BLOK 3.5 – 16 C
SKENARIO 5: BALADA SEORANG TRAVELLER
Ani adalah seorang mahasiswi yang suka sekali dengan traveling. Dia
selalu menyiapkan segala sesuatunya untuk bisa ke luar negeri baik dari segi
materi maupun kesehatan. Namun malang ketika traveling ke Eropa, dia ditahan
dan diinterograsi oleh petugas bandara sebelum check dokumen di bagian
imigrasi. Hal ini karena suhu tubuh Ani terdeteksi tinggi. Untuk itu Ani
dikarantina dan dilarang masuk ke negara tersebut .
Ani langsung dibawa ke klinik bandara untuk dideteksi apa
penyakitnya. Ani heran kenapa saat ini dia dikarantina padahal sebelum ini dia
pernah masuk suatu negara dalam keadaan agak demam, tetapi hanya
diinterograsi saja tentang negara yang sudah dikunjunginya selama satu bulan
terakhir.
Petugas bandara menerangkan Ani dikarantina karena demam dan
memiliki riwayat berkunjung ke China yang sedang terjangkit avian influenza,
sehingga ditakutkan nanti penyakit ini tertular ke wilayah Eropa. Ani baru ingat
dengan perkuliahan yang diterimanya, bahwa ada beberapa penyakit yang
berpotensi wabah dan pandemi. Tim Kesehatan Pelabuhan bertugas untuk
mencegah penularan penyakit sebagai salah satu kegiatan dari PHEIC.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Ani serta kegiatan PHEIC ?
STEP 1. TERMINOLOGI
Karantina : Tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit/ organisme
pengganggu dari luar negri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negri, atau keluarnya dari dalam wilayah NKRI
Ani harus dikarantina karena suhu tubuh nya yang tinggi dan
sesuai dengan gejala PHEIC yang mana didukung dengan
keterangn Ani yang punya riwayat berkunjung ke negara Cina
yang sedang terjangkit influenza
Menurut WHO
CCHF
Ebola
Laza Fever
SARS + MERS
dll
Apa tindakan tim pelabuhan untuk mencegah
penyebaran penyakit ?
Program preventif yang dilakukan yakni dari 3
aspek ; Individu, angkutan, Barang
Pencegahannya dibagi dalam tindakan ring I dan
ring II
Ring I
Di terminal kedatangan berupa pem. Termal scanner, seleksi
helath alert card dan pem. Kesehatan tampak
Ring II
Pemeriksaan lanjut dan juga pemeriksaan dokumen serta
identitas pelancong
Apa saja penyakit karantina?
Berdasarkan UU RI No.1 dan No.2 Tahun 1962
PES
Kolera
Demam Kuning
Cacar
Tifus Bercak Wabahi
Demam Balik Balik
Berdasarkan Kemenkes
Dimasukkan tambahan penyakit yakni New Emerging dan
Reemerging Disease
Bagaimana pola penyebaran Avian Influenza
sehingga menjadi hal yang ditakuti?
Dilihat juga dari faktor musim ditakutkan migrasi
dari unggas juga bisa menunjang penyebaran
penyakit avian influenza dismping penularannya
melalui kontak manusia di sesama daerah dan
migrasi manusia
STEP 4. SKEMA
STEP 5. LEARNING OBJECTIVES
Peraturan Perundang-Undangan dan sejarah
karantina
Surveilans dan penanggulangan wabah
Travel medicine dan kesehatan pelabuhan
Penyakit karantina
LEARNING OBJECTIVE 1
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN SEJARAH
KESEHATAN KARANTINA
Sejarah Karantina Kesehatan
Karantina berasal dari kata “Quadraginta” artinya “40” dulu
semua penderita diisolasi selama 40 hr.
Pd tahun 1348 : 60 jt org penduduk dunia meninggal krn
penyakit “Pes”
Pelabuhan Venesia (1348) melakukan upaya karantina dgn
cara menolak masuknya kapal dari daerah terjangkit Pes &
thd kapal yg dicurigai terjangkit Pes.
Pd tahun 1377 (di Roguasa) dibuat suatu peraturan bhw
penumpang dr daerah terjangkit Pes hrs tinggal disuatu
tempat diluar pelabuhan selama 2 bulan (Bentuk isolasi
pertama pd manusia)
17
Pd tahun 1383 di Marseille (Prancis) ditetapkan UU Karantina
yg pertama & didirikan stasion karantina yg pertama. (Akan
tetapi peran dari tikus & pinjal belum diketahui dalam
penularan penyakit waktu itu)
18
Tahun 1969 WHO mengubah International Sanitary Regulation
(ISR) menjadi International Health Regulation (IHR) dan dikenal
sbg IHR 1969
19
• IHR 2005 mengusung issue “ Public Health
Emergency of International Concern “ (PHEIC) /
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan
dunia
• Terhitung 15 Juni 2007 bagi semua negara anggota
WHO harus sdh menerapkan IHR 2005
• Penolakan atau keberatan harus diajukan
selambat2nya 18 bulan dari saat diterima oleh WHA
(Mei 2005)
20
Dasar Hukum
UU no. 23 tahun 1992: Mencegah penyakit menular dengan usaha
karantina
UU no. 1 tahun 1962: Karantina laut
UU no. 2 tahun 1962: Karantina udara
UU no. 4 tahun 1984: Wabah Penyakit menular
Permenkes RI no. 425/Menkes/SK/IV/2007: Pedoman penyelenggaraan
karantina kesehatan di KKP
BAB I Pasal 1 (UU Karantina Udara dan Laut)
a. Penyakit karantina ialah:
(1) Pes (Plague);
(2) Kolera (Cholera);
(3) Demam kuning (Yellow fever);
(4) Cacar (small pox);
(5) Tifus bercak wabahi-Typhus exanthematicus infectiosa (Louse
borne typhus);
(6) Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever);
b. Masa tunas penyakit karantina ialah untuk:
(1) Pes: 6 hari;
(2) Kolera: 5hari;
(3) Demam kuning: 6 hari;
(4) Cacar: 14 hari;
(5) Tifus bercak wabahi: 14 hari;
(6) Demam balik-balik: 8 hari.
Permenkes RI no. 425 tahun 2007
LEARNING OBJECTIVE 2
SURVEILANS
PENGERTIAN
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan yang
terus menerus, teratur dan sistematis dalam
pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data penyakit untuk menghasilkan
informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan
dan digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan tindakan penanggulangan yang
cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat.
TUJUAN
Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang
dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar
penanggulangan yang cepat dan tepat, untuk
menyusun perencanaan yang sesuai dengan
permasalahannya.
Mendapatkan gambaran distribusi penyakit menurut
orang, tempat dan waktu.
Mendapatkan trend penyakit dari waktu ke waktu.
Melakukan pengamatan dini (SKD) dalam rangka
mencegah KLB , dan melakukan penanggulangan KLB
secara dini.
SASARAN
• Data tersangka penderita, populasi dan wilayah
yang terkena resiko (sumber dan wilayah
penularan)
• Waktu atau periode penularan
KEBIJAKSANAAN
Pengumpulan, pengolahan, interpretasi data
dilakukan pada semua tingkat administratif
Meningkatkan kemitraan dalam jaringan informasi
malaria diantara sektor-sektor terkait
Upaya pemberantasan yang tepat dan cepat yang
berpedoman pada “evidence base” (fakta)
KEGIATAN SURVEILANS
• Surveilans periode Peringatan Dini (sebelum
Kejadian Luar Biasa).
• Periode Kejadian Luar Biasa.
• Pasca Kejadian Luar Biasa.
Sistem Kewaspadaan Dini
Sistem Kewaspadaan Dini adalah suatu kegiatan
untuk memantau secara teratur perkembangan
penyakit di suatu wilayah dan mengambil
tindakan pendahuluan untuk mencegah
timbulnya KLB
SISTEM KEWASPADAAN DINI
• Tatanan pengamatan
• yang mendukung sikap tanggap terhadap adanya
suatu perubahan dalam masyarakat atau
penyimpangan persyaratan,
• yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya
kesakitan/kematian atau pencemaran makanan /
lingkungan,
• sehingga dapat dilakukan tindakan cepat dan
tepat
• untuk mengurangi jatuh korban
TUJUAN SKD
Deteksi Dini
Tindakan Cepat
Tindakan Efektif
Upaya pencegahan KLB
KEGIATAN SKD-KLB
Analisis
Peringatan dini
Kesiapsiagaan
Respon cepat
JENIS KEGIATAN
• Pengamatan Terus Menerus :
- Kasus penyakit.
- Kematian
Pengamatan secara periodik :
- Vektor secara longitudinal/spot.
- Perilaku masyarakat (migrasi, pola pekerjaan).
Pengamatan sewaktu :
Curah hujan.
Analisis hasil pengamatan.
PENGAMATAN TERUS MENERUS
Data kesakitan yang dikumpulkan :
• Kasus mingguan
• Kasus bulanan pada tahun berjalan
• Kasus bulanan pada tahun yang lalu
• Kasus bulanan 3 -5 tahun sebelumnya
Analisis
• Laporan Mingguan Wabah (W2) merupakan
bagian dari sistem Kewaspadaan Dini KLB yang
dilaksanakan oleh unit kesehatan
terdepan(Puskesmas).
• Sumber adalah data rawat jalan dan rawat inap
dari puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, posyandu, masyarakat dan
Rumah Sakit pemerintah maupun Swasta
Sistem Kewaspadaan Dini dengan Pola
Maksimum-Minimum
Jumlah kasus dibawah
garis median (pola
maksimum-minimum),
dinyatakan aman.
Bila jumlah kasus P OLA M I N I M U M M A K S I M U M K A S U S M A LA R I A P U S K ES M A S X
TA H U N 19 9 9 - 2 0 0 4
40
20
dinyatakan waspada.
0
J P M A M J J A S O N D
M e di a n M i n i ma l M a k s i ma l 2004
Wisatawan dengan kondisi medis yang sudah ada dan kebutuhan khusus
Yang termasuk didalamnya :
Bayi atau balita , wanita hamil, manula, disabilitas, immunocopromised dan adanya kondisi
medis lain (penyakit jantung, paru, epilepsi, diabetes, dll).
Wisatawan dengan penyakit kronik tersebut harus membawa obat-obatan yang dibutuhkan
selama perjalanan.
Asuransi
◄
Kegiatan pokok pelayanan kesehatan
haji
Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
Pelayanan medis
Imunisasi
Surveilans
Kesiapsiagaan Penanggulangan KLB dan Musibah
Masal
Kesehatan Lingkungan
Pelayanan Medis dalam
Penyelenggaraan Haji
Tujuan Pemeriksaan
Di Tanah Air
Puskesmas
Rumah Sakit Kabupaten / Kota
Embarkasi / Debarkasi Haji
Di Pesawat
Di Arab Saudi
Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter
Aspiran
Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
Tujuan Pemeriksaan
Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko
calon jemaah haji.
Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko
calon jemaah haji secara benar dan lengkap dalam
Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon
jemaah haji untuk memudahkan tindak lanjut dalam
pengobatan dan perawatan di perjalanan, embarkasi
haji, selama di Arab Saudi dan 14 hari sekembalinya
dari Arab Saudi.
Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah
haji (istihito’ah) yang diberangkatkan
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH
HAJI
Adalah Kemampuan Jemaah Haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang
terukur dengan pemeriksaan yang dapat
dipertanggung jawabkan sehingga jemaah haji
dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan
agama islam. (Permenkes No.15 tahun 2016)
JEMAAH HAJI YANG TIDAK MEMENUHI
SYARAT ISTITHAAH KESEHATAN
Kondisi klinis yang mengancam nyawa
PPOK St 4, Gagal Jantung St 4, CKD St 4, AIDS St 4,
dsb.
ETIOLOGI
Vibrio cholera.
CARA PENULARAN
Melalui minuman dan makanan yang terkontaminasi
oleh tinja atau muntahan orang yang terinfeksi baik
secara langsung maupun tidak langsung.
MASA INKUBASI
Beberapa jam sampai 5 hari, umumnya 2-3 hari.
MASA MENULAR
Beberapa hari setelah sembuh.
Pada penderita carrier, Vibrio cholera di dalam
feses dapat menetap sampai beberapa bulan.
MANIFESTASI KLINIS
onset tiba-tiba, diawali dengan mual dan muntah
diare berat, cair terus menerus seperti air cucian
beras,
tanpa sakit perut,
komplikasi : dehidrasi, syok, gagal ginjal akut.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962
TENTANG KARANTINA LAUT
Pasal 9
(3) Kapal yang tidak termasuk ayat (1) dan (2) ditetapkan sehat
setelah diperiksa, walaupun kapal itu datang atau dalam kapal itu
terdapat orang yang datang dari suatu pelabuhan yang terjangkit
kolera.
Pasal 34.
Tindakan terhadap kapal terjangkit atau tersangka kolera adalah sebagai berikut :
a. pemeriksaan kesehatan awak kapal dan penumpang;
b. penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
c. penderita dengan tanda-tanda klinis kholera diperlakukan sebagai penderita
kholera;
d. pengandung hama diturunkan, diisolasikan, dirawat dan baru dibebaskan sesudah
hasil pemeriksaan bakteriologis selama tiga hari berturut-turut terdapat negatip;
e. penumpang dan awak kapal yang mempunyai surat keterangan vaksinasi kolera
yang berlaku, diawasi selama lima hari sejak kapal tiba dipelabuhan;
f. penumpang dan awak kapal yang tidak mempunyai keterangan vaksinasi kolera
yang berlaku, diisolasikan;
g. barang-barang seseorang yang terjangkit atau tersangka atau barang lain yang
disangka mengandung hama, dihapushamakan;
h. air dan tempatnya dalam kapal yang dianggap mengandung hama, dihapus-
hamakan. Tindakan ini juga dilakukan terhadap makanan dan minuman terbuka,
sayur-sayuran, ikan-ikan (kering), buah-buahan dan lain-lain yang dimakan mentah
dan tidak disimpan dalam tempat tertutup rapat;
i. tinja, air kemih, muntah, air kotor dan segala sesuatu yang dianggap mengandung
hama tidak boleh dibuang atau dikeluarkan sebelum dihapus-hamakan;
j. pembongkaran dilakukan dibawah pengawasan dinas kesehatan pelabuhan yang
melakukan segala sesuatu untuk mencegah kemungkinan penularan;
k. orang-orang yang telah melakukan pembongkaran tersebut, diawasi selama lima
hari.
Pasal 35.
(1) Orang yang datang dari daerah terjangkit kolera harus memiliki surat
keterangan vaksinasi kolera yang berlaku yang ditetapkan untuk perjalanan
antar negara.
(2) Tindakan terhadap orang yang datang dari daerah terjangkit kolera
adalah antara lain sebagai berikut :
a. jika ia memiliki surat keterangan vaksinasi kolera yang masih berlaku ia
diawasi selama lima hari terhitung dari hari tanggal berangkatnya kapal dari
daerah terjangkit kolera;
b. jika ia tidak memiliki surat keterangan vaksinasi kolera, ia dapat
diisolasikan selama waktu tersebut dalam huruf a.
Pasal 36.
(1) Bahan makanan dimuat dari daerah terjangkit kolera, yang dapat
dimakan mentah dan tidak disimpan dalam tempat tertutup rapat, oleh
dokter pelabuhan dapat dilarang diturunkan atau dapat diturunkan untuk
dimusnahkan.
(2) Jika bahan makanan atau minuman termaksud pada ayat (1) merupakan
sebagian dari pada muatan yang harus diturunkan maka penurunan itu
dilakukan dibawah pengawasan dinas kesehatan pelabuhan.
Tindakan International
.
PES
Penyebab :
Bakteri Yersinia pestis
Gejala Klinis :
- Gejala Umum : Demam
- Gejala Khusus :
pembesaran kelenjar getah bening paling sering di daerah
selangkang/inguinal, paling jarang terjadi di daerah ketiak.
pes paru (batuk berdahak bercak darah, sesak nafas, lemah, gagal nafas,
efusi pleura)
Cara Penularan :
Gigitan kutu tikus (Xenopsylla Chepsis), gigitan atau cakaran kucing
Gigitan kutu manusia
Pengawasan Penderita, Kontak dan
Lingk sekitar
Laporkan kpd institusi kesehatan setempat.
Isolasi:
bersihkan penderita, pakaian dan barang2 dari kutu dengan insektisida
kutu
Rujuk ke RS
Lakukan kewaspadaan standar terhadap sekret penderita dan
kemungkinan penyebaran lewat udara sampai 48 jam setelah terapi
efektif selesai
Disinfeksi serentak :
Dilakukan thdp dahak dan alat-alat tercemar
Karantina:
kemoprofilaksis dan pengawasan ketat selama 7 hari terhadap orang
yang serumah dan kontak langsung dengan pes paru
Investigasi Kontak:
semua orang yang kontak langsung dengan penderita pes paru