Anda di halaman 1dari 83

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATA

PELAJARAN LAS BUSUR DASAR METAL MANUAL


BERBASIS E-BOOK PADA SISWA KELAS XI SMK
NEGERI 4 MEDAN

TESIS

Ditulis untuk memenuhi sebagaian persyaratan mendapatkan


Gelar Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Oleh :
IBNU
NIM. 1309280

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
```LEMBARAN PERSETUJUAN
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATA PELA.JARAN
LAS BUSUR DASAR METAL MANUAL BERBASIS E-BOOK PADA
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 MEDAN

IBNU
NIM. 1309280

PEMBIMBING
Menyetujui untuk diajukan pada ujian tesis

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ambiyar, M.Pd Dr. Waskito, M.Pd


PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KE.JURUAN

Diajukan didepan Panitia Penguji Tesis


Program Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Fakultas Teknlk Universitas Negeri Padang
Tangga[ : 6 Februari 2016
No. Nama Tanda Tangan

1.Dr. Ambiyar, M.Pd


(Ketua/Penguji)
2.Dr. Waskito, M.Pd

(Sekretaris/Penguji)
3.Prof. Ganefri, Ph.D
(Anggota/Penguji)

4.Dr. Ridwan, M.Sc.Ed

(Anggota/Penguji)

5. Dr. Nurhasan Syah, M.Pd

(Anggota/Penguji)
Padang, 6 Februari 2016
Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Fakultas Teknik Universitas Negui Padang

Ketua
Dr, Fahmi Rizal, M.Pd, MT

NIP. 19591204 198503 1 004


LEMBAR PENGESAHAN

Nama :Ibnu

NIM : 1309280

Nama Tanda Tangan Tanggal

MENYETUJUI

Dr. Ambiyar, M.P


Pembibing I

Dr. Waskito, M.Pd


Pembibing II

Dekan Ketua

Fakultas Teknik Program Studi Magister

Universitas Negeri Padang Pendidikan Teknologi Kejuruan

Drs. Syahril, ST., MSCE, Ph.D Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., MT

NIP.19640506 198903 1 002 NIP. 19591204 198503 1 004


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya tulis saya, tesis dengin judul pengembangan Modul Pembelajaran
Matapelajaran Las Busur Dasar Metal Manual Berbasis E-Book Pada
siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan", adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapat gelar akademlk, baik di Universitas Negeri
Padang, maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sench-i, tanpa
bantuan dari Plhak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipubllkasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis
dengan jelas dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengtn sesunggunya dan apabila dlkemudian hari
terdapat penyimpangin dan ketidakbenran pernyataan ini maka saya
brsedia menerima sanksi akademlk, brupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh karena karya tulis ñi, serta sanksi lainnya sesuai dengan dan
ketentuan yang berlaku.
Padang, 6 Februari 2016
Saya yang nenyatakan,

Ibnu
MM. 1309280
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti hantarkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah, serta Karunia-NYA yang tak terhingga sehingga
peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Modul
Pembelajaran Matapelajaran Las Busur Dasar Metal Manual Berbasis E-Book
Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Medan”. Tesis ini disusun merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan Keahlian Pendidikan Teknik Mesin. Program Magister Fakultas
Teknik Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, izinkanlah peneliti dengan segala kerendahan hati dan tulus
menyampaikan penghargaan dan ucapan kepada:
1. Dr. Syahril, S.T., MSCE., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknis
Universitas Negeri Padang.
2. Prof. Dr. Nizwardi Janilus, M.Ed, selaku Ketua Pascasarjana Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang.
3. Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T, selaku Ketua Program Magister S2
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Padang
4. Dr. Ambiyar, M. Pd dan Dr. Waskito, M.T, selaku pembimbing I dan
Pembimbing II yang telah membantu peneliti dengan tulus dan sabar
memberi arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
5. Prof. Ganefri, Ph. D, selaku contributor, yang banyak memberi arahan
dan dukungan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak/Ibu dosen serta staf administrasi yang bertugas di Program
Pascasarjana Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.
7. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, yang telah memberikan izin
peneliti di SMK Negeri 4 Medan.

i
8. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Medan, yang telah membrikan
motivasi dan dorongan untuk kelancaran studi ini.
9. Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Medan, yang telah memberikan izin
peneliti di SMK Negeri 4 Medan.
10. Pegawai SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 4 Medan yang banyak
memberikan bantuan kepada peneliti.
11. Yang mulia kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan motivasi kepada peneliti baik
secara moril maupun materil.
12. Istri tersayang serta anak-anak tercinta, yang selalu mendukung dan
mendoakan peneliti selama penyelesaian studi Magister.
13. Teman-teman seperjuangan terkhusus ananda Nur Basuki, S.Pd.
M.Pd., Marlan, S.Pd, dan Syahrul, S.Pd yang telah banyak
memberikan motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu peneliti selama penyelesaian studi Magister
ini.

Peneliti menyadari bahwa tesis yang disusun ini masih belum


sempurna, oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini.

Padang, Februari 2016

Ibnu

ii
ABSTRACT

Ibnu, 2016. Develompment Learning Module Lesson Manual Metal Arc


Welding Basics Based E-Book In Class XI student of SMK Negeri 4 Medan.

Based on preliminary observation, the learning outcomes of student of the third


semester Departement of Welding Subjects Arc Welding Basics Metal Manual SMK
Negeri 4 Mesan who take subjects remains low, estimated to low learning outcomes is
caused by the limited sources of learning or instructional media exist, the absence of
learning modules, therefore, designed and make a module-based learning media in form
of e-Book for subjects of Basic Metal Arc Welding. The purpose of this study was to
uncover the validity, practicality, and effectiveness-based e-Book module to be fit for use
in the field.
This research was conducted using the method of research and development
(Research and Development / R&D) by using Four-D model of development (4D). Four-
D development procedures (4D) that Define (restriction), Design (design), Develop
(development), and Disseminate (depeloyment). Types of data are primary data where the
data provided by experts, professors, and students. Data analysys technique used is the
technique of descriptive data analysis is to describe the validity, practicality and
effectiveness based e-Book module.
The results of the study pengembangan is as follows: (1) Generate a module-
based e-Book for subjects Arc Welding Basics Metal Manual (2) The validity of module-
based e-Book is valid in material aspects in modules with a total value of validity is 0,99
on the aspect of the module formal is valid modules with a total value of 0,97 (3) The
practicalities of module-based e-Book is based on responses lecturer otherwise very
practical with the total value of 92,50% and based on the responses of students expressed
very practical with a total value of 93,59% (4) Effectiveness module-based e-Book was
declared effective in improving student learning outcomes. Based on the findings of this
study concluded that based e-Book module is valid, practical, and effective to be used as
a medium of learning in subjects Manual Metal Arc Welding Basics.

Keywords: Module-based e-Book, Learning Outcames, Validity, Practicalities,


Effectiveness

iii
ABSTRAK

Ibnu, 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Las Busur Dasar
Metal Manual Berbasis E-Book pada sisw kelas XI SMK Negeri 4 Medan.
Berdasarkan observasi awal, hasil belajar siswa semester tiga jurusan Teknik
Pengelasan Mata Pelajaran Las Busur Dasar Metal Manual SMK Negeri 4 Medan yang
mengambil mata pelajaran masih rendah, diperkirakan rendahnya hasil belajar ini
disebabkan oleh keterbatasan sumber belajar atau media pembelajaran yang ada, tidak
adanya modul pembelajaran. Oleh karena itu, dirancang dan dibuatlah sebuah media
pembelajaran berupa modul berbasis e-Book untuk mata pelajaran Las Busur Dasar
Metal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan modul berbasis e-Book agar layak digunakan dilapangan.
Peneliti ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian dan pengembangan
(Reasearch and Development / R&D) dengan menggunakan model pengembangan Four-
D (4D). Prosedur pengembangan four-D (4D) yaitu Define(pembatasan), Design
(Perancangan), Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran). Jenis data yaitu
data primer dimana data yang diberikan oleh ahli,dosen, dan siswa. Teknik analisa data
yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan
kevalidan, kekepraktisan dan keefektifan modul berbasis e-Book.
Hasil yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut: (1)
Menghasilkan sebuah modul berbasis e-Book untuk mata pelajaran Las Busur Dasar
Metal Manual (2) Validitas modul berbasis e-Book dinyatakan valid pada aspek materi di
dalam modul dengan total nilai validitas adalah 0,99 pada aspek format modul dinyatakan
valid dengan total nilai 0,94, dan pada aspek penyajian modul dinyatakan valid dengan
total nilai 0,97 (3) Praktikalitas modul berbasis e-Book berdasarkan respon dosen
dinyatakan sangat praktis dengan nilai total 92,50% dan berdasarkan respon siswa
dinyatakan sangat praktis dengan total nilai 93,59% (4) Efektifitas modul berbasis e-Book
dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan temuan
penelitian ini disimpilkan bahwa modul berbasis e-Book ini valid, praktis, dan efektif
untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Las Busur Dasar
Metal Manual.

Kata Kunci: Modul Berbasis e-Book, Hasil Belajar, Validitas, Praktikalitas, efektivitas.

iv
DAFTAR ISI

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi persiapan sumber daya
manusia yang mampu mengemban penerus jalannya kehidupan dunia ini. Seiring
dengan lembaga pendidikan yang semakin banyak, perkembangan ilmu
pengetahuan semakin berkembang. Usaha bangsa Indonesia untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan mengharuskan upaya giat membangun fisik dan
kemampuan guna mengantisipasinya, tidak lain hal ini ditunjukkan dalam bidang
pendidikan. Pendidikan merupakan proses yang tidak akan habis selama manusia
masih berada dimuka bumi ini. Pendidikan memegang fungsi yang sangat penting
dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan bagsa Indonesia. Oleh Karen
itu bangsa Indonesia harus membangun diri untuk bisa bersaing dalam banyak hal,
titik berat yang dilakukan berupa pengingkatan mutu sumber daya manusia harus
menjadi prioritas yang utama.
Kemajuan hanya dimunginkan Oleh perluasan pendidkan bagi setiap
anggota itu. Pendidikan bukan lagi diperuntukkan bagi suatu golongan elite yang
sangat terbatas melainkan bagi seluruh rakyat. Sejak awal Milenium ketiga Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat, khususnya di
bidang teknologi dan rekayasa. Di satu sisi era ini membawa Iklim semakin
terbuka untuk saling bekerja sama, saling dan saling melengkapi. Namun di sisi
Iain, era ini jugi membawa kepada persaingan yang sangat kompetitif Sehubungin
dengan kondisi ini, banyak dunia kerja saat ini menuntut kerja siap pakai dalam
artian tenaga kerja yang memillki pengetahuan dan keterampilan yang baik pada
Suatu bidang tertentu.

1
2

Secara khusus tujuan kompetensi keahlian teknik pengelasan adalah


membekali peserta didlk dengan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap agar
kompeten: (a) melakukan pekerjaan sebagai juru las, (b) melakukan pekerjaan
jasa pengelasan. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut dengan las busur metal
adalah Salah satu mata diklat produktif yang harus dikuasai SMK.
Kompetensi Keahlian Teknic Pengelasan, yang bergelut dengan las dan
menuntut ketelitian dalam ukuran, diharapkan dengan ketelitian tersebut las dapat
mewakili suatu Objek yang akan dlkerjakan.
Untuk menyiapkan lulusannya menjadi tenaga produktif, adaptif, normatif
SMK Negeri 4 Medan setelah melakukan berbagai hal antara lain: (1) melengkapi
peralatan bengkel Pengelasan berupa peralatan las, (2) mengirim guru praktek
untuk mengikuti diklat kompetensi. Namun kenyataan hasil belajar Pengelasan
siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Las Busur Metal Manual masih di bawah
harapan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran las busur
metal manual pada tabel 1.1 berlkut:
Tabel 1. Rata-rata Nilai Rapor Mata Diklat Las Busur Dasar Manual Siswa SMK
Negeri 4 Medan

Tahun Pelajaran Nilai Rata-rata

2010/ 2012 7,1

2011/ 2013 7,2

2012/ 2014 7,1


3

Nilai tersebut belum mencapai standar kelulusan untuk diklat produktif


yang ditetapkan oleh SMK Negeri 4 Medan, yaitu 7,5. Kenyataan seperti
disebutkan di atas menunjukkan kekurang mampuan siswa memperoleh hasil
belajar Las Busur Metal Manual sesuai dengan sasaran pembelajaran yang
dirumuskan guru dalam setiap pengajaran pada proses di sekolah.
4

Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak


menghafal, Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya dengan kehidupan
sehari-hari Dalam proses pembelajaran guru harus merubah paradigma belajar,
yaitu perubahan pusat (focus) pembelajaran, dari belajar berpusat pada guru
menjadi belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas
guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat
membelajarkan siswa dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksikan konsep-konsep yang
dipelajarinya.
Berdasarkan hasil Studi pendahuluan di SMK Negeri 4 Medan di dapat
hasil angket analisis kebutuhan Yang disebarkan Oleh guru dan Siswa diperoleh
kesimpulan sebagai berikut; (l) Sebagian besar guru maupun siswa (81%)
menyatakan belum mengenal modul pembelajaran, hanya sebagian kecil (19%)
guru dan siswa yang nynyatakan telah mengenal modul, (2) Sebagian besar guru
(83%) menyatakan tidak menggunakan modul pembelajaran dalam proses
pembelajaran dan Siswa (100%) menyatakan tidak pernah menggunakan modul,
(3) Sebagian besar guru (83%) menyatakan memerlukan modul pembelajaran
dalam proses pembelajaran dan seluruh Siswa (100%) memerlukan modul
pembelajaran dalam proses pembelajaran
Pengembangan pengalaman belajar perlu untuk dikembangkan melalui
upaya penyediaan sarana pendidikan, metode penýaran yang relevan serta strategi
pembelajaran yang tepat. Proses penbelajaran yang dirancang dengan baik akan
meningkatkan kualitas hasil belajar. Variabel yang mempengaruhi perilaku
belajar adalah kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil belajar.
5

Berbagai strategi, metode, serta model pembelajaran telah ditemukan dan


telah diterapkan dan dibelajarkan kepada Calon guru maupun guru, namun
kenyataan Sampai Saat ini secara umum guru masih menggunakan Cara lama
Yang terfokus pada metode ceramah dan tanya jawab. Penyajian materi pelajaran
dilakukan secara klasikal, kurang næmperhatikan kemampuan individu Siswa,
bersifat teori dan kurang memperhatikan keseimbangan antara pengetahuan dan
keterampilan. Perbaikan kualitas pembelajaran dapat dimulai dari rancangan
pembelajaran karena melalui perancangan akan dilakukan langkah-langkah
sistematis untuk memberikan pengalaman belajar kepada Siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dalam perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
di SMK Teknologi, beberapa variabel seperti ketersediaan alat dan bahan praktek,
ketersediaan buku, dan kunkulum Yang menentukan kualitas pembelajaran hat-us
diterima sebagaimana adanya Oleh guru. Tujuan mata diklat umpamanya, tidak
dapat dimanipulasi Oleh guru karena sudah ditetapkan dalam kurikulum
Demikian pula halnya dengan karakteristik individu dan mata diklat, keterbatasan
sumber-sumber belajar dan keterbatasan peralatan praktek. Variabel yang penting
dari semua variabel ini adalah sumber belajar, karena sumber belajar dapat
dimanipulasi agar dapat mempengruhi perubahan tingkah laku dari berbagai
karakteristik siswa yang berbeda-beda. Karakteristik penting dari sumber belajar
antara lain adalah ketersediaan informasi yang lengkap berkaitan dengan
pengetahuan yang hendak dikuasai sehingga siswa memiliki pengetahuan dan
keterampilan.
6

Sumber belajar salah satu komponen penting dalam pembelajaran,


Djamarah (2002:139) menjelaskan sumber belajar adalah segila sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang Perkembangan teknologi komputer dewasa ini sangat
mempengaruhi dalam pengadaan sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan
tidak hanya sebatas guru di ruang kelas dan perpustakaan sekolah. Namun,
sumber belajar telah berkembang hingga ke dunia yang dapat di akses melalui
jaringan internet. Sumber belajar yang digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, manfaat media, dan pengadaan media.
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dapat berupa cetak dan non
cetak.
Dari uraian diatas pada dasarnya menceritakan masalah proses
pembelajaran yang terjadi di SMK Negeri 4 Medan terdapat beberapa fenomena
yang dapat dilihat bagaimana tindakan guru di kelas agar hasil Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) tercapai dengan optimal. Namun kenyataanya banyak guru las
dasar metal manual tidak nælaksanakan KBM dengin balk, walaupun seluruh
guru telah dibekali sepuluh kompetensi guru. Fenonæna tersebut antara lain
adalah : (1) Banyak siswa malas belajar las dasar metal manual hanya karena cara
guru yang mengajar tidak sesuai dengan keinginan siswa; (2) Siswa selalu merasa
bosan dalam belajar las dasar metal manual dan akibatnya hasil belajar
matematika tidak sesuai harapan; (3) Ada sebagian siswa berpendapat bahwa guru
las dasar metal manual dalam penyampaian materi tidak dapat menyampaikannya
dengan menarik dan menyenangkan; (4) Guru las dasar metal manual yang
mengajar terlalu monoton bahkan cenderung kurang dapat berkomunikasi dengan
siswa sehingga suasana kelas menjadi kaku. Ternyata bukan materi pelajaran las
dasar metal manual Sukar dicerna tetapi beberapa hal yang dipaparkan diatas
telah meniadi momok yang menyulitkan siswa dalam belajar las dasar metal
manual.
7

Buku merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tiada batas dan Salah
satu sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Seiring dengan
perkembangan peralatan teknologi saat Pengadaan buku sebagai sumber belajar
tidak hanya sebatas buku yang berbentuk cetak tetapi juga sudah ada buku dalam
bentuk digital yang dikenal dengan buku elektronik atau electronic book (e-book).
Salah Satu keuntungan dari penggunaan e-book yaitu meenghemat dalam
penggunaan kertas sehingga lebih ramah lingkungan. Namun, untuk
menggunakannya memerlukan perangkat komputer untuk membukanya. E-book
atau electronic book (atau juga digital book) kini sudah semakin mudah didapat
dan diakses. Apalagi untuk keperluan pendidikan. E-book adalah buku yang
dipublikasikan dalam format digital berisi tulisan, gambar, yang dapat dibaca
memalui perangkat komputer atau perangkat digital lainnya.
E-book ini biasanya merupakan Salah satu format alternatif dari buku
cetakan. Tapi, banyak jugi e-book yang sengaja diciptakan tanpa ada versi
cetaknya dulu. Beberapa e-book biasanya dikhususkan agar bisa terbaca pada
gadget e-book reader. Meski denllkian, kini ada banyak komputer dan beberapa
tipe ponsel yang bisa digunakan untuk membaca e-book. Kelebihan e-book,
adalah karena e-book nænjadi Salah Satu alternatif yang sangat praktis untuk
membaca buku (baca: belajar), terutama bagi para pelajar atau siswa.
Kini semua orang tidak perlu repot-repot buku yang tebal dan berat,
karena e-book dibaca melalui ponsel.
Melalui e-book siswa dapat berinteraksi langsung dengan buku berupa
bentuk digital yang berisikan materi, gambar berwarna. Pada e-book terjadi
penginterasian multimedia ke dalam sebuah buku digital yang bersifat interaktif
dan cocok digunakan oleh siswa SMK. Objek yang semula ditampilkan dalam
bentuk gambar diam dapat ditampilkan dalam bentuk animasi, simulasi, dan
video. Sehinggi siswa selain membaca buku juga dapat menyaksikan secara
objek-objek yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Animasi dan simulasi
dapat digunakan dalam pembahasan contoh soal sehingga siswa dapat
menyaksikan masalah yang ditampilkan.
8

Tampilan Objek animasi dalam e-book secara tidak langsung sudah


membantu untuk mengatasi keterbatasan waktu. Sehingga waktu yang diperlukan
untuk menggambar Objek di papan tulis sudah berkurang.
Oleh karena itu, pengembangan modul berbasis ebook merupakan salah
satu media yang sesuai nendukung dengan diklat Ias busur metal manual di
SMK Negeri 4 Medan karena perlu adanya buku panduan yang mempermudah
pemahaman siswa dalam mempelajari materi serta mensimulasikan program yang
dipraktikan dlbengkel Ias secara langsung. Las Busur Metal Manual merupakan
dasar yang merupakan keahlian yang diperlukan untuk siswa SMK demi
memenuhi kebutuhan dan permintaan dari industry berbasis teknologi tepat guna.
Program Las Busur metal manual ini memerlukan media simulasi secara langsung
dan buku diklat yang dijadikan panduan sehingga siswa dapat mengelas berbagai
macam bentuk sambungan Ias.
Adanya modul berbasis ebook yang dikembangkan dituntut dapat
membantu mempermudah siswa didik dalam menguasai Respon dari pihak
sekolah sangat menghendaki penelitian dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam bidang teknologi khususnya Ias busur metal manual.
Berdasarkan uraian di atas diajukan usulan penelitian ini dengan judul:
"Pengembangan Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Las Busur Dasar
Metal Manual Berbasis E-Book Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Medan".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat didentifikasi masalah yang
ada sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa cenderung rendah; (2) penyajian
materi pada mata pelajaran las busur dasar metal manual yang dengan
menggunakan E-book dapat næningkatkan pelmhalmn pada siswa; (3) masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran Ias
busur dasar metal manual; (4) monotonnya suasana pembelajaran dikarenakan
media pembelajaran yang hanya disimulasikan oleh guru pengampuh mata
pelajaran saja sehingga selepas pelajaran selesai siswa lupa bagaimana
9

aplikasi dan teknik yang dilakukan oleh guru,(4) frekuensi pertemuan


pelajaran yang cukup singkat hanya berlangsung satu kali dalam seminggu
sementara kreatifitas dan bakat siswa tidak dapat terasah dalam waktu yang
Singat, (5) belum adanya modul berbasis e-book mata pelajaran Ias busur
dasar metal manual yang valid, praktis dan efektif

C. Pembatasan Masalah

Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka dapat ditarik


identifikasi masalah di atas agar penelitian ini leblh mendalam dan terfokus.
Adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini untuk melihat keefektifan
dalam Pengembangan Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Las Busur Dasar
Metal Manual Berbasis E-Book Pada Siswa Relas Xi SMK Negeri 4 Medan.
Ruang lingkup dari pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan materi pelajaran Ias busur dasar metal manual untuk


siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan.
2. Penelitian Pengembangan ini hanya berfokus pada perancangan dan
pengemabangan modul berbasis e-book.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka masalah


penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah spesifikasi modul berbasis e-book pada mata pelajaran Ias
busur dasar metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan?
2. Bagaimanakah validitas modul berbasi; e-book yang dikembagkan untuk
pelajaran Ias busur dasar metal manual kelas XI SMK Negeri 4 Medan?
3. Bagaimanakah praktikalitas modul berbasis e-book yang dikembangkan
untuk mata pelajaran Ias busur dasar metal manual siswa kelas XI SMK
Negeri 4 Medan?
10

4. Bagaimanakah spesifikasi modul berbasis e-book pada mata pelajaran Ias


busur dasar metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan?

E. Tujuan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk:
1. Mengembangkan modul e-book pada mata pelajaran las busur dasar
metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan.
2. Menguji validitas modul berbasis e-book pada mata pelajaran las busur
dasar metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan.
3. Mengeuji praktikalitas modul berbasis e-book pada pelajaran las busur
dasar metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan
4. Menguji efektifitas modul berbasis e-book pada mata pelajaran las
busur dasar metal manual siswa kelas XI SMK Negeri 4 Medan.

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan


Karakteristik produk dari penelitian pengembangan modul pembelajaran
matapelajaran las busur dasar metal manual berbasis e-book.
1. Modul berbasis e-book yang dikembangkan Oleh peneliti adalah modul
pembelajaran bentuk Soft Copy dengan ekstensi executable (exe) yang
akan diupload pada e-B00ksite dengan tujuan agar dapat mengakses
melalui komputer maupun android yang berfungsi sebagai media
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran las
busur dasar metal manual.
2. Modul berbasis e-book yang berisi tentang permasalahan las busur dasar
metal manual yang dapat digunakan sebagai pengetahuan awal siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya pada selanjutnya.
3. Penyajian pada e-book diberikan dengan pendekatan slide model flipping
book, gambar dan text situasional yang merangkum kegiatan pembelajaran
las busur dasar metal manual mengingat keterbatasan peneliti dalam
pengembanngan e-book.
11

G. Manfaat Pengembangan
Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan
malffiit secara praktis.
Secara teoritis,
Penelitian ini adalah Untuk nængembangkan Bagaimana Modul
pembelajaran pada kompetensi las busur dasar nætal manual berbasis e-book
untuk siswa kelas XI Teknik Pengelasan SMK Negeri 4 Medan dengan tuiuan:
a. Membangkitkan minat siswa untuk melaniutkan penelitian tentang
pengembangin dan peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Sebagai ajakan untuk terus mengemban modul pembelajaran alternative
yang mudah, singkat, menyenangkan dan murah.
c. Diharapkan konsep pembelajaran dengan menggunakan modul dapat
direkomendasikan sebagai inovasi dalam dunia pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan akhirnya pembelajaran
akan menjadi lebih berkualitas dibandinkan pembelajaran secara
konvensional.
Manfaat Praktis,
a. Dapat mempermudah pemahaman mengenai mata pelajaran Las Busur
Metal Manual, bagi siswa.
b. Sebagii pelengkap media pembelajaran Las Busur Metal Manual.
c. Menjadi perangkat bantu dan alternatif dalam pembelajaran Las Busur
Metal Manual.
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pengembangan modul
pembelajaran guna meminimalisasi kejenuhan dan kebosanan dalam pembelajaran
konvensional di kelas yang mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi
berkurang untuk memahami materi yangdiberikan guru.
12
BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretis
1. Hakikat Hasil Belajar Las Busur Dasar Metal Manual
Dalam proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah menghasilkan
tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagaI taksonomi bloom, yakni
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sebagaimana dıketahui bahwa hasıl
belajar merupakan perpaduan pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar
dan ajar)

Pemahaman konsep dan kecakapan baru, serta pembentukan sıkap dari


perbuatan atau tingah laku positif. Perubahan tingkah laku seperti yang dijelaskan
di atas disebabkan adanya pertambahan pengalaman atau pengetahuan

yang diperoleh setelah proses belajar Jadi ada nilai tambah dari pengalaman yang
dimiliki sebelumya. Munadi (2013:21) mengatakan setiap teori belajar
dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar.
Kajian Itu pada intinya menyangut dua hal: (l) konsep yang menggap bahwa Otak
terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), sepertI menalar,
mengingat, menghayal, yang dapat dkembangkan dengan latihan, (2) konsep
yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu system energy yakni suatu
system tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam
merespon sistem energy sehingga ia dapat berinteraksi organ rasa. Sistem energi
ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran

Belajar adalah Suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


suatu perubahan tingah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasıl
pengalamannya serdiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010:2).
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme berubah
14

perilakunya sebagai aklbat dari pengalaman. Demıkian juga, Dalyonno (2003:48)


menyatakan bahwa belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam
segala hal, baik dalam bidang Ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau
kecakapan.

Dari defenisi yang dikemukakan di atas, hakikatnya bahwa belajar adalah


proses perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku tersebut bukan disebabkan
Oleh faktor fisiologis melainkan karena proses belajar. Perubahan yang terjadi
karena belajar adalah perubahan dalam kecakapan, bertambahnya pengetahuan
berkembangnya daya fikir dan sebagainya.

Menurut Hamalik (1999:48-49) belajar menuniuk ke perubahan dalam


tingkah laku si subjek dalam perubahan tingkah laku tersebut tak dapat dijelaskan

atas dasar kecenderungan- kecenderungan respons bawaan, kematangan atau

keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan). Belajar memikii ciri-ciri


(karakteristik) tertentu yaitu: (1) belajar berbeda dengan kematangan, (2) belajar
dibedakan dari perubahan fisik dan mental.

Dari paparan tentang pengertian hasil belajar yang dikemukakan diatas


dapat dimaknai bahwa perubahan-perubahan dalam tingkah laku manusia
dianggap sebagai hasil belajar yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai. penilaian perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip: (a) kebutuhan yang ada pada diri
organisme yang memungkinkan tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi, (b)
motivasi yang mendasari perubahan tingkah laku itu, (c) tujuan yang
mempengaruhi tingkah laku, (d) lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk
melakukan tingkah laku tertentu, (e) proses-proses yang mempengaruhi tingkah
laku itu, (f) kapasitas dan kapabilitas yang mempengaruhi tingkah laku itu.

Belajar dapat diklasifikasi atas lima, yaitu kemampuan informasi verbal,


keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
15

Kemampuan-kemampuan itu dihasilkan karena usaha belajar dan harus dibuktikan


dari hasil belajar, siswa selalu dituntut untuk memberikan hasil belajar secara
nyata. Hasil belajar akan nampak dalam prestasi belajar atau dalam produk yang
dlhasilkan oleh siswa.

Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan


masukan (input) dimana masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam
informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
Romizowski jugi berpendapat perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses
belajar telah terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam,
yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu
keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, keterampilan beraksi
atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi.

Untuk menguasai baik atau tidaknya hasil belajar, dapat dilakukan melalui
tes hasil belajar. Muhlbinsyah (2010:196) menjelaskan tes hasil belajar adalah alat
ukur yang digunakan untuk menetukan taraf keberhasilan sebuah program
pembelajaran. Arikunto (2009:53) menjelaskan tes adalah merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukam untuk
mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya:

salah satu huruf di depan pillhan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang
salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.

Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu
sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga
ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menurut
kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan
mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih beratkan pada ranah
kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah efektif.
16

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk


didalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis
mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.

Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan


dengan menggunakan arus listik yang membentuk busur dan elektroda berselaput.
Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda terselaput
itu mencair, dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk
menglilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau
gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan. Proses pengelasan terjadi
karena adanya hambatan arus Iistrik yang mengalir diantara elektroda dan bahan
las yang menimbulkan panas mencapai 3000 °c, sehingga membuat elektroda dan
bahan yang akan dilas mencair.

Buku teks bahan ajar Teknlk Las SMAW 2 nærupakan buku pegangan
siswa untuk program studi Teknik Pengelasan. Buku ini digunakan pada semester
genap kelas XI. Pada semester ini kompetensi dasar di yang diajarkan
menekankan pada kemampuan yang harus dimiki peserta didik untuk dapat
mengelas SMAW pada posisi 1 F/IG dan 2F/2G. Sesuai dengan silabus kurikulim
2013 teknlk pengelasan. Sehingga diharapkan setelah menyelesaikan buku

siswa sudah dapat melajutkan ke posisi pengelasan yang lebih tinggi lagi.

1. Teknik Pengelasan SMAW pada Posisi di Bawah Tangan (IF & IG)
Pengelasan Posisi dlbawah tangan (IF/IG) merupakan posisi pengelasan
yang paling dasar yang harus dikuasai oleh seorang siswa. Apabila seorang siswa
akan belajar pengelasan posisi 2F/2G mereka harus terlebih dahulu menguasai
pengelasan 1 F/IG baru kemudian belajar pengelasan pada posisi yang yang lebih
sulit. Kompetensi dasar ini mencakup beberapa kegiatan belajar diantaranya: (l)
Persiapan sambungan dan kampuh las, (20 Persiapan/penyetelan mesin las, (3)
17

Pemilthan dan penyiapan elektroda, prosedur pengelasan; (4) Teknik pengelasan


rigi-rigi; (5) Teknic pengelasan penebalan; (6) Teknlk pengelasan fillet IF; (7)
Teknik pengelasan groove ICJ.

Kompetensi dasar pengelasan di bawah tangan ini di bagi dalam 10


kegiatan belajar. Satu kegiatan belajar dapat deselesaikan dalam waktu 6 x 45
menit. Dalam buku ini akan disampaikan teori dan praktek sebagai bahan untuk
melaksanakan pembelajaran. Hasil yang akan diperoleh para siswa apabila
menguasai kompetensi dasar ini adalah dapat melakukan persiapan pengelasan
dan menguasai pengelasan I F/l G.

Manfaat yang akan didapat apabila siswa mempunyai kompetensi


pengelasan ICJ di dunia kerja adalah : (1) Dapat næmbantu tukang las dalam
penyiapan mesin las untuk operasi pengelasan; (2) Dapat melakukan pengerjaan
las ikat pada posisi datar sebagai kompetensi awal untuk
18

meningatkan kompetensi bidang pekerjaan las yang lebih tinggi; (3) Melakukan
pengelasan sambungan tumpul pada posisi IF/I G.

Persiapan Sambungan Dan Kampuh Las Sebelum kita melakukan


persiapan sambungan dan kampuh las kita bahas terlebih dahulu macam-macam
bentuk sambungan las. Beragam bentuk pekerjaan las dan fabrikasi logam,
menuntut agar suatu sambungan yang dikerjakan dapat sesuai dengan desain dan
kekuatan yang diharapkan. Karena itu bentuk-bentuk sambungan harus dirancang
sedemikian rupa supaya memenuhi kebutuhan tersebut

Bentuk-bentuk Sambungan Las Secara umum sambungan las ada dua


macam, yaitu sambungan sudut (fillet) dan sambungan tumpul (butt). Adapun
macam-macam bentuknya adalah sebagai berikut

1. Sambungan sudut dalam (T-joint atau L-joint)


2. Sambungan sudut luar ( Corner joint)
3. Sambungan tumpang (lap joint)
4. Sambungan sumbat (P/ug joint)
5. Sambungan celah (Slot joint)
6. Sambungan tumpul (Butt joint)
Bentuk-bentuk Kampuh Las.

Kampuh las adalah bentuk persiapan pada suatu sambungan.

Umumnya hanya ada pada sambungan tumpul, namun ada juga pada beberapa
bentuk sambungan sudut tertentu, yaitu untuk memenuhi persyaratan

kekuatan suatu sambungan sudut. Bentuk kampuh las yang banyak

dipergunakan pada pekerjaan las dan Fabrikasi logam adalah :

1. Kampuh I (Open square butt)


2. Kampuh V (Single Vee butt)
3. Kampuh X (Duoble Vee butt)
19

4. Kampuh U (Single U butt)Kampuh K/Sambungan T dengan penguatan


pada kedua Sisi
(Reinforcemen on T-butt Weld )

5. Kampuh J/ Sambungan T dengan penguatan Satu Sisi ( Single J-butt


Weld )
Berikut ini adalah gambar bentuk-bentuk sambungan dan kampuh las.

Sambungan T ( T-Joint) Sambungan Sudut ( Comer Joint )

Sambungan Tumpang ( Lap Joint )

Sambungan Slot( SlotJoint ) Sambungan Tumpul ( Butt Joint) T- Butt Joint

Gambar 1. Bentuk-bentuk Sambungan


20

Kampuh I Kampuh U

Kampuh V Kampuh K

Kampuh X Kampuh J

Gambar 2. Kampuh Las

Aplikasi Simbol Las

Pada pekerjaan las dan fabrikasi logam gambar kerja sangat memegang
peranan penting, terutama tentang simbol las, karena dengan adanya simbol las
seorang pekerja akan dapat menentukan konstruksi sambungan yang akan
dikerjakan. Oleh karena itu pemahaman tentang simbol-simbol las sangat perlu
dikuasai oleh seseorang yang bekerja di bidang las dan fabrikasi logam. Berikut
ini adalah macam-macam simbol las secara umum' dasar yang digunakan dalam
berbagai konstruksi pengelasan

Bentuk Pengelasan Gambar Simbol

Sambungan Sudut

( Fillet )
21

Jalur Las

Penebalan Permukaan

Sambungan ( Penetrasi penuh pada

Tumpul(umum) sambungan tumpul )

Sambungan Tumpul

( Kampuh I )

Sambungan Tumpul

( Kampuh V )

Sambungan T

( di bevel )

Sambungan Tumpul

(Kampuh U)

Sambungan T

( Kampuh J )

Gambar. 3 simbol las

2. Hasil Belajar Siswa

Gerakan-gerakan refleks terdiri dari dua bagian penting, yaitu yang


berhubungan dengan Syaraf tulang belakang dan mehbatkan peran serta otak
22

pusat. Gerakan-gerakan dasar adalah semua yang mencakup gerakan dasar


melalui gerakan-gerakan refleks yang muncul melalui suatu latihan, tetapi
gerakan-gerakan ini dapat di haluskan (diperhamir) melalui proses latihan.
Gerakan dasar ini dapat pula di kategorłkan kedalam tiga bentuk gerakan, yaitu

(1) gerakan-geraka lokomotorif yang mencakup gerakan-gerakan berpindah


tempat, (2) gerakan-gerakan nonlokonutorif yang mencakup gerakan-gerakan
setempat, dan (3) gerakan-gerakan Imnipulatuif Yang berupa gerakan koordinasi
tangan dan kaki biasanya dikombinasłkan dengan alat-alat peraba. Gerakan
manipulatif terdiri dari 2 gerakan yaitu : (1) kombinasi dari beberapa refleks yang
dikoordinasikan oleh kemampuan perseptual/menghayati yang visual, (2)
gerakan-gerakan yang menggunakan tangan dan jari. Gerakan-gerakan ini menjadi
dasar untuk gerakan-gerakan mahir dan terampil.

Hasil belajar keterampilan monotorik Oleh Gagne (1985:1) di defenisikan


sebagai keterampilan yang ditunjukan oleh seseorang melalui gerakan koordinasi
otot secara halus, teliti, dan cepat. Davies menyatakan pula bahwa hasil belajar
yang ditunjukan oleh seseorang dałam bentuk kemampuan (gerak motorik) tidak
hanya dapat ditunjukan atau dapat diamati (observable) tapi juga harus bisa di
ukur (measurable). Hal ini berarti bahwa orang dengan hasil belajarnya selain
harus menunjukan kemampuan-kemampuan tertentu, tetapi kemapuan itu dapat
diukur tingkatatnya. selanjutnya Davies menyatakan pula bahwa hasil belajar
tidak sama dengan kinerja (ferformance) yang ditunjukan oleh seseorang. Hal ini
dimaksudkan bahwa hasil belajar berhubungłn dengłn kemampuan Yang di miliki
seseorang dalam bentuk saling berkaitatan antara pengetahuan, keterampl]an, dan
sikap sedangkan kinerja berkaitan dengan kemampuan orang untuk
mendemontrasikan penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai serta
sikap yang dimillkinya sesuai dengan standart pekerjaan tertentu.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar


adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai
akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memillki
23

beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Hasil belajar siswa yang nampak dalam sejumlah kemampuan atau


kompetensi setelah melewati kegiatan belajar mengajar sering hanya di nilai dari
aspek kognitif saja. Padahal dalam kenyataanya siswa yang belajar pengetahuan
tertentu sebenarnya tidak hanya memperoleh keterampilan kognitif saja, tetapi
pada saat yang sama juga memperoleh keterampilan-keterampllan lain seperti
dalam keterampilan psikomotor. Jadi tampak bahwa antara ranah kognitif dan
ranah psikomotor sebenarnya saling melengkapi,bahkan disertai oleh hasil belajar
dalam ranah afektif. Begitu juga sebaliknya, siswa yang belajar keterampilan
psikomotorik sebenarnya juga belajar secara kognitif dan pembentukan sikap.
Contohnya, orang telah mempelajari kaidah memarkir mobil, maka untuk
menunjukkan kepada orang lain bahwa ia telah memahami kaidah memarkir,
maka ia juga hendaklah mampu menjelaskan konsep atau prosedur memarkir
mobil secara psikomotorik, serta cara-cara itu dengan baik. Meskipun demlkian
keterampilan motorik atau keterampilan gerak psikomotorik merupakan sesuatu
yang bersifat kompleks. Berdasarkan uraian diatas, apabila dillhat kaitannya
dengan las busur dasar manual disekolah kejuruan, tampak bahwa siswa dengian
pengetahuan praktik mengelas akan lebih mengerti, menguasai dan
menyempurnakan kalau mereka sering dlberikan latlhan yang leblh bervariasi, hal
ini dengan harapan mereka akan dapat mendalami arti praktik tersebut dan mampu
mempertinggi praktflk yang dilakukannya.

Hasil belajar di bidang psikomotorik dalam las busur dasar manual nampak
dalam gerakan-gerakan kompleks yang dilakukan secara efisien melalui
penggabungan empat keterampilan yaitu: (1) kebenaran prosedur kerja, (2)
ketetapan mengoperasikan peralatanlas, (3) kecepatan dalam menyelesaikan
pengelasan logam, (4) kemampuan mengadaptasi dengan situasi dan kondisi baru.
Selaniutnya siswa yang telah terampil dalam bidang psikomotorik dapat Pula
diketahui dari hasil belajar dalam ranah psikomotorik. Sebagaimana dlketahui
bahwa hakikat hasil belajar keterampilan psikomotorik adalah keberhasilan siswa
24

dalam menyelesaikan suatu Objek atau pekerjaan, atau tingkat kemampuan


keterampilannya dalam menyelesaikan suatu benda kerja. biasanya hasil belajar
tersebut ditentukan Oleh faktor-faktor yaitu : (l) factor fisik, (2) fatktor situasi dan
kondisi, (3) faktor Slkap, (4) faktor bakat, (5) ñktor pengetahuan. Berdasarkan
pengertian di atas, keterampilan psikomotorik adalah Suatu kemampuan yang
diperoleh siswa melalui latihan gerakan kompleks atau gabungan berbagai
keterampilan yang hasilnya dapat diketahui dalam bentuk kemampuan untuk
menyelesalkan pekerjaan las.

Penilaian terhadap hasil belajar dalam ranah psikomotorlk dilihat dengan


memberlkan nilai pada tiap-tiap bagian keterampllan yang dilakukan Oleh
seseorang siswa melalui serangkaian penilaian yang terdiri dari metode, hasil
keterampilan, dan waktu. Mengingat tujuan belajar las busur dasar manual
merupakan keterampilan psikomotorlk, maka dalam penilaianya leblh
menekankan pada hasil praktik atau kualitas hasil pengelasan. Oleh karena itu
tolak ukur hasil belajar las busur dasar manual biasanya di ukur dengan kualitas
hasil kerja yang dthasilkan oleh siswa dari praktek yang dilakukanya dlbengkel
las. Berdasarkan pengenian penilaian diatas, maka instrument yang digunakan
untuk mengukur keterampilan las busur dasar manual adalah test kinerja
performance test beserta lembar observasi keterampilan dengan memakai skala
hasil product test. Tes kinerja dipillh sebagai test keterampllan praktek didasarkan
atas pertimbangan bahwa tes kinerja dan lembar observasi keterampilan
merupakan tes yang biasa digunakan dalam mengukur hasil belajar dalam
kawasan keterampilan motorik. Dalam silabus kurlkulum SMK Negeri 4 Medan
tahun 2013 untuk kompetensi keahlian teknik pengelasan las busur dasar mental
manual

Merujuk kepada beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa haklkat
hasil belajar las busur dasar manual adalah perubahan penguasaan keterampilan
yang diperoleh oleh siswa dari proses belajar membuat berbagai jenis sambungan
las. Sedangkan kriteria yang digunakan dalam mengukur hasil belajar praktek las
busur dasar manual dapat dilihat dari aspek:
25

Tabel 2. Kriteria Penilaian Teori , Siçap dan Hasll Belajar Las Busur Dasar

Metal Manual Kelas XI Teknlk Pengelasan

NO Komponen/ sub komponen


I 1. Persiapan kerja
1.1 pengecekan kelengkapan peralatan
1.2 pengecekan spesifikasi peralatan
II 2. Proses kerja
2.1 posisi memegang Stang las, posSi sudeut elktroda, possi
pemakaian masker, baju praktñç persiapan elktroda sesuai
dengan jenis Yang akan dilas
III 3. HASIL KERJA
3.1 Penampilan
3.2 Ukuran
3.3 Bentuk kampuh
3.4 Kekuatan
IV 4. Sikap kerja
4.1 penggunaan alat
4.2 keselamatan kerja
V 5. Waktu
5.1 waktu penyelesaian

3. Fungsi Pendidikan Kejuruan


Pendidlkan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia
seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan
dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan. Sebagai suatu pendidikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga
kerja produktif Yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di
pasar global.
26

dan professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya


(keahliannnya). Di samping itu pendidikan kejuruan berfungsi mempersiapkan
siswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif
antara Iain meliputi.
a. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang Iain.
c. Merubah status siswa dari ketergmtungan menjadi yang berpenghasilan
(produktit).
Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan
tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur berikut:
a. ilmu atau teori yang sistematis,
b. kewenangan profesional yang diakui Oleh Wien,
c. sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan
d. kode etik yang regulative.
Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar sswa:
a. Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesualkan diri dengin kemajuan
b. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara
berkelanjutan

4. Tinjauan Filosofis
Landasan filosofis yang mendasari pendidican kejuruan, harus mampu
menjawab dua pertanyaan : pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua,
Bagiimana harus mengajarkan? (Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch
menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip fundamental pendidikan kejuruan
adalah individu dan perannya dalam suatu masyarakat demokratik, serta peran
pendidlkan dalam transmisi standar sosial.
27

Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkan


perkembangin psikologis peserta didik dan perkembangan atau kondisi sosial
budaya masyarakat.
a. Perkembangan pslkologis peserta didik
Manusia, secara umum mengilami perkembangan psikologis sesuai dengin
pertambahan usia dan berbagai faktor lainnya; yaitu latar belakang pendidlkan,
ekonomi keluargi, dan lingkungan pergaulan, yang mengakibatkan perbedaan
dalam dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta
didik di SMK, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati
diri.
Fondasi kejiwaan yang kuat diperlukan peserta didik agar berani menghadapi,
mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan, balk kehidupan
profesional maupun kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan
jenisnya serta meningkatkan diri dengan pendidlkan yang lebih tinggi.
b. Kondisi sosiaI budaya
Pendidlkan merupakan tanggung jawab bersama antara keluargi, masyarakat
dan pemerintah. Pendidikan yang dari lingkungan keluarga (informal), diserap
dari masyarakat (nonformal), maupun yang diperoJeh dari sekolah (formal) akan
menyatu dalam diri peserta didlk, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling
mengisi dan diharapkan dapat saling memperkaya secara positif.
Peserta didlk SMK berasal dari anggota berbagai lin$ungan nßyarakat yang
memihki budaya, tata nilai, dan kondisi sosial yang berbeda. Pendidlkan kejuruan
mempertimban$an kondisi sosial, maka segila upaya yang dilakukan harus selalu
berpegmg teguh pada keharmonisan hubungan antar sesama individu dalam
masyarakat luas yang dilandasi dengin akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta
keharmonisan antar sistem pendidlkan dengill sosial budaya.
28

4. Filsafat Pe ndidikan Kejunran


Filsafat adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hiiup dan landasan
berpikir yang diianggip benar dan balk. Filsañt menurut Jalius Jama: 2010
meliputi hal-hal sebagii berlkut:
A. Usaha secara spekulatif untuk menyajikan pandangan yang sistemats dan
lengkap tentang kenyataan.
B. Usaha mendeskripslkan sifat dasar yang terdalam dan sesunguhnya dari
kenyataan.
C. Usaha untuk menentukan batas-batas dan lingkup pengetahuan.
D. Penyelidlkan secara kritis terhadap hipotesis.
E. Ilmu untuk membantu seseorang untuk memaknai (purposeful meaning)
apa yang dlkatakan dan apa yang dillhat dan apa yang dilakukan.

Dalam pendidlkan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan
keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme
berpandangin bahwa pendidlkan kejuruan harus mengembangan eksistensi
manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Filosofi eksistensialisme
berkeyakinan bahwa pendidlkan kejuruan harus menyuburkan dan
mengemban$an eksistensi peserta didlk mungkin nælalui fast]itasi yang
dilaksanakan melalui proses pendidlkan yang bermartabat, pro perubahan (kreatif,
inovatif dan ekspermentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat,
dan kemampuan peserta didlk. esensialisme bervandangan bahwa pendidikan
kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan system-sistem yang lain seperti
ekonomi, politlk, sosial, ketenagi kerjaan serta religi dan moral. Filosofi
esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan
kebutuhan, balk kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan kebutuhan
berbagai sektor dan sub-sub sektornya, balk local, nasional, maupun internasional.
Dalam mengaktualisaslkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidlkan yaitu
learn to know, learning to do, learning to live together, and learning to be
merupakan patokan berhargi bagi penyelenggra praktek-praktek penyelenggaraan
29

pendidikan kejurusan mulai dari kurlkulum, tenaga pendidik (guru), proses belajar
mengajar, sarana dan prasarana, hingga penilaian.

Menurut Teori Prosser landasan filsafat pendidlkan kejuruan dapat diringkas


sebagłi berikut:
a. Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengłn materi, alat, mesin dan
tugas-tugas Yang sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja.
b. Sekolah kejuruan akan efektif hanya jlka siswanya diperkenalkan dengan
situasi nyata untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja, di
industri, dimana siswa akan bekerja setelah lulus.
c. Sekolah kejuruan akan efektif jlka siswa dilatlh untuk berEkir dan
secara teratur.
d. Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memillki kemampuan minimum
agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dałam posSi tersebut.
e. Pendidlkan kejuruan akan eAtif jika membantu individu untuk mencapai cita-
cita, kełmnvuan, dan keinginannya pada Yang lebih tinggi.
f. Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posLsi dan keterampilan akan
efektif hanya dlherłkan kepada siswa Yang niemerlukan, menginginkan dan
mendapatkan keuntungan.
g. Pendidlkan kejuruan akan efektif apabila penyłlaman latlhan Yang dilakukan
akan membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur dan betul-betul
diperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja.
h. Pendidlkan kejuruan akan efektif jlka diajar Oleh guru dan instruktur Yang
telah memillki pengalaman dan berhasil di dałam menerapkan keterampilan
dan pengetahuan mengenai operasi dan proses kerja Yang dilakukan.
i. Pendidlkan kejuruan harus memahami posisinya dałam masyarakat, dan
situasi pasar, melatlh siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenagi kerja
dan dengin menciptakan kondisi kerja Yang leblh bałk.
30

j. Menumbuhkan kebiasaan kerja Yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi
apabila training Yang dlberłkan berupa pekerjaan nyata, dan bukan
merupakan latihan semata.
k. Materi training Yang khusus pada jenis pekerjaan tertentu hendaknya
merupakan penyilaman tuntas pada pekerjaan tersebut.
l. Untuk setiap jenLs pekerjaan mempunyai Ciri khusus, sehmgga memerlukan
materi diklat khusus pula.
m. Pendidlkan kejuruan akan menÀ1asilkan pelayanan yang efisien apabila
penyelenggaraan training dlberikan kepada sekelompok Siswa yang
memerlukan (motivasi) dan memperoleh keberhasilan dari program tersebut.
n. Pendidlkan kejuruan akan efisien dan efektif apabila metode pembelajaran
memperhatlkan karakteristlk siswa.
o. Administrasi pendidlkan kejuruan akan efisien apabila dilaksanakan dengan
flekslbel, dinamis dan terstandar.
p. Walaupun setiap usaha perlu dilaksanakan sehemat mungkin, pembiayaan
pendidlkan yang kurang dan batas minimum tidak bisa dilaksanakan secara
efisien. Dan jlka pembelajaran tidak bisa menjangkau dengan biaya minimum,
sebalknya pendidikan kejuruan tidak dilaksanakan (Prosser dan Aller, 1825).
5. Arah Prinsip Pendidikan Kejuruan Dikaitkan dengan Masyarakat
Miller memberlkan 10 prinsip pendidlkan kejuruan dikaitkan dengin masyarakat
(people) sebagai berlkut:
A. Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidlkan kejuruan.
Lembagi pendidlkan dan kejuruan diharapkan bisa memberlkan bimbangan dan
tuntunan kepada masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan
kehidupannya.
B. Belajar seumur hidup
Prinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada
pendidlkan kejuruan karena pendidlkan kejuruan harus selalu mengikuti
perkembangtan ilmu pengetahuan dan teknologi.
31

C. Memenuhi kebutuhan masyarakat


Pendidlkan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat balk secara
individu, masyarakat ittupun nasional
D. Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua.
Pendidlkan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali,
tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.
E. Penempatan
Bukan hanya melahirkan lulusan yang memillki kompetensi, pendidðcan
kejuruan jugi bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk
menduduki berbagai bidang pekerjaan dalam kehidupannya sesuai deng1n
kompetensinya.
F. Perbedaan peran jenis kelamin
Pendidlkan kejuruan dapat berperan men$lan$an anggapan salah sebagian
masyarakat bahwa pendidlkan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai
dengan prinsip sebelumnya bahwa pendidlkan kejuruan tidak membedakan antara
pria dan wanita.
G. Individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidlkan kejuruan
Sebagian individu/ masyarakat memillki kebutuhan khusus yang berbeda
dengin yang lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidlkan kejuruan.
H. Organisasi siSwa adalah suatu corak pendiddcan kejuruan integral Melalui
pendidlkan kejuruan dapat dlbentuk orgtnisasi siSwa secara integral
I. Guru pendidlkan kejuruan merupakan guru pendiddcan profesi dan jabatan.
Guru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidlkan kejuruan. Oleh
sebab itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang
diajarkannya (kompetensi akademlk) dan mengetahui bagaimana Cara menýar
(kompetensi pedagoglk).
32

J. Etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan. Etos kerja
dapat diartlkan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau
pandangan hidup kerja. Melalui pendidlkan kejuruan siSwa dilatlh untuk
menin$atkan etos kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai
produktivitas yang tinggi.
Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidlkan kejuruan Miller
memberlkan 8 prinsip sebagai berlkut:
a. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan
khususnya pada proses awal pendidlkan itu sendiri.
b. Pendidiçan kejuruan merupakan pendidikan yang menyeluruh dan
merupakan bagian dari masyarakat (public system).
c. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia
kerjaÌ dunia industry.
d. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu
pengembangin kurlkulum pendidlkan kejuruan khususnya pada tingkat
menengah
e. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidlkan kej
uruan.
f. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja nplalui
pendidlkan kejuruan.
g. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.
h. Pengawasan dalam penin$atan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidlkan kejuruan.

6. Pendidikan Kejunlan dan Tuntutan Pengelolaan Pendidikan Kejuruan


Tuntutan pengelolaan pada pendidlkan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan
link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk
pendidlkan demi pendidlkan ke Suatu yang Jeblh terang, jelas dan konkrit menjadi
pendidlkan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia.
33

Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebýakan link and match, yaitu
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven Dengan
demand driven ini nængharapkan dunia LLsaha dan dunia industri atau dunia
kerja leblh berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan
pendidlkan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang leblh berkepentingan
dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
b. Perubahan dari pendidican berbasis sekolah (School Based Program) ke
sistem berbasis ganda (Dual Based Program) Pendidlkan yang dilakukan
melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan
keterampilan dan nilai-nl]ai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat
di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan,
wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model penýaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke
model pengaJaran bet-basis kompetensi Perubahan ke model pengajaran ke
berbasS kompetensi, benmksud menuntun proses pengijaran secara
berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kermmpuan.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narmw Based) ke program dasar
yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
e. Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengžrah kepada
pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan leblh luas.
f. Perubahan dari sistem pendidlkan firmal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
prinsip mu/ty entry, multy exit. Prinsip ini memun$inkan peserta didik SMK
yang telah memilici sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program
penýarannya berbasis kompetensi) untuk mendapatkan kesempatan kerja di
dunia kerja f Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah
diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengikui keahlian yang diperoleh dari
mana dan dengill Cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior
learning). baru pendidiçan kejuruan harts mampu memberlkan pengikuan dan
penghargaan terhadap kompetensi yang dimillki oleh seseorang Sistem ini
akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu g
34

Perubahan dari pemisahan antara pendidlkan dengan pelatlhan kejuruan, ke


sistem baru yang mengintegraslkan pendidlkan dan pelatlhan kejuruan secara
terpadu. Program baru pendidlkan yang mengemas pendidlkannya dalam
bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan 11Ëmudahkan pengikuan dan
penÀ1argian terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidlkan
kejuruan.
35

g. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan


h. Sistem baru tetap men@larapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung
bekerja, agar segera menjadi tenaga dapat memberi return atas investasi SMK.
i. Perubahan darİ manajemen terpuşat ke pola manajemen mandİrİ (prinsip
deşentralisaşİ)
Pola baru manajemen mandİrİ dimakşudkan memberİ peluang kepada
propİnşİ dan bahkan sekolah unluk menentukan kebijakan operasional, asal
tetap mengacu kepada kebğakan naşİonaL Kebijakan naşioanl dlhataşİ pada
hal-hal yang bersİfat strateğs, supaysa memberİ peluang bağ para pelakşana di
lapangan berimprovİşaşİ dan melakukan İnovaşİ.
j. Perubahan darİ ketergantungan sepenuhnya darİ pembiayaan pemerintah
pusat, ke swadana dengin şubşİdİ pemerintah pusat.
Sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada
SN[K, dan poşİşİ lokasİ dana darİ pemerintah pusat berşİtht membantu atau
şubşİdİ. Sistem İni juy dlharapkan mampu mendorong SİMK berp1kİr dan
berperilaku ekonomis.

7. Tuntutan Pendİdİkan Kejuruan Menjawab Kebutuhan M asyarakat


Ditinjau darİ perspektif perkembangn kebutuhan pembelajaran dan
akseş1bİlİtaş duİa uşaha/İnduştrİ, şekurang-kurangnya tiga dinxnşİ pokok yang
menjadİ tantangan bağ kita terutama SİMK , bak dalam konteks regİonal maupun
naşional, diantaranya
a. Implementaşi program pendidlkan dan pelatlhan hanıs berfokuş pada
pendayagunaan patensi sumber daya lokal, şambİl mengoptimalkan kerjaşama
şecara İntenşİf dengan hiştİtuşİ paşangan
b. Pelaksanaan kurkulum hanıs berdasarkan pendekatan yang leblh fleksıbel
şeşuaİ dengan trend perkembangn dan kemajuan teknoloğ agar kompetenşi
yang diperoleh peşerta didik selama dan şeşudah mengıkuti program dlklat,
memİ11kİ daya adaptasİ yang tinggİ
36

c. Program pendidlkan dan pelatlhan sepenuhnya hanıs berorİentaşİ mastery


leamİng (belajar tuntaş) dengin mellhatkan peran aktif — partğİpatİf para
stakeholderş pendidlkan, termaşuk optimalisaşi peran Pemerintah Daerah
unluk merumuşkan pemetaan kompetenşi ketenagakerjaan di daerahnya
şebagaİ İnput bağ SMK dalam penyelenggıraan dlklat berkelanjutan Upaya
untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan
masyarakat,dan didalamnya mencakup kemana arah Pendidlkan Kejuruan
dlbawa, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik. Dalam menjalankan peran dan tersebut, maka pendidlkan dan
pelatlhan di SMK perlu memperhatlkan prinsip-prinsip pendidlkan kejuruan
Yang dikemukakan Prosser sebagai benkut :

Masyarakat,dan didalamnya mencakup kemana arah pendidikan kejuruan


dibawa,dalam hal imi SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik.dalam meenjalankan peran dan fungsinya tersebut,maka pendidikan
dan pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip – prinsip pendidikan
kejuruan yang dikemukakan profesor berikut ini :

a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih


meruapakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas –
tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalama
kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam itu sendiri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap
individu memodali minatnya,pengetahuannya dan ketrampilannya pada
tingkat paling tinggi.
37

e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau


pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir yang benar diulangkan
sehngga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekera pada jabatan tersebut.
i. Pendidikan kejuruan harus memprhatikan permintaan pasar
(memperhatikan tanda- tanda pasar kerja)
j. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika
sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.

Pada hakekatnya pendidikan teknologi dan kejuruan adaalh pendidikan


yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan
karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara prouktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi manusia indonesia


seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan
dirinya dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan
penghasilan yang dilihat dari psikologis peserta didik dan kondisi sosial budaya.

Filsafat pendidikan kejuruan adalah apa yang di yakini sebagai satu


pandangan hidup dan landasan berpikir yang dianggap benar dan baik.
Pendidikan kejuruan mengarah pada prinsip yang dikaitkan dengan adanya
bimbingan dari masyarakat, belajar seumur hidup, memenuhi kebutuhan
masyarakat, pendidikan kejuruan terbuka bagi semua, penempatan lulusan tidak
38

membedakan jenis kelamin, kebutuhan individu akan pendidikan kejuruan,


kompetensi guru, etos kerja, pelatihan kerja dan berorientasi mastery learning
(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif partisipasif para stakeholders
pendidikan.

8. Hakikat pengembangan Modul Pembelajaran

Penelitian dan pengembangan yang terkadang disebut penelitian berbasis


pengembangan merupakan suatu prses yang digunakan untuk mengembangkan
dan menvalidasi produk-produk yang akan dilakukan melalui tahapan studi
penelitian kebutuhan produk yang akan dikembangankan mengembangkan produk
berdasarkan temuan, uji coba. Siklus ini akan diulangin sampai data uji coba
menunjukkan produk yang dihasikan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
Langkah–langkah pengembangan meliputi: menjaring data tentang kondisi subjek
penelitian atau sekolah berkaitan dengan objek yang akan dikembangkan,
mendefenisikan keterampilan, menyatakan tujuan untuk menetapkan urutan
pembelajaran,buku pegangan dan alat penilaian, uji coba lapangan terbatas untuk
memperoleh masukan tentang produk yang dikembangkan, revisi produk,
operasional uji coba lapangan, revisi akhir produk, dan deseminasi dan
implementasi keberbagai sekolah. Penetapan apakah produk pengembangan
efektif memenuhi tujuannya ditetapkan oleh ahli dan pengguna.

Pengembangan mencakup pengertian meningkatkan metode-metode untuk


menciptakan suatu sistem atau program, merupakan suatu aktivitas personal
berdasarkan pola yang ada dan memakai prosedur-prosedur yang secara optimal
dapat menciptakan sesuatu.menurut dick dancarey (1996) pengembangan bahan
pembelajran meliputi: (1) mengidentifikasi kebutuhan untuk menetapkan tujuan
(2) melakukan analisis pembelajran (3) mengidentifikasi karakteristik siswa,(4)
merumuskan tujuan perfomansi, (5) mengembangkan acuan patokan (6)
mengembangkan strategi pembelajaran (7) megembangakan dan meilih materi
pembelajaran (8) merencanakan melakukan evaluasi sumatif.ada sebelas langkah
untuk mengembangkan pembelajaran yaitu : (1) mengulas strategi pembelajaran
39

untuk masing –masing tujuan dalam masing –masing pembelajran (2) melakukan
studi literatur dan minta pendapat ahli bidang studi untuk menentukan apakah
materi pelajran sudah tersedia, (3) mempertimbangakan bagaimana mennadopsi
materi-materi ajar yang sudah tersedia, (4) menetapkan apakah materi ajar baru
diperlukan untuk direncanakan, jika ya teruskan langkah 5, jika tidak mulai
lahmengorganisasi dan menerima materi pelajaran menggunakan strategi
pembelajaran sebagai paduan (5) untuk masing –masing mempertimbangkan
media terbaik untuk menyajikan materi ajar,memantau pelaksanaan dan umpan
balik ,menilai dan memandu siswa ke kegiatan berikutnya, apakah mencapai,
remidi atau kegiatan berikut urutanya sudah tepat, (6)menetapkan format dan
prosedur penyajian untuk tiap – tiap tjuan atau sekelompok tujuan, rancang suatu
format umum atau pola penyajian yang diyakini penting atau akan mengefektifkan
,rancang tahapan dan iustrasi untuk strategis pembelajaran (7) menulis materi
pembelajaran yang didasarkan paa strategi pembelajara dalam bentuk kasar (8)
memprtimbangkan tiap pelajaran yang sudah lengkap atau sesi kelas untuk
kejelasan dan aliran ide –ide ,(9) dikerjakan siswa untuk kegiatan jika mereka
perlukan ,(10) menggunakan materi ajar yang sudah dikembangkan yang masih
dalam draft kasar dan dengan biaya murah untuk memulai kegiatan penilaian yang
diperlukandalam melakukan perbaikan, dan (11) mungkin dikembangkan materi
pembeljaran untuk panduan instructor selama pelaksanaan atau buat catatan
sebagai tahapan pengembangan, perbaikan, penyajian, pembelajaran, dan
kegiatan.

Pembelajaran modul sebagai pendekatan pembelajaran mandiri yang


berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yan dipelajari peserta didik
dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Pembelajaran modul
memiliki fungsi untuk memastikan semua peserta didik menguasai
kompetensiyang diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah kemateri ajar
selanjutnya melalui pengajaran mandiri.selain itu, pembelajran modul bertujuan
untuk menjawab keragaman kecepatan belajar dar peserta didik agar mencapai
40

suatu tingkat pencapaian kompetensi tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran


yang telah disusun ecara sistemats dan terstruktur.

Finc dan crunkliton dalam sibuea (56:2000) mengatakan modul


pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu paket serba lengkap yang
mencakup serangkaian rencana pengalar pengalaman belajar yang dirancang
untuk membantu siswa mencapai tujuan khusus. Oleh sebab itu modul harus yaitu
: (1) ada bagian modul yang diisi sendiri oleh siswa dan tidak perlu bertanya
kepada guru apa yang harus dikerjakan berikutnya. (2) dapat digunakan belajar
sendiri dengan karakteristik iswa agar dapat maju sesuai keputusan siswa
menerima peniaian kemajuan melalui masing – masig modul ,fokus untuk
mencapai tujuan khusus yang dapat mengatur tiap –tiap modul, (3) paket lengkap
(4) berisikan tujuan dan pengalaman belajar (5) berisikan mekanisme untuk
menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan dalam mengembangkan modul ada
7 hal yang harus dipenuhi yaitu : (1) ada pendahuluan (2) dinyatakan tujuan
pembelajaran (3) dilakukan penilaian awal dan akhir (4) terdapat pengalaman
belajar (5) dituliskan sumber materi pembelajaran, dan (6) di uji coba.

Disebut modul adalah lengkap oleh karena pemanfaatan modul siswa tidak
perlu bertanya kepada guru mengenai bahan – bahan yang harus di gerakan karena
dalam modul telah diuraikan informasi dan petunjuk –petunjuk .dalam setiap
modul diuraikan pula pengerahan mngenai apa yang harus di lakukan ,bagaimana
program melakukan praktek dan bahan atau materi apa yang digunakan, jua
memberi arti bahwa modul dalam memulai dang mengakhiri pelajaran secara
tepat. Menurut hall dan jones dalam sibue (107:2000) meluasnya penggunaan
pengajaran dengan modul ini karea beberapa alasan yaitu (1) Melalui pengunaan
modul dapat dilayani siswa –siswa dengan latar belakang yang beraneka ragam,
(2) melalui penggunaan modul maka pemanfaatan sumbr daya manusia lebih
efektif (3) berdasrkan beberapa riset ditemukan bahwa kualitas pengajaran akan
meningkat bila menggunakan modul dan (4) melalui penggunaan modul dapat
diberikan pengajaran dalam bentuk ketrampilan demonstrasi dan sebagainya.
41

Strategi pembelajaran yang digunakan modul pembelajaran seutuhnya


belajar sendiri (pure self face learning) artinya tidak ada peran langsung guru
terhadap siswa selama proses pembelajran berlangsung ,sekola menyusun
kompentensi yang dapat di capai melalui pembelajaran ,menyediakan bahan
ajar ,kegiatan belajar. Peniaian trhadap tes dilakukan oleh pembelajar sendiri
dengan menjawab tes ,sumber beajar pendukung dan petunju melakukan kegiatan
belajar.penilaian terhadap tes dilakukan oleh pembelajar sendiri dengan menjawab
test yang sudah dibuat dan hasilnya diperiksa oleh komputer dan hasil belajarnya
tidak memandang perbedaan terhadap kemampuan awal siswa.latar belakang yang
beraneka ragam dari siwa hanya berpengaruh terhadap waktu meyelesaikan
pembelajaran. Dalam pelaksaanya siswa benar –benar menunjukkan sikap jujur
atau tidak curang nonmoral hazard.

Suatu modul yang di gunakan kelompok belajar tertentu disusun dengan


melalui langkah –langkah sebagai berikut : (1) menyuun kerangka modul yaitu
(a) menetapkan tujuan pembelajaran umum yang akan di capai dngan
menggunakan modul tersebut (b) merumuskan tujuan pembelajaran khusus (c)
menyusun soal –soal dapat dicapai (d) identifikasi pokok-pokok materi pelajaran
yang sesuai dengan tuuan pembelajaran khusus (e) menyusun pokok – pokok
materi tersebut didalam urutan yang logis dan fungsional ,(f) menyususn langkah
–langkah kegiatan warga belajar (g) memeriksakan sampai sejauh mana langkah –
langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah
Dirumuskan dan (h) identifikasi alat –alat yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan belajar (2) menyusun secaraterprnci meliputi pembuatan semua unsur
modul yakni petunjuk tutor, lembar kegiatan warga belajar,lembar kerja warga
belajar dan lembar penilaian

Untuk menegfisienkan pembelajaran disekolah kejuruan perlu ditemukan


strateg pembelajaran yng dapat memberikan pengalaman belajar teori dan praktek,
karenannya materi ajar yang akan di susun harus didukung dengan kegiatan
praktek sehingga kompetensi ranah kogratif dan psikomotrik dapat tercapai.materi
pembelajaran sebaikanya merupakan inti sari dari teori –teori yan ada sehingga
42

mudah dipahami,dan kegiatan praktek dilakukan dengan seperangkat alat yang


dapat memberikan pengalaman dengan wujud aslinya.

Menurut Mcbren & Brandt (1451997) konstruktivisme adalah satu


pendekatan pengajaran berdasaran kepada penyelidikan tetang bagaimana
manusia belajar.kebanyakkan penyelidik berpendapat setiap individu membina
pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan dariada orang lain.
(briner, M 1999) ( murid membina pengetahuan mereka dengan menguji idea dan
pendekatan berdasrkan pengetahuan dan pengalaman sedia ada,
mengaplikasikannya kepada situasi baru dan menginterraskan pengetahuan baru
yang diperoleh dengan intelektual yang sedia wujud)

Menurut brooks &brooks ,(101:1993) teori konstruktivisme menyatakan


bahwa murid membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman baru
kepada apa yang mereka telah fahami sebelum ini. Mereka membentuk peraturan
melalui refleksi tentang iteraksi mereka akan sma da menginterpretasi apa yang
mereka lihat supaya cocok dengan peratura yang mereka telah bentuk atau mereka
akan menyesuaikan peratura mereka agar dapat menerangkan maklumat baru ini
dengan lebih baik.

Bersarkan kepada pandangan – pandangan di atas maka pengertian


pembelajaran secara konstruktivisme boleh dirumuskan sebagai berikut :
konstruktivisme adalah satu faham bahwa murid membina sendiri.
43

petunjuk-petunjuk. Dalam setiap modul diuraikan pula pengerahan mengenai apa


yang harus di lakukan, bagaimana proses melakukan praktek dan bahan atau
materi apa yang digunakan, juga memberi arti bahwa modul menggambarkan
urutan yang sistematis dan logis mengenai modul dalam memulai dan mengakhiri
pelajaran secara tepat. Strategi pembelajaran Yang di gunakan dalam modul
pembelajaran seutuhnya belajar sendiri (pure self face learning) artinya tidak ada
peran langsung guru terhadap Siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
44

Penyebaran modul mata pelajaran Las Busur Dasar Metal Manual berbasis
ebook yang valid, praktis dan efektif melalui jurnal/internet dan penerapan
kelas yang lain

Gambar: Kerangka Berpikir Pengembangan Modul Berbasis e-book


45
BAB III

METDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan


(Research and Development/ R&D). Menurut sukmadinata (2005:164), Penelitian
dan pengembangan (Research and Development/ R&D) adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) juga
didefinisikan sebagai penelitian yang secara sengaja, sistematis,
bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki,
mengembangkan menghasilkan, menguji keefektifan produk, model,
metode/strategi atau cara jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif,
efesien, produktif, dan bermakna (putra, 2016:67).

B. Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan dengan


model pengembangan 4D. Menurut Thiagrajan dalam Trianto (2009:190). 4D
model ini terdiri dari 4 tahap utama yaitu, Define (pembatasan), Design
(perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Salah
satu alasan memilih model 4D adalah karena model dengan pendekatan sistem ini
sesuai dengan masalah yang melatarbelakangi penelitian ini. Dengan adanya
analisis kebutuhan (needs analysis), melihat karakteristik siswa, dan kelengkapan
fasilitas yang ada maka diharapkan penelitian dengan model ini dapat
mengembangkan modul berbasis e-book yang valid, praktis, dan efektif dalam
meningkatkan hasil, aktivitas, serta motivasi siswa belajar mata pelajaran teknik
Ia busur dasar metal manual.
47

C. Prosedur Pengembangan

Modul berbasis e-book ini dikembangkan menggunakan Four-D yang


melalui beberapa tahap, antara lain :

1. Tahap Pendefinisian (Define)


Tahap define ini bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan
suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapat
gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang
memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang
dikembangkan.
Tahap ini merupakan analisis kebutuhan dimana pada tahap ini
dilakukan analisis kondisi pembelajaran yang terjadi sebelum dilakukan
pengembangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui solusi dan pemilihan
strategi yang sesuai sebagai landasan untuk mengembangkan modul
berbasis e-book yang diharapkan. Pada tahap ini terdapat tiga langkah
kegiatan, yaitu : observasi,analisis kurikulum dan analisis siswa.
a. Observasi

Observasi yang dilakukan di SMK Negeri 4 Medan didapatkan


masalah yaitu proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat
kepada guru, hal ini dapat dilihat karena siswa bersikap pasif, hanya
mengadalkan guru untuk mendapatkan materi pembelajaran, sehingga
menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton, hal ini
menyebabkan siswa mudah menjadi bosan dan jenuh. Saat proses
pembelajaran guru lebih banyak menjelaskan pelajaran tanpa banyak
melibatkan siswa, cara penyajian materi yang kurang menarik oleh guru
membuat siswa menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran.
Masalah yang lain yaitu belum adanya penggunaan modul pada mata
pelajaran las busur dasar metal manual.
48

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum ini mengacu pada silabus dan RPP mata


pelajaran las busur dasar metal manual. Materi/pokok bahasan yang
dikembangkan dalam modul berbasis e-book adalah bagian dari topik yang
ada pada silabus dasar metal manual. Topik yang dikembangkan adalah
"Models and Theories" pada silabus mata pelajaran las busur dasar metal
manual, didalam topik tersebut terdapat empat pokok bahasan yaitu l)
Cognitive Models, 2) Socio-organizational issues and stekeholder
requirements, 3) Task Models, 4) Dialogue notations and design.

c. Analisisis Siswa
Di dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa semester
tiga yang mengambil pelajaran las busur dasar metal manual Jurusan
Teknik Pengelasan, pada umumnya sudah mencapai usia 15 sampai 16
tahun. Pada usia tersebut siswa pada dasarnya sudah bisa menganalisa
dan membuat hipotesis sendiri terhadap suatu masalah. Di mana
menurut Lorin (2001:66), setiap kategoti dalam revisi Taksonomi
Bloom Siswa pada usia tersebut teletak pada kategori create yang
mana peserta didik sudah mampu “merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, nænemukan, membaharui,
menyempurnakan memperkuat, memperindah, mengubah". Siswa pada
usia tersebut memillki kemungkinan dan kesempatan untuk
mengembangembangkan pengetahuan dan pemahaman sendiri. Oleh
karena itu, percapaian tahap ini memberi kemungkinan kepada siswa
untuk belajar secara mandiri serta dalam penggunaan teknologi
pembelajaran siswa akan lebih baik melihat dan mengalami sendiri
bagimana teknologi tersebut bekerja secara eksplorasi mandiri
daripada hanya diceritakan oleh guru.
49

2. Tahap Perencangan (Design)

Pengembangan dilakukan sesuai dengan materi mata pelajaran las


busur dasar metal manual Jurusan Teknk Pengelasan. Tahap
perancangan diawali dengan menetapkan konsep-konsep utama yang
terdapat pada materi mata pelajaran las busur dasar manual lalu
merancang dan menyusunnya menjadi sebuah modul pembelajaran
yang valid, praktis dan efektif. Perancangan modul berbasis e-book ini
dilakukan dengan menentukan tuiuan pembelajaran, dasar teori,
analisis, soal latihan, kunci jawaban latihan dan daftar rujukan /
referensi modul.

a. Uji Validasi

Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai


dengan keadaannsebenarnya. Proses validasi disertai dengan diskusi
atau wawancara langsung dengan pakar mengenai perbaikan yang
harus dilakukan yaitu dengan cara rancangan modul berbasis e-book
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pakar atau ahlinya dan
pembimbing, kemudian rancangan tersebut dinilai oleh orang-orang
yang berkompeten (validator) yang telah memahami prinsip
pengembangan modul, yaitu guru pelajaran. Valdsasi modul ini ada 3
macam yaitu :

1. Validasi materi yaitu apakah modul yang telah dirancang sesuai


dengan
2. Validitas format modul yaitu kesesuaian komponen-komponen
modul unsur-unsur yang sudah ditetapkan
3. Validitas penyajian modul yaitu kesesuaian komponen-
komponen modul dengan unsur-unsur yang sudah ditetapkan
50

Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar


validasi modul dan diskusi sampai tercapai suatu kondisi
dimana validator berpendapat bahwa modul yang
dikembangkan sudah valid dan layak untuk digunakan. Lembar
validasi oleh ahli materi dan ahli media dapat dilihat dari tabel
3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3
Tabel 3.1. Lembar Validasi Materi

No Aspek Indikator Penilaian


a) Aspek kualitas materi
1. Materi pada modul
b) Aspek kualitas pembelajaran
Tabel 3.2. Lembar Validasi Format Modul

No Aspek Indikator Penilaian


Format modul a) Aspek format modul
b) Aspek bahasa

Tabel 3.3. Lembar Validasi Penyajian Modul

No Aspek Indikator Penilaian


1.Penyajian modul a Aspek isi
b Aspek gambar
c Aspek bahasa
d Aspek tampilan

e) Uji Praktikalitas

Setelah divalidasi, modul ini direvisi dan selanjutnya


diujicobakan untuk mengetahui tingkat praktikalitas (keterpakaian)
51

modul. Modul berbasis e-book dikatakan praktikalitas yang tinggi


apabila bersifat praktis, mudah pengadmnistrasiannya dan
penggunaannya. Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan
dengan angket praktikalitas oleh siswa. Uji coba dilakukan terbatas
disatu kelas Jurusan Teknik Pengelasan yang mengambil mata
pelajaran las busur dasar metal manual pada semester genap
2014/2015. Lembar angket terhadap praktikalitas modul berbasis e-
book terdiri atas dua buah lembar angket, yaitu lembar angket
respon guru terhadap praktikalitas modul dan lembar angket respon
guru terhadap praktikalitas modul dan lembar angket respon siswa
terhadap praktikalitas modul.

Kisi-kisi angket respon guru dan siswa terhadap


praktikalitas modul berbasis e-book dapat dilihat pada tabel 3.4 dan
3.5 berlkut.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Praktikalitas Modul Oleh Guru

No Indikator Penilaian No Item Pertanyaan

1. Kemudahan penggunaan 1
modul

2. Peningkatan minat 2
belajar siswa

3. Menghemat waktu 3,4

4. Mudah diinterpretasikan 5

5. Kesesuaian dengan 7,8


materi
52

f) Uji Efektifitas

Tahap efektifitas dilakukan untuk menilai apakah modul


berbasis e-book yang dikembangkan dapat digunakan sesuai
harapan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa diperoleh dengan cara melaksanakan tes pada siswa setelah
siswa melakasanakan pembelajaran menggunakan modul berbasis
e-book.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)


Tahap penyebarluasan atau diseminasi dilakukan dengan
cara penerapan modul berbasis e-book ini didalam proses
belajar nængajar pada mata pelajaran las busur dasar metal
manual dikelas dan kode seksi lain.
Tahap pertama merupakan tahap define, dilanjutkan dengan
tahap design, dan tahap develop. Menurut Thiagajaran dkk
(1994:9), “the terminal stages of final packaging, diffusion, and
adoption are most important although most frequently
overlooked". Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan
tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat
dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan
melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi
pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk
diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan,
koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan hasil akhir
pengembangan modul berbasis ebook agar siap diadopsi oleh
para pengguna modul.
53

Secara detail, prosedur pengembangan modul berbasis e-


book dapat dilihat pada gambar 3.6. Tahap define, dilanjutkan
dengan tahap design, tahap develop dan tahap disseminate. 

Define

Design

Develop
Define

Penerapan Modul Berbasis


Disseminate
e-book Pada Kelas lain

Gambar 3.1. Pmsedur pengembangan modul dimodifikasi dari model 4-1)


Sumber : Thiagrajan dkk dalam Trinato (2009:19)
54

D. Uji Coba Produk


Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui praktikalitas dan efektifitas e-book.
Uji coba dilaksanakan dilaksanakan di SMK Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.
Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan Oktober 2015.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui praktikalitas dan efektifitas modul berbasis
e-book. Menurut Sugiyono (2011 5), uji coba produk dapat dilakukan eksprimen, yaitu
membandingkan efektivitas media pembelajaran lama dengan yang baru- Eksperimen
dapat dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai
media pembelajaran yang baru (before-after) atau bisa dilakukan dengan Out-Group
Pretest-Posttest Design.

01 x 02
Gambar 3.2. Out-Group Pretest-Posttest Design
Sumber : Sugiyono (2011:111)
Keterangan
O1 : Nilai pretest (sebelem menggunakan modul berbasis e-book)
O2 : Nilai pretest (setelah menggunakan modul berbasis e-book)
x : treatment (Modul Berbasis e-book)
D. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba merupakan siswa yang akan dlberlkan pembelajaran
menggunakan modul berbasi e-book. Subjek untuk uji coba pengen±angan modul
berbasis e-book adalah satu kelas siswa semester tiga Teknik Pengelasan yang mengimbil
mata pelajaran Ias busur dasar metal manual yang berjumlah
48 orang.
55

E. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam pengembangtn modul berbasis e-book
ini adalah primer. Data ini diperoleh dari pendapat pakar tentang modul berbasi e-
book, hasl] wawancara dengan parar tentang revisi produk, respon guru dan siswa
tentang kepraktisan 11Wdul e-book serta hasil belajar siswa setelah diterapkan
modul berbasis e-book melalui tes objektif.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Adapun instrumen penelitian yang dikemban$an untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut .
1. Lembar Angket validasi modul berbasis e-book
Lufri (2007:114) mendefinisikan bahwa suatu instrumen dapat dlkatakan
valid bila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat.
Sedangkan Sugiono (2012:348) mengatakan bahwa instrumen yang berarti alat
ukur yang digunakan untuk apa saja yang hendak diukur,
Angket validasi dimaksud untuk kevalidan modul berbasis e-book. e-book
yang dikembangkan dilakukan dengin menggunakan skala likert. Angket validasi
disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen.
Berikut langkah-langkah penyusunan lembaran validasi angket

a) Membuat kisi-kisi angket

b) Menganalisis subvariabel yang menjadi indikator

c) Menentukan jumlah item pertanyaan yang dlhutuhkan untuk sebuah


indikator

d) Butir-butir pertanyaan disusun berdasarkan indlkator yang telah ditetapkan.

e) Selanjutnya memberikan Skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut

: 5 = sangit setuju, 4 = setuju, 3 = cukup setuju, 2 = tidak setuju, I = sangit


tidak setuju,
56

2. Lembar Angket praktikalitas modul berbasis e-book


Angket respon guru dan siswa terhadap praktikalitas modul berbasis e-
book næliputi persepsi guru dan Siswa terhadap kepraktisan modul berbasis e-
book. Angket praktikalitas disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen dengan
menggunakan Skala pengukuran Likert Yang sudah dimodifikasi maka
responden memilih lima jawaban Yang tersedia.
Terdapat dua buah angket praktikalitas, yaitu angket praktikalitas
Oleh guru dan angket praktikalitas Oleh siswa.
57

3. Lembar efektifitas pengembangan modul berbasis e-book


Efektifitas diukur dari hasil belajar peserta didik Yang belajar dengan
modul berbasis e-book. Hasil belajar dengan tes setelah modul berbasis e-book
diterapkan. Soal lembar untuk tes berisi pilihan ganda sebanyak 40 butir soal.
Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, terleblh
dahulu instrumen diujicoba pada Siswa Yang bukan sampel dengan tujuan
mendapatkan soal Yang baik. Kemudian dilakukan uji statistik untuk
mendapatkan realibilitas tes, daya beda dan ûldeks kesukaran dengan Cara soal
tes disusun berdasarkan materi dan tujuan Yang ingin dicapai dalam
pembelajaran berdasarkan kurikulum Dalam soal tes ini pengukuran Yang
digunakan yaitu apabila soal dapat dijawab dengan benar maka skornya I dan bila
soal dijawab Salah maka skornya 0.
Uji Coba instrumen (soal tes) mencakup pengujian validasi tes, realibitas
tes, daya beda dan indeks kesukaran soal. Uji Coba instrumen dilakukan pada
Siswa Jurusan Teknik Pengelasan (diluar sampel), dengan jumlah responden
Yang diambil yaitu 40 orang dengin jumah soal Yang diuji sebanyak 50 soal.
Berikut analisa Yang dilakukan untuk uji Coba instrumen (soal tes).

a. Uji Validasi soal

Menurut Anas Sudijono (2011 :182) 'Validasi item dari suatu tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki Oleh sebutir item (Yang merupakan bagian
Yang tak terpisahkan dari tes sebagii suatu totalitas), dałam mengukur apa Yang
seharusnya diukur lewat butir item tersebut”.
Adapun cara mencari validitas item ini adalah menggunakan software
SPSS versi 21, dengan perhitungan untuk mengetahui valid atau tidaknya soal
Yang digunakan, nilai r hitung Yang didapat melalui pengolahan menggunakan
softsware SPSS versi 21 dibandingkan dengan r Tabel Produck Moment dengan
taraf signifikan 5%. Apabila r hitung r tabel maka item soal dinyatakan valid, dan
apabila r hitung r tabel maka item soal tidak valid dan dinyatakan gugur.
58

b. Uji rehabilitas soal

Sebuah tes dlkatakan rehabilitas apabila hasil-hasil pengukuran


Yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali
terhadap subjek Yang sama akan memberikan hasil Yang tetap (Sugiyono
2011:130). Jadi reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Tes
dikatakan memiliki kepercayaan Yang tinggi apabila tes tersebut dapat
memerlukan hasil Yang stabil.
Reliabilitas tes adalah ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya.
Untuk menentukan reliabilitas tes juga digunakan software SPSS versi 21,
Kriteria dałam pengujian reliabilitas yaitu apabila r hitung r tabel maka iłem
soal dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung r tabel maka item soal tidak
reliabel. Sebagai tingkat reliabilitas soal digunakan skala Yang dlkemukakan
Siameto (1998:215):
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,40 ≤ r ≤ 0,60 Sedang

0,60 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi

c. Indeks kesukaran soal


Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya soal Untuk menentukan tingkat kesukaran soal juga
digunakan software SPSS versi 21, Kriteria dalam Pengujian tingkat
kesukaran soal yaitu melihat dari hasil yang ditunjukkan nilai MEAN
maka tabel statistic, (berikut penafsiran rentang tingkat kesukaran
menurut Slameto (1998:214)

0,00 – 0,30 = Sukar

0,31 – 0,70 = Sedang

0,71 – 0,00 = Mudah


59

Pemberian penafsiran terhadap angka indek kesukaran item


tersebut, Robert L Thurnduk dan Elizabeth Hagen dalam bukunya
berjudul Measurement and Evalution in Psycoloy and Education
mengemukakan (Anas Sudijiono, (2013:372))

d. Indeks daya beda soal

Daya pembeda soal merupakan suatu indikator untuk


membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan
siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Untuk menentukan
tingkat kesukaran soal juga digunakan software SPSS Versi 21, untuk
menentukan daya pembeda, maka nilai perhitungan yang digunakan
adalah r hitung pada SPSS yang dibandingkan dengan :
0,69 – 1,00 = soal baik sekali

0,40 – 0,69 = soal baik

0,20 – 0,39 = soal cukup

0,00 – 0,19 = soal jelek

r hitung dapat dilihat dari nilai pearson correlation pada uji


validitas.

G.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data deskriptif, yaitu dengan mendeskrislkan kevalidan, kepraktisan dan kefektifan
penggunaan modul berbasis e-book pada pelajaran las busur dasar metal manual.

1. Analisis validitas modul berbasis e-book


Data hasil validasi modul berbasis e-book berupa validasi isi, validasi
penyajian, dan validasi format dianalisis menggunakan langkah-langkah
berikut :
Salah satu statistik yang menunjukkan validitas isi item adalah sebagaimana
yang diusulkan oleh Aiken (1985). Alken telah merumuskan formula Alken V
untuk menglitung content-validyty coefficient yang didasarkan pada hasil
penilaian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu item dari segi
60

sejauhmana item tersebut mewakili konstrak yang diukur. Dalam hal ini
mewakili konstrak yang diukur berarti item yang bersangkutan adalah relevan
dengin indicator keprilakuannya, karena indikator keperilakuan adalah
penerjemahan operasional dari atribut yang diukur.
Penilaian dilakukan dengan Cara memberikan angka antara 1 (yaitu
sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat
mewakili atau sangat relevan)
Statistik Alken's V dirumuskan sebagai berkut :
s
V=
[nc−1]
S = r – Lo
Lo = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1)
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 5)
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai

Tabel 3.6. Kategori Validitas Modul Betbasis e-book

No Tingkat Pencapaian (0/0) Kategori

1 > 0,6 Valid

2 < 0,6 Tidak Valid

Sumber : Saifuddin Azwar (2013:112-1 13)

2. Analisis praktikalitas modul berbasis e-book

Hasil penilaian melalui angket terhadap modul berbasis e-book dari guru
dan siswa. Penilaian tersebut akan memperoleh tanggapan atau pendapat dari
guru dan siswa untuk menentukan kepraktisan modul berbasis e-book. Angket
terdiri dari pernyataan-pernyataan untuk menentukan kepraktisan modul berbasis
e-book serta disediakan alternatif jawaban terhadap pernyataan-pernyataan
tersebut. Alternatif jawaban terdiri dari sangit setuju, setuju, ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju
61

Kepraktisan modul berbasis e-book dianalisa sebagai benkut

a. Skor jawaban dengan kriteria sebagii berlkut .

1 = Sangit Tidak Setuju


2 = Tidak Setuju
3 = Cukup Setuju
4 = Setuju
5 = Sangit Setuju

b. Menentukan Skor rata-rata yang didapat dengan cara menjumlahkan nilai yang
didapat dari banyak indikator.

c. Pemberian nilai praktikalitas dengan rumus

S
NA ×100 %
SM

Keterangan :

NA = Nilai Akhir

S = Skor yang didapatkan

SM = Skor Maksimum

Tabel 3.7. Kategori Praktikalitas Modul Betbasis e-book


No Tingkat Pencapaian (0/0) Kategori

1 81 – 100 Sangat Praktis

2 61 – 80 Praktis

3 41 – 60 Cukup Praktis

4 21 – 40 Kurang Praktis

5 0 – 20 Tidak Praktis

Sumber : Dimodifikasi dari Riduwan (2010:89)


62

3. Analisis keefektifan modul berbasis e-hook


Efektifitas modul berbasis e-book ditentukan dengan cara melihat
pencapaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul
berbasis e-book. Uji efektifitas dllakukan dengan cara membandingkan hasil
sesudah memakai media pembelajaran yang baru (before-after) atau biasa disebut
juga dengin One-Group Pretest-Posttest Design.

01 x 02
Gambar 3.2. Out-Group Pretest-Posttest Design
Sumber : Sugiyono (2011:111)

Keterangan
O1 : Nilai pretest (sebelum menggunakan modul berbasis e-book)
O2 : Nilai pretest (setelah menggunakan modul berbasis e-book)
X : Treatment (Modul Berbasis e-book)

Anda mungkin juga menyukai