TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
NUGRAHA
10 0404 016
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
dalam menempuh Colloqium Doctum / Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh:
NUGRAHA
10 0404 016
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengesahkan:
Ketua Departemen Teknik Sipil
Kata kunci :
Analisa Hidrologi, Analisa Hidrolika, Jalan lintas Medan-Binjai, Metode Rasional
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
Akhir ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Strata Satu (SI) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
1. Kepada keluarga besar saya, Ayah saya H.Sarman Yus dan Bunda saya
Hj.Nursiah Sitepu S.Pd yang selalu mengirimkan do’a, serta telah bekerja
kakak-kakak saya Afriyana Eka Sarvelina S.T / Ahmad Tedy Junaid S.E,
Yuni Silvia S.E / Arif Hiya S.H, M.H, abang saya Kurniawan S.H, adik
saya Putri Tsasalbila, dan Dyan Ayu Prastica yang telah memberikan
semangat dan pengertian untuk saya agar menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
Sumatera Utara.
5. Bapak Ivan Indrawan ST, MT dan Ibu Riza Inanda Siregar ST, MT
Wahidun, Dio, Zumaro, Apri, Viki shu, Rini, Indah, Kak anggi, Kak
mell, Bang Aan, Aref, Wakreg, Zack, serta yang lainnya. Dan tak lupa
Lamhot, Tria, Iwan, Abdul, Cika, Sari, Dwi, Taslim, Fahmi, Ijep, Iqbal,
kepada penulis.
9. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
Penulis
NUGRAHA
10 0404 016
ABSTRAK ........................................................................................................ i
5.2 Saran.................................................................................................... 75
Gambar 2.9 DAS dengan Perhitungan Curah Hujan Poligon Thiessen ............. 15
Tabel 4.1 Data Eksisting Drainase di Kawasan Jln. Medan-Binjai km-15 ........ 41
Tabel 4.2 CHH Maksimum Stasiun Klambir Lima Deli Serdang ..................... 41
Tabel 4.7 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal ........ 44
Tabel 4.9 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal ........ 45
Tabel 4.10 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal ...... 46
Tabel 4.11 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson III . 48
Tabel 4.12 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson III . 49
Tabel 4.13 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Gumbel ............. 51
Tabel 4.18 Uji Distribusi Probabilitas Chi-Kuadrat Distribusi Log Normal ..... 56
Tabel 4.19 Uji Distribusi Probabilitas Chi-Kuadrat Distribusi Log Pearson III 56
Tabel 4.23 Perhitungan nilai χ2 untuk distribusi Log Pearson III ...................... 57
Tabel 4.34 Perbandingan Debit Banjir 5 tahun terhadap Kapasitas Drainase ... 70
Tabel 4.35 Desain Ulang Dimensi Drainase terhadap Debit Banjir 5 tahun ..... 73
α = Derajat kepercayaan
Dk = Derajat kebebasan
G = Koefisien kemencengan
KT = Faktor frekuensi
�������
Log X = Nilai logaritma rata-rata curah hujan
Sn = Reduced standar
Sd = Standar deviasi
Keluaran (menit)
�
X = Curah hujan rata–rata (mm)
Yn = Reduced mean
Y Tr = Reduced variate
�
Y = Nilai rata-rata hitung variat
PENDAHULUAN
berbentuk Kerajaan, Kesultanan Deli yang berpusat di kota Medan atau sekarang
yang dikenal dengan nama Istana Maimun dan Kesultanan Serdang yang berpusat
di Perbaungan. Dulunya daerah ini mengelilingi tiga kota madya, yaitu kota
Medan, Binjai, dan Tebing Tinggi, Selain itu berbatasan dengan Kabupaten
dulunya sebagian besar wilayah kota Medan adalah Tanah Deli. Sekitar tahun
1980, pemerintahan ini dipindahkan ke Lubuk Pakam sebuah kota kecil yang
terletak di pinggir jalan lintas Sumatera, dan telah ditetapkan menjadi Ibu Kota
2°57'' Lintang Utara 3°16'' Lintang Selatan dan 9°33'' - 99°27'' Bujur Timur
( 3° 36' 2'' LU dan 98° 32' 55'' BT ) dengan luas wilayah 2.497,72 km² atau
berbatasan dengan Kota Medan di sebelah Barat, Kota Binjai di sebelah Timur,
dan berhimpitan dengan perbatasan kota Medan dan kota Binjai, maka untuk
menuju ke kota Medan harus melawati Kecamatan ini, begitu juga sebaliknya jika
sering mengalami banjir yang berdampak pada arus lalu lintas, karena jalan lintas
Oleh karena itu dalam kajian ini yang akan dibahas adalah kondisi dari
saluran drainase yang terdapat di ruas jalan tersebut yaitu jalan lintas
oleh kondisi dari kapasitas saluran drainase yang seharusnya mampu mengalirkan
aliran air menuju sungai semayang yang terletak tidak jauh dari lokasi sering
terjadinya banjir. Beberapa dari titik-titik genangan yang ada merupakan daerah
dibawa air hujan masuk ke saluran, air menjadi kotor dan saluran menjadi penuh
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpahan air hujan yang berada
sepanjang jalan menuju ke saluran (Street Inlet) yang tidak terawat dengan baik
sehingga menyulitkan air untuk mengalir dari jalan menuju saluran yang ada.
hujan selama 10 tahun, dimulai dari tahun 2005 sampai tahun 2015 ?
membatasi masalah yang akan dibahas. Batasan masalah yang ditinjau dari
Serdang.
saluran drainase.
daerah mana yang memenuhi syarat dan tidak termasuk daerah genangan
atau banjir.
sunggal.
Dari hasil studi ini diharapkan dapat memberikan suatu evaluasi serta
masukan bagi pihak-pihak yang terkait atas kondisi dari suatu jalan raya agar
STUDI PUSTAKA
Menurut Dewi, Arsana dan Saputra (2013) Drainase merupakan salah satu
infrastruktur khususnya).
untuk mengurangi atau membuang kelebihan air baik di atas maupun di bawah
secara optimal. Sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur kota yang
sangat penting. Kualitas manajemen kota dapat dilihat dari kualitas sistem
drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari
genangan air atau banjir. Secara fungsional, sistem drainase dan sistem
pengendalian banjir hampir tidak dapat dibedakan. Namun yang jelas suatu
Saluaran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi
sebagainya.
Alasan itu antara lain: tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah
c. Menurut Fungsi
• Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain.
• Multi Purpose, yaitu saluran yang befungsi mengalirkan beberapa jenis air
d. Menurut Konstruksi
• Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
mengganggu lingkungan.
saluran lainnya baik yang fungsinya sama maupun berbeda dalam suatu kawasan
tertentu. Dalam perencanaan sistem drainase yang baik bukan hanya membuat
dimensi saluran yang sesuai tetapi harus ada kerjasama antar saluran sehinggga
a. Pola Alamiah
Letak conveyor drain (b) ada dibagian terendah (lembah) dari suatu daerah
yang secara efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran
alamiah, sedangkan collector drain dibuat tegak lurus dari conveyor drain.
c. Pola Paralel
kecil, dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam
conveyor drain.
drain.
e. Pola Radial
daerah).
f. Pola Jaring-Jaring
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk air, kejadian dan
distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya terhadap kebutuhan
aspek hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan
pada sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunyai sistem
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
• Air Permukaan; Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
Data hujan yang diperoleh oleh suatu alat penakar hujan hanya merupakan
hujan yang terjadi pada suatu tempat atau titik dimana alat penakar hujan
ditempatkan (point rainfall). Kejadian hujan sangat bervariasi pada suatu area,
terutama pada area pengamatan yang luas, satu titik pengamatan tidak mencukupi
untuk dapat menggambarkan kejadian hujan pada wilayah tertentu. Cara untuk
hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pemilihan metode mana yang
Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana.
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah
hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah
sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal
d 1 + d 2 + d 3 + .... + d n n
d
d= = ∑ 1 .................................................................... .. (2.1)
n i =1 n
Keterangan :
d = tinggi curah hujan rata-rata (mm)
d 1 , d 2 , d 3 , …d n = tinggi curah hujan di stasiun 1, 2, 3,…,n (mm)
n = banyaknya stasiun penakar hujan
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika stasiun- stasiun
masing-masing penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata- rata seluruh
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An /n, dimana
A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh A areal yang dicari
garis penghubung antara dua pos penakar. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
d=
A 1d 1 + A 2 d 2 + A 3 d 3 + .... + A n d n
=
∑A d i i
.............................................. (2.2)
A A
c. Metode Isohyet
hujan. Metode ini cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih
dari 5000 km2. Hujan rerata daerah dihitung dengan persamaan berikut (Suripin,
2004). Dalam metode ini harus digambarkan dahulu kontur dengan tinggi hujan
berdekatan diukur, dan harga rata- ratanya dihitung sebagai harga rata-rata
d 0 + d1 d + d2 d + dn
A1 + A2 1 + ... + A n n -1
d= 2 2 2 ............................................ (2.3)
A
Keterangan :
A = luas areal (km2)
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d 1 , d 2 , d 3 ,…d n = tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,…,n
A1 ,A 2 ,A3 ,…An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yang
bersangkutan
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis,
dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama
satu hari. Dalam analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
rencana.
yang diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman
atau menitan. Hal ini akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan
otomatis. Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (return period) yang
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan yang akan
yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi
- Distribusi Normal
- Distribusi Log Normal
- Distribusi Log Person III
- Distribusi Gumbel.
a. Distribusi Normal
� + K T S .................................................................................................. (2.4)
XT = X
Dimana :
XT − X
KT = .................................................................................................. (2.5)
S
Keterangan :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
tahunan.
�
X = nilai rata-rata hitung variat,
sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss
Keterangan :
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan,
�
Y = nilai rata-rata hitung variat,
S = deviasi standar nilai vatiat,dan
KT = Faktor Frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik disrtibusi peluang yang digunakan untuk
analisis peluang.
∑ logX i
log X = i =1
........................................................................................ (2.8)
n
( )
0.5
n
∑ logX i − log X
2
s = i =1 ........................................................................ (2.9)
n −1
∑ (logX )
n
3
i − log X
G= i =1
........................................................................... (2.10)
(n − 1)(n − 2)s 3
- Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
X = X + S.K ...................................................................................................(2.12)
Keterangan :
�
X = harga rata-rata sampel,
S = standar deviasi (simpangan baku) sampel.
YTr − Yn
K= ................................................................................................(2.13)
Sn
Keterangan :
Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sample/ data n (Tabel 2.4)
Sn = reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sample/
data n (Tabel 2.5)
Y Tr = reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
T − 1
YTr = −ln − ln r ....................................................................................(2.14)
Tr
Tabel 2.6 memperlihatkan hubungan antara reduced variate dengan periode ulang.
a. Metode Chi-Kuadrat
n
(O f − Ef )
2
χ =∑
2
........................................................................................(2.15)
i =1 Ef
Keterangan :
χ2 = Parameter chi-kuadrat terhitung.
E f = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya.
O f = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama.
n = jumlah sub kelompok.
Derajat nyata atau derajat kepercayaan (α) tertentu yang sering diambil adalah
Keterangan :
Dk = derajat kebebasan.
p = banyaknya parameter, untuk uji chi-kuadrat adalah 2
K = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
maksimum terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis atau dirumuskan sebagai
berikut :
sebagai berikut :
b. Metode Smirnov-Kolmogorof
i
P(X i ) = ...................................................................................... (2.19)
n +1
Keterangan :
n = jumlah data.
i = nomor urut data (setelah diurut dari besar ke kecil atau sebaliknya.
- Hitung selisih (∆P i ) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data
variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Pemilihan harga
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. (Wesli, 2008). Sifat umum hujan adalah
makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan
jam- jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Apabila data hujan jangka pendek
tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat
Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
tc = Waktu konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperluan oleh air hujan
yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik
control) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Berikut
0,385
0,78 × L2
t c = ....................................................................................... (2.22)
1000 × S
Keterangan :
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
debitnya (km)
S = kemiringan daerah saluran/sungai = H/L
dua komponen, yaitu (1) waktu yang diperlukan air untuk mengalir untuk
mengalir diermukaan lahan sampai saluran terdekat t o dan (2) waktu perjalanan
tc = to + td
dimana :
2 n
t o = × 3.28 × L × menit....................................................................... (2.23)
3 S
dan
Keterangan :
n = angka kekasaran Manning
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)
S = kemiringan lahan
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dtk)
dimensi saluran harus diketahui debit banjir sebenarnya. Hal ini untuk
Dalam hal ini metode yang digunakan untuk mengetahui debit banjir
adalah metode Rasional. Metode Rasional merupakan rumus tertua dan yang
menghitng debit puncak sungai atau saluran namun dengan daerah pengaliran
Keterangan :
Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det)
C = koefisien pengaliran
A = luas daerah pengaliran (km2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
Metode Rasional juga dapat dipergunakan untuk DAS yang tidak seragam,
dimana DAS dapat dibagi-bagi menjadi beberapa sub-DAS atau pada DAS
2. Pada lokasi dimana drainase berasal dari dua atau lebih daerah masukan, maka
rencana, koefisien dipakai C DAS , dan total area drainase dari daerah masukan.
Persamaan 2.21 tidak untuk menghitung debit dari tiap daerah masukan
drainase digunakan untuk mengetahui profil muka air, baik kondisi yang ada
1
V= × R 2/3 × S1/2 ........................................................................................... (2.27)
n
1
Q= × R 2/3 × S1/2 × A .................................................................................... (2.28)
n
Keterangan :
Q = Kapasitas debit (m3/det)
n = koefisien kekasaran Manning
A
R = Jari-jari hidrolik (m) dimana R =
P
S = kemiringan dasar saluran
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling penampang basah (m)
3 Saluran Alam
Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
a. Penampang Persegi
setengah dari lebar dasar saluran atau jari-jari hidrauliknya setengah dari
kedalaman air.
P = B + 2h............................................................................................... (2.30)
Keterangan :
A = Luas penampang saluran (m2)
B = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman saluran (m)
b. Penampang Trapesium
P = b + 2h 1 + m 2 ................................................................................. (2.34)
Keterangan :
A = Luas penampang saluran (m2)
B = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan saluan
m = Kemiringan talud
Yang dimaksud dengan Freeboard dari suatu saluran drainase adalah jarak
vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan.
gelombang serta fluktuasi permukaan air, akibat gerakan angin serta pasang surut.
aliran.
- Ukuran saluran
- Kecepatan pengaliran
- Arah dan belokan saluran
- Debit banjir
- Gelombang permukaan akibat tekanan aliran sungai
METODOLOGI PENELITIAN
berada di kordinat ( 3° 36' 2'' LU dan 98° 32' 55'' BT ) Kecamatan Sunggal,
hasil pengolahan data lapangan dari lokasi yang ditinjau. Studi penelitian
1. Tinjauan Pustaka
mengatasi banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini akan
pengaruh sistem drainase dalam mengatasi debit banjir pada lokasi penelitian
tersebut.
2. Pengumpulan Data
1. Data Primer
adalah data yang diperoleh dari sumber pertama/sumber data atau data yang
tinjauan ke lokasi dan data ini biasanya belum diolah. Disini peneliti
penelitian.
permasalahan ini, seperti jurnal, buku literatur, internet dan data-data yang
data yang diperoleh dari pihak kedua, data ini biasanya sudah dalam
keadaan diolah.
3. Pengolahan Data
pengolahan data. Data-data yang diperoleh dari hasil survei lapangan, hasil
analisa dan data-data yang telah di olah oleh suatu pusat penelitian akan di
4. Analisa Data
Dari hasil pengolahan, akan dilakukan analisa data sehingga dapat diperoleh
a. Analisa Hidrologi
Analisa ini berguna untuk mengetahui intensitas hujan rencana serta debit
b. Analisa Hidrolika
Identifikasi Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Analisa Data
Hasil
b. Wawancara
c. Analisis Data
Beberapa variabel dalam penelitian ini adalah intensitas curah hujan, luas
DAS penelitian, debit banjir pada kawasan penelitian, serta kapasitas drainase
berfungsi dengan baik serta pada kawasan tersebut terdapat cekungan sehingga
saat intensitas hujan tinggi maka sering terjadi banjir genangan. Semakin
sempitnya daerah resapan air juga menyebabkan volume limpasan air hujan
nasional antar provinsi antara Sumatera Utara dengan provinsi Aceh. Genangan
yang terjadi pada kawasan tersebut digambarkan pada skema jaringan drainase
berikut ini :
dilapangan :
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui debit limpasan air hujan pada
kawasan jalan Medan-Binjai km15 pada saat hujan. Untuk dapat melakukan
analisis ini maka diperlukan data curah hujan stasiun pengamatan pada wilayah
adalah data curah hujan harian maksimum. Curah hujan harian maksimum
diperoleh dari curah hujan harian Stasiun Meteorologi Klambir Lima Deli
Data-data curah hujan ketiga stasiun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Tandem Deli Serdang
TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
2006 18 20 35 47 50 60 20 34 59 52 70 70
2007 45 8 50 58 92 21 0 35 61 60 59 65
2008 10 3 45 75 48 20 141 50 30 72 50 32
2009 75 47 107 45 50 62 62 48 60 93 70 30
2010 35 28 23 71 47 58 103 70 21 103 68 97
2011 77 66 82 80 33 95 55 91 35 129 90 63
2012 41 62 50 104 86 48 45 48 47 62 42 43
2013 45 65 56 56 90 21 36 32 45 99 70 46
2014 5 9 21 12 49 60 30 62 89 72 50 84
2015 47 15 27 55 117 70 49 71 48 66 61 65
(Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Sampali Medan)
Tabel 4.4 Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Semayang Deli Serdang
TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
2006 27 31 20 25 80 75 27 30 60 65 45 90
2007 31 35 7 60 70 21 55 23 37 35 40 57
2008 31 35 19 45 27 17 25 35 51 60 125 45
2009 80 36 50 0 55 23 27 85 86 75 74 47
2010 28 4 27 35 65 67 51 37 55 37 33 45
2011 43 33 45 55 20 50 28 55 51 70 30 63
2012 25 90 40 25 35 30 55 45 73 65 45 70
2013 60 65 35 35 35 15 30 35 50 80 35 55
2014 10 9 25 20 62 45 16 77 65 62 45 88
2015 82 11 15 40 40 63 32 100 63 125 81 117
(Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Sampali Medan)
Metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan harian maksimum yaitu
metode rata-rata Aljabar karena DAS kecil (<500km2). Berdasarkan data curah hujan
Curah hujan tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar 118 mm. Data
urut hujan maksimum harian secara lengkap ditunjukkan tabel 4.6 dibawah ini :
Debit limpasan air hujan dianalisis dari curah hujan rencana yang terjadi
berdasarkan periode ulang hujan. Untuk memperoleh data curah hujan yang
terjadi berdasarkan periode ulang hujan tahun tertentu, maka perlu dilakukan
- Distribusi Normal
- Distribusi Gumbel
Tabel 4.7 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal
No Tahun CHH max (X i ) X rata-rata (X i -X rata-rata ) (X i -X rata-rata )2
1 2015 118 94.3 23.7 561.69
2 2011 113 94.3 18.7 349.69
3 2010 101 94.3 6.7 44.89
4 2014 98 94.3 3.7 13.69
5 2007 93 94.3 -1.3 1.69
6 2012 90 94.3 -4.3 18.49
7 2013 86 94.3 -8.3 68.89
8 2006 83 94.3 -11.3 127.69
9 2009 82 94.3 -12.3 151.29
10 2005 79 94.3 -15.3 234.09
∑ 943 1572.1
(Sumber : Hasil Perhitungan)
∑ X i 943
Dari data-data diatas didapat : X = = = 94.3 mm
n 10
Standar deviasi : S =
(
∑ Xi − X )
2
=
(1572.1) = 13.217
n −1 9
Reduksi Gauss)
Tabel 4.9 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal
No Tahun CHH max (X i ) Log X i Log X i rata-rata (Log X i -Log X rata-rata )2
1 2015 118 2.072 1.971 0.01021
2 2008 113 2.053 1.971 0.00677
3 2009 101 2.004 1.971 0.00112
4 2014 98 1.991 1.971 0.00042
5 2007 93 1.968 1.971 0.00001
6 2013 90 1.954 1.971 0.00027
7 2011 86 1.934 1.971 0.00132
8 2012 83 1.919 1.971 0.00268
9 2006 82 1.914 1.971 0.00325
10 2010 79 1.898 1.971 0.00536
∑ 943 19.708 0.03140
(Sumber : Hasil Perhitungan)
∑ LogX 19.708
Dari data-data diatas didapat : LogX = = = 1.971 mm
n 10
=
0.0314
= 0,059
n −1 9
Reduksi Gauss)
Tabel 4.10 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Normal
Kala Ulang Log X Kt S Log X Log X T X T (mm)
2 1.971 0 0.059 1.971 93.503
5 1.971 0.84 0.059 2.020 104.820
10 1.971 1.28 0.059 2.046 111.284
25 1.971 1.71 0.059 2.072 117.987
50 1.971 2.05 0.059 2.092 123.571
100 1.971 2.33 0.059 2.108 128.368
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Berikut hasil analisis curah hujan rencana dengan Distribusi Log Normal:
Log X 2 = 1.971
X 2 = 93.503 mm
Log X 5 = 2.020
X 5 = 104.820 mm
Log X 10 = 2.046
X 10 = 111.284 mm
Log X 25 = 2.072
X 25 = 117.987 mm
Log X 50 = 2.092
X 50 123.571 mm
X 100 = 128.368 mm
Tabel 4.11 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Pearson III
No Tahun CHH max (X) Log X Log X (Log X-Log X )2 (Log X-Log X )3
1 2015 118 2.072 1.971 0.01021 0.00103
2 2008 113 2.053 1.971 0.00677 0.00056
3 2009 101 2.004 1.971 0.00112 0.00004
4 2014 98 1.991 1.971 0.00042 0.00001
5 2007 93 1.968 1.971 0.00001 0.00000
6 2013 90 1.954 1.971 0.00027 0.00000
7 2011 86 1.934 1.971 0.00132 -0.00005
8 2012 83 1.919 1.971 0.00268 -0.00014
9 2006 82 1.914 1.971 0.00325 -0.00019
10 2010 79 1.898 1.971 0.00536 -0.00039
∑ 943 19.708 0.03140 0.00087
(Sumber : Hasil Perhitungan)
∑ LogX 19.708
Dari data-data diatas didapat : LogX = = = 1.971 mm
n 10
=
0.0314
= 0.059
n −1 9
( )
n
n ∑ log X − log X
3
10 × 0.00087
Cs = i =1
= = 0.584
(n − 1)(n − 2)(S Log X ) 3
9 × 8 × 0.059 3
K T = Faktor Frekuensi, nilainya bergantung dari T dan Cs atau G (lihat Tabel 2.3
Berikut hasil analisis curah hujan rencana dengan Distribusi Log Pearson III :
Log X 2 = 1.965
X 2 = 92.290 mm
Log X 5 = 2.018
X 5 = 104.265 mm
Log X 10 = 2.049
X 10 = 111.998 mm
Log X 25 = 2.085
X 25 = 121.637 mm
Log X 50 = 2.110
X 50 = 128.735 mm
X 100 = 135.803 mm
∑ X i 943
Dari data-data diatas didapat : X = = = 94.3 mm
n 10
Standar deviasi : S =
(
∑ Xi − X )
2
=
1572.1
= 13.217
n −1 9
Yn = 0.4952
Sn = 0.9497
X T = X + (K T ⋅ S)
0.3065 − 0.4952
K2 = = −0.199
0.9497
X 2 = 91.674 mm
1.4999 − 0.4952
K5 = = 1.058
0.9497
X 5 = 108.282 mm
2.2504 − 0.4952
K10 = = 1.848
0.9497
X 10 = 118.726 mm
3.1255 − 0.4952
K 25 = = 2.770
0.9497
X 25 = 130.905 mm
X 50 = 141.710 mm
4.6001 − 0.4952
K 100 = = 4.322
0.9497
X 100 = 151.426 mm
Dan selanjutnya hasil analisis curah hujan rencana dapat dilihat pada grafik
berikut:
140
120
100
Normal
80
Log Normal
60
Log Pearson III
40
Gumbel
20
0
2 5 10 25 50 100
Periode Ulang (Tahun)
Gambar 4.2 Grafik Curah Hujan Rencana Maksimum berbagai Periode Ulang
sampel data yang dianalisis. Dalam hal ini digunakan metode Chi-Kuadrat dan
Chi-Kuadrat :
= 1 + 3.3 log 10
= 4.3 ≈ 5 kelas
- Persentase 20%
1 1
P(X ) = 20% diperoleh T = = = 5 tahun
P(X ) 0.20
- Persentase 40%
1 1
P(X ) = 40% diperoleh T = = = 2.5 tahun
P(X ) 0.40
- Persentase 80%
1 1
P(X ) = 80% diperoleh T = = = 1.25 tahun
P(X ) 0.80
Tabel 4.19 Uji Distribusi Probabilitas Chi-Kuadrat Distribusi Log Pearson III
Kala Ulang Log X Kt S Log X Log X T X T (mm)
5 1.971 0.801 0.059 2.018 104.265
2.5 1.971 0.0322 0.059 1.973 93.913
1.67 1.971 -0.431 0.059 1.945 88.179
1.25 1.971 -0.8568 0.059 1.920 83.218
(Sumber : Hasil Perhitungan)
• Perhitungan nilai χ2
Keterangan tabel :
i 1
P(X i ) = = = 0.091
n + 1 10 + 1
X T = X + K T S ; sehingga
XT − X X −X
KT = atau K T = i
S S
Dimana K T = f(t)
Nilai X = 94.3 mm
Nilai S = 13.217
118 − 94.3
f(t) = = 1.793
13.217
untuk nilai f(t) = 1.793 maka luas wilayah dibawah kurve normal
Normal
Keterangan tabel :
i 1
P(X i ) = = = 0.091
n + 1 10 + 1
Dimana K T = f(t)
2.072 − 1.971
f(t) = = 1.711
0.059
Kolom (5) = Peluang teoritis = 1 – luas dibawah kurve normal sesuai nilai f(t),
untuk nilai f(t) = 1.711 maka luas wilayah dibawah kurve normal
Keterangan tabel :
i 1
P(X i ) = = = 0.091
n + 1 10 + 1
Dimana K T = f(t)
Cs = 0.584
2.072 − 1.971
f(t) = = 1.711
0.059
Kolom (5) = ditentukan berdasarkan nilai Cs dan nilai K T atau f(t) pada tabel
2.3
Keterangan tabel :
i 1
P(X i ) = = = 0.091
n + 1 10 + 1
X T = X + K T S ; sehingga
XT − X X −X
KT = atau K T = i
S S
Dimana K T = f(t)
Nilai X = 94.3 mm
Nilai S = 13.217
118 − 94.3
f(t) = = 1.793
13.217
T −1
kemudian berdasarkan rumus Yt = −Ln − Ln didapat
T
probabilitas
dan 0.041
• Jika jumlah data (n) = 10 dan α adalah 5% maka dari tabel 2.8 di dapat ΔP
kritis = 0,41
Oleh karena itu, distribusi probabilitas Normal, Log Normal, Log Pearson
III dan Gumbel dapat diterima untuk menganalisis data hujan, karena simpangan
baku maksimum pada uji smirnov-kolgomorof lebih kecil dari simpangan baku
dapat digunakan. Dalam penelitian ini digunakan distribusi Normal untuk data
Rumus menghitung intensitas curah hujan (I) yang digunakan adalah rumus
2/3
R 24
I = 24
24 t
2/3
94.3 24
I= = 107.947 mm/jam
24 10/60
berikut :
160
140
120
162,942 Int 2
100
221,354 Int 5
80 264.700 Int 10
325,199 Int 25
60
374,524 Int 50
40 427,659 Int 100
20
0
100
110
130
150
170
190
210
230
250
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Waktu (menit)
Metode rasional dapat digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Serta
intensitas hujan rencana yang dipakai adalah kala ulang 10 tahun. Berikut rumus
Q = 0,278 C.I.A
Dimana :
C = koefisien pengaliran
C 1ki = 0.6
2/3
R 24
I = 24
24 tc
0.87 × L
tc =
1000 × S
0.87 × 0.42
tc = = 0.359 jam
1000 × 0.0022
L 233
td = = = 5.513 menit = 0.092 jam
60V 60 × 1.27
2/3
111.217 24
I= = 76.368 mm/jam
24 0.359
Q = 0,278 (0,6)(76.368)(0.02455)
banjir pada saluran 1 kiri sebesar Qb 10tahun = 0.313 m3/detik. Untuk perhitungan
Tabel 4.33 Analisa Debit Banjir Drainase Kawasan Jln. Medan-Binjai km15
No A Ls tc td I Qb
S C
Saluran km2 km jam jam mm/jam m3/dtk
1 kiri 0.02455 0.42 0.0022 0.359 0.092 76.368 0.6 0.313
kiri 0.05665 0.223 0.0022 0.415 0.057 69.261 0.6 0.654
2
kanan 0.01133 0.223 0.0022 0.220 0.057 105.694 0.6 0.200
kiri 0.05607 0.328 0.0022 0.297 0.083 86.702 0.6 0.811
3
kanan 0.02398 0.328 0.0022 0.297 0.083 86.702 0.6 0.347
4 kiri 0.00584 0.16 0.0022 0.171 0.035 125.333 0.6 0.122
5 0.15957 0.16 0.0022 0.668 0.029 50.478 0.6 1.344
kiri 0.01805 0.217 0.0022 0.251 0.047 96.962 0.6 0.292
6
kanan 0.01870 0.217 0.0022 0.240 0.047 99.889 0.6 0.312
kiri 0.00704 0.152 0.0022 0.164 0.033 128.677 0.6 0.151
7
kanan 0.00356 0.152 0.0022 0.164 0.033 128.677 0.6 0.076
8 0.00557 0.11 0.0022 0.128 0.024 151.914 0.6 0.141
9 0.22644 0.201 0.0022 0.925 0.037 40.625 0.6 1.534
10 0.04104 0.216 0.0022 0.215 0.041 107.439 0.6 0.735
kiri 0.01261 0.243 0.0022 0.235 0.050 101.135 0.6 0.213
11
kanan 0.00888 0.243 0.0022 0.235 0.050 101.135 0.6 0.150
kiri 0.01106 0.362 0.0022 0.320 0.075 82.422 0.6 0.152
12
kanan 0.01117 0.362 0.0022 0.320 0.075 82.422 0.6 0.154
13 0.34211 0.259 0.0022 1.262 0.046 33.017 0.6 1.884
(Sumber : Hasil Perhitungan)
terhadap debit banjir 10 tahun yang terjadi dikawasan jln Medan-Binjai km15
Dari hasil analisa ada beberapa saluran yang perlu didesain ulang karena
dimensi saluran yang ada tidak mampu menampung debit banjir rencana dalam
yang tidak sesuai dengan kapasitas debit banjir rencana. Hanya sebagian saja yang
sesuai dengan kapasitas debit banjir rencana. Pada tabel 4.34 ada beberapa saluran
yang perlu didesain ulang karena dimensi saluran tidak sesuai dengan debit banjir
A
R=
P
A = B.h
P = B + 2h
memperdalam dimensi saluran pada sebagian drainase. Hal ini dilakukan dengan
dilokasi studi. Pertimbangan yang diambil yaitu ketersediaan lahan yang tidak
memenuhi dimana saluran drainase dan halaman rumah orang sudah berhimpitan.
n = 0.014
S = 0.0022
Untuk memenuhi debit rencana maka dengan cara coba-coba (trial error)
H = 0.6 m
B = 0.9 m
1
V = × 0.257 2 / 3 × 0.00221 / 2 = 1.355 m/dtk
0.014
Tabel 4.35 Desain Ulang Dimensi Drainase terhadap Debit Banjir 10 tahun
No B h A P R V Qs Qb Keterangan
n S
Saluran m m m2 m m m/dtk m3/dtk m3/dtk Qs>Qb
2ki 0.014 0.0022 0.9 0.6 0.54 2.1 0.25714 1.35477 0.732 0.654 OK
3ki 0.014 0.0022 1 0.6 0.6 2.2 0.27273 1.40897 0.845 0.811 OK
3ka 0.014 0.0022 0.7 0.5 0.35 1.7 0.20588 1.16814 0.409 0.347 OK
5 0.014 0.0022 1.2 0.75 0.9 2.7 0.33333 1.61065 1.450 1.344 OK
9 0.014 0.0022 1.2 0.8 0.96 2.8 0.34286 1.64119 1.576 1.534 OK
13 0.014 0.0022 1.9 0.6 1.14 3.1 0.36774 1.71967 1.960 1.884 OK
(Sumber : Hasil Perhitungan)
• Untuk saluran 3ka perubahan dimensi hanya pada h nya saja yaitu dengan
5.1 Kesimpulan
1. Data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini adalah data 10 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2006 s.d 2015 yang kemudian digunakan untuk
penelitian Tugas Akhir ini yang nilainya sebesar 111.217 mm untuk kala
ulang 10 tahun.
1. Saluran yang mampet karena sampah atau pun dipenuhi oleh sedimen
berbentuk cekungan serta saluran pembuang hanya ada satu, maka perlu di
perbesar agar saat banjir periode ulang diatas 10 tahun dapat dialirkan
Dewi Asrina Dayu, 2013, Analisis Kapasitas Saluran Drainase Sekunder Dan
Penanganan Banjir Di Jl Gatot Subroto Denpasar, (Jurnal), Universitas
Udayana Denpasar.
Kamiana I. Made, 2011, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Laula Billy, Irianto Djoni, 2014, Analisis Penanggulangan Banjir Pada Sistem
Drainase Di Jalan Semarang Kecamatan Bubutan Kota Surabaya – Jawa
Timur, (Jurnal), Universitas Negeri Surabaya.
Soewarno, 1995, Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data, Nova,
Bandung.
Suripin, Dr. Ir. M. Eng, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan,
Andi, Yogyakarta.
No.
Bentuk Penampang Saluran Keterangan
Saluran
1kiri ;
4 kiri ;
6 kiri ;
6 kanan ; Q saluran = 0.622 m3/dtk
7 kiri ;
7 kanan ;
8
2 kiri ;
2 kanan ;
3 kiri ; Q saluran = 0.306 m3/dtk
3 kanan
11 kiri ;
11 kanan ;
Q saluran = 0.754 m3/dtk
12 kiri ;
12 kanan