Anda di halaman 1dari 206

PERBEDAAN DIALEK SUNDA

DI DESA SURUSUNDA KECAMATAN KARANGPUCUNG DENGAN


DIALEK SUNDA DI DESA MAJINGKLAK KECAMATAN WANAREJA
KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat


Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
SIGIT ANDI PRASETYA DINATA
1201040009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

i
PERSETUJUAN

Skripsi berjudul

PERBEDAAN DIALEK SUNDA DI DESA SURUSUNDA KECAMATAN


KARANGPUCUNG DENGAN DIALEK SUNDA DI DESA MAJINGKLAK
KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

oleh:

SIGIT ANDI PRASETYA DINATA


1201040009

pada Jumat, 2 Agustus 2016 telah diperika dan disetujui oleh Dosen
Pembimbing untuk diujikan dan dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Mengetahui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra.Tutut Tugiati, M. Hum. Dra. Sri Utorowati, M.Pd.


NIP 19590817 198703 2 002 NIK 2160059

ii
PENGESAHAN

Skripsi berjudul

PERBEDAAN DIALEK SUNDA DI DESA SURUSUNDA KECAMATAN


KARANGPUCUNG DENGAN DIALEK SUNDA DI DESA MAJINGKLAK
KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

disiapkan dan disusun oleh:

SIGIT ANDI PRASETYA DINATA


1201040009

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada Jumat, 12 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk diterima sebagai kelengkapan mendapat gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Pembimbing

1. Dra. Tutut Tugiati, M. Hum. …………


NIP 19590817 198703 2 002

2. Dra. Sri Utorowati, M. Pd. …………


NIK 2160059

Penguji

1. Dr. H. Kuntoro, M.Hum. …………


NIP 19570901 198303 1 004

2. Drs. Eko Suroso, M.Pd. …………


NIK 2160103

Purwokerto, 12 Agustus 2016


Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan
Dekan,

Drs. H. Pudiyono, M.Hum.


NIP 19560508 198603 1 003

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


nama : SIGIT ANDI PRASETYA DINATA
Nim : 1201040009
Program Studi : Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
menyusun skripsi dengan judul:

PERBEDAAN DIALEK SUNDA DI DESA SURUSUNDA KECAMATAN


KARANGPUCUNG DENGAN DIALEK SUNDA DI DESA MAJINGKLAK
KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya
sendiri dan bukan dibuatkan oleh orang lain. Apabila ternyata ini tidak benar, maka
saya berhak menerima sanksi.

Purwokerto, 12 Agustus 2016


Yang menyatakan

SIGIT ANDI PRASETYA DINATA


NIM 1201040009

iv
MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah

dalam menghadapi cobaan, jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam

ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain karena

hidup hanya sekali. Ingat hanya kepada Allah apapun dan di manapun kita berada

kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

v
PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa dan atas
dukungan dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya mengucapkan
rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Allah yang Maha Kuasa karena hanya atasa izin dan karunia-Nyalah maka
skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak
terhingga pada Tuhan Penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala
doa.
2. Bapak dan ibu saya (Bapak Taryanto dan Ibu Karsini) yang telah memberikan
dukungan moral maupun material serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan
saya karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusus
selain doa yang terucap dari bapak dan ibu. Ucapan terima kasih saja mungkin
tidak akan cukup untuk membalas kebaikan bapak dan ibu, karena itu terimalah
persembahan bakti dan cintaku untuk bapak ibu.
3. Kakak saya (Arif) yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum
dan doanya untuk keberhasilan ini, dukungan dan doa yang selalu engkau
lantunkan memberikan kobaran semangat yang menggebu bagi saya, terima
kasih kakak.
4. Sahabat dan teman seperjuangan, keluarga VIII. A, keluarga PBSI angkatan
2012, terima kasih saya ucapkan untuk teman-teman semua, tanpa semangat,
dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin aku sampai disini, terima
kasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan untuk kita lewati bersama dan
terima kasih untuk kenangan manis yang telah kita ukir selama ini.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas keagungan Allah SWT yang telah
menunjukkan kuasa-Nya dengan memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Perbedaan Dialek
Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dengan Dialek Sunda di
Desa Majingklak Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap ini untuk memenuhi
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan dapat terselesaikan dengan
baik. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut serta membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
1. Dra. Tutut Tugiati, M. Hum., pembimbing I yang telah dengan sabar
mengarahkan dan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Sri Utorowati, M. Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
4. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini.

Mudah-mudahan semua pihak yang turut serta membantu terselesaikannya


skripsi ini mendapat imbalan dari Allah SWT. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purwokerto, Agustus 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii


DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Penelitian yang Relevan .............................................. 11
B. Bahasa ......................................................................................... 13
1. Pengertian Bahasa ............................................................... 13
2. Fungsi Bahasa ..................................................................... 15
3. Ragam Bahasa ..................................................................... 16
a. Variasi dari Segi Penutur ............................................. 18
b. Variasi dari Segi Pemakaian ........................................ 20
c. Variasi dari Segi Keformalan ...................................... 20
d. Variasi dari Segi Sarana ............................................... 21
C. Bahasa Sunda .............................................................................. 21
D. Dialektologi ............................................................................... 24
1. Pengertian Dialektologi ...................................................... 24
2. Dialektologi dan Geografi .................................................. 25
E. Dialek .......................................................................................... 25
1. Pengertian Dialek ................................................................. 25
2. Pembeda Dialek ................................................................... 26
F. Dialek Sunda di Kabupaten Cilacap .......................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 31
B. Data dan Sumber Data ............................................................... 32
1. Data ..................................................................................... 32
2. Sumber Data ....................................................................... 32
C. Tahan Penelitian ........................................................................ 33
1. Tahap Penyediaan Data ........................................................ 33
2. Tahap Analisis Data ............................................................. 36
3. Tahap Penyajian Hasil Analisi Data .................................... 37
D. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................... 38
E. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data .......................................... 34
1. Tempat Penelitian ............................................................... 38
2. Waktu Penelitian ................................................................. 38

viii
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Perbedaan Kosakata Dialek Sunda di Desa Surusunda
Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan
Wanareja .................................................................................... 39
1. Perbedaan Fonologis ........................................................... 39
a. Penambahan Fonem ..................................................... 39
b. Penghilangan Fonem ................................................... 45
2. Perbedaan Semantis ............................................................ 53
a. Sinonim (Pemberian nama yang berbeda untuk
lambang yang sama di beberapa tempat yang berbeda) 54
b. Homonim (pemberian nama yang sama untuk hal
yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda) ......... 147
B. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Kosakata dan Pelafalan
Dialek Sunda di Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung
dan Di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja ........................ 148
1. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami
percampuran dengan bahasa Jawa di Desa Surusunda
Kecamatan Karangpucung .................................................. 150
2. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami
percampuran dengan Bahasa Jawa di Desa Majingklak
Kecamatan Wanareja .......................................................... 152

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 153
B. Saran ........................................................................................... 154

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 155


LAMPIRAN ................................................................................................... 156

ix
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Data Protesis yang disertai penambahan fonem diawal kata .............. 42
Tabel 4.2 Data Epentesis yang disertai penambahan fonem di tengah
kata .................................................................................................... 44
Tabel 4.3 Data Paragog yang disertai penambahan fonem di akhir
kata .................................................................................................... 45
Tabel 4.4 Data Afaresis (Penghilangan fonem di awal kata) .............................. 47
Tabel 4.5 Data Sinkop (Penghilangan fonem di tengah kata) ............................. 48
Tabel 4.6 Data Apokop (Penghilangan fonem di akhir kata) .............................. 49
Tabel 4.7 Data Kontraksi .................................................................................... 52
Tabel 4.8 Data Matatesis ..................................................................................... 53

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung


Dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil
Penelitian) ...................................................................................... 171
Lampiran 2. Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda
Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak
Kecamatan Wanareja ..................................................................... 174
Lampiran 3. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah
mengalami percampuran dengan bahasa Jawa di Desa
Surusunda Kecamatan Karangpucung ........................................... 184
Lampiran 4. Peta Kabupaten Cilacap ................................................................ 186
Lampiran 5. Peta Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap ...................... 187
Lampiran 6. Biodata Informan ............................................................................ 189

xi
ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Perbedaan Dialek Sunda di Desa Surusunda


Kecamatan Karangpucung dengan Dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan
Wanareja Kabupaten Cilacap bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kosakata
dasar dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Dilek Sunda di
Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan mendeskripsikan faktor yang
mempengaruhi perbedaan munculnya perbedaan kosakata dan pelafalan dialek
Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak
Kecamatan Wanareja. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa tuturan yang
diambil langsung dari penutur asli daerah penelitian yaitu dan Desa Surusunda
Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja yang terdiri
dari 13 macam kosakata. (1) bagian tubuh manusia, (2) kata ganti, (3) sitem
kekerabatan, (4) rumah dan bagian-bagiannya, (5) waktu, musim, keadaan alam,
benda alam, dan arah, (6) pakaian dan perhiasan, (7) jabatan, pemerintahan desa dan
pekerjaan, (8) (binatang dan hewan, (9) tumbuh-tumbuhan, bagian buah, dan hasil
olahannya, (10) aktivitas, (11) penyakit, (12) bilangan dan ukuran, (13) adat istiadat.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penyediaan data, pengumpulan data, dan
hasil analisis pengumpulan data, Tahap penyediaan data menggunakan metode cakap
dengan taknik pancing, teknik lanjutan cakap semuka, teknik lanjut catat dan teknik
lanjut rekam. Hasil penelitian ini meliputi: (1) perbedaan kosakata dialek Sunda di
Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan di Desa Majingklak Kecamatan
Wanareja, perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologis dan perbedaan semantis.
Perbedaan fonologis terdiri dari penambahan fonem dan penghilangan fonem.
Penambahan fonem dibedakan menjadi tiga yaitu, protesis, epentesis, dan paragog.
Penghilangan fonem juga dibedakan menjadi tiga yaitu, afaresis, sinkop, dan apokop.
Perbedaan semantis terdiri dari sinonim dan homonim (2) faktor yang mempengaruhi
perbedaan kosakata dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan
Dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, meliputi beberapa faktor:
Faktor geografis (daerah penelitian berdekatan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan
Provinsi Jawa Barat). Faktor sejarah turun temurunnya adat istiadat Sunda dari jaman
dahulu. Faktor perubahnya kependudukan warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
(mengalami migrasi).

Kata Kunci: Kosakata Dasar, dialek, penelitian deskriptif komparatif, fonem

xii
ABSTRACT

The study, entitled Sundanese Dialect Differences between in Surusunda


village of Karangpucung Subdistrict and in Majingklak village of Wanareja
Subdistrict Cilacap, aims to describe the differences of the basic vocabulary of the
Sundanese dialects and to describe the factors affecting differences in the appearance
ofdifferent Sundanese dialect vocabulary and pronunciation in the research areas.
This research-method is comparative descriptive study. The data used in this research
is a form ofspeech data taken directly from native speakers in the village research
areas, consisting of 13 kinds of vocabulary. (1) part of the human body, (2) pronoun,
(3) kinship system, (4) house and its parts, (5) the time, the season, the state of
nature, natural objects, and directions, (6) clothes and jewelry , (7) positions, village
administration and work, (8) pets and animals, (9) plants, part of the fruit, and
processed products, (10) activities, (11) disease, (12) the number and size, (13)
customs. This study consists of three phases, namely the provision of data, data
collection, and analysis results of data collection, the phase of data provision used
conversation methods of triggery technique, advance technique of lecturing, advance
technique of noting and advance technique of recording. The results of this study are:
(1) differences in the vocabulary in both places include the differences in
phonological and semantic. The difference in phonological comprises phonemes
addition and phonemes omission. Phonemes addition can be divided into three,
namely, prothesis, epenthesis, arrd paragog Disappearance of phonemes is also
divided into three namely, aphaeresis, syncope, and apocope. Semantic difference
consists of synonyms and homonyms (2) factors affecting differences in vocabulary
dialect in those villages are: geography factor (the study area was adjacent to the
Central Java province to West Java Province). History factor was Sundanese
generation customs of antiquity. The changing factor was the resident population of
Cilacap, Central Java (experienced migration).

Keywords: Basic Vocabulary, Dialect, Comparative Descriptive Research, Phoneme

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia

lahir sudah dibekali akal yang makhluk hidup lain tidak memilikinya serta manusia

dibekali lata ucap dalam dirinya untuk memudahkannya berbicara. Manusia

merupakan makhluk hidup yang tidak bisa hidup secara individual. Manusia selalu

membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi satu dengan lainnya, manusia

melakukan interaksi dengan menggunakan bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan

sebuah alat untuk mempermudah dalam berinteraksi, bekerja maupun bersosialisasi

satu dengan lainnya. Bahasa yang ada di Indonesia sangatlah beragam, keragaman

tersebut dapat dilihat dari banyaknya daerah-daerah yang ada di Indonesia.

Keragaman bahasa tersebut dipengaruhi oleh budaya yang ada dari setiap

daerah yang ada di Indonesia. Kebudayaan yang ada dapat dilihat dari keragaman

budaya, suku bangsa, adat istiadat, kesenian daerah dan bahasa daerah. Keragaman

bahasa yang dimiliki negara Indonesia sangatlah banyak, dengan banyaknya bahasa

yang ada di negara ini sudah pasti bahasa yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda

serta mempunyai kosakata, arti, makna dan ciri pembeda tersendiri sebagai bukti

keragaman bahasa dari setiap daerah. Faktor perbedaan tempat dari setiap daerah

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perbedaan sebuah dialek. Perbedaan

sebuah dialek merupakan sebuah fenomena yang unik, fenomena tersebut dapat kita

lihat dari setiap daerah yang memiliki perbedaan atau keragaman bahasa yang

1
2

berbeda-beda. Salah satu bukti perbedaan dialek terdapat pada dialek bahasa Sunda

yang ada di kabupaten Cilacap.

Perbedaan sebuah dialek dapat dibedakan melalui sebuah perbatasan jalan

maupun sungai yang memisahkan satu tempat dengan tempat lainnya, dapat

dibuktikan pada dialek Sunda di Banjar Patroman dan Tasikmalaya yang digunakan

oleh masyarakat Jawa Barat juga digunakan oleh warga masyarakat di Cilacap

bagian Barat, yaitu di Kecamatan Dayeuhluhur, Kecamatan Wanareja, Kecamatan

Cimanggu, Kecamatan Karangpucung, Kecamatan Majenang, Kecamatan Wanareja,

Kecamatan Patimuan dan Kecamatan Brebes. Delapan kecamatan tersebut

merupakan daerah-daerah sekitar perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat.

Kenyataanya yang sebenarnya, keenam kecamatan tersebut masuk ke dalam Provinsi

Jawa Tengah yang sudah kita tahu bahwa masyaraktnya mayoritas berbahasa Jawa.

Bahasa yang digunakan oleh warga mayarakat dari delapan kecamatan tersebut

adalah bahasa Sunda dan Jawa (campuran), tetapi dengan letak tempat yang berbeda

dan mayoritas warga masyarakat Jawa tengah itu berbahasa Jawa maka dialek yang

ada di dalam delapan kecamatan tersebut juga masih ada campuran antara dialek

Sunda dan dialek Jawa. Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat hanya dipisahkan

oleh Sungai Citanduy yang ukuran tidak terlalu besar untuk ukuran suatu berbatasan

dan itu memungkinkan sekali jika warga masyarakat sekitar perbatasan masih

dominan berkomunikasi dengan dialek yang sama yaitu dialek bahasa Sunda.

Fenomena pertama yang melandasi penelitian ini ialah, peneliti pergi ke tempat

saudara yang berada di daerah Wanareja tepatnya Desa Majingklak dan beberapa

waktu sebelumnya peneliti juga sempat berkunjung ke tempat teman SMA di daerah

Karangpucung tepatnya Desa Surusunda. Ketika peneliti berbicara dengan beberapa


3

saudara yang ada di Desa Majingklak peneliti mengamati ada beberapa kosakata

yang mempunyai perbedaan arti, seperti pada kata [sare] yang artinya (tidur) dalam

dialek Wanareja berbeda lagi dengan dialek di daerah Karangpucung, di daerah

Karangpucung kata (tidur) mempunyai arti [pineh]. Kedua kata tersebut memiliki arti

yang berbeda dan merupakan sebuah fenomena yang menarik jika diteliti. Peneliti

berasumsi bahwa di Desa Majingklak dan Surusunda meliki banyak perbedaan

kosakata. Peneliti beranggapan bahwa perbedaan-perbedaan kosakata yang terdapat

di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja bisa diteliti dan bisa dijadikan sebuah penlitian dialektologi.

Fenomena kedua, Peneliti mengamati percakapan antara pedagang warung

makan di Kecamatan Karangpucung dengan sodara peneliti yang berasal dari Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Ketika pedagang menawarkan menu masakan

dengan kata [celem] dan peneliti mengetahui bahwa di Desa Majingklak kata

masakan mempunyai arti [angen]. Setelah mengamati percakapan tersebut peneliti

menemukan kosakata yang berbeda antara Kecamatan Wanareja dengan Kecamatan

Majingklak yaitu pada kata [celem] dan [angen] yang mempunyai arti masakan.

Setelah peneliti menyakan langsung kepada pedagang warung makan tersbut,

memang benar kata masakan di Kecamatan Karangpucung sudah disepakati oleh

masyarakat di daerah tersebut bahwasanya mempunyai arti [angen]. Perbedaan

kosakata tersebut membuktikan lagi bahwa antara Kecamatan Wanareja dengan

Kecamatan Karangpucung memiliki perbedaan kosakata.

Fenomena ketiga, fenomena ketiga pada saat peneliti berbicara dengan

masyarakat asli penduduk Kecamatan Wanareja khusunya Desa Majingklak. Penleiti

sedikit memancing obrolan dengan menggunakan kosakata bahasa Sunda Kecamatan


4

Karangpucung yaitu dengan mengucapkan kata [sia] yang berarti (kamu).

Masyarakat Kecamatan wanareja menjelaskan dan membenarkan bahwa di daerah

tersebut tidak menyepakati penggunaan kata [sia] tetapi masyarakat menyepakati

kata (kamu) artinya [maneh], alasannya kata [sia] tergolong kata yang kasar.

Fenomena perbedaan kosakata yang terjadi di dua kecamatan tersebut semakin

memperjelas bahwa banyak terjadi perbedaan kosakata yang bisa diteliti. Peneliti

beranggapan fenomena kata [sia] yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan

Karangpucung dan kata [maneh] yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan

Wanareja disebabkan oleh berdekatannya Kecamatan Wanareja dengan Perbetasan

Jawa Barat yang sudah kita tahu bahwa Masayarakat Jawa Barat memiliki

penggunaan bahasa Sunda yang sangat kental.

Fenomena keempat, peneliti kembali menemukan perbedaan kosakata pada

kata [beteng]. Kata [beteng] pada dialek Sunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti (sembuh dari sakit), sedangkan di Kecamatan Wanareja kata

[beteng] mempunyai arti (perut). Dari perbedaan arti kata tersebut dapat dilihat

bahwa Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja memiliki perbedaan

yang sangat mencolok. Perbedaan-perbedaan kosakata tersebut saling disepakati oleh

masyarakat di dua kecamatan tersebut dan masyarakat menggunakannya dalam

kehiiudpan sehari-hari. Peneliti menyimpulkan bahwa bahasa Sunda di Kecamatan

Krangpucung dan Kecamatan Wanareja dapat diteliti karena peneliti menemukan

beberapa contoh kosakata yang berbeda dan arti kosakata yang berbeda. Peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh dengan adanya fenomena yang terjadi.

Fenomena tersebut merupakan sebuah keunikan tersendiri yang ada di dialek

Sunda Kabupaten Cilacap. Selain itu perlu kita ketahui bersama bahwa Kabupaten
5

Cilacap merupakan kabupaten yang mayoritas penggunaan bahasanya adalah bahasa

Jawa, tetapi dalam kenyataan sebenarnya penggunaan bahasa Sunda juga masih

kental, bisa disimpulkan bahwa Kabupaten Cilacap memiliki dua bahas yaitu bahasa

Jawa dan bahasa Sunada. Penulis tertarik dengan fenomena yang muncul dalam

perbedaan dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Dialek Sunda

Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap untuk diteliti lebih

jauh. Berdasarkan fenomena di atas penulis termotivasi untuk meneliti perbedaan

penggunaan kosakata dasar yang ada di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan

Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung tersebut untuk diperbandingkan dengan

menggunakan kajian Dialektologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perbedaan kosakata dasar dialek Sunda di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung, dan di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi perbedaan kosakata dasar Sunda di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan di Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang ditetapkan dan

jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian. Tujuan penelitian menggambarkan


6

hasil dari rumusan masalah yang sudah diajukan. Jadi tujuan penelitian merupakan

sebuah hasil yang harus dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian

berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada, yaitu:

1. Mendeskripsikan perbedaan penggunaan kosakata dasar dialek Sunda di

Kecamatan Karangpucung Desa Surusunda dan Kecamatan Wanareja Desa

Majingklak.

2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi perbedaan kosakata dasar dialek

Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini mampu memberi pemahaman dan pengetahuan baru mengenai

dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja. Memperkaya khasanah dialektologi di Indonesia, khususnya

dalam upaya pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai sebagai salah satu upaya pengembangan dan

pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Sunda. Hasil

penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap dialek Sunda yang berkembang

di Kabupaten Cilacap khususnya Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan

Wanareja sebagai tempat penelitian. Selain itu penelitian ini memberikan informasi

tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan umum daerah

penelitian, keadaan kosakata di daerah penelitian, variasi unsur-unsur bahasa Sunda


7

yang digunakan di kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja Kabupaten

Cilacap.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pemahaman bahwa bahasa Sunda masih ada dan masih termasuk

dalam bahasa daerah di Indonesia.

b. Dapat menjadi referensi untuk penelitian ke depannya.

c. Memberi pemahaman bahwa ada perbedaan kosakata-kosakata anatara dialek

Sunda di Kecamatan Karangpucung dengan Kecamatan Wanareja, dengan

begitu harapan kedepannya masyarakat asli ataupun pendatang mampu

menggunakan dialek Sunda yang jelas dan tepat.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas V bab. Bab pertama

menjelaskan gambaran awal tentang apa yang akan diteliti, untuk apa dan mengapa

penelitian ini dilakukan. Bab pertama yang diawali dengan pendahuluan yang

menjelaskan latar belakang masalah. Di dalam latar belakang masalah dijelaskan

bagaimana permasalahan yang mendasari permasalahan yang akan diteliti. Di dalam

latar belakang ini dipaparkan secara singkat teori dan penemuan fenomena yang

terkait dengan pokok masalah yang akan diteliti. Setelah latar belakang, dilanjutkan

dengan rumusan masalah. Rumusan masalah berisi tentang permasalahan-

permasalahn yang nantinya akan dijlaskan secara rinci dalam bab empat. Kemudian,

diuraikan juga tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan-tujuan yang akan dicapai
8

dalam penelitian ini. Setelah tujuan penelitian, dilanjutkan dengan manfaat

penelitian. Dalam manfaat penelitian ini dijelaskan tentang manfaat penelitian secara

praktis dan teorietis, Yang terakhir adalah sistematika penulisan ini menjabarkan

tentang sistematika dalam menyusun sebuah penelitian yang akan dilakukan.

Bab kedua berisi penelitian yang relevan dan landasan teori. Penelitian relevan

dicantumkan dengan tujuan untuk membandingkan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti dengan penelitian yang sudah ada atau yang pernah dilakukan oleh

peneliti lainnya. Selanjutnya, landasan teori yang di dalamnya terdapat pengertian

bahasa, fungsi bahasa, ragam bahasa, dialektologi, dialektologi dan geografi, dialek,

dasar perbandingan dialek, dialek Sunda di Kabupaten Cilacap, Bahasa Sunda. Selain

itu landasan teori menjelaskan teori-teori yang mendukung penelitian yang akan

dilakukan dan juga menjadikan referensi untuk menunjang penelitian ini.

Bab ketiga berisi metodologi penelitian. Dalam bab ketiga ini dijelaskan

metode penelitian, tahap penelitian, tahap penyediaan data, tahap analisis data, tahap

penyajian hasil analisis data, tempat dan waktu penelitian dan selanjutnya data dan

sumber data. Metode Penelitian, metode penelitian menggunakan metode deskriptif

komparatif. Selanjutnya Tahap penelitian, tahap penelitian berupa mendeskripsikan

perbedaan fonologis dan semantis, tahap penelitian terbagi menjadi tiga yaitu (a)

tahap penyediaan data (b) analisis data, (c) tahap penyusunan analisis data. Dalam

tahap penyediaan data menggunakan metode cakap (wawancara), teknik yang

digunakan adalah teknik dasar dan teknik lanjutan, teknik lanjutan dibagi menjadi

tiga bagian yaitu (a) teknik lanjut cakap semuka, (b) teknik lanjut catat, (c) teknik

lanjut rekam. Dalam tahap analisis data metode yang digunakan adalah metode

padan dan agih, lalu teknik dasar dalam metode padan menggunakan teknik pilih
9

unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutannya menggunakan teknik hubung

membandingkan (HBB). Selanjutnya ada tahap hasil analisis data, dalam tahap ini

uraian hasil analisis yang telah dilakukan. Selanjutnya pada tempat dan waktu

penelitian ini dijelaskan tempat yang akan menjadi sumber penelitian yang akan

diteliti dan waktu penelitian yang akan dilaksanakan. Selanjutnya data dan sumber

data. Data, merupakan daftar tanya yang akan ditanyakan kepada informan di kedua

tempat penelitian untuk diperbandingkan, daftar tanya dibagi menjadi 13 bagian.

Sumber Data, sumber data yang digunakan adalah informan dari kedua tempat

peneltiian, setiap tempat penelitian berjumlah tiga orang informan.

Bab empat berisi hasil dan pembahasan. Tujuan pembahasan ini adalah

menjawab masalah yang telah dirumusakan oleh peneliti. Pada bab empat, data

penelitian yang telah diperoleh dianalisis secara rinci. Hasil data penelitian

perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Wanareja dan kecamatan

Karangpucung dianalisis secara jelas dan tepat dengan metode deskriptif komparatif

dengan melihat rumusan masalah yang diajukan yaitu bagaimana perbedaan kosakata

dialek Sunda di Kecamatan Karangpucung, khususnya di Desa Surusunda dan

Kecamatan Wanareja, khususnya di Desa Majingklak dan rumusan kedua yaitu

Faktor apakah yang mempengaruhi perbedaan kosakata dialek Sunda di Kecamatan

Karangpucung, khususnya di Desa Surusunda dan Kecamatan Wanareja khususnya

di Desa Majingklak, maka dengan metode deskriptif komparatif peneliti mampu

mendeskripsikan secara keseluruhan semua rumusan masalah yang diajukan.

Bab lima berisi penutup. Pada bab ini berisi simpulan dari keseluruhan

penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Isi simpulan

tersebut berkaitan langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Simpulan juga ditarik dari hasil pembahasan, simpulan penelitian merangkum hasil
10

analisis yang telah diuraikan secara lengkap dalam pembahasan. Selain itu, bab ini

juga memuat saran yang bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan

simpulan hasil penelitian.


11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang membahas tentang dialek sudah sudah ada beberapa

tahun yang lalu. Penelitian yang dimaksud ialah penelitian yang sudah meneliti

bahasa dialek Sunda atau kasus-kasus penelitian hampir mirip dengan penelitian

yang akan penulis lakukan, tetapi peneliti meyakini bahwa penelitian yang penulis

akan lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah ada atau yang penulis

cantumkan sebagai penelitian relevan. Penelitian yang sudah ada yaitu pada tahun

2010 dan 2015 yang mengangkat judul:

1. Penelitian yang diambil sebagai penelitian relevan berjudul: Studi


Komparatif Penggunaan Dialek Sunda di Kecamatan Cimanggu dengan
Dialek Sunda di Kecamatan Dayeh Luhur (kajian dialektologi)

Penelitian diatas adalah penelitian yang ditulis oleh Linawati dari FKIP UMP.

Penelitian yang ditulis oleh Linawati merupakan penelitian dialektologi yang

membahas bidang fonologis dan semantis, penelitian ini dilakukan di Kecamatan

Cimanggu dan Kecamatan Dayeh Luhur. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh

Linawati dengan penelitian yang penulis ajukan adalah pada bagian tempat

penelitian, tempat penelitian yang dilakukan oleh Linawati merupakan tempat yang

warga masyarakatnya masih murni menggunakan bahasa Sunda, jika penelitian yang

akan penulis ajukan dilakukan di tempat yang warga masyarakatnya mempunyai dua

bahasa yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Penulis meyakini penelitian yang

dilakukan oleh Linawati dengan Penulis berbeda.

11
12

2. Selain penelitian yang ditulis oleh Linawati, peneliti juga mengambil


penelitian lainnya dengan judul: Perbedaan Fonologis dan Semantis Dialek
Perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas

Penelitian diatas merupakan penelitian yang ditulis oleh Yeni Arista dari FKIP

UMP pada tahun 2015. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Arista melakukan

penelitian di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas dan dalam penelitiannya

hanya meneliti dialek dari segi fonologis dan semantisnya saja. Persamaannya hanya

sama-sama membahas bidang fonologis dan semantis, tetapi penulis juga membahas

tentang faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan dialek Sunda di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dengan Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja.

Penulis meyakini bahwa penelitian yang peneliti ajukan ini berbeda dengan

penelitian sebelum-sebelumnya yang sudah dilakukan. Jika penelitian sebelumnya

melakukan penelitian di tempat yang memliki bahasa yang sama beda lagi dengan

penelitian yang penulis ajukan. Tempat yang akan menjadi tempat penelitian itu

masih memiliki dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa. Jika penelitian yang sudah

ada meneliti daerah yang mempunyai bahasa yang sama, sama-sama bahasa Sunda

atau sama-sama bahasa Jawa, tetapi penelitian yang penulis ajukan dilakukan di

tempat yang memiliki dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa, tetapi penulis tetap

memfokuskan penelitian di bahasa Sunda sesuai judul yang diajukan, dengan begitu

penelitian yang penulis ajukan tidak akan mengalami kesamaan isi dengan penelitian

yang sebelumnya atau yang sudah ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang akan diajukan oleh penulis masih original dan belum ada penulis yang meneliti

permasalahan tersebut sebelumnya dan penulis mampu mempertanggungjawabkan

hasil dari penelitian yang penulis lakukan..


13

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Menurut Poerwadarminta, (80, 2007) bahasa merupakan suatu sistem lambang

bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat dalam suatu daerah tertentu untuk

berinteraksi, bercakap muka dengan masyarakat lain, melakukan tingkah laku yang

baik dan mempunyai sifat sopan santun kepada setiap masyarakat lainnya. Rumusan

yang hampir sama dinyatakan oleh Lyons (dalam Aslinda dan Leni Syafyahya 2010:

1), bahwa bahasa adalah most of them here taken the views that languages are system

of symbols, designed, as it were, for the purpose of communications (kebanyakan

dari mereka di sini berpandangan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang dirancang

untuk berkomunikasi). Berdasarkan pendapat Lyons, dapat dikatakan bahwa bahasa

bersistem, berwujud simbol, yang dimaksud berwujud simbol adalah dapat kita lihat

dan kita dengar dalam lambang, serta bahasa juga digunakan oleh masyarakat sehari-

hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Pada

hakekatnya bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan.

Reching Koen (dalam Aslinda dan Leni, 2010:2) menyatakan, bahwa hakikat bahasa

bersifat (a) mengganti, (b) individu, (c) kooperatif, dan (d) serta sebagai alat

komunikasi sehari-hari.

Selain empat hakikat bahasa diatas, Chaer (2004: 11-14) juga mengatakan,

bahwa hakikat bahasa itu ada 8 butir. Delapan butir hakikat bahasa itu yaitu: (a)

bahasa merupakan sebuah sistem sistem, (b) bahasa terdiri dari lambang-lambang,

(c) bahasa bersifat arbitrer, (d) bahasa bersifat konvensional, (e) bahasa bersifat

produktif, (f) bahasa bersifat dinamis, (g) bahasa beragam, (h) bahasa dalah
14

manusiawi. Delapan butir hakikat bahasa tersebut, dapat dikatakan bahwa bahasa

merupakan hal paling penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa

manusia lebih mudah dalam beraktivitas, berinteraksi, bekerja sehari-hari dengan

masyarakat lainnya.

Chaer (2003:30) juga menambahkan bahwa bahasa itu adalah satu sistem, sama

dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis.

Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh

sejumlah subsistem, subsitem yang dimaksud adalah (fonologi, sintaksis, dan

leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, hanya saja sistem lambang

bahasa ini berupa bunyi, bukan gambaran atau tanda lain dan bunyi itu adalah bunyi

bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia yang dituturkan oleh manusia.

Bahasa itu bersifat produktif. Bahasa bersifat produktif adalah dengan sejumlah

unsur yang terbatas tersebut dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak

terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu,

(Chaer, 2012:49). Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas

dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan

tersebut dapat terjadi pada bidang: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan

leksikon. Perubahan tersebut dapat terjadi pada setiap waktu, mungkin saja ada kosa

kata baru yang muncul tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam atau sudah

disepakati oleh masyarakat didaerah tersebut untuk tidak digunakan lagi dalam

kehidupan sehari-hari, (Chaer, 2012: 53). Bahasa bersifat manusiawi. Artinya,

bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia. Hewan tidak

mempunyai bahasa seperti manusia, yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi

berupa bunyi atau gerak isyarat, itu menandakan tidak bersifat produktif dan tidak
15

dinamis. Padahal manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara naluriah,

melainkan dengan cara belajar. Tanpa belajar manusia tidak akan bisa berbahasa.

Hewan tidak mempunyai kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia karena

hewan tidak memiliki akal dalam dirinya, Oleh karena itulah dikatakan bahwa

bahasa itu bersifat manusiawi, hanya dimiliki oleh manusia, (Chaer, 2012:58).

Dengan pengertian-pengertian bahasa menurut para ahli di atas, penulis

menarik kesimpulan bahwa pegertian bahasa secara umum adalah suatu lambang

bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi, bahasa juga merupakan

suatu sistem, sistem yang dimaksud adalah sistem lambang yang sama dengan

lambang lainnya. Hanya yang di maksud dari lambang bahasa ini adalah lambang

bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Selain itu bahasa juga berifat

produktif, dinamis dan manusiawi.

2. Fungsi Bahasa

Masyarakat setiap hari sudah pasti menggunakna bahasa untuk berkomunikasi

atau berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Pada dasarnya bahasa sudah menyatu

dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bahasa

untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Bahasa juga

merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri

seseorang baik pikiran dan perasaan. Melalui bahasa masyarakat mampu

berkomunikasi dengan baik, mampu menerapkan etika-etika dalam berkomunikasi.

Dengan begitu jika masyarakat mampu berkomunikasi dengan etika-etika yang baik

maka sudah pasti lawan bicara juga dapat memberikan respon yang positif dan dapat

dipahami maksud dan tujuan dari tuturan yang dituturkan oleh manusia tersebut.
16

Keraf (1979:17) menyatakan bahwa fungsi bahasa dibagi menjadi empat

bagian yaitu:

a. Untuk tujuan praktis: untuk mengadakan komunikasi atau berhubungan dengan

masyarakat lainnya dalam pergaulan sehari-hari.

b. Untuk tujuan aristik: dimana manusia mengolah dan mempergunakan bahasa

itu dengan cara seindah-indahnya atau sebaik-baiknya guna pemusaran rasa

estetis manusia itu sendiri.

c. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain.

d. Tujuan filologis: untuk mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar

belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan dan adat istiadat, serta

perkembangan bahasa itu sendiri.

3. Ragam Bahasa

Sebagai sebuah langue bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang

dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa

tersebut berada dalam masyarakat tutur yang berbeda-beda menjadikan sebuah ragam

bahasa atau tuturan yang dituturkan tidak sama. Bahasa itu menjadi beragam dan

bervariasi, terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan

oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi

sosial yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam. Setiap

kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu.

Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh

penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya, bahasa

Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa Arab yang luas wilayahnya

dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai ke perbatasan Iran (dan juga sebagai
17

bahasa agama Islam dikenal hampir di seluruh dunia); dan bahasa Indonesia yang

wilayah penyebarannya dari Sabang sampai Merauke.

Ragam bahasa atau variasi bahasa ini terbagi menjadi dua pandangan.

Pandangan pertama, variasi bahasa atau ragam bahasa itu dilihat akibat adanya

keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasai

atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi

atau berkomunikasi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Hartman dan

Stork (dalam, Chaer, 2004: 62) membedakan variasi atau ragam bahasa berdasarkan

tiga kriteria, kriteria pertama adalah (a) latar belakang geografi dan sosial penutur,

(b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Menurut Haliday

membedakan ragam bahasa berdasarkan (a) pemakai yang disebut dialek, dan (b)

pemakai yang disebut register. Variasi atau ragam bahasa itu pertama-tama

dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaanya, berdasarkan penutur berarti,

siapa yang menggunakan bahasa tersebut, di mana penutur tersebut tinggal,

bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelamin penutur

tersebut, dan kapan bahasa itu digunakan oleh penutur. Berdasarkan penggunaanya,

berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan

bagaimana situasi keporfalannya.

Menurut (Chaer, 2004: 62) Variasi bahasa dibagi menjadi empat jenis.

Keempat jenis variasi tersebut adalah Variasi dari segi penutur yang di dalamnya

terdapat idiolek, dialek, sosiolek. Kedua ada variasi dari segi penutur, yang ketiga

variasi dari segi pemakaian yang ke empat ada variasi dari segi keformalan dan yang

terakhir ada variasi dari segi sarana. Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan
18

pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan

hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial

yang mereka lakukan sangat beragam. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Variasi dari Segi Penutur

1) Idiolek

Variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang

mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini

berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan

sebagainya. Namun yang paling dominan adalah “warna” suara itu, sehingga jika

penutur cukup akrab dengan penutur lainnya, hanya dengan mendengar suara

bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat mengenalinya. “Warna” suara tersebut

dimiliki setiap orang dan sudah pasti setiap orang memiliki “warna” suara yang

berbeda-beda, dengan perbedaan tersebut maka penurut yang sudah terbiasa dengan

penutur lainnya akan mudah memahami setiap tuturan yang diucapkan. Jadi konsep

idiolek merupakan konsep yang menekankan pada ragam bahas yang unik pada

seorang individu. Hal ini diwujudkan dengan pola pemilihan kosakata, tata bahasa

atau pelafalan yang unik pada setiap orang.

2) Dialek

Variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada

pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada
19

wilayah atau area tempat tinggal penutu, maka dialek ini lazim disebut dialek

regional, dialek sosial, dan dialek temporal. Dialek regional, yaitu dialek yang ciri-

cirinya dibatasi oleh tempat. Sering juga dsebut dialek area karena dialek regional

biasanya berkembang diatu daerah tertentu, artinya orang luar di wilayah itu tidak

akan paham dengan dialek yang dimaksud. Dialek sosial, yaitu dialek yang dipakai

oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, orang yang berada di kalangan keraton pasti

memliki dialek yang berbeda dengan orang-orang di luar keraton, orang-orang yang

berada di lingkungan kantor pasti berbeda dialeknya dengan dialek yang berada di

komunitas pasar. Dialek temporal, yaitu dialek yang berada dari waktu ke waktu.

Dialek ini hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti

masa maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan, cara

penulisan, dan pengucapannya.

Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyrakat umum memang

seringkali bersifat ambigu. Secara linguistik jika masyarakat tutur masih saling

mengerti, maka alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama.

Namun, secara politis, meskipun dua masyarakat tutur bahasa saling mengerti satu

sama lain dan karena kedua laat komunikasi verbalnya mempunyai kesamaan sistem

dan subsistem, tetapi keduanya dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda. Bidang

studi linguistik yang mempelajari dialek-dialek ini adalah dialektologi. Bidang studi

ini dalam kerjanya berusaha membuat peta batas-batas dialek dari sebuah bahasa

yang ada, yakni dengan cara membandingkan bentuk dan makna kosakata yang

digunakan dalam dialek-dialek itu. Peta kebahasaan tersebut yang nantinya akan

membedakan antara dialek satu dengan dialek yang lainnya.


20

3) Sosiolek

Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para

penuturnya. Variasi ini menyangkut semua maslah pribadi para penuturnya, seperti

usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi,

dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita bisa lihat perbedaan variasi bahasa yang

digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang-orang tergolong

lansia (lanjut usia). Perbedaan variasi bahasa di sini bukanlah yang berkenaan

dengan isinya, isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi,

sintaksis, dan juga kosakata.

b. Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa ini berkenaan dengan penggunaanya, pemakainnya, atau

fungsinya disebut fungsiolek (dalam Chaer, 2004: 68), ragam, atau register. Variasi

bahasa ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan. Variasi bahasa

berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk

keperluan apa atau dalam bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan segi pemakaian

menyangkut bahsa itu digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu seperti, sastra,

jurnalistik, militer, pertanian, dan lain sebagainya. Variasi bahasa dari segi

pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata yang digunakan

oleh setiap manusia dalam pengucapakan kosakata.

c. Variasi dari Segi Keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, (dalam Chaer, 2004: 70) menjelaskan

bahwa variasi bahasa atas lima macam gaya. Lima macam gaya tersebut yaitu
21

(Inggris), yaitu gaya atau ragam baku (frozen) gaya atau ragam bahasa yang paling

formal yang digunakan pada siatuasi hikmat. Gaya atau ragam resmi (formal) gaya

atau ragam bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat

menyurat, dan lain sebagainya. Gaya atau ragam usaha (konsultatif) variasi bahasa

yang lazim dalam pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Gaya atau

ragam santai (casual) ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, dan

gaya atau ragam akrab (intimate) merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh

para penutur yang hubungannya sudah akrab atau dalam lingkungan keluarga.

d. Variasi dari Segi Sarana

Variasi bahasa pertama yang kita lihat dari segi sarana atau jalur yang

digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga

ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana, atau alat tertentu, yakni

misalnya dalam bertelpon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam dan

ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis

memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini

adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara

lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang

berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala

fisik lainnya. (Chaer, 2004, 61-70).

C. Bahasa Sunda

Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu Polinesia dalam

rumpun bahasa Autronesia. Bahasa dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan
22

merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa

Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten,

serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah

Kabupaten Brebes dan kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di

bagian kawasan Jakarat, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang

menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.

Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu

rumpun bahasa Sunda yang dimasukan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa,

dalam bahasa Sunda mengenal kata dialek, dialek atau yang dikenal dalam bahasa

Sunda adalah basa wewengkon merupakan bahasa Sunda yang mempunyai ragam,

mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda Jawa Tengahan yang mulai

tercampur Bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya mebedakan enam dialek yang

berbeda-beda. Dialek-dialek ini adalah:

1. Dialek Barat (Bahasa Banten)

Dialek Barat dituturkan didaerah Banten dan Lampung.

2. Dialek Utara

Dialek utara mencakup daerah Sunda utara termasuk Kota Bogor dan sebagian

daerah Pantura.

3. Dialek Selatan (Priangan)

Dialek Selatan adalah dialek Piangan yang mencakup Kota Bandung dan

Sekitarnya.

4. Dialek Tengah Timur

Dialek tengah timur adalah dialek yang berada di sekitar Kabupaten

Indramayu.
23

5. Dialek Timur Laut (termasuk Bahasa Sunda Cirebon)

Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kabupaten Cirebon, Kabupaten

Kuningan, juga sebagian Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal di Jawa

Tengah.

6. Dialek Tenggara

Dialek tenggara adalah dialek sekitar Kabupaten Ciamis juga Kabupaten

Cilacap dan Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.

Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada

beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering

(lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan

bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern.

Bahasa Sunda terutama ditertuturkan di sebuah barat pulau Jawa, di daerah

yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Bahasa Sunda juga dituturkan dibagian barat

Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap, dikarenakan wilayah ini

dahulunya berada dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Banyak nama-nama tempat di

Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan menggunakan nama Jawa

seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Menurut beberapa

pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturnya sampai disekitar

Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama “Dieng” yang dianggap

sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda kuna).

Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, Penutur bahasa ini

telah menyebar sampai kelaut pulau Jawa. Misalkan di lampung, Sumatra, Selatan,
24

Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara dimana penduduk etnis Sunda

dengan Jumlah signifikan menetap di daerah luar Pasundan tersebut (dalam,

Wikipedia 2016).

D. Dialektologi

1. Pengertian Dialektologi

Dialektologi berasal dari paduan kata dialek yang berarti „variasi bahasa‟ dan

logi berarti „ilmu‟. Berdasarkan etimologi, dialektologi adalah ilmu yang

mempelajari dialek atau ilmu yang mempelajari variasi bahasa. Dialektologi, yang

didefinisikan sebagai ilmu tentang dialek, pada dasarnya merupakan cabang dari

lingustik yang lahir sebagai reaksi terhadap “hukum perubahan bunyi tanpa kecuali”,

yang dikemukakan kaum Neogrammarian. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

dalam berbagai literatur pembicaraan tentang dialektologi merupakan salah satu

bagian dari pembicara dalam linguistik komperatif (Mahsun 1995: vii). Meillet

(dalam Zulaeha, 2010: 3) menyatakan bahwa ciri utama dialek adalah perbedaan atau

karangan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Selain ciri khusus yang

dikemukakan Meillet, ada dua ciri umum yang dimiliki dialek, yaitu (1) dialek

merupakan seperangkat bentuk ujaran lokal (setempat) yang berbeda-beda yang

memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih saling mirip dibandingkan dengan

bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. Dan (2) dialek tidak harus mengambil

semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Pada perkembangannya tersebut, kemudian

salah satu dialek yang kedudukannya sederajat itu sedikit demi sedikit bisa diterima
25

sebagai bahasa baku oleh seluruh daerah karena masyarakat bisa menerima dan

menggunakan bahasa tersebut dengan masyarakat lainnya.

2. Dialektologi dan Geografi

Sebagai disiplin ilmu yang mengkaji perbedaan unsur-sunsur kebahasaan yang

berkaitan dengan faktor geografis, yang salah satu aspek kajiannya adalah pemetaan

perbedaan-perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah-daerah

pengamatan dalam penelitian. Dialektologi dalam kajiannya membutuhkan

pengetahuan yang berkaitan dengan letak geografi. Dalam hal ini berkaitan dengan

pemetaan, fungsi dari pemetaan tersebut adalah sebagai upaya untuk

memvisualisasikan letak geografis yang menjadi tempat digunakan suatu bentuk

bahasa tertentu. Namun, dengan penyebutan bahwa suatu bentuk bahasa tertentu

digunakan pada daerah pengamatan tertentu yang berbeda dengan daerah

pengamatan yang lainnya, padahal untuk menyatakan makna yang sama jelas-jelas

mengacu kepada dimensi geografi. Oleh karena itu, disinilah letak hubungan atau

keterkaitan yang erat antara kajian dialektologi dengan ilmu geografi. (Mahsun,

1995:20).

E. Dialek

1. Pengertian Dialek

Dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berpandangan dengan logat. Kata

dialektos ini mula-mula digunakan untuk menyatakan sistem kebahasaan yang

digunakan oleh suatu masyarkat yang berbeda dari mayarakat lainnya yang
26

bertetangga tetapi menggunakan sistem yang erat hubungannya. Sementara itu, Keraf

(dalam Zulaeha 2010:1) menyatakan dengan menggunakan istilah geografi dialek

adalah suatu cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa

berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik.

Dialek suatu daerah bisa diketahui berdasarkan tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang

meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa

membangun aksen yang berbeda-beda.

2. Pembeda Dialek

Perbedaan dialek dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang

menunjang berbedanya dialek disuatu tempat ialah faktor geografis dan faktor sosial.

(Zulaeha, 27:2010) menjelaskan bahwa perbedaan dialek dapat dipenggaruhi oleh

faktor geografi, dengan adanya dialek geografi yang merupakan cabang linguistik

yang bertujuan mengkaji semua gejala kebahasaan secara cermat yang disajikan

berdasarkan peta bahasa yang ada, dan variasi pemakaian bahasa yang ditentukan

oleh perbedaan wilayah pemakaian. Faktor sosial, faktor sosial juga bisa disebut

sebagai dialek sosial, yang diamksud sebagai dialek sosial adalah ragam bahasa yang

dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakannya dari kelompok

masyarakat lainnya. Kelompok itu terdiri atas pekerjaan, usia, kegiatan, jenis

kelamin, pendidikan, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, dialek sosial dalam

kajian dialektologi mengacu pada dialek yang dituturkan oleh penutur di daerah

tertentu dengan variabel sosial yang lain meskipun mereka berada dan berasal di

daerah yang sama (Zulaeha, 29: 2010).


27

Nadra dan Reniwati (2009: 23) menjalskan bahwa pada tingkat dialek,

perbedaan atau variasi tersebut dapat dibedakan menjadi lima unsur. Kelima unsur

perbedaan itu ialah unsur perbedaan fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantis.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil dua unsur pembeda dialek yaitu unsur

fonologis dan semantis. Setiap ragam bahasa dipergunakan di satu daerah tertentu,

dan lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan yang berbeda-beda pula, seperti

dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti. dalam, (Ayatrohaedi, 1979: 3-5). Perbedaan

tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan fonetik dan perbedaan semantis.

a. Perbedaan fonologis, perbedaan fonologi biasanya si pemakai dialek atau

bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.

b. Perbedaan semantis, yaitu dengan terciptanya kata-kata baru berdasarkan

perubahan fonologis atau geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut, biasanya

terjadi pula geseran makna kata itu. Geseran tersebut bertalian dengan dua

corak, yaitu sinonim dan homonim. Dalam hal ini, sinonim atau padan kata

atau sama makna adalah pemberian nama (penanda) yang berbeda utuk suatu

objek (petanda) yang sama dibeberapa tempat yang berbeda. Geseran yang

dikenal dengan homonim yaitu pemberian nama yang sama untuk hal yang

berbeda di beberapa tempat yang berbeda.

Pada penelitian perbandingan dialek Bahasa Sunda di Kecamatan

Karangpucung dengan Kecamatan Wanareja, peneliti mengambil dua perbandingan

dialek bahasa Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung. Dua perbandingan tersebut yang nantinya akan menjadi

dasar perbandingan yang akan diteliti, perbedaan tersebut meliputi fonologis dan

semantis.
28

Perbedaan fonologis merupakan perbedaan dalam lafal. Perbedaan lafal dapat

disebbkan karena terjadinya gejala bahasa. Gejala bahasa meliputi penambahan

fonem, penghilangan fonem, kontraksi, metatesis, dan adaptasi.

a. Penambahan fonem adalah gejala bahasa yang berupa bertambahnya satu atau

lebih fonem dalam suatu kata. Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu protesis, epentesis, dan paragog. Protesis adalah penambahan

fonem di depan kata, contoh: ayuh menjadi hayuh ayuh) gah menjadi egah

tidak mau). Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata, contoh: motor

menjadi montor sepeda motor). Paragog adalah penambahan fonem di akhir

kata, contoh: roko menjadi rokok rokok) nya menjadi nyah ia).

b. Penghilangan atau penanggalan fonem merupakan gejala bahasa yang berupa

hilangnya satu atau lebih dibedakan menjadi tiga macam, yaitu afaresis, sinkop,

dan apokop. Afaresis adalah penghilangan fonem atau penanggalan fonem di

awal kata, contoh: hasep menjadi asep asap). Sinkop adalah penghilangan

fonem atau penanggalan fonem ditengah kata, contoh: getah menjadi gtah

getah). Apokop adalah penghilangan fonem atau penanggalan fonem di akhir

kata, contoh: ituh menjadi itu itu). Kontraksi merupakan gejala bahasa yang

memeprlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang

ada perubahan atau penggantian fonem, contoh: masih aya menjadi aya keneh

masih ada).

c. Metatesis merupakan gejala bahasa yang memeperlihatkan pertukaran tempat

satu atau beberapa fonem, contoh: hujan age menjadi ageng hujana (deras

hujan)
29

Perbedaan Semantis adalah ilmu yang membicarakan makna atau arti sebuah

bahasa, dalam semantis juga membahas tentang kaosakata-kosakata baru berdasarkan

perubahan fonologis atau geseran bentuk dan bentuk kata yang berbeda. Perbedaan

semantis tersebut masih memiliki pertalian antara makna yang digunakan di daerah

pengamatan tertentu dengan makna yang digunakan pada daerah pengamatan yang

lainnya. Perbedaan itu terjadi karena pemberian konsep lebih dari satu pada

linambang (signifie) yang sama (Ayatrohaedi 1979). Perbedaan semantik mengarah

pada relasi makna yang berjenis homonim, Zulaeha, 2010: 41-47).

Bidang semantis yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata pun tidak

jarang memanfaatkan hasil telaah fonologi. Kapan sebuah kata bisa divariasikan

ucapannya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu dan teras kalau diucapkan secara

bervariasi [tahu], [tau], [teras], dan [tras] akan bermakna lain, sedangkan kata duduk

dan bidik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], dUdU?], [bidi?], [bidi?] tidak

membedakan makna? Hasil analisis fonologis lah yang dapat membantunya,

Masnur, 2009:3).

Perubahan dan penambahan kata-kata baru terjadi karena adanya perubahan

fonologis, geseran tersebut berkaitan dengan dua aspek, yaitu sinonim dan homonim.

Sinonim atau padan kata atau sama makna adalah pemberian nama (penanda) yang

berbeda untuk suatu objek (petanda) yang sama di beberapa tempat yang berbeda.

Geseran yang dikenal dengan homonim yaitu pemberian nama yang sama untuk hal

yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Dalam penelitian ini perbedaan

semantis dapat digunakan untuk membandingan kosakata baru dan perubahan

kosakata baru yang terdapat dalam dua kecamatan yang diteliti, yaitu Kecamatan

Wanareja dan Kecamatan Karangpucung.


30

F. Dialek Sunda di Kabupaten Cilacap

Kabupaten Cilacap adalah kabupaten yang mempunyai dua bahasa, kedua

bahasa itu dipakai oleh masyarakat Kabupaten Cilacap dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Jawa dan bahas Sunda adalah dua bahasa yang dipakai masyarakat untuk

berinteraski sehari-hari dengan masyarakat lainnya, kedua bahasa tersebut terbagi

dalam beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap, Bahasa Jawa tersebar di

kecamatan-kecamatan dibagian utara, tengah dan selatan, khususnya kecamatan-

kecamatan dibagian barat di dominasi oleh bahasa Sunda. Dapat kita lihat bahwa

daerah-daerah bagian barat seperti Kecamatan Karangpucung, Kecamatan

Cimanggu, Kecamatan Majenang, Kecamatan Wanareja dan Kecamatan

Dayeuhluhur, hampir seluruh masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda, tetapi dari

setiap daerah-daerah yang masyarakatnya berbahasa Sunda tidak semua bahasa

Sunda yang digunakan sama karena faktor geografis yang berbeda.

Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Kabupaten Cilacap bagian barat

memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari setiap daerahnya, itu bisa terlihat dari

kecamatan yang paling barat adalah Kecamatan Dayeuhluhur dan Kecamatan

Wanareja, kedua kecamatan tersebut menggunakan bahasa Sunda yang lebih halus

dari pada kecamatan-kecamatan lainnya, itu dikarenakan letak geografis yang dekat

dengan perbatasan Jawa Barat, sudah pasti bahasa Sunda yang digunakan oleh kedua

kecamatan tersebut berbeda dengan Kecamatan Majenang, Kecamatan Cimanggu,

Kecamatan Karangpucung yang sebagian masyarakatnya berbahasa Jawa.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

komparatif, karena penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan dua dialek

bahasa Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja. Metode deskriptif dalam penelitian ini ialah, peneliti

mendeksripsikan atau menjabarkan secara rinci fenomena yang terjadi di tempat

penelitian dan menggali data dengan tekhnik wawancara kepada informan dengan

sumber koskata yang sudah disiapkan peneliti untuk diajukan kepada informan agara

mampu mengahsilkan data yang relevan atau data yang akurat. Setelah data

terkumpul peneliti membandingkan dan menganalisis data dari dua tempat yang

menjadi tempat penelitian dan dideskripsikan sesuai kaidah yang berlaku dalam

penelitian dialektologi.

Metode komparatif yang dimaksud peneliti ialah, peneliti mencari tahu sebab

akibat terjadinya perbedaan dilaek Sunda yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Peneliti menggunakan

tekhnik wawancara kepada informan yang ada di tempat penlitian. Setelah

memperoleh data, peneliti langsung menganalisis faktor penyebab terjadinya atau

munculnya fenomena perbedaan dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Dialek Sunda Kecamatan Wanareja. Bidang studi Komparatif

dapat mencakup kehidupan masyarakat asli daerah tersebut atau masyarakat

pendatang dari daerah lain dengan mencari tahu dan membandingkan kosakata baru,

31
32

makna dan artinya. Peneliti membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau

lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan penemuan perbedaan

kosakata yang diperoleh dari setiap tempat penelitian.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data penelitian ini diperoleh melalui daftar pertanyaan yang berupa kosakata

dasar yang ditanyakan kepada informan. Daftar tanya pada penelitian ini terbagi

kedalam beberapa bagian diantaranya: (a) bagian tubuh manusia, (b) kata ganti, (c)

sisitem kekerabatan, (d) rumah dan bagian-bagiannya, (e) waktu, musim, keadaan

alam, benda alam, dan arah, (f) pakaian dan perhiasan, (g) jabatan, pemerintahan

desa dan pekerjaan, (h) binatang dan hewan, (i) tumbuh-tumbuhan, bagian buah, dan

hasil olahannya, (j) aktivitas, (k) penyakit, (l) bilangan dan ukuran, (m) adat istiadat.

(Zulaeha, 2010). Daftar tanya diatas merupakan daftar tanya yang akan digunakan

peneliti untuk mengambil data dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu informan dari Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Sumber data

yang diperoleh dari informan berupa tuturan yang ditanyakan kepada informan

secara langsung yang berjumlah 6 orang. Tiga orang dari Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja dan tiga orang dari Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung.

Data yang diambil dari informan dalam penelitian ini berupa: (a) nama, (b) jenis

kelamin, (c) tempat dan tanggal lahir, (d) umur, (e) pendidikan terakhir, (f)
33

pekerjaan, (g) tinggal di tempat ini sejak, (h) orang tua berasal dari, (i) bahasa

pertama/ bahasa ibu, (j) bahasa yang dikuasai, (k) daerah/ tempat yang pernah

dikunjungi, (l) keperluan berkunjung, (m) kedudukan dalam masyarakat, (n) acara

TV favorit, dan (o) siaran radio favorit.

C. Tahap Penelitian

Pada tahap penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang perbedaan

fonologis dan semantis dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan

dan menganalisis satu persatu kosakata yang sudah didapat dari informan dengan

berdasarkan perbedaan secara fonologis dan semantis. Penelitian ini terbagi menjadi

tiga tahap yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) analisis data, dan (3) tahap penyajian

hasil analisis data. Setelah semua tahap dilakukan barulah masuk tahap kesimpulan

dan saran. Peneliti menjabakan keseluruhan hasil dari penelitian yang

sudahdilakukan dan dianalisis, sel;anjutnya peneliti memberi saran kepada pembaca

dan penulis mengenai kajian dialektologi.

1. Tahap Penyediaan Data

Tahap penyediaan data merupakan kegiatan mendata yang benar dan terjamin

keasliannya. Data yang diperoleh tentunya sudah diproses dengan teknik yang benar.

Pada tahap penyediaan data ini, peneliti menggunakan metode cakap (wawancara)

yaitu percakapan antara peneliti dengan informan yang ada di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Pada metode

cakap ini, teknik dasar yang digunakan yaitu teknik dasar dan lanjutan. Pada teknik
34

ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara langsung dengan informan disertai

dengan teknik pencatatan (teknik catat dan teknik rekam) hal-hal yang penting dalam

data.

a. Teknik Dasar

Menurut Sudaryanto (dalam Zulaeha, 2010), teknik dasar metode simak adalah

teknik pancing. Pada dasaranya peneliti memang memancing terlebih dahulu data

yang akan keluar dari alat ucap informan. Dengan sikap dan prilaku informan yang

berbeda-beda, peneliti berusaha agar informan mau memberikan data yang

diharapkan peneliti. Salah satu alat yang digunakan untuk memancing informan

adalah daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan, sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya, telah disiapkan oleh peneliti. Informan ditanya sesuai dengan daftar

pertanyaan tersebut. Pemanfaatan teknik pancing ini diperlukan apa bila informan

kaku dalam mengeluarkan data, dalam situasi seperti ini penggunaan teknik pancing

mampu memperlancar informan dalam memberikan data yang dibutuhkan sesuai

daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

b. Teknik Lanjutan

1) Teknik Lanjut Cakap Semuka

Teknik ini merupakan teknik lanjutan dalam menggali data dari informan,

teknik lanjut cakap semuka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara informan bertatap muka langsung dengan peneliti dan peneliti bertanya

langsung kepada informan. Bahan atau daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti

dijawab langsung oleh informan. Dengan teknik ini, peneliti dapat memperhatikan
35

cara pelafalan jawaban informan dengan baik dan kemungkinan terjadinya kesalahan

dalam penulisan data sangatkecil.

2) Teknik Lanjut Catat

Teknik ini digunaka dalam penelitian dialektologi, peneliti mencermati setiap

jawaban yang dituturkan oleh informan. Peneliti tidak hanya mencermati dan

mendengar setiap jawaban yang dituturkan oleh informan, tatapi peneliti juga

mencatat setiap jawan dari koskata yang peneliti tanyakan kepada informan. Teknik

ini merupakan teknik yang sangat penting karena hasil pencatatan jawaban dari

informan merupakan data mentah yang akan dibawa ke tahap penelitian berikutnya

yaitu tahap analisis data. Tempat catatan atau penulisan data tersebut berada

disebelah pertanyaan. Jadi, pada lembar daftar pertanyaan ada ruang yang

dikosongkan, tuang tersebut disediakan sebagai tempat mencatat jawaban yang

dituturkan oleh informan. Jawaban dari informan ditulis atau dicatat oleh peneliti

dengan menggunakan lambang fonetis (bukan huruf), dengan demikian transkripsi

data bersifat fonetis bukan ortografis.

3) Teknik Lanjut Rekam

Teknik ini merupakan teknik lanjut, dengan menggunakan media rekam,

peneliti data memperhatikan cara pelafalan jawaban informan dengan baik. Media

rekam itu dihidupkan selama wawancara berlangsung. Rekaman itu dapat diputar

kembali apabila muncul keraguan ketika mendeskripsikan dan menganalisis data.

Peneliti perasumsi bahwa dengan teknik lanjutan rekam akan lebih meyakinkan

peneliti terhadap jawaban dari setiap informan dan akan mengurangi terjadinya data
36

yang salah atau data yang tertukar. Dapat disimpulkan bahwa teknik lanjut rekam

akan lebih membantu dalam tahap analisis data yang harus dilakukan oleh peneliti.

2. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk

langsung melakukan analisis hasil penelitian yang sudah dilakukan, analisis data

adalah suatu cara mengolah data yang telah terkumpul agar dapat diuraikan. Dalam

tahap ini peneliti menggunakan metode padan dan agih. Metode padan merupakan

metode yang menggunakan alat bantu referen dan organ wicara (Sudaryanto, 1993:

13-14). Teknik dasar yang diterapkan dalam metode padan yaitu menggunakan

teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). teknik lanjutan dari teknik pilih unsur penentu,

peneliti menggunakan Teknik Hubung Membandingkan (HBB). Metode padan

dengan teknik dasar PUP dan teknik lanjutan HBB digunakan untuk

mengklasifikasikan data kosakata dasar dan pelafalan dialek Sunda di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

yang mempunyai perbedaan dari setiap bagian-bagian daftar tanya. Metode agih,

metode agih merupakan metode yang alat penentunya jusru bagian-bagian dari

bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dasar yang

digunakan dalam metode agih yaitu Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL), dalam

teknik ini peneliti menggunakan teknik berubah wujud, teknik ganti, teknik ulang,

dan teknik perluas.

Uraian di atas merupakan gambaran dalam langkah-langkah dalam

menganalisi data, langkah-langkah dalam menganalisi data adalah sebagi berikut.


37

a. Mengklasifikasi data kosakata dasar menurut bagian-bagiannya: (1) bagian

tubuh manusia, (2) kata ganti, (3) sisitem kekerabatan, (4) rumah dan bagian-

bagiannya, (5) waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah, (6)

pakaian dan perhiasan, (7) jabatan, pemerintahan desa dan pekerjaan, (8)

(binatang dan hewan, (9) tumbuh-tumbuhan, bagian buah, dan hasil olahannya,

(10) aktivitas, (11) penyakit, (12) bilangan dan ukuran, (13) adat istiadat.

b. Transkripsi dan terjemahan. Pada langkah ini peneliti melakukan

pentarnskripsian data dari kosakata dasar yang berebda dan di transkripsikan

secara fonetis agar tuturan sesuai dengan ucapan yang diucapkan oleh

informan. Setelah itu peneliti menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

c. Tabulasi, tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar

untuk memudahkan dalam pengamatan.

3. Tahap Penyajian Hasil Analisi Data

Tahap penyajian hasil analisis data merupakan tahap akhir setelah menganalisi

data hasil penelitian atau data yang telah diperoleh. Hasil analisis merupakan bagian-

bagian yang digunakan untuk menggabungkan runtutan penelitian yang ada. Setelah

pengumpulan data selesai, penyajian hasil analisis di dalam penelitian ini

menggunakan metode penyajian informal dan formal. Penyajian informal adalah

penyajian analisis dengan menggunakan kata-kata atau dengan menggunakan kalimat

dengan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat

langsung dipahami. Kaidah itu berupa prinsip-prinsip kesinambungan wacana yang

terdapat dalam wacana berita. Penyajian formal adalah perumusan dengan tanda.
38

D. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Karangpucung

dan Kecamatan Wanareja. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karangpucung

karena masyarakat bahasa Sunda dan Jawa hidup berdampingan. Sedangkan

penelitian dilakukan di Kecamatan Wanareja merupakan pengguna bahasa Sunda

yang paling barat (mendekati dengan perbatasan Provinsi Jawa Barat). Desa yang

menjadi tempat penelitian di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja.

2. Waktu Penelitian

Data penelitian ini berupa tuturan kosakata dasar dialek Sunda. Pengambilan

data yang dilakukan oleh peneliti berjalan selama satu bulan, yaitu selama bulan

maret 2016 di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja.
39

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Perbedaan Kosakata Dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan


Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Sunda yang digunakan di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja adalah dialek Sunda bagian barat.

Penggunaan dialek Sunda di dua kecamatan tersebut hampir sama tetapi dalam

kosakata masih banyak sekali yang berbeda dari dua kecamatan tersebut. Perbedaan

kosakata dari dua kecamatan yang menjadi tempat penelitian yaitu Kecamatan

Wanareja dan Kecamatan Karangpucung mencapai ± 234 kosa kata yang berbeda.

Perbedaan-perbedaan kosakata tersebut dianalisi berdasarkan perbedaan fonologis

dan perbedaan semantis.

1. Perbedaan Fonologis

Perbedaan fonologis pada suatu dialek juga dapat terjadi pada vokal maupun

konsosnan, perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya gejala bahasa yang ada.

Perbandingan kosakata di Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja telah

mengalami gejala fonologis. Gejala fonologis yang terjadi di Kecamatan

Karangpucung, meliputi penambahan fonem dan penghilangan fonem. Penamabahan

fonem meliputi protesis, epentesis dan paragog. Penghilangan fonem meliputi

afaresis, sinkop dan apokop.

a. Penambahan Fonem

Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam. Ketiga macam

39
40

penambahan fonem tersebut adalah sebagai berikut:

(1) penambahan fonem di depan kata (protesis), (2) penambahan fonem di tengah

kata (epentesis), dan (3) penambahan fonem diakhir kata (paragog). Data di bawah

merupakan data yang mengalami gejala bahasa penambahan fonem di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

1) Protesis

Berikut ini adalah data Protesis yang telah di analisis terdapat pada dialek

Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung. Data Protesis yang disertai dengan penambahan fonem di awal kata,

ada pada:

Kata [cinggir] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau

penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [c

dan i]. Kata dasar dari kata [cicinggir] adalah [cinggir], setelah mengalami proses

protesis kata [cicinggir] menjadi [cinggir] dalam (dialek Wanareja). Dari data

tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [cinggir] menjadi

[cicinggir] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung, kata tersebut dapat dilihat pada data (28).

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

koskatanya yang mengalami perubahan.

Kata [sikut] terdapat pada data (59) dalam (dialek Karangpucung) mengalami

proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut

terdapat pada fonem [s dan i]. Kata dasar dari kata [sikut] adalah [siku], setelah

mengalami proses protesis kata [siku] menjadi [sisikut] dalam (dialek Wanareja).
41

Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [sikut]

menjadi [sisikut] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah

arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan.

Data (132) kata [asp] dalam dialek Karangpucung) mengalami proses

protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat

pada fonem [h]. Kata dasar dari kata [asep] adalah [hasep], setelah mengalami proses

protesis kata [asep] menjadi [hasep] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat

dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [asep] menjadi [hasep] yang terjadi

di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan

hanya koskatanya yang mengalami perubahan. Kosakata [asep] dan [hasep] terdapat

pada data (132).

Kata [bera] yang terdapat dalam data (200) dialek Karangpucung)

mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem

tersebeut terdapat pada fonem [t dan i]. Kata dasar dari kata [berang] adalah

[tiberang], setelah mengalami proses protesis kata [berang] menjadi [tiberang]

(dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada

kosakata [berang] menjadi [tiberang] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.
42

Data (219) kosakata [lurah] dalam (dialek Karangpucung) mengalami

peroses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut

terdapat pada fonem [k,a,p, dan a]. Kata dasar dari kata [lurah] adalah [kapalurah]

(dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada

kosakata [lurah] menjadi [kapalurah] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.

Dalam kata [ngompol] yang terdapat pada data (305) merupakan (dialek

Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata.

Penamabahan fonem tersebut terdapat pada fonem [n dan g]. Kata dasar dari kata

[ngompol] adalah [ompol] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses

protesis yang terjadi pada kosakata [ompol] menjadi [ngompol] yang terjadi di Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Tabel 4.1 Data Protesis yang disertai penambahan fonem diawal kata

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
28 Kelingking Cinggir cicinggir cicigir cinggir cigir
59 Siku Siku sikut sikut sisikut sisikut
132 Asap Hasep asep asp hasep hasp
200 Siang Berang berang bera tiberang tibera
219 Kepala Lurah lurah lurah kapalurah kapalurah
desa
305 Kencing ngompol ngompol ompol ompol ompol
43

2) Epentesis

Berikut ini adalah data Epentesis yang telah dianalisis terdapat di dialek Sunda

di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung, Data Epentesis dan disertai dengan penambahan fonem di tengah

kata, ada pada:

Data epentesis yang terdapat pada data (165) kosakata [bledeg] dalam (dialek

Karangpucung) mengalami proses epentesis atau penambahan fonem di tengah kata.

Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [e]. Kata dasar dari kata [bleged]

adalah [beledeg], setelah mengalami proses epentesis kata [bledeg] berubah menjadi

[beledeg] dalam (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses epentesis

yang terjadi pada kosakata [bledeg] menjadi [beledeg] yang terjadi di Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

koskatanya yang mengalami perubahan.

Kata [iye] yang terdapat pada data (170) dalam (dailek Wanareja) mengalami

proses epentesis atau penamabahan fonem di tengah kata. Penambahan fonem

tersebut terdapat pada fonem [y]. Kata dasar dari kata [iye] adalah [ie], setelah

mengalami proses epentesis kata [ie berubah menjadi [iye] (dalam dialek

Karangpucung). Dari data tersebut dapat dilihat proses epentesis yang terjadi pada

kosakata [ie] menjadi [iye] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak

merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan.


44

Tabel 4.2 Data Epentesis yang disertai penambahan fonem di tengah kata

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
165 Guntur Beledeg bledeg bldeg Beledeg bldeg
170 Ini Ie ie Ie iye Iye

3) Paragog

Berikut ini adalah data Paragog yang telah dianalisis terdapat di dialek Sunda

di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung, Data Paragog hanya terdapat di Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja.:

Data Paragog yang terdapat pada kata (171) kosakata [itu] dalam (dialek

Karangpucung) mengalami proses paragog atau penambahan fonem di akhir kata.

Penambahan fonem tersebut terdapat pada kata [h]. Kata dasar dari kata [ituh] adalah

[itu], setelah mengalami proses paragog fonem [itu] berubah menjadi [ituh] (dalam

dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada

kosakata [itu] menjadi [ituh] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak

merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

Data (183) kosakata [lapa] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses

paragog atau penambahan fonem di akhir kata. Penambahan fonem tersebut terdapat

pada fonem [a dan n]. Kata dasar dari [lapangan] adalah [lapang], setelah mengalami

proses paragog kata [lapang] berubah menjadi [lapangan] (dalam dialek Wanareja).

Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada kosakata [lapang]

menjadi [lapangan] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa
45

Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah

arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

Data (300) kosakata [nyeseh] dalam (dialek Karangpucung) mengalami

proses paragog atau penambahan fonem di akhir kata. Penambahan fonem tersebut

terdapat pada fonem [a dan n]. Kata dasar dari kata [nyesehan] adalah [nyeseh],

setelah mengalami proses paragog kata [nyeseh] berubah menjadi [nyesehan] (dalam

dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada

kosakata [nyeseh] menjadi [nyesehan] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.

Tabel 4.3 Data Paragog yang disertai penambahan fonem di akhir kata

No Bahasa Kosakat Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
171 Itu Itu itu itu ituh ituh
183 Lapangan Lapang lapang lapa lapangan lapaan
300 Cuci Nyeseh nyeseh nyeseh nyesehan nyesehan

b. Penghilangan Fonem

Penghilangan fonem yang terjadi dalam dialek Sunda di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja meliputi:

Afaresis (penghilangan fonem di awal kata), sinkop (penghilangan fonem di tengah

kata) dan apokop (penghilangan fonem di akhir kata). Data Afaresis terdapat tiga

data, data sinkop ada tiga data dan apokop terdapat satu data, apokop dibagi menjadi

dua bagian yaitu kontraksi terdapat satu data dan matatesis terdapat satu data,

Analisisnya tersebut adalah sebagai berikut:


46

1) Afaresis

Berikut adalah data Afaresis yang terdapat di dialek Sunda di desa Majingklak

Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data afaresis

terdapat pada:

Kata [jajantung] yang terdapat pada data (22) dalam (dialek Karangpucung),

mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata. Penghilangan

fonem tersebut terdapat pada fonem [j dan a]. Kata dasar dari kata [jajantung] adalah

[jantung], setelah mengalami proses afaresis kata [jajantung] berubah menjadi kata

[jantung] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses afaresis

yang terjadi pada kata [jajantung] menjadi [jantung] yang terjadi di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan

kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang

mengalami perubahan.

Kata [tulang iga] yang terdapat pada data (58) dalam (dialek

Karangpucung), mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata.

Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [t,u,l,a,n,g]. Kata dasar dari kata

[tulang iga] adalah [iga], setelah mengalami proses afaresis kata [tulang iga]

berubah menjadi [iga] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa

proses afaresis yang terjadi pada kata [tulang iga] menjadi [iga] yang terjadi di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.


47

Kata [cai mocor] yang terdapat pada data (335) dalam (dialek

Karangpucung), mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata.

Penghilangan fonem tersebut terdapat oada fonem [c,a,i]. Kata dasar dari kata [cai

mocor] adalah [mocor] (dalam dialek Wanareja). data tersebut dapat dilihat bahwa

proses afaresis yang terjadi pada kata [cai mocor] menjadi [mocor] yang terjadi di

Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Tabel 4.4 Data Afaresis (Penghilangan fonem di awal kata)

Koskata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
22 Jantung jajantung Jajantung jajantu jantung jantung
58 Rusuk Iga tulang iga tula iga Iga iga
335 Air Mocor cai mocor cai mocor mocor mocor
(mengalir)

2) Sinkop

Berikut ini adalah data Sinkop yang telah di analisis terdapat di dialek Sunda di

desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung. Data Sinkop terdapat pada:

Kata [getah] yang terdapat pada data (267) dalam (dialek Wanareja),

mengalami proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan

fonem tersebut terdapat pada fonem [t]. Kata dasar dari kata [getah] menjadi [gtah]

(dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop yang

terjadi pada kata [getah] menjadi [gtah] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan
48

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.

Data (273) kosakata [minyak klentik] dalam (dialek Wanareja), mengalami

proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan fonem tersebut

terdapat pada fonem [k]. Kata dasar dari kata [minyak klentik] adalah [minyak lentik]

(dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop yang

terjadi pada kata [minyak klentik] menjadi [minyak lentik] yang terjadi di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Kata [garelut] yang terdapat pada data (289) dalam (dialek Karangpucung),

mengalami proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan

fonem tersebut terdapat pada fonem [a dan r]. Kata dasar dari kata [garelut] adalah

[gelut] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop

yang terjadi pada kata [garelut] menjadi [gelut] yang terjadi di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan

kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang

mengalami perubahan.

Tabel 4.5 Data Sinkop (Penghilangan fonem di tengah kata)

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
267 Getah Getah gtah gtah getah getah
Minyak minyak minyak minyak minyak minyak
273
kelapa lentik lentik lentik klentik klentik
289 Berkelahi Gelut garelut garlut gelut glut
dengan
tangan
49

3) Apokop

Berikut adalah data Apokop yang telah dianalisis hanya terdapat di dialek

Sunda di desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Kata [embun-embunen] yang terdapat pada ata (14) dalam (dialek Wanareja),

mengalami proses apokop atau penghilangan fonem di akhir kata. Penghilangan

fonem tersebut terdapat pada fonem [e dan n]. Kata dasar dari kata [embun-embunen]

adalah [embun-embun] (dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat

bahwa proses apokop yang terjadi pada kata [embun-embunen] menjadi [embun-

embun] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti

katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

Tabel 4.6 Data Apokop (Penghilangan fonem di akhir kata)

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
14 Embun- embun- embun- embun- embun- embun-
embun embun embun embun embunen embunen

a) Kontraksi

Berikut ini adalah data Kontraksi yang telah di analisis terdapat di dialek Sunda

di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung. Data Kontraksi tersebut terdapat pada:

Data (18) kosakata [hati] dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses

kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di

hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut

terdapat pada fonem [i] berubah menjadi [e]. Data tersebut dapat dilihat bahwa

proses kontaksi yang terjadi pada kata [hati] menjadi [hate] yang terjadi di Desa
50

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Kata [jejenggot] yang terdapat pada data (23) dalam (dialek Karangpucung),

mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih

fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses

kontraksi tersebut terdapat pada fonem [j,e] [jejenggot] (dialek Surusunda) dan

fonem [m,a] [majanggot] (dialek Majingklak). Data tersebut dapat dilihat bahwa

proses kontaksi yang terjadi pada kata [jejenggot] menjadi [majenggot] yang terjadi

di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Data (110) kosakata [gendeng] dalam (dialek Karangpucung), mengalami

proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem

yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi

tersebut terdapat pada fonem [g] [gendeng] (dialek Karangpucung) dan fonem [k]

[kenteng] (dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang

terjadi pada kata [gendeng] menjadi [kenteng] yang terjadi di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan

kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang

mengalami perubahan.

Data (209) kosakata [sendal] dalam (dialek Karangpucung), mengalami

proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem
51

yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi

tersebut terdapat pada fonem [e] berubah menjadi [a] [sandal]. Setelah mengalami

proses kontraksi, kata [sendal] berubah menjadi [sandal] (dialek Wanareja. Data

tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [sendal] menjadi

[sandal] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti

katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

Kata [kangkalung] yang terdapat pada data (211) dalam (dialek

Karangpucung) mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan

adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian

fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada beberapa fonem yang dihilangkan,

fonem yang mengalami penghilangan yaitu [k,a,n,g]. Setelah mengalami

penghilangan fonem, kata [kangkalung] berubah menjadi [kalung] (dialek

Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata

[kangkalung] menjadi [kalung] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.

Data (259) pada kata [cabe berem] dalam (dialek Karangpucung) mengalami

proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem

yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi

tersebut terdapat pada pergantian beberapa fonem di awal kata, fonem yang

mengalami pergantian yaitu, [c,a,b,e] menjadi [s,a,b,r,a,n,g]. Setelah mengalami


52

pergantian beberapa fonem, kata [cabe berem] berubah menjadi [sabrang berem].

Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [cabe

berem] menjadi [sabrang berem] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata

tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami

perubahan.

Data (268) pada kata [jerami] dalam (dialek Karangpucung) mengalami

proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem

yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi

tersebut terdapat pada perubahan fonem di tengah kata, fonem yang mengalami

perubahan yaitu, [e] menjadi [a]. Setelah mengalami perubahan fonem, kata [jerami]

menajdi [jarami] (dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses

kontaksi yang terjadi pada kata [jerami] menjadi [jarami] yang terjadi di Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya

kosakatanya yang mengalami perubahan.

Tabel 4.7 Data kontraksi

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
18 Hati Hate hati hati hate hate
23 Janggut Jenggot jejenggot jejegot majenggot majegot
110 Genting Gendeng gendeng gend kenteng kent
209 Alas kaki Sandal Sendal sendal sandal sandal
211 Kalung Kalung kangkalung kakalu kalung kalu
259 Cabai sabrang cabe berem cabe sabrang sabrang
merah berem berem berem berem
53

b) Matatesis

Data matatesis terdapat pada data (147) yaitu kata [hujana ageng] dalam

(dialek Karangpucung) mengalami proses matatesis atau proses pertukaran tempat

satu atau beberapa fonem. Proses matatesis tersebut terdapat pada kata [hujan ageng]

dan [ageng hujana] yang mempunyai arti (deras hujan). Pada dialek Sunda

Karangpucung deras hujan mempunyai arti [hujan ageng] dan pada dialek Sunda

Wanareja mempunyai arti [ageng hujana], sudah bisa dibuktikan bahwa ada

pertukaran tempat pada kata [hujan ageng] dan [ageng hujana]. Data tersebut

menunjukkan bahwa terjadi proses matatesis yang terjadi pada kata [ageng hujana]

menjadi [hujan ageng] di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti

katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

Tabel 4.8 Data Matatesis

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Data Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
147 Deras ageng hujan hujan ageng age
hujan hujana ageng age hujana hujana

2. Perbedaan Semantis

Perbedaan semantis dalam penelitian ini ialah perbandingan penggunaan

kosakata dasar dalam penelitian yang dilakasanakan di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbendingan semantis

yang dimaksud ialah, terciptanya kata-kata baru berdasarkan fonologi atau gesekan

bentuk dan bentuk kata yang berbeda. Perbandingan semantis dibagi menjadi dua
54

gejala, yaitu gejala sinonim dan gejala homonim. Gejala sinonim yaitu menganalisis

pemberian nama untuk lambang yang sama dibeberapa tempat yang berbeda. Gejala

homonim menganalisis pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di

beberapa tempa yang berbeda. Berikut adalah analisis data dari segai semantis yang

ada dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja.

a. Sinonim (Pemberian nama yang berbeda untuk lambang yang sama di


beberapa tempat yang berbeda)

Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun

memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga

dengan persamaan kata atau padanan kata. Data sinonim dalam penelitian ini ialah

kosakata yang mengalami perbedaan pemberian nama yang berbeda untuk lambang

yang sama di beberapa tempat berbeda. Data sinonim yang terdapat di tempat

penelitian merupakan data yang diperoleh langsung dari tuturan informan selama

peneliti melakukan penelitian. Peneliti menyimpulkan data yang termasuk data

sinonim jika telah melakukan penelitian di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dengan cara

membandingan kosakata di setiap tempat penelitian. Kosakata dasar dialek Sunda di

Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja yang bersifat sinonim salah satunya ialah kata [gupis] menjadi [keesen].

Untuk lebih jelasnya analisis data sinonim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
55

1. Sinonim

Data sinonim yang terdapat di Dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja terdapat pada data:

Data (5) pada kata [Bulu dada] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bulu dada] memiliki arti [bulu kiang], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bulu]. Perbedaan tersebut terdapat

pada penghilangan kata [kiang] pada dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [dada] menjadi [kiang] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [bulu dada] dan [bulu kiang] mempunyai arti yang sama.

Kata [Bulu Kuduk] pada data (6) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bulu kuduk] memiliki arti [bulu kiang], Sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bulu beheng]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [kuduk] menjadi [beheng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bulu kuduk]

dan [bulu beheng] mempunyai arti yang sama.


56

Kata [Dagu] pada kata Data (9) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [dagu] memiliki arti [janggot], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gado]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [dagu] menjadi [janggot] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dagu] dan

[janggot] mempunyai arti yang sama.

Data (14) kata [Gigi Seri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [gigi seri] memiliki arti [gingsul], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [huntu seri]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [gigi seri] menjadi [gingsul] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gigi

seri] dan [gingsul] mempunyai arti yang sama.

Data (15) kata [Gigi yang tumbuhnya bertumpuk] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [gigi yang tumbuhnya bertumpuk] memiliki

arti [gingsul], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [karehol]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan


57

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [gingsul] menjadi [karehol] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [hingsul] dan [karehol] mempunyai arti yang sama.

Data (16) kata [Gigi rusak berwarna hitam] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [gigi rusak berwarna hitam] memiliki arti [gupis],

Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[keesen]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [gupis] menjadi [keesen] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [gupis] dan [keesen] mempunyai arti yang sama.

Data (18) kata [Hati] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [hati] memiliki arti [hati], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hate]. Perbedaan tersebut terdapat pada

perubahan fonem [i] menjadi fonem [e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem,

fonem yang mengalami perubahan terdapat pada fonem [i] menjadi [e] walau fonem

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [hati] dan [hate] mempunyai arti yang sama.

Data (21) kata [Isi tulang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [isi tulang] memiliki arti [polo], Sedangkan dalam dialek Desa
58

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sum-sum]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [polo] menjadi [su-sum] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [polo] dan

[sum-sum] mempunyai arti yang sama.

Data (22) kata [Jantung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jantung] memiliki arti [jajantung], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jantung]. Perbedaan tersebut

terdapat pada arti penghilangan dua fonem yaitu pada fonem [j,a]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan ada beberapa fonem

yang mengalami penghilangan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan

terdapat pada fonem [j dan a] menjadi [jantung] walau mengalami perubahan

beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [jajantung] dan [jantung] mempunyai arti yang sama.

Pada data (23) kata [Janggut] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [janggut] memiliki arti [jejenggot], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [majanggot]. Perbedaan tersebut

terdapat pada perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah

fonem [j,e] menjadi [m,a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan beberapa fonem yang mengalami perubahan. Dapat


59

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa

fonem, setelah mengalami perubahan beberapa fonem kata [jejenggot] menjadi

[majenggot] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jejenggot] dan [majenggot]

mempunyai arti yang sama.

Data (26) kata [Jari Manis] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jari manis] memiliki arti [cicinggir], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jariji]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [cicinggir] menjadi [jariji] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicinggir]

dan [jariji] mempunyai arti yang sama.

Kata [Jari Tengah] yang terdapat pada data (27) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [jari tengah] memiliki arti [ramo nu tengah], Sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jajangkung].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [ramo nu tengah] menjadi [jajangkungl] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat
60

sudah mensepakati bahwa [ramo nu tengah] dan [jajngkung] mempunyai arti yang

sama.

Kata [Kelingking] yang terdapat pada data (28) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kelingking] memiliki arti [cicinggir], Sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cinggir]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan ada beberapa

fonem yang di hilangan, fonem yang mengalami penghilangan adalah fonem [c dan

i] dalam dialek Sunda kecamatan Karangpucung. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami penghilangan beberapa fonem, setelah mengalami

penghilangan beberapa fonem kata [cicinggir] menjadi [cinggir] walau beberapa

fonem mengalami penghilangan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicinggir] dan [cinggir] mempunyai arti yang

sama.

Data (32) pada kata [Ketiak] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ketiak] memiliki arti [kelek], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ketek]. Perbedaan tersebut

terdapat pada perubahan fonem ditengah kata, fonem yang mengalami perubahan

adalah fonem [l] menjadi [t]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari

kata dasarnya, melainkan yang mengalami perubahan fonem di tengah kata, setelah

mengalami perubahan fonem kata [kelek] menjadi [ketek]. Dapat disimpulkan bahwa

kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem di tengah kata saja.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kelek] dan [ketek] mempunyai arti yang

sama.
61

Kata [Mata Kaki] yang terdapat pada data (42) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [mata kaki] memiliki arti [mata suku], Sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cecekolen].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [mata suku] menjadi [cecekolen] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [mata suku] dan [cecekolen] mempunyai arti yang sama.

Data (47) pada kata [Pantat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [pantat] memiliki arti [bokong], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bujur]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bokong] menjadi [bujur] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bokong]

dan [bujur] mempunyai arti yang sama.

Data (48) pada kata [Paru-paru] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [paru-paru] memiliki arti [paru], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [paru-paru]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya


62

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [paru] menjadi [paru-paru] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [paru] dan

[paru-paru] mempunyai arti yang sama.

Data (49) pada kata [Pelipis] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [pelipis] memiliki arti [plipis], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pipis]. Perbedaan tersebut

terdapat pada penghilangan fonem ditengah kata, fonem yang mengalami

penghilangan adalah fonem [l]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan mengalami penghilanagn fonem di tengah kata, setelah

mengalami penghilangan fonem di tengah kata, kata [plipis] menjadi [pipis]. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan fonem di

tengah kata saja. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [plipis] dan [pipis]

mempunyai arti yang sama.

Kata [Pusar] yang terdapat pada data (55) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [pusar] memiliki arti [puser], Sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bujal]. Perbedaan tersebut

terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [puser] menjadi [bujal] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [puser] dan [bujal] mempunyai arti yang sama.
63

Kata [Rusuk] yang terdapat pada data (59) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [rusuk] memiliki arti [tulang iga], Sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [iga]. Perbedaan

tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami

penghilangan adalah [t,u,l,a,n,g]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami penghilangan beberapa fonem saja.

Setelah mengalami perubahan beberapa fonem kata [tulang iga] menjadi [iga].

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tulang iga] dan [iga] mempunyai arti yang

sama.

Data (62) pada kata [Tulang Rahang] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [tulang rahang] memiliki arti [careham], Sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [rahang].

Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [careham]

menjadi [rahang]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [careham] dan [rahang]

mempunyai arti yang sama.

Kata [Ubun-ubun] yang terdapat pada data (64) dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [ubun-ubun] memiliki arti [embun-embun],

Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[embun-embunen]. Perbedaan tersebut terdapat pada penamabahan fonem [e,n]

dalam dialek sunda Kecamatan Wanareja. Perbedaan kedua kata tersebut tidak
64

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami penambahan fonem

saja. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penambahan

fonem saja, setelah mengalami perubahan kata [embun-embun] menjadi [embun-

embun]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [embun-embun] dan [embun-

embunen] mempunyai arti yang sama.

Data (67) pada kata [Warna hitam sejak lahir] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [warna hitam sejak lahir] memiliki arti [karang],

Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[tanda]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [karang] menjadi [tanda]. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [karang] dan [tanda] mempunyai arti yang sama.

Data (68) pada kata [Saya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [saya] memiliki arti [urang], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [abi]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [urang] menjadi [abi]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [urang] dan

[abi] mempunyai arti yang sama.

Data (69) pada kata [Kamu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kamu] memiliki arti [maneh], Sedangkan dalam dialek Desa


65

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sia]. Perbedaan tersebut terdapat

pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [maneh] menjadi [sia] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [maneh] dan [sia] mempunyai arti yang sama.

Kata [Kita] yang terdapat pada data (71) dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kita] memiliki arti [urang], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sarerea]. Perbedaan tersebut

terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [urang] menjadi [sararea] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [urang] dan [sararea] mempunyai arti yang sama.

Data (72) pada kata [Panggilan untuk anak laki-laki kecil] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki kecil] memiliki arti

[endo], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai

arti [ceng]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat


66

pada [endo] menjadi [ceng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [endo] dan

[ceng] mempunyai arti yang sama.

Data (73) pada kata [Panggilan untuk gadis kecil] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk gadis kecil] memiliki arti

[enong], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan mengalami perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan

terdapat pada [o] menjadi [e]. Setelah mengalami perubahan fonem kata [enong]

menjadi [neng] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti

dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [enong] dan [eneng]

mempunyai arti yang sama.

Data (74) pada kata [Panggilan untuk gadis remaja] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [pangghilan untuk gadis remaja] memiliki arti

[eneng], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai

arti [neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan hanya mengalami perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan fonemnya, setelah mengalami perubahan

fonem kata [eneng] menjadi [neng] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[eneng] dan [neng] mempunyai arti yang sama.

Data (75) pada kata [Panggilan untuk laki-laki remaja] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki remaja] memiliki


67

arti [ujang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [aa]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [ujang] menjadi [aa] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [ujang] dan [aa] mempunyai arti yang sama.

Kata [Panggilan untuk laki-laki tua] yang terdapat pada data (76) dalam

dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki tua]

memiliki arti [ua], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [mamang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari

kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [ua] menjadi [mamang] walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ua] dan [mamang] mempunyai arti yang

sama.

Kata [Panggilan untuk perempuan tua] yang terdapat pada data (77) dalam

dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk perempuan tua]

memiliki arti [ibu/teteh], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [bibi]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya.

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan
68

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [ibu/teteh] menjadi [bibi] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [ibu/teteh] dan [bibi] mempunyai arti yang sama.

Data (80) pada kata [Adik dari suami] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [adik dari suami] memiliki arti [adi ipar], Sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [adi].

Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang

mengalami penghilangan adalah [ i,p,a,r]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan mengalami penghilangan fonem. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan fonem,

fonem yang mengalami perubahan terdapat pada kata [adi ipar] menjadi [adi] walau

mengalami penghilanagn fonem, tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [adi ipar] dan [adi] mempunyai arti yang

sama.

Data (83) pada kata [Anak tiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak tiri] memiliki arti [anak pulung], Sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anak tere]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [anak pulung] menjadi [anak tere] walau koskatanya mengalami perubahan
69

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[anak pulung] dan [anak tere] mempunyai arti yang sama.

Data (85) pada kata [Anak dari cucu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [anak dari cucu] memiliki arti [cicit], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [buyut]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [cicit] menjadi [buyut] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicit] dan

[buyut] mempunyai arti yang sama.

Data (86) pada kata [Anak dari saudara kandung] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dari saudara kandung] memiliki arti

[alo], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai

arti [ponakan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [alo] menjadi [ponakan] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [alo] dan [ponakan] mempunyai arti yang sama.

Kata [Anak yang tertua] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak yang tertua] memiliki arti [yayu], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaka] kata tersebut terdapat pada
70

data (88). Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [yayu] menjadi [kaka] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [yayu] dan [kaka] mempunyai arti yang sama.

Data (89) menjelaskan kata [Anak dari saudara ayah/ ibu] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dari sudara ayah/ibu] memiliki arti

[kaka/yayu], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [ponakan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari

kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kaka/yayu] menjadi [ponakan]

walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaka/yayu] dan [ponakan]

mempunyai arti yang sama.

Kata [Anak yang termuda] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak yang termuda] memiliki arti [bontot], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bungsu]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bontot] menjadi [bungsu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak
71

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bontot] dan

[bungsu] mempunyai arti yang sama. Data tersebut terdapat pada data (90).

Kata [Ayah dari ayah/ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ayah dari ayah/ibu] memiliki arti [bapung], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [aki]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bapung] menjadi [aki] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bapung]

dan [aki] mempunyai arti yang sama. Dapat tersebut terdapat pada data data (92).

Kata [Ayah tiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[ayah tiri] memiliki arti [bapa tere], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bapa]. Perbedaan tersebut terdapat pada

penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [t,e,r,e]

terdapat pada data (93). Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan hanya mengalami penghilangan beberapa fonem. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan beberapa

fonem, setelah mengalami perubahan fonem kata [bapa tere] menjadi [bapa]

walaupun mengalami penghilangan beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dagu] dan [janggot]

mempunyai arti yang sama.


72

Data (94) pada kata [Ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ibu] memiliki arti [embok], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ema]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [embok] menjadi [ema] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [embok] dan

[ema] mempunyai arti yang sama.

Kata [Ibu dari ayah/ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ibu dari ayah/ibu] memiliki arti [nini], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [eneh]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan, data tersebut terdapat pada data (95). Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [nini] menjadi [aneh] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [nini] dan [aneh] mempunyai arti yang sama.

Kata [Istri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [istri]

memiliki arti [pamajikan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [awewe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah

arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,


73

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pamajikan] menjadi [awewe]

walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pamajikan] dan [awewe]

mempunyai arti yang sama. Bisa dilihat pada data (97).

Kata [Istri/suami dari saudara kandung] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [istri/suami dari saudara kandung] memiliki arti [bibi],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [bibi] menjadi [neng] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [bibi] dan [neng] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat

dilihat pada data (98).

Kata [Istri/suami saudara suami/ istri] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [Istri/suami saudara suami/istri] memiliki arti [bibi],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [adi

ipar]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut dapat dilihat pada

data (99). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [bibi] menjadi [adi

ipar] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bibi] dan [adi ipar] mempunyai arti

yang sama.
74

Data (102) kata [Kaka laki-laki] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kaka laki-laki] memiliki arti [kaka], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [aang]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [kaka] menjadi [aang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaka] dan

[aang] mempunyai arti yang sama.

Data (103) Kata [Kaka perempuan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kaka perempuan] memiliki arti [yayu], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cece]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [yayu] menjadi [cece] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ramo nu

tengah] dan [jajngkung] mempunyai arti yang sama.

Data (104) kata [Kaka laki-laki ayah] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kaka laki-laki ayah] memiliki arti [mamang], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [uwa].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata


75

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [mamang] menjadi [uwa] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [mamang] dan [uwa] mempunyai arti yang sama.

Kata [Atap] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [atap]

memiliki arti [atep], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [gendeng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari

kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut

dapat dilihat pada data (105). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [atep] menjadi [genteng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [atep] dan

[genteng] mempunyai arti yang sama.

Data (106) pada kata [Atap dari bambu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [atap dari bambu] memiliki arti [pyan], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hatep]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [pyan] menjadi [hatep] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pyan] dan

[hatep] mempunyai arti yang sama.

Kata [Dapur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[dapur] memiliki arti [pedangan/goa], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak


76

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dapur]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pedangan/goa]

menjadi [dapur] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti

dari kata tersebut dapat dilihat pada data (107). Masyarakat sudah mensepakati

bahwa [pedangan/goa] dan [dapur] mempunyai arti yang sama.

Kata [Dinding dari bambu] yang terdapat pada data (108) dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [dinding dari bambu] memiliki arti [pager],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[bilik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [pager] menjadi [bilik] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [pager] dan [bilik] mempunyai arti yang sama.

Kata [Dinding dari kayu] yang terdapat pada data (109) dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [dinding dari kayu] memiliki arti [blagbag],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[papan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [blagbag] menjadi [papan] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [blagbag] dan [papan] mempunyai arti yang sama.


77

Kata [Genting] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[genting] memiliki arti [gendeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kenteng]. Perbedaan tersebut terdapat pada

perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah [g] menjadi [k].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkanmengalami beberapa perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa fonem, setelah mengalami

perubahan fonem kata [kenteng] menjadi [genteng] walau koskatanya mengalami

perubahan beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [kenteng] dan [genteng] mempunyai arti yang sama. Kata

tersebut dapat dilihat pada data (110).

Data (112) pada kata [Halaman belakang] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [halaman belakang] memiliki arti [buruan tukang],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[ditukang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [buruan tukang] menjadi [ditukang] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [buruan tukang] dan [ditukang] mempunyai arti yang

sama.

Data (113) pada kata [Jendela] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jendela] memiliki arti [jendela], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jndela]. Perbedaan kedua kata


78

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

penghilangan satu fonem, fonem yang hilang adalah fonem [e]. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [jendela] menjadi [jndela] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [jendela] dan [jndela] mempunyai arti yang sama.

Data (114) pada kata [Kamar tidur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kamar tidur] memiliki arti [sentong], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tempat sare]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [sentong] menjadi [tempat sare] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[sentong] dan [tempat sare] mempunyai arti yang sama.

Data (115) pada kata [Kamar Mandi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kamar mandi] memiliki arti [kamar mandi], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cai].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [kamar mandi] menjadi [cai] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [kamar mandi] dan [cai] mempunyai arti yang sama.
79

Kata [Kandang Kambing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kandang kambing] memiliki arti [paranje embe], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kandang embe].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [paranje embe] menjadi [kandang embe] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [paranje embe] dan [kendang embe] mempunyai arti yang

sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (117).

Data (118) Kata [Kain penutup jendela kaca] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kain penutu jendela kaca] memiliki arti [reregan],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[hordeng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [reregan] menjadi [hordeng] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [reregan] dan [hordeng] mempunyai arti yang sama.

Data (119) pada kata [Langit-langit] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [langit-langit] memiliki arti [lalamuk], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lalangit]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya
80

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [lalamuk] menjadi [lalangit] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[lalamuk] dan [lalangit] mempunyai arti yang sama.

Data (121) pada kata [Parit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [parit] memiliki arti [lebak], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [solokan]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [lebak] menjadi [solokan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lebak] dan

[solokan] mempunyai arti yang sama.

Data (123) pada kata [Ruang tamu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ruang tamu] memiliki arti [bale], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ruang tamu]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bale] menjadi [ruang tamu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bale]

dan [ruang tamu] mempunyai arti yang sama.


81

Data (124) pada kata [Teras] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [teras] memiliki arti [emper], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [teras]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [emper] menjadi [teras] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [emper] dan

[teras] mempunyai arti yang sama.

Data (127) pada kata [Lantai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [lantai] memiliki arti [pelester], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kramik]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [pelester] menjadi [kramik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[pelester] dan [kramik] mempunyai arti yang sama.

Data (132) pada kata [Asap] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [asap] memiliki arti [asep], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hasep]. Perbedaan tersebut terdapat pada

penambahan fonem [h] pada dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan
82

kosakatanya yang mengalami penambahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami penambahan satu fonem, setelah mengalami

penambahan fonem kata [asep] menjadi [hasep] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [asep] dan [hasep] mempunyai arti yang sama.

Data (135) pada kata [Bara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bara] memiliki arti [ruhak], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [areng]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [ruhak] menjadi [areng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ruhak] dan

[areng] mempunyai arti yang sama.

Data (137) pada kata [Batu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [batu] memiliki arti [mungkal], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [batu]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [mungkal] menjadi [batu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mungkal]

dan [batu] mempunyai arti yang sama.


83

Data (138) pada kata [Bawah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bawah] memiliki arti [teoh], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [handap]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [teoh] menjadi [handap] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [teoh] dan

[handap] mempunyai arti yang sama.

Data (140) pada kata [Besok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [besok] memiliki arti [isuk], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [enjing]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [isuk] menjadi [enjing] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [isuk] dan

[enjing] mempunyai arti yang sama.

Pada kata [Bukti] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[bukti] memiliki arti [bukti], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [nyata]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut

terdapat pada data (141). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya
84

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bukti] menjadi [nyata] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bukti] dan

[nyata] mempunyai arti yang sama.

Data (144) pada kata [Bulan terbit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bulan terbit] memiliki arti [bulan keluar], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [erek peting]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [bulan keluar] menjadi [erek peting] walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[bulan keluar] dan [erek peting] mempunyai arti yang sama.

Kata [Deras] (hujan, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[deras (hujan)] memiliki arti [hujan ageng], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ageng hujana]. Perbedaan

tersebur dikarenakan ada pertukaran tempat beberapa fonem atau yang biasa kita

kenal matatesis. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami pertukaran tempat. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami pertukaran tempat, setelah mengalami

pertukaran tempat beberapa fonem kata [hujan ageng] menjadi [ageng hujana] walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hujan ageng] dan [ageng hujana] mempunyai

arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (147).
85

Kata [Deras] (arus sungai) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [Deras (arus sungai)] memiliki arti [tarik], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cai tarik]. Perbedaan

tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem. Perbedaan kedua kata tersebut

tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [c,a dan

i]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

penghilangan beberapa fonem, setelah mengalami penghilanagan beberapa fonem

kata [tarik] menjadi [cai tarik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tarik] dan

[cai tarik] mempunyai arti yang sama. Terdapat pada data Data (148).

Kata [Desa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Desa]

memiliki arti [kampung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [desa]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kampung] menjadi [desa] walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kampung] dan [desa] mempunyai arti yang

sama. Kata tersebut terdapat pada data (149).

Kata [Di bawah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [di

bawah] memiliki arti [di teoh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [di handap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah

arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat
86

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [di teoh] menjadi [di handap]

walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [di teoh] dan [di handap] mempunyai

arti yang sama. Kata tersebut terdapat pada data (151).

Kata [DI Samping] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[di samping] memiliki arti [di gigir], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [di sisi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [di gigir] menjadi [di

sisi] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [di gigir] dan [di sisi] mempunyai

arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (152).

Kata [Dua hari mendatang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [dua hari mendatang] memiliki arti [pageto], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua poe nu erek]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [pageto] menjadi [dua poe nu erek] walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[pageto] dan [dua poe nu erek] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat

dilihat pada data (155).


87

Kata [Dua hari yang lalu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [dua hari yang lalu] memiliki arti [dua poe nu kamari], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kamari].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [dua poe nu kamari] menjadi [kamari] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [dua poe nu kamari] dan [kamari] mempunyai arti yang

sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (156).

Data (157) kata [Dusun] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [Dusun] memiliki arti [desa], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kadus]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [desa] menjadi [kadus] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [desa] dan

[kadus] mempunyai arti yang sama.

Data (158) pada kata [Embun] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [embun] memiliki arti [ibun], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [remis]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang
88

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [ibun] menjadi [remis] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ibun] dan

[remis] mempunyai arti yang sama.

Data (159) pada kata [Empat hari mendatang] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [empat hari mendatang] memiliki arti [opat poe kaharep],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[opat poe nu erek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [opat poe nu kaharep] menjadi [opat poe nu

erek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat poe kaharep] dan [opat poe nu

erek] mempunyai arti yang sama.

Data (160) pada kata [Empat hari yang lalu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [empat hari yang lalu] memiliki arti [opat poe nu kamari],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[kamari]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [opat poe nu kamari] menjadi [kamari] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [opat poe nu kamari] dan [kamari] mempunyai arti yang

sama.
89

Data (161) pada kata [Fajar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [fajar] memiliki arti [mata poe], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [isuk-isuk]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [mata poe] menjadi [isuk-isuk] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mata

poe] dan [isuk-isuk] mempunyai arti yang sama.

Data (163) pada kata Gerhana, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [gerhana] memiliki arti [gerhana], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [samagaha]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [gerhana] menjadi [samagaha] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[gerhana] dan [samagaha] mempunyai arti yang sama.

Data (167) kata [Hari] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [hari] memiliki arti [poe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dinten]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [poe] menjadi


90

[dinten] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [poe] dan [dinten] mempunyai arti

yang sama.

Data (170) pada kata [Ini] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ini] memiliki arti [ie], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [iye]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

penambahan fonem, fonem yang mengalami penambahan adalah fonem [y]. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya

dengan melalui penambahan satu fonem, setelah mengalami perubahan kata [ie]

menjadi [iye] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti

dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ie] dan [iye] mempunyai

arti yang sama.

Data (171) pada kata [Itu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [itu] memiliki arti [ituh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [itu]. Perbedaan tersebut terdapat pada

penghilangan fonem di akhir kata, fonem yang mengalami penghilangan adalah

fonem [h]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami

perubahan kosakatanya dengan melalui penghilangan satu fonem, setelah mengalami

perubahan kata [ituh] menjadi [itu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ituh]

dan [itu] mempunyai arti yang sama.


91

Data (173) pada kata [Jalan Sempit] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [jalan sempit] memiliki arti [gang], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jalan polosok].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [gang] menjadi [jalan polosok] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [gang] dan [jalan polosok] mempunyai arti yang sama.

Data (174) pada kata [Jurang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jurang] memiliki arti [jurang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jungkrang]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [jurang] menjadi [jungkrang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[jurang] dan [jungkrang] mempunyai arti yang sama.

Data (175) pada kata [Kabut] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kabut] memiliki arti [ibun], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hasep]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya


92

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [ibun] menjadi [hasep] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ibun] dan

[hasep] mempunyai arti yang sama.

Data (176) pada kata [Kanan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kanan] memiliki arti [kanan], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [katuhu]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [kanan] menjadi [katuhu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kanan] dan

[katuhu] mempunyai arti yang sama.

Data (178) pada kata [Kilat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kilat] memiliki arti [gelap], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [singkaban]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [gelap] menjadi [singkaban] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gelap]

dan [singkaban] mempunyai arti yang sama.

Data (179) pada kata [Kiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kiri] memiliki arti [kede], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak
93

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kenca]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kede] menjadi

[kenca] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kede] dan [kenca] mempunyai arti

yang sama.

Data (184) pada kata [Lereng] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [lereng] memiliki arti [gunung], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gagawir]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [gunung] menjadi [gagawir] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[gunung] dan [gagawir] mempunyai arti yang sama.

Data (185) pada kata [Malam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [malam] memiliki arti [peting], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [wengi]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [peting] menjadi [wengi] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak
94

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [peting] dan

[wengi] mempunyai arti yang sama.

Data (186) pada kata [Mata air] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mata air] memiliki arti [entuk], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [liang cai]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [entuk] menjadi [liang cai] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [entuk] dan

[liang cai] mempunyai arti yang sama.

Data (187) kata [Mega hitam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mega hitam] memiliki arti [kabut], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [reek]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [kabut] menjadi [reek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kabut] dan

[reek] mempunyai arti yang sama.

Data (188) kata [Mega putih] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mega putih] memiliki arti [ampak-ampak], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pepedut]. Perbedaan kedua


95

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [ampak-ampak] menjadi [pepedut] walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[ampak-apmak] dan [pepedut] mempunyai arti yang sama.

Kata [Musim hujan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[musim hujan] memiliki arti [rendeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [musim hujan]. Perbedaan kedua kata tersebut

tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami

perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [rendeng]

menjadi [musim hujan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rendeng]

dan [musim hujan] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data

(190).

Kata [Pagi sekali] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[pagi sekali] memiliki arti [uput-uput], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [janari]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [uput-uput] menjadi

[janari] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata
96

tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (193). Masyarakat sudah mensepakati

bahwa [uput-uput] dan [janari] mempunyai arti yang sama.

Kata [Pasir] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pasir]

memiliki arti [pasir], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [kesik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [pasir] menjadi [kesik] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut

dapat dilihat pada data (194). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pasir] dan

[kesik] mempunyai arti yang sama.

Kata [Pematang sawah/ladang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [pematang sawah/ladang] memiliki arti [tampingan], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [galengan].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [tampingan] menjadi [galengan] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut

dapat dilihat pada data (196). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tampingan] dan

[galengan] mempunyai arti yang sama.

Kata [Sebentar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[sebentar] memiliki arti [sakedeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak


97

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sakedap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [sakedeng] menjadi

[sakedap] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (197). Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [sakedeng] dan [sakedap] mempunyai arti yang sama.

Kata [Senja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [senja]

memiliki arti [burit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [sarepna]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [burit] menjadi [sarepna] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut

dapat dilihat pada data data (199). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [burit] dan

[sarepna] mempunyai arti yang sama.

Kata [Siang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [siang]

memiliki arti [berang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [tiberang]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan

beberapa fonem, fonem yang hilang adalah fonem [t.i]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat


98

pada [berang] menjadi [tiberang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (200).

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [berang] dan [tiberang] mempunyai arti yang

sama.

Kata [Sore] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [sore]

memiliki arti [burit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [sarepna]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [burit] menjadi [sarepna] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata dapat dilihat

pada data (201). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [burit] dan [sarepna]

mempunyai arti yang sama.

Data (202) pada kata [Sungai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [Sungai] memiliki arti [cai], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lebak]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [cai] menjadi [lebak] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cai] dan

[lebak] mempunyai arti yang sama.

Data (207) Pada kata [Utara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [utara] memiliki arti [lor], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak
99

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaler]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [lor] menjadi [kaler]

walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lor] dan [kaler] mempunyai arti

yang sama.

Data (208) pada kata [Anting] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anting] memiliki arti [suweng], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anting]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [suweng] menjadi [anting] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [suweng]

dan [anting] mempunyai arti yang sama.

Data (209) pada kata [Alas Kaki] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [alas kaki] memiliki arti [sendal], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sandal]. Perbedaan tersebut

terdapat pada peruabahan fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah fonem

[e] menjadi [a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [sandal] menjadi [sendal] walau koskatanya mengalami


100

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [sandal] dan [sendal] mempunyai arti yang sama.

Data (210) pada kata [Jarik] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jarik] memiliki arti [samping], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sinjang]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [samping] menjadi [sinjang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[samping] dan [sinjang] mempunyai arti yang sama.

Data (211) pada kata [Kalung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kalung] memiliki arti [kangkalung], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kalung]. Perbedaan tersebut

terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan

adalah, [k,a,n,g]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [kangkalung] menjadi [kalung] walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kangkalung] dan [kalung] mempunyai arti

yang sama.

Data (213) pada kaya [Kebaya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kebaya] memiliki arti [kebaya], sedangkan dalam dialek Desa


101

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kabaya]. Perbedaan tersebut

terdapat pada peruabahan fonem [e] menjadi [a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kebaya] menjadi

[kabaya] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kebaya] dan [kabaya]

mempunyai arti yang sama.

Data (214) pada kata [Kopiah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kopiah] memiliki arti [peci], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kopiah]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [peci] menjadi [kopiah] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [peci] dan

[kopiah] mempunyai arti yang sama.

Data (217) pada kata [Dukun Sunat] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dukun sunat] memiliki arti [tukang nyunatan], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [paraji].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [tukang nyunatan] menjadi [paraji] walau koskatanya


102

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [tukang nyunatan] dan [paraji] mempunyai arti yang sama.

Data (218) pada kata [Juragan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [juragan] memiliki arti [juragan], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [benghar]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [juragan] menjadi [benghar] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[juragan] dan [benghar] mempunyai arti yang sama.

Pada kata [Kepala desa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

[kepala desa] memiliki arti [lurah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kapalurah]. Perbedaan tersebut terdapat pada

penambahan beberapa fonem, fonem yang mengalmai penmabahan adalah fonem

[k,a,p,a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [lurah] menjadi [kapalurah] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat

pada data (219). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lurah] dan [kapalurah]

mempunyai arti yang sama.

Data (220) pada kat [Kaur pemerintah] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kaur pemerintah] memiliki arti [kaur], sedangkan dalam


103

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaur] dan

[carik] mempunyai arti yang sama.

Data (221) pada kata [Kaur kesejahteraan] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kaur kesejahteraan] memiliki arti [kaur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [kaur] dan [carik] mempunyai arti yang sama.

Data (222) Pada kata [Kaur Pembangunan] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [kaur Pembangunan] memiliki arti [kaur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami


104

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [kaur] dan [carik] mempunyai arti yang sama.

Data (224) pada kata [Makelar kambing/sapi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [makelar kambing/sapi] memiliki arti [calo], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyalo].

Perbedaan tersebut terdapat perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan

adalah [c] menjadi [n,y]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [calo] menjadi [nyalo] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [calo] dan

[nyalo] mempunyai arti yang sama.

Data (226) pada kata [Pedagang Besar] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [pedagang besar] memiliki arti [toko], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [warung ageng].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [toko] menjadi [warung ageng] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [toko] dan [warung ageng] mempunyai arti yang sama.
105

Data (227) pada kata [Pedagang Kecil] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [pedagang kecil] memiliki arti [warung], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [watung alit].

Perbedaan tersebut terdapat pada penambahan beberapa fonem, fonem yang

mengalami penambahan adalah [a,l,i,t]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti

katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [warung] menjadi [warung alit] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [warung] dan [warung alit] mempunyai arti yang sama.

Data (229) pada kata [Orang memanen padi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [orang memanen padi] memiliki arti [dibuat], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [panen].

Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [dibuat] menjadi

[panen] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dibuat] dan [panen] mempunyai arti

yang sama.

Data (230) pada kata [Anak anjing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak anjing] memiliki arti [anjing], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anak anjing]. Perbedaan tersebut


106

terdapat pada penambahan fonem [a,n,a,k]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti

katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [anjing] menjadi [anak najing] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [anjing] dan [anak najing] mempunyai arti yang sama.

Data (231) pada kata [Ayam Jantan Muda] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [ayam jantan muda] memiliki arti [jajanggar], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hayam jago].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [jajanggar] menjadi [hayam jago] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [jajanggar] dan [hayam jago] mempunyai arti yang sama.

Data (232) pada kata [Ayam betina dewasa] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [ayam betina dewasa] memiliki arti [danten], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [indungna].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [danten] menjadi [indungna] walau koskatanya mengalami


107

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [danten] dan [indungna] mempunyai arti yang sama.

Data (234) pada kata [Itik jantan muda] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [itik jantan muda] memiliki arti [entog], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [meri]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [entog] menjadi [meri] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [entog] dan

[meri] mempunyai arti yang sama.

Data (235) pada kata [Itik betina muda] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [itik betina muda] memiliki arti [basur], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [meri]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [basur] menjadi [meri] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [basur] dan

[meri] mempunyai arti yang sama.

Data (236) pada kata [Ikan laut/tambak] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [ikan laut/tambak] memiliki arti [gesek], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lauk laut].
108

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada [gesek] menjadi [lauk laut] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [gesek] dan [lauk laut] mempunyai arti yang sama.

Data (237) pada kata [Ikan sungai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ikan sungai] memiliki arti [lauk lebak], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [benter]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [lauk lebak] menjadi [benter] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lauk

lebak] dan [benter] mempunyai arti yang sama.

Data (245) pada kata [Anak tikus] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak tikus] memiliki arti [cucurut], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [berit]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [cucurut] menjadi [berit] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak
109

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cucurut]

dan [berit] mempunyai arti yang sama.

Data (247) pada kata [Bunglon] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bunglon] memiliki arti [londok], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bunglon]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [londok] menjadi [bunglon] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[londok] dan [bunglon] mempunyai arti yang sama.

Data (250) pada kata [Anak dahan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [anak dahan] memiliki arti [pang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sirung]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [pang] menjadi [sirung] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pang] dan

[srung] mempunyai arti yang sama.

Data (252) pada kata [Batang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [batang] memiliki arti [tangkal], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dahan]. Perbedaan kedua kata


110

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [tangkal] menjadi [dahan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tangkal]

dan [dahan] mempunyai arti yang sama.

Data (259) pada kata [Cabai merah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [cabai merah] memiliki arti [cabe berem], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sabrang berem]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan, kosakata awal yang mengalami perubah yaitu pada kata

[cabe] menjadi [sabrang]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami perubahan kosakata kata

[cabe berem] menjadi [sabrang berem]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cabe

berem] dan [sabrang berem] mempunyai arti yang sama.

Data (260) pada kata [Cabai hijau] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [cabai hijau] memiliki arti [cabe hijau], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sabrang hejo]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan, kosakata awal yang mengalami perubah yaitu pada kata

[cabe] menjadi [sabrang]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami perubahan kosakata kata

[cabe hijau] menjadi [sabrang hejo]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cabe

hijau] dan [sabrang hejo] mempunyai arti yang sama.


111

Data (261) pada kata [Cabai Kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [cabai kecil] memiliki arti [rawit], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cengek]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [rawit] menjadi [cengek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rawit] dan

[cengek] mempunyai arti yang sama.

Data (262) pada kata [Cabang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [cabang] memiliki arti [pang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dahan]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [pang] menjadi [dahan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pang] dan

[dahan] mempunyai arti yang sama.

Data (265) pada kata [Daun ketela] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [daun ketela] memiliki arti [daun budin], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [daun sampe]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya
112

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [daun budin] menjadi [daun sampe] walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[daun sampe] dan [daun sampe] mempunyai arti yang sama.

Data (267) pada kata [Getah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [getah] memiliki arti [gtah], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [getah]. Perbedaan tersebut

terdapat pada penghilangan fonem di tengah kata, fonem yang mengalami

penghilangan adalah [e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya dengan

mengalami penghilangan fonem di tengah kata, setelah mengalami penghilangan

fonem di tengah kata, kata [getah] menjadi [gtah] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [getah] dan [gtah] mempunyai arti yang sama.

Data (268) pada kata [Jerami] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [jerami] memiliki arti [jerami], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jarami]. Perbedaan tersebut

terdapat perubahan fonem [e] menjadi fonem [a]. Perbedaan kedua kata tersebut

tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

perubahan dengan perubahan fonem di tengah kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami

perubahan fonem di tengah kata, kata [jerami] menjadi [jarami] walau koskatanya
113

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [jerami] dan [jarami] mempunyai arti yang sama.

Data (271) pada kata [Kelapa] (buah) yang masih kecil, dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [kelapa (buah) yang masih kecil] memiliki arti

[dawegan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [cengkir]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [maneh] menjadi [sia] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [maneh] dan [sia] mempunyai arti yang sama.

Data (279) pada kata [Ubi Kayu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ubi kayu] memiliki arti [budin], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sampe]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [budin] menjadi [sampe] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [budin] dan

[sampe] mempunyai arti yang sama.

Data (291) pada kata [Sayuran] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [sayuran] memiliki arti [dengen], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [angen]. Dapat disimpulkan bahwa


114

kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada [dengen] menjadi [angen] walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [dengen] dan [angen] mempunyai arti yang sama.

Data (282) pada kata [Buah-buahan yang diberi sambal] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [buah-buahan yang diberi sambal] memiliki

arti [rujak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [lotek]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada [rujak] menjadi [lotek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rujak] dan

[lotek] mempunyai arti yang sama.

Data (283) pada kata [Bangun tidur] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [bangun tidur] memiliki arti [hudang pineh], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gugah bobo].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [hudang pineh] menjadi [gugah bobo]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hudang pineh] dan [gugah bobo] mempunyai

arti yang sama.


115

Data (284) pada kata [Bekerja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bekerja] memiliki arti [gagawe], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [damel]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [gagawe] menjadi [damel]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[gagwe] dan [damel] mempunyai arti yang sama.

Data (285) pada kata [Berbicara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berbicara] memiliki arti [ngomong], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyarios]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [nyarios] menjadi [ngomong]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[nyarios] dan [ngomong] mempunyai arti yang sama.

Data (286) pada kata [Berenang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berenang] memiliki arti [renang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngojay]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya


116

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [renang] menjadi [ngojay]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[renang] dan [ngojay] mempunyai arti yang sama.

Data (287) pada kata [Berjalan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berjalan] memiliki arti [lempang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mapah]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [lempang] menjadi [mapah]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[lempang] dan [mapah] mempunyai arti yang sama.

Data (288) pada kata [Berjongkok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berjongkok] memiliki arti [totongkrong], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nagog]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [totongkrong] menjadi [nagog]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[totongkrong] dan [nagog] mempunyai arti yang sama.


117

Data (289) pada kata [Berkelahi dengan tangan] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [berkelahi dengan tangan] memiliki arti

[garelut], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [gelut]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [garelut] menjadi [gelut]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [garelut] dan [gelut] mempunyai arti yang

sama.

Data (290) pada kata [Berkelahi dengan kata-kata] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [berkelahi dengan kata-kata] memiliki arti

[pagolok-golok omong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja mempunyai arti [pasea]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [pagolok-golok omong]

menjadi [pasea]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti

dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pagolok-golok omong] dan

[pasea] mempunyai arti yang sama.

Data (291) pada kata [Berkembang (pohon)] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [berkembang (pohon)] memiliki arti [sirungan],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti


118

[jadi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa

kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [sirungan] menjadi [jadi]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sirungan] dan [jadi] mempunyai arti yang

sama.

Data (293) pad akata [Berlari] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berlari] memiliki arti [lumpat], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lulumpatan]. Perbedaan tersebut

terdapat penambahan fonem diawal dan diakhir kata. Perbedaan kedua kata tersebut

tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami

perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata

[lumpat] menjadi [lulumpatan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lumpat] dan

[lulumpatan] mempunyai arti yang sama.

Data (295) pada kata [Berubah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berubah] memiliki arti [robah], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [beda]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat


119

pada kata [robah] menjadi [beda]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [robah]

dan [beda] mempunyai arti yang sama.

Data (296) pada kata [Berobat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [berobat] memiliki arti [berobat], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ditambaan]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [berobat] menjadi [ditambaan]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[berobat] dan [di tambaan] mempunyai arti yang sama.

Data (297) pada kata [Bertanya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bertanya] memiliki arti [nanyaken], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [narosken]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [nanyaken] menjadi [narosken]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[nanyaken] dan [narosken] mempunyai arti yang sama.

Data (298) pada kata [Bertemu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bertemu] memiliki arti [patimu], sedangkan dalam dialek Desa


120

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pependak]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [petimu] menjadi [pependak]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[patimu] dan [pependak] mempunyai arti yang sama.

Data (300) pada kata [Cuci Pakaian] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [cuci pakaian] memiliki arti [nyeseh], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyesehan]. Perbedaan

tersebut terdapat penambahan fonem diakhir kata, yaitu fonem [a,n]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penambahan fonem kata

[nyeseh] menjadi [nyesehan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyeseh] dan

[nyesehan] mempunyai arti yang sama.

Data (301) pada kata [Datang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [datang] memiliki arti [datang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dongkap]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat


121

pada kata [datang] menjadi [dongkap]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[datang] dan [dongkap] mempunyai arti yang sama.

Data (302) pada kata [Duduk] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [duduk] memiliki arti [diuk], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [calik]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [diuk] menjadi [calik]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [diuk]

dan [calik] mempunyai arti yang sama.

Data (303) pada kata [Ingat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [ingat] memiliki arti [inget], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [emut]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [inget] menjadi [emut]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [inget]

dan [emut] mempunyai arti yang sama.

Data (305) pada kata [Kencing] dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [kencing] memiliki arti [ngompol], sedangkan dalam dialek Desa


122

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ompol]. Perbedaan tersebut

terdapat penghilangan fonem di awal kata, yaitu fonem [n,g]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan dengan menghilangkan dua fonem di awal kata. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

setelah mengalami penghilangan fonem di awal kata, kata [ngompol] menjadi

[ompol]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngompol] dan [ompol]

mempunyai arti yang sama.

Data (306) pada kata [Lari-lari Kecil] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [lari-lari kecil] memiliki arti [lelempangan], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lulumpatan].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [lelempangan] menjadi [lulumpatan]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lelempangan] dan [lulumpatan] mempunyai

arti yang sama.

Data (307) pada kata [Makan] (nasi), dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [makan (nasi)] memiliki arti [madang], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [emam]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya
123

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [madang] menjadi [emam]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[madang] dan [emam] mempunyai arti yang sama.

Data (308) pada kata [Marah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [marah] memiliki arti [amarah], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngambek]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [amarah] menjadi [ngambek]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[amarah] dan [ngambek] mempunyai arti yang sama.

Data (309) pada kata [Melempar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [melempar] memiliki arti [mabit], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [alung]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [mabit] menjadi [alung]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mabit]

dan [alung] mempunyai arti yang sama.


124

Data (310) pada kata [Melihat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [melihat] memiliki arti [nyele], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ningali]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [nyele] menjadi [ningali]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyele]

dan [ningali] mempunyai arti yang sama.

Data (311) pada kata [Memasak nasi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [memasak nasi] memiliki arti [ngejo], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyangu]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [ngejo] menjadi [nyangu]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngejo]

dan [nyangu] mempunyai arti yang sama.

Data (312) pada kata [Memasak sayur] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [memasak sayur] memiliki arti [nyelem], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngangen].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata


125

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [nyelem] menjadi [ngangen]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [nyelem] dan [ngangen] mempunyai arti yang sama.

Data (314) pada kata [Membawa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [membawa] memiliki arti [mawa], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyandak]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [mawa] menjadi [nyandak]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[mawa] dan [nyandak] mempunyai arti yang sama.

Data (316) pada kata [Membawa dengan punggung] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa dengan punggung] memiliki arti

[digandong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [dipanggul]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari

kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [digandong] menjadi

[dipanggul]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [digandong] dan [dipanggul]

mempunyai arti yang sama.


126

Data (318) pada kata [Membawa dengan tangan di depan] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa dengan tangan] memiliki arti

[ditampek], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [bopong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [ditampek] menjadi [bopong]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ditampek] dan [bopong] mempunyai arti

yang sama.

Data (320) pada kata [Membawa di pinggang] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [membawa di pinggang] memiliki arti [diasi], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [digondong].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [diais] menjadi [digondong]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [diais] dan [digondong] mempunyai arti yang sama.

Data (321) pada kata [Membawa di punduk] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [membawa di punduk] memiliki arti [panggul], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tanggung].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan
127

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [panggul] menjadi [tanggung]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [panggul] dan [tanggung] mempunyai arti yang sama.

Data (322) pada kata [Membersihkan] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [membersihkan] memiliki arti [ngaresikan], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bebersih].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [ngaresikan] menjadi [bebersih]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [ngaresikan] dan [bebersih] mempunyai arti yang sama.

Data (323) pada kata [Memberi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [memberi] memiliki arti [mere], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dipasihan]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [mere] menjadi [dipasihan]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[mere] dan [dipasihan] mempunyai arti yang sama.


128

Data (324) pada kata [Memberi tahu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [memberi tahu] memiliki arti [mere nyaho], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dibejaan].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [mere nyaho] menjadi [dibejaan]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [mere nyaho] dan [dibejaan] mempunyai arti yang sama.

Data (327) pada kata [Memotong kayu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [memotong kayu] memiliki arti [nuar], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngagorok].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [nuar] menjadi [ngagorok]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [nuar] dan [ngagorok] mempunyai arti yang sama.

Data (328) pada kata [Memproleh hadiah] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [memperoleh hadiah] memiliki arti [menang hadiah],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[kenging]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua


129

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [menang hadiah] menjadi [kenging]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [menang hadiah] dan [kenging] mempunyai arti yang

sama.

Data (329) pada kata [Mencium bau] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [mencium bau] memiliki arti [ngambean], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaambe].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [ngambean] menjadi [kaambe]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [ngambean] dan [kaambe] mempunyai arti yang sama.

Data (330) pada kata [Menarik benda dengan hewan] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [menarik benda dengan hewan] memiliki arti

[nyered], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [betot]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [nyered] menjadi [betot]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyered] dan [betot] mempunyai arti yang

sama.
130

Data (331) pada kata [Mendengar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mendengar] memiliki arti [kakuping], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kadangu]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [kakuping] menjadi [kadenge]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[kakuping] dan [kadenge] mempunyai arti yang sama.

Data (333) pada kata [Memegang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [memegang] memiliki arti [nyekel], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyepeng]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [nyekel] menjadi [nyepeng]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[nyekel] dan [nyepeng] mempunyai arti yang sama.

Data (334) pada kata [Mengambil daging sekerat] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengambil daging sekerat] memiliki arti

[nyokot daging], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [nyandak daging]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat


131

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nyokot daging] menjadi

[nyandak daging]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah

arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyokot daging] dan

[nyandak daging] mempunyai arti yang sama.

Data (335) pada kata [Mengalir air] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mengalir air] memiliki arti [cai mocor], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mocor]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [cai mocor] menjadi [mocor]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[cai mocor] dan [mocor] mempunyai arti yang sama.

Data (336) pada kata [Menggali] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [menggali] memiliki arti [ngeduk], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngali]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [ngeduk] menjadi [ngali]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[ngeduk] dan [ngali] mempunyai arti yang sama.


132

Data (337) pada kata [Menggaruk kepala] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [menggaruk kepala] memiliki arti [gagaro hulu],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[gagaro]. Perbedaan tersebut terdapat penghilangan fonem diakhir kata, fonem yang

mengalami penghilangan yaitu [h,u,l,u]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami

penghilangan fonem diakhir kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut

hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penghilangan fonem di

akhir kata, kata [gagro hulu] menjadi [gagaro]. Walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [gagaro hulu] dan [gagaro] mempunyai arti yang sama.

Data (338) pada kata [Mengenggam] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [mengenggam] memiliki arti [nyenggem], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngepel].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [nyanggem] menjadi [ngepel]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [nyanggem] dan [ngepel] mempunyai arti yang sama.

Data (339) pada kata [Mongotori lantai/baju] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [mengotori lantai/baju] memiliki arti [ngabelokan],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti


133

[kokotoran]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [ngabelokan] menjadi [kokotoran]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [ngabelokan] dan [kokotoran] mempunyai arti yang sama.

Data (340) pada kata [Mengulangi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [mengulangi] memiliki arti [ngulang], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mulai dei]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [ngulang] menjadi [mulai dei]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[ngulang] dan [mulai dei] mempunyai arti yang sama.

Data (342) pada kata [Menjemur (baju, jagung, kayu)] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [menjemur (baju,jagung, kayu)] memiliki arti

[moe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai

arti [moeken]. Perbedaan tersebut terdapat penambahan fonem di akhir kata, yaitu

fonem [k,e,n]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan dengan mengalami penambahan

fonem di akhir kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami

perubahan kosakatanya, setelah mengalami penambahan fonem, kata [moe] menjadi


134

[moeken]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [moe] dan [moeken]

mempunyai arti yang sama.

Data (343) pada kata [Memeras (kelapa, susu sapi)] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [memeras (kelapa, susu sapi] memiliki arti

[meret], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai

arti [diperes]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [hudang pineh] menjadi [gugah bobo]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hudang pineh] dan [gugah bobo] mempunyai

arti yang sama.

Data (344) pada kata [Menggosok gigi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [menggosok gigi] memiliki arti [nyikat], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [disikat]. Perbedaan

kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [nyikat] menjadi [disikat]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[nyikat] dan [disikat] mempunyai arti yang sama.


135

Data (345) pada kata [Menguburkan bangkai binatang] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [menguburkan bangkai binatang] memiliki arti

[ngubur bangke], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [ngubur bugang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti

dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngubur bangke] menjadi

[ngubur bugang]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah

arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngubur bangke] dan

[ngubur bugang] mempunyai arti yang sama.

Data (346) pada kata [Menguburkan jeanzah] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [menguburkan jenazah] memiliki arti [mendem mayid],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[dikuburken]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [mendem mayid] menjadi [dikuburken]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mendem mayid] dan [dikuburken]

mempunyai arti yang sama.

Data (347) pada kata [Menghitung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [Menghitung] memiliki arti [ngetung], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [milang]. Perbedaan kedua kata


136

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [ngetung] menjadi [milang]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[ngetung] dan [milang] mempunyai arti yang sama.

Data (348) pada kata [Menyuruh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [manyuruh] memiliki arti [marentah], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [miwarang]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [marentah] menjadi [miwarang]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[marentah] dan [miwarang] mempunyai arti yang sama.

Data (349) pada kata [Menghidupkan api] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [menghidupkan api] memiliki arti [mirun api], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mirun sene].

Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami

perubahan yaitu [a,p,i] menjadi [s,e,n,e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami beberapa

fonem yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut

hanya mengalami perubahan beberapa fonem saja, setelah mengalami perubahan


137

fonem, kata [mirun api] menjadi [mirun sene] walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [mirun api] dan [mirun sene] mempunyai arti yang sama.

Data (350) pada kata [Merumputi tanaman] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [merumputi tanaman] memiliki arti [ngaresikan

tatangkalan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [babala]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [ngaresikan tatangkalan] menjadi [babala].

Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngaresikan tatangkalan] dan

[babala] mempunyai arti yang sama.

Data (354) pada kata [Bisu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [bisu] memiliki arti [pire], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [epe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [pire] menjadi

[epe]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pire] dan [epe] mempunyai arti yang

sama.
138

Data (356) pada kata [Luka yang infeksi] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [luka yang infeksi] memiliki arti [doklok], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bareh].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [doklok] menjadi [labuh]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [doklok] dan [labuh] mempunyai arti yang sama.

Data (357) pada kata [Buta] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [buta] memiliki arti [lolong], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [baong]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [lolong] menjadi [baong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[lolong] dan [baong] mempunyai arti yang sama.

Data (359) pada kata [Gondok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [gondok] memiliki arti [gondok], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mendol]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya


139

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [gondok] menjadi [mendol]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[gondok] dan [mendol] mempunyai arti yang sama.

Data (361) pada kata [Obat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [obat] memiliki arti [obat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [landong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan

kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [obat] menjadi

[landong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari

kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [obat] dan [landong]

mempunyai arti yang sama.

Data (362) pada kata [Panu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [hapur] memiliki arti [hapur], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [panu]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [hapur] menjadi [panu]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hapur]

dan [panu] mempunyai arti yang sama.


140

Data (363) pada kata [Pingsan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [pingsan] memiliki arti [te eling], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [semaput]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [te eling] menjadi [semaput]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[te eling] dan [sempaut] mempunyai arti yang sama.

Data (364) pada kata [Pusing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [pusing] memiliki arti [pusing], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [riet]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [pusing] menjadi [riet]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi

tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[pusing] dan [riet] mempunyai arti yang sama.

Data (365) pada kata [Sembuh dari sakit] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [sembuh dari sakit] memiliki arti [beteng], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [waras].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami


141

perubahan terdapat pada kata [beteng] menjadi [waras]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [beteng] dan [waras] mempunyai arti yang sama.

Data (367) pada kata [Empat Belas] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [empat belas] memiliki arti [opat welas], sedangkan dalam dialek

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [opat belas]. Perbedaan

tersebut terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua kata

tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan

satu fonem, kata [opat belas] menjadi [opat welas]. Walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [opat belas] dan [opat welas] mempunyai arti yang sama.

Data (369) pada kata [Lima belas] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [lima belas] memiliki arti [lima welas], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lima belas]. Perbedaan tersebut

terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan

satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan satu fonem,

kata [lima belas] menjadi [lima welas]. Walau koskatanya mengalami perubahan

tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa

[lima belas] dan [lima welas] mempunyai arti yang sama.


142

Data (373) pada kata Depan belas, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [delapan belas] memiliki arti [dalapan welas], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [delapan belas].

Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan

satu fonem, kata [delapan belas] menjadi [delapan welas]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [delapan belas] dan [delapan welas] mempunyai arti yang

sama.

Data (374) pada kata [Duapuluh satu] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [duapuluh satu] memiliki arti [salikur], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh hiji].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [salikur] menjadi [dua puluh hiji]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [salikur] dan [dua puluh hiji] mempunyai arti yang sama.

Data (375) pada kata [Duapuluh dua] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [duapuluh dua] memiliki arti [dua likur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh
143

dua]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [pusing] menjadi [riet]. Walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [pusing] dan [riet] mempunyai arti yang sama.

Data (376) pada kata [Dua puluh tiga] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [duapuluh tiga] memiliki arti [tilu likur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tilu puluh hiji].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [tilu likur] menjadi [tilu puluh hiji]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [tilu likur] dan [tilu puluh hiji] mempunyai arti yang sama.

Data (377) pada kata [Dua puluh empat] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh empat] memiliki arti [opat likur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh

opat]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [opat likur] menjadi [dua puluh opat]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.
144

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat likur] dan [dua puluh opat] mempunyai

arti yang sama.

Data (378) pada kata [Dua puluh lima] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh lima] memiliki arti [salawe], sedangkan dalam

dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh lima].

Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [salawe] menjadi [dua puluh llima]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [salawe] dan [dua puluh lima] mempunyai arti yang sama.

Data (379) pada kata [Dua puluh enam] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh enam] memiliki arti [genep likur], sedangkan

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh

genep]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [genep likur] menjadi [dua puluh genep]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [genep likur] dan [dua puluh genep]

mempunyai arti yang sama.

Data (380) pada kata [Dua puluh tujuh] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh tujuh] memiliki arti [tujuh likur], sedangkan
145

dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh

tujuh]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [tujuh likur] menjadi [dua puluh tujuh]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tujuh likur] dan [dua puluh tujuh]

mempunyai arti yang sama.

Data (381) pada kata [Dua puluh delapan] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh delapan] memiliki arti [dalapan likur],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua

puluh delapan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [dalapan likur] menjadi [dua puluh dalapan]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dalapan likur] dan [dua puluh dalapan]

mempunyai arti yang sama.

Data (382) pada kata [Dua puluh sembilan] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [dua puluh sembilan] memiliki arti [salapan likur],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua

puluh salapan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua


146

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [salapan likur] menjadi [dua puluh salapan]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [salapan likur] dan [dua puluh salapan]

mempunyai arti yang sama.

Data (383) pada kata [Enam puluh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung [enam puluh] memiliki arti [sawidak], sedangkan dalam dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [genep puluh]. Perbedaan kedua

kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat

pada kata [sawidak] menjadi [genep puluh]. Walau koskatanya mengalami

perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah

mensepakati bahwa [sawidak] dan [genep puluh] mempunyai arti yang sama.

Data (385) pada kata [Satu petak besar (sawah, ladang)] dalam dialek Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung [satu petak besar (sawah, ladang)] memiliki

arti [salolombang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

mempunyai arti [lega]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata

dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang

mengalami perubahan terdapat pada kata [sawah, ladang] menjadi [lega]. Walau

koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sawah, ladang] dan [lega] mempunyai arti

yang sama.
147

Data (386) pada kata [Ukuran kacang tanah] dalam dialek Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung [ukuran kacang tanah] memiliki arti [parapatan],

sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

[kiloan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya,

melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

perubahan terdapat pada kata [parapatan] menjadi [kiloan]. Walau koskatanya

mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

sudah mensepakati bahwa [parapatan] dan [kiloan] mempunyai arti yang sama.

Data di atas adalah data hasil analisis dialek Sunda di Desa Surusunda

Kecamatan Karanpucung dan dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

dari segi perbedaan semantis yang mengalami gejala sinonim. Peneliti menemukan

banyak sekali kosakata yang masuk kedalam perbedaan semantis dari segi gejala

sinonim. Analisis selanjutnya adalah perbedaan semantis dari segi gejala homonim.

b. Homonim (pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di


beberapa tempat yang berbeda)

Homonim yang ditemukan dalam penelitian dialek Sunda di Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, yaitu kata

[beteng, maneh, sarepna].

1) Kata [bete] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti (perut dan sembuh dari sakit), sedangkan dalam dialek Sunda

Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai dua arti (perut). Data

tersebut sudah terlihat bahwa kata [bete] dalam dialek Desa Surusunda
148

Kecamatan Karangpucung mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata

[bete] mempunyai arti (perut dan sembuh dari sakit).

2) Kata [manh] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti [kamu] sedangkan dalam dialek Sunda Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dia]. Data tersebut sudah terlihat bahwa

kata [maneh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata [maneh] mempunyai arti

(kamu dan dia)

3) Kata [sarepna] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti [sore] sedangkan dalam dialek Sunda Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja mempunyai arti [senja]. Data tersebut sudah terlihat

bahwa kata [maneh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa Majingklak Kecamatan

Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata [maneh] mempunyai arti

(sore dan senja)

B. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Kosakata dan Pelafalan Dialek


Sunda di Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung dan Di Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja

Faktor geografis Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda

Kecamatan Karangpucung dalam peta Kabupaten Cilacap dapat dilihat bahwa

perbedaan penggunaan kosakata dasar dilek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan


149

Wanareja dan Desa Majingklak Kecamatan Karangpucung dipengaruhi oleh faktor

geografis. Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung berada di Kabupaten

Cilacap bagian barat dan mempunyai jarak yang jauh sekitar ± 36 km antara dua

kecamatan tersebut, itu salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan

dialek Sunda di anatara dua kecamatan tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dalam

peta Kabupaten Cilacap.

Letak geografis dari kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja

memang tidak terlalu jauh dengan kecamatan-kecamatan yang mayoritas

masyarakatnya berbahasa Jawa, beberapa kecamatan yang penggunan bahasa Sunda

dan bahasa Jawa nya berdampingan yang hanya dipisahkan oleh jalan utama, sungai

dan batas daerah. Dengan demikian, budaya Sunda di Kecamatan Wanareja dan

Kecamatan Karangpucung sudah pasti memiliki perbedaan karena wilayah

Kecamatan Wanareja yang berdampingan langsung dengan perbatasan Jawa Barat,

sudah pasti bahasa Sunda yang dipakai lebih terpengaruh oleh bahasa Sunda Jawa

Barat, seperti kata [pineh] dalam dialek Sunda Kabupaten Cilacap mengalami

perubahan menjadi kata [sare], kata [sare] dalam dialek Sunda Jawa Barat

mempunyai arti sama yaitu [tidur], kata [sare] sering digunakan oleh masyarakat

Kecamatan Wanareja karena jarak yang berdekatan antara Kecamatan Wanareja dan

kota Banjar yang sudah masuk pada Provinsi Jawa Barat serta minimnya penggunaan

bahasa Jawa di Kecamatan Wanareja, jika dibandingkan dengan Kecamatan

Karangpucung yang sebagian masyarakatnya sudah mengenal bahasa Jawa, sudah

pasti penggunaan bahasa Sundanya sudah mengalami perubahan. Perubahan

penggunaan dialek Sunda yang sudah terpengaruh oleh bahasa Jawa dapat di lihat
150

dari pengunaan bahasa Sunda Kecamatan Karangpucung khsuusnya di Desa

Surusunda yang sudah mengalami perbedaan dengan bahasa Sunda di Kecamatan

Wanareja. Keadaan dialek Sunda Kecamatan Karangpucung yang berbatasan

langsung dengan Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Majenang yang hampir

setengah dari dua kecamatan tersebut masyaraktnya menggunakan bahasa Jawa

dalam kehidupan sehati-hari.

Peneliti menemukan banyak kosakata yang sudah mengalami percampuran

bahasa Sunda dan Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa

Majingklak Kecamatan Wanareja. Percampuran kosakata tersebut dipengaruhi oleh

letak geografis dan faktor sosial masyarakat kedua daerah. Faktor geografis

dipengaruhi oleh berdekatannya daerah atau kecamatan yang menggunakan bahasa

Jawa dan faktor sosial dipengaruhi oleh masyarakat yang sering berkomunikasi

dengan masyarakat diluar daerah penelitian. Kosakata-kosakata yang sudah

mengalami percampuran anatara bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang digunakan

oleh masyarakat Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

1. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran


dengan bahasa Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung

Letak geografis wilayah Kecamatan Wanareja sangat jauh sekitar ± 75 km

dengan kota Kabupaten Cilacap yang masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa,

masyarakat Kecamatan Wanareja yang letaknya berdekatan dengan perbatasan Jawa

Barat membuat masyarakat sering berinteraksi dengan orang-orang yang berada di

kota Banjar Patroman dan Ciamis yang letak geografisnya sudah masuk dalam
151

wialayah Jawa Barat, dengan begitu masyarakat Kecamatan Wanareja tidak banyak

terpengaruh oleh bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Cilacap,

melainkan penggunaan kosakata dan pelafalan cenderung ke dialek Sunda Banjar

Patroman dan Ciamis, seperti kata [tidur] dalam bahasa Indonesia menjadi [sare]

dalam dialek Kecamatan Wanareja dan dialek sunda kota Banjar Patroman yang

letak geografisnya masuk dalam wilayah Jawa Barat.

Kecamatan Wanareja adalah Kecamatan yang penggunaan dialek Sundanya

terbanyak kedua setelah Kecamatan Dayeuhluhur. Kecamatan Wanareja

berdampingan langsung dengan Kecamatan Dayeuhluhur yang penggunaan dialek

Sundanya hampir sama karena masyarakat Dayeuhluhur dan Wanareja sangat sering

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Itu semua disebabkan tempatnya

berdekatan dan banyak dari masayarakat kedua kecamatan tersebut yang masih

mempunyai sodara ataupun kerabat di Kecamatan Wanareja maupun Dayeuhluhur.

Jadi budaya dan penggunaan dialek Sunda di Kecamatan Wanareja masih sangat

kental.

Jika dibandingkan dengan penggunaan dialek Sunda Kecamatan Karangpucung

sudah pasti memiliki banyak perbedaan dari mulai penggunaan kosakata dan

pelafalan, seperti kata [jari manis] dalam bahasa Indonesia, dalam dialek Sunda

Kecamatan Wanareja [jariji] dan dalam dialek Sunda Kecamatan Karangpucung

menjadi [cinggir]. Penggunaan dialek Sunda Kecamatan Wanareja lebih terpengaruh

pada dialek Sunda Jawa Barat dari pada dialek Sunda Kecamatan Karangpucung, hal

ini disebabkan karena campuran Sunda dari Dayeuhluhur, Banjar Patroman dan

Ciamis lebih kuat dari pada campuran-campuran bahasa Jawa yang digunakan oleh
152

sebagian orang Kecamatan Wanareja. Penggunaan kosakata dialek Sunda Kecamatan

Wanareja yang sudah mengalami campuran dari Bahasa Jawa dapat dilihat dalam

tabel dibawah ini.

2. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran


dengan Bahasa Jawa di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Jadi dapat ditarik simpulan bahwa perbedaan penggunaan kosakata dasar dan

pelafalan dialek Sunda Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung

dibedakan oleh letak geografisnya, serta perbedaan kosakata dan pelafalan dibedakan

oleh percampuran antara bahasa Jawa yang ada di Kabupaten Cilacap dan

percampuran bahasa Sunda dari Kecamatan Dayuehluhur, Kota Banjar dan Kota

Ciamis. Perbedaan-perbedaan dari dua tempat yang diteliti yaitu Kecamatan

Karangpucung dan Kecamatan Wanareja mempunyai ciri pembeda masing-masing

dari setiap kosakata dasarnya maupun dari pengucapanya yang sudah di bahas di

atas, dengan begitu kedua Kecamatan yang diteliti memilki perbedaan dalam

penggunaan dialek Sunda.


153

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini membahas tentang Perbedaan Dialek Sunda di Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja dengan Dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan

Karangpucung. Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Perbedaan kosakata dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan


Karangpucung, dan di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja,
perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologis dan perbedaan semantis

a. Perbedaan fonologis ditemukan dalam dialek Sunda di Desa Majingklak

Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut mengliputi penambahan fonem

terdiri atas protesis, epentesis, dan paragog, dan penghilangan fonem terdiri

atas afaresis, sinkop, dan apokop.

b. Perbedaan semantis yang terdapat dalam data yang telah dianalisis terdapat

pada dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, meliputi sinonim

dan homonim.

2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kosakata dan pelafalan dialek


Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan Dialek Sunda
di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, meliputi beberapa faktor

a. faktor geografis (daerah penelitian berdekatan dengan Provinsi Jawa Tengah

dengan Provinsi Jawa Barat).

b. faktor sejarah turun temurunnya adat istiadat Sunda dari jaman dahulu sampai

sekarang.

153
154

c. faktor perubahannya kependudukan warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

(mengalami migrasi)

B. Saran

1. Penelitian mengenai perbedaan dialek yang meneliti penggunaan kosakata

dasar dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, dan Desa

Surusunda Kecamatan Karangpucung masih harus terus di kembangkan lagi

dengan permasalahan-permasalahan baru dan fenomena baru yang belum

diteliti pada karya tulis ini.

2. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai penggunaan dialek

Sunda, penelitian ini bisa menjadi sebuah referensi untuk melakukan penelitian

selanjutnya. Peneliti berharap penelitian selanjutnya mencoba untuk

menganalisi pembeda dialek lainya seperti morfologis, leksikal dan sintaksis

agar lebih meningkatkan pengetahuan mengenai bidang dialek.


155

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro, Khaidri. 1990. Fungsi dan Sikap Bahasa Sebuah Pengantar.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

___________. & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

___________.2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

___________ 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Kridalaksana, Harirmuti. Fungi Bahasa dan Sikap Bahasa. PT Gramedia.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Maslich, Masnur. 2010. Fonologi bahasa Indonesia tinjauan deskriptif sistem bunyi
bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Gahalia Indonesia.

Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional.

Soegijo. 1989. Morfologi Bahasa Indonesia. FPBS IKIP Semarang.

Uddin, kamal. http://bahasa-nusantara.blogspot.co.id/2011/02/746-jumlah-bahasa-


daerah-Indonesia.html?m=1, 02 Mei 2016. Kompas .com

Widya. Wendi Ratna Dewi. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan
Pariwara.

Zulaeha, Ida. 2010. Dilaektologi Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda. 31 Maret 2016. 24 April


2016.
156

LAMPIRAN
157

Lampiran 1
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

A. Bagian Tubuh

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
1 Alis halis halis halis halis halis
2 Bahu Tak-tak tak-tak tak-tak tak-tak tak-tak
3 Betis bitis bitis bitis bitis bitis
4 Bibir biwir biwir biwir biwir biwir
5 Bulu dada Bulu bulu kiang bulu bulu bulu
kiyang kiya
6 Bulu kuduk Bulu bulu kiang bulu bulu bulu
beheng kiya beheng bh
8 Dada dada dada dada dada dada
9 Dagu gado janggot jagot gado gado
10 Dahi tarang tarang tara tarang tara
11 Darah Getih getih gtih getih gtih
12 Geraham careham careham carham careham carham
13 Gigi huntu huntu huntu huntu huntu
14 Gigi seri gingsul gingsul gisul huntu seri huntu sri
15 Gigi yang karehol gingsul gisul karehol karhol
tumbuhnya
bertumpuk
16 Gigi rusak keesen gupis gupis keesen ksen
berwarna
hitam
17 Gusi gusi gusi gusi gusi gusi
18 Hati hate hati hti hate ht
19 Hidung Irung irung iru irung iru
20 Ibu jari Jempol jempol jmpol jempol jmpol
21 Isi tulang polo polo polo sum-sum sum-sum
22 Jantung jantung jajantung jajantu jantung jajantu
23 Janggut jenggot jejenggot jjgot majanggot majagot
24 Jari ramo ramo ramo ramo ramo
25 (Jari) curuk curuk curuk curuk curuk
penunjuk
26 Jari manis cinggir cinggir cigir jariji jariji
27 Jari tengah jajangkung ramo nu ramo nu jajangkung jajaku
tengah teah
28 Kelingking Cinggir cicinggir cicigir cinggir cigir
158

Lampiran 1 (lanjutan 1)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
No
Indonesia Ortogra-
Fonemis Ortografis Fonemis
fis
29 Kaki suku suku suku suku suku
30 Kepala hulu hulu hulu hulu hulu
31 Kerongko tikoro tikoro tikoro tikoro tikoro
ngan
32 Ketiak kelek kelek klk ketek ktk
33 Kuku kuku kuku kuku kuku kuku
34 Kulit kulit kulit kulit kulit kulit
35 Kumis kumis kumis kumis kumis kumis
36 Kutu kutu kutu kutu kutu kutu
37 Leher beheng beheng bh beheng bh
38 Lemak lemak lemak lmak lemak lmak
39 Lidah letah letah ltah letah ltah
40 Lutut tuur tu-ur tuur tu-ur tuur
41 Mata mata mata mt mata mt
42 Mata kaki cecekolen mata mt suku cecekolan cckoln
suku
43 Muka benget benget bt benget bt
44 Mulut sungut sungut suut sungut suut
45 Otak otak otak otak otak otak
46 Paha Ping-ping ping- pi-pi ping-ping pi-pi
ping
47 Pantat Bokong bokong boko bujur bujur
48 Paru-paru Paru-paru paru paru paru-paru paru-paru
49 Pelipis plipis plipis plipis pipis pipis
50 Pelupuk mata - mata mt
mata
51 Pergelang lengen lengen ln lengen ln
an tangan
52 Perut beteng beteng bt beteng bt
53 Pinggang cangkeng cangken ck cangkeng ck
g
54 Punggung tonggong tonggong togo tonggong togo
55 Pusar Bujal puser pusr bujal bujal
56 Payudara susu susu susu susu susu
57 Rambut buuk buuk buuk buuk buuk
58 Rusuk iga tulang tula iga iga iga
iga
59 Siku sisiku siku siku sisiku sisiku
159

Lampiran 1 (lanjutan 2)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Kosakata
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
61 Telinga Celi celi celi celi celi
62 Tulang careham careham carham rahang raha
rahang
63 Tumit Dampal dampal suku dampal dampal dmpl
suku suku suku suku
64 Ubun- Embun- embun- mbun- embun- mbun-
ubun embunen embun mbun embunen mbun
65 Urat urat urat urat urat urat
66 Usus pejit pejit pjit pejit pjit
67 Warna tanda karang kara tanda tanda
hitam di
kulit sejak
lahir

B. Kata ganti

68 Saya abi urang ura abi abi


69 Kamu maneh maneh manh sia sia
70 Kami urang urang urang urang ura
71 Kita sarera urang ura sarerea sarra
72 Panggilan endo endo ndo ceng c
untuk anak
laki-laki
kecil
73 Penggilan neng enong no neng n
untuk gadis
kecil
74 Panggilan Neng eneng n neng n
untuk gadis
remaja
75 Panggilan Aa ujang uja aa aa
untuk laki-
laki remaja
76 Panggilan Ua ua ua mamang mama
untuk laki-
laki tua
77 Panggilan Bibi ibu/teh ibu/th bibi bibi
untuk
perempuan
tua
160

Lampiran 1 (lanjutan 3)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)
C. Sistem Kekerabatan
Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja
Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
78 Adik adi adi adi adi adi
79 Adik dari istri Adi ipar adi ipar adi ipar adi ipar adi ipar
80 Adik dari Adi adi ipar adi ipar adi adi
suami
81 Adik laki-laki mamang mamang mama mamang mama
ayah/ibu
82 Anak Anak anak anak anak nak
kandung
83 Anak tiri Anak tere anak pulung anak anak tere anak tr
pulu
84 Anak dari incu incu incu incu incu
anak
85 Anak dari buyut cicit cicit buyut buyut
cucu
86 Anak dari alo alo alo ponakan ponakan
saudara
kandung
Anak dari alo Alo alo ponakan ponakan
87 saudara
ayah/ibu
88 Anak yang yayu Yayu yayu kaka kaka
tertua
89 Anak dari kaka kaka/ yayu kaka/yayu ponakan ponakan
saudara
ayah/ibu
90 Anak yang bungsu bontot bontot bungsu busu
termuda
91 Anak laki- lalaki lalaki lalaki lalaki lalaki
laki
92 Ayah dari bapung bapung bapu aki aki
ayah/ibu
93 Ayah tiri Bapa tere bapa tere bapa tr bapa bapa
94 Ibu Embok embok mbok ema ma
95 Ibu dari nini nini nini eneh neh
ayah/ibu
96 Ibu tiri Ibu tere ibu tere ibu tr ibu tere ibu tr
97 Istri pamajikan pamajikan pamajikan awewe aww
98 Istri/suami Neng bibi bibi neng n
dari saudara
kandung
161

Lampiran 1 (lanjutan 4)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
99 Istri/suami bibi bibi bibi adi ipar adi ipar
saudara
suami/istri
100 Istri kakak Kaka ipar bude untuk bud/ua kaka ipar kaka ipar
laki- perempuan
laki/perempua dan ua untuk
n ayah/ibu laki-laki
101 Istri/suami Minantu minantu minantu minantu minantu
dari anak
102 Kakak laki- Kaka kaka kaka aang aa
laki
103 Kakak Yayu yayu yayu cece cc
perempuan
104 Kakak laki- Mamang mamang mama uwa uwa
laki ayah

D. Rumah dan Bagian-bagiannya

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
No
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
106 Atap dari pyan pyan pyan hatep hatp
mambu
107 Dapur Pedangan pedangan/ pdaan/goa dapur dapur
goa
108 Dinding Pager pager pagr bilik bilik
dari
mambu
109 Dinding Blagbag blagbag blagbag papan papan
dari kayu
110 Genting Gendeng gendeng gnd kenteng knt
111 Halaman Buruan buruan buruan buruan buruan
depan
112 Halaman Ditukang buruan buruan ditukang dituka
belakang tukang tuka
113 Jendela Jendela jendela jndla jndela jndla
114 Kamar Sentong sentong snto tempat sare tmpat
tidur sare
115 Kamar Cai kamar kamar cai cai
mandi mandi mandi
116 Kandang Kandang kandang kanda kandang kanda
ayam hayam hayam hayam
117 Kandang Paranje paranje paranj kandang kanda
kambing embe embe mb embe mb
162

Lampiran 1 (lanjutan 5)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
118 Kain penutup hordeng reregan rrgan hordeng hord
jendela kaca
119 Langit-langit lalamuk Lalamuk lalamuk lalangit lalait
120 Pagar pager pager pagr pager pagr
121 Parit lebak lebak lbak solokan solokan
122 Pelimbahan jarian jarian jarian jarian jarian
123 Ruang tamu Bale Bale bal ruang tamu rua
tamu
124 Teras emper emper mpr teras tras
125 Tiang tihang tihang tiha tihang tiha
126 Tungku hawu hawu hawu hawu hawu
127 Lantai Pelester pelester plstr kramik kramik

E. Waktu, Musim, Keadaan Alam, Benda Alam, dan Arah

128 Air Cai cai cai cai cai


129 Api Sene api api sene api
130 Arang Areng Areng ar areng ar
131 Arus Ca‟ah ca‟ah ca‟ah ca‟ah ca‟ah
132 Asap Hasep asep asp hasep hasp
133 Atas Luhur luhur luhur luhur luhur
134 Awan Awan awan awan awan awan
135 Bara Ruhak ruhak ruhak areng ar
136 Barat Kulon kulon kulon kulon kulon
137 Batu mungkal mungkal mukal batu batu
138 Bawah Teoh teoh teoh handap handap
139 Besi Besi besi bsi besi bsi
140 Besok Isuk isuk isuk enjing enji
141 Bukti Bukti bukti bukti nyata nyata
142 Bulan Bulan bulan bulan bulan bulan
(dalam
tahun)
143 Bulan Bulan bulan bulan bulan bulan
purnama purnama purnama purnama purnama purnama
144 Bulan terbit Erek bulan bulan kaluar erek rk pti
peting kaluar peting
145 Darat Darat darat darat darat darat
146 Datar Datar datar datar datar datar
147 Deras Ageng hujan hujan age ageng age
(hujan) hujana ageng hujana hujana
163

Lampiran 1 (lanjutan 6)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Kosakata
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
148 Deras (arus tarik tarik tarik cai tarik cai tarik
sungai/mata
air)
149 Desa Desa kampung kampu desa dsa
150 Di atas Di luhur di luhur di luhur di luhur di luhur
151 Di bawah Di handap di teoh di toh di handap di handap
152 Di samping Di gigir di gigir di gigir di sisi di sisi
153 Di sana Di ditu di ditu di ditu di ditu di ditu
154 Di sini Di die di die di di di die di di
155 Dua hari pageto pageto pagto dua poe nu dua po
mendatang erek nu rk
156 Dua hari kamari dua poe nu dua po kamari kamari
yang lalu kamari nu kamari
157 Dusun desa desa dsa kadus kadus
158 Embun remis ibun ibun remis rmis
159 Empat hari Opat poe opat poe opat po opat poe opat po
mendatang nu erek kaharep kaharp nu erek nu rk
160 Empat hari kamari opat poe opat po kamari kamari
yang lalu katukang katuka
161 Fajar Isuk-isuk mata poe mata po isuk-isuk isuk-isuk
162 Garam uyah uyah uyah uyah uyah
163 Gerhana Samagaha gerhana grhana samagaha samagaha
164 Gunung Gunung gunung gunu gunung gunu
165 Guntur Bledeg bledeg bldg beledeg bldg
167 Hari Dinten poe po dinten dintn
168 Hujan Hujan hujan hujan hujan hujan
169 Hutan Leweng leweng lw leweng lw
170 Ini ie ie i iye iy
171 Itu Itu ituh ituh itu itu
172 Jalan (lebar) Jalan raya jalan raya jalan raya jalan raya jalan raya
173 Jalan Gang gang ga jalan jalan
(sempit) polosok polosok
174 Jurang Jungkrang jurang jura jungkrang jukra
175 Kabut hasep ibun ibun hasep hasp
176 Kanan Katuhu kanan kanan katuhu katuhu
177 Kemarin Kamari kamari kamari kamari kamari
178 Kilat Singkaban gelap glap singkaban sikaban
179 Kiri Kede kede kd kenca knca
164

Lampiran 1 (lanjutan 7)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
180 Kolam Balong balong balo balong balo
(renang/
pancing)
181 Ladang Kebon kebon kbon kebon kbon
182 Langit Langit langit lait langit lait
183 Lapangan Lapang lapang lapa lapangan lapaan
184 Lereng Gunung gunung gunu gagawir gagawir
185 Malam Peting peting pti wengi wi
186 Mata air Entuk entuk ntuk liang cai lia cai
187 Mega (hitam) Kabut kabut kabut reek rk
188 Mega (putih) Ampak- ampak- ampak- pepedut ppdut
ampak ampak ampak
189 Putih Bodas bodas bodas bodas bodas
190 Musim hujan Rendeng rendeng rnd musim musim
hujan
191 Musim Halodo halodo halodo halodo halodo
kemarau
192 Pagi Isuk-isuk isuk-isuk isuk-isuk enjing- nji
enjing
193 Pagi sekali Janari uput-uput uput-uput janari janari
194 Pasir Pasir pasir pasir kesik ksik
(halus/kasar)
195 Pelangi Pelangi pelangi plai pelangi plai
196 Pematang Tampingan tampingan tampian galengan galan
(sawah/ladang)
197 Sebentar sakedeng sakedeng sakd sakedap sakdap
198 Selatan Kidul kidul kidul kidul kidul
199 Senja Sarepna burit burit sarepna sarpna
200 Siang Berang berang bra tiberang tibra
201 Sore Burit burit burit sore sor
202 Sungai Cai cai cai lebak lbak
203 Tanah Taneh taneh tanh taneh tanh
204 Tebing Gagwir gagawir gagawir gagawir gagawir
205 Tenggara lor lor lor Lor lor
206 Timur weran wetan wtan wetan wtan
207 Utara Kaler lor lor kaler kalr
165

Lampiran 1 (lanjutan 8)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

F. Pakaian dan Perhiasan

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Kosakata
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
208 Anting suweng suweng suw anting anti
209 Alas kaki Sandal sendal sndal sandal sandal
210 Jarik Samping samping sampi sinjang sinja
211 Kalung Kalung kangkalung kakalu kalung kalu
212 Kaos kaki Kaos kaki kaos kaki kaos kaki kaos kaki kaos kaki
213 Kebaya Kabaya kebaya kbaya kabaya kabaya
214 Kopiah Peci peci pci kopiah kopiah
215 Sanggul Gelung gelung glu gelung glu
216 Sarung Sarung sarung saru sarung saru

G. Jabatan Pemerintah Desa dan Pekerjaan

217 Dukun sunat paraji tukang tuka paraji paraji


nyunatan nyunatan
218 Juragan Benghar juragan juragan benghar bhar
219 Kepala desa lurah lurah lurah kapalurah kapalurah
220 Kaur kaur kaur kaur carik carik
pemerintah
221 Kaur Carik kaur kaur carik carik
kesejahteraa
n
222 Kaur Carik kaur kaur carik carik
pembanguna
n
223 Mekelar Calo calo calo nyalo nyalo
(rumah,
kendaraan)
224 Makelar Calo calo calo nyalo nyalo
(kambing,
sapi)
225 Penghulu Penghulu penghulu phulu penghulu pehulu
226 Pedagang Toko toko toko warung waru
besar ageng ag
(grosir)
227 Pedagang Warung warung waru warung alit waru alit
kecil
(eceran)
228 Orang yang Ulu-ulu ulu-ulu ulu-ulu
mengatur
perairan di
sawah
229 Orang yang Dibuat dibuat dibuat panen pann
memanen
padi
166

Lampiran 1 (lanjutan 9)
Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

H. Bintang dan Hewan


Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja
Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
230 Anak anjing anjing anjing anji anak anak
anjing anji
231 Ayam jantan Jajanggar jajanggar jajagar hayam hayam
muda jago jago
232 Ayam betina Danten danten dantn hayam hayam
muda danten
231 Ayam jantan Jago jago Jago jago jago
dewasa
232 Ayam betina Danten danten dantn indungna induna
dewasa
234 Itik jantan Entog entog ntog meri mri
muda
235 Itik betina Basur basur basur meri mri
muda
236 Ikan Gesek gesek gsk lauk laut lauk laut
laut/tambak
237 Ikan Benter lauk lebak lauk benter bntr
sungai/tambak lbak
238 Kucing Meong meong mo meong mo
239 Tupay Bajing bajing baji bajing baji
240 Ular Ula ula Ula ula ula
241 Nyamuk rengit rengit rit rengit rit
242 Serangga Jangkrik jangkrik jakrik jangkrik jakrik
243 Burung Manuk manuk manuk manuk manuk
244 Tikus Berit berit brit berit brit
245 Anak tikus Cucurut cucurut cucurut berit brit
246 Kaki seribu Titinggi titinggi titigi titinggi titigi
247 Bunglon Londok londok londok bunglon bulon
248 Kerbau Munding munding mundi munding mundi

I. Tumbuhan, Bagian-bagian, Buah, dan Hasil Olahragnya

249 Akar Akar akar Akar akar akar


250 Anak dahan Sirung pang pa sirung siru
251 Bambu Awi awi Awi awi awi
252 Batang Tangkal tangkal takal dahan dahan
253 Bawang bawang bawang bawa bawang bawa
merah berem berem berem brem
167

Lampiran 1 (lanjutan 10)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No KosakataDasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
254 Bawang Bawang bodas bawang bawa bawang bawa
putih bodas bodas bodas bodas
255 Benih Binih binih Binih binih binih
256 Beras Beas beas bas beas bas
257 Beras Benyer benyer bnyr benyer bnyr
(Kecil-kecil)
258 Bunga Kembang kembang kmba kembang kmba
259 Cabai merah Sabrang berem cabe berem cab sabrang sabra
brm berem brm
260 Cabai hijau Sabrang hejo cabe hijau cab hijau sabrang sabra
hejo hjo
261 Cabai kecil Sengek rawit Rawit cengek ck
262 Cabang Dahan pang pa dahan dahan
263 Daun Daun daun Daun daun daun
264 Daun kacang Daun kacang daun daun daun daun
panjang kacang kaca kacang kaca
265 Daun ketela Daun sampe daun budin daun daun daun
budin sampe samp
266 Daun Kangkung daun daun kangkung kaku
kangkung kangkung kaku
267 Getah Getah gtah Gtah getah gtah
268 Jerami Jarami jerami jrami jarami jarami
269 Jambu Jambu mede jambu jambu jambu jambu
monyet mede md mede md
270 Kulit kayu Kulit kai kulit kai kulit kai kulit kai kulit kai
271 Kelapa Cengkir dawegan dawgan cengkir cekir
(buah) yang
masih kecil
272 Labu siam Waluh siem waluh waluh waluh waluh
siem sim
273 Minyak Minyak minyak minyak minyak minyak
kelapa klentik lentik lntik klentik klntik
274 Minyak Latung latung latu minyak minyak
tanah latung latu
168

Lampiran 1 (lanjutan 11)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
275 Peta cina Petey petey selong pty petey pty
selong slo selong slo
276 Sisir pisang Sasikat sasikat sasikat sasikat sasikat
277 Tempurung Batok batok batok batok batok
278 Ubi jalar Boled boled bold boled bold
279 Ubi kayu Sampe budin budin sampe samp
280 Nasi Kejo kejo kjo kejo kjo
281 Sayuran Angen dengen dn angen an
282 Buah-buahan Lotek rujak rujak lotek lotk
yang diberi
sambal

J. Aktivitas

283 Bangun Gugah hudang huda gugah gugah


tidur bobo pineh pinh bobo bobo
284 Bekerja damel gagawe gagaw damel daml
285 Berbicara Nyarios ngomong omo nyarios nyarios
286 Berenang Renang renang rna ngojay ojay
287 Berjalan Mapah lempang lmpa mapah mapah
288 Berjongkok Nagog totongkrong totokro nagog nagog
289 Berkelahi Gelut garelut garlut gelut glut
(dengan
tangan)
290 Berkelahi Pasea pagolok- pagolok- pasea pasa
(dengan kata- golok omong golok
kata) omo
291 Berkembang Sirungan sirungan siruan jadi jadi
(pohon)
292 Berkembang Hirup hirup hirup hirup hirup
(binatang)
293 Berlari Lumpat lumpat lumpat lu- lu-
lumpata lumpatan
n
294 Berludah Nyiduh nyiduh nyiduh nyiduh nyiduh
295 Berubah Beda robah robah beda bda
296 Berobat Ditambaan barobat barobat ditamba ditambaan
an
297 Bertanya Narosken nanyaken nanyakn naros- naroskn
ken
169

Lampiran 1 (lanjutan 12)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Indonesia Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
298 Bertemu Pependak patimu patimu pependak ppndak
299 Cuci Ngumbah ngumbah umbah ngumbah umbah
(tangan) lengen lengen ln lengen ln
300 Cuci Nyeseh nyeseh nysh nyesehan nyshan
(pakaian)
301 Datang Dongkap datang data dongkap dokap
302 Duduk Calik diuk diuk calik calik
303 Ingat Emut inget iet emut mut
304 Jatuh Murag murag murag murag murag
(daun,
buah, dan Lagrag lagrag lagrag lagrag lagrag
lain-lain)
Jatuh
(orang)
305 Kencing Ngompok ngompol/ ompol/kii ompol ompol
kiih h
306 Lari-lari Lelempangan lelempangan llmpaan lu- lu-
kecil lumpatan lumpatan
307 Makan Emam madang mada emam nam
(nasi)
308 Marah Amarah amarah amarah ngambek ambk
309 Melempar Mabit mabit mabit alung alu
310 Melihat Nyele nyele nyl ningali niali
311 Memasak Ngejo ngejo jo nyangu nyau
(nasi)
312 Mamasak Ngangen nyelem nylm ngangen aen
(sayur)
313 Membakar Melem lauk melem lauk mlm lauk melem lauk mlm
(ikan) lauk
314 Membawa Nyandak mawa mawa nyandak nyandak
315 Membawa Dikelek dikelek diklk dikelek diklk
dengan
ketiak
316 Membawa Dipanggul digandong digando dipanggul dipagul
dengan
punggung
317 Membawa Jinjing jinjing jinji jinjing jinji
dengan
tangan
(jinjing)
318 Membawa Ditampek ditampek ditampk bopong bopo
dengan
tangan di
depan
170

Lampiran 1 (lanjutan 13)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa Kosakata
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia Dasar
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
319 Membawa di Suhun Suhun suhun suhun suhun
kepala
320 Membawa di Diais diais diais digondong digondo
pinggang
321 Membawa di Tanggung Panggul pagul tanggung tagu
punduk
322 Membersihkan Ngaresikan ngaresikan arsikan bebersih bbrsih
323 Memberi Mere mere mr dipasihan dipasihan
324 Memberi tahu Dibejaan mere nyaho mr dibejaan dibjaan
nyaho
325 Membunuh Maehan maehan mahan maehan mahan
326 Mencangkul Macul macul macul macul macul
327 Memotong Nuar nuar nuar ngagorok agorok
(kayu)
328 Memperoleh Kenging menang mna kenging ki
(sesuatu, hadiah hadiah
hadiah)
329 Mencium (bau) Kaambe ngambean amban kaambe kaamb
330 Menarik benda Nyered nyered nyrd betot btot
dengan hewan
331 Mendengar Kadangu kakuping kakupi kadangu kadau
332 Memejamkan Perem perem prm perem prm
mata
333 Memegang Nyepeng nyekel nykl nyepeng nyp
334 Mengambil Nyandak nyokot nyokot nyandak nyandak
daging sekerat daging dagi daging dagi
335 Mengalir (air) Mocor cai mocor cai mocor mocor
mocor
336 Menggali Ngali ngeduk duk ngali gali
337 Menggaruk Gagaro gagaro hulu gagaro gagaro gagaro
(kepala, kulit) hulu
338 Menggenggam Ngepel nyanggem nyagg ngepel pl
m
339 Mengotori kotoran ngabelokan abloka kokotoran kokotoran
(lantai, baju) n
340 Mengulangi Ngulang ngulang ula mulai dei mulai di
341 Menggigit Ngegel ngegel gl ngegel gl
342 Menjemur Moe moe mo moeken mokn
(baju, jagung,
kayu)
171

Lampiran 1 (lanjutan 14)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
343 Memeras Meret meret mrt diperes diprs
(kelapa, susu
sapi)
344 Menggosok Nyikat nyikat nyikat disikat disikat
(gigi, lain)
345 Menguburka Ngubur ngubur ubur ngubur ubur
n (bangkai bugang bangke bak bugang buga
binatang)
346 Menguburka Mendem mendem mndm dikuburken dikuburkn
n (jenazah) mayid mayid mayid
347 Menghitung Milang ngetung tu milang mila
348 Menyuruh Miwarang marentah marntah miwarang miwara
349 Menghidupk Mirun sene mirun api mirun api mirun sene mirun sene
an (api)
350 Merumputi Ngaresikan ngaresikan arsikan babala babala
(tanaman) tatangkalan tatakalan

K. Penyakit

351 Batuk batuk batuk batuk batuk batuk


352 Bekas luka ceda ceda cda ceda cda
354 Bisu epe pire pir epe p
355 Bisul bisul bisul bisul bisul bisul
356 Luka yang bareh doklok doklok bareh barh
infeksi
357 Buta lolong lolong lolo baong bao
358 Demam panas panas panas panas panas
359 Gondok mendol gondok gondok mendol mndol
360 Nanah nanah nanah nanah nanah nanah
361 Obat Landong obat obat landong lando
362 Panu Hapur hapur hapur panu panu
363 Pingsan Te eling te eling t li semaput smaput
364 Pusing Riet pusing pusi riet rit
365 Sembuh Waras beteng bt waras waras
dari sakit

L. Bilangan dan Ukuran


366 Empat Opat opat opat opat opat
367 Empat Opat opat welas opat wlas opat opat blas
belas welas belas
172

Lampiran 1 (lanjutan 15)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
368 Lima lima lima lima lima lima
369 Lima belas Lima lima welas lima wlas limba belas lima blas
welas
370 Enam Genep genep gnp genep gnp
371 Enam puluh Genep genep puluh genep genep puluh gnp
puluh puluh
372 Delapan Dalapan delapan dlapan dalapan dalapan
373 Delapan belas Dalapan delapan dlapan dalapan dalapan
belas welas wlas belas blas
374 Dua puluh Sa likur Sa likur Sa likur dua puluh du apuluh
satu hiji hiji
375 Dua puluh dualikur Dua likur Dua likur dau puluh dua puluh
dua dua dua
376 Dua puluh Tilulikur Tilu likur Tilu likur dau puluh dua puluh
tiga tilu tilu
377 Dua puluh Opatlikur Opat likur Opat likur dua puluh dua puluh
empat opat opat
378 Dua puluh Salawe salawe salaw dua puluh dua puluh
lima lima lima
379 Dua puluh Genep geneplikur gnplikur dua puluh dua puluh
enam likur genep gnp
380 Dua puluh Tujuh tujuhlikur tujuhlikur dua puluh dua puluh
tujuh likur tujuh tujuh
381 Dua puluh Dalapan Dalapan Dalapn dua puluh dua puluh
delapan likur likur likur dalapan salapan
382 Dua puluh Salapan Salapan Salapan dua puluh dua puluh
sembilan likur likur likur salapan salapan
383 Enam puluh Sawidak sawidak sawidak genep puluh gnp
puluh
384 Satu betak Sakotak sakotak sakotak sakotak sakotak
kecil (sawah,
ladang)
385 Satu petak Lega sololombang salolomba lega lga
besar (sawah,
ladang)
386 Ukuran Kiloan parapatan parapatan kiloan kiloan
kacang tanah
173

Lampiran 1 (lanjutan 16)


Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian)

M. Adat istiadat

Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
387 Syukuran hamin hamin hamin hamin hamin
389 Memberi doa reewah rewah rwah ngarewahken arwahkn
kepada
almarhum yang
sudah
meninggal
390 Acara Sedekah sedekah sdkah sedekah sdkah
memperingati bumi bumi bumi bumi bumi
bumi
174

Lampiran 2
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
5 Bulu dada bulu kiang bulu kiya bulu bulu
6 Bulu kuduk bulu kiang bulu kiya bulu bulu bh
beheng
9 Dagu janggot jagot gado gado
14 Gigi seri gingsul gisul huntu seri huntu sri
15 Gigi yang gingsul gisul karehol karhol
tumbuhnya
bertumpuk
16 Gigi rusak gupis gupis keesen ksen
berwarna hitam
18 Hati hati hti hate ht
21 Isi tulang polo polo sum-sum sum-sum
22 Jantung jajantung jajantu jantung jajantu
23 Janggut jejenggot jjgot majanggot majagot
26 Jari manis cinggir cigir jariji jariji
27 Jari tengah ramo nu ramo nu teah jajangkung jajaku
tengah
28 Kelingking cicinggir cicigir cinggir cigir
32 Ketiak kelek klk ketek ktk
42 Mata kaki mata suku mt suku cecekolan cckoln
43 Muka benget bt benget bt
47 Pantat bokong boko bujur bujur
48 Paru-paru paru Paru paru-paru paru-paru
49 Pelipis plipis plipis pipis pipis
55 Pusar puser pusr bujal bujal
58 Rusuk tulang iga tula iga iga iga
59 Siku siku Siku sisiku sisiku
62 Tulang rahang careham carham rahang raha
64 Ubun-ubun embun- mbun-mbun embun- mbun-
embun embunen mbun
65 Urat urat Urat urat urat
66 Usus pejit pjit pejit pjit
175

Lampiran 2 (Lanjutan 1)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
No
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
68 Saya urang ura abi Abi
69 Kamu maneh manh sia Sia
71 Kita urang ura sarerea sarra
72 Panggilan endo ndo ceng c
untuk anak
laki-laki kecil
73 Penggilan enong no neng n
untuk gadis
kecil
74 Panggilan eneng n neng n
untuk gadis
remaja
75 Panggilan ujang uja aa Aa
untuk laki-
laki remaja
76 Panggilan ua ua mamang mama
untuk laki-
laki tua
77 Panggilan ibu/teh ibu/th bibi Bibi
untuk
perempuan
tua
80 Adik dari adi ipar adi ipar adi Adi
suami
83 Anak tiri anak pulung anak pulu anak tere anak tr
85 Anak dari cicit cicit buyut Buyut
cucu
86 Anak dari alo alo ponakan Ponakan
saudara
kandung

87 Anak dari alo alo ponakan Ponakan


saudara
ayah/ibu
88 Anak yang yayu yayu kaka Kaka
tertua
89 Anak dari kaka/ yayu kaka/yayu ponakan Ponakan
saudara
ayah/ibu
90 Anak yang bontot bontot bungsu busu
termuda
92 Ayah dari bapung bapu aki Aki
ayah/ibu
176

Lampiran 2 (Lanjutan 2)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
92 Ayah dari bapung bapu aki Aki
ayah/ibu
93 Ayah tiri bapa tere bapa tr bapa Bapa
94 Ibu embok mbok ema ma
95 Ibu dari nini nini eneh neh
ayah/ibu
96 Ibu tiri ibu tere ibu tr ibu tere ibu tr
97 Istri pamajikan pamajikan awewe aww
98 Istri/suami bibi bibi neng n
dari saudara
kandung
99 Istri/suami bibi Bibi adi ipar adi ipar
saudara
suami/istri
100 Istri kakak bude untuk bud/ua kaka ipar kaka ipar
laki- perempuan
laki/perempu dan ua
an ayah/ibu untuk laki-
laki
102 Kakak laki- kaka kaka aang aa
laki
103 Kakak yayu yayu cece cc
perempuan
104 Kakak laki- mamang mama uwa Uwa
laki ayah
105 Atap atep atp genteng gnt
106 Atap dari pyan pyan hatep hatp
mambu
107 Dapur pedangan/ pdaan/goa dapur Dapur
goa
108 Dinding dari pager pagr bilik Bilik
mambu
109 Dinding dari blagbag blagbag papan Papan
kayu
110 Genting gendeng gnd kenteng knt
112 Halaman buruan buruan ditukang dituka
belakang tukang
113 Jendela jendela jndla jndela jndla
118 Kain penutup reregan rrgan hordeng hord
jendela kaca
119 Langit-langit lalamuk lalamuk lalangit lalait
121 Parit lebak lbak solokan Solokan
177

Lampiran 2 (Lanjutan 3)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
No
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
123 Ruang tamu bale bal ruang tamu rua tamu
124 Teras emper mpr teras tras
127 Lantai pelester plstr kramik Kramik
132 Asap asep asp hasep hasp
135 Bara ruhak ruhak areng ar
137 Batu mungkal mukal batu Batu
138 Bawah teoh teoh handap Handap
139 Besi besi bsi besi bsi
140 Besok isuk isuk enjing enji
141 Bukti bukti bukti nyata Nyata
142 Bulan (dalam bulan bulan bulan Bulan
tahun)
143 Bulan purnama bulan bulan bulan bulan
purnama purnama purnama purnama
144 Bulan terbit bulan kaluar bulan kaluar erek peting rk pti
147 Deras (hujan) hujan ageng hujan age ageng age hujana
hujana
148 Deras (arus tarik tarik cai tarik cai tarik
sungai/mata
air)
149 Desa kampung kampu desa dsa
151 Di bawah di teoh di toh di handap di handap
152 Di samping di gigir di gigir di sisi di sisi
153 Di sana di ditu di ditu di ditu di ditu
155 Dua hari pageto pagto dua poe nu dua po nu
mendatang erek rk
156 Dua hari yang dua poe nu dua po nu kamari Kamari
lalu kamari kamari
157 Dusun desa dsa kadus Kadus
158 Embun ibun ibun remis rmis
159 Empat hari opat poe opat po opat poe nu opat po nu
mendatang kaharep kaharp erek rk
160 Empat hari opat poe opat po kamari Kamari
yang lalu katukang katuka
161 Fajar mata poe mata po isuk-isuk isuk-isuk
163 Gerhana gerhana grhana samagaha Samagaha
167 Hari poe po dinten dintn
170 Ini ie i iye iy
171 Itu ituh ituh itu Itu
173 Jalan (sempit) gang ga jalan jalan
polosok polosok
178

Lampiran 2 (Lanjutan 4)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
174 Jurang jurang jura jungkrang jukra
175 Kabut ibun ibun hasep hasp
176 Kanan kanan kanan katuhu katuhu
178 Kilat gelap glap singkaban sikaban
179 Kiri kede kd kenca knca
180 Kolam balong balo balong balo
(renang/pancing)
181 Ladang kebon kbon kebon kbon
184 Lereng gunung gunu gagawir gagawir
185 Malam peting pti wengi wi
186 Mata air entuk ntuk liang cai lia cai
187 Mega (hitam) kabut kabut reek rk
188 Mega (putih) ampak-ampak ampak- pepedut ppdut
ampak
190 Musim hujan rendeng rnd musim musim
hujan
192 Pagi isuk-isuk isuk-isuk enjing- nji
enjing
193 Pagi sekali uput-uput uput-uput janari janari
194 Pasir pasir pasir kesik ksik
(halus/kasar)
196 Pematang tampingan tampian galengan galan
(sawah/ladang)
197 Sebentar sakedeng sakd sakedap sakdap
199 Senja burit burit sarepna sarpna
200 Siang berang bra tiberang tibra
201 Sore burit burit sore sor
202 Sungai cai cai lebak lbak
207 Utara lor lor kaler kalr
208 Anting suweng suw anting anti
209 Alas kaki sendal sndal sandal sandal
210 Jarik samping sampi sinjang sinja
211 Kalung kangkalung kakalu kalung kalu
213 Kebaya kebaya kbaya kabaya kabaya
214 Kopiah peci pci kopiah kopiah
217 Dukun sunat tukang tuka paraji paraji
nyunatan nyunatan
218 Juragan juragan Juragan benghar bhar
179

Lampiran 2 (Lanjutan 5)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
219 Kepala desa lurah Lurah kapalurah kapalurah
220 Kaur pemerintah kaur Kaur carik carik
221 Kaur kaur Kaur carik carik
kesejahteraan
222 Kaur kaur Kaur carik carik
pembangunan
223 Mekelar (rumah, calo Calo nyalo nyalo
kendaraan)
224 Makelar calo Calo nyalo nyalo
(kambing, sapi)
226 Pedagang besar toko Toko warung waru
(grosir) ageng ag
227 Pedagang kecil warung waru warung waru alit
(eceran) alit
229 Orang yang dibuat Dibuat panen pann
memanen padi
230 Anak anjing anjing anji anak anak
anjing anji
231 Ayam jantan jajanggar jajagar hayam hayam
muda jago jago
232 Ayam betina danten dantn hayam hayam
muda danten dantn
232 Ayam betina danten dantn indungna induna
dewasa
234 Itik jantan muda entog ntog meri mri
235 Itik betina muda basur basur meri mri
236 Ikan laut/tambak gesek gsk lauk laut lauk laut
237 Ikan lauk lebak lauk lbak benter bntr
sungai/tambak
245 Anak tikus cucurut cucurut berit brit
247 Bunglon londok londok bunglon bulon
250 Anak dahan pang pa sirung siru
252 Batang tangkal takal dahan dahan
258 Bunga kembang kmba kembang kmba
250 Anak dahan pang pa sirung siru
180

Lampiran 2 (Lanjutan 6)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
258 Bunga kembang kmba kembang kmba
259 Cabai merah cabe berem cab brm sabrang sabra brm
berem
260 Cabai hijau cabe hijau cab hijau sabrang sabra hjo
hejo
261 Cabai kecil rawit rawit cengek ck
262 Cabang pang pa dahan dahan
264 Daun kacang daun daun kaca daun daun kaca
panjang kacang kacang
265 Daun ketela daun budin daun budin daun daun samp
sampe
267 Getah gtah gtah getah gtah
268 Jerami jerami jrami jarami jarami
271 Kelapa dawegan dawgan cengkir cekir
(buah) yang
masih kecil
279 Ubi kayu budin budin sampe samp
281 Sayuran dengen dn angen an
282 Buah-buahan rujak rujak lotek lotk
yang diberi
sambal
283 Bangun tidur hudang huda pinh gugah gugah bobo
pineh bobo
284 Bekerja gagawe gagaw damel daml
285 Berbicara ngomong omo nyarios nyarios
286 Berenang renang rna ngojay ojay
287 Berjalan lempang lmpa mapah mapah
288 Berjongkok totongkron totokro nagog nagog
g
289 Berkelahi garelut garlut gelut glut
(dengan
tangan)
290 Berkelahi pagolok- pagolok-golok pasea pasa
(dengan kata- golok omo
kata) omong
291 Berkembang sirungan siruan jadi jadi
(pohon)
293 Berlari lumpat lumpat lu- lu-lumpatan
lumpatan
295 Berubah robah robah beda bda
296 Berobat barobat barobat ditambaan ditambaan
181

Lampiran 2 (Lanjutan 7)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
No
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
298 Bertemu patimu patimu pependak ppndak
300 Cuci (pakaian) nyeseh nysh nyesehan nyshan
301 Datang datang data dongkap dokap
302 Duduk diuk diuk calik calik
303 Ingat inget iet emut mut
305 Kencing ngompol/ ompol/kii ompol ompol
kiih h
306 Lari-lari kecil lelempanga llmpaan lu- lu-lumpatan
n lumpatan
307 Makan (nasi) madang mada emam nam
308 Marah amarah amarah ngambek ambk
309 Melempar mabit mabit alung alu
310 Melihat nyele nyl ningali niali
311 Memasak ngejo jo nyangu nyau
(nasi)
312 Mamasak nyelem nylm ngangen aen
(sayur)
314 Membawa mawa mawa nyandak nyandak
316 Membawa digandong digando dipanggul dipagul
dengan
punggung
318 Membawa ditampek ditampk bopong bopo
dengan tangan
di depan
320 Membawa di diais diais digondong digondo
pinggang
321 Membawa di panggul pagul tanggung tagu
punduk
322 Membersihkan ngaresikan arsikan bebersih bbrsih
323 Memberi mere mr dipasihan dipasihan
324 Memberi tahu mere nyaho mr nyaho dibejaan dibjaan
327 Memotong nuar nuar ngagorok agorok
(kayu)
328 Memperoleh menang mna kenging ki
(sesuatu, hadiah hadiah
hadiah)
329 Mencium (bau) ngambean amban kaambe kaamb
330 Menarik benda nyered nyrd betot btot
dengan hewan
331 Mendengar kakuping kakupi kadangu kadau
332 Memejamkan perem prm perem prm
mata
182

Lampiran 2 (Lanjutan 8)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
334 Mengambil nyokot nyokot dagi nyandak nyandak
daging sekerat daging daging dagi
335 Mengalir (air) cai mocor cai mocor mocor mocor
336 Menggali ngeduk duk ngali gali
337 Menggaruk gagaro hulu gagaro hulu gagaro gagaro
(kepala, kulit)
338 Menggenggam nyanggem nyaggm ngepel pl
339 Mengotori ngabelokan ablokan kokotoran kokotoran
(lantai, baju)
340 Mengulangi ngulang ula mulai dei mulai di
342 Menjemur moe mo moeken mokn
(baju, jagung,
kayu)
343 Memeras meret mrt diperes diprs
(kelapa, susu
sapi)
344 Menggosok nyikat nyikat disikat disikat
(gigi, lain)
345 Menguburkan ngubur ubur bak ngubur ubur
(bangkai bangke bugang buga
binatang)
346 Menguburkan mendem mndm dikuburken dikuburkn
(jenazah) mayid mayid
347 Menghitung ngetung tu milang mila
348 Menyuruh marentah marntah miwarang miwara
349 Menghidupka mirun api mirun api mirun sene mirun sene
n (api)
350 Merumputi ngaresikan arsikan babala babala
(tanaman) tatangkalan tatakalan
354 Bisu pire pir epe p
356 Luka yang doklok doklok bareh barh
infeksi
357 Buta lolong lolo baong bao
359 Gondok gondok gondok mendol mndol
361 Obat obat obat landong lando
362 Panu hapur hapur panu panu
363 Pingsan te eling t li semaput smaput
364 Pusing pusing pusi riet rit
365 Sembuh dari beteng bt waras waras
sakit
367 Empat belas opat welas opat wlas opat belas opat blas
183

Lampiran 2 (Lanjutan 9)
Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan
Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Karangpucung Dialek Wanareja


Bahasa
No (Desa Surusunda) (Desa Majingklak)
Indonesia
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
371 Enam puluh genep puluh genep genep puluh gnp puluh
373 Delapan delapan dlapan wlas delapan dlapan blas
belas welas belas
374 Dua puluh salikur salikur dua puluh du apuluh
satu hiji hiji
375 Dua puluh dualikur dalikur dau puluh dua puluh
dua dua dua
376 Dua puluh tilulikur tilulikur dau puluh dua puluh
tiga tilu tilu
377 Dua puluh opatlikur opatlikur dua puluh dua puluh
empat opat opat
378 Dua puluh salawe salaw dua puluh dua puluh
lima lima lima
379 Dua puluh geneplikur gnplikur dua puluh dua puluh
enam genep gnp
380 Dua puluh tujuhlikur tujuhlikur dua puluh dua puluh
tujuh tujuh tujuh
381 Dua puluh dalapanlikur dalapnlikur dua puluh dua puluh
delapan dalapan salapan
382 Dua puluh salapanlikur salapanlikur dua puluh dua puluh
sembilan salapan salapan
383 Enam puluh sawidak sawidak genep puluh gnp puluh
385 Satu petak sololombang salolomba lega lga
besar
(sawah,
ladang)
386 Ukuran parapatan parapatan kiloan kiloan
kacang tanah
184

Lampiran 3
Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran
dengan bahasa Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung
Kosakata Dialek Sunda Desa
Bahasa Dasar Bahasa Jawa Surusunda Kecamatan
No
Indonesia Karangpucung
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
9 Dagu jenggot jenggot jgot janggot jagot
11 Darah getih getih getih getih getih
26 Jari manis cinggir cinggir cigir cinggir cigir
32 Ketiak kelek kelek kelek kelek kelek
47 Pantat bokong bokong boko bokong boko
59 Sikut sikut sikut sikut sikut sikut
90 Anak yang bontot bontot bontot bontot bontot
termuda
108 Dinding dari pager pager pagr pager pagr
bambu
110 Genting gendeng gendeng gnd gendeng gnd
124 Teras emper emper mpr emper empr
129 Api api api api api api
132 Asap asep asep asep asep asep
140 Besok isuk ngesuk esuk isuk isuk
165 Guntur bledeg bledeg bledeg beledeg beledeg
174 Jurang jurang jurang jura jurang jura
181 Ladang kebon kebon kebon kebon kebon
192 Pagi Isuk-isuk esuk-esuk suk- isuk-isuk isuk-isuk
suk
198 Selatan kidul kidul kidul kidul kidul
205 Tenggara lor lor lor lor lor
209 Alas kaki sendal sendal sendal sendal sendal
213 Kebaya kebaya kebaya kebaya kebaya kebaya
237 Ikan laut gesek gesek gsk gesek gsk
246 Anak tikus cucurut curut curut cucurut cucurut
268 Getah getah getah gtah getah gtah
269 Jerami jerami jerami jrami jerami jrami
286 Berbicara ngomong ngomong omo ngomong omo
348 Menghitung ngetung ngetung etu ngetung etu
349 Menyuruh marentah marentah marentah marentah marentah
374 Dua puluh salikur slikur slikur salikur salikur
satu
378 Dua puluh salawe slawe slawe salawe salawe
lima
371 Enam puluh sawidak sewidak sewidak sawidak Sawidak
185

Lampiran 3 (lanjutan 1)
Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran
dengan Bahasa Jawa di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja

Dialek Sunda Desa


Bahasa Kosakata Bahasa Jawa Majingklak Kecamatan
No
Indonesia dasar Wanareja
Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis
56 Payu darah susu susu susu susu susu
107 Dapur dapur dapur dapur dapur dapur
135 Bara areng areng ar areng ar
137 Batu batu watu watu batu batu
214 Kopiah kopiah kopiah kopiah kopiah kopiah
232 Ayam Hayam ayam jago ayam jago hayam ayam jago
jantan muda jago jago
235 Itik jantan meri meri meri meri meri
muda
274 Minyak Minyak minyak minyak minyak minyak
kelapa kelntik klentik klentik klentik klentik
279 Ubi jalar boled boled bold boled bold
290 Berkelahi gelut gelut gelut gelut Gelut
dengan
tangan
363 Pingsan Semaput semaput semaput semaput Semaput
186

Lampiran 4
Peta Kabupaten Cilacap

Keterangan:
1. Kecamatan Dayeuhluhur 10. Kecamatan Patimuan
2. Kecamatan Wanareja 11. Kecamatan Bantarsari
(kolom yang berwarna 12. Kecamatan Kawunganten
merah) 13. Kecamatan Jeruklegi
3. Kecamatan Majenang 14. Kecamatan Maos
4. Kecamatan Cimanggu 15. Kecamatan kampung laut
5. Kecamatan Cipari 16. Kecamatan Cilacap Selatan
6. Kecaamatan Karangpucung 17. Kecamatan Cilacap Tengah
(kolom yang berwarna 18. Kecamatan Cilacap Utara
kuning) 19. Kecamatan Adipala
7. Kecamatan Sidareja 20. Kecamatan Sampang
8. Kecamatan 21. Kecamatan Kroya
Gandrungmangu 22. Kecamatan Binangun
9. Kecamatan Kedungreja 23. Kecamatan Nusawungu
187

Lampiran 5
Peta Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap
188

Lampiran 5 (Lanjutan 1)
Peta Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap
189

Lampiran 6
Biodata Informan

1. Nama : Mimin
2. Jnis Kelamain : Perempuan
3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 12 September 1963
4. Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar)
5. Pekerjaan : Buruh Tani
6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir
7. Asal Orang Tua : Desa Timbang
8. Bahasa Pertama . Bahasa Ibu : Bahasa Sunda
9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
10. Daerah / tempat yang pernah
dikunjungi : Bandung dan Cilacap
11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara
12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat
13. Bacaan (setiap hari /yang pernah
dibaca) :-
14. Apakah (pernah / bisa menonton acara
TV)? : Pernah
15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan
Siaran radio? : Pernah
190

Lampiran 6 (Lanjutan 1)
Biodata Informan

1. Nama : Nasriah
2. Jnis Kelamain : Perempuan
3. Tempat, tgl. lahir : Surusunda, 8 Maret 1968
4. Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar)
5. Pekerjaan : Buruh Tani
6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir
7. Asal Orang Tua : Desa Surusunda
8. Bahasa Pertama . Bahasa Ibu : Bahasa Sunda
9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
10. Daerah / tempat yang pernah
dikunjungi : Cilacap. Jakarta, Bogor
11. Keperluan Berkunjung : Bekerja
12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat
13. Bacaan (setiap hari /yang pernah
dibaca) :-
14. Apakah (pernah / bisa menonton acara
TV)? : Pernah
15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan
Siaran radio? : Pernah
191

Lampiran 6 (Lanjutan 2)
Biodata Informan

1. Nama : Sudirno
2. Jnis Kelamain : Laki Laki
3. Tempat, tgl. lahir : Surusunda, 16 Oktober 1961
4. Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar)
5. Pekerjaan : Buruh Tani
6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir
7. Asal Orang Tua : Desa Surusunda
8. Bahasa Pertama . Bahasa Ibu : Bahasa Sunda
9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
10. Daerah / tempat yang pernah
dikunjungi : Cilacap, Cianjur, Banjar dan Tasik
11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara
12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat dan Kuncen
13. Bacaan (setiap hari /yang pernah
dibaca) :-
14. Apakah (pernah / bisa menonton acara
TV)? : Pernah
15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan
Siaran radio? : Pernah
192

Lampiran 6 (Lanjutan 3)
Biodata Informan

1. Nama : Martadireja
2. Jnis Kelamain : Laki-laki
3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 22 Januari 1960
4. Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar)
5. Pekerjaan : Buruh Tani
6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir
7. Asal Orang Tua : Desa Majingklak
8. Bahasa Pertama . Bahasa Ibu : Bahasa Sunda
9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
10. Daerah / tempat yang pernah
dikunjungi : Cirebon, Tasik, dan Ciamis
11. Keperluan Berkunjung : Bekerja dan pergi ke tempat saudara
12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat
13. Bacaan (setiap hari /yang pernah
dibaca) :-
14. Apakah (pernah / bisa menonton acara
TV)? : Pernah
15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan
Siaran radio? : Pernah
193

Lampiran 6 (Lanjutan 4)
Biodata Informan

1. Nama : Naedi
2. Jnis Kelamain : Laki-laki
3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 10 Maret 1960
4. Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar)
5. Pekerjaan : Buruh Tani
6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir
7. Asal Orang Tua : Desa Majingklak
8. Bahasa Pertama . Bahasa Ibu : Bahasa Sunda
9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
10. Daerah / tempat yang pernah
dikunjungi : Yogyakarta, Banyumas dan Jakarta
11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara
12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat
13. Bacaan (setiap hari /yang pernah
dibaca) :-
14. Apakah (pernah / bisa menonton acara
TV)? : Pernah
15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan
Siaran radio? : Pernah

Anda mungkin juga menyukai