SKRIPSI
Oleh :
NURIN FAKHIERA IZZA BINTI OTHMAN
180100254
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
NURIN FAKHIERA IZZA BINTI OTHMAN
180100254
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
terhadap Pertolongan Pertama Luka Bakar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
penulis menyelesaikan pendidikan jenjang S-1 dengan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis banyak mendapat banyak dukungan dan bimbingan baik secara moral maupun
materil dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena
itu, penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada pihak yang turut
terlibat dalam membantu penulis yaitu kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin
Rambe, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dosen pembimbing, dr. Arya Tjipta Prananda Sp.BP-RE(K) yang telah banyak
membantu penulis dengan meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, saran dan masukan sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi ini tepat
pada waktunya.
3. Ketua penguji, dr. Kiki Mohammad Iqbal, Sp.S(K) dan Anggota Penguji, dr. Dina
Aprillia Ariestine, M.Ked(PD), Sp.PD-KGer atas segala kritik dan saran yang sangat
kritis dan berguna selama proses penulis melakukan penyusunan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc atas segala
bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. Ibunda dan ayahanda penulis sangat cintai dan hormati, Hjh. Zarina dan Hj. Othman
atas segala dukungan, kata semangat, doa yang tidak pernah putus, kasih sayang dan
pengorbanan diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan sebaiknya.
ii
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan yang dilakukan, karena itu diharapkan
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat menyempurnakan penulisan
skripsi ini dengan sebaiknya. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi bidang pendidikan terutama ilmu kedokteran
dan pembaca pada umumnya.
iii
iv
vi
vii
viii
AC : Air Conditioner
BD : Base Deficit
EKG : Elektrokardiogram
ix
Latar belakang. Pertolongan awal pada pasien luka bakar dapat mengurangi resiko luka dari menjadi makin
parah dan juga mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan
mahasiswa kedokteran terhadap pertolongan pertama luka bakar sebagai calon tenaga kesehatan karena luka
bakar derajat 1 dan derajat 2 harus ditangani secara tuntas di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Namun,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan terhadap pertolongan pertama luka bakar masih kurang
dalam kalangan mahasiswa kedokteran. Tujuan. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap pertolongan pertama luka bakar. Metode. Penelitian
ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan metode simple random sampling. Analisis data
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk melihat gambaran deskriptif dan analisis bivariat
dengan menggunakan uji Chi-Square untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan faktor sosiodemografi.
Hasil. Sebanyak 72 orang mahasiswa kedokteran angkatan 2018 dipilih menjadi sampel dimana pengetahuan
pada kategori baik adalah sebanyak 59 orang (81,9%), diikuti kategori cukup dengan jumlah 9 orang (12,5%)
dan kategori kurang berjumlah 4 orang (5,6%). Sumber informasi terbanyak didapatkan tentang pertolongan
pertama luka bakar adalah dari bahan kuliah. Kesimpulan. Tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap pertolongan pertama luka bakar secara umum yang
diperoleh adalah pengetahuan baik.
Kata kunci : Mahasiswa kedokteran, Pertolongan pertama luka bakar, Tingkat pengetahuan
Background. First aid of burn patients can reduce the risk of the injury becoming more severe and also reduce
morbidity and mortality. This shows the importance of medical students' knowledge of burn first aid as future
healthcare workers because first-degree and second-degree burns must be treated thoroughly in primary health
care facilities. However, several studies showed that knowledge of burn first aid is still lacking among medical
students. Objective. To delineate the level of knowledge of first aid for burns among batch 2018 medical students
of the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara. Method. This cross-sectional study used a simple random
sampling method. Univariate analysis was used as frequency distribution for descriptive information and bivariate
analysis using the Chi-Square test to find the association between the level of knowledge with sociodemographic
factors. Results. Out of 72 medical students from the 2018 batch were enrolled in this study, 59 people(81,9%)
showed good knowledge, 9 people(12,5%) had fair knowledge, and 4 people(5,6%) lack knowledge pertaining to
burns first aid. College curriculum acts as the major source of information for burns first aid. Conclusion. Batch
2018 medical students from Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara had good knowledge about burn
first aid.
xi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), bahan kimia, peralatan listrik
(energi listrik atau cahaya), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian (Ratna dan Dewi,
2013). Tantangan bagi petugas kesehatan adalah luka bakar karena berdampak besar terhadap
masyarakat dengan menyebabkan gangguan penampilan dan bahkan disfungsi tubuh permanen
(Menkes RI, 2019).
Menurut World Health Organization (2018), 180.000 kematian diperkirakan terjadi setiap
tahun disebabkan oleh luka bakar dan sebagian besar luka bakar terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Data yang didapatkan dari American Burn Association (2020) menyatakan
bahwa setiap tahun lebih dari 450.000 luka bakar serius yang terjadi di Amerika Serikat yang
memerlukan perawatan medis dan melaporkan pada tahun 2014, tercatat 3.275 kematian akibat
kebakaran dan cedera pernafasan karena menghirup asap.
Data didapatkan dari unit luka bakar RSCM bahwa persentase penyebab luka bakar pada
dewasa adalah sebagian besar luka bakar api (53,1%), luka bakar air panas (19,1%), luka bakar
listrik (14%), luka bakar kimia (3%) dan luka bakar kontak (5%) (Menkes RI, 2019). Luka bakar
paling sering ditemukan pada laki-laki di usia keempat dan kelima dekade kehidupan dimana
pada tahap ini, laki-laki biasanya lebih aktif dan sering terpapar terhadap lingkungan seperti di
tempat kerja, sedangkan wanita pada usia ini terpapar dengan resiko terkena luka bakar di rumah.
Penyebab kematian pada luka bakar terbanyak adalah septikemia, diikuti gagal organ multipel,
sindrom inflamasi sistemik respon, dan sindrom gangguan pernapasan akut (Martina dan
Wardhana, 2013).
Beratnya trauma luka bakar sangat dipengaruhi oleh besarnya derajat keparahan yang
disebabkan oleh luka bakar (Krishnamoorthy et al., 2012). Penanganan awal pada pasien yang
terkena luka bakar dapat mengurangi resiko luka dari menjadi makin parah. Tujuan pertolongan
pertama luka bakar adalah untuk menyelamatkan dan meningkatkan pemulihan luka yang dialami
oleh korban luka bakar (Sari et al., 2018). Pertolongan awal luka bakar sangat penting dalam
mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar (Danesh et al., 2019).
Standar Nasional Pendidikan Dokter Indonesia (2019) menyatakan bahwa luka bakar
derajat 1 dan derajat 2 ≤ 10% luas permukaan tubuh harus dikuasai penuh, ditangani secara
mandiri dan tuntas oleh para lulusan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Pengetahuan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan (Retnaningsih, 2016). Pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang digunakan
dimana dilakukan dengan menyebarkan pesan dan mengajar keyakinan agar masyarakat dapat
memahami dan melaksanakan sebuah ordonansi terkait dengan kesehatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku tidak sehat orang dan masyarakat menjadi sehat untuk berubah (Herlianita et
al., 2020).
Namun, penelitian Moorby (2020) mengenai survei pertolongan pertama luka bakar
dalam kalangan mahasiwa kedokteran menyatakan bahwa mahasiswa kedokteran kurang
memiliki pengetahuan dalam melakukan pertolongan awal korban dengan luka bakar. Data dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kedokteran terhadap
pertolongan pertama luka bakar sebanding dengan pengetahuan masyarakat umum (Siddiqui et
al., 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas membuatkan peneliti tertarik melakukan penelitian ini
dan penelitian tentang tingkat pengetahuan luka bakar dalam kalangan mahasiswa terutama
mahasiswa kedokteran belum pernah dilakukan di Indonesia. Peneliti juga melihat pentingnya
pengetahuan mahasiswa kedokteran dalam menangani luka bakar sebagai calon tenaga kesehatan
pada masa akan datang, maka dibuat penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap
Pertolongan Pertama Luka Bakar”.
Mengetahui tingkat pengetahuan terhadap pertolongan pertama luka bakar dalam kalangan
mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1. Institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dalam mengevaluasi tahap pemahaman mahasiswa terhadap
luka bakar dari ilmu dan teori yang disampaikan dalam kuliah.
2. Mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi mahasiwa untuk menambah
dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam pertolongan pertama luka bakar.
3. Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa dalam menangani luka
bakar yang benar dan tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan oleh
kontak dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), bahan kimia, barang-
barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian (Ratna
dan Dewi, 2013).
Menurut American Burn Association (2016), sekitar 486.000 luka bakar dilaporkan
terjadi pada tahun 2011-2015 di Amerika Serikat. Ada satu kematian akibat luka bakar setiap 2
jam dan 41 menit dan proporsi pasien yang meninggal akibat luka bakar adalah 1 dalam 1.442.
Setiap tahun, sebanyak 180.000 kematian akibat luka bakar dilaporkan dimana mayoritas kasus
luka bakar terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana kasus luka
bakar tertinggi dilaporkan di Asia Tenggara dan Afrika (World Health Organization, 2018).
Kejadian luka bakar di Indonesia belum diketahui jumlah kasus yang tetap, namun
Perhimpuan Luka Bakar Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa sebanyak 3.518 kasus luka
bakar dilaporkan di 14 rumah sakit besar di Indonesia (Roska et al., 2018). Dari tahun 2009-2010,
dilaporkan bahwa kasus luka bakar yang memerlukan perawatan di rumah sakit adalah sebanyak
303 orang dan kasus meninggal akibat luka bakar adalah tinggi yaitu sebanyak 37,4% kasus pada
tahun 2009 (Dewi et al., 2019).
4
Universitas Sumatera Utara
5
a. Berdasarkan Penyebab
Luka bakar berdasarkan penyebab diklasifikan menjadi 4, yaitu luka bakar termal,
luka bakar listrik, luka bakar kimia dan luka bakar radiasi (Young et al., 2019).
Pada derajat ini, epidermis dan sebagian dermis rusak. Lukanya sangat nyeri,
merah, muncul lepuh (bula), lembab, lembut dan pucat saat disentuh (Schaefer dan
Szymanski, 2021). Luka bakar derajat ini menimbulkan kerusakan tidak hanya merusak
kulit dan folikel rambut, tetapi juga lebih dalam dari kulit yaitu saraf dan pembuluh darah
(Wasiak et al., 2013).
Luas luka bakar 15-25% pada orang dewasa, derajat III <10%.
Luas luka bakar 10-20% pada usia <10 tahun dan > 40 tahun, dengan derajat III
<10%.
Luka bakar derajat III <10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka,
tangan, kaki dan perineum.
Luka bakar derajat II dan III > 20% pada pasien <10 tahun atau >50 tahun.
Luka bakar derajat II dan III >25% pada kelompok usia lainmya.
Luas luka bakar pada orang dewasa dihitung dengan menggunakan aturan Wallace yaitu
rumus sembilan (Rule of Nine) berdasarkan perhitungan kelipatan 9. Setiap lengan dihitung
9% dari TBSA, satu tungkai dihitung 18% dari TBSA, kepala dan leher dihitung 9% dari
TBSA, dan setiap luas telapak tangan, perineum dan genitalia penderita diasumsikan 1% dari
TBSA (Williams dan Wohlgemuth, 2013).
Luas luka bakar pada anak dihitung dengan menggunakan tabel Lund and Browder yang
mengacu pada ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi atau anak yaitu kepala. Metode
penentuan luas luka bakar menggunakan Lund and Browder chart lebih akurat, karena
memperhitungkan perubahan proporsi tubuh berdasarkan usia (Broadis et al., 2017)
Gambar 2.4. Diagram dan Tabel Lund & Browder untuk anak
Sumber : Broadis et al., 2017
Respon lokal dan sistemik terjadi pada pasien luka bakar. Berdasarkan Jackson Burn
Wound Model, respons lokal melibatkan pembentukan zona pada bagian yang terpapar (Kara,
2018). Pada tahun 1953, Jackson telah membagi klasifikasi zona reaksi lokal luka bakar
menjadi tiga area yaitu :
a. Zona Koagulasi
Area pada luka yang paling dekat dengan sumber panas konduksi dengan cepat
dan mengalami kematian sel yang cepat karena tidak ada koagulasi protein seluler. Zona
mati ini disebut zona nekrosis koagulasi (Baker, 2012).
b. Zona Stasis
Kerusakan mikrosirkulasi dan kekurangan aliran darah ke jaringan sehingga
meyebabkan jaringan di zona ini menjadi nekrosis disebabkan oleh pelepasan sitokin
inflamasi, tetapi kerusakan jaringan masih dapat diselamatkan dengan resusitasi dini.
Zona stasis dapat berubah menjadi area kehilangan jaringan total disebabkan oleh
infeksi, edema dan kehilangan jaringan total (Baker, 2012).
c. Zona Hiperemis
Zona hiperemis adalah area terluar dimana terjadinya pelepasan sitokin dan
peningkatan aliran darah akibat respon peradangan sehingga menyebabkan aliran darah
jaringan meningkat. Setelah respons vaskular hiperdinamik selesai, jaringan di zona
akan kembali normal pada luka bakar. Namun, seluruh tubuh terkena zona hiperemis
jika 20% dari total luas permukaan tubuh (TBSA) terbakar (Baker, 2012).
Pada luka bakar derajat I dan II, penyembuhan luka selesai dalam 5-7 hari dan hampir
tidak meninggalkan parut di kulit. Luka bakar derajat IIa sembuh dari epitel sisa-sisa folikel
rambut, yang banyak terdapat di dermis superfisial. Penyembuhan luka melibatkan proses
epitelisasi dan kontraktur pada luka bakar derajat II dan derajat III. Terdapat 3 fase
penyembuhan luka bakar yaitu fase inflamasi, proliferasi dan remodeling (Tiwari, 2012).
1. Fase inflamasi
Terjadi respon inflamasi tubuh dimulai segera setelah luka bakar, terdiri dari respon
vaskular dan seluler. Contoh dari respon vaskular adalah vasodilatasi lokal dengan ekstravasasi
cairan segera setelah luka bakar yang menyebabkan edema. Respons seluler terdiri dari
neutrofil dan monosit yang merupakan sel pertama yang bermigrasi di tempat peradangan.
Kemudian, makrofag menggantikan sel neutrophil yang mulai berkurang. Faktor-faktor
kemotaktik seperti kallkirein dan fibrin peptida yang dilepaskan dari proses koagulasi dan zat-
zat yang dilepaskan dari sel mast seperti tumor nekrosis faktor, histamin, protease, leukotrien
dan sitokin memicu mulainya migrasi sel-sel ini. Jaringan terbakar yang mengeluarkan jaringan
mati dan racun akan difagositosis yang dibantu oleh respon seluler (Tiwari, 2012).
2. Fase proliferasi.
3. Fase remodeling
Fase ketiga pada proses penyembuhan adalah terjadinya kematangan jaringan parut.
Awalnya terdapat protein struktural berserat seperti kolagen dan elastin ditempatkan di sekitar
epitel, endotelium dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler. Kemudian terjadinya perubahan
dimana matriks ekstraseluler berubah menjadi jaringan parut dan fibroblast berkembang
menjadi fenotipe myofibroblast sehingga menyebabkan terjadinya kontraktur pada fase
resolusi.
Fase remodelling, parut luka dan kontraktur memerlukan jangka waktu yang lama untuk
berkembang pada luka bakar derajat II dan III, namun lukanya sembuh sendiri. Kerusakan
melanosit pada pelengkap menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi sehingga memicu respon
melanosit aktif dan hipopigmentasi terhadap trauma luka bakar (Tiwari, 2012).
Menilai patensi jalan nafas dengan meminta pasien berbicara. Mencari tanda-tanda
obstruksi jalan napas. Proteksi servikal dengan in-line immobilization. Melakukan head
tilt, chin lift atau jaw thrust jika dicurigai cedera servikal. Kemudian, melakukan oral
suction untuk membersihkan segala macam benda di rongga mulut dari terjadinya obstruksi
jalan napas. Trauma inhalasi dicurigai jika terdapat luka bakar pada daerah wajah. Jika
terdeteksi terjadinya edema laring, lakukan intubasi secepatnya. Memasang cervical collar
dan akhiri dengan melakukan in-line immobilization (Amirsyah, 2017).
Melakukan inspeksi dan menilai frekuensi dan kedalaman pernapasan. Jika dicurigai
trauma inhalasi, pasang oksigen tekanan tinggi 100% dengan menggunakan masker non-
rebreathing. Monitor ketat jika luka bakar derajat III terdapat di bagian dada dan leher yang
dicurigai menganggu pernapasan pasien (American Burn Association, 2018).
Periksa tekanan darah, denyut nadi dan meraba nadi carotis pasien luka bakar. Biasanya
terjadi peningkatan katekolamin pada pasien yang terkena luka bakar sehingga
menyebabkan terjadi peningkatan detak jantung menjadi 100-120 bpm. Peningkatan detak
jantung pasien luka bakar mengindikasikan terjadinya hipovolemik. Lakukan pemasangan
2 IV Line dengan abbocath besar di area yang tidak terkena luka bakar. Usia pasien
dipertimbangkan apabila memberikan cairan resusitasi awal (American Burn Association,
2018).
Glasgow Coma Scale digunakan untuk memeriksa status kesadaran pasien luka bakar.
Pada awalnya, pasien dengan luka bakar biasanya masih sadar dan orientasi masih bagus.
Jika orientasi pasien tidak bagus, hal seperti keracunan karbon monoksida, penyalahgunaan
zat, hipoksia, atau kondisi medis yang sudah ada sebelumnya harus dicurigai. Penilaian
pasien dimulai dengan menentukan tingkat kesadaran menggunakan metode AVPU
(Amirsyah, 2017).
A :Alert
V : Response to Verbal
U : Unresponsive
Pakaian pasien dilepaskan untuk melihat kelainan pada semua bagian tubuh dengan
melakukan log roll. Pasien dibungkus dengan selimut agar tetap hangat. Rumus Rule’s of
Nine digunakan untuk menghitung luas luka bakar. Resusitasi cairan awal pada pasien luka
bakar dalam 24 jam pertama adalah dengan menggunakan rumus Parkland, yaitu 3-4
ml/kgBB/% TBSA dan ditambahkan jumlah cairan maintenance pada anak. Trauma
inhalasi, luka bakar derajat III, trauma multipel, trauma listrik dan keterlambatan resusitasi
menggunakan rumus 4 ml. 50% jumlah cairan resusitasi harus diberikan dalam 8 jam
pertama dan 50% sisanya diberikan 16 jam kemudian. EKG, nadi, tekanan darah, laju
pernafasan dan saturasi dipantau untuk melihat apakah cairan resusitasi yang diberikan
sudah adekuat atau tidak (Amirsyah, 2017).
Resusitasi cairan ini diharapkan agar hasil urine output pasien mencapai 0,5mL/kg
pada dewasa dan 0,5-1,0 mL/kgBB/jam pada anak dengan berat badan kurang dari 30 kg.
Untuk menghindari dari terjadinya ileus, pemasangan selang nasogastrik
direkomendasikan pada pasien luka bakar parah. Pemasangan kateter urin dilakukan untuk
memantau urine output. Pemberian obat secara intravena merupakan manajemen terbaik
untuk mengontrol nyeri pada pasien luka bakar. Jika pasien luka bakar tidak mendapatkan
vaksinasi tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, maka pasien dianggap rentan terkena
tetanus sehingga tetanus profilaksis harus segera diberikan (Schaefer dan Lopez, 2021).
Pada kasus emergensi pada pasien luka bakar membutuhkan tatalaksana bedah
segera yaitu eskaratomi dan fasiotomi. Luka bakar derajat IIb dan III dengan luka
melingkar merupakan indikasi untuk dilakukan eskaratomi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya sindrom kompartemen disebabkan oleh edema. Tindakan eskaratomi adalah
eskar dilakukan insisi agar dapat mengekspos jaringan lemak dibawahnya. Tujuan
fasiotomi adalah menangani sindrom kompartemen akut dimana tindakannya dilakukan
insisi kulit meluas ke fasia agar tekanan yang disebabkan sindrom kompartemen dapat
dikurangkan (Alharbi et al., 2012).
Luka bakar dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan air atau cairan salin
normal. Pendinginan dilakukan pada luka bakar terkena tar dan aspal dengan menggunakan
pelarut. Pelarut yang digunakan seperti minyak mineral tidak menimbulkan iritasi kulit menjadi
pilihan untuk mendinginkan luka. Infeksi pada luka dapat dicegah dengan penggunaan obat
antibiotik topikal. Namun, penggunaan obat antibiotik topikal hanya diindikasikan apabila
dokter menemui tanda infeksi karena dapat menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi
lama. Balutan atau dressing bertujuan untuk merawat luka bakar dengan memproteksi luka dari
lingkungan luar, mengurangi nyeri dan mempertahankan kelembapan agar penyembuhan luka
menjadi cepat. Penggunaan emolien atau balutan ringan pada luka bakar derajat I jika
diperlukan. Luka dicuci setiap hari pada luka bakar derajat II, bersama dengan penggunaan
emolien dan balutan harus diganti setiap hari. Sebagian besar luka bakar derajat III memerlukan
intervensi pembedahan, namun jika area terkena luka bakar adalah sedikit, maka akan terbentuk
kontraktur pada area luka bakar tersebut (Herndon, 2018).
Eksisi awal dan split-thickness skin graft dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi
dari luka dan menurunkan kadar mortalitas pada pasien luka bakar derajat III (Lachiewicz et
al., 2017). Eksisi merupakan prosedur membuang jaringan nekrotik yang bertujuan
mempersiapkan kulit untuk dilakukan tindakan skin grafting. Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan kegagalan organ multipel dapat dicegah dengan tindakan eksisi. Eksisi
bukan saja dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi, namun dapat juga mengurangi jumlah
perdarahan, mengurangi lama waktu rawat inap, mempercepat proses penyembuhan luka dan
mengurangi resiko terjadinya parut hipertrofi (Winarno et al., 2021).
Menurut Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (2019), luka bakar derajat
I dan derajat II ≤ 10% luas permukaan tubuh adalah kompetensi 4. Luka bakar derajat II > 10%
luas permukaan tubuh dan luka bakar derajat III adalah kompetensi 3B. Jadi, dokter umum
harus dapat memberikan tatalaksana primary survey terlebih dahulu sebelum merujuk pasien
ke rumah sakit yang mempunyai unit luka bakar. Menurut American Burn Association (2016),
kriteria rujukan pasien luka bakar adalah:
a. Luka bakar derajat IIb >10% Total Body Surface Area (TBSA)
d. Luka bakar pada area yang melibatkan wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,
sendi mayor dan luka bakar sirkuler pada ekstremitas dan dada
i. Pasien dengan trauma penyerta (fraktur) dengan resiko peningkatan mortalitas dan
morbiditas
l. Wanita hamil
Sebelum merujuk pasien luka bakar, rujukan harus terkoordinasi dengan pusat rujukan
luka bakar dengan memastikan kondisi pasien sudah stabil seperti tanda vital, oksigen, cairan
terkontrol dan sudah dilakukan pemasangan kateter Foley untuk pemantauan urine output,
pemasangan pipa nasogastric (NGT) (Yasti et al., 2015).
Komplikasi luka bakar tergantung kepada kedalaman luka bakar. Misalnya, luka bakar
derajat IIb dan III menimbulkan komplikasi terjadinya sindrom kompartemen. Komplikasi lain
bagi luka bakar adalah parut hipertrofi dan kontraktur sehingga dapat menimbulkan deformitas
pada anggota badan yang terkena (Monseau et al., 2015).
Pengetahuan didefinisikan oleh Notoadmojo sebagai hasil tahu kepada suatu objek yang
diperoleh melalui indera dimilikinya dimana dapat memungkinkan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Almuhdar et al., 2018).
1. Tahu (know)
Tingkat pengetahuan ini adalah tingkat paling rendah karena pengetahuan yang
dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali (recall). Untuk mengamati sesuatu
yang spesifik dari rangsangan yang telah diterima atau bahan yang telah dipelajari, maka
ingatan yang telah ada sebelumnya dipanggil kembali. Kemampuan pengetahuan pada
tingkat ini adalah dapat menyatakan, mendefinisikan, menyebutkan dan menguraikan.
Contoh tahapan ini adalah dapat mendefinisikan suatu penyakit dan dapat menguraikan
gejala dan tanda penyakit tersebut (Notoadmojo, 2014).
2. Memahami (comprehension)
Tingkat pengetahuan ini adalah dapat menjelaskan tentang sesuatu objek atau
sesuatu dengan benar. Jika seseorang telah memahami suatu objek atau pelajaran yang
dipelajarinya, maka seseorang itu dapat menjelaskan, menyimpulkan dan
mengintepretasikan objek atau pelajaran yang telah dipelajari tersebut. Contoh tahapan
ini adalah dapat menjelaskan tentang pentingnya melakukan rekam medis (Notoadmojo,
2014).
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Pengetahuan dalam memberikan pertolongan pertama pada kasus luka bakar sangat
penting dalam mengurangi kadar morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar. Tindakan
yang benar dan tepat pada pertolongan pertama luka bakar dapat mengurangi komplikasi luka
bakar lebih lanjut dan lama rawat inap. Beberapa penelitian melaporkan bahwa tingkat
pengetahuan mahasiswa kedokteran masih kurang dan sebanding dengan masyarakat umum.
Hal ini karena materi kuliah luka bakar disampaikan tidak di awal perkuliahan dan kebanyakan
mahasiwa kedokteran kurang berminat terhadap materi luka bakar yang telah disampaikan.
Prevalensi luka bakar masih tinggi dan pengetahuan mahasiswa kedokteran terhadap
pertolongan pertama luka bakar sangat penting karena mereka merupakan calon tenaga
kesehatan pada masa akan datang dalam memberikan manajemen yang berkualitas terhadap
pasien luka bakar (Batais et al., 2020).
Luka Bakar
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
menggunakan metode randomisasi sederhana (simple random sampling), dimana setiap orang
dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel penelitian.
Sampel yang akan diteliti harus memenuhi kriteria pemilihan yang sudah ditetapkan peneliti.
24
Universitas Sumatera Utara
25
a) Kriteria Inklusi
Subjek yang diteliti harus memenuhi kriteria inklusi agar dapat
diikutsertakan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi meliputi:
1. Mahasiswa angkatan 2018 yang aktif kuliah di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi menentukan subjek yang harus dikecualikan dalam penelitian
ini. Kritera eksklusi meliputi:
1. Mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang tidak bersedia menjadi responden.
2. Kuesioner tidak diisi dengan lengkap.
n = N / (1 + Ne²)
Keterangan :
n = jumlah sampel
n = N / (1+Ne²)
n = 254 / (1 + 2,54)
n = 254 / 3,54
n = 71,5 ≈ 72
Hasil dari perhitungan besar sampel di atas, maka besar sampel minimal
dibutuhkan apabila dibulatkan adalah berjumlah 72 orang mahasiswa angkatan 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Peneliti memastikan bahwa penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komisi Etik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa angkatan 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data sekunder diperoleh dari Subbagian
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terkait dengan jumlah
mahasiswa angkatan 2018.
Bagian kedua kuesioner adalah data demografi. Pertanyaan tentang identitas responden
meliputi: usia, jenis kelamin, Nomor Induk Mahasiswa, pengalaman dalam melakukan
pertolongan pertama luka bakar. Sumber informasi tentang luka bakar juga ditanya dalam
bagian ini.
Bagian ketiga kuesioner adalah pengetahuan tentang pertolongan pertama luka bakar.
Bentuk kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup (close ended) dengan menggunakan
pendekatan multiple choice. Beberapa jawaban disediakan dalam pertanyaan dan responden
hanya memilih satu di antaranya yang sesuai dengan pendapat atau pemikirannya. Nilai 1
diberikan jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah.
Menurut Arikunto (2013), rumus yang digunakan untuk menghitung presentase dari
jawaban yang didapat dari kuesioner yaitu :
Menurut Arikunto (2010), dari nilai presentase yang didapatkan dari rumus tersebut,
maka tingkat pengetahuan seseorang dikategorikan menjadi 3, yaitu :
Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilai presentase 76-100%.
Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilai presentase 56-75%.
Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilai presentase <56%.
A. Uji Validitas
B. Uji Reliabilitas
Data yang diperoleh dapat dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan software
program SPSS (Statistical Package for Sosial Sciences). Kemudian data dianalisis dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pengolahan data dengan langkah – langkah
berikut :
1. Editing
Memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden meliputi kelengkapan
jawaban responden pada setiap pertanyaan yang diajukan.
2. Coding
Setiap data kuesioner diberikan kode tertentu agar mudah melakukan tabulasi dan
analisa data.
3. Data Entry
Memasukkan data yang berisi jawaban responden dari kuesioner ke dalam program
komputer. Program komputer yang digunakan adalah SPSS (Statistical Package for
Social Sciences).
4. Cleaning
Mengecek kembali data yang telah dimasukkan, melakukan pembetulan jika terdapat
kesalahan.
5. Saving
Data disimpan untuk dianalisis.
Analisis data yang digunakan untuk melihat gambaran deskriptif dalam penelitian ini
adalah analisis univariat. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab). Dengan menggunakan analisis univariat, maka kecenderungan hasil temuan dalam
penelitian ini dapat diketahui dengan jelas. Manakala, analisis bivariat chi-square digunakan
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2018 Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap pertolongan pertama luka bakar dengan jenis
kelamin dan pengalaman dalam melakukan pertolongan pertama luka bakar.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa angkatan 2018 FK USU dan dilaksanakan
mulai bulan Juli sampai bulan November 2021. Dikarenakan pelaksanaan penelitian ini masih
dalam wabah COVID-19, maka pengumpulan data dilaksanakan dengan membagikan
kuesioner secara online melalui Google Form kepada responden yang dipilih secara acak
dengan menggunakan metode randomisasi sederhana (simple random sampling).
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa preklinik FK USU angkatan 2018 sebanyak 72
orang yang telah dipilih secara acak menggunakan sistem komputerisasi secara online melalui
website yang dapat diakses pada link https://wheelofnames.com. Kemudian, sampel yang
terpilih akan dihubungi peneliti untuk ditanyakan kesediaannya melalui aplikasi Line dan
Whatsapp. Setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti,
maka sampel akan diikutsertakan dalam penelitian ini. Penilaian karakteristik responden adalah
berdasarkan usia, jenis kelamin dan pengalaman dalam melakukan pertolongan pertama luka
bakar. Data yang didapatkan mengenai karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4.
32
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan usia, sampel terbanyak
adalah usia 21 tahun sebanyak 44 orang (61,1%), diikuti usia 20 tahun sebanyak 19 orang
(26,4%) dan usia 22 tahun paling sedikit sebanyak 9 orang (12,5%).
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam
penelitian ini adalah perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan rasio 2:1. Perbandingan
jenis kelamin mahasiswa adalah jumlah mahasiswa perempuan sebanyak 49 orang (68,1%) dan
laki-laki sebanyak 23 orang (31,9%) .
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan pengalaman dalam melakukan pertolongan
pertama luka bakar
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan sampel penelitian ini tidak mempunyai
pengalaman dalam melakukan pertolongan pertama luka bakar dengan jumlah sebanyak 56
orang (77,8%) dibandingkan dengan sampel yang mempunyai pengalaman dalam melakukan
pertama luka bakar hanya sedikit yaitu 16 orang (22,2%).
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan sumber informasi terhadap pertolongan
pertama luka bakar
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa informasi sampel dalam penelitian ini terhadap
pertolongan pertama luka bakar yang paling dominan diperoleh dari bahan kuliah yaitu
sebanyak 63 orang (87,5%), diikuti sumber informasi dari internet sebanyak 43 orang (59,7%),
publikasi kedokteran sebanyak 36 orang (50,0%), media cetak sebanyak 22 orang (30,6%) dan
media elektronik sebanyak 17 orang (23,6%).
Bakar
Pengetahuan terhadap pertolongan pertama luka bakar pada mahasiswa angkatan 2018
FK USU diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yaitu menggunakan
pendekatan pilihan ganda (multiple choice). Sebanyak 13 pertanyaan pilihan ganda disajikan
dengan empat alternatif jawaban yaitu A,B,C,D dan kuesioner ini telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas sebelumnya. Jawaban yang benar mendapat nilai 1, sedangkan jawaban salah
mendapat nilai 0. Kemudian, skor jawaban sampel akan dihitung dengan menggunakan SPSS
versi 20 dan diklasifikasikan menjadi 3 kategori untuk menentukan tingkat pengetahuan
terhadap pertolongan pertama luka bakar, dengan kategori baik (76-100%), cukup (56-75%)
dan kurang (<56%). Hasil distribusi frekuensi jawaban sampel bagi masing-masing pertanyaan
dalam kuesioner dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi jawaban sampel berdasarkan pertanyaan nomor 1-13
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan sampel terhadap waktu ideal untuk
mengalirkan air dingin sebagai pertolongan pertama luka bakar masih kurang dimana sebanyak
51 orang (70,8%) menjawab dengan salah, sedangkan hanya 21 orang (29,2%) menjawab
dengan benar pada pertanyaan nomor 12. Hal ini juga ditemukan pada penelitian oleh (Siddiqui
et al., 2018) yang mengatakan bahwa mayoritas mahasiswa kedokteran tidak mengetahui durasi
waktu yang ideal untuk mengalirkan air dingin ke atas area terkena luka bakar.
Selanjutnya, tabel 4.5 juga menunjukkan pada pertanyaan nomor 8 berdasarkan situasi
yang membutuhkan tindakan dimana pakaian seseorang terbakar saat berpiknik, hampir
separuh responden berjumlah 32 orang (44,4%) menjawab salah dengan menuangkan air ke
atas pakaian korban. Sedangkan sebanyak 40 orang (55,6%) menjawab dengan benar pada
pertanyaan ini. Untuk pertanyaan selain nomor 8 dan 12 dalam kuesioner penelitian ini,
mayoritas mahasiswa dapat menjawab dengan baik dan benar.
Tabel 4.6 Distribusi mean, median, modus, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum total skor
jawaban sampel terhadap pertolongan pertama luka bakar
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 72 sampel ini, nilai total skor mahasiswa terkecil
(Minimum) adalah 6, dan nilai total skor mahasiswa terbesar (Maksimum) adalah 13. Rata-rata
nilai dari 72 sampel atau Mean sebesar 10,42 dengan Standar Deviasi sebesar 1,536. Nilai mean
lebih kecil dari nilai median dan modus menunjukkan bahwa distribusi cenderung ke arah kiri.
Deskripsi data pengetahuan terhadap pertolongan pertama luka bakar dapat dilihat
dalam tabel 4.7 distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2018 FK USU
terhadap pertolongan pertama luka bakar yang berada pada kategori baik adalah sebanyak 59
orang (81,9%), diikuti kategori cukup sebanyak 9 orang (12,5%) dan kategori kurang sebanyak
4 orang (5,6%).
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mahasiswa angkatan 2018 FK
USU mempunyai pengetahuan baik terhadap pertolongan pertama luka bakar. Dari uji chi-
square, didapatkan bahwa nilai P value adalah 0,747 (p >0,05) yang membuktikan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan
mahasiswa.
Tabel 4.9 Hubungan tingkat pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam melakukan pertolongan
pertama luka bakar
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sampel yang mempunyai pengalaman dan tidak
mempunyai pengalaman memperoleh pengetahuan baik terhadap pertolongan pertama luka
bakar. Nilai P value yang didapatkan dari uji chi-square adalah 0,230 (p >0,05) membuktikan
bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pengalaman dalam melakukan pertolongan
pertama luka bakar dengan tingkat pengetahuan mahasiswa.
4.4. Pembahasan
Hasil penelitian ini mendapati bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2018
FK USU terhadap pertolongan pertama luka bakar adalah baik dengan jumlah 59 orang
(81,9%). Hasil ini lebih memuaskan jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
Siddiqui et al., dalam kalangan mahasiswa kedokteran di Arab Saudi tahun 2018 mendapatkan
bahwa tingkat pengetahuan mengenai pertolongan pertama luka bakar adalah cukup.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Riaz et al., yang dilaksanakan di Pakistan tahun
2020 juga mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan masih kurang dalam kalangan mahasiswa
kedokteran.
Penelitian yang dilakukan dalam kalangan mahasiswa kedokteran di Arab Saudi juga
mendapati bahwa kebanyakan mahasiswa kedokteran tidak mengetahui durasi waktu optimal
untuk mengalirkan air dingin sebagai pertolongan pertama luka bakar (Batais et al., 2020).
Menurut Australian & New Zealand Burn Association (2019), durasi waktu optimal untuk
mengalirkan air dingin adalah selama 20 menit ke atas area terkena luka bakar dan juga tetap
diperhatikan supaya tidak terlalu lama pengaliran air dingin karena beresiko untuk terjadinya
hipotermia.
Pengetahuan mahasiswa angkatan 2018 FK USU sudah baik terkait dengan pertanyaan
kuesioner mengenai bahan yang sesuai digunakan saat memberikan pertolongan pertama luka
bakar, dimana 61 orang (84,7%) menjawab dengan benar yaitu air dingin. Namun, masih ada
11 orang (15,3%) mahasiswa menjawab es dan pasta gigi sebagai pertolongan pertama luka
bakar. Hasil penelitian ini mengenai bahan yang sesuai digunakan pada pertolongan pertama
luka bakar lebih memuaskan dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Kulon Progo mendapati bahwa kebanyakan responden berpendapat salah bahwa es merupakan
pilihan terbaik jika dibandingkan dengan air mengalir ketika menangani luka bakar (Ramli et
al., 2021). Resiko terjadinya hipotermia lebih tinggi jika menggunakan es sebagai pertolongan
pertama luka bakar dan juga menyebabkan kerusakan jaringan luka bakar menjadi lebih parah
(Kuldeep et al., 2017).
Selanjutnya, pengetahuan mahasiswa angkatan 2018 FK USU juga sudah baik terkait
pertanyaan kuesioner yang membutuhkan keputusan mahasiswa untuk melakukan tindakan
sesuai dengan kondisi yang berlaku. Misalnya, pertanyaan nomor 4 mengenai tindakan yang
akan dilakukan pada seseorang terkena api, sebanyak 54 orang(75,0%) menjawab benar dengan
menyuruh korban berhenti bergerak, berbaring dan berguling di atas tanah. Hal ini didukung
oleh penelitian dilakukan terhadap sebuah komunitas di Arab Saudi mendapati bahwa sebanyak
85% responden sudah tahu untuk melakukan “Stop,Drop and Roll” jika terkena api. Untuk
pertanyaan nomor 8 mengenai tindakan untuk menolong korban jika pakaiannya terkena api,
sebanyak 32 orang (44,4%) mahasiswa menjawab salah yaitu dengan memijak pakaian dan
menuangkan air langsung ke atas pakaian korban yang terkena api. Sebanyak 40 orang (55,6%)
menjawab benar dengan melepaskan seluruh pakaian yang menempel pada badan korban dan
hal ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh (Naumeri et al., 2019) dimana
kebanyakan responden turut menjawab benar dengan melepaskan pakaian terlebih dahulu jika
terkena api agar pertolongan pertama luka bakar lebih optimal.
Dari tabel 4.4, hasil penelitian ini juga mendapati bahwa sumber informasi yang paling
banyak didapatkan mahasiswa angkatan 2018 FK USU adalah bahan kuliah kemudian diikuti
oleh internet. Hal ini karena mahasiswa angkatan 2018 yang sekarang kuliah di semester 7 baru
saja mendapat kuliah tentang pertolongan pertama luka bakar yang merupakan subtopik dari
kuliah luka bakar pada semester 6 lalu . Hal ini sejalan dengan penelitian cross-sectional yang
dilakukan oleh Batais et al., dalam kalangan mahasiswa kedokteran dan non-kedokteran tahun
2020 mendapati bahwa sumber informasi yang paling banyak didapatkan terhadap pertolongan
pertama luka bakar adalah dari bahan kuliah, kemudian diikuti dengan internet. Kebanyakan
mahasiswa menggunakan internet untuk mencari informasi sebagai sumber baik untuk
pendidikan maupun hiburan karena internet yang merupakan salah satu jenis media yang
mudah diakses tidak mengira waktu dan tempat (Hidayat dan Giyarsih, 2012). Pengetahuan
dibentuk apabila seseorang menerima landasan kognitif dari sumber informasi yang
didapatkan, dimana semakin banyak pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber informasi,
maka kemampuan seseorang untuk membentuk pengetahuan akan menjadi lebih baik (Muntaza
dan Adi, 2020).
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah populasi sampel dan bentuk kuesioner
yang digunakan. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2018 FK
USU dimana menurut peneliti, hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa
kedokteran terhadap pertolongan pertama luka bakar tidak dapat mewakili tingkat pengetahuan
populasi keseluruhan mahasiswa kedokteran di Indonesia. Kemudian, sampel yang merupakan
angkatan 2018 dapat menimbulkan bias terhadap pengetahuan dalam melakukan pertolongan
pertama luka bakar dikarenakan baru saja mendapatkan kuliah tentang luka bakar pasti
mempunyai pengetahuan yang baik yang terhadap pertolongan pertama luka bakar, jika
dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2019, 2020 dan 2021 yang belum pernah
mendapatkan kuliah tentang luka bakar. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bias dari
penggunaan bentuk kuesioner dalam penelitian ini yang merupakan pertanyaan tertutup (close
ended) dengan menggunakan pendekatan pilihan ganda (multiple choice). Pilihan ganda
menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya dapat memilih satu jawaban
sahaja yang sesuai dengan pendapatnya. Kelemahan bentuk kuesioner yang menggunakan
pertanyaan berupa pilihan ganda dalam penelitian ini adalah responden mungkin tidak teliti
menjawab pertanyaan sehingga ada yang terlewatkan dan dikarenakan kuesioner ini diberikan
kepada responden secara online, maka kemungkinan besar responden tidak jujur dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan. Namun, kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian
yang pertama dilakukan mengenai pengetahuan terhadap pertolongan pertama luka bakar
dalam kalangan mahasiswa kedokteran di Indonesia sepanjang peneliti melakukan penelusuran
literatur.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti mempunyai beberapa saran agar dapat
dimanfaatkan bagi semua pihak yang membaca penelitian ini, saran yang dapat peneliti berikan
sebagai berikut :
44
Universitas Sumatera Utara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A., Bukhari, S.I. dan Ahmad, F. 2011, ̒ Knowledge of first aid and basic life support
amongst medical students : A comparison between trained and un-trained students ̓, Journal
of the Pakistan Medical Association, vol. 61, no.6, pp. 613-616.
Ahmer, Z., Moin, D., Khalil, A., Akram A., Obaid, E. dan Jawaid, H. 2020, ̒ Knowledge
Attitude and Practices of First Aid among Non-Medical Students of Karachi University ̓,
Liaquat National Journal of Primary Care, vol. 2, no.1, pp. 22-28.
Al-Batanony, M.A. Alwutayd, O., Balobaid, M.O.A., Alqaan, R.S., Alseleem, H.Y., Balabaid,
W.O.A. dan Alhamili, S.A. 2021, ̒ Medical students’ perception about burns first aid
management : a cross-sectional study’ , International Journal of Medicine in Developinng
Countries, vol.5, no.1, pp. 287-293.
Alharbi, Z., Piatkowksi, A., Dembinski, R., Reckort, S., Grieb, G., Kauczok, J. dan Pallua, N.
2012, ‘Treatment of burns in the first 24 hours: simple and practical guide by answering 10
questions in a step-by-step form’, World Journal of Emergency Surgery, vol.7, no.1, pp. 1-
10.
Almuhdar, A.S., Indria, D.M. dan Rusnianah, F. 2018, ‘Efektifitas Pemberian e-Booklet
Tentang Permasalahan Menyusui Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dokter Umum di
Puskesmas Kota Malang’, Jurnal Kesehatan Islam : Islamic Health Journal, vol. 7, no.1,
pp. 1-10.
AlQahtani, F.A., Alanazi, M.A., Alanazi, M.K, Alshalhoub, K.S., Alfarhood, A.A. dan Ahmed
S.M. 2019, ‘Knowledge and practices related to burn first aid among Majmaah community,
Saudi Arabia’, Journal of Family Medicine and Primary Care, vol. 2, no.2, pp. 594-598.
American Burn Association, 2018, ̒ Advanced Burn Life Support Course Provider Manual 2018
Update ̓ [Online], accesed 1 May 2021, Available at: http://ameriburn.org/wp-
content/uploads/2019/08/2018-abls-providermanual.pdf
American Burn Association, 2016, ̒ Burn Center Referral Criteria ̓ [Online], accesed 10 May
2021,Available
at:https://ameriburn.org/wpcontent/uploads/2017/05/burncenterreferralcriteria.pdf
American Burn Association, 2016, ̒ Burn Incidence Fact Sheet ̓ [Online],accesed 1 May 2021,
Available at : https://ameriburn.org/who-we-are/media/burn-incidence-fact- sheet/
American Burn Association, 2020,̒ National Burn Awareness Week 2020 ’ , [Online], accesed
1 May 2021, Available at : https://ameriburn.org/national-burn-awareness-week-2020/.
Amirsyah, M. 2017, ‘Tatalaksana awal pasien luka’, Aceh Surgery Update 2, pp. 112–118.
Arikunto, S. 2010, ̒ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ̓, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S. 2013, ̒ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ̓, Rineka Cipta, Jakarta.
Australian & New Zealand Burn Association, 2019, ̒ First Aid ̓ [Online], accesed 23 September
2021, Available at : https://anzba.org.au/care/first-aid/.
Australian & New Zealand Burn Association, 2020, ‘Burn First Aid’ [Online], accesed 23
September 2021, Available at: https://anzba.org.au/assets/ANZBA-Factsheet-First-aid-
1.pdf.
Baker, M. 2012, ‘Burns: Classification and Community Management’, InnovAiT: Education
and inspiration for general practice, vol.5, no.9, pp. 520-526.
Batais, M.A., Alzahrani, S.A., Alzahrani, N.A., Alsolimi A.F., Khan, A.A., Aldossari, K.K.,
Al-Zahrani, J.M., Alghamdi, T. dan Almigbal T.H. 2020. ‘Knowledge and Practice of Burn
First Aid Among Saudi Arabian Medical and Non-Medical University Students’,
International Quarterly of Community Health Education, pp.1-6.
Broadis, E., Chokotho, T. dan Borgstein, E. 2017, ‘Paediatric burn and scald management in a
low resource setting: A reference guide and review’, African Journal of Emergency
Medicine, 7, pp. S27–S31.
Danesh, H.A., Javanbakht, S., Nourallahzadeh, M., Bakhshani, N.M., Danesh, S.,
Nourallahzadeh, F., Rezaei, F. dan Otaghour, H.A. 2019, ‘Epidemiology and Mortality of
Burn Injuries in Eastern Iran Since 2009: An Analysis of 2115 Cases’, International Journal
of High Risk Behaviors and Addiction, vol. 8, no.9.
Dewi, P.S., Adnyana, M.S. dan Subawa, I.W. 2019, ‘Studi Penggunaan Albumin Pada Pasien
Luka Bakar Derajat II Sampai III DI RSUP Sanglah Denpasar Periode 2016-2017’, Jurnal
Medika Udayana, vol.8, no.9.
Garcia-Espinoza, J.A., Aguilar-Aragón, V.B. dan García-Méndez, S. 2017, ‘Use of the
CONUT index as a predictor of integration of cutaneous grafts in burn patients’, Journal of
Cutaneous and Aesthetic Surgery, vol.10, no.3, pp. 172–176.
Greenhalgh, D.G. 2019, ‘Management of Burns’. The New England Journal of Medicine,
vol.380, no.24, pp.2349-2359.
Herlianita, R., Ruhyanudin, F., Wahyuningsih, I., Al Husna, C.H., Ubaidillah, Z., Theovany,
A.T. dan Pratiwi Y.E. 2020, ‘Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dan praktik
pada pertolongan pertama penanganan luka bakar ’, Holistik Jurnal Kesehatan, vol.14, no.2,
pp. 163-169.
Herndon, D.N. 2018. total burn care fifth edition. galveston: elsevier
Hidayat, O. dan Giyarsih, S.R. 2012, ̒ Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas Gadjah
Mada Tentang Bahaya Penyakit AIDS ̓ pp. 159-166.
Jeschke, M.G., Baar, M.E., Choudhry, M.A., Chung, K.K., Gibran N.S. dan Logsetty, S. 2020,
‘Burn Injury’, Nature Reviews Disease Primers, vol.6, no.1, pp.1-25.
Kara, Y.A. 2018, ‘Burn Etiology and Pathogenesis’, Hot Topics in Burn Injuries. doi :
10.5772/intechopen.71379.
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Rendah Islam Aman Kota Bharu (2007-2011)
2. Maktab Rendah Sains Mara Kota Putra, Ulul Albab IGCSE (2012-2016)
3. Universiti Sains Islam Malaysia (2017-2018)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2018-sekarang)
Riwayat Pelatihan
1. Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Tahun 2018.
2. Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) Tahun 2018.
3. Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tahun 2018
4. Basic Surgical Skills Tim Bantuan Medis FK USU Tahun 2019.
Riwayat Organisasi
1. Sekretaris Divisi Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara periode 2020
2. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2018-
sekarang)
Riwayat Kepanitiaan
1. Pengabdian Masyarakat (PM) Akbar Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Tahun 2020.
2. Basic Life Support (BLS) Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Tahun 2020.
3. Balut dan Bidai PM Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Tahun 2020.
4. Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Medis Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Tahun 2020.
5. Pendidikan dan Pelatihan Dasar Calon Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2020.
NIM : 180100254
Saya akan menjaga segala kerahasiaan informasi yang saudara/i berikan di kuesioner
ini dan menggunakannya hanya untuk keperluan penelitian ini sahaja. Saya mengucapkan
ribuan terima kasih kepada saudara/i karena telah ikut berpatisipasi dalam penelitian ini dan
semestinya saudara/i telah melakukan kontribusi yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan.
Jika saudara/i memiliki pertanyaan berkenaan dengan kuesioner ini, saudara/i dapat
menghubungi saya melalui email: nfakhiera@gmail.com. Apabila saudara/i sudah memahami
hal yang bersangkutan dengan penelitian ini, diharapkan saudara/i bersedia untuk mengisi
lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.
Hormat saya,
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Terhadap Pertolongan Pertama Luka Bakar”, maka dengan ini saya bersedia untuk mengikut
serta dalam penelitian ini.
( )
No. Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Saudara/i diminta untuk mengisi setiap pertanyaan dengan jujur dan sebaiknya.
2. Saudara/i diminta untuk memilih satu pertanyaan dengan satu jawaban di kuesioner
Bagian C .
3. Jika saudara/i kurang mengerti pertanyaan yang diberikan, silahkan bertanya kepada
peneliti melalui email : nfakhiera@gmail.com.
A. DATA DEMOGRAFI
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Usia : ………..tahun
Nomor Induk Mahasiswa :
Pengalaman dalam melakukan pertolongan pertama luka bakar : ( ) Ada ( ) Tidak ada
B. SUMBER INFORMASI
Dari manakah anda mendapat informasi terkait pertolongan pertama luka bakar ?
(Anda boleh memilih beberapa jawaban).
1. Bahan kuliah
2. Publikasi kedokteran
3. Media cetak (surat kabar/buku/majalah)
4. Media elektronik (televisi /radio)
5. Internet
2. Apakah pertolongan yang harus dilakukan jika menemui korban luka bakar
mengalami stridor dengan trauma inhalasi?
A. Membuka jalan napas dengan head tilt chin lift/jaw thrust
B. Menyuruh korban berdiri dan menenangkannya
C. Menyuruh korban duduk dan menenangkannya
D. Menyuruh korban minum air
3. Apakah bahan yang sesuai digunakan untuk melakukan pertolongan pertama luka
bakar?
A. Es
B. Kecap
C. Pasta gigi
D. Air dingin
4. Apakah pertolongan pertama yang dapat diberikan pada seseorang terkena api?
A. Menyuruh korban tersebut untuk berhenti bergerak, berbaring dan berguling di atas
tanah
B. Meletakkan es pada area kulit korban yang terkena api
C. Menyuruh korban minum air segera
D. Menyuruh korban duduk
5. Setelah melepaskan pakaian korban luka bakar, apakah tindakan yang harus anda
lakukan?
A. Menyuruh korban luka bakar minum air
B. Menutupi badan korban luka bakar dengan kain yang bersih
C. Menyuruh korban luka bakar berbaring dan menenangkannya
D. Membiarkan korban luka bakar begitu saja
6. Jika minyak panas yang mendidih tumpah ke atas tangan adik anda di dapur, apakah
tindakan pertama yang anda lakukan untuk menolong adik anda?
A. Membalut tangan adik yang terkena luka bakar dengan kain yang bersih
B. Meletakkan es langsung ke atas luka bakar
C. Mengalirkan air dingin ke atas luka bakar
D. Mengoleskan pasta gigi pada luka bakar
7. Jika seorang anak kesetrum listrik, apakah tindakan pertama yang harus anda
lakukan sebelum menolong anak tersebut?
B. Matikan aliran listrik di lokasi kejadian dan memastikan anak tersebut tidak kontak
dengan listrik lagi
8. Jika pakaian seseorang terkena api saat berpiknik, apakah tindakan yang harus anda
lakukan untuk menolong korban tersebut?
A. Melepaskan seluruh pakaian yang menempel di badan korban luka bakar
9. Apakah benda yang digunakan untuk memindahkan atau menjauhkan korban luka
bakar kesetrum listrik dari sumber listrik?
A. Tiang logam
B. Kayu
C. Besi
D. Kain basah
10. Jika kulit seseorang terkena luka bakar disebabkan bahan kimiawi, apakah
pertolongan pertama harus dilakukan?
11. Jika mata seseorang terkena zat kimiawi, apakah pertolongan pertama yang harus
dilakukan?
D. Meneteskan obat tetes mata pada mata terkena luka bakar kimiawi
12. Berapa lama waktu ideal untuk mengalirkan air dingin ke atas area terkena luka
bakar?
A. 1 jam
B. 30 menit
C. 20 menit
D. 5 menit
13. Jika luka bakar lebih besar dari 3 cm, apakah tindakan harus dilakukan?
1. Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
20 19 26.4 26.4 26.4
21 44 61.1 61.1 87.5
Valid
22 9 12.5 12.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 23 31.9 31.9 31.9
Valid Perempuan 49 68.1 68.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pengalaman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Ada 56 77.8 77.8 77.8
Valid Ada 16 22.2 22.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
4. Sumber informasi
Bahan Kuliah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
ya 63 87.5 87.5 87.5
Valid tidak 9 12.5 12.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
Publikasi Kedokteran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
ya 36 50.0 50.0 50.0
Valid tidak 36 50.0 50.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
Media Cetak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
ya 22 30.6 30.6 30.6
Valid tidak 50 69.4 69.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Media Elektronik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
ya 17 23.6 23.6 23.6
Valid tidak 55 76.4 76.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Internet
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
ya 43 59.7 59.7 59.7
Valid tidak 29 40.3 40.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 4 5.6 5.6 5.6
Valid 1 68 94.4 94.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 2 2.8 2.8 2.8
Valid 1 70 97.2 97.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 11 15.3 15.3 15.3
Valid 1 61 84.7 84.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 18 25.0 25.0 25.0
Valid 1 54 75.0 75.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 16 22.2 22.2 22.2
Valid 1 56 77.8 77.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 8 11.1 11.1 11.1
Valid 1 64 88.9 88.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 5 6.9 6.9 6.9
Valid 1 67 93.1 93.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 32 44.4 44.4 44.4
Valid 1 40 55.6 55.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 14 19.4 19.4 19.4
Valid 1 58 80.6 80.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 18 25.0 25.0 25.0
Valid 1 54 75.0 75.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 3 4.2 4.2 4.2
Valid 1 69 95.8 95.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 51 70.8 70.8 70.8
Valid 1 21 29.2 29.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Pertanyaan 13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0 4 5.6 5.6 5.6
Valid 1 68 94.4 94.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
6. Hasil analisis mean, median, modus, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum
total skor jawaban sampel terhadap pertolongan pertama luka bakar
Statistics
Total skor
Valid 72
N
Missing 0
Mean 10.42
Median 11.00
Mode 11
Std. Deviation 1.536
Minimum 6
Maximum 13
Tingkat Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 59 81.9 81.9 81.9
Cukup 9 12.5 12.5 94.4
Valid
Kurang 4 5.6 5.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
8. Chi-Square Test
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .584a 2 .747
Likelihood Ratio .613 2 .736
N of Valid Cases 72
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.28.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.939a 2 .230
Likelihood Ratio 4.880 2 .087
N of Valid Cases 72
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .89.