oleh :
Pembimbing :
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan kegiatan FOME yang berjudul
Analisis masalah kesehatan dan Family Wellness Plan Pada Keluarga Binaan. Laporan ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Family Oriented Medical Education (FOME). Kepada
dr. Ulya Uti Fasrini, M.Biomed yang berperan sebagai dosen pembimbing saya dalam
kegiatan FOME ini, saya ucapkan terima kasih atas segala bimbingan yang telah diberikan
sehingga laporan ini dapat saya susun dengan baik.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya meminta maaf atas segala kekurangan
dalam penulisan laporan ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan saya. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Kedokteran di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup berarti. Dahulu yang
dimana profesi kedokteran memiliki titik berat pada penyembuhan pasien sekarang telah
berubah menjadi upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Perubahan yang terjadi
ini merupakan sebuah kemajuan di bidang kesehatan karena dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan
mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat sistem
pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community
Oriented Medical Education (COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME) yang
merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk medidik mahasiswa dengan prinsip-
prinsip dasar pelayanan dengan pendekatan keluarga, yaitu : holistic, komprehensif, kontinyu,
koordinatif, kolaboratif, dan family center.
IDI (1983) menjelaskan bahwa Ilmu Kedokteran Keluarga atau Family Medicine
adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah
untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan
menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Family Oriented Medical Education (FOME) adalah sebuah kegiatan yang diangkatkan
oleh pihak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang memiliki tujuan untuk melahirkan
dokter dengan kompetensi sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga.
Dalam pelaksanaannya di harapkan mahasiswa mampu dalam mengenal masalah
kesehatan keluarga secara komprehensif dan holistik, mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan keluarga, dan dapat memberikan solusi secara promotif
dan preventif serta dapat menimbulkan rasa empati terhadap pasien dan keluarganya .
Sebagai agent of change dan social control, mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki
pengaruh yang cukup besar di masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan. Berbagai
tindakan promotif dan preventif seperti edukasi yang mengarah pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang proaktif dan peduli terhadap
kesehatan, merupakan suatu kewajiban dan tugas yang besar bagi mahasiswa kedokteran .
Oleh karena itu, di harapkan melalui kegiatan ini dapat terbentuk dalam diri mahasiswa
kedokteran sifat empati dan pengenalan berbagai masalah kesehatan disekitarnya secara
komprehensif dan holistik guna tercapainya tujuan utama dari kegiatan ini berupa pendekatan
yang berlandaskan dokter keluarga.
Dengan adanya prinsip dasar Family Medicine tersebut , maka dilakukanlah
kunjungan ke rumah keluarga binaan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan keluaraga
binaan secara holistic. Berdasarkan uraian diatas, saya akan melaporkan hasil kegiatan
pengalaman belajar lapangan sebagai dokter keluarga. Melalui kegiatan FOME ini saya
melihat masalah kesehatan yang ada pada keluarga binaan saya (Ibu Tati) sehingga saya
dapat melakukan intervensi terhadap keluarga ini. Keluarga Ibu Tati bertempat tinggal di
daerah kelurahan Kecamatan Pauh yang ditetapkan sebagai wilayah binaan FK Unand pada
tahun 2020.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum diadakannya kegiatan kunjungan rumah keluarga binaan ini adalah:
b. Mengidentifikasi masalah klinis pada Buk Linda dan keluarga serta faktor-
faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis, dan mengubah
perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami masalah kesehatan dalam
keluarga Buk Linda
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah kesehatan keluarga baik eksternal maupun internal
b. Mahasiswa mampu mengetahui masalah dan menganalisis kesehatan
keluarga binaan
c. Mahasiswa mampu memberikan solusi secara promotif dan preventif dalam
masalah kesehatan keluaraga binaan (Family Wellness Plan)
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan Family Oriented Medical
Kedudukan
N Jenis Pendidikan
Nama dalam Umur Pekerjaan
o Kelamin Terakhir
Keluarga
2. Anggun 18 SMK -
Wulandari Anak Perempuan tahun
Berdasarkan temuan dan analisis situasi yang saya lakukan selama kunjungan
ke rumah Ibu Tati saya mendapatkan beberapa hal yang bisa di kategorikan sebagai
masalah-masalah dalam keluarga Ibu Tati ini. Analisis yang saya dapatkan adalah
sebagai berikut :
A. Keadaan rumah
1. Keadaan rumah tidak cukup bersih, lantai terbuat dari cor semen dan hanya
beberapa yang dialas dengan karpet. Terlihat karpet yang digunakan tidak
dicuci
2. Rumah tidak bertingkat
3. Langit-langit rumah lansung terhubung dengan atap dan tidak ada plafon atau
semacamnya untuk menutup bagian atap
4. Lantai rumah dominan semen
5. Dinding rumah semi permanen, yang terbuat dari papan dan te mbok yang
belum ditutupi semen dan belum di cat
6. Terdapat kaca jendela yang pecah cukup lebar sehingga bagian dalam rumah
bisa terlihat dari luar
7. Pencahayaan baik
8. Ventilasi ruangan baik
9. Sumber air mandi, wudhu’ berasal dari air sungai disamping rumah
10.Untuk toilet menggunakan sungai
11.Sumber air minum berasal dari air galon
B. Gaya Hidup
1. Jarang olah raga.
2. Jarang membersihkan rumah, dan perabotan.
3. Kurang aktifitas fisik
C. Pola makan
1. Tidak mengatur pola makan
2. Kurang asupan makanan sehat
3. Mengundur waktu makan yang seharusnya
4. Makanan tidak tercukupi sebagai gizi seimbang
D. Ekonomi
1. Kepala keluarga sudah meninggal, kebutuhan tercukupi dari bantuan anak dan
menjual barang-barang dirumah
2. Biaya sekolah anak ditanggung saudara-saudaranya
E. Lingkungan sosial
1. Sering berinteraksi dengan warga sekitar, namun hanya sebatas tetangga
karena Ibu Tati memiliki kesulitan dalam berjalan
F. Pelayanan Kesehatan
1. Sudah menggunakan pelayanan kesehatan berupa BPJS di setiap anggota
keluarga
2. Ibu Tati sudah berobat ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit namun beliau
tidak memenuhi rujukan tersebut karena tidak ada transportasi untuk ke rumah
sakit
3. Ibu Tati sering membeli ulang obat yang diberikan puskesmas dengan cara
memperlihatkan bungkus obat ke apotek. Alasan beliau membeli kembali obat
tersebut karena sakit di pahanya sering kambuh dan kembali mereda setelah
meminum obat.
2.2 Analisis kesehatan keluarga
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai masalah-masalah yang ada pada
keluarga Ibu Tati didapatkanlah beberapa hal yang menjadi masalah. Adapun analisis
masalah yang saya dapatkan adalah:
2. Faktor eksternal
- Hubungan dengan tetangga cukup baik, Ibu Tati sering mengobrol dengan
tetangga
- Penggunaan pelayanan sudah baik, semua anggota keluarga sudah terdaftar
sebagai peserta BPJS. Namun Ibu Tati belum melakukan rujukan ke rumah
sakit lantaran masalah saat berjalan maupun tidak ada transportasi
Tidak Berolahraga
hipertensi
Diet yang tidak seimbang
Diet usia
A. Defenisi
B. epidemiologi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah menurut data riskesdas tahun
2007 dan 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun
2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi
tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%
(dari 31,7% menjadi 25,8%). Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung
(30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%).
C. Faktor Resiko
genetik obesitas
stres
D. Penatalaksanaan Hipertensi
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Banyak faktor yang menimbulkan kejadian hipertensi. Mulai dari riwayat penyakit
yang dialami, hingga pola hidup yang tidak baik. Prinsip upaya pencegahan hipertensi
adalah mengendalikan faktor risiko, salah satunya dengan cara modifikasi lifestyle.
Keluarga binaan saya secara umum sudah cukup peduli dengan kesehatannya. Mereka
sangat peduli dengan upaya pencegahan suatu penyakit, yang bisa dibuktikan dengan
lengkapnya pemberian imunisasi kepada anak-anak mereka. Lingkungan tempat tinggal
yang cukup bersih dan nyaman juga membuktikan bahwa mereka peduli dengan kesehatan
anggota keluarganya.
Pada kegiatan FOME ini, mahasiswa mungkin tidak bisa mendiagnosis penyakit apa
yang dialami anggota kelaurga, pun tidak bisa memberikan terapi maupun obat kepada
anggota keluarga yang sedang sakit, karena belum menjadi wilayah kami sebagai
mahasiswa kedokteran untuk melakukannya. Namun, FOME memberikan pembelajaran
bagi kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya dan
bagaimana cara hidup sehat. Meskipun edukasi yang kami berikan hanya berupa hal-hal
kecil dan dari segi penyampaian masih jauh dari kata sempurna, tetapi itulah yang bisa kami
berikan untuk masyarakat di daerah Purus.
B. Saran
Saya menyarankan keluarga binaan saya untuk melakukan screening penyakit yang
menjadi faktor risiko hipertensi. Pada genogram yang saya dapatkan, keluarga ini tidak
memiliki riwayat penyakit genetik atau penyakit yang menurun. Akan tetapi, tidak ada
salahnya melakukan screening untuk mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi ke
depannya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
2. Chobanian, AV. The Sevent Report of The Joint National Committee On Prevention
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
Dari :http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
(diakses 15 April 2019)
3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, tentang hipertensi (Riskesdas)
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.