Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan,
petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita semua, atas telah diselesaikannya Buku Modul
Keterampilan Klinis Blok Muskuloskeletal Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.
Keterampilan klinis adalah salah satu kompetensi yang perlu dilatih sejak awal hingga akhir
pendidikan dokter secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan dokter
harus menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun melakukan penatalaksanaan
masalah kesehatan.Buku Modul ini berisi penjabaran keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh
mahasiswa Kedokteran khususnya sistem Muskuloskeletal yang mengacu pada Standar
Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Dengan disusunnya buku
Modul ini diharapkan mahasiswa memiliki bekal keterampilan klinis dalam menyelesaikan Blok
Muskuloskeletal khususnya keterampilan dengan tingkat kemampuan 4.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang telah
bekerja keras dalam penyusunan Buku Modul Blok Muskuloskeletalini. Kami menyadari
bahwa Buku Modul ini masih jauh dari sempurna, karena itu akan selalu disempurnakan secara
berkala berdasarkan masukan dari berbagai pihak maupun dari bukti-bukti empiris.Semoga
buku modul ini bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan Kedokteran dan
pencapaian pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan merata.
Terima Kasih.
Kontributor................................................................................................................. 2
Kata Pengantar .......................................................................................................... 3
Daftar Isi ..................................................................................................................... 4
Daftar Kompetensi .................................................................................................... 5
Pemeriksaan fisik orthopedi ...................................................................................... 8
Keterampilan klinis jahit luka ................................................................................... 44
Pemasangan Bidai/Splint ........................................................................................... 63
Transportasi pasien .................................................................................................... 71
Integrated Patient Management................................................................................... 74
DAFTAR KOMPETENSI
Modul Skill Lab | Blok 4.3 | FKIK UNJA | Page 4
Berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) 2012, ada beberapa level
kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang dokter.
Pada blok Muskuloskeletal ini, berikut adalah daftar standar kompetensi terkait.
3. RENCANA PEMBELAJARAN
Keterampilan pemeriksaan orthopedi akan dilaksanakan selama dua sesi terbimbing diruang
skills lab, masing masing sesi dilaksanakan 150 menit (3 x 50 menit) dengan jumlah mahasiswa
10 orang perkelompok.
Prasesi (Workplan )
Daftar pertanyaan yang diberikan pada mahasiswa ( minimal 5 pertanyaan )
1. Point apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan orthopedi umum?
2. Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan regional bahu?
3. Bagaimana cara mengukur discrepancy?
4. Pemeriksaan untuk menilai stabilitas postural?
5. Sebutkan macam-macam cara berjalan (gait)
Sesi pertama :
Pada sesi pertama akan dilakulan penjelasan oleh instruktur( introduction), diskusi work plan
dan latihan mandiri dengan bimbingan instruktur
Sesi kedua :
Pada sesi kedua akan dilaksanakan evaluasi dengan cara masing-masing mahasiswa akan
diberikan skenario klinis dan mahasiswa diharapkan mampu melakukan keterampilan
pemeriksaan fisik dengan benar sesuai dengan dengan checklist yang sudah diajarkan pada sesi
4. TINJAUAN TEORI
1. Status generalis
Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-peralatan :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Geniometer
a. Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada inspeksi
secara umum diperhatikan raut muka penderita apakah kesakitan; bentuk tubuh penderita
apakah normal, athletik, pendek, bongkok, miring ;dan cara berjalan, cara duduk serta cara
tidur
Cara berjalan (gait)
Gait perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan. Cara berjalan sekurang-
kurangnya 20 langkah. Apabila penderita mengalami nyeri pada panggul atau panggul tidak
stabil, biasanya penderita menggunakan tongkat pada sisi yang sebaliknya.
Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:
1. Cara berjalan antalgik, yaitu cara berjalan dengan berupaya mengurangi berat untuk
mengurangi nyeri
2. Cara berjalan kaki pendek
3. Cara berjalan Trendelenburg
Inspeksi pada anggota gerak dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan
pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan lemak, fasia,
kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi.
b. Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat
diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme otot,
Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang
ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Modul Skill Lab | Blok 4.3 | FKIK UNJA | Page 12
d. Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan pergerakan sendi
yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan
bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang
mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan
tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi
batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan untuk gerakan
abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi, yaitu : abduksi, adduksi,
ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi,
plantar fleksi, inversi dan eversi.
d. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang dilakukan dan biasanya dilakukan
bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau mendengar bising fistula arteriovenosa.
Kekuatan
Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-rotasi skapula
Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi glenohumeral) yaitu pergerakan
abduksi 180°, adduksi 75°, fleksi 180°, ekstensi 60°, rotasi lateral 80°, rotasi medial 80°.
Sendi akromioklavikular
Pemeriksaaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas.
Pemeriksaan klinik rutin gangguan lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari
Pemeriksaan local lengan bawah,pergelangan tangan dan jari-jari
Inspeksi : kontur tulang Palpasi : suhu kulit
Kontur jaringan lunak kontur tulang
Warna dan tekstur kulit kontur jaringan lunak
Sirkulasi : denyut arteri, warna dan rasa hangat, pengisian kembali kapiler, sensibilitas kulit.
Pemeriksaan bagian yang kemungkinan dapat merupakan faktor ekstrinsik gangguan
pada lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari. Pemeriksaan ini penting untuk
menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada pemeriksaan lokal. Pemeriksaan ini meliputi :
pemeriksaan leher dan toraks
pemeriksaan lengan atas secara tersendiri
pemeroksaan siku secara tersendiri
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum pada bagian-bagian tubuh lainnya. Gejala pada tangan mungkin hanya
merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit lain.
5. Pemeriksaan Lutut
Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot kuadrisep. Otot kuadrisep
yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut walupun terdapat keregangan dari ligamen.
Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut
1. Pemeriksaan lokal pada lutut
Inspeksi Palpasi
Kontur tulang suhu kulit
Kontur jaringan lunak Kontur tulang
Warna dan tekstur kulit Kontur jaringan lunak
Adanya jaringan parut atau sinus Nyeri lokal
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut yang normal)
Fleksi Nyeri bila digerakkan
Ekstensi Krepitasi bila digerakkan
Kekuatan (membandingkan dengan tahanan dari pemeriksa)
Fleksi Uji rotasi Mc Murray
Ekstensi Cara berjalan (gait)
Stabilitas
Ligamentum medial Ligamentum lateral
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan sisi yang normal)
Pergelangan kaki Sendi midtarsal
- Plantar fleksi - Inversi-adduksi
- Ekstensi (dorsofeksi) - Eversi-abduksi
Sendi subtalar Jari kaki
- Inversi-adduksi - Fleksi
- Eversi-abduksi - Ekstensi
Kekuatan
Setiap otot harus diuji dan dibandingkan dengan sisi yang sebelah.
Stabilitas
Integritas ligamen khususnya ligamentum lateral dari pergelangan kaki
2. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan anggota tubuh lainnya untuk menentukan apakah gejala yang terjadi merupakan
manifestasi dari suatu penyakit sistemik tubuh.
5 SKENARIO KLINIS
Tn. Mahmud 60 tahun datang ke poli Bedah dengan keluhan nyeri di pangkal paha
kanannya setelah jatuh terpeleset 2 jam lalu dikamar mandi, nyeri bertambah bila digerakkan.
Tn. Mahmud masih bisa berjalan tetapi dengan sedikit pincang. Dari pemeriksaan fisik
orthopedi didapatkan nyeri tekandi regio femoralis dextra, tidak ada deformitas dan range of
movement terbatas.
6. REFERENSI
1. Apley, Graham,,Solomon Louis. Buku AjarOrthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi
ke 7.1995. Jakarta : Widya Medika
2. Buckup. Clinical Test for Musculosceletal System. 2008.Thieme
NILAI
NILAI
NILAI
NILAI
NILAI
NILAI
NILAI
assessment of menisci
No. KRITERIA SKOR
0 1 2 3
1 Pemeriksa menjalin sambung rasa dengan memberi salam,
memperkenalkan diri, menerangkan secara singkat
pemeriksaan yang akan dilakukan dan menyebutkan tujuan
pemeriksaan..
2 Pemeriksa meminta pasien untuk berbaring
terlentang/duduk dan rileks
3 Melakukan inspeksi pada lutut dan membandingkan
keduanya.
Menilai ada tidaknya perubahan warna, sikatriks, atrofi otot,
deformitas/bentuk asimetris, efusi,
pembengkakan/massa/benjolan, fistula.
NILAI
NILAI
NILAI
3. RENCANA PEMBELAJARAN
Keterampilan jahit luka ini akan dilaksanakan selama dua sesi terbimbing diruang skills lab,
masing masing sesi dilaksanakan 150 menit (3 x 50 menit) dengan jumlah mahasiswa 10 orang
perkelompok.
Sesi pertama :
1. Mahasiswa akan diperkenalkan dengan instrument bedah minor yang akan dipergunakan
pada keterampilan klinis jahit luka
2. Instruktur akan menjelaskan dan mendemonstrasikan prosedur kerja keterampilan jahit
luka sesuai dengan checklist di depan kelas
3. Mahasiswa akan melakukan diskusi dengan instruktur mengenai keterampilan jahit luka
yang belum dimengerti oleh mahasiswa
4. Masing-masing mahasiswa akan mencoba melakukan keterampilan jahit luka dan
instruktur akan memberikan feedback
5. Mahasiswa akan diberikan tugas rumah untuk melakukan teknik jahitan sederhana pada
sponge atau busa yang telah disediakan dan akan dievaluasi oleh instruktur pada pertemuan
selanjutnya
Modul Skill Lab | Blok 4.3 | FKIK UNJA | Page 44
Sesi kedua :
Pada sesi kedua akan dilaksanakan evaluasi dengan cara masing-masing mahasiswa akan
diberikan skenario klinis dan mahasiswa diharapkan mampu melakukan keterampilan jahit
luka dengan benar sesuai dengan dengan checklist yang sudah diajarkan pada sesi pertama
dengan alokasi waktu 10 - 13 menit tiap mahasiswa dan diakhir sesi instruktur memberikan
feedback
4. TINJAUAN TEORI
2. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur
membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari lainnya.
Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat tidak disadari
dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting.
Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong sehingga
kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang
gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya,
yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
a. Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk bidang
jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan
ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting
ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis
batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati
batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b. Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan berujung
tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini juga
digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan dan
sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya
memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat akhir
karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan
dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan handlenya
sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena hal ini akan
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled yang
memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung
bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah. Jangan
menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak mendukung dalam
memegang needle.
2. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable biasanya
digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang digunakan
pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu dan
harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis. Benang
tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black silk). Umumnya
luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-absorbable. Namun, jahitan
subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan luka
yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak benang sintetis
alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala yang berbatas
merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih memuaskan.
3. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis atraumatik
yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi benang. Benang
akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan (trauma). Pada needle
model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat menimbulkan trauma.
Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian
memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar
Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
Indikasi:
Alat medis habis pakai,
Permukaan meja/ permukaan lain yang tercemar/tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien
Linen bekas pakai yang tercemar darah/atau cairan tubuh pasien
3. Prosedur dekontaminasi linen bekas pakai yang tercemar darah/atau cairan tubuh pasien
Cuci tangan
Pakai sarung tangan dan alat pelindung diri (apron, masker,kaca mata) kalau perlu
Segera rendam alat tenun yang terkontaminasi setelah dipakai dalam larutan klorin 0.5
% selama 10-15 menit ( desinfektan). Alat tenun yang terkontaminasi harus terendam semua
Peras alat tenun dan masukkan dalam kantong alat tenun kotor
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Untuk tindakan penjahitan luka alat yang dibutuhkan hanya needle holder satu buah , jarum
jahit berujung bulat tiga buah, pinset anatomi/bedah satu buah, comb steril dua buah, gunting
benang dan doek steril satu buah.
5. SKENARIO KLINIS
Afika umur 7 tahun dibawa orang tuanya ke poli bedah RS Randen Mattaher Jambi
setelah terjatuh dari pohon. Terdapat memar dan luka lecet di lengan kanan dan luka
robek di punggung kaki kanan afika. Pemeriksaan tanda vital pasien alert, kompos
mentis kooperatif serta airway, breathing dan circulation clear. TD : 120/80, nadi 120
x/menit, nafas 22 x/menit, suhu : 37,3 C. Pada pemeriksaan ekstremitas terdapat memar
dan luka lecet di regio cubiti dextra ukuran 5 x 5 cm dan terdapat luka robek di pedis
dorsum dextra ukuran 7 x 5 cm. Anda sebagai dokter umum di poli Bedah.
Instruksi untuk mahasiswa :
Lakukan tindakan penjahitan luka secara lege artis pada pasien ini
6. REFERENSI
1. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88
2. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264
3. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Pembedahan, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 265-288
4. Karnadihardja Warko. Ed: Penyulit pascabedah, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong,
ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 293-303
RENCANA PEMBELAJARAN
Keterampilan pemasangan splinting akan dilaksanakan selama satu sesi terbimbing diruang
skills lab, yang dilaksanakan 150 menit (3 x 50 menit) dengan jumlah mahasiswa 10 orang
perkelompok.
Sesi pertama :
Pada sesi pertama akan dilakulan penjelasan oleh instruktur, diskusi dan latihan mandiri dengan
bimbingan instruktur
Fraktur
Definisi fraktur adalah terputusnya kontinuitas korteks tulang yang menimbulkan gerakan yang
abnormal disertai krepitasi dan nyeri. Fraktur terbagi atas 2 bentuk fraktur terbuka dan fraktur
tertutup yang keduanya biasanya disertai berbagai bentuk kerusakan jaringan lunak.
Immobilisasi Fraktur
Tujuan immobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi se-
anatomis mungkin.dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. Hal ini dapat
dilakukan pemasangan traksi untuk meluruskan ekstremitas dan dipertahankan dengan alat
immobilisasi. Pemakain bidai secara benar akan membantu menghentikan pendarahan,
mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Jika terdapat fraktur
tulang terbuka tidak perlu dikawatirkan kemungkinan mengenai tulang yang keluar masuk
kedalam luka karena semua fragment tulang akan didebridement di kamar operasi.
Tujuan pembidaian:
Prinsip Pembidaian :
1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya.
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh
tindakan pembidaian :
1. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen
fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama
selama proses pembidaian.
Prosedur
1. Lakukan primary survey ABCD dan tangani keadaan yang mengancam terlebih dahulu
bila tidak ada lanjut secondary survey yaitu identifikasi adanya fraktur
2. Menjelaskan secara singkat dan jelaskan kepada penderita tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan dan meminta informed consent
SKENARIO KLINIS
Budi 35 tahun diantar ke UGD oleh keluarga setelah kecelakaan lalu lintas 30 menit lalu.
Gaston mengeluh tungkai kirinya nyeri hebat dan sulit digerakkan. Dari penilaian awal
ABCD clear. Pada pemeriksaan cruris sinistrasi terdapat deformitas dan bengkak.
Tidak terdapat luka terbuka.
Lakukan pemeriksaan fisik dan pemasangan bidai pada pasien ini
REFERENSI
ATLS for Doctors
Buku Ajar Bedah Wim De Jong
0 1 2 3
D. TRANSPORTASI PASIEN
B. Pemindahan Biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.
Teknik angkat langsung dengan tiga penolong:
1. ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita, jika memungkinkan beradalah
pada sisi yang paling sedikit cedera.
2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang satu
disisipkan dibawah punggung penderita.
3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita.
4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita.
5. penderita siap diangkat dengan satu perintah.
6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan.
7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain.
8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat.