Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Diketahui Oleh
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., SP.Kep.J, selaku ketua profesi ners
6. dr. Taufik Ririansyah, M.K.M selaku Plt Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan
7. Ibu Rahma Srihartini, S.Kep, Ners selaku pembimbing klinik di stase
manajemen keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
8. Ns. Eva Kartika Hasibuan, M.Kep selaku pembimbing akademik di stase
manajemen keperawatan
9. Ns. Rosetty Sipayung, M.Kep selaku pembimbing akademik di stase manajemen
keperawatan
10. Seluruh staf pengajar Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan praktik ini
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar laporan ini b
erguna bagi semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keperawatan. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, April 2023
Penulis
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................4
BAB 2 Perspektif Pelayanan Keperawatan Di Ruangan..........................................5
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan .........................................................5
2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan..........................................................29
BAB 3 Kajian Situasional Manajemen Keperawatan............................................38
3.1 Analisa Situasi Ruangan.......................................................................38
3.2 Analisa SWOT.....................................................................................55
Tabel Planning Of Action......................................................................................57
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Mutu asuhan yang bermutu dicirikan oleh: tercapainya standar profesi yang
ditetapkan, pemanfaatan sumber daya pelayanan keperawatan yang merata,
efisien, dan efektif, keselamatan pasien dan pengasuh, kepuasan pasien dan
pengasuh, serta sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan masyarakat. Nilai-
nilai diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan manajemen yang
baik.
Dari hasil observasi, wawancara dan angket yang dilakukan oleh mahasiswa
profesi Ners USM di Ruang Asoka Lantai 2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan,
ditemukan data bahwa ruang tersebut melaksanakan MPKP dengan metode
Tim akan tetapi pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan
keperawatan masih ada yang tidak sesuai dengan proses penerapan manajemen
yang benar. Hal ini dapat dilihat dari masalah manajemen keperawatan yang
ditemukan di ruangan ini antara lain caring perawat tidak dilakukan secara
optimal, dan resiko infeksi HAIs.
1. Tujuan Umum
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Defenisi
Manajemen adalah proses ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Suarli, &
Bahtiar 2019). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses
menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara
efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji,
2014).
1. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,
prosedur dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan,
kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang
serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan
berencana.
2. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menentukan struktur
organisasi, menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas-aktifitas
untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi
yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan
dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
adalah rekrutmen, wawancara mengorientasikan staf, menjadwalkan
dan mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
4. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi
5. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
Personalia
Persediaan Riset
Klasifikasi
Informasi ttg Tujuan Bentuk Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
: Sistem : Organisasi : Penentuan Pemecahan Audit
Pasien Standar Uraian kebutuhan masalah Penampilan
Pegawai Kebijakan jabatan/ pegawai Pengambilan kerja
Sumber- Budget pekerjaaan Penjadwalan keputusan Disiplin
sumber Evaluasi Penugasan Mengatasi Hubungan
pekerjaan Pengurangan konflik kerja
Kerja absen Komunikasi Komputer
Tim / Pengurangan dan sistem sistem
Sumber : Gillies, 1985 kelompok analisis
pindah
Pengembang
an pegawai
2.1.5 Komponen Manajemen Keperawatan
Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,
yaitu : sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan,
sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri
dari :
1) Metode fungsional
Metode tim yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
Kepala Ruang
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri
dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Pasien Pasien
Primary Nurse
Pasien
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas
Skema 1.
5. Enabling (pemungkin)
Faktor pemungkin berupa empowerment atau pemberdayaan, dimana
perawat memfasilitasi perubahan hidup dan kejadian- kejadian yang
tidak familiar yang dirasakan oleh pasien, seperti memfokuskan
pasien pada kejadian yang dialami saja, memberi informasi dengan
komunikasi yang baik, mencoba cara penyelesaian masalah, memberi
dukungan, memvalidasi perasaan pasien, memperbaharui alternative-
alternative tindakan yang dapat diberikan, berpikiran berpositif serta
mampu memberikan umpan balik kepada pasien pada saat
berkomunikasi.
Pada prinsipnya teori perilaku Caring menurut Swanson ini
mengandung makna pada kemampuan soft skill yang harus dimiliki
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasiennya, seperti kemampuan beradaptasi dengan klien, mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi, memiliki kemampuan berkomunikasi
sehingga dapat memberikan informasi secara adekuat, memiliki
ketelitian dan kedisiplinan dalam melaksanakan praktek keperawatan,
sehingga dapat tercapai keamanan dan keselamatan pasien, serta
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah baik yang
dihadapi pasiennya maupun secara pribadi.
2.2.5 Perawat
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(Kusnanto, 2019)
Kusnanto (2019), perawat adalah seseorang (seorang profesional)
yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan. Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri (usnanto, 2019).
Perawat (Wardhono, 1998) adalah orang yang telah menyelesaikan
pendidikan professional keperawatan, dan diberi kewenangan untuk
melaksanakan peran serta fungsinya.
a. Peran perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai keduduknnya dalam suatu
sistem (Kusnanto, 2019). Peran perawat diengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan
bersifat konstan. (Kusnanto, 2019), mengidentifikasi peran perawat
profesional, meliputi :
b. Fungsi perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
dengan perannya, dan dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain. Selain peran, perawat juga mempunyai fungsi yang sama
penting dengan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan.
(Kusnanto, 2019), membagi fungsi perawat fungsi menjadi tiga
yaitu:
1). Pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri ( independen)
Tindakan keperawatan mandiri adalah aktivitas yang
dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri berdasarkan
pengetahuan dan ketrampilannya. (Kusnanto, 2019). Contoh
fungsi keperawatan mandiri adalah perawat merencanakan dan
mempersiapkan perawatan pada mulut klien setelah mengkaji
keadaan mulut klien.
c. Asuhan keperawatan
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman
kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan.
Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2008).
1). Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu sistem adaptif yang berhubungan
dengan masing-masing model adaptasi: adaptasi, fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu,
pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,
yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi
secara sistematik dan holistic. Pelaksanaan pengkajian dan
pencatatan pada empat model adaptif akan memberikan
gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan yang lain.
3) Intervensi keperawatan
4). Evaluasi
2. Faktor penguat
2.3.1 Definisi
HAIs (Healthcare Associated Infections) adalah suatu infeksi yang terjadi
di rumah sakit atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di
rumah sakit. HAIs tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang
kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan,
pengunjung dan pengantar ataupun keluarga pasien yang menjaga pasien
selama di rumah sakit.
3. Nosokomial Pneumonia
Prevalensi infeksi ini paling sering terjadi pada pasien dengan
ventilator di unit perawatan intensif. Kolonisasi dari mikroorganisme
ini terjadi di perut, saluran napas bagian atas, dan bronkus. Faktor
resiko nosokomial pneumonia ini diketahui berkaitan dengan jenis dan
durasi ventilasi, kualitas perawatan pernapasan, keparahan kondisi
pasien (ada atau tidaknya kegagalan organ), dan penggunaan antibiotk
sebelumnya. Namun, terlepas dari penggunaan ventilator, pasien
dengan kejang atau penurunan tingkat kesadaran juga berisiko terkena
infeksi nosokomial, bahkan jika tidak dilakukan intubasi.
4. Nosokomial Bakteriemia
Prevalensi infeksi nosokomial jenis ini terbilang cukup rendah, yaitu
hanya sekitar 5% dari total infeksi nosokomial, namun kasus kematian
akibat infeksi ini sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 50%.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
a. Infeksi pembuluh darah primer (IADP), muncul tanpa adanya tanda
infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan
dibagian tubuhnya yang lain.
b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme
yang sama dari sisi tubuh yang lain. Mortalitas yang terjadi pada
infeksi ini terutama disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi dapat
muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter
urin, dan kateter vena sentral (CVC). Faktor utama penyebab
infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh saat dilakukannya
prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter.
Prosedur :
a. Isi kaleng/ wadah tertutup/pot sputum dengan cairan sabun / karbol
atau lisol.
7. Penataan Lingkungan
a. Merapikan barang-barang yang berserakan dan menumpuk di dalam
ruangan, karena akan menimbulkan tempat yang nyaman untuk
bersarangnnya nyamuk. Barang-barang pasien dimasukkan semua
ke dalam lemari pasien dan tidak ada yang menumpuk diluar atau
sudut ruangan.
b. Buang sampah atau segala hal yang dihasilkan oleh penderita pada
tempatnya, seperti air ludah atau muntahan punya tempat tersendiri
dan langsung dibuang ditempat sampah khusus yang disediakan RS.
c. Tidak membolehkan anak dibaeah usia 12 tahun berkunjung ke
rumah sakit. Dikarenakan Anak-anak mudah terserang penyakit.
Anak-anak rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
d. Membatasi pengunjung yang menjenguk pasien di rumah sakit,
karena akan menimbulkan ruangan yang sesak, masuk dengan
membawa kuman dari luar rumah sakit.
2.4 Konsep Visi Dan Misi
2.4.1 Visi
1. Definisi
Merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan
(what do they want to have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan
tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi yang efektif
adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi. Menurut Wibisono
(2018), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di
masa depan.
2. Tujuan Visi
1. Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai perusahaan
2. Memiliki orientasi pada masa depan perusahaan
3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan
perusahaan
4. Menentukan arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas
5. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan visi, yaitu :
a. Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi.
b. Visi harus disebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholder)
c. Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan
tindakan organisasi yang penting.
Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
a. Imagible (dapat di bayangkan).
b. Desirable (menarik).
c. Feasible (realities dan dapat dicapai).
d. Focused (jelas).
e. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
2.4.2 Misi
1. Definisi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi
bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi
mencerminkan tentang penjelasan produk atau pelayanan yang
ditawarkan. Pernyataan misi adalah ekspresi umum tujuan utama dari
sebuah organisasi yang idealnya, sejalan dengan nilai-nilai dan
harapan pemangku kepentingan utama.
BAB 3
A. man
1. pasien
Ruang rawat inap Asoka lantai 2 adalah salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit
Umum RSUD Pirngadi Medan untuk pasien dengan kasus (pasien penyakit dalam)
yang terdiri dari 4 ruangan, kelas 3. Dimana terdiri dari rungan pasien laki-laki
dengan jumlah tempat tidur 10 bed, ruang pasien perempuan dengan jumlah tempat
tidur 11 bed, ruang isolasi laki-laki dengan jumlah tempat tidur 2 bed, dan ruang
isolasi perempuan dengan jumlah tempat tidur 2 bed. Maka jumlah keseluruan tempat
tidur terdiri dari 25 tempat tidur.
= 105 X 100 %
(25 X 7)
BOR = 60 %
2) Alos
= 55
9
= 6, 11 dibulatkan menjadi 6 hari
= (25 X 5 ) – 105
9
= 175 – 105
9
= 70
9
= 7,7 dibulatkan menjadi 8 hari
2. Ketenaga Kerjaan
Keterangan:
JumlahKaru: 1 Orang
JumlahKatim: 1 Orang
JumlahPerawatPelaksana: 14 Orang
JumlahPerawat: 15 Orang
JumlahBidan : 1 Orang
Direktur
BidangPelayananMedis
Wadir
BidangPelayananKepe
rawatan K.aInstalansiRawatInap
Administrasi
BidangPelayananPenu K.aRuangan Asoka
njangMedis
PRT
SMF Katim
InstalasiTerkai Perawat
t pelaksana
4. Nama-Nama Alat Inventaris Di Ruang Rawat Inap Asoka Rsud Dr Pirngadi
Kota Medan
41 Tong sampahhitam 4
42 Handrap 8
43 Betadine besar 1
44 Strukturorganisasi 1
45 Safety box 1
46 Pispotcowok 3
47 Pispotcewek 2
48 Madingperawat 1
49 Sapu 3
50 Sekopsampah 2
51 Lemarikecilabu 5
52 Tabungoksigenkecil 2
53 Kotak penyimpanan ATK 1
54 Tempattidur 24
55 Syringpam 1
56 Ambu bag 1
57 Perlak 12
58 Troliinjeksi 1
59 Waslap 5
60 Guntingsteril 1
61 Mejakecilpasien 24
62 Kainpel 3
63 Bukuobat 3
64 Lemaribesarcoklat 4
b. Metods
1.visi dan misi
Visi Menjadi Rumah Sakit Pilihan yang berlandaskan cinta kasihi
Ruangan
bersih, nyaman,
dengan sarana
dan prasara
cukup
memadai.
Dilaksanakany
a MPKP
dengan metode
tim
No Data Masalah
1 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan angket Caring tidak
kurangnya caring perawat optimal
72
Kep
5. Novia Sitompul
S.Kep
6. Puja Utami
Nainggolan
S.Kep
7. Lisma Siregar
S.Kep
8. Medita Angnasari,
S.Kep
73
BAB 4
EVALUASI
B. Diagnosa
Berdasarkan hasil observasi diruang rawat inap asoka yang dilakukan oleh
mahasiswa didapatkan masalah yaitu belum optimalnya pelaksanaan caring tidak
optimal pencegahan HAIs terhadap pasien tidak optimal
C. Intervensi
Adapapun masalah manajemen di ruang rawat inap rawat Asoka lt.2 yang
diintervensi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut :
a. Caring tidak optimal
Caring merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien/ klien untuk
mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan.sebelum operan kepada shift
berikut. Didalam asuhan keperawatan seorang perawat harus mampu
menunjukan sikap peduli terhadap pasien. Terkadang pasien tidak menganal
beberapa nama tenaga kesehatan yang bertugas dengan alasan tidak adanya
orientasi dan tenaga kesehatan juga terbatas sehingga caring terhadap pasien
74
tidak sepenuhnya dapat dilakukan. Maka dari itu akan dilakukan penyuluhan
serta pemasangan poster tentang caring perawat
Dari hasil analisis dan observasi ditemukan bahwa belum optimalnya dalam
melakukan pencegahan HAIs terhadap pasien.
D. Implementasi
a. Caring tidak optimal
Dari hasil pengkajian mengenai Caring tidak optimal implementasi yang
dilakukan adalah penyuluhan tentang caring perawat, dan membuat poster
tentang caring perawat, pada hari Selasa,4 April 2023. Dengan dilakukan nya
sosialisasi tentang caring perawat maka perilaku caring terhadap pasien lebih
optimal
b. Pencegahan HAIs terhadap pasien kurang optimal
Dilakukan sosialisasi dan demontrasi cara mencuci tangan dengan 6 langkah,
batuk efektif, gunakan alat sesuai prosedur, dan pembuatan poster kepada
75
perawat pada hari Rabu, 5 April 2023, perawat antusias mendengarkan dan
memerhatikan.
E. Evaluasi
Setelah dilakukannya implementasi tentang Caring tidak optimal
pencegahan HAIs terhadap pasien dan Patient Safety didapatkan hasil
sebagai berikut :
NO Masalah sebelum dilakukan Setelah dilakukan tindakan
tindakan
1. Caring perawat tidak optimal Dengan dilakukan nya
sosialisasi tentang Caring
perawat tidak optimal
melakukan Caring perawat
lebih optimal.
2. Pencegahan HAIs terhadap Dalam pencengan HAIs dengan
pasien kurang optimal diadakan nya sosialisasi dan
demonstrasi cara mencuci
tangan dengan 6 langkah, batuk
efektif, gunakan alat sesuai
prosedur, dan penataan
lingkungan kepada perawat
mampu melakukan pencegahan
HAIs secara optimal.
76
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Caring keperawatan
Caring merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien/ klien untuk
mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan.sebelum operan kepada shift
berikut. Didalam asuhan keperawatan seorang perawat harus mampu
menunjukan sikap peduli terhadap pasien. Terkadang pasien tidak menganal
beberapa nama tenaga kesehatan yang bertugas dengan alasan tidak adanya
orientasi dan tenaga kesehatan juga terbatas sehingga caring terhadap pasien
tidak sepenuhnya dapat dilakukan .
77
B. Saran
1. Bagi Perawat
- Caring perawat
Diharapkan perawat mampu bersikap caring terhadap semua pasien
dalam meningkatkan kegiatan pelaksanaan di Rawat inap Asoka Lt.2
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
78
DAFTAR PUSTAKA
2. Ditjen PP & PL. (2013). Buku Krida Pengendalian Penyakit Ditjen Pp & Pl . diakses
tanggal 24 januari 2022 melalui www.pppl.depkes.go.id Djojodibroto,R,.D.(2012).
Respirologi. Jakarta : EGC. Gegtries. (2010).
3. Etika batuk yang benar diakses tanggal 24 januari 2022 http://www.e-
repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/19373/13982
4. Jogjakarta : Mitra & Cendikia Press
13. Abdullah, SA,& Sjattar, E, L.(2013) Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan
Tingkat kepuasan Pasien rawat Inap Rumah Sakit. Makassar: Program Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin: Tesis
79
15. Agritubella SM. Kenyamanan Dan Kepuasan Pasien Dalam Proses Interaksi
Pelayanan Keperawatan Di Rsud Petala Bumi. J Endur Februari. 2018;3(2018):14-
26. doi:10.22216/jen.v3i1.204200.
16. Aiken. (2012). Psychological Testing And Assesment. Ninth Edition. Boston : Allyn
And Bacon.
17. Alasad, J, Tabar, NA, & Aburuz , ME. Patientient satisfaction with nursing care:
measuring outcomes in an international setting. Journal of nursing 2015.
18. Alligood & Tomey (2012). Nursing Theorist And Their Work. 6th Edition, St Louis:
Mosby Elsivier,Inc.
19. Aini Hafizatul. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang 2013.
Padang. Unand: Skripsi
20. Andreani R. Gambaran perilaku caring perawat pada pasien di ruang rawat rumah
sakit stroke nasional bukit tinggi. 2015.Padang. Unand: Skripsi
21. Ariani TA, Aini N. Perilaku Caring Perawat terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap
pada Pelayanan Keperawatan. J Keperawatan. 2018;9:58-64.
22. Blasdell N. The Meaning of Caring In Nursing Practice. Int J Nurs Clin Pract.
2017;4(1). doi:10.15344/2394-4978/2017/238.
25. Desima, Riza. (2013). Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring
Perawat. Jurnal Keperawatan, ISSN 2086-3071, volume 4, Nomor 1. Versi Online
URL:http//ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/238
80
Dokumentasi
81
82