2016
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17530
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KONTRIBUSI PALANG MERAH INDONESIA (PMI) CABANG PIDIE TERHADAP
SKRIPSI
DIKERJAKAN
O
L
E
H
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
‘SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,
untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya
dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Kontribusi Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Pidie Terhadap Korban Konflik Masa
Daerah Operasi Militer (DOM) Di Kabupaten Pidie 1994 - 1998
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
DISETUJUI OLEH
MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH
Ketua,
NIP 196409221989031001
PENGESAHAN
Diterima oleh:
untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya
Pada :
Tanggal :
Hari :
Dekan,
NIP 196008051987031001
Panitia Ujian:
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta
Cabang Pidie Terhadap Korban Konflik Masa Daerah Operasi Militer (DOM)
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
penulis memperoleh banyak bantuan baik secara moril dan material. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih pada seluruh pihak yang terlibat dalam
penulisan ini.
penulisan skripsi ini, maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
demi kesempurnaan tulisan ini dan penulisan selanjutnya jika menggunakan tulisan
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMA KASIH
Adapun pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang membantu dan dengan sabar
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr, Budi
Agustono M.S, berkat bantuan serta segala fasilitas yang penulis terima selama
2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum sebagai Ketua Departemen Sejarah sekaligus
selaku Dosen pembimbing skripsi saya, terimakasih atas segala arahan dan
bantuannya dalam penulisan skripsi ini. Masukan dan bimbingan bapak sangat
3. Bapak Dr. Suprayitno. M.Hum sebagai Dosen Penasehat Akademik penulis yang
telah sangat sabar dalam membimbing, dan memberikan nasehat serta motivasi
kepada penulis.
Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dan penulis amalkan.
Kepada bang Ampera selaku Tata Usaha Departemen Sejarah, terimakasih atas
arahannya.
5. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Naharuddin dan Ibu Mardiyati Tanjung,
yang telah merawat, membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
saying. Adik penulis Dwi restu Tanjung terimakasih untuk doanya dan
dukungannya.
6. Seluruh informan penulis yang senang hati dan banyak memberikan bantuan
menyebutkan nama informan satu per satu, tetapi jasa-jasa yang para informan
7. Kepada seluruh teman-teman 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu
yang baik hati. Tidak lupa juga kepada seluruh kakak dan abang senior dan adik-
kalian di Kos lajang yang memiliki banyak kesan dan sarat dengan pengetahuan
9. Buat anak-anak Kos Marjok yang selalu menjadi orang-orang yang menasehati
Dengan rasa rendah hati dan penuh suka cita penulis memohon kepada Tuhan
Yang Maha Esa agar kiranya kita selalu dilindungi dan diberkati di dalam
menjalankan aktifitas dan kegiatan kita sehari-hari. Sekali lagi penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik yang disebutkan atau
yang tidak dapat disebutkan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu besar harapan penulis agar
semua pihak dapat memberikan saran dan kritik membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Penulis
NIM: 120706005
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................1
1994-1998
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.1 Wilayah .....................................................................................13
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4.2 Korps Sukarelawan (KSR) ....................................................52
BAB VI PENUTUP
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pelantikan Kepengurusan Baru PMI Cabang Pidie Oleh Wakil Gubernur
Aceh Zainudin A.g Yang Juga Kepala PMI Provinsi Aceh ................. 34
Gambar 2. PMI Pidie sedang mengadakan seminar transfusi darah yang diikuti oleh
berbagai kalangan baik dari instansi pemerintahan, siswa-siswi SPK dan
Aparat pemerintah ................................................................................. 40
Gambar 3. PMI kabupaten Pidie setiap tahunnya selalu mengadakan HUT Palang
Merah Indonesia yang diikuti oleh aparatur pemerintahan, guru, siswa
SPK dan aparat Negara baik polisi maupun TNI .................................. 41
Gambar 4. Anak-anak SPK yang merupakan PMR berkumpul di balai pertemuan
menghadiri pelantikan pengurus PMI Pidie .......................................... 49
Gambar 5. Pelatihan dasar anggota KSR di halaman terbuka yang dipimpin oleh
ketua PMI Cabang Pidie bapak Sanusi dan dibantu oleh rekan dari PMI
Provinsi................................................................................................53
Gambar 6. Antusias para peserta pelatihan KSR yang dilatih oleh rekan-rekan PMI Provinsi
dalam pembuatan tenda untuk pelatihan tempat pengungsian ........................ 55
Gambar 9. Bekas pembakaran Rumoh Geudong di daerah Tiro, yang dilakukan Aparat
menelan duaKorban ......................................................................................... 66
Gambar 10. Angota Relawan yang sedang mengorek lobang tempat terciumnya bau bangkai
manusia di desa Tiro, dari hasil laporan masyarakat ....................................... 67
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
TABEL II. Daftar Kasus Pelanggaran HAM Kelas Berat, Sedang dan ringan Setelah
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Kontribusi Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang
Pidie Terhadap Korban Konflik Masa Daerah Operasi Militer (DOM) Di
Kabupaten Pidie 1989-1998 ”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana latar
belakang dibentuknya PMI Cabang Pidie, karena melihat situasi dan kondisi di Aceh
khususnya di Pidie yang di tahun 1994 sampai dengan 1998 sedang diberlakukannya
darurat militer, selain itu, faktor lain yang menjadi pengamatan mengapa penulisan
ini dapat dilakukan melihat tentang bagaimana, latar belakang keterlibatan PMI
Cabang Pidie ini dalam membantu korban konflik, dan kontribusi seperti apa yang
dilakukannya.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik
(pengumpulan sumber), verifikasi ekstren dan intern (pengkritikan terhadap sumber),
interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (tahap akhir penulisan). Penulisan
ini diuraikan dalam bentuk deskriptif naratif yaitu menganalisis setiap data dan fakta
agar tulisan bersifat ilmiah (objektif), tematis dan kronologis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukan bahwa, adapun
alasan yang melatar belakangi berdirinya PMI Cabang Pidie karena, melihat situasi
kondisi di Pidie yang sudah tidak kondusif lagi, selain itu minimnya relawan dan atas
dorongan moril dari SEKDA Pidie maka dibentuklah PMI Cabang Pidie yang pada
fungsinya untuk dapat meminimalisasi konflik yang terjadi di Pidie dengan
memberikan perlindungan terhadap warga sipil yang membutuhkan bantuan., yang
mana ini merupakan tugas pokok PMI yang tertera di dalam perjanjian Genewa dan
AD/ART PMI. maka dengan dibentuknya PMI Cabang Pidie serta bekerja sama
dengan ICRC diharapkan dapat meringankan derita dari korban konflik di Kabupaten
Pidie. Pemberdayaan di sektor pelayanan kesehatan, pembangunan posko-posko
darurat serta melakukan pencarian dan mengevakuasi korban dilakukan di dalam
kontribusi PMI Cabang Pidie untuk berkontribusi pada masa DOM.
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
bidang sosial kemanusiaan. Cikal bakal PMI mulai tampak ketika pihak kolonial
perpanjang tangan Palang Merah Belanda. Adalah “ Nederlands Rode Kruis Afdeling
bentuk hanya bertujuan untuk menyelamatkan dan merawat korban perang dari pihak
Belanda.
PMI terbentuk yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno, bersama tokoh-tokoh yang
Adalah Dr. R.C.L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan, merupakan tokoh yang bersama-
sama berjuang untuk pembentukan PMI, dan baru mendapat pengakuan oleh
1
Merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, badan ini bersifat
tidak memihak dan merupakan organisasi kemanusiaan yang diakui pemerintah, dan juga mempunyai
induk organisasi yaitu Palang Merah Intenasional yang berkantor di Genewa. Untuk kalimat
selanjutnya, penulis menggunakan kata PMI.
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kebijakan tersebut adalah: 1. Keputusan Presiden (Keppres) RIS Nomor 25 tanggal
Presiden (Keppres) Nomor 246 tanggal 29 November 1963 yang berbunyi, melalui
transpusi darah (UKTD), 5. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga AD/ART, anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga PMI pertama kali di sahkan oleh pemerintah
tiap daerah, salah satunya adalah PMI Cabang Pidie dibentuk pertengahan tahun
2
Seven Audi Sapta, KENALI PMI, Jakarta : PMI 2009, hlm 03.
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1994, oleh bapak H. Hasanusi H Wahab, sebagai perintis sekaligus ketua PMI
Cabang Pidie.
Sejalan dengan pembentukan PMI Cabang Pidie tahun 1994, sekitar priode
tahun 1990 an ke atas, keadaan di Aceh sedang terjadi gejolak konflik yang besar
antara TNI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Intensitas konflik di Aceh semakin
Pidie. Tujuan dibentuknya PMI Cabang Pidie sebagai upaya meminimalisasi dampak
konflik yang di terima oleh masyarakat. Selain itu PMI Cabang Pidie berkontribusi
terhadap korban konflik yang terjadi semasa diberlakukannya Daerah Operasi Militer
“ Perinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,”3 PMI
Cabang Pidie ikut berperan sebagai upaya membantu permasalahan yang muncul di
masyarakat yang disebabkan oleh konflik, yang salah satunya dengan membentuk
tim-tim kecil dari gabungan unit-unit yang ada di PMI Cabang Pidie, serta bekerja
sama dengan Badan Palang Merah Internasional, yaitu International Comitte of The
Red Cross (ICRC) untuk berupaya meminimalisasi korban konflik yang dilakukan
3
1.Kemanusiaan, 2.Kesamaan, 3.Kenetralan, 4.Kemandirian, 5.Kesukarelaan, 6.Kesatuan dan
7.Kesemestaan. Haris Munandar, Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) dan Badan SAR Nasional
( BASARNAS), Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2008, hlm 8.
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PMI Cabang Pidie di wilayah-wilayah yang jauh dari jangkauan PMI Cabang Pidie,
sebagai perpanjang tangan PMI Cabang untuk menjawab keresahan masyarakat atas
Cabang Pidie dibentuk karena melihat situasi yang sudah tidak kondusif terjadi di
Pidie pada saat diberlakukannya Oprasi Militer. Selain itu wilayah ini merupakan
daerah terparah terjadinya konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang kerap sekali menciptakan
teror hingga banyak menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan uraian di atas, maka
Kabupaten Pidie 1994-1998 ” tentulah sangat menarik untuk dikaji. Sebab wilayah
yang akan menjadi tempat penelitian merupakan daerah dengan intensitas konflik
yang sangat besar dibandingkan wilayah lain di Provinsi Aceh. Selain itu juga
keberadaan PMI Cabang Pidie baru dibentuk di tahun tersebut, selain itu melihat pada
tahun 1994 masuk dalam priode waktu diberlakukannya DOM di Aceh, maka peran
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Batasan akhir dari penelitian ini adalah tahun 1998. Alasan ini didasari atas
pencabutan status DOM di Aceh oleh pemerintah pusat, serta desakan yang berasal
dari rakyat Aceh kepada pemerintah pusat agar perang segera dihentikan. Dengan
melihat desakan dari rakyat yang mengharapkan perdamaian maka pada hari Jum’at,
7 Agustus 1998 Presiden B.J. Habibie di hadapan para Ulama, Menteri Pertahanan
Korban Konflik Masa Daerah Operasi Militer (DOM) Di Kabupaten Pidie 1994-
1998 “ ini maka, perlu adanya rumusan masalah yang secara sistematis dirumuskan
sebagai berikut :
Militer, 1994-1998?
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Bagaimana Perkembangan Organisasi PMI Cabang Pidie 1994-1998 ?
1994-1998 ?
Dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Di dalam
terkait, bagaimana keterlibatan PMI Cabang Pidie pada masa situasi DOM di
Kabupaten Pidie, dan bagaimana organisasi ini pada priode awal terbentuknya,
sampai dengan kontribusi seperti apa dan berupa bantuan apa serta apa yang
diberikan PMI semasa DOM di Pidie. Selain itu penelitian ini untuk memberikan
warna baru dalam sebuah penelitian yang jarang sekali ditemukan mengambil dari
Penelitian merupakan suatu cara untuk dapat menjawab masalah yang kita
rumuskan. Selain itu, penelitian haruslah memiliki yang namanya tujuan dan manfaat.
Karena akan terasa sia-sia suatu penelitian jika tidak memiliki tujuan dan manfaat
yang jelas. Dan ini bukan hanya berguna bagi pribadi peneliti tapi juga bagi
1994-1998.
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Menjelaskan PMI Cabang Pidie terlibat dalam upaya penanggulangan
Independen.
Inovasi dalam ilmu sejarah sebenarnya telah berjalan sejak awal abad ini,
tersebut ruang lingkup sejarah meluas baik dalam soal pemilihan tema maupun
5
Sartono Karto Dirdjo, Fungsi Studi Sejarah dan Struktur Kurikulum, Fakultas Sastra
Universitas Gajah Mada, 1992, hlm.7.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seputar palang merah dan permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar PMI dapat
Cabang Pidie dalam oprasi kemanusiaan yang dilakukan selama 5 tahun terbentuk,
1949” (2002). Buku ini membahas hasil dari Konvensi-konvensi Palang Merah
Internasional tahun 1949, mengenai hukum dan kesepakatan yang di ambil dari
Negara anggota Palang Merah Internasional untuk dapat di patuhi oleh Negara yang
sedang bertikai.
Neta S. Pane “Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka Solusi, Harapan
dan Impian”, (2001) menjelaskan tentang perjuangan rakyat aceh dari mulai masa
penjajahan Belanda, Jepang dan bahkan sampai terbentuknya GAM, dari buku ini
bisa dilihat dari pembahasan buku ini yang menceritakan rentetan sejarah konflik
bermula di Aceh sampai pada permasalahan yang terahir adalah Gerakan Aceh
Merdeka.
(2008) menjadi acuan peneliti karna di dalam pembahasan buku ini menceritakan
keseluruhan aktifitas-aktifitas PMI baik dalam bentuk agenda rutin maupun yang
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak direncanakan. Selain itu buku ini juga menceritakan sejarah terbentuknya PMI
di Indonesia dan juga pembahasan sedikit terkait bagaimana PMI berkontribusi pada
bagaimana kegiatan rutinitasnya yang sudah terdaftar dalam agenda kerja yang
berlandaskan dasar gerakan palang merah. Kaitan nya dengan rencana penelitian ini
adalah dalam skripsi ini penulis mendapatkan gambaran bagaimana rutinitas kegiatan
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman
dan peninggalan dimasa lampau.6 Melalui metode sejarah inilah, hasil-hasil tulisan
telah berkembang pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang
merupakan alat analisis yang relevan sekali untuk keperluan analisis historis.7 Dalam
6
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Noto Susanto, Jakarta:
UIPres, 1985, hlm. 32.
7
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2014, hlm 136.
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penelitian sejarah setidaknya harus melakukan empat langkah, yaitu pengumpulan
tertulis, lisan dan fisik. Untuk sumber tertulis penulis mendapatkan sumber melalui
Cabang Pidie. Selain itu ada referensi berupa dokumen-dokumen seperti surat kabar
yang melampirkan informasi terkait gerakan tersebut maupun yang berkaitan dengan
PMI, Surat Keterangan Kerja PMI di tahun yang bersangkutan dengan judul dan
dapat dilakukan langsung dengan pelaku kejadian seperti mantan pimpinan PMI pada
masa itu bapak D.r. H. Hasanusi. H. Wahab dan juga staf PMI dan relawan yang
pada masa itu menjalankan operasi kemanusiaan. Selain itu sebagai warga sipil yang
juga menjadi korban dan juga yang mendapatkan kerugian yang paling banyak.
Adapun sumber fisiknya dapat dilihat dari foto-foto yang di dokumentasikan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan baik dari PMI maupun sumber pendukung lain.
8
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm,
89.
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahap selanjutnya adalah kritik sumber. Kritik ini dilakukan guna bertujuan
untuk membuktikan keaslian dari sumber yang didapatkan. Kritik sumber memiliki
dua macam bagian, yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal bertujuan
Yang harus diteliti pertama apakah sumber yang ditemukan berkaitan dengan
objek yang akan diteliti, kemudian kedua palsu atau tidaknya data yang kita temukan
dan apakah sumber tersebut masih utuh atau sudah ada perubahan. Sementara itu
dalam kritik internal dilakukan untuk menentukan apakah isi sumber tersebut dapat
dipercaya atau tidak, apakah memuat fakta sejarah yang benar atau tidak dan kalau
perlu dilakukan perbandingan dengan sumber lain nya, selain itu yang harus
diperhatikan adalah gaya bahasa, penulisan dan juga kertas yang digunakan apakah
Tahap interpretasi bertujuan membuat analisis dan sintetis terhadap data yang
telah diverifikasi kebenarannya, agar menjadi kesatuan yang utuh dan berkaitan,
sehingga membentuk kisah yang baru. Tahapan ini dilakukan dengan cara
menafsirkan fakta sehingga terdapat pemahaman terhadap fakta sejarah baik secara
tetap dapat mengandung sifat subjektifitas karna ditafsirkan oleh seseorang. Dengan
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kata lain, tahapan ini dilakukan dengan membuat kesimpulan, keterangan atau
Tahapan terakhir adalah historiografi. Proses ini adalah tahapan terakhir dari
merangkum semuanya menjadi sebuah tulisan ilmiah, hasil dari interpretasi yang
sudah dilakukan sebelumnya. Tulisan ini menjadi sebuah kisah sejarah yang baru
dalam penulisan ini adalah deskriptif naratif, yaitu dengan menganalisis data dan
fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan bersifat ilmiah.
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
suatu negara. Kabupaten Pidie yang merupakan bagian dari Negara Indonesia juga
merupakan sebuah daerah yang dikuasai/ menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan.
Pidie.
2.1.1 Wilayah
Pidie merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh, dengan
Ibu Kota Kabupaten Sigli. Secara administratif luas wilayah sebelum terjadinya
pemekaran adalah ± 4.107.81 km2 dengan letak daerah 04,30 - 04,60 LU dan 95,75 –
96,20 BT. Batas-batas wilayahnya berada di sebelah timur dengan Aceh Utara,
sementara di bagian barat dengan Kabupaten Aceh Besar, di sebelah utara dengan
Selat Sumatera, dan terahir di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Barat.9
9
Badan Pusat Statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1994, Pidie, 1994, hlm. 1.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lainnya. Akses menuju kabupaten ini tergolong mudah, karena berada di jalur lintas
Medan-Banda Aceh. Bila ditempuh dari Banda Aceh dapat memakan waktu ± 3 jam
perjalanan untuk menuju kabupaten ini, sementara jika dari Medan menuju kabupaten
Kabupaten ini meliputi dataran rendah, pantai, dataran tinggi Lembah Tangse
dan Geumpang dengan jumlah 23 kecamatan, 127 mukim10 dengan desa sebanyak
948 desa.11 Seperti halnya kebanyakan kabupaten di Aceh, Kabupaten Pidie memiliki
iklim tropis (dataran rendah / pesisir pantai ) dan iklim sejuk ( dataran tinggi / lembah
/ pegunungan), dengan curah hujan sekitar 1.482 mm pertahun dengan suhu rata-rata
24o - 32o C.
Dengan dikaruniai wilayah yang subur dan pantai yang berbatasan dengan
disektor pertanian dan peternakan, sementara sektor perikanan tidak masuk dalam
tiga besar lapangan kerja yang diminati masyarakat, melainkan sektor perdagangan
yang berada di urutan ke tiga. Pernyataan ini selaras dengan laporan Badan Pusat
Statistik yang menempatkan sektor pertanian dan peternakan berada di urutan dua ter
10
Dalam qanun kabupaten/kota itu disebutkan, mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di
bawah kecamatan yang terdiri dari atas gabungan beberapa gampong/desa yang mempunyai batas
wilayah tertentu. aceh.tribunnews.com/2013/04/10/mukim-atau-kemukiman, di akses tanggal 25 Mei
2016, 22:13.
11
Badan pusat statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1998, Pidie, 1998, hlm 1.
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memilih sektor perikanan dan ini berada di bawah sektor perdagangan yang
menempati urutan ke tiga dalam lapangan kerja yang diminati masyarakat Pidie
dengan 7,89%.12
rendah hampir seluruh wilayahnya dijadikan lahan pertanian padi, hal ini sudah
dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Hanya saja, dewasa ini
sepanjang jalan lintas Medan-Banda Aceh, lahan sawah yang berbatasan dengan bahu
jalan lintas kini sebagian besar beralih fungsi dengan dibangun ruko-ruko sebagai
oleh masyarakat Kabupaten Pidie, untuk dimanfaatkan bercocok tanam seperti pohon
coklat, kopi dan tanaman-tanaman lain yang sesuai dengan iklim dataran tinggi.
Keasrian hutannya masih dapat dilihat seperti adanya hutan-hutan yang memang
Pidie menjadi sorotan nasiolal, dan semakin parah di awal-awal tahun 1994 sampai
akhir 1998. Wilayah dengan potensi sumber daya alam yang besar ini terbengkalai
akibat konflik yang terjadi. Wilayah yang Secara garis besar merupakan basis dari
12
Badan pusat statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1992, Pidie 1992, hlm 37
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pergerakan GAM ini, menjadi sangat mencekam sejak diberlakukannya Operasi
Militer. Selain itu dengan didukung struktur wilyah yang dikelilingi perbukitan,
2.1.2 Penduduk
terbanyak ke- 4 di dunia13, dengan berbagai suku bangsa, agama dan budaya. Dengan
luas wilayah Kabupaten Pidie ± 4.107.81 km2 , persebaran penduduk sebagian besar
hampir merata hanya saja sedikit lebih banyak berada di Kecamatan Mutiara, Kota
bedasarkan Suku, mayoritas adalah suku asli Aceh, sebagian kecil adalah suku-suku
lain.
tingkat pertumbuhan penduduk relatif rendah, menurut catatan Bandan Pusat Statistik
Kabupaten Pidie, sepanjang tahun 1989 sampai dengan 1992 saja tingkat
Statistik tahun 1998, yang mencakup data pertumbuhan penduduk tahun 1994
13
http://detikcom/2014/03/06 13:40:53/Negara dengan penduduk terbanyak di Dunia, RI
Masuk 4 Besar/, di akses pada tanggal 12 April 2016, 02:11.
14
Badan Pusat Statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1992, Pidie, 1992, Op. Cit hlm 27.
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sekitar ± 0,23 %.15 Ini membuktikan efek pemberlakuan DOM di Aceh khususnya di
jumlah janda tertinggi. Dari sensus penduduk di tahun 1990 di catat, jumlah janda di
Kabupaten Pidie mencapai ± 23.366 orang, yaitu 5,5 % dari jumlah penduduknya
masa itu.16 Sayangnya kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie tidak secara
rutin mencatat secara rutin pertahun. Melainkan hanya di data tiap sensus penduduk
secara nasional sepuluh tahun sekali. Jumlah ± 23.366 janda di Pidie tersebut bukan
berarti sepenuhnya janda yang di akibatkan korban DOM melainkan jada dari cerai
mati (baik dikarenakan usia maupun korban konflik) dan cerai hidup.
Hal lain yang terlihat dari penerapan DOM di kabupaten ini adalah, banyak
desa-desa yang mengalami ketertinggalan. Dari data yang di dapatkan dalam jurnal
Badan Pusat Statistik tahun 1995 yang merangkum tahun 1994 dikatakan, ± 590
pendidikan masyarakatnya yang masih tergolong relatif rendah. Dan juga berkaca
dari narasumber yang di temui di masyarakat sebagian besar buta huruf, bahkan untuk
15
Badan Pusat Statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1998, Pidie, 1998, Op. Cit, hlm. 9.
16
Badan Pusat Statistik, PIDIE DALAM ANGKA 1990, Pidie, 1990, hlm 29.
17
Di tahun 1994 banyak desa yang mengalami ketertinggalan dikarenakan konflik yang
berlangsung hampir separuh lebih desa di seluruh kecamatan di Kabupaten Pidie mengalami
ketertinggalan, tapi di tahun-tahun berikutnya jumlah tersebut berkurang drastis. Pada tahun 1995
menjadi 269 desa. Badan Pusat Statistik PIDIE DALAM ANGKA 1995, Pidie, hlm 17.
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penggunaan bahasa Aceh, sudah menjadi bahasa yang digunakan untuk
keseluruhan baik dari anak-anak sampai dewasa mereka menggunakan bahasa daerah
masyarakat di kabupaten ini mayoritas menganut agama islam, selian itu dalam
2.1.3 Pemerintahan
berarti “pemusatan pemerintahan”. Jadi bisa dipastikan masa Orde Baru segala
18
Keuchik adalah nama untuk pemimpin Gampong (kampung) di daerah aceh, keucik juga
merupakan pimpinan eksekutif dari pemerintahan Gampong.
19
Indriawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, hlm 480.
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tentang pemerintahan desa, adalah dua produk undang-undang yang melegalisir
disesuaikan dengan sifat dasar dari Negara Indonesia yang mana menjadikan
menjalankan azas tunggal pancasila. Jadi kebijakan yang dapat diambil harus sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pusat. Pemerintah daerah cendrung dibatasi
oleh konsep kepentingan nasional dan peraturan-peraturan yang lebih tinggi, serta
yang ada di pusat dengan mengenyampingkan kepentingan daerah. Selain itu dengan
pemilui tahun 1982 sampai dengan 1997 serta diberlakukannya Dwi fungsi ABRI
semakin menambah kuat daya cengkram pemerintahan orde baru yang menguasai
itu patuh untuk kepentingan pusat. Seperti yang di uraikan pada tabel 1 di bawah,
20
Mutiara Fahmi Razaki, Pergolakan Aceh Dalam Perspektif Syariat, Banda Aceh: Yayasan
peNA, 2014, hlm 72.
21
Ibid, hlm 73.
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 1
Jumlah Anggota DPRD Di Daerah Tingkat II Pidie Hasil Pemilihan Umum,
Tahun 1982, 1987, 1992 Dan 1997.
1982 19 7 1 5 34
1987 16 13 1 8 38
1992 13 19 1 8 41
1997 8 26 1 9 44
JUMLAH 56 65 4 30 157
Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Pidie Dalam Angka 1996, hlm 15.
Di sisi lain, dengan tidak adanya penyebutan suatu kewenangan yang jelas,
dan masih menggantungnya apa yang harus dilakukan daerah dalam rangka
tersebut.
22
Ibid, hlm 73.
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Melihat kebijakan-kebijakan yang di keluarkan pemerintah pusat tidak untuk
adilan untuk kemajuan daerah, dengan opsi tidak percaya dengan pemerintahan pusat
maka, muncul gerakan yang menentang pemerintahan dan ingin berpisah dari
kesatuan NKRI, inilah yang bernama Gerakan Aceh Merdeka atau GAM. Dengan
adanya gerakan perlawanan ini, maka situasi di Aceh menjadi tidak kondusif dengan
teror-teror yang dilakukan menciptakan suasana darurat di Pidie, maka dari itu
masyarakat Aceh bagi sebuah operasi militer yang hakikatnya bernama Operasi
Jaring Merah.23 Operasi ini pada mulanya diperuntukan mengamankan situasi dari
tindakan suatu gerakan yang disebut pemerintah Gerakan Aceh Merdeka,24 tapi dalam
tahun 1989, semenjak teror-demi teror yang dilakukan GAM sudah tidak dapat
terkontrol lagi, tetapi penerapan ini sudah optimal pada tahun 1990, dengan
23
Ibid, Mutiara Fahmi Rizky, hlm 79.
Mengutip kutipan di buku Pergolakan Aceh Dalam Perspektif syariat, sumber utama “ Nur
24
Alamsyah dan Hendra, Operasi Jaring Merah, Kompas (Harian), 26 Agustus 1998”.
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dibentuknya pos-pos pemeriksaan sepanjang jalan lintas Banda Aceh-Medan oleh
aparat keamanan.
Kota Negara. Melihat kesenjangan yang terjadi di segala sektor, menjadi pemicu
ambil pemerintah untuk menempatkan banyak personil TNI di Aceh bukan semakin
memperbaiki keadaan tapi malah memicu untuk keadaan yang lebih parah.
Latar belakang penerapan DOM di Aceh disebabkan aksi teror yang dilakukan
sudah tidak dapat terbendung lagi, hingga pemerintah mengerahkan pasukan ABRI
untuk berupaya meredam teror yang dilakukan oleh GAM. Akan tetapi, bukan
menjadi lebih baik malah keadaan semakin memburuk. Penerapan DOM di Aceh
sudah berlangsung sejak tahun 1989. Puncaknya terjadi akibat kasus perampasan
senjata yang dilakukan GAM terhadap ABRI tepatnya sejak tanggal 26 September
1989. Ini bermula dari kasus perampasan senjata ABRI yang pada saat itu sedang
melakukan kegiatan ABRI masuk desa (AMD). Kehilangan 19 pucuk senjata M 16,
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan beberapa pucuk pistol serta 2 pucuk minimi dan 4000 butir peluru25, menjadi
pemicu ditetapkannya Aceh sebagai daerah darurat militer. Penerapan DOM di Aceh
mulai dikatakan optimal di awal- awal 1990 an, peningkatan operasi militer di Aceh
pemeriksaan aparat keamanan (Check point) di sepanjang jalan raya Banda Aceh-
Medan.26
kejam, tidak manusiawi. Bahkan, kekerasan seksual terhadap perempuan juga kerap
kali terjadi. Selama pemberlakuan DOM di Aceh telah terjadi ± 7.727 kasus
pelanggaran HAM kelas berat, sedang dan ringan yang terungkap setelah pencabutan
25
Kontras, Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan Masa Lalu, Jakarta:
Kontras, 2006, hlm 27.
26
Ibid, hlm 29.
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2
Daftar Kasus Pelanggaran HAM Kelas Berat, Sedang Dan Ringan Setelah
Pencabutan DOM 7 Agustus 1998.
1. Tewas 1.321
3. Penyiksaan 3.430
4. Pemerkosaan 128
5. Pelecehan Sex 81
9. Penjarahan Mobil 52
Sumber Data : Kotras ( Tabloid ), No. 131, Th. IV, 4-10 April 2000
pergerakan GAM, tidak kecuali di Kabupaten Pidie yang merupakan zona pekat dari
pergerakan ini. Kasus-kasus yang disebutkan di atas juga terjadi di Pidie. Sebagai
salah satu contoh kasus “ kejadian yang menimpa Syech Asnawi Yahya ( 32 ),
Sarjana FKIP Jabal Ghafur, Sigli. Sebagai Keucik ( Kepala Desa ) di Blang Kulam,
Kecamatan Batee, ia tak mau warganya disiksa oleh aparat diculik dengan dalih ikut
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
operasi. Karena sering adu argumen dengan aparat mengenai masalah itu, dia pun di
ambil petugas pada suatu hari tahun 1991 lalu dibawa ke Jembatan Delima, Pidie.
Lehernya dipasangi tali, lalu beberapa warga disuruh menarik tali tersebut. Dalam
situasi ini, aparat lalu menembakkan peluru ke tubuhnya. Mayat Asnawi itu baru
dapat diambil keesokan hari oleh ibunya.27 Seperti inilah gambaran mengenai
khususnya dari sisi kemanusiaan. banyaknya jumlah kasus pelanggaran baik ringan
maupun berat yang terjadi selama pemberlakuan DOM menimbulkan dampak besar
di masyarakat. Dari data yang sudah diuraikan di atas menunjukkan kerugian baik
timbulkan oleh pemberlakuan DOM ± 7.727 korban, dan juga meningkatnya jumlah
janda dan anak yatim menjadi persoalan sosial di masa selanjutnya. Upaya yang
dilakukan pemerintah kurang efektif, hingga sampai saat ini bisa kita dapati banyak
dari korban-korban konflik ini yang akhirnya harus turun ke jalan dan sebagian besar
menjadi pengemis.
27
Alchaidar Sayed Mudhahar Ahmad yarmen Dinamika, Aceh Bersimbah Darah, Jakarta;
Pustaka Al-kautshar, 1998, hlm 113.
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
masyarakat. Kesadaran ini timbul melihat dampak negatif yang begitu besar dialami
tidak efektif karena bukan menjadi baik, tetapi memperburuk keadaan, sehingga
permasalahan sosial kemanusiaan yang terjadi di Pidie. Kegiatan Palang Merah yang
PMI Cabang Pidie ikut terlibat membantu pada saat konflik. Ini merupakan tugas
dari Palang Merah yang dijelaskan dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 mengenai
perlindungan orang-orang sipil di waktu perang, seperti yang tertera pada hasil
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Konvensi Jenewa 1949 mengenai perlindungan orang-orang sipil di waktu perang
yang tertera pada bagian III, Kedudukan Dan Perlakuan Dari Orang-Orang Yang
kekeluargaan, keyakinan dan praktik keagamaan serta adat istiadat kebiasaan mereka.
Selain itu dalam AD/ART juga di jelaskan pada BAB IV MANDAT DAN
TUGAS POKOK pada pasal 8 dan pasal 9 poin B dan C, yang berbunyi “ pasal 8,
Mandat PMI adalah menjalankan pekerjaan Palang Merah di dalam Negara Kesatuan
1949. Pada pasal 9 poin B, tugas pokok PMI adalah, mempersiapkan dan
baik di dalam maupun di luar negeri, poin C, melaksanakan tugas-tugas lain di bidang
itu sudah sewajibnya PMI, khususnya PMI Cabang Pidie ikut berkecimpung untuk
28
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949,
Bandung: P.T. Alumni 2002, hlm 325.
29
Anggaran Dasar Rumah Tangga ( AD/ART ) Palang Merah Indonesia, Hasil Musyawarah
Nasional XIX, hlm 4.
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Rasa Empati
Rasa empati merupakan hal yang dimiliki setiap individu. Tidak terkecuali
para relawan yang bertugas dalam upaya membantu korban konflik, organisasi Palang
memang sudah seharusnya menjalankan tugas tersebut, karena merupakan tugas yang
sudah tertera dalam perjanjian Jenewa dan AD/ART PMI. Tapi semua kembali pada
tidak. Rasa empati dan simpati yang timbul melihat permasalahan yang terjadi,
orang selalu menghantuinya setiap saat. Tapi kewajiban dalam tugas menuntut
relawan harus menjadi garda terdepan dalam upaya penanganan korban konflik
Kesadaran ini timbul melihat banyaknya korban jiwa maupun kekerasan yang
terjadi, begitu juga korban dengan keadaan tidak wajar menjadikan luka tersendiri
yang sangat menyayat hati masyarakat. Maka, sudah sepantasnya rasa empati itu
timbul di setiap individu yang memiliki rasa kemanusiaan. berangkat dari kasus-
kasus ini, dengan dorongan rasa kemanusiaan tergeraklah PMI Cabang Pidie untuk
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Tokoh Penggagas
Dibentuknya PMI Cabang Pidie tidak lepas dari peran seorang tokoh yang
bernama Dr. Hasanusi H Wahab, biasa di sapa dengan nama Sanusi. Beliau yang
di Kabupaten Pidie sejak tahun 1994. Sebelum berada di Pidie, beliau bertugas di
Sabang, juga sebagai Kepala Dinas Kesehatan. Beliau adalah tokoh penggerak
sekaligus ketua PMI Cabang Pidie pertama. Beliau menduduki jabatan sebagai ketua
PMI Cabang Pidie ± 3 priode atau 15 tahun. Kiprah Sanusi di dunia palang merah
termasuk senior. Beliau jugalah yang membentuk dan mendirikan PMI Cabang
Niat membangun PMI Cabang Pidie berawal dari percakapan dengan SEKDA
tersebut disambut baik, melihat keadaan di Pidie yang memang sudah tidak kondusif
lagi. Maka dengan dasar kemanusiaan dan merupakan sebuah kewajiban di bentuklah
PMI Cabang Pidie, Seperti yang di kutip dari wawancara dengan Sanusi yang
mengatakan,
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cabang Sabang, jadi di panggilah saya untuk membentuk PMI Cabang
Pidie ini ”30
Bersamaan dengan itu, konflik di Aceh, khususnya di Pidie meningkat.
Melihat intensitas konflik yang besar, maka Bustami selaku SEKDA yang juga rekan
Karna selama berlangsungnya darurat militer di Aceh dapat dikatakan minim bantuan
Dinas Kesehatan merintis berdirinya PMI di Kabupaten Pidie. Dari situasi yang
menata struktur organisasi PMI Cabang Pidie. Didukung dengan pengalaman seliau
sebagai orang lama yang berkecimpung di Organisasi PMI menjadikan langkah untuk
pengalaman yang beliau miliki, jabatan beliau sebagai Kepala Dinas Kesehatan
baik seprofesi maupun dari profesi lain juga berpengaruh besar terhadap
setempat maka, kegiatan yang dilakukan PMI Cabang Pidie banyak yang terlaksana.
30
Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Seperti pelatihan-pelatiah P3K, tanggap bencana, pelatihan membidai kegiatan
dengan PMI Provinsi Aceh untuk melatih calon-calon relawan. Kegiatan ini di
sambut baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat, karena antusias untuk
bergabung di PMI baik di kalangan pemerintahan dan sipil lumayan banyak. Kegiatan
tersebut rutin dilakukan karena mendapat dukungan dan bantuan dari pemerintah
daerah serta instansi pemerintah yang anggotanya tergabung di PMI Cabang Pidie.
Dari sinilah mulai adanya antusias masyarakat dan juga aparatur pemerintahan
yang berperan aktif membangun PMI Cabang Pidie. Selain itu juga karena
didominasi oleh orang-orang dinas kesehatan, maka fungsi sebagai tenaga medis
lebih dominan dari pada fungsi lainnya. Seperti pembentukan pelayanan publik dan
juga membentuk bulan donor darah sebagai agenda rutin, dari penuturan Sanusi
mengatakan,
“ Setelah dilantik ketua PMI Aceh, untuk langkah awal buatlah kegiatan
yang dilakukan melakukan donor darah, yang diikuti lembaga
pemerintahan dan aparat seperti POLISI dan TNI, karena tempat
penyimpanan kantong darah belum ada di PMI Cabang Pidie maka di
kirim kan lah kantong-kantong darah itu ke Banda Aceh, ini merupakan
cara kami untuk menarik minat masyarakat untuk bergabung dengan
PMI Cabang Pidie. Selain itu pelayanan kesehatan juga menjadi agenda
rutin agar PMI Cabang Pidie dapat di kenal dan di terima dulu di
masyarakat”31
dengan berjalannya program kerja yang dicanangkan memberikan stigma positif
31
Ibid. Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Didirikannya PMI Cabang Pidie
momentum awal untuk memperkenalkan PMI kepada masyarakat Pidie. Seperti yang
tertera dalam AD/ART PMI yang menyebutkan pada BAB VII, mengenai struktur
dan komponen organisasi di pasal 14. Bahwasanya, struktur PMI terdiri atas, PMI
pusat, PMI provinsi, PMI kabupaten/kota dan PMI kecamatan. 32 Dibentuknya PMI
Cabang Pidie tidak terlepas dari situasi konflik yang terjadi di masa itu.
Zainudin A.g yang merangkap sebagai ketua PMI provinsi NAD, ketua beserta staf-
penanganan korban konflik di Pidie. Yang unik di PMI Cabang Pidie adalah
pengurusnya terdiri dari orang-orang yang berada dalam latar belakang profesi yang
32
Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART ) Palang Merah Indonesia, Hasil
Musyawarah Nasional XIX, Op.cit, hlm 5.
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bersama para staf lainnya yang berada di Bawah hasil wawancara ini. Seperti yang
Gambar 1
Pelantikan Kepengurusan Baru PMI Cabang Pidie Oleh Wakil Gubernur Aceh
Zainudin A.g Yang Juga Kepala PMI Provinsi Aceh.
33
Op.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keberadaan PMI Cabang Pidie mendapat sambutan baik masyarakat. Selain
Pidie juga menjalankan kegiatan pokok lain yang dilakukan diluar dari fokus untuk
seminar-seminar dan kegiatan seperti transfusi darah dilakukan secara rutin untuk
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
memperjelas kedudukan serta jabatan yang diemban kepada setiap orang yang berada
dalam wadah organisasi yang digelutinya. Di periode ini, yang mengisi sebagai staf
PMI Cabang Pidie terdiri dari berbagai kalangan profesi. Mereka adalah orang-orang
berkecimpung di dalamnya.
Pidie tahun 2007, maka banyak dokumen-dokumen penting yang tidak dapat
terselamatkan dan kemudian dibakar, salah satunya adalah struktur organisasi dan ke
anggotaan PMI Cabang Pidie. Maka untuk menjawab seperti apa susunan struktur
Sanusi, adapun struktur awal PMI Cabang Pidie kata beliau terdiri dari,
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membantu kalau lokasi yang mau di jangkau jauh, begitu juga bidang-
bidang lainnya yang sangat penting”34
Dibentuknya bidang-bidang tersebut, sebagai fokus PMI Cabang Pidie dalam
upaya penanganan korban konflik yang terjadi di Pidie. Dengan adanya bidang-
selain dikarenakan seleksi alam faktor lain yang mempengaruhi berupa pemindahan
dipercayakan oleh alumni-alumni PMR yang dibentuk PMI Cabang Pidie untuk
bergabung. Selain itu, masyarakat yang ingin bergabung dan serius mengeluti dunia
PMI ini. Seperti kutipan dari percakapan dengan Sanusi beliau mengatakan,
bertahan sampai sekarang, dengan terus ada regenerasi dari alumni-alumni PMR,
PMI Cabang Pidie sampai sekarang masih terus eksis. Di awal terbentuknya, anggota
34
Log.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
35
Log.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PMI Cabang Pidie banyak mendapatkan bantuan pelatihan dari PMI Provinsi, seperti
pelatihan kerelawanan.
Oleh sebab itu maka, dibentuklah unit-unit PMI Cabang Pidie yang terdiri dari
Korp Sukarelawan (KSR), Satuan Siaga Bencana (SADGANA) dan unit Palang
Merah Remaja (PMR). Unit ini merupakan bagian dari PMI Cabang yang
menjalankan tugas-tugas PMI, serta dibantu dengan anak-anak SPK (Sekolah Perawat
Kesehatan) yang merupakan rekrutan PMR pertama PMI Cabang Pidie. Dengan
berbekal dasar ilmu kesehatan dan keperawatan maka sangat membantu PMI Cabang
Pidie. Dengan dibentuknya unit-unit tersebut, maka PMI Cabang Pidie bergegas
Dalam sebuah organisasi pastilah ada yang namanya program kerja yang
merupakan target dari setiap visi misi yang akan dicapai, program kerja ini pula yang
nantinya menentukan dari kelanjutan sebuah organisasi, apakah dapat berjalan atau
akan vakum dikarenakan tidak terealisasikannya apa yang ingin dicapai dari
organisasi tersebut.
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan didukung Sumber Daya Manusia yang baik dan juga terdiri dari
berjalannya program kerja dari organisasi ini. PMI Cabang Pidie dapat melakukan
kerjasama seperti dengan pemerintah daerah serta aparatur negara, baik TNI atau
POLRI. Hal ini dapat dilakukan baik itu dengan mengunakan pendekatan secara
Hal pertama yang dilakukan PMI Cabang Pidie untuk memulai program
kerjanya adalah mengadakan donor darah yang bekerja sama dengan instansi
pemerintahan serta TNI dan POLRI, sebagai upaya memperkenalkan PMI Cabang
Pidie. Selain itu, agenda-agenda lain yang merupakan program kerja dari PMI juga
banyak terjalankan diantaranya seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan
kegiatan yang dilakukan PMI Cabang Pidie berjalan yaitu seminar tranfusi darah
36
Wawancara, Saifuddin Abdur, Pidie, 21 April 2016.
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang dilakukan di aula gedung pertemuan di Pidie yang di ikuti oleh banyak instansi
baik pemerintahan, TNI, POLRI, dan anak-anak SPK ( Sekolah Perawat Kesehatan)
Gambar 2
PMI Pidie sedang mengadakan seminar transfusi darah yang diikuti oleh
berbagai kalangan baik dari instansi pemerintahan, siswa-siswi SPK dan Aparat
pemerintah.
Selain itu juga setiap tahunnya, PMI Cabang Pidie rutin mengadakan Upacara hari
ulang tahun PMI, yang merupakan hasil kerjasama dengan pemerintah daerah. Seperti
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3
PMI kabupaten Pidie setiap tahunnya selalu mengadakan HUT Palang Merah
Indonesia yang diikuti oleh aparatur pemerintahan, guru, siswa SPK dan aparat
Negara baik polisi maupun TNI.
Dengan adanya kegiatan rutin PMI Cabang Pidie, maka dengan tidak
penanggulangan korban konflik, yang dalam hal ini sudah menjadi tugas dari unit-
unit tertentu, seperti KSR (Korp Sukarelawan) yang dipimpin oleh Tengku Djalil
selaku kepalanya.
Bersamaan dengan konflik yang berkecamuk di Aceh. Maka, fokus pada saat
itu seperti yang tertuang dalam dasar Gerakan Palang Merah poin pertama dan ke
yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan. Yang dalam prakteknya, banyak sekali
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kekerasan-kekerasan terjadi kepada sesama. Pelanggaran-pelanggaran hak asasi
Jadi demi menjunjung tinggi rasa kemanusiaan maka tindakan yang berkaitan
menjadi kewajiban PMI khususnya PMI Cabang Pidie dalam upaya meminimalisasi
korban dan memberikan perlakuan yang adil kepada siapa pun. Sementara di poin ke
lima yang berbunyi “Kesukarelaan” yang berarti dalam memberikan bantuan, maka
sikap sukarela dan tanpa mengharapkan imbalan maupun keuntungan apapun dari
Selain itu dalam menjalankan Program kerja ini PMI tidak menjalankannya
sendiri, melainkan dibantu oleh para pendukung PMI dalam menjalankan tugas.
Bantuan itu menjadikan kerja PMI menjadi lebih mudah dikarenakan bukan hanya
37
Op.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Palang Merah setempat saja yang turun tangan bahkan badan dari Palang Merah
Internasional juga ikut berpartisipasi dalam masalah kemanusiaan ini. Selain itu,
faktor lain yang mendukung mengapa ICRC dapat membantu dikarenakan kantor
mereka yang berada di Lhokseumawe yang tidak begitu jauh dengan Pidie, maka dari
itu dengan cepat dapat turut berpartisipasi dalam menjalankan misi kemanusiaan ini.
organisasinya, baik itu dari iuran rutin anggota, ataupun ada penyokong dana lain
yang bersumber dari luar organisasi. Seperti halnya PMI, yang merupakan induk dari
organisasi palang merah yang ada di daerah-daerah. Melihat kenyataannya, PMI yang
juga merupakan bagian dari Palang Merah Internasional telah mengatur tatanan
Sesuai hasil dan kesepakatan dari Konvensi yang telah berlangsung selama
wajib menyerahkan iuran, bahwa dalam hal pendanaan PMI di setiap tahunnya
campur tangan pemerintah, tapi dalam pelaksanaannya, sikap mandiri serta netralitas
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang dipegang tetap berjalan tampa harus tunduk sepenuhnya pada pemerintah. Hal
ini bukan hanya berlaku di Negara Indonesia, melainkan juga kepada seluruh negara
diwajibkan membayarkan iuran rutin kepada Palang Merah Internasional untuk dapat
mengisi kas organisasi. Dana inilah yang nantinya diputar dan dikelola kembali untuk
kepentingan-kepentingan kemanusiaan.
Selain itu, pendanaan bukan hanya didapat dari tiap-tiap negara anggota,
melainkan juga dari para donatur yang juga bekerja sama dengan Palang Merah
lagi ke negara anggota, tetapi tidak berupa uang melainkan berupa seperti alat
bantuan-bantuan logistik baik medis maupun non medis ketika terjadi bencana
Bukan hanya dana yang juga dikembalikan ke negara anggota, di dalam negeri
sendiri, seperti PMI juga mendapatkan sokongan dana dari pihak-pihak luar yang
merupakan donator baik dari instansi pemerintahan maupun perusahaan dan lain-lain.
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PMI Cabang Pidie adalah perpanjangan tangan dari PMI pusat. Selain
mendapatkan sokongan bantuan dari Pusat, PMI Cabang Pidie juga mengelola
dari pemerintahan maupun dari pihak-pihak perusahaan dan masyarakat. Seperti yang
Kepalangmerahan mengatur pendanaan PMI bisa dikumpulkan dari bulan dana PMI,
maupun sumbangan dari masyarakat dan sumbangan lainnya. Pemerintah juga wajib
mendanai kegiatan PMI, selain pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dana dari APBN dan
Detik.com.38
Selain itu, ini juga didukung dengan pasal 31 yang mengatur tanggung jawab
38
http://detikcom/2012/09/12, 17:03:34/ PMI Didanai APBN, APBD, dan Sumbangan
Masyarakat/, di akses pada tanggal 21 April 2016, 13:28.
39
Ibid
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dapat menjadi organisasi aktif dan merupakan satu-satunya organisasi palang merah
keberadaan unit-unit yang menyokong berjalannya suatu organisasi yang telah diatur
dengan pembagian-pembagian unit tersebut. Seperti halnya yang terdapat pada PMI
Cabang Pidie, ada beberapa unit yang sengaja dibentuk untuk membantu berjalannya
elemen, selain yang mengisi juga adalah orang-orang yang memiliki kualitas di dalam
remaja, dibentuklah sebuah unit yang bertujuan sebagai langkah awal untuk dapat
Merah Remaja/ PMR membuktikan bahwa keseriusan PMI Cabang Pidie untuk dapat
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akan pentingnya belajar menjadi pemimpin di kalangan remaja, agar kiranya dapat
PMR sendiri merupakan salah suatu unit yang dibentuk PMI Cabang Pidie
yang bertujuan untuk dapat membina remaja dan juga dalam rangka meningkatkan
merupakan bagian dari program PMI Cabang Pidie dalam menempa sumber daya
dan mengandung nilai-nilai gerakan sesuai dengan prinsip dasar gerakan palang
merah.
tersebut ada tingkatan Mula, Madya dan Wira. Dari wawancara dengan Basri, yang
beliau mengatakan,
40
Wawancara, Basri, Pidie, 10 April 2016
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pembinaan berjenjang ini bertujuan untuk mendidik sumberdaya manusia agar dapat
merealisasikan prinsip dasar gerakan palang merah dan dapat menjalankan Tri Bakti
dengan tingkatan dasar yakni Mula melainkan langsung ke tingkat Madya. Ada
alasan dimana pada waktu itu anak-anak yang menjadi anggota PMR berasal dari
sekolah SPK setara dengan tingkatan SMA (Sekolah Menengah Akhir). Kenapa
dipilih SPK, dikarenakan anak-anak ini sudah memiliki dasar dari ilmu-ilmu
kesehatan dan juga teknik-teknik dasar dalam hal medis dan kesehatan. Jadi, anak-
anak SPK inilah yang merupakan PMR pertama yang dibentuk PMI Cabang Pidie
41
Berbakti Kepada Masyarakat, Mempertinggi Keterampilan Serta Menjaga Kebersihan dan
Kesehatan, Mempererat persahabatan Nasional dan Internasional.
www.pmi.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html, 08 September 2013, diakses
pada tanggal 22 April 2016, 03:05.
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4
Anak-anak SPK yang merupakan PMR berkumpul di balai pertemuan
menghadiri pelantikan pengurus PMI Pidie.
kegiatan ekstra kurikurer sekolah, yang merupakan hasil kerjasama dari PMI Cabang
Pidie dan juga Sekolah yang menjadi mitra PMI setempat. Bukan hanya di Kabupaten
Pidie, bahkan juga di daerah lain PMI juga menjadikan kegiatan PMR sebagai ekstra
organisasi PMR ini berupa pelatihan Gerakan Kepalangmerahan yang mana materi
42
Ibid.
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lambang, penyebarluasan Perinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah
internasional.
PMR itu dicoba untuk dilatih bagaimana cara bekerja sama dan menjalin komunikasi,
bersahabat dan dapat menjadi contoh prilaku berhidup sehat. Pada hakekatnya dalam
menjadi seorang sukarelawan nantinya hal yang paling penting yang harus dilakukan
adalah bagaimana seseorang dapat belajar bekerja sama dalam sebuah tim.
Bukan hanya dua kegiatan itu saja yang menjadi pembelajaran dalam PMR,
materi lain yang merupakan rangkaian kegiatan PMR adalah Pertolongan pertama.
Anggota PMR yang merupakan anak-anak SPK ini sudah memiliki landasan tentang
bagaimana pertolongan pertama yang harus dapat dilakukan dalam keadaan darurat
seperti P3K dan juga pelatihan membidai, memberikan napas buatan yang merupakan
pertolongan dasar.43
penyakit menular serta bahayanya HIV/AIDS pada ruang lingkup remaja. Pelatihan
siap siaga bencana merupakan program yang wajib diberikan kepada PMR, yang
mana diharapkan nanti dapat digunakan di masyarakat dan bisa membantu ketika ada
43
Kegiatan Pertolongan Pertama, merupakan sebuah tindakan dalam ilmu kesehatan yang
tujuannya sebagai pertolongan pertama dalam keadaan darurat. Yang di antaranya pemberian napas
buatan, pembidaian apabila terjadi patah tulang, dan tindakan-tindakan dasar apabila terjadi
kecelakaan.
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
suatu bencana yang terjadi sebagai tenaga bantuan dari PMI. Dalam materi
berguna untuk pribadi dan juga masyarakat. Selain itu kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam pelatihan di dalam PMR nantinya dipertandingkan kepada PMR lain
baik di tingkat Provinsi maupun Nasional, yang mana sesuai dengan Tri Bakti PMR
dalam poin ketiga yang berbunyi menjalin persahabatan nasional dan internasional.
persahabatan dan juga dapat menambah wawasan mereka dalam dunia Organisasi dan
Palang Merah Remaja. Hal ini yang disampaikan Sanusi terkait PMR
masa DOM tahun 1998 karena intensitas konflik sudah meredam dan perjanjian
gencatan senjata juga sudah di setujui kedua belah pihak. Seperti penuturan Saifudin
44
Log.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“ PMR ini berkembang bukan hanya dalam ruang lingkup Anak-anak
SPK saja banyak juga nantinya yang juga bergabung menjadi mitra PMI
disekolah seperti SMA N 2 Kota Sigli, MAN Darul Ulum dan SMA N 5
Pante Raja pada akhir akhir priode 1998.”45
Korps Sukarela adalah bagian dari unit yang ada di dalam struktur ke
Organisasian PMI baik di tingkat daerah maupun pusat KSR merupakan wadah
pengabdian bagi anggota biasa PMI yang tergabung dari berbagai kalangan yang
bersedia mengabdikan diri untuk menjadi anggota KSR serta memenuhi syarat untuk
mendaftarkan diri dan juga langsung dapat bergabung begitu saja. Melainkan ada
prosedur-prosedur yang juga harus menjadi aturan untuk dapat di patuhi, yakni
“pelatihan tingkat dasar”, seperti yang dapat di lihat dari gambar di bawah. Dalam
dunia PMI, atas nama relawan memang tidak memiliki gaji. Semua dilakukan atas
dasar suka rela, bahkan malah mengeluarkan dana buka menerima pemasukan.
45
Op.cit Wawancara, Saifudin Abdur, 21 April, 2016.
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5
Pelatihan dasar anggota KSR di halaman terbuka yang dipimpin oleh ketua
PMI Cabang Pidie bapak Sanusi dan dibantu oleh rekan dari PMI Provinsi. Di
halaman belakang kantor PMI Cabang Pidie.
mengatakan,
“ untuk bisa masuk KSR itu harus mengikuti pelatihan dasar selama 120
jam, karna tidak mudah untuk bisa mendapatkan selayar sebagai tanda
simbolis menjadi anggota, saya juga dulu merasakan hal yang sama
ketika masuk jadi relawan KSR di PMI ini. Di samping itu juga ada
pelatihan-pelatihan spesialisasi yang juga bertujuan untuk dirangkap
menjadi seorang SADGANA (Satuan Siaga Bencana) ”46
Dalam prosedur perjalanannya adapun tugas dari seorang Korps Sukarelawan
meliputi seperti donor darah sukarela, pertolongan pertama dan evakuasi pada
46
Wawancara, Bagus, anggota KSR PMI Cabang Pidie dari tahun 1999 sampai dengan
sekarang, tanggal 10 April, 2016.
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kecelakaan bencana dan konflik, dapur umum, penampungan darurat, pelayanan pada
membina PMR.47
Di Pidie sendiri pembentukan KSR oleh PMI Cabang Pidie merupakan hal
yang paling sangat dibutuhkan sebagai tenaga sukarelawan. Hal ini karena situasi dan
keadaan wilayah yang berada dalam masa konflik, fungsi KSR sangat dibutuhkan
Pembentukan KSR oleh PMI Cabang Pidie secara resmi berdiri sekitar
seminggu setelah dilantiknya pengurus-pengurus PMI Cabang Pidie. Ini bisa terlihat
dari antusias masyarakat yang mengikuti pelatihan dasar dalam untuk menjadi
anggota KSR, baik dari masyarakat sipil anggota kepolisian dan juga staf-staf
47
www.pmi.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/korps-sukarela-ksr.html, 08 September 2013,
diakses pada tanggal 22 April 2016, 03:15.
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 6
Antusias para peserta pelatihan KSR yang dilatih oleh rekan-rekan PMI Provinsi
mengatakan,
” Setelah dibentuknya KSR itu ada sekitar 30an anggotanya, waktu itu
banyak orang-orang pemerintahan yang ikut pelatihan tersebut. Selain
itu jugak ada polisi, dikarna kan PMI juga kerjasama dengan Polisi. Dan
yang melatih calon-calon KSR ini dari PMI Pusat ( Banda Aceh ) kami
hanya menyediakan fasilitas saja.”48
Dari anggota yang telah dididik inilah nantinya yang akan bergerak ketika terjadinya
konflik dan juga apabila ada bencana-bencana alam yang melandah kawasan Pidie.
48
Log.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KSR PMI Cabang Pidie memiliki peranan yang sangat penting dalam masalah
terjadi konflik baik untuk mengevakuasi masyarakat maupun penanganan lain seperti
Unit ini sendiri juga memiliki pemimpin yang bertanggung jawab atas hasil
dari kinerja anggota-anggota KSR nya, adalah Tengku Djalil, beliau adalah relawan
yang juga mengepalai unit KSR di Kabupaten Pidie, bersama para anggota KSR
Dengan dibekali ilmu-ilmu yang didapatkan dalam pelatihan dasar KSR ini, nantinya
tugas-tugas yang berkaitan dengan konflik ini menjadi tanggung jawab dari unit KSR
Kesatuan ini juga merupakan dari unit yang ada di dalam PMI baik di Pusat
maupun di daerah-daerah. Unit ini sendiri merupakan beberapa bagian dari hasil
seleksi dari anggota KSR untuk dididik khusus menjadi SADGANA. Selain itu
anggota-anggota biasa lain yang juga bergabung dalam PMI dapat ikut bergabung dan
mengikuti seleksi dalam unit ini. Dalam unit ini ada pun yang menjadi tugas
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pokoknya adalah terfokus kepada permasalahan bencana. Dibentuknya unit ini sendiri
merupakan hasil pilihan dari anggota KSR dan juga sipil dengan memiliki tingkat
kemampuan yang khusus dalam bidang penanganan bencana, dan juga SADGANA
sendiri pun juga menjalani yang namanya pelatihan baik materi maupun praktek.
Gambar 7
Para peserta pelatihan SADGANA berfoto di dalam ruangan untuk
mengikuti pelatihan materi.
Adapun tugas dan juga tanggung jawab sebagai seorang SADGANA adalah,
melaksanakan pelayanan tanggap darurat bencana, dengan bekerja sama dengan unit-
unit lain yang ada di PMI. SADGANA dapat dengan mudah melaksanakan tugas
Cabang Pidie juga turut berperan besar dalam misi kemanusiaan yang terjadi di
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kabupaten ini semasa DOM berlangsung. Sebagaimana diketahui bahwasanya PMI
misi kemanusiaan ini bersama ICRC dan KSR adalah mengalokasikan sembako,
wilayah terpencil yang berada di pedalaman Kabupaten pidie. Seperti yang terlihat di
Sembako- sembako ini di datangkan langsung dari PMI Provinsi dan ada juga
bantuan dari ICRC. Sembako- sembako ini masuk tidak mendapatkan hadangan
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 8
Salah seorang anggota SADGANA sedang mengecek kelengkapan dari
sembako-sembako yang ingin diberikan kepada masyarakat setempat.
dibangun PMI Cabang Pidie, dan juga memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
baik, karena yang mendapatkan porsi yang besar pada waktu itu adalah KSR
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dikarenakan itulah yang merupakan tugas pokok mereka. SADGANA sendiri yang
merupakan bergerak dalam bidang bencana baru mendapatkan banyak porsi kerja
pada saat terjadinya Tsunami di Aceh 2006, banjir bandang dan bencana-bencana
alam lainnya.
ICRC49, adalah badan dari Palang Merah Internasional yang ikut berpartisipasi
berkantor tidak jauh dari Pidie yaitu di Lhokseumawe. Hal yang sama juga
Lhokseumawe yang tidak begitu jauh dari Pidie.50 Dengan demikian, inilah
mengapa ICRC juga ikut berpartisipasi bersama PMI Cabang Pidie karena di Pidie
memang merupakan wilayah yang pekat dengan keadaan konflik, di mana kontak
senjata atau konflik yang terjadi dibandingkan wilayah lain inilah yang paling besar.
Adapun keterlibatan ICRC dalam upaya perdamaian konflik di Pidie yaitu ikut
bergabung bersama PMI Cabang Pidie masuk dalam tim relawan yang dibentuk PMI
49
International Comitte of The Red Cross ( ICRC ) merupakan badan internasional yang
merupakan gabungan dari seluruh palang merah nasional yang bergerak dalam penyelamatan korban
konflik di lapangan. Haji Umar Muin, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
dan Perhimpunan Palang Merah Indonesia, Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama, 2008, hlm 15.
50
Op.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cabang Pidie. Bantuan seperti obat-obatan, sembako, pencarian korban dan juga
kunjungan tahanan perang dilakukan ICRC bersama tim gabungan PMI Cabang
“ pernah waktu itu kalau tidak salah akhir 95 pernah saya beserta
temen-temen ICRC dan relawan lain mengunjungi tahanan, tapi bukan
tahanan GAM, tapi di tahan dari pihak TNI, jadi kan dia tidak bisa
berhubungan dengan keluarganya, jadi dengan ada nya PMI dan ICRC
maka di bantulah untuk membuat surat kepada keluarganya, jadi waktu
itu kami yang ngantar kannya, kemudian nanti ketika udah dibalas
keluarganya kami juga yang mengantar lagi ke penjara itu”.51
Jadi sangatlah penting keberadaan ICRC ini dalam upaya membantu PMI Cabang
51
Wawancara via Telefon Selular, Tengku Djalil, Pidie, 20 April 2016.
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
1994-1998
pada saat PMI Cabang Pidie membentuk tim-tim relawan kemanusiaan saat
terjadinya konflik. Layanan kesehatan ini merupakan bagian dari program kerja rutin
PMI Cabang Pidie yang juga dilaksanakan, melihat kebutuhan akan pelayanan
kesehatan semakin meningkat masa itu, PMI Cabang Pidie memiliki sumber daya
manusia yang banyak bergerak di bidang kesehatan. Maka dari itu sudah sepantasnya
program layanan kesehatan menjadi program kerja unggulan yang dilakukan PMI
Cabang Pidie.
Akan tetapi pada saat darurat militer di Pidie, dan dibentuknya tim-tim
relawan PMI Cabang Pidie, kegiatan pelayanan kesehatan tersebut tidak lagi terpusat
dibangun PMI Cabang Pidie. Maka dari itu, selain di kantor cabang, kegiatan
pelayanan kesehatan ini tetap berjalan dan sangat penting perannya untuk masyarakat.
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Pembentukan Posko-posko Pengungsian
masyarakat, selain itu kehilangan harta benda bahkan nyawa sekalipun dirasakan oleh
merupakan hal yang sangat ditakutkan pada masa itu, pemandangan yang mencekam
Mereka yang tergabung dalam tim relawan PMI Cabang Pidie, mencoba
membantu dengan cara terbaik yang salah satunya adalah pembentukan Posko-posko
akan terjadinya kontak senjata di sekitar wilayah tersebut. Demi menghindari salah
sasaran penembakan ataupun penangkapan, masyarakat yang dibantu aparat dan PMI
Cabang Pidie memindahkan masyarakat sementara ke daerah yang lebih aman, baik
itu keluar dari desa mereka ataupun tetap di sekitar tempat mereka tinggal. Maka dari
darurat militer maka banyak dari masyarakat yang terpaksa mengungsi demi
untuk mendapatkan perlindungan yang aman. PMI yang juga bersama aparat
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“ kami diungsikan jauh dari rumah, bahkan sampai berminggu-minggu.
Jadi semuanya ditinggalkanlah dari pada nanti jadi korban, waktu
itukan PMI juga membantu membawa kami semua dengan aparat ke
posko-posko pengungsian dengan membawa apa yang ada aja dibadan
ada juga yang sempat membawa pakaiannya”52
dengan melihat keadaan yang darurat seperti ini menjadikan relawan bekerja
keras untuk mengefakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman. Selain pengakuan
oleh masyarakat yang saya wawancarain hal yang sama juga diperkuat oleh Sanusi
konflik maka selain itu tugas relawan adalah membuat dapur umum. Untuk
pemerintah daerah yang disubsidikan ke PMI untuk memberikan logistik kepada para
pengungsi. Selain itu, pelayanan kesehatan juga menjadi prioritas relawan kepada
para pengungsi konflik. Karna kessehatan menjadi tanggung jawab yang harus di
penuhi sebagai kewajiban yang mereka dapatkan, sesuai dengan isi perjanjian Jenewa
52
Wawancara Nenek/ Andong Ros Maidah, Tiro 15 Maret 2016.
53
Log.cit, Wawancara, Hasanusi H. Wahab, Pidie, tanggal 07 April 2016.
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.3 Pencarian Dan Evakuasi Korban Konflik
Tugas lain dari tim sukarelawan yang tergabung dalam oprasi Kemanusiaan
yang masuk ke PMI Cabang Pidie bahwa kehilangan anggota keluarga dan belum
kembali, kemungkinan bisa saja sudah tidak bernyawa ataupun hilang menjadi
tahanan perang.
baik itu medan yang berat, mengidentifikasi letak persisnya dimana keberadaan
korban tersebut. Lain lagi apabila ditemukan korban sudah dalam keadaan membusuk
dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sudah menjadi tugas dari tim relawan untuk
dapat menyegerakan mengevakuasi korban tersebut untuk dibawa ke rumah sakit dan
diotopsi agar dapat mengetahui jasad siapa. Dari laporan yang sudah masuk ke PMI
Selain itu PMI Cabang Pidie juga bekerjasama dengan masyarakat apabila
mendapatkan laporan terkait penemuan mayat dan juga kehilangan anggota keluarga.
PMI dan juga anggota relawan yang tergabung, di antaranya KSR, SADGANA dan
Kerjasama yang terjalin bersama masyarakat juga sangat berpengaruh besar, karena
dengan laporan yang diberikan masyarakat maka bisa dengan mudah melacak korban
baik hidup maupun tidak. Seperti yang terjadi di daerah Tiro, dimana terjadi
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pembakaran Rumah Geudong oleh aparat TNI yang menewaskan masyarakat yang
disekap dan dibakar beserta rumah tersebut. Hal ini bisa kita lihat pada gambar yang
terlampir,
Gambar 9
Bekas pembakaran Rumoh Geudong di daerah Tiro, yang dilakukan Aparat menelan
dua korban.
Selain kejadian Rumoh Gedoung, bukti lain bahwa PMI beserta tim
sukarelawan juga menyisir wilayah yang dilaporkan oleh masyarakat kepada PMI di
Desa Tiro yakni pembongkaran jasad yang sudah terkubur dalam tanah yang sudah
mengeluarkan bau busuk dan diperkirakan korban kekerasan konflik. Seperti yang
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 10
Angota Relawan yang sedang mengorek lobang tempat terciumnya bau bangkai
Umum daerah Pidie untuk seterusnya diotopsi agar mengetahui jasad siapakah
tersebut. Jadi bagi warga yang telah melaporkan kehilangan anggota keluarganya agar
dapat dihubungi apabila itu merupakan warga dari keluarga korban yang hilang
tersebut.
Hampir semua korban yang dikatakan hilang ditemukan dalam keadaan tidak
bernyawa, walaupun ada juga yang menjadi tahanan perang. Di bagian sebelumnya
disebutkan ada dari korban tersebut yang masih hidup dan menjadi tahanan perang.
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Itulah nanti yang menjadi tugas relawan PMI dan ICRC untuk mengunjungi tahanan
keluarganya, dengan mendata ciri-ciri dan identitas yang diberikan pelapor maka
relawan PMI Cabang Pidie mencari korban tersebut baik dalam keadaan hidup
maupun meninggal. Selama masa konflik DOM terjadi di Pidie, ada begitu banyak
korban baik yang hilang dan meninggal maupun yang menjadi tahanan perang.
Jatuhnya banyak korban ini banyak dipengaruhi oleh keberadaan Cuak54 atau
Keberadaan Cuak ini lah yang nantinya menjadi fitnah hingga menimbulkan korban
salah tangkap, terutama yang berada di bawah tangan aparat sendiri. Dalam kutipan
pada buku Aceh Bersimbah darah dikatakan “ di Pidie ada beberapa TPO yang cukup
dikenal sekaligus ditakuti, sebagai selain tukang pukul mereka juga diperbantukan
untuk melacak dan mengendus calon-calon korban. Tidak jarang anggota TPO
terjerat fitnah dan perlakuan semena-mena. Menurut laporan korban , selama Operasi
militer pembawaan mereka cenderung sok kuasa ( TPO ).”55 Dengan kekuasaan yang
diberikan kepada mereka makanya banyak jatuh korban dari kalangan yang belum
tentu bersalah. Mungkin cuak-cuak ini lah yang memberikan informasi dan
54
Cuak adalah warga sipil yang ditugaskn oleh Aparat sebagai mata-mata untuk melacak
keberadaan GAM begitu juga sebaliknya di kalangan GAM juga mereka menjadikan masyarakat
sebagai Cuak untuk dapat me mata-matai Aparat. Alchaidar Sayed Mudhahar Ahmad yarmen
Dinamika, Aceh Bersimbah Darah, Jakarta; Pustaka Al-kautshar, 1998, Op. Cid, hlm 104.
55
Ibid.
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengancam masyarakat agar tidak macam-macam dengan cuak agar tidak dikatakan
sebagai GAM.
Sebenarnya data mengenai korban meninggal yang ditangani PMI ada dan
tercatat dalam buku jurnal, baik itu siapa namanya, di wilayah mana ditemukan
semua dicatat dalam jurnal yang dibukukan PMI Cabang Pidie. Akan tetapi data yang
begitu akurat tersebut sudah terkena banjir bandang di tahun 2006 dan tidak dapat
“ Akibat Banjir itu data-data penting di kantor PMI Cabang Pidie tidak
dapat terselamatkan, hanya sebagian kecil yang masih dapat di
pergunakan seperti foto-foto ini. Melihat kondisi tersebut, akhirnya
pihak PMI membakar data-data yang rusak itu.”56
Beruntung penulis masih bisa menemukan saksi hidup yang juga merupakan Ketua
“ Korban yang ditangani PMI Cabang Pidie banyak, sayang sekali data
tersebut sudah tidak ada lagi. Kemungkinan korban yang masuk ke PMI
waktu itu adalah sekitar seratus, bisa lebih bisa kurang karnakan data-
data yang akurat ini sudah hilang terkena banjir, tapi seingat saya ya
sekitar ± 100”.57
Untuk data yang mungkin bisa menjadi referensi lain saya mendapatkan data
tersebut dari kutipan buku yang juga merupakan hasil kutipan dari sumber lain. Pada
Buku Aceh Bersimbah darah dikatakan bahwa adapun yang korban hilang atau
penculikan sepanjang DOM berlangsung adalah sekitar ± 89 orang58. Jika dilihat dari
56
Log.cit. Wawancara, Saifuddin Abdur, Pidie, 21 April 2016
57
Log.cit. Wawancara, HASANUSI H. WAHAB, tanggal 07 April 2016.
58
Op.cid, Al Chaidar Mudhahar Ahmad Yarmen Dinamika, hlm 266 s/d 268.
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengakuan narasumber tersebut ditambah dari bukti yang juga hampir mendekati
bukan tidak mungin ada sekitar seratus atau kurang lebihnya menjadi korban dan
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil urian di atas dapat menjawab dari rumusan masalah yang telah
dibuat. Untuk menjawabnya penulis mencoba menguraikannya poin per poin sesuai
wilayah Pidie merupakan basis dari pergerakan GAM. Karena wilayahnya yang
kabupaten lain menjadi akses keluar masuknya GAM ke wilayah lain di Aceh.
Yang menjadi latar belakang keterlibatan PMI Cabang Pidie dalam membantu
korban DOM adalah, merupakan tugas PMI yang tertetera pada konvensi Jenewa
1949, selain itu di perjelas oleh AD/ART PMI yang terdapat pada pasal 9 poin B
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan C. Selain itu, rasa empati yang dimiliki setiap manusia membuka jalan untuk
membentuk PMI Cabang Pidie maka terbuka jalan untuk menjadi relawan dalam
membantu upaya meminimalisasi korban konflik maka didirikan lah PMI pada
11 Agustus 1994.
seperti ketua, wakil ketua, bendahara dan bidang-bidang yang meliputi kepala
ambulance, kepala bidang SDM, bagian tranfusi darah dan pengadaan logistik.
PMI Cabang Pidie juga memiliki program kerja rutin selain berfokus pada
kesehatan serta membentuk unit-unit sebagai bagian dari PMI Cabang Pidie yaitu
KSR, SADGANA dan PMR. PMI Cabang Pidie juga didanai oleh APBD
maupun donatur-donatur lain yang tertuang pada pasal 32 ayat 2 yang dilangsir
detik.com. adapun unit-unit yang di bentuk PMI Cabang Pidie adalah Palang
Merah Remaja (PMR), Korps Sukarela (KSR) dan Satuan siaga bencana
(SADGANA).
Kontribusi yang dilakukan PMI Cabang Pidie terhadap konflik yang terjadi
dapur umum dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sakit. Selain itu
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PMI Cabang Pidie juga melakukan penyisiran ke wilayah-wilayah yang
dilaporkan masyarakat apabila terdapat mayat, dan juga bersama aparat PMI
Cabang Pidie mengungsikan masyarakat yang berada pada zona yang akan
6.2 Saran
cerminan, bahwa apa yang terjadi di Pidie merupakan tindakan kekerasan dan
merupakan planggaran HAM. Peningkatan kualitas relawan harus terus dilatih agar
selalu siaga dalam keadaan apapun. Penekanan terhadap perinsip dasar gerakan
palang merah dan bulan sabit merah internasional harus dimiliki dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan kenangan pahit terhadp konflik yang terjadi di
Pidie sebagai loncatan untuk kedepannya jauh lebih baik lagi. PMI Cabang Pidie
diharapkan dapat berupaya lebih baik lagi dalam merekrut tenaga-tenaga relawan
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Draf Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tanggan ( AD/ART) Palang Merah Indonesia,
Hasil Musyawarah Nasional XIX.
Kartodirdjo, Sartono, Fungsi Studi Sejarah dan Struktur Kurikulum, Fakultas Sastra
Universitas Gajah Mada, 1992.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Noto Susanto, Jakarta:
UIPres, 1985.
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kontras, Aceh Damai Dengan Keadilan?Mengungkap Kekerasan Masa Lalu, Jakarta:
Kontras, 2006.
Munandar, Haris, Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) dan Badan SAR Nasional(
BASARNAS), Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2008.
Muin, H, Umar, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan
Perhimpunan Palang Merah Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1999.
Pane, Neta, S, sejarah dan kekuatan Gerakan Aceh Merdeka Solusi,Harapan dan Impian,
Jakarta: PT Gramedia Widiarsana, 2001.
Rizki, Mutiara, Fahmi, Pergolakan Aceh Dalam Perspektif Syariat, Banda Aceh:
YayasanpeNA, 2014.
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber Internet
kbbi.web.id/lambang.
www.pmi.id/index.php/kapasitas/sukarelawan/palang-merah-remaja.html, 08 September
2013, diakses pada tanggal 22 April 2016, 03:05.
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR INFORMAN
4. Nama : Basri
Umur : 30 Tahun
Jabatan di PMI Cabang Pidie : Staf PMI Cabang Pidie di bidang Pengelolaan
Sumberdaya Manusia
Pekerjaan : Honorer BPBD Pidie
Alamat : Pante Raja, Pidie
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Alamat : Meureudu, Pidie Jaya
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA