafalkan adalah vokal //.
Data tentang kesalahan pelafalan fonem /i/ alofon [I] dilafalkan [i]
ditemukan satu data. Hal itu nampak pada kutipan berikut ini.
Kata yang mengalami kesalahan adalah kalih [kalih] dan gambing [ gabi]. Kata
kalih dilafalkan [kalih] dan gamping dilafalkan [gabi] dalam bahasa Jawa tidak
memiliki makna. Berdasarkan konteknya untuk mengisi lafal yang sesuai adalah
kalih [kalIh] dua dan gamping [gampI] nama daerah di kota Yogyakarta.
53
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan vokal [i] yang beralofon [I]
dilafalkan [i] terjadi ditengah suku kata. Dalam hal ini [kalIh] dilafalkan [kalih]
dan [gampI] dilafalkan [gambi]. Vokal /I/ termasuk vokal depan, madya, semi
terbuka dan netral. Vokal depan yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan
turun naiknya lidah bagian depan. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah termasuk
vokal madya karena ketika melafalkan vokal /I/ dengan sedikit menaikan lidah
dua pertiga di atas vokal rendah. Vokal semi-terbuka yaitu vokal yang dibentuk
dengan lidah diangkat sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga
di bawah vokal tertutup. Berdasarkan bentuk bibir vokal /I/ diucapkan dengan
bentuk bibir dalam posisi netral yaitu tidak bilat tetapi juga tidak terbentang lebar,
Vokal /i/ merupakan vokal depan, tertutup, tinggi dan tak bulat. Vokal
depan yaitu vokal yang dihasilkan berdasarkan gerakan peranan turun naiknya
lidah bagian depan. Vokal tertutup yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah maka vokal /i/ termasuk vokal tinggi karena
menyebabkan geseran. Berdasarkan bentuk bibit vokal /i/ termasuk vokal tak
bulat dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentuk lebar karena bentuk bibir
vokal /I/ yang seharusnya dilafalkan dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga dibawah vokal
54
mungkin dengan batas vokal sehingga seharusnya dilafalkan dengan /I/ dilafalkan
/i/.
Kata yang mengalami kesalahan adalah glija [glij], kata glija dalam kalimat
bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal
yang sesuai adalah grja tempat beribadah agama Kristen. Pelafalan kata greja
adalah [grj].
dalam hal ini [grj] dilafalkan [glij]. Vokal / / merupakan vokal depan,
semi-terbuka, madya,dan vokal tak bulat. Vokal depan adalah vokal yang
dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan. Vokal semi-
terbuka yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di atas vokal paling rendah atau dua pertiga vokal tertutup, dan menurut
55
bentuk bibir waktu vokal diucapkan termasuk vokal tak bulat. Berdasarkan tinggi
menaika lidah dua pertiga di atas vokal rendah. Berdasarkan bentuk bibir vokal
// vokal tak bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat
atau terbentang lebar, karena menyesuaikan dari gerak lidah dalam melafalkan
vokal //.
Vokal /i/ merupakan vokal depan, tertutup, tinggi dan tak bulat. Vokal
depan yaitu vokal yang berdasarkan bagian lidah yang bergerak dihasilkan oleh
gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan. Vokal tertutup yaitu vokal
dalam batas vokal. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah maka vokal /i/ termasuk
setinggi mungkin tanpa menyebabkan geseran. Berdasarkan bentuk bibit vokal /i/
termasuk vokal tak bulat dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentuk lebar
di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga dibawah vokal tertutup. Tetapi
penutur melafalkan dengan menaikkan posisi lidah setinggi mungkin dengan batas
ditemukan satu data. Hal itu nampak pada kutipan berikut ini.
(4) Tgm: Boten onten, sedelek pun boten ngaku. Keluarga nggih pun
kaping tiga neng nek boten diparinggi. Teng mliki nek boten
diaku lak boten ditiliki
Tgm: Tidak ada, saudara yang menggaku. Berrumahtangga juga
sudah tiga kali tapi
( Rec 27/ Tgm/ 84/ 24/07/2013/ Data No 31)
bahasa Jawa tidak bermakna. Kata keluarga dilafalkan [kluarga] tepat dalam
kaidah bahasa Indonesia, tetapi akan berubah bila dilafalkan dalam bahasa Jawa.
Fonem /a/ mempunyai dua alovon, yaitu [a] dan []. Vokal // yang
biasa disebut a jejeg termasuk vokal belakang, terbuka, madya dan bulat. Vokal
belakang yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah
bagian belakang. Vokal terbuka yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam
posisi serendah mungkin, dengan demikian vokal ini termasuk vokal terbuka.
Berdasarkan bentuk bibir vokal // termasuk vokal bulat yaitu vokal yang
diucapkan dengan bentuk bibir bulat karena bentuk bibir menyesuaikan gerak
Vokal /a/ yang biasa disebut a miring merupakan vokal depan, terbuka,
rendah dan tak bulat. Vokal depan yaitu vokal yang berdasarkan bagian lidah
57
yang bergerak dihasilkan oleh geakan peranan turun naiknya lidah bagian depan.
Vokal terbuka yaitu vokal yang berdasarkan struktur jarak lidah dengan langit-
langit termasuk vokal yang dibentuk dengan posisi lidah serendah mungkin.
vokal ini dengan merendahkan lidah depan serendah mungkin. Berdasrkan bentuk
bibir termasuk vokal tak bulat atau terbentang lebar karena bentuk bibir
menyesuaikan gerak lidah, sehingga secara otomatis bentuk bibir tak bulat tau
terbentang.
vokal // yang seharusnya dilafalkan dengan gerak lidah bagian belakang dengan
tinggi lidah madya maka bentuk bibir akan bulat. Tetapi penutur melafalkan
dengan gerak lidah bagian belakang dengan menurunkan lidah serendah mungkin
sehingga jarak antra lidah dan langit-langit keras jauh maka akan tebentang, maka
ini disebabkan penutur tidak dapat melafalkan fonem konsonan pada kata yang
seharusnya dilafalkan. Penutur dalam hal ini melakukan dengan bunyi konsonan
Kata yang mengalami kesalahan adalah kata ola [ola], mali [mali] dan losa [los].
Kata ola, mali dan losa dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan
konteksnya untuk mengisi pelafalan yang sesuai adalah ora tidak, mari sembuh,
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [r] dilafalkan [l],
dalam hal [ora] dilafalkan [ola], [mari] dilafalkan [mali] dan [ros] dilafalkan
[los]. Fonem /r/ merupakan konsonan getar apiko alveolar, yaitu terjadi bila
artikulator aktifnya meghasilkan proses getar antara artikulator aktif dan pasifnya
yaitu ujung lidah sebagai artikulator aktif dan artikulator pasifnya gusi. Lidah
berkali-kali pada gusi belakang bagian atas sehingga menyebabkan jalanya udara
bergetar.
dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara
keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja. Konsonan /l/ terbentuk
bila ujing lidah sebagai artikulator aktif menyentuh rapat pada gusi sehingga arus
udara melalui tengah mulut terhalang, karena udara melaluhi tengah mulut
59
terhalang maka udara yang dihembuskan dari paru-paru keluar melalui kedua
yang sedikit yaitu, konsonan /r/ yang dilafalkan dengan proses getar antara ujung
lidah dan gusi, tetapi penutur melafalkan dengan menekan lidah dan gusi tanpa
melakukn getaran sehingga yang keluar adalah bunyi fonem /l/. Hal ini
disebabkan karena gigi bagian depan telah tanggal sehingga jalannya udara yang
bagian depan.
(7) Rn: Niki woh napa mbah, kulite onten rine? (menunjukan gambar buah
durian)
Rn: Ini buah apa Mbah, kulitnya ada durinya? (menunjukan gambar
buah durian)
Krt: Duyen.
Krt: Duyen. ( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013/ Data No: 38)
fonem /r/ yang dilafalkan /y/. kata yang mengalami kesalahan adalah kata duyen
konteksnya untuk mengisi lafal yang sesuai adalah duren [durn] buah durian.
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem /r/ dilafalkan /y/,
dalam hal ini [durn] dilafalkan [duyn]. Fonem /r/ merupakan konsonan getar
apiko alveolar, yaitu terjadi bila artikulator aktifnya meghasilkan proses getar
antara artikulator aktif dan pasifnya yaitu ujung lidah sebagai artikulator aktif dan
merapat dan merenggag secara berkali-kali pada gusi belakang bagian atas
udara tidak keluar melalui ronga hidung. Tengah lidah sebagai artikulator aktif
sampai rapat. Ketinggian lidah jika dibandingkan dengan [i], [j] sedikit lebih
/r/ dihasilkan dengan proses getar antara ujung lidah dan gusi, sedangkan /y/
tidak sampai rapat maka udara yang keluar dari paru-paru sedikit terhambat.
Kesalahan ini disebabkan oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
berpengaruh dengan fisik bagian mulut sehingga fungsinya ikut terpengaruh. Hal
ini menyebabkan jalannya udara yang seharusnya terjadi getaran justru meluncur
tanpa ada penghabat gigi bagian depan sehingga tidak terjadi getaran penghasil
fonem /r/.
Pnm: Tidak bisa cerita, sudah tidak jelas, sudah celat karena tidak
punya gigi, saya sudah tua sendiri sudah sembilanpuluh tahun.
Belum meninggal. Masih diberi panjang umur. Teman-teman
saya banyak yang sudah meninggal menjalankan hidup kalu
belum tiba saatnya dipanggil.
(Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/ Data No 20)
yang mengalami kesalahan pelafalan adalah idih [idIh]. Kata idih dalam bahasa
Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang
sesuai adalah isih masih. Pelafalan untuk kata isih adalah [isIh] .
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [s] yang dilafalkan
[d], dalam hal ini [isIh] dilafalkan [idIh]. Fonem /s/ merupakan konsonan geser
lamino alveolar yaitu konsonan yang dibentuk dengan posisi tengah lidah-langit
sebagai artikulator aktif menekan langit-lagit keras sebagai artikulator pasif dan
langit-langit lunak beserta anak tekak dinaikan sehingga udara udara tidak bisa
keluar melalui rongga hidung. Secara tiba-tiba tengah lidah yang menekan langit-
langit keras kemudian dilepaskan terjadilah letupan sehingga udara keluar dari
mulut.
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak tekak
dinaikkan. Ujung ludah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi bagian
atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan
dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat
pada gigi kemudian secara tiba-tiba dilepaskan dan terjadilah letupan udara keluar
perbedaan, yaitu pelafalan fonem /s/ yang seharusnya dilafalkan dengan geseran
karena jarak antara daun lidah dan gusi yang sempit, tetapi penutur tidak dapat
melafalkan fonem [s] dan melafalkan dengan fonem [d]. Hal ini dikarenakan
gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut sehingga
mengalami kesalahan adalah tiang [tia]. Kata tiang menurut konteks kalimatnya
dalam bahasa jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi
lafal yang sesuai adalah siang siang. Pelafalan untuk kata siang adalah [sia].
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [s] dilafalkan [t],
dalam hal ini [sia] dilafalkan [tia]. Fonem /s/ merupakan konsonan lamino-
alveolar, terjadi bila posisi daun lidah dan ujug lidah sebagai artikulator aktif
ditekankan pada gusi sebagai artikulator pasif sehingga ruang udara antara daun
lidah dan gusi itu sempit sekali yang menyebabkan keluarnya udara dengan
bergeser.
63
bersuara yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak
tekaknya dinaikkan. Ujung lidah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi
atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan
menekankan ujung lidah pada gusi yang membuat jarak antara daun lidah dan gusi
denegan fonem [t]. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang
tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut sehingga fungsinya ikut
terpengaruh.
Dari kutipan di atas, terdapat kata yang mengalami kesalahan. Kata yang
mengalami kesalahan adalah climut [climut]. Kata climut dalam bahasa Jawa
tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang sesuai
adalah slimut kemul/ selimut. Pelafalan untuk kata slimut adalah [slimut].
64
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [s] dilafalkan [c],
dalam hal ini [slimut] dilafalkan [climut]. Fonem /s/ merupakan konsonan
lamino-alveolar, terjadi bila posisi daun lidah dan ujug lidah sebagai artikulator
aktif ditekankan pada gusi sebagai artikulator pasif sehingga ruang udara antara
daun lidah dan gusi itu sempit sekali yang menyebabkan keluarnya udara dengan
bergeser.
konsonan yang terjadi bila tengah lidah sebagai artikulator aktif menekan langit-
langit keras sebagai artikulator pasif. Langit-langit lunak beserta anak tekak
dinaikkan sehingga udara tidak dapat keluar melalui rongga hidung, karena udara
yang dihembuskan melalui paru-paru terhambat. Maka secara tiba-tiba lidah yang
menekan rapat kemudian dilepaskan, maka terjadilah letupan sehigga udara keluar
dari mulut.
yaitu pelafalan fonem [s] yang seharusnya dilafalkan dengan menekankan ujung
lidah pada gusi yang membuat jarak antara daun lidah dan gusi menjadi sempit.
Tetapi penutur tidak dapat melafalkannya dan melafalkannya denegan fonem [c].
faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian
Srm: Nggih ngunjuk obat. Dadi nek seminggu dinten rebo niku
priknan
Srm: Ya minum obat. Jadi dalam seminggu ada pemriksaan.
(Rec 3/ Srm/ 82/ 22/07/2013/ Data No: 9)
Dari kutipan di atas terdapat kata yang mengalami kesalahan. Kata yang
makna. Berdasarkan konteknya untuk mengisi lafal yang sesuai adalah priksaan.
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [s] dilafalkan [n],
dalam hal ini [prI?saan] dilafalkan [prI?nan]. Fonem /s/ merupakan konsonan
lamino-alveolar, terjadi bila posisi daun lidah dan ujug lidah sebagai artikulator
aktif ditekankan pada gusi sebagai artikulator pasif sehingga ruang udara antara
daun lidah dan gusi itu sempit sekali yang menyebabkan keluarnya udara dengan
bergeser.
terjadi bila langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Beserta itu ujung
lidah sebagai artikulator aktif ditekankan pada artikulator pasif yaitu gusi. Maka
jalanya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melaluhi ronga hidung.
menekankan ujung lidah pada gusi yang membuat jarak antara daun lidah dan gusi
penutur melafalkan kata priksaan menjadi priknan. Selain itu faktor kesehatan
66
seperti gigi yang tanggal hal ini juga berpengaruh dengan fisik bagian mulut
Dari kutipan di atas terdapat kata yang mengalami kesalahan. Kata yang
mengalami kesalhan adalah saha [saha]. Kata saha dalam bahasa Jawa tidak
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan fonem [c] dilafalkan [s],
dalam hal ini [cahaya] dilafalkan [saha]. Fonem /c/ merupakan konsonan hambat
letup medio-palatal yaitu konsonan yang terjadi bila tengah lidah sebagai
67
langit lunak beserta anak tekak dinaikkan sehingga udara tidak dapat keluar
terhambat. Maka secara tiba-tiba lidah yang menekan rapat kemudian dilepaskan,
lidah dan ujug lidah sebagai artikulator aktif ditekankan pada gusi sebagai
artikulator pasif sehingga ruang udara antara daun lidah dan gusi itu sempit sekali
pelafalan fonem [c] yang seharusnya dilafalkan dengan menekankan tengah lidah
pada langit-langit keras dan menaikan langit-langit lunak beserta anak tekak
sehingga udara tidak dapat keluar melalui rongga hidung, karena udara yang
menekan rapat kemudian dilepaskan, maka terjadilah letupan sehigga udara keluar
dari mulut. Tetapi penutur tidak bisa melafalkan fonem [c] dan melafalkannya
dengan fonem [s]. Hal ini dikarenakan penutur memudahkan pelafalanya yang
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
yang mengalami kesalahan adalah telat [tlat] dan telak [tla?]. kata telat dan
telak dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteknya untuk
mengisi lafal yang sesuai adalah celatcedhal dan celak dekat. Pelafalan untuk
kata celat [clat] dan celak [cla?]. Kata celak merupakan ragam krama dari kata
cerak.
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan [c] dilafalkan [t], dalam hal
ini [cla?] dilafalkan [tlat] dan [cla?] dilafalkan [tla?]. Fonem /c/
merupakan konsonan hambat letup medio-palatal yaitu konsonan yang terjadi bila
artikulator pasif. Langit-langit lunak beserta anak tekak dinaikkan sehingga udara
tidak dapat keluar melalui rongga hidung, karena udara yang dihembuskan
melalui paru-paru terhambat. Maka secara tiba-tiba lidah yang menekan rapat
kemudian dilepaskan, maka terjadilah letupan sehigga udara keluar dari mulut.
69
bersuara yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak
tekaknya dinaikkan. Ujung lidah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi
atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan
lunak beserta anak tekak sehingga udara tidak dapat keluar melalui rongga
secara tiba-tiba lidah yang menekan rapat kemudian dilepaskan, maka terjadilah
letupan sehigga udara keluar dari mulut. Tetapi penutur tidak bisa melafalkan
fonem [c] dan melafalkannya dengan fonem [t]. Hal ini dikarena penutur
yang tanggal berpengaruh dengan fisik bagian mulut sehingga fungsi ikut
terpengaruh.
yang mengalami kesalahan adalah ending [ndI], dawah [dawah] dan dangan
[daan]. Kata ending, dawah dan dangan dalam bahasa Jawa tidak memiliki
makan. Berdasarkan konteknya untuk mengisi lafal yang sesuai adalah enjing
Pagi, jawah hujan dan janganan sayuran. Pelafalan untuk kata enjing adalah
[njI, jawah adalah [jawah] dan janganan [jaanan]. Kata enjing merupakan
ragam krama dari kata esuk dan jawah merupakan ragam krama dari udan.
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafalan [j] dilafalkan [d], dalam hal
yaitu konsonan yag terjadi bila posisi tengah lidah sebagai artikulator aktif
beserta anak tekak dinaikan sehingga udara udara tidak bisa keluar melalui rongga
hidung. Secara tiba-tiba tengah lidah yang menekan langit-langit keras kemudian
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak tekak
dinaikkan. Ujung ludah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi bagian
atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan
71
dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat
pada gigi kemudian secara tiba-tiba dilepaskan dan terjadilah letupan udara keluar
menekankan tengah lidah pada langit-langit keras dan langit-langit lunak beserta
anak tekak dinaikan sehingga udara udara tidak bisa keluar melalui rongga hidung
sehingga udara keluar dari mulut. Tetapi penutur tidak dapat melafalkan fonem [j]
dan melafalkannya dengan fonem /d/. Hal ini dikarenakan penutur memudahkan
pelafalannya yang dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal
ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut sehingga fungsinya ikut terpengaruh.
(18) Krt: Wingi dipesen La kena mlaku dewe lho mbah, kudu ana sing
ngetelke.
Krt: Kemarin dipesan agar tidak jalan sendiri lho mbah, harus ada yang
mengantar. (Rec 3/ Krt/ 82/ 22/07/2013/ Data No 11)
(19) Pnm: Dek wingi nika nggih enten lale liki, lale medali noten, telune
niku napa wingi, nun bakal nama.
Pnm: kemarin ada anak yang datang kesini, anak Medari katanya,
keperluannya apa ya kemarin, minta nama.
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013)
Kata yang mengalami kesalahan adalah dewe [dw] dan dek [dk]. Kata dewe
dan dek dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk
mengisi lafal yang sesuai adalah dhewe sendiri dan dhek ketika/ waktu .
dalam hal ini [w] dilafalkan [dw] dan [k] dilafalkan [dk]. Fonem
// merupakan konsonan hambat letup palatal dental yaitu konsonan yang terjadi
bila lagit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah sebagai
sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru telambat beberapa saat. Ujung
lidah yang menkan langit-langi keras dilepaskan, maka secara tiba-tiba terjadilah
lunak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak
tekak dinaikkan. Ujung ludah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi
bagian atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang
dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang
menekan rapat pada gigi kemudian secara tiba-tiba dilepaskan dan terjadilah
proses artikulasi antara ujung kidah dnegan langit-langit keras. Tetapi penutur
tidak dapat melafalkannya dan melafalkannya dnegan fonem /d/. Hal ini
kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut
Dari kutipan di atas terdapat kata yang mengalami kesalahan pelafalan. Kata
yang mengalami kesalahan adalah telune [tlun]. Kata telune dalam bahasa
Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang
adalah [prlun].
Dari uraian di atas kealahan pelafalan [p] dilafalkan [t], dalam hal ini
bilabial, yaitu konsonan yang terjadi bila terjadi bila posisi bibir bawah sebagai
artikulator aktif ditekankan pada bibir atas sebagai artikulator pasif kemudian
Fonem [t] merupakan konsonan hambat letup apiko dental keras tak bersuara,
yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak tekak dinaikkan.
Ujung ludah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi bagian atas bagian
dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru
terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat pada gigi
kemudian secara tiba-tiba dilepaskan dan terjadilah letupan udara keluar dari
rongga mulut.
perbedaan, yaitu pelafalan fonem /p/ pada kata perlune yang seharusnya dilafalkan
dengan artikulasi antara bibir atas dan bibir bawah dengan diikuti fonem /r/.
74
pelafalan yang dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
Kata yang mengalami kesalahan adalah katah [katah]. Kata katah dalam bahasa
Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang
sesuai adalah kathah banyak. Pelafalan untuk kata kathah adalah [kaah]. Kata
hambat letup apiko palatal keras tak bersuara, terjadi bila posisi ujung lidah
kemudian secara tiba-tiba dilepaskan, terjadilah udara keluar dari rongga mulut.
Fonem [t] merupakan konsonan hambat letup apiko dental keras tak
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak beserta anak tekak
dinaikkan. Ujung ludah sebagai artikulator aktif menekan rapat pada gigi bagian
atas bagian dalam sebagai artikulator pasif, sehingga udara yang dihembuskan
dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat
75
pada gigi kemudian secara tiba-tiba dilepaskan dan terjadilah letupan udara keluar
perbedaan, yaitu pelafalan fonem // pada kata kathah yang seharusnya dilafalkan
dengan artikulasi antara bibir atas dan bibir bawah dengan diikuti fonem /r/.
pelafalan yang dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
proses artikulasi antara ujung kidah dnegan langit-langit keras. Tetapi penutur
tidak dapat melafalkannya dan melafalkannya dnegan fonem /t/. Hal ini
kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut
(22) Rn: mbah riyen menawi kulakan boten wonten pasar Gamping mbah?
Rn: Dulu Simbah kalu belanja tidak di pasar Gamping?
Pnm: peken pundi?
Pnm : pasar mana?
Rn: Gamping.
Rn: Gamping
Pnm: La kuat tebih, Blinghaljo nek gambing lak tebih dadak ngulon.
Pnm: Tidak kuat jauh, Bringharjo saja, kalau Gamping itu jauh hars ke
arah barat.
( Rec 24/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/ Data No:18)
Dari kutipan di atas, mengandung kata yang mengalami kesalahan. Kata
dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi
Dari uraian di atas terjadi kesalahan pelafaln fonem [p] dilafalkan [b],
dalam hal ini [gampi] dilafalkan [gambi]. Fonem /p/ merupakan konsonan
hambat letup bilabial keras tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi bila terjadi
bila posisi bibir bawah sebagai artikulator aktif ditekankan pada bibir atas sebagai
artikulator pasif kemudian secara tiba-tiba diletupkan, terjadilah udara keluar dari
rongga mulut.
yaitu konsonan yang terjadi bila terjadi bila posisi bibir bawah sebagai artikulator
aktif ditekankan pada bibir atas sebagai artikulator pasif kemudian secara tiba-tiba
Dari keterangan di atas fonem /p/ dan /b/ keduanya termasuk dalam
fonem konsonan hambat letup bilabial namun fonem /p/ sebagai konsonan keras
tak bersuara, sedangakan fonem /b/ adalah konsonan lunak bersuara. Hal ini
kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian mulut
mengalami kesalahan adalah nambut gawe [nambut]. Kata nambut gawe dalam
bahasa Jawa tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal
yang sesuai adalah nyambut gawe melakukan pekerjaan. Pelafalan untuk kata
dalam hal ini [ambut] dilafalkan [nambut]. Fonem // merupakan konsonan nasal
medio-palatal yaitu konsonan yang terjadi bila langit-langit lunak berserta anak
tekak diturunkan bersama itu penghambat artikulator aktif, yaitu tengah lidah
ditekankan dan artikulator pasif langit- langit keras. Maka jalannya udara melalui
ronga mulut terhambat dan keluar melalui ronga hidung dan pita suara ikut
bergetar.
78
Fonem /n/ merupakan konsonan nasal apiko alveolar, yaitu konsonan yang
terjadi bila langit langit lunak beserta anak tekaknya diurunkan, kemudian ujung
lidah sebagai artikulator aktif ditekankan rapat pada gusi sebagai artikulator pasif.
Maka jalanya udara melaluhi rongga mulut terhambat dan keluar melalhui rongga
artikulasi antara ujung lidah dan langit-langit keras. Sedangkan pada pelafalan
fonem [n] dilafalkan dengan proses artikulasi ujung lidah dengan gusi. Kesalahan
faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian
(24) Srm: Iki nggih rambut kula lak riyen dawa, neng kok gatel
banet. (Rec 3/Srm/82/ 22/07/2013/ Data No 10)
Srm: Ini dulu rambut saya panjnag, tapi gatel sekali.
mengalami kesalahan adalah banet [banet]. Kata banet dalam bahasa Jawa tidak
memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang sesuai adalah
dalam hal ini [bat] dilafalkan [bant]. Fonem // merupakan konsonan nasal
darso velar yaitu konsonan yang terjadi bila artikulator aktif pangkal lidah dan
79
diturunkan, bersama dengan itu pangkal lidah ditekankan rapat ada langit-langit
lunak, maka jalannya udara dari rongga mulut terhambat dan keluarlah melalui
Fonem /n/ merupakan konsonan nasal apiko alveolar, yaitu konsonan yang
terjadi bila langit langit lunak beserta anak tekaknya diurunkan, kemudian ujung
lidah sebagai artikulator aktif ditekankan rapat pada gusi sebagai artikulator pasif.
Maka jalanya udara melaluhi rongga mulut terhambat dan keluar melalhui rongga
artikulasi antara ujung lidah dan langit-langit lunak. Sedangkan pada pelafalan
fonem [n] dilafalkan dengan proses artikulasi ujung lidah dengan gusi. Kesalahan
faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh dengan fisik bagian
mengisi lafal yang sesuai adalah sonten sore. Pelafalan untuk kata sonten
adalah [sntn]. Kata sonten merupakan ragam krama dari kata sore.
fonem /r/. Kesalahan ini disebabkan karena penutur terpengaruh kata sebelum
kata sonten yang terdapat fonem /r/. Hal lain juga karena faktor fisik yang
penghilangan fonem /u/. Data pengurangan fonem vokal /u/ sebagai berikut.
(26) Pnm: Dek wingi nika nggih enten lale liki, lale medali noten, telune niku
napa wingi, nun bakal nama.
Pnm: kemarin ada anak yang datang kesini, anak Medari katanya,
keperluannya apa ya kemarin, minta nama. ( Rec 23/ Pnm/ 90/
22/07/2013 Data No: 21)
yang mengalami kesalahan adalah nun [nUn]. Kata nun dalam bahasa Jawa tidak
adalah ya nyuwun minta. Pelafalan untuk kata nyuwun adalah [uwUn]. Kata
Dari uraian di atas disebabkan oleh penghilangan fonem /u/ hal ini
dikarenakan penutur tidak dapat melafalkan kata nyuwun [uwUn] dengan tepat.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
Menurut
yang mengalami kesalahan adalah saha [saha]. Kata saha dalam bahasa Jawa
tidak memiliki makna. Berdasarkan konteksnya untuk mengisi lafal yang sesuai
Dari uraian di atas disebabkan oleh penghilangan fonem /a/ hal ini
dikarenakan penutur tidak dapat melafalkan kata cahaya [cahaya] dengan tepat.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
yang mengalmi kesalahan adalah APEL [apel] dan plisan [plIsan]. Kata APEL
dan plisan tidak memiliki makna. Untuk mengisi lafal yang sesui konteksnya
Kesalahan ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
yang mengalmi kesalahan adalah de [d]. Kata de dalam bahasa jawa tidak
memiliki makan. Untuk mengisi lafal yang sesui konteksnya adalah duwe punya.
Kesalahan ini disebabkan oleh penghilangan fonem /w/ hal ini dikarenakan
penutur tidak dapat melafalkan kata duwe [duw] dengan tepat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
(31) Pnm : Kula niki kanda nggeh isa neng telat boten ceta, kula malu untu
pun teas. Kula Pun long taun untune le teas.
Pnm: saya berbicara ya bisa, tapi celat tidak jelas, saya malu karena
gigi saya sudah habis. Sudah dua tahun gigi saya habis.
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/ Data No: 15)
yang mengalmi kesalahan adalah teas [tas], kata teas dalam bahasa Jawa tidak
memiliki makana. Untuk mengisi lafal yang sesuai adalah telas. habis Lafal
untuk kata telas adalah [tlas]. Kata telas merupakan ragam krama dari entek
Kesalahan ini disebabkan oleh penghilangan fonem /l/ hal ini dikarenakan
penutur tidak dapat melafalkan kata telas [tlas] dengan tepat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
penghilangan fonem /m/. Kata yang mengalami kesalahan adalah liki [li?i]. Kata
85
liki dalam bahasa jawa tidak memiliki makan, untuk mengisi lafal yang sesuai
adalah mriki lafal untuak kata mriki ke sini. Lafal untuk kata mriki adalah
Kesalahan ini disebabkan oleh penghilangan fonem /m/ di awal suku kata.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini
Sehingga ketika melafalakan urutan fonem atau fonotaktik KKV penutur tidak
Pnm: nggih.
Pnm: iya.
(Rec 24/ Pnm/ 90/ 22/07/2013/Data No:20)
penghilangan fonem /y/. Kata yang mengalmi kesalahan adalah saha [saha],
menurut konteks kalimatnya kata saha dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna.
Untuk mengisi lafal yang sesuai adalah cahaya cahaya. Lafal untuk kata cahaya
adalah [cahaya].
Kesalahan ini disebabkan oleh penghilangan fonem /y/ hal ini dikarenakan
penutur tidak dapat melafalkan kata cahaya [cahaya] dengan tepat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
dengan fisik bagian mulut sehingga fungsinya ikut terpengaruh. Menurut syaraf
dengan otot. Hal ini mempegaruhi fungsi motorik mulut akan mengalami
penurunan dengan pertambahan umur baik pada individu sehat atau tidak.
f. Penghilangan Fonem //
Bentuk kesalahan penghilangan fonem konsonan yang keenam adalah
penghilangan fonem / /. Data kesalahan sebagai berikut.
(33) Krt: Wong kula umul telulas taun pun di magangi uwong.ajeng dikawin
boten asal simbok kula sok nek wis gede wae. Bakal bojo
kula niku pun teng mliku mawon pun nunggoni kula. ( Rec
24/ Krt/ 82/ 25/07/2013/ Data No: 48)
Krt: saya umur tiga belas tahun sudah mau di ajak nikah orang, ibu saya
tidak membolehkan dengan alasan biar besar dulu. Calon
suami saya sudah nunggu saya sampai saya besar di daerah
saya.
Berdasarkan data di atas terdapat kata yang mengalami kesalahan
penghilangan fonem //. Kata yang mengalmi kesalahan adalah asal [asal], kata
asal dalam bahasa Jawa tidak memiliki makan. Untuk mengisi lafal yang sesuai
87
adalah angsal. Lafal untuk kata angsal boleh adalah [asal]. Kata angsal
penutur tidak dapat melafalkan kata angsal [asal] dengan tepat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
(34) Pnm: Dek wingi nika nggih enten lale liki, lale medali noten, telune
niku napa wingi, nun bakal nama.
Pnm: kemarin ada anak yang datang kesini, anak Medari katanya,
keperluannya apa ya kemarin, minta nama. ( Rec 23/ Pnm/ 90/
22/07/2013/Data No: 21)
Berdasarkan data di atas terdapat kata yang mengalami kesalahan
penghilangan fonem /r/. Kata yang mengalmi kesalahan adalah telune [tlun],
kata telune dalam bahasa Jawa tidak memiliki makna. Untuk mengisi lafal yang
[prlun].
Kesalahan ini disebabkan oleh penghilangan fonem [r] hal ini dikarenakan
penutur tidak dapat melafalkan kata perlune [prlun]dengan tepat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti gigi yang tanggal hal ini berpengaruh
Faktor kesalahan dalam pelafalan fonem bahasa Jawa ini disebabkan oleh
bebarapa hal diantranya faktor usia yang mempengaruhi kesehatan, yaitu gigi
yang telah mulai tanggal dan penurunan kekuatan otot bagian rongga mulut hal ini
Hal ini dipertegas menurut Handajani Juni (2011; 3) pada umur tua
androgen dan pengurangan inteke kalium. Hal ini berpengaruh pada penurunan
kekuatan otot, penurunan massa total otot, penurunan jumlah serabut otot,
penurunan jumlah motor unit, berkurangnya kadar air dalam tendon dan ligment,
kartilgo dan gangguan relasi neurotropik antara syaraf dengan otot. Hal ini
kesalahan pelafalan fonem bahasa Jawa yang terjadi pada lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso dan faktor yang menyebabkan
1. Kesalahan pelafalan fonem vokal, yaitu fonem /a/ dilafalakan [], fonem
/i/ alofon [I] berdistribusi di suku kata kedua dilafalkan [i], fonem //
kesalahan dalam melafalkan fonem /r/, /s/, /c/, /j/, //, /p/, // , /b/, //,
//. Kesalahan pelafalan fonem itu sebagai berikut; [r] dilafalkan [l], [r]
dilafalkan [y], [s] dilafalkan [d], [s] dilafalkan [t], [s] dilafalkan [c], [s]
dilafalkan [n], [c] dilafalkan [s], [c] dilafalkan [t], [j] dilafalkan [d], []
dilafalkan [d], [p] dilafalkan [t], [] dilafalkan [t], [b] dilafalkan [p], []
fonem /r/.
89
90
kesalahan penghilangan fonem /?/, /w/, /l/, /m/, /y/, // dan /r/.
bagian ronga mulut dan otot mulut yang mulai mengendur dan faktor
fonem konsonan.
B. Implikasi
hasil penelitian ini dapat diimplikasikan bagi orang-orang yang terkait dengan
Bagi pembaca atau peneliti lain semoga penelitian ini dapat dijadikan penelitian
C. Saran
Jawa pada lanjut usia dan faktor penyebab kesalahan. Dari hasil penelitian, saran
yang dapat disampaikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Lado, Robert. 1979. Language Teaching. New York: Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited.
Latif, Saiful. 2011. Analisis Kesalahan Tata Bahasa dan Kosakata Maasiswa
Semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Dalam menulis Di
Universitas Khairun Ternate. Tesis S2. Yogyakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Teknik.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Handari dan Mini Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah
Mada Universitas Press
Nurhayati, Endang dan Siti Mulyani. 2006. Linguistik Bahasa Jawa Kajian Fonologi,
Morfologi, sintaksis dan Semantik. Yogyakata: Bagaskara.
Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga.
Pringgadwidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta:
Mitra Gama Widya.
92
93
Raharjo, Prastiwi. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa Pada Pidato Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Turi Sleman Yogyakarta. Skripsi S1. Yogyakrta:
Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah, FBS UNY Yogyakarta.
Richards, Jack C. 1974. Error Analysis Perspectives on Second Language Acquistion.
London: Longman Group Limited.
Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 1989. Paramasastra Jawa Gagrak Anyar.
Surabaya: Pt Citra Jaya Murti.
Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia
Subrata, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. UNS Press
Widiasarana Indonesia.
Internet
Penghilangan
Penghilangan
Penambahan
Penambahan
Perubahan
Perubahan
konsonan
konsonan
konsonan
vokal
vokal
vokal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Pnm : Lencange pundi? 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan pelafalan kata
( Rec 1/ Pnm/90/ 22/07/2013). [rnca ] >[lnca], [r]>[l]
konsonan getar apiko alveolar, penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
2. Rn : Sampun dhahar Mbah? 1. Dalam pelafalan fonem [j] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm :Sampun kula langsung konsonan hambat letup medio palatal, [njI ] > [ndI ], [j] >[d].
ending-ending tengah wolu sebagai konsonan lunak bersuara,
kalih tiang jam loras jam penutur tidak bisa melakukan
sontren jam sekawan. Ping pengartikulasian dengan tepat maka
pindo-pindo. Nek tiang setli fonem [j] berubah menjadi fonem [d]
pun waleg pun tuwuk yaitu konsonan hambat letup apiko
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) dental.
2. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [rolas] > [loras], [r] >[l].
konsonan getar apiko alveolar, penutur [stri] > [stli], [r] >[l].
tidak bisa melakukan pengartikulasian [Warg] > [walg] [r] > [l]
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
94
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Dalam pelafalan fonem [s] yaitu [sia] > [tia], [s] >[t].
konsonan geser lamino alveolar, penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [s] berubah
pelafalannya menjadi [t] konsonan
hambat letup apio dental.
[pino] > [pindo], [] > [d]
4. Dalam pelafalan fonem [] yaitu
konsonan hambat letup apiko palatal
bersuara, penutur tidak bisa melakukan
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem [] berubah pelafalannya
menjadi [d]. [sntn] > [sntrn]
5. Penambahan fonem /r/ karena
disebabkan penutur terpengaruh kata
sebelum kata sontren yang terdapat
fonem /r/, maka pada kata sonten yang
tak perlu ada fonem /r/ justru ada fonem
/r/
3 Rn: Asrep boten mbah? 1. Dalam pelafalan fonem [j] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm : boten, Nek dawah udan konsonan hambat letup medio palatal, [jawah] >[dawah], [j] >[d].
nika nggih. sebagai konsonan lunak bersuara,
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) penutur tidak bisa melakukan
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem [j] berubah menjadi fonem [d]
yaitu konsonan hambat letup apiko
dental.
95
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Pnm : njenengan telak peken 1.Dalam pelafalan fonem [c] yaitu Terjadi kesalahan
nggih? konsonan hambat letup medio palatal [cla?] > [t la?]. [c]>[t].
Rn: boten mbah tebih kalih keras tak bersuara, penutur tidak bisa
peken. Kula celak pabrik mori melakukan pengartikulasian dengan
Pnm : oo.. pablik moli. ( Rec 1/ tepat maka fonem [c] berubah menjadi
Pnm/ 90/ 22/07/2013) fonem [t] yaitu konsonan hambat letup
apiko dental tak bersuara.
2.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [pabrI?] > [pablI?], [r] >[l].
konsonan getar apiko alveolar, penutur [m ri]> [m li], [r] >[l].
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
5. Tiyang gen kula angsel 1.Kesalahan ini disebabkan oleh fonem Terjadi kesalahan kata
Gadingan tiyang Megelang // yang berada pada suku kata kedua, [a sal] > [a sl], [a] >[].
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) yaitu dibelakang fonem /s/ karena
pengucapan vokal /a/ dan / / posisi
lidah berdekatan.
6. Rn : Watuk to mbah,Pun 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
danggu konsonan getar apiko alveolar, penutur [ola] > [ola]. [r] >[l].
Pnm :Watuk, pun kala enam tidak bisa melakukan pengartikulasian [mari] >[mali]. [r] >[l].
ola mali-mali. dengan tepat maka fonem [r] berubah
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
96
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Rn :Ngunjuk obat boten 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
simbah konsonan getar apiko alveolar, penutur [rbo] >[lbo]. [r] > [l].
Pnm : Nek lebo plisan. tidak bisa melakukan pengartikulasian [prI?saan] > [plIsan].
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) dengan tepat maka fonem [r] berubah perubahan fonem [r] >[l],
menjadi [l] yaitu konsonan samping penghilangan fonem [?]
apiko alveolar.
2. Hilangnya konsonan hamzah atau
glottal stop, yaitu fonem /?/. Sedangkan
yang terjadi dalam hal ini hilanya
fonem [?] di akhir suku kata pertama
dikarenakan penutur Tidak dapat
melakukan proses artikulasi maka yang
terjadi hilangnya fonem /?/ pada
pelafalannya.
8. Rn: Niki wau bibar senam? 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm: Inggih, neng kula boten konsonan getar apiko alveolar, penutur [ora] > [la]
gelem kok, pun tuwa, mlaku tidak bisa melakukan pengartikulasian [ros] > [los]. perubahan fonem
wis la losa dengan tepat maka fonem [r] berubah [r] >[l]
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
9. Rn: Lajeng Niki ngunjuk obat 2. Dalam pelafalan fonem [s] yaitu Terjadi kesalahan kata
boten? konsonan geser lamino alveolar,. [prI?saan] >[prI?nan].
Srm: Nggih ngunjuk obat. Dadi Sedangkan penutur tidak bisa Perubahan fonem [s] >[n],
nek seminggu dinten rebo niku melakukan pengartikulasian dengan
priknan tepat maka fonem [s] berubah
(Rec 3/ Srm/ 82/ 22/07/2013) dilafalkan [n] karena terpengaruh
imbuan an sehingga penutur justru
melafalkan kata preksan menjadi
preknaan.
97
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10. Srm: niki nggih rambut kula lak 1. Dalam melafalkan fonem [] yaitu Terjadi kesalahan kata
riyen dawa, ning kok gatel banet. konsonan nasal darso- alveolar, [baet] > [banet], [] >[n]
(Rec 3/ Srm/ 82/ 22/07/2013) sedangkan dalam hal ini penutur tidak
bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [] berubah
menjadi [n] yaitu konsonan nasal apiko
alveolar bersuara.
11. Krt: Wingi dipesen la kena 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
mlaku dewe lho mbah, kudu [ora] > [la]. [r] >[l].
konsonan getar apiko alveolar, penutur
ana sing ngetelake [tra?] >[ tla?]. [r]
(Rec 3/ Krt/ 81/ 22/07/2013) tidak bisa melakukan pengartikulasian >[l]
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
[w] > [dw], []> [d]
apiko alveolar.
2. Dalam pelafalan fonem [] yaitu
konsonan hambat letup apiko palatal,
Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
bisa melakukan proses artikulasi dngan
tepat karena letak pelafalan fonem //
dan /d/ yang berdekatan maka yang
terjadi fonem // dilafalkan /d/yaitu
konsonan letup apiko dental bersuara.
98
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 Rn : Ayo mbah ngobrol, cerita 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm: Boten isa celita, pun la konsonan getar apiko alveolar, penutur [crit] > [clit], [r] >[l],
ceta le ngandani, pun telat la tidak bisa melakukan pengartikulasian [urIp] > [ulIp], [r] >[l]
de untu,kula niku pun dengan tepat maka fonem [r] berubah [parii] >[palii], [r] >[l]
sepuh, pun tua dewe pun menjadi [l] yaitu konsonan samping [dr] > [dl], [r] >[l]
sangangpuluh taun. Deleng apiko alveolar. [parI] >[palI], [r] >[l]
mati-mati.ideh paling paang
umur. Kantane pun do mati 2.Dalam melafalkan fonem [c] yaitu [clat] > [tlat], [c] >[t]
kabeh.Kanta kula punnapa niku konsonan hambat letup medio palatal [kanc] > [kant], [c] >[t]
da mati ningal. mletasi ulip nek keras tak bersuara. Sedangkan kesalahan
deleng dipalingi pundut kula la disebabkan karena dalam melafalkan
nek deleng titi mangsane penutur tidak dapat melakukan proses
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) artikulasi dengan tepat sehingga fonem
[c] berubah menjadi fonem [t] yaitu
konsonan hambat letup apiko dental tak
bersuara. [c] > [ct], [] >[t]
3.Proses pelafalan konsonan hambat letup
apiko palatal tak bersuara, yaitu //.
Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
melakukan proses artikulasi tepat karena
letak pelafalan fonem // dan /t/ yang
berdekatan maka yang terjadifonem //
dilafalkan /t/ yaitu konsonan hambat
letup apiko dental tak bersuara.
99
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.Dalam pelafalan fonem [] yaitu [anani] > [andani], [] >[d]
konsonan hambat letup apiko palatal,
Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
bisa melakukan proses artikulasi dngan
tepat karena letak pelafalan fonem //
dan /d/ yang berdekatan maka yang
terjadi fonem // dilafalkan /d/yaitu
konsonan letup apiko dental bersuara
5.Dalam pelafalan fonem [j] yaitu [panja] >[pada], [j] >[d]
konsonan hambat letup medio palatal,
sebagai konsonan lunak bersuara,
penutur tidak bisa melakukan
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem [j] berubah menjadi fonem [d]
yaitu konsonan hambat letup apiko
dental.
6.Dalam menghasilkan konsonan geser [is h] >[id h], [s] >[d]
lamino alveolar, yaitu fonem [s], penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [s] berubah
menjadi fonem [d] yaitu konsonan
hambat letup apiko dental. [duw] > [d], penghilangan
7. Hilangnya fonem [u] dan fonem [w] ini fonem [u] dan [w].
dikarenakan penutur tidak dapat
melakukan pengartikulasian dengan
tepat maka kata duwe dilafalkan de
dengan menghilangkan dua fonem di
tengah suku kata.
100
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
13. Rn: Putrane piten mbah 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
njenengan ? konsonan getar apiko alveolar, penutur [ jalr] > [ jall], [r] >[l].
Pnm : Setunggal.kakung, Putu tidak bisa melakukan pengartikulasian [mri?i] > [mli?i], [r] >[l].
kaleh Wedok leh jalel. dengan tepat maka fonem [r] berubah
nggih nok mliki tuwih kok. menjadi [l] yaitu konsonan samping
Mung telak, kol-kolan telung apiko alveolar.
ewu. Mung limang kilo. 2.Dalam melafalkan fonem [c] yaitu [cel?] > [tela?], [c] >[t].
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) konsonan hambat letup medio palatal
keras tak bersuara. Sedangkan kesalahan
disebabkan karena dalam melafalkan
penutur tidak dapat melakukan proses
artikulasi dengan tepat sehingga fonem
[c] berubah menjadi fonem [t] yaitu
konsonan hambat letup apiko dental tak
bersuara.
3.Dalam melafalkan fonem [] yaitu [o?] > [no?], [] > [n]
konsonan nasal medio palatal,
Sedangkan kesalahan disebabkan karena
dalam melafalkan penutur tidak dapat
melakukan proses artikulasi dengan
tepat sehingga fonem [] berubah
menjadi [n] yaitu konsonan nasal apiko
alveolar bersuara.
101
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14. Pnm : Kok mung kiambak 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Rn : Nggeh mbah konsonan getar apiko alveolar, penutur [ rnca] > [ lnca ]. [r]
Pnm : Nika lencange katah tidak bisa melakukan pengartikulasian >[l].
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) dengan tepat maka fonem [r] berubah [ kaah] >[ katah]. [] >[t].
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
2.Proses pelafalan konsonan hambat letup
apiko palatal tak bersuara, yaitu //.
Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
melakukan proses artikulasi tepat karena
letak pelafalan fonem // dan /t/ yang
berdekatan maka yang terjadifonem //
dilafalkan /t/ yaitu konsonan hambat
letup apiko dental tak bersuara.
15. Pnm : Kula niki kanda nggeh 1. Dalam pelafalan fonem [] yaitu Terjadi kesalahan kata
isa neng telat boten ceta kula konsonan hambat letup apiko palatal, [ kan] >[ kand]. [] > [d].
malu untu pun teas. Kula Pun Sedangkan dalam hal ini penutur tidak [ r] > [ l]. [r] >[l],
long taun untune le tas. bisa melakukan proses artikulasi dngan
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) tepat karena letak pelafalan fonem //
dan /d/ yang berdekatan maka yang
terjadi fonem // dilafalkan /d/ yaitu
konsonan letup apiko dental bersuara.
2. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu
konsonan getar apiko alveolar, penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
102
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14. 3.Dalam melafalkan fonem [c] yaitu [clat] > [tlat], [c] >[t]
konsonan hambat letup medio palatal
keras tak bersuara. Sedangkan kesalahan
disebabkan karena dalam melafalkan
penutur tidak dapat melakukan proses
artikulasi dengan tepat sehingga fonem
[c] berubah menjadi fonem
[tlas] > [tas]
4.Hilangnya fonem /l/ yaitu konsonan Penghulangan fonem [l]
samping apiko alveolar pada kata telas
ini disebabkan penutur tidak dapat
melakuakan pengartikulasian dengan
tepat dikarenakan sebagian gigi bagian
belakang dan depan telah tanggal
sehingga ujung lidah yang seharunya
menyentuh gusi bagian depan meluncur
sebelum terjadi proses artikulasi fonem
/l/.
16. Pnm : Kula iseh enom bakul, 1.Dalam pelafalan fonem [j] yaitu
bakul buah dangan konsonan hambat letup medio palatal, Terjadi kesalahan kata
( Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) sebagai konsonan lunak bersuara, [ jaanan] > [ daanan], [j]
penutur tidak bisa melakukan >[d]
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem [j] berubah menjadi fonem [d]
yaitu konsonan hambat letup apiko
dental.
103
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
17. Rn: sampun siram mbah? 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm: pun. konsonan getar apiko alveolar, penutur [sgr] > [ sgl], [r] >[l]
Rn: Seger mbah? tidak bisa melakukan pengartikulasian
Pnm: segel, ngange wedang dengan tepat maka fonem [r] berubah
teng liki pun disediani. menjadi [l] yaitu konsonan samping
(Rec 23/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) apiko alveolar.
2.Konsonan rangkap yang terdapat pada kata [mri?i] > [li?i], [r] >[l],
mriki mengalami hilang fonem /m/ dan penghilangan fonem [m]
perubahan fonem /r/ menjai fonem /l/ hal ini
disebabkan penutur tidak mampu melakukan
proses artikulasi fonem /m/ dan /r/
sehingga dilafalkan hilang fonem /m/
dan berubahnya fonem /r/ menjadi
fonem /l/.
18 Rn: mbah riyen menawi kulakan 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [ora] > [la], [r] >[l].
boten wonten pasar Gamping konsonan getar apiko alveolar, penutur [briharj] > [ blihalj], [r] >[l]
mbah? tidak bisa melakukan pengartikulasian
Pnm: peken pundi? dengan tepat maka fonem [r] berubah
Rn: Gamping.
menjadi [l] yaitu konsonan samping
Pnm: La kuat tebih, Blinghaljo
apiko alveolar.
mawon nek gambing lak tebih
dadak ngulon. ( Rec 24/ Pnm/
90/ 22/07/2013)
104
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.Dalam menghasilkan konsonan hambat [gampI] > [ gambi]
letup bilabial, yaitu fonem /p/ atau /b/. Perubahan fonem [p]> [b],
Kesalahan yang terjadi dalam kata [I] > [i]
gamping adalah perubahan fonem /p/
mejadi /b/ keduanaya merupakan
konsonan hambat letup bilabial
perbedaanya [p] termasuk konsonan
keras tak bersuara sedangkan [b]
termasuk konsonan lunak bersuara.
2. Kesalahan lain yang terjadi pada kata
gamping adalah perubahan fonem /i/
beralofon/I/ dilafalkan /i/ karena dalam
bahasa jawa memiliki dua alofon fonem
/i/ yaitu alofon /I/ dan /i/. hal ini terjadi
karena dalam menghasilkan fonem ini
lidah berdekatan.
19. Pnm: Denengan nitih 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [knara?an] > [kndalaan]
kendalaan konsonan getar apiko alveolar, penutur Perubahan fonem [] >[d]
Rn: Nggih tidak bisa melakukan pengartikulasian [r] > [l], hilangnya fonem [?]
Pnm: Ngidul pa ngulon? dengan tepat maka fonem [r] berubah
Ngidul kuta menjadi [l] yaitu konsonan samping
Rn: Boten, kula lewat peken apiko alveolar.
pakem. 2. Dalam pelafalan fonem [] yaitu
Pnm: Medal glija. konsonan hambat letup apiko palatal,
( Rec 24/ Pnm/ 90/ Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
22/07/2013) bisa melakukan proses artikulasi dengan
tepat karena letak pelafalan fonem //
105
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dan /d/ yang berdekatan maka yang
terjadi fonem // dilafalkan /d/yaitu
konsonan letup apiko dental bersuara.
3. Hilangnya fonem/?/ ini dikarenakan
penutur terpengaruh bahasa Indonesia [kua] > [kuta], perubahan fonem
[] > [t]
kata kendaraan pada bahasa Indonesia
4. Proses pelafalan konsonan hambat letup
apiko palatal tak bersuara, yaitu //.
Sedangkan dalam hal ini penutur tidak
melakukan proses artikulasi tepat karena
[grja]> [ glija], perubahan fonem
letak pelafalan fonem // dan /t/ yang [r] >[l], [] >[i]
berdekatan maka yang terjadifonem //
dilafalkan /t/ yaitu konsonan hambat
letup apiko dental tak bersuara.
5. Kesalahan pelafalan fonem //
dilafalkan /i/ pada kata greja ini
disebabkan letak lidah saat proses
artikulasi berdekatan
106
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
107
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20. Pnm: Njenengan leh Sleman 5.Dalam menghasilkan
1.Dalam melafalkan fonem konsonan []hambat
yaitu [ambut]
Terjadi kesalahan
> [nambut]
kata [] > [n]
pundi? letup bilabial,nasal
konsonan yaitu fonemmedio/p/ atau palatal,
/b/. [gampI] > [ gambi]
Rn: Tempel mbah kula. Kesalahan kesalahan
Sedangkan yang terjadi disebabkan
dalamkarena kata Perubahan fonem [p]> [b], [I] > [i]
Pnm: kalih Gambing? gampingmelafalkan
dalam adalah perubahan
penutur tidak fonemdapat /p/
Rn: pundi, Gamping ? mejadi /b/ proses
melakukan keduanayaartikulasi merupakan
dengan
Pnm: Nggih? .
konsonan
tepat sehingga hambat fonemletup [] berubahbilabial
Rn: Tebeh mbah kula namung
Sleman sisieh ler. perbedaanya
menjadi [n] yaitu
[p] konsonan
termasuk nasal konsonan
apiko
Pnm: kalih Medali keras tak
alveolar bersuara.
bersuara sedangkan [b] li?], [r]>[l],
[mri?] > [
Rn: nggih daerah Medari niku. termasuk konsonan
6.Konsonan rangkap yang lunak bersuara.
terdapat pada kata penghilangan fonem [m]
Pabrik-pabrik nika lho mbah. 2.mrika mengalami
Kesalahan hilangterjadi
lain yang fonempada /m/ kata
dan
Pnm: Nggih, kanta kula niku
perubahan
gamping fonemadalah/r/ perubahan
menjai fonem /l/ hal ini
fonem /i/
nambut damel lika. Pablik tenun disebabkan penutur tidak mampu
beralofon/I/ dilafalkan /i/ karena dalam melakukan
denenge saha mulia.
proses artikulasi
bahasa jawa memiliki fonem /m/ dan
dua alofon fonem /r/
Rn: Cahaya mulya? sehingga dilafalkan
/i/ yaitu alofon /I/ danhilang
/i/. halfonem /m/
ini terjadi
Pnm: Nggih. dan berubahnya fonem
karena dalam menghasilkan fonem ini /r/ menjadi
( Rec 24/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) fonem /l/.
lidah berdekatan. [mdari] >
[jn] [mdali].[j][d]
> [dn] [r] >[l].
7.Dalam pelafalan fonem
3.Dalam pelafalan fonem [r] [j] yaitu
yaitu [pabrI?] > [pablI?], [r]> [l]
konsonan
konsonan getarhambat letupalveolar,
apiko medio penutur
palatal, li?], [r]>[l],
[mri?] > [
sebagai konsonan lunak
tidak bisa melakukan pengartikulasian bersuara,
penutur
dengan tepat tidak
maka fonembisa [r] melakukan
berubah
pengartikulasian dengan
menjadi [l] yaitu konsonan samping tepat maka
fonem [j]
apiko alveolar.berubah menjadi fonem [d]
yaitu konsonan
4.Dalam pelafalan hambat fonem letup [c] apikoyaitu [kanca] >[kanta]. [c] >[t]
dental.
konsonan hambat letup medio palatal
keras tak bersuara, penutur tidak bisa
melakukan pengartikulasian dengan
tepat maka fonem [c] berubah menjadi
fonem [t] yaitu konsonan hambat letup
apiko dental tak bersuara.
108
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
109
8.Dalam melafalka fonem [c] yaitu [cahaya] > [saha], [c]>[s],
konsonan hambat letup medio palatal penghilangan fonem [] dan [a]
1 2 3 4 5 6 7 8 keras tak bersuara.9 penutur tidak dapat 10
melakukan proses artikulasi dengan
tepat sehingga [c] berubah menjadi
fonem [s] yaitu geser lamino alveolar tak
bersuara.
9.Hilangnya fonem [y] dan [a]
dikarenakan penutur tidak dapat
melakukan pengartikulasian dengan
tepat, maka kata cahaya dilafalkan
saha dengan menghilangkan fonem [y]
dan [a].
21. Pnm: Dek wingi nika nggih 1.Dalam pelafalan fonem [] yaitu Terjadi kesalahan kata
enten lale liki, lale medali konsonan hambat letup apiko palatal, [k] > [dk], [] >[d].
lune niku napa wingi,
noten, te penutur tidak bisa melakukan proses [lar] > [lal], [r] >[l].
nun bakal nama. artikulasi dengan tepat karena letak
( Rec 23/ Pnm/ 90/
pelafalan fonem // dan /d/ yang
22/07/2013) berdekatan maka yang terjadi fonem
// dilafalkan /d/yaitu konsonan letup
apiko dental bersuara.
2. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu
konsonan getar apiko alveolar, penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
110
3. Konsonan rangkap yang terdapat pada kata [mri?i] > [l?i], [r] >[l], hilangnya
mriki mengalami hilang fonem /m/ dan fonem [m]
perubahan fonem /r/ menjai fonem /l/ hal ini
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
disebabkan penutur tidak mampu melakukan
proses artikulasi fonem /m/ dan /r/
sehingga dilafalkan hilang fonem /m/
dan berubahnya fonem /r/ menjadi
fonem /l/.
4.Dalam melafalkan fonem [] yaitu [otn]> [notn] []> [n]
konsonan nasal darso- alveolar,
sedangkan dalam hal ini penutur tidak
bisa melakukan pengartikulasian dengan
tepat maka fonem [] berubah menjadi
[n] yaitu konsonan nasal apiko alveolar
bersuara.
5.Dalam melafalkan fonem [] yaitu [uwUn]> [nUn] []>[n],
konsonan nasal medio palatal, penghilanga fonem [
] dan [w]
Sedangkan kesalahan disebabkan karena
dalam melafalkan penutur tidak dapat
melakukan proses artikulasi dengan
tepat sehingga fonem [] berubah
menjadi [n] yaitu konsonan nasal apiko
alveolar bersuara.
6.Hilangnya fonem [u] dan fonem [w] ini
dikarenakan penutur tidak dapat
melakukan pengartikulasian dengan
tepat, maka kata nyuwun dilafalkan nun
dengan menghilangkan dua fonem
ditengah suku kata. Yaitu [u] dan [w].
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
111
7. Dalam melafalkan fonem [p] yaitu lun] [p]> [t],
[prlun] > [ t
konsonan habit letup bilabial, penutur
1 2 3 4 5 6 7 8 tidak dapat 9 melakukan proses 10
23 Rn:.ndadak ditali-tali mbah niku? 1. artikulasi denganfonem
Dalam pelafalan tepat[r]
sehingga
yaitu fonem Terjadi kesalahan kata
[p] berubah menjadi [t] yaitu konsonan
hambat letup apiko dental tak bersuara.
8. Hilangnya fonem [r] ini dikarenakan
penutur tidak dapat melakukan
pengartikulasian dengan tepat, maka
kata perlune dilafalkan telune dengan
menghilangkan fonem [r]
22. Krt : Awak ijen pun boten 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
duwe sinten-sinten, ibu bapak konsonan getar apiko alveolar, penutur [sumatra] >[sumatla]. [r] >[l].
pun boten enten sedelek sedaya tidak bisa melakukan pengartikulasian
boten enten. dengan tepat maka fonem [r] berubah
Rn : Lah, putrane? menjadi [l] yaitu konsonan samping
Krt : siji teng Sumatla. Kula apiko alveolar.
mung sebantang kara 2. Dalam pelafalan fonem [] yaitu [sr?] > [ sdl?]. [r]
( Rec 23/ Krt/ 82/ 22/07/2013) konsonan hambat letup apiko palatal, >[l], []> [d]
penutur tidak bisa melakukan proses
artikulasi dengan tepat karena letak
pelafalan fonem // dan /d/ yang
berdekatan maka yang terjadi fonem
// dilafalkan /d/yaitu konsonan letup
apiko dental bersuara.
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
112
Krtniki nek diangge padhane konsonan getar apiko alveolar, penutur [sampur] >[sampul]. [r] > [l].
kangge wadhah napa-napa ra sah tidak bisa melakukan pengartikulasian
kongkonan, niki sampul. dengan tepat maka fonem [r] berubah
1 ( Rec 23/ Krt/ 82/2 22/07/2013 3 4 5 6 7 8 menjadi [l] yaitu 9konsonan samping apiko 10
pelafalannya
alveolar. menjadi [c] konsonan hambat
24. letup medio-palatal tak bersuara.konsonan
Simbah I : ora jathil mbah? 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Krt: ola awake ki kaya lada konsonan getar apiko alveolar, penutur [ ora] > [ ola], [r] >[l]
piye ngana awake ki lemes, tidak bisa melakukan pengartikulasian [rad]> [lad], [r] > [l]
lemes piye ngana dengan tepat maka fonem [r] berubah
( Rec 23/ Krt/ 82/ 22/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
25. Rn: Simbah sampun danggu 1. Kesalahan pelafalan fonem /i/ yang Terjadi kesalahan kata
wonten mriki? beralofon /I/ dilafalkan /i/. Dalam [kalIh] > [kalih], [I] >[i].
Pnm: pun kalih taun. bahasa Jawa fonem /i/ mempunyai dua
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) alofon yaitu /i/ dan /I/.
26. Rn: boten tumut senam mbah 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Pnm:booten mawon, mlaku wis konsonan getar apiko alveolar, penutur [jirt]> [jilet ] [r] >[l]
jilet mawon? tidak bisa melakukan pengartikulasian
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/08/2013) dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
27. Pnm: La tekon nek tua mbokne. 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Angele uwong mesti to kanda nek konsonan getar apiko alveolar, penutur [aer] >[aele]. [r] > [l]
tua mbokne adine mbokne. Angele tidak bisa melakukan pengartikulasian [ora] > [la], [r] > [l]
uwong mesti to kandani ngana dengan tepat maka fonem [r] berubah
kuwi. menjadi [l] yaitu konsonan samping
Ttrm: salantaran bu.
apiko alveolar.
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/08/2013)
2. Dalam pelafalan fonem [] yaitu [ai] > [adi] []>[d]
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
113
hambat letup apiko palatal, penutur tidak
bisa melakukan pengartikulasian dengan
tepat maka fonem // dilafalkan /d/yaitu
1 2 3 4 5 6 7 8 konsonan letup apiko9 dental bersuara. 10
28. Rn: Mbah wau tumut nyanyi- 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
nyanyi boten mbah? konsonan getar apiko alveolar, penutur [riyIn] > [liyen], [r] >[l]
Pnm: Boten, liyen iseh enom yo tidak bisa melakukan pengartikulasian [ra]> [la], [r] > [l]
iso saiki la isa apa-apa. dengan tepat maka fonem [r] berubah
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
29. Pnm: denengan Islam? 1.Dalam pelafalan fonem [j] yaitu Terjadi kesalahan kata
Rn: Inggih mbah konsonan hambat letup medio palatal, [jenean] > [denengan], [j] >[d]
Pnm: Pada wae gusti Allah sebagai konsonan lunak bersuara,
( Rec 1/ Pnm/ 90/ 22/07/2013) penutur tidak bisa melakukan
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem [j] berubah menjadi fonem [d]
yaitu konsonan hambat letup apiko
dental.
30. Rn: Simbah wonten mriki remen 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
mbah? konsonan getar apiko alveolar, penutur [mi?iri] > [mi?ili], [r] >[l].
Tgm: Kula nek boten seneng ajeng tidak bisa melakukan pengartikulasian [ora] > [ola], [r] >[l].
mikili napa, maem tinggal njipuk dengan tepat maka fonem [r] berubah [turu] > [tulu], [r] >[l]
ola mikiri blanja adus tinggal menjadi [l] yaitu konsonan samping [kasUr]> [kasUl]> [r] >[l]
gebyur tulu kepenak kasul bantal
apiko alveolar. [slimut] > [climut] [s] >[c]
climut.( Rec 27/ Tgm/ 84/
2.Dalam pelafalan fonem [s] yaitu
24/07/2013)
konsonan geser lamino alveolar, penutur
tidak bisa melakukan pengartikulasian
dengan tepat maka fonem [s] berubah
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
114
31. Tgm: Boten onten, sedelek pun 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
boten ngaku. Keluarga nggih pun konsonan getar apiko alveolar, penutur [mri?i] >[mli?i]. [r] >[l].
kaping tiga neng nek boten tidak bisa melakukan pengartikulasian
1 diparinggi. Teng 2mliki nek boten 3 4 5 6 7 8 9 10
dengan tepat maka fonem [r] berubah
diaku lak boten ditiliki menjadi [l] yaitu konsonan samping
( Rec 27/ Tgm/ 84/ apiko alveolar.
24/07/2013) 2.Dalam pelafalan fonem [] yaitu
konsonan hambat letup apiko palatal, [sr?] > [ sdl?]. [r]
penutur tidak bisa melakukan >[l], []> [d]
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem // dilafalkan /d/yaitu konsonan
letup apiko dental bersuara.
3.Kesalahan pelafalan fonem /a/ yang [kulwarg]> [kluarga]
beralofon // dilafalkan /a/. Dipengaruhi
oleh serapan bahasa Indonesia.
Sedangkan dalam bahasa Jawa kata
kulawarga fonem /a/ di akhir suku kata
seharusnya dilafalkan dengan //
32. Smbh1: sapa mbah? 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
Tgm: Mbake APEL, nek la mbah konsonan getar apiko alveolar, penutur [a?per] >[apel]. [r] > [l], hilang
surip ya mbah ijah. tidak bisa melakukan pengartikulasian konsonan [?]
( Rec 27/ Tgm/ 84/ dengan tepat maka fonem [r] berubah
24/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
115
1.Hilangnya fonem [?] pada akronim
AKPER ini dikarenakan penutur tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 mampu melakukan 9 pengratikulasian 10
dengan tepat.
33. Rn: Niki napa mbah (menunjukan 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
gambar pare) konsonan getar apiko alveolar, penutur [ par] > [ pal], [r] >[l]
Krt: Apa ta ya? tidak bisa melakukan pengartikulasian
Rn: Pait mbah dengan tepat maka fonem [r] berubah
Krt: Lah pale paet. ( Rec 25/ Krt/ menjadi [l] yaitu konsonan samping
82/ 24/07/2013) apiko alveolar.
34. Rn: Niki mbah kewan napa? 1.Dalam pelafalan fonem [c] yaitu [toro] > [coro], [c] >[t]
(menunjukan gambar kecoak) konsonan hambat letup medium-palatal
Krt: toro ( Rec 25/ Krt/ 82/ tak bersuara penutur tidak bisa
24/07/2013) melakukan pengartikulasian dengan
tepat maka fonem [c] berubah
pelafalannya menjadi [t] konsonan
hambat letup apio dental.
35. Rn: Niki mbah saderenge 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [ mripat] > [ mlipat], [r] >[l]
ditanduri (menunjukan gambar konsonan getar apiko alveolar, penutur
mata) tidak bisa melakukan pengartikulasian
Krt: mlipat( Rec 24/ Krt/ 82/ dengan tepat maka fonem [r] berubah
25/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
116
36. Rn: Niki mbah napa mbah, riyen 1. Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
kanggep madangi, saderenge konsonan getar apiko alveolar, penutur [ sntir] > [sntel], [r] >[l].
lampu. Saking pring diparingi tidak bisa melakukan pengartikulasian [ blara?] > [ blala?10], [r] >[l].
1 2
gombal paringi minyak 3 4 5 6 7 8 9
dengan tepat maka fonem [r] berubah [ mubyar] > [mubyal], [r] >[l]
(menunjukan gambar obor) menjadi [l] yaitu konsonan samping [ncor]> [ ncol] [r]> [l]
Krt: Sentel.
apiko alveolar.
Rn: Sanes mbah obor
Krt: Obol lak anu blalak disumet
dianggo malaku iso mubyal-
mumbal.
Rn: Nek saking pring diseseli
gombal
Krt: oncol. ( Rec 24/ Krt/ 82/
25/07/2013)
37. Rn: Wonten kang sadean wonten 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
kang tumbas menika wonten pundi konsonan getar apiko alveolar, penutur [pasar] > [ pasal]. [r] >[l]
mbah? (menunjukan gambar tidak bisa melakukan pengartikulasian
pasar) dengan tepat maka fonem [r] berubah
Krt: pasal. ( Rec 24/ Krt/ 82/ menjadi [l] yaitu konsonan samping
25/07/2013) apiko alveolar.
38. Rn: Niki woh napa mbah, kulite 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
onten rine? (menunjukan gambar konsonan getar apiko alveolar, penutur [durn] >[duyn]. [r] > [y].
buah durian) tidak bisa melakukan pengartikulasian
Krt: Duyen. ( Rec 24/ Krt/ 82/ dengan tepat maka fonem [r] berubah
25/07/2013) menjadi [y] yaitu semi-vokal medio-
palatal
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
117
39. Rn: Kewan napa mbah nek nek 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
wulu kengeng tangan gatel konsonan getar apiko alveolar, penutur [ulr] >[ull]. [r] > [l].
(menunjukan ulat bulu) tidak bisa melakukan pengartikulasian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Krt: ulel.( Rec 24/ Krt/ 82/ dengan tepat maka fonem [r] berubah
25/07/2013) menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
40. Rn: Niki napa mbah wonten gen 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu
wayangan ingkang digesek-gesek konsonan getar apiko alveolar, penutur Terjadi kesalahan kata
nika tidak bisa melakukan pengartikulasian [rbab] > [lbab], [r] >[l].
Krt: Sing iso muni piye, mandholi dengan tepat maka fonem [r] berubah
napa nggih? menjadi [l] yaitu konsonan samping
Rn: Sanes rebab mbah.
apiko alveolar.
Krt: lebab.( Rec 24/ Krt/ 82/
25/07/2013)
41. Krt: Kula teng gampingan niku 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
dang pun dadi manten ku la tumut konsonan getar apiko alveolar, penutur [sapri?i]> [sapli?i]. [r] >[l].
bojo nganti sapliki.( Rec 24/ Krt/ tidak bisa melakukan pengartikulasian
82/ 25/07/2013) dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
42. Krt: Kula dadi lada neg kula boten 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
pulun. konsonan getar apiko alveolar, penutur [purUn] >[pulUn]. [r] > [l]
Rn: Kengeng napa mbah boten tidak bisa melakukan pengartikulasian [ora] >[ola]. [r] > [l]
purun? dengan tepat maka fonem [r] berubah
Krt: Mesakake anak kula anakku menjadi [l] yaitu konsonan samping
nek dioso-oso ola etuk.( Rec 24/
apiko alveolar.
Krt/ 82/ 25/07/2013) 2.Dalam pelafalan fonem [] yaitu [rn] >[lnd]. [r]> [l],
konsonan hambat letup apiko palatal, [] >[d]
penutur tidak bisa melakukan
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
118
Pengartikulasian dengan tepat maka
fonem // dilafalkan /d/yaitu konsonan
1 2 3 4 5 6 7 8 letup apiko dental bersuara.
9 10
43. Krt: Kula momong anak siji 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
lekasane. Kula nek awan konsonan getar apiko alveolar, penutur [r?asan] > [l?asan], [r]
ngoten golek plentong mati tidak bisa melakukan pengartikulasian >[l]
anak kula kula gendong ken dengan tepat maka fonem [r] berubah
damelake plentong mati kula
menjadi [l] yaitu konsonan samping
damel kula isa,
apiko alveolar.
Rn: simbah kok saged niku kang
ngajari sinten mbah? 2.Dalam pelafalan fonem [] yaitu
Krt: Bojo kula, lah lebal niku ge konsonan hambat letup apiko palatal,
maemi anak kula. Anakkula niku penutur tidak bisa melakukan [gno]> [gndo], [] >
nakal banet( Rec 24/ Krt/ 82/ pengartikulasian dengan tepat maka [d]
25/07/2013) fonem // dilafalkan /d/yaitu konsonan
letup apiko dental bersuara.
3.Dalam melafalkan fonem [] yaitu
konsonan nasal dorso-velar, Sedangkan
kesalahan disebabkan karena dalam [baet] >[banet] [] >[n]
melafalkan penutur tidak dapat
melakukan proses artikulasi dengan tepat
sehingga fonem [] berubah menjadi [n]
yaitu konsonan nasal apiko alveolar
bersuara.
44. Rn: Sekolah nganatos napa mbah? 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu [tntara] > [tntala], [r] >[l]
Krt: Ngantos teng gen tentala konsonan getar apiko alveolar, penutur [ja?arta] > [ja?alta], [r] >[l]
Rn: Saniki putrane dados tentara? tidak bisa melakukan pengartikulasian [sumatra] > [sumatla], [r] >[l]
Krt: Teng Jakalta eh.. teng Sumatla. dengan tepat maka fonem [r] berubah [rti] > [lti], [r] >[l]
Rn: Dados tentara?
menjadi [l] yaitu konsonan samping
Krt: Boten leti.
apiko alveolar.
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
119
( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013)
45. Krt: Kula pun omah dewe melu 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
1 malatua, bojo2kula niku 3 4 5 6 7 8 konsonan getar apiko
9 alveolar, penutur [mratua] > [mlatua],
10 [r]
ditlesnani kalo ibune, boten tidak bisa melakukan pengartikulasian >[l]
lunga-lunga. Kula wong desa dengan tepat maka fonem [r] berubah [ditrsnani] > [tlsnani], [r]
ola duwe, bojo kula piyayi
menjadi [l] yaitu konsonan samping >[l]
sugeh, pokoke aggele kula
apiko alveolar. [karo] > [kalo], [r] >[l]
ajeng bali ngetan ola oleh.
( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013) [ora] > [ola], [r] >[l]
[agr] > [agl], [r] >[l]
46. Rn: Kok simbah boten kundur 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
malih wonten Klaten? konsonan getar apiko alveolar, penutur [krasan] > [klasan], [r] >[l]
Krt:Boten klasan. tidak bisa melakukan pengartikulasian
( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013) dengan tepat maka fonem [r] berubah
menjadi [l] yaitu konsonan samping
apiko alveolar.
47. Rn: Simbah saking Klaten, simbah 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
kakung saking Gampingan, konsonan getar apiko alveolar, penutur [cah] >[tah]. [c] >[ t].
rumiyen simbah nyambut tidak bisa melakukan pengartikulasian [ri?i] >[li?i]. [r] > [l].
damel wonten Jogja napa? dengan tepat maka fonem [r] berubah [umur] >[umul]. [r] > [l].
Krt: Boten, kula namung golek menjadi [l] yaitu konsonan samping
uwuh. Rn:Saged kepanggih
apiko alveolar.
simbah kakung.
Krt: Tiyang sepuh, boten kados tah 2. Dalam pelafalan fonem [c] yaitu
sak niki tepungan-tepungan konsonan hambat letup medio palatal
kiambak. Nek liyen boten keras tak bersuara, penutur tidak bisa
angsal. Liki nggeh wedi. melakukan pengartikulasian dengan tepat
Rn:Simbah rumiyen nikah umur maka fonem [c] berubah menjadi fonem
pintan mbah. [t] yaitu konsonan hambat letup apiko
Krt: Umul pitulas. ( Rec 24/ Krt/ dental tak bersuara.
82/ 25/07/2013)
Tabel Lanjutan 5: Carta Data Analisis Kesalahan Fonem Bahasa Jawa Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit ABIYOSO
120
48 Krt: Wong kula umul telulas taun 1.Dalam pelafalan fonem [r] yaitu Terjadi kesalahan kata
pun di magangi uwong.ajeng konsonan getar apiko alveolar, penutur [umur] >[umul]. [r] > [l].
dikawin boten asal tidak bisa melakukan pengartikulasian [asal] >[asal] hilang fonem []
simbok kula sok nek wis gede wae. dengan tepat maka fonem [r] berubah [g] >[gd]. [] > [d].
Bakal bojo kula niku pun teng menjadi [l] yaitu konsonan samping [mriku] > [mliku], [r] >[l]
mliku mawon pun nunggoni kula.
apiko alveolar.
( Rec 24/ Krt/ 82/ 25/07/2013)
2.Dalam pelafalan fonem [] yaitu
konsonan hambat letup apiko palatal,
penutur tidak bisa melakukan
pengartikulasian dengan tepat maka
fonem // dilafalkan /d/yaitu konsonan
letup apiko dental bersuara.
3.Hilangnya fonem // yaitu konsonan
nasal darso-velar ini dikarenakan penutur
tidak mampu melakukan pengratikulasian
dengan tepat
Keterangan
> : dilafalkan
121
122
121
Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 til (0274) 550843, 548207 Fax. (0274) 548207
http://www.fbs.uny.ac.id//
FRMlFBS/33-01
10 Jan 2011
Kepada Yth.
Kepala Panti Trisna Werdha Abiyoso Pakem
Kami beritahukan dengan hormat bahwa mahasiswa kami dari Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta bermaksud akan mengadakan Observasi untuk memperoleh data
menyusun Tugas Akhir Skripsi (TAS)/Tugas Akhir Karya Seni (TAKS)/Tugas Akhir Bukan Skripsi
(TABS), dengan judul :
Untuk dapat terlaksananya maksud tersebut, kami mohon izin dan bantuan seperlunya.
Kepada Yth.
Gubernur Daerah lstimewa Yogyakarta
c.q. Kepala Biro Administrasi Pembangunan ..
Sekretariat Daerah Provinsi DIY
Kompleks Kepatihan-Danurejan, Yogyakarta 55213
Kami beritahukan dengan hormat bahwa mahasiswa kami dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Yogyakarta bermaksud mengadakan Penelitian untuk memperoleh data guna menyusun
Tugas Akhir Skripsi (TAS)/Tugas Akhir Karya Seni (TAKS)/Tugas Akhir Bukan Skripsi (TABS), dengan
judul:
ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN FONEM BAHASAjA WA PADA LANjUT USIA DI PANT! SOSIAL
TRESNA WERDA YOGYAKARTA UNITABIYOSO
Untuk dapat teriaksananya maksud tersebut, kami mahan izin dan bantuan seperlunya.
lVIengingat : 1. Peraturan Pemerintah I J 011101' 41 Tahun 2006, tentang Perizinan bagi Perquruan Tinggi Asing,
Lembaga Penelitian cion Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing dalarn
melakukan Kegitan Penelitian dan Penqembanqan di Indonesia:
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nornor 33 Tahun 2007. tentang Pedoman penyelenggaraan
Penelitian dan Penqembancan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Gubernllr Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2008, tentang Rincian Tugas dan
FlIngsi Satuan Organisasi cli lingkllngan Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
4. Peraturan oubernur Daerah lstirnewa Yoqyakarta Nornor 18 Tahun 2009 tentang Pecloman Pelayanan
Perizinan. Rekomendasi Pelaksanaan survel. Penelitian. Penclataan, Pengembangan, Pengkajian.
dan Studi Lapangan di Daerah Istimewa Yoqyakarta.
Dengan Ketentuan
Tembusan:
'I. Yth. Gubemur Daerah Istimewa Yoqyakarta (sebagai laporan);
2. Bupati Sleman, cq Bappeda
3. Ka. Dinas Sosial DIY
4. Dekan Fak. Bahasa clan Seni UNY
5. Yang Bersangkutan
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jalan Parasamya Nomor 1 Beran, Tridadi, Sleman, Yogyakarta 55511
Telepon (0274) 868800, Faksimilie (0274) 868800
Website: slernankab.qo.id, E-mail: bappeda@slemankab.go.id
SURAT IZIN
Nomor: 0701 Bappeda 1 1965 1 2013
TENTANG
PENELITlAN
KEPALABADANPERENCANAANPEMBANGUNANDAERAH
Dasar Keputusan Bupati Sleman Nornor : 55/Kep,KDH/A/2003 tentang lzin Kuliah Kerja Nyata, Praktek
Kerja Lapangan, dan Penelitian.
__ M_enunjuk Surat dari Sekretariat DaerallEenJe.LultahJ2..Qf:xah Daerah Istimewa, Ycgyakarta - - - ~~ --
Nornor : 070/46181V 15/2013 Tanggal ,.: 29 Mei 2013
Hal : Izin Penelitian
MENGIZINKAN :
Kepada
Nama RINI RAHAYU NUR HIDAYATI
No.MhsINIMINIPINIK 08205244084
Program/Tingkat Sl
Instansi/Perguruan Tinggi Universitas Negeri Yogyakarta
Alamat instansi/Perguruan Tinggi Karangmalang, Yogyakarta 55281
Alamat Rurnah Kernloko, Margorejo, Tempel, S lernan, Y ogyakarta
No. Telp 1 HP 08562859077
Untuk Mengadakan Penclitian 1 Pra Survey 1 Uji Validitas I PKL dengan judul
ANALrSTS KESALAHAN PELAFALAN FONEM BAHASA JAWA PAOA
LANJUT USIA 01 PANTI SOSIAL TRESNA WEROHA YOGYAKARTA UNIT
ABIYOSO
Lokasi PSTW Unit Abiyoso Yogyakarta
Waktu Selama 3 bulan mulai tanggal: 29 Mei 2013 sid 29 Agustus 2013
Dengan ketentuan sebagai berikut : .
l . Wajib melapor diri kepada Pejabat Pemerintah setempat (Camat/ Kepala Desa) a/au Kepala Instansi untuk
mendapat petunjuk seperlunya.
2. Wajib menjaga tata tertib dan mentaati ketentuan-ketentuan setempat yang berlaku.
3, Izin tidak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan di luar yang direkomendasikan.
4, Wajib menyampaikan laporan hasil penelitian berupa } (satu) CD format PDF kepada Bupati diserahkan
melalui Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
5. Izin ini dapat dibatalkan sewaktu-waktu apabila tidak dipenuhi ketentuan-ketentuan di atas.
Demikian ijin ini dikeluarkan untuk digunakan sebagaimana mestinya, diharapkan pejabat pemerintah/non
pemerintah setempat memberikan bantuan seperlunya.
Setelah selesai pelaksanaan penelitian Saudara wajib menyampaikan laporan kepada kami 1 (satu) bulan
setelah berakhirnya penelitian.
Dikeluarkan di Slernan
Pad a Tanggal : 30 Mei 2013
Tembusan : a.n, Kepala Badan Perencanaan.Pernbangunan D.a.e.ulUJ.h_~__
SURAT KETERANGAN
NOMOR: 0731o.3.L
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
menerangkan bahwa
Nama RINI RAHA YU NUR HIDA YATI
No. Mahasiswa 08205244084
Fakultas/Universitas Fakultas Bahasadan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Telah melaksanakan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Abiyoso
terhitung mulai 29 Mei 2013 s.d 29 Agustus 2013 denganjudul ." Analisis Kesalahan
Pelafalan Fonem Bahasa Jaw-a pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogykarta
Unit Abiyoso ".
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.