Anda di halaman 1dari 30

1. M3 perubahan anatomi dan fisiologi alat reproduksi selama kehamilan dan nifas.

2. M3 faktor-faktor yang memengaruhi proses fertilisasi, implantasi, dan tumbuh kembang


janin secara normal.

3. M3 prenatal care dan pemerksaan penunjang yang diperlukan untuk penapisan kehamilan
risiko tinggi.

4. M3 makronutrien dan miikronutrien yang diperlukan pada masa kehamilan, persalinan, dan
nifas normal.

5. M3 obat yang aman dgunakan pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas normal.

6. M3 proses persalinan normal, faktor yang memengaruhi serta pemantauan persalinan.

7. M3 proses yang terjadi pada masa nifas normal dan upaya perawatannya.

8. M3 upaya promotif dan preventif untuk mencegah komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas.
1. Perubahan anatomi dan fisiologi alat reproduksi selama kehamilan dan nifas

 Anatomi organ reproduksi wanita

a) Anatomi panggul
Pintu Atas Panggul Pintu Bawah Panggul

Otot perineum tampak dalam otot perineum tampak luar


Ruang Panggul Bidang Hodge ( Sumbu Carus )

Jenis-jenis Pelvis
Ligamentum pada organ genitala wanita

Anatomi organ genitalia interna


Anatomi organ genitalia eksterna
 Perubahan fisiologis selama kehamilan

a) Sistem reproduksi

 Uterus

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon


estrogen dan sedikit oleh progesteron. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan
penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.
Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada
lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.
Daerah korpus pada bulan-bulan penama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya
hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang.

 Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.
Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada
seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks. Proses remodelling sangat kompleks dan melibatkan
proses kaskade biokimia, interaksi antara komponen selular dan matriks
ekstraselular, sena infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel inflamasi seperti netrofil dan
makrofag. Proses remodelling ini berfungsi agar uterus dapat mempenahankan
kehamilan sampai aterm dan kemudian proses destruksi serviks yang membuatnya
berdilatasi memfasilitasi persalinan.

 Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.Relaksin,
suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan inswlin
libe growth faaor I & 11, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan
hati. Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada
saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan
keberhasilan proses persalinan.

 Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada


kulit dan otot-otot di perineum dan l'ulva, sehingga pada vagina akan terlihat
berwarna keunguanyang dikenal dengan tanda Chadwick. Dinding vagina
mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami
peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos Peningkatan volume
sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan
pH antara 3,5 - 6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asarn laktat
glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophilus.

b) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah paSr,,tdara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama stiae gravidarumPada banyak perempuan kulit
di garis penengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan
yang disebut dengan linea nigraSeiain itu, pada areola dan daerah genitai juga akan
terlihat pigmentasi yang berlebihan.Estrogen dan progesteron dike-tahui mempunyai
peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.

c) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih


lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di
bawah kulit akan lebih terlihat. Puting paysdara akan lebih besar, kehitaman, dan
tegak. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar
Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung
untuk menonjol keluar.

d) Perubahan metabolik
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh
kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia.Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apolipoprotein dalam plasma
akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral
yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu
akan berkurang. LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke-36, sementara
HDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke-25 berkurang sampai minggu
ke-32 dan kemudian menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon
progesteron dan estrogen.

e) Perubahan hematologis

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 -


30 %, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan
mengakibatkan hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl
menjadi 12,5 gldl, dan pada 6 % perempuan bisa mencapai di bawah 1l g/dl Selama
kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 - 12.000 /p"l
dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 -
t0.000/pl.

f) Sistem kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac outpwt akan meningkat dan perubahan ini terjadi
untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan
deny'ut jantung.

g) Sistem pernapasan

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah + 6 cm, tetapi tidak


mencukupi penunrnan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru
karena pengaruh diafragma yang naik 4 cm selama kehamilan. Frekuensi
pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume
tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen per menit akan
bertambah secara signifikan pada kehamilan Lanjut.

h) Sistem kemih

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Ginjal akan
membesar, glomeruhr filtation rate, dan renal pksma flow juga akan meningkat.
Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam
jumlah yang lebih banyakPada fungsi renal akan dijumpai peningkatan creatinine
clearance lebih tinggi 30 %.Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan
lebih membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri
dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan yrrg krrrt pada sisi kanan uterus
sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus.

i) Sistem pencernaan.

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser ke arah
atas dan lateral.Perubahan yaflg nya:a akan terjadi pada penurunan motilitas otot
polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di
lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (beartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan
posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual terjadi
akibat penumnan asam hidroklorid dan penurunan modlias, sena konstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas usus besar.

j) Sistem endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar + 135%. Kelenjar


tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari
hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.Kelenjar adrenal pada kehamilan
normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, tesrosteron,
dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat. Sementara itu,
dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

2. Fertlisasi, Implantasi, dan tumbuh kembang janin secara normal.

 Fertilisasi.
 Implantasi.
 Tumbuh kembang janin.

a) Periode embrio

periode embrio dimulai setelah fertilisasi sampai 8 minggu, dan merupakan saat
terjadinya proses organogenesis. Pada periode ini, bila dilakukan uji hcg, hasilnya
positif. Pada minggu ke empat, sistem kardiovaskular mulai terbentuk, dan selesai
pada akhir minggu ke enam. Pada akhir minggu ke enam, juga ektremitas telah
terlihat, bibir atas sudah sempurna, telinga luar mulai terlihat, dan panjang, embrio
sekitar 20-22 mm.

b) Periode fetus

 minggu ke-12 kehamilan

Uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, dan panjang


kepala-bokong janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan telah timbul pada
sebagian besar tulang janin, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi.
Kulit dan kuku telah berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar.
Genitalia ekstema mulai memperlihatkan tanda pasti jenis kelamin laki-laki
atau perempuan. Janin mulai melakukan pergerakan spontan.

 Minggu ke-16 kehamilan

Panjang kepala-bokong janin adalah 12 cm, dan berat janin 110 g. Jenis
kelamin telah dapat ditentukan oleh pengamat yang berpengalaman dengan cara
inspeksi genitalia eksterna pada minggu ke-14.
 Minggu ke-20 kehamilan

Merupakan titik pertengahan kehamilan menurut usia yang diperkirakan


dari awal menstruasi terakhir. Janin sekarang memiliki berat lebih dari 300 g,
dan berat ini mulai bertambah secara linear. Sejak titik ini, janin bergerak
kurang lebih setiap menit, dan aktif sekitar 10-30 persen total waktu (DiPietro,
2005). Kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo seperti beledu
menutupi seluruh tubuh janin, dan telah terbentuk sebagian rambut di kulit
kepala.

 Minggu ke-24 kehamilan

Janin sekarang memiliki berat sekitar 630 gram. Kulit secara khas tampak
keriput, dan penimbunan lemak dimulai. Kepala masih relatif besar, alis mata
dan bulu mata biasanya dapat dikenali. Periode kanalikular perkembangan
paru-paru, saat membesarnya bronkus dan bronkiolus serta berkembangnya
duktus alveolaris, hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada periode ini akan
berusaha bernapas, tetapi banyak yang akhirnya meninggal karena sakus
terminalis, yang diperlukan untuk pertukaran gas, belum terbentuk.

 Minggu ke-28 kehamilan.

Panjang kepala-bokong sekitar 1100 g. Kulit janin yang tipis berwarna


merah dan ditutupi oleh verniks kaseosa. Membran pupil baru saja mengilang
dari mata. Neonatus normal yang dilahirkan pada usia ini memiliki 90%
kemungkinan untuk bertahan hidup tanpa hendaya fisik atau neurilogis.

 Minggu ke-32 kehamilan

Janin telah mencapai panjang kepalabokong 28 cm dan berat sekitar 1800g.


Kulit permukaan masih merah dan keriput.

 Minggu ke-36 kehamilan

Panjang rerata kepala-bokong pada janin usia ini adalah sekitar 32 cm, dan
berat reratanya sekitar 2500 g. Karena penimbunan lemak subkutan, tubuh
menjadi lebih bulat, serta gambaran keriput pada wajah telah menghilang.

 Minggu ke-40 kehamilan


Merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut usia yang dihitung
dari awitan periode menstruasi terakhir. Janin telah berkembang sempurna.
Panjang rerata kepala-bokong adalah sekitar 36 cm, dan berat kira-kira 3400 g.

3. Prenatal care dan pemeriksaan penunjang

 Asuhan antenatal

Prenatal care adalah program pelayanan osbtetri yang berfungs sebagai upaya preventif
untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal. Untuk kehamilan normal atau tanpa indikasi
adanya gangguan, asuhan antenatal dapat dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yakni
sekali pada trmester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.
Namun, pada kehamilan dengan indikasi gangguan atau kelainan, maka asuhan antenatal
harus dilakukan dengan frekuensi yang lebih ketat. Asuhan antenatal terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan obstetri, dan pemeriksaan laboratorium.

Dalam anamnesis, hal-hal yang diperlukan pada anamnesis wanita hamil adalah sama
dengan yang dilakukan pada pasien wanita secara umum, namun dengan lebih memerinci
tentang riwayat yang terkait dengan obstetri, seperti riwayat haid, riwayat kehamilan dan
persalinan, dan riwayat kehamilan saat ini. Selain itu, pemeriksaan psikososial juga penting
dilakukan untuk mengurangi risiko gangguan pada akhir kehamilan. Pemeriksaan psikososial
ini dapat dilakukan minimal sekali setiap trimester.
Pemeriksaan yang kedua adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pada wanita hamil
meliputi pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik obstetri. Pemeriksaan fisik umum
meliputi pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan IMT.
Sedangkan pemeriksaan fisik obstetri meliputi pemeriksaan abdomen, pengukuran tinggi
fundus, dan auskultasi denyut jantung janin.

Pemeriksaan yang ketiga adalah pemeriksaan laboratorium. Frekuensi pemeriksaan


laboratorium ini bervariasi, tergantung pada pemeriksaan yang dilakukan. Untuk lebih
lengkapnya ada di tabel berikut ini.
 Pemeriksaan pencitraan

Pada pemeriksaan pencitraan, alat yang paling sering digunakan adalah


ultrasonografi (USG). hal ini dikarenakan USG menggunakan gelombang ultrasonik,
dimana gelombang in hanya memiliki sedikit efek samping, atau bahkan tidak memiliki
efek samping ( berbeda menurut referensi). pemeriksaan ini dapat dilakukan secara
transabdominal atau transvaginal. pemeriksaan menggunakan USG berbeda pada
masing-masing trimester, hal ini karena organ tubuh janin bertumbuh selama masa
kehamilan.

Pada trimester pertama, pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kantong


gestasional (GS), Biparietal Diameter (BPD), pengukuran crown rump length (CRL),
lingkar kepala (HC), Lingkar perut (AC), dan panjang femur ( FL), dimana pada
trimester pertama ini, pemeriksaan yang paling akurat untuk menentukan usia
gestasi adalah pengukuran Crown Rump Length (CRL).
Untuk pengukuran GS, dilakukan dengan mengukur diamter sisi bagian dalam GS
ke sisi bagian dalam di seberangnya (inner to inner).

Pengukuran CRL dilakukan dengan cara mengukur titik puncak (kepala) sampai
titik terbawah (bokong) janin.

Pengukuran HC dan BPD dapat dilakukan dalam secara bersamaan, dimana


pengukuran HC dlakukan terhadap sisi yang paling luar (outer to outer).

Pengukuran AC dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pengukuran HC.

Pengukuran FL cenderung mudah dilakukan karena tulang femur merupakan tulang


terpanjang dalam tubuh manusia. Bagian dari FL yang diukur adalah bagian tulangnya

(diafisis) nya saja, tanpa mengukur bagian epifisisnya.

Pada trimester kedua, pemeriksaan meliputi evaluas letak plasenta, pengukuran volume
amnion, dan pengukuran usia gestasi. Dalam trimester kedua, indikator yang paling tepat
untuk menentukan usia gestasi adalah BPD. Untuk pemeriksaan pada trimester ketiga, jenis
pemeriksaan yang dilakukan adalah sama dengan pemeriksaan pada trmester kedua, namun
ditambah dengan kurva pertumbuhan janin. Untuk trimester ketiga, indikator yang paling
tepat untuk pengukuran usia gestasi adalah FL.

4. Kebutuhan makro dan mikronurien pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

Pada masa kehamilan, terjadi beberapa perubahan fisiologis dalam tubuh wanita.
Perubahan fisiologis serta adanya janin didalam tubuh wanita hamil ini secara keseluruhan
berakibat pada meningkatnya kebutuhan nutrisipada wanita tersebut. Kecukupan nutrisi pada
ibu hamil sangat penting, untuk mencegah terjadinya gangguan ataupun kelainan, baik pada
ibu maupun janinnya, yang dapat berujung pada kecacatan atau kematian janin.

Dalam masa kehamilan, seorang ibu dianjurkan untuk dapat meningkatkan berat
badannya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu
adalah :

 Kalori

kehamilan memerlukan tambahan 80.000 kkal—sebagian besar terakumulasi dalam 20


minggu terakhir. Untuk memenuhi kebutuhan ini, selama kehamilan dianjurkan peningkatan
kalori 100 sampai 300 kkal per hari (American Academy of Pediatrics dan American College
of Obstetricians and Gynecologists, 2007).

 Protein
Ke dalam kebutuhan protein wanita hamil ditambahkan kebutuhan untuk pertumbuhan
dan remodeling janin, plasenta, uterus, dan payudara, serta peningkatan volume darah ibu.
Selama paruh kedua kehamilan, sekitar 1000 g protein diendapkan, setara dengan 5 sampai 6
g/hari (Hytten dan Leitch, 1971).

 Vitamin dan Mineral


5. Penggunaan obat-obatan yang aman dgunakan pada masa kehamilan, persalinan,
dan nifas normal.

Beberapa obat yang beredar dapat bersifat teratogen, yakni suatu agen yang dapat
menyebabkan perubahan fungsi atau bentuk yang permanen selama perkembangan mudigah.
Suatu obat dapat dikatakan bersifat teratogen jika memenuhi beberapa kriteria berikut :

 Paparan obat terjadi pada masa kritis perkembangan manusia, seperti embriopati
untuk paparan pada 8 minggu pertama, atau fetopati pada paparan setelah 8 minggu.

 Agen harus dapat melewati plasenta.

 Menimbulkan malformitas berdasarkan temuan epidemiologis.

 Menunjukkan insiden terkait dosis.

 Teratogenisitas terbukti pada hewan percobaan.

Food and Drugs Administration membuat klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan
nya terhadap perkembangan janin dalam rahim.
6. Proses persalinan normal, faktor yang memengaruhi dan pemantauan persalinan.

 Cardinal movement

Cardinal movement adalah serangkaian gerakan yang dilakukan oleh kepala atau bagian
terendah dari janin untuk melewati jalan lahir selama proses persalinan. Cardinal movement
terdiri dari 7 langkah, yakni : engagement, desensus, fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi
eksternal, dan ekspulsi. Selama persalinan, ketujuh langkah tersebut tidak terjadi secara
berantai, tetapi kejadiannya tumpang tindih waktu, seperti ketika engagement, juga terjadi
desensus dari kepala janin.

1. Engagement

Engagement adalah saat dimana diameter biparietal janin melewati apertura pelvis
superior (PAP). Engagement kadang sudah dapat terjadi saat beberapa minggu terakhir
kehamilan. Namun, pada beberapa kasus kehamilan, engangement belum terjadi hingga
pada awal persalinan.

2. Desensus

Desensus merupakan persyaratan pertama adanya pelahiran janin. Desensus


biasanya terjadi pada awitan kala dua. Proses ini terjadi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni : tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung dari fundus uteri yang
berkontraksi, tekanan dari otot-otot abdomen ibu, ataupun ekstensi dari tubuh janin.

3. Fleksi

Ketika kepala bayi mengalami hambatan saat desensus, baik karena serviks, dinding
pelvis, atau dasar pelvis, maka kepala bayi akan mengalami fleksi, dimana dagu akan
menjadi lebih dekat ke arah dada janin.

4. Rotasi internal

Rotasi internal adalah proses perputaran kepala hingga posisi oksiput janin
mengarah ke simfisis pubis di bagian anteriornya. Namun pada beberapa kasus
persalinan, posisi oksiput berputar ke arah lengkung sakrum.

5. Ekstensi
Ekstensi adalah proses dimana bagian kepala janin mengalami ekstensi setelah fleksi
maksimal. Jika janin tidak melakukan ekstensi ketika mencapai vulva, maka kepala janin
akan merusak jaringan posterior dari perineum ibu.

6. Rotasi eksternal

Setelah kepala lahir, maka kepala bayi akan mengalami rotasi, sehingga kepala bayi
berada dalam posisi oblik, kemudian dalam posisi transversal. Gerakan ini membuat
diameter bisakrominal menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior apertura pelvis
inferior. Sehingga, salah satu bahu bayi terletak di anterior, sedangkan yang lainnya
terletak di psoterior.

7. Ekspulsi

Setelah terjadi rotasi eksternal, maka bahu yang terletak di anterior akan lebih
dahulu terlihat, kemudian perineum akan segera terdistensi akibat bahu posterior. Setelah
itu, badan bayi keluar secara keseluruhan.
7. Proses nifas normal dan perawatannya.
 Sistem reproduksi

1. Uterus

Uterus mengalami involusi melalui beberapa proses, yakni : autolisis, dimana


otot-otot dalam uterus menghancurkan dirinya sendiri dengan cara menghasilkan
enzim-enzim proteolitik, sehingga uterus memendek dan kembali seperti semula.
Selain itu, efek oksitosin menyebabkan kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan mengompres pembuluh darah di sekitarnya, sehingga jaringan otot menjadi
kekurangan suplai darah dan mati. Proses in juga dapat mengurangi perdarahan yang
terjadi.

Selain mengalami involusi, uterus juga mengeluarkarn cairan sekret yang disebut
lochia. Lochia yang dihasilkan terbagi menjad beberapa macam, yakni :

i. Lochia rubra, yang terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, dan berwarna merah
kehitaman. Warna ni disebabkan oleh adanya sisa-sisa selaput ketuba, sel
desidua, dll.

ii. Lochia sanguinolenta, yang terjadi 3-7 hari setelah melahirkan, dan berwarna
merah kekuningan karena berisi darah dan lendir.

iii. Lochia serosa, yang terjadi 7-14 hari setelah melahirkan, dan berwarna
kekuningan.

iv. Lochia alba, yang terjadi setelah dua minggu, dan berwarna putih.
Jika lochia yang muncul tidak sesuai jadwal diatas, atau lochia yang keluar
mengandung pus (nanah), ataupun nyeri yang berlebihan, maka dapat dicurigai adanya
gangguan pada uterus ataupun pada jalan keluarnya.

2. Serviks

Sesaat setelah melahirkan, serviks menjadi berbentuk corong dan dapat dilalui
oleh 2-3 jari. Namun, 18 jam setelah melahirkan, serviks akan kembali memendek,
konsistensinya kembali padat, dan menjadi seperti semula. Muara serviks eksternya
tidak akan kembali seperti semula, melainkan berbentuk memanjang seperti mulut
ikan.

3. Vagina dan perineum

Vagina yang semula teregang akan kembali seperti semula, dimana ruggae akan
kembali terlihat sekita minggu ke-4. sedangkan mukosa vagina akan tetap atrofi
akibat kadar estrogen yang menurun karena pengaruh menyusui.

4. Ligamentum

Ligamentum yang teregang akibat kehamilan dan persalinan akan kembali


seperti semula. Namun, tidak jarang uterus berubah posisi menjadi retrofleksi akibat
ligamentum rotundum yang tidak kembali sperti semula. Proses perbaikan ini dapat
dibantu dengan senam nifas.

 Sistem kemih

Pada sebagian wanita, dilatasi traktur urinarius menetap selama 3 bulan. Selain
itu, selama beberapa hari, ditemukan proteinuria ringan akibat pemecahan otot-otot
pada uterus.

 Sistem pencernaan

Kehamilan dan persalinan menyebabkan berkurangnya motilitas usus, sehingga


ibu merasa kurang nafsu makan, BAB tertunda, atau dehidrasi. Namun, biasanya ibu
merasa lapar setelah persalinan.

 Sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal kembali melakukan adaptasi akibat perubahan pusat


berat, yang sebelumnya akibat pembesaran rahim. Stabilitas sendi akan kembali
pada minggu 6-8 setelah melahirkan, kecuali kaki ibu tidak mengalami perubahan.
 Sistem endokrin.

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon human


placental lactogen, estrogen, progesteron, dan kortisol, sehingga kadar gula dalam
darah ibu menurun secara bermakna. Untuk ibu yang tidak menyusui, kadar
estrogen akan segera meningkat pada minggu ke-2.

 Sistem hematologi

72 jam setelah melahiirkan, sebagian besar volume plasma darah hilang,


utamanya saat persalinan. Karena penurunan volume plasma lebih besar daripada
penurunan SDM, maka terjadi peningkatan hematokrit pada hari ke 3-7 pasca
kelahiran. Selain itu, terjadi peningkatan konsentrasi faktor koagulasi dalam
pembuluh darah selama kehamilan dan juga persalinan.

 Perubahan ttv

Selama 24 jam pertama terjadi peningkatan suhu tubu akibat proses persalinan, yang
normalnya akan kembali turun setelah 24 jam. Selain itu, denyut nadi tetap tinggi selama
satu jam pertama setelah lahir, yang kemudian turun, hingga menjadi normal pada
minggu ke-8 sampai 10 setelah melahirkan.

 Sistem kardiovaskular

Setelah melahirkan, terjadi peningkatan aliran balik vena, sehingga terjadi


peningkatan curah jantung akibat aliran darah yang biasanya melalui plasenta, tiba-tiba
kembali ke sirkulasi umum.

 Perawatan ibu pada masa nifas.

Asuhan nifas ibu dilakukan minimal empat kali, yakni : 6-8 jam setelah persalinan,
6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan.
Saat asuhan nifas ibu, dilakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan obstetri pasca
persalinan. Setelah itu, petugas memberikan edukasi kepada ibu tentang :

 Kebersihan diri, seperti membersihkan vulva, mengganti pembalut secara rutin,


mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyentuh daerah kelamin,
dan menjaga luka bekas episiotomi.
 Aktifitas diri, seperti istirahat yang cukup, dan aktifitas sehari-hari mulai
dilakukan secara bertahap.

 Latihan, seperti latihan otot perut dan panggul.

 Gizi, seperti konsumsi kalorii tambahan, gizi seimbang, dan tambahan asupan
zat besi.

 Menyusui dan merawat payudara, seperti teknik menyusui yang benar.

 Senggama, lebih bergantung pada kesepakatan antara sang suami dan istrinya.

 Konntrasepsi dan KB.

8. Upaya promotif dan preventif untuk mencegah komplikasi saat kehamilan,


persalinan, dan nifas.

a) Hipertensi (preeklampsia) selama kehamilan.

Pencegahan preeklampsia dapat dilakukan dengan cara :

 Manipulasi diet, diet rendah garam, suplementasi kalsium, suplementasi


minyak ikan (masih dalam penelitian).

 Obat anti hipertensi.

 Antioksidan

 Agen antitrombotik
b) Berat badan lahir kurang (BBLR).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah BBLR adalah :

 Penggunaan progesteron, untuk menjaga ketenangan uterus, sehingga


menghalangi inisiasi persalinan dini.

 Peningkatan pelayanan asuhan antenatal, untuk mengurangi risiko gangguan


terhadap ibu dan janin.

“MAAF KALAU GAK LENGKAP YA KAWAN”

Anda mungkin juga menyukai