Anda di halaman 1dari 61

SEJARAH KARANTINA DAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

dr.Risnandar Nasution, Sp.KP


Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang
Ministry of Health
1
Sejarah Karantina Kesehatan

• Karantina berasal dari kata “Quadraginta” artinya “40” dulu


semua penderita diisolasi selama 40 hr.
• Pd tahun 1348 : 60 jt org penduduk dunia meninggal krn penyakit
“Pes” (Black Death)
• Pelabuhan Venesia (1348) melakukan upaya karantina dgn cara
menolak masuknya kapal dari daerah terjangkit Pes & thd kapal yg
dicurigai terjangkit Pes.
• Pd tahun 1377 (di Roguasa) dibuat suatu peraturan bhw
penumpang dr daerah terjangkit Pes hrs tinggal disuatu tempat
diluar pelabuhan selama 2 bulan (Bentuk isolasi pertama pd manusia)
2
• Pd tahun 1383 di Marseille (Prancis) ditetapkan UU Karantina yg
pertama & didirikan stasion karantina yg pertama. (Akan tetapi
peran dari tikus & pinjal belum diketahui dalam penularan
penyakit waktu itu)
• Kurun waktu 1830-1847 wabah Kolera melanda Eropa. Atas
inisiatif para ahli kesehatan terlaksana diplomasi penyakit infeksi
scr intensif & Kerjasama Multilateral Kesehatan Masyarakat
menghasilkan “International Sanitary Conference” Paris 1851
yang dikenal sbg ISR 1851
• Tahun 1951 WHO mengadopsi regulasi yang dihasilkan oleh
International Sanitary Conference.
3
• Tahun 1969 WHO mengubah International Sanitary Regulation (ISR)
menjadi International Health Regulation (IHR) dan dikenal sbg IHR
1969
• Sehubungan perkembangan situasi & kondisi WHO beberapa kali
merevisi seperlunya thd IHR 1969 antara lain :
– Tahun 1973 : “ Additional Regulation 1973”
– Tahun 1981 : “ Additional Regulation 1981”
– Tahun 1983 : “ IHR 1969 third annotated edition 1983 “ (Sejak
saat ini peny.karantina yg dulunya enam berobah mjd tiga :
penyakit Pes (Plague), Demam kuning (Yellow fever) dan Kolera.
– Tahun 2004 : WHO merevisi lagi IHR 1969
– Tahun 2005 : menghasilkan dokumen yg dikenal saat ini sbg IHR
2005
4
• IHR 2005 mengusung issue “ Public Health Emergency of
International Concern “ (PHEIC) / Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang meresahkan dunia
• Terhitung 15 Juni 2007 bagi semua negara anggota WHO
harus sdh menerapkan IHR 2005
• Penolakan atau keberatan harus diajukan selambat2nya 18
bulan dari saat diterima oleh WHA (Mei 2005)

5
KKP SEBAGAI PORT HEALTH AUTHORITY DI PELABUHAN / BANDAR UDARA
1. Periode Haven Arts (Dokter Pelabuhan)
• Tahun 1911 : Pes masuk melalui Pelabuhan Tj.Perak
• Tahun 1916 : Pes masuk melalui Pelabuhan Semarang
• Tahun 1923 : Pes masuk melalui Pelabuhan Cirebon
 Regulasi yg diberlakukan adalah “Quarantine Ordonanti”
(Staatsblad No.277 tahun 1911)
 Penanganan kesehatan di pelabuhan dilaksanakan oleh “Haven
Arts” di bawah “Haven Master” (Syahbandar)
 Haven Arts hanya ada 2 waktu itu, yaitu : di Pulau Rubiah (sabang)
& Pulau Onrust (di Teluk Jakarta)
6
2. Periode Pelabuhan Karantina
• Sekitar tahun 1949/1950 Pemerintah RI membentuk 5
pelabuhan karantina yaitu :
 Pelabuhan Karantina Kelas I : Tj. Priok dan Sabang
 Pelabuhan Karantina Kelas II : Surabaya dan semarang
 Pelabuhan Karantina Kelas III : Cilacap
 PERAN RESMI PEMERINTAH RI DALAM KESEHATAN
PELABUHAN DIMULAI PADA MASA PERIODE INI.

7
• Tahun 1959 : Pemerintah mengeluarkan PP No.53 tahun 1959
tentang penyakit Karantina.
• Perkembangan selanjutnya lahirlah UU No.1 tahun 1962
tentang karantina Laut dan UU No.2 tahun 1962 tentang
Karantina Udara

8
3. Periode DKPL dan DKPU
• Tahun 1970 terbit SK Menkes No.1025 tentang pembentukan
Dinas Kesehatan Pelabuhan Laut (DKPL) berjumlah 60 DKPL
dan Dinas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU) berjumlah 12
DKPU.
• Kegiatan DKPL dan DKPU baik secara teknis maupun
admisnistratif meski satu kota, terpisah.

9
4. Periode Kantor Kesehatan Pelabuhan
• SK Menkes No.147/Menkes/IV/1978 DKPL dan DKPU dilebur
mjd KKP dan pembinaan teknisnya dibawah Kanwil Depkes
• Berdasarkan SK Menkes tsb KKP tdd :
a) 10 KKP Kelas A
b) 34 KKP Kelas B
• Kemudian terbit SK Menkes No.630/Menkes/SK/XII/85,
jumlah KKP menjadi 46.
a) 10 KKP Kelas A
b) 36 KKP Kelas B (ditambah Dilli & Bengkulu)
10
5. Periode KKP sebagai UPT Ditjen PP&PL Depkes RI
• Peraturan Pemerintah ttg pembagian kewenangan pusat & daerah
mengamanatkan bhw Kekarantinaan sbg Kewenangan Pemerintah Pusat
• Tahun 2004 terbit SK Menkes No.265/Menkes/SK/III/2004 ttg
Organisasi & Tata kerja KKP yang baru, shg KKP digolongkan mjd :
a) KKP Kelas I (eselon II B ) : 2 KKP
b) KKP Kelas II (eselon III A) : 14 KKP
c) KKP Kelas III (eselon III B) : 29 KKP
• Tahun 2007 SK Menkes No.265 di revisi melalui Permenkes
No.167/Menkes/PER/II/2007 sehingga bertambah 3 KKP baru yaitu :
KKP Kelas III Gorontalo, Ternate dan Sabang

11
• Pd tahun 2008 keluar Permenkes 356/Menkes/PER/IV/2008
mengganti Permenkes 265 tahun 2004 yg dicabut. Atas Permenkes
yang baru ini KKP tdd :
a) 7 (tujuh) KKP Kelas I
b) 21 (dua puluh satu ) KKP Kelas II
c) 20 (dua puluh ) KKP Kelas III
• Kmd Permenkes 356 direvisi lagi melalui Permenkes 2348/ Menkes/
PER/XI/2011 sehingga jlh KKP mjd 49 yg tdd :
a) 7 (tujuh) KKP Kelas I
b) 21 (dua puluh satu) KKP Kelas II
c) 20 (dua puluh) KKP Kelas III
d) 1 (Satu) KKP Kelas IV
12
13
DASAR HUKUM TERKAIT DENGAN KEKARANTINAAN
1. Udang-Undang No.1 tahun 1962 tentang Karantina Laut
2. Undang-Undang No.2 tahun 1962 tentang Karantina Udara
3. Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
4. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
6. UU No.1Tahun 2009 Tentang Penerbangan
7. Permenkes 612 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Karantina
kesehatan Pada PHEIC
8. Permenkes No. 2348 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Permenkes No.356 Tahun
2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
9. International Health Regulation tahun 2005

14
PEMBAHASAN DASAR HUKUM TERKAIT KEKARANTINAAN

• UU No. 1 th 1962 ttg Karantina Laut & UU No. 2 th 1962 ttg Karantina
Udara (beserta Permenkes turunannya)  yg memiliki tugas & fungsi
melaksanakan kekarantinaan kesehatan dalam upaya cegah tangkal
penyakit di pintu masuk negara adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP).
• IHR 2005  Setiap negara harus memliki Competent Authority di pintu
masuk negara (pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat
negara) yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan kekarantinaan
kesehatan dalam upaya cegah tangkal kedaruratan kesehatan
masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC). Sehubungan dgn hal tsb yg dimaksud dg
Competent Authority adalah KKP. 15
• UU No. 17 th 2008 ttg Pelayaran & UU No. 1 th 2009 ttg
Penerbangan  keg pemerintahan di pintu masuk, yaitu
Kekarantinaan, Imigrasi, Bea Cukai, & Kesyahbandaran.

16
Undang-Undang Karantina Laut & Karantina Udara
• Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 1 tahun1962 tentang
Karantina Laut dan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 2 tahun 1962 tentang
Karantina Udara, Penyakit Karantina ada 6 Jenis Penyakit.
• Penyakit Karantina tsb adalah :
1. Pes (Plague);
2. Kolera (Cholera)
3. Demam kuning (Yellow Fever )
4. Cacar (smallpox)
5. Tifus bercak wabahi - Typhus exanthematicus infectiosa (Louse
borne typhus)
6. Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever)
17
Suatu pelabuhan/wilayah dinyatakan terjangkit penyakit
karantina apabila pd pelabuhan atau wilayah itu terdapat
(Pasal 4 UU No.1 dan UU No.2 tahun 1962 )
• Seorang penderita penyakit karantina yg bkn berasal dari luar
pelabuhan/ wilayah itu
• Tikus berpenyakit pes
• Binatang yang bertulang punggung dan mengandung virus
demam kuning yang aktif
• Wabah demam kuning

18
Usaha Karantina
• Yang disebut usaha karantina ialah tindakan-tindakan untuk
mencegah penjalaran sesuatu penyakit yang dibawa oleh
seorang yang baru masuk wilayah Indonesia dengan alat-alat
pengangkutan Darat, Laut dan Udara.
(Penjelasan UU No. 2 1962)
• Tindakan terhadap penyakit karantina dilakukan oleh dokter
pelabuhan.
• Baik Instansi pemerintah maupun swasta memberi bantuannya
jika diminta dokter pelabuhan utk melaksanakan tindakan tsb.

19
International Health Regulations (IHR-2005 )

 IHR (International Health Regulations) 2005 :


• Peraturan international yang secara resmi mengikat seluruh
negara anggota WHO ; harus diadopsi dan dijabarkan oleh
setiap negara
• Mengatur KKM (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat), bukan
hanya penyakit menular, tetapi juga NUBIKA dan bioterorisme
• Mengatur pintu masuk negara (Udara, laut dan perbatasan
darat negara) serta wilayah.

20
INTERNATIONAL HEALTH REGULATION (IHR-2005)

 Prinsip dasar IHR 2005


• Kemampuan deteksi dini dan respon terhadap berbagai
ancaman kesehatan, khususnya yang berpotensi menyebar
lintas negara.
• Dilaksanakan berdasarkan Sistem Surveilans Nasional yang
sudah ada.
• Kemampuan melakukan penanggulangan pada sumbernya.
• Dikomunikasikan kepada WHO melalui IHR National Focal
Point.

21
TUJUAN IHR 2005
Melaksanakan Manajemen : PUBLIC HEALTH EMERGENCIES OF
INTERNATIONAL CONCERN (PHEIC)
• Dengan Mencegah, Melindungi, Mengawasi dan memberikan respons
terhadap kejadian yang menyebabkan penyebaran penyakit secara
internasional yang mengancam keselamatan kesehatan masyarakat
internasional serta mengganggu lalu lintas internasional (orang, barang
dan alat angkut)
• Mencegah, melindungi dan menanggulangi penyebaran penyakit antar
negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu
• Penyakit : yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali serta penyakit
tidak menular (contoh: bahan radio-nuklear dan bahan kimia)
22
PHEIC : Public Health Emergency of International Concern
(Kedaruratan Kesehatan Yang Meresahkan Dunia)

 Kejadian luar biasa yang :


• Dapat menjadi ancaman kesehatan bagi negara lain
(ditentukan oleh WHO setelah melalui proses konsultasi)
• Kemungkinan membutuhkan koordinasi internasional dalam
penanggulangannya.

23
Beberapa Penyakit yg dpt menimbulkan PHEIC

• Pes • Polio
• Yellow fever • Japanese Encepalitis
• Cacar (Smallpox) • Anthrax
• Kolera • Meningitis Meningokokus
• Ebola • Hanta Virus
• SARS • zika
• Avian Influenza • Mers Cov
• Nipah Virus • dll.
24
KAPASITAS INTI IHR (2005)

 NationalCore Capacities
merupakan kapasitas inti yang harus dimiliki suatu negara
dalam mengimplementasikan IHR (2005) di berbagai tingkatan
wilayahnya.

 Point of Entry Core Capacities


merupakan kapasitas inti yang harus dimiliki setiap pelabuhan
yang ditunjuk (Designated Port).

25
CORE CAPACITIES IHR (2005)

 KAPASITAS INTI SECARA NASIONAL & DIPINTU MASUK


(DETECT, PREVENT & RESPON)
A. Kemampuan utama dibidang surveilans & Respon
• Pada tingkat masyarakat atau Puskesmas
• Pada tingkat Kabupaten / Propinsi
• Pada tingkat Nasional
B. Kapasitas Inti di Pintu masuk (Bandara, Pelabuhan & Perlintasan Darat
• Setiap Saat
• Pada saat merespon kejadian PHEIC

26
CORE CAPACITIES DI BIDANG SURVEILANS & RESPONS

 Kemampuan utama untuk surveilans dan respon yg hrs dipenuhi :


1. Setiap negara hrs menggunakan sistem yg telah ada untuk mencapai
kemampuan utama yg disyaratkan yg mencakup:
- surveilans, pelaporan, pemberitahuan, verifikasi, respon dan kerjasama
- Semua aktivitas dibandara, pelabuhan laut & pelintasan darat yg telah
ditetapkan
2. Setiap negara hrs menilai, dalam waktu dua tahun sejak berlakunya IHR,
kemampuan sistim kesehatannya dlm memenuhi persyaratan minimal.
3. Setiap negara dan WHO hrs mendukung assessment, perencanaan dan
pelaksanaan butir 1 dan 2

27
CORE CAPACITIES DI BIDANG SURVEILANS & RESPONS

 Kapasitas yang harus dimiliki masyarakat atau Puskesmas :


a. Mendeteksi kejadian KLB di wilayahnya masing-masing
b. Melaporkan segera semua informasi penting ke instansi yg terkait.
Masyarakat melaporkan ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan
terdekat. Puskesmas melapor ke Dinas Kesehatan. Informasi tentang gejala
klinis, hasil lab., sumber dan jenis risiko, jumlah kasus dan kematian, situasi yg
mempegaruhi penyebaran penyakit dan tindakan penyehatan yg telah di
lakukan
c. Segera melaksanakan tindakan penanggulangan awal.

28
CORE CAPACITIES DI BIDANG SURVEILANS & RESPONS
 Tingkat propinsi/kabupaten/kota, kemampuan untuk:
a. Memverifikasi KLB yang dilaporkan & bila perlu melakukan tindakan tambahan
b. Jika dianggap urgen, melapor ke Pusat
 Tingkat nasional, kemampuan untuk:
a. Menilai seluruh KLB 48 jam
b. Melapor segera ke WHO melalui focal point nasional bila setelah verifikasi ternyata
kejadian tsb adalah PHEIC
c. Segera menentukan tindakan penanggulangan untuk mencegah penularan secara nasional
dan internasional
d. Mengirimkan Tim Gerak Cepat, pem.Laboratorium & bantuan logistik.
e. Membantu penyelidikan epidemiologis
f. Meminta bantuan pejabat berwenang dlm melakukan tindakan penanggulangan
g. Menyediakan alat komunikasi yg efisien utk berhubungan dgn RS, Klinik, bandara,
pelabuahan, perlintasan darat, laboratorium & unit penting lainnya
h. Membuat & mengoperasikan rencana tanggap darurat kesehatan
i. Siaga 24 jam
29
CORE CAPACITIES BAGI BANDARA,
PELABUHAN & PERLINTASAN DARAT

1. Setiap Saat
a) Menyediakan pelayanan kes. yg memadai, termasuk fasilitas
diagnostik yg memungkinkan assessment segera thd pelaku
perjalanan yg sakit
b) Menyediakan sarana transportasi utk merujuk pelaku perjalanan yg
sakit ke fasilitas kesehatan yg lbh memadai
c) Menyediakan petugas terlatih utk pemeriksaan alat angkut.
d) Menyediakan air yg aman utk diminum, fasilitas katering, toilet,
pembuangan limbah yg memadai
e) Menyediakan petugas terlatih untuk pemberantasan vektor didalam
dan di sekitar pintu masuk
30
CORE CAPACITIES BAGI BANDARA,
PELABUHAN & PERLINTASAN DARAT
2. Untuk merespon kejadaian yg menimbulkan PHEIC
a) Melaksanakan tanggap darurat kesehatan sesuai rencana kontigensi
b) Melakukan diganosis & perawatan bagi pelaku perjalanan atau hewan yg
terjangkit
c) Menyediakan ruangan yg memadai & terpisah dari pelaku perjalanan yg lain,
utk wawancara yg terjangkit atau tersangka
d) Menyediakan sarana diagnosis & bila perlu karantina thd pelaku perjalanan yg
diduga terjangkit
e) Menerapkan tindakan hapus serangga, hapus tikus, hapus hama, dekontaminasi
atau penanganan bagasi, kargo, peti kemas, alat angkut, barang & paket pos
dilokasi khusus.
f) Menerapkan pengawasan masuk & keluarnya pelaku perjalanan
g) Menyediakan kendaraan khusus & staf terlatih dgn APD yg memadai 31
KETERKAITAN TUPOKSI KKP DAN IHR 2005

KKP mempunyai tugas melaksanakan


pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, Melaksanakan Manajemen :
penyakit potensial wabah, surveilance PUBLIC HEALTH EMERGENCIES OF
epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian INTERNATIONAL CONCERN
dampak kesehatan lingkungan, pelayanan Dengan Mencegah, Melindungi, Mengawasi
kesehatan, pengawasan OMKABA serta dan memberikan respons terhadap kejadian
pengamanan terhadap penyakit baru dan yang menyebabkan penyebaran penyakit
penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, secara internasional yang mengancam
unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi keselamatan kesehatan masyarakat
di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan internasional serta mengganggu lalu lintas
lintas batas darat negara. internasional (orang, barang dan alat angkut)

Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta


Persyaratan Kapasitas inti sepanjang waktu(routine)

(a) Penilaian dan


perawatan (b) Pengangkutan
penumpang penumpang sakit

(e) vector control


Programme dengan staff
yang terlatih
(d) Program pemeriksaan untuk (c) Staff yang terlatih
memastikan lingkungan yang aman untuk alat angkut
untuk penumpang yang
memanfaatkan fasilitas: air,
makanan, limbah, tempat cuci &
daerah berisiko lainnya

Capacity Strengthening at Points of Entry 33


Kapasitas yang disyaratkan untuk menanggapi potential PHEIC (emergency)

34
KEBIJAKAN OPERASIONAL

• Integrasi kegiatan dalam Kerangka Regulasi dan Kebijakan


Nasional.
• Pendekatan lintas sektoral baik di pusat maupun di daerah.
• Pengembangan kapasitas inti secara bertahap.
• Komitmen, tanggung jawab dan upaya bersama dalam mencegah
penyebaran penyakit.
• Upaya cegah tangkal dalam rangka perlindungan Indonesia dan
dunia dari risiko PHEIC.
• Penguatan pelaksanaan fungsi surveilans, laboratorium dan rujukan
secara berjenjang
• Penguatan pencegahan, deteksi dan respon di pintu masuk negara.
35
TAHAPAN IMPLEMENTASI IHR-2005

36
PERSYARATAN KAPASITAS INTI IHR SECARA NASIONAL

37
RUANG LINGKUP DAN PENANGGUNG JAWAB IHR

 IHR bukan hanya tanggung jawab Otoritas Kesehatan di Pintu


Masuk Negara (Pelabuhan, Bandara, Pos Lintas Batas Darat) saja,
tetapi porsi yang paling besar menjadi tanggung jawab Otoritas
Kesehatan di Wilayah.
 Implementasi IHR di wilayah adalah tanggung jawab Pemerintah
Indonesia dimulai dari Pelayanan Primer sampai Tersier.
 Implementasi IHR di pintu masuk negara adalah tanggung jawab
KKP beserta segenap instansi di pintu masuk negara.

38
PERMASALAHAN

 Belum Tersedianya Ruang Karantina yang Cukup untuk


Menampung apabila terjadi Keadaan Darurat

 Belum Tersedianya Alat Pendeteksi Dini (Rapid Test Laboratory)

 Belum Ditentukannya secara Legal Pembiayaan bersangkutan


dengan Kekarantinaan

39
PENCAPAIAN

• Indonesia telah Implementasi Penuh IHR (2005).


• Pencapaian ini merupakan kerja bersama sejak IHR (2005) diberlakukan
(2007)
• Indonesia dan Thailand di kawasan SEARO yang menyatakan implementasi
penuh IHR (2005) pada tahun 2014
• Setiap tahun dilakukan penilaian oleh WHO melalui mekanisme menilai
sendiri (self assessment)

40
PENCAPAIAN

• Pelaksanaan Pemeriksaan Penumpang Yang Datang Dari Wilayah yang


dinyatakan sebagai Wilayah Tertular (Melalui Thermalscanner)
• Pemeriksaan Terhadap Kedatangan TNI/POLRI Yang Datang Dari Negara
Terjangkit Dalam Rangka Melaksanakan Tugas Negara
• Melaksanakan Advokasi & Sosialisasi Apabila Terjadi Satu Keadaan
Darurat (KLB, PHEIC) Kepada Stake Holder di Wilayah Pelabuhan,
Bandara, dan Lintas Batas (PLBD)
• Melaksanakan Simulasi kejadian PHEIC Sesuai Rencana Kontijensi Dari
Penyakit-penyakit Yang Sedang Merebak.

41
Tugas dan Tanggung Jawab
dalam Sistem Kekarantinaan
Kesehatan Nasional

42
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH BERSAMA PIHAK TERKAIT :

 Bertanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dari


penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat
melalui penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.
 Bertanggung jawab menyelenggarakan Kekarantinaan
Kesehatan secara terpadu.
 Bertanggung jawab terhadap ketersediaan sumber daya yang
diperlukan dalam penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan.

43
PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN KEKARANTINAAN KESEHATAN DILUAR PINTU
DI PINTU MASUK NEGARA MASUK NEGARA/ DI DAERAH

 Penyelenggaraan Upaya Deteksi Dini dan  Penyelenggaraan Upaya Deteksi Dini dan
Respon Cepat melalui : Respon Cepat melalui Pelaksanaan SKD-KLB
 Pengawasan dan Pemeriksaan Alat pada setiap Fasyankes di Daerah dan
Angkut, Orang dan barang ketersediaan Dokumen Rencana Kontigensi
 Pelaksanaan tindakan karantina seperti kejadian berpotensi KKM
Penyehatan Alat Angkut, Perlindungan  Penguatan Kapasitas SDM dan Sarana
bagi Pelaku perjalanan, dan masyarakat Prasarana dalam antisipasi kejadian KKM
di pintu masuk negara melalui tindakan :
 Penyelenggaraan peningkatan kapasitas  Karantina Rumah  Berdasarkan
melalui : Pertimbangan Epidemiologis
 Ketersediaan Dokumen Rencana Kontigensi  Karantina Wilayah  Berdasarkan
Pencegahan dan Pengendalian kejadian Pertimbangan Laboratorium
berpotensi KKM-MD
 Karantina Rumah Sakit
 Ketersediaan Sarana-Prasarana, SDM
dengan jumlah dan kompetensi yg  Pembatasan Sosial Skala Besar 
memadai Penutupan Sekolah, Pasar dll 44
IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN
DI PELABUHAN, BANDAR UDARA
DAN POS LINTAS BATAS DARAT NEGARA

45
PEMBERIAN IJIN / PERSETUJUAN
KARANTINA KESEHATAN

Ijin / Persetujuan Karantina Kesehatan adalah ijin untuk suatu


alat angkut dan muatannya untuk dapat melanjutkan proses
memasuki wilayah suatu negara karena telah dinyatakan bebas
dari penyakit dan faktor risiko. Baik setelah melalui proses
tindakan kekarantinaan bila sebelumnya dinyatakan terjangkit
atau tanpa melalui proses tindakan kekarantinaan telah memenuhi
syarat

46
PENCEGAHAN KELUAR MASUKNYA PENYAKIT & MASALAH KESEHATAN LAINNYA DI
PINTU MASUK NEGARA
(Maximum protection, Minimum restriction)

47
Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan
Di Pintu Masuk Pelabuhan Laut

48
SETIAP KEDATANGAN KAPAL DARI LUAR NEGERI BAIK YANG TERJANGKIT
MAUPUN TIDAK TERJANGKIT & KAPAL YANG DATANG DARI DALAM NEGERI
DARI DAERAH TERJANGKIT PENYAKIT KARANTINA / PHEIC
HARUS MEMASANG ISARAT KARANTINA
• ISARAT KARANTINA PADA SIANG HARI MEMASANG BENDERA
• ISARAT LAMPU PADA MALAM HARI.

49
ISYARAT BENDERA PADA SIANG HARI

50
Isyarat Malam Hari : Lampu Merah diatas Lampu putih
dengan jarak maksimum 1,8 meter
(Pasal 22 UU No.1 tahun 1962 tentang Karantina Laut)

JARAK MAKSIMUM 1,8 METER

SAYA BELUM DAPAT IJIN KARANTINA


51
PEMBERIAN IJIN / PERSETUJUAN KARANTINA KESEHATAN

 Berdasarkan UU No 1 tahun 1962, Tentang Karantina Laut Pasal 20.


(1) Tiap kapal yang datang dari luar negeri berada dalam karantina.
(2) Tiap kapal yang datang dari suatu pelabuhan dan /atau daerah
wilayah Indonesia yang ditetapkan terjangkit suatu penyakit karantina
berada dalam karantina.
(3) Tiap kapal yang mengambil penumpang dan/atau muatan dari kapal
yang disebut dalam ayat (1) dan (2) berada dalam karantina.
(4) Kapal yang disebut pada ayat (1), (2) dan (3) baru bebas dari
karantina, bila telah mendapat surat izin karantina.

52
Proses Pemeriksaan Kapal
1. Pemeriksaan Dokumen Kesehatan Kapal
2. Pemeriksaan Faktor risiko/sanitasi kapal, dan
3. Pemeriksaan kesehatan awak kapal, penumpang
serta obat – obatan/P3K kapal.
Pemeriksaan dokumen kesehatan kapal a.l :
a. Maritime Declaration of Health (UU No.1 Tahun 1962
Ps 15 dan IHR 2005 Ps 37 Annex 8)
b. SSCEC/SSCC (UU No.1 Tahun 1962 Ps 17 dan IHR 2005
Ps 39 Annex 3)
c. ICV/Profilaksis (UU No.1 Tahun 1962 Ps 16 dan IHR
2005 Ps 36 Annex 6)
d. Buku Kesehatan Kapal (UU No.1 Tahun 1962 Ps 19)
e. Crew List (UU No.1 Tahun 1962 Ps 27)
53
f. Passenger List (UU No.1 Tahun 1962 Ps 27)
KEKARANTINAAN KESEHATAN PINTU DI BANDAR UDARA

Berdasarkan UU no 2 tahun 1962, Tentang Karantina Udara, Pasal 15.


(1) Pesawat udara yang datang dari luar negeri berada dalam karantina.
(2) Pesawat udara yang datang dari suatu pelabuhan di Indonesia yang
terjangkit berada dalam karantina.
(3) Dalam hal-hal yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), nakhoda
dilarang menurunkan atau menaikkan orang, barang, hewan, tanaman dan
lain-lain benda sebelum mendapat izin karantina.
(4) Pesawat udara yang disebut pada ayat (1) dan ayat (2) baru bebas
dari karantina bila telah mendapat izin lepas atau izin terbatas dari
dokter pelabuhan

54
PELAKSANAAN KEGIATAN KEKARANTINAAN DI PELABUHAN UDARA

55
Ijin karantina (Certificate of Pratique)
Untuk pesawat udara:

• Health Part of Aircraft General of Declaration (GENDEC)


• Knockdown Desinsection Buku Kesehatan Pesawat
• Port Health Quarantine Clearance (dari pelabuhan terakhir)
• Sertifikat kesehatan crew pesawat

56
VAKSINASI INTERNASIONAL
Pengguna
Jasa
1.Vaksinasi internasional diberikan untuk
perlindungan kepada pelaku perjalanan
Pemohon
internasional
Pendaftaran
2.KKP melaksanakan fungsi vaksinasi
Pemeriksaan Kesehatan
Legalisasi Internasional: Yellow Fever dan
Test kehamilan
Meningitis Meningokokus
Tidak Kontra
Kontra Indikasi 3.Termasuk menerbitkan sertifikat
Indikasi
Tidak
Pemberian Vaksin Sesuai Dosis vaksinasi internasional/International
Divaksinasi
Pengisian Buku ICV Certificate Vaccination (ICV)
Diberi Surat Buku ICV Ditandatagani/
Keterangan Cap Jempol Oleh Pemohon

Penandatanganan ICV Kepala/Dokter KKP

Pemberian Cap Stempel Identitas KKP

Serah Terima Buku ICV dan Pembayaran

57
Pencatatan dan Pelaporan
Pelaksanaan Tindakan Kekarantinaan di Pintu Masuk & Alat Angkut

Terdiri dari :
 Disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau deratisasi
terhadap alat angkut dan barang;
 Penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terhadap media
lingkungan.
 Karantina, isolasi, pemberian vaksinasi/ profilaksis, rujukan,
disinfeksi, dan/atau dekontaminasi terhadap orang sesuai
indikasi;
 Pembatasan Sosial Berskala Besar;
58
Capaian Program Kekarantinaan Kesehatan
Di Pintu Masuk Negara Tahun 2017
KESEHATAN HAJI-UMROH
• Embarkasi :13, Antara: 5
RENKON KKM PINTU MASUK • Jumlah Kloter :107
NEGARA : 87 • Jumlah Jamaah Haji : 203.488
• Jumlah Jamaah Umroh :
1500/Hari

Alat Angkut yang diawasi : Penumpang yang diawasi:


• Pesawat : 1.050.818 • Pesawat : 110.223.081
• Kapal : 1.116.101 • Kapal : 46.679.093

Jumlah Dokumen
Kekarantinaan Kesehatan : Pengawasan PLBDN
• PHQC : 508.794 • Orang : 1.300 /hr
• COP 59.958 • Kendaraan : 120 /hr
59
KESIMPULAN
• Pelaksanaan kekarantinaan kesehatan selama ini sudah
berjalan cukup baik namun masih membutuhkan berbagai
upaya penguatan agar dapat memberikan perlindungan bagi
masyarakat, bangsa dan negara dari ancaman penyakit
berpotensi wabah dan masalah kesehatan lainnya di pintu
masuk negara

60
61

Anda mungkin juga menyukai