Anda di halaman 1dari 22

Batuk Darah

NURIZKI MEUTIARANI
Definisi
• Batuk darah atau hemoptisis adalah dahak bercampur darah
(20-600 mL /24 jam) yang berasal dari parenkim paru atau
saluran napas bawah.
Klasifikasi
• Bercak ( streaking)  darah + sputum dengan volume darah
<15-20 mL/24 jam.
• Hemoptisis  vol. darah yang dibatukkan 20-600 mL/24 jam.
• Hemoptisis masif  vol. darah yang dibatukkan >600 mL/24
jam.
• Pseudohemoptisis  batuk darah dari struktur saluran napas
bagian atas atau dari saluran gastrointestinal.
Perbedaan Hemoptisis &
Hematemesis

Perbedaan Hemoptisis Hematemesis


Cara pengeluaran Dibatukkan Dimuntahkan
Warna Merah terang Hitam / Merah terang
pH Basa Asam
Busa Ada Tidak ada
Gejala awal Rasa ingin batuk Rasa mual dan muntah
Vaskularisasi Paru
• Aliran darah pada paru berasal dari:
• Sirkulasi pulmonal
• Sirkulasi bronkhial
Sirkulasi Pulmonal Sirkulasi Bronkhial
• Berfungsi membawa gas • Menyediakan darah
hasil pertukaran darah teroksigenasi dari
kapiler dan udara alveoli sirkulasi sitemik.
• Berasal dari ventrikel • Untuk memenuhi
kanan – a. pulmonalis – kebutuhan metabolisme
kapiler – v. pulmonalis – paru.
ventrikel kiri – sirkulasi • Berasal dari aorta
sistemik. thorakalis – a. bronkhial
– jaringan paru – vena
bronkhial – sistem
azygos – v. cava sup –
atrium kanan.
• Sebagian besar curah jantung dialirkan melalui sistem
pembuluh kapiler pulmonal dengan tekanan yang rendah.
• Sebaliknya, arteri bronkhial berada di bawah tekanan sistemik
yang jauh lebih tinggi namun hanya membawa sebagian kecil
curah jantung.
• Sirkulasi bronkhial (90%) memegang peranan penting dalam
patofisiologi batuk darah karena memperdarahi sebagian
besar jalan napas.
Etiologi dan Diagnosis Banding
Patofisiologi
 Patofisiologi batuk darah pada berbagai penyebab batuk
darah hampir sama, yaitu terdapat kelainan pada:
◦ Parenkim paru
◦ Jalan napas
◦ Pembuluh darah
Tuberkulosis Paru
• Hemoptisis terjadi karena rusaknya susunan parenkim
paru dan pembuluh darah paru
• Mekanisme:
• Terdapat kavitas pada paru sebabkan ulserasi bronkus, neksrosis
pembuluh darah disekitar dan alveoli distal  pembuluh darah
pecah
• Ruptur aneurisma Rasmusssen  perdarahan masif
Penyakit Paru Akibat Jamur
• Aspergilosis  fungus ball
 Fungus ball sering terbentuk pada penderita penyakit paru
berkavitas seperti TB paru.
 Hemoptisis terjadi akibat trauma mekanis karena pergerakan
fungus ball di dalam kavitas
 Angioinvasi elemen jamur  kerusakan parenkim dan struktur
pembuluh darah
Bronkiektasis
• Hemoptisis terjadi karena terdapat kelainan pada jalan
napas.
• Nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai
pembuluh darah dan timbul perdarahan.
Bronkhitis kronik
• Hemoptisis terjadi karena terdapat kelainan pada jalan
napas.
• Mukosa bronkus yang meradang akibat infeksi dan
timbulnya batuk keras  bloodstreak
Neoplasma
• Kejadian batuk darah pada penderita karsinoma bronkogenik
berkisar 7-10 %.
• Hemoptisis terjadi karena proses nekrosis dan
peradangan pembuluh darah pada jaringan tumor.
Diagnosis
Anamnesis:
• Memastikan hemoptisis
• Volume dan frekuensi batuk darah
• Tentukan sumber perdarahan
• Riwayat penyakit, keluarga, konsumsi obat
• Keluhan lain:
• Demam dan batuk produktif
• Timbul tiba-tiba karena sesak dan nyeri dada
• Kehilangan BB signifikan
Pemeriksaan Fisik
• Nilai kestabilan sirkulasi
• Pemeriksaan nasofaring
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan dinding dan rongga dada
• Trauma dinding dada  Memar parenkim paru, laserasi bronkhial
• Ada ronki, suara napas berkurang, perkusi redup
• Clubbing finger  non spesifik, penyakit paru kronik
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium:
• Darah tepi lengkap  hemoglobin dan hematokrit ↑,
WBC ↑, trombositopenia, trombositosis.
• Pemeriksaan koagulasi
• AGD arterial
• Dahak
• Radiologi:
• Foto polos thoraks
• CT scan thoraks
• Angiografi
Pemeriksaan Penunjang
Angiografi Bronkoskopi
• Apabila dengan • Terapeutik
pemeriksaan lain tidak menghentikan
perdarahan
bisa menentukan
• Diagnostik:
penyebab atau asal dari
• Menentukan
perdarahan. sumber/lokasi
• Terapeutik  embolisasi. perdarahan untuk
rencana tindakan
• Diagnostik bedah
• Mengambil bahan
bilasan bronkus untuk
pemeriksaan lab
Tatalaksana
Tujuan : pertahankan jalan napas dan hentikan perdarahan.

Hemoptisis Ringan:
• Terapi dasar  tirah baring, posisikan pasien.
• Terapi spesifik.

Hemoptisis Masif:
• Pertahankan saluran napas clear
• Lokalisasi sumber perdarahan  posisikan pasien
• Monitoring dan pertahankan tekanan darah
Medikamentosa
• Vasopresin intravena
• Asam traneksamat (antifibrinolitik)
• Vitamin K
• Kortikosteroid sistemik
• Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH) atau
danazol  hemoptisis katamenial
• Antitusif kontra indikasi
• Etiologi: Antituberkulosis, antibiotik, anti jamur.
Operasi
• Pasien dengan hemoptisis tidak terkontrol.
• Batuk darah > 600cc/24 jam, tidak berhenti dengan observasi
• Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb <10, observasi tidak berhenti
• Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb >10, observasi 48 jam tidak
berhenti
• Tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan bedah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai