KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
OLEH: KELOMPOK 1
(KELAS B 13-A)
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Aplikasi Proses
Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer” tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun berdasarkan ruang lingkupnya sehingga dapat menjadi pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik, rapi, dan berdasarkan pada sumber yang akurat. Penulis berharap
semoga makalah ini bisa menjadi sarana untuk menambah wawasan para
pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi dipenulisan
berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain,
seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam.
Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek
kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003).
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat populer di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah
suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh
kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana
dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer
untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang
mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri
punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg,
2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006),
Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal
sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer
(WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan
pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan
kanker. WHO juga mendukung upaya- upaya dalam peningkatan keamanan dan
khasiat dari obat tradisional.
Bertambahnya jumlah masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut
untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di
kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan modern yang
1
gagal, pengobatan komplementer lebih murah dibandingkan dengan pengobatan
modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga
dapat mempengaruhi anggapan tersebut.
Proses keperawatan merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan perencaan akan tindakan yang akan
dilakukan, dan melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur serta mengevaluasi
hasil dari segala tindakan yang dilakukan kepada pasien
Proses keperawatan dapat digunakan sebagai alat oleh perawat dalam
melakukan segala tindakan terhadap pasien, rasa tanggung jawab yang penuh
kepada pasien, dan perawat juga mampu melihat bagaimana perkembangan pasien
sebelum maupun sesudah dilakukannya tindakan kepada pasien. Proses
keperawatan komplementer memberikan kerangka dalam asuhan keperawatan
komplementer dan dalam bentuk komunikasi juga dapat lebih efisien ketika
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Adanya proses keperawatan komplementer dapat berguna bagi pasien
maupun perawat. Bagi perawat, dengan adanya proses keperawatan dapat berguna
dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan itu dapat
menunjukan profesi seorang perawat memiliki professional yang tinggi, serta
memberikan pasien pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga pasien
juga akan merasakan baiknya pelayanan perawat. Bagi pasien sangat bermanfaat
dengan adanya proses keperawatan karena pasien akan merasakan kepuasan yang
cukup dengan pelayanan perawat yang diberikan sehingga akan dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk menjadi seorang perawat
profesional wajib memahami keseluruhan proses keperawatan komplementer
sebelum memberikan asuhan keperawatan komplementer kepada pasien. Oleh
karena itu, berikut penulis akan membahas tentang aplikasi proses keperawatan
dalam keperawattan komplementer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan komplementer?
2. Bagaimana pengkajian dalam keperawatan komplementer?
2
3. Bagaimana diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer?
4. Bagaimana rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer?
5. Bagaimana implementasi dalam keperawatan komplementer? 6. Bagaimana
evaluasi dalam keperawatan komplementer?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memperdalam wawasan tentang
aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan komplementer.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami aplikasi proses keperawatan dalam
keperawatan komplementer.
b. Memahami pengkajian dalam keperawatan komplementer.
c. Memahami diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer.
d. Memahami rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer.
e. Memahami implementasi dalam keperawatan komplementer.
f. Memahami evaluasi dalam keperawatan komplementer.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan (terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, dan sistematika penulisan)
BAB II : Pembahasan (menjabarkan isi makalah)
BAB III : Penutup (berisi simpulan dan saran)
3
BAB II PEMBAHASAN
Sistem Respirasi
4
Sistem
Kardiovaskuler
Sistem Persarafan
Sistem Perkemihan
Sistem Pencernaan
5
of Body fungsi sistem tubuh. head-to-toe (kepala sampai
System) kakai): integumen, kepala
(mata, hidung, mulut, gigi,
tenggorokan, leher)
respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan, perkemihan,
reproduksi, muskuloskeletal,
limpatik, hemotogolitik, dan
endokrin.
3. Tipe-tipe pengkajian :
Pengkajian awal, pengkajian lanjutan, pengkajian ulang, dan pengkajian
kembali menunjuk pada tiga tipe pengkajian keperawatan yang umumnya ditujukan
dalam dokumentasi. Penjelasan mengenai jenis – jenis pengkajian tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Pengkajian Awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam
fasilitas pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan.
Pegkajian awal ini didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir
data keperawatan (nursing data base form ). Lingkup data cenderung luas
karena perawat perlu menentukan garis dasar data klinis yang komprehensif.
Selama pengkajian awal ini, perawat dapat mengidentifikasikan area – area
masalah tertentu yang memerlukan pengkajian – pengkajian umum dan khusus
pada pengkajian awal dapat memberikan tipe data yang diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah – masalah klien dan mengawali serta merencanakan
asuhan keperawatan klien.
Misalnya seorang perawat yang bekerja yang bekerja di unit perawatan
intensive pediatric neurologic harus melengkapi data pengkajian. Maka
perawat tersebut memfokuskan pengkajian perihal pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi neuroligis anak. Area praktik biasanya akan
memberikan data yang akan dimasukkan dalam pengkajian awal ini.
b. Pengkajian Lanjutan
6
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang
diperoleh selama pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara
perawat – klien semakin berkembang, maka klien akan bersedia untuk
memberikan data tambahan secara rinci tentang status kesehatannya. Lebih
lanjut, data tambahan dari pemeriksaan diagnostik terbaru dan dari sumber-
sumber lainnya yang perlu ditambahkan pada catatan dokumentasi klien.
Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan membuat
dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date ). Data yang
diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah – masalah
klien menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif dan/atau objektif
terbaru telah dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai
data penunjang. Beberapa contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan
dalam pendokumentasian adalah sebagai berikut.
1) Ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian lanjutan di
unit perawatan intensif (ICU), di mana perawat diperlukan untuk
mendokumentasikan pengkajian sistem tubuh atau tanpa perubahan setiap
pengaturan dinas (shift ).
2) Ketika perawat harus menjelaskan/ mempertanggung jawabkan intensitas
aktivitas rencana intervensi keperawatan seperti dalam kasus costing out
bagi rencana keperawatan.
3) Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian lanjutan
digunakan untuk menguatkan keakuratannya ( misalnya tekanan darah
awal tinggi dan selanjutnya diambil kembali untuk membenarkan
observasi awal )
4) Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan kepada
perawat (ketika klien di bawah pengaruh obat atau alkohol) dan penilaian
selanjutnya digunakan untuk menguatkan keakuratannya.
7
“Tidak ada perubahan dalam status baselin respiratory” dapat digunakan jika
informasi “ baselin” dengan mudah dapat didapatkan kembali, dan jika
duplikasi data hanya akan menghabiskan waktu, mengulangi, dan membuat
tempat penulisan. Istilah pengembangan data menunjukkan perolehan data baru
dari hasil penilaian pengkajian lanjutan. Pengembangan data harus selalu
didokumentasikan karena data ini menambah data yang sudah ada menjadi
lebih terperinci (misalnya ketika hasil tes darah menguatkan respiratory
distress yang sudah ada sebelumnya). Data ini dapat mengidentifikasikan
informasi baru ( seperti ketika klien praoperasi mengingatkan alergi obat yang
sebelumnya belum dinyatakan ) atau mungkin berubah dan memengaruhi data
mengenai klien yang sebelumnya sudah diperoleh (sepertinya ketika klien yang
sedang dirawat untuk kegelisahan psikologis menunjukkan adanya patologi
medis).
c. Pengkajian Ulang
Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas
evaluasi proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang
berkembang terhadap criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka
kemungkinan data yang telah diperoleh kurang tepat sehingga masalah kurang
dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang teridentifikasi mengakibatkan
rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan masalah yang sebernantya
terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang berkembang dapat juga terjdi
karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan durasi atu intesitas
yang cukup.
d. Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data
pengkajan sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah
klien atau harus mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan
tentang klien. Dokumentasi pengkajian kembali menunjukan pertanggung
jawaban perawat untuk melanjutkn usaha penyelesaian masalah.
4. Pengkajian asuhan keperawatan komplementer meliputi :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama pasien
c. Keluhan tambahan
8
d. Riwayat keluhan utama dan tambahan
e. Riwayat penyakit pasien
f. Riwayat konsumsi obat pasien
g. Riwayat penggunaan terapi komplementer
h. Riwayat alergi
i. Data fokus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
j. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
2) Frekuensi nadi
3) Frekuensi pernafasan
4) Suhu
k. Data penunjang
1) Pemeriksaan lab darah, gula darah, asam urat, kolesterol.
2) Rontgen
3) USG
4) MRI
l. Kesediaan pasien untuk mengikuti prosedur terapi komplementer
m.Data pemeriksaan komplementer
1) Nama titik yang bermasalah 2) Lokasi titik bermasalah
9
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya
(Sumijatun, 2010).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), jenis diagnosa keperawatan
dibedakan menjadi 3 diantaranya :
1. Diagnosa Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Penulisan diagnosa aktual menggunakan metode tiga bagian (three part) yaitu :
masalah berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan tanda/gejala atau
masalah b.d penyebab d.d tanda/gejala.
2. Diagnosis Risiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalam masalah
kesehatan. Penulisan diagnosa resiko menggunakan metode dua bagian (two part)
yaitu : masalah dibuktikan dengan faktor resiko.
10
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Penulisan diagnosa promosi kesehatan menggunakan metode dua bagian (two
part) yaitu : masalah dibuktikan dengan tanda dan gejala.
11
e. Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran
pribadi atau aktualisasi diri.
12
g. Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan
sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.
h. Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan
keperawatan.
i. Tulis tindakan keperawatn secara berurutan
13
• Periksa riwayat kesehatan
• Identifikasi kontraindikasi terapi bekam (mis. konsumsi pengencer darah
seperti aspilet) Terapeutik
• Tentukan titik pembekaman
• Tentukan jenis bekam yang akan dilakukan (mis bekam kering atau bekam
basah)
• Baringkan pasien senyaman mungkin
• Buka pakaian pada area yang akan dilakukan pembekaman
• Pasang sarung tangan dan APD lainya
• Desinfeksi area yang akan dibekam dengan kapas alkohol
• Oleskan kulit dengan minyak herbal untuk meningkatkan peredarah darah
(mis. minyak zaitun)
• Lakukan pengekopan dengan tarikan secukupnya
• Bersihkan area yang telah dilakukan pembekaman Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur terapi bekam
• Anjurkan tidak mandi 2-3 jam pasca pembekaman
14
Definisi : memberikan stimulasi kulit dan jaringan dengan berbagai teknik
gerakan dan tekanan tangan untuk meredakan nyeri, meningkatkan relaksasi,
memperbaiki sirkulasi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
dan anak. Observasi
• Identifikasi kontraindikasi terapi pemijatan (mis. penurunan trombosit,
gangguan integritas, area lesi, kemerahan atau radang, hipersensitivitas
terhadap sentuhan)
• Identifikasi kesediaan dan penerimaan pasien untuk dilakukan pemijatan
• Monitor respon terhadap pemijatan
Terapeutik
• Tetapkan jangka waktu pemijatan
• Pilih area tubuh yang akan dipijat
• Siapkan lingkungan yang hangat, nyaman, dan privasi
• Buka area yang akan dipijat sesuai kebutuhan
• Gunakan lotion atau minyak zaitun untuk mengurangi gesekan
• Lakukan pemijatan secara perlahan dan menggunakan teknik yang tepat
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan dan prosedur terapi
• Anjurkan pasien untuk rileks selama pemijatan
• Anjurkan pasien beristirahat setelah dilakukan pemijatan
5. Terapi Relaksasi (I.09326)
Definisi : menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan). Ada beberapa
teknik dalam terapi relaksasi yaitu nafas dalam, meditasi, peregangan, imajinasi
terbimbing, dan musik. Observasi
• Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
• Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
• Monitor respon pasien terhadap terapi relaksasi Terapeutik
• Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang yang nyaman
• Gunakan suara nada lembut, lambat, dan berirama
Edukasi
• Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
15
• Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
• Anjurkan pasien untuk rileks dan merasakan sensasi relaksasi
16
setiap penekanan dengan 3. Mengetahui tujuan
saat, skala jari pemberian terapi
nyeri 4 (0-10) 3. Identifikasi hal
terdapat nyeri yang ingin dicapai 4. Pemberian terapi
tekan pada menjadi lebih
titik Terapeutik fokus sesuai
DU20/GV20, 4. Tentukan titik tujuan yang
EX HN 3, EX akupresur ingin dicapai
HN 5, dan GB 5. Tekan bagian otot
43 yang tegang 5. Untuk memberikan
hingga rileks atau efek relaksasi
nyeri menurun
sekitar 15-20 6. Untuk
detik meningkatkan
efektifitas
Edukasi pemberian terapi
6. Anjurkan pasien
untuk rileks
memperoleh
Kolaborasi hasil yang
8. Kolaborasi dengan maksimal
terapis
yang
tersertifikasi
17
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi.
18
Kamis, 18 Februari 1. Mentukan titik akupresur S : Pasien
2021 mengatakan bersedia
diberikan teknik
akupresure
O : titik Ns. Dewi
DU20/GV20, EX
HN 3, EX HN 5, dan
GB 43
19
e. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan komplementer
4. Bentuk Evaluasi
Evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa yang dinilai dan kapan.
Terdapat 3 type evaluasi yang menjelaskan apa yang perlu dievaluasi : struktur,
20
proses dan hasil. Setiap tipe memiliki fokus dan kriteria yang berbeda dan
sebagaimana didefinisikan berikut ini : a. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung
atau tidak langsung memengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-pasien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
Struktur : fasilitas fisik, perlengkapan, layanan dan kualifikasi pegawai/ tenaga
b. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik,
validasi dari perumusan diagnosa keperawatan dan kemampuan teknikal
perawat. Proses tindakan keperawatan dalam setiap proses keperawatan
komplementer yang mencakup :
1) Adekuasi : Jumlah dan kualitas
2) Kesesuaian : relevan dengan setiap komponen dan situasi pasien
3) Efektifitas : kemampuan untuk memfasilitasi kriteria hasil pasien
4) Efisiensi : konservasi waktu, energy dan sumber daya pasien, tim kesehatan,
dan lembaga.
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada perubahan yang ditunjukkan pada status kesehatan
pasien sebagai hasil asuhan keperawatan komplementer yang diberikan. Kriteria
hasil ditulis dalam hal respons atau status kesehatan pasien. Respons prilaku
pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
5. Format Evaluasi
Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan spesifik mencakup
implementasi tindakan, reaksi pasien dan adanya data tambahan yang terkait
dengan diagnosa keperawatan tertentu. Status masalah dan kriteria hasil serta
21
rekomendasi untuk melanjutkan atau memodifikasi rencana asli juga dicatat dalam
evaluasi. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Masalah teratasi : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
(S) Subjective: informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
(O) Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
(A) Analisis : membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi atau tidak teratasi.
(P) Planning : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa.
22
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer tidak jauh berbeda dengan proses
keperawatan pada umumnya yang terdiri dari 5 komponen antara lain :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan
evaluasi. Hanya saja, pada bagian intervensi keperawatan di komplementer lebih
memfokuskan kepada penggunaan terapi komplementer seperti terapi akupresur
(I.06209), terapi bekam (I.02085), terapi pemijatan (I.08251), terapi akupunktur
(I.06210), terapi relaksasi (I.09326) yang sudah tercantum dalam SIKI (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia).
B. Saran
Sebagai perawat yang memberi asuhan keperawatan kepada pasien kita
wajib memahami seluruh proses keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi.
Serta dalam bidang keperawatan komplementer diharapkan penerapan proses
keperawatan yang efektif, agar dapat bermanfaat bagi pasien, perawat, dan
institusi tempat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
23
Ali, Z. 2009. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisia:10. Jakarta:
EGC
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Graha Ilmu
24