Anda di halaman 1dari 37

ARSITEKTUR JEPANG SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN

(JIDAI NI SOKUSHITA NIHON NO KENCHIKU)

KERTAS KARYA

Dikerjakan

NATASYA AUDINA
NIM: 142203101

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ARSITEKTUR JEPANG SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN

(JIDAI NI SOKUSHITA NIHON NO KENCHIKU)

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-

Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan

OLEH:

NATASYA AUDINA
NIM: 142203101

PEMBIMBING

Dr. Hj.SitiMuharamiMalayu, M.Hum


NIP: 19610628200604201

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2017

PENGESAHAN

DiterimaOleh :

PanitiaUjian ProgramPendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu

syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Studi D-III BahasaJepang

FakultasIlmuBudaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S


NIP: 196008051987031001

PanitiaTugasAkhir :

No. Nama TandaTangan

1. ( )
2. ( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. ( )

Disetujuioleh:

Program Diploma SastradanBudaya

FakultasIlmuBudaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D III BahasaJepang

Ketua Program Studi

Dr. DiahSyafitriHandayani, M.Litt


NIP.197212281990032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan kertas karya ini, guna melengkapi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini

adalah “ARSITEKTUR JEPANG SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN”

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan

oleh berbagai pihak yang membantu, baik berupa bimbingan maupun pengarahan.

Oleh sebab itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah mengorbankan semua waktu dan tenaganya untuk

menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada.

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M,Litt selaku Ketua Program Studi

Diploma III Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Ibu Dr. Hj. Siti Muharami Malayu M.Hum selaku Dosen Pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing

dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas

karya ini.

4. Kepada seluruh Dosen dan Staff pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya dan keluarga

saya atas semua dukungan berupa moril, kasih sayang dan semangat

kepada saya untuk terus menyelesaikan kuliah ini.

6. Teman-teman seperjuangan saya Wani Permata Hati, Siti Hartina, Nindya

Arintika, Jovalia Hansen, Louishella Napitupulu, Agi Anggara Putra yang

sudah membantu saya dalam penyelesaian kertas karya ini, dan untuk

semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga kertas

karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan dan juga bermanfaat

bagi kita semua. Dan sebagai sifat manusia segala kekhilafan dan segala

kekurangannya, penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari kata

kesempurnaan oleh karena keterbatasan kemampuan penulis dalam tata bahasa

maupun isi pembahasan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi peningkatan

mutu penulisan dan kesempurnaan kertas karya ini.

Medan, Agustus 2017

Penulis,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Natasya Audina

Nim : 142203101

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul..........................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3

1.3 Batasan Masalah.....................................................................................3

1.4 Metode Penulisan...................................................................................3

BAB II GAYA ARSITEKTUR DI JEPANG

2.1 Arsitektur di Jepang...............................................................................4

2.2 Gaya Arsitektur Tradisional...................................................................6

2.3 Gaya Arsitektur Masa Prasejarah di Jepang...........................................7

2.4 Gaya Arsitektur Pasca Perang................................................................9

BAB III ARSITEKTUR JEPANGSESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN

3.1 Arsitektur Periode Asuka dan Nara ( 552 – 793 M )...........................11

3.2 Arsitektur Periode Heian ( 794 1185 M ).............................................12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Arsitektur Periode Edo ( 1574 – 1868 M )...........................................14

3.4 Arsitektur Periode Showa Akhir ( 1927 – 1988 M )............................15

3.5 Arsitektur Periode Heisei Awal ( 1989 – sekarang )............................20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan..........................................................................................23

4.2 Saran.....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Arsitektur Jepang awal terlihat pada zaman prasejarah di rumah sederhana dan

toko-toko yang disesuaikan dengan populasi pemburu pengumpul. Pengaruh dari

Dinasti Han China melalui Korea melihat pengenalan toko gandum lebih

kompleks dan ruang pemakaman seremonial. Arsitektur Jepang secara tradisional

ditandai oleh struktur kayu, bentuk bangunan panggung, dengan atap genteng

tanah atau jerami. Ciri khas pintu Jepang dengan sistem geser/slading (fusuma)

yang memungkinkan konfigurasi internal ruang untuk disesuaikan dengan

kesempatan yang berbeda. Orang-orang biasanya duduk diatas bantal atau di

lantai, dan kebiasaan ini dilakukan hingga sekarang. Sejak abad ke-19, Arsitektur

Jepang telah memasukkan unsur-unsur arsitektur gaya barat, modern, dan post-

modern kedalam desain dan konstruksinya, dan saat ini merupakan acuan dalam

desain arsitektur mutakhir dan teknologi. Sebagai contoh Jepang yang merupakan

salah satu negara maju di kawasan Asia bahkan dunia, kemajuan teknologi

mereka tak bisa dipungkiri lagi. Kemajuan tersebut tidak serta merta hanya

mereka kuasai tapi, telah coba untuk dijadikan sebagai salah satu strategi guna

mencapai kepentingan nasionalnya. Keberhasilan teknologi Jepang, tidak terlepas

dari kebuayaan yang mereka terus pegang, tanpa kehilangan jati diri sebagai

bangsa Jepang. Tak kalah pentingnya adalah Jepang berhasil mengkolaborasi

antara kemajuan teknologi dan budaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gagasan khusus keindahan ruang sejati adalah di ruang kosong di dalam atap dan dinding

berasal dari Laozi, seorang filsuf dan pendiri Taoisme, yang diadakan untuk “aesthetic ideal

of emptiness”, percaya bahwa suasana hati harus ditangkap dalam imajinasi, dan tidak begitu

banyak ditentukan oleh apa yang hadir secara fisik. Desain Jepang didasarkan kuat pada

keahlian, kecantikan, elaborasi, dan kelezatan. Desain interior sangat sederhana tapi dibuat

dengan perhatian terhadap detail dan kerumitan. Rasa kerumitan dan kesederhanaan dalam

desain Jepang masih dihargai di Jepang yang modern seperti Jepang tradisional. Interior

sangat sederhana, menyoroti minimal dekorasi dan alami. Interior tradisional Jepang dan

modern, menggabungkan terutama bahan alam termasuk kayu halus, bambu, sutra, tikar

jerami padi, dan layar kertas Shoji. Bahan-bahan alami yang digunakan untuk menjaga

kesederhanaan dalam ruang yang menghubungkan dengan alam. Skema warna alami yang

digunakan dan palet netral termasuk hitam, putih, off-white, abu-abu, dan coklat. Arsitek

yang sangat individualis akhir tahun delapan puluhan termasuk bangunan monumental Shin

Takamatsu dan “cosmic” karya Masaharu Takasaki Takasaki, yang bekerja dengan arsitek

Austria Gunther Domenig pada tahun 1970. Saham arsitektur organik Domenig itu Nol

Kosmologi House of 1991 di Prefektur Kagoshima dibangun dari beton memiliki

kontemplatif berbentuk telur “space zero” di pusatnya.

Selain alasan yang saya kemukakan diatas, alasan lain saya tertarik mengambil judul

Perkambangan Arsitektur di Jepang , adalah menurut sepengetahuan saya, judul tersebut

belum pernah di angkat menjadi tugas akhir diploma III Program studi Bahasa Jepang

Universitas Sumatera Utara

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Kertas Karya ini adalah:

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Diploma III Program

studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara

2. Memperkenalkan Perkembangan Arsitektur di Jepang.

3. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai Perkembangan Arsitektur di

Jepang.

1.3 Pembatasan Masalah

Disini penulis akan memfokuskan pembahasan pada Kertas Karya ini tentang

Perkembangan Arsitektur di Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan

memaparkan Arsitektur Jepang Sesuai Perkembangan Zaman yaitu mengenai gaya

Arsitektur Tradisional di Jepang,Prasejarah di Jepang, dan Arsitektur Pasca Perang,

Arsitektur Periode Asuka dan Nara, Periode Heian, Periode Edo, Periode Showa Akhir dan

Periode Heisei Awal.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam menyusun kertas karya ini adalah menggunakan metode

kepustakaan (library research), yaitu metode dengan mengumpulkan data-data informasi

dengan cara menggunakan buku-buku serta mendeskripsikan atau memaparkan hal-hal yang

ada berhubungan denganArsitektur Jepang Sesuai Perkembangan Zaman yaitu yang

berkaitan dengan objek permasalahan yang dibahas dalam kertas karya ini. Selain dari buku

referensi, data juga diambil dari website.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

GAYA ARSITEKTUR DI JEPANG

2.1 Arsitektur di Jepang

Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau mulai

dariHokkaido di utara hingga Okinawa di Selatan. Ada empat pulau besar yang

memiliki populasicukup tinggi yaitu Honshu, Hokkaido, Kyushu, dan Shikoku Jepang

beriklim sejuk, cuaca

dingin b e r a s a l d a r i u t a r a d a n p a n a s b e r a s a l d a r i S e l a t a n . H a m p i r s e l u r u h

w i l a y a h m e m i l i k i e m p a t musim; dingin, gugur, semi dan panas, terutama di

wilayah utara. Area pegunungan meliputihampir 75% dari seluruh luas

wilayahnya dan termasuk negara yang memiliki gunung berapiyang banyak

di dunia sehingga gempa sering terjadi dan terdapat banyak titik sumber

air panas hotspring. Perkembangan budaya, ekonomi, dan politik mengalami proses yang

panjang sejak dari masa prasejarah hingga sekarang ini. Berbagai tipe dan fungsi

bangunan yang berkembang mulai masa prasejarah, medival Nara hingga

periode Edo dalam arsitektur Jepang, antara lain rumah primitif, bangunan

religius : Kuil (Shinto dan Buddha), istana dan puri, rumah toko (machiya),

rumah tinggal prajurit (rumah para samurai), vila atau pavilium bangsawan,

gedung teater kabuki, rumah tinggal petani (minka), sekolah dan rumah

tempat minum teh. Kesemuanya memiliki karakteristik desain tersendiri

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


struktur umum arsitektur Jepang pada umumnya hampir selalu sama dengan

atap besar dan melengkung, dinding dengan rangka kayu yang dilapisi dengan kertas

tipis. Untuk desain interiornya, dinding-dindingnya bersifat fleksibel, yang dapat digeser

sesuai dengan keperluan. Atap adalah komponen yang paling mengesankan secara visual,

ukurannya hampir setengah ukuran seluruh bangunan. Atap sedikit melengkung

memperpanjang jauh melampaui dinding, meliputi beranda, dan berat bangunan harus

didukung oleh sistem braket kompleks yang disebut Tokyo, seperti pada bangunan candi dan

kuil. Solusi sederhana diadopsi dalam struktur domestik. Atap besar dengan lengkungan yang

halus memberikan karakteristik yang khas pada bangunan Jepang, yang memberikan

kontribusi ke atmosfer bangunan. Interior bangunan biasanya terdiri dari satu kamar di pusat

disebut moya. Ukuran ruangan dapat dimodifikasi melalui penggunaan layar atau dinding

kertas yang dapat digeser. Penggunaan kertas pada dinding-dinding ini dirumah Jepang

terkesan ringan. Bahan dasar arsitektur Jepang merupakan bahan dasar kayu. Jepang diberkati

dengan sumber alam hutan yang berlimpah-ruah, dan kayulah paling cocok untuk iklim

Jepang yang panas dan lembab. Batu tidak cocok bagi pembangunan di Jepang, di satu sisi

karena alasan persediaan dan di lain pihak karena alasan ekonomi, sehingga hanya digunakan

untuk membangun dinding curam pada puri-puri. Ciri yang menonjol dalam arsitektur Jepang

ialah koeksistensi semua gaya, mulai dari gaya tradisional yang diwarisi dari generasi ke

generasi, sampai ke struktur-struktur modern yang menggunakan teknik rekayasa yang paling

piawai.

https://www.scribd.com/doc/41033342/arsitektur-jepang

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 Gaya Arsitektur Tradisional di Jepang

Arsitektur tempat suci: Salah satu arsitektur yang tertua yang masih ada di Jepang

masa kini adalah arsitektur tempat suci. Tempat suci (kuil) Ise Jingu di Ise di Prefektur Mie,

yang tidak diketahui alasannya, adalah monumen arsitektur yang teristimewa pentingnya, dan

tiap 20 tahun dibangun kembali dengan menggunakan teknik bangunan aslinya.

Pembangunan ulang yang berikut dijadwalkan untuk tahun 1993. Konstruksinya yang

sederhana dari kayu sipres Jepang yang tidak dicat mencerminkan penampilan dan jiwa

arsitektur Jepang kuno yang dirancang sedemikian rupa sehingga berpadu dan serasi dengan

lingkungan sekelilingnya. Shinden-zukuri gaya arsitektur gedung-gedung dan rumah-rumah

kaum ningrat, mewakili arsitektur perumahan zaman Heian. Atapnya yang ditutupi dengan

kulit kayu sipres Jepang, didudukkan di atas tiang dan kasau di dalam terdapat lantai kayu,

tanpa pemisah kamar yang permanen dan dengan menggunakan sekat tunggal dan sekat lipat,

tatami dan bahan ringan lain, ruang keluarga dapat dibagi secara bebas. Kyoto Gosho (Istana

Kaisar) yang menjadi tempat kediaman beberapa generasi Kaisar, masih memperlihatkan

pengaturan itu dengan baik. Beberapa ciri-ciri pemandangan luar, seperti bahan

bangunannya, atapnya yang curam, pinggiran atap yang lebar, sampai kini masih terlihat pada

rumah-rumah Jepang. Beberapa contoh bangunan gaya Arsitektur Tradisional seperti : Kuil

Besar Ise di Prefektur Mie, tempat pemujaan, kuil pelindung Keluarga Kaisar. Hoo-do

(Ruang Phonix) Kuil Byodin di Kyoto, dibangun tahun 1052. Rumah Teh Shokintei di Istana

Terpisah Katsura di Kyoto, yang dibangun pada abad ketujuhbelas. Puri Himeji, semula

dibangun pada abad ketujuhbelas. Stasiun kereta api Tokyo, dibuka pada tahun 1914, dan

sekarang dikagumi arsitekturnya yang berbatubata merah. Stadion Nasional Yoyogi yang

dibangun untuk Olimpiade Tokyo tahun 1964. Pencakar langit Shinjuku, lambang

pertumbuhan ekonomi Jepang.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Gaya Arsitektur Masa Prasejarah di Jepang

Arsitektur Jepang awal terlihat pada zaman prasejarah di rumah sederhana dan toko-

toko yang disesuaikan dengan populasi pemburu-pengumpul. Pengaruh dari Dinasti Han

China melalui Korea melihat pengenalan toko gandum lebih kompleks dan ruang pemakaman

seremonial. Periode masa prasejarah (ternasuk Jomon, Yayoi dan periode Kofun) sekitar

5000 SM sampai awal abad ke delapan. Selama tiga fase periode Jomon terutama pemburu-

pengumpul dengan beberapa keterampilan pertanian primitif dan perilaku mereka terutama

ditentukan oleh perubahan kondisi iklim dan stimulan alami lainnya. Tempat tinggal awal

yang terdiri dari rumah-rumah pit dengan menggali lubang dangkal dengan lantai tanah

dipadatkan dan atap dari rumput dirancang untuk mengumpulkan air hujan dengan bantuan

stoples. Kemudian dalam periode ini, iklim yang lebih dingin dengan curah hujan yang lebih

besar menyebabkan penurunan populasi, yang memberikan konstribusi untuk kepentingan

ritual.

Konsentris lingkaran batu pertama kali muncul selama ini. Selama periode Yayoi

masyarakat Jepang mulai berinteraksi dengan Dinasti Han China, pengetahuan dan

keterampilan teknis tentang bangunan mulai mempengaruhi mereka. Orang Jepang mulai

membangun gudang dengan bentuk panggung sebagai lumbung yang dibangun menggunakan

alat seperti gergaji dan pahat yang mulai muncul saat itu. Sebuah rekonstruksi di Toro,

Shizuoka adalah kotak kayu yang terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-sudut dalam

gaya log kabin dan didukung pada delapan pilar. Atap jerami tetapi tidak seperti atap

biasanya berpinggul dari tempat tinggal pit, itu adalah bentuk V atap pelana sederhana.

Periode Kofun ditandai munculnya banyak gundukan bilik pemakaman atau tumuli (Kofun

harfiah berarti “gundukan lama”). Gundukan di Semenanjung Korea diperkirakan telah

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipengaruhi oleh Jepang. Pada awal periode makam, yang dikenal sebagai “lubang kunci

Kofun” atau zenpo-zenpo Kofun, sering memanfaatkan topografi yang ada, membentuk dan

menambahkan parit untuk membentuk lubang kunci bentuk yang khas, yaitu bahwa lingkaran

saling berhubungan dengan segitiga. Akses adalah melalui poros vertikal yang ditutup setelah

pemakaman selesai. Ada ruang di dalam ruang untuk peti mati dan barang kuburan.

Gundukan sering dihiasi dengan batu nisan yang disebut Haniwa. Kemudian dalam periode

gundukan mulai berada di tanah datar dan skala mereka sangat meningkat. Di antara banyak

contoh di Nara dan Osaka, yang paling penting adalah Daisen-Kofun, ditunjuk sebagai

makam Kaisar Nintoku. Makam mencakup 32 hektar (79 hektar) dan diperkirakan telah

dihiasi dengan 20.000 angka Haniwa. Menjelang akhir periode Kofun, makam penguburan

berangsur-angsur menghilang dan upacara kremasi Budha mebdapatkan popularitas.

Pengaruh Zen pada zaman Kamakura, kaum samurai tampil menggantikan kaum

ningrat sebagai golongan andalan dalam masyarakat. Kedatangan Budhisme Zen dari cina

pada zaman ini menyebabkan timbulnya arsitektur gaya Tang pada kuil-kuil dan biara-biara

Kyoto dan Kamakura, dan akhirnya berkembang menjadi arsitektur kuil bertingkat seperti

Kinkakuji (Kuil Emas) dan Ginkakuji (Kuil Perak) di Kyoto. Taman lanskap kering yang

menggunakan pasir, batu dan tanaman semak untuk melambangkan gnung dan ait, menjadi

populer. Namun membawa berkembangnya suatu budaya seni yang unik dan khas Jepang.

Teh yang dibawa dari Cina ke Jepang, menjadi populer di kalangan golongan teratas di

zaman Muromachi (1338-1573). Suasana rumah teh yang khusus dibangun untuk upacara

minum teh, lama-kelamaan mempengaruhi arsitektur perumahan. Maka berkembanglah gaya

arsitektur yang disebut sukiya-zukuri atau gaya rumah upacara minum teh. Katsura Rikyu di

Kyoto, dahulu villa kekaisaran, adalah contoh baik dari gaya ini. Dibangun pada awal periode

Edo (1603-1868), struktur bangunannya termahsyur karena kekaisarannya yang luar biasa

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan kesederhanaannya yang langka. Taman dianggap salah satu contoh tercantik dari seni

lanskap Jepang.

2.4 Arsitektur Pasca Perang

Perkembangan arsitektur pasca perang sambil mengatasi pukulan berat akibat Perang

Dunia II, Jepang memasuki suatu periode pertumbuhan ekonomi pesat di mana rekayasa

arsitektur yang menggunakan baja dan beton mencapai salah satu tingkat tertinggi di dunia.

Beberapa bangunan yang dirancang telah memberikan sumbangan besar kepada arsitektur

Internasional. Stadion Nasional Yoyogi, yang dibangun untuk Olimpiade Tokyo pada tahun

1964, dan jenis-jenis arsitektur beraneka ragam yang terlihat pada Pameran Dunia di Osaka

tahun 1970, memberi contoh hasil pertumbuhan ekonomi Jepang pascaperang yang dapat

dibanggakan. Beberapa proyek perumahan besar-besaran, seperti Kota Baru Senri di Osaka,

telah bermunculan untuk memenuhi permintaan perumahan akibat peningkatan jumlah

penduduk, dan di kota-kota besar di mana tanah mulai langka, rekayasa arsitektur supertinggi

mengalami kemajuan besar guna memenuhi kebutuhan uang kantor yang sangat meningkat.

Sebuah blok pencakar langit di Shinjuku di Tokyo pusat bagian barat, yang disebut sub-pusat

ibukota, berdiri sebagai lambang status ekonomi Jepang.

https://milanurmala10.wordpress.com/2015/10/08/sejarah-perkembangan-arsitektur-jepang/

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

ARSITEKTUR JEPANG SESUAI PERKEMBANGAN ZAMAN

3.1 Periode Arsitektur Asuka dan Nara (552–793M)

Penyumbang paling signifikan untuk perubahan arsitektur selama periode Asuka

adalah pengenalan Buddhisme. Candi menjadi pusat ibadah dengan praktek penguburan

makam perlahan menjadi dilarang. Buddhisme dibawa ke Jepang dan mereka bersembahyang

di bangunan kuil yang permanen dan memberikan kepada arsitektur Shinto. Beberapa

bangunan pertama yang didirikan masih ada di Jepang sampai saat ini adalah kuil Budhha.

Bangunan kayu tertua di dunia ditemukan di Horyu-ji, ke barat daya dari Nara. Pertama

dibangun pada awal abad ke-7 sebagai candi pribadi Putra Mahkota Shotoku, terdiri dari 41

bangunan terpisah, yang paling penting ruang ibadah utama atau Kon-Do (Golden Hall), dan

pagoda lima lantai berdiri di tengah area terbuka yang dikelilingi oleh biara beratap (Kairo).

Kon-Do, dalam gaya ruang ibadah Cina, adalah struktur bertingkat dua konstruksi pasca dan

beam, dibatasi oleh irimoya atau berpinggul runcing, atap genteng tanah. Pagoda at Yakushi-

ji, Nara, Nara pada abad ke-8, Kon-Do dan pagoda di Horyu-ji, Ikaruga, Nara dibangun pada

abad ke-7, Hokkedo di Todai-ji, Nara didirikan pada tahun 743 Kuil Emas di Toshodai-ji,

Nara awalnya dibangun pada abad ke-8. Heijo-kyo, Nara modern didirikan pada tahun 708

sebagai ibukota tetap pertama negara Jepang. Tata letak jalan dan bangunan dimodelkan

setelah ibukota Cina Chang’an. Kota ini segera menajadi pusat penting ibadah Budhha di

Jepang. Yang paling megah dari candi ini adalah Todaiji, dibangun untuk kuil saingan dari

T’ang Cina dan Sui Dinasti. Tepat 16,2m (53 ft) Budhha atau Daibutsu (selesai pada 752)

diabadikan di aula utama adalah Budhha Rushana, sosok yang mewakili esensi dari Budhha,

seperti Todai-ji mewakili pusat agama Budhha imperially disponsori dan penyebaran di

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seluruh Jepang. Hanya beberapa fragmen patung asli yang bertahan, dan balai pusat Budhha

sekarang adalah rekonstruksi dan periode Edo. Berkerumunan di sekitar ruang utama

(Daibutsuden) di atas bukit landai sejumlah ruang sekunder. Hokke-DO (Saddharma

Pundarika Sutra Hall), yang Kofuku dan gudang yang disebut Shoso-in. Struktur terakhir

adalah sangat penting sebagai cache seni-sejarah, karena di dalamnya disimpan peralatan

yang digunakan dalam upacara peresmian candi tahun 752, serta dokumen-dokumen

pemerintah dan benda sekuler banyak dimiliki oleh keluarga Kekaisaran.

3.2 Periode Heian (794–1185 M)

Meskipun jaringan kuil Buddha di seluruh negeri sebagai katalis untuk eksplorasi

arsitektur dan budaya, hal ini juga menyebabkan ulama memperoleh peningkatan kekuasaan

dan pengaruh. Kaisar Kammu memutuskan untuk luput dari pengaruh ini dengan

memindahkan ibukotanya pertama yang Nagaoka-kyo dan kemudian ke Heian-kyo, yang

dikenal hari ini sebagai Kyoto. Meskipun tata letak kota itu mirip dengan Nara dan

terinspirasi oleh preseden Cina,istana, kuil dan tempat tinggal mulai menunjukkan contoh

desain lokal Jepang.Bahan seperti batu, semen dan tanah liat yang ditinggalkan sebagai

elemen bangunan, dinding/lantai kayu sederhana dan partisi lazim digunakan. Bahan kayu

yang digunakan umumnya pohon aras (sugi) digunakan untuk gudang gandung, sedangkan

pinus (matsu) dan larch (alias matsu) yang umum untuk keperluan struktural.Atapgenteng

tanah dan jenis cemara disebut hinoki digunakan untuk atap.Meningkatnya ukuran bangunan

di ibukota menyebabkan arsitektur bergantung pada kolom yang teratur dengan jarak yang

sesuai dengan ken (tradisional ukuran dan proporsi). Imperial Palace Shishinden

menunjukkan gaya itu adalah pendahulu untuk kemudian aristokrat-gaya bangunan yang

dikenal sebagai shinden-zukuri. Gaya ini ditandai dengan bangunan simetris ditempatkan

sebagai lengan yang mendefinisikan sebuah taman. Taman ini kemudian digunakan untuk

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melihat pemandangan yang tampaknya menyatu dengan lanskap yang lebih luas. Contoh dari

arsitektur shinden-zukuri adalah ho-o-DO (Phoenix Hall, selesai 1053) dari Byodo-in,

sebuah kuil di Uji ke tenggara Kyoto. Ini terdiri dari sebuah struktur persegi panjang utama

diapit oleh dua koridor sayap berbentuk L dan koridor belakang, ditetapkan pada tepi kolam

buatan yang besar. Di dalam, gambar emas tunggal Amida (sekitar 1053 ) diletakkan pada

tempat yang tinggi. Raigo ( Descent Sang Buddha Amida ) lukisan di pintu kayu dari Ho-o-

DO sering dianggap sebagai contoh awal dari Yamato-e, lukisan gaya Jepang, karena

mengandung representasi pemandangan sekitar Kyoto.Phoenix Hall at Byodo-in, Uji, Kyoto

dibangun pada 1053, Pagoda Ichijō-ji, Kasai, Hyogodibangun tahun 1171, Nageire-DO

Sanbutsu-ji. Kepala Kukai (paling dikenal oleh anumerta judul Kobo Daishi, 774-835)

berangkat ke Cina untuk mempelajari Shingon, bentuk Buddhisme Vajrayana, yang

diperkenalkan ke Jepang pada 806. Pada inti dari ibadah Shingon adalah berbagai mandala,

diagram dari alam semesta spiritual yang mempengaruhi desain candi. Kuil-kuil didirikan

untuk sekte baru dibangun di pegunungan, jauh dari pemukiman penduduk. Topografi tidak

teratur dari lingkungan ini memaksa desainer mereka untuk memikirkan kembali masalah

bangunan candi, dan dengan demikian memilih unsur desain asli. Pada saat ini gaya arsitektur

kuil Buddha mulai mempengaruhi bahwa kuil Shinto. Misalnya, seperti rekan-rekan mereka

Buddha kuil Shinto mulai melukis kayu biasanya belum selesai dengan karakteristik warna

merah cinnabar. Selama bagian akhir dari Periode Heian ada yang didokumentasikan

penampilan pertama dari rumah vernakular di Minka gaya/bentuk. Ini ditandai dengan

penggunaan bahan-bahan lokal dan tenaga kerja, yang terutama terbuat dari kayu, setelah

dikemas lantai tanah dan atap jerami gaya Khas Minka Gassho-zukuri pertanian

3.3 Periode Edo (1574 – 1868 M)

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keshogunan Tokugawa mengambil kota Edo (kemudian menjadi bagian dari Tokyo

modern) sebagai modal mereka. Kota tumbuh di sekitar bangunan benteng yang dihubungkan

oleh jaringan jalan dan kanal. Karena pertambahan jumlah anggota keluarga, kemudian

mereka membangunan rumah bertingkat.Meskipun machiya (townhouse) sudah ada sejak

periode Heian mereka mulai disempurnakan selama periode Edo. Machiya biasanya

ditempati di dalam, plot sempit berbatasan denga jalan (lebar plot itu biasanya menunjukkan

kekayaan pemilik), seringkali dilengkapi toko di lantai dasar. Genteng tanah yang digunakan

pada atap dalam upaya untuk melindungi bangunan terhadap kebakaran. Ruang Pameran

yang dibangun menunjukkan kekayaan dan kekuasaan kaum feodal, seperti Kamiyashiki dari

Matsudaira Tadamasa atau Shimoyashiki ozon.Di dalam Shokintei di Katsura Imperial Villa,

Kyoto dibangun pada abad ke-17. Edo menderita parah dari kebakaran yang menghancurkan

dan 1657 Kebakaran Besar Meireki adalah titik balik dalam desain perkotaan. Awalnya,

sebagai metode untuk mengurangi penyebaran api, pemerintah membangun tanggul batu

dalam setidaknya dua lokasi di sepanjang sungai-sungai di kota. Seiring waktu tersebut

dirobohkan dan diganti dengan gudang Dozo yang digunakan baik sebagai penahan api dan

untuk menyimpan barang-barang dibongkar dari kanal. Dozo dibangun dengan bingkai yang

terbuat dari struktural kayu dilapisi dengan sejumlah lapisan tanah plester di dinding, pintu

dan atap. Di atas atap tanah adalah kerangka kayu yang mendukung atap genting. Meskipun

Jepang yang pernah belajar dengan Belanda di pemukiman mereka dibangunan Dejima

menganjurkan dengan batu dan bata ini tidak dilakukan karena kerentanan mereka terhadap

gempa bumi. Machiya gudang dari bagian akhir dari periode yang ditandai dengan memiliki

warna hitamuntuk dinding luar yang diplester. Warna ini dibuat dari tinta India ,kapur dan

hancuran cangkang tiram kemudian dibakar.Hondo dari Kiyomizu-dera, Kyoto, Dibangun

pada tahun 1633. Garis yang bersih dari arsitektur sipil di Edo dipengaruhi gaya Sukiya

arsitektur hunian. Katsura terpisah dari istana dan Villa Shugaku-in Imperial di pinggiran

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kyoto adalah contoh yang baik dari gaya ini. Arsitektur mereka memiliki garis sederhana dan

dekorasi dan menggunakan kayu pada keadaan aslinya.Akhir dari periode Sankin Kotai,

hukum membutuhkan daimyos untuk mempertahankan tempat tinggal di ibukota dicabut

yang mengakibatkan penurunan populasi di Edo dan pengurangan sepadan dalam pendapatan

bagi shogun.

3.4 Periode Showa Akhir (1927 – 1988 M)

Setelah perang dan di bawah pengaruh Panglima Tertinggi Sekutu, Jenderal Douglas

MacArthur, kehidupan politik dan agama Jepang direformasi untuk menghasilkan sebuah

negara demiliterisasi dan demokratis. Meskipun konstitusi baru didirikan pada tahun 1947,

hal itu tidak sampai awal Perang Korea bahwa Jepang (sebagai sekutu Amerika Serikat)

melihat pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh pembuatan barang-barang industri.

Pada tahun 1946 yang Pracetak perumahan Asosiasi dibentuk untuk mencoba dan mengatasi

kekurangan perumahan, dan arsitek seperti Kunio Maekawa menyampaikan desainnya.

Namun, itu tidak sampai lewat UU Perumahan Rakyat pada tahun 1951 bahwa perumahan

yang dibangunoleh sektor swasta didukung dalam hukum oleh pemerintah.Juga pada tahun

1946, Dewan Rehabilitasi Kerusakan Perang mengedepankan ide-ide untuk rekonstruksi tiga

belas kota di Jepang. Arsitek KENZO Tange mengajukan proposal untuk Hiroshima dan

Maebashi.

Pada tahun 1949, Tange menang kompetisi untuk merancang Hiroshima Peace

Memorial Museum memberinya pengakuan internasional. Proyek (selesai pada 1955)

menyebabkan serangkaian komisi termasuk Kagawa Prefectural Office Building di

Takamatsu (1958) dan Balai Kota Kurashiki Lama (1960). Pada saat ini kedua Tange dan

Maekawa yang tertarik dalam tradisi arsitektur Jepang dan pengaruh karakter lokal. Ini
22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diilustrasikan di Kagawa dengan elemen desain periode Heian menyatu dengan International

Style.Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima, dibangun pada tahun 1955. Pada tahun

1955, Le Corbusier diminta oleh pemerintah Jepang untuk merancang Museum Nasional Seni

Barat di Tokyo. Ia dibantu oleh tiga mantan siswa : Maekawa, Sakakura dan Takamasa

Yoshizaka. Desain didasarkan pada museum Le Corbusier di Ahmedabab, dan kedua

museum persegi dan dibesarkan di piloti.Karena sebagian besar pengaruh Tange, Desain

Konferensi Dunia 1960 diadakan di Tokyo. Sekelompok kecil desainer Jepang yang datang

untuk mewakili Gerakan Metabolist disajikan manifesto mereka dan serangkaian proyek.

Kelompok ini termasuk arsitek Kiyonori Kikutake, Masato Otaka, Kisho Kurokawa dan

Fumihiko Maki. Awalnya dikenal sebagai Sekolah Ash Burnt, yang Metabolists terkait diri

dengan gagasan pembaruan dan regenerasi, menolak representasi visual masa lalu dan

mempromosikan ide bahwa individu, rumah dan kota adalah semua bagian dari organisme

tunggal. Meskipun masing-masing anggota kelompok tidak sependapat, setelah beberapa

tahun sifat abadi dari publikasi mereka berarti bahwa mereka memiliki kehadiran lama di luar

negeri. Simbol internasional Metabolists, kapsul, muncul sebagai sebuah ide pada akhir tahun

1960 dan telah didemonstrasikan di Kurokawa yang Nakagin Capsule Tower in Tokyo pada

tahun 1972.] Yoyogi National Gymnasium, built for the 1964 Summer Olympics. Pada tahun

1960 Jepang melihat kedua kenaikan dan perluasan perusahaan konstruksi besar, termasuk

Shimizu Corporation dan Kajima. Nikken Sekkei muncul sebagai perusahaan yang

komprehensif yang sering mencakup unsur-unsur desain Metabolist dalam

bangunan.Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo melihat dorongan besar untuk desain baru.

Venues dibangun dan Yoyogi National Gymnasium, dibangun antara 1961 dan 1964 oleh

Kenzo Tange, menjadi struktur tengara terkenal dengan desain atap suspensi, mengingat

unsur tradisional kuil Shinto. Struktur lainnya termasuk Nippon Budokan, yang Komazawa

Gymnasium dan banyaklainnya. Olimpiade melambangkan munculnya kembali Jepang

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setelah kehancuran Perang Dunia II, yang mencerminkan keyakinan baru dalam

arsitektur.Selama tahun 1960 ada juga arsitek yang tidak melihat dunia arsitektur dalam hal

metabolisme. Misalnya Kazuo Shinohara khusus dalam proyek perumahan kecil di mana ia

menjelajahi arsitektur tradisional dengan unsur-unsur sederhana dalam hal ruang, abstraksi

dan simbolisme. Dalam Umbrella Rumah (1961) ia menjelajahi hubungan spasial antara

doma (bumi-beraspal lantai internal) dan lantai tatami dibesarkan di ruang tamu dan ruang

tidur. Hubungan ini dieksplorasi lebih lanjut dengan DPR dengan lantai Farthen (1963) di

mana lantai tanah dipadatkan-down termasuk dalam area dapur. Ia menggunakan atap untuk

jangkar desain untuk Gedung Putih di (1966) telah dibandingkan dengan Prairie Houses

Frank Lloyd Wright. Shinohara dieksplorasi abstraksi ini sebagai “Three Styles”, periode ini

dimulai awal tahun enam puluhan untuk tujuh puluhan pertengahan.Seorang mantan

karyawan Kenzo Tange adalah Arata Isozaki yang awalnya tertarik pada Gerakan Metabolist

dan menghasilkan proyek teoritis inovatif untuk City di Air (1961) dan Future City (1962).

Namun ia segera pindah dari ini menuju pendekatan Mannerisme lebih mirip dengan karya

James Stirling. Ini sangat mencolok di Cabang Oita Fukuoka Mutual (1967) dengan grid

matematika, konstruksi beton dan jasa terkena. Di Prefektur Gunma Museum (1971-1974) ia

bereksperimen dengan elemen kubus (beberapa dari mereka dua belas meter ke samping )

dilapis oleh jaringan sekunder diungkapkan oleh panel dinding eksternal dan fenestration. Ini

irama panel mungkin telah dipengaruhi oleh detail Corbusier di Museum Seni Barat di

Tokyo.Kota di Jepang di mana mereka kekurangan Eropa seperti piazzas dan kotak sering

menekankan hubungan antara orang dengan cara kerja sehari-hari. Fumihiko Maki adalah

salah satu dari sejumlah arsitek yang tertarik pada hubungan arsitektur dan kota dan ini dapat

dilihat dalam karya-karya seperti Osaka Prefectural Sports Centre (1972) dan Spiral di Tokyo

(1985). Demikian juga, Takefuma Aida (anggota kelompok yang dikenal sebagai ArchiteXt)

menolak gagasan Gerakan Metabolist dan dieksplorasi semiologi perkotaan.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


http://arctecs09.blogspot.co.id/2014/10/mengenal-gaya-arsitektur-jepang.html

Pada akhir tahun tujuh puluhan dan awal tahun delapan puluhan arsitektur Tadao

Ando dan tulisan teoritis menjelajahi gagasan regionalisme Kritis gagasan untuk

mempromosikan budaya lokal atau nasional dalam arsitektur. Interpretasi Ando ini

ditunjukkan oleh idenya reacquainting rumah Jepang dengan alam, hubungan dia pikir telah

hilang dengan arsitektur modern. Proyek pertamanya adalah untuk rumah perkotaan kecil

dengan halaman tertutup (seperti Azuma rumah di Osaka pada tahun 1976). Arsitektur nya

ditandai dengan penggunaan beton, tetapi telah penting baginya untuk menggunakan interaksi

cahaya, melalui waktu, dengan ini dan lahan lainnya dalam karyanya. Ide-idenya tentang

integrasi alam dikonversi dengan baik menjadi lebih besar. proyek-proyek seperti Rokko

Housing 1 (1983) dan Gereja di Air ( 1988) di Tomamu, Hokkaido.Akhir tahun delapan

puluhan melihat karya pertama oleh arsitek dari apa yang disebut sekolah “Shinohara”. Ini

termasuk Toyo Ito dan Itsuko Hasegawa yang keduanya tertarik pada kehidupan perkotaan

dan kota kontemporer. Ito berkonsentrasi pada dinamika dan mobilitas kota “urban nomaden”

dengan proyek-proyek seperti Menara Angin (1986) yang unsur-unsur alam terpadu seperti

cahaya dan angin dengan orang-orang teknologi. Hasegawa berkonsentrasi pada apa yang dia

disebut “architecture as the other nature”. Pusat Kebudayaan Shonandai nya di Fujisawa

(1991) dikombinasikan lingkungan alam dengan material berteknologi modern.Arsitek yang

sangat individualis akhir tahun delapan puluhan termasuk bangunan monumental Shin

Takamatsu dan “cosmic” karya Masaharu Takasaki Takasaki, yang bekerja dengan arsitek

Austria Gunther Domenig pada tahun 1970. Saham arsitektur organik Domenig itu Nol

Kosmologi House of 1991 di Prefektur Kagoshima dibangun dari beton memiliki

kontemplatif berbentuk telur “space zero” di pusatnya.

3.5 Periode Heisei Awal (1989 – sekarang)

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Periode Heisei dimulai dengan runtuhnya yang disebut “bubble economy” yang

sebelumnya telah mendorong ekonomi Jepang.Membangun elemen dari Shonandai Culture

Centre, Itsuko Hasegawa melakukan sejumlah budaya dan pusat komunitas di seluruh

Jepang. Ini termasuk Cultural Centre Sumida (1995) dan Pusat Komunitas Fukuroi (2001) di

mana ia melibatkan masyarakat dalam proses desain sementara menjelajahi ide-ide sendiri

tentang penyaringan cahaya melalui dinding eksternal ke dalam. Dalam karyanya 1995

menang kompetisi untuk Sendai Mediatheque, TOYO Ito melanjutkan pemikiran sebelumnya

tentang dinamika fluida di dalam kota modern dengan “seaweed-like” kolom yang

mendukung cerita bangunan tujuh dibungkus kaca. Karyanya kemudian pada periode

tersebut, misalnya, perpustakaan untuk Tama Art University di Tokyo pada tahun 2007

menunjukkan bentuk yang lebih ekspresif, daripada estetika rekayasa karya

sebelumnya.Meskipun Tadao Ando menjadi terkenal karena dia menggunakan beton, ia

mulai merancang paviliun Jepang di Seville Exposition tahun 1992, dengan bangunan yang

dielu-elukan sebagai “The world’s largest wooden structure” . Ia melanjutkan dengan media

ini dalam proyek-proyek untuk Museum Kayu Kebudayaan, Kami, Prefektur Hyogo

(1994).Klein Dytham Arsitektur adalah salah satu dari segelintir arsitek asing yang telah

berhasil memperoleh pijakan yang kuat di Jepang. Desain mereka untuk Moku Moku Yu (

harfiah ” uap kayu kayu “), sebuah pemandian komunal di Kobuchizawa, Yamanashi

Prefecture pada tahun 2004 adalah serangkaian kolam saling melingkar dan ruang ganti,

beratap datar dan dinding dari kayu vertikal berwarna.

Setelah gempa bumi Kobe 1995, Shigeru Ban mengembangkan tabung karton yang

dapat digunakan untuk dengan cepat membangun tempat penampungan pengungsi yang

dijuluki “Paper house”. Juga sebagai bagian dari upaya bantuan yang dirancangnya gereja

menggunakan 58 tabung karton yang 5m tinggi dan memiliki atap tarik yang terbuka seperti

payung. Gereja ini didirikan oleh relawan Katolik Roma dalam lima minggu. Untuk Museum

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nomadic, Ban dinding yang digunakan terbuat dari kontainer pengiriman, ditumpuk empat

tinggi dan bergabung di sudut-sudut dengan twist konektor yang menghasilkan efek kotak-

kotak padat dan tidak berlaku. Ruang tambahan dibuat dengan tabung kertas dan panel sarang

lebah. Museum ini adalah desain untuk dibongkar dan kemudian pindah dari New York, ke

Santa Monica, Tokyo dan Meksiko.Studi Sejarawan dan arsitek Terunobu Fujimori pada

tahun 1980 menjadi apa yang disebut arsitektur antik ditemukan di kota terinspirasi karya

generasi muda arsitek seperti pendiri Atelier Bow – Wow. Yoshiharu Tsukamoto dan

Momoyo Kajima disurvei kota untuk arsitektur “tidak – baik” untuk buku mereka Made in

Tokyo pada tahun 2001.Arsitektur Sou Fujimoto bergantung pada manipulasi blok bangunan

dasar untuk menghasilkan primitivisme geometris. Bangunannya sangat sensitif terhadap

bentuk topografi dari konteksnya dan termasuk serangkaian rumah serta rumah anak-anak di

Hokkaido. Dua mantan karyawan Toyo Ito, Kazuyo Sejima dan Ryue Nishizawa membentuk

kemitraan kolaboratif pada tahun 1995 disebut SANAA. Mereka dikenal untuk membuat

ringan, ruang transparan yang mengekspos fluiditas dan pergerakan penghuninya. Toko Dior

mereka di Shibuya, Tokyo, pada tahun 2001 itu mengingatkan Mediatheque Ito, dengan

dingin putih lembar akrilik pada fasad eksternal bahwa filter cahaya dan sebagian

mengungkapkan isi toko.Fluiditas dinamisditunjukkan oleh Rolex Learning Centre di École

Polytechnique Fédérale de Lausanne, selesai pada tahun 2010. Bangunan ini memiliki lantai

pesawat bergelombang diatur di bawah atap shell beton berkelanjutan yang dituangkan dalam

satu pergi selama dua hari. Rencananya seperti sel biologis diselingi dengan meja dan

halaman yang sama. Pada tahun 2009 mereka merancang Serpentine Gallery di London

Pavilion yang terdiri reflektif, atap aluminium mengambang didukung oleh kolom ramping.

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/09/gaya-arsitektur-jepang.html

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau mulai

dari Hokkaido di utara hingga Okinawa di Selatan. Ada empat pulau besar

yang memiliki populasi cukup tinggi yaitu Honshu, Hokkaido, Kyushu, dan Shikoku

Jepang beriklim sejuk, cuaca dingin b e r a s a l d a r i u t a r a d a n p a n a s b e r a s a l d a r i

S e l a t a n . H a m p i r s e l u r u h w i l a y a h m e m i l i k i e m p a t musim; dingin, gugur,

semi dan panas, terutama di wilayah utara. Area pegunungan meliputihampir

75% dari seluruh luas wilayahnya dan termasuk negara yang memiliki gunung

berapi yang banyak di dunia sehingga gempa sering terjadi dan terdapat

banyak titik sumber air panas(hotspring). Perkembangan budaya, ekonomi, dan

politik mengalami proses yang panjang sejak dari masa prasejarah hingga sekarang ini.

Berbagai tipe dan fungsi bangunan yang berkembang mulai masa prasejarah,

medieval( N a r a ) h i n g g a p e r i o d e E d o d a l a m a r s i t e k t u r J e p a n g , a n t a r a

l a i n r u m a h p r i m i t i f , b a n g u n a n religius: Kuil (Shinto dan Buddha), istana dan

puri, rumah toko (machiya), rumah tinggal prajurit (rumah para samurai), vila atau

paviliun bangsawan, gedung teater kabuki, rumah tinggal petani ( m i n k a ) , s e k o l a h

dan rumah tempat minum teh . Kesemuan ya memiliki karakteristik

d e s a i n tersendiri.Pertumbuhan kota-kota baru di Jepang dimulai sejak masa Nara.

Perkembangan arsitektur di Jepang merupakan ciri yang menonjol dalam arsitektur

Jepang ialah koeksistensi semua gaya, mulai dari gaya tradisional dan diwarisi dari

generasi ke generasi, sampai ke struktur-struktur modern yang menggunakan teknik

rekayasa yang paling piawai. Struktur umum arsitektur Jepang pada umumnya hampir

selalu sama dengan atap besar. Batu tidak cocok bagi pembangunan di Jepang, di satu sisi

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karena alasan persediaan dan di lain pihak karena alasan ekonomi.Adanya penyesuaian

dengan berbagai iklim di negara Jepang dan pengaruh budaya dari luar, hasilnya sangat

heterogen, namun beberapa fitur praktis yang umum tetap dapat ditemukan. Pemilihan

bahan utama untuk hampir semua struktur, selalu kayu dalam berbagai bentuk (papan,

jerami, kulit kayu, kertas, dll). Tidak seperti Barat dan beberapa arsitektur Cina,

penggunaan batu dihindari kecuali untuk keperluan tertentu saja, misalnya Candi podia

dan yayasan pagoda.

4.2 Saran

Perkembangan arsitektur di Jepang merupakan ciri yang menonjol dalam arsitektur

Jepang ialah koeksistensi semua gaya, mulai dari gaya tradisional dan diwarisi dari generasi

ke generasi, sampai ke struktur-struktur modern yang menggunakan teknik rekayasa yang

paling piawai. Perkembangan Arsitektur di Jepang ini merupakan perubahan desain dan

material yang ekspresif di masa kini mungkin berbeda dari yang digunakan di masa lalu,

tetapi tradisi yang menekankan keharmonisan dengan alam masih berlanjut dan terkandung

dalam banyak mahakarya arsitek Jepang kontemporer.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

International Society For Education Information. 1989. Jepang Dewasa Ini. Tokyo, Japan.

http://kontemporer2013.blogspot.com/2017/05/11/gaya-arsitektur-jepang.html

https://milanurmala10.wordpress.com/2017/05/06/sejarah-perkembangan-arsitektur-jepang/

http://arctecs09.blogspot.co.id/2017/05/06//mengenal-gaya-arsitektur-jepang.html

http://www.jnto.or.id/aktivitas/teknologi/arsitektur diunduh pada 25/05/2017

https://www.scribd.com/doc/41033342/arsitektur-jepang diunduh pada 15/06/2017

http://www.academia.edu/7463663/Metode_dan_Teknik_Tradisional_Dalam_Arsitektur_Jep

ang diunduh pada 29/06/2017

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Arsitektur Jepang telah memasukkan unsur-unsur arsitektur gaya barat dan modern ke

dalam desain konstruksinya. Dan saat ini merupakan acuan dalam desain arsitektur mutakhir

dan teknologi. Jepang merupakan negara yang relatif kecil, Jepang merupakan sumber alam

hutan yang berlimpah-ruah. Tanamanpaling cocok untuk iklim Jepang yang panas dan

lembab. Jepang merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia bahkan dunia. Arsitektur

yang tertua yang masih ada di Jepang masa kini adalah arsitektur tempat suci. Konstruksinya

yang sederhana dari kayu dan juga arsitektur Jepang kuno yang dirancang sedemikian rupa

sehingga berpadu dan serasi dengan lingkungan sekelilingnya. Arsitektur Jepang pada

awalnya terlihat pada zaman prasejarah. Dapat dilihat pada bentuk arsitektur rumah yang

sederhana.Orang Jepang mulai membangun gudang dengan bentuk panggung sebagai

lumbung.Dibangun menggunakan alat yang masih sederhana seperti gergaji dan pahat.

Arsitektur barat modern telah memberikan pengaruh besar ke Jepang sejak akhir abad ke-19.

Sejak dahulu masyarakat Jepang menganggap suatu bangunan itu indah jika bangunan-

bangunan tersebut memiliki keserasian antara lingkungan alam sekitarnya. Desain dan

material yang ekspresif di masa kini mungkin berbeda dari yang digunakan di masa lalu.

Tetapi tradisi yang menekankan keharmonisan dengan alam masih berlanjut. Hal ini

terkandung dalam banyak arsitektur Jepang kontemporer. Arsitektur Jepang kontemporer

disebut-sebut penuh keaslian, dan dapat menjadi begitu menarik. Disamping itu adanya

penyesuaian dengan berbagai iklim di negara Jepang dan pengaruh budaya dari luar.

Perkembangan desain dari arsitektur post-modern memberikan perubahan dalam perjalanan

arsitektur Jepang. Berbagai tipe dan fungsi bangunanberkembang. Mulai masa prasejarah,

hingga periode edo.Selama periode Yayoi masyarakat Jepang mulai berinteraksi dengan

Dinasti Han China, pengetahuan dan keterampilan teknis tentang bangunan mulai

mempengaruhi mereka. Sebuah rekonstruksi di Toro , Shizuoka adalah kotak kayu yang

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-sudut dalam gaya log kabin dan didukung pada

delapan pilar.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai