Anda di halaman 1dari 101

PLENO MODUL 5

BLOK 3.5 – 16 C
SKENARIO 5: BALADA SEORANG TRAVELLER

Ani adalah seorang mahasiswi yang suka sekali dengan traveling. Dia
selalu menyiapkan segala sesuatunya untuk bisa ke luar negeri baik dari segi
materi maupun kesehatan. Namun malang ketika traveling ke Eropa, dia ditahan
dan diinterograsi oleh petugas bandara sebelum check dokumen di bagian
imigrasi. Hal ini karena suhu tubuh Ani terdeteksi tinggi. Untuk itu Ani
dikarantina dan dilarang masuk ke negara tersebut .
Ani langsung dibawa ke klinik bandara untuk dideteksi apa
penyakitnya. Ani heran kenapa saat ini dia dikarantina padahal sebelum ini dia
pernah masuk suatu negara dalam keadaan agak demam, tetapi hanya
diinterograsi saja tentang negara yang sudah dikunjunginya selama satu bulan
terakhir.
Petugas bandara menerangkan Ani dikarantina karena demam dan
memiliki riwayat berkunjung ke China yang sedang terjangkit avian influenza,
sehingga ditakutkan nanti penyakit ini tertular ke wilayah Eropa. Ani baru ingat
dengan perkuliahan yang diterimanya, bahwa ada beberapa penyakit yang
berpotensi wabah dan pandemi. Tim Kesehatan Pelabuhan bertugas untuk
mencegah penularan penyakit sebagai salah satu kegiatan dari PHEIC.

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Ani serta kegiatan PHEIC ?
STEP 1. TERMINOLOGI
 Karantina : Tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit/ organisme
pengganggu dari luar negri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negri, atau keluarnya dari dalam wilayah NKRI

 PHEIC : Public Health Emergency of International Concern,


merupakan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia (jika dapat
menjadi ancaman bagi negara lain dan membutuhkan koordinasi
internasional untuk pennaggulangannya)

 Wabah : kejadian terjangkitnya penyakit menular pada


masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
biasanya/jumlah yang dperkirakan

 Pandemi : Epidemi penyakit menular yang menyebar melalui


populasi manusia dikawasan yang luas
STEP 2. RUMUSAN MASALAH
 Mengapa suhu tubuh Ani dapat terdeteksi tinggi dan mengapa
harus dikarantina dan dilarang untuk masuk kenegara tujuan?
 Bagaimana cara mendeteksi penyakit Ani sebagai penyakit
travelling?
 Apa hal yang harus dipersipakan untuk travelling dan mengapa?
 Apa saja dokumen yang harus diperiksa dalam karantina?
 Apa saja penyakit menular yang menimbulkan wabah dan
pandemi?
 Apa tindakan tim pelabuhan untuk mencegah penyebaran
penyakit ?
 Apa saja penyakit karantina?
 Bagaimana pola penyebaran Avian Influenza sehingga menjadi
hal yang ditakuti?
STEP 3. HIPOTESIS MASALAH
 Mengapa suhu tubuh Ani dapat terdeteksi tinggi dan
mengapa harus dikarantina dan dilarang untuk masuk
kenegara tujuan?
 Dalam pelabuhan memiliki alat yakni termal scanner yang
mana berfungsi untuk menscrening suhu tubuh seseorang
yang bekerja dengan cara memberi isyarat warna yang akan
dikirim ke monitor dan akan membuat alarm berbunyi. Alat ini
akan mendeteksi suhu >38°C.

 Ani harus dikarantina karena suhu tubuh nya yang tinggi dan
sesuai dengan gejala PHEIC yang mana didukung dengan
keterangn Ani yang punya riwayat berkunjung ke negara Cina
yang sedang terjangkit influenza

 Prosedur Karantina dan Larangan ini dilakukan untuk


mencegah penyebaran dari penyakit itu nantinya,
 Bagaimana cara mendeteksi penyakit Ani sebagai
penyakit travelling?
 Untuk mendeteksi penyakit maka, hampir di semua bandara
Internasional memiliki protap pem. Pelancong yang dilakukan
oleh pet. Kesehatan karantina yg dibawahi depkes, yakni
berupa :
 Termal Scanner
o Didukung dengan anamnesi dan pe. Kesehatan lanjutan yang
mana jika didapatkan hasil + maka pelancong akan dikembalikan
dan jika hasil – pelancong diizinkan untuk melanjutkan
perjalanan

 X-ray (ex. dubai)


o Bisa digunakan untuk mendeteksi kecurigaan penyakit dan juga
biasanya digunakan untuk deteksi barang terlarang

 3 Kriteria yg harus dinilai :


 Individu
 Angkutan
 Barang bawaan (termasuk binatang peliharaan)
 Apa hal yang harus dipersipakan untuk
travelling dan mengapa?
 Mempelajari kondiis geografis dan endemik dari
negara yang akan dikunjungi, jika memang terdapat
endemik bisa di cegah dengan pemberian vaksin
sebelum keberangkatan
 Harus memperhatikan travel warning dari negara
yang akan dikunjungi
 Cek dokumen kesehatan
 Hal ini dikarenakan saat kedatangan internasional akan ada
pemeriksaan dari 3 sektor, yakni mulai dari petugas
kesehatan, imigrasi dan custom
 Cek kondisi kesehatan pribadi
 Apa saja dokumen yang harus diperiksa dalam
karantina?
 Individu
 Berupa dokumen identitas, dokumen kesehatan dan jika ada
kartu kesehatan
 Angkutan
 Pesawat Udara:
 Health Part of the Air Craft General Declaration
 Surat ket. Hapus serangga terakhir
 Buku Kesehatan Pesawat Udara (hanya untuk pesawat
perjalanan dalam negri)
 Kapal :
 Keterangan kesehatan maritim yang harus diberikan kepada
dokt. Pelabuhan
 Keterangan vaksinasi cacar oleh penumpang dan awak kapal
 Surat keterangan hapus-tikus
 Apa saja penyakit menular yang menimbulkan wabah
dan pandemi?
 Berdasarkan Permenkes No.1501 Pasal 4 Tahun 2010
• Kolera • Leptospirosis
• Pes • Hepatitis
• DBD • Influenza A baru
• Campak (H1N1)/Pandemi 2009
• Polio
• Difteri • Meningitis
• Pertusis • Yellow Fever
• Rabies • Chikungunya
• Malaria
• Avian Influenza H5N1
• Antraks

 Menurut WHO
 CCHF
 Ebola
 Laza Fever
 SARS + MERS
 dll
 Apa tindakan tim pelabuhan untuk mencegah
penyebaran penyakit ?
 Program preventif yang dilakukan yakni dari 3
aspek ; Individu, angkutan, Barang
 Pencegahannya dibagi dalam tindakan ring I dan
ring II
 Ring I
 Di terminal kedatangan berupa pem. Termal scanner, seleksi
helath alert card dan pem. Kesehatan tampak
 Ring II
 Pemeriksaan lanjut dan juga pemeriksaan dokumen serta
identitas pelancong
 Apa saja penyakit karantina?
 Berdasarkan UU RI No.1 dan No.2 Tahun 1962
 PES
 Kolera
 Demam Kuning
 Cacar
 Tifus Bercak Wabahi
 Demam Balik Balik

 Berdasarkan Kemenkes
 Dimasukkan tambahan penyakit yakni New Emerging dan
Reemerging Disease
 Bagaimana pola penyebaran Avian Influenza
sehingga menjadi hal yang ditakuti?
 Dilihat juga dari faktor musim ditakutkan migrasi
dari unggas juga bisa menunjang penyebaran
penyakit avian influenza dismping penularannya
melalui kontak manusia di sesama daerah dan
migrasi manusia
STEP 4. SKEMA
STEP 5. LEARNING OBJECTIVES
 Peraturan Perundang-Undangan dan sejarah
karantina
 Surveilans dan penanggulangan wabah
 Travel medicine dan kesehatan pelabuhan
 Penyakit karantina
LEARNING OBJECTIVE 1
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN SEJARAH
KESEHATAN KARANTINA
Sejarah Karantina Kesehatan
 Karantina berasal dari kata “Quadraginta” artinya “40” dulu
semua penderita diisolasi selama 40 hr.
 Pd tahun 1348 : 60 jt org penduduk dunia meninggal krn
penyakit “Pes”
 Pelabuhan Venesia (1348) melakukan upaya karantina dgn
cara menolak masuknya kapal dari daerah terjangkit Pes &
thd kapal yg dicurigai terjangkit Pes.
 Pd tahun 1377 (di Roguasa) dibuat suatu peraturan bhw
penumpang dr daerah terjangkit Pes hrs tinggal disuatu
tempat diluar pelabuhan selama 2 bulan (Bentuk isolasi
pertama pd manusia)

17
 Pd tahun 1383 di Marseille (Prancis) ditetapkan UU Karantina
yg pertama & didirikan stasion karantina yg pertama. (Akan
tetapi peran dari tikus & pinjal belum diketahui dalam
penularan penyakit waktu itu)

 Kurun waktu 1830-1847 wabah Kolera melanda Eropa. Atas


inisiatif para ahli kesehatan terlaksana diplomasi penyakit
infeksi scr intensif & Kerjasama Multilateral Kesehatan
Masyarakat menghasilkan “International Sanitary
Conference” Paris 1851 yang dikenal sbg ISR 1851

 Tahun 1951 WHO mengadopsi regulasi yang dihasilkan


oleh International Sanitary Conference.

18
 Tahun 1969 WHO mengubah International Sanitary Regulation
(ISR) menjadi International Health Regulation (IHR) dan dikenal
sbg IHR 1969

 Sehubungan perkembangan situasi & kondisi WHO beberapa


kali merevisi seperlunya thd IHR 1969 antara lain :
 Tahun 1973 : “ Additional Regulation 1973”
 Tahun 1981 : “ Additional Regulation 1981”
 Tahun 1983 : “ IHR 1969 third annotated edition 1983 “ (Sejak
saat ini peny.karantina yg dulunya enam berobah mjd tiga :
penyakit Pes (Plague), Demam kuning (Yellow fever) dan
Kolera.
 Tahun 2004 : WHO merevisi lagi IHR 1969
 Tahun 2005 : menghasilkan dokumen yg dikenal saat ini sbg
IHR 2005

19
• IHR 2005 mengusung issue “ Public Health
Emergency of International Concern “ (PHEIC) /
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan
dunia
• Terhitung 15 Juni 2007 bagi semua negara anggota
WHO harus sdh menerapkan IHR 2005
• Penolakan atau keberatan harus diajukan
selambat2nya 18 bulan dari saat diterima oleh WHA
(Mei 2005)

20
Dasar Hukum
UU no. 23 tahun 1992: Mencegah penyakit menular dengan usaha
karantina
UU no. 1 tahun 1962: Karantina laut
UU no. 2 tahun 1962: Karantina udara
UU no. 4 tahun 1984: Wabah Penyakit menular
Permenkes RI no. 425/Menkes/SK/IV/2007: Pedoman penyelenggaraan
karantina kesehatan di KKP
BAB I Pasal 1 (UU Karantina Udara dan Laut)
a. Penyakit karantina ialah:
(1) Pes (Plague);
(2) Kolera (Cholera);
(3) Demam kuning (Yellow fever);
(4) Cacar (small pox);
(5) Tifus bercak wabahi-Typhus exanthematicus infectiosa (Louse
borne typhus);
(6) Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever);
b. Masa tunas penyakit karantina ialah untuk:
(1) Pes: 6 hari;
(2) Kolera: 5hari;
(3) Demam kuning: 6 hari;
(4) Cacar: 14 hari;
(5) Tifus bercak wabahi: 14 hari;
(6) Demam balik-balik: 8 hari.
Permenkes RI no. 425 tahun 2007
LEARNING OBJECTIVE 2
SURVEILANS
PENGERTIAN
 Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan yang
terus menerus, teratur dan sistematis dalam
pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data penyakit untuk menghasilkan
informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan
dan digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan tindakan penanggulangan yang
cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat.
TUJUAN
 Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang
dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar
penanggulangan yang cepat dan tepat, untuk
menyusun perencanaan yang sesuai dengan
permasalahannya.
 Mendapatkan gambaran distribusi penyakit menurut
orang, tempat dan waktu.
 Mendapatkan trend penyakit dari waktu ke waktu.
 Melakukan pengamatan dini (SKD) dalam rangka
mencegah KLB , dan melakukan penanggulangan KLB
secara dini.
SASARAN
• Data tersangka penderita, populasi dan wilayah
yang terkena resiko (sumber dan wilayah
penularan)
• Waktu atau periode penularan
KEBIJAKSANAAN
 Pengumpulan, pengolahan, interpretasi data
dilakukan pada semua tingkat administratif
 Meningkatkan kemitraan dalam jaringan informasi
malaria diantara sektor-sektor terkait
 Upaya pemberantasan yang tepat dan cepat yang
berpedoman pada “evidence base” (fakta)
KEGIATAN SURVEILANS
• Surveilans periode Peringatan Dini (sebelum
Kejadian Luar Biasa).
• Periode Kejadian Luar Biasa.
• Pasca Kejadian Luar Biasa.
Sistem Kewaspadaan Dini
 Sistem Kewaspadaan Dini adalah suatu kegiatan
untuk memantau secara teratur perkembangan
penyakit di suatu wilayah dan mengambil
tindakan pendahuluan untuk mencegah
timbulnya KLB
SISTEM KEWASPADAAN DINI
• Tatanan pengamatan
• yang mendukung sikap tanggap terhadap adanya
suatu perubahan dalam masyarakat atau
penyimpangan persyaratan,
• yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya
kesakitan/kematian atau pencemaran makanan /
lingkungan,
• sehingga dapat dilakukan tindakan cepat dan
tepat
• untuk mengurangi jatuh korban
TUJUAN SKD
 Deteksi Dini
 Tindakan Cepat
 Tindakan Efektif
 Upaya pencegahan KLB
KEGIATAN SKD-KLB
 Analisis
 Peringatan dini
 Kesiapsiagaan
 Respon cepat
JENIS KEGIATAN
• Pengamatan Terus Menerus :
- Kasus penyakit.
- Kematian
 Pengamatan secara periodik :
- Vektor secara longitudinal/spot.
- Perilaku masyarakat (migrasi, pola pekerjaan).
 Pengamatan sewaktu :
Curah hujan.
 Analisis hasil pengamatan.
PENGAMATAN TERUS MENERUS
Data kesakitan yang dikumpulkan :
• Kasus mingguan
• Kasus bulanan pada tahun berjalan
• Kasus bulanan pada tahun yang lalu
• Kasus bulanan 3 -5 tahun sebelumnya
Analisis
• Laporan Mingguan Wabah (W2) merupakan
bagian dari sistem Kewaspadaan Dini KLB yang
dilaksanakan oleh unit kesehatan
terdepan(Puskesmas).
• Sumber adalah data rawat jalan dan rawat inap
dari puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, posyandu, masyarakat dan
Rumah Sakit pemerintah maupun Swasta
Sistem Kewaspadaan Dini dengan Pola
Maksimum-Minimum
 Jumlah kasus dibawah
garis median (pola
maksimum-minimum),
dinyatakan aman.
 Bila jumlah kasus P OLA M I N I M U M M A K S I M U M K A S U S M A LA R I A P U S K ES M A S X
TA H U N 19 9 9 - 2 0 0 4

diantara garis median 80

dan garis maksimum


60

40

20

dinyatakan waspada.
0
J P M A M J J A S O N D

M e di a n M i n i ma l M a k s i ma l 2004

 Bila jumlah kasus


melebihi garis
maksimum, dinyatakan
masuk Indikasi KLB.
PENANGGULANGAN WABAH
Wabah
 Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
(permenkes no 1501 th 2010)
Upaya penanggulangan wabah
1. Penyelidikan epidemiologi dan surveilans
 Dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan
upaya penanggulangan waba.
Tujuan :
- Mengetahui gambaran epidemiologi wabah
- Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam wabah
- Mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya wabah
- Menentukan cara penanggulan wabah
Kegiatan :
- Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos kesehatan
dan unit kesehatan lainnya
- Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa,
kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan
hasil upaya penanggulagan wabah
- Memanfaatkan hasil surveilans sebagai upaya penanggulangan wabah
2. Penatalaksanaan penderita (pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan tindakan karantina)
 Penatalaksaan penderita meliputi penemuan
penderita pemeriksaan, pengobatan serta upaya
pencegahan penularan penyakit, dilakukan dengan
pengobatan dini, tindakan isolasi, evakuasi dan
karantina sesuai jenis penyakitnya
3. Pencegahan dan pengebalan
dilakukan terhadap orang, masyarakat dan
lingkungan yang mempunyai resiko terkena penyakit
wabah
Kegiatan :
- Pengobatan penderita sedini mungkin agar tidak
menjadi sumber penularan penyakit
- Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbakikan
gizi dan imunisasi
- Perlindungan diri dari penularan penyakit
- Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan
pembawa penyakit untuk menghilangkan sumber
penyakit dan memutus mata rantai penularan
4. Pemusnahan penyebab penyakit
Dilakukan terhadap :
- Bibit penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan,
tumbuhan dan atau benda yang mengandung
penyakit tertentu
- Permukaan tubuh manusia atau hewan atau
benda lainnya
- Pemusnahan hewan dan tumbuhan yang
mengandung bibit penyakit
5. Penanganan jenazah
Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, peru
penanganan secara khusus enurut jenis enyakitnya
untuk menghindarkan penularan penyakit pada orang
lain

6. Penyluhan kepada masyarakat


Dilakukan olwh petugas kesehatan dengan
mengikutsertakan instansi terkait seperti pemuka
agaman, pemuka a syarakat, lembaga swadaya
masyarakat menggunakan berbagai media komunikasi
massa
LEARNING OBJECTIVE 3
TRAVEL MEDICINE
DEFENISI
 Travel Medicine : cabang ilmu kedokteran yang
mengurusi pencegahan dan pengelolaan
kesehatan wisatawan antar negara.
 Concern : pencegahan pencegahan dan
pengelolaan pengelolaan penyakit penyakit yang
berhubungan dengan pariwisata.
RESIKO PENYAKIT WISATAWAN
 Mode transportasi  udara,darat atau laut
 Destinasi  travel warning
 Durasi perjalanan  50% wisatawan yang tinggal
sebulan ditempat yang baru mengalami sakit;
Traveler’s Diarrhea yang paling sering.
 Musim negara yang akan dikunjungi
 Standar akomodasi, kebersihan makanan dan sanitasi
 penularan penyakit infeksi
 Prilaku traveller
 Kesehatan traveller
 Kecelakaan lalu lintas
PERSIAPAN SEBELUM TRAVELLING
 Konsultasi kesehatan sebelum perjalanan
Dianjurkan terutama pada wisatawan yang akan
mengunjungi negara berkembang, sebaiknya
berkonsultasi dengan praktisi medis 4-8 minggu sebelum
keberangkatan.
 Penilaian risiko kesehatan yang terkait dengan perjalanan
Praktisi medis menjelaskan faktor resiko penyakit yang
bisa didapatkan selama perjalanan, dan
mempertimbangkan apakah wisatawan tersebut perlu
diberikan vaksinasi/profilaksis atau pengobatan lainnya.
Selain itu, bila pasien menderita suatu penyakit maka
dilakukan juga penilaian apakah di negara tujuan tersedia
layanan medis, perawatan darurat untuk penyakit tersebut
dan persediaan obat selama perjalanan.
 Medical kit
- first aid item
- obat-obatan seperti obat diare,obat flu,dsb

 Wisatawan dengan kondisi medis yang sudah ada dan kebutuhan khusus
Yang termasuk didalamnya :
Bayi atau balita , wanita hamil, manula, disabilitas, immunocopromised dan adanya kondisi
medis lain (penyakit jantung, paru, epilepsi, diabetes, dll).
Wisatawan dengan penyakit kronik tersebut harus membawa obat-obatan yang dibutuhkan
selama perjalanan.

 Asuransi

 Pemeriksaan medis setelah bepergian


Wisatawan harus disarankan untuk melakukan pemeriksaan medis saat kembali jika mereka:
- kembali dengan demam dari negara tempat malaria
- menderita penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, atau penyakit
pernafasan kronis atau telah menggunakan antikoagulan;
- mengalami penyakit dalam minggu-minggu setelah pulang ke rumah mereka, khususnya jika
demam, diare persisten, muntah, sakit kuning, gangguan berkemih, kulit penyakit atau infeksi
genital terjadi;
- Mereka yang menerima pengobatan malaria saat bepergian;
- mungkin terkena penyakit menular serius saat bepergian;
- telah menghabiskan lebih dari 3 bulan di negara berkembang.
KESEHATAN HAJI
Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan,
pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi
jemaah haji dalam mendukung penyelenggaraan
haji pada masa persiapan di Indonesia dan pada
masa operasional di Arab Saudi.
Tantangan pelayanan kesehatan haji
 meningkatnya jumlah calon jemaah haji risiko tinggi
 beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan
sosial budaya
 kondisi fisik yang kurang baik
 kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda
secara bermakna dengan kondisi di tanah air
 perbedaan musim (panas, dingin)
 kelembaban udara yang rendah
 perbedaan lingkungan sosial budaya
 keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji
 kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di
Arafah maupun melontar jumrah di Mina
Tujuan umum
 Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jemaah
haji Indonesia serta terbebasnya masyarakat
Indonesia/ Internasional dari transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar/ masuk
oleh calon/ jemaah haji Indonesia


Kegiatan pokok pelayanan kesehatan
haji
 Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
 Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
 Pelayanan medis
 Imunisasi
 Surveilans
 Kesiapsiagaan Penanggulangan KLB dan Musibah
Masal
 Kesehatan Lingkungan
Pelayanan Medis dalam
Penyelenggaraan Haji
 Tujuan Pemeriksaan
 Di Tanah Air
 Puskesmas
 Rumah Sakit Kabupaten / Kota
 Embarkasi / Debarkasi Haji
 Di Pesawat
 Di Arab Saudi
 Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
 Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter
Aspiran
 Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
Tujuan Pemeriksaan
 Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko
calon jemaah haji.
 Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko
calon jemaah haji secara benar dan lengkap dalam
Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
 Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon
jemaah haji untuk memudahkan tindak lanjut dalam
pengobatan dan perawatan di perjalanan, embarkasi
haji, selama di Arab Saudi dan 14 hari sekembalinya
dari Arab Saudi.
 Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah
haji (istihito’ah) yang diberangkatkan
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH
HAJI
Adalah Kemampuan Jemaah Haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang
terukur dengan pemeriksaan yang dapat
dipertanggung jawabkan sehingga jemaah haji
dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan
agama islam. (Permenkes No.15 tahun 2016)
JEMAAH HAJI YANG TIDAK MEMENUHI
SYARAT ISTITHAAH KESEHATAN
 Kondisi klinis yang mengancam nyawa
PPOK St 4, Gagal Jantung St 4, CKD St 4, AIDS St 4,
dsb.

 Gangguan jiwa berat


Skizofrenia berat, demensia berat, retardasi mental
berat.
 Penyakit yang sulit diharap kesembuhannya
Keganasan St akhir, Tuberculosis Totally Drug
Resistance (TDR).
KESEHATAN PELABUHAN
KKP
 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit
pelaksana teknis di lingkungan kementrian
kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
Berdasarkan Permenkes No.
2348/MENKES/PER/XI/2011, KKP diklasifikasikan
menjadi 4 kelas berdasarkan beban kerja di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat Negara yaitu:

 1.KKP Kelas I yang terdiri dari 7 KKP (Tanjung Priok, Denpasar,


Surabaya, Jakarta, Medan, Makassar, dan Batam)
 2.KKP Kelas II yang terdiri dari 21 KKP (Tanjung Pinang, Banjarmasin,
Kendari, Tarakan, Mataram, Padang, Semarang, Manado, Cirebon,
Banten, Pontianak, Samarinda, Cilacap, Panjang, Jayapura, dan
Tanjung Balai Karimun)
 3.KKP Kelas III yang terdiri dari 20 KKP (Pangkal Pinang,
Belitung,Tembilahan, Jambi, Dumai, Palu, Kupang, Biak, Sorong,
Manokwari, Sampit, Banda Aceh, Merauke, Lhokseumawe, Bengkulu,
Poso, Pulang Pisau, Gorontalo, Ternate, dan Sabang)
 4.KKP Kelas IV yang terdiri dari 1 KKP (Yogyakarta)
KKP SEBAGAI PORT HEALTH AUTHORITY
MERUPAKAN KESEPAKATAN INTERNASIONAL
3 FUNGSI DASAR PERANGKAT KKP
DALAM KEKARANTINAAN KESEHATAN
PROSEDUR ALAT ANGKUT DI
PELABUHAN
TUGAS UMUM KKP
 Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya
penyakitpenyakit potensial wabah, surveilans
epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian
dampak lingkungan, pelayanan kesehatan,
pengawasan OMKABA serta pengamanan
terhadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi,
kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja
bandara, pelabuhan,dan lintas batas darat negara.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KKP
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KKP
JEJARING KERJA KKP
LEARNING OBJECTIVE 4
KOLERA
DEFINISI
Penyakit saluran pencernaan yang bersifat menular,
yang disebabkan oleh bakteri V. cholera.

ETIOLOGI
Vibrio cholera.

CARA PENULARAN
Melalui minuman dan makanan yang terkontaminasi
oleh tinja atau muntahan orang yang terinfeksi baik
secara langsung maupun tidak langsung.
MASA INKUBASI
Beberapa jam sampai 5 hari, umumnya 2-3 hari.

MASA MENULAR
 Beberapa hari setelah sembuh.
 Pada penderita carrier, Vibrio cholera di dalam
feses dapat menetap sampai beberapa bulan.
MANIFESTASI KLINIS
 onset tiba-tiba, diawali dengan mual dan muntah
 diare berat, cair terus menerus seperti air cucian
beras,
 tanpa sakit perut,
 komplikasi : dehidrasi, syok, gagal ginjal akut.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962
TENTANG KARANTINA LAUT
Pasal 9

(1) Kapal ditetapkan terjangkit kolera, jika :


a. pada waktu tiba dipelabuhan terdapat penderita kolera
didalamnya;
b. dalam lima hari sebelum tiba dipelabuhan terdapat penderita
kolera didalamnya.

(2) Kapal ditetapkan tersangka kolera, jika : selama perjalanan


terdapat penderita kolera dikapal tetapi didalam lima hari sebelum
tiba dipelabuhan tidak lagi terdapat penderita kolera didalamnya.

(3) Kapal yang tidak termasuk ayat (1) dan (2) ditetapkan sehat
setelah diperiksa, walaupun kapal itu datang atau dalam kapal itu
terdapat orang yang datang dari suatu pelabuhan yang terjangkit
kolera.
Pasal 34.

Tindakan terhadap kapal terjangkit atau tersangka kolera adalah sebagai berikut :
a. pemeriksaan kesehatan awak kapal dan penumpang;
b. penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
c. penderita dengan tanda-tanda klinis kholera diperlakukan sebagai penderita
kholera;
d. pengandung hama diturunkan, diisolasikan, dirawat dan baru dibebaskan sesudah
hasil pemeriksaan bakteriologis selama tiga hari berturut-turut terdapat negatip;
e. penumpang dan awak kapal yang mempunyai surat keterangan vaksinasi kolera
yang berlaku, diawasi selama lima hari sejak kapal tiba dipelabuhan;
f. penumpang dan awak kapal yang tidak mempunyai keterangan vaksinasi kolera
yang berlaku, diisolasikan;
g. barang-barang seseorang yang terjangkit atau tersangka atau barang lain yang
disangka mengandung hama, dihapushamakan;
h. air dan tempatnya dalam kapal yang dianggap mengandung hama, dihapus-
hamakan. Tindakan ini juga dilakukan terhadap makanan dan minuman terbuka,
sayur-sayuran, ikan-ikan (kering), buah-buahan dan lain-lain yang dimakan mentah
dan tidak disimpan dalam tempat tertutup rapat;
i. tinja, air kemih, muntah, air kotor dan segala sesuatu yang dianggap mengandung
hama tidak boleh dibuang atau dikeluarkan sebelum dihapus-hamakan;
j. pembongkaran dilakukan dibawah pengawasan dinas kesehatan pelabuhan yang
melakukan segala sesuatu untuk mencegah kemungkinan penularan;
k. orang-orang yang telah melakukan pembongkaran tersebut, diawasi selama lima
hari.
Pasal 35.
(1) Orang yang datang dari daerah terjangkit kolera harus memiliki surat
keterangan vaksinasi kolera yang berlaku yang ditetapkan untuk perjalanan
antar negara.
(2) Tindakan terhadap orang yang datang dari daerah terjangkit kolera
adalah antara lain sebagai berikut :
a. jika ia memiliki surat keterangan vaksinasi kolera yang masih berlaku ia
diawasi selama lima hari terhitung dari hari tanggal berangkatnya kapal dari
daerah terjangkit kolera;
b. jika ia tidak memiliki surat keterangan vaksinasi kolera, ia dapat
diisolasikan selama waktu tersebut dalam huruf a.

Pasal 36.
(1) Bahan makanan dimuat dari daerah terjangkit kolera, yang dapat
dimakan mentah dan tidak disimpan dalam tempat tertutup rapat, oleh
dokter pelabuhan dapat dilarang diturunkan atau dapat diturunkan untuk
dimusnahkan.
(2) Jika bahan makanan atau minuman termaksud pada ayat (1) merupakan
sebagian dari pada muatan yang harus diturunkan maka penurunan itu
dilakukan dibawah pengawasan dinas kesehatan pelabuhan.
Tindakan International

• Pemerintah suatu negara hrs melapor kpd WHO dan


negara tetangga.
• Pelancong international imunisasi dengan vaksin oral
dianjurkan untuk yang akan bepergian dari negara
maju ke negara endemis atau negara yang sedang
mengalami wabah kolera.
• Peraturan kesehatan International menyatakan bahwa
: orang yang melakukan perjalanan internasional dan
datang dari daerah terjangkit kolera yang masih dalam
masa inkubasi dan orang yang menunjukkan gejala
kolera harus menyerahkan tinjanya untuk dilakukan
pemeriksaan.
PENCEGAHAN
imunisasi aktif :
 vaksin kuman yang dimatikan dan disuntikkan saat
wabah (kurang efektif), memberikan perlindungan
parsial 50% kasus dalam waktu hanya 3-6 bulan

 vaksin oral, dapat menghasilkan antibody dengan


kadar tinggi yang dapat melindungi sampai
beberapa bulan.

.
PES
Penyebab :
Bakteri Yersinia pestis

Gejala Klinis :
- Gejala Umum : Demam
- Gejala Khusus :
 pembesaran kelenjar getah bening paling sering di daerah
selangkang/inguinal, paling jarang terjadi di daerah ketiak.

 pes paru (batuk berdahak bercak darah, sesak nafas, lemah, gagal nafas,
efusi pleura)

Masa Inkubasi : 1 - 7 hari

Cara Penularan :
 Gigitan kutu tikus (Xenopsylla Chepsis), gigitan atau cakaran kucing
 Gigitan kutu manusia
Pengawasan Penderita, Kontak dan
Lingk sekitar
 Laporkan kpd institusi kesehatan setempat.
 Isolasi:
 bersihkan penderita, pakaian dan barang2 dari kutu dengan insektisida
kutu
 Rujuk ke RS
 Lakukan kewaspadaan standar terhadap sekret penderita dan
kemungkinan penyebaran lewat udara sampai 48 jam setelah terapi
efektif selesai
 Disinfeksi serentak :
Dilakukan thdp dahak dan alat-alat tercemar
 Karantina:
kemoprofilaksis dan pengawasan ketat selama 7 hari terhadap orang
yang serumah dan kontak langsung dengan pes paru
 Investigasi Kontak:
semua orang yang kontak langsung dengan penderita pes paru

 Investigasi sumber infeksi :


binatang pengerat yang sakit atau mati beserta kutunya.

 Pengobatan spesifik: Streptomycin (obat pilihan utama)


Tindakan International
 Pemerintah melaporkan dlm wkt 24 jam kpdWHO dan negara
tetangga.
 Lakukan semua upaya yg diwajibkan bagi kapal, pesawat udara atau
transportasi darat yg datang dari daerah pes
 Semua kapal hrs bebas dari binatang pengerat
 Bangunan di pelabuhan dan bandara hrs bebas dr tikus
 Bagi yg melakukan perjalanan international diwajibkan utk isolasi
slm 6 hr sblm berangkat dihitung dr saat terakhir terpajan.
UU RI NOMOR 1 TAHUN 1962
PASAL 8
Pes.
(1) Kapal ditetapkan terjangkit pes, jika :
a. pada waktu tiba dipelabuhan terdapat penderita pes atau terdapat tikus pes
dikapal;
b. lebih dari enam hari sesudah embarkasi terjadi peristiwa pes.
(2) Kapal ditetapkan tersangka pes, jika :
a. dalam enam hari sesudah embarkasi terjadi peristiwa pes, walaupun pada
waktu tiba tidak ada lagi seorang
penderita dikapal itu;
b. terdapat banyak kematian tikus didalamnya, yang mencurigakan.
(3) Kapal yang tidak termasuk ayat (1) dan (2), ditetapkan sehat setelah diperiksa,
walaupun kapal itu datang atau dalam kapal itu terdapat orang yang datang dari suatu
pelabuhan yang terjangkit pes.
PASAL 31.
Pes.
Tindakan terhadap kapal terjangkit atau tersangka pes adalah sebagai
berikut :
a. pemeriksaan awak kapal dan penumpang;
b. para penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
c. para tersangka dihapus-seranggakan dan diawasi selama-lamanya
enam hari terhitung dari hari tibanya kapal di
pelabuhan;
d. bagasi seorang terjangkit atau seorang tersangka serta barang-
barang milik atau yang dipakai oleh si penderita dan
bagian kapal yang dicurigakan, dihapus-seranggakan dan jika perlu
dihapus-hamakan;
e. seluruh kapal dihapus-tikus, jika perlu.
PASAL 32
Pada kapal yang sehat yang datang dari pelabuhan atau daerah
terjangkit pes, dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. seorang yang tersangka yang turun diawasi selama-lamanya
enam hari, terhitung dari tanggal ia meninggalkan
pelabuhan atau daerah yang terjangkit;
b. jika perlu dinas kesehatan pelabuhan dapat melakukan hapus-
tikus terhadap muatan dan atau kapal.
PASAL 33
Muatan kapal yang datang dari pelabuhan atau daerah terjangkit
pes, hanya diturunkan:
a. jika dokter pelabuhan berpendapat, bahwa tidak terdapat
tikus pes di dalam muatan itu;
b. jika nakhoda memiliki surat keterangan dari dinas
kesehatan pelabuhan atau daerah terjangkit pes, yang
menerangkan bahwa tikus-tikus dan serangga-serangga
dalam muatan telah dibasmi.
PENCEGAHAN
 Berikan penyuluhan kpd masyarakat
 Lakukan survei populasi binatang pengerat scr berkala
 Penanggulangan tikus pd kapal atau dermaga atau gedung
 Gunakan APD
 Imunisasi aktif dgn vaksin
YELLOW FEVER
Definisi
 Merupakan vector borne disease yang ditularkan oleh
nyamuk dengan manifestasi klinis yg bervariasi mulai dari
asimptomatis hingga hepatitis/demam hemoragik yang akut
yng disebabkan oleh infeksi flovivirus.
Epidemiologi
 200.000 kasus/tahun
 30.000 kematian/tahun
 Tranmisi lebih sering pada populasi yg tidak di vaksinasi di
daerah sub sahara Afrika
 Negara-negara yang 10x lebih berisiko menularkan yellow
fever pada pelacong di negara Afrika Barat dan Amerika
Selatan
 Lebih sering terjadi pada laki-laki usia 15-45 tahun akibat
paparan pekerjaan.
Transmisi
 Ditularkan dari host ke host oleh gigitan nyamuk. Transimisi
virus oleh vektor melalui 3 cara :
 Antara monyet
 Dari monyet ke manusia
 Dari manusia ke manusia
Manifestasi Klinis
 Demam
 Sakit kepala
 Myalgia
 Malaise
 > 15% kasus menjadi berat dengan menimbulkan gejala
malaise, demam, menggigil, LBP, mual dan pusing.
 Jaundice dan biasanya memburuk saat kadar transaminase
meningkat dengan kadar SGOT > SGPT
 Clotting time memanjang
Diagnosis
 Anamnesis : riwayat tempat bepergian, tanggal, bagaimana
penyakit epidemik wilayah tsb, riwayat imunisasi, tempat
yang dikunjungi saat melancong.
 Masa inkubasi : 3-6 hari
 Pem. Lab. :
 Leukopenia dengan neutropenia relatif
 Kadar transaminase meningkat 48-72 jam setelah gejala awal
muncul
 Diikuti fase remisi dengan gejala dan suhu tubuh kembali
normal >24 jam
 Fase remisi jg disebut sbg fase intoksikasi
Diagnosis
• Pem. Fisik :
 Demam
 Bradikardi sesuai derajat demam
 Injeksi konjungtiva
 Kulit memerah
 Skelera ikterus
 Jaundice → bila muncul diawal maka prognosis >> buruk
 Nyeri epigastrium
 Hepatomegali
Tatalaksana
 Tidak ada terapi khusus untuk terapi yellow fever
 Terapi suportif sangat penting : medikasi vasoaktif, resusitasi
cairan, manajemen ventilator, dll
 Intubasi endotrakeal untuk pasien dengan perdarahan masif,
edema paru, infeksi bakteri sekunder dan syok.
 Pencegahan : HINDARI KONTAK DENGAN VEKTOR

Anda mungkin juga menyukai