Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MASALAH KESEHATAN DAN

FAMILY WELLNESS PLAN PADA


KELUARGA BINAAN
(LAPORAN KELUARGA BINAAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION)

oleh :

Raihan Afif Salam 1810311056

Pembimbing :

dr. Ulya Uti Fasrini, M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan kegiatan FOME yang berjudul
Analisis masalah kesehatan dan Family Wellness Plan Pada Keluarga Binaan. Laporan ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Family Oriented Medical Education (FOME). Kepada
dr. Ulya Uti Fasrini, M.Biomed yang berperan sebagai dosen pembimbing saya dalam
kegiatan FOME ini, saya ucapkan terima kasih atas segala bimbingan yang telah diberikan
sehingga laporan ini dapat saya susun dengan baik.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya meminta maaf atas segala kekurangan
dalam penulisan laporan ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan saya. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya
harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk kita semua.

Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatu

Padang, 15 April 2019

Raihan Afif Salam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedokteran di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup berarti. Dahulu yang
dimana profesi kedokteran memiliki titik berat pada penyembuhan pasien sekarang telah
berubah menjadi upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Perubahan yang terjadi
ini merupakan sebuah kemajuan di bidang kesehatan karena dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan
mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat sistem
pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community
Oriented Medical Education (COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME) yang
merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk medidik mahasiswa dengan prinsip-
prinsip dasar pelayanan dengan pendekatan keluarga, yaitu : holistic, komprehensif, kontinyu,
koordinatif, kolaboratif, dan family center.

IDI (1983) menjelaskan bahwa Ilmu Kedokteran Keluarga atau Family Medicine
adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah
untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan
menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Family Oriented Medical Education (FOME) adalah sebuah kegiatan yang diangkatkan
oleh pihak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang memiliki tujuan untuk melahirkan
dokter dengan kompetensi sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga.
Dalam pelaksanaannya di harapkan mahasiswa mampu dalam mengenal masalah
kesehatan keluarga secara komprehensif dan holistik, mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan keluarga, dan dapat memberikan solusi secara promotif
dan preventif serta dapat menimbulkan rasa empati terhadap pasien dan keluarganya .
Sebagai agent of change dan social control, mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki
pengaruh yang cukup besar di masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan. Berbagai
tindakan promotif dan preventif seperti edukasi yang mengarah pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang proaktif dan peduli terhadap
kesehatan, merupakan suatu kewajiban dan tugas yang besar bagi mahasiswa kedokteran .
Oleh karena itu, di harapkan melalui kegiatan ini dapat terbentuk dalam diri mahasiswa
kedokteran sifat empati dan pengenalan berbagai masalah kesehatan disekitarnya secara
komprehensif dan holistik guna tercapainya tujuan utama dari kegiatan ini berupa pendekatan
yang berlandaskan dokter keluarga.
Dengan adanya prinsip dasar Family Medicine tersebut , maka dilakukanlah
kunjungan ke rumah keluarga binaan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan keluaraga
binaan secara holistic. Berdasarkan uraian diatas, saya akan melaporkan hasil kegiatan
pengalaman belajar lapangan sebagai dokter keluarga. Melalui kegiatan FOME ini saya
melihat masalah kesehatan yang ada pada keluarga binaan saya (Ibu Tati) sehingga saya
dapat melakukan intervensi terhadap keluarga ini. Keluarga Ibu Tati bertempat tinggal di
daerah kelurahan Kecamatan Pauh yang ditetapkan sebagai wilayah binaan FK Unand pada
tahun 2020.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum diadakannya kegiatan kunjungan rumah keluarga binaan ini adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada mahsiswa untuk mengenal masalah


kesehatan keluarga secara komprehensif dan holistik.

b. Mengidentifikasi masalah klinis pada Buk Linda dan keluarga serta faktor-
faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis, dan mengubah
perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga.

1. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami masalah kesehatan dalam
keluarga Buk Linda
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
masalah kesehatan keluarga baik eksternal maupun internal
b. Mahasiswa mampu mengetahui masalah dan menganalisis kesehatan
keluarga binaan
c. Mahasiswa mampu memberikan solusi secara promotif dan preventif dalam
masalah kesehatan keluaraga binaan (Family Wellness Plan)

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan Family Oriented Medical

Education ( FOME ) antara lain :

1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa lebih memahami masalah kesehatan masyarakat secara lebih luas

dengan mengaitkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

b. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa kedokteran dalam menyelesaikan

berbagai masalah kesehatan dengan pendekatan dokter keluarga.

1.3.2 Manfaat bagi keluarga

a. Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada

dalam lingkungan keluarga.

1.3.3 Manfaat bagi Institusi/Pemerintah

Pemerintah semakin mengetahui masalah kesehatan yang terdapat

diwilayahnya berdasarkan data yang diperoleh oleh mahasiswa


BAB II
ANALISIS MASALAH KESEHATAN

2.1 Analisi Kesehatan


2.1.1 Identitas Keluarga

Kedudukan
N Jenis Pendidikan
Nama dalam Umur Pekerjaan
o Kelamin Terakhir
Keluarga

1. Tati Herawati Ibu Rumah 55 SMP -


Perempuan tahun
Tangga

2. Anggun 18 SMK -
Wulandari Anak Perempuan tahun

2.1.2 Analisis Situasi

Berdasarkan temuan dan analisis situasi yang saya lakukan selama kunjungan
ke rumah Ibu Tati saya mendapatkan beberapa hal yang bisa di kategorikan sebagai
masalah-masalah dalam keluarga Ibu Tati ini. Analisis yang saya dapatkan adalah
sebagai berikut :
A. Keadaan rumah
1. Keadaan rumah tidak cukup bersih, lantai terbuat dari cor semen dan hanya
beberapa yang dialas dengan karpet. Terlihat karpet yang digunakan tidak
dicuci
2. Rumah tidak bertingkat
3. Langit-langit rumah lansung terhubung dengan atap dan tidak ada plafon atau
semacamnya untuk menutup bagian atap
4. Lantai rumah dominan semen
5. Dinding rumah semi permanen, yang terbuat dari papan dan te mbok yang
belum ditutupi semen dan belum di cat
6. Terdapat kaca jendela yang pecah cukup lebar sehingga bagian dalam rumah
bisa terlihat dari luar
7. Pencahayaan baik
8. Ventilasi ruangan baik
9. Sumber air mandi, wudhu’ berasal dari air sungai disamping rumah
10.Untuk toilet menggunakan sungai
11.Sumber air minum berasal dari air galon

B. Gaya Hidup
1. Jarang olah raga.
2. Jarang membersihkan rumah, dan perabotan.
3. Kurang aktifitas fisik

C. Pola makan
1. Tidak mengatur pola makan
2. Kurang asupan makanan sehat
3. Mengundur waktu makan yang seharusnya
4. Makanan tidak tercukupi sebagai gizi seimbang

D. Ekonomi
1. Kepala keluarga sudah meninggal, kebutuhan tercukupi dari bantuan anak dan
menjual barang-barang dirumah
2. Biaya sekolah anak ditanggung saudara-saudaranya

E. Lingkungan sosial
1. Sering berinteraksi dengan warga sekitar, namun hanya sebatas tetangga
karena Ibu Tati memiliki kesulitan dalam berjalan

F. Pelayanan Kesehatan
1. Sudah menggunakan pelayanan kesehatan berupa BPJS di setiap anggota
keluarga
2. Ibu Tati sudah berobat ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit namun beliau
tidak memenuhi rujukan tersebut karena tidak ada transportasi untuk ke rumah
sakit
3. Ibu Tati sering membeli ulang obat yang diberikan puskesmas dengan cara
memperlihatkan bungkus obat ke apotek. Alasan beliau membeli kembali obat
tersebut karena sakit di pahanya sering kambuh dan kembali mereda setelah
meminum obat.
2.2 Analisis kesehatan keluarga
Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai masalah-masalah yang ada pada
keluarga Ibu Tati didapatkanlah beberapa hal yang menjadi masalah. Adapun analisis
masalah yang saya dapatkan adalah:

A. Analisis status kesehatan


1. Ibu Tati (55 tahun)
1. Riwayat
1. Sakit di bagian paha kiri dan kanan sejak 3 tahun terakhir (kata beliau
bukan asam urat)
2. Operasi katarak mata kiri dan kanan 3 bulan yang lalu
3. Jarang berobat ke puskesmas, lebih sering beli obat sendiri
4. Riwayat asam lambung
b. Keluhan sekarang
1. Asam lambung
2. Hipertensi
3. Terdapat gangguan tidur di malam hari
4. Pola makan yang tidak baik

2. Anggun Wulandari (18 tahun)


a. Riwayat
1. Riwayat asam lambung
b. Keluhan sekarang
1. Asam lambung sering kambuh saat telat makan

B. Analisa pelayanan/upaya kesehatan


Pelayanan kesehatan yang digunakan adalah Puskesmas Pauh Padang. Pusat
pelayanan kesehatan cukup mudah dan dekat. Hanya terkendala dengan masalah
susah berjalan dan tidak ada transportasi.

C. Analisa faktor lingkungan


1. Faktor internal dalam keluarga
- Hubungan kurang baik antar sesama anggota keluarga, jarang sekali
melakukan kegiatan rekreasi namun tidak lengkap, hanya seperti Ibu Tati
dan salah satu anaknya
- Kebersihan dan lingkungan tempat tinggal keluarga Ibu Linda kurang
bersih, untuk akses air menggunakan air sungai di dekat rumah dan untuk
toilet/jamban menggunakan sungai juga.
- Gizi pada keluarga Ibu Tati kurang baik karena tidak adanya uang untuk
memnuhi kebutuhan. Dan juga beliau hanya tinggal berdua dengan anak
bungsunya yang baru tamat sekolah.

2. Faktor eksternal
- Hubungan dengan tetangga cukup baik, Ibu Tati sering mengobrol dengan
tetangga
- Penggunaan pelayanan sudah baik, semua anggota keluarga sudah terdaftar
sebagai peserta BPJS. Namun Ibu Tati belum melakukan rujukan ke rumah
sakit lantaran masalah saat berjalan maupun tidak ada transportasi

2.3 Analisis Penyebab masalah


Berdasarkan prioritas masalah pertama yang kami dapatkan yaitu hipertensi, kami
mencari beberapa penyebab masalah yang merupakan faktor pemicu dari hipertensi yang
diderita oleh Ibu Tati. Yang berkaitan dengan gaya hidup
Penyebab-penyebab masalah yang kami dengan menggunakan diagram fishbone
yaitu:
Gaya Hidup

Kurang Aktifitas fisik

Tidak Berolahraga

hipertensi
Diet yang tidak seimbang

Tidak mengatur pola makan Semakin memasuki usia yang


beresiko mengalami atherosclerosis
(pembulu darah menyempit dan kaku)

Diet usia

2.4 Pembahasan Dan Teori

A. Defenisi

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.


Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu,
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak
tersedia.

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan


darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara
dini dan mendapat pengobatan yang memadai.

B. epidemiologi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah menurut data riskesdas tahun
2007 dan 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun
2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi
tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9%
(dari 31,7% menjadi 25,8%). Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung
(30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%).

C. Faktor Resiko

Faktor resiko yang tidak dapat Faktor resiko yang dapat


dimodifikasi dimodifikasi

umur kebiasaan merokok

jenis kelamin konsumsi garam

riwayat keluarga konsumsi lemak jenuh

genetik obesitas

kurang aktifitas fisik

stres

penggunaan estrogen (KB)

kebiasaan konsumsi minum-


minuman beralkohol

D. Penatalaksanaan Hipertensi

hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan


cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari),
menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman
beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan,
lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.
Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk
pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi
dengan dokter keluarga anda.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,


keripikdan makanan keringyangasin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,


pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2.5 Familly Wellness Plan

Anggota Modifikasi skrining imunisasi kemoprofilaksis


Keluarga Lifestyle
Mahyuzar Diet makanan Pemeriksaan - -
(52 tahun) seimbang, tekanan darah
kurangi dan kolesterol
makanan rutin, cek kadar
berlemak, gula darah
olah raga secara berkala
teratur ,
Manajemen
waktu istirahat
, rekreasi
Linda murni Diet makanan Pemeriksaan - -
(35 tahun) seimbang, tekanan darah
kurangi dan kolesterol
makanan rutin, cek kadar
berlemak, gula darah
olah raga secara berkala.
teratur , Radiografi
Manajemen untuk melihat
waktu istirahat kondisi jantung
, rekreasi karena riwayat
cardiomegali
Nurhafianda Diet makanan skrinning sadari - -
yuzar seimbang,
kurangi
( 13tahun )
makanan
berlemak,
olah raga
teratur ,
Manajemen
waktu
istirahat,
rekreasi
Arif PHBS - Imunisasi dan -
zandraflirahma booster
n lengkap
( 1.5 tahun)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Banyak faktor yang menimbulkan kejadian hipertensi. Mulai dari riwayat penyakit
yang dialami, hingga pola hidup yang tidak baik. Prinsip upaya pencegahan hipertensi
adalah mengendalikan faktor risiko, salah satunya dengan cara modifikasi lifestyle.
Keluarga binaan saya secara umum sudah cukup peduli dengan kesehatannya. Mereka
sangat peduli dengan upaya pencegahan suatu penyakit, yang bisa dibuktikan dengan
lengkapnya pemberian imunisasi kepada anak-anak mereka. Lingkungan tempat tinggal
yang cukup bersih dan nyaman juga membuktikan bahwa mereka peduli dengan kesehatan
anggota keluarganya.
Pada kegiatan FOME ini, mahasiswa mungkin tidak bisa mendiagnosis penyakit apa
yang dialami anggota kelaurga, pun tidak bisa memberikan terapi maupun obat kepada
anggota keluarga yang sedang sakit, karena belum menjadi wilayah kami sebagai
mahasiswa kedokteran untuk melakukannya. Namun, FOME memberikan pembelajaran
bagi kami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya dan
bagaimana cara hidup sehat. Meskipun edukasi yang kami berikan hanya berupa hal-hal
kecil dan dari segi penyampaian masih jauh dari kata sempurna, tetapi itulah yang bisa kami
berikan untuk masyarakat di daerah Purus.

B. Saran
Saya menyarankan keluarga binaan saya untuk melakukan screening penyakit yang
menjadi faktor risiko hipertensi. Pada genogram yang saya dapatkan, keluarga ini tidak
memiliki riwayat penyakit genetik atau penyakit yang menurun. Akan tetapi, tidak ada
salahnya melakukan screening untuk mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi ke
depannya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul.1996.Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Yayasan


Penerbitan IDI.

2. Chobanian, AV. The Sevent Report of The Joint National Committee On Prevention
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
Dari :http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
(diakses 15 April 2019)

3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, tentang hipertensi (Riskesdas)

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

5. Arisman,MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai