SKRIPSI
Oleh :
ALIFIA ZAHRAH
150100029
SKRIPSI
Oleh :
ALIFIA ZAHRAH
150100029
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini, yang merupakan salah
satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana
Kedokteran, Pendidikan Dokter, Fakultas Kedoktean Universitas SumateraUtara.
Dalam penyelesaian laporan hasil penelitian ini, penulis banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada semua pihak, diantaranya :
1. Kepada Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor
Universitas SumateraUtara.
2. Kepada DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada dosen pembimbing dr. Aridamuriany D. Lubis, Sp.A(K), yang
telah banyak memberi waktu, bimbingan dan ilmu kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan denganbaik.
4. Kepada ketua penguji dr. Radita Nur Anggaeni Ginting, M.Ked(PA),
Sp.PA, yang telah banyak memberikansaran dan nasehat dalam
penyempurnaan skripsiini.
5. Kepada anggota penguji dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA), Sp.PA,
yang telah banyak memberikanarahan dan nasehat dalam penyempurnaan
skripsi ini.
6. Kepada dosen penasehat akademik dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG),
Sp.OG, yang telah membimbing penulis selama program studi S1
pendidikandokter.
7. Kepada orangtua tercinta, serta kakak dan adik penulis, dan keluarga
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selalu
senantiasa mendukung, mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.
Alifia Zahrah
NIM 150100029
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
No Judul Halaman
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Daftar Definisi Operasional beserta Cara Ukur, Alat Ukur,
Hasil Ukur, dan Skala Ukur ........................................................ 14
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 17
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
18Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indikasi Pemasangan
Ventilator .................................................................................... 18
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Penggunaan
Ventilator .................................................................................... 19
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komplikasi Ventilator .......... 19
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kuman Kultur Sputum ......... 21
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kuman Kultur Darah ............ 21
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Akhir Pasien
22Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Mortalitas Berdasarkan Lama
Penggunaan Ventilator ................................................................ 23
LampiranB : PernyataanOrisinalitas
Tujuan.Mengetahui gambaran pemakaian ventilator pada pasien anak di PICU RSUP HAM
Tahun 2016-2017.
Hasil.Dari 206 pasien di PICU. Laki- laki 126(61%);perempuan 80(39%), rata-rata usia 6.29
tahun dan median usia 3 tahun. Indikasi yang paling sering adalah pascaoperasi (38%), kemudian
diikuti sistem saraf pusat (23%), sistem respirasi (23%), dan lain-lain.Durasi penggunaan
ventilator rata-rata 6.62 hari.Dari 13/206(6.3%) pasien yang mengalami komplikasi, yang paling
sering komplikasi VAP 10 (4.8%) pasien.Kuman penyebab VAP tersering bakteri gram negatif
(4%), dan gram postif(0.48%).Dari 141/206 pasien anak keluar dengan kondisi meninggal dari
PICU.
Background. Ventilator is one of the most commonly procedures use in PICU. Ventilator is a
machine that can be used as a supportive therapy to help breathe of the patientwho inadequate
balance of oxygenation and elimination of carbon dioxide. In addition being a supportive therapy,
the ventilator can also cause its own complications and dangers.
Aim.This study aims to determine description of the using ventilator in pediatric patients in PICU
RSUP HAM on 2016-2017.
Method. This research use a descriptive method with cross sectional research design, where data
retrieval is done only once by using secondary data and using total sampling technique in
determining the number of samples.
Result. Of 206 patient in PICU. Male was 126(61%); female 80(39%).The mean age was 6.29
years andthe median was 3 years. The most common indication was pascaoperasi (38%), followed
by central nervous system (23%), respiratory system (23%), etc. Mean duration of ventilator was
6.62 days. Of13/206(6.3%) patient developed complication, commonest being VAP 10 (4.8%)
patient. Germs cause VAP most often was gram negative bacteria (4%), and gram positive
(0.48%). Of141/206patient were death when discharge from PICU.
Unit Perawatan Intensif Anak atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah
fasilitas atau unit terpisah, yang dirancang untuk penanganan penderita anak yang
mengalami gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi mengancam nyawa
lainnya, sehingga memerlukan perawatan intensif, observasi komprehensif, dan
perawatan khusus(IDAI, 2016).
Saat ini PICU sudah memiliki standar pelayanan maupun fasilitas yang harus
dimiliki sesuai dengan tingkatannya, sehingga PICU mampu mengurangi angka
mortalitas sebesar 15%-60%(Abebe et al., 2015). Salah satu fasilitas yang ada di
setiap tingkatan PICU ialah ventilator, sebuah mesin yang membantu seseorang
bernapas ketika mereka tidak dapat bernapas sendiri dengan cukup(Tobin and
Manthous, 2017).
Ventilator merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan di
PICU(Bhori, Ghate and Chhajed, 2017). Di masa depan penggunaan ventilator
akan terus meningkat, diperkirakan ventilator diperlukan hingga 50% dari bayi
kritis, anak-anak, dan remaja di PICU(Laham and Breheny, 2017).
Dari sebuah penelitian yang dilakukan di PICURumah Sakit Universitas Aga
Khan Kharaci, Pakistan dari Januari 2011- Desember 2012 menunjukkan angka
605 pasien dengan 307 (50.7%) pasien yang menggunakan ventilator lebih dari 24
jam. Usia rata-rata 3 tahun (IQR 6-74bulan), dan perbandingan laki-laki dan
perempuan 183:124 (59.6%:40.4%)(Mukhtar andNaveedur R. Siddiqui, 2014).
Sementara penelitian di PICU Dr. V. M. Government Medical College, Solapur,
Maharashtra, India menunjukkan total dari 452 pasien di PICU, 72 (15.93%)
menggunakan ventilator mekanik. Perbandingan laki-laki:perempuan 1.25:1. Usia
<5 tahun 49 (68.06%). Indikasi yang paling sering dalam penggunaan ventilator
mekanik adalah kegagalan respirasi (22.22%) yang dikarenakan gangguan sistem
saraf pusat atau sistem pernafasan. Komplikasi didapatkan 24 (33.33%) dengan
2.1.2 Epidemiologi
Penelitian mengenai karakteristik pasien di PICU sudah banyak dilakukan
di Indonesia, sebagai contoh penelitian di PICU RS. Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta didapatkan 26 pasien dengan laki-laki 15(57.7%) dan perempuan 11
(43.3%), usia rata-rata 12,8 bulan. Penyakit yang mendasari masuk PICU tertinggi
adalah pasca bedah abdomen 14 (53.8%), kemudian pasca bedah kepala 1 (3.8%),
dan pasca bedah dada 3 (11.5%). Pasien bukan bedah terbanyak adalah syok
sepsis 5 (19.2%) diikuti infeksi saluran nafas 2 (7.7%), infeksi sistem saraf 1
(3.8%). Lama rawat rata-rata 25 hari(Indrawan, Pudjiadi and Latief, 2016).
Sedangkan penelitian di PICU RS. Dr. Mohammad Hoesin didapatkan 219
pasien dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 139 (63.5%) dan 80 (38.5%)
dengan pasien dibawah 1 tahun berkisar 80 (36.3%) orang, 1 tahun sampai 6
tahun 114 (52.2%), dan diatas 6 tahun sampai 12 tahun 25 (11.6%) orang.
Penyakit yang mendasari masuk PICU yang tertinggi adalah bronkopneumonia
177 (33.3%), meningitis (15.5%), ensefalitis (15.1%), ICH (11.9%), sepsis 15
(6.8%), dan pascaoperasi 11 (5%)(Sari, Iriani and Tjekyan, 2015).
b. Sistem Kardiovaskular
Pasien dengan penyakit kardiovaskularyang parah, tidak stabil, dan dapat
mengancam nyawa. Kondisi dibawah ini yang termasuk tapi bukan
menjadi batasan: (1) Syok akibat beberapa penyebab; hipovolemia, sepsis,
kardiogenik. (2) Pasca resusitasi jantung paru, disritmia yang mengancam
nyawa, gagal jantung kongestif tidak stabil.
c. Sistem Neurologi
Pasien dengan penyakit neurologi yang berpotensi mengancam nyawa.
Kondisi di bawah ini yang termasuk tapi bukan menjadi batas : (1) Kejang,
tidak respon terhadap terapi atau membutuhkan tindakan infus antikejang.
(2) Sensorium yang berubah secara akut dan parah (SKG <8 atau <10 dan
terus mengalami perburukan), perburukan neurologi, koma yang
berpotensi menyebabkan gangguan jalan nafas. (3) Inflamasi atau infeksi
akut pada tulang belakang, meninges, atau otak dengan menurunnya
neurologi, abnormalitas metabolisme dan hormonal, dan pernafasan atau
hemodinamik yang dicurigai memburuk, atau kemungkinan peningkatan
tekanan intrakranial, trauma kepala dengan peningkatan tekanan
intrarakranial. (4) Disfungsi neuromuskular yang membutuhkan monitor
kardiovaskular dan atau alat bantu nafas. (5) Kompresi tulang belakang.
e. Sistem Endokrin/Metabolik
Pasien dengan penyakit endokrin atau metabolisme yang dapat
mengancam nyawa. Kondisi di bawah ini yang termasuk tapi bukan
menjadi batasan: (1) Diabetes ketoasidosis yang parah. (2) Abnormalitas
elektrolit yang parah seperti: a. Metabolik asidosis b. Hiponatremiaatau
Hipernatremiac.Hiperkalemia d. Tanda tanda Hipokalsemia e. Kelainan
metabolisme bawaan dengan perburukan yang akut.
f. Sistem Gastrointestinal
Pasien dengan penyakit saluran cerna yang dapat mengancam nyawa.
Kondisi di bawah ini yang termasuk tapi bukan menjadi batasan: (1)
Perdarahan saluran cerna yang parah hingga mengakibatkan tidak
stabilnya hemodinamik dan pernafasan. (2) Emergensi endoskopi untuk
mengambil benda asing. (3) Gagal hati akut yang menyebabkan koma,
tidak stabilnya hemodinamik dan pernafasan.
g. Pascaoperasi
Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitor hemodinamik, alat bantu
nafas, dan perawatan ekstensif. Kondisi di bawah ini yang termasuk tapi
bukan menjadi batasan: (1) Bedah umum dengan tidak stabilnya
hemodinamik dan atau pernafasan. (2) Bedah toraks (3) Bedah saraf (4)
Bedah tulang (5) Multiple trauma dengan atau tanpa gangguan
h. Sistem Renal
Pasien dengan penyakit ginjal yang dapat mengancam nyawa. Kondisi
dibawah ini yang termasuk tapi bukan menjadi batasan: (1) Gagal ginjal
akut. (2) Akut hemodialisis atau dialisis peritoneal.
i. Multisistem/yang lain
Pasien dengan penyakit multisistem yang dapat mengancam nyawa.
Kondisi dibawah ini yang temasuk tapi bukan menjadi batasan: (1)
keracunan atau overdosis obat dengan dekompensasi sistem organ. (2)
kecelakaan (tersambar petir, tenggelam, hipo/hipertermi), luka bakar di
wajah dan leher yang mengakibatkan permasalahan jalan nafas(Mejia,
2010).
2.2.2 Epidemiologi
Ventilator merupakan salah satu bentuk terapi yang sering diberikan pada
pasien kritis di ruang perawatan intensif(Chlan and Tracy, 2011). Sebagai contoh
di PICU Rumah Sakit Universitas Aga Khan Kharaci, Pakistan dari 605 pasien
yang dirawat 50.7% menggunakan ventilator. Dengan pasien laki-laki 183
(59.6%) dan perempuan 124 (40.4%),nilai tengah usia adalah 3 tahun (rentang 6-
74 bulan). Indikasi penggunaan ventilator menunjukkan penyakit neurologi akut
(35.8%), penyakit pernafasan (20.8%), gagal jantung (13%), dan pasien
pascaoperasi, syok (30.3%). Lama penggunaan ventilator rata-rata 2.1 hari,
komplikasi dijumpai 29 (9.4%) dengan lobar atelektasis (4.6%), ventilator
associated pneumonia (3.3%), perdarahan paru (1.3%). Tingkat mortalitas
pemakaian ventilator 30.5% (Mukhtar and , Naveedur R. Siddiqui, 2014).
Sedangkan penelitian di PICU Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
menunjukkan dari 120 pasien yang dirawat di PICU, 32 (26.7%) menggunakan
ventilator. Laki-laki 59 (49.2%) dan perempuan 61 (50.8%). Rata-rata usia 3
tahun (±46 bulan). Pasien pascaoperasi 8 (6.7%) dan tingkat mortalitas 34
(28.3%)(Marlina, S and Garna, 2008). Penelitian di Indonesia mengenai
karakteristik pemakaian ventilator di PICU belum dijumpai. Sehingga data diatas
merupakan karakteristik subjek dari sebuah penelitian lain yang dilakukan di
PICU.
a. Barotrauma
Barotrauma mengacu pada ruptur alveolar karena tekanan transalveolar yang
tinggi. Ini dapat bermanifestasi sebagai pneumotoraks, pneumoperitoneum,
emfisema subkutan, pneumomediastinum dan kadang-kadang dapat berkembang
menjadi fistula bronkopleural atau tension pneumothorax.Tekanan tinggi (sebagai
kebalikan dari tekanan udara puncak) menjadi predisposisi barotrauma.
Desaturasi tiba-tiba, takipnea, takikardia, hipotensi, peningkatan tekanan napas
atas, suara napas berkurang di satu sisi, atau deviasi trakea pada pasien dengan
ventilasi mekanik merupakan pertanda barotrauma dan harus segera melakukan
pemeriksaan dengan rontgen toraks.
b. Volutrauma
Cedera paru terkait ventilator (VALI) mengacu pada cedera alveolar yang
disebabkan oleh ventilasi mekanis. Ini berbeda dari barotrauma (yang ruptur
alveolar disebabkan oleh tekanan tinggi). VALI dikaitkan dengan edema alveolar
c. Auto PEEP
Mengacu pada hiperinflasi paru-paru karena udara terperangkap.Hal ini
disebabkan oleh inisiasi inspirasi sebelum masanya selesai.AutoPEEP tidak
terkendali dapat menyebabkan barotrauma serta memburuknya efek hemodinamik
dari ventilasi tekanan positif (PPV).Tekanan intrathoraks yang meningkat
menyebabkan penurunan aliran balik vena yang pada gilirannya menyebabkan
penurunan curah jantung dan hipotensi.
d. Efek hemodinamik
Ventilasi tekanan positif(PPV) menyebabkan penurunan curah jantung dengan
menurunnya aliran balik vena (diperparah dengan PEEP). PPV juga menekan
vaskularisasi paru yang menyebabkan berkurangnya output ventrikel kanan.
e. Infeksi
Ventilator associated pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang
terjadi setelah 48 jam intubasi dan ventilasi mekanis. Kejadiannya antara 9-27%
dan berhubungan dengan mortalitas yang cukup besar (hingga 50%). Patogen
umum termasuk basil gram negatif aerob, seperti P.aeruginosa, E.coli,
K.pneumoniae, Acinetobacter sp., dan gram kokus positif seperti S.aureus.
Dari sebuah penelitian yang dilakukan di Medical ICU (MICU) di Rumah sakit
Anak dan Institusi Kesehatan Anak Lahore, dari Agustus 2008–Maret 2009
didapatkan dari 93 anak yang menggunakan ventilator, 16 mengalami komplikasi
VAP (17%). Hampir 46% pasien usia<1tahun dengan perbandingan laki laki dan
perempuan 1.2:1. Anak dengan kompliksi VAP rata-rata rawat inap ±10
hari.Bakteri yang menyebabkan VAP umumnya Pseudomonas, Klebsiella, dan
E.coli.Indikasi penggunaan ventilator kebanyakan (67.72%) dikarenakan
kegagalan respirasi,sementara 24% dikarenakan blokade neuromuscular (Hamid,
Malik and Masood, 2012).
• jenis kelamin
• usia
• indikasi pemasangan
ventilator
• lama penggunaan
Pasien anak yang
ventilator
menggunakan ventilator
• komplikasi
di PICU RSUP HAM
• jenis kuman yang
berhubungan dengan
komplikasi ventilator
• kondisi akhir anak dari
yang menggunakan
ventilator
3.3.2. SAMPEL
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien anak yang
menggunakan ventilator di PICU pada tahun 2016-2017, yaitu sejumlah 206
orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik Total
Sampling yaitu seluruh populasi yang telah ditetapkan peneliti merupakan sampel
penelitian.
menggunakan ventilator
sampai dihentikkanya
penggunaan
Pada tabel 4.9 menunjukkan angka kematian tertinggi terjadi pada pasien
dengan lama penggunaan ventilator 1-5 hari sebesar 62.4% hal ini dikarenakan
kondisi pasien yang datang ke PICU dan menggunakan alat bantu nafas ventilator
sudah dengan kondisi yang buruk seperti pasien-pasien pascaoperasi, lalu keadaan
pasien semakin memburuk dan berakhir dengan kematian.
Penelitian (Esteban et al., 2013) mengenai evolusi mortalitas pada pasien yang
menggunakan ventilator menunjukkan pada tahun 1998 nilai median lama
pengunaan ventilator yaitu 4 (rentang 2-8 hari) dengan tingkat mortalitas sebesar
31%, kemudian pada tahun 2004 median 6 (rentang 3-11 hari) dengan mortalitas
sebesar 31%, dan pada tahun 2010 median 5 (rentang 3-10 hari) dengan mortalitas
sebesar 28%.
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian yang berasal dari rekam medis
pasien anak yang menggunakan ventilator di PICU RSUP Haji Adam Malik
Medan tahun 2016-2017 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
5.2 SARAN
NamaIbu : Nuraini
Alamat : Jl. Kasuari komp. Kasuari Residence no. 13
Riwayat Pendidikan :
1. SD SWASTA IKAL MEDAN
2. SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH
3. SMA NEGERI 4 MEDAN
Riwayat Organisasi :
1. SCORE PEMA FK USU
2. FOSKAMI FK USU
3. HMI FK USU