BAB 1
PENDAHULUAN
Data WHO (2011), di seluruh dunia, sekitar 40% orang yang berusia 25 tahun
keatas didiagnosis hipertensi. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada
Indonesia.(1)
setiap tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara.
dewasa.(1, 30)
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain,
1
2
darah tinggi oleh tenaga kesehatan atau belum pernah didiagnosis menderita
hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan
darah tinggi (minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada
penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu jika hasil
pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka
kanker dan sebagainya, justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup penduduk, sehingga dewasa ini lebih sering
dijumpai penduduk berusia lanjut. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia
(>60 tahun) di seluruh dunia sekitar 6,8 % dari total populasi penduduk dunia
dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi dua kali lipat pada
tahun 2025.(2)
yang didapatkan lebih dari 90% yang penyebabnya tidak diketahui dan
Hipertensi disebut juga dengan The Silent Killer karena sering kali dijumpai
tanpa gejala, yang apabila tidak diobati dan ditanggulangi akan menimbulkan
ginjal dan lainnya yang pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat maupun
kematian. Hipertensi dapat terjadi karena faktor herediter, asupan garam yang
Selatan yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 28,1
persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 10,5
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat penderita baru hipertensi esensial
(primer) sebanyak 5.902 kasus, penderita lama sebanyak 7.575 kasus, dengan
baru 1.670 kasus dengan kematian 24 orang, ginjal hipertensi penderita baru
jantung dan hipertensi sekunder penderita lama sebanyak 2.082 kasus dan
Pada penelitian ini, karakteristik yang ingin saya teliti yaitu hipertensi
derajat hipertensi, penyakit penyerta, dan obat yang digunakan. Rumah Sakit
Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar merupakan rumah sakit militer
yang berlokasi di perbatasan kota Makassar dan kabupaten Maros, lokasi ini
dan tempat tinggal. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka perlu
penderita hipertensi yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody
Hipertensi yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto
kelamin yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto,
utama.
penyerta.
digunakan.
masyarakat.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau
tenang. Hipertensi berkaitan dengan dengan kenaikan tekanan sistolik atau diastolik,
atau kedua-duanya. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara
tekanan darah sistolik maka penurunan resiko terkena penyakit jantung dan stroke
dapat terjadi.(4,16)
Tekanan darah sistolik terjadi pada saat denyutan, tekanan darah berada pada
titik tertinggi. Tekanan diastolik diukur pada saat jantung istirahat, tekanan darah
turun sampai tingkat terendah. Sepanjang hari tekanan darah bervariasi, selalu
selama berolah raga, sedang mengalami stres atau gangguan mental. Sebaliknya
tekanan darah menurun bila tubuh dalam keaadaan istirahat atau tidur.
7
8
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi
secara persisten, dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg. (4,9,11)
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sampai saat ini belum diketahui
hipertensi esensial seperti : faktor genetik, stres dan psikologis, serta faktor
Oleh karena itu penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Sampai
Tekanan darah di pengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan
darah.(4)
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan
perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap
selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang
disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks auto regulasi
9
primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan
jantung.(4)
b. Hipertensi Sekunder
seperti tumor, diabetes, dan adanya kista ; kelainan adrenal ; kelainan aorta ; kelainan
endokrin lain seperti, resistensi insulin, hipertiroidisme ; kelainan syaraf seperti stres
kortikosteroid.(4)
Klasifikasi derajat tekanan darah menurut Joint National Commite (JNC VII)
on Detection Evaluation and Treatment of Hight Blood Preasure tahun 2003 adalah:
a. Tekanan darah normal jika TDS <120 mmHg dan TDD <80 mmHg
c. Hipertensi derajat I jika TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99 mmHg
d. Hipertensi derajat II jika TDS >160 mmHg dan TDD >100 mmHg (27)
Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan akut tekanan darah sistolik >
180/120 mmHg. JNC VII membagi krisis Hipertensi menjadi 2 golongan berdasarkan
10
ada atau tidaknya bukti kerusakan organ sasaran yang progresif. Bukti kerusakan
organ sasaran yang dimaksud antara lain ensefalopati hipertensif, infark miokard akut,
gagal jantung kiri disertai edema paru, diseksi aneurisma aorta, dan eklamsia, yaitu :
a. Hipertensi emergensi (darurat) ditandai dengan kerusakan berat dari organ sasaran
yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit atau kondisi akut. Keterlambatan
diturunkan segera (< 1 jam). Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit
(ICU).
b. Hipertensi urgensi (mendesak), TDD > 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan
atau komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan darah harus diturunkan dalam
beberapa jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral.(26, 27)
Salah satu guideline terbaru yang dapat dijadikan acuan di Indonesia adalah
guideline Joint National Committee JNC VIII tahun 2014. Rekomendasi JNC dibuat
berdasarkan bukti-bukti dari berbagai studi acak terkontrol. Dua poin baru yang
penting dalam guideline JNC VIII ini adalah perubahan target tekanan darah sistolik
pada pasien berusia 60 tahun ke atas menjadi 150 mmHg dan target tekanan darah
pada pasien dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik berubah menjadi
140/90 mmHg.(28)
meningkat bersama dengan bertambahnya umur. Hasil analisa The National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES III) blood pressure data, hipertensi
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu 26% pada populasi muda (umur <50 tahun),
11
terutama pada laki-laki (63%) yang biasanya didapatkan lebih banyak IDH dibanding
ISH dan 74% pada populasi tua (umur >50 tahun), utamanya pada wanita (58%) yang
metabolik, kenaikan berat badan adalah faktor resiko independen untuk kejadian
hipertensi, faktor asupan NaCl pada diet juga sangat erat hubungannya dengan
kurang olah raga juga berperan dalam kontribusi kejadian hipertensi. Bila anamnesa
keluarga ada yang didapatkan hipertensi, maka sebelum umur 55 tahun resiko
yang tidak didapatkan hipertensi. Setelah umur 55 tahun semua oranag akan menjadi
hipertensi (90%).(4)
Hipertensi bila tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.(24) Menurut
WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta
Tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab kematian yang paling
penting di dunia yang membunuh hampir 9,4 juta orang setiap tahun di seluruh dunia,
dan merupakan masalah yang berkembang. Lebih dari 1 miliar orang hidup dengan
12
tekanan darah tinggi. Pada tahun 2008, secara global, prevalensi keseluruhan tekanan
darah tinggi pada orang dewasa berusia 25 tahun ke atas adalah sekitar 40%. Diantara
semua regio dari WHO, prevalensi peningkatan tekanan darah tertinggi di Wilayah
Afrika (46%) dan terendah di Wilayah Amerika (35%). Di Wilayah Asia Tenggara,
36% orang dewasa memiliki hipertensi. Laki-laki memiliki prevalensi tekanan darah
tinggi yang sedikit lebih tinggi daripada wanita, namun perbedaan ini cukup
signifikan secara statistik di Wilayah Amerika dan Wilayah Eropa. Prevalensi tekanan
pencegahan multisektoral dan diagnosis dan pengobatan yang banyak tersedia telah
negara berkembang beban penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi telah
Di Asia Tenggara, Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama kematian
yang menewaskan 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Satu dari tiga orang dewasa memiliki
tekanan darah tinggi. Pria memiliki prevalensi tekanan darah tinggi yang sedikit lebih
tempat data tersedia, prevalensi tekanan darah tinggi berkisar antara 19% di Republik
meningkat meningkat dari 8% pada tahun 1995 menjadi 32% di 2008. Di Myanmar,
18% menjadi 31% pada laki-laki, dan dari 16% menjadi 29% pada wanita 2004-2009.
Populasi penuaan, urbanisasi yang cepat dan transisi dari kehidupan agraria ke
daripada wanita memiliki tekanan darah tinggi sampai usia 45 tahun. Dari usia 45-54
dan 55-64, persentase pria dan wanita hampir sama namun setelah itu persentase
wanita yang jauh lebih tinggi daripada pria dalam tekanan darah tinggi. Sekitar 69%
orang yang memiliki serangan jantung, 77% yang memiliki stroke, dan 74% yang
mengalami gagal jantung kongestif memiliki tekanan darah tinggi lebih dari 140/90
mmHg.(26)
90
80
70
Persen Populasi
60
50
40 Laki-laki
30 Perempuan
20
10
0
20 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 65 - 75 >75
Umur (Tahun)
i. Usia
menyebabkan hipertensi. Tetapi hipertensi tidak selalu terjadi pada usia tua, namun
kenaikan rata- rata umur. Pada laki-laki hipertensi terjadi umur > 55 tahun dan
pada perempuan terjadi pada umur > 65 tahun. Resiko wanita meningkat setelah
data dari Riskesdas 2007 dan 2013, prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin
tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki.(31)
iii. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.8 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
hitam yaitu 25-30 %, dan golongan kulit putih yang menderita hipertensi ialah 15
terdapat pada daerah Papua (3,2 %) dan Riau (6,0 %), sedangkan prevalensi yang
tinggi terdapat pada daerah Sulawesi Selatan (10,3%) dan Sulawesi Utara (15,0).(20)
16
i. Konsumsi Garam
Garam adalah sumber utama natrium, unsur yang sangat penting bagi
cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan
relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam
tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar
tertentu ginjal tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi
di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah
akan meningkat. Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras
menganjurkan pembatasan konsumsi garan dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg).
ii. Obesitas
yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki
17
kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi. Anak dan dewasa, yang
penambahan berat badan. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi.
iii. Alkohol
Terdapat hubungan yang linier antara alkohol, tingkat tekanan darah dan
laki di Amerika disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol. (9) Alkohol memiliki
efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan
keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung akan dipaksabekerja
Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu faktor penting yang memiliki
hubungan dengan tekanan darah. Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
kali. Alkohol menurunkan efek obat anti hipertensi, tetapi efek presor ini mengalir
iv. Merokok
dan kaki. Merokok menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah
untuk sementara dan hal ini disebabkan oleh pengaruh nikotin dalam peredaran
18
darah. Meningkatnya tekanan darah ini lebih nyata pada penderita tekanan darah
tinggi. Selain pengaruh langsung tersebut, hanya sedikit bukti adanya hubungan
penyakit tekanan darah tinggi yang berat terutama pada usia lanjut.(19)
v. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka pendek dengan cara
tekanan darah secara otomatis. Peningkatan tekanan yang dialami berulang kali
karena stres, pada akhirnya akan menyebabkan tekanan darah tinggi yang
menetap.(18) Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf
tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami
hipertensi.(22)
untuk terkena tekanan darah tinggi 20-50 % lebih besar dibandingkan dengan
orang yang aktif.(17) Latihan fisik aerobik sedang secara teratur lebih efektif
menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan olah raga berat seperti lari.
Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan
sudah menikah dan masih memiliki pasangan hidup kondisi kejiwaannya relatif
stabil jika dibandingkan dengan yang belum menikah atau yang sudah cerai. Di
samping itu, umumnya pola makan yang menikah lebih teratur dibandingkan
dengan yang tidak menikah, sehingga derajat kesehatan bagi orang yang menikah
akan lebih baik. Sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
viii. Pekerjaan
dicetuskan oleh patofisiologi bukan akibat kerja yang mendasarinya. Pada pekerja
terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler adalah pekerjaan yang tidak aktif
secara fisik yang terlalu banyak bekerja, kurang berolahraga, tidak memperhatikan
gizi yang seimbang, konsumsi lemak tinggi dapat menimbulkan hipertensi pada
berat.(29)
Hipertensi esensial (primer) sering kali berlangsung tanpa gejala dan baru
20
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ-organ sasaran seperti ginjal, mata
dan jantung. Gejala-gejala yang umumnya dirasakan penderita adalah pusing, mudah
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal dan
gangguan serebral yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ
dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu: (20, 23)
Angina pectoris
Infark miokard
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai jantung,
otak, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer. Pada penderita Hipertensi, beban kerja
pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang
memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam
ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. (24)
pagi hari dan terlokalisir pada regio oksipital), keluhan tidak spesifik lainnya seperti
dizziness, palpitasi, mudah lelah, nyeri tengkuk, dan lain-lain. Kita dapat mendiagnosa
hipertensi melalui riwayat keluarga, diet, pola makan, aktifitas fisik, penyakit atau
22
kondisi lain yang diderita (mengarahkan ke hipertensi sekunder). Selain itu terdapat
penglihatan, nyeri dada (angina), gejala Transient Ischemic Attack (TIA), keluhan
darah dan tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran. Diagnosis baru dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Dalam pemeriksaan
fisik dilakukan pengukuran tekanan darah setelah pasien beristirahat 5 menit. Posisi
pasien adalah duduk bersandar dengan kaki di lantai dan lengan setinggi jantung.
Ukuran dan letak manset serta stetoskop harus benar. Ukuran manset standar untuk
orang dewasa adalah panjang 12-13 cm dan lebar 35 cm. Sangat dianjurkan agar 30
Pengukuran tekanan darah berdiri diindikasikan pada pasien dengan risiko hipertensi
postural (obat-obatan, lanjut usia, DM). Penentuan sistolik dan diastolik dengan
menggunakan Korotkofffase I dan V. Pengukuran dilakukan dua kali dengan jeda 1-5
menit. Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sangat berbeda.
morbiditas dan mortalitas penyakit karena hipertensi dapat diturunkan. Oleh karena
penatalaksanaan yaitu:
mendapat perhatian karena cara tersebut di anggap kurang efektif dan sukar untuk
kasus hipertensi dan adanya efek samping akibat pengobatan yang dilakukan jangka
mengurang faktor-faktor resiko yang dapat memacu timbulnya tekanan darah tinggi.
ii. Mengurangi asupan garam kedalam tubuh, nasehat pengurangan garam harus
akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan
farmakologis.
iii. Menciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga dapat
iv. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
b. Penatalaksanaan Farmakologis
hipertensi.
ii. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah agar
iii. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi.
iv. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan seumur hidup. (4)
risiko total morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan pengobatan
semua faktor resiko. Prinsip pengobatan farmakologis dimulai dengan obat dosis
Beta (BB) ACE (ACEI) reseptor All (ARB) Kalsium (CCB) Aldosteron
Gagal Jantung
Pasca Infark
Miokard Akut
Resiko Tinggi
Penyakit Koroner
DM
26
Penyakit Ginjal
Kronik
Pencegahan
Stroke Berulang
1. Diuretik
2. Beta Blocker
3. Ace Inhibitor
4. AARB
5. Ca Channel Blocker
6. Antagonis Aldosteron
Spironolactone
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada hipertensi adalah pencegahan dini pada individu yang
penghilangan stres.(18)
b. Pencegahan Sekunder
dini untuk mendeteksi adanya hipertensi dan melakukan terapi bukan obat dan terapi
obat. Terapi bukan obat dilakukan dengan pengurangan berat badan pasien hipertensi.
tekanan darah.(18)
hipertensi dilakukan dengan pemberian obat anti hipertensi. Banyak obat anti
hipertensi tersedia sekarang, dan lebih banyak lagi yang diperkenalkan pada
kecepatan yang cepat untuk pengendalian hipertensi. Semua obat anti hipertensi yang
yang tinggi.(18)
c. Pencegahan Tersier
hipertensi ditujukan pada pasien yang telah terkena hipertensi. Tindakan yang
komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi seperti stroke, gangguan ginjal, jantung
BAB 3
hipertensi di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto, Makassar. Maka
jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, keluhan utama, derajat
Jenis kelamin
Hipertensi
Lemak Aterosklerosis
Obesitas
Frekuensi denyut
jantung meningkat
Aktifitas fisik kurang
28
29
adalah:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Perkawinan
4. Pekerjaan
5. Keluhan utama
6. Derajat Hipertensi
7. Penyakit Penyerta
Tabel 3.2. Kerangka Konsep
8. Obat Yang Digunakan
a. Umur
b. Jenis Kelamin
b) Perempuan
c. Status Perkawinan
b) Belum menikah
d. Pekerjaan
b) PNS
c) Wiraswasta
d) Pensiunan
e) IRT
f) Tidak bekerja
e. Keluhan Utama
d) Lemas
f) lain-lain
f. Derajat Hipertensi
2. Elektrokardiogram (EKG)
3. Pemeriksaan laboratorium
Stroke :
1. Gejala iskemia.
mnt/1,73 m2)
g. Tidak ada
h. Lain-lain
f) Antagonis Aldosteron
g) Kombinasi
Merupakan gabungan lebih dari satu kelompok obat di atas.
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto, Makassar pada periode bulan
36
37
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian adalah data yang diperoleh melalui rekam medik subjek
penelitian.
2. Intrumen Penelitian
Alat pengumpul data dan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari lembar medik yang berisi table-tabel tertentu yang merekam dan
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak Direktur Rumah
Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto, Makassar. Kemudian nomor rekam medik
penderita yang menderita hipertensi dalam periode yang telah ditentukan. Setelah
itu dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung dalam rekam medik yang telah
disediakan.
Data rekam medik yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan manual,
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit Angkatan
Udara dr. Dody Sarjoto, Makassar sebagai permohonan izin melakukan penelitian.
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas penderita yang terdapat pada rekam medik,
sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang
dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak yang terkait
BAB 5
5.1. Pengertian
dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap kegiatan operasi dan latihan TNI
AU, baik yang diselenggarakan oleh tingkat Komando/ Markas Besar maupun tingkat
dan PNS beserta keluarga serta melayani TNI beserta keluarga, dan melaksanakan uji
kesehatan periodik bagi seluruh anggota militer dan PNS Lanud Sultan Hasanuddin
serta uji kesehatan Non Periodik dalam rangka mengikuti pendidikan/penugasan serta
melaksanakan uji kesehatan dalam rangka seleksi calon Tamtama, Bintara dan
Perwira.
diserahkan kepada AURI (TNI AU) fasilitas pelayanan medisnya bertambah dengan
fasilitas kebidanan. Pada waktu itu hanya kebidanan yang mampu melaksanakan
Pada tahun 1956 Pos Kesehatan Udara Lanud Sultan Hasanuddin berubah
nama menjadi Seksi Kesehatan dan Kepala Seksi Kesehatan dipimpin oleh Lettu Kes
39
40
ditambahnya 2 pelayanan yaitu pelayanan Gigi serta urusan Hygiene dan Sanitasi.
Lokasi pelayanan Kesehatan Lanud Sultan Hasanuddin pada waktu itu sekarang ini
menjadi Mess VIP Alfa Tengo, keadaan fasilitas kesehatan Lanud Sultan Hasanuddin
Pertengahan tahun 1962, dibangun fisik Rumah sakit dengan bentuk setengan
permanen di lokasi Rumah sakit didalam kompleks Lanud Sultah Hasanuddin. Bentuk
fisik bangunan hanya berupa barak panjang yang diberi sekat pembatas ruangan.
Fasilitas kesehatan pada waktu itu adalah Seksi Kesehatan namun jasa pelayanan
kesehatan yang sudah mampu diberikan adalah sejenis Klinik Lanud Sultan
Hasanuddin, pelayanan yang dilaksanakan adalah kebidanan dan klinik berobat jalan.
Kesehatan Lanud Sultan Hasanuddin dipimpin oleh dr. Bawole Tugas Gugus
Kesehatan adalah hampir sama dengan tugas KSA (kamar sakit asrama). Sekitar
pertengahan tahun 1965, Gugus Kesehatan Lanud Sultan Hasanuddin diubah menjadi
Dinas Kesehatan Lanud Siultan Hasanuddin yang dipimpin oleh dr. Diapari Siregar,
pada masa jabatan beliau bentuk fisik rumah sakit direnovasi dan diperbesar dengan
Pada tahun 1967 dilaksanakan renovasi rumah sakit tidak banyak perubahan
yang dilakukan pada Rumah Sakit. Namun pada tahun 1985 Rumah Sakit Lanud
Sultan Hasanuddin dikukuhkan menjadi Rumah Sakit dengan status Tingkat IV dan
Februari 2014 bangunan Rumah Sakit Baru yang terletak di jalan protokol
tanggal 26 Juni 2014 ditandatangani Surat Penetapan Rumah Sakit oleh Komandan
Lanud Sultan Hasanuddin sebagai Rumah Sakit TNI AU dr. Dody Sarjoto sesuai
Surat Keputusan Komandan Lanud Nomor 16 /V/2014 tanggal 26 Juni 2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit. Dr. Dody Sarjoto. Seorang dokter muda mulai bertugas di
Skadron Udara 21 dalam suatu operasi rutin, ditengah cuaca buruk pesawat Skadron
Udara 21 yang akan mendarat mengalami masalah dan jatuh kira-kira 1 km sebelah
mengenang almarhum, nama beliau diusulkan untuk menjadi nama Rumah Sakit TNI
AU dr. Dody Sarjoto yang berlokasi di Jl. Poros Bandara Baru Sultan
a. Dukungan kesehatan.
RSAU dr. Dody Sarjoto harus mampu mendukung setiap kegiatan operasional,
Hasanuddin .
b. Pelayanan Kesehatan.
Dalam rangka dan meningkatkan kualitas kesehatan prajurit dan PNS TNI
RSAU dr. Dody Sarjoto melaksanakan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun
rawat inap untuk anggota TNI, PNS serta keluarganya dan masyarakat umum
c. Pemeriksaan Kesehatan.
RSAU dr. Dody Sarjoto melaksanakan rikkes periodik bagi anggota TNI dan
PNS TNI serta rikkes non periodik untuk penerimaan anggota TNI AU dan PNS
TNI AU.
d. Pembinaan Jasmani.
5.3.2. Fungsi
a. Latihan matra udara. RSAU dr. Dody Sarjoto selalu terlibat dalam setiap
untuk anggota TNI AU dan rikkes non periodik untuk anggota TNI, penerimaan
RSAU dr. Dody Sarjoto selalu berkoordinasi dengan Lanud Sultan Hasanuddin .
prajurit dan PNS TNI merupakan salah satu tugas pokok RSAU dr. DODY
yang lebih baik kepada pasien TNI dan keluarganya yang dirawat di Rumah
Sakit.
April 2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff
2016 tentang Perubahan Struktur Organisasi, Status Jabatan dan Uraian Tugas di
4. Surat perintah kepala rumah sakit RSAU no Sprin : 258/ X/ 2014/ Rumkit
tentang pembentukan komite keperawatan rumah Sakit RSAU dr. Dody Sarjoto
44
5.5.1. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit dr. Dody Sarjoto menjadi rumah sakit yang
5.5.2. Misi
5.5.3. Falsafah
Landasan nilai yang ingin dicapai oleh RSAU dr. Dody Sarjoto adalah
“BINAR”. BINAR yang berarti Bersih, Indah, Nyaman, Andalan, dan Ramah.
5.5.5. Tujuan
TNI AU.
Bangunan Rumah Sakit Angkatan Udara dr.Dody Sarjoto yang telah tersedia
dan telah dapat difungsikan sebagai pendukung tugas pokok dan layanan kesehatan
d. Ruangan Rawat Inap sebanyak 3 unit ruangan kelas dan bangsal, 178 tempat tidur
1) Ruang Camar : 35 TT
2) Ruang Elang : 15 TT
3) Ruang Perinatologi : 5 TT
1) Laboratorium.
2) Radiologi.
3) Apotek.
5) Dapur Gizi.
9) Ruang Sekretariat.
12) Masjid.
berperan secara aktif dalam upaya menyehatkan masyarakat Indonesia, berikut daftar
No. Desember Januari 2017 Februari 2017 Maret 2017 April 2017
2016
1. Penyakit Penyakit Paru Penyakit Penyakit Penyakit Gigi
Endokrin & Sal. Nafas Endokrin & DM Jantung/Hiperte & Mulut
dan DM Bawah nsi
2. Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit
Jantung/Hip Jantung/Hipert Jantung/Hiperte Endokrin & DM Endokrin &
ertensi ensi nsi DM
3. Penyakit Penyakit Penyakit Gigi & Penyakit Gigi & Penyakit
TBC Kebidanan & Mulut Mulut Jantung/Hipert
Kandungan ensi
4. Penyakit Penyakit Penyakit TBC Penyakit Mata Penyakit Mata
Gigi & Endokrin &
Mulut DM
5. Penyakit Penyakit Gigi Penyakit Mata Penyakit TBC Penyakit TBC
Mata & Mulut
Tabel 5.7. Laporan Bulanan Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar,
Desember 2016 - April 2017
47
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar.
Pengumpulan data dimulai pada tanggal Desember 2016 - April 2017. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik penderita hipertensi
metode total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel. Jumlah penderita
hipertensi yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar
mulai dari Desember 2016 - April 2017 yang akan dijadikan sampel pada penelitian
Sampel yang telah diambil dari data bagian rekam medik Rumah Sakit
Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar kemudian dikelompokkan dan diolah
keluhan utama, derajat hipertensi, penyakit penyerta, dan obat yang digunakan,
47
48
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.1 dapat dilihat bahwa penderita Hipertensi
yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 banyak pada kelompok umur lansia (46 - 65 tahun) yaitu
49
57 orang atau 49,1% diurutan kedua brada pada kelompok umur manula (>65 tahun)
yaitu 34 orang atau 29,3% diurutan ketiga berada pada kelompok umur dewasa (26 -
45 tahun) yaitu 21 orang atau 18,1% dan yang paling sedikit yaitu pada kelompok
Laki-laki 49 42,2
Perempuan 67 57,8
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.2. dapat dilihat bahwa penderita Hipertensi
yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 lebih banyak perempuan yaitu 67 orang atau 57,8%,
Pekerjaan Frekuensi %
Pelajar 4 3,4
PNS 43 37,1
Wiraswasta 13 11,2
Pensiun 23 19,8
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.3. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember 2016 - April
2017 lebih banyak yang memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu
43 orang atau 37,1% diurutan kedua berada pada pekerjaan sebagai pensiunan dan ibu
rumah tangga yaitu 23 orang atau 19,8% diurutan ketiga berada pada pekerjaan
sebagai wiraswasta yaitu 13 orang atau 11,2% diurutan keempat berada pada status
pasien yang tidak bekerja yaitu 10 orang atau 8,6% dan yang paling sedikit berada
Menikah 109 94
Belum Menikah 7 6
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.4. dapat dilihat bahwa penderita Hipertensi
yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang berstatus menikah yaitu 109 orang atau
Lemas 13 11,2
Lain-lain 28 24,1
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.5 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi yang
berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang dengan keluhan sakit
kepala yaitu 44 orang atau 37,9% diurutan kedua berada pada keluhan lain-lain yaitu
28 orang atau 24,1% diurutan ketiga berada pada lebih dari dua keluhan yang telah
dikarakteristikkan yaitu 25 orang atau 21,6% diurutan keempat berada pada keluhan
lemas yaitu 13 orang atau 11,2% dan yang paling sedikit berada pada keluhan nyeri
atau pegal pada tengkuk 3 orang atau 2,6%, berdebar dan detak jantung terasa cepat
Pre-Hipertensi 12 10,3
Hipertensi Stage I 51 44
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.6 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi yang
berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang dengan hipertensi stage
II yaitu 53 orang atau 45,7% diurutan kedua berada pada pasien dengan hipertensi
stage I yaitu 51 orang atau 44% dan yang paling sedikit berada pada pasien yang
Stroke 2 1,7
Lain-Lain 34 29,3
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.7. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi
yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
57
Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang tanpa penyakit
penyerta yaitu 37 orang atau 31,9% pada urutan kedua berada pada pasien dengan
penyakit penyerta lain-lain yaitu 34 orang atau 29,3% pada urutan ketiga berada pada
pasien dengan penyakit penyerta penyakit jantung koroner yaitu 18 orang atau 15,5%
pada urutan keempat berada pada pasien diabetes melitus yaitu 13 orang atau 11,2%
pada urutan kelima berada pada pasien infark miokard yaitu 6 orang atau 5,2% pada
urutan keenam berada pada pasien gagal jantung yaitu 3 orang atau 2,6% dan gagal
ginjal kronik yaitu 3 orang atau 2,6% dan yang paling sedikit berada pada pasien
Diuretik 9 7,8
Kombinasi 6 5,2
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
Berdasarkan tabel dan grafik 6.8. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi
yang berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang dengan mendapatkan
Amlodipin, sebanyak 69 orang atau 59,5% pada urutan kedua berada pada
Penghambat ACE (ACEI) yaitu 15 orang atau 12,9% pada urutan ketiga berada pada
diuretik yaitu 9 orang atau 7,8% dan Penyekat Beta (BB) yaitu 9 orang atau 7,8%
pada urutan keempat berada pada Antagois Aldosteron All (ARB) yaitu 7 orang atau
6% pada urutan kelima berada pada pasien yang mendapat pengobatan kombinasi
lebih dari satu obat hipertensi yaitu 6 orang atau 5,2% dan yang paling sedikit berada
pada pasien yang mendapat pengobatan dari golongan antagonis aldosteron yaitu 1
orang 0,9%.
59
BAB 7
PEMBAHASAN
lansia berusia 46 - 65 tahun. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dengan meningkatnya usia
maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan ini menunjang peningkatan tahanan
berdasarkan data dari Riskesdas 2007 dan 2013, prevalensi hipertensi berdasarkan
jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi pada perempuan
lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada laki-laki hipertensi terjadi umur > 55 tahun dan
pada perempuan terjadi pada umur > 65 tahun. Resiko wanita meningkat setelah
mengalami masa menopause. Hal ini berkesinambungan dengan data The National
Health and Nutrition Examination Survey 2007-2010, NCHS and NHLBI yang
dimana pada usia 20-54 tahun angka kejadian hipertensi pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan, namun mulai usia 55-64 tahun angka kejadian hipertensi antara
laki-laki dan wanita sama, dan menginjak usia > 65 tahun angka kejadian hipertensi
pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada masa pre
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana jumlah
hormon estrogen secara alamiah akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
59
60
Makassar, Desember 2016 - April 2017 lebih banyak yang memiliki pekerjaan
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 43 orang atau 37,1%. Hal ini dapat
dikaitkan mengingat Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar
merupakan rumah sakit angkatan udara yang dimana pasiennya lebih banyak dari
Hamid, S.A. (2013) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Gorontalo bahwa pekerjaan terhadap penderita hipertensi lebih banyak terjadi pada
kelompok pekerja karena salah satu faktor resikonya adalah berkaitan erat dengan
cara hidup kita seperti cara kita dalam menghadapi permasalahan dan dipengaruhi
juga oleh berat ringannya pekerjaan seseorang maka kejadian hipertensi paling
banyak terjadi pada golongan pekerja. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa
tidak ada satu pekerjaan tertentu yang tidak dapat terkena penyakit hipertensi. Semua
Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember 2016 - April 2017 dari
golongan PNS dapat dipengaruhi mengingat RSAU dr. Dody Sarjoto Makassar
merupakan Rumah Sakit Militer milik TNI AU yang berkesinambungan dengan latar
Status perkawinan sangat berkaitan erat dengan faktor stres, yang dimana
stress merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody
Sarjoto Makassar, Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang berstatus
menikah yaitu 109 orang atau 94%, sedangkan belum menikah yaitu 7 orang atau 6%.
kelompok umur yang banyak terjadi pada kelompok umur lansia (46 - 65 tahun),
61
sedangkan paling sedikit pada kelompok remaja (12 - 25 tahun). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Nenny Tripena (2012) di RSUD Rumah Sakit Bhayangkara
nyeri kepala beserta keluhan lainnya seperti dizziness, palpitasi, mudah lelah, nyeri
Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar, Desember 2016 - April 2017
lebih banyak pasien yang datang dengan keluhan sakit kepala yaitu 44 orang atau
37,9%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jemadi (2013) dalam
Karakteristik Penderita Hipertensi yang di rawat inap di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar tahun 2012 - 2013 yang menunjukkan bahwa proporsi keluhan
utama mayoritas adalah sakit kepala sebesar 71,5% dan yang paling sedikit adalah
(RSAU) Makassar, Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang
dengan hipertensi stage II yaitu 53 orang atau 45,7% diurutan kedua berada pada
pasien dengan hipertensi stage I yaitu 51 orang atau 44% dan yang paling sedikit
berada pada pasien yang datang dengan pre-hipertensi yaitu 12 orang atau 10,3%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jemadi (2013) dalam Karakteristik
Penderita Hipertensi yang di rawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar
tahun 2012 - 2013 yang menunjukkan bahwa proporsi derajat hipertensi penderita
tertinggi adalah hipertensi derajat 2 sebesar 66,2 % dan terendah adalah pre-hipertensi
sebesar 14,6%.(33)
(RSAU) Makassar, Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang
tanpa penyakit penyerta yaitu 37 orang atau 31,9%. Dalam hal ini, hipertensi lebih
dahulu terjadi sebelum terjadinya kerusakan organ target yang menimbulkan berbagai
penyakit jika penyakit hipertensi tidak ditanggulangi dengan segera2. Hipertensi bisa
bersifat primer atau urgency (tanpa komplikasi kerusakan organ target) maupun
bersifat sekunder (sudah ditandai adanya kerusakan organ target). Hipertensi lebih
bisa timbul gejala tanpa didahului oleh kerusakan organ target. Namun, data
Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar didapatkan tergantung dari seorang
petugas kesehatan (dalam hal ini yang menangani pasiennya tersebut) yang
menuliskan keterangan status penyakit penyerta pasien di catatan rekam medis pasien
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan fisik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Husnil Kadri (2011) dalam Penggunaan Obat
DR. M. Djamil Tahun 2011 yang menunjukkan bahwa jumlah pasien hipertensi
berdasarkan tanpa adanya penyakit penyerta sebanyak 72,9% dan untuk pasien
(RSAU) Makassar, Desember 2016 - April 2017 lebih banyak pasien yang datang
Kalsium (CCB) yaitu Amlodipin, sebanyak 69 orang atau 59,5%. Hal ini dikarenakan
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar memasok
63
amlodipine (golongan Penghambat Kanal Kalsium (CCB)) dengan jumlah yang lebih
otot polos pembuluh darah melalui blokade dari kalsium tipe L yang menyebabkan
relaksasi dari otot pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
Absorbsi yang lambat dari amlodipin menyebabkan tekanan darah turun dengan
perlahan dan waktu paruh amlodipin yang panjang memastikan dapat bekerja 24 jam
penuh, kadarnya pada 24 jam masih 2/3 dari kadar puncaknya. (35, 37)
64
BAB 8
8.1. Kesimpulan
hipertensi di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember
2016 - April 2017 didapatkan sampel sebanyak 116 orang (total sampling), maka
disimpulkan beberapa hal yakni bahwa sebagian besar penderita Hipertensi yang
berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 banyak pada kelompok umur lansia (46 - 65 tahun) dan
lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Sebagian besar penderita hipertensi yang
berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto Makassar, Desember 2016
- April 2017 lebih banyak yang memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dengan status menikah yang lebih banyak dan pasien yang datang dengan
keluhan sakit kepala paling banyak dengan hipertensi stage II tanpa penyakit
8.2. Saran
berobat di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) Makassar,
Desember 2016 - April 2017 didapatkan sampel sebanyak 116 orang (total sampling),
63
65
pihak Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU) harus lebih
2. Kepada pihak Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Dody Sarjoto (RSAU)
hidup sehat seperti olahraga secara teratur yang diimbangi dengan makan-
berlebihan.
rutin dan dapat melakukan olahraga secara teratur yang diimbangi dengan
berlebihan.
66
DAFTAR PUSTAKA
2. Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. 2nd edition. Jakarta :
3. Yahya, A,Z. 2005. Kenali Gejala, Terapi, dan Penceahan Penyakit Jantung.
4. Setiati Siti, Alwi Idrus, et al. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Ed. VI, Jilid II. Jakarta
5. National Institutes of Health, 2003. The Seventh Report of the Joint National
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Jakarta: Gaya Baru, pp. 354 - 359.
66
67
11. Sobel, B., 2008. Hipertensi Pedoman Klinis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates, pp.
50-51.
12. Kaplan, N. 2011. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: EGC, pp. 143.
14. Semple, P. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Arcan, pp. 68 - 69.
15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat Data dan Informasi
16. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.
17. S. M. Haffner. 2009. Adherence to the DASH Diet is Inversely Associated with
18. Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi penyakit menular. Jakarta: Rineka Cipta, pp.
72.
19. Andria, K.M. 2013. Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan
Gebang Putih Kecamatan Sukokilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol.1, No.2,
20. Suoth, M., Bidjuni, H., Malara, R.T. 2014. Hubungan Gaya Hidup dengan
21. Hoeymans, N., Smit, H.A., Verkeij, H, Kromhout, D. 2009. Cardiovascular Risk
22. Guyton, A.C., Hall, J.E., 2008. The Heart. In: Schmitt, W., Gruliow, R., eds.
108.
25. James, A., et al. 2014. Evidence Based Guideline for The Management of High
Blood Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed to The
Eighth Joint National Commitee (JNC VIII). U.S: Department of Health and
26. National Center for Disease Control (NCHS), National Heart, Lung, and
Service, pp. 6.
27. Faqih, Muhammad, Khumaidi, Adib, Rusady, Maya, et al. 2016. Buku Panduan
Hipertensi Studi Ekologi di Pulau Jawa Tahun 2004. Depok : Fakultas Kesehatan
Hipertensi pada Lansia di Kota Depok Tahun 2002. Depok : Fakultas Kesehatan
31. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
32. Tripena,N., 2012. Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit
33. Jemadi et al. 2013. Karakteristik Penderita Hipertensi yang di Rawat Inap di
Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2012 - 2013. Medan :Fakultas
34. Kadri, Husnil et al. 2011. Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
35. Yogiantoro, M. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. V, Jilid II. Jakarta :
36. Hamid, S.A. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang
FKUI, pp. 46