Anda di halaman 1dari 36

MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN KUNO

(KODAI NO NIHON NO SHAKAI)

KERTAS KARYA

Dikerjakan

NURHASANAH GINTING

NIM: 142203062

PROGRAM STUDI D III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN KUNO

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan

Non Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa

Jepang.

Dikerjakan

OLEH:

NURHASANAH GINTING

NIM: 142203062

PEMBIMBING,

Mhd. Pujiono, SS.,M.Hum.,Ph.D


NIP: 196910112002121001

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Disetujui oleh:

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt

NIP.197212281990032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian

Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Studi D-III Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S

NIP: 196008051987031001

Panitia Tugas Akhir :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )
2. ( )
3. ( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan kertas karya yang berjudul “ MASYARAKAT JEPANG PADA

ZAMAN KUNO” ini.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kata sempurna

karena kemampuan penulis yang masih terbatas. Tetapi, berkat bantuan beberapa

pihak, maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.

Maka dari itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberi dukungan terutama kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.litt selaku ketua Jurusan Bahasa Jepang

Fakutas Ilmu Budaya

3. Mhd. Pujiono, M.Hum.,Ph.D selaku Dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan kertas karya dengan baik.

4. Seluruh Dosen dan staf pengajar jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

5. Keluarga yang sangat saya cintai, kedua orang tua saya ayahanda Hasan Basri

Ginting dan ibunda Darma Wati Simatupang dan serta kakak dan abang yang

telah banyak memberikan dukungan dan do’a dan semangat sehingga penulis

dapat menyelesaikan kertas karya ini.

i
5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Teman-teman terdekat saya yang saya sayangi, yaitu kakak Leli Ronisah,

Sardhib, Mita, Firsta, Anggi, Dika, Maisyarah, Iby, Muchle, Haris,Yogi,

dan terkhususnya lagi untuk Hamba Allah yang Tidak Tahu keberadaanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini,

sehingga kritik dan saran sangat di harapkan oleh penulis. Akhir kata penulis

mengucapkan terimakasih banyak. Semoga kertas karya ini dapat berguna bagi

kita di kemudian hari.

Medan, 21 Juli 2017

Penulis

(Nurhasanah Ginting)

NIM : 142203062

ii 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Alasan Pemilihan Judul ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulis ........................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Metode Penulisan ....................................................................................... 2

BAB IIGAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT JEPANG ......3


2.1 Masyarakat Jepang .................................................................................... 3
2.2 Pembagian Masyarakat Jepang.................................................................. 4

BAB III MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN KUNO.......................7


3.1 Kehidupan pada Zaman Kuno ................................................................... 7
3.2 Kebudayaan pada Zaman Kuno................................................................. 10
3.3 Perkembangan Kekuatan Politik pada Zaman Kuno ................................. 13

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................19


4.1 Kesimpulan................................................................................................ 19
4.2 Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

LAMPIRAN

iii
7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, telah menghasilkan

sebuah kebudayaan nasional yang khas. Disatu sudut kebudayaan ini telah dibina

oleh orang Jepang dengan sumber-sumber dan inspirasi lingkungan mereka

sendiri, dan di sudut lain, kebudayaan Jepang merupakan panduan dari unsur-

unsur budaya Asia dan dalam waktu belakangan ini dari barat yang kemudian

ditempa menurut citra rasa Jepang.

“Perkembangan kebudayaan Jepang sampai sebuah perspektif” merupakan

sebuah usaha untuk menelusuri proses perkembangan kebudayaan ini dalam

kaitannya dengan asal mula serta periode-periode sejarah serta untuk

mendefinisikan secara lebih jelas tentang ”kekhasan” warisan budaya Jepang

tersebut dapat dilihat dari hasil budaya yang diciptakanu sesuai dengan zamannya.

sehingga memungkinkan sebuah pengungkapan yang lebih jelas dari proses

perkembangan serta keanekaragaman yang tumbuh dalam kebudayaan Jepang,

serta memaparkan kebudayaan luar yang mempengaruhi Jepang dengan segala

pasang surutnya sepanjang zaman kuno, pertengahan dan moderen.

Dengan pendekatan ini diharapkan disuatu pihak dapat menampilkan

dengan tepat pandangan masyarakat Jepang pada Zaman kuno terhadap aspek

kebudayaan dan kehidupan orang Jepang, dan di pihak lain dapat membawa

pembaca ke dalam pemahaman perasaan yang melampaui subyektifitas tertentu

atau universal dari umat manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari kertas karya ini adalah

1. Untuk mengetahui sejarah, dan perkembangan, masyarakat Jepang serta

kekuatan politik terhadap kehidupan masyarakat Jepang.

2. Untuk memberikan gambaran mengenai pola dan wawasan kehidupan

masyarakat Jepang.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai

masyarakat Jepang pada zaman kuno.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis hanya membahas tentang sejarah,

kehidupan dan kebudayaan serta kekuatan politik pada zaman kuno. Kemudian

untuk memperjelas pembahasan, maka penulis menjelaskan juga pembagian

masyarakat jepang pada zaman kuno.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam kertas karya ini adalah Metode kepustakaan

yaitu dengan cara suatu kegiatan mengumpulkan berbagai macam refrensi berupa

buku, koran, dan lain-lain yang berkaitan dengan judulkertas karya ini. Kemudian,

Dintrepentasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang

ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT JEPANG

2.1 Masyarakat Jepang

Zaman kuno dengan istilah lain dapat disebut sebagai era budaya buddha.

Meskipun pengaruh kebudayaan daratan Asia telah masuk ke Jepang jauh

sebelum periode ini, namun baru pada jaman inilah kebudayaan tersebut benar-

benar berkembang sebagai kelanjutan masuknya agama budhha. Karya-karya

arsitektur, seni pahat dan seni lukis buddha, yang di hasilkan cukup banyak

menunjukkan bahwa periode ini merupakan puncak keemasan seni buddha.

Unsur-unsur budaya asing yang mewarnai kebudayaan ketika itu, berasal

dari gaya budaya Cina Dinasti T’ang yang bersifat eksotik, kosmopolitan,

sehingga secara tidak langsung turut mempengaruhi pola proses asimilasi budaya

luar pada periode-periode berikutnya.

Era kebudayaan buddha dapat dibagi menjadi tiga periode yakni, periode

Asuka (akhir abad ke-6 hingga awal abad ke-7) . Periode Hakuho (akhir abad ke-7

hingga awal abad ke-8) dan periode Tempyo (abad ke-8). Pembagian ini

mencerminkan perubahan sikap orang Jepang dalam menerima budaya Cina dan

Korea.

Di awal abad ke-13, Jepang berada di pemerintahan kelas militer baru

(bushi) yang tidak saja memudarkan hak prerogatif aristokrat atas pemerintahan,

tapi juga meninggalkan corak budaya nasional. Dengan merubah kekuasan dari

kalangan kelas petani kaya raya di daerah-daerah, para prajurit ini menjadi

kekuatan revolusioner yang mampu meruntuhkan kelas penguasa tradisional yang

bertahan dengan kekuasanya sejak terbentuknya negara kekaisaran pada zaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kuno. Dengan surutnya kekuatan aristokrat dan munculnya kelas prajurit ini,

Jepang memasuki zaman pertengahan yang bersifat feodal.

2.2 Pembagian Masyarakat Jepang

Setelah melewati Zaman Prasejarah (Zaman Jomon dan Zaman Yayoi),

Jepang memasuki Zaman Kuno yang dibagi menjadi empat waktu yaitu, antara

lain, Zaman Kofun (250-552M), Zaman Asuka (552-710M), Zaman Nara (710-

794), dan Zaman Heian(794-1185). Berikut penjelasan ke-empat zaman tersebut.

A. Zaman Kofun (250-552M)

Pada zaman ini, terdapat satu klan menonjol yang memegang kekuasaan di

negara Yamato yang disebut dengan, Klan Yamato. Kepala negara dipegang oleh

kaisar atau bangsawan (tenno) sementara, kepala pemerintahan dipegang oleh

ketua klan (gozoku).

Peninggalan di zaman Kofun yaitu sebagai berikut :

Koufun : merupakan makam para kaisar atau bangsawan yang dibuat

membentuk gundukan besar. Penamaan zaman Kofun sendiri diambil dari

nama koufun yang merupakan peninggalan paling terkenal di zaman ini. Tidak

hanya dijadikan sebagai makam saja tetapi, koufun juga berisi dengan harta-harta

kerajaan dan haniwa. Selain itu, mulai berdatangan pula sekelompok toraijin

(orang-orang semenanjung Korea). Mereka menyebarkan alat pertanian dari besi

dan memperkenalkan kebudayaan dan teknologi seperti Suek (wadah bersifat

keras).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Zaman Asuka (552-710M)

Pada zaman ini, terjadi banyak perubahan diberbagai aspek. Salah satunya,

mulai masuk agama Buddha (538M) yang kemudian diresmikan sebagai “agama

negara” oleh Pangeran Shotoku. Pangeran Shotoku membuat beberapa sistem

antara lain, Kan-i Juunikai (sistem posisi pemerintah dalam 12 tingkat) dan Juu-

nanajo no Kenpo (konstitusi 17 pasal), dimana kedua sistem tersebut berhasil

membawa kedamaian di Jepang. Nama negara yang semula Yamato atau Wa,

diubah menjadi Nihon. Adanya kuil-kuil dan patung Buddha yang meniru gaya

arsitektur Dinasti Sui (Cina), dengan pekerja dari orang-orang Korea.

C. Zaman Nara (710-794)

Kaisar Genmei memindahkan ibukota dari Asuka ke Heijō-kyō (Nara) pada

710M. Heijō-kyō menjadi pusat pemerintahan yang menyerupai ibukota Chang’an

(Cina) pada Dinasti Tang, yang dilatar belakangi dengan Reformasi Taika.Dalam

kesusastraan dihasilkan Kojiki (ceritazaman kuno), Nihong i atau Nihonshoki

(sejarah Jepang), Fudoki (legenda) dan Manyōshū (kumpulan puisi). Semua

terpengaruh dari Cina dan Korea. Sistem Taiho Ritsuryō diterapkan sebagai

landasan pemerintahan, yang berjalan dengan baik di bidang ekonomi. Pada

zaman inilah, dibuat mata uang Wadokaiho. Kaisar Shomu mendirikan Kokubun-

ji yaitu kuil untuk tempat beribadah agama Buddha sekaligus tempat

penyimpanan benda-benda peninggalan kaisar (Shoso-in). Salah satunya adalah

Todaiji, Nara.

D. Zaman Heian (794-1185)

Dibalik kemajuan ekonomi akibat Taiho Ritsuryō, ada banyak

penyimpangan di dalamnya. Maka, untuk memperbaiki sistem tersebut Kaisar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kanmu memindahkan ibukota ke Heian-kyo (Kyoto). Klan Fujiwara merupakan

pemegang kekuatan tertinggi saat itu karena, memiliki tanah kekuasaan yang luas

akibat tanah pribadi bebas pajak (shoen). Klan Fujiwara memiliki dua sistem

politik yaitu, pernikahan dengan bangsawan dan mangkubumi. Pengaruh

kebudayaan Cina mulai berkurang pada zaman ini dan muncul kebudayaan baru

khas Jepang (Kokufū bunka). Lahir huruf Hiragana (untuk wanita) dan huruf

Katakana (untuk pria) menggantikan huruf Manyongana (kanji). Berkembang

karya sastra Monogatari (dongeng), Nikki (catatan harian), dan Zuihitsu (essay)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

SEJARAH MASYARAKAT JEPANG PADA ZAMAN KUNO

3.1 Kehidupan Pada Zaman Kuno

Kehidupan orang Jepang pada zaman kuno memiliki ciri sebagaimana

masyarakat primitif lainya. Yakni belum mengenal stratifikasi sosial di dalam

masyarakat maupun kekuasaan yang jelas. Dalam sejarah Jepang istilah “zaman

primitif” ditafsirkan secara longgar untuk masa terhitung dari awal masa pra-

sejarah yakni sekitar 300.000 tahun sebelumnya, waktu kepuluan Jepang secara

geografis terpisah dari Benua Eurasia ( Eropah Asia ) sampai dengan munculnya

Negara Kekaisara sekitar abad ke-6 M. secara terinci zaman primitif ini terbagi

menjadi Periode Jomon (zaman Neolitik), Yayoi (zaman perunggu) dan Kofun

(kubur- kubur besar). Tiap-tiap zaman ini akan terbagi-bagi, sesuai mengikuti

perubahan budaya yang tampak dari relik-relik arkeologis masing-masing periode

tersebut.

Sekitar 10.000 tahunan yang lalu, penghuni Jepang meninggalkan

kehidupan tinggal di lubang berupa gua, dan mulai menempati rumah yang di

kenal sebagai tate-ana-jukyo (tempat tinggal ceruk), beratap kasar ditunjang oleh

itang-tiang yang dibangun di atas lubang dangkal yang digali di tanah. Orang-

orang primitif ini hidup dengan berburu atau menangkap ikan, atau berada dalam

ekonomi pengumpulan makanan. Masyarakat primitif adalah masyrakat yang

belum mengenal stratafikasi sosial atau pun kekuasaan, dan masyarakat pada

periode Jomon yang berlangsung selama kurun waktu abad beberapa ribu tahun

sebelum masehi sampai dengan abad ke-3 abad ke-4 sebelum masehi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daya cipta dan kesederhanaan manusia Jomon terungkap jelas pada bejana-

bejana tembikar yang di kenal sebagai gerabah Jomon. Kesannya kasang-kasang

sederhana, kadang-kadang mencolok juga memperlihatkan vitalitas seakan

terlukis debaran jantung orang-orang yang hidup dalam perjuangan tak henti-

hentinya melawan alam yang tidak kenal belas kasihan. Dalam hal bentuk maupun

hasilnya, bejana Jomon sangat beraneka ragam dan ini merupkan suatu bukti

bahwa di jaman itu walaupun mereka memiliki kelebihan seperti itu, namun

manusia Jomon ketinggalan jauh sebagai produser, mengingat pada saat yang

sama pemeliharaan ternak, pertanian dan penggunan perkakas perunggu sudah di

kenal dan di terapkan di Cina sejak abad ke-13 SM.

A. Kehidupan Masyarakat Tani

Pada masyarakat feodal di Jepang, golongan petani adalah golongan yang

paling rendah dalam masyarakat. Karena di sebabkan oleh objek kehidupan

feodalisme itu sendiri adalah didasarkan pada daerah pertanian, oleh karena itu

banyak petani hanya bekerja sebagai pengolah, namum tidak memiliki lahan

pertanian sendiri. Sehingga para tuan tanah membuat peraturan sewa tanah yang

tinggi sehingga petani sangat susah kehidupanya. Contohnya pada zaman Edo,

petani hanya mendapat 40% dari hasil sawah mereka sementara pemilik tanah

mendapat 60%.

Sebelum Perang Dunia II sebagai petani sejak zaman kuno, masyarakat

Jepang selalu memanfaatkan tiap jengkal tanah yang dapat di kerjakanya. Ciri

hidup petani Jepang zaman sebelum perang dapat di gambarkan sebagai petani

yang bekerja sepanjang hari, tetapi hasil pertanianya hanya cukup sekedar

menunjang hidupnya yang sangat sederhana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selain itu, petani sebelum perang juga diindentifikasikan dengan masyarakat yang

miskin, memiliki keterbelakangan budaya, serta terikat oleh idoelogi-ideologi

yang dikembangkan kaum feodal (Nohonshugi). Nohonshugi menanamkam pada

diri petani yaitu suatu pandangan bahwa walaupun hidup sebagai petani itu berat

dan penuh kesengsaraan tetapi pengorbanan petani tidaklah sia-sia karena

pertanian merupakan ujung tombak dari negara dan masyarakat Jepang.

Sebenarnya para petani sadar dan mengerti betapa tidak menguntungkanya

pekerjan sebagai petani, tetapi ideologi ini membantunya untuk bertahan. Ideologi

ini di gunakan oleh kaum feodal Jepang dengan tujuan membius para petani agar

tidak menuntut atas perbaikan hidup mereka.

Sehingga pada akhir masa sebelum perang lebih dari setengah keluarga

petani mempunyai pekerjaan lain disamping usaha pertaniannya, ciri perorangan

petani Jepang di bentuk dalam dunia kecil bersama adat istiadat serta nilai-nilai

untuk melayani mereka yang mengatur dunia desa, yaitu tuan tanah dan penyewa

(buruh tani) merupakan unsur yang sangat penting dalam struktur pertanian di

Jepang sebelum perang. Pengaruh utama dari hubungan tuan tanah-buruh tani

adalah karena tanpa haknya buruh tani atas tanah yang di kerjakanya dan hak

pemilik tanah yang tidak dapat diganggu gugat. Dengan kata lain petani tidak

memiliki hak tetap terus menjadi penyewa tanah sehingga mau tidak mau harus

tunduk kepada tuan-tuan tanah mereka. Dilanjutkan dengan pemerintahan

kekaisaran Meiji tidak ikut serta menggarap tanah, tetapi menjadi parasit melalui

kekuasaanya dan mendapatkan keuntungan dari kerja keras para petani. Dengan

peraturan pemerintahan Meiji, akhirnya Jepang membuka diri bagi luar negeri

sehingga teknik pertanian dari luar negeri masuk ke Jepang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dan demikian juga penggolongan masyarakat di Jepang di hapuskan

sehingga banyak petani yang pindah kerja ke bidang industri. Oleh karena itu,

pada masa restorasi Meiji ini di tandai dengan menjelmanya negara Jepang

sebagai negara yang kuat dan moderen. Selain itu, atas dasar pemikiran Shimin

byoudaou (kesetaraan masyarakat), pemerintahan Meiji pun mulai menghapus

golongan/sistem kelas yang ada pada masyarakat feodal.

Pada masa Jepang modren sekarang ini kehidupan petani mendapat

perlindungan dari pemerintahan. Perlindungan tersebut dapat di lihat dari

pembatasan masuk beras dari luar negeri, atau perlindungan produk pertanian atau

perternakan sehingga petani dapat terlindungi dari persaingan harga dari produk

luar negeri.

3.2 Kebudayaan pada Zaman Kuno

A. Jepang Zaman Yamato (250 M – 710 M)

Pada abad ke-5 dibuka hubungan resmi antara Jepang dengan Cina. Sebagai

hasilnya kebudayaan dari Cina masuk ke Jepang langsung atau melalui Paekche

(Korea). Kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, barang-barang masuk ke Jepang.

Melalui Paekche agama Buddha masuk ke Jepang. Agama Buddha masuk ke

Jepang secara resmi pada tahun 552 M, ketika Paekche mengirimkan sebuah

patung Buddha emas dan beberapa jilid Buddha sutera kepada Tennō di Yamato.

Tahun 554 M Paekche mengirimkan orang terpelajar dalam kitab-kitab klasik

Cina, ilmu obat-obatan, ilmu nujum, membuat penanggalan dan musik serta

mengirim beberapa orang rahib agama Buddha. Setelah itu pada abad ke-6, dari

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Korea datang lebih banyak sutra agama Buddha, patung-patung dan tukang-

tukang pembuat patung, rahib-rahib dan seorang ahli bangunan kuil.

Mula-mula Tennō tidak tegas mengenai agama Buddha. Setuju atau

menolak agama Buddha. Tetapi atas dorongan Klan Soga, agama Buddha

berkembang di Jepang. Pemeliharaan benda benda suci (patung Buddha dan

Buddha sutera) dari Korea ditugaskan kepada keluarga Soga. Pertikaian timbul

antara Klan Soga dengan 2 klan Soga yang lain, Nakatomi dan Mononobe, yang

membela agama nasional asli, yaitu agama Shintō. Pertengkaran tentang setuju

tidaknya dengan agama Buddha menjadi perebutan kekuasaan dengan terang-

terangan. Pada tahun 587 M klan Soga menang dan pengaruhnya membayangi

kekuasaan Tennō. Sejak itu agama Buddha di Jepang mendapat kemajuan. Karena

bangsa Jepang belum pandai menulis dan membaca, maka pada permulaan dalam

perhubungan dengan Cina itu dipakai perantaraan orang-orang Korea dan orang-

orang Cina itu sendiri. Dengan lambat laun bangsa Jepang belajar menulis dan

membaca. Baru pada akhir abad ke-5 oleh pemerintah Jepang dilakukan dengan

resmi pemakaian huruf Cina, tetepi pegawai-pegawai untuk pekerjaan tulis

menulis sementara masih terdiri dari orang orang Korea atau Cina yang menjadi

orang kewarganegaraan Jepang. Pada saat itu mulai disusun Kojiki (kumpulan

cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki (catatan sejarah Jepang). Selesai

disusun pada abad ke-7. Dengan masuknya kesusasteraan Cina ke Jepang, filsafat

Cina tersiar di kalangan orang-orang besar. Antara lain Konfusianisme dan

Taoisme. Konfusianisme menanamkan pengaruhnya seperti pemujaan nenek

moyang, kesetiaan kepada keluarga, kebaktian anak kepada keluarga, dsb.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengaruh Taoisme masuk pula ke Jepang. Unsurnya dalam bentuk penggunaan

magic atau sihir.

B. Zaman Nara (710-794)

Zaman Nara merupakan puncak pertama dalam perkembangan budaya

Jepang. Dari segi arsitektur, banyak bangunan atau kuil yang didirikan dengan

meniru gaya bangunan Cina. Dalam kesusastraan dihasilkan Kojiki (cerita zaman

kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki (sejarah jepang). Kojiki selesai ditulis pada

tahun 712 M dan dikumpulkan oleh Onoyasumaro. Nihongi selesai ditulis pada

tahun 720 dan dikumpulkan oleh Toneri Shinno. Penulisan keduanya dilakukan

dengan bantuan orang Cina dan Korea. Karena pada saat penyusunannya orang

Jepang belum punya huruf sendiri dan belum pintar menulis. Para ahli sejarah

menyatakan bahwa sebagian cerita/sejarah dalam Nihongi bukanlah sejarah yang

sebenarnya, terutama sejarah sebelum tahun 400 M. Misalnya dalam Nihongi

dikatakan bahwa pemerintahan kaisar Jinmu dimulai sejak tahun 660 SM – 581

SM, padahal setelah ditelusur kaisar Jinmu memerintah sejak permulaan abad

Masehi. Banyak hal yang bukan dari zaman purba dimasukkan ke dalamnya.

Diperkirakan kebohongan itu ditulis dengan tujuan politik dan agama untuk

mempertinggi martabat kerajaan dan memberikan bukti adanya zaman purbakala.

Ada juga Fudoki (legenda dan profil tiap daerah), dan Manyōshū (kumpulan

puisi, ada sekitar 4500 puisi). Manyōshū ditulis dengan Manyōgana yaitu tulisan

dengan struktur bahasa Cina (Kanji) tetapi menggunakan cara baca Jepang.

C. Zaman Heian (794 M – 1185 M)

Pada zaman Heian, kebudayaannya masih mencontoh Cina, tetapi memasuki

akhir abad ke-9 dinasti Tang mulai goyah. Karena pengaruh Cina makin

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berkurang, maka muncullah kebudayaan baru khas Jepang (Kokufū bunka). Di

bidang sastra lahirlah tulisan Hiragana dan Katakana untuk menggantikan

Manyōgana (kanji yang dibaca dalam bunyi bahasa Jepang). Huruf yang lahir

pertama kali adalah Katakana. Katakana diciptakan oleh Kibinomakibi. Pada saat

itu Katakana hanya digunakan oleh laki-laki. Kemudian lahirlah Hiragana yang

diciptakan oleh Kobodaishi. Pada saat itu Hiragana hanya digunakan oleh wanita.

Karya-karya sastra yang berkembang pada zaman ini adalah Waka. Atas perintah

kaisar dibuatlah kumpulan Waka yang disebut Kokinwakashū. Selain itu

berkembang pula Nikki (catatan harian), Zuihitsu (essay), dan Monogatari

(cerita/dongeng). Yang paling terkenal saat itu adalah Genji monogatari karangan

Murasaki Shikibu yang menceritakan kehidupan di kalangan istana. Ada juga

Makuranosōshi karya Seishōnagon. Bahasa pun mengalami perkembangan. Pada

zaman ini dipakai bahasa Jepang klasik (Chūko nihongo) yang merupakan

perkembangan dari bahasa Jepang kuno (Jōdai nihongo). Dari segi industri,

kertas berkembang sangat pesat. Pabrik kertas didirikan dan teknik membuat

kertas semakin berkembang.

3.3 Perkembangan Kekuatan Politik pada Zaman Kuno

Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M – 550 M)

dan zaman Asuka (550 M – 710 M). Pemberian nama Yamato didasarkan atas

daerah kekuasaan negeri Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshū bagian

selatan dan Kyūshū bagian utara. Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang

diperintah oleh gabungan-gabungan keluarga yang disebut Uji (klan). Kepalanya

disebut Uji no kami atau Ujigami. Nantinya akan disebut Tennō. Masyarakat

dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan. Tiap klan mempunyai

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


golongan pekerja dan budak. Bertani padi menjadi dasar perekonomian saat itu.

Bentuk rumah mengalami perubahan. Kuil dan istana didirikan.

Setelah mengalami perpecahan zaman dan kekacauan politik selama tiga

setengah abad, Cina kembali menjadi negara kesatuan. Keadaan politik di Cina

tersebut membuat Jepang meniru sistem politik di Cina mengenai pemusatan

kekuasaan.

Tahun 593 M terjadi peristiwa penting dalam sejarah politik Jepang.

Susunan masyarakat Jepang yang berinti pada Uji harus diubah karena

pertambahan penduduk yang tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi dan harus

mengalami perubahan. Perubahan susunan masyarakat itu merubah pula susunan

politik. Tahun 593 M, Shotoku Taishi diangkat menjadi Sesshō (penasehat bagi

Tennō yang belum dewasa) bagi Tennō puteri Suiko. Dengan demikian Taishi

memegang pimpinan negara. Ia mengubah susunan jabatan-jabatan tinggi di istana

yang saat itu dijabat oleh kepala-kepala klan turun-temurun, diganti dengan

susunan baru. Siapa saja dapat memangku suatu jabatan sesuai dengan kecakapan

dan jasanya.

Tahun 604 M disusun 17 aturan. Dalam peraturan itu antara lain disebutkan

supaya agama Buddha dihormati, keluhan rakyat harus diperhatikan dan mendapat

penyelesaian yang adil, petani-petani harus diperlakukan dengan baik, dan

sebagainya. Tetapi apa yang diusahakan Taishi tersebut baru berupa cita-cita yang

tidak dapat dengan segera dilaksanakan, yaitu cita-cita membentuk Jepang

menjadi negara nasional. Baru pada tahun 645 M konsepsi tersebut terwujud. Pada

tahun itu, keluarga dari klan Soga yang punya pengaruh besar dalam

pemerintahan Tennō sejak tahun 587 M, dijatuhkan oleh pangeran Naka no Oe

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan bantuan Fujiwara. Setelah itu diadakan pembaharuan-pembaharuan dalam

lapangan politik dan sosial yang berlangsung hingga 702 M. Gerakan

pembaharuan itu dikenal dengan sebutan Reformasi Taika. Sebagai tangan kanan

Naka NO Oe dalam perebutan kekuasaan dengan keluarga Soga ialah Fujiwara

(no) Kamatari. Pada tahun 661 M, Naka NO Oe naik tahta sebagai Tennō bergelar

Tennō Tenji.

Asas-asas pembaharuan itu dijalankan dengan berangsur-angsur selama

beberapa puluh tahun dan seringkali peraturan-peraturan pembaharuan tinggal di

atas kertas. Seluruh negeri dan rakyat ditaruh langsung di bawah kekuasaan

Tennō. Tanah pertanian dibagi antara rakyat atas dasar peraturan yang sama

(sistem Kōchikōmin). Semua penduduk didaftarkan untuk tujuan pembagian tanah

dan pemungutan pajak. Daerah negara dibagi dalam kuni (provinsi) dan kori atau

gun (distrik). Pemerintahan disusun dengan mencontoh kepada Cina, pemerintah

pusat mengangkat pegawai-pegawai untuk menyelenggarakan administrasi

pemerintahan. Dalam rangka pembaharuan-pembaharuan itu, disusun undang-

undang bernama Ritsu-ryō (Ritsu adalah kitab undang-undang hukum pidana dan

Ryō terdiri dari undang-undang hukum tatanegara dan hukum sipil). Disusun

menurut contoh undang-undang dinasti Tang di Cina. Penyusunan kitab-kitab,

undang-undang itu baru selesai pada tahun 701 M dan terkenal dengan sebutan

Taihō Ritsu-ryō (pada tahun 718 M sebagian diubah dan diberi nama baru Yōrō

Ritsu-ryō). Undang-undang itu dengan perubahannya menjadi dasar hukum

Jepang hingga sekarang. Pembaharuan-pembaharuan menghasilkan suatu susunan

yang tampak dari luar sebagai pembentukan pemerintahan pusat, tetapi

sebenarnya memupuk susunan aristokrasi baru. Pembaharuan itu tidak mendapat

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perlawanan karena tidak menghapuskan sama sekali hak-hak istimewa yang

tertumpuk pada golongan lapisan atas dari masyarakat. Orang-orang lapisan atas

itu masih tetap dalam kedudukan yang menguntungkan, hanya dalam bentuk yang

berubah, sedangkan kedudukan rakyat jelata pada umumnya tidak bertambah baik.

Dalam pembaharuan susunan pemerintahan itu, keluarga dari klan Fujiwara

mencapai kedudukan, yang menggenggam kekuasaan yang sebenarnya di dalam

negara. Dasar dari kedudukan itu diletakkan oleh Fujiwara Kamatari, tangan

kanan Naka no Oe ketika meruntuhkan kekuasaan kelurga dari klan Soga.

Walaupun pembaharuan-pembaharuan dilakukan dengan mencontoh Cina,

tidak semuanya yang dari Cina ditiru. Anggapan mengenai Tennō sebagai

keturunan Dewi Matahari tidak berubah. Pada zaman Asuka nama negara diganti

dari Yamato atau Wa menjadi Nihon atau Nippon. Zaman Asuka (550 M – 710

M) berlangsung ketika pusat pemerintahan berada di Asuka (sekarang Nara).

Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru

sistem pemerintahan yang ada di Cina. Jepang pun meniru membuat kota seperti

di ibukota Cina, Chang’an dan menjadikan Heijō (sekarang Nara) sebagai ibukota

sekaligus pusat pemerintahan pada tahun 710 M (hal inilah yang membuat zaman

ini dinamakan zaman Nara).

Pada saat itu kaisar membuat undang-undang Taiho (Taihō Ritsuryō).

Kaum bangsawan dapat menikmati kehidupan dengan menyenangkan. Di Heijo

didirikan pasar. Kemudian untuk memudahkan jual beli dibuatlah Wadokaihō

(uang kuno berbentuk bulat yang terbuat dari tembaga dengan diameter 10,95 mm

dan berat 0,13 ons yang dibuat tahun 708 M).

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada zaman ini kaum petani sangat miskin dan menderita karena pajak yang

tinggi, sehingga banyak yang membuang tanahnya. Kemudian istana membuat

peraturan tentang pemberian tanah kepada orang yang akan membuka lahan

tersebut. Setelah peraturan tersebut ditetapkan, terjadi persaingan antara

bangsawan, kuil dan keluarga penguasa untuk membuka lahan baru, sehingga

tanah pribadi semakin berambah. Tanah pribadi yang bebas pajak tersebut

dinamakan Shōen. Karena peraturan tersebut, pemerintahan menjadi kacau.

Bangsawan dan pendeta yang punya tanah luas menjadi berkuasa di pemerintahan.

Kekacauan tersebut menjadikan zaman ini berakhir.

Untuk membangun kembali pemerintahan Ritsuryō yang kacau, kaisar

Kanmu memindahkan ibukota ke Heian-kyō (sekarang Kyōto) pada tahun 794 M.

Pada zaman ini, tanah pribadi yang bebas pajak (shōen) semakin bertambah. Para

petani kecil melepaskan hak untuk membayar pajak kepada negara dan

menyerahkannya kepada bangsawan terkemuka. Kemudian bangsawan tersebut

dianggap majikannya dan petani tersebut menggarap tanah majikannya. Pajak

yang seharusnya diberikan kepada negara malah masuk ke bangsawan penguasa

shōen. Akibatnya penghasilan negara makin berkurang dan golongan bangsawan

semakin makmur.

Keluarga Fujiwara yang memiliki shōen sangat banyak menjadi kaum

penguasa (kizoku) yang paling berkuasa. Kekuasaan Fujiwara pun mulai menjalar

ke istana. Hal itu terjadi setelah Fujiwara Yoshifusa diangkat menjadi Sesshō

(penasehat bagi kaisar yang belum dewasa) bagi kaisar Seiwa pada tahun 858 M.

Kemudian Fujiwara Mototsune menjadi orang pertama yang menjadi Kanpaku

(penasehat bagi kaisar yang telah dewasa). Puncaknya terjadi pada masa Fujiwara

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Michinaga. Pada masa itu kebudayaan golongan aristokrasi telah mencapai

kemakmurannya dan kekayaan Fujiwara melebihi kekayaan kaisar. Saat keluarga

Fujiwara hidup mewah di ibukota, kaum militer meluaskan kekuasaannya di

daerah. Kaum militer membentuk kelompok militer dengan kaum bangsawan

yang berkuasa. Dua kekuatan militer yang paling besar adalah keluarga Minamoto

(Genji) dan keluarga Taira (Heishi). Pada pertengahan abad ke-11, kekuatan

Fujiwara yang ditaktor melemah. Tennō Shirakawa yang meskipun telah turun

tahta tapi tetap masih memerintah (Jōko) memegang kekuasaan tunggal

pemerintahan. Setelah itu terjadi pertentangan antara Jōko dengan Tennō. Masing-

masing bersekutu dengan dua kaum militer terkuat yaitu keluarga Taira dan

Minamoto.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kebudayaan adalah istilah umum untuk bidang-bidang seperti pengetahuan,

agama dan seni yang kemudian dapat pula dipecah lagi dalam kesusastraan, seni

rupa, musik Dan lain-lain. Sebelum masehi, diperkirakan ketika itu telah dibuat

tembikar Jomon. Artifak-artifak tersebut dibuat dari tanah liat bakaran yang tidak

diglasur dengan corak tambang. Melihat secara terinci masing-masing periode

memang sanagat tidak memungkinkan. Namun demikian, kiranya akan lebih

bermanfaat jika melihat perkembangan 4 zaman sebuah sudut pandang yaitu seni

formatif.

Awal seni formatif di Jepang dapat kita telusuri hingga zaman Archik ( pra-

sejarah dan proto-sejarah) berkisar sekitar 7.000 pada zaman kuno sebelum

masehi terhitung mulai periode Yayoi ditandai dengan masuknya budaya

bercocok tanam dan perkakas logam dari daratan Asia. Zaman kuno dengan istilah

lain dapat disebut sebagai era budaya buddha. Meskipun pengaruh kebudayaan

daratan Asia telah masuk ke Jepang jauh sebelum periode ini, namun baru pada

zaman inilah kebudayaan tersebut benar-benar berkembang sebagai kelanjutan

masuknya agama Buddha, seni pahat dan seni lukis Buddha, yang dihasilkan

cukup banyak menunjukkan bahwa periode ini merupakan puncak keemasan seni

Buddha. Selama abad ke-16, terjadi perpecahan wilayah dan perebutan kekuasaan

antara penguasa setempat (daimyo) yang kemudian menyebabkan munculnya

kesatuan Jepang yang dibentuk oleh sistem feodal Jepang, masyarakat feodal

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Eropah pada waktu itu memasuki masa surut bersamaan dengan beralihnya

kekuatan politik dari tangan aristokrat ke monarki. Para raja denagan dukungan

modal ekonomi yang kuat mampu mendirikan negara mutlak yang kaya dengan

dilengkapi birokrasi dan ketentaraan tetap.

Untuk itu dapat kita lihat dari masa ke masa bahwa peranan kaisar dalam

pemerintahan di Jepang terus berubah-ubah, sesuai dengan kekuasaan yang

sedang berkuasa pada masing-masing zaman tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan

adanya kepercayaan kuno yang saat itu dianut oleh masyarakat Jepang, dimana

sebenarnya kemungkinan besar pemuka dari kepercayaan tersebut atau bangsawan

yang berkuasa pada zaman itulah yang mengungkapkan hal ini terjadi.

4.2 Saran

Dalam pembaruan-pembaruan yang dilakukan, Jepang membuat suatu

catatan penting yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua, bahwa hal yang

menarik dari kehidupan dan kebudayaanya ialah keanekaragaman pada zaman-

zamanya yang memiliki fase-fase peperangan dalam sejarah kuno. Oleh karena

itu bisa kita katakan walau pun Jepang mengalami perubahan diberbagai bidang

dan sektor, nilai-nilai tradisinya tetap terjaga dengan baik, dan memberikan

pelajaran bagi kita bahwa, modernisasi bukan berarti merubah pola hidup dan

tradisi lama leluhur yang positif dengan budaya barat. Oleh karena itu sebaiknya

kita menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya orang Jepang, dan dapat kita

contohkan dikehidupan masyarakat kita bahwa, banyak kehidupan yang unik bisa

kita berikan kepada masyarakat Indonesia.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Ienaga, Saburo. 1990. Nihon Bunkashi (Sejarah kebudayaan Jepang). Iwanami


shinsho. Tokyo

Ishida, Eiichiro.1986. Kebudayaan Jepang. Terj Arifin Bey. PT. Dian rakyat.
Jakarta.

http://text-id.123dok.com/document/nzw80vze-perubahan-kehidupan-masyarakat-
petani-jepang-setelah-perang-dunia-ii.html/2017/06/09

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang / Diakses pada tanggal 31 Mei


2017

https://virginiasyifaa.wordpress.com/2014/09/28/zaman-kuno-di-jepang/ Diakses
pada tanggal 31 mei 2017

http://sejarahsemesta.blogspot.co.id/2012/07/sejarah-jepang.html/ Diakses pada


tanggal 31 Mei 2017

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

Gambar I. Kofun

Gambar II: Nara

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gamabr 3. Asuka

Gambar 4. Hien

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Zaman Kofun sekitar 250 M, Nama zaman ini berasal dari tradisi orang

zaman itu yang membuat gundukan makam atau tumulus yang disebut kofun.

Pada zaman itu sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan

berpengaruh sebagai penguasa di tiap bagiannya. Salah satu di antaranya terdapat

negara Yamato yang berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi Kawachi. Negara

Yamato berlangsung dari abad ke-3 sampai abad ke-7, dan merupakan asal garis

keturunan asli kekaisaran Jepang. Negara Yamato berpengaruh di bagian jepang

bagian barat dan berkuasa atas klan-klan lain. Negara Yamato secara bertahap

menjadi negara yang tersentralisasi dan sudah memiliki undang-undang seperti

dinyatakan dalam Undang-Undang taiho dan butir-butir Reformasi Taika. Namun

setelah masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi

membuat makam berbentuk kofun lagi.

Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang

mendapat dukungan militer dari Jepang. Penyebaran agama Buddha di Jepang

dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shotokku mendedikasikan dirinya

dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang dan berjasa

menyusun Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang, Dan

di mulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat

mengadopsi praktek-praktek budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan,

serta menyusun undang-undang pidana ritsuryo dengan mengikuti struktur

administrasi Cina yang di sebut dengan zaman Asuka. Lalu pada abad ke-8 atau di

sebut Zaman Nara, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memindahkan ibu kota ke Heijo yang sekarang bernama Nara. Heijo dibangun

dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an(Xi'an) Sepanjang zaman

Nara, perkembangan politik sangat terbatas.. Anggota keluarga kekaisaran berebut

kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara.

Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan

Dinasti Tang Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka untuk menjauhkan

istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian(Kyoto).

Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan

selesainya penyusunan kronik Kojiki dan Nihon Shoki. Dalam kedua buku sejarah

tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang.

Di dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar

Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu Menurut kedua kronik, Kaisar

Jimmu merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang.. namun

Kaisar Jimmu sering dianggap sebagai kaisar mitos karena berdasarkan bukti-

bukti sejarah dan masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas.

Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar,

melainkan ditangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan

perdana menteri. Periode akhir sejarah klasik Jepang berlangsung dari 794 hingga

1185 yang disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang

puisi dan sastra terjadi pada zaman Heian.. Pada awal abad ke-11, Murasaki

Shikibu menulis novel Hikayat Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari

novel tertua di dunia dan Pada zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi

puisi Jepang, Man'yoshu dan Kokin Wakashu.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada zaman Heian berkembanglah berbagai macam kebudayaan lokal,

misalnya aksara kana yang asli dari Jepang. Namun Pengaruh budaya Cina mulai

surut setelah sampai di puncak keemasan,Pengiriman terakhir utusan Jepang ke

Dinasti Tang berlangsung pada tahun 838 sejalan dengan kemunduran Dinasti

Tang. Walaupun demikian, Cina masih terus berlanjut sebagai negara tujuan

ekspedisi dagang dan rombongan peziarah agama Buddha. Kekuasaan politik

istana kekaisaran berada di tangan segelintir keluarga bangsawan yang disebut

kuge, khususnya klan Fujiwara yang berkuasa dengan gelar Sessho dan

Kampaku.. Dan saat akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai..

contoh Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto, klan Taira,

klan Fujiwara, dan klan Tachibana.. Memasuki akhir abad ke-12, konflik antar

klan berubah menjadi berbagai perang saudara seperti Pemberontakan Hogen dan

Pemberontakan Heiji.. Setelah berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di

bawah pemerintahan militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan seorang

shogun.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


古代の日本の社会

古墳の時代にこの時代の名前はその時代の人々の伝統か
ら古墳と言っている。その時代に各パートの支配者として有力
な氏族ですでに強い軍事ある。一つの間にはやまとの国があっ
た。大和と河内国の州を中心にあった。やまと国は三世紀から
七世紀までで日本の天皇オリジナル系統の起源である。やまと
国は西の日本で有効になって他の氏族に他の氏族する。やまと
国は徐々に集中管理の国になって自分の法律があった。でも、
日本に仏教を入ってから人たちはまた古墳の墓地作らない。
Kofun no jidai ni kono jidai no namae wa sono jidai no hitobito no dentō
kara kofun to itte iru. Sono jidai ni kaku pāto no shihai-sha to shite yūryokuna
shizoku de sudeni tsuyoi gunji aru. Hitotsu no ma ni Hayama to no kuni ga atta.
Yamato to kawachinokuni no shū o chūshin ni atta. Yamato kuni wa san seiki
kara nanaseiki made de Nihon no ten'nō orijinaru keitō no kigendearu. Yamato
kuni wa nishi no Nihon de yūkō ni natte hoka no shizoku ni hoka no shizoku suru,
yamato kuni wa jojoni shūchū kanri no kuni ni natte jibun no hōritsu ga atta.
Demo, Nihon ni bukkyō o haitte kara hito-tachi wa mata kofun no bochi
tsukuranai.

538年に日本で仏教を入った。日本からの軍事支援を受けた
百済経由である。当局が行った日本の仏教の普及である。聖徳
太子は、日本における仏教の普及と中国文化に身を捧げて日本
に平和をもたらすには、憲法17条を構成すると信じる。645
年に大化の改新コマンドに始まる。日本はもっと進取の中国の
文化的慣行を採用した。政府を再編成し、中国の行政構造に従
うことによって、刑法の律令を起草である。それはあすかの時
代と言ってる。そして、八世紀とかなら時代にGemmei皇帝は
平城に資金を移動するための帝国を発行した。今はならになっ
た。平城は長安(西安)の唐王朝の首都を模倣するために構築
された。なら時代の沿ってに、政治情勢は非常に限られている
。天皇の家族は僧侶と貴人に権力を奪う。藤原氏に権力を奪う
。外交 はSilla
に経過して唐との正式な関係である。784年に資本金は平安
に転送される前に、僧侶の影響から宮殿を保つために長岡市に
移動した。
538-Nen ni Nihon de bukkyō o haitta. Nihon kara no gunji shien o uketa
Kutara keiyudearu. Tōkyoku ga okonatta Nihon no bukkyō no fukyūdearu.
Shōtokutaishi wa, Nihon ni okeru bukkyō no fukyū to Chūgoku bunka ni mi o

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sasagete Nihon ni heiwa o motarasu ni wa, kenpō 17-jō o kōsei suru to shinjiru.
645-Nen ni taikanokaishin komando ni hajimaru. Nihon wa motto shinshu no
Chūgoku no bunka-teki kankō o saiyō shita. Seifu o sai hensei shi, Chūgoku
gyōsei kōzō ni shitagau koto ni yotte, keihō no ritsuryō o kisōdearu. Sore wa
Asuka no jidai to itteru. Soshite, hasseiki tokanara jidai ni Gemmei kōtei wa
hirajiro ni shikin o idō suru tame no teikoku o hakkō shita. Ima wanara natta.
Hirajiro wa nagayasu (Shīan) no tō ōchō no shuto o mohō suru tame ni kōchiku sa
reta.Nara jidai no sotte ni, seiji jōsei wa hijō ni kagira rete iru. Ten'nō no kazoku
wa sōryo to kijin ni kenryoku ubau. Fujiwara shi ni kenryoku o datsu. Gaikō wa
shinra ni keika shite tō to no seishikina kankeidearu. 784-Nen ni shihonkin wa
heian ni tensō sa reru mae ni, sōryo no eikyō kara kyūden o tamotsu tame ni
Nagaoka-shi ni idō shita.

日本の歴史的な書き込みは年代記古事記や日本書紀の準備が完了し
て初期の8世紀に絶頂に達した。歴史に本の二番目の中に日本神話の時代
から、最初から日本の歴史をナレーションされる。それは、神武天皇によ
って660紀元前に日本の創設について、アマテラスの直系の子孫を書かれ
ていた。神武天皇は、現在の天皇の系譜の祖先であった。しかし、歴史的
な証拠に基づいており、彼の治世が不明であるため、神武天皇の皇帝はし
ばしば神話と見なされる。
Nihon'norekishi-tekina kakikomi wa nendai-ki kojiki ya Nihonshoki no
junbi ga kanryō shite shoki no 8 seiki ni zetchō ni tasshita. Rekishi ni hon no ni-
banme no naka ni Nihon shinwa no jidai kara, saisho kara nihon'norekishi
narēshon sa reru. Sore wa, shinmuten'nō ni yotte 660 kigenzen ni Nihon no
sōsetsu ni tsuite, amaterasu no chokkei no shison o kaka rete ita. Shinmuten'nō
wa, genzai no ten'nō no keifu no sosendeatta. Shikashi, rekishi-tekina shōko
motodzuite ori, kare no chisei ga fumeidearu tame, shinmuten'nō no kōtei wa
shibashiba shinwa to minasa reru.

奈良の日以来、政治権力は、天皇の手の中に常にではな
く、首相の手の中に貴族、将軍、軍、そして今の手。古典日本
の歴史の最後の期間は、1185年に794から続いた平安時代と呼
ばれます。詩と文学の分野で皇居の全盛期は、平安時代に発生
しました。11世紀の初めには、紫式部は、今まで世界最古の小
説の一つであり、平安時代の源氏物語は、日本の詩、万葉集や
古今和歌集の最古の写本コレクションを完了する小説を書いた

Nara no hiirai, seiji kenryoku wa, ten'nō no te no naka ni tsunenide wa
naku, shushō no te no naka ni kizoku, shōgun,-gun, soshite ima no te. Koten
nihon'norekishi no saigo no kikan wa, 1185-nen ni 794 kara tsudzuita heian jidai
to yoba remasu. Uta to bungaku no bun'ya de kōkyo no zenseiki wa, heian jidai ni
hassei shimashita. 11 Seiki no hajime ni wa, murasakishikibu wa, imamade sekai
saiko no shōsetsu no hitotsudeari, heian jidai no genjimonogatari wa, Nihon no
uta, man'yōshū ya kokonwakashū no saiko no shahon korekushon o kanryō suru
shōsetsu o kaita.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


平安時代であり、このような日本の原稿から仮名文字と
して地域文化、多種多様を開発しました。しかし、中国の文化
的影響は年間で838は唐王朝の衰退に沿って行われた唐の時代
に、黄金のピークに到着した後、最終配達の日本公使を退きま
した。それにもかかわらず、中国はまだ先の国や仏教の巡礼者
の取引遠征パーティとして継続されます。皇居政治権力は、貴
族と呼ばれる久下、度摂政・関白の一覧には特に強力な藤原氏
の手中にあります。そして平安時代の終わりには、さまざまな
武士の一族が現れた場合。最も強力な武士の一族の4つの例は
一族源氏、平家、一族の藤原と立花一族です。
12世紀の終わりに向かって、間一族の競合がHogenと平治の乱
など内戦の広い範囲になります。源平大戦の終了後、日本は幕
府のリーダーシップの下で、武士の一族によって、軍事政権下
にあった。
Heian jidaideari, kono yōna Nihon no genkō kara kana moji to shite chiiki
bunka, tashu tayō o kaihatsu shimashita. Shikashi, Chūgoku no bunka-teki eikyō
wa nenkan de 838 wa tō ōchō no suitai ni sotte okonawa reta tō no jidai ni, kogane
no pīku ni tōchaku shita nochi, saishū haitatsu no Nihon kōshi o shirizokimashita.
Sore nimokakawarazu, Chūgoku wa mada saki no kuni ya bukkyō no junrei-sha
no torihiki ensei pāti to shite keizoku sa remasu. Kōkyo seiji kenryoku wa, kizoku
to yoba reru Kuge,-do sesshō kanpaku no ichiran ni wa tokuni kyōryokuna
fujiwara shi no shuchū ni arimasu. Soshite heian jidai no owari ni wa,
samazamana bushi no ichizoku ga arawareta baai. Mottomo kyōryokuna bushi no
ichizoku no 4tsu no rei wa ichizoku Genji, heike, ichizoku no Fujiwara to
Tachibana ichizokudesu. 12 Seiki no owari ni mukatte,-kan ichizoku no kyōgō ga
Hogen to heidjinoran nado naisen no hiroi han'i ni narimasu. Genpei taisen no
shūryōgo, Nihon wa bakufu no rīdāshippu no shita de, bushi no ichizoku ni yotte,
gunji seiken-ka ni atta.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai