Anda di halaman 1dari 108

EVALUASI TINGKAT KEANDALAN SISTEM

PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA


BANGUNAN RUMAH SAKIT
(Studi Kasus : Rumah Sakit Grandmed Lubuk
Pakam)

SKRIPSI

OLEH

NOVI WAHYUNI HARAHAP


140406013

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


EVALUASI TINGKAT KEANDALAN SISTEM
PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA
BANGUNAN RUMAH SAKIT
(Studi Kasus : Rumah Sakit Grandmed Lubuk
Pakam)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam


Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVI WAHYUNI HARAHAP


140406013

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

EVALUASI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI PASIF


KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SAKIT
(Studi Kasus : Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Juli 2018

Novi Wahyuni Harahap

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Bangunan rumah sakit adalah bangunan yang bersifat publik yang


digunakan banyak orang sebagai fasilitas untuk kebutuhan kesehatan. Penghuni
rumah sakit tidak hanya orang yang sehat tetapi mayoritas orang sakit yang tidak
mampu melakukan penyelamatan diri sendiri, oleh karna itu sistem keselamatan
bangunannya haruslah handal terutama sistem proteksi kebakaran untuk
menanggulangi bencana kebakaran yang dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.
Sistem proteksi kebakaran terbagi menjadi 2 yaitu aktif dan pasif, penelitian ini
hanya berfokus pada sistem proteksi pasif kebakaran. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif dengan melakukan ceklist langsung di lapangan
terhadap variabel yang telah ditentukan kemudian dianalisa, dihirarkikan
berdasarkan bobotnya dengan metode AHP setelah itu masing - masing variabel
dan sub variabel akan diberikan penilaian dengan skala likert menurut
kesesuaiannya terhadap peraturan dan standart, yang kemudian bobot akan di
kalikan dengan nilai kesesuaian untuk mendapatkan nilai keandalannya. Hasil dari
Penelitian ini adalah variabel sarana penyelamatan jiwa mendapatkan tingkat
keandalan 1,692 yang dikategorikan cukup dalam skala likert sedangkan untuk
variabel bangunan mendapatkan tingkat keandalan 3,000 yang di kategorikan baik
dan tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran bangunannya adalah
sebesar 2,250 yang termasuk kedalam kategori cukup.

Kata Kunci: Evaluasi tingkat keandalan, sistem proteksi pasif kebakaran, Rumah
sakit
ABSTRACT

Hospital buildings are public buildings that many people use as facilities
for health needs. Hospital residents are not only healthy people but the majority
of sick people are not able to save themselves, because of that the building safety
system must be reliable especially fire protection systems to cope with fire
disasters that can occur anytime and anywhere. The fire protection system is
divided into 2 active and passive, this research only focuses on passive fire
protection systems. This study uses descriptive analysis method by checking
directly in the field against the variables that have been determined and then
analyzed, It is based on its weight with the AHP method after which each variable
and sub variable will be given a rating with a Likert scale according to its
compliance with regulations and standards, then the weight will be multiplied by
the suitability value to get the reliability value. The results of this study are
variable means of saving lives to get a reliability level of 1.692 which is
categorized as sufficient in a Likert scale while for building variables get a
reliability level of 3,000 which is categorized as good and the level of reliability
of the building's passive fire protection system is 2,250 which is included in the
sufficient category.

Keywords: Evaluation of reliability level, passive fire protection system, hospital

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan. Adapun skripsi ini berjudul “Evaluasi Tingkat Keandalan Sistem

Proteksi Pasif Kebakaran Pada Bangunan Rumah Sakit (Studi Kasus : Rumah

Sakit Grandmed Lubuk Pakam)” dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada program studi arsitektur di Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tentunya banyak halangan dan kendala yang harus di lalui. atas segala

bantuan yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi dan kegiatan di

kampus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Novrial, M.Eng, selaku dosen pembimbing skripsi serta SPLB 2

yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, masukan, dan bimbingan

selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

2. Ibu Andalucia, ST, M.Sc dan Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang dibutuhkan

penulis dalam proses pengerjaan skripsi.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Si, IPM selaku Ketua Departemen

Arsitektur FT USU dan Ibu Beny O. Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D, IPM

selaku Sekertaris Departemen Arsitektur FT USU.

4. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta staf dan pegawai Departemen

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. Ferdinand Dermawan Sembiring dan pihak management

Rumah Sakit Grandmed yang telah memberikan bantuan kepada penulis

dalam proses pengumpulan data dan penelitian.

6. Orang tua saya bapak Habibuddin dan ibu Suparni serta adik saya Siti

Suryanti yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat, dukungan

dan keikhlasan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

7. Sahabat-sahabat di Arsitektur USU 2014. Khususnya Marina, Adhe, dan

teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat di JM yang selalu memberi dukungan dan semangat

ketika penulis sudah mulai jenuh, Sisil, Mimip, Pader, Cikas, Ciclau, Tela

dan Tiur Maria Simarmata teman tidur yang sesalu setia menemani dari

awal sampai akhir pengerjaan skripsi ini .

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam penulisan ini. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini yang di mana sangat diharapkan kritik dan

saran untuk penyempurnaan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang

Arsitektur.

Medan, 23 Juli 2018

Penulis

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................4

1.6 Kerangka Berfikir ..............................................................................5

1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Evaluasi ...............................................................................7

2.2 Tingkat Keandalan .............................................................................8

2.3 Bangunan Gedung .............................................................................9

2.3.1 Defnisi Bangunan Gedung ......................................................9

2.3.2 Klasifikasi Bangunan Gedung ...............................................10

2.4 Bangunan Rumah Sakit ...................................................................15

2.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................15

2.4.2 Kelengkapan Rumah Sakit ....................................................16

iv
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kebakaran ........................................................................................20

2.5.1 Definisi Kebakaran ................................................................20

2.5.2 Klasifikasi Kebakaran ...........................................................20

2.5.3 Penyebab Kebakaran .............................................................21

2.6 Sistem Proteksi Kebakaran ..............................................................23

2.6.1 Sarana Pemadam Kebakaran .................................................23

2.6.2 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran ..........................................25

2.6.3 Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ...........................................25

2.6.3.1 Bangunan ..................................................................27

2.6.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa ........................................31

2.7 Definisi Analitycal Hierarchy Process (AHP) ................................38

2.7.1 Metode Keputusan AHP ........................................................38

2.7.2 Prinsip Kerja AHP .................................................................40

2.8 Peneletian Sejenis yang Sudah Pernah Dilakukan .........................42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kawasan Penelitian..........................................................................50

3.2 Jenis Penelitian ................................................................................51

3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................51

3.4 Analisa Data ....................................................................................52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Eksisting Bangunan Gedung Rumah Sakit ........................58

4.2 Analisa Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ........................................59

4.2.1 Bangunan ...............................................................................59

v
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.1 Konstruksi Tahan Api ...............................................59

4.2.1.2 Material Bangunan ....................................................60

4.2.2 Sarana Penyelamatan Jiwa ....................................................61

4.2.2.1 Tanda Arah ( Signboard ) .........................................61

4.2.2.2 Pintu Darurat .............................................................62

4.2.2.3 Tangga Darurat .........................................................65

4.2.2.4 Penerangan Darurat ...................................................67

4.2.2.5 Jalur Evakuasi (koridor) ............................................68

4.2.2.6 Ram ...........................................................................70

4.3 Pembobotan Variabel dan Sub Variabel Sistem Proteksi Pasif

Kebakaran Bangunan Rumah Sakit ................................................73

4.4 Penilaian Variabel dan Sub Variabel Sistem Proteksi Pasif

Kebakaran Bangunan Rumah Sakit ................................................75

4.5 Nilai Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Bangunan

Rumah Sakit ...................................................................................78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................80

5.2 Pedoman desain ...............................................................................83

5.3 Saran ................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................87

LAMPIRAN..........................................................................................................90

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ................................................................................5

Gambar 3.1 Layout Kawasan Rumah Sakit Grandmed .........................................50

Gambar 3.2 Layout kawasan Objek Penelitian ......................................................50

Gambar 3.3 Bobot Tiap Variabel Dengan Menggunakan Expert Choice..............55

Gambar 3.4 Struktur Hierarki Lingkup Penelitian .................................................57

Gambar 4.1 Bangunan Rumah Sakit ......................................................................58

Gambar 4.2 Analisa Konstruksi Tahan Api Rumah Sakit .....................................60

Gambar 4.3 Analisa Tanda Arah (Signboard) Rumah Sakit..................................61

Gambar 4.4 Analisa Pintu Darurat Rumah Sakit ...................................................63

Gambar 4.5 Analisa Tangga Darurat Rumah Sakit ................................................65

Gambar 4.6 Analisa Jalur Evakuasi (koridor) Rumah Sakit ..................................69

Gambar 4.7 Analisa Ram Rumah Sakit ................................................................71

Gambar 4.8 Hasil Pembobotan variabel dengan expert choice..............................73

Gambar 4.9 Hasil Pembobotan Sub variabel dengan expert choice .....................73

Gambar 5.1 Contoh Pintu Darurat yang direkomendasikan ..................................84

Gambar 5.2 Contoh Tangga Darurat yang direkomendasikan ...............................84

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Minimum Konstruksi Ketahanan Api Pada Kelas Bangunan........28

Tabel 2.2 Tipe Minimum Kolom Beton Bertulang ................................................28

Tabel 2.3 Ketahanan Material Bangunan Terhadap Api ........................................29

Tabel 2.4 Ukuran Maksimal Kompartemenisasi Kebakaran .................................30

Tabel 2.5 Pembobotan Kriteria Pada AHP ............................................................41

Tabel 2.6 Penelitian Sejenis ...................................................................................42

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ................................................................................53

Tabel 3.2 Skala Penilaian Komponen Sistem Proteksi Pasif Kebakaran ..............56

Tabel 3.3 Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran .........................................57

Tabel 4.1 Analisa Konstruksi Tahan Api Ruah Sakit ............................................59

Tabel 4.2 Analisa Analisa struktur dan material bangunan Rumah Sakit..............60

Tabel 4.3 Analisa Tanda Arah (Signboard) Rumah Sakit ....................................62

Tabel 4.4 Analisa Pintu Darurat Rumah Sakit ......................................................63

Tabel 4.5 Analisa Tangga Darurat Rumah Sakit ..................................................66

Tabel 4.6 Analisa Penerangan Darurat Rumah Sakit ............................................68

Tabel 4.7 Analisa Jalur Evakuasi (koridor) Rumah Sakit ......................................70

Tabel 4.8 Analisa Ram Rumah Sakit .....................................................................71

Tabel 4.9 Bobot Komponen Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Gedung ................74

Tabel 4.10 Penilaian Komponen Berdasarkan Kesesuaian Terhadap Kriteria ......75

Tabel 4.11 Jumlah Perkalian Bobot dengan Nilai Sub Variabel ............................78

Tabel 4.12 Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Gedung Pada Rumah
Sakit ....................................................................................................79

viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api, dimana kebakaran adalah

api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.

Kebakaran merupakan Kondisi natural akibat persentuhan bahan bakar, oksigen

dan panas atau kalor, yang tidak terkendali (Ramli Soehatman, 2010). Pada saat

terjadi kebakaran, ada 4 (empat) hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

bahaya api, yaitu penghuni bangunan (manusia), isi bangunan (harta), struktur

bangunan dan bangunan yang letaknya bersebelahan (Mahmudah Rifaatul, 2012).

Kebakaran dapat terjadi di berbagai tempat seperti hutan, lingkungan

permukiman, dan juga bangunan yaitu pasar, sekolah, perpustakaan, terminal,

pusat perbelanjaan, perkantoran dan rumah sakit. Pada bangunan gedung terdapat

manajemen dan sistem proteksi kebakaran yang dapat diandalkan dalam

mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran dapat

dikelompokkan atas dua bagian yaitu sistem proteksi aktif dan pasif (Ramli,2010).

Sistem proteksi aktif kebakaran adalah sistem proteksi kebakaran yang

secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun

otomatis sedangkan sistem proteksi pasif kebakaran adalah sistem proteksi

kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan

dan komponen struktur bangunan , kompartemenisasi atau pemisah bangunan

berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan terhadap bukaan (permen

PU RI No. 26/PRT/M/2008).

1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum RI No. 26/PRT/M/2008

menetapkan peraturan bahwa setiap gedung harus memiliki sarana yang

dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam

kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila

terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan, serta harus

memiliki pengelolaan proteksi kebakaran untuk mencegah terjadinya kebakaran

atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan

termasuk ke bangunan lainnya, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif

maupun pasif.

Kejadian kebakaran di Sumatera utara berdasarkan data dari Pantauan

Bencana Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir 2008 - 2018 tercatat 88 kasus kebakaran yang

terlepas dari kebakaran hutan dan lahan dan 3 diantaranya tercatat berlokasi di

kabupaten Deli Serdang. Salah satu bangunan yang terkena bencana kebakaran

pada tahun 2015 yaitu Rumah Sakit Grandmed, Lubuk Pakam, Sumatera Utara,

tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini dan para pasien berhasil dievakuasi

dengan selamat sampai api berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam

(pusatkrisis.kemkes.go.id).

Gedung rumah sakit merupakan fasilitas publik yang setiap harinya

digunakan dalam populasi yang banyak. Rumah sakit merupakan bangunan yang

harus mendapatkan perhatian dalam masalah pencegahan dan penanggulangan

kebakaran yang sebahagian penghuninya adalah orang sakit yang tidak mampu

untuk melakukan penyelamatan diri. Undang-Undang R.I No. 44 Tahun 2009,

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
3

tentang “Rumah Sakit”, menyebutkan bahwa diperlukannya persyaratan teknis

yang berkaitan dengan “pencegahan dan penanggulangan kebakaran”. Sistem

proteksi kebakaran pada rumah sakit haruslah handal terlebih lagi sistem proteksi

pasifnya oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

mengetahui seberapa handal penerapan sistem proteksi pasif kebakaran yang ada

pada rumah sakit. Penelitian ini hanya difokuskan pada sistem proteksi pasif dan

sarana penyelamatan jiwa berdasarkan Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi

Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung Berdasarkan

standart dan peraturan yang berkaitan dengan sistem proteksi pasif kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran pada gedung

rumah sakit ?

2. Bagaimana desain sistem proteksi pasif kebakaran yang andal untuk

bangunan gedung rumah sakit ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran pada

bangunan gedung rumah sakit.

2. Mendesain sistem proteksi pasif kebakaran yang handal pada rumah sakit.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pedoman desain sistem

proteksi kebakaran pasif yang andal untuk rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan permasalahan dalam ruang lingkup penelitian masalah ini adalah :

1. Penelitian ini dibatasi dengan hanya meneliti sistem proteksi pasif pada

bangunan.

2. Bangunan rumah sakit yang diteliti hanya pada massa tunggal bangunan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
5

1.6 Kerangka Berpikir

Penelitian ini memiliki landasan berupa pemahaman yang menjadi dasar

dan pondasi pemikiran yang disebut sebagai kerangka berpikir, yaitu sebagai

berikut:

LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan bangunan yang harus mendapatkan perhatian dalam


masalah pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Sistem
perlindungan/pengamanan kebakaran yang sesuai dengan standart yang
berlaku adalah cara yang efektif untuk meningkatakan proteksi pasif kebakaran
.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana keandalan sistem proteksi pasif kebakaran pada gedung rumah


sakit ?
2. Bagaimana desain sistem proteksi pasif kebakaran yang andal untuk
bangunan gedung rumah sakit ?

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian sistem proteksi


pasif dalam pencegahan, penannggulangan dan tanggap darurat kebakaran
pada bangunan gedung rumah sakit. Mendapatkan solusi yang tepat terhadap
masalah yang timbul.

METODE PENELITIAN Data ANALISA DATA


skunder
Penelitian deskriptif  Hasil pengolahan
kualitatif dengan mengobservasi data
lokasi, kemudian menganalisis  Penggunaan
data menggunakan metode AHP Data software expert
AHP (Analytical hierarchy primer choice.
Process) dan bantuan software
expert choice. Pengumpulan HASIL DAN PEMBAHASAN
data.

KESIMPULAN
Gambar 1.1 – Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
6

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dideskripsikan dengan urutan penelitian sebagai

berikut:

Bab I. Pendahuluan

Pendahuluan berisi dasar-dasar dari penelitian, seperti latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II. Tinjauan Pustaka

Kajian kepustakaan berisi dasar-dasar teori yang didapatkan oleh penulis.

Teori tersebut bisa didapat dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,

ataupun data-data yang dianggap penting untuk penelitian dan dapat dijadikan

dasar analisis pada bab selanjutnya.

Bab III. Metode Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang dilakukan.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan dan kemudian

dianalisa.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Berisi penjabaran kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab

pertanyaan permasalahan yang dikemukakan di pendahuluan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB II . KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia evaluasi adalah suuatu proses

penilaian, pengukuran dan perbandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang dicapai

dengan hasil yang seharusnya dicapai.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat

dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and

merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk

membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan

meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti

dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan (Stufflebeam dan Shinkfield (1985:

159) dalam putro eko).

Sementara itu menurut Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National

Study Committee on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12),

menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan,

pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.

Dengan kata lain evaluasi yaitu proses pengumpulan data dan informasi

yang kemudian dijadikan bahan penilaian untuk mengukur dan memutuskan hasil

yang seharusnya dicapai.

7
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8

2.2 Tingkat Keandalan

Tingkat keandalan suatu sistem merupakan penilaian yang dilakukan

dengan cara mengevaluasi sistem yang telah diidentifikasi. Penelitian-penelitian

sebelumnya mengenai tingkat kaandalan sistem proteksi kebakaran sudah pernah

dilakukan.

Pada penelitian dengan judul “ Evaluasi Keandalan Keselamatan

Kebakaran Pada Gedung Fisip II Universitas Brawijaya, Malang” yang

dilakukan oleh Vegar Dheva pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa tingkat

keandalan kebakaran gedung FISIP II Universitas Brawijaya, Malang berdasarkan

analisis AHP sebesar 86,94 % sedangkan berdasarkan PD-T-11-2005-C sebesar

86,692. Jadi, keandalan kebakaran pada gedung tersebut berdasarkan analisis

menggunakan metode AHP maupun berdasarkan PD-T-11-2005-C dapat

dikategorikan baik (B).

Sanjaya Mirza dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Sarana Dan

Prasarana Rumah Sakit Dalam Menghadapi Bencana Kebakaran (Studi Kasus Di

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II)” Kelengkapan sarana dan prasarana

penanggulangan bencana kebakaran sebagian besar telah sesuai dengan standart

Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif dari

Kementerian Kesehatan Tahun 2007. Hanya saja masih terdapat beberapa unsur

yang perlu ditingkatkan, seperti penambahan detektor asap, penambahan jumlah

APAR serta penempatan jenis APAR yang sesuai menurut lokasinya, pemerataan

sprinkler di semua blok gedung, jalur evakuasi untuk lantai atas, perbaikan pintu/

jalan keluar darurat dan papan nama serta bangunan di titik berkumpul.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
9

Selanjutnya berdasar penelitian yang berjudul “Identifikasi Tingkat

Keandalan Elemen-Elemen Penanggulangan Bencana Kebakaran Gedung PD

Pasar Jaya Di DKI Jakarta” yang dilakukan oleh Pontan Darmawan pada tahun

2016 menyimpulkan bahwa berdasarkan dari perhitungan nilai tingkat keandalan

elemen penanggulangan bencana kebakaran dengan menggunakan 14 sampel

bangunan PD Pasar Jaya di Jakarta sebagai sampel penelitian, dapat disimpulkan

bahwa sebanyak 64,3 % bangunan PD pasar di Jakarta memiliki tingkat keandalan

kebakaran rata-rata di atas angka 70 % (cukup memadai).

2.3 Bangunan Gedung

2.3.1 Definisi Bangunan Gedung

Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008, bangunan gedung adalah

wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam

tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,

kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Sedangkan menurut Permen PU No. 10/KPTS/2000, bangunan gedung

adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu lingkungan

sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan

secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
10

2.3.2 Klasifikasi Bangunan

Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008 kelas bangunan gedung,

adalah pembagian bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai

dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan gedung, sebagai berikut:

a. Kelas 1 : Bangunan gedung hunian biasa. Satu atau lebih bangunan gedung

yang merupakan:

1) Kelas 1a, bangunan gedung hunian tunggal yang berupa:

a) Satu rumah tinggal; atau

b) Satu atau lebih bangunan gedung gandeng, yang masing-masing

bangunan gedungnya dipisahkan dengan suatu dinding tahan

api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit town house,

villa; atau

2) Kelas 1b, rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau sejenisnya

dengan luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih

dari 12 orang secara tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah

bangunan gedung hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat

garasi pribadi.

b. Kelas 2 : Bangunan gedung hunian, terdiri atas 2 atau lebih unit hunian

yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.

c. Kelas 3 : Bangunan gedung hunian di luar bangunan gedung kelas 1 atau

kelas 2, yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau

sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan, termasuk:

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
11

1) Rumah asrama, rumah tamu (guest house), losmen; atau

2) Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau

3) Bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau

4) Panti untuk lanjut usia, cacat atau anak-anak; atau

5) Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan gedung perawatan

kesehatan yang menampung karyawan-karyawannya.

d. Kelas 4 : Bangunan gedung hunian campuran.

Tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan gedung kelas 5, 6, 7,

8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan gedung

tersebut.

e. Kelas 5 : Bangunan gedung kantor.

Bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha

profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar

bangunan gedung kelas 6, 7, 8 atau 9.

f. Kelas 6 : Bangunan gedung perdagangan.

Bangunan gedung toko atau bangunan gedung lain yang dipergunakan

untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan

kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:

1) ruang makan, kafe, restoran; atau

2) ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu

hotel atau motel; atau

3) tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum; atau

4) pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
12

g. Kelas 7 : Bangunan gedung penyimpanan/gudang. Bangunan gedung yang

dipergunakan untuk penyimpanan, termasuk:

1) tempat parkir umum; atau

2) gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau

cuci gudang.

h. Kelas 8 : Bangunan gedung laboratorium/industri/pabrik. Bangunan

gedung laboratorium dan bangunan gedung yang dipergunakan untuk

tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan,

pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam

rangka perdagangan atau penjualan.

i. Kelas 9 : Bangunan gedung umum. Bangunan gedung yang dipergunakan

untuk melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu:

1) Kelas 9a : bangunan gedung perawatan kesehatan, termasuk bagian-

bagian dari bangunan gedung tersebut yang berupa laboratorium.

2) Kelas 9b : bangunan gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja,

laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan,

hall, bangunan gedung peribadatan, bangunan gedung budaya atau

sejenis, tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan gedung

yang merupakan kelas lain.

j. Kelas 10 : Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.

1) Kelas 10a : bangunan gedung bukan hunian yang merupakan garasi

pribadi, carport, atau sejenisnya.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
13

2) Kelas 10b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding

penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau

sejenisnya.

k. Bangunan gedung-bangunan gedung yang tidak diklasifikasikan khusus.

Bangunan gedung atau bagian dari bangunan gedung yang tidak

termasuk dalam klasifikasi bangunan gedung 1 s.d 10 tersebut, dalam

persyaratan teknis ini, dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati

sesuai peruntukannya.

l. Bangunan gedung yang penggunaannya insidentil. Bagian bangunan

gedung yang penggunaannya insidentil dan sepanjang tidak

mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan gedung lainnya,

dianggap memiliki klasifikasi yang sama dengan bangunan gedung

utamanya.

m. Klasifikasi jamak. Bangunan gedung dengan klasifikasi jamak adalah

bila beberapa bagian dari bangunan gedung harus diklasifikasikan secara

terpisah, dan:

1) bila bagian bangunan gedung yang memiliki fungsi berbeda tidak

melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan gedung,

dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi

bangunan gedung utamanya.

2) Kelas-kelas : 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b, adalah klasifikai yang

terpisah;

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
14

3) Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lift, ruang boiler

(ketel uap) atau sejenisnya, diklasifikasi sama dengan bagian

bangunan gedung di mana ruang tersebut terletak.

Menurut peraturan kepmen PU No.02/KPTS/1985, bangunan

diklasifikasikan menurut tingkat ketahanan struktur utamanya terhadap api

yang terdiri dari empat kelas yaitu:

a. Bangunan kelas A, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam, yaitu

meliputi bangunan –bangunan : hotel, pertokoan, dan pasar-raya,

perkantoran, rumah sakit dan perawatan, bangunan industri, tempat

hiburan, museum, bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.

b. Bangunan kelas B, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Antara

lain: perumahan bertingkat, asrama, sekolah, tempat ibadah.

c. Bangunan kelas B, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur

utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya setengah jam

meliputi bangunan gedung yang tidak bertingkat dan sederhana.

d. Bangunan kelas D, adalah bangunan yang tidak mencakup kelas A, B,

C, diatur secara khusus misalnya: instalansi nuklir, bangunan-bangunan

yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah

meledak.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
15

2.4 Bangunan Rumah Sakit

2.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan

rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah

Daerah diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas yaitu A,B,C,D dan D

1. Rumah Sakit Kelas A

Disebut rumah sakit pusat yaitu rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis luas oleh pemerintah,

ditetapkan menjadi tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral

hospital).

2. Rumah Sakit Kelas B

Merupakan rumah sakit yang didirikan di setiap ibukota provinsi

(provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan yang

berasal dari rumah sakit rumah sakit yang berada di kabupaten

dikarenakan rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan

subspesialis terbatas. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk

dalam rumah sakit tipe A diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

3. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit yang menyediakan empat macam pelayanan spesialis

yang disediakan yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah,

pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan.

Merupakan rumah sakit yang didirikan di setiap kabupaten /kota

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
16

(regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari

puskesmas.

4. Rumah Sakit Kelas D

Rumah sakit tipe D hanya mampu memberikan pelayanan kedokteran

umum dan kedokteran gigi, rumah sakit ini bersifat transisi karena

pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe C. Rumah

sakit ini juga rumah sakit yang menampung pelayanan rujukan dari

puskesmas sama halnya dengan rumah sakit tipe C.

5. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit yang mampu memberikan haya satu pelayanan

kedokteran saja atau disebut juga rumah sakit khusus (special

hospital) misalnya rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit jiwa, rumah

sakit paru, rumah sakit kusta dan rumah sakit jantung.

2.4.2 Kelengkapan Rumah Sakit Terhadap Bahaya Kebakaran Menurut

SNI 03-1736-2000

Bangunan Rumah Sakit adalah bangunan kelas A yang komponen

struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam (PU

No.02/KPTS/1985). Sedangkan menurut SNI 03-1736-2000 bangunan rumah

sakit termasuk dalam bangunan kelas 9a. Bangunan-bangunan kelas 9a harus

dilengkapi dengan tersedianya daerah yang aman terhadap kebakaran dan

asap :

1. Daerah perawatan pasien harus dibagi dalam kompartemen-


2
kompartemen kebakaran dengan luas tidak melebihi 2.000 m .

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
17

2. Daerah bangsal pasien :


2
a). Untuk luasan lantai melampaui 1.000 m harus dibagi menjadi
2
daerah yang tidak lebih dari 1.000 m oleh dinding-dinding

dengan Tingkat Ketahanan Api (TKA) tidak kurang dari

60/60/60.
2
b). Untuk luasan lantai melampaui 500 m harus dibagi menjadi
2
daerah tidak lebih dari 500 m oleh dinding-dinding kedap asap

sesuai dengan butir 4 di bawah.

c). Pada pembagian / pemisahan ruang bangsal dengan dinding-

dinding tahan api menurut butir 1 di atas dan butir 2.a) tidak

diperlukan, dinding-dinding apapun yang kedap asap menurut

2.b) di atas harus memiliki suatu TKA tidak kurang dari 60/60/60.

3. Daerah perawatan harus dibagi dalam luasan lantai tidak lebih dari
2
1000 m dengan dinding kedap asap sesuai butir 4 di bawah.

4. Suatu dinding kedap asap harus :

a). Tidak mudah terbakar, dan membentang hingga di bawah

permukaan lantai, di atasnya, di bawah penutup atap yang tidak

mudah terbakar atau di bawah langit-langit yang tahan mencegah

perambatan api ke ruang di atasnya tidak kurang dari 60 menit.

b). Tidak digabungkan dengan luasan atau permukaan dari bahan

kaca apapun, kecuali bahan kaca jenis aman yang ditentukan

berdasarkan standar yang berlaku.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
18

c). Memiliki pintu keluar yang dilengkapi dengan pintu-pintu tahan

asap sesuai ketentuan.

d). Tidak terdapat lubang bukaan apapun kecuali bukaan yang

dikelilingi bagian yang menembus dinding yang dilengkapi

dengan penyetop api yang akan menghambat jalannya asap.

e). Dilengkapi damper asap yang dipasang pada tempat saat saluran

udara dari sistem pengkondisian udara menembus dinding,

kecuali sistem pengkondisian udaranya membentuk bagian dari

pengendali asap, atau yang diperlukan untuk tetap beroperasi

selama kebakaran.

5. Kompartemen-kompartemen kebakaran harus dipisahkan dari bagian

bangunan lain melalui dinding-dinding tahan api.

a). Pada konstruksi Tipe A – lantai dan langit-langitnya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

b). Pada konstruksi Tipe B – lantai dengan TKA tidak kurang dari

120/120/120 dan disertai bukaan pada dinding-dinding luarnya

yang membatasi daerah pasien, dipisahkan secara vertikal sesuai

dengan persyaratan pada butir 6, bila sebelumnya bangunan

dengan konstruksi Tipe A.

6. Pintu yang harus kedap asap atau memiliki TKA, yang tidak sama

dengan pintu yang berfungsi sebagai kompartemen kebakaran yang

diperlengkapi dengan sistem pengendalian asap terzonasi sesuai

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
19

dengan standar yang berlaku, harus mempunyai satu reservoir asap

yang tidak melebar sejauh 400 mm dari samping bawah :

a). Penutup atap.

b). Lantai diatasnya.

c). Suatu langit-langit yang dirancang untuk mencegah aliran asap.

7. Untuk ruang-ruang yang berlokasi di dalam ruang perawatan pasien

harus dipisahkan dari ruang perawatan pasien dengan dinding-

dinding yang TKA tidak kurang dari 60/60/60 dan menerus ke

penutup atap dari bahan tidak mudah terbakar, lantai atau langit-

langit yang mampu mencegah perambatan api, pintu-pintunya harus

dilindungi dengan pintu yang mempunyai TKA tidak kurang dari -

/60/30. Ruang-ruang tersebut adalah :

a). Dapur dan ruang penyiapan makanan yang mempunyai luas lantai
2
lebih dari 30m .

b). Ruang yang terdiri dari fasilitas hyper baric (bilik bertekanan).

c). Ruang digunakan terutama untuk penyimpanan catatan-catatan


2
medis dan mempunyai luas lantai lebih dari 10 m .

d). Ruang cuci (binatu) berisi peralatan dari jenis yang berpotensi

menimbulkan kebakaran (seperti pengering dengan gas).

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
20

2.5 Kebakaran

2.5.1 Definisi Kebakaran

Menurut ILO (1991) kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak

diinginkan dan kadang kala tidak dapat dikendalikan , sebagai hasil

pembakaran suatu bahan dalam udara dan mengeluarkan energi panas dan

nyala api.

Kebakaran merupakan suatu reaksi oksidasi eksotermis yang

berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan

timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar sendiri dapat berupa bahan padat

,cair,gas dan uap. Akan tetapi bahan bakar yang berbentuk uap dan cairan

biasanya akan lebih mudah untuk mengalami penyalaan (Depnaker, 1999).

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali di luar kemampuan dan keinginan

manusia (Ramli, 2010).

2.5.2 Klasifikasi Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 mengklasifikasikan kebakaran menjadi 4

yaitu kategori A,B,C,D :

1. Kebakaran Klas A

Kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh

: kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb. Alat/media pemadam yang tepat

untuk memadamkan klas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung

pemadam, foam (busa) dan air.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
21

2. Kebakaran Klas B

Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar. Contoh:

kerosini, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng. Alat

pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah tepung

pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray /kabut yang

halus.

3. Kebakaran Klas C

Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti: Breaker listrik dan

alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat pemadam yang

dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry

chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

4. Kebakaran Klas D

Kebakaran pada benda-benda padat seperti : magnesium, alumunium,

natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir

halus dan kering, dry powder khusus.

2.5.3 Penyebab Kebakaran

Faktor penyebab kebakaran menurut depnaker sebagai berikut:

1. Faktor Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran yaitu:

a. Faktor pekerja

 Tidak mau atau kurang mengetahui prisip dasar pencegahan

kebakaran.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
22

 Menempatan barang atau menyusun barang yang mudah

terbakar tanpa menghiraukan norma norma pencegahan

kebakaran.

 Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan.

 Kurang memiiki rasa tanggung jawab atau adanya unsur

kesengajaan.

b. Faktor pengelola

 Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan

kerja.

 Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

 Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baik

terutama dalam kegiatan penentuan bahaya.

 Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan.

2. Faktor teknis

 Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibat

kenaikan suhu atau timbulnya bunga api terbuka.

 Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan ,

penyimpanan, penanganan barang atau bahan kimia berbahaya

tanpa memperhatikan petunjuk yang ada.

 Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek.

3. Faktor alam

 Petir merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
23

 Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan

juga perumahan yang dilalui lahar panas.

2.6 Sistem Proteksi Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah

sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang

maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem

proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka

melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran (Permen PU

No. 26/PRT/M/2008).

2.6.1 Akses Pemadam Kebakaran

Akses/jalan atau sarana lain yang terdapat pada bangunan gedung yang

khusus disediakan untuk masuk petugas dan unit pemadam.

1. Akses petugas pemadam kebakaran dibuat melalui dinding luar untuk

operasi pemadaman dan penyelamatan. Bukaan tersebut harus siap

dibuka dari dalam dan luar atau terbuat dari bahan yang mudah

dipecahkan, dan senantiasa bebas hambatan selama bangunan gedung

dihuni atau dioperasikan.

2. Akses Petugas Pemadam Kebakaran harus diberi tanda segitiga warna

merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan

diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES

PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI” dengan

ukuran tinggi minimal 50 mm. Ketentuan ini tidak dipersyaratkan untuk

bangunan gedung hunian rumah tinggal satu atau dua keluarga.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
24

3. Akses petugas pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 85 cm lebar

dan 100 cm tinggi, dengan tinggi ambang bawah tidak lebih dari 100 cm

dan tinggi ambang atas tidak kurang dari 180 cm di atas permukaan

lantai bagian dalam.

4. Jumlah dan posisi bukaan akses pemadam kebakaran untuk selain

bangunan gedung hunian:

(1).Pada tiap lantai atau kompartemen kecuali lantai pertama dan

ketinggian bangunan gedung tidak melebihi 60 m, harus ada 1

bukaan akses untuk tiap 620 m2 luas lantai, ataupun bagian dari

lantai harus memiliki 2 bukaan akses Pemadam Kebakaran pada

setiap lantai bangunan gedung atau kompartemen.

(2).Pada bangunan gedung yang di dalamnya terdapat kompartemen-

kompartemen atau ruang-ruang yang ukurannya kurang dari 620 m2

yang tidak berhubungan satu sama lain, maka masing-masing harus

diberi bukaan akses.

(3). Dalam suatu bangunan gedung atau kompartemen yang dilengkapi

seluruhnya dengan sistem springkler otomatis, penentuan bukaan

akses didasarkan atas perhitungan bukaan akses untuk 6.200 m2

pertama pada basis 620 m2 untuk tiap bukaan akses, dan

selanjutnya diberikan tambahan bukaan akses berikutnya untuk

luas lantai lebih dari 6.200 m2 dengan basis 1.240 m2. Untuk tiap

bukaan akses tersebut harus didistribusikan pada dinding-dinding

bangunan gedung yang berlawanan.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
25

(4). Bila bukaan akses lebih dari 1 (satu), maka harus ditempatkan

berjauhan satu sama lain dan ditempatkan tidak pada satu sisi

bangunan gedung. Bukaan akses harus berjarak minimal 30 m satu

sama lain diukur sepanjang dinding luar dari tengah bukaan akses.

(5). Bila luas ruangan sangat besar dibandingkan dengan ketinggian

normal langit-langit, maka diberikan bukaan tambahan yang

diletakkan pada permukaan atas bukaan dinding luar ke dalam

ruang atau area atas persetujuan instansi yang berwenang.

(6). Pada bangunan gedung yang tinggi luarnya terbatas dan sulit

ditempatkan bukaan akses, maka harus dilengkapi dengan instalasi

pemadam kebakaran internal.

2.6.2 Sistem proteksi Aktif kebakaran

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang

secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual

ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler,

pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis

bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus (Permen PU No.

26/PRT/M/2008).

2.6.3 Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran

yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen

bangunan gedung, dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa

sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
26

terjadi kebakaran. Pengendalian lewat perancangan bangunan yang diarahkan

pada upaya meminimalisasi timbulnya kebakaran dan intensitas terjadinya

kebakaran (Suprapto,2008).

Menurut Kemen PU No.10 tahun 2000 menyebutkan fungsi dari

adanya sistem proteksi pasif ini adalah untuk menciptakan kestabilan struktur

konstruksi bangunan selama kebakaran serta memberikan perlindungan

terhadap penyebaran kebakaran.

Sistem proteksi pasif kebakaran menurut Yervi Hesna ,2009 adalah

kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api,

kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk

menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran.

Sejalan dengan itu menurut Permen PU No.26/PRT/M/2008, sistem

proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk

atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur

bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat

ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.

Kriteria minimal untuk perancangan sistem proteksi pasif harus

memenuhi standar yang ditetapkan dalam Tata Cara Perencanaan Sistem

Protekasi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah

Dan Gedung SNI 03-1736-200 . Sistem proteksi pasif kebakaran meliputi:

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
27

2.6.3.1 Bangunan

A. Konstruksi Tahan Api

Tipe konstruksi tahan api dikaitkan dengan ketahanannya terhadap

api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi ( SNI 03-1736-2000), yaitu:

1. Tipe A : Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan

mampu menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada

konstruksi ini terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen

untuk mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan

dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding

bangunan yang bersebelahan.

2. Tipe B : Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen

penahan api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang

bersebelahan di dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah

penjalaran kebakaran dari luar bangunan.

3. Tipe C : Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari

bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu

menahan secara struktural terhadap kebakaran.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
28

Tabel 2.1 - Tipe minimum konstruksi ketahanan api pada kelas


bangunan
Jumlah lantai Kelas bangunan/Tipe konstruksi
Bangunan
23,9 5,6,7,8

4 atau lebih A A

3 A B

2 B C

1 C C

( Sumber : SNI 03-1736-2000)

Berdasarkan Kepmen PU No. 02/KPTS/1985 Ketahanan api untuk

Komponen struktur kolom beton bertulang tertera pada tabel berikut

berikut:

Tabel 2.2 - Tipe minimum kolom beton bertulang


Ketahanan api selama

Uraian 3 jam 2 jam ½ jam

Tebal minimum kolom dalam 40,0 30,0 15,0


cm.
Penutup beton minimum pada 6,5 5,0 4,0
tulangan dalam cm.
( Sumber : Kepmen PU No. 02/KPTS/1985)

B. Material Bangunan

Bahan material yang digunakan harus memperhatikan sifat

penjalaran, kemampuan terbakarnya dan sifat penyalaan material jika

sewaktu waktu terbakar. Material bangunan yang digunakan pada

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
29

bangunan harus memenuhi syarat pengujian sifat bakar dan sifat

penjalaran api pada permukaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

tentang bahan bangunan dalam waktu 30, 60, 120, 180, dan 240 menit

(Cindyy, 2014). Hal ini akan memberikan waktu yang cukup dalam proses

evakuasi dan dan meminimalisir proses penjalaran saat terjadi kebakaran.

Tabel 2.3 - Ketahanan Material Bangunan Terhadap Api


Bahan Sifat Ketahanan terhadap api
Baja Mengubah bentuknya oleh Krom (Cr), Molibdan (Mo),
pengaruh panas, dapat Nikel (Ni), atau Vanadium
dipengaruhi oleh jenis (V), menghasilkan baja
campuran pembentuknya. yang
memiliki daya tahan yang
lebih tinggi terhadap panas.
Beton Bahan bangunan yang Ketahanan api tergantung
tahan api. pada bahan tambahan yang
digunakan dan apakah ada
tulangan baja atau tidak.
Kaca Bahan bangunan yang Bukan merupakan bahan
tidak menyala. yang tahan api karena kaca
memungkinkan radiasi
kalor tembus. Kaca sangat
peka terhadap perubahan
tegangan kalor, yang
mengakibatkan kebakaran
kaca cukup cepat pecah
Kayu Pembakaran kayu Bahan yang tahan api, bila
merupakan oksidasi atas tidak terkena api secara
unsur asalnya yaitu H2O langsung.
dan CO2 dengan O2.
Bahan Merupakan bahan yang Dalam keaadaan menyala,
Sintetis mudah terbakar dan bahan sintesis
menyala. mengakibatkan tetes cairan
yang sulit untuk
dipadamkan. Yang
kemudian menghasilkan
asap tebal dan melepaskan
gas beracun.
(sumber: koesmartadi, 2008)

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
30

C. Proteksi Bukaan

Seluruh bukaan harus dilindungi dan lubang utilitas harus diberi

penyetop api untuk mencegah merambatnya api serta menjamin pemisahan

dan kompartemenisasi bangunan ( SNI 03-1736-2000).

D. Kompartemenisasi

Usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengan cara membatasi

api dengan dinding, lantai kolom, balok yang tahan terhadap api untuk

waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung (Permen PU

No.26/PRT/M/2008). Kompartemenisasi memegang peranan penting,

dikarenakan saat terjadi kebakaran tidaklah mungkin untuk mengevakuasi

seluruh orang dalam gedung dengan cepat. Kompartemenisasi dapat

menampung pengguna bangunan sementara untuk menunggu sampai api

berhasil dipadamkan ataupun saat jalur menuju pintu keluar sudah aman.

Tabel 2.4 - Ukuran maksimal kompartemenisasi kebakaran


Tipe Konstruksi Bangunan
Uraian Tipe A Tipe B Tipe C
Kelas 5 atau Maks. Luasan 8.000 m2 5.500 m2 3.000 m2
9b Lantai
Maks. Volume 48.000 m2 33.500 m2 18.000 m2
Kelas 6,7,8, Maks. Luasan 5.000 m2 3.500 m2 2.000 m2
atau 9a Lantai
(kecuali daerah Maks. Volume 30.000 m2 21.500 m2 12.000 m2
perawatan
pasien)

(sumber : SNI 03-1736-2000)

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
31

2.6.3.2 Sarana Penyelamatan Jiwa

Sarana Penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk

digunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam

upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi

kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan (Kepmen PU RI

No,10/KPTS/2000).

Saran penyelamatan bertujuan untuk menghindari terjadinya

kecelakaan pada saat terjadinya evakuasi, yang termasuk ke dalam sarana

penyelamatan jiwa terdiri dari : tempat berkumpul, tanda arah (signboard),

pintu darurat, tangga darurat, penerangan darurat.

A. Tempat berkumpul

Menurut Kepmen PU RI No,10/KPTS/2000 tempat berkumpul

adalah ruang di dalam bangunan tempat orang berkumpul untuk tujuan

pendidikan, pertunjukan ataupun bangunan umum semacamnya.

Persyaratan tempat berkumpul adalah sebagai berikut:

1. Cukup terlindungi dari jangkauan bahaya langsung atau tidak

langsung dari bencana.

2. Ketersediaan tempat naungan /ruang sementara terutama bagi

kelompok rentan (lansia, bayi, ibu hamil, disabilitas).

3. Adanya kemudahan akses mobilisasi (perpindahan kelokasi yang

lebih aman) secara cepat.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
32

B. Tanda Arah (Signboard)

Pintu keluar utama dibagian luar bangunan gedung yang harus diberi

tanda dan setiap akses jalan keluar juga harus diberi tanda yang jelas

(Kepmen PU RI No. 26/PRT/M/2008). Menurut NFPA 101 mengatakan

bahwa tanda jalan keluar yang jelas dapat memudahkan dan mempercepat

proses evakuasi karena menghilangkan kebingungan penghuni gedung

pada saat mencari jalan keluar.

Standar ukuran tanda arah menurut SNI 03-6574-2001 antara lain:

1. Tulisan harus bertuliskan kata “exit” atau kata lain yang berarti

sama dengan pemilihan jenis tulisan yang mudah dilihat.

2. Tinggi huruf minimal 15 cm, lebar minimal 5 cm dan tebal minimal

2 cm.

3. Tanda arah yang di terangi dari dalam harus mempunyai kondisi

pencahayaan normal (300 Lux) dan darurat (10 Lux) dengan jarak

baca minimal 30 m).

4. Tanda arah yang diterangi dari luar harus mempunyai kondisi

pencahayaan minimal 50 Lux dengan perbandingan kontras minimal

0,5.

5. Indikator arah harus ditempatkan diluar tulisan exit, minimal 1cm

dari setiap huruf dan harus dimungkinkan menyatu atau terpisah dari

papan tanda arah.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
33

6. Indikator arah harus terlihat sebagai tanda arah pada jarak minimum

12 m dengan tingkat pencahayaan rata-rata 300 Lux dalam kondisi

normal dan 10 Lux dalam kondisi darurat.

Sedangkan penempatan tanda petunjuk arah memiliki persyaratan

sebagai berikut (SNI 036574-2001):

1. Arah menuju tempat yang aman harus diberi tanda arah yang

disetujui, dilokasi yang mudah di baca dari segala arah jalan.

2. Pada setiap pintu darurat harus dipasang tanda exit diatas gagang

pintu setinggi 1,5 m dari permukaan lantai terhadap garis tengah

tanda arah.

3. Jalan masuk ke tempat aman harus diberi tanda arah pada lokasi

yang mudah di baca dari semua arah, bila jalan menuju tempat

tersebut tidak mudah terlihat oleh penghuni gedung.

C. Pintu Darurat

Pintu darurat adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar

usaha penyelamatan jiwa pada saat terjadi kebakaran. Pintu darurat

merupakan pintu menuju tangga darurat yang tidak boleh terhalang dan

terkunci serta harus terhubung langsung kearah luar. Pintudarurat juga

harus bersifat dapat menutup sendiri ( self-closing door).

Persyaratan Perencanaan pintu darurat menurut Kepmen PU RI

No,10/KPTS/2000 dan Permenkes No. 24 tahun 2016 yaitu sebagai

berikut:

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
34

1. Setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus

dilengkapi dengan pintu darurat.

2. Lebar pintu darurat minimum 100 cm dan dilengkapi dengan tuas atau

tungkai pembuka pintuyang berada diluar ruang tangga (kecuali

tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam ruang tangga).

3. Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal

25 m dari segala arah.

4. Pintu harus tahan terdapat api sekurang-kurangnya 2 jam.

5. Pintu harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis , tanda

peringatan (TANGGA DARURAT-TUTUP KEMBALI, dicat dengan

warna merah dan dilengkapi dengan minimal 3 engsel.

6. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api minimal 1m2 dan

diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.

D. Tangga Darurat

Menurut Kepmen PU No. 02/KPT/1985 tangga darurat merupakan

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi

kebakaran. Tangga kebakaran merupakan tempat paling aman untuk

melakukan evakuasi penghuni gedung karna dilindungi oleh saf tahan api

serta bebas dari gas panas dan gas beracun.

Syarat perencanaan tangga darurat meliputi :

1. Pintu dan tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu

tahan api, minimum 2 jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan

dapat menutup secara otomatis dan dilengkapi kipas

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
35

penekan/pendorong udara yang dipasang di atas udara pendorong akan

keluar melalui girll di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat untuk memberi tekanan positif.

2. Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus

dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas

asap, pencapaian mudah, serta jarak pencapaian maksimum 45 m dan

minimal 9 m.

3. Jarak tangga kebakaran dari setiap titik dalam ruang efektif, tanpa

ruang sirkulasi, maksimum 25 m.

4. Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum adalah 1,2 m.

5. Tangga darurat/penyelamatan tidak boleh berbentuk tangga melingkar

vertikal exit pada lantai dasar langsung ke arah luar.

6. Ruang sirkulasi harus berhubungan langsung dengan pintu kebakaran.

7. Tangga kebakaran harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat

setinggi 1,10 m dan penerangan darurat yang cukup, serta dilindungi

agar tidak memungkinkan orang jatuh.

8. Lebar injakan anak tangga 28 cm dan tinggi maksimum anak tangga

20 cm.

9. Lebar bordes sekurang-kurangnya sama dengan lebar tangga.

10. Tangga kebakaran yang terletak di luar bangunan, berjarak sekurang-

kurangnya 1 m dari bukaan yang berhubungan dengan tangga

kebakaran tersebut.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
36

E. Penerangan Darurat

Penerangan darurat adalah penerangan untuk menerangi jalur

evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi

kebakaran. Penerangan darurat berfungsi untuk memudahkan proses

evakuasi dan harus bersumber dari aliran listrik yang dapat diandalkan dan

dipertanggungjawabkan. Persyaratan penerangan darurat berdasarkan SNI

03-6574-2001 adalah sebagai berikut:

1. Pencahayaan darurat di pasang pada setiap lorong, koridor, hal atau

sejenisnya yang digunakan pasien dan saf tangga.

2. Setiap ruangan dengan luas lantai lebih dari 120 m2 yang digunakan

pasien.

3. Sinar lampu berwarna kuning, sehingga dapat menembus asap serta

tidak menyilaukan dengan tingkat pencahayaan 10 Lux.

4. Tersedia penerangan darurat dari aliran listrik darurat.

5. Penempatan lampu darurat harus diperhitungkan dengan baik

sehingga bila satu lampu mati tidak akan membuat ruangan menjadi

gelap.

F. Jalur Evakuasi ( Koridor)

Menurut Kepmen PU RI No. 26/PRT/M/2008 Sarana jalan keluar

adalah jalan yang tidak terputus ataupun terhalang menuju jalan umum.

Sarana jalan keluar berfungsi untuk memudahkan proses evakuasi

sehingga penghuni bangunan dapat dengan cepat mengakses jalan keluar

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
37

bangunan. Menurut kepmen PU RI No. 26/PRT/m/2008, sarana jalan

keluar memiliki persyaratan, yaitu:

1. Lebar koridor bersih minimum 1,8 m.

2. Koridor harus dilengkapi dengan tanda-tanda petunjuk yang

menunjukkan arah ke pintu darurat atau arah keluar.

3. Koridor harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu

kelancaran evakuasi.

4. Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar

yang terdekat tidak boleh lebih dari 25 m.

5. Panjang gang buntu maksimal 15 m apabila dilengkapi dengan

springkel dan 9 m jika tidak menggunakan sprinkler.

G. Ram

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No.24 tentang Persyaratan

Teknis Bangunan Rumah Sakit Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki

kemiringan tertentu,sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat

menggunakan tangga.

1. Kemiringan ram pada bangunan tidak boleh melebihi 70o.

2. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengamanan.

3. Bordes pada awalan atau akhiran suatu ram harus bebas dari datar

sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi

roda dan brankar/tempat tidur pasien, dengan ukuran minimum 160

cm.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
38

2.7 Definisi Analitical Hierarchy Process (AHP)

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP)

dikembangkan untuk mrngorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih

alternatif yang paling disukai oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of

Business pada tahun 1970-an (Saaty, 1983).

Analytical Hierarchy Process adalah sebuah metode yang memiliki prinsip

kerja penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik,

dan menata dalam suatu hirarki yang kemudian tingkat kepentingan setiap

variabel di beri nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut

secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain.

Dengan menggunakan AHP, pemecahan suatu persoalan melalui suatu

kerangka berfikir yang terorganisir, penyederhanaan persoalan yang kompleks

dilakukan dengan proses pengambilan keputusan yang cepat secara efektif atas

persoalan tersebut.

2.7.1 Model Keputusan AHP

AHP menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan dari

nilai konsistensi maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur

ulang. Dengan menggunakan AHP keputusan kompleks dapat diuraikan

menjadi keputusan-keputusan lebih kecil.

Keuntungan dengan menggunankan metode AHP adalah :

1. Kesatuan

AHP memberikan satu model tunggal yang mudah di mengerti, untuk

persoalan tidak terukur.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
39

2. Kompleksitas

AHP dapat memadukan metode deduktif dan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan

AHP dapat mengatasi setiap elemen-elemen yang saling ketergantungan

dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hirarki

AHP memiliki kecenderungan berdasarkan pemikiran untuk memilah-

milah elemen-elemen suatu sistem untuk dikelompokkan menjadi satu

jenis yang serupa untuk setiap tingkat berdasarkan kelebihannya.

5. Pengukuran

AHP menetapkan skala untuk mengukur hal-hal menjadi metode untuk

menetapkan prioritas.

6. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan untuk menetapkan prioritas.

7. Sistesis

AHP mengarah pada taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

8. Tawar-menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
40

9. Penilaian dan konsesus

AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang

representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan proses

AHP memungkinkan untuk memperhalus definisi dan memperbaiki

pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan.

Namun AHP memilikibeberapa kelemahan:

1. Metode ini tidak diuji secara matematis melainkan hanya metode

matematis, tidak memiliki batas kepercayaan dari model yang terbentuk.

2. Penilaian hanya berdasarkan persepsi seorang ahli dan merupakan

penilaian yang bersifat subjektif yang berasal dari sang ahli, model akan

menjadi tidak berarti jika sang ahli memberikan penilaian yang keliru.

2.7.2 Prinsip kerja AHP

2.7.2.1 Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi

struktur hirarki.

2.7.2.2 Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan

berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1

sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai

dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat

dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
41

Tabel 2.5 – Pembobotan Kriteria Pada AHP


Nilai Keterangan

1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan


kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 Mutlak lebih penting dari B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(Sumber : Saaty 1993 dalam Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk 2015)

Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan

nilai perbandingan B dengan A.

2.7.2.3 Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan

perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai

perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat

relatif dari seluruh alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat

dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk

menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan

matematik.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
42

2.7.2.4 Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan

secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

2.8 Penelitian Sejenis yang Sudah Pernah Dilakukan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan tinjauan literatur yang diambil dari

penelitian penelitian sejenis yang sebelumnya sudah pernah dilakukan. Berikut

adalah tabel yang memuat inti dari penelitian- penelitian tersebut:

Tabel 2.6 - Penelitian Sejenis

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
Evaluasi Sistem Mengetahui Analisa Dengan Hasil penelitian
Proteksi Pasif cara data melakukan ini menunjukkan
Kebakaran mengevaluasi deskriptif observasi serta bahwa objek
Lingkungan sistem proteksi kualitatif wawancara penelitian tidak
Pada Perumahan pasif dan melakukan sesuai dengan
(Studi Kasus: kebakaran penilaian teori sistem
Perumnas pada Perumnas menggunakan proteksi pasif
Helvetia Helvetia skala subjektif kebakaran
Medan), 2017, Medan. yang akan lingkungan,
Medan, Tika Memberikan memperoleh rekomendasi dari
Oktaviani solusi berupa hasil penelitian ini
rekomendasi keputusan- berupa saran dan
desain keputusan desain yang
arsitektur pada objektif disajikan untuk
Peumnas dengan memenuhi teori
Helvetia menggunakan dan kriteria
Medan. metode AHP keandalan
(Analytical proteksi
Hierarchy kebakaran
Process). lingkungan.

Evaluasi Sistem Mengetahui Metode Melakukan Hasil penelitian


Proteksi Pasif hasil evaluasi penelitian observasi menunjukkan
Kebakaran tingkat deskriptif langsung ke bahwa telah
Bangunan keandalan kualitatif lokasi terdapat beberapa
(Studi Kasus: sistem proteksi penelitian dan komponen sistem
Millennium Ict pasif wawancara proteksi pasif
Centre), 2017, kebakaran dengan pihak kebakaran pada
Medan,Stephani terkait Data- bangunan, namun

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
43

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik Hasil Penelitian


Wilayah, Penelitian Penelitian analisis dan
Nama Peneliti dan Bahan
Pendekatan Penelitian
bangunan data yang telah beberapa
Millennium terkumpul komponen masih
ICT Centre. kemudian belum memenuhi
Memberikan dinilai dan persyaratan.
rekomendasi disesuaikan
solusi desain dengan standar
sistem proteksi teori yang ada.
pasif Perhitungan
kebakaran bobot
bangunan yang komponen
sesuai standar setiap elemen
untuk dilakukan
Millennium
dengan
ICT Center.
menggunaka
n metode
AHP.
Evaluasi Mengetahui Metode Mengaplikasik Jika ditinjau dari
Penerapan tingkat deskriptif an sebuah tool persentase
Sistem keandalan dengan pemeriksaan NKSKB pada
Keselamatan sistem pendekatan keandalan setiap gedung
Kebakaran keselamatan kualitatif. bangunan rumah sakit,
Pada Bangunan bangunan dari terhadap sekitar 92,59%
Gedung Rumah bahaya bahaya gedung
Sakit Dr. M. kebakaran kebakaran yang memiliki
Djamil Padang, gedung Rumah pada gedung- tingkat keandalan
2009, Padang, Sakit M. gedung yang ”BAIK”
Yervi Hesna. Djamil. terletak di sedangkan
komplek gedung sisanya
RSUP DR. M. mempunyai
Djamil Padang tingkat
berdasarkan keandalan
komponen “cukup” dengan
sistem persentase sekitar
keselamatan 7,41 %. Pada
bangunan pemeriksaan
(KSKB), yang sistem
terdiri dari keselamatan
kelengkapan kebakaran ini
tapak, sarana tidak terdapat
penyelamatan, gedung yang
sistem proteksi memiliki tingkat
aktif dan keandalan
sistem proteksi ”KURANG”.
pasif.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
44

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
Evaluasi Mengetahui Penelitian Evaluasi Hasil penelitian
Keandalan tingkat deskriftif keselamatan pertama dengan
Keselamatan keselamatan kebakaran metode AHP
Kebakaran Pada kebakaran menggunakan dalam pengolahan
Gedung Fisip Ii berdasarkan metode AHP datanya
Universitas proteksi pasif (Analitical didapatkan
Brawijaya, pada gedung Hierarchycal pembobotan
Malang, 2015, FISIP II Process) . variabel
Malang, Universitas kebakaran sebagai
Dheva Vegar Brawijaya,Mal berikut : Tapak
Anggara. ang. Bangunan (29%),
Mengetahui Sarana
tingkat Penyelamatan
keandalan (21%), Proteksi
keselamatan Aktif (26%), dan
kebakaran Proteksi Pasif
pada gedung (24%) . Untuk
FISIP II hasil penilitian
Universitas yang kedua
Brawijaya,Mal didapatkan
ang keandalan tapak
berdasarkan bangunan dengan
analisis nilai baik (90)
penelitian keandalan sarana
dengan penyelamatan
menggunakan dengan nilai baik
metode AHP (85,5), keandalan
dan proteksi aktif
berdasarkan dengan nilai baik
PD-T-11- (86,32), kendalan
2005-C . proteksi pasif
dengan nilai baik
(85) dan nilai
keandalan
kebakaran gedung
FISIP II
Universitas
Brawijaya,
Malang
berdasarkan
analisis
menggunakan
metode AHP
sebesar 86,94 %
sedangkan

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
45

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik Hasil Penelitian


Wilayah, Penelitian Penelitian analisis dan
Nama Peneliti dan Bahan
Pendekatan Penelitian
berdasarkan PD-
T-11-2005-C
sebesar 86,692
sehingga
keduanya dapat
dikategorikan
baik (B).
Evaluasi Sarana Mengetahui Data Observasi RS PKU
Dan Prasarana kesiapan dikumpulka kelengkapan Muhammadiyah
Rumah Sakit sarana dan n dianalisis sarana dan Yogyakarta Unit
Dalam prasarana secara prasarana ini II memiliki
Menghadapi dalam deskriptif didasarkan kelengkapan
Bencana menghadapi kualitatif. pada standar sarana dan
Kebakaran bencana yang diatur prarasana
(Studi Kasus Di kebakaran di oleh Direktorat penanggulangan
Rs Pku RS PKU Jendral Bina bencana yang
Muhammadiyah Muhammadiya Pelayanan sebagian besar
Yogyakarta Unit h Yogyakarta Medik telah sesuai
II), 2015, Unit II Departemen dengan standar.
Yogyakarta, Kesehatan RI Terdapat
Mirza Sanjaya. dan beberapa unsur
Kementerian yang perlu
Kesehatan RI ditingkatkan,
melalui seperti
Pedoman penambahan
Teknis detektor asap dan
Prasarana APAR,
Rumah Sakit pemerataan
Sistem sprinkler, jalur
Proteksi lantai atas,
Kebakaran perbaikan jalur
Aktif. keluar darurat dan
papan nama di
titik berkumpul.
Evaluasi Mengetahui Metode Untuk
Penerapan sejauh mana analisis mengetahui
Sistem Proteksi peraturan- data yang NKSKB
Kebakaran Pada peraturan digunakan Digunakan
Bangunan tersebut pada analisis
Rumah Sakit diterapkan penelitian deskriptif
(Studi Kasus Rs. pada bangunan ini bersifat kuantitatif
Ortopedi Prof. perawatan analisis- menggunakan
Dr. R. Soeharso kesehatan atau deskriptif metode
Surakarta), rumah sakit observasional
Surakarta, dengan dengan
Primanda Arief mengambil

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
46

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
Kurniawan lokasi studi pengumpulan Hasil dari
kasus data penelitian ini
di Berdasarkan adalah Variabel
RS.Ortopedi. variabel yang “Akses dan
Prof.DR.R.Soe disusun Pasokan Air
harso berdasarkan untuk Pemadam
Surakarta Peraturan Kebakaran”
Menteri mendapatkan skor
Pekerjaan rata-rata 4,17
Umum dalam skala
No.26/PRT/M/ Likert, yang
2008 dan Pd- artinya Sesuai
T-11-2005-C dengan peraturan.
tentang Variabel “Sistem
Pemeriksaan Proteksi Pasif”
Keselamatan mendapatkan skor
Kebakaran rata-rata 4,26
Bangunan dalam skala
Gedung. Likert, yang
artinya Sesuai
dengan peraturan.
Variabel “Sistem
Proteksi Aktif ”
mendapatkan skor
rata-rata 3,95
dalam skala
Likert, yang
artinya Cukup
Sesuai dengan
peraturan.
Variabel “Sarana
Penyelamatan ”
mendapatkan skor
rata-rata 4,17
dalam skala
Likert, yang
artinya Sesuai
dengan
peraturan.
Variabel “Utilitas
Bangunan”
mendapatkan skor
rata-rata 4,58
dalam skala
Likert, yang

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
47

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
artinya Sesuai
dengan peraturan.
Sedangkan Nilai
Keandalan Sistem
Keselamatan
Bangunan
(NKSKB) rata-
rata sebesar 92,77
%, hal ini berarti
menurut Pd–T–
11–2005–C nilai
keandalan
bangunan
terhadap bahaya
kebakaran adalah
baik
Evaluasi Sistem Mengkaji Metode Sistem analisa, Bangunan ini
Proteksi seberapa jauh analisis yaitu mengkaji dapat di katakan
Kebakaran Pada kondisi sistem deskriptif utilitas aman dari
Bangunan proteksi pemadam proteksi
Rumah Susun pemadam kebakaran di kebakaran karena
(Studi Kasus: kebakaran rusunawa bahan bangunan
Rusunawa yang terdapat undip dilihat yang mampu
Undip), pada dari sistem bertahan kurang
Semarang, RUSUNAWA proteksi lebih 4 jam.
Sukawi. UNDIP, dari pasifnya.
segi proteksi
pasif.
Studi Tingkat Mendapatkan Metode Observasi Sistem Proteksi
Keandalan Nilai analisis dengan Aktif di X belum
Sistem Proteksi Keandalan deskriptif melakukan terpenuhi secara
Kebakaran Pada Sistem dengan pengamatan lengkap menurut
Bangunan Keselamatan pendekatan lang-sung di peraturan Mentri
Apartemen Bangunan kualitatif. lokasi Pekerjaan Umum
(Studi Kasus terhadap kemudian No.26/PRT/M/20
Apartemen Di Kebakaran dan menggunakan 08 tentang
Surabaya), pada tahap skala persyaratan teknis
2012, Surabaya, pemanfaatan subyektif, sistem proteksi
Adiwidjaja, ini bangunan maka untuk kebakaran pada
Roy dan memperoleh bangunan gedung
lingkungannya keputusan dan lingkungan.
andal sesuai yang obyektif Karena gedung
dengan digunakan lama masih
fungsinya dan metode menggunakan
aman bagi Analitycal APAR untuk
manusia. Hierarcy memadamkan api

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
48

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
Analisa Sistem Menganalisis Metode Process dan sistem
Proteksi Aktif tingkat yang (AHP)Menggu penyelamatan
Dan Pasif pemenuhan digunakan nakan jiwa masih ada
Dalam sarana sistem adalah pendekatan pintu yang
Pencegahan proteksi aktif penelitian observasional tertutup dan jalur
Bencana dan proteksi ini bersifat dan evakuasi yang
Kebakaran Di pasif dalam Kualitatif wawancara terhalang meja ,
Universitas X pencegahan mendalam, kursi dan benda-
Semarang, 2016, bencana tentang sistembenda lain.Hasil
Semarang, kebakaran di proteksi aktifperhitungan nilai
Rostrivia Octa. universitas X dan pasif di keandalan sistem
universitas X keselamatan
bangunan
apartemen
Metropolis ada-
lah 2,926 (79,40)
artinya pada
bangunan ini me-
miliki komponen
sistem proteksi
kebakaran pasif
yang memenuhi
persyaratan tapi
kurang keleng-
kapan dan sistem
proteksi
kebakaran aktif
kurang memadai.
Analisis Menganalisa Analisa Menggunakan Perlengkapan
Keandalan keandalan data 2 metode sistem proteksi
Sistem Proteksi bangunan pada deskriptif yaitu, metode kebakaran pada
Kebakaran Pada Ayola First kualitatif Analitycal bangunan gedung
Bangunan Ayola Point Hotel Hierarchy Ayola First Point
First Point Pekanbaru Process (AHP) Hotel Pekanbaru
Hotel dengan dan metode dalam kondisi
Pekanbaru, menggunakan checklist “Baik”.
Pekanbaru, metode berdasarkan
Bheti Analitical Peraturan
Wulandari. Hierarchycal Menteri
Process Pekerjaan
(AHP). Umum Nomor
Meninjau 26 Tahun
kesesuaian 2008.
sistem proteksi
kebakaran

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
49

Judul, Tahun, Tujuan Metode Teknik analisis Hasil Penelitian


Wilayah, Nama Penelitian Penelitian dan Bahan
Peneliti dan Penelitian
Pendekatan
pada Ayola
First Point
Hotel
Pekanbaru
dengan
“Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum Nomor
26 Tahun
2008” sebagai
pedoman
dalam
melakukan
penelitian ini.

Universitas Sumatera
Universitas Utara
Sumatera Utara
BAB III . METODE PENELITIAN

3.1 Kawasan Penelitian

Objek penelitian ini berada pada kawasan rumah sakit yang terdiri dari

beberapa pengelompokan yaitu fasilitas kesehatan, perumahan staf dan asrama.

Lokasi objek
penelitian, gedung
utama rumah sakit
Grandmed

Gambar 3.1 – Layout Kawasan Rumah Sakit Grandmed


(Sumber: Google earth)

Rumah Sakit Grandmed berada di Jl. Raya Medan KM.25 No.66,

Perdamaian, Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pada

fasilitas kesehatan terdiri dari dari Gedung A, B, C.

Gedung A

Gedung B

Gedung C

Gambar 3.2 – Layout Kawasan Objek Penelitian


(Sumber: Data Manajemen Rumah Sakit)

Bangunan yang di teliti adalah Unit A yaitu bangunan utama yang

berfungsi sebagai unit rawat inap.

50
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
51

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif dengan cara mengevaluasi sistem proteksi pasif kebakaran

gedung pada studi kasus Rumah Sakit Grandmed. Penilaian tingkat keandalan

bangunan berdasarkan standar teori sistem proteksi pasif kebakaran gedung.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan filsafat

positivism, digunakan untuk meneliti populasi atau sample tertentu dengan

memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang bersifat kuantitatif.

Menganggap sesuatu bersifat-sebab akibat dan proses penelitian bersifat deduktif

(Sinulingga, 2011).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara:

a. Studi literatur penelitian yang berkaitan dengan sistem proteksi kebakaran

pasif untuk memperoleh informasi yang dapat mendukung penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Dengan cara mengumpulkan dan mempelajari

sejumlah buku, literatur, jurnal ilmiah, website internet untuk mendapatkan

data yang berhubungan dengan sistem proteksi pasif kebakaran bangunan

gedung. Data-data yang diumpulkan berupa teori-teori, standart atau

Peraturan-peraturan daerah, nasional maupun internasional.

b. Studi observasi lapangan untuk memperoleh data-data akurat tentang objek

penelitian yang mendukung hasil penelitian, yaitu berupa data lokasi dan

bangunan. Observasi dilakukan dengan mengamati langsung bangunan

Rumah Sakit Granmed dengan lembar ketersediaan komponen sistem

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
52

proteksi kebakaran pasif yang tersedia pada lampiran dan dokumentasi

sebagai bukti dari pengamatan.

c. Wawancara yang dilakukan melakukan komunikasi langsung dengan

responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melakukan

wawancara tidak teratur untuk mendapatkan profile dan kelengkapan denah

rumah sakit sebagai data yang diperlukan.

3.4 Analisis Data

Sebelum data diolah data dianalisa terlebih dahulu sesuai dengan langkah -

langkah analisa yang telah disusun.

3.4.1 Lankah-langkah Analisa Data

1. Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang berkaitan dengan

sistem proteksi pasif kebakaran bangunan gedung dengan studi

literatur.

2. Mengidentifikasi komponen yang berkaitan dengan sistem proteksi

pasif kebakaran gedung rumah sakit.

3. Setelah mengidentifikasi selanjutnya menentukan variabel untuk

mengevaluasi sistem proteksi pasif kebakaran pada bangunan gedung

rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
53

Tabel 3.1- Variabel Penelitian


No. Variabel Penelitian Komponen
1. Bangunan a. Konstruksi Tahan Api
b. Material Bangunan
2. Sarana Penyelamatan a. Tanda Arah (Signboard)
Jiwa b. Pintu Darurat
c. Tangga Darurat
d. Penerangan Darurat
e. Jalur Evakuasi (koridor)
f. Ram
g. Tempat Berkumpul

4. Selanjutnya adalah melakukan pengamatan secara langsung di lokasi

peneletian dengan cara observasi menggunakan lembar check list

lapangan yang sudah ditentukan berdasarkan variabel, dapat dilihat

pada lampiran 1.

5. Setelah melakukan observasi di lapangan data hasil observasi

dianalisa berdasarkan kesesuaian dengan standart dan peraturan-

peraturan yang telah dikumpulkan.

6. Kemudian data diolah untuk mengetahui tingkat keandalannya

menggunakan metode AHP dengan bantuan Aplikasi expertchoice.

Kemudian ditarik kesimpulan dan membuat pedoman disain yang

tepat untuk permasalan yang ada.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
54

3.4.2 Pengolahan Data

Metode yang dipakai untuk mengetahui bobot masing masing variabel

sistem proteksi pasif bangunan gedung rumah sakit yaitu Analitical

Hierarchy Procces (AHP). Analitical Hierarchy Procces (AHP) adalah

metode pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty,

metode ini dapat menguraikan masalah multi kriteria atau multi faktor yang

kompleks menjadi sesuatu yang lebih hirarki. Hirarki di artikan sebagai suatu

representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur

multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,

kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari

alternatif.

Yang pertama dilakukan adalah memberikan kriteria terhadap semua

sub variabel sebagai tolok ukur dalam pengisian tabel AHP. Kriteria yang

digunakan adalah melihat seberapa pentingnya sub variabel dalam sebuah

sistem proteksi kebakaran pasif bangunan. Kemudian mencari bobot setiap

sub variabel dengan menghitung matriks. Perhitungan pembobotan dilakukan

dengan menggunakan software expert choice.

Expert Choice adalah software aplikasi yang dilakukan untuk

menganalisa, sistematis, dan pertimbangan (justifikasi) dari sebuah evaluasi

keputusan yang kompleks. Expert choice telah banyak digunakan oleh

berbagai instansi bisnis dan pemerintah diseluruh dunia. Dengan

menggunakan expert choice , maka tidak ada lagi metode coba-coba dalam

proses pengambilan keputusan. Dengan didasari oleh Analitical hierarchy

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
55

process (AHP), penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan untuk

mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis. Pendekatan

secara hirarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menganalisa

seluruh pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.

Gambar 3.3 – Bobot Tiap Variabel dengan menggunakan software Expert

Choice

Setelah didapatkan bobot per sub variabelnya, selanjutnya adalah

menilai setiap variabel berdasarkan kelengkapan komponen sistem proteksi

kebakaran pasif pada gedung. Skala Penilaian ini dimodifikasi dari teori skala

likert dimana kriteria untuk penilaian ditentukan dari jumlah kategori yang

dipakai. skala penilaian sistem proteksi pasif. Masing – masing eksisting

terbagi menjadi empat yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
56

Tabel 3.2 – Skala Penilaian Komponen Sistem Proteksi Pasif Kebakaran


No. Nilai ketersediaan sub
variabel pada studi kasus Keterangan
1. 1 Tidak ada komponen sistem proteksi pasif
kebakaran yang sesuai standart
2. 2 Ada beberapa komponen sistem proteksi
pasif kebakaran yang tidak sesuai standart
3. 3 Ada beberapa komponen sistem proteksi
pasif kebakaran yang sesuai standart
4. 4 Semua komponen sistem proteksi pasif
kebakaran sesuai standart

Dalam penelitian ini dikarnakan sebuah sistem terdiri dari beberapa

variabel dan komponen maka penentuan kategori penilaian untuk

kelengkapan komponen berdasarkan standart yaitu dimulai dari tidak ada

komponen yang sesuai standart, ada beberapa komponen yang tidak sesuai

standart berarti lebih banyak mengarah kepada yang tidak sesuai, ada

beberapa komponen yang sesuai standart berarti lebih banyak mengarah

kepada yang sesuai dan yang terakhir semua komponen sesuai standart.

Penilaian dimulai dari angka 1 dikarenakan 0 tidak memiliki nilai untuk

dikalikan.

Nilai keandalan didapat dari pengalian bobot dengan nilai yang telah

ditetapkan untuk setiap sub variabel. Lalu setiap nilai yang diperoleh dari

masing- masing sub variabel akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai

akhir keaandalan sistem proteksi pasif kebakaran. Nilai keandalan sistem

proteksi pasif kebakaran ditentukan berdasarkan skala likert yang nilainya

ditentukan berdasarkan seberapa banyak kategori, pada penentuan kategori ini

ada enam penilaian yaitu sangat buruk, buruk, cukup, cukup baik, dan sangat

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
57

baik. Dimana nilai yang ditetapkan 0 – 4 dan nilai dari setiap interval adalah

pembulatan nilai tengah dari jumlah kategori yang akan disajikan dalam

bentuk tabel berikut:

Tabel 3.3 – Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

No. Nilai keandalan sistem proteksi pasif Keterangan


kebakaran
1. 0,5 ≤ x ≤ 1 Sangat Buruk
2. 1 ≤ x ≤ 1,5 Buruk
3. 1,5 ≤ x ≤ 2 Cukup
4. 2,5 ≤ x ≤ 3 Cukup Baik
5. 3≤ x ≤ 3,5 Baik
6. 3,5 ≤ x ≤ 4 Sangat Baik

Berikut struktur hirarki lingkup penelitian sistem Proteksi Pasif

Kebakaran Bangunan Gedung Rumah Sakit:

Sistem Proteksi Pasif


Kebakaran Bangunan

Penyusunan Hirarki

Sarana Penyelamatan Jiwa Bangunan

Penghitungan Bobot Variabel

Penghitungan Kriteria Penilaian

Menilai Keandalan Variabel

Kesimpulan

Gambar 3.4 – Struktur Hierarki Lingkup Penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Eksisting Bangunan Gedung Rumah Sakit

Bangunan Rumah Sakit Grandmed mulai beroperasional sejak 09

Desember 2009 dan resmi mengganti namanya menjadi RS Grandmed mulai 19

April 2017. Terdiri dari beberapa unit gedung yaitu A,B, dan C, Unit A sebagai

gedung utama igd dan rawat inap, sementara unit B merupakan perkantoran dan

unit C adalah gedung spesialis. Bangunan utama terdiri dari 4 lantai pada bagian

depan dan 6 lantai pada bagian rawat inap, memiliki klasifikasi bangunan rumah

sakit kelas B berdasarkan klasifikasi Permenkes RI Nomor

986/Menkes/Per/11/1992.

Gambar 4.1 – Bangunan Rumah Sakit Grandmed

Bangunan terletak pada site yang berhubungan langsung dengan sempadan

jalan Raya Lubuk Pakam - Medan pada bagian selatan yang merupakan muka dari

bangunan dan pada bagian barat dari site bangunan berbatasan langsung dengan

jalan tol yang menghubungkan Medan – Tanjung Morawa.

Site Plan Bangunan Rumah Sakit Grandmed daat dilihat pada Lampiran 2.

Denah Bangunan Rumah Sakit Grandmed dapat dilihat pada Lampiran 3

(sumber : Pihak management Rumah Sakit Grandmed).

58
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
59

4.2 Analisa Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Hasil yang didapat dari observasi berdasarkan lampiran 1 terhadap Sistem

Proteksi Pasif kebakaran akan dianalisa kesesuaiannya dengan standart-standart

dan peraturan yang berlaku.

4.2.1. Bangunan

Variabel bangunan memiliki 2 sub variabel yaitu Konstruksi Tahan Api

dan Material bangunan yang akan dianalisa menggunakan tabel kesesuaian dan

bukti eksisting berupa foto di lapangan.

4.2.1.1 Konstruksi Tahan Api

Berdasarkan tipe konstruksi ketahanan api pada kelas bangunan yang

terdapat pada Tabel 2.1 bangunan Rumah Sakit Grandmed termasuk ke dalam

konstruksi api tipe A, yang merupakan tipe konstruksi yang tahan api dan dapat

menahan beban secara struktural. Konstruksi yang digunakan merupakan

konstruksi beton bertulang dengan tebal kolom 40 cm yang tahan api selama 3

jam dan mampu menahan beban bangunan secara struktural.

Tabel 4.1 - Analisa Konstruksi Tahan Api Rumah Sakit


No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Terbuat dari material yang tahan api. Sesuai
2. Memiliki unsur struktur pembentuk yang Sesuai
mampu menahan beban secara struktural
3. Terdapat kompartemenisasi untuk mencegah Sesuai
penjalaran api ke dan dari ruangan disekitarnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi tahan api Rumah Sakit


Grandmed adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
60

1. Memiliki konstruksi tahan api yang sesuai

2. Struktur bangunan gedung mampu menahan beban secara struktural

3. Memiliki kompartemenisasi yang baik.

4.2.1.2 Material Bangunan

Tabel 4.2 - Analisa struktur dan material bangunan Rumah sakit


Struktur Bahan Bangunan
Pondasi Beton bertulang
Struktur Bangunan Beton bertulang
Lantai Keramik
Dinding Keramik
Jendela Rangka alumunium,kaca
Pintu Rangka aluminium,kaca
Plafond Gypsum
Atap Dak beton

Gambar 4.2 – Analisa Konstruksi Tahan Api Rumah Sakit.

Bangunan ini menggunakan material yang tahan api dikarenakan tidak

mudah terbakar berdasarkan SNI 03-1736-2000 tentang ketahanan material yang

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
61

tahan terhadap api. Pondasi dan struktur utama bangunan terbuat dari beton

bertulang, lantai bangunan dari beton dan dilapisi keramik. Pada bagian dinding

bangunan berbahan bata yang dilapisi dengan keramik dan pada bagian jendela

atau pintu terbuat dari rangka alumunium dan kaca. Plafond berbahan gypsum dan

atap terbuat dari dak beton yang tahan api.

4.2.2. Sarana Penyelamatan Jiwa

Sarana Penyelamatan jiwa yang tersedia pada bangunan ini yaitu tanda

arah (Signboard), pintu darurat, tangga darurat, penerangan darurat, jalur evakuasi

dan ram. Berikut adalah analisanya.

4.2.2.1 Tanda Arah (Signboard)

Menurut Kepmen PU RI No.26/PRT/M/2008 setiap akses jalan keluar

pada bangunan harus diberi tanda yang jelas. Hal ini bertujuan agar penghuni

bangunan tidak kebingungan dan memudahkan proses evakuasi saat terjadi

kebakaran.

3
2

Gambar 4.3– Tanda Arah (signboard) Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
62

Berikut adalah hasil penelitian signboard bangunan Rumah sakit

berdasarkan observasi.

Tabel 4.3 – Analisa Tanda Arah (signboard) Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Tulisan harus bertuliskan kata „exit‟ atau kata Sesuai
lain yang berarti sama.
2. Diletakkan pada lokasi yang mudah dibaca dari Sesuai
segala arah
3. Harus dilengkapi dengan pencahayaan buatan Tidak Sesuai
dengan jarak baca 30m.
Berdasarkan standar yang telah diatas di peroleh data sebagai berikut:

1. Signboard pada bangunan ini sudah ada namun belum seluruhnya dilengkapi

oleh pencahayaan buatan.

2. Signboard bertuliskan „exit‟ sudah dilengkapi dengan pencahayaan sehingga

memudahkan untuk dibaca.

Signboard dan Exit pada bangunan Rumah Sakit Grandmed tidak memilik

pencahayaan yang sesuai dengan standart persyaratan. Exit dipasang hanya pada

bagian yang berdekatan dengan tangga darurat saja.

4.2.2.2 Pintu Darurat

Pintu darurat yaitu pintu menuju tangga darurat yang tidak boleh terhalang

dan terkunci serta harus terhubung langsung ke arah luar. Pintu darurat merupakan

pintu yang digunakan sebagai jalan keluar usaha penyelamatan jiwa pada saat

terjadi kebakaran (NFPA).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
63

100

120 cm

Gambar 4.4 – Analisa Pintu darurat Rumah Sakit.

Penilaian dari hasil penelitian pintu darurat rumah sakit berdasarkan

observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 – Analisa Pintu Darurat Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Setiap bangunan gedung rumah sakit Sisi timur Sisi barat
yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus bangunan bangunan
dilengkapi dengan pintu darurat.
2. Lebar pintu darurat min. 100cm. 1m 1m

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
64

3. Membuka ke arah ruang tangga kecuali Tidak sesuai Tidak sesuai


pada lantai dasar membuka ke arah luar
4. Harus dilengkapi dengan kaca tahan api Tidak ada Tidak ada
dengan luas maks. 1m2 dan diletakkan
di setengah bagian atas dari daun pintu.
5. Pintu darurat harus tahan api min. 2 Tidak Tahan Tidak tahan
jam. api api
6. Pintu darurat harus dilengkapi dengan Tidak Sesuai Tidak Sesuai
alat penutup otomatis.
7. Pintu darurat harus dilengkapi dengan Tidak sesuai Tidak sesuai
tanda peringatan.

Hasil Dari penilaian tabel di atas maka di simpulkan:

1. Rumah sakit Grandmed memiliki 2 buah pintu darurat.

2. Lebar kedua pintu sudah memenuhi standart yaitu min. 100cm

3. Pintu darurat tidak dilengkapi kaca tahan api dikarenakan pengalihan fungsi

sebagai sarana sehari-hari oleh pihak rumah sakit.

4. Warna pintu darurat berwarna coklat muda dengan bahan material wood tidak

sesuai dengan ketentuan standart yang ada.

5. Pintu darurat tidak membuka ke arah luar.

6. Pintu darurat tidak ditandai dengan peringatan.

Pintu darurat yang tersedia hanya terletak pada lantai dasar yang menuju

tangga darurat, bahan dari pintu darurat juga tidak terbuat dari material yang tahan

api yaitu berbahan kayu, tidak memiliki tulisan atau tanda pintu darurat, pada

pintu exit menuju area luar hanya terbuat dari pintu jerejak besi yang tidak dapat

menutup otomatis.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
65

4.2.2.3 Tangga Darurat

Tangga darurat adalah tangga yang memiliki saft tahan api serta bebas dari

gas panas dan gas beracun. Tangga darurat merupakan tangga yang direncanakan

khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran (Kepmen PU RI No.

10/KTSP/2000).

120 cm

Gambar 4.5 – Analisa Tangga Darurat Rumah Sakit.

Tangga pada rumah sakit ini sangat tidak efektif karena akan

membingungkan pengguna yang sedang panik saat evakuasi jika sewaktu waktu

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
66

terjadi bencana kebakaran. Hasil dari penelitian tangga darurat rumah sakit

berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 – Analisa Tangga Darurat Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Setiap bangunan Gedung negara yang Sisi timur Sisi barat
bertingkat lebih dari 3 lantai harus bangunan bangunan
mempunyai tangga darurat /penyelamatan
min. 2 buah dengan jarak maks. 30m (bila
menggunakan sprinkler jarak maks. 45 m).
2. Terbuat dari material yang tahan terhadap Tidak sesuai Tidak
asap. sesuai
3. Lebar tangga Darurat minimal min.1,2 m. 1,50 m 1,00m
4. Tangga darurat/Penelamatan tidak boleh Tidak sesuai Tidak
berbentuk melingkar vertikal, exit pada sesuai
lantai dasar langsung ke arah luar.
5. Tangga darurat/penyelamatan harus tahan Tahan api Tahan api
api min.2 jam.

Berdasarkan acuan standart di atas, maka data yang diperoleh terhadap

tangga darurat Rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Jumlah tangga darurat yang ada pada bangunan ini adalah 2 buah yaitu pada

sisi timur dan barat bangunan.

2. Bangunan tidak menggunakan sprinkler sehingga tidak ada ketentuan untuk

jarak maksimum.

3. Kedua tangga darurat ini tidak difungsikan sebagai tangga darurat meskipun

diberi tanda tangga darurat. Tangga lebih difungsikan untuk tangga biasa

yang digunakan sehari-hari dan hanya memiliki satu pintu darurat yang

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
67

terletak pada lantai dasar bangunan, arah tangga tidak menuju luar melainkan

koridor yang berada didalam bangunan sehingga tangga ini tidak efektif.

4. Ukuran untuk kedua tangga ini sudah memenuhi standar yaitu min. 1,2m.

5. Tangga darurat memiliki dinding pelindung yang dilapisi keramik sehingga

tahan terhadap api.

Pada bangunan rumah sakit ini Tangga darurat tidak dipergunakan dengan

fungsinya yang sesuai, tangga darurat di rumah sakit ini juga digunakan untuk

kegiatan sehari-hari. Namun untuk Tangga pada bagian timur punya waktu

tertentu untuk bisa dilalui seperti pada saat jam jenguk mulai dari jam 10.00 –

12.00 WIB dan jam 05.00 – 19.00 WIB. Tangga darurat hanya dilengkapi pintu

pada lantai dasar saja, tidak terhubung langsung menuju area luar melainkan ke

arah koridor dalam rumah sakit. Tidak dilengkapi dengan kipas pengontrol asap

hanya ada bukaan udara alami pada tangga bagian sisi timur saja. Bentuk tangga

tidak linier sehingga pengguna harus memutar untuk menemukan tangga

selanjutnya.

4.2.2.4 Penerangan Darurat

Penerangan darurat adalah penerangan untuk menerangi jalur evakuasi jika

penerangan utama tidak berfungsi sewaktu terjadi kebakaran. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan evakuasi dan penerangan harus bersumber dari aliran listrik

yang bisa diandalkan.

Tidak terdapat penerangan darurat pada bagian koridor dan jalur evakuasi

pada bangunan, Penerangan darurat hanya ada pada ruang oprasi saja dikarenakan

rumah sakit ini memiliki mesing listrik cadangan (genset) maka aliran listrik akan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
68

hidup pindah otomatis saat listrik utama padam. Penilaian Penerangan darurat

pada rumah sakit dapat dilihat pada tabel di bawah ini berdasarkan hasil

observasi:

Tabel 4.6 – Analisa Penerangan Darurat Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil Penelitian
1. Sinar lampu berwarna kuning dan tidak Tidak ada
menyilaukan
2. Bersumber dari aliran listrik darurat Ada
3. Dipasang pada tangga darurat, koridor, jalan Tidak ada
lorong menuju tempat aman dan jalur umum.

Hasil dari penelitian penerangan darurat pada rumah sakit adalah sebagai

berikut:

1. Tidak terdapat penerangan darurat di koridor, jalan lorong dan tangga darurat

pada bangunan Rumah Sakit Grandmed.

2. Penerangan darurat hanya berada di ruang operasi yang menyala dengan

bantuan aliran listrik darurat.

4.2.2.5 Jalur Evakuasi (Koridor)

Jalur evakuasi berfungsi untuk memudahkan penghuni gedung untuk

melakukan penyelamatan diri dengan cepat menuju keluar bangunan jika terjadi

kebakaran. Jalur Evakuasi tidak boleh terhalang ataupun terputus menuju jalan

umum.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
69

Kondisi koridor dapat dilihat pada gambar di abawah ini, cukup luas untuk

melakukan evakuasi hanya saja dibeberapa titik menuju exit koridor, tingginya

tidak sesuai hingga harus diberi tanda “ Awas Kepala”. Pada beberapa koridor

tidak memiliki penerangan yang cukup, berikut hasil penelitian jalur evakuasi

pada Rumah sakit berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.

1,5 m

2,4 m

Gambar 4.6 – Analisa Jalur Evakuasi (Koridor) Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
70

Tabel 4.7 – Analisa Jalur Evakuasi (Koridor) Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil
Penelitian
1. Lebar koridor bersih minimum 1,8m dan tinggi <1,8, 3,5 m
min.2,3m
2. Koridor harus dilengkapi dengan tanda-tanda penunjuk Tidak sesuai
yang menunjukkan arah kepintu darurat atau arah
keluar.
3. Koridor harus bebas dari barang-barang yang dapat Sesuai
mengganggu kelancaran evakuasi.
4. Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau Tidak Sesuai
arah keluarnya tidak boleh lebih dari 25m.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sarana jalan keluar (koridor)

Rumah Sakit Grandmed adalah sebagai berikut:

1. Lebar dan tinggi minimum koridor jalan keluar bangunan Rumah Sakit

Grandmed belum memenuhi standart persyaratan.

2. Disepanjang koridor jalan keluar koridor sudah memenuhi persyaratan yaitu

sudah dilengkapi dengan signboard namun hanya pada beberapa titik saja.

4.2.2.6 Ram

Pada bangunan rumah sakit ram merupakan sarana yang penting karena

fungsinya yang digunakan untuk pasien yang menggunakan kursi roda ataupun

tempat tidur. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.24 tentang Persyaratan

Teknis Bangunan Rumah Sakit ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki

kemiringan tertentu,sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan

tangga.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
71

30o

1,8 m

Gambar 4.7 – Ram Rumah Sakit.

Berikut adalah Hasil dari observasi yang telah di lakukan terhadap ram pada

bangunan rumah sakit :

Tabel 4.8 – Analisa Ram Rumah Sakit.


No. Persyaratan Hasil
Penelitian
1. Kemiringan ram pada bangunan tidak boleh melebihi 70o. < 70o
2. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi Tidak Sesuai
pengamanan. < 2,40 m
3. Bordes pada awalan atau akhiran suatu ram harus bebas
dari datar sehingga memungkinkan sekurang kurangnya Tidak Tersedia
untuk memutar kursi roda dan brankar/tempat tidur Bordes
pasien, dengan ukuran minimum 160 cm.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
72

Dari data yang telah dikumpulkan dapat ditarik kesimpulan, ram pada

rumah sakit adalah sebagai Berikut:

1. Ram pada rumah sakit ini tidak efektif karena hanya terdapat pada lantai

dasar pada bagian belakang bangunan menuju area luar.

2. Lebar ram tidak sesuai dengan standart yang ada hanya memiliki lebar 1,2

m dari standart yang ditetapkan yaitu minimal 2,4 m.

3. Tidak tersedia bordes yang seharusnya ada.

Pada rumah sakit ini hanya terdapat 1 ram yang terletak di bagian

belakang bangunan menuju area luar yang posisinya berdekatan dengan lift

umum. Tidak memiliki bordes untuk memutar, bentuk ram melengkung dengan

sudut 90o dan lebar ram hanya memungkinkan untuk dilalui oleh satu saja tempat

tidur atau kursi roda. Pegangan (handle) hanya terdapat pada satu sisi saja.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
73

4.3 Pembobotan Variabel dan Sub Variabel Sistem Proteksi Pasif

Kebakaran Bangunan Rumah Sakit

Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini, yang dimana setiap variabel

memiliki sub-variabel masing masing. Variabelnya adalah bangunan dan sarana

penyelamatan jiwa sesuai dengan teori sistem proteksi pasif kebakaran bangunan

gedung. Kemudian variabel akan diberi bobot sesuai dengan kelengkapan dengan

kriterianya dan begitu pula dengan masing-masing sub variabelnya, berikut hasil

yang diperoleh:

Gambar 4.8 – Hasil Pembobotan variabel dengan expert choice

Gambar 4.9 – Hasil Pembobotan Sub variabel dengan expert choice.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
74

Setelah diolah dengan menggunakan bantuan software Expert choice di

perolehlah bobot setiap komponen dalam susunan hirarki pada tabel di berikut:

Tabel 4.9 – Bobot Komponen Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Gedung

Komponen Sistem Proteksi Pasif Kebakaran


Bangunan Gedung Bobot

Sarana Penyelamatan jiwa(0,750)


Jalur Evakuasi (koridor) 0,308
Tangga Darurat 0,159
Penerangan Darurat 0,152
Ram 0,122
Tanda Arah (Signboard) 0,103
Tempat Berkumpul 0,082
Pintu Darurat 0,074
Bangunan (0,250)
Konstruksi Tahan Api 0,515
Material Bangunan 0,485
Hasil yang didapat dari pembobotan variabel yaitu sarana penyelamatan

jiwa memiliki bobot lebih tinggi, sebesar 0,750 jiwa dan 0,250 untuk bangunan.

Untuk bobot sub variabelnya konstruksi tahan api memiliki bobot tertinggi pada

variabel bangunan sebesar 0,515 dan jalur evakuasi memiliki bobot tertinggi

sebesar 0,308 pada variabel sarana penyelamatan jiwa.


Sistem Proteksi pasif kebakaran gedung rumah sakit
Sarana Penyelamatan jiwa
Jalur evakuasi (koridor)
Tangga darurat
Penerangan darurat
Ram
Tanda arah (signboard)
Tempat berkumpul
Pintu darurat
Bangunan
Konstruksi tahan api
Material bangunan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
75

4.4 Penilaian Variabel dan Sub Variabel Sistem Proteksi Pasif Kebakaran

Bangunan Rumah Sakit

Setelah bobot setiap masing – masing variabel dan sub variabel diketahui

menggunakan aplikasi Expert choice, kemudian memberikan skala penilaian

berdasarkan tabel 3.2 terhadap setiap variabel dan sub-variabel sistem proteksi

pasif kebakaran yang diambil dari hasil analisa kesesuaian dengan standar dan

peraturan, berikut tabel hasil penilaiannya:

Tabel 4.10 - Penilaian Komponen Berdasarkan Kesesuaian Terhadap Kriteria

Kriteria Hasil Nilai Keterangan


penelitian
Sarana Penyelamatan Jiwa 2 Ada beberapa
komponen
sistem proteksi
pasif kebakaran
yang tidak
sesuai standart.
Jalur Evakuasi (koridor)
Koridor harus dilengkapi dengan tanda- Tidak Ada beberapa
tanda penunjuk yang menunjukkan arah sesuai komponen
kepintu darurat atau arah keluar. 2 sistem proteksi
Koridor harus bebas dari barang-barang Sesuai pasif kebakaran
yang dapat mengganggu kelancaran yang tidak
evakuasi. sesuai standart.
Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu Sesuai
darurat atau arah keluarnya tidak boleh
lebih dari 25m.
Tangga Darurat
Setiap bangunan Gedung negara yang Sesuai Ada beberapa
bertingkat lebih dari 3 lantai harus komponen
mempunyai tangga darurat 2 sistem proteksi
/penyelamatan min. 2 buah dengan pasif kebakaran
jarak maks. 30m (bila menggunakan yang tidak
sprinkler jarak maks. 45 m). sesuai standart.
Terbuat dari material yang tahan Tidak
terhadap asap. Sesuai
Tangga darurat/Penelamatan tidak Tidak
boleh berbentuk melingkar vertikal, exit sesuai
pada lantai dasar langsung ke arah luar.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
76

Kriteria Hasil Nilai Keterangan


penelitian
Tangga darurat/penyelamatan harus tahan Sesuai
api min.2 jam.
Penerangan Darurat
Tidak terdapat komponen penerangan Tidak 1 Tidak ada
darurat sesuai komponen
sistem proteksi
pasif kebakaran
yang sesuai
standart.
Ram
Kemiringan Ram pada bangunan tidak Sesuai Ada beberapa
boleh melebihi 70o. komponen
Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m Tidak 2 sistem proteksi
dengan tepi pengamanan. sesuai pasif kebakaran
Bordes pada awalan atau akhiran suatu Tidak yang tidak
ram harus bebas dari datar sehingga sesuai sesuai standart.
memungkinkan sekurang kurangnya
untuk memutar kursi roda dan
brankar/tempat tidur pasien, dengan
ukuran minimum 160 cm.
Tanda Arah (Signboard)
Tulisan harus bertuliskan kata „exit‟ Sesuai Ada beberapa
atau kata lain yang berarti sama. komponen
Diletakkan pada lokasi yang mudah Sesuai 2 sistem proteksi
dibaca dari segala arah pasif kebakaran
Harus dilengkapi dengan pencahayaan Tidak yang tidak
buatan dengan jarak baca 30m. sesuai sesuai standart.
Tempat Berkumpul
Tidak terdapat komponen tempat Tidak 1 Tidak ada
berkumpul sesuai komponen
sistem proteksi
pasif kebakaran
yang sesuai
standart.
Pintu Darurat
Membuka ke arah ruang tangga kecuali Tidak Tidak ada
pada lantai dasar membuka ke arah luar sesuai komponen
Harus dilengkapi dengan kaca tahan api Tidak 1 sistem proteksi
dengan luas maks. 1m2 dan diletakkan sesuai pasif kebakaran
di setengah bagian atas dari daun pintu. yang sesuai
Pintu darurat harus tahan api min. 2 Tidak standart.
jam. sesuai
Pintu darurat harus dilengkapi dengan Tidak

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
77

Kriteria Hasil Nilai Keterangan


penelitian
alat penutup otomatis. sesuai

Pintu darurat harus dilengkapi dengan Tidak


tanda peringatan. sesuai
Bangunan 3 Ada beberapa
komponen
sistem proteksi
pasif kebakaran
yang sesuai
standart.
Konstruksi Tahan Api
Terbuat dari material yang tahan api. Sesuai Ada beberapa
Memiliki unsur struktur pembentuk Sesuai 3 komponen
yang mampu menahan beban secara sistem proteksi
struktural pasif kebakaran
Terdapat kompartemenisasi untuk Sesuai yang sesuai
mencegah penjalaran api ke dan dari standart.
ruangan disekitarnya.
Material bangunan
Terbuat dari material yang tahan api. 3 Ada beberapa
komponen
sistem proteksi
pasif kebakaran
yang sesuai
standart.

Penilaian tertinggi adalah pada variabel bangunan dengan nilai 3, dan yang

terendah adalah pada variabel sarana penyelamatan jiwa dengan nilai 1 pada sub

variabelnya yaitu Penerangan darurat, tempat berkumpul dan pintu darurat. Hal ini

sangat mempengaruhi tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran

bangunan rumah sakit dikarenakan sarana penyelamatan jiwa memiliki bobot

terbesar dalam hirarki pembobotan sistem proteksi pasif kebakaran bangunan

rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
78

4.5 Nilai Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Bangunan Rumah

Sakit

Setelah nilai dari masing masing variabel dan sub variabel diperoleh bobot

dikalikan dengan nilai dari masing masing kelengkapannnya berdasaran kriteria

yang telah ditentukan pada skala penilaian. Pengalian bobot dengan nilai dari

setiap sub variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 – Jumlah Perkalian Bobot dengan Nilai Sub Variabel

Komponen sistem proteksi pasif Nilai Bobot Jumlah


kebakaran bangunan gedung
Sarana penyelamatan jiwa (0,750)
Jalur evakuasi (koridor) 2 0,308 0,616
Tangga darurat 2 0,159 0,318
Penerangan Darurat 1 0,152 0,152
Ram 2 0,122 0,244
Tanda Arah (Signboard) 2 0,103 0,206
Tempat Berkumpul 1 0,082 0,082
Pintu Darurat 1 0,074 0,074
Total 1,692
Bangunan (0,250)
Konstruksi Tahan Api 3 0,515 1,545
Material Bangunan 3 0,485 1,455
Total 3,000
Dari hasil tabulasi di atas diperoleh nilai tingkat keandalan setiap sub

variabel sistem proteksi pasif kebakarannya adalah sabagai berikut:

1. Sarana Penyelamatan Jiwa dengan nilai keandalan yaitu 1,692

2. Bangunan dengan nilai keandalan yaitu 3,000

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
79

Keandalan variabel sarana penyelamatan jiwa sistem proteksi pasif

kebakaran sebesar 1,692 berada pada interval 1,5 ≤ x ≤ 2,5 dikategorikan cukup

dan variabel bangunan memiliki tingkat keandalan 3,000 yang berda pada interval

3 ≤ x ≤ 3,5 yang dikategorikan baik menurut Tabel 3.3.

Setelah bobot dari tingkat keandalan setiap sub variabelnya didapatkan

kemudian menghitung tingkat keandalan variabel yang akan dijumlahkan,

variabel sarana penyelamatan jiwa memiliki nilai kesesuaian sebesar 2 dan pada

variabel bangunan memiliki nilai sebesar 3 (Tabel 4.10). Perhitungan evaluasi

tingkat keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 – Keandalan Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Gedung pada Rumah
Sakit

Komponen Sistem Proteksi Pasif Nilai Bobot Jumlah

Kebakaran Gedung

Sarana Penyelamatan Jiwa 2 0,750 1,500

Bangunan 3 0,250 0,750

Total 2,250

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai keandalan sistem

proteksi pasif kebakaran sebesar 2,250 yang dimana nilai tersebut dikategorikan

cukup yaitu berada pada kisaran 1,5 ≤ x ≤ 2,5 berdasarkan Tabel 3.3 keandalan

sistem proteksi pasif kebakaran. Secara keseluruhan tingkat keandalan sistem

proteksi pasif kebakaran bangunan rumah sakit dikategorikan cukup dikarenakan

ada salah satu variabel yang tingkat keandaalannya adalah cukup maka akan

berpengaruh untuk keandalan keseluruhan sistem.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Hasil evaluasi tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran bangunan

rumah sakit adalah 2,250 dari nilai total 4 yang dimana nilai tersebut

dikategorikan cukup yaitu berada pada interval 1,5 ≤ x ≤ 2,5 berdasarkan

Tabel 3.3.

 Hirarki pada sistem proteksi pasif kabakaran bangunan rumah sakit adalah

sarana penyelamatan jiwa di urutan pertama dan bangunan pada urutan kedua

sementara sub variabelnya jalur evakuasi sebagai urutan pertama pada sarana

penyelamatan jiwa dan konstruksi tahan api urutan pertama pada bangunan.

 Keandalan variabel sarana penyelamatan jiwa sistem proteksi pasif kebakaran

sebesar 1,692 berada pada interval 1,5 ≤ x ≤ 2,5 dikategorikan cukup dan

variabel Bangunan memiliki tingkat keandalan 3,000 yang berda pada

interval 3 ≤ x ≤ 3,5 yang di kategorikan baik menurut Tabel 3.3.

 Untuk meningkatkan keandalan sistem proteksi pasif kebakaran pada

bangunan rumah sakit diperlukan komponen ram yang fungsinya digunakan

untuk jalur evakuasi pasien yang menggunakan alat bantu seperti kursi roda

dan tempat tidur sebagaimana yang sudah diatur dalam Permenkes No. 24

Tahun 2016.

 Tingkat keandalan sistem proteksi pasif kebakaran pada bangunan rumah

sakit akan baik jika setiap komponen dari variabel memenuhi standar dan

peraturan yang ada.

80
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
81

 Jalur evakuasi bangunan rumah sakit belum sesuai dikarenakan pada

bangunan publik lebar koridor minimal adalah 1,8 dan hal ini tidak sesuai

untuk rumah sakit karna standart minimal koridor untuk rumah sakit adalah

2,4 m. Tinggi jalur evakuasi pada bangunan ini sebahagian sudah memenuhi

standart persyaratan namun terdapat beberapa koridor yang tingginya tidak

memenuhi standar dan tidak dilengkapi dengan tanda arah (Signboard )

menuju area luar bangunan.

 Tangga darurat belum sesuai karena bentuk tangga tidak linear ke bawah

sehingga pengguna harus memutar untuk menemukan tangga selanjutnya

yang dapat membingungkan jika dalam keadaan panik, tangga darurat tidak

memiliki shaf tersendiri yang memungkinkan pengguna untuk lebih mudah

mengakses tangga.

 Penerangan darurat belum sesuai karena koridor dan jalur evakuasi bangunan

ini sama sekali tidak dilengkapi dengan penerangan darurat dalam bentuk

apapun. Penerangan darurat hanya terdapat pada ruangan operasi dikarenakan

rumah sakit ini memiliki aliran listrik cadangan berupa genset yang secara

otomatis akan beralih ketika aliran listrik utama padam.

 Ram bangunan rumah sakit belum sesuai karena hanya terdapat pada bagian

belakang bangunan pada lantai dasar menuju area luar.

 Tanda arah (Signboard) belum sesuai, hanya bisa dipergunakan oleh orang

yang dapat melihat sementara tidak tersedia untuk disabilitas (orang buta)

dan ini tidak efektif pada rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
82

 Tidak ada tempat berkumpul pada bangunan rumah sakit yang dapat

digunakan untuk tempat berlindung sementara di dalam bangunan.

 Pintu darurat pada bangunan rumah sakit belum sesuai karena tidak berbahan

material tahan api yang sesuai standart persyaratan dan peraturan, bukaan

pintu menuju ke arah dalam tangga darurat, pintu tidak dilengkapi dengan

penanda pintu darurat.

 Konstruksi bangunan rumah sakit sudah sesuai karena termasuk kedalam

konstruksi api tipe A dan konstruksinya sudah terbuat dari material yang

tahan api.

 Material untuk kesuluruhan bangunan rumah sakit sudah sesuai karena

terbuat dari bahan yang tahan terhadap api.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
83

5.2 Pedoman Disain

Bedasarkan kesimpulan yang telah didapat maka solusi desain yang

direkomendasikan untuk meningkatkan keandalan sistem proteksi kebakaran pasif

pada bangunan rumah sakit adalah :

 Tingkat ketahanan struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang

kurangnya 3 jam berdasarkan klasifikasi bangunan kelas A yaitu bangunan

rumah sakit ( Kepmen PU No.02/KPTS/1985)

 Material terbuat dari material yang tahan terhadap api minimal 2 jam

(Permenkes No. 24 tahun 2016).

 Tanda arah (Signboard) harus dilengkapi dengan pencahayaan yang sesuai

dengan standart agar mudah dibaca dan dapat mempermudah proses jalannya

evakuasi. Tulisan exit ditempatkan di setiap koridor yang mudah dilihat,

tanda arah juga harus bisa di gunakan oleh penyandang cacat / disabilitas dan

lansia.

 Setiap bangunan gedung rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus

dilengkapi dengan pintu darurat.

 Pintu darurat diganti dengan pintu yang materialnya tahan terhadap api serta

dilengkapi dengan penutup otomatis dan kaca minimal 1 m2, kemudian lebar

pintu darurat min. 100 cm dan membuka ke arah ruang tangga kecuali pada

lantai dasar membuka ke arah luar, memiliki pegangan rambat tangga 65-80

cm. Berikut ini adalah gambar pintu darurat yang direkomendasikan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
84

Gambar 5.1 – Contoh pintu darurat yang direkomendasikan

(sumber: www.google.com )

 Tangga darurat diganti sesuai dengan standart persyaratan karena bentukan

tangga tidak linear sehingga menyulitkan proses evakuasi. Tangga darurat

sebaiknya difungsikan sebagaimana fungsinya dilengkapi dengan exit pada

lantai dasar yang langsung menuju ke arah luar. Dan arah tangga sebaiknya

menuju kearah luar bangunan. Tangga yang di rekomendasikan untuk

bangunan rumah sakit pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.2 – Contoh tangga darurat yang direkomendasikan

(sumber: Permenkes RI No.24 Tahun 2016)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
85

 Penerangan darurat sebaiknya diletakkan pada seluruh koridor dan seluruh

jalur evakuasi. Penerangan darurat yang direkomendasikan berwarna kuning

dengan tingkat pencahayakan 10 lux yang kemudian diletakkan dengan jarak

8 m dari lampu ke lampu dan sebaiknya penerangan darurat bersumber dari

aliran listrik darurat berupa baterai.

 Jalur evakuasi yang tersedia seharusnya tidak hanya untuk orang yang sehat

tetapi juga orang sakit yang memiliki keterbatasan. Tinggi jalur evakuasi

yang tidak sesuai dengan standart dan persyaratan sebaiknya ditutup dan tidak

dijadikan jalur evakuasi karena akan membahayakan pengguna, membuat

jalur evakuasi menuju luar dengan koridor yang lebih luas dan memiliki

tinggi yang standart akan lebih efektif. Pada rumah sakit koridor harus

memiliki ukuran yang aksebilitas terhadap tempat tidur pasien minimal

2,4 m.

 Setiap rumah sakit harus memiliki ram yang diperuntukkan pengguna

disabilitas dan sarana evakuasi untuk pasien yang menggunakan kursi roda

atau tempat tidur sebagaimana yang telah di atur dalam Peraturan Mentri

Kesehatan No.24 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Rumah Sakit.

Kemiringan Ram pada bangunan tidak boleh melebihi 70o. Lebar minimum

dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengamanan. Bordes pada awalan atau

akhiran suatu ram harus bebas dari datar sehingga memungkinkan sekurang

kurangnya untuk memutar kursi roda dan brankar/tempat tidur pasien, dengan

ukuran minimum 160 cm.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
86

5.3 Saran

1. Penelitian dapat dilanjutkan dengan variabel lain yang berkaitan terhadap

sistem proteksi pasif kebakaran pada bangunan rumah sakit.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meninjau keseluruhan kawasan yang

terdapat pada bangunan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
87

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Primanda. 2014. Evaluasi Penerapan Sistem Proteksi Kebakaran Pada

Bangunan Rumah Sakit (Studi Kasus Rs. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso

Surakarta).

Badan Standarisasi Nasional, (2000). SNI 03-1736-2000, Tata Cara

Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

Badan Standarisasi Nasional, (2001). SNI 03-6574-2001, Tata Cara

Perancangan Pencahayaan Darurat Tanda Arah dan Sistem Peringatan

Bahaya pada Bangunan Gedung.

Hesna, Yervi. 2009. Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan Kebakaran

Pada Bangunan Gedung Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang.

Kepmen PU No. 02/KPTS/1985. Ketentuan Pencegahan dan

Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

Kep. Meneg PU RI No. 10/KTSP/2000. Ketentuan Teknis Pengamanan

Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Dan Lingkungan.

Mahmudah, Rifaatul. 2012. Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran

Pada Bangunan Gedung.

Marimin. (2015). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk. Penerbit Grasindo, Jakarta.

Octa, Rostrivia. 2016. Analisa Sistem Proteksi Aktif dan Pasif Dalam

Pencegahan Bencabna Kebakaran Di Universitas X Semarang.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
88

Oktaviani, Tika. 2017. Evaluasi Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Lingkungan

Pada Perumahan (Studi Kasus:Perumnas Helvetia Medan).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2016. Persyaratan Teknis

Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008. 2008.

Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan. Jakarta : departmen pekerjaan umum.

Pontan, Dermawan. 2017. Identifikasi Tingkat Keandalan Elemen-Elemen

Penanggulangan Bencana Kebakaran Gedung PD Pasar Jaya di DKI

Jakarta.

Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian

rakyat.

Saaty, 1983. The analytic hierarchy process – a survey of the method andits

applications.

Sanjaya, Mirza. 2015. Evaluasi Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Dalam

Menghadapi Bencana Kebakaran (Studi Kasus Di Rs Pku Muhammadiyah

Yogyakarta Unit Ii).

Stephanie, 2017. Evaluasi Sistem Proteksi Pasif Kebakaran Bangunan (Studi

Kasus: Millenium Ict Centre).

Sukawi, 2016. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Rumah

Susun (Studi Kasus: Rusunawa Undip).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
89

Suprapto, 2008. Tinjauan Eksistensi Standar - Standar (Sni) Proteksi Kebakaran

Dan Penerapannya Dalam Mendukung Implementasi Peraturan

Keselamatan Bangunan. Jurnal Prosiding PPIS Bandung.

Vegar, Dheva. 2015. Evaluasi Keandalan Keselamatan Kebakaran Pada Gedung

Fisip Ii Universitas Brawijaya, Malang.

Wulandari, Bheti. Analisa Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan

Ayola First Point Hotel Pekanbaru.

Roy, Adiwidjaja. 2012. Studi Tingkat Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran

Pada bangunan Apartmen (Studi Kasus: Apartemen Di Surabaya).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN

90
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
91

Lampiran 1- Lembar Observasi Lapangan

No. Sub variabel TT TS Keterangan


1. Konstruksi Tahan √ Konstruksi yang di gunakan
Api konstruksi beton bertulang.
2. Material Bangunan √ Material bangunan berbahan
tahan api.
3. Tempat Berkumpul √ Tidak tersedia tempat
berkumpul.
4. Pintu Darurat √ Pintu darurat sebanyak 2 buah
hanya pada lantai dasar saja.
5. Tangga Darurat √ Tersedia 2 buah tangga darurat
pada sisi timur dan sisi barat
bangunan.
6. Signboard/Exit √ Signboar di letakkan pada
plafond.
7. Penerangan √ Penerangan darurat hanya
Darurat tersedia pada ruang operasi saja.
8. Jalur evakuasi √ Jalur evakuasi (koridor) tersedia
(koridor) di setiap lantai pada bangunan.

9. Ram √ Ram pada bangunan hanya


tersedia koridor menuju area luar
pada bagian belakang bangunan.

Keterangan:

TT : Tidak Tersedia

TS : Tersedia

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
92

Lampiran 2- Site Plan Rumah Sakit Grandmed

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
93

Lampiran 3 - Denah Rumah Sakit Grandmed

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
94

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai