Anda di halaman 1dari 135

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Tesis Magister

2018

Hubungan Supervisi Kepala Ruangan


dengan Kinerja Perawat Pelaksana di
Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Syatriawati
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12306
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN
KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH
SAKIT GRAND MEDISTRA LUBUK PAKAM

TESIS

Oleh

SYATRIAWATI
147046054 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER


ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


CORRELATION BETWEEN WARD HEAD’S SUPERVISION
AND THE EXECUTING NURSES’ PERFORMANCES IN
GRAND MEDISTRA HOSPITAL, LUBUK PAKAM

THESIS

By

SYATRIAWATI
147046054 / NURSING ADMINISTRASION

MASTER IN NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan
Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam.
Nama Mahasiswa : Syatriawati
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses formal dan profesional yang


dilakukan oleh supervisier kepada pemimpin untuk mendukung, membimbing,
mengarahkan, mengevaluasi, serta mengembangkan pengetahuan dan kompetensi
perawat untuk menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab guna
mencapai tujuan rumah sakit dan keselamatan pasien. Kinerja perawat suatu
tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai
dengan moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan
pada pengguna jasa. Hasil dari pelaksanaan supervisi diharapkan setiap perawat
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan
tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Supervisi
kepala ruangan dengan Kinerja perawat pelaksana di rumah sakit Grand Medistra
Lubuk Pakam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan
sebanyak 15 orang dan perawat pelaksana di ruang rawat inap sebanyak 95 orang
dengan meggunakan teknik total sampling diperoleh sampel 115 orang. Data
dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan supervisi
kepala ruangan pada kategori baik berjumlah 95 orang (100%) dan untuk hasil
dari kinerja perawat berada pada kategori baik dengan berjumlah 12 orang (80%)
dengan nilai p-value= 0.71 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Saran pada penelitian ini
diharapkan kepada perawat untuk memanfaatkan kegiatan supervisi keperawatan
dengan baik untuk terus memperbaiki pelayanan kepada pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan yang baik.

Kata kunci: supervisi kepala ruangan, kinerja perawat

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul: “ Hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana di Rumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam”

Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini Penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, Selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Bapak Setiawan,S.Kp., MNS., Ph.D Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang

Magister Keperawatan.

3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program

Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara ,dosen pembimbing I tesis dan Selaku Penguji I yang

telah banyak memberikan masukan dan saran untuk dalam penyusunan

tesis ini.

iii
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Diah Arrum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Sekretaris Ketua Program

Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara an Selaku

Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk dalam

penyusunan tesis ini.

5. Bapak Roymond H.Simamora, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing II

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan

tesis.

6. Para dosen dan staff Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam

proses penyelesaian laporan tesis.

7. Ibu Diah Arrum, S.Kep,Ns, M.Kep, Ibu Liberta Lumbantoruan,

S.Kp.,M.Kep dan ibu Sriga banjanahor, S.Kep,.Ns,.MARS. selaku expert

dalam uji validitas kuesioner tesis ini.

8. dr.Arif Sujatmiko selaku pimpinan Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam sebagai lokasi penelitian tesis ini.

9. dr.Alprindo Sembiring selaku pimpinan Rumah Sakit Sembiring Deli Tua

sebagai lokasi uji reliabilitas tesis ini.

10. Drs. Johannes Sembiring.,M.Pd.,M.Kes dan Drs. David Ginting,

M.Pd.,M.Kes selaku pimpinan Yayasan MEDISTRA dan Ketua STIKes

MEDISTRA Lubuk Pakam yang telah banyak memberikan dukungan

materi dalam penyelesaian laporan tesis.

11. Kepada Orang tua : H. Suhaimi dan Hj. Syamsinar,Saudara/i: Lilis

Suhelmi,AM.Keb, Susi Helmi,S.Kom, Linda Warni.AM.Keb,S.Tr,Keb

iv
Universitas Sumatera Utara
Ilham Syddiq,S.H, yang telah banyak memberikan dorongan moril dalam

penyelesaian laporan tesis.

12. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan IV 2014/2016 dan

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

profesi keperawatan.

Medan, Juni 2018

Penulis,

Syatriawati

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ............................................................................ 1
1.2. Permasalahan .............................................................................. 7
1.3. Tujuan penelitian ........................................................................ 7
1.3.1.Tujuan Umum..................................................................... 7
1.3.2.Tujuan Khusus.................................................................... 7
1.4. Hipotesa ...................................................................................... 7
1.5. Manfaat penelitian ...................................................................... 8
1.5.1.Bagi rumah sakit ................................................................. 8
1.5.1.1.Pihak managemen ................................................. 8
1.5.1.2.Kepala Ruangan .................................................... 8
1.5.1.3.Perawat Pelaksana................................................. 8
1.5.2.Bagi pendidikan keperawatan............................................. 8
1.5.3.Bagi Tim kesehatan lain ..................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 10


2.1.Supervisi ...................................................................................... 10
2.1.1.Pengertian supervisi........................................................... 10
2.1.2.Tujuan supervisi ................................................................ 12
2.1.3.Pelaksanaan supervisi keperawatan................................... 12
2.1.4.Teknik supervisi ................................................................ 13
2.1.5.Langkah-langkah supervisi................................................ 15
2.1.6.Model supervisi ................................................................. 16
2.1.7.Fungsi supervisi................................................................. 18
2.1.8.Supervisi ............................................................................ 20
2.1.9.Alat ukur supervisi kepala ruangan ................................... 23
2.1.10.Hasil Ukur ....................................................................... 23
2.2.Kinerja ......................................................................................... 23
2.2.1.Pengertian kinerja .............................................................. 23
2.2.2.Standar Instrumen penilaian kinerja .................................. 28
2.2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ........................ 31
2.2.4.Penelitian terdahulu ........................................................... 32
2.2.5.Masalah dalam penilaian kinerja perawat ......................... 34

viii
Universitas Sumatera Utara
2.2.6.Kinerja perawat pelaksana ruang inap............................... 35
2.2.7.Alat ukur kinerja perawat .................................................. 36
2.2.8.Hasil Ukur ......................................................................... 38
2.2.9.Pengukuran Kinerja Perawat ............................................. 38
2.3.Landasan Teori ............................................................................ 38
2.4.Kerangka konsep ......................................................................... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................. 43


3.1.Jenis penelitian............................................................................. 43
3.2.Lokasi dan waktu penelitian ........................................................ 43
3.3.Populasi dan sampel .................................................................... 44
3.4.Metode pengumpulan data........................................................... 44
3.4.1.Tahap persiapan................................................................. 44
3.4.2.Tahap pelaksanaan............................................................. 45
3.5.Variabel dan definisi operasional ................................................ 45
3.5.1.Variabel bebas ................................................................... 46
3.5.2.Variabel terikat .................................................................. 46
3.6.Metode pengukuran ..................................................................... 47
3.6.1.Prosedur penggunaan Instrumen ....................................... 47
3.6.2.Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat ................ 48
3.6.2.1.Peran Supervisi Kepala Ruangan .......................... 48
3.6.2.2.Kinerja perawat ..................................................... 49
3.6.2.3.Uji validitas ........................................................... 50
3.6.3.4.Uji reabilitas .......................................................... 53
3.7.Metode pengumpulan data........................................................... 58
3.8.Analisa data ................................................................................. 59
3.9.Pertimbangan etik ........................................................................ 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 64


4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian....................................................... 64
4.2.Hasil Penelitian ......................................................................... 69
4.2.1.Karakteristik Responden .................................................. 69
4.3. Analisis Univariat..................................................................... 71
4.3.1.Hasil Penelitian Supervisi ............................................... 72
4.3.2.Hasil Penelitian Kinerja .................................................. 73
4.4.Analisis Bivariat........................................................................ 74
4.4.1.Hasil Uji Korelasi........................................................... 74

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................ 75


5.1.Supervisi Kepala Ruangan ........................................................ 75
5.2.Kinerja Perawat......................................................................... 76
5.3.Hubungan Supervisi .................................................................. 81
5.4.Kekuatan dan Keterbatasan....................................................... 84

ix
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 85
6.1.Kesimpulan ............................................................................... 85
6.2.Saran.......................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman

3.1. Variabel dan definisi operasional....................................................... 46


3.3. Hasil pilot study data demografi kepala ruangan............................... 54
3.4. Hasil pilot study data demografi perawat........................................... 55
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Supervisi Kepala Ruangan.......... 69
4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik perawat pelaksana....................... 70
4.3. Distribusi Frekuensi Kategori Supervisi Kepala Rungan .................. 72
4.4.Distribusi Frekuensi Kategori Kinerja Perawat .................................. 73

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SKEMA

Halaman

2.3. Kerangka Teori................................................................................... 40


2.4. Kerangka Konsep ............................................................................... 42

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Supervisi
2. Lembar Kuesioner Supervisi Kepala Ruangan
3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kinerja
4. Lembar Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana
5. Lembar Biodata Expert
6. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan F.Kep USU
7. Lembar Surat Ijin Reliabel dari F.Kep USU
8. Lembar Surat Ijin Reliabel dari RSU Sembiring Delitua
9.Lembar Surat Ijin Penelitian dari F.Kep USU
10. Lembar Surat Ijin Penelitian dari RS Grand Medistra Lubuk Pakam
11. Lembar Konsul

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu institusi perawatan kesehatan profesional

yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan

lainnya. Saat ini kesehatan merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup baik.

Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya rumah sakit atau klinik swasta yang

berdiri. Bahkan di Indonesia juga telah berdiri beberapa rumah sakit bertaraf

internasional. Rumah sakit baik swasta maupun milik pemerintah berusaha

menjaring pasien sebanyak-banyaknya dengan meningkatkan pelayanannya.

Layanan yang diberikan rumah sakit di Indonesia masih kurang dibandingkan

dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit di luar negeri. Sering kali

masyarakat mendengar bahwa rumah sakit menolak pasiennya dikarenakan tidak

ada tempat untuk merawat pasien (Sitonga, 2005).

Sistem manajemen di rumah sakit sangat penting, dimana supervisi klinis

merupakan suatu proses formal secara profesional dengan dukungan dan

pembelajaran yang memungkinkan praktisi individual nya untuk

mengembangkan pengetahuan dan juga kompetensi, menganggap tanggung

jawab untuk praktek sendiri dan meningkatkan perlindungan konsumen dan

keamanan perawatan dalam situasi klinis yang kompleks dirumah sakit dalam

suatu sistem manjemen yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang

diberikan (Depkes RI,1999).

1
Universitas Sumatera Utara
Perawat merupakan salah satu profesi dalam pemberian asuhan

keperawatan di rumah sakit terhadap pasien, yang mana tenaga perawat

mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas dan kuantitas

pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya

berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual, merupakan pelayanan yang

unik, dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan yang merupakan

kelebihan tersendiri dibanding pelayanan kesehatan lainnya (Depkes RI, 2005).

Munculnya supervisi klinis pada saat ini karena adanya kegagalan yang

dalam pelayanan keperawatan ditahun 1990, termasuk kesalahan tragedi operasi

jantung Bristol dan skrining serviks di Kent Canterbury Hospital dan kejadian

tersebut berfungsi untuk menggambarkan potensi hasil yang merugikan ketika

sistem pelayanan kesehatan. Supervisi klinis menjadi salah satu yang kurang

dipahami dalam praktek keperawatan modern. Persepsi ini memberikan

pengasuhan dan layanan mendukung untuk perawat, membantu mereka untuk

merefleksikan secara kritis tindakan mereka dalam perawatan pasien untuk

mengeksplorasi dan menguji peran dan status supervisi klinis sebagai supervisor

walaupun perkembangan dalam perawatan lebih baik, dalam supervisi klinis tetap

menjadi salah satu kebanyakan praktek yang salah dipahami dikeperawatan.

Digambarkan sebagai pertukaran antara praktisi profesional untuk

memungkinkan pengembangan keterampilan profesional, menyediakan dukungan

layanan bagi perawat untuk membantu mereka merefleksikan tindakan mereka

atau mungkin infeksi dalam penyediaan perawatan pasien (Cottrell & Smith,

2000).

2
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas dan kualitas pelayanan secara keseluruhan diperkirakan akan

meningkat melalui peningkatan profesional dan kesadaran terhadap tanggung

jawab pada tugas masing-masing. Supervisi adalah suatu proses dengan cara

perencanaan, pengarahan, bimbingan, motivasi, evaluasi dan perbaikan agar staf

dapat melaksanakan tugasnya secara optimal (Bush, 2005).

Supervisi klinik merupakan intervensi yang disediakan anggota senior

dari sebuah profesi untuk anggota junior atau anggota profesi yang sama.

Hubungan ini meluas dari waktu ke waktu dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan fungsi profesional junior, pemantauan kualitas layanan profesional

yang ditawarkan untuk klien atau melayani sebagai juru kunci mereka yang

adalah untuk memasuki profesi tertentu (Bernard & Goodyear, 1998).

Menerapkan model supervisi klinis dalam keperawatan salah satu

penelitian yang dilakukan di Portugal melaksanakan secara studi eksplorasi,

deskriptif dan longitudinal bertujuan untuk mempublikasikan hasil tahap pertama

yang difokuskan pada pendapat kepala perawat pada supervisi klinis keperawatan.

Penelitian yang pernah dilakukan adalah dengan melakukan wawancara untuk

semua kepala perawat sebanyak 18 orang. Analisisnya digunakan untuk

data,tema dan kategori ditemukan seperti perspektif, relevansi, kondisi supervisi

klinik (Winstanley & White, 2002). Penurunan kinerja perawat akan

mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan Studi oleh Direktorat Keperawatan dan

Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4

provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara.

3
Universitas Sumatera Utara
Kemudian Kalimantan Timur, menemukan 47,4 persen perawat belum

memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 persen perawat tidak pernah mengikuti

pelatihan dalam 3 tahun terakhir dan 39,8 persen perawat masih melaksanakan

tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan system monitoring dan

evaluasi kinerja perawat (Basri, 2007). Hasil survei di RSU Swadana Tarutung,

terhadap 152 pasien rawat inap berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana

menunjukkan bahwa sebanyak 65% menyatakan perawat kurang perhatian 53%

mengatakan perawat sering tidak di ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja

tidak disiplin (Siregar, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono, Hamzah

dan Abdullah (2013) di Rumah sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon terdapat

pengaruh yang signifikan antara supervisi dengan kinerja perawat, sejalan dengan

penelitian yang dilakukan di RSUD Liunkendage Tahuna pada 8 ruang rawat

inap dengan 69 responden diketahui bahwa ada hubungan antara supervisi dengan

kinerja perawat pelaksana (Tampilang, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

Nopember 2015 dengan kepala bidang keperawatan diperoleh informasi bahwa

belum pernah dilakukan penelitian mengenai supervisi kepala ruangan terhadap

kinerja perawat pelaksana secara formal. Rumah sakit Grand Medistra merupakan

salah satu rumah sakit tipe B yang memberikan pelayanan kesehatan dari pasien

umum hingga spesialis. Data yang diperoleh pada pelaksanaan misi pelayanan

medis dan sistem kerja yang terstandar sudah berjalan optimal.

4
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terlihat pada data rekam medis menunjukkan angka produktifitas

rumah sakit tahun 2014 sudah mencapai angka ideal menurut Depkes (2008)

yaitu BOR= 60-85%, a-LOS= 6-9 hari, TOI= 1-3 hari, BTO= 40-50 pasien per

tahun, NDR= 25 per 1000 pasien keluar, GDR= 45 per 1000 pasien keluar

(Rekam medis RS-GM, 2014). Peningkatan BOR akan berdampak terhadap

pelayanan yang diberikan oleh perawat khususnya dan akan mempengaruhi

peningkatan beban kerja dan mempengaruhi kinerja perawat yang membutuhkan

pelaksanaan supervisi kepala ruangan secara optimal (Gillies, 1994).

Hasil survei melalui observasi dan wawancara didapat data tentang sistem

kegiatan supervisi kepala ruangan berdasarkan pada aturan dari Rumah Sakit

Grand Medistra yaitu dari sisi kegiatan supervisi, jadwal kegiatan supervisi,

aspek yang disupervisi, juga teknik yang dilakukan oleh kepala ruangan yang

tidak dipahami oleh perawat yang disupervisi. Untuk itu dibutuhkan pengawasan

yang baik dari pimpinan dalam bentuk supervisi yang akan menghasilkan kinerja

perawat yang baik dan sesuai standar.

Standarisasi kegiatan pada supervisi kepala ruangan yaitu : Sebelum

pertukaran shift, (1) Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu,

(2) Mengecek jadwal kerja, pada waktu mulai shift, (3) Mengecek personil yang

ada, (4) Menganalisa keseimbangan tenaga, (5) Mengatur pekerjaan, (6)

Mengidentifikasikan kendala yang muncul, (7) Mencari alternatif penyelesaian

masalah supaya dapat diselesaikan sepanjang hari.

5
Universitas Sumatera Utara
Kemudian (8) Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan,

mengintruksi, mengoreksi atau memberi latihan sesuai kebutuhan, (9) Mengecek

kemajuan pekerjaan, (10) Mengecek kemajuan rumah tangga, (11) Mengecek

personil, kenyamanan kerja terutama personil baru, (12) Berjaga di tempat bila

ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain, (13) Mengatur jam istirahat

perawat, (14) Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan

mencari cara memecahkannya, (15) Mengecek kembali kecukupan

alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional, (16) Mencatat fasilitas/sarana

yang rusak kemudian melaporkannya, (17) Mengecek kecelakaan kerja, (18)

Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin, (19) Mengobservasi satu

personil atau aneka kerja secara kontiniu untuk 15 menit sekali, (20) Melihat

dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti keterlambatan pekerjaan,

lamanya mengambil barang dan kesulitan pekerjaan, (21) Membuat daftar

masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan keesokan

harinya, (22) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan

mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya, (23) Melengkapi

laporan harian dan (24) Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya

(Rekam medis RS-GM, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut dan fenomena-fenomena dari hasil

penelitian sebelumnya yang terkait, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Hubungan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksanan

di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam sehingga dapat dimanfaatkan

untuk pelayanan yang lebih baik oleh perawat.

6
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan

Berdasarkan fenomena dan permasalahan diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan

supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pelaksanaan supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam.

1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam.

1.4 Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

7
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk

pengembangan keilmuan baik secara teoritis dan praktik bagi dunia keperawatan

diantaranya :

1.5.1 Bagi Rumah sakit

1.5.1.1 Pihak Manajemen

Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi rumah sakit khususnya

kepada administrator keperawatan dalam penyusunan kebijakan pelaksanaan

supervisi.

1.5.1.2 Kepala ruangan

Hasil penelitian dapat menjadi landasan bagi kepala ruangan dalam

melakukan supervisi kinerja ketua tim.

1.5.1.3 Perawat Pelaksanaan

Hasil penelitian dapat dijadikan oleh kepala ruangan sebagai bahan

pengarahan dan bimbingan dalam memberikan pelayanan yang optimal.

1.5.2 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai fakta dilapangan dalam

pembelajaran terkait kondisi manajemen keperawatan khususnya tentang

supervisi kepala ruangan dan kualitas kinerja perawat pelaksana yang dapat

berkontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan.

8
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Bagi Tim Kesehatan lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan referensi oleh

peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan supervisi dan kinerja perawat

pelaksana di rumah sakit.

9
Universitas Sumatera Utara
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Supervisi

2.1.1 Pengertian Supervisi

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses formal dan profesional yang

dilakukan oleh supervisier kepada pemimpin untuk mendukung, membimbing,

mengarahkan, mengevaluasi, serta mengembangkan pengetahuan dan kopetensi

perawat untuk menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab guna

mencapai tujuan rumah sakit dan keselamatan pasien (Gillies, 1999).

Gillies (1994) menyatakan supervisi atau pengawasan merupakan salah satu

dari prinsip perilaku kepemimpinan. Supervisi dilakukan untuk melihat pekerjaan

yang sedang berlangsung dan memperbaikinya apabila terjadi pelaksanaan yang

tidak baik. Menurut (Royal college of nursing, 2007), supervisi adalah proses

memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan cara

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.

Fayol (Swanburg 2010), mengemukakan bahwa supervisi merupakan

pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah

disepakati, instruksi yang dikeluarkan serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan

yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat

diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

10
Universitas Sumatera Utara
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala

oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan yang kemudian bila

ditemukan masalah segera dilakukan bantuan yang bersifat langsung untuk

mengatasinya (Suarli, 2012). Marquis dan Huston (2010) mengemukakan bahwa

supervisi adalah kegiatan yang direncanakan untuk membantu tenaga

keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi tidak

hanya sekedar perawat dengan sabar, adil serta bijaksana.

Hasil dari pelaksanaan supervisi diharapkan setiap perawat dapat

memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat

secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat

yang bersangkutan. Supervisi klinis adalah mekanisme dukungan untuk praktisi

professional klinis di mana mereka dapat berbagi pengalaman organisasi,

perkembangan dan emosional dengan aman dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan. Proses ini akan menyebabkan peningkatan

kesadaran termasuk akuntabilitas dan praktek reflektif (Lynch & Happel, 2008).

Berdasarkan beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan keperawatan

yang dilakukan oleh manajer kepada bawahan. Proses supervisi merupakan

kegiatan pembelajaran, pelatihan yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan

dan keterampilan serta memberikan dukungan kepada bawahan dan merupakan

pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan.

11
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan Supervisi

Gillies (1994), tujuan dari supervisi adalah untuk memeriksa, menilai dan

memperbaiki penampilan kerja pegawai sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada

bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan

memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan

hasil yang baik, supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara

berkala.

2.1.3 Pelaksana Supervisi keperawatan

Suyanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau

bagian yang bertanggung jawab antara lain:

Kepala Ruangan

Kepala ruangan bertanggung jawab melakukan supervisi pelayanan

keperawatan yang diberikan kepada pasien diruang perawatan yang dipimpinnya.

kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan

keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan

metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.

Pengawas Perawatan (Supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit

fungsional mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya

pelayanan keperawatan.

12
Universitas Sumatera Utara
Kepala Bidang Keperawatan

Kepala bidang keperawatan yang merupakan top manajer dalam bidang

keperawatan, bertanggung jawab untuk melakukan supervisi baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui para pengawas perawatan. Suarli (2012)

mengemukakan bahwa yang bertanggung jawab melakukan supervisi adalah

atasan langsung yang memiliki kelebihan dalam organisasi tersebut.Karakteristik

yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi meliputi : 1) atasan langsung dari

yang disupervisi, apabila tidak memungkinkan, dapat ditunjuk staf khusus dengan

batas-batas dan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, 2) Memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan

disupervisi, 3) Memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya memahami

prinsip - prinsip pokok serta teknik supervisi, 4) Memiliki sifat edukatif dan

suportif bukan otoriter, 5) Mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu

berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang

disupervisi.

2.1.4 Teknik Supervisi

Arwani (2006), secara teknis supervisi dapat dilakukan secara langsung

dan tidak langsung. Supervisi langsung bertujuan untuk proses pembimbingan,

arahan dan pencegahan serta memperbaiki kesalahan yang terjadi, maka supervisi

langsung lebih tepat digunakan.

13
Universitas Sumatera Utara
Supervisi yang ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan tugas

keperawatan yang telah dijalankan maka supervisi tidak langsung lebih tepat

digunakan. Supervisi langsung dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung.

Supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak

dirasakan sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan

tertulis seperti laporan pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi,

sore dan malam. Dapat juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat

timbang terima shift, ronde keperawatan maupun rapat. Supervisor tidak melihat

langsung kejadian dilapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta.

Hasil temuan dari supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan

umpan balik diberikan agar tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat

diselesaikan (Suyanto, 2008). Suarli (2012) teknik pokok supervisi mencakup

empat hal yaitu menetapkan masalah dan prioritasnya, menetapkan penyebab

masalah, melaksanakan jalan keluar dan menilai hasil yang dicapai untuk tindak

lanjut. Douglas (Swanburg, 2010) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan

aktivitas supervisi perlu mempertimbangkan hubungan interpersonal dan

komunikasi. Aktivitas tersebut meliputi teknis ataupun objektif yang meliputi

merumuskan tujuan perawatan realistis untuk klinik kesehatan, pasien dan

personel keperawatan, memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau

klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, melaksanakan koordinasi

untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang,

mengidentifikasi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang dilakukan staf

perawatan.

14
Universitas Sumatera Utara
Dalam memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan,

mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang bervariasi dan

pengembangan staf perawatan, memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf

untuk bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi, mempercayai

anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati,

menginterpretasikan protokol untuk berespon terhadap hal-hal incidental.

Menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan darurat,

memberikan laporan ringkas dan jelas, menggunakan proses kontrol manajemen

untuk mengkaji kualitas pelayanan yang diberikan dan mengawasi penampilan

kerja individu dan kelompok staf perawatan. Menurut Kirk, Eaton dan Auty

(2000) proses supervisi dapat dilakukan dengan cara self-supervision, one-to-one

supervision dan team supervision.

Bush (2005) mengemukakan supervisi dapat dilakukan dengan cara one-

to-one dengan expert berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan

expert berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh

rekan, group supervision dan network supervision. Kegiatan tersebut

dilaksanakan dengan meningkatkan hubungan interpersonal sehingga tujuan dari

supervisi dapat tercapai (Heron, 1990).

2.1.5. Langkah-langkah Supervisi

2.1.5.1 Pra supervisi

Kegiatan yang dilakukan oleh supervisor pada pra supervisi adalah: 1)

supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi dan 2) supervisor

menetapkan tujuan

15
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2 Supervisi

Kegiatan yang dilakukan oleh supervisor pada supervisi adalah :1)

supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang

telah disiapkan, 2) supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan

pembinaan, 3) supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste

untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan, 4) supervisor

mengklarifikasi permasalahan yang ada, 5) supervisor melakukan tanya jawab

dengan perawat primer dan perawat associate, 6) supervisor memberikan

masukan dan solusi pada perawat primer dan perawat associate, 7) supervisor

memberikan reinforcement pada perawat primer dan perawat associate

2.1.6 Model Supervisi

Suyanto (2008), beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam

kegiatan supervisi antara lain :

2.1.6.1 Model konvensional

Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah

dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk

mengoreksi kesalahan dan memata-matai staff dalam menjalankan tugas. Model

ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-

hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.

16
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.2 Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan

sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. supervisi yang

dilakukan dengan model ini memiliki karakteristik : 1) dilakukan secara

berkesinambungan, 2) dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar

supervisi yang baku, 3) menggunakan data yang obyektif sehingga dapat

diberikan umpan balik dan bimbingan

2.1.6.3 Model klinis

Supervisi ini bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam

mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan kinerjanya dalam

pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi yang dilakukan secara

sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh

seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.

2.1.6.2 Model artistik

Model ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa

aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang akan

disupervisi. Pendekatan interpersonal akan menciptakan hubungan saling percaya

sehingga hubungan antara perawat pelaksana dengan supervisor akan terbuka

yang mempermudah proses supervisi. Beberapa model supervisi telah

dikembangkan antara lain Model Proctor : model ini mengembangkan bahwa

seorang supervisor harus memenuhi tiga fungsi utama yaitu: restoratif, formatif

dan normatif.

17
Universitas Sumatera Utara
Model ini yang memandu praktek superviser tidak boleh terlalu

preskriptif, tetapi bertindak sebagai kerangka kerja yang didukung oleh prinsip

teori (Bush, 2005). Model lain adalah The CLEAR (integratif) model

menjelaskan tugas atau proses pengawasan meliputi beberapa komponen yaitu

kontrak, mendengarkan, mengeksplorasi, tindakan dan meninjau. Komponen

kontrak menggambarkan adanya proses sebelum pelaksanaan supervisi melalui

sesi negosiasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Komponen mendengarkan

meliputi adanya proses menjadi seorang pendengar yang aktif.

Komponen mengeksplorasi dilakukan dengan menggunakan pertanyaan

untuk mendapatkan informasi baru dalam kemajuan klinis sehingga komponen

tindakan dan meninjau yang dilakukan sebagai kegiatan terakhir. Dilakukan

dengan proses bimbingan secara bertahap berdasarkan teoritis supervisi yang

dilakukan berdasarkan kerangkan kerja yang bertujuan untuk pengembangan

superviser. Superviser harus menyadari elemen utama dalam model ini adalah :

murah hati, bermanfaat, bersikap terbuka, mau belajar, bijaksana dan pemikiran,

manusiawi, sensitif (Berggren & Severinsson, 2008).

2.1.7 Fungsi supervisi

Fungsi Supervisi mempunyai lima fungsi dalam upaya untuk

mencapai tujuan organisasi tersebut adalah:

1. Perencanaan, menunjuk perawat serta tugasnya masing-masing, mengikuti

serah terima pasien pada shift sebelumnya, mengidentifikasi tingkat

ketergantungan klien dibantu perawat, mengidentifikasi tingkat ketergantungan

klien dibantu perawat, mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

18
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan aktifitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat,

dan merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

2. Pengorganisasian, merumuskan metode penugasan yang digunakan,

merumuskan tujuan metode penugasan, membuat rincian tugas perawat secara

jelas, mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,

membuat rencana kendali, membawahi perawat dan mengatur tenaga yang ada

setiap hari.

3. Membimbing dan Mengarahkan, memberi pengarahan tentang penugasan

kepada perawat, memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas

dengan baik dan memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap perawat, membimbing bawahan yang mengalami

kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, dan meningkatkan kolaborasi sesama

tim kerja.

4. Pengawasan dan Evaluasi, mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama

melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat

mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien, melakukan audit

keperawatan, melalui supervisi pengawasan langsung melalui inspeksi,

mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan

memperbaiki/mengawasi, pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar

hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat

selama dan sesudah proses keperawatan dilakukan (didokumentasikan), dan

mendengar laporan dari perawat.

19
Universitas Sumatera Utara
5. Pencatatan dan Pelaporan, mencatat evaluasi tindakan keperawatan sesuai

batas kemampuan perawat, mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya

melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai batas

kemampuannya dan melaporkannya pada pimpinan di atasnya, berperan serta

dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan

mutu asuhan keperawatan di rumah sakit dan mencatatnya untuk sebagai bahan

pembelajaran bersama, mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh

pimpinan di rumah sakit dan pelaporan dari ruangan yang di bawah

kepemimpinan kepala ruangan melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan

asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan

(Sitorus & Panjaitan ,2011).

2.1.8 Supervisi

Kron (1987), menyatakan bahwa supervisi adalah merencanakan,

mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, memotivasi,

memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada

setiapperawat dengan sabar, adil serta bijaksana. Hasil dari pelaksanaan supervisi

diharapkan setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik,

terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Supervisor adalah tingkah laku

seorang supervisor yang diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan

supervisi.

20
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kron (1987) peran supervisor adalah sebagai perencana,

pengarah, pelatih, dan penilai.

1) Peran sebagai perencana. Seorang supervisor dituntut mampu membuat

perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Dalam perencanaan

seorang supervisor banyak membuat keputusan mendahulukan tugas dan

pemberian arahan, untuk memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan

waktunya, bagaimana, mengapa, termasuk memberikan instruksi.

2) Peran sebagai pengarah. Seorang supervisor harus mampu memberikan

arahan yang baik saat supervisi. Semua pengarahan harus konsisten

dibagiannya dan membantu perawat pelaksana dalam menampilkan tugas

dengan aman dan efisien meliputi: pengarahan harus lengkap sesuai

kebutuhannya, dapat dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang

penting, bicara pelan dan jelas, pesannya masuk akal, hindari pengarahan

dalam satu waktu, pastikan arahan dapat dimengerti, dan dapat

ditindaklanjuti. Pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan

keperawatan pasien berkualitas tinggi, maka supervisor harus

mengarahkan staf pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar

yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan sangat penting karena secara

langsung berhubungan dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan

kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung

melakukan pekerjaan menurut cara pandang mereka pribadi tentang tugas-

21
Universitas Sumatera Utara
tugas apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan dan apa

manfaatnya.

3) Peran sebagai pelatih. Seorang supervisor dalam memberikan supervisi

harus dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan

keperawatan pasien. Dalam melakukan supervisi banyak menggunakan

keterampilan pengajaran atau pelatihan untuk membantu pelaksana dalam

menerima informasi. Prinsip dari pengajaran dan pelatihan harus

menghasilkan perubahan perilaku, yang meliputi mental, emosional,

aktivitas fisik, atau mengubah perilaku, gagasan, sikap dan cara

mengerjakan sesuatu.

4) Peran sebagai penilai. Seorang supervisor dalam melakukan supervisi

dapat memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat

dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar

penampilan kerja dan observasinya akurat. Dalam melaksanakan supervisi

penilaian hasil kerja perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan

keperawatan selama periode tertentu seperti selama masa pengkajian. Hal

ini dilaksanakan secara terus menerus selama supervisi berlangsung dan

tidak memerlukan tempat khusus.

22
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Alat Ukur Supervisi kepala ruangan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur supervisi kepala ruangan

dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 32 pernyataan dari supervisi

klinik model yang sering digunakan pada profesi keperawatan. Instrumen ini

menggunakan Skala Likert yaitu : Tidak pernah = 1, Kadang-kadang = 2 dan

Selalu = 3. Instrumen ini diberikan kepada perawat pelaksana saat peneliti telah

mendapat izin enelitian dari tempat penelitian.

2.1.10 Hasil Ukur

Hasil ukur yang dilakukan terhadap supervisi kepala ruangan dikatakan

supervisi Baik jika > 50% dengan skor = (49-96) dan supervisi Kurang jika <50%

dengan skor = (1-48) yang mana supervisi sangat berpengaruh terhadap kinerja

perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian kinerja

Defenisi kinerja yang dikemukakan para ahli terdapat beberapa definisi,

yaitu mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan

presepsi peranan. Secara umum, pengertian kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kemampuan

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh

atasan kepadanya. Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan

usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam

situasi tertentu.

23
Universitas Sumatera Utara
Tenaga keperawatan Rumah Sakit merupakan sumber daya manusia

berjumlah terbesar dan paling banyak berinteraksi dengan klien untuk

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional, sehingga

kinerja perawat terus menjadi perhatian berbagai pihak (Depkes R.I, 2004).

Kinerja adalah suatu proses dan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-

masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai dengan moral dan etika,

dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Potter

& Perry,2005).

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh

manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas.

Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan

pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan

volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprassial kinerja

untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan, perencanaan karir,

serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Potter &

Perry,2005).

Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam

melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas-tugas

tersebut biasanya berdasarkan indikator-indikator keberhasilan yang sudah

ditetapkan sebagai hasilnya akan diketahui bahwa seseorang karyawan masuk

24
Universitas Sumatera Utara
dalam tingkatan kinerja tertentu. Tenaga keperawatan Rumah Sakit merupakan

sumber daya manusia berjumlah terbesar dan paling banyak berinteraksi dengan

klien untuk memberikan asuhan ke perawatan yang komprehensif dan

professional, sehingga kinerja perawat terus menjadi perhatian berbagai pihak

(Depkes, 2004).

Prilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua

bagian yaitu prilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau

tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya

dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai,

Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat mengimplementasikan

proses asuhan keperawatan. Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri

atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi

(Gillies, 1999).

2.2.2 Standar Instrumen Penilaian Kinerja Perawat Dalam Melakasanakan

Asuhan Keperawatan Kepada Klien

Standar I : Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Rasional

pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan

yang menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan

dalam merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.

25
Universitas Sumatera Utara
Kriteria struktur pengkajian keperawatan yaitu 1) Metode pengumpulan

data yang digunakan dapat menjamin, 2) Pengumpulan data yang sistematis dan

lengkap, 3) Diperbaharui data dalam pencatatan yang ada, 4) Kemudahan

memperolah data, 5) Terjaganya kerahasiaan, 6) Tatanan praktek mempunyai

sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari suatu

sistem pencatatan pengumpulan data klien, 7) Sistem pencatatan berdasarkan

proses keperawatan, singkat, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan, 8)

Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian

dari sistem pencatatan kesehatan klien, 9) Ditatanan praktek tersedia sistem

pengumpulan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan

dan 10) Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.

Kriteria proses yaitu 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara, observasi, dan mempelajari data penunjang, serta mempelajari data

lain, 2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,

rekam medis, serta catatan lain, 3) Klien berpartisipasi dalam proses

pengumpulan data, dan 4) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk

mengidentifikasi status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu,

status biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status spiritual, status

sosial kultural, respon terhadap terapi, harapan tentang tingkat kesehatan optimal,

resiko masalah potensial. Kriteria hasil adalah data dicatat dan dianalisis sesuai

standar dan format yang ada, data yang dihasilkan akurat, terkini dan relevan

sesuai kebutuhan klien.

26
Universitas Sumatera Utara
Standar II : Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa

keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan

rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan,

dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. Kriteria struktur

yaitu 1) Tatanan praktek memberi kesempatan kepada teman sejawat, klien untuk

melakukan validasi diagnosa keperawatan, 2) Adanya mekanisme pertukaran

informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang

tepat dan 3) Untuk mengakses sumber-sumber dan program pengembangan

prfesional yang terkait.

Kriteria proses meliputi 1) Proses diagnosis terdiri dari analisis,

interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan,

2) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P) penyebab, Etiologi

(E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), 3) Bekerja

sama dengan klien, dekat dengan klien petugas kesehatan lain untuk menvalidasi

diagnosa keperawatan, dan 4) Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosa

berdasarkan data terbaru. Kriteria hasil meliputi 1) Diagnosa keperawatan

divalidasi oleh klien bila memungkinkan, 2) Diagnosis keperawatan yang dibuat

diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan dan 3)

Diagnosis didokumentasikan untuk mempermudah perencanaan, implementasi,

evaluasi dan penelitian.

27
Universitas Sumatera Utara
Standar III : Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan

dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan. Kriteria stuktur yaitu 1)

Tatanan praktek menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan

perencanaan, dan 2) Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat

dikomunikasikan.

Kriteria proses yaitu 1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas

masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan, 2) Bekerja sama dengan klien

dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, 3) Perencanaan bersifat

individual sesuai kondisi dan kebutuhan klien, 4) mendokumentasikan rencana

keperawatan. Kriteria hasil meliputi 1) Tersusun suatu rencana asuhan

keperawatan klien, 2) Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap

diagnosis keperawatan, 3) Perencanaan tertulis dengan format yang singkat dan

mudah didapat, 4) Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian

tujuan.

Standar IV : Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan. Rasional perawat mengimplementasikan rencana

asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi

klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

Kriteria struktur meliputi tatanan praktek menyediakan 1) Sumber daya untuk

pelaksanaan kegiatan, 2) Pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan, 3) Ada

28
Universitas Sumatera Utara
mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik, 4)

Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan dan 5) Sistem

konsultasi keperawatan. Kriteria proses meliputi 1) Bekerja sama dengan klien

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, 2) Kolaborasi dengan profesi lain

untuk meningkatkan status kesehatan klien, 3) Melakukan tindakan keperawatan

untuk mengatasi masalah kesehatan klien, 4) Melakukan supervisi terhadap

tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya, 5) Menjadi

koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan

kesehatan, dan 6) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan

fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, memberikan pendidikan kepada klien dan

keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien

memodifikasi lingkungan yang digunakannya, mengkaji ulang dan merevisi

pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

Kriteria hasil meliputi 1) Terdokumentasi tindakan keperawatan dan

respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, 2) Tindakan

keperawatan dapat diterima klien, dan 3) Ada bukti-bukti terukur tentang

pencapaian tujuan.

Standar V: Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan

dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data

dasar dan perencanaan. Rasional : praktek keperawatan merupakan suatu proses

dinamis yang mencakup berbagai perubahan data diagnosa atau perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas asuhan keperawatan tergantung pada

29
Universitas Sumatera Utara
pengkajian yang berulang-ulang. Kriteria struktur meliputi 1) Tatanan praktek

menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses

evaluasi, 2) Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam

penyempurnaan perencanaan dan 3) Adanya supervisi dan konsultasi untuk

membantu perawat dalam evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif

perencanaan yang tepat.

Kriteria proses yaitu 1) Menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara

komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, 2) Menggunakan data dasar dan

respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan, 3)

Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, 4) Bekerja

sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, 5)

Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan 6)

Melakukan supervisi dan konsultasi.

Kriteria hasil dinilai dengan 1) Adanya hasil revisi data, diagnosis,

rencana tindakan berdasarkan evaluasi, 2) Klien berpartisipasi dalam proses

evaluasi dan revisi rencana tindakan, 3) Hasil evaluasi digunakan untuk

mengambil keputusan, dan 4) Evaluasi tindakan terdokumentasi sedemikian rupa

yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan

penelitian.

30
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat

Nursalam 2002, faktor yang mempengaruhi perkembangan perawat secara

profesional adalah sebagai berikut :

1. Antheical terhadap pekerjaan keperawatan.

Karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakanya

pendidikan keperawatan secara profesional, perawat lebih cenderung untuk

melaksanakan perannya secara rutinitas dan menunggu perintah dari dokter.

2. Rendahnya rasa percaya diri

Perawat belum mampu menyediakan dirinya sebagai sumber informasi bagi

klien, rendahnya rasa percaya diri disebabkan oleh karena rendahnya

pendidikan, rendahnya pengetahuan dan teknologi-teknologi yang memadai.

3. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan.

Pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap riset masih sangat rendah hal

ini ditunjukan dengan rendahnya hasil riset di bandingkan dengan profesi yang

lain.

4. Rendahnya standar Gaji

Bagi perawat yang bekerja pada institusi pemerintah di dalam negeri dirasakan

masih rendahnya bila dibandingkan dengan negeri lain. Rendahnya gaji

perawat berdampak pada asuhan keperawatan yang profesional.

5. Sangat minimnya perawat yang menduduki jabatan struktural di Institusi

kesehatan. Masalah ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan profesi

keperawatan, karena sistim sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya

pelayanan yang baik.

31
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Agung (2004) pelaksanaan supervisi yang

dilakukan kepala ruangan kepada perawat pelaksana di salah satu ruang rawat

inap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo bahwa terdapat pengaruh supervisi

terhadap kinerja perawat. Penelitian Siswana (2009) di Pekan Baru Riau tentang

hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi, bahwa ada hubungan yang signifikan

antara peran kinerja kepala ruangan dalam melakukan supervisi dengan perawat

di ruangan yang mana hasil penelitian ini merekomendasikan untuk menetapkan

kebijakan tentang pelaksanaan supervisi klinis sebagai bentuk model akademik

supervisi klinis yang diterapkan di ruang rawat inap.

Penelitian yang dilakukan oleh Samad (2005) di salah satu perusahaan di

Malaysia tentang hubungan motivasi dan supervisi dengan kinerja. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja berperan dalam memoderasi

hubungan supervisi dan kinerja karyawan.

Penelitian Luthan (2007) menjelaskan bahwa kepuasan kerja mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Demikian juga

sama dengan hasil penelitian Suryanto (2011) dimana ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara kepuasan kerja dan persepsi perawat tentang

kepemimpinan dengan kinerja. Kemudian penelitian Yustina (2011) menyatakan

motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Gybson dalam

Wibowo (2011) menggambar secara jelas bahwa antara kepuasan kerja dengan

kinerja terdapat hubungan timbal balik dan dikatakan kepuasan kerja

32
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang puas akan lebih

produktif. Penelitian Basri (2015) menjelaskan bahwa kepuasan kerja perawat

pelaksana dapat dipengaruhi oleh supervisi yang diberikan oleh kepala ruangan,

terdapat banyak faktor terkait dengan fungsi supervisi kepala ruangan yang dapat

menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan perawat dalam bekerja, dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara supervisi dengan

kepuasan kerja perawat pelaksana dirumah sakit Imelda Medan.

Penelitian Anggeria (2015) penelitian yang dilakukan di Rumah sakit

Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan, seorang supervisor memerlukan

pendidikan dan pelatihan managemen yang membantu mengembangkan iklim

organisasi yang tenang, bersahabat, solidaritas dan baik, pelaksanaan supervisi

yang bertanggung jawab di ruang perawatan adalah kepala ruangan. Hal ini

dikuatkan oleh penelitian Mayasari (2009) dimana kepemimpinan, insentif,

kesempatan promosi dan supervisi berpengaruh terhadap kinerja perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Mitchell (2009) di salah satu rumah sakit

di Arab Saudi, menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi dan kinerja

perawat yang bekerja yang ditambah dengan fasilitas-fasilitas yang

mempengaruhi motivasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan

terhadap pasien.

Penelitian yang dilakukan oleh Russell (2008) di salah satu rumah sakit di

Amerika Utara, bahwa ada hubungan teori motivasi menurut Hezberg terhadap

kinerja perawat transplantasi di rumah sakit di Amerika Utara dibuktikan dengan

kenyamanan dan kepuasan kerja perawat dengan baik. Penelitian Basri (2015)

33
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh

supervisi yang diberikan oleh kepala ruangan, terdapat banyak faktor terkait

dengan fungsi supervisi kepala ruangan yang dapat menyebabkan kepuasan,

ketidakpuasan perawat dalam bekerja, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

ada hubungan antara supervisi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di

rumah sakit Imelda Medan.

Hasil yang sama juga ditemukan oleh Ba’diah (2008) penelitian yang

dilakukan di salah satu rumah sakit di Cirebon yang menyatakan bahwa supervisi

berhubungan dengan kinerja perawat. Hal ini menggambarkan bahwa, apabila

kepala ruangan melakukan supervisi dengan baik maka perawat pelaksana juga

akan menghasilkan kinerja yang baik, begitu pula sebaliknya dengan pengawasan

yang terstandar.

2.2.5 Masalah Dalam Penilaian Kinerja Perawat

Dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai

permasalahan antara lain (Gillies, 1999) :

1. Pengaruh haloeffect

Pengaruh haloeffect adalah tendensi untuk menilai pelaksanaan kinerja

bawahannya terlalu tinggi karena salah satu alasan. Misalnya pegawai yang

dekat dengan penilai keluarga dekat akan mendapat nilai tinggi dan sebaliknya

pegawai yang sering menyatakan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat

penilai akan mendapat nilai yang rendah.

34
Universitas Sumatera Utara
2. Pengaruh horn

Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari

pelaksanaan kinerja yang sebenarnya karena alasan-alasan tertentu. Seorang

pegawai yang pelaksanaan kinerja diatas tingkat rata-rata sepanjang tahun

sebelumnya namun dalam beberapa hari penilaian pelaksanaan kinerja

tahunannya telah melakukan kesalahan terhadap perawatan pasien atau

supervisi pegawai, cenderung menerima penilaian lebih rendah daripada

sebelumnya.

2.2.6 Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan

tanggung jawabnya (Depkes RI, 2004).

Praktik keperawatan profesional menurut Depkes RI, 2004 mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut : Otonomi dalam pekerjaan, bertanggung jawab dan

bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan

disiplin ilmu lain, pemberian pembelaan (advocacy) dan memfasilitasi

kepentingan pasien

Terbentuknya keperawatan sebagai suatu bidang profesi dapat terus

dikembangkan dan terintegrasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan. Pelayanan keperawatan rawat inap merupakan kegiatan dilakukan

diruang rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan pemulihan serta pemeliharaan kesehatan penekanan pada upaya

35
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan utama sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode

etik profesi keperawatan (Depkes RI, 2004). Sistem pelayanan perawatan rawat

inap terdiri dari :

a. Masukan, yaitu: perawat, pasien dan fasilitas perawatan

b. Proses, yaitu: intervensi keperawatan, interaksi tenaga perawat-pasien meliputi

keramahan, sopan santun, kepedulian, penampilan dan sebagainya. Kemudian

fasilitas keperawatan meliputi efisiensi, kenyamanan dan keamanan

c. Keluaran, yaitu: berupa kualitas pelayanan keperawatan meliputi kebutuhan

yang terpenuhi, aman nyaman, pasien puas, sesuai kaidah bio-psiko-sosio-

spiritual dan sistem informasi manajemen dan pengendalian.

2.2.7 Alat Ukur Kinerja Perawat

Penilaian sendiri (Self Assesment) Penilaian diri sendiri adalah pendekatan

yang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaaan

individu terdiri dari 25 item pernyataan. Ada dua teori yang menyarankan peran

sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori tersebut

adalah teori kontrol dan interaksi simbolik Menurut teori kontrol yang dijelaskan

oleh Carver dan Scheier (1981, dalam Ilyas, 2002).

Individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka

harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2) mendeteksi perbedaan

antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik) dan (3) berperilaku yang

sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya, disarankan agar

individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka.

Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai

36
Universitas Sumatera Utara
kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai

tujuan mereka. Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita

mengembangkan konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada

kepercayaan kita tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi.

Instrumen ini menggunakan Skala Likert yaitu : Tidak pernah = 1, Kadang-

kadang = 2, dan Selalu = 3. Instrumen ini diberikan kepada perawat kepala

ruangan saat peneliti telah mendapat izin penelitian dari tempat penelitian.

Teori ini menegaskan pentingnya memahami pendapat orang lain

disekitar mereka terhadap perilaku mereka. Interaksi simbolik juga memberikan

peran sentral bagi interpretasi individu tentang dunia sekitarnya. Jadi individu

tidak memberikan respon secara langsung dan naluriah terhadap kejadian, tetapi

memberikan interpretasi terhadap kejadian tersebut Preposisi ini penting sebagai

pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri.

Dapat digunakan dalam mengukur atau menilai kinerja personel dalam

organisasi. Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian

terhadap proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari

tugas organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian,

pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan

pendidikan. Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil

karya sendiri menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Ilyas, 2002).

37
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Hasil Ukur

Hasil ukur yang dilakukan dengan menggunakan Penilaian sendiri (Self

Assesment) bahwa ditemukan hasil Kinerja perawat Baik > 80% jika skor (34-50),

Kinerja perawat Cukup 60-80% jika skor (17-33) dan Kinerja perawat kurang

< 60% jika skor (1-16).

2.2.9 Pengukuran Kinerja perawat

Terdapat tiga cara untuk melakukan pengukuran kinerja perawat

(Greenberg dan Baron,2003 dalam Wibowo,2008),yaitu : 1) Rating scale dan

kuesioner merupakan pengukuran kinerja perawat yang paling umum dipakai

dengan menggunakan kuesioner di mana rating scale secara khusus disiapkan

dengan menggunakan metode ini responden menjawab pertanyaan yang

memungkinkan mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan, 2) Critical

incidents individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan yang

mereka rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan jawaban responden

dipelajari untuk mengungkapkan tema yang mendasari, 3) Observation

merupakan prosedur untuk melihat hasil dokumentasi dari responden pertanyaan

kuesioner yang telah dibagikan.

2.3. Landasan Teori

Sumber daya manusia terbesar pada rumah sakit adalah para perawat yang

dalam bekerja harus memiliki motivasi yang tinggi. Perawat dapat

mengaktulisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk lebih

berperan dalam pelayanan keperawatan memerlukan kondisi yang mendukung

baik dari dalam diri maupun dari luar perawat, berupa motivasi agar dapat

38
Universitas Sumatera Utara
bekerja dengan baik. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi terhadap kinerja

perawat adalah supervisi kepala ruangan ruang rawat inap membuat peraturan

yang intinya untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh perawat dengan tujuan

agar para perawat melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan pembagian

tugas masing-masing (Gibson, 2000).

Supervisi dapat menumbuhkan kemampuan kerja dan bekerja sama, maka

secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja. Jadi apabila suatu ruangan

mampu meningkatkan supervisi, maka mereka akan memperoleh banyak

keuntungan, karena pekerjaan akan terselesaikan dengan cepat, kerusakan akan

dapat dikurangi dan absensi akan dapat diperkecil (Gillies, 1999).

Teori tentang kinerja perawat pelaksana Potter dan Perry (2005) terhadap

asuhan keperawatan yang dilakukan perawat diruangan yang terdiri dari 5 asuhan

keperawatan yaitu standar I pengkajian keperawatan, standar II diagnosa

keperawatan, standar III perencanaan keperawatan, standar IV

pelaksanaan/tindakan (Implementasi) keperawatan dan standar V evaluasi

keperawatan. Supervisi mendorong kinerja atau merupakan sarana penting untuk

mencapai kinerja dalam kondisi ini maka tindakan yang seharusnya dilakukan

meningkatkan kualitas pelayanan adalah dengan peningkatan kinerja karyawan

yaitu supervisi maka akan dapat merasakan hasil kerja yang selama ini ditekuni

dan akan mampu mencapai kinerja yang diharapkan bersama (Gibson, 2000).

39
Universitas Sumatera Utara
Fungsi pengarahan
dalam managemen
keperawatan :
- Motivasi Asuhan Keperawatan :
- Supervisi
- Delegasi - Standar I : Pengkajian
- Manajemen Keperawatan
- Konfilk - Standar II : Diagnosa
- Komunikasi Keperawatan
(Swansburg,2000; - Standar III :
Marquis & Perencanaan
Huston,2000) Keperawatan
- Standar IV :
Pelaksanaan/Tindakan
(Implementasi)
Supervisi kepala Keperawatan
ruangan : -Standar V : Evaluasi
- Merencanakan Keperawatan.
- Mengarahkan Kinerja (Potter & Perry, 2005)
- Membimbing
- Mengobservasi Perawat
- Mengevaluasi
(Thora Kron, 1987)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja :

Pelaksanaan - Antheical terhadap pakerjaan


supervisi : Keperawatan
- Rendahnya rasa percaya diri.
- Kepala ruangan - Kurangnya pemahaman dan
-Pengawas sikap untuk melaksanakan riset
Perawatan keperawatan Inisiatif.
- Kepala Bidang - Rendahnya standar Gaji
Keperawatan -Sangat minimnya perawat
yang menduduki jabatan
(Suyanto,
struktural di Institusi
2008) kesehatan.
(Nursalam,2009)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

40
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan model supervisi dari Sitorus & Panjaitan yang

menyebutkan bahwa supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang

diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi yaitu sebagai

sebagai perencanaan mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan tingkat ketergantungan pasien, pengorganisasian

mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,

membimbing dan mengarahkan memberi pengarahan tentang penugasan kepada

perawat, pengawasan dan evaluasi mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama,

pencatatan dan pelaporan mencatat evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuan perawat berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam

membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan di rumah

sakit (Sitorus & Panjaitan , 2011).

Teori Kinerja perawat yang digunakan yaitu menurut Teori tentang

kinerja perawat pelaksana Potter dan Perry (2005) terhadap asuhan keperawatan

yang dilakukan perawat diruangan yang terdiri dari 5 asuhan keperawatan yaitu

standar I pengkajian keperawatan,standar II diagnosa keperawatan,standar III

perencanaan keperawatan,standar IV pelaksanaan/tindakan (Implementasi)

keperawatan dan standar V evaluasi keperawatan.

41
Universitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan :

- Standar I : Pengkajian
Supervisi kepala Keperawatan
ruangan : - Standar II : Diagnosa
Keperawatan
Supervisi kepala - Standar III : Perencanaan
ruangan : Keperawatan
- Merencanakan - Standar IV :
- Mengarahkan Pelaksanaan/Tindakan
- Membimbing (Implementasi)
- Mengobservasi Keperawatan
- Mengevaluasi -Standar V : Evaluasi
(Thora Kron, 1987) Keperawatan.
(Potter & Perry, 2005)

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

42
Universitas Sumatera Utara
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif korelasi bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara

dua variabel yaitu supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Setting penelitian adalah tempat dan kondisi atau keadaan dimana studi

penelitian yang sebenarnya berlangsung (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini

dilakukan di Rumah Sakit Grand Medistra. Waktu penelitian dimulai dari

penyusunan proposal penelitian sampai penyusunan hasil penelitian yaitu dari

bulan Januari s/d Oktober tahun 2016. Peneliti ingin mengetahui hubungan

supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dirumah sakit.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan keperawatan dan

perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat inap bangian keperawatan

sebanyak 115 orang perawat (Keperawatan Rumah Sakit Grand Medistra, 2015).

43

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan keperawatan

sebanyak 15 orang dan perawat pelaksana yang bekerja diruang rawat inap

sebanyak 95 orang perawat, karena perawat pelaksana yang disupervisi oleh

kepala ruangan ketika bertugas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien.

3.3.3 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode teknik total populasi yaitu

dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Pada metode ini

jumlah unit sampel yang digunakan dipilih secara acak dengan elemen populasi

yang mempunyai peluang yang sama (Polit & Beck, 2012).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Tahap Persiapan

Tahap pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat surat

ijin penelitian yang diperoleh dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara dan selanjutnya menyampaikan surat ijin tersebut ke rumah sakit lokasi

penelitian. Selanjutnya peneliti akan memperkenalkan diri kepada responden

serta menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur-prosedur intervensi dan

penandatangan informed consent peneliti meminta kesediaan responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian dengan cara meminta responden menandatangani

lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan.

44
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapat persetujuan dari rumah sakit maka peneliti bertemu dan

melakukan kontrak dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana yang berperan

menjadi responden kemudian peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian,

manfaat penelitian yang dilakukan serta cara-cara bagaimana mengisi kuesioner.

Peneliti menjelaskan bahwa jumlah kuesioner ada 57 item pernyataan dengan

rincian pernyataanan, untuk supervisi kepala ruangan ada 32 item pernyataan dan

untuk kinerja perawat ada 25 item pernyataan.

Setelah mendapat persetujuan responden, responden diharapkan dapat

mengisi kuesioner secara obyektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Responden diberikan kesempatan untuk mengisinya selama satu minggu.

Kemudian seluruh instrumen penelitian dikumpulkan dan diperiksa jumlah,

kelengkapannya dan peneliti akan mengobservasi. Seluruh instrumen telah

kembali dan lengkap untuk supervisi 95 kuesioner dan kinerja perawat 15

kuesioner kemudian peneliti melanjutkan proses analisa data.

3.5 Variabel dan definisi operasional

Variable adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu yaitu benda dan manusia (Nursalam, 2009). Variable penelitian

terdiri dari dua yaitu :

45
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Variabel bebas (independent)

Variable bebas (independent) adalah variable yang mempengaruhi yaitu

supervisi agar perawat dapat melaksanakan tugasnya secara optimal di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam dalam memberikan asuhan keperawatan

dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan.

3.5.2 Variable terikat (dependent)

Variable terikat (dependent) adalah kinerja perawat. Kinerja perawat yang

dinilai adalah asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Table 3.1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Supervisi Kegiatan inspeksi Dengan mengukur Kuesioner Skor 32 Skala


Kepala kepala ruangan variabel supervisi kepala
Ruangan terhadap hasil kerja ruangan sebanyak 32 (32 s/d 96 ) Interval
perawat, untuk pernyataan (no 1 s/d 32).
menilai kemampuan
kerja perawat dan
memperbaiki
npenampila kinerja
perawat dari
merencanakan
mengarahkan
membimbing
mengobservasi
mengevaluasi

46
Universitas Sumatera Utara
2. Kinerja Tindakan asuhan Dengan Self-Assessment Kuesioner Skor 25 (25 Skala
perawat keperawatan yang Questionnaire mengukur s/d 75) Interval
dilakukan perawat variabel kinerja perawat
Standar I :
sebanyak 25 pernyataan
Pengkajian
keperawatan (no 1 s/d 25).

Standar II :
Diagnosa
keperawatan
Standar III :
Perencanaan
keperawatan
Standar IV :
Pelaksanaa
(Implementasi)
Standar V :
Evaluasi
keperawatan.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Prosedur penggunaan Instrumen

Alat pengumpul data yang dipakai pada penelitian ini menggunakan

data demografi, kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner merupakan

serangkaian atau daftar pernyataan yang disusun secara sistematis, kuesioner diisi

oleh responden, setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti (Bungin,

2006). Instrumen terdiri dari : karakteristik data demografi, pelaksanaan supervisi

kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana.

47
Universitas Sumatera Utara
Alasan peneliti memilih instrumen penelitian dengan menggunakan

kuesioner karena mendapat keuntungan, antara lain : 1) Dapat dibagikan secara

serentak kepada banyak responden, 2) Dapat dijawab oleh responden menurut

kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden. Kemudian 3)

Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu

menjawab dan 4) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat

diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

3.6.2 Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

3.6.2.1 Supervisi kepala ruangan

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah kuesioner dari supervisi terdiri dari 32 (tiga puluh dua) item

pernyataan dimana penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala. Skala

yang dijadikan alat ukur dapat dengan mudah mengungkap indikator yang hendak

di ukur dengan stimulus berupa pernyataan tanpa disadari oleh subjek yang

bersangkutan karena jawaban yang diberikan subjek bersifat refleksi (Azwar,

2012).

Metode pengukuran menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala

yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena sosial. Dimana setiap

pernyataan diberi range skor 1 sampai 3 dengan ketentuan sebagai berikut: untuk

pernyataan : (3) selalu, (2) kadang-kadang, (1) tidak pernah (Sugiyono, 2000).

48
Universitas Sumatera Utara
Ridwan (2006), mengatakan apabila skor tertinggi dan terendah sudah

dapat ditentukan, dilanjutkan dengan menggunakan range. Kemudian hasil

rentang dikelompokkan menjadi baik dan kurang. Selanjutnya jumlah rentang

cukup dibagi 2 (Dua) untuk mendapatkan batas nilai baik dan kurang.

3.6.2.2 Kinerja perawat

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah Self Assessment Questionnaire dan dikonsep dari teori Potter dan Perry

(2005) Kuesioner berjumlah 25 (dua puluh lima) item pernyataan. Penelitian ini

menggunakan instrumen berupa skala. Skala yang dijadikan alat ukur dapat

dengan mudah mengungkap indikator yang hendak di ukur dengan stimulus

berupa pernyataan tanpa disadari oleh subjek yang bersangkutan karena jawaban

yang diberikan subjek bersifat refleksi (Azwar, 2012). Metode pengukuran

menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu gejala atau fenomena sosial. Dimana setiap pernyataan diberi range

skor 1 sampai 3 dengan ketentuan sebagai berikut: untuk pernyataan positif : (3)

selalu, (2) kadang-kadang, (1) tidak pernah dan untuk pernyataan negatif : (3)

tidak pernah, (2) kadang-kadang, (1) selalu (Sugiyono, 2000).

Dengan klasifikasi pernyataan pengkajian keperawatan terdiri dari 3

pernyataan positif pada nomor (1,2,5) dan 2 pernyataan negatif pada nomor (3,4),

diagnosa keperawatan terdiri dari 4 pernyataan positif pada nomor (6,7,8,9) dan 1

pernyataan negatif pada nomor (10), perencanaan keperawatan terdiri dari 2

pernyataan positif pada nomor (11,13) dan 3 pernyataan negatif pada nomor

49
Universitas Sumatera Utara
(12,14,15), pelaksanaan keperawatan terdiri dari 3 pernyataan positif pada nomor

(16,18,20) dan 2 pernyataan negatif pada nomor (17,19). Kemudian evaluasi

keperawatan terdiri dari 3 pernyataan positif pada nomor (21,22,23) dan 2

pernyataan negatif pada nomor (24,25). Ridwan (2006), mengatakan apabila skor

tertinggi dan terendah sudah dapat ditentukan, dilanjutkan dengan menggunakan

range. Kemudian hasil rentang dikelompokkan menjadi baik, cukup dan kurang.

Selanjutnya jumlah rentang cukup dibagi 3 (tiga) untuk mendapatkan batas nilai

baik, cukup dan kurang.

3.6.2.3 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Tujuan dari Content Validity Index (CVI) adalah

untuk menilai relevansi dari masing-masing item terhadap apa yang akan di ukur

oleh peneliti. Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang

kuesioner supervisi dan kinerja. Content Validity Index (CVI) merupakan

penilaian/beban maksimum melalui tenaga ahli dari tiap keterkaitan item. Suatu

prosedur yang dinilai tenaga ahli dengan item pada poin skala 4 (dari 1 = tidak

relevan sampai 4 = sangat relevan). Hasil CVI dari 32 item pernyataan supervisi

kepala ruangan dinyatakan relevan dengan nilai CVI untuk supervisi kepala

ruangan adalah 0,96. Hasil CVI instrumen kinerja perawat dari 25 item adalah 0,1.

50
Universitas Sumatera Utara
Peserta

Para ahli terdiri dari 3 orang magister keperawatan dengan rincian 1 orang

bekerja sebagai staf dosen pengajar keperawatan dasar Universitas Sumatera

Utara dan dari rumah sakit Adam Malik sebagai Ketua Komite Etik Keperawatan

kemudian sebagai Kabid Keperawatan Rumah sakit Umum Murni Teguh Medan.

Para expert menganalisa dan menilai kuesioner penelitian tentang supervisi

kepala ruangan dan kinerja perawat, masing-masing terdiri dari 3 kategori

menggunakan skala 1-3.

Skala 1 menyatakan tidak pernah, skala 2 menyatakan kadang-kadang dan

skala 3 menyatakan selalu dan kuesioner terdiri dari 32 item pernyataan valid

dengan nilai CVI 0.96 dan selanjutnya Instrumen penilaian kinerja perawat

dirumah sakit menggunakan skala Likert dengan 3 skala yaitu 1 sampai 3. Skala 1

menyatakan tidak pernah melakukan, skala 2 kadang-kadang melakukan dan

skala 3 selalu melakukan. Kuesioner terdiri dari 25 item pernyataan valid dengan

nilai CVI 0.1 dan selanjutnya peneliti dapat melakukan uji instrumen.

Prosedur

Validitas isi para ahli dilakukan di Rumah Sakit Sembiring, ketepatan

prosedur ditinjau kemudian dilengkapi format informent concent. Mereka akan

menilai instrumen tentang supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat

pelaksana. Masing-masing terdiri dari empat kategori yaitu kategori 1 (relevan

untuk penelitian) dan kategori 2 (relevan untuk mengukur konsep) terdiri dari : 1

= item tidak relevan, 2 = item perlu banyak revisi, 3 = item relevan tetapi perlu

sedikit revisi, 4 = item sudah relevan. Kategori 3 (pengulangan item) terdiri dari 1

51
Universitas Sumatera Utara
= ada pengulangan item, 2 = tidak ada pengulangan item. Kategori 4 (tentang

kejelasan item) terdiri dari : 1 = item tidak jelas dan 2 = item jelas.

Hasil

Expert pertama diperoleh hasil CVI supervisi kepala ruangan = 0,1 tiga

puluh dua item yang dinilai diperoleh hasil 32 item dinilai relevan (3 atau 4).

Conten validitas indeks kinerja perawat pelaksana dan lembar observasi = 0,1

dimana 25 item pertanyaan yang dinilai dinyatakan relevan (nilai 3 dan 4).

Expert kedua diperoleh hasil CVI supervisi kepala ruangan = 0,94 dari

tiga puluh dua item yang dinilai 32 item dinilai relevan (3 atau 4). Conten

validitas indeks kinerja perawat pelaksana dan lembar observasi diperoleh nilai =

0,1 dimana 25 item pernyataan yang dinilai dinyatakan relevan (nilai 3 dan 4).

Expert ketiga ditemukan hasil CVI supervisi kepala ruangan = 0.94 dari

tiga puluh dua item yang dinilai ahli diperoleh hasil 30 item dinilai relevan (3

atau 4), Conten validitas indeks kinerja perawat pelaksana dan lembar observasi =

0,1 dimana 25 item pernyataan yang dinilai dinyatakan relevan (nilai 3 dan 4).

Berdasarkan penilain ke 3 expert tersebut dapat disimpulkan bahwa para

ahli mengerti tentang konsep supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana. Untuk supervisi terdiri dari 32 item, yang mana hasil dari 3 orang

expert adalah 0.96, dengan cacatan terdapat 2 item pertanyaan yang harus di

revisi yaitu pertanyaan 1 dan 2. Conten validity indeks yang didapat adalah 0.96.

Untuk kinerja semua expert memberikan nilai untuk CVI adalah 0.1 dimana tidak

ada cacatan yang harus untuk merevisi pertanyaan penelitian.

52
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.4 Uji Reliabilitas

Koefisien reliabilitas adalah indikator yang penting dari suatu mutu

instrumen. Pengukuran tidak dapat dipercaya bila tidak menyediakan tes yang

cukup dari hipotesis peneliti. Jika data tidak benar terhadap konfirmasi dari

prediksi, kemungkinan adalah instrumen tidak reliabel sehingga tidak

memerlukan hubungan yang diharapkan tidak ada. Uji Reliabilitas ini dilakukan

di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua. Interpretasi untuk membandingkan

tingkatan kelompok, koefisien berkisar 0,70 pada umumnya adekuat, walaupun

koefisien 0,80 atau yang lebih besar sangat diinginkan (Polit & Beck, 2012).

Pilot Study

Uji instrumen ini dilakukan di Rumah Sakit Sembiring Delitua. Pada

pilot study ini menguji coba instrumen pada 30 responden untuk supervsi kepala

ruangan dengan hasil cronbach’s alpha 0.96 dan perawat dan untuk instrument

pada 30 responden untuk kinerja perawat pelaksana dengan hasil cronbach’s

alpha 0.96. Dari 60 kuesioner yang peneliti bagikan kepada responden semuanya

kembali dengan lengkap dan telah terisi sesuai dengan yang peneliti harapkan.

53
Universitas Sumatera Utara
Bahwa hasil dari pilot study, semua responden memahami instrument

dengan hal ini dijelaskan dengan tabel berikut :

Tabel : Supervisi Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Supervisi 78.73 169.375 .536 .963
Supervisi 78.90 167.748 .566 .963
Supervisi 78.67 169.816 .528 .963
Supervisi 78.73 165.789 .825 .962
Supervisi 78.63 169.344 .504 .963
Supervisi 79.13 164.189 .678 .962
Supervisi 78.73 165.789 .825 .962
Supervisi 78.63 169.344 .504 .963
Supervisi 79.07 163.375 .760 .962
Supervisi 78.67 163.609 .819 .961
Supervisi 78.90 170.300 .445 .964
Supervisi 78.93 161.720 .676 .963
Supervisi 78.77 166.875 .724 .962
Supervisi 78.93 161.720 .676 .963
Supervisi 79.10 160.369 .778 .962
Supervisi 78.67 163.609 .819 .961
Supervisi 78.80 164.924 .692 .962
Supervisi 78.90 165.748 .583 .963
Supervisi 78.87 166.602 .730 .962
Supervisi 79.13 163.085 .690 .962
Supervisi 78.67 166.230 .832 .962
Supervisi 78.87 166.947 .620 .963
Supervisi 79.13 163.223 .601 .963
Supervisi 78.83 164.626 .649 .963
Supervisi 78.67 163.609 .819 .961

54
Universitas Sumatera Utara
Supervisi 78.73 166.478 .604 .963
Supervisi 78.50 172.397 .433 .964
Supervisi 78.67 163.609 .819 .961
Supervisi 78.73 167.099 .629 .963
Supervisi 78.93 167.237 .605 .963
Supervisi 78.80 163.131 .808 .961
Supervisi 78.93 167.237 .605 .963

Tabel : Kinerj Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Kinerja 52.87 171.775 .731 .960
Kinerja 52.97 170.102 .758 .960
Kinerja 53.13 167.154 .812 .960
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.97 170.102 .758 .960
Kinerja 52.87 171.775 .731 .960
Kinerja 52.87 171.775 .731 .960
Kinerja 52.80 177.476 .536 .962
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.97 170.102 .758 .960
Kinerja 53.13 167.154 .812 .960
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.97 170.102 .758 .960
Kinerja 53.13 167.154 .812 .960
Kinea 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.77 174.185 .623 .961
Kinerja 52.97 170.102 .758 .960
Kinerja 53.13 167.154 .812 .960
Kinerja 53.20 173.476 .545 .962
Kinerja 53.13 167.154 .812 .960
Kinerja 53.20 173.476 .545 .962

55
Universitas Sumatera Utara
53.13 167.154 .812 .960
Kinerja
Kinerja 53.20 173.476 .545 .962

Tabel 3.2 menunjukkan data demografi kepala ruangan yang

diperoleh 30 responden dirumah sakit sembiring tersebut adalah 1 orang laki-laki

(3.3%), 29 orang wanita (96.7%), umur antara 25-35 tahun sebanyak 25 orang

(83.4 %) usia antara 36-45 tahun 4 orang (13.3%), usia 46-55 tahun 1 orang

(3.3%), pendidikan terakhir Ners sebanyak 5 orang (16.6%), D III sebanyak 25

orang (83.4%), Status perkawinan kawin sebanyak 13 orang (43.4%), belum

kawin 17 orang (56.6%) dan berdasarkan lama kerja diperoleh hasil pilot study 1-

5 tahun 22 orang (73.4%), 6-10 tahun 7 orang (23.3%), 11-15 tahun 1 orang

(3.3%).

Tabel 3.2
Hasil pilot study data demografi kepala ruangan Rumah Sakit Sembiring (n =30)
Data Demografi f %
Jenis kelamin
Laki-laki 1 3.3
Wanita 29 96.7
Umur responden
25-35 tahun 25 83.4
36-45 tahun 4 13.3
46-55 tahun 1 3.3
Pendidikan terakhir
Ners 5 16.6
D III Keperawatan 25 83.4
Status perkawinan
Kawin 13 43.4
Belum kawin 17 56.6
Masa kerja
1-5 tahun 22 73.4
6-10 tahun 7 23.3
11-15 tahun 1 3.3

56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3 menunjukkan data demografi perawat pelaksana yang diperoleh

30 responden dirumah sakit sembiring tersebut adalah 2 orang laki-laki (6.7%),

28 orang wanita (93.3%), usia antara 25-35 tahun sebanyak 28 orang (93.3%)

usia antara 36-45 tahun 2 orang (6.7%), D III sebanyak 30 orang (100%), status

perkawinan kawin sebanyak 8 orang (26.7%), belum kawin 22 orang (73.3%) dan

berdasarkan lama kerja diperoleh hasil pilot study 1-5 tahun 28 orang (93.3%)

6-10 tahun 2 orang (6.7%).

Tabel 3.3
Hasil pilot study data demografi Perawat pelaksana di Rumah Sakit Sembiring
(n=30)
Data Demografi f %
Jenis kelamin
Laki-laki 2 6.7
Wanita 28 93.3
Umur responden
25-35 tahun 28 93.3
36-45 tahun 2 6.7
Pendidikan terakhir
D III Keperawatan 30 100
Status perkawinan
Kawin 8 26.7
Belum kawin 22 73.3
Masa kerja
1-5 tahun 28 93.3
6-10 tahun 2 6.7

57
Universitas Sumatera Utara
3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada proses editing ini, peneliti memeriksa kuesioner untuk memastikan

bahwa tiap-tiap variabel penilaian dan memberikan hasil terhadap masalah

yang diteliti.

Setelah selesai dilakukan pengeditan/pengecekan data kemudian data

diklasifikasikan berdasarkan aspek pengukuran (Azwar & Prihartono, 2003)

pada tahap ini dilakukan pengecekan kelengkapan isian dan hasil kuesioner.

2. Coding

Peneliti memberikan simbol-simbol tertentu dalam bentuk angka untuk setiap

jawaban untuk mempermudah pengolahan data sesuai dengan definisi dan

kategori yang ditetapkan oleh peneliti.

3. Entry data

Pada langkah proses ini peneliti memasukkan data ke dalam komputer untuk

keperluan analisis dengan menggunakan program komputer.

4. Proccessing

Data hasil penilaian tiap-tiap variabel pada lembar observer dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software.

58
Universitas Sumatera Utara
5. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer

guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukkan data, untuk

selanjutnya dianalisis menggunakan komputer.

3.8 Analisa Data

Tahap selanjutnya adalah dilakukan analisis data, analisis ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada

penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Statistik univariat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu

variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit &

Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat

digunakan untuk mengidentifikasi supervisi dan kinerja perawat pelaksana.

2. Statistik bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara kedua variabel (Sugiyono, 2001). Variabel yang ingin dibuktikan adalah

hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana hubungan

supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Disimpulkan bila

p<0.05 berarti adanya hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana dan bila p>0.05 maka disimpulkan tidak ada hubungan supervisi

kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.

59
Universitas Sumatera Utara
Setelah data diolah kemudian dianalisa, sehingga hasil analisa data dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah

penelitian. Tujuan dari pada analisa data adalah : 1) mengetahui komponen-

komponen yang mempunyai sifat menonjol dan mempunyai nilai yang ekstrim, 2)

membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai rasio, 3)

membandingkan antara komponen dengan keseluruhan dengan menggunakan

nilai proporsi (Setiadi, 2013). Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu

harus kita cek uji asumsi untuk korelasi normality, Outlier, Linierity, agar

diketahui apakah data penelitian terdistribusi normal dengan menggunakan teknik

uji parametrik korelasi spearman, dengan skala pengukuran interval untuk

mencari kekuatan hubungan antara kedua variabel supervisi kepala ruangan

dengan kinerja perawat pelaksana di rumah sakit.

Kekuatan hubungan dua variabel secara kuantitatif dapat dibagi dalam 3

kategori yaitu r positif 0.1-0.3 kekuatan hubungan lemah, 0.3-0.5 kekuatan

hubungan sedang, 0.5-1.0 kekuatan hubungan kuat. r negatif -0.1- -0.3 kekuatan

hubunga lemah, -0.3- -0.5 kekuatan hubungan sedang, -0.5- -1.0 kekuatan

hubungan kuat. Untuk uji hipotesis p < 0.05 Ha ditolak Hi diterima berarti ada

hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan kinerja

perawat ( Polit & Beck, 2012 ).

60
Universitas Sumatera Utara
Pada uji ini ada dua jenis kelompok data yang berbeda dibandingkan

untuk menentukan derajat hubungan antara keduanya karena r berkisar antara -1

sampai +1. Kita dapat mengatakan bahwa kumpulan poin seperti itu saling

berhubungan baik secara positif atau negatif, di sisi lain jika koefisien korelasi

mendekati 0, kita dapat simpulkan bahwa poin tersebut memiliki hubungan yang

lemah atau berhubungan. Korelasi -1 sama kuatnya dengan korelasi +1, jika

koefisien korelasi bernilai 1 atau r = +1 maka terdapat hubungan antara kedua

variabel (hubungan positif), tapi jika koefisien korelasi bernilai r = 0 atau r = 1

maka kedua variabel tersebut tidak berhubungan (Polit & Beck, 2012).

3.8.1 Uji Asumsi

Normality

Uji asumsi normality adalah untuk melihat item supervisi kepala ruangan

dan kinerja perawat pelaksana teramati dan tidak akan menyimpang secara

signifikan dari distribusi normal. Distribusi dari 57 variabel telah diperiksa

masing-masing item untuk melihat nilai Kolmogorof-Smirnov, skewness dan

kurtosis. Data supervisi kepala ruangan yang terdiri dari 32 item, berdistribusi

normal nilai Shapiro-Wilk p = 0.29 (p<0.05), skewness -7.52, dan kurtosis = -

7.69. Data 25 item kinerja perawat pelaksana, nilai Kolmogorof-Smirnov p = 0.65,

skewness = -,5.45, kurtosis = 0.89. Kotak blox plot digunakan untuk mendeteksi

outlier yang muncul.

61
Universitas Sumatera Utara
Linierity

Uji asumsi linierity adalah menilai pemeriksaan pada scater plot Scater

plot adalah untuk memprediksi nilai yang memberikan informasi kemungkinan

yang tidak linier. Dalam penelitian ini scater plot menunjukkan hubungan linier

dengan semua linier yang berkorelasi, 32 item supervisi kepala ruangan dan 25

item kinerja perawat pelaksana data perawat mendekati garis linier yang dapat

dilihat secara visual ada grafik data.

Outlier

Outlier adalah untuk melihat apakah ada data yang menyimpang dari data

lainnya (data ekstrem). Outlier diperiksa menggunakan boxplot dimana data yang

menyimpang dapat mempengaruhi kenormalan distribusi data. Dilakukan

evaluasi yang berulang-ulang, sampai tidak ditemukan lagi outlier. Pada variabel

supervisi kepala ruangan yang muncul diblox spot adalah no : 6, 7, 8 dan 9. Data

yang muncul pada variabel kinerja perawat pelaksana adalah responden 5 dan 6 .

Uji asumsi outlier terpenuhi, dimana tidak ditemukan lagi outlier. Selanjutnya

dapat dilakukan uji korelasi product moment.

3.9 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan persetujuan ke komite etik penelitian keperawatan fakultas ilmu

keperawatan Sumatera Utara dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan

antara lain ethical clearence.

62
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin dan

rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari

rumah sakit. Kemudian memberikan penjelasan kepada responden dalam

penelitian ini yaitu kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang rawat inap

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam bahwa responden dilindungi dari

berbagai aspek dalam penelitian ini (Polit & Hungler, 1999) yaitu :

(1) Self Determination yaitu peneliti memberi kesempatan kepada responden

untuk menentukan apakah bersedia atau tidak bersedia menjadi responden

(2) Privacy yaitu peneliti meyakinkan responden bahwa data yang terkumpul

tidak akan disebarluaskan oleh peneliti

(3) Anonimity yaitu peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan

memberikan kode pada setiap instrumen

(4) Confidentiality yaitu peneliti berjanji merahasiakan informasi yang

didapatkan dan data yang terkumpul hanya digunakan untuk penelitian

(5) Protection from discomfort yaitu peneliti mengupayakan kenyamanan

responden tidak terganggu

(6) Referred yaitu mengadakan rujukan jika diperlukan responden yang

memperlihatkan tanda-tanda keluhan psikososial yang diakibatkan kuesioner

(7) Informed Consent yaitu responden menyetujui maka responden diminta untuk

menandatangani surat persetujuan.

63
Universitas Sumatera Utara
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti lakukan selama dua bulan

yaitu mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2016 di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Peneliti menjelaskan hasil penelitian

dengan pokok bahasan yaitu : 1) deskripsi lokasi penelitian, dan 2) hasil analisis

penelitian.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Grand Medistra merupakan rumah sakit milik swasta di jalan

Medan Lubuk Pakam km. 25, No.66 Lubuk Pakam kabupaten Deli Serdang yang

mempunyai pendapatan asli daerah yaitu + 300 miliar dengan jumlah penduduk

sekitar 1.789.243 jiwa, sarana kesehatan yang ada di kabupaten ini adalah rumah

sakit (termasuk RS swasta) sebanyak 18 buah, puskesmas ada 33 buah, puskesmas

perawatan ada 18 buah puskesmas pembantu ada 104 buah, rumah bersalin ada

133 buah dan apotek ada 86 buah.

Rumah sakit ini terletak di ibukota kabupaten, dalam wilayah kerja pusat

pemerintahan daerah kabupaten Deli Serdang. Jarak Rumah Sakit Grand Medistra

ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan) berkisar ± 24 km. Rumah Sakit

Grand Medistra memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 201 buah, berdiri diatas

lahan + 3.4 Ha dengan luas bangunan 17.513,512 m2 dengan kemampuan

pelayanan kelas B ini didirikan pada tahun 2009.

64
Universitas Sumatera Utara
Sejarah Rumah Sakit Grand Medistra tidak dapat terlepas dari sejarah

pendahulunya, yaitu Rumah Sakit Sembiring Delitua, bekal pengalaman

mengelola Rumah Sakit Sembiring Delitua tersebut akhirnya yayasan medistra

memutuskan untuk mendirikan rumah sakit lagi di Lubuk Pakam. Rumah Sakit

Grand Medistra berdiri pada tanggal 2 Desember 2009, sejalan dengan cita-cita

akan suatu universal konverage bagi seluruh penduduk Indonesia, maka Rumah

Sakit Grand Medistra memutuskan untuk menjadi rumah sakit yang bercirikan

pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua kalangan dan latar belakang

konsumen rumah sakit.

Selain melayani pasien umum, begitu didirikan rumah sakit ini telah

mengemban amanat dari pemerintah dengan kesediaan rumah sakit untuk

melayani peserta BPJS. Seiring dengan perkembangan waktu, asuransi-asuransi

besar baik yang berstatus BUMN seperti PT.Jamsostek, PT.Askes, PT.AJ IN

Health, serta asuransi yang berstatus swasta seperti Lippo Insurance, Astra Buana,

BNI Live, Jasindo mulai memberikan kepercayaan bagi Rumah Sakit Grand

Medistra untuk dapat melayani peserta mereka. Demikian pula perusahaan-

perusahaan yang menetapkan jaminan pelayanan kesehatan mandiri bagi

karyawannya seperti PT.Indofood, PT.KAI, PT.Mara Jaya dan beberapa

perusahaan lainnya mempercayakan kesehatan karyawannya kepada Rumah Sakit

Grand Medistra. Visi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Grand Medistra adalah:

“Menjadi rumah sakit rujukan dengan kualitas pelayanan yang prima, didukung

sumber daya manusia yang berkualitas, serta sarana dan prasarana kesehatan

yang lengkap”.

65
Universitas Sumatera Utara
Dengan Misi Rumah Sakit Grand Medistra adalah :

1. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat sekunder dan tertier yang bersifat

spesialistis dan subspesialistik dalam bentuk pelayanan preventif, kuratif, dan

rehabilitatif,

2. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap bagi segenap

konsumen rumah sakit,

3. Mengembangkan Rumah Sakit Grand Medistra sebagai Pusat Rujukan Trauma

Center di Kawasan Deli Serdang dan sekitarnya,

4. Menciptakan kondisi kerja yang profesional dengan memberikan pelayanan

yang ramah dan informatif terhadap segenap konsumen rumah sakit,

5. Mengembangkan kemampuan dan profesionalitas segenap tenaga kesehatan di

rumah sakit yang berlandaskan etika profesi, etika pelayanan, serta keselarasan

dengan lingkungan,

6. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang kesehatan untuk dapat

lebih meningkatkan pelayanan kepada konsumen rumah sakit.

Motto Rumah Sakit Grand Medistra adalah “ Mitra Professional Menuju

Sehat”. Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam,

menerima beberapa golongan pasien rawat jalan dan rawat inap yaitu:

1. Pasien Umum

Pasien umum berasal dari masyarakat yang membayar sendiri biaya

pemeriksaan dan pengobatannya di RS.

66
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayarannya adalah out of pocket tidak seperti di beberapa rumah

sakit lain, pasien umum di RS Grand Medistra Lubuk Pakam tidak dibebani

uang muka pelayanan. Setelah selesai menjalani perawatan/pengobatannya,

pasien yang bersangkutan membayar di kasir. Sistem pembayaran

terkomputerisasi online yang diterapkan di kasir membuat biaya pelayanan di

Rumah Sakit Grand Medistra menjadi terstandarisasi dan tidak bisa ditambah

atau dikurangi oleh oknum tertentu.

2. Pasien Asuransi

RS Grand Medistra juga menjalin kerjasama dengan asuransi-asuransi yang

menjamin biaya perawatan kesehatan bagi pasien peserta asuransi. Pasien

yang ditanggung asuransi ini tidak dikenai biaya perawatan kesehatan, kecuali

pelayanan yang diterimanya melebihi ketentuan dan tarif yang ditanggung

oleh asuransinya. Asuransi-Asuransi yang sudah bekerja sama dengan RS

Grand Medistra sampai dengan saat ini adalah:

a. PT Askes Persero Indonesia. PT Askes mempercayakan RS Grand Medistra

untuk menjadi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan rujukan tingkat II (PPK

II) bagi para PNS, pensiunan PNS, dan pensiunan TNI/Polri yang menjadi

peserta Program Askes Sosial. RS Grand Medistra menjadi PPK II Askes

Sosial sejak 1 Maret 2010.

b. PT Jamsostek Indonesia cabang Tanjung Morawa. PT Jamsostek Indonesia

menjalin kerjasama dengan RS Grand Medistra sejak tanggal 22 Oktober

2009 sehingga kami diperbolehkan melayani para karyawan dan pegawai

perusahaan yang dilindungi oleh program Jaminan Pelayanan Kesehatan.

67
Universitas Sumatera Utara
Jamsostek sejak tanggal 02 Nopember 2009. Saat ini, RS Grand Medistra

dipercaya oleh PT Jamsostek menjadi rumah sakit rujukan Trauma Center

untuk pasien-pasien kecelakaan kerja.

c. PT Asuransi Jiwa Inhealth. PT Asuransi Jiwa Inhealth menjalin kerjasama

dengan RS Grand Medistra, yang berarti kami dapat melayani para

eksekutif, karyawan, maupun pegawai perusahaan yang dilindungi oleh

program Inhealth sejak 01 Desember 2009.

3. Pasien Perusahaan

RS Grand Medistra Lubuk Pakam juga menjalin kerjasama dengan

perusahaan-perusahaan yang belum bergabung dengan program jaminan

pelayanan kesehatan untuk karyawannya, yang meminta supaya biaya

pelayanan dan pengobatan karyawannya ditagih setiap bulan kepada mereka,

sehingga karyawan tersebut tidak perlu mengeluarkan uang untuk pelayanan

pengobatan di RS Grand Medistra.

4. Pasien Jamkesmas

Sebagai wujud kepedulian RS Grand Medistra kepada pasien yang kurang

mampu, saat ini RS Grand Medistra telah mendapatkan ijin dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan persetujuan Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara untuk dapat melayani peserta program Jamkesmas yang

berdomisili di 32 wilayah Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya. Pelayanan

peserta Jamkesmas di RS Grand Medistra dimulai sejak Tanggal 1 Januari

2010.

68
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik perawat dilihat dari usia, jenis kelamin, pendidikan,

status perkawinan dan masa kerja. Variabel umur didasarkan pada skala rasio dan

dikategorikan dengan terlebih dahulu menghitung median dan mean, berdasarkan

hasil penelitian diperoleh informasi bahwa mayoritas kepala ruangan di Rumah

Sakit Grand Medistra berusia 25-35 tahun dengan proporsi sebanyak 9 orang

(60.0%), kategori jenis kelamin seluruh perawat perempuan berjumlah 15 orang

(100%), dari aspek pendidikan D3 Keperawatan berjumlah 15 orang (100%),

perawat berstatus tidak menikah dengan jumlah 8 orang (53.3%) dan mayoritas

Frekuensi perawat yang memiliki masa kerja 1-5 tahun dengan jumlah 8 orang

(53.3%) . Dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut dibawah ini :

Tabel 4.2.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepala ruangan di Ruang Rawat Inap
di RS Grand Medistra Lubuk Pakam (n=15)

Karakteristik Perawat f (%)


Umur responden
25-35 9 60.0
36-45 5 33.3
46-55 1 6.7
Jenis Kelamin
Perempuan 15 100
Pendidikan terakhir
D III Keperawatan 15 100
Status pernikahan
Kawin 7 46.7
Tidak Kawin 8 53.3
Masa Kerja
1-5 Tahun 8 53.3
6-10 Tahun 7 46.7

69
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa mayoritas

perawat di Rumah Sakit Grand Medistra berusia 25-35 tahun dengan proporsi

sebanyak 90 orang (94,73%), dari kategori jenis kelamin mayoritas perawat

perempuan berjumlah 91 orang (95,78%), dari aspek pendidikan D3 Keperawatan

merupakan kelompok mayoritas berjumlah 95 orang (100%), mayoritas perawat

berstatus menikah dengan jumlah 49 orang (51,57%) dan Frekuensi perawat yang

memiliki masa kerja 1-5 tahun merupakan yang paling banyak dengan jumlah 61

orang (64,22%). Dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :

Tabel 4.2. 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap di RS
Grand Medistra Lubuk Pakam (n=95)

Karakteristik Perawat f (%)


Umur responden
25-35 90 94.73
36-45 5 5.27

Jenis Kelamin
Laki-laki 4 4.22
Perempuan 91 95.78
Pendidikan terakhir
D III Keperawatan 95 100%
Status pernikahan
Kawin 49 51.57
Tidak Kawin 46 48.43
Masa Kerja
1-5 Tahun 61 64.22
6-10 Tahun 34 35.78

Selanjutnya distribusi frekuensi berdasarkan supervisi kepala ruangan dan

kinerja perawat dengan kategori supervisi baik, supervisi kurang dan kinerja

perawat dengan kategori kinerja baik, kinerja cukup dan kinerja kurang.

70
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Tanggapan Perawat Pelaksana Terhadap Variabel Penelitian

Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian

maka dilakukan analisis jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan

pernyataan tersebut. Pernyataan terdiri dari 32 item, untuk mengetahui lebih jelas

mengenai pernyataan berasal dari variabel supervisi kepala ruangan. Peneliti akan

mendeskripsikan masing-masing item pernyataan secara terpisah dan dari analisis

tersebut diketahui berapa banyak responden yang memilih alternatif jawaban

tertentu dan memperoleh nilai rata-rata tertinggi sampai dengan terendah. Untuk

menerangkan tanggapan responden terhadap variabel peneliti digunakan metode

rata-rata (mean) dan tabel distribusi frekuensi. Alat ukur tanggapan responden

terhadap variabel penelitian adalah : Supervisi Baik dengan Skor 49-96 dan

Supervisi Kurang dengan Skor 1-48. Pada hasil penelitian terhadap variabel

supervisi kepala ruangan berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan

sesuai dengan skor jawaban yang tertera pada tabel 4.3.1 berikut :

Tabel 4.3.1 Tanggapan Perawat Pelaksana terhadap variabel Supervisi

Kuesioner f (%)
Fungsi Pengarahan 49 51.57
Fungsi Pengawasan 46 48.43
Total 95 100 %

Berdasarkan tabel 4.3.2 hasil penelitian diperoleh bahwa frekuensi

perawat berdasarkan supervisi kepala ruangan dengan kategori supervisi baik

berjumlah 95 orang (100%) dan kategori supervisi kurang tidak ada. Selanjutnya

71
Universitas Sumatera Utara
distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan supervisi kepala ruangan

supervisi baik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3.2
Distribusi Frekuensi Kategori Supervisi Kepala Ruangan di Rumah Sakit Grand
Medistra

Kategori f (%)
Supervisi Baik 95 100

4.3.3 Tanggapan Kepala Ruangan Terhadap Variabel Penelitian

Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian

maka dilakukan analisis jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan

pernyataan tersebut. Pernyataan terdiri dari 25 item, untuk mengetahui lebih jelas

mengenai pernyataan berasal dari variabel kinerja perawat pelaksana. Peneliti

akan mendeskripsikan masing-masing item pernyataan secara terpisah dan dari

analisis tersebut diketahui berapa banyak responden yang memilih alternatif

jawaban tertentu dan memperoleh nilai rata-rata tertinggi sampai dengan terendah.

Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel peneliti digunakan

metode rata-rata (mean) dan tabel distribusi frekuensi. Alat ukur tanggapan

responden terhadap variabel penelitian adalah : Kinerja Baik dengan Skor 51-75,

Kinerja Cukup dengan Skor 26-50 dan Kinerja Kurang dengan Skor 1-25.

72
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil penelitian terhadap variabel supervisi kepala ruangan

berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan sesuai dengan skor

jawaban yang tertera pada tabel 4.3.3 berikut :

Tabel 4.3.3 Tanggapan Kepala Ruangan terhadap variabel Supervisi

Kuesioner f (%)
Pengkajian Keperawatan 4 26.7
Diagnos Keperawatan 2 13.4
Perencanaan Keperawatan 3 20
Pelaksanaan Keperawatan 3 20
Evaluasi Keperawatan 3 20
Total 15 100 %

Dari tabel 4.3.4 hasil penelitian ini diperoleh frekuensi perawat

berdasarkan kinerja perawat dengan kinerja perawat dengan kategori kinerja baik

berjumlah 12 orang (94,74%) sedangkan kategori kinerja cukup berjumlah 3

orang (5.26%). Hasil dari transform data supervisi kepala ruangan dan kinerja

perawat. Selanjutnya distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

kinerja perawat baik dan cukup dapat dilihat pada tabel 4.3.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3.4
Distribusi Frekuensi Kategori Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra

Kategori f %
Kinerja Baik 12 80
Kinerja Cukup 3 20
Total 15 100%

73
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari transform data supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat,

selanjutnya dilakukan uji spearman untuk melihat hubungan antara kinerja

perawat dan supervisi kepala ruangan , supervisi kepala ruangan dengan kinerja

perawat.

4.4 Analisis Bivariat

4.4.1 Hasil uji korelasi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian hubungan antara supervisi kepala ruangan dan kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam nilai p = 0.71

Ha = diterima, yang makna adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja

perawat dalam bekerja bukan hanya dari supervisi kepala ruangan saja,

melainkan adanya pengaruh faktor lain yang menyertai.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4.1 berikut dibawah ini :

Tabel 4.4.1 :
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat pelaksana

Kinerja Perawat
p r
Supervisi kepala ruangan 0.71 0.40

74
Universitas Sumatera Utara
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Supervisi Kepala Ruangan

Supervisi adalah intervensi yang diberikan oleh karyawan senior kepada

karyawan junior yang memiliki kesamaan profesi. Hubungannya bersifat

evaluatif, sepanjang waktu, mencapai tujuan yang berkelanjutan dalam

meningkatkan kemampuan juniornya, pemantauan kualitas layanan profesional

pada pasien (Bernard & Goodyear, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian supervisi kepala ruangan diperoleh informasi

bahwa dengan kategori supervisi baik berjumlah 95 orang (100%). Berdasarkan

hasil penelitian Agung (2004) pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala

ruangan di salah satu ruang rawat inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo bahwa

supervisi kepala ruangan yang dilakukan terhadap perawat, bahwa bentuk

perhatian yang diberikan oleh kepala ruangan tidak hanya sebagai pemimpin saja

yang mempunyai jarak dengan anggotanya, tetapi menciptakan suasana kerja

yang nyaman dalam bekerja.

Penelitian Siswana (2009) Pekan Baru, Riau, supervisi kepala ruangan di

Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi tidak hanya dari bagimana proses

asuhan keperawatan tetapi dari segi aspek yang mendampinginya baik dari sisi

penampilan, kedisiplinan, penyelesaian masalah, dan ketenagaan di ruangan.

Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk menetapkan kebijakan tentang

pelaksanaan supervisi klinis sebagai bentuk model akademik supervisi klinis

diterapkan di ruang rawat inap.

75
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Standarisasi kegiatan pada supervisi kepala ruangan di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Kepala ruangan bertanggung jawab

dalam supervisi pelayanan keperawatan diunit kerjanya. Kepala ruangan

merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan dan pendokumentasian di unit kerjanya. Materi

supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing staf

perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi supervisi adalah

kemampuan manejerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait

supervisi kepala ruangan, perawat yang disupervisi terkait dengan kemampuan,

agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi beban bagi

perawat, maka perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-

masing perawat yang sudah dipahami dan jadwal pasti dalam supervisi.

5.2 Kinerja Perawat

Kinerja adalah suatu proses dan hasil yang dicapai seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan bersangkutan (Carthon et al., 2011). Prilaku

individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua yaitu perilaku

terbuka dan tertutup dalam bentuk praktek atau tindakan yang diamati (Ilyas,

2002). Kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam

tindakan atau praktek yang diamati dan dinilai. Kinerja perawat mencerminkan

kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawatan

(PPNI, 2010).

76
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa mayoritas

perawat umur 20-35 tahun berjumlah 90 orang (94,73%). Secara fisiologis

pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan

pertambahan umur. Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi pertumbuhan

kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya, yang identik dengan

idealisme tinggi, semangat tinggi dan tenaga yang prima (Sastrohadiwirjo &

Siswanto, 2002).

Perawat pelaksana di ruang rawat inap diperoleh informasi bahwa

mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan proporsi responden yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 91 orang (95,78%). Menurut manajemen

keperawatan tidak ada batas ideal perbandingan antara perawat laki-laki dan

perempuan. Namun dalam manajemen keperawatan mengenai pengaturan jadwal

dinas, dianjurkan dalam satu shift ada perawat laki-laki dan perempuan, sehingga

apabila melakukan tindakan yang bersifat privacy bisa dilakukan oleh perawat

yang sama jenis kelaminnya misalnya personal higiyene, eliminasi, perekaman

EKG, pemasangan asesoris bed side monitor, dll (Swanburg, 2000).

Hasil penelitian juga menunjukkan diperoleh informasi bahwa mayoritas

pendidikan terakhir perawat adalah berpendidikan D3 Keperawatan berjumlah 95

orang (100%). Kriteria perawat profesional dapat mentaati kode etik, mampu

berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, serta mampu memanfaatkan sarana

kesehatan yang tersedia secara berdaya guna dan berhasil guna.

77
Universitas Sumatera Utara
Mampu berperan sebagai agen pembaharu dan mengembangkan ilmu

serta teknologi keperawatan (Nursalam, 2007). Semakin tinggi tingkat pendidikan

akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam

usaha pembaharuan dan dapat menyesuaikan diri terhadap pembaharuan. Tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu

yang datang dari luar (Notoatmodjo, 1993). Berdasarkan hasil penelitian

responden diperoleh informasi bahwa mayoritas masa kerja perawat 1-5 tahun

berjumlah 61 orang (62,44%). Semakin lama perawat bekerja semakin banyak

kasus yang ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalamannya,

sebaliknya semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang

ditanganinya. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan ketrampilan

kerja (Sastrohadiwirjo, 2002).

Kinerja dalam penelitian ini berhubungan dengan kemampuan perawat

melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan rawat inap Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh informasi

bahwa berdasarkan kinerja perawat dengan kategori baik berjumlah 12 orang

(94,74%). Keseluruhan indikator tersebut berimplikasi terhadap kinerja perawat

secara utuh. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian terkait pelayanan

keperawatan di provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara,

Jawa Barat dan DKI Jakarta telah dilakukan oleh Direktorat Pelayanan

Keperawatan Depkes bekerja sama dengan WHO tahun 2000 menunjukkan hasil

70,9% perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan, 39,8%.

78
Universitas Sumatera Utara
Perawat masih melakukan tugas–tugas non keperawatan, 47,4% perawat

tidak memiliki uraian tugas secara tertulis, belum dikembangkannya monitoring

dan evaluasi kinerja perawat secara khusus (Dirjen YanMed, 2010). Rendahnya

kinerja perawat terlihat dimana ia selalu bertanya kepada dokter mengenai

tindakan keperawatan padahal semestinya ia memiliki kesempatan untuk dapat

merubah dan mengambil keputusan sendiri dalam hal asuhan keperawatannya

sesuai kebutuhan pasien berdasarkan standar operasional pekerjaannya yang juga

merupakan batasan otonomi seorang perawat yaitu standar pengkajian, standar

diagnosa keperawatan, standar perencanaan, standar pelaksanaan, dan standar

evaluasi. Sementara itu sebuah studi yang dilakukan oleh Mayasari (2009)

tentang pelaksanaan penerapan Standar Asuhan Keperawatan RSUD Kota

Semarang tahun 2007 menunjukkan bahwa perawat melakukan pengkajian

sebesar 56,97%, perumusan diagnosa 70,50%, perumusan rencana keperawatan

67,29%, melakukan tindakan keperawatan 62,10%, dan perawat yang melakukan

evaluasi 57,20%.

Menurut Manurung (2004), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja perawat antara lain yaitu faktor individu mencakup

kemampuan atau pengetahuan perawat dan keterampilan perawat serta faktor

psikologis yaitu sikap perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan

pendokumentasiannya. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa

kinerja memerlukan indikator-indikator penilaian oleh berbagai faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal.

79
Universitas Sumatera Utara
Beragam aspek yang dapat diukur dengan berpedoman pada standard

tertentu yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang berguna

untuk mendapatkan feedback guna keperluan perbaikan organisasi secara khusus

menejemen pengelolaan sumber daya manusia. Berdasarkan teori, hasil penelitian

dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan kinerja perawat, implikasi dari

kinerja perawat adalah cerminan dari kinerja perawat secara umum. Keberhasilan

organisasi rumah sakit sebagai suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, tidak

terlepas dari pegawainya, karena pegawai bukan semata-mata menjadi obyek

dalam mencapai tujuan organisasi tetapi juga menjadi subyek atau pelaku.

Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana, pengendali yang selalu berperan

aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mempunyai pikiran, perasaan,

dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap

ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan

dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Pendapat lain menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat

ditentukan oleh keberhasilan pegawai dan kelompok pegawai (Fanthoni, 2006).

Pendapat ini mempunyai konsekuensi adanya suatu tuntutan kepada organisasi

untuk lebih memperhatikan aspek-aspek kritis yang merupakan faktor penentu

keberhasilan kinerja pegawai sehingga pegawai melaksanakan semua tanggung

jawabnya dan memperoleh kepuasan kerja. Pendapat lain juga mengemukakan

bahwa kepuasan bawahan dipengaruhi oleh keterbukaan komunikasi dalam

kelompok, dan kinerja pimpinan itu sendiri (Ruky, 2004).

80
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi menunjukkan p-value

0,71 > alpha (= 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna, Ha=

diterima, yang maknanya adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja

perawat dalam bekerja bukan hanya dari supervisi kepala ruangan saja,

melainkan adanya dipengaruhi faktor lain yang menyertainya.

Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat ( Nursalam 2002) adalah :

Antheical terhadap pekerjaan keperawatan karena rendahnya dasar pendidikan

profesi dan belum dilaksanakanya pendidikan keperawatan secara profesional,

perawat lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutinitas dan

menunggu perintah dari dokter, Rendahnya rasa percaya diri perawat belum

mampu menyediakan dirinya sebagai sumber informasi bagi klien, rendahnya

rasa percaya diri disebabkan oleh karena rendahnya pendidikan, rendahnya

pengetahuan dan teknologi-teknologi yang memadai, Kurangnya pemahaman dan

sikap untuk melaksanakan riset keperawatan pengetahuan dan keterampilan

perawat terhadap riset masih sangat rendah hal ini ditunjukan dengan rendahnya

hasil riset di bandingkan dengan profesi yang lain, Rendahnya standar Gaji bagi

perawat yang bekerja pada institusi pemerintah di dalam negeri dirasakan masih

rendahnya bila dibandingkan dengan negeri lain. Rendahnya gaji perawat

berdampak pada asuhan keperawatan yang profesional, Sangat minimnya perawat

yang menduduki jabatan struktural di Institusi kesehatan. Masalah ini sangat

mempengaruhi dalam perkembangan profesi keperawatan, karena sistim sangat

berpengaruh terhadap terselenggaranya pelayanan yang baik.

81
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pada supervisi kepala ruangan yaitu; Sebelum pertukaran Shift, 1)

Mengecek kecukupan fasilitas/ peralatan/ sarana untuk hari itu, 2) Mengecek

jadwal kerja, Pada waktu mulai Shift, 3) Mengecek personil yang ada, 4)

Menganalisa keseimbangan tenaga, 5) Mengatur pekerjaan, 6)

Mengidentifikasikan kendala yang muncul, 7) Mencari alternatif penyelesaian

masalah supaya dapat diselesaikan, Sepanjang hari, 8) Mengecek pekerjaan setiap

perawat, mengarahkan, mengintruksi, mengoreksi atau memberi latihan sesuai

kebutuhan, 9) Mengecek kemajuan pekerjaan, 10) Mengecek kemajuan rumah

tangga, 11) Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru, 12)

Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain, 13)

Mengatur jam istirahat perawat, 14) Mendeteksi dan mencatat problem yang

muncul pada saat itu dan mencari cara memecahkannya, 15) Mengecek kembali

kecukupan alat/ fasilitas/ sarana sesuai kondisi operasional, 16) Mencatat

fasilitas/ sarana yang rusak kemudian melaporkannya, 17) Mengecek kecelakaan

kerja, 18) Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin, 19)

Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontiniu untuk 15 menit

sekali, 20) Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti

keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang dan kesulitan pekerjaan, 21)

Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk

memecahkan keesokan harinya, 22) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan

sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya,

23) Melengkapi laporan harian, dan 24) Membuat daftar pekerjaan untuk

keesokan harinya.

82
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja selain supervisi antara lain

yaitu efektifitas dan efisiensi, otoritas, disiplin, dan inisiatif menurut Robbins

(2002), kegiatan supervisi kepala ruangan yang dilakukan di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam kepada perawat sudah dilakukan namun belum maksimal

karena perawat masih berusia muda dan beban kerja yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Qalbia (2013) di RS

Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan tentang hubungan supervisi terhadap

kinerja perawat dalam menerapkan patient safety di rumah sakit menunjukkan

bahwa adanya hubungan efektifitas dan efisiensi, otoritas, disiplin, dan inisiatif

terhadap kinerja perawat dalam menerapkan patient safety, dapat diketahui bahwa

dalam penelitian ini terdapat hubungan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam

menerapkan patient safety di RS universitas Hasanuddin.

Penelitian yang dilakukan oleh Bally (2007) di salah satu rumah sakit di

negara bagian di Amerika, bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh supervisor

(kepala ruangan), akan baik apabila memperhatikan dari sisi efektifitas dan

efisiensi, otoritas, disiplin, dan inisiatif dijalankan dengan seimbang, maka

kesuksesan dalam mengorganisir perawat akan tercapai dengan baik.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait

dengan hubungan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat, peneliti

beramsumsi proses supervisi yang baik akan meningkatkan kinerja perawat yang

bertugas di ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien.

Supervisi sangat berhubungan dengan efektifitas dan efisiensi, otoritas, disiplin,

dan inisiatif dengan kinerja kerja perawat. Perawat yang mendapat dukungan dari

83
Universitas Sumatera Utara
supervisor dan disupervisi dengan baik dalam melakukan pekerjaannya merasa

lebih puas terhadap pekerjaannya.

5.4 Kekuatan dan Keterbatasan penelitian

Kekuatan dari penilaian ini adalah : 1) menggunakan istrumen supervisi

kepala ruangan yang telah banyak digunakan dalam penelitian supervisi terhadap

kepala ruangan dirumah sakit, Instrumen ini telahdapat diakses secara bebas.

Instrumen supervisi kepala ruangan oleh pakar yang memahami konsep supervisi

kepala ruangan dalam keperawatan, 2) dilakukan uji validitas oleh tiga expert

keperawatan, 3) pilot study untuk konsistensi item kuesioner, 4) menggunakan

sampel kepala ruangan dengan kualifikasi S 1 Keperawatan dan D III, 5)

menentukan sampel dengan total sampling, 4) menggunakan dua rumah sakit

swasta dikota medan dan 5) menggunakan analisa uji parametrik.

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini meliputi : 1)

instrumen Kinerja perawat kurang tepat pada skala pengukuran untuk mengukur

kinerja perawat dirumah sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, sehingga

diperlukan wawancara dan observasi untuk menilai kinerja perawat pelaksana, 2)

lokasi penelitian yang menggunakan rumah sakit swasta yang telah memiliki

kebijakan dalam pelayanan kesehatan, dan 3) pada karakteristik pendidikan

resonden adalah S 1 Keperawatan, namun mayoritas perawat pelaksana kedua

rumah sakit tersebut memiliki pendidikan D-III Keperawatan. Hal ini

mempengaruhi hasil penelitian yang ada.

84
Universitas Sumatera Utara
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian dari variabel Supervisi kepala ruangan diperoleh bahwa

dengan kategori supervisi baik sebanyak 95 orang (100%).

2. Hasil penelitian dari variabel Kinerja perawat pelaksana diperoleh bahwa

mayoritas dengan kategori Kinerja baik sebanyak 12 orang (94,74%)

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p Value > 0,05 yang berarti tidak

ada hubungan signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam Kabupaten

Deli Serdang.

6.2. Saran

Bagi Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan

informasi bagi perawat, supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai standar bagi pasien.

Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan

informasi dalam bidang sumber daya manusia yang berhubungan dengan

supervisi dan kinerja perawat.

85
Universitas Sumatera Utara
Bagi Tim Kesehatan lain

Hasil penelitian ini diharapkan merupakan media bagi peneliti khususnya

dalam bidang kesehatan dalam menerapkan ilmu dan menambahkan

wawasan mengenai supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana.

86
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, F. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.


Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ahmad, S. (2004). Sistem Manajemen Kinerja. Cetakan Ketiga, PT. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Agung, S. (2004). Hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan kepada


perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo,
diakses tanggal 10 Maret 2016; http:/www.FikKes Jurnal
Keperawatan.co.id/.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitia n. Suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arwani, S. (2006). Manajemen bangsal keperawatan, Jakarta: EGC Kedokteran.

Azwar, (2012). Sika Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka


pelajar.

Ba’diah. A. (2008). Hubungan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja


perawat dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
PKU Muhammadiyah Temanggung, diakses tanggal 18 Januari 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Berggren, I. dan Severinsson, E. (2008). The influence of clinical supervision on


nurses‟ moral decision making. Nursing Ethics, 7 (2) : 124-33.

Bernard, J.M., dan Goodyear, R.K. (2004). Fundamentals of clinical supervision


(3rd ed.). Alih bahasa: Suhartini; Editor Pearson, Jakarta: EGC.

Bush, T. (2005). Overcoming the barriers to effective clinical supervision.


Nursing Times; 101: 2, 38–41.

Bungin dan Burhan, (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,


Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana

Carver,C.S dan Scheier,M.F., (1981). On the Self-Regulation of Behavior.


Cambridge,UK: Cambridge University Press.

Universitas Sumatera Utara


Corel, S., dan Smith, G. (2000). The development of models of nursing
supervisionintheUK.www.clinicalsupervision.com/Development%20%20cl
inical%supervision.htm.

Cristiansen, B., Bjork, I.T., Havnes, A., & Hessevaagbakke, E., (2011).
Developing supervision skills through peer learning partnership. Nurse
Education in Practice, 11, 104-108.

Cruz, S., Carvalho, L., dan Sousa, P., (2012). Clinical supervision in nursing: the
(un)known phenomenon. Elseiver Procedia - Social and Behavioral
Sciences 69, 864 – 873.

Dawson, M., Phillips, B., dan Leggat, S.G. (2012). Effective clinical supervision
for regional allied health professionals – the supervisee‟s perspective. Aust
Health Rev. 37(2):262-736(1):92-7.

Depkes RI (2005). Standar praktek keperawatan bagi perawat kesehatan, Jakarta.

Depkes RI (2007). Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan & Pelayanan Medik.


Kementrian Kesehatan RI.

Depkes RI (2008). Standar praktek keperawatan bagi perawat kesehatan,


Jakarta.

Devellis, R.F. (1991). Scale development: Theory and applications, CA: Sage.

Depkes RI, (2010). Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah di indonesia.


Jakarta : Depkes

Dharma. (2003). Manajemen kinerja: Falsafah teori dan penerapannya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Driscoll, J. (2008). Implementing supervision in the south eastern health and


social care trust: a report on three supervision inquiry workshops.
http://www.supervisionadcoaching.com.

Farington, A. (1995). Models of clinical supervision. British Journal of Nursing


4(15): 76-78.

Gibson, L. (1999). Organisasi, prilaku, struktur dan proses. Alih bahasa: Maya
Sari. Edisi ke-4. Cetakan ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Universitas Sumatera Utara


Gibson. (2000). Organisasi, prilaku, struktur dan proses. Alih bahasa: Maya Sari.
Edisi ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gillies, D. A. (1994). Manajemen keperawatan, sebagai suatu pendekatan system.


Bandung: Yayasan IAPKP.

Gillies. (1999). Suatu pendekatan proses keperawatan, Edisi 2. Saunders


Company.

Greenberg, Jerald dan Baron, (2003 ). Behavior in Organizations ( understanding


and managing the human side of work ). Eight edition, Prentice Hall.

Ilyas, Yaslis. (2002). Kinerja: Teori, penilaian dan penelitian. Jakarta: Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan.

Mayasari, (2009). Hubungan kepemimpinan, insentif, kesempatan promosi dan


supervisi terhadap kinerja perawat, diakses tanggal 20 Desember 2012;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/
Manurung, Mandala dan Rahardja. (2004). Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter. Lembaga FEUI. Jakarta.
Mulyono., Hamzah,. dan Abdullah,. (2013). Hubungan supervisi terhadap
kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Makassar, diakses
tanggal 18 Februari 2016; http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Hasanbasri. (2007). Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan


Evaluasi Pelatihan di Kulon Progo.Diambil pada tanggal 10 Maret 2016
dari http://www.kinerjaklinik-perawatbidan.or.id/home/index.php.

Hawkins, P., dan Shohet, R., (2006). Supervision in the helping


profession.England: Open University Press.

Henderson, (1984). Prinsip Dasar Manajemen. Jurnal Evaluasi dan Monitoring.


Vol 3 hal 25 – 37.

Heron, J. (1990) Helping the client: A creative practical guide. London, Sage.

Joni, H dan Ollivia. (2009). Pengaruh Faktor Pelayanan Rumah Sakit, Tenaga
Medis, dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Intensi Pasien
Indonesia Untuk Berobat di Singapura, diakses tanggal tanggal 18
Desember 2016; http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Universitas Sumatera Utara


Kozier, B. (2004). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice.
New Jersey: Pearson.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2014). Defenisi kata. www://kbbi.web.id.

Kirk, S., Eaton, J., dan Auty L. (2000). Dietitians and supervision: should we be
doing more?. Journal Human Nutrition and Dietetics, 13: 323-332.

Kron, T. (1987). The management of patient care. Philadelphia: W.B. Saunders


Campany.

Lynn, M. R. (1986). Determination and quantification of content validity.


Nursing Research, 35, (6) p. 382-386.

Lynch, L., dan Happel, B. (2008). Implementing clinical supervision: part 1;


laying the ground work . International Journal of Mental Health Nursing
17, 57-64.

Mayasari. (2009). Hubungan kepemimpinan, insentif, kesempatan promosi dan


supervisi terhadap kinerja perawat, diakses tanggal 20 Desember 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Maryadi. (2006). Hubungan Kepuasan Kompensasi Jasa Pelayanan dengan


Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Tahun 2006.Diambil pada tanggal 14 Desember 2016 dari
http ://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=293.

Marquis, B. L., dan Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan teori & aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2009). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (Edisi 2) Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan, Andi Offiset: Yogyakarta.

Polit, Beck., dan Hungler. (1999). Essential of nursing research, methods,


appraisal and utilization, 5 th edition. Philadelphia: Lippincott.

Polit, D. F., dan Beck, C. T. (2012). Essential of nursing research, methods


appraisal and utilization, (sixt edition). Lippincott Williams & Wilkins.

Universitas Sumatera Utara


Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan :
Konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.
Jakarta:EGC.

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010). Konsep Dasar


Etika Keperawatan : Buku I. Jakarta : DPP PPNI

Qalbia, M. (2013). Hubungan motivasi dan supervisi terhadap kinerja perawat


pelaksana dalam menerapkan patient safety di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin di Sulawesi Selatan, diakses tanggal 23 Desember 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

RCN dalam Sigit (2007) dalam (2009). Manajemen Supervisi. Jakarta.

Rekam medis RS-GM. (2015). Produktifitas rawat inap RS Grand Medistra


tahun 2012. Lubuk Pakam. Rekam Medis RS-GM.

Ridwan. (2006). Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta.

Russell., Cynthia L., Gelder., dan Frank Van. (2008). An international


perspective: job satisfaction among transplant nurses. Journal of Clinical
Nursing, 12, 32-40.

Samad. (2005). Unraveling the organizational commitment and job performance


relationship: exploring the moderating effect of job satisfaction. Journal of
Business and Management, 16, 79-84.

Sastrohadiwiryo, S. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan


Administrasi dan Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Severinsson, E. (2001). Confirmation, meaning, and self-awarness as core


concepts of the nursing supervision model. Nursing ethics, 8(1):36-44.

Siregar, (2008). Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Jakarta: Bumi


Aksara.

Siswana. (2009). Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja


perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi, Pekan
Baru, Riau, diakses tanggal 18 Maret 2016; http:/www.FikKes Jurnal
Keperawatan.co.id/.

Universitas Sumatera Utara


Sitonga, 2005 dalam Jony,Ollivia, 2009). Pengaruh Faktor Pelayanan Rumah
Sakit, Tenaga Medis, dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Terhadap
Intensi Pasien Indonesia Untuk Berobat di Singapura. Jurnal Ekonomi
Bisnis No. 2 Vo. 14, Agustus 2009.

Soehartono. (2004). Motivasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap


peningkatan kinerja pegawai, diakses tanggal 18 Maret 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Syaiin. (2008). Kepuasan kerja terhadap gaji (insentif) dan pengawasan


(supervisi) terhadap kinerja perawat, diakses tanggal 17 Januari 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Suarli, S., dan Bachtiar, Y. (2011). Manajemen keperawatan dengan pendekatan


praktis. Jakarta: Erlangga.

Suarli. (2012). Manajemen keperawatan dengan aplikasi pendekatan praktis.


Jakarta: Erlangga.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika.Edisi keenam. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta

Suryanto. (2011). Hubungan antara kepuasan kerja dan persepsi perawat


tentang kepemimpinan dengan kinerja, diakses tanggal 18 Maret 2016;
http:/www.FikKes Jurnal Keperawatan.co.id/.

Suyanto. (2008). Mengenal kepemimpinan dan manajemenkeperawatan di rumah


sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan


untuk perawat klinis. Jakarta: EGC.

Swanburg, R.C. (2010). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan


untuk perawat klinis. Jakarta: EGC

Tampilang, R. M., Tuda, J. S. B., & Warouw, H. (2013). Hubungan supervisi


kepala ruangan dengan kepuasan perawat pelaksana di RSUD
Liunkendage Tahuna. Jurnal e-NERS (eNS)1, 21-26.

Thora Kron, (1987). The management of Patient care; Putting leadershi Skills
Work. Sixth Edition : W.b.Saunders Company.

Universitas Sumatera Utara


Yustina. (2011). Hubungan motivasi perawat dan kepuasan kerja terhadap
kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Semarang, diakses tanggal 17
Februari 2016; http:/www. Jurnal Keperawatan.co.id/.

White, E., Butterworth, T., Bishop, V., Carson, J., & Clements, A. (1998).
Clinical supervision: insider report of a private word. Journal of Advance
Nursing: Nursing and Health Care Management Issue, 28 (1): 185-192.

Wibowo. (2008). Kepemimpinan dan Motivasi keperawatan: teori & aplikasi.


Edisi 2. Jakarta: EGC

Wiyana. (2008). Performance appraisal: system yang tepat untuk menilai kinerja
karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Jakarta: PT. Raja
grafindo persada.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nama : Syatriawati

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru, 29 Juli 1988

Alamat : Jl.Raya Pekanbaru Km.72 Desa Kualu Nenas

No. Telp./Hp : 082113580602

Email : atria.suhaimi@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

Jenjang pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SDN Negeri No.007 1994

Kualu Nenas

SMP Pondok Pesantren Dharun Nahdha

Thawalib Bangkinang 2000

SMA Pondok Pesantren Dharun Nahdha

Thawalib Bangkinang 2003

Diploma III Akper Deli Husada Deli Tua 2006

S-1 S-1 Keperawatan Non-Reguler

Akper Deli Husada Deli Tua 2009

Profesi Ners S-1 Keperawatan Non-Reguler 2012

Akper Deli Husada Deli Tua

Magister Fakultas Keperawatan 2014

Universitas Sumatera Utara

vi
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan :

Staff Dosen di Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam mulai tahun 2012

s.d sekarang.

Kegiatan Akademik Penunjang Studi :

Workshop Computer Assited Qualitative Data Analysis Software (CAQDAS) di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan tanggal 17

Desember 2014 sebagai Peserta.

Seminar Nasional Keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka DIES

NATALIS ke -5 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan tanggal 15

April 2015 sebagai peserta.

Pelatihan Basic Life Support of Neonatus and Pediatric (BLSNP) yang

diselenggarakan oleh yayasan Pelatihan Ilmu Keperawatan Indonesia

(YPIKI) di Rumah Sakit MEDISTRA Lubuk Pakam Sumatera Utara,

tanggal 09 November 2016 s.d 11 November 2016 sebagai peserta.

Seminar Ilmiah Keperawatan Continuing Nurse Education : Wound Treatment

Update & Nuseprenuer di Aula RS USU, Tanggal 19 Februari 2017

sebagai peserta.

vii
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian

 Isikan jawaban yang menurut anda benar.


 Berikan jawaban anda atas setiap pernyataan/pertanyaan yang ada dengan
memberi tanda checklist (√) pada kolom pilihan jawaban yang telah
disediakan.
 Partisipasi anda sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran penelitian
ini.

I. Identitas Responden

1.1. No. Responden : ……


1.2. Umur Responden : …Tahun
1.3. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( )
Perempuan
1.4. Pendidikan terakhir : ( ) Ners ( ) DIII
Keperawatan
1.5. Status Perkawinan : ( ) Kawin ( ) Belum
Kawin
1.6. Masa Kerja di RS ini : … Tahun

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner ini diisi oleh Responden

I. Supervisi Kepala Ruangan


Petunjuk:
1. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan
pilihan jawaban
2. Jawaban ada 3 (Tiga) alternatif :
TP : Tidak pernah
KK : Kadang-kadang
S : Selalu
No. Pernyataan TP KK S
A. Perencanaan
1. Kepala ruangan membimbing saya dalam merencanakan
prioritas masalah keperawatan pasien.
2. Kepala ruangan membimbing saya dalam merencanakan
tindakan keperawatan.
3. Kepala ruangan membimbing saya dalam merencanakan
dalam menganalisis kondisi pasien.
4. Kepala ruangan membimbing saya untuk melibatkan
pasien dan keluarga dalam menetapkan tujuan rencana
keperawatan.
5. Kepala ruangan membimbing saya merencanakan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang.
6. Kepala ruangan membimbing saya dalam perencanaan
sebelum melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.
7. Kepala ruangan membimbing saya dalam perencanaan
kerjasama dalam melakukan tindakan keperawatan.
8. Kepala ruangan membimbing saya dalam membuat
rencana asuhan keperawatan yang berdasarkan pada
tindakan kolaborasi ex : Pemasangan infus
9. Kepala ruangan membimbing saya mendokumentasikan
rencana keperawatan yang saya tentukan.
10. Kepala ruangan membimbing saya perencanaan dalam
melakukan tindakan keperawatan sesuai standar prosedur

Universitas Sumatera Utara


operasional RS

No. Pernyataan TP KK S
B. Pengarahan
11. Kepala ruangan memberikan arahan pada saat melakukan

pemeriksaan fisik pada pasien.


12. Kepala ruangan mengarahkan untuk melengkapi data dari
hasil pemeriksaan laboratorium.
13. Kepala ruangan memberikan arahan dalam melakukan
wawancara pada pasien.
14. Kepala ruangan mengarahkan untuk memberikan
penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan.
15. Kepala ruangan mengarahkan dalam mengkaji status
psikososial-spiritual pasien.
16. Kepala ruangan mengarahkan untuk membuat diagnosa
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pasien.
17 Kepala ruangan mengarahkan dalam mendokumentasikan
diagnosa keperawatan pasien.
18. Kepala ruangan mengarahkan untuk melakukan
pengkajian secara lengkap dalam waktu 24 jam setelah
pasien masuk.
19. Kepala ruangan mengarahkan dalam mengobservasi
kondisi pasien.
20. Kepala ruangan mengarahkan saat mendokumentasikan
hasil pengkajian keperawatan pasien.
21. Kepala ruangan mengarahkan dalam memahami diagnosa
keperawatan yang dibuat berdasarkan pada data pasien
yang telah dikaji.
22. Kepala ruangan mengarahkan saya dalam perencanaan
ulang tindakan keperawatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


No. Pernyataan TP KK S
C. Pengorganisasian dan Ketenagaan
23. Kepala ruangan merumuskan metode penugasan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
24. Kepala ruangan dan pihak manajemen menerapkan shift
kerja tiga shift dalam sehari (24 jam).
25. Kepala ruangan menyusun jadwal shift kerja setiap
perawat di bagian masing-masing harus dilibatkan.
26. Kepala ruangan menyusun pola pengaturan shift kerja
yang baik menggunakan rotasi 2-2-2 atau 2-2-3 (du kali
pagi, dua kali siang dan dua kali malam) atau (dua kali
pagi, dua kali siang dan tiga kali malam).
27. Pengaturan shift kerja dapat mendorong perawat
pelaksana untuk bekerja lebih baik lagi.
28. Kepala ruangan dan perawat pelaksana memiliki uraian
tugas masing-masing.
29. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengikuti
serah terima pasien di shift sebelumnya.
30. Kepala ruangan bertugas mengatur dan membuat jadwal
dinas perawat pelaksana.
31. Kepala ruangan bertugas merumuskan metode
penugasan dan membuat rincian tugas anggota tim
secara jelas.
32. Kepala ruangan merencanakan strategi pelaksanaan
asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner ini diisi oleh Responden

II. Kinerja Perawat

Petunjuk:

1. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan
jawaban.
2. Jawaban ada 3 (tiga) alternatif, kalimat Positif yaitu : nilai (3 = Selalu), nilai (2
= Kadang-kadang) dan nilai (1 = Tidak pernah), sedangkan kalimat Negatif
yaitu : nilai (3 = Tidak pernah), nilai (2 = Kadang-kadang) dan nilai (1 =
Selalu).
3. Pernyataan dalam pengisian kuesioner Positif dimana persepsi semakin Sering
dilakukan dikategorikan Baik,Kadang-kadang dilakukan dikategorikan Cukup
dan Tidak pernah dilakukan dikategorikan Kurang.
4. Pernyataan dalam pengisian kuesioner Negatif dimana persepsi semakin Sering
dilakukan dikategorikan Tidak Baik,kadang-kadang dilakukan dikategorikan
Cukup dan Baik dikategorikan Kurang.
Keterangan : TP = Tidak pernah KK = Kadang-kadang S = Selalu

A. Standar I: Pengkajian Keperawatan

No Pernyataan TP KK S
1. Perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien.
2. Perawat pelaksana melakukan wawancara pada pasien.
3. Perawat pelaksana tidak menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium untuk data dasar pengkajian pasien.
4. Perawat pelaksana tidak memberikan penjelasan kepada
keluarga agar mengikuti prosedur.

Universitas Sumatera Utara


5. Perawat pelaksana melakukan pengkajian secara lengkap
dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk.

B. Standar II: Diagnosa Keperawatan

No Pernyataan TP KK S
6. Perawat pelaksana membuat diagnosa keperawatan
berdasarkan pada data pasien yang telah dikaji.
7. Diagnosa keperawatan yang ditentukan Perawat pelaksana
berfokus pada respon aktual atau resiko terhadap pasien.
8. Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
pasien pada saat itu.
9. Diagnosa keperawatan yang dibuat berdasarkan pada
masalah kebutuhan pasien saat itu.
10. Perawat pelaksana tidak mendokumentasikan diagnosa
keperawatan pasien.

C. Standar III: Perencanaan Keperawatan

No Pernyataan TP KK S
11. Perawat pelaksana menetapkan prioritas masalah
keperawatan dengan melibatkan pasien.
12. Perawat pelaksana tidak merencanakan tindakan
keperawatan berdasarkan evaluasi diagnosa keperawatan
pasien.
13. Perawat pelaksana merencanakan tindakan keperawatan
berdasarkan kegawatan masalah pasien.
14. Perawat pelaksana tidak melibatkan pasien dan
keluarganya saat menetapkan tujuan rencana
keperawatan.
15. Perawat pelaksana tidak menetapkan tujuan jangka
pendek atau jangka panjang dalam proses keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


D. Standar IV: Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan

No Pernyataan TP KK S
16. Perawat pelaksana melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan pada standar prosedur operasional RS.
17. Perawat pelaksana tidak menyampaikan masalah pasien
secara jelas dalam memberikan asuhan keperawatan.
18. Perawat pelaksana berkolaborasi dalam melakukan
tindakan keperawatan.
19. Perawat pelaksana tidak melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien.
20. Perawat pelaksana mendokumentasikan implementasi
keperawatan yang telah dilakukan.

E. Standar V: Evaluasi Keperawatan

No Pernyataan TP KK S
21. Perawat pelaksana mengevaluasi respons pasien
terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
22. Perawat pelaksana mengevaluasi berdasarkan pada
tujuan yang diharapkan/kriteria hasil.
23. Perawat pelaksana mengevaluasi berdasarkan data
subjektif dan objektif.
24. Perawat pelaksana tidak menginterpretasi dan
menyimpulkan kondisi pasien berdasarkan analisis data
pasien.
25. Perawat pelaksana tidak merencanakan ulang tindakan
keperawatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR INFORMED CONSENT

Judul Penelitian : Hubungan Peran Supervisi kepala ruangan dengan

Kinerja perawat pelaksana dirumah sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam

Nama Mahasiswa : Syatriawati

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang


penelitian yang akan dilaksanakan sesuai judul diatas, saya mengetahui bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran supervisi kepala ruangan.
Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Saya berhak untuk
menghentikan keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa adanya hukuman atau
kehilangan hak untuk tidak mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.
Saya mengerti bahwa seluruh data mengenai penelitian ini akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini.

Tanda Tangan partisipan ----------------------- Tanggal --------------

Tanda Tangan peneliti ------------------------ Tanggal ---------------

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LEMBAR OBSERVASI KINERJA PERAWAT

A. Standar I: Pengkajian Keperawatan

No Pernyataan D TD
1. Perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien.
2. Perawat pelaksana melakukan wawancara pada pasien.
3. Perawat pelaksana tidak menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium untuk data dasar pengkajian pasien.
4. Perawat pelaksana tidak memberikan penjelasan kepada
keluarga agar mengikuti prosedur.
5. Perawat pelaksana melakukan pengkajian secara lengkap
dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk.

B. Standar II: Diagnosa Keperawatan

No Pernyataan D TD
6. Perawat pelaksana membuat diagnosa keperawatan
berdasarkan pada data pasien yang telah dikaji.
7. Diagnosa keperawatan yang ditentukan Perawat pelaksana
berfokus pada respon aktual atau resiko terhadap pasien.
8. Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
pasien pada saat itu.
9. Diagnosa keperawatan yang dibuat berdasarkan pada
masalah kebutuhan pasien saat itu.
10. Perawat pelaksana tidak mendokumentasikan diagnosa
keperawatan pasien.

C. Standar III: Perencanaan Keperawatan

No Pernyataan D TD
11. Perawat pelaksana menetapkan prioritas masalah
keperawatan dengan melibatkan pasien.
12. Perawat pelaksana tidak merencanakan tindakan
keperawatan berdasarkan evaluasi diagnosa keperawatan
pasien.
13. Perawat pelaksana merencanakan tindakan keperawatan

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan kegawatan masalah pasien.
14. Perawat pelaksana tidak melibatkan pasien dan
keluarganya saat menetapkan tujuan rencana
keperawatan.
15. Perawat pelaksana tidak menetapkan tujuan jangka
pendek atau jangka panjang dalam proses keperawatan.

D. Standar IV: Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan

No Pernyataan D TD
16. Perawat pelaksana melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan pada standar prosedur operasional RS.
17. Perawat pelaksana tidak menyampaikan masalah pasien
secara jelas dalam memberikan asuhan keperawatan.
18. Perawat pelaksana berkolaborasi dalam melakukan
tindakan keperawatan.
19. Perawat pelaksana tidak melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien.
20. Perawat pelaksana mendokumentasikan implementasi
keperawatan yang telah dilakukan.

E. Standar V: Evaluasi Keperawatan

No Pernyataan D TD
21. Perawat pelaksana mengevaluasi respons pasien
terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
22. Perawat pelaksana mengevaluasi berdasarkan pada
tujuan yang diharapkan/kriteria hasil.
23. Perawat pelaksana mengevaluasi berdasarkan data
subjektif dan objektif.
24. Perawat pelaksana tidak menginterpretasi dan
menyimpulkan kondisi pasien berdasarkan analisis data
pasien.
25. Perawat pelaksana tidak merencanakan ulang tindakan
keperawatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


BIODATA EXPERT

1. Liberta Lumbantoruan, S.Kp., M.Kep.

Ketua Komite Etik Keperawatan RSUP H. Adam Malik Tahun

2. Diah Arrum, S.Kep., Ns., M.Kep

Magister Bidang Manajemen Keperawatan

Dosen Manajemen Keperawatan

Dosen Tetap di Stikes USU

3. Sriga Banjarnahor, S.Kp.Mars

Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Murni Teguh

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai