Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

ASOKA LANTAI 2 RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Jurham Zandroto, S.Kep 9. Medita Angnasari, S.Kep


2. Lady Gloria Siburian , S.Kep 10. Melly Tresia, S.Kep
3. Lamhot Sidomuncul, S.Kep 11. Novia Tresia, S.Kep
4. Ledya Apriani , S.Kep 12. Nurhayati, S.Kep
5. Lestari Nainggolan, S.Kep 13. Pinta Niateku, S.Kep
6. Lisma Sari Siregar, S.Kep 14. Puja Utami Nainggolan, S.Kep
7. Lilis Oktavia Simanjuntak, S.Kep 15. Riska Malau, S.Kep
8. Maria Retno Br. Gurning , S.Kep 16. Roeska Sitorus, S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA MEDAN
T.A 2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Medan, April 2023
Disahkan Oleh :

Perceptor Akademik : Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep ( )

Perceptor Akademik : Ns. Rosetty Sipayung, M.Kep ( )

Perceptor Klinik : Rahma Srihartini, S.Kep, Ners ( )

Diketahui Oleh

Koordinator Keperawatan Manajemen Diklat RSUD Dr.Pirngadi Medan

(Ns. Masri Saragih, M.Kep) (Ns. Ellyza Aprialina Sari, S.Kep)


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan judul “Laporan Hasil Pengkajian Praktek
Manajemen Keperawatan Di Ruang Asoka RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ”.
Selama proses penyusunan laporan ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penyusunan laporan praktik ini.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., SP.Kep.J, selaku ketua profesi ners
6. dr. Taufik Ririansyah, M.K.M selaku Plt Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan
7. Ibu Rahma Srihartini, S.Kep, Ners selaku pembimbing klinik di stase
manajemen keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
8. Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep selaku pembimbing akademik di stase
manajemen keperawatan
9. Ns. Rosetty Sipayung, M.Kep selaku pembimbing akademik di stase manajemen
keperawatan
10. Seluruh staf pengajar Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan praktik ini
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar laporan ini b
erguna bagi semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keperawatan. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, April 2023
Penulis

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................4
BAB 2 Perspektif Pelayanan Keperawatan Di Ruangan..........................................5
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan .........................................................5
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan..........................................................29
BAB 3 Kajian Situasional Manajemen Keperawatan............................................38
3.1 Analisa Situasi Ruangan.......................................................................38
3.2 Analisa SWOT.....................................................................................55
Tabel Planning Of Action......................................................................................57
Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan merupakan
bagian penting dari peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Manajemen
pelayanan dan perawatan merupakan salah satu fungsi rumah sakit yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Manajemen pelayanan
keperawatan memerlukan sistem manajemen keperawatan yang tepat untuk
memandu semua sumber daya keperawatan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Astuti & Lesmana, 2019).

Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang


dilaksanakan di fasilitas kesehatan sangat bergantung pada manajemen
pelayanan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah proses
mengubah atau mentransformasikan sumber daya untuk mencapai tujuan.
Manajemen adalah pendekatan yang dinamis dan proaktif untuk melaksanakan
kegiatan dalam suatu organisasi. Diantaranya, manajemen mencakup kegiatan
mengoordinasikan dan mengawasi karyawan, sarana, dan prasarana untuk
mencapai tujuan organisasi, sedangkan manajemen diartikan sebagai proses
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Manajemen keperawatan adalah proses pemberian asuhan profesional melalui


tenaga keperawatan. Fungsi manajemen keperawatan diselaraskan dengan
fungsi manajemen umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, memimpin dan
pemantauan (Meirawaty, & Yudianto, 2019).

Mutu asuhan yang bermutu dicirikan oleh: tercapainya standar profesi yang
ditetapkan, pemanfaatan sumber daya pelayanan keperawatan yang merata,
efisien, dan efektif, keselamatan pasien dan pengasuh, kepuasan pasien dan
pengasuh, serta sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan masyarakat. Nilai-
nilai diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan manajemen yang
baik.
Dari hasil observasi, wawancara dan angket yang dilakukan oleh mahasiswa
profesi Ners USM di Ruang Asoka Lantai 2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan,
ditemukan data bahwa ruang tersebut melaksanakan MPKP dengan metode
Tim akan tetapi pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan
keperawatan masih ada yang tidak sesuai dengan proses penerapan manajemen
yang benar. Hal ini dapat dilihat dari masalah manajemen keperawatan yang
ditemukan di ruangan ini antara lain caring perawat tidak dilakukan secara
optimal, dan resiko infeksi HAIs.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen dalam


pengelolaan asuhan keperawatan manajemen di ruangan Asoka Lantai 2
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan,


mahasiswa mampu :
a. Melaksanakan pengkajian di ruangan Asoka Lantai 2 RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
b. Melaksanakan analisis situasi dan merumuskan masalah keperawatan
berdasarkan pengkajian situasi di ruangan Asoka Lantai 2 RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan
c. Melaksanakan implementasi di ruangan Asoka Lantai 2 RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan
d. Melaksanakan evaluasi di ruangan Asoka Lantai 2 RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
1.3 Manfaat Penulisan
Diharapkan praktik manajemen keperawatan ini akan memberikan manfaat
kepada :
a. Pasien
Meningkatkan kepuasan pasien dalam melakukan pelayanan yang optimal
serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan
b. Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam caring terhadap pasien dalam
meningkatkan profesionalisme kerja.
c. Manajemen Keperawatan Di Ruangan Asoka Lantai 2 RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan masukan
bagi menajemen rumah sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajemen pelayanan
rumah sakit.
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan

2.1.1 Defenisi
Manajemen adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Suarli, &
Bahtiar 2019). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses
menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara
efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji,
2014).

Manajemen keperawatan diartikan sebagai proses pelaksanaan


keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien/keluarga/masyarakat (Pranata, Fari, Gultom, Antika, Adetia, & Nitantri,
2021). 

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa, manajemen


keperawatan adalah proses keperawatan untuk menentukan,
menginterpretasikan, dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan
serta pengawasan.

2.1.2 Prinsip Manajemen Keperawatan

Swanburg (2015) menyatakan 7 prinsip manajemen keperawatan :

1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan


2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen keperawatan adalah pembuat keputusan
4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin dan bidang study
8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungs
9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
11. Manajemen keperawatan memotivasi
12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

2.1.3 Fungsi Manajemen Keperawatan

Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), fungsi-fungsi manajemen adalah


sebagai berikut :

1. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,
prosedur dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan,
kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang
serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan
berencana.
2. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menentukan struktur
organisasi, menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas-aktifitas
untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi
yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan
dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
adalah rekrutmen, wawancara mengorientasikan staf, menjadwalkan
dan mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
4. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi
5. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan


sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,


personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan
kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai
keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Elemen lain dalam pendekatan adalah output atau keluaran umumnya


dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar
dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan
kerja perawat.

Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar


dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses keperawatan
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil (Gillies,
1985).
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES HASIL/OUTPUT

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpula Perencana Pengatura Pengelolaan Kepemimpin Pengawa Pengemba


Peralatan Pegawai an
n Data an n san ngan Staf

Persediaan Riset
Klasifikasi
Informasi ttg Tujuan Bentuk Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
: Sistem : Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pasien  Standar  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Pegawai  Kebijakan jabatan/ pegawai  Pengambilan kerja
 Sumber-  Budget pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
sumber  Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan
pekerjaan  Pengurangan konflik kerja
 Kerja absen  Komunikasi  Komputer
Tim /  Pengurangan dan sistem sistem
Sumber : Gillies, 1985 kelompok analisis
pindah
 Pengembang
an pegawai
2.1.5 Komponen Manajemen Keperawatan
Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,
yaitu : sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan,
sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri
dari :
1) Metode fungsional
Metode tim yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.

Gambar 2.2 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik
Pasien

2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

Gambar 2.3 Skema Model Tim


Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model keperawatan primer


Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng
jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
b. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
c. Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Gambar 2.4 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Kebutuhan

2. Sistem Klasifikasi Pasien


Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan
kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
3. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Perkiraan
kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan. Terdapat beberapa formula dalam
perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun

Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien


Minimal care Partial care Total care
Σ
Mala Mala Sor Mala
klien Pagi Sore Pagi Sore Pagi
m m e m
0,3
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,20
0
0,6
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,40
0

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan
tugas-tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
Xhasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan
bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari

4. Efisiensi pelayanan di ruangan


1. BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR adalah persentase tempat tidur yang terisi dari sekian kapasitas
tempat tidur yang disediakan/tersedia pada layanan rawat inap dengan
rumus :
= (Jumlah hari perawatan / (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu
periode)) X 100%

2. ALOS (Average Length Of Stay)


ALOS atau rata-rata lamanya pasien dirawat adalah rata-rata lama
dirawat dalam satu periode dengan rumus:
= Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. TOI (Turn Over Interval)


TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya dengan rumus:
= ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati)

4. BTO (Bed Turn Over)


BTO adalah rerata jumlah pasien yang menggunakan setiap tempat
tidur dalam periode tertentu dengan rumus:
= Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
5. Pengembangan staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan
kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan
untuk meningkatkan prestasi kerja (Moenir, 1994).
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti
dan dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan untuk
menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan
pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan
ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan
pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
2.2 Konsep Caring Perawat
2.2.1 Definisi

Caring merupakan esensi dari keperawatan yang membedakan


perawat dengan profesi kesehatan lain (Kusmiran 2017). Caring
diartikan juga sebagai sikap peduli yang memudahkan pasien/ klien
untuk mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan. Caring
sebagai bentuk memberikan perhatian kepada orang lain, berpusat
pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen
untuk mencegah terjadinya status kesehatan buruk, memberi perhatian
dan menghormati orang lain (Kusmiran, 2017).

Caring merupakan suatu proses yang memberikan kesempatan pada


seseorang, baik pemberi asuhan atau care maupun penerima asuhan
untuk bersama- sama berinteraksi dalam hubungan intrapersonal.
Aspek hubungan intrapersonal caring meliputi pertukaran
pengetahuan, pengalaman, kesabaran, kejujuran, rasa percaya,
kerendahan hati, harapan dan keberanian (Kusmiran 2017 ). Caring
sebagai proses hubungan intrapersonal yang pokok bagi perawat unuk
melakukan pelayanan keperawatan terhadap pasien atau klien.
Pelayanan keperawatan yang dimaksud adalah menolong, membantu,
dan melayani orang lain yang membutuhkan pelayanan khususnya
kebutuhan dasar manusia (Kusmiran, 2017).

Mayeroff dalam Morrison & Burnard (2017), menggambarkan caring


sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan kepada seseorang
(baik pemberi asuhan (carrer) maupun penerima asuhan) untuk
pertumbuhan pribadi yang didukung oleh beberapa aspek. Aspek
utama caring yang dimaksud adalah pengetahuan, penggantian irama,
kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan dan
keberanian. Namun, analisis Mayeroff tidak berarti dibatasi pada
caring di klinik atau di lingkungan perawatan kesehatan tetapi
meliputi semua aspek hubungan yaitu personal, interpersonal,
keluarga, spiritual, terapeutik, emosional dan seterusnya.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa, pengertian caring


merupakan tindakan profesional perawat dalam asuhan keperawatan
paada pasien dan membina hubungan pasien– perawat, berfokus pada
pelayanan, perasaan kasih sayang dan komunikasi.

2.2.2 Asumsi dasar caring

Watson, (2004), mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip


dasar dari transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa
seseorang tidak dibatasi ruang dan waktu dan menyatakan tujuh
asumsi dasar tentang caring. Tujuh asumsi dasar tentang tersebut
adalah :

a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan


secara interpersonal.
b. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.
c. Caring efektif meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu
dan keluarga.
d. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak
hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah
seseorang tersebut nantinya.
e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tidakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring
memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan
mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan
derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

2.2.3 Teori-teori caring


Teori-teori yang melandasi praktik caring dalam keperawatan (Kusmiran,
2017) yaitu
a. Jean Watson’s dengan theory of human caring Terdapat 10 faktor sebagai
human caring yang diperlukan dalam hubungan antara perawat pasien
antara lain :
1) Memiliki nilai humanistik dan altruistik yaitu sikap dan pendekatan
yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai
kebutuhan lebih dari seorang yang berpenyakit tertentu dan
altruistik yaitu sifat lebih memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan orang lain dan mencintai sesama. Manifestasi dari
perilaku caring humanistik, altruistik adalah perawat
memperkenalkan diri dengan menyebut nama saat akan melakukan
tindakan kepada pasien, berbicara sopan dengan suara yang lembut
(Yuliawati, 2019).
2) Memiliki kemampuan menanamkan keyakinan, harapan dan
menghargai sesama.
Perawat berfikir positif sehingga dapat memberikan motivasi ke
pasien untuk meningkatkan keyakinan, membangkitkan perasaan
optimis, harapan, rasa percaya untuk kesembuhannya (Asmadi,
2018). Perawat memahami apa yang pasien rasakan, memberikan
semangat dan harapan kepada pasien dalam menjalani pengobatan
dan meningkatkan keyakinan akan pengobatan yang dijalani.
3) Memiliki kemampuan menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan
orang lain. Perawat peka terhadap perasaan sendiri dan perasaan
klien sehingga menjadi sensitif terhadap orang lain. Penerimaan
sikap peka terhadap keluhan pasientersebut merupakan kwalitas
personal yang harus dimiliki perawat dalam memberikan bantuan
dan berinteraksi dengan orang lain (Darwin, 2016).

Manifestasi perilaku perawat berdasarkan kepekaan terhadap orang


lain adalah perawat mendengarkan keluhan pasien dan keluarga
dengan penuh perhatian, mengendalikan perasaan ketika pasien
menuntut pelayanan yang lebih baik, menunjukkan sikap sabar
meghadapi pasien keluhan pasien.
4) Memiliki kemampuan dalam membina hubungan saling percaya,
saling membantu dan peduli.
Hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif
dan negatif termasuk kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi
efektif. Hubungan yang dimaksud adalah harmonis, empati dan
hangat yang dilakukan secara jujur apa adanya dan tidak dibuat-
buat (Asmadi, 2018).

Manifestasi dari perilaku caring ini adalah perawat menunjukkan


sikap selalu siap membantu pasien, menjelaskan prosedur setiap
tindakan yang akan dilakukan, jujur dalan memberikan informasi
kepada pasien.
5) Memiliki kemampuan dalam menerima ungkapan perasaan positif
dan negatif.
Perawat memberikan kesempatan kepada pasien mengungkapkan
perasaannya dan perawat mengungkapkan penerimaannya atas
keluhan pasien. Perawat butuh persiapan fisik dan mental untuk
menjadi pendengar aktif (Darwin, 2016).
6) Memiliki kemampuan dalam menggunakan metode penyelesaian
masalah dengan sistematis dalam pengambilan keputusan.
Perawat melakukan proses keperawatan sesuai kepada klien sesuai
masalah klien, menetapkan rencana rencana keperawatan bersama
klien.
7) Memiliki kemampuan meningkatkan proses belajar mengajar ilmiah
sesuai kebutuhan individu.
Perawat berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
memberikan pedidikan kesehatan sesuai kebutuhan pasien,
menjelaskan keluhan secara rasional dan ilmiah (Darwin, 2016).
8) Menyediakan lingkungan yang aman dan melindungi meliputi
kebutuhan fisik, mental, sosial, budaya dan spiritual.
Perawat memfasilitasi pasien bertemu dengan pemuuka agama yang
diyakini pasien dan memfailitasi bertemu dengan keluarga aatau
orang terdekat yang ingin ditemui pasien, menjaga ketertiban dan
kebersihan ruang perawatan, berpakaian sopan dan rapi (Darwin,
2016).
9) Membantu pemenuhan kebutuhan manusia.
Perawat membantu memenuhi kebutuhan pasien dari yang palng
rendah yaitu biofisikal seperti makan, minum, eliminasi, ke
kebutuhan yang lebih tinggi/ psikososial yaitu kemampuan aktivitas
dan seksual (Darwin, 2016).
10) Terbuka terhadap hal- hal yang tidak terduga
Perawat membantu pasien/ klien menemukan kekuatan dan
keberanian menghadapi kehidupan dan kematian. Menghormati
kekuatan dalam kehidupan, terbuka pada eksistensial
fenomenological dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan
yang tidak dapat dijelaskan secara nyata dan ilmiah (Darwin, 2016).
Perilaku caring dari perawat adalah perawat memberi dukungan
pada pasien untuk menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa sehingga memberikan kekuatan pasien.
b. Kristen Swanson dengan theory of caring
Teori Caring Swanson (1991),
Menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat
mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara
emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan
jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh
kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup (Potter & Perry, 2005 :
110).

Skema 1.

Teori Caring Behavior Swanson, (1991)The Structure Of Caring

dalam Tomey & Alligood, 2014

Teori caring menurut Swanson yaitu middle range theories ” caring ”


swanson terdiri dari lima proses antara lain :

1. Maintaining belief / kepercayaan diri yaitu kepekaan diri terhadap


harapan yang diinginkan oleh orang lain, atau membangun harapan.
Sub dimensi dari proses Maintening Belief meliputi :

a. Believing in/ holding in esteem/ selalu mempunyai rasa percaya diri


yang tinggi.
b. Maintaining a hope filled attitude/ mempertahankan perilaku yang
siap memberikan harapan bagi orang lain, perawat menunjukkan
perilaku peduli terhadap masalah klien dengan sikap tubuh, kontak
mata dan intonasi bicara perawat.
c. Offering realistic optimism/ berfikir realistis.
Perawat memberikan harapan yang realistis terhadap keadaan
klien.
d. Going the distance / selalu berada di sisi pasien serta siap
memberikan bantuan kepada orang lain. Perawat menjaga hubungan
sebagai perawat – klien sampai tujuan perawatan tercapai.
2. Knowing (mengetahui) adalah upaya perawat untuk memahami
peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien, proses fikir
yang fokus pada perhatian dan empati, dan selalu berusaha mencari
tahu dan menambah pengetahuan.
3. Being with adalah keberadaan/ kehadiran secara fisik dan emosional
bersama pasien melalui komunikasi terapeutik dengan memberikan
dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas
perasaan yang tidak diinginkan. Sub dimensi dari proses Being With
terdiri dari:
a. Being there (Perawat dapat menunjukkan kehadiran fisik dan
emosional bersama pasien).
b. Convering (Perawat menunjukkan kesediaan dalam membantu
klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan /
well being).
c. Sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan
dengan usaha peningkatan kesehatan klien).
d. Non- burdening (Perawat bekerjasama dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan
keperawatan).
4. Doing for berarti melakukan sesuatu tindakan atau mengerjakan
sesuatu keterampilan yang berhubungan dengan praktek keperawatan.
Dalam praktek keperawatan didasarkan pada evidence-based practice
atau berdasarkan data yang ada untuk mengantisipasi kebutuhan
pasien, kenyamanan pasien, memiliki kompetensi penuh. Sub dimensi
dari Doing for antara lain :
a. Comforting ( memberikan kenyamanan )
Perawat dalam melakukan tindakan keperawatan bisa
memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.
b. Anticipasing
Perawat selalu meminta persetujuan kepada klien dan
keluarga sebelum melakukan tindakan keperawatan.
c. Performing competenly skillfully ( menunjukkan ketrampilan )
Perawat menunjukkan kompetensi sebagai
perawat professional dengan berkomunikasi dan
memberi kenyamanan dalam tindakannya.
d. Protecting (melindungi)
Perawat melindungi hak- hak pasien dalam memberikan
asuhan keperawatan dan tindakan medik.

e. Preserving dignity ( menjaga martabat klien )


Perawat menjaga martabat klien sebagai individu

atau memanusiakan manusia.

5. Enabling (pemungkin)
Faktor pemungkin berupa empowerment atau pemberdayaan, dimana
perawat memfasilitasi perubahan hidup dan kejadian- kejadian yang
tidak familiar yang dirasakan oleh pasien, seperti memfokuskan
pasien pada kejadian yang dialami saja, memberi informasi dengan
komunikasi yang baik, mencoba cara penyelesaian masalah, memberi
dukungan, memvalidasi perasaan pasien, memperbaharui alternative-
alternative tindakan yang dapat diberikan, berpikiran berpositif serta
mampu memberikan umpan balik kepada pasien pada saat
berkomunikasi.
Pada prinsipnya teori perilaku Caring menurut Swanson ini
mengandung makna pada kemampuan soft skill yang harus dimiliki
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasiennya, seperti kemampuan beradaptasi dengan klien, mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi, memiliki kemampuan berkomunikasi
sehingga dapat memberikan informasi secara adekuat, memiliki
ketelitian dan kedisiplinan dalam melaksanakan praktek keperawatan,
sehingga dapat tercapai keamanan dan keselamatan pasien, serta
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah baik yang
dihadapi pasiennya maupun secara pribadi.

2.2.4 Faktor carative dalam caring

Original carative factors dikembangkan oleh Watson menjadi clinical


caritas processes yang menawarkan pandangan lebih terbuka
(Muchlisin dan ichsan, 2018), yaitu :

h. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang, kebaikan dan


ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring.
i. Hadir dengan sepenuhnya, dalam mewujudkan dan
mempertahankan sistem kepercayaan yang dalam dan dunia
kehidupan subyektif dari dirinya dan orang yang dirawat.
j. Memberikan perhatian terhadap praktek- praktek spiritual dan
transpersonal dari orang lain melebihi ego dirinya.
k. Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring
yang sebenarnya, yang saling membantu dan saling percaya.
l. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan
negatif dan positif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang
dalam dari diri sendiri dan orang yang dirawat.
m. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara
kreatif sebagai bagian bagian dari proses caring, untuk terlibat
dalam penerapan caring – healing.
n. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar asli yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha memahami sudut pandang
orang lain.
o. Menciptakan lingkungan penyembuhan pada seluruh tingkatan
baik fisik maupun nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi
dan kesadaran yang memiliki keholistikan, keindahan,
kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
p. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
kesadaran caring yang penuh, memberikan ”perawatan dasar
manusia” yang berpotensi menjaga keselarasan jiwa, pikiran dan
tubuh serta kesatuan dalam semua aspek perawatan.
q. Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi
eksistensial dari kehidupan dan kematian seseorang, perawatan
jiwa untuk diri sendiri dan orang lain.

Perawat sebagai seorang profesional yang memberi asuhan


keperawatan harus memiliki perilaku caring. Caring tidak bisa
dipisahkan dari pelaku caring yaitu perawat.

2.2.5 Perawat
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(Kusnanto, 2019)
Kusnanto (2019), perawat adalah seseorang (seorang profesional)
yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan. Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri (usnanto, 2019).
Perawat (Wardhono, 1998) adalah orang yang telah menyelesaikan
pendidikan professional keperawatan, dan diberi kewenangan untuk
melaksanakan peran serta fungsinya.

a. Peran perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai keduduknnya dalam suatu
sistem (Kusnanto, 2019). Peran perawat diengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan
bersifat konstan. (Kusnanto, 2019), mengidentifikasi peran perawat
profesional, meliputi :

1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan


Perawat memberikan asuhan keperawatan, perawat
memperhatikan individu sebagai makhluk hoilstik dan unik.

2. Client advocate, sebagai pembela melindungi klien

Perawat sebagai penghubung dengan tim kesehatan lain untuk


memenuhi kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan lain yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun profesioanal.

3. Conselor, sebagai pemberi bimbingan atau konseling klien


4. Educator, sebagai pendidik klien
5. Collaborator, sebagai tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan lain
6. Coordinator, sebagai koordinator agar dapat
memanfaatkan sumber- sumber dan potensi klien
7. Change agent, sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk
mengadakan perubahan- perubahan
8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat memecahkan
masalah klien.

b. Fungsi perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
dengan perannya, dan dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain. Selain peran, perawat juga mempunyai fungsi yang sama
penting dengan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan.
(Kusnanto, 2019), membagi fungsi perawat fungsi menjadi tiga
yaitu:
1). Pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri ( independen)
Tindakan keperawatan mandiri adalah aktivitas yang
dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri berdasarkan
pengetahuan dan ketrampilannya. (Kusnanto, 2019). Contoh
fungsi keperawatan mandiri adalah perawat merencanakan dan
mempersiapkan perawatan pada mulut klien setelah mengkaji
keadaan mulut klien.

2). Pelaksanaan fungsi keperawatan ketergantungan ( dependen )


Tindakan keperawatan ketergantungan adalah aktivitas
keperawatan yang didasarkan atas instruksi dokter atau dibawah
pengawasan dokter dalam melaksanaan tindakan rutin yang
spesifik. Contoh : perawat memberikan injeksi antibiotik.
3). Pelaksanaan fungsi keperawatan kolaboratif (interdependen)
Tindakan keperawatan kolaboratif adalah aktivitas
yang dilaksanakan atas kerjasama dengan pihak
lain atau tim kesehatan lain. Contoh : perawatan dan
fisioterapis bersama- sama membuat
jadwal latihan mobilisasi pada pasien. American nurses
association (Kusnanto, 2019) menggambarkan bahwa
kolaboratif merupakan kerjasama sejati yang di dalamnya
terdapat kesamaan kekuatan dan nilai- nilai dari kedua belah
pihak, dengan pengakuan dan penerimaan terpisah serta
kombinasi dari lingkup aktivitas dan pertanggungjawaban
bersama- sama, saling melindungi kepentingan setiap bagian
dan bersama- sama mencapai tujuan yang telah disepakati oleh
setiap bagian.

c. Asuhan keperawatan
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman
kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan.
Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2008).

1). Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu sistem adaptif yang berhubungan
dengan masing-masing model adaptasi: adaptasi, fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu,
pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,
yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi
secara sistematik dan holistic. Pelaksanaan pengkajian dan
pencatatan pada empat model adaptif akan memberikan
gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan yang lain.

2). Perumusan diagnosis keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah respon individu terhadap
rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun dari luar. Sifat
diagnosis keperawatan adalah berorientasi pada kebutuhan
dasar manusia, menggambarkan respon individu terhadap
proses kondisi dan situasi sakit dan berubah bila respons
individu juga berubah.

3) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan


tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual
dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang


optimal dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian
masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal,
kontekstual dan residual.

4). Evaluasi

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan


keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

2.2.6 Perilaku Caring perawat


a. Definisi perilaku caring
Perilaku manusia merupakan hasil dari berbagai macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan
(Sarwono, 2004). Perilaku atau sikap adalah kecenderungan untuk
merespon secara menyenangkan atau tidak menyenangkan
terhadap suatu objek, orang, institusi, atau kejadian (Morrison &
Burnard, 2015).

Potter dan Perry (2010) dalam Yuliawati (2012), perilaku caring


perawat menggambarkan bentuk perilaku yang diberikan perawat
dalam memberikan pelayanan keperawaatan terhadap pasien yaitu
kehadiran, sentuhan, mendengarkan dan memahami klien.
Kehadiran seorang perawat untuk membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien
atau keluarga. Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang
dapat menenangkan pasien, dapat berupa kontak mata maupun
nonkontak (Yuliawati, 2019). Mendengarkan merupakan kunci

karena menunjukkan perhatian dan ketertarikan perawat terhadap


klien sehingga perawat dapat memahami dan mengetahui apa
yang penting bagi klien (Yuliawati, 2019).

Kesimpulan perilaku caring perawat adalah pengetahuan, sikap


dan ketrampilan seseorang tenaga perawat dalam merawat pasien
dan keluarga dengan memberikan dorongan positif, dukungan dan
peningkatan pelayanan perawatan (Yuliawati, 2019).

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku caring Perilaku


terbentuk dari beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar
(Rosidah, 2012) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
:

Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, nilai- nilai,


kepercayaan dan persepsi
1. Faktor pemungkin
Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin, sekaligus
menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan
perilaku dan lingkungan yang baik. Faktor pendukung
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana.

2. Faktor penguat

Faktor penguat/ pendorong merupakan penguat terhadap


timbulnya sikap dan niat untuk berperilaku atau melakukan
sesuatu. Faktor penguat mencakup program kesehatan,
peraturan, undang- undang, kebijakan- kebijakan dan perilaku
serta sikap petugas kesehatan lain.

Faktor lain yang turut berperan dalam mempengaruhi perilaku


caring adalah karakteristik perawat dan karakteristik pasien.
Karakteristik perawat meliputi : usia, jenis kelamin, status
pernikahan, masa jabatan (Respati, 2012). Sedangkan
karakteristik pasien meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan ras secara tidak konsisten telah mempengaruhi kepuasan
pasien.

2.3 Konsep HAIS

2.3.1 Definisi
HAIs (Healthcare Associated Infections) adalah suatu infeksi yang terjadi
di rumah sakit atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di
rumah sakit. HAIs tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang
kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan,
pengunjung dan pengantar ataupun keluarga pasien yang menjaga pasien
selama di rumah sakit.

HAIs adalah infeksi yang didapatkan selama berada dalam tindakan


perawatan dan pengobatan di RS. Contohnya, apabila seorang penjenguk
menderita tuberkulosis (TBC) dan tidak sengaja bersin di depan pasien
dengan imunosupresi atau penurunan daya tahan tubuh, kemudian
beberapa hari kemudian setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pasien
positif terkena TBC. Hal ini yang disebut HAIs. Penyebaran penyakit
yang terjadi di rumah sakit baik dari pasien, keluarga pasien, dan tenaga
kesehatan. Menurut Pendapat Ahli (dikutip dari Kompas, 2009). HAIs
menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia, 8,7% pasien
RS menderita infeksi selama menjalani perawatan di RS.

2.3.2 Cara Penularan HAIs


1. Kontak langsung
Penularan infeksi dengan cara menyentuh langsung jaringan lunak atau
lesi infeksi darah atau saliva pasien.
2. Kontak tidak langsung
Penularan infeksi melalui media perantara yang terkontaminasi
mikroorganisme pathogen dari darah atau saliva pasien terinfeksi.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang
sangat kecil dalam jarak yang cukup jauh dapat berpindah melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-
sel kulit yang terlepasakan membentuk debu yang dapat menyebar jauh
(Staphylococcus) dan tuberkulosis.

2.3.3 Jenis-jenis HAIs


Infeksi nosokomial dikelompokan berdasarkan tempat distribusinya.
Tempat-tempat utama terjadinya infeksi nosokomial dalam tubuh pasien
adalah:
1. Infeksi Traktus Urinarius
Ini merupakan infeksi nosokomial yang paling umum dengan
prevalensi mencapai 80%. Infeksi ini terjadi akibat penggunaan kateter
urin jangka panjang. Dibandingkan dengan infeksi nosokomial
lainnya, infeksi traktus urinarius ini tingkat morbiditasnya terbilang
rendah, namun terkadang infeksi ini dapat menyebabkan bakteriemia
sehingga berujung kematian. Infeksi ini dibuktikan dengan kultur urin
kuantitatif (≥105 mikroorganisme/ml, dengan maksimum 2 spesies
bakteri terisolasi). Bakteri tersebut berasal dari flora usus, baik flora
normal seperti Escherichia coli, ataupun yang diperoleh dari rumah
sakit seperti multiresisten Klebsiella.

2. Infeksi Luka Operasi (ILO)


Infeksi luka operasi juga merupakan infeksi nosokomial yang sering
terjadi. Insidensinya bervariasi dari 0,5% sampai 15% tergantung jenis
operasi dan status dasar pasien. Dampaknya adalah bertambahnya
lama perawatan pasca operasi sekitar 3 sampai 20 hari dan
meningkatnya biaya perawatan yang cukup banyak. Gambaran klinis
infeksi ini yaitu, adanya discharge purulent disekitar luka 13 operasi.
Bakteri yang menyebabkan infeksi ini biasanya didapat selama operasi
berlangsung, baik secara eksogen (misalnya dari udara, peralatan
medis, dokter bedah, dan staf lainnya), ataupun secara endogen
(misalnya dari flora yang terdapat di kulit atau di tempat operasi).

3. Nosokomial Pneumonia
Prevalensi infeksi ini paling sering terjadi pada pasien dengan
ventilator di unit perawatan intensif. Kolonisasi dari mikroorganisme
ini terjadi di perut, saluran napas bagian atas, dan bronkus. Faktor
resiko nosokomial pneumonia ini diketahui berkaitan dengan jenis dan
durasi ventilasi, kualitas perawatan pernapasan, keparahan kondisi
pasien (ada atau tidaknya kegagalan organ), dan penggunaan antibiotk
sebelumnya. Namun, terlepas dari penggunaan ventilator, pasien
dengan kejang atau penurunan tingkat kesadaran juga berisiko terkena
infeksi nosokomial, bahkan jika tidak dilakukan intubasi.

4. Nosokomial Bakteriemia
Prevalensi infeksi nosokomial jenis ini terbilang cukup rendah, yaitu
hanya sekitar 5% dari total infeksi nosokomial, namun kasus kematian
akibat infeksi ini sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 50%.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
a. Infeksi pembuluh darah primer (IADP), muncul tanpa adanya tanda
infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan
dibagian tubuhnya yang lain.
b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme
yang sama dari sisi tubuh yang lain. Mortalitas yang terjadi pada
infeksi ini terutama disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat
muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter
urin, dan kateter vena sentral (CVC). Faktor utama penyebab
infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat dilakukannya
prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter.

2.3.4 Cara Pencegahan HAIs


1. Mencuci Tangan
a. Defenisi
Mencuci tangan dengan sabun adalah merupakan satu tehnik yang
paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam
tubuh. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES,2007). Jadi,
pencegahan infeksi dengan mencuci tangan adalah kegiatan
membersihkan seluruh bagian-bagian tangan dimulai dari telapak
tangan, punggung tangan, selasela jari dan kuku dengan air bersih
dan sabun atau dapat juga dengan menggunakan handscrub untuk
mencegah penyebaran infeksi kuman melalui tangan.
b. Kapan waktu mencuci tangan :
1) Sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan
2) Sebelum dan setelah menyentuh orang sakit
3) Sesudah menggunakan kamar mandi
4) Setelah batuk atau bersin atau membuang ingus
5) Setelah mengganti popok atau pembalut
6) Sebelum dan setelah mengobati luka
7) Setelah membersihkan atau membuang sampah
8) Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan
c. Enam langkah cara mencuci tangan :
1) Ratakan sabun dengan menggosokkan pada kedua telapak tangan
2) Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua
tangan
3) Gosok kedua telapa dan sela-sela jari kedua tangan
4) Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling
mengunci
5) Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam gengganman tangan
kanan, lakukan juga pada tangan satunya
6) Usapkan ujung jari dan kuku tangan kanan dengan diputar di
telapak tangan kiri, lakukan juga pada tangan satunya kemudian
dibilas.
2. Menerapkan Etika Batuk Yang Benar
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi
di tenggorokan karena adanya lendir, gumpalan darah dan benda asing
(Djojodibroto, 2012).

Kebiasaan batuk yang salah :


a. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
b. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau
hidung saat batuk.
c. Membuang ludah sesudah batuk disembarang tempat.
d. Membuang atau meletakkan tissu yang sudah dipakai disembarang
tempat.
e. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk
Etika batuk :

a. Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan tisu/sapu tangan

b. Segera buang tissu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.


c. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alkohol.
d. Gunakan masker
Pembuangan ludah dan dahak yang benar
Alat : Kaleng atau wadah tertutup/pot sputum, sabun

Prosedur :
a. Isi kaleng/ wadah tertutup/pot sputum dengan cairan sabun / karbol
atau lisol.

b. Meludah pada kaleng/ wadah tertutup/pot sputum

c. Tutup wadah dengan rapat setelah batuk


d. Buang dahak kelobang wc atau timbun dalam tanah ditempat yang
jauh keramaian.
e. Cuci tempat penampungan dahak dan cuci tangan

3. Gunakan alat sesuai dengan prosedur


Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada
tubuh, seperti infus, alat bantu napas, atau kateter urine, harus
digunakan dan dipasang sesuai SOP (standar operasional prosedur)
yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.

Sop Pelepasan Infus


1. Pengertian Serangkaian kegiatan menghentikan penambahan cairan
kedalam tubuh dikarenakan kebutuhan cairan sudah
terpenuhi.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan untuk
menghentikan penambahan cairan karena kebutuhan
cairan sudah terpenuhi.
3. Prosedur 1) Persiapan Alat: Bengkok, Kapas, Alkohol dan Plester
2) Gunakan sarung Tangan
3) Jelaskan Pada Pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
4) Pastikan Cairan Infus telah kosong dan pemakaian
tidak perlukan lagi
5) Tetesan infuse dimatikan
6) Petugas membuka plester pada tangan pasien dengan
kapas alcohol. Tekan luka tusukan jarum medicut dan
tarik perlahan lahan
7) kemudian plester bekas luka infuse
8) masukan botol cairan infuse dan selang infuse kedalam
sampah medis
9) lepas sarung tangan masukan kesampah medis
10) cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih atau tissue
11) catat pada kartu status pasien.

4. Jaga Kebersihan lingkungan rumah sakit


Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih
atau disinfektan. Lantai rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2-3
kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu.
5. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi
Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang
diderita. Contohnya, pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau
pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit ke pasien lain akan
ditempatkan di ruang isolasi.
6. Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP
Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit
perlu menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung
tangan, kap pelindung kepala dan masker, saat melayani pasien.

7. Penataan Lingkungan
a. Merapikan barang-barang yang berserakan dan menumpuk di dalam
ruangan, karena akan menimbulkan tempat yang nyaman untuk
bersarangnnya nyamuk. Barang-barang pasien dimasukkan semua
ke dalam lemari pasien dan tidak ada yang menumpuk diluar atau
sudut ruangan.
b. Buang sampah atau segala hal yang dihasilkan oleh penderita pada
tempatnya, seperti air ludah atau muntahan punya tempat tersendiri
dan langsung dibuang ditempat sampah khusus yang disediakan RS.
c. Tidak membolehkan anak dibaeah usia 12 tahun berkunjung ke
rumah sakit. Dikarenakan Anak-anak mudah terserang penyakit.
Anak-anak rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
d. Membatasi pengunjung yang menjenguk pasien di rumah sakit,
karena akan menimbulkan ruangan yang sesak, masuk dengan
membawa kuman dari luar rumah sakit.
2.4 Konsep Visi Dan Misi
2.4.1 Visi
1. Definisi
Merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan
(what do they want to have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan
tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi yang efektif
adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi. Menurut Wibisono
(2018), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di
masa depan.
2. Tujuan Visi
1. Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai perusahaan
2. Memiliki orientasi pada masa depan perusahaan
3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan
perusahaan
4. Menentukan arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas
5. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan visi, yaitu :
a. Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi.
b. Visi harus disebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholder)
c. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan
tindakan organisasi yang penting.
Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
a. Imagible (dapat di bayangkan).
b. Desirable (menarik).
c. Feasible (realities dan dapat dicapai).
d. Focused (jelas).
e. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).

2.4.2 Misi
1. Definisi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi
bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi
mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelayanan yang
ditawarkan. Pernyataan misi adalah ekspresi umum tujuan utama dari
sebuah organisasi yang idealnya, sejalan dengan nilai-nilai dan
harapan pemangku kepentingan utama.

2. Cara Merumuskan Misi Perusahaan


Adapun perumusan misi perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara berikut :

a. Melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan


b. Menyelaraskan kegiatan proses utama dengan sumber daya yang
ada, untuk memeungkinkan perusahaan melaksanakan kegiatannya
lebih baik dan dengan seefesien mungkin
c. Menentukan lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan
apakah misi organisasi tidak bertentangan secara internal dan
eksternal.
d. Fungsi Misi
Misi perusahaan berfungsi sebagai pernytaan cita-cita serta
merupakan landasan kerja yang harus diikuti dan didukung oleh
seluruh personil perusahaan. Misi usaha sangat membantu dalam
mengembangkan perusahaan , diantaranya :
1) Memberikan arah usaha
2) Memfokuskan langkah-langkah yang akan diambil
3) Objektif, target dan program perusahaan dirancang berdasarkan
misi yang sudah dibentuk
4) Membimbing aksi dalam berbagai tingkat
5) Membantu mencegah karyawan agar tidak salah melangkah.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan misi, yaitu :


a. Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas mengenai apa yang
hendak dicapai oleh organisai
b. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan
“tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan”
sebagaimana pada rumusan visi.
c. Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi.
Antara indikator visi dengan rumusan misi harus ada keterkaitan
atau terdapat benang merahnya secara jelas.
d. Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan
diberikan pada organisai Kualitas produk atau layanan yang
ditawarkan harus memiliki daya

BAB 3

KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN

3.1 Analisa Situasi Ruangan

A. man

1. pasien
Ruang rawat inap Asoka lantai 2 adalah salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit
Umum RSUD Pirngadi Medan untuk pasien dengan kasus (pasien penyakit dalam)
yang terdiri dari 4 ruangan, kelas 3. Dimana terdiri dari rungan pasien laki-laki
dengan jumlah tempat tidur 10 bed, ruang pasien perempuan dengan jumlah tempat
tidur 11 bed, ruang isolasi laki-laki dengan jumlah tempat tidur 2 bed, dan ruang
isolasi perempuan dengan jumlah tempat tidur 2 bed. Maka jumlah keseluruan tempat
tidur terdiri dari 25 tempat tidur.

a. Efisiensi pelayanan di ruang Asoka


1) BOR (Bed Occupancy Rate)

Jlh hari perawatan X 100%

(Jlh TT X Jumlah hari)

= 105 X 100 %

(25 X 7)

BOR = 60 %

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata BOR ruang


Asoka lantai 2 minggu 1 bulan maret adalah (60%)

2) Alos

Jlh lama dirawat

( Jlm pasien keluar hidup + mati)

= 55
9
= 6, 11 dibulatkan menjadi 6 hari

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata lamanya


perawatan seorang pasien (ALOS) ruang Asoka minggu 1 bulan maret
yaitu 6 hari
3) TOI (Turn Over Interval)

(Jlh TT X Periode) – hari rawat

( Jlm pasien keluar hidup + mati)

= (25 X 5 ) – 105
9
= 175 – 105
9
= 70
9
= 7,7 dibulatkan menjadi 8 hari

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata tempat tidur


tidak ditempati (TOI) ruang Asoka minggu 1 bulan maret yaitu 8 hari

2. Ketenaga Kerjaan

No Nama Spesifikasipekerjaan Tingkat Lama


pendidikan bekerja
1 RahmaSrihatini, S.Kep Karu S.Kep 8 Tahun
2 Sally Yolanda, Katim S.Kep-Ners 7 Tahun
S.KepNers
3 Farida Hanum Perawat pelaksana D3 Kep 5 Tahun
4 RumintangAritonang, Perawat pelaksana D3 Kep 5 Tahun
AMK
5 Eva Yolanda, Sst Perawat pelaksana D4Kep 5 Tahun
6 Samsidar, AMK Perawatpelaksana D3 Kep 5 Tahun
7 EviIrawatiSipayung, Perawatpelaksana D3 Kep 4 Tahun
AMK
8 Amin SYahputra, AMK Perawatpelaksana D3 Kep 4 Tahun
9 Endang Sri Melati, AMK Perawatpelaksana D3 Kep 4 Tahun
10 MarlinaSianturi, AMK Perawatpelaksana D3 Kep 4 Tahun
11 AisyahKurniaLubis, Perawatpelaksana D3 Keb 2 Tahun
S.Tr. keb
12 Liana, AMK Perawatpelaksana D3 Kep 3 Tahun
13 Rita Br. Bukit Perawatpelaksana D3 Kep 2 Tahun
14 Mardaningsih, AMK Perawatpelaksana D3 kep 3 Tahun
15 Eka dharma, AMK Perawatpelaksana D3 kep 3 Tahun
16 DeniOktuaSirait, AMK Perawatpelaksana D3 kep 2 Tahun

Keterangan:
 JumlahKaru: 1 Orang
 JumlahKatim: 1 Orang
 JumlahPerawatPelaksana: 14 Orang
 JumlahPerawat: 15 Orang
 JumlahBidan : 1 Orang

1. Denah ruang asoka


Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang asoka dapat
disampaikan bahwa :
 Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari
 Ruangan : terdapat 2 ruangan ruangan isolasi, dan 2 ruangan bansal,
ruangan bangsal masing menggabungkan pasien dengan pengnyakit menular
bersamaan dengan pasien dengan penyakit tidak menular. Keluarga pasien
juga bebas masuk ruangan bahkan anak-anak juga sering masuk ruangan.
 Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan jendela.
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
 Sarana air bersih : tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah. Namun untuk limbah medis
masih digabung, benda tajam, kasa, cairan pasien, botol infus, pelastik
bungkus spuit, dll.
 WC
1. Ruang administasi dengan Kapasitas Ruang asoka memiliki 4 ruangan
dengan kapasitas 26 tempat tidur.
2. Fasilitas Untuk Petugas
 Ruang nurse station
 Kamar mandi dan komputer + akses internet.
 Ruang kepala ruangan

3. Struktur Organisasi Asoka

Direktur

BidangPelayananMedis
Wadir

BidangPelayananKepe
rawatan K.aInstalansiRawatInap

Administrasi
BidangPelayananPenu K.aRuangan Asoka
njangMedis
PRT

SMF Katim

InstalasiTerkai Perawat

t pelaksana
4. Nama-Nama Alat Inventaris Di Ruang Rawat Inap Asoka Rsud Dr Pirngadi
Kota Medan

No Nama Alat Jumlah


1 Kom Kecil 2
2 Regulator oksigen 6
3 MejaPerawat 2
4 Kursiplastik 10
5 Lemariobatcoklat 1
6 Tong spatel 1
7 Kursipanjang 3
8 Pinsetanatomis 1
9 Pinsetsirurgis 1
10 Guntingsteril 1
11 Kursipanjang 3
12 Lemariobatkecil 1
13 Bakiplastik 2
14 Stetoskop 2
15 Nierbeken 2
16 Tensi digital 1
17 Tensi manual 1
18 Mesin nebulizer 2
19 Bakinjeksi 1
20 Buku status pasien 12
21 Lemarilaken 2
22 Stempelperawat 2
23 Pelobangkertas 2
24 Termosdarah 1
25 Stand infus 25
26 Rostul 5
27 Lakenhijau 35
28 Kalender 1
29 Telepongenggam 1
30 Hekter 3
31 Anakhekterbesar 2
32 AC 5
33 Kipasangin 2
34 Jam 1
35 Strukturorganisasi 1
36 Tempattidur 24
37 Sarungbantalbiru 26
38 Sarungbantalhijau 22
39 Keranjanglakenkotor 2
40 Tong sampah kuning 2

41 Tong sampahhitam 4
42 Handrap 8
43 Betadine besar 1
44 Strukturorganisasi 1
45 Safety box 1
46 Pispotcowok 3
47 Pispotcewek 2
48 Madingperawat 1
49 Sapu 3
50 Sekopsampah 2
51 Lemarikecilabu 5
52 Tabungoksigenkecil 2
53 Kotak penyimpanan ATK 1
54 Tempattidur 24
55 Syringpam 1
56 Ambu bag 1
57 Perlak 12
58 Troliinjeksi 1
59 Waslap 5
60 Guntingsteril 1
61 Mejakecilpasien 24
62 Kainpel 3
63 Bukuobat 3
64 Lemaribesarcoklat 4

b. Metods
1.visi dan misi
Visi Menjadi Rumah Sakit Pilihan yang berlandaskan cinta kasihi

Misi 1. Memberikan pelayanan secara professional


2. Meningkatkan penyediaan srana dan pra sarana
3. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan sumber daya
manusia
4. Memberikan pelayanan dengan setulus hati dan iklas

Motto Tuhan Allah Menyembuhkan, Kami Membantu

2. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien


Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan keperawatan di
Ruang ruang Asoka
1. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner
“Apakah Perawat Memperkenalkan Diri Pada Anda” Dirawat
inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat memperkenalkan diri pada pasien


didapatkan responden menjawab kadang-kadang sebanyak (75%), dan
menjawab tidak sebanyak (0%) dan Sebagian menjawab iya sebanyak
(25%).
2. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner
“Dalam Melayani Pasien, Perawat Bersikap Sopan Dan Ramah”
Dirawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas dalam melayani pasien, perawat bersikap


sopan dan ramah, didapatkan responden menjawab ya sebanyak (33,3%)
dan menjawab tidak sebanyak (16,7%) dan sebagian menjawab kadang-
kadang sebanyak (50%).

3. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit saat
pertama kali anda masuk rumah sakit” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib
rumah sakit saat pertama kali anda masuk rumah sakit, didapatkan
responden menjawab kadang-kadang sebanyak (66,7%), dan menjawab
tidak sebanyak (8,3%) dan menjawab iya sebanyak (25%)

4. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat Menjelaskan Fasilitas Yang Tersedia Di Rumah Sakit Pada
Pasien Baru” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di


rumah sakit pada pasien baru, didapatkan responden menjawab ya
sebanyak (16,7%), dan menjawab tidak sebanyak (58,3%) dan menjawab
kadang-kadang sebanyak (25%).

5. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner “


Perawat Menjelaskan Dimana Tempat-Tempat Yang Penting Untuk
Kelancaran Perawatan (Kamar Mandi, Ruang Rawat, Tata Usaha
Dan Lain-Lain) ” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan dimana tempat-tempat
yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang rawat, tata
usaha dan lain-lain), didapatkan responden menjawab ya sebanyak
(58,3%) dan menjawab tidak sebanyak (16,7%) dan menjawab kadang-
kadang sebanyak (25%).

6. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat Menjelaskan Tujuan Perawatan Pada Pasien” rawat inap
ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan tujuan perawatan
pada pasien didapatkan responden menjawab ya sebanyak (16,7%),
menjawab kadang-kadang sebanyak (75%), dan menjawab tidak
sebanyak (16,7%).

7. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


Diagram “Perawat atau Karu menginformasikan pasien tentang
perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien” rawat inap ruang
Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat atau Karu menginformasikan pasien


tentang perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien, ya sebanyak
(25%), menjawab kadang-kadang sebanyak (41,7%), dan menjawab tidak
sebanyak (33,3%).

8. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“perawat memperhatikan keluhan pasien” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat memperhatikan keluhan pasien,
didapatkan responden menjawab ya sebanyak (33,3%), menjawab
kadang-kadang sebanyak (16,7%), dan menjawab tidak sebanyak
(50%).

9. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Perawat menanggapi keluhan pasien” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat menanggapi keluhan pasien,
didapatkan responden menjawab ya sebanyak (25%), menjawab
kadang-kadang sebanyak (58,3%), dan menjawab tidak sebanyak
(16,7%).

10. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi
oleh pasien” rawat

Berdasarkan diagram diatas perawat memberikan keterangan tentang


masalah yang dihadapi oleh pasien didapatkan responden menjawab ya
sebanyak (33,3%), menjawab kadang-kadang sebanyak (66,7%), dan
menjawab tidak sebanyak (0%).

11. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan
keperawatan” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat memberikan penjelasan sebelum
melakukan tindakan keperawatan, didapatkan responden menjawab ya
sebanyak (16,7%), menjawab kadang-kadang sebanyak (25%), dan
menjawab tidak sebanyak (58,3%)

12. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum
melakukan tindakan” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat meminta persetujuan kepada


pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan, didapatkan respo
(58,3%), dan menjawab tidak sebanyak (16,7%). Tidak sebanyak (
13. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner
“Perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan sebelum melakukan tindakan” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan tentang prosedur


tindakan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan,
didapatkan responden menjawab ya sebanyak (20%), menjawab
kadang-kadang sebanyak (70%), dan menjawab tidak sebanyak (10%)

14. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Perawat Menjelaskan Risiko Atau Bahaya Suatu Tindakan Pada
Pasien Sebelum Melakukan Tindakan” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat menjelaskan risiko atau bahaya


suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan didapatkan
responden menjawab ya sebanyak (40%), menjawab kadang-kadang
sebanyak (45%), dan menjawab tidak sebanyak (15%)

15. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuesioner


“Perawat Memberikan Keterangan Atau Penjelasan Dengan Lengkap
Atau Jelas” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat memberikan keterangan atau
penjelasan dengan lengkap atau jelas didapatkan responden menjawab
ya sebanyak (17%), menjawab kadang-kadang sebanyak (83%), dan
menjawab tidak sebanyak (0%).

16. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Perawat Selalu Memantau Atau Mengobservasi Keadaan Pasien
Secara Rutin” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas perawat selalu memantau atau


mengobservasi keadaan pasien secara rutin, didapatkan responden
menjawab ya sebanyak (15%), menjawab kadang-kadang sebanyak
(75%), dan menjawab tidak sebanyak (10%)

17. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Perawat Melakukan Tindakan Keperawatan Dengan Terampil Dan
Percaya Diri” rawat inap ruang Asoka
Berdasarkan diagram diatas perawat melakukan tindakan keperawatan
dengan terampil dan percaya diri, didapatkan responden menjawab ya
sebanyak (66%), menjawab kadang-kadang sebanyak (17%), dan
menjawab tidak sebanyak (17%).

18. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Dalam Melakukan Tindakan Keperawatan Perawat Selalu Berhati
Hati” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas dalam melakukan tindakan keperawatan


perawat selalu berhati hati, didapatkan responden menjawab ya
sebanyak (83%), menjawab kadang-kadang sebanyak (17%), dan
menjawab tidak sebanyak (0%).

19. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan pernyataan kuessioner


“Setelah Melakukan Tindakan Keperawatan, Perawat Selalu Menilai
Kembali Keadaan Anda” rawat inap ruang Asoka

Berdasarkan diagram diatas setelah melakukan tindakan keperawatan,


perawat selalu menilai kembali keadaan anda, didapatkan responden
menjawab ya sebanyak (100%), menjawab kadang-kadang sebanyak
(0%), dan menjawab tidak sebanyak (0%)

3.2 analisa swot

Strengths Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
 Tenaga  Caring  Adanya kerja  Meningkatnya
pelaksana perawat tidak sama yang sikap kritis
keperawatan di dilakukan baik antara masyarakat
Ruang lantai 2 secara optimal institusi terhadap mutu
terdiri dari pendidikan pelayanan
S.Kep Ners 1  Struktur kesehatan dan kesehatan atau
orang, S1.Kep organisasi rumah sakit keperawatan.
1 orang, D4 1 tidak sesuai dalam
orang dan D3 dengan yang kegiatan
sebanyak 13 diterapkan di praktek klinik
orang ruangan mahasiswa.

 Tenaga  Sosialisasi  Adanya


keperawatan di dan edukasi kebijakan
Ruang ranap pentingnya rumah sakit
lantai 2 etika batuk memberikan
memiliki yang benar kesempatan
pengalaman pada pasien bagi perawat
kerja > 5 tahun. dan keluarga untuk
belum meningkatkan
 Adanya Visi dilakukan pendidikan.
dan Misi
Rumah Sakit  Masih ada
dan ruangan tindakan yang
untuk tidak sesuai
meningkatkan dengan SOP
kualitas
pelayanan.

 Ruangan
bersih, nyaman,
dengan sarana
dan prasara
cukup
memadai.

 Dilaksanakany
a MPKP
dengan metode
tim

3.3 analisa data

No Data Masalah
1 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan angket Caring tidak
kurangnya caring perawat optimal

Berdasarkan data kuisioner Apakah Perawat


Memperkenalkan Diri Pada Anda : kadang-kadang
sebanyak (75%), dan menjawab tidak sebanyak (0%) dan
Sebagian menjawab iya sebanyak (25%).

Dalam Melayani Pasien, Perawat Bersikap Sopan Dan


Ramah : responden menjawab ya sebanyak (33,3%) dan
menjawab tidak sebanyak (16,7%) dan sebagian menjawab
kadang-kadang sebanyak (50%).

Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah


sakit saat pertama kali anda masuk rumah sakit:
didapatkan responden menjawab kadang-kadang sebanyak
(66,7%), dan menjawab tidak sebanyak (8,3%) dan
menjawab iya sebanyak (25%)

Perawat Menjelaskan Fasilitas Yang Tersedia Di


Rumah Sakit Pada Pasien Baru: didapatkan responden
menjawab ya sebanyak (16,7%), dan menjawab tidak
sebanyak (58,3%) dan menjawab kadang-kadang sebanyak
(25%).

Perawat Menjelaskan Dimana Tempat-Tempat Yang


Penting Untuk Kelancaran Perawatan (Kamar Mandi,
Ruang Rawat, Tata Usaha Dan Lain-Lain) ”:
didapatkan responden menjawab ya sebanyak (58,3%) dan
menjawab tidak sebanyak (16,7%) dan menjawab kadang-
kadang sebanyak (25%).

Perawat Menjelaskan Tujuan Perawatan Pada Pasien:


didapatkan responden menjawab ya sebanyak (16,7%),
menjawab kadang-kadang sebanyak (75%), dan menjawab
tidak sebanyak (16,7%)

2 Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan sosialisasi dan Pencegahan


edukasi pentingnya cuci tangan pada keluarga belum resiko HAIs
dilakukan dan anak dibawah 12 tahun yang berkunjung ke terhadap pasien
RS. ruangan bangsal masing menggabungkan pasien kurang optimal
dengan pengnyakit menular bersamaan dengan pasien
dengan penyakit tidak menular Pembuangan sampah yang
dilakukan masih menggabungkan sampah infeksius dan
non infeksius.

3.4 Perumusan dan Prioritas Masalah


1. Caring tidak optimal
2. Pencegahan resiko HAIs terhadap pasien kurang optimal
TABEL PLANNING OF ACTION ( POA) BERDASARKAN SWOT
DI RUANGAN ASOKA

Tanggal Penanggung jawab


No Masalah Rencana Tindakan Tujuan Indikator Narasumber
Pelaksanaan
PLANNING DAN ORGANIZING
1 Caring  Melakukan Untuk Dapat Selasa 04 Lamhot Sido 1. Jurham Zandroto
kurang penyuluhan meningkatkan meningkatka April 2023 Muncul S. Kep
optimal tentang caring kualitas n kualitas Nababan 2. Lady Gloria
 Pembuatan poster pelayanan pelayanan S.kep Siburian S. Kep
caring kepada pasien kepada 3. Ledya Apriani. S.
pasien Kep
4. Lilis Oktavia
Simanjuntak
S.Kep
5. Pinta Niatek
S.Kep
6. Melly Tresia
Bangun S.Kep

2 Pencegahan  Melakukan Untuk Perawat Rabu 5 April Lestari 1. Maria Retno


resiko HAIs sosialisasi mencegah mengetahui 2023 Nainggolan Gurning S.Kep
terhadap tentang cara penyebaran cara S.Kep
pasien kurang pencegahan infeksi pencegahan 2. Nurhayati S.Kep
optimal resiko HAIs penyebaran
3. Rizka Malau S.
 Membuat poster infeksi
Kep
HAIs
4. Roeska Sitorus S.

72
Kep
5. Novia Sitompul
S.Kep
6. Puja Utami
Nainggolan
S.Kep
7. Lisma Siregar
S.Kep
8. Medita Angnasari,
S.Kep

73
BAB 4
EVALUASI

A. Analisa Kesenjangan Teori dan Penyelesaian yang Telah Dilakukan


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Program Pendidikan
Profesi Ners stase manajemen keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia pada 27 Maret 2023 di ruang rawat Asoka LT.
2 terdapat beberapa masalah. Setelah dianalisa dan dengan mempertimbangkan
kemampuan kelompok, maka kelompok memutuskan untuk mengatasi beberapa
masalah ruang rawat Asoka lt.2 seperti tersebut dibawah ini yang terkait dengan
sistem manajemen yang dapat di intervensi oleh mahasiswa. Setelah di intervensi
kelompok mengevaluasi kinerja dan membandingkan kembali dengan konsep
teoritis yang ada dan bagaimana pencapaian kelompok.

B. Diagnosa
Berdasarkan hasil observasi diruang rawat inap asoka yang dilakukan oleh
mahasiswa didapatkan masalah yaitu belum optimalnya pelaksanaan caring tidak
optimal pencegahan HAIs terhadap pasien tidak optimal

C. Intervensi
Adapapun masalah manajemen di ruang rawat inap rawat Asoka lt.2 yang
diintervensi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut :
a. Caring tidak optimal
Caring merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien/ klien untuk
mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan.sebelum operan kepada shift
berikut. Didalam asuhan keperawatan seorang perawat harus mampu
menunjukan sikap peduli terhadap pasien. Terkadang pasien tidak menganal
beberapa nama tenaga kesehatan yang bertugas dengan alasan tidak adanya
orientasi dan tenaga kesehatan juga terbatas sehingga caring terhadap pasien

74
tidak sepenuhnya dapat dilakukan. Maka dari itu akan dilakukan penyuluhan
serta pemasangan poster tentang caring perawat

Dari hasil analisis ditemukan bahwa belum optimalnya dalam melakukan


caring keperawatan
b. Pencegahan HAIs terhadap pasien kurang optimal
Adapun masalah yang didapatkan berdasarkan Controlling yaitu :
a. Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak,
punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman
penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia.
b. Menerapkan etika batuk yang benar yaitu dengan menutup hidung dan
mulut menggunakan tissu atau saputangan, mencuci tangan
menggunakan air mengalir atau handscrub serta menggunakan masker.
e. Penataan lingkungan merupakan kegiatan merapikan atau membersikan
barang-barang, sampah medis pasien siap pakai, serta membatasi
pengunjung yang menjeguk pasien dan anak-anak dibawah 12 tahun
tidak diperbolehkan mengunjungi RS.

Dari hasil analisis dan observasi ditemukan bahwa belum optimalnya dalam
melakukan pencegahan HAIs terhadap pasien.

D. Implementasi
a. Caring tidak optimal
Dari hasil pengkajian mengenai Caring tidak optimal implementasi yang
dilakukan adalah penyuluhan tentang caring perawat, dan membuat poster
tentang caring perawat, pada hari Selasa,4 April 2023. Dengan dilakukan nya
sosialisasi tentang caring perawat maka perilaku caring terhadap pasien lebih
optimal
b. Pencegahan HAIs terhadap pasien kurang optimal
Dilakukan sosialisasi dan demontrasi cara mencuci tangan dengan 6 langkah,
batuk efektif, gunakan alat sesuai prosedur, dan pembuatan poster kepada

75
perawat pada hari Rabu, 5 April 2023, perawat antusias mendengarkan dan
memerhatikan.

E. Evaluasi
Setelah dilakukannya implementasi tentang Caring tidak optimal
pencegahan HAIs terhadap pasien dan Patient Safety didapatkan hasil
sebagai berikut :
NO Masalah sebelum dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
1. Caring perawat tidak optimal Dengan dilakukan nya
sosialisasi tentang Caring
perawat tidak optimal
melakukan Caring perawat
lebih optimal.
2. Pencegahan HAIs terhadap Dalam pencengan HAIs dengan
pasien kurang optimal diadakan nya sosialisasi dan
demonstrasi cara mencuci
tangan dengan 6 langkah, batuk
efektif, gunakan alat sesuai
prosedur, dan penataan
lingkungan kepada perawat
mampu melakukan pencegahan
HAIs secara optimal.

76
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Caring keperawatan
Caring merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien/ klien untuk
mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan.sebelum operan kepada shift
berikut. Didalam asuhan keperawatan seorang perawat harus mampu
menunjukan sikap peduli terhadap pasien. Terkadang pasien tidak menganal
beberapa nama tenaga kesehatan yang bertugas dengan alasan tidak adanya
orientasi dan tenaga kesehatan juga terbatas sehingga caring terhadap pasien
tidak sepenuhnya dapat dilakukan .

Dengan dilakukan penyuluhan tentang caring perawat, dan membuat poster


tentang caring perawat, pada hari Selasa, 4 April 2023. Dengan dilakukan nya
sosialisasi tentang caring perawat maka perilaku caring terhadap pasien lebih
optimal di rawat inap Asoka Lt.2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

2. Pencegahan HAIs terhadap pasien kurang optimal


Infeksi Nosokomial adalah suatu infeksi yang diperolah oleh pasien selama
dirawat di rumah sakit. Infeksi Nosokimal terjadi karena adanya transmisi
mikrobapatogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan
perangkatnya. Akibat lainnya yang juga cukup merugikan adalah hari rawat
penderita semakin bertambah, beban biaya yang semakin besar, serta
merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumah sakit kurang
bermutu.

Dalam pencegahan risiko infeksi nosokomial/HAIs terhadap pasien, telah


diadakan sosialisasi dan demonstrasi cara pencegahan risiko HAIs. Di
dapatkan hasil bahwa perawat mampu melaksanakan Pencegahan risiko HAIs
terhadap pasien secara optimal di rawat inap Asoka Lt.2 RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan.

77
B. Saran
1. Bagi Perawat
- Caring perawat
Diharapkan perawat mampu bersikap caring terhadap semua pasien
dalam meningkatkan kegiatan pelaksanaan di Rawat inap Asoka Lt.2
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

- Pencegahan resiko HAIs


Diharapkan perawat dapat berkontribusi dalam pencegahan risiko HAIs
di ranap sehingga diharapkan mampu mencegah dan menurunkan angka
kejadian infeksi dan memberikan ruangan isolasi bagi penderita penyakit
yang penularannya sangat tinggi di Asoka Lt.2 RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan.

78
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahtiar, Yanyan & Suarli, S. 2010. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta : Erlangga

2. Ditjen PP & PL. (2013). Buku Krida Pengendalian Penyakit Ditjen Pp & Pl . diakses
tanggal 24 januari 2022 melalui www.pppl.depkes.go.id Djojodibroto,R,.D.(2012).
Respirologi. Jakarta : EGC. Gegtries. (2010).
3. Etika batuk yang benar diakses tanggal 24 januari 2022 http://www.e-
repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/19373/13982
4. Jogjakarta : Mitra & Cendikia Press

5. Modul MPKP. 2006. Jakarta : EGC

6. Mugianti, S. (2016). Manajemen dan kepemimpinan daam praktek keperawatan.


Jakarta : Pusdik SDM

7. Nursalam, D. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional.
8. Nursalam, (2013). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

9. Potter&Perry.(2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

10. Rawat, K. P. D. R. Manajemen Keperawatan.

11. Suyanto, 2006. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

12. Swanburg, R.C. (2006). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan:


Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

13. Abdullah, SA,& Sjattar, E, L.(2013) Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan
Tingkat kepuasan Pasien rawat Inap Rumah Sakit. Makassar: Program Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin: Tesis

14. Afaya A, Gross J. Assessing Patient ’ s Perception of Nursing Care in Medical-


Surgical Ward in. intenrational J caring Sci. 2017;10(3):1329-1340.

79
15. Agritubella SM. Kenyamanan Dan Kepuasan Pasien Dalam Proses Interaksi
Pelayanan Keperawatan Di Rsud Petala Bumi. J Endur Februari. 2018;3(2018):14-
26. doi:10.22216/jen.v3i1.204200.

16. Aiken. (2012). Psychological Testing And Assesment. Ninth Edition. Boston : Allyn
And Bacon.

17. Alasad, J, Tabar, NA, & Aburuz , ME. Patientient satisfaction with nursing care:
measuring outcomes in an international setting. Journal of nursing 2015.

18. Alligood & Tomey (2012). Nursing Theorist And Their Work. 6th Edition, St Louis:
Mosby Elsivier,Inc.

19. Aini Hafizatul. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang 2013.
Padang. Unand: Skripsi

20. Andreani R. Gambaran perilaku caring perawat pada pasien di ruang rawat rumah
sakit stroke nasional bukit tinggi. 2015.Padang. Unand: Skripsi

21. Ariani TA, Aini N. Perilaku Caring Perawat terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap
pada Pelayanan Keperawatan. J Keperawatan. 2018;9:58-64.

22. Blasdell N. The Meaning of Caring In Nursing Practice. Int J Nurs Clin Pract.
2017;4(1). doi:10.15344/2394-4978/2017/238.

23. Burnard Philip&Morrison Paul. Caring & Communicating Hubungan Interpersonal


Dalam Keperawatan. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2009 .

24. Cosette. (2018). Sikap Caring dan Fungsi Profesi. Jakarta

25. Desima, Riza. (2013). Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring
Perawat. Jurnal Keperawatan, ISSN 2086-3071, volume 4, Nomor 1. Versi Online
URL:http//ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/238

80
Dokumentasi

81
82

Anda mungkin juga menyukai