KARANTIA KAPAL
Oleh :
NIM : 2016.06.2.0068
FAKULTAS HUKUM
SURABAYA
2017
KARANTINA KAPAL
A. DEFINISI
Karantina adalah kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari
sumber penyakit atau dari orang yang terkena penyakit atau bagasi, kontainer, alat
angkut, komoditi yang mempunyai resiko menimbulkan penyakit pada manusia
Karantina kesehatan adalah tindakan karantina dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit serta faktor resiko gangguan kesehatan dari dan atau
keluar negeri serta dari suatu area ke area lain dari dalam negeri melalui pelabuhan
bandara dan lintas batas darat
B. SEJARAH KARANTINA
Karantina berasal dan kata QUADRAGINTA (latin) yang artinya : 40.
Dulu semua penderita diisolasi selama 40 hari. Pada tahun 1348 lebih dari 60 juta
orang penduduk dunia meninggal karena penyakit Pes (Black Death). Pada tahun
1348 Pelabuhan Venesia sebagai salah satu pelabuhan yang terbesar di Eropa
melakukan upaya KARANTINA dengan cara menolak masuknya kapal yang
datang dari daerah terjangkit Pes serta terhadap kapal yang dicurigai terjangkit
penyakit Pes (Plague). Pada tahun 1377 di Roguasa dibuat suatu peraturan bahwa
penumpang dari daerah terjangkit penyakit pes harus tinggal di suatu tempat di luar
pelabuhan dan tinggal di sana selama 2 bulan supaya bebas dari penyakit. Itulah
sejarah tindakan karantina dalam bentuk isolasi yang pertama kali dilakukan
terhadap manusia.
Pada tahun 1383 di Marseille, Perancis, ditetapkan Undang-Undang
Karantina yang pertama dan didirikan Station Karantina yang pertama. Akan tetapi,
peran dari tikus dan pinjal belum diketahui dalam penularan penyakit Pes.
Kemudian pada kurun waktu 1830 1847, wabah Kolera melanda Eropa. Atas
inisiatif ahli kesehatan, terlaksana diplomasi penyakit infeksi secara intensif dan
kerjasama multilateral kesehatan masyarakat sehingga terselenggara International
Sanitary Conference di Paris tahun 1851 yang menghasilkan International Sanitary
Regulations (ISR 1851). Tahun 1951 World Health Organization (WHO)
mengadopsi regulasi yang dihasilkan oleh International Sanitary Conference.
Tahun 1969 WHO mengubah ISR yang dihasilkan oleh International Sanitary
Conference menjadi INTERNATIONAL HEALTH REGULATIONS dan dikenal
sebagai IHR 1969.
Tujuan IHR adalah untuk menjamin keamanan maksimum terhadap
penyebaran penyakit infeksi dengan melakukan tindakan yang sekecil mungkin
mempengaruhi lalu lintas dunia. Sehubungan dengan perkembangan situasi dan
kondisi serta adanya revisi ISR antara lain Third Annotated Edition 1966 of the ISR
1951, WHO juga melakukan revisi seperlunya terhadap IHR 1969, antara lain:
1. Pada tahun 1973 WHO melakukan revisi terhadap IHR 1969 dan dikenal
sebagai Additional Regulation 1973.
2. Pada tahun 1981 WHO melakukan Revisi terhadap IHR 1969 dan dikenal
sebagai Additional Regulation 1981.
3. Pada tahun 1983 WHO melakukan revisi terhadap IHR 1969 dan dikenal
sebagai Third Annotated Edition 1983. Sejak ini penyakit karantina yang
dulunya 6 (enam) penyakit berubah menjadi 3 (tiga) penyakit yaitu : Pes
(Plague), Demam Kuning (Yellow Fever) serta Kolera (Cholera). Sedangkan
Undang-Undang Karantina Udara dan Undang-Undang Karantina Laut hingga
saat ini tetap memberlakukan 6 (enam) penyakit yaitu :
a. Pes (Plague) (ICD-9: 020,ICD-10:A 20)
b. Kolera (ICD - 9 : 001,ICD - 10:A 00)
c. Demam Kuning (Yellow Fever) (ICD-9:O6O,ICD-10:A 95)
d. Cacar (Smallpox) (ICD-9:050,ICD-10:B03)
e. Typhus Bercak Wabahi - Thypus Exanthematicus Infectiosa (Louse Borne
Typhus)
f. Demam Bolak-Balik (Louse Borne Relapsing Fever)
Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan International Health
Regulations sebagai revisi IHR 1969 dan dikenal sebagai International Health
Regulations (IHR) 2005. Revisi yang keempat ini diilhami oleh kejadian Pandemi
SARS dan Bioterorisme pada tahun 2003.
1. 1 s/d 12 November 2004 : Intergovernmental Working Group-1, Kertas Kerja
Proposal World Health Organization merevisi IHR 1969.
2. 24 Januari 2005 : Intergovermental Working Group-2 on The Revision of IHR:
a. Menghasilkan IHR 2005 dengan mengusung issue : Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC, dalam Bahasa Indonesia
artinya Kedaruratan Kesehatan yg Meresahkan Dunia).
PHEIC adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang :
dapat merupakan ancaman kesehatan bagi negara lain, dan
kemungkinan membutuhkan koordinasi internasional dalam
penanggulangannya.
b. Terhitung mulai 15 Juni 2007 bagi semua negara anggota WHO, harus
sudah menerapkan IHR 2005 kecuali mereka yang menolak atau
mengajukan keberatan.
c. Penolakan atau keberatan harus diajukan selambat-lambatnya 18 bulan dari
saat diterima oleh WHA ke 58 (Mei 2005)
Periode DKPL (Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut) dan DKPU (Dinas Kesehatan
Pelabuhan Udara)
Pada 1970, terbit SK Menkes No.1025/DD /Menkes, tentang pembentukan
Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) sebanyak 60 DKPL & Dinas Kesehatan
Pelabuhan Udara (DKPU) sebanyak 12 DKPU. Baik DKPL maupun DKPU non
eselon. Kegiatan DKPL dan DKPU baik teknis maupun administratif meski satu
kota, terpisah.
D. SASARAN KARANTINA
1. Penumpang
2. Barang
3. Alat angkut
4. Kontaoiner
3. Kegiatan identifikasi
3.1. Identifikasi alat angkut
Alat angkut/kapal yang singgah/berlabuh dalam waktu pendek ata panjang
perluh di curigai adanya faktor resiko munculnya penyakit menular potensial
wabah, seperti SARS, flu burung, influenza A (AI). Pengawasan kapal di lakukan
sesaat setelah kapal bersandar di pelabuhan dengan memperhatikan hal-hal
tersebut dibawah ini antara lain :
Pelabuhan singgah terakhir, dengan tujuan untuk memastikan wabah/ KLB
penyakit menular di wilayah tersebut (affected area)
Asal kapal, dengan tujuan untuk menentukan riwayat penjalanan yang
pernah dilakukan
Media lingkungan (air, tanah, udara, biota) dengan segala komponen dan
sifatnya merupakan faktor resiko yang harus di kendalikan. Adapun kegiatan
identifikasi di lingkungan yang perluh di perhatikan adalah:
G. ISYARAT KARANTINA
Isyarat karantina biasa di sebut isyarat Q merupakan prosedur
internasional untuk untuk menyatakan bahwa sebuah kapal masih belum di izinkan
masuk kepelabuhan dan menjadi pengawasan kantor kesehatan pelabuhan.
Umumnya dinyatakan dalam bentuk pengibaran bendera kuning di kapal. Bederah
yang harus di ketahui :
Bendera Q (kuning) : siang hari
Dua lampu putih yang satu ditempatkan di atas yang lain, dengan jarak dua
meter yang tampak dari jarak dua mil : malam hari
Bendera coklat kuning : tanda kapal terinfeksi
Bendera segitiga biru kuning : tanda kapal suspek terinfeksi
Bendera segitiga putih hitam : tanda ada penumpang yang meninggal
Bendera biru, putih, merah : tanda di butuhkan seorang dokter
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, 1989, Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan,
Jakarta.