Anda di halaman 1dari 4

Nama : Julia Putri Hayuni

NIM : 10031381823066

Tugas Karantina Kesehatan

1. Resume dan beri opini tentang vidio 1 dan 2?


2. Jelaskan dengan bagan alur proses karantina kesehatan di Bandara, dimulai dari
kegiatan dalam pesawat menjelang pendaratan, mendarat dan penumpang tiba di
terminal kedatangan?
Jawab :
1. Video 1 :
Video ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan kekarantinaan
kesehatan.
Karantina berasal dan kata QUADRAGINTA yang artinya 40, dimana dulu
semua penderita penyakit menular diisolasi selama 40 hari. Pada tahun 1348 lebih
dari 60 juta orang penduduk dunia meninggal karena penyakit Pes. Pada tahun 1348
Pelabuhan Venesia sebagai salah satu pelabuhan yang terbesar di Eropa melakukan
upaya karantina dengan cara menolak masuknya kapal yang datang dan daerah
terjangkit Pes serta terhadap kapal yang dicurigai terjangkit penyakit Pes. Pada tahun
1377 di Roguasa dibuat suatu peraturan bahwa penumpang dari daeah terjangkit
penyakit pes harus tinggal di suatu tempat diluar pelabuhan dan tinggal di sana selama
2 bulan supaya bebas dari penyakit.
Pada tahun 1383 di Marseille, Perancis, ditetapkan UU Karantina yang
pertama dan didirikan Station Karantina yang pertama. Akan tetapi, peran dari tikus
dan pinjal belum diketahui dalam penularan penyakit Pes pada waktu itu.
Pada Kurun waktu 1830 – 1847, wabah kolera melanda Eropa, atas inisiatif ahli
kesehatan telah terlaksana diplomasi penyakit infeksi secara intensif dan kerjasama
multilateral kesehatan masyarakat menghasilkan : International Sanitary Conference,
paris 1851 dikenal sebagai isr 1851.
pada 1951 World Health Organization mengadopsi regulasi yang dihasilkan
oleh International Sanitary Conference. Pada tahun 1969 WHO mengubah
International Sanitary Regulations (ISR) yang dihasilkan oleh International Sanitary
Conference menjadi : International Health Regulations (IHR) dan dikenal sebagai
IHR 1969. Tujuan IHR adalah untuk menjamin keamanan maksimum terhadap
penyakit infeksi dengan melakukan tindakan yang sekecil mungkin mempengaruhi
lalu lintas dunia.
Pada tahun 1911 di Indonesia, Pes masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, kemudian 1916 Pes masuk melalui Pelabuhan Semarang dan selanjutnya
tahun 1923 Pes masuk melalui Pelabuhan Cirebon. Pada saat itu Indonesia masih
hidup dalam zaman kolonial Belanda. Regulasi yang diberlakukan adalah Quarantine
Ordonanti (Staatsblad Nomor 277 tahun 1911). Dalam perjalanan sejarahnya
Quarantine Ordonanti (Staatsblad Nomor 277 tahun 1911) telah berulang kali dirubah.
Penanganan kesehatan di pelabuhan di laksanakan oleh Haven Arts (Dokter
Pelabuhan) dibawah Haven Master (Syahbandar). Saat itu di Indonesia hanya ada 2
Haven Arts yaitu di Pulau Rubiah di Sabang & Pulau Onrust di Teluk Jakarta.
Pada masa Kemerdekaan, sekitar tahun 1949/1950, Pemerintah RI membentuk
5 Pelabuhan Karantina, yaitu : Pelabuhan Karantina Kelas I : Tg. Priok dan Sabang,
Pelabuhan Karantina Kelas II : Surabaya dan Semarang, serta Pelabuhan Karantina
Kelas III : Cilacap. Pada tahun 1959, Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 1959 tentang Penyakit Karantina. Perkembangan Selanjutnya, untuk
memenuhi amanat Pasal 4 dan 6 sub 3 undang-undang tentang Pokok-pokok
Kesehatan (UU nomor 9 tahun 1960, Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131),
terlahirlah undang-undang nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut dan UU
nomor 2 TAHUN 1962 tentang Karantina Udara.
Pada 1970, terbit SK Menkes No.1025 tentang pembentukan Dinas Kesehatan
Pelabuhan Laut (DKPL) & Dinas Kesehatan Pelabuhan Udara (DKPU). SK Menkes
Nomor 147 tahun 1978, DKPL dan DKPU dilebur menjadi kantor kesehatan
pelabuhan dan pembinaan teknisnya berada dibawah Bidang Desenban Kantor
Wilayah Depkes. Sejak penerapan Undang-undang Otonomi Daerah, otoritas
kesehatan ditingkat provinsi yang bernama Kanwil Depkes harus dilebur kedalam
struktur Dinas Kesehatan Provinsi. Peraturan Pemerintah tentang Pembagian
Kewenangan mengamanatkan bahwa Kekarantinaan sebagai wewenang pemerintah
pusat. Pada 7 Agustus 2018 lahir UU nomor 6 tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan untuk menggantikan UU Karantina nomor 1 dan 2 tahun 1962.
Opini :
Menurut saya, karantina kesehatan sudah berkembang dengan baik seiring
berjalannya waktu, begitupula di Indonesia. Lalu seiring berjalannya waktu pula,
banyak penyakit-penyakit menular baru yang tidak pernah muncul sebelumnya,
seperti Covid-19. Banyak sekali halang rintang yang harus dihadapi untuk
menghadapi Covid-19, namun hal yang paling sulit dihadapi adalah keacuhan
masyarakat yang tidak peduli terhadap penyakit menular tersebut, misalnya
mengabaikan perintah untuk melakukan karantina mandiri setelah melakukan kontak
dengan pasien penyakit menular, padahal hal tersebut selain berbahaya bagi dirinya
juga berbahaya bagi orang lain. Pemerintah harus lebih tegas lagi untuk menangani
berbagai penyakit menular, seperti memberi sanksi bagi masyarakat yang tidak mau
melakukan social distancing, memberi sanksi kepada masyarakat yang tidak
melakukan karantina mandiri padahal dirinya memiliki kontak dengan pasien positif
penyakit menular, dan lain-lain.
Video 2 :
Video ini menjelaskan tentang alur kedatangan bagi WNI-WNA di Bandara
Soekarno Hatta oleh KKP Kelas 1 Soekarno Hatta.
Hal pertama yang dilakukan adalah pemeriksan (hasil PCR, Rapid Test) dan
pengisian (Kliren/pengatar karantina, hac, dan formulir penyelidikan epidemiologi)
dengan ditempatkan di suatu ruangan dan menjaga jarak serta memakai alat pelindung
diri seperti masker. Kemudian dilakukan pengukuran suhu tubuh, saturasi oksigen dan
denyut nadi. Penumpang dengan pcr test dapat langsung ke meja penyelidikan
epidemiologi untuk validasi dan kliren, sedangkan yang tidak memiliki pcr test wajib
melakukan rapid test terlebih dahulu.
Penumpang akan diberikan kode triage/ID Card dengan kategori :
a. Merah yang berarti kategori penumpang dengan rapid test reaktif, lokasi
tujuan adalah RS darurat Covid, dengan kode lembar pe RSDC.
b. Kuning yang berarti kategori penumpang dengan rapid test non reaktif, usia >
60 tahun, ada komorbid/penyakit penyerta, ada riwayat kontak dengan pasien
covid dalam 2 minggu terakhir, kontak dekat/baris depan/belakang kiri-kanan
dengan penumpang rapid test reaktif, lokasi tujuannya adalah wisma
pademangan dengan kode lembar pe KW atau ke hotel berbayar dengan kode
lembar pe KH.
c. Hijau yang berarti tidak ada komordbid/penyakit penyerta dan tidak ada gejala
batuk/pilek/sesak/flu, tidak ada riwayat kontak dengan pasien konfirm covid
dalam 2 minggu terakhir, lokasi tujuannya adalah wisma pademangan dengan
kode lembar pe HW atau hotel berbayar dengan kode lembar pe HH.
Opini :
Menurut saya, alur kedatangan WNI-WNA di Bandara Soekarno Hatta sudah
disusun dengan baik untuk meminimalisir penyebaran penyakit menular. Namun,
masih terlihat beberapa petugas kesehatan yang tidak menggunakan APD lengkap
dimana hal ini sangat beresiko, terlebih lagi mereka akan melakukan kontak langsung
dengan semua orang yang datang. Selain itu, masih terlihat beberapa WNI-WNA
yang tidak melakukan social disatancing atau pembatasan jarak sosial dengan berdiri
atau duduk berdekatan yang dimana hal ini dapat menjadi alur penyebaran penyakit
menular.
2. Alur proses karantina kesehatan di Bandara

Kapten melaporkan keadaan Pesawat dalam


status karantina

Dilakukan oleh petugas Penyerahan Deklarasi


lalu lintas udara kesehatan

Diteruskan kepada petugas Penyampaian Setelah kedatangan


karantina di bandar udara deklarasi kesehatan pesawat

Pemeriksaan status kesehatan kru dan penumpang

Diberikan
Terduga Sebelum turun, sehat health alert
Pemeriksaan
sakit dilakukan disinseksi card
lanjut
sesuai standar

Diduga terjangkit Melewati alat Dipersilahkan


penyakit menular pemindai suhu turun

Dicurigai
Disinfeksi
menderita
pesawat
penyakit menular

Dikirim ke RS Melakukan skrinning

Ditemukan gejala klinis penyakit menular

Rujukan lokasi

Rekomendasi kepada pejabat imigrasi untuk deportasi

Anda mungkin juga menyukai