Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS SIFAT MEKANIK BAMBU DI WILAYAH MEDAN

DENGAN FINITE ELEMENT METHOD

TUGAS AKHIR

diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1


pada Departemen Teknik Sipil

HADIJAH UTAMI
14 0404 048

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS SIFAT MEKANIK BAMBU DI WILAYAH MEDAN
DENGAN FINITE ELEMENT METHOD
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelas Sarjana S1 pada
Departemen Teknik SIpil
HADIJAH UTAMI
14 0404 048

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Ir. Besman Surbakti, M.T.


NIP. 195410121980031004

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

M. Agung P. Handana, S.T., M.T. Rahmi Karolina, S.T., M.T.


NIP. 198212062010121005 NIP. 198203182008122001

Mengesahkan :
Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D


NIP. 197109142000121001

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Hadijah Utami
NIM : 14 0404 048
Departemen : Teknik Sipil FT USU
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir saya dengan Judul “Analisis
Sifat Mekanik Bambu di Wilayah Medan dengan Finite Element Method” bebas
plagiat.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari
terbukti terhadap plagiat dalam Tugas Akhir saya tersebut, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya perbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2018


Penulis,

Hadijah Utami
14 0404 048

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

“ANALISIS SIFAT MEKANIK BAMBU DI WILAYAH MEDAN


DENGAN FINITE ELEMENT METHOD”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis laukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain lain dalam penulisan Tugas Akhir ini, telah
penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tugas
Akhir ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2018


Penulis,

Hadijah Utami
14 0404 048

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Untuk digunakannya bambu di bidang konstruksi maka sifat mekanika


bambu yang digunakan sangat penting untuk diketahui. Beberapa sifat
mekanika bambu antara lain : kuat lentur fm,k, kuat tarik sejajar serat ft,0,k,
kuat tekan sejajar serat fc,0,k, kuat tekan tegak lurus serat fc,90,k, dan kuat
geser. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat mekanik bambu di
wilayah Medan yang terdapat di kabupaten Deli Serdang, Langkat, dan
Serdang Bedagai, dengan finite element method yang disimulasikan
menggunakan software ANSYS Workbench 15. Dan untuk mengetahui jenis
bambu apa yang meghasilkan tegangan terbesr.
Hasil dari analisis ini menunjukkan jenis bambu yang menghasilkan
tegangan terbesar di wilayah Deli Serdang yaitu bambu duri, di Wilayah
Langkat yaitu bambu Kuning, dan di Wilayah Serdang Bedagai yaitu bambu
betung.

Kata Kunci : Bambu, Sifat Mekanik, Finite Element Method, ANSYS.

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik
Sipil bidang studi Struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, dengan judul :

“Analisis Sifat Mekanik Bambu di Wilayah Medan dengan Finite Element


Method”

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan penting yaitu :

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, ayahanda Hariono dan Ibunda
Resniwati serta kepada kakak saya Rahayu Lestari dan adik saya Madina
Ummi, yang telah memberikan dukungan penuh serta mendoakan saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Besman Surbakti ST,MT, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan dukungan dalam bentuk waktu
dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Daniel R. Teruna, MT, PhD, IP-U, selaku koordinator Sub Jurusan
Struktur Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak M. Agung Putra Handana, ST,MT, selaku dosen pembanding saya.
6. Ibu Rahmi Karolina, ST,MT, selaku dosen pembanding saya.
7. Bapak Ir. Andi Putra Rambe, MBA, sebagai Sekretaris Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


9. Kepada partner skripsi saya Isnina Sakinah Siregar, yang menjadi teman
seperjuangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Teman terbaik saya Abdul Azis Harahap, Deni Yusriadi Hasibuan, Anggi
Syafitri, Fatimah Almadinah Siregar.
11. Buat teman-teman yang selalu membantu selama ini Yayang Haslika,
Mahadhir Tanjung, M. Rizky Indrawan, Abdany Sofran, dan Billy Wujaya.
12. Dan teman-teman saya lainnya angkatan 2014 yang telah membantu saya
dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
13. Kepada Taufik Hidayah Nasution yang telah meminjamkan laptopnya dalam
pembuatan Tugas Akhir ini.
14. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas
dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2018

Penulis

( Hadijah Utami )
14 0404 048

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.5 Batasan Masalah ......................................................................................4
1.6 Metodologi Penelitian..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Umum ......................................................................................................7
2.2 Jenis – Jenis Bambu...............................................................................12
2.3 Sifat Bahan Bambu ................................................................................18
2.3.1 Sifat Fisis Bambu.........................................................................19
2.3.2 Sifat Mekanis Bambu ..................................................................20
2.4 Metode Elemen Hingga .........................................................................24
2.4.1 Konsep Dasar Metode Elemen Hingga .......................................24
2.4.2 Bentuk Elemen pada Metode Elemen Hingga .............................25
2.4.3 Perangkat Lunak Metode Elemen Hingga ...................................27
2.4.3.1 Software ANSYS ............................................................28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Bagan Alir..............................................................................................33
3.2 Studi Literatur ........................................................................................34
3.3 Spesifikasi Benda Uji ............................................................................34
3.4 Pemodelan Benda Uji dengan Menggunakan Autocad 2013 ................37
3.5 Proses Simulasi dengan Software ANSYS Workbench ........................39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Umum ....................................................................................................49
4.2 Hasil Simulasi Menggunakan ANSYS Workbench 15……………….49
4.2.1 Wilayah Deli Serdang ..................................................................49
4.2.1.1 Bambu Blangke ..............................................................49
4.2.1.2 Bambu Kuning ................................................................52
4.2.1.3 Bambu Mayan.................................................................54

iv

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.4 Bambu Duri ....................................................................57
4.2.1.5 Bambu Hitam ..................................................................59
4.2.2 Wilayah Langkat..........................................................................62
4.2.2.1 Bambu Blangke ..............................................................62
4.2.2.2 Bambu Kuning ................................................................64
4.2.2.3 Bambu Mayan.................................................................67
4.2.3 Wilayah Serdang Bedagai ...........................................................69
4.2.3.1 Bambu Betung ................................................................69
4.2.3.2 Bambu Kuning ................................................................72
4.2.3.3 Bambu Nipis ...................................................................74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................77
5.2 Saran ......................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................80

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

BAB I
Tidak Terdapat Gambar

BAB II
Gambar 2.1 Bambusa Blumeana ( Bambu Duri ) ............................................. 14
Gambar 2.2 Bambusa Vulgaris ( Bambu Kuning ) ........................................... 14
Gambar 2.3 Dendrocalamus Asper (Bambu Betung ) ...................................... 15
Gambar 2.4 Gigantochloa Pruriens Widjaja (Bambu Regen) .......................... 15
Gambar 2.5 Gigantochloa Robusta Kurz (Bambu Mayan) ............................... 16
Gambar 2.6 Schizostachyum Bracyladum Kurz (Bambu Lemang) ................... 16
Gambar 2.7 Schizostachyum Zollingeri Steud (Bambu Nipis) .......................... 17
Gambar 2.8 Gigantochloa Atroviolacea (Bambu Hitam) ................................. 17
Gambar 2.9 Batang Bambu Menerima Gaya Tekan ......................................... 20
Gambar 2.10 Batang Bambu Menerima Gaya Sejajar Serat ............................... 21
Gambar 2.11 Batang Bambu Menerima Gaya Tegak Lurus Serat ...................... 21
Gambar 2.12 Batang Bambu Menerima Gaya Geser .......................................... 22
Gambar 2.13 Batang Bambu Menerima Beban Lentur ....................................... 23
Gambar 2.14 Elemen Satu Dimensi .................................................................... 26
Gambar 2.15 Elemen Dua Dimensi..................................................................... 26
Gambar 2.16 Elemen Tiga Dimensi .................................................................... 27
Gambar 2.17 ANSYS 15.0 Releasse ................................................................... 29

BAB III
Gambar 3.1 Small Sample Uji Tarik Sejajar Serat ............................................ 34
Gambar 3.2 Small Sample Uji Tekan Sejajar Serat .......................................... 35
Gambar 3.3 Small Sample Uji Geser Sejajar Serat ........................................... 35
Gambar 3.4 Small Sample Uji Kuat Lentur ...................................................... 36
Gambar 3.5 Langkah untuk Mengatur Satuan Pada Autocad ........................... 37
Gambar 3.6 Gambar 2D Benda Uji .................................................................. 37
Gambar 3.7 Proses Penggambaran 3D Benda Uji ............................................. 38
Gambar 3.8 Penggambaran Benda Uji Tekan ................................................... 38
Gambar 3.9 ANSYS Workbench 15.0 .............................................................. 39
Gambar 3.10 Penulisan Project Name pada ANSYS Workbench ...................... 40
Gambar 3.11 Engineering Data pada ANSYS Workbench ................................ 40
Gambar 3.12 Langkah-Langkah Membuat Gambar/Import Gambar .................. 41
Gambar 3.13 File Gambar dalam Bentuk Iges .................................................... 42
Gambar 3.14 Pemodelan Benda Uji .................................................................... 42
Gambar 3.15 Pemilihan Mesh ............................................................................. 45
Gambar 3.16 Pemberian Fix Support pada Model Benda Uji ............................. 46
Gambar 3.17 Pemberian Force pada Model Benda Uji ...................................... 47
Gambar 3.18 Pemilihan Solusi untuk Model Benda Uji ..................................... 48

vi

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.19 Solve untuk Model Benda Uji........................................................ 61

BAB IV
Tidak Terdapat Gambar

BAB V
Tidak Terdapat Gambar

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

BAB I
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Bambu yang Tumbuh di Kab. Deli Serdang, Kab.
Langkat, dan Kab. Serdang Bedagai ................................................ 13

BAB II
Tidak Terdapat Tabel

BAB III
Tidak Terdapat Tabel

BAB IV
Tidak Terdapat Tabel

BAB V
Tidak Terdapat Tabel

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Beton dan baja merupakan material utama bangunan karena sifatnya yang baik,
termasuk kekuatan, ketersediaan, dan harganya. Namun produksi mereka
membutuhkan energy dan sumber daya alam yang tinggi, dan dapat menyebabkan
kontaminasi lingkungan yang tinggi. Untuk alasan ini bidang penelitian berkelanjutan
mencoba untuk mengidentifikasi alternatif yang berbeda untuk material bangunan.
Pembangunan berkelanjutan mengenalkan konsep “ Green Building “ dengan
mengklasifikasikan struktur yang inovatif dan efisien didasarkan pada penggunaan
energy. Dan saat sekarang ini struktur kayu berada dalam ruang lingkup
pembangunan berkelanjutan dengan mengurangi dan mengganti beton dan baja
sebagai bahan utama bangunan. ( Castaneda Hernan dkk, 2016 )
Kebutuhan kayu bangunan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk. Dalam rangka mencegah kerusakan hutan yang semakin parah
karena meningkatnya produksi kayu, Pemerintah telah memperketat aturan
penebangan hutan untuk kayu produksi. Agar sumber daya kayu tidak terus
berkurang, terutama di daerah tropis. Dengan memfokuskan perhatian pada
kebutuhan untuk mengidentifikasi pengganti material yang dapat diperbaruhi, ramah
lingkungan dan secara luas dapat dimanfaatkan, yaitu dengan memanfaatkan bambu.
Bambu merupakan salah satu jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan
struktur bangunan serta perabot rumah tangga di daerah tropis sejak beberapa abad
yang lalu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bambu telah berfungsi sebagai
salah satu kebutuhan manusia, baik untuk perumahan maupun untuk perabotan rumah
tangga. Konstruksi bambu mudah untuk membangun, tahan terhadap gaya gempa,
dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan.
Pemilihan bambu sebagai bahan bangunan karena bambu memiliki kelebihan
yaitu, harganya yang rendah, kemudahan untuk memperolehnya, memiliki bobot

Universitas Sumatera Utara


yang ringan, bersifat elastis, dan tampilan yang lebih memiliki nilai estetika yang
tidak dimiliki oleh material lain. Selain itu bambu merupakan bahan alami yang
berasal dari alam, sehingga sisa penggunaan limbahnya dapat dengan mudah
diuraikan kembali oleh alam, sehingga bahan bambu merupakan bahan yang sangat
ramah lingkungan. Bambu juga memiliki kelemahan yaitu usia pakai yang relative singkat
akibat ekspose perubahan lingkungan, sehingga penggunaan bambu sebagai elemen struktur
harus terlindung.
Agar suatu bahan dapat dipakai secara optimum maka sifat mekanik bahan itu
harus dipahami . Tanpa pemahaman sifat mekanik, pemakaian bahan dapat
berlebihan sehingga dari segi ekonomi akan boros. Sedangkan pemakaian dengan
ukuran terlalu kecil akan membahayakan pemakainnya. Jika sifat mekanika bahan
telah dikuasai, maka dapat dipikirkan cara mengatasi kelemahannya serta
memanfaatkan sifat-sifat unggulnya. Dalam penelitian ini, Bambu yang akan
dianalisis sifat mekaniknya adalah sampel bambu yang diambil dari daerah
Kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai.

Sifat Mekanis Bambu


Dalam pemanfaatannya di bidang konstruksi Indonesia, bambu tidak hanya
digunakan untuk elemen – elemen non-struktural melainkan juga untuk elemen-
elemen struktural (Permono, 2010). Untuk digunakannya bambu di bidang konstruksi
maka sifat mekanika bambu yang digunakan sangat penting untuk diketahui.
Beberapa sifat mekanika bambu antara lain : kuat lentur fm,k, kuat tarik sejajar serat
ft,0,k, kuat tekan sejajar serat fc,0,k, kuat tekan tegak lurus serat fc,90,k, kuat geser fv
(CEN, 2003 dan BSN, 2002).

Metode Elemen Hingga ( Finite Elemen Method )


Metode Elemen Hingga adalah suatu metode numeric untuk menyelesaikan
sebuah persamaan diferensial atau integral. MEH didasarkan pada ide dalam
membangun objek kompleks atas satuan sederhana atau membagi objek kompleks
atas satuan-satuan kecil yang mudah ditangani. ( Liu, 2003 )

Universitas Sumatera Utara


Dalam Metode Elemen Hingga dikenal istilah “ Dikritisasi “ yaitu proses
pemodelan dari struktur/objek dengan membaginya dalam elemen-elemen kecil (
finite elemen ) yang terhubung oleh titik-titik (nodes) yang digunakan oleh elemen-
elemen tersebut sebagai batas dari struktur/objek. Dan persamaan dari seluruh system
dibentuk dari penggabungan persamaan elemen-elemennya. Untuk masalah struktur,
penyelesaian yang didapat adalah deformasi (displacement) pada setiap titik (nodes)
yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan besaran-besaran regangan (strain)
dan tegangan (stress).
Penyelesaian dari Metode Elemen Hingga umumnya menggunakan metode
matriks, dan memerlukan perhitungan yang sangat banyak dan berulang-ulang dari
persamaan yang sama. Sehingga, diperlukan sarana computer dan bahasa
pemograman. Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan perangkat
lunak ANSYS dalam penyelesaian persamaan Metode Elemen Hingga dengan
pemodelan 2 dimensi dan 3 dimensi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah adalah langkah penting untuk membatasi masalah yang
akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sifat mekanis, yaitu kuat tarik, kuat tekan, kuat lentur, dan
kuat geser dari setiap jenis bambu yang berasal dari Kabupaten Langkat,
Deli Serdang, dan Serdang Bedagai yang dianalisis dengan cara Finite
Elemen Method menggunakan software ANSYS.
2. Bagaimana perilaku tekuk bambu disaat ruas bambu dilubangi.

Universitas Sumatera Utara


I.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :


1. Menganalisa Sifat Mekanik Bambu dengan Finite Elemen Method.
2. Mengatahui beban tekan kritis batang bambu dari masing – masing jenis
bambu yang ada di kabupaten daerah penelitian.
3. Mengetahui perbedaan perilaku tekuk bambu yang ruas bambu dilubangi
dengan bambu normal.
4. Untuk mengklasifikasikan jenis bambu yang mempunyai sifat mekanik
yang baik dan buruk.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
bagi perkembangan kayu, antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat mekanis bambu yang berada di wilayah di sekitar Medan
2. Mengetahui jenis dan asal bambu yang tebaik untuk digunakan sebagai
batang tekan/kolom.

I.5 BATASAN MASALAH

Dalam Penyelesaian penelitian ini tentunya banyak parameter yang berkaitan dan
perlu di lakukan batasan masalah yang hanya dilakukan dalam tugas akhir ini.
Adapun batasan masalah tersebut antara lain:

1. Bambu yang akan analisa adalah sampel bambu yang diambil dari daerah
Kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai;
2. Sampel bambu yang akan dianalisis adalah sampel yang tidak diawetkan;
3. Analisis dilakukan dengan Finite Elemen Method menggunakan software
ANSYS dengan pemodelan 3 dimensi untuk mengetahui sifat mekanis masing
masing jenis bambu.

Universitas Sumatera Utara


4. Analisis yang dilakukan pada sampel bambu adalah kuat tarik sejajar serat,
kuat tekan sejajar serat, lentur dan elastisitas, kuat geser.

1.6 METODOLOGI PENELITIAN

Secara singkat tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dijabarkan pada
langkah-langkah Metode Penelitian merupakan tahapan, proses, urutan ataupun alur
kerja untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Metode Penelitian
yang dilakukan pada penelitia ini dilakukan diawali dengan pengumpulan sampul
bambu yang berasal dari daerah Kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Serdang
Bedagai .
Secara singkat tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dijabarkan pada
langkah-langkah berikut ini :

a. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mempelajari beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Studi awal adalah untuk memetakan daerah tumbuh
tanaman bambu beserta jenisnya di kabupaten – kabupaten area penelitian.
Kemudian dilanjutkan dengan penelitian sifat mekanisnya, terutama mengenai
sifat mekanis bambu yang telah dilakukan peneliti – peneliti sebelumnya.

b. Pengumpulan sampel bambu


Pengumpulan sampel diambil dari daerah penghasil bambu yang berada di daerah
sekitar medan, yaitu :

1. Kabupaten Langkat
Terdapat 6 (enam) jenis tanaman bambu yang tumbuh di Kabupaten ini. Setiap
daerah penghasil bambu akan dikunjungi untuk pengambilan sampel.
2. Deli Serdang
Terdapat 13 (tiga belas) jenis tanaman bambu yang tumbuh di Kabupaten ini.
Setiap daerah penghasil bambu akan dikunjungi untuk pengambilan sampel.

Universitas Sumatera Utara


3. Serdang Bedagai.
Terdapat 6 (enam) jenis tanaman bambu yang tumbuh di Kabupaten ini. Setiap
daerah penghasil bambu akan dikunjungi untuk pengambilan sampel.

Gambar 1.1 Peta Penyebaran Jenis – Jenis Bambu Di Wilayah Sumatera Utara
Bagian Timur Saputri ( 2013 )

c. Analisis dengan Finete Element Method menggunakan ANSYS


Analisis sifat mekanik bambu dilakukan pada kondisi :
• kuat tarik sejajar serat
• kuat tekan sejajar serat
• lentur dan elastisitas
• kuat geser
• tekan struktural
d. Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Bambu merupakan tanaman tahunan yang sering diberi julukan rumput


raksasa. Tanaman penghasil rebung ini memang termasuk dalam famili rumput-
rumputan (gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman
bambu dimasukkan ke dalam subfamili bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya,
bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai beberapa
jenis atau spesies (Berlian dan Estu, 1995).
Jumlah yang ada di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari
keseluruhan yang ada di dunia (Uchimura, 1980). Di seluruh dunia diperkirakan ada
sekitar 1.000 jenis bambu dimana Indonesia memiliki 142 jenis, baik yang endemik
(hanya terdapat di satu kawasan) maupun yang tersebar di Asia Tenggara (Rahardi
2008).
Tanaman bambu tersebar di seluruh kawasan nusantara. Bambu dapat tumbuh
di daerah iklim basah sampai kering, dari dataran rendah hingga ke daerah
pegunungan dan biasanya di tempat-tempat terbuka yang daerahnya bebas dari
genangan air. Tanaman ini hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku, pada setiap
ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan
buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga memungkinkan
untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya, selain tunas-tunas
rumpunnya (Batubara, 2002).
Menurut Barli (1999) dalam Pasaribu (2007), bambu memiliki keunikan dan
keindahan tersendiri sebagai pengganti kayu. Secara anatomis, bambu berbeda
dengan kayu. Profil bambu antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk batang bulat, lancip dan tidak ada pertumbuhan ke samping (radial growth)
seperti pada kayu.

Universitas Sumatera Utara


2. Batangnya melengkung di bagian ujung sebagai akibat beban daun. Bagian batang
yang lurus kurang lebih 2/3 dari keseluruhan panjang batang.
3. Batangnya berlubang, berbuku, beruas, kuat, ulet dan mudah dibelah atau disayat.
4. Kulit batang tidak mengelupas, melekat kuat dan sukar ditembus oleh cairan.
Pengulitan relatif sukar dan sampai saat ini belum ada alat mekanis yang dapat
dipakai.
5. Dalam keadaan utuh, relatif sukar atau lambat kering. Apabila pengeringan terlalu
cepat akan mengalami pecah atau retak.

Kelebihan Bambu
Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada.
Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar akar yang memungkinkan
untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping
tunas-tunas rimpangnya. Menurut Wahyudin (2008), setidaknya ada tiga kelebihan
bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan, antara lain:
1. Tumbuh dengan cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang
singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu
dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk
mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu
memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen
akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung
secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu
ini akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah
ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menggantinya
dengan pohon yang baru.

Universitas Sumatera Utara


2. Tebang pilih
Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk
digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Tebang
habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang
yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan
didapatkan kualitas bambu yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan yang
diinginkan, selain itu akan memutuskan regenerasi bambu itu sendiri. Metode
tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini
sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu yang sesuai dengan yang
diinginkan dan kelangsungan pertumbuhan bambu akan berjalan tetap.

3. Meningkatnya volume air bawah tanah


Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur
akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik.
Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air
hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90%.

Kelemahan Bambu

Kelemahan bambu terdapat pada sifat dari keawetannya. Keawetan


bambu adalah daya tahan bambu terhadap berbagai faktor perusak bambu
terhadap serangan rayap, kumbang bubuk atau hama bubuk dan jamur perusak
bambu. Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan dengan kayu.
Ketahanan bambu tergantung pada kondisi iklim dan lingkungan. Bambu
tanpa perlakuan khusus dapat bertahan antara satu sampai tiga tahun jika
berinteraksi dengan tanah dan udara, jika berinteraksi dengan air laut usianya
kurang dari satu tahun. Jika diawetkan usianya bisa mencapai 4-7 tahun dan
dalam kondisi tertentu bisa mencapai 10-15 tahun (Swara, 1997).

Universitas Sumatera Utara


Bambu mempunyai bentuk tidak prismatis, ukuran diameter serta jarak ruas
tidak seragam sepanjang batang, sehingga hal ini menjadikan bambu sangat unik dan
artistik, tetapi aplikasi bambu sebagai batang struktural menjadi sulit (Rahayu dan
Berliana, 1995).
Parenkim dan sel penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian dalam
dari kolom, sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada bagian luar, sedangkan
susunan serat pada ruas penghubung antar buku memiliki kecenderungan bertambah
besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang (Dransfield dan Widjaja,
1995).
Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi
kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun bahkan rebungnya
dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. (Berlian dan Estu, 1995).
Menurut Berlian dan Estu (1995), batang bambu merupakan bagian yang
paling banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan. Di Indonesia, sekitar
80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi dan selebihnya
dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri
pulp dan kertas serta keperluan lainnya.
Batang bambu dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, juga
sebagai komponen konstruksi jembatan dan pipa saluran air. Pada bangunan rumah
sederhana, bambu dapat digunakan untuk lantai, tiang, dinding, atap maupun langit-
langit. Bambu sebagai bahan bangunan dapat berbentuk bulat untuk bagian struktur
seperti tiang maupun anyaman untuk bahan dinding dan langit-langit (Idris et al.,
1994).
Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industri
kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk keperluan hiasan dan perabot
rumah tangga. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan untuk industri pulp dan
kertas (Berlian dan Estu, 1995).
Pengolahan bambu tergantung pada penggunaan/pemanfaatannya. Saat ini ada
beberapa produk olahan bambu, seperti bambu lapis, bambu lamina, papan semen dan
arang bambu (Batubara, 2002).

10

Universitas Sumatera Utara


Bambu merupakan salah satu dari beberapa material atau bahan konstruksi
yang sudah cukup lama dikenal di masyarakat. Sebagai material bangunan, bambu
sangat mudah didapatkan bahkan di pelosok-pelosok desa bambu telah menjadi
tanaman ‘wajib’ penghias pekarangan. Tanaman rakyat ini dikenal pertumbuhannya
sangat cepat, bambu dengan kualitas tinggi dapat diperoleh pada umur 2 sampai 5
tahun. (Morisco, 1999) Panennya pun cukup ramah lingkungan. Proses panen yang
masih menyisakan rumpun bambu tidak mengganggu keseimbangan kondisi tanah
sehingga erosi dapat dihindari.
Seperti diketahui bahwa Indonesia termasuk sebagai daerah rawan gempa
sehingga penggunaan bambu sebagai material bangunan lebih baik karena strukturnya
yang ringan menyebabkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran gempa.
Meski ringan bambu memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika berdasarkan
penelitian yang dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan tarik bambu
lebih tinggi dari tegangan luluh baja.
Tanaman bambu di Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl dan pada umumnya ditemukan di
tempat-tempat terbukan yang bebas dari genangan air.Bambu mempunyai ruas dan
buku dimana pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil
dibandingkan dengan buluhnya sendiri.Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga
pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan
setiap ruasnya disamping tunas-tunas rimpangnya (Krisdianto dkk, 2000).
Di Indonesia tanaman bambu tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe
curah hujan A, B, C, D sampai E menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, atau dari
iklim basah sampai iklim kering. Makin basah tipe iklimnya, makin banyak jumlah
jenis bambunya. Kemungkinan hal ini berkaitan erat dengan banyaknya curah hujan
karena tanaman bambu tergolong jenis tumbuhan yang banyak memerlukan air.
Keadaan ini dapat dilihat dari banyaknya tanaman bambu yang tumbuh di pinggir
sungai (Sutiyono et al, 1996).

11

Universitas Sumatera Utara


2.2 Jenis – Jenis Bambu

Menurut Sharma (1980) dalam Sutiyono et al. (1996), terdapat 75 genus dan
1250 spesies bambu di dunia. Di Indonesia dikenal ada 9 genus bambu, antara lain:
Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, Melocanna, Nastus,
Phyllostachys, Schizostachyum dan Thysostachys. Namun Berlian dan Estu (1995)
berpendapat bahwa di dunia terdapat 75 genus dan 1500 spesies bambu dan
menambahkan satu genus lagi yang terdapat di Indonesia, yaitu Dinochloa.
Saputri (2013) telah melakukan penelitian biodiversitas dan distribusi bambu
di Sumatera Utara Bagian Timur dan untuk mengetahui hubungan kemiripan jenis –
jenis bambu di Sumatera Utara Bagian Timur berdasarkan ciri morfologi. Dalam
penelitian ini dilakukan penelitian bambu di wilayah Sumatera Utara pada Kabupaten
Deli serdang, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Deli Serdang.
Berikut merupakan tabel jenis bambu yang terdapat di Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Serdang Bedagai

12

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Jenis-Jenis Bambu yang Tumbuh di Kab. Deli serdang, Kab. Langkat dan
Kab. Serdang Bedagai

Lokasi
No Jenis Bambu ket
1 2 3
1. Bambusa blumeana ( Bambu duri ) - - √ W
2. Bambusa glaucescens ( Bambu pagar ) - - √ P
3. Bambusa glaucophylla ( Bambu putih ) - - - P
4. Bambusa vulgaris ( Bambu kuning ) √ √ √ P/W
5. Bambusa multiplex ( bambu pancing ) - - √ P/W
6. Dendrocalamus asper ( Bambu Betung ) √ √ √ P/W
7. Gigantochloa atroviolacea ( Bambu Hitam ) - - √ W
8. Gigantochloa atter ( Bambu atter ) √ √ √ W
9. Gigantochloa achmadii - √ √ P/W
10. Gigantochloa pruriens ( Bambu regen ) - √ √ P/W
11. Gigantochloa robusta ( Bambu mayan ) √ √ √ W
12. Schizostachyum bracycladum ( Bambu lemang ) √ √ √ P/W
13. Schizostachyum zolingeri ( Bambu nipis ) √ - √ W
14. Schizostachyum sp. - - - W
15. Thyrsostachys siamensis ( Bambu jepang ) - - √ P

Keterangan :

1 = Kabupaten Serdang Bedagai


2 = Kabupaten Langkat
3 = Kabupaten Deli Serdang
√ = Ditemukan
- = Tidak Ditemukan
W = Wild ( Liar )
P = Planted ( Budidaya )

13

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Bambusa Blumeana ( Bambu Duri )
( sumber : Guadua Bamboo )

Gambar 2.2 Bambusa Vulgaris ( Bambu Kuning )


( Sumber : Bambooweb.info )

14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Dendrocalamus Asper ( Bambu Betung )
( Sumber : Flickr.com )

Gambar 2.4 Gigantochloa pruriens widjaja ( Bambu Regen )


( Sumber : Biodiversity Warriors )

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Gigantochloa Robusta Kurz ( Bambu Mayan )
( Sumber : Peta Digital Bambu Indonesia )

Gambar 2.6 Schizostachyum Bracycladum Kurz ( Bambu Lemang )


( Sumber : Ethnobiology Letter )

16

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Schizostachyum Zollingeri Steud ( Bambu Nipis )
( Sumber : Bamboo Web )

Gambar 2.8 Gigantochloa Atroviolacea ( Bambu Hitam )


( Sumber : Bamboo Land Nursery and Parklands )

17

Universitas Sumatera Utara


2.3 Sifat Bahan Bambu

Bambu bersifat higroskopis seperti halnya kayu, yakni kandungan air di


dalam sel-selnya tergantung pada suhu dan kelembaban udara di sekitarnya. Bagian
buku bambu mangandung kadar air lebih kecil dibandingkan bagian ruas. Pada
bambu tua, kadar air pangkal batang lebih besar daripada bagian ujung dengan
perbedaan berkisar antara 50% atau lebih. Berat jenis bambu bervariasi (0,5-0,8) juga
bergantung pada ukuran sel, ketebalan dinding sel dan hubungan antara jumlah sel
berbagai bentuk (Yap 1967).
Sebagai bahan konstruksi alami, bambu mempunyai sifat – sifat fisis dan
mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh
karena itu, dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit
banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat – sifat tersebut tersebut agar dalam
penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.
Sifat-sifat mekanis bambu dipengaruhi oleh jenis, umur, tempat tumbuh dan
posisi dalam batang.Keteguhan lentur, tekan dan tarik daridinding barnbu bagian luar
lebih besar daripada pada bagian dalam (Syafii, 1984).
Haygreen dan Bowyer (1982) dalam Jainal 2001 menyatakan bahwa kekuatan
dan ketahanan terhadap perubahan suatu bahan disebut sebagai sifat-sifat
mekanisnya. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikulbeban atau
gaya.
Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk
dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah,
mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut.
Selain itu tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun
bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan saat Hiroshima dijatuhi
bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang
masih dapat bertahan hidup. Ditambah lagi sifat bambu elastis sehingga struktur
bambu mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.

18

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Sifat Fisis Bambu
Physical Properties atau Sifat fisis adalah sifat yang berhubungan dengan
faktor-faktor dalam yang bekerja pada benda itu sendiri. Sifat fisis bambu ditentukan
oleh faktor dalam yang meliputi :
1. Banyaknya zat dinding sel yang ada pada bambu,

2. Susunan dan arah mikrofibril dalam sel-sel,

3. jaringan-jaringan dan Susunan kimia zat dinding sel.

4. Lingkungan pertumbuhan dan asalnya.

• Kadar Air Bambu


Bambu termasuk zat higroskopis, artinya bambu mempunyai
afinitas terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kayu atau bambu
mempunyai kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari
suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Menurut Liese (dalam
Pathurahman, 1998), kandungan air dalam batang bambu bervariasi baik arah
memanjang maupun arah melintang. Hal itu tergantung dari umur, waktu
penebangan dan jenis bambu.
Kadar air dinyatakan sebagai kandungan air yang berada dalam
bambu. Namun bambu selalu berusaha mencapai keseimbangan, EMC
(Equilibrium Moisture Content). Semua nilai sifat-sifat kekuatan bambu
meningkat seiring dengan menurunnya kadar air dan berkolerasi positif
dengan berat jenis.

• Berat Jenis Bambu


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan bambu adalah
berat jenis bambu. Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara berat
kering tanur suatu benda terhadap berat suatu volume air yang sama dengan
volume benda itu.

19

Universitas Sumatera Utara


Berat jenis bambu merupakan banyaknya zat kayu atau zat dinding sel.
Bambu yang mempunyai berat jenis besar berarti mempunyai jumlah zat
dinding sel persatuan volume besar. Selanjutnya zat kayu ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain tebal dinding sel, besarnya sel dan jumlah sel
berdinding tebal.

2.3.2 Sifat Mekanis Bambu


Sifat mekanis adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan dan
merupakan ukuran kemampuan bahan untuk menahan Gaya luar (Membebani benda
tersebut) yang bekerja padanya dan cenderung untuk merubah bentuk dan ukurannya.
Sifat mekanis meliputi Kuat Tarik, Kuat Tekan, Kuat Geser dan Kuat Lentur.

• Kuat Tarik Bambu


Kuat tarik bambu yaitu suatu ukuran kekuatan bambu dalam hal
kemampuannya untuk menahan gaya-gaya yang cederung menyebabkan
bambu itu terlepas satu sama lain. Kekuatan tarik dibedakan menjadi dua
macam yaitu kekuatan tarik tegak lurus serat dan kekuatan tarik sejajar serat.
Kekuatan tarik sejajar arah serat merupakan kekuatan tarik yang terbesar pada
bambu. Kekuatan tarik tegak lurus serat mempunyai hubungan dengan
ketahanan bambu terhadap pembelahan (Yododibroto, 1979).
Janssen (1980) menyatakan bahwa kekuatan tarik bambu akan
menurun dengan meningkatnya kadar air, kekuatan tarik maksimum bagian
luar bambu paling besar dibandingkan dengan bagian-bagian yang lain.

Gambar 2.9 Batang Bambu Menerima Gaya Tarik

20

Universitas Sumatera Utara


• Kuat Tekan Bambu
Kekuatan tekan merupakan kekuatan bambu untuk menahan gaya dari
luar yang datang pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau
menekan bagian-bagian bambu secara bersama-sama (Pathurahman, 1998) .
Gaya tekan yang bekerja sejajar serat bambu akan menimbulkan bahaya tekuk
pada bambu sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan
menimbulkan retak pada bambu.

Gambar 2.10 Batang Bambu Menerima Gaya Sejajar Serat

Gambar 2.11 Batang Bambu Menerima Gaya Tegak Lurus Serat

Kekuatan tekan bambu semakin tinggi dari pangkal menuju ujung,


sesuai dengan meningkatnya jumlah serat sklerenkim yang merupakan
pendukung utama keteguhan bambu dan dipengaruhi oleh berat jenis dan
masa dari bambu tersebut.

21

Universitas Sumatera Utara


Jadi kekuatan tekan dari bambu meningkat dari pangkal menuju ujung
seiring dengan berkurangnya kadar air/kenaikan berat jenis dari bambu
tersebut juga diakibatkan prosentase kulit (bagian yang keras) terhadap tebal
dinding pada ujung lebih besar dari pangkal.

Beberapa hal penting tentang Kuat Tekan sejajar arah serat bambu
pada beberapa jenis bambu :
- Keteguhan tekan sejajar arah serat pada bambu berumur 3 tahun
ternyata lebih tinggi dari pada keteguhan sejenis pada bambu berumur
6 tahun.

- Keteguhan tekan sejajar arah serat mengalami peningkatan sejalan


dengan meningkatnya posisi vertikal contoh uji dari pangkal ke arah
ujung batang. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerapatan berkas
pengangakutan yang semakin meningkat pula mengikuti peningkatan
posisi vertikal pada batang.

- Keteguhan tekan sejajar arah serat tidak berpengaruh oleh kehadiran


nodia pada contoh uji.

• Kuat Geser
Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal
kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu
bergeser dari bagian lain didekatnya.

Gambar 2.12 Batang Bambu Menerima Gaya Geser

22

Universitas Sumatera Utara


Kekuatan geser berbeda-beda pada tebalnya dinding batang bambu
(kekuatan geser pada dinding bambu 10 mm menjadi 11% lebih rendah
daripada dinding bambu setebal 6 mm), dan pada bagian ruas dan bagian di
antara ruas batang bambu. Bambu berumur 5 tahun mempunyai keteguhan
tekan sejajar serat tertinggi.
Nilai kuat geser bambu memiliki prinsip dan hubungan yang sama
dengan kuat tekan bambu dimana kekuatan geser bambu juga turut
dipengaruhi oleh berat jenis bambu dan masa serat dari bambu itu sendiri.

• Kuat Lentur Bambu


Kuat Lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan
lentur (Beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-
tengah bahan yang di tumpu pada kedua ujungnya tanpa terjdi perubahan
bentuk yang tetap.
Kuat Lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kuat
Lentur statik dan kuat Lentur pukul. Kuat Lentur statik menunjukkan
kekuatan bambu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan,
sedangkan kuat Lentur pukul adalah kekuatan bambu dalam menahan gaya
yang mengenainya secara mendadak.

Gambar 2.13 Batang Bambu yang Menerima Beban Lentur

23

Universitas Sumatera Utara


Balok bambu yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila
menerima beban berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas
balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan
tarik yang besar (lihat Gambar II.6). Akibat tegangan tarik yang melampaui
batas kemampuan bambu maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.

2.4 Metode Elemen Hingga

2.4.1 Konsep Dasar Metoda Elemen Hingga

Konsep yang mendasari Metoda Elemen Hingga (Finite Element Method untuk
selanjutnya disingkat FEM) bukanlah hal yang baru. Prinsip "discretization"
dipergunakan hampir pada semua bentuk usaha manusia. Barangkali kebutuhan untuk
"discretizing” atau membagi sesuatu menjadi bentuk yang lebih kecil dan dapat
dimengerti timbul dari keterbatasan manusia, dalam arti manusia tidak dapat mengerti
atau menjangkau sekelilingnya dalam totalitasnya. Dengan perkataan lain kita
membagi (discretize) alam atau sesuatu phenomena menjadi bagian-bagian kecil, dan
penyatuan secara keseluruhan yang kita bayangkan akan merupakan sesuatu yang
dapat menstimulir keadaan tersebut secara menyambung. Umumnya pada pandangan
seperti ini akan terjadi suatu unsur penyimpangan atau kesalahan, tetapi prosedur
FEM tersebut merupakan pendekatan praktis dengan toleransi penyimpangan yang
dapat diterima.
Para sarjana Sipil tertarik untuk menganalisa pengaruh gaya, temperatur dan
aliran air atau angin terhadap besaran-besaran seperti deformasi, tegangan,
temperatur, tekanan dan kecepatan air dan sebagainya. Sifat-sifat distribusi pengaruh
tersebut, dalam suatu massa tergantung daripada karakteristik sistem gaya dan sistem
massa itu sendiri.
Tujuan kita adalah untuk mendapatkan distribusi pengaruh-pengaruh tersebut.
Untuk memudahkan pengertian, baik kita gunakan istilah deformasi u untuk
mengganti istilah ‘pengaruh’. Untuk problem lain mungkin kita gunakan istilah
temperatur T atau fluid head  .

24

Universitas Sumatera Utara


Kita anggap bahwa distribusi deformasi u sulit dicari dengan cara konvensional
dan kita perlu menggunakan FEM yang berdasarkan konsep "diskretisasl”. Kita bagi
suatu massa atas sejumlah daerah-daerah kecil yang disebut "finite element" atau
elemen hingga.
Untuk analisa tegangan deformasi dari massa tersebut dalam kesetimbangan
akibat beban luar, pengertian kepada elemen ini mengenai penurunan dari hubungan
beban - kekakuan bahan. Untuk menurunkan hubungan ini kita gunakan
prinsip-prinsip yang mempengaruhi massa itu. Karena tujuan utama kita adalah
mencari distribusi dari u, kiti ingin menyatakan prinsip-prinsip tersebut dengan
besaran u. Hal ini kita capai dengan memilih pola atau bentuk dari distribusi u
tersebut atas sebuah elemen.

2.4.2 Beberapa Bentuk Elemen dalam Metode Elemen Hingga

1. Elemen Satu Dimensi


• Elemen Garis

Tipe elemen ini yang paling sederhana memiliki dua titik nodal, masing-
masing pada ujungnya, disebut elemen garis linier. Dua elemen lainnya
dengan orde yang lebih tinggi, yang umum digunakan adalah elemen garis
kuadratik dengan tiga titik nodal dan elemen garis kubik dengan empat buah
titik nodal.

a. Kubik b. Kuadratik

25

Universitas Sumatera Utara


c. Linear

Gambar 2.14 Elemen 1 dimensi

2. Elemen dua dimensi


• Elemen Segitiga
• Elemen quadrilateral

Elemen orde linier pada masing-masing tipe ini memiliki sisi berupa
garis lurus, sedangkan untuk elemen dengan orde yang lebih tinggi
dapat memiliki sisi berupa garis lurus, sisi yang berbentuk kurva
ataupun dapat pula berupa kedua-duanya.

Gambar 2.15 Elemen 2 dimensi

3. Elemen tiga dimensi


• Elemen tetrahedron
• Elemen parallelepiped

26

Universitas Sumatera Utara


Sama seperti tipe-tipe elemen yang telah disebutkan sebelumnya, kecuali
untuk orde linier, elemen-elemen ini dapat memiliki sisi yang berbentuk
kurva. Pada simulasi ini elemen yang dipilih adalah elemen tetrahedron.

Gambar 2.16 Elemen tiga dimensi

2.4.3 Perangkat Lunak Metode Elemen Hingga

Elemen hingga adalah idealisasi matematika terhadap suatu sistem dengan


membagi objek menjadi elemen-elemen diskrit yang kecil dengan bentuk yang
simpel. Metode elemen hingga adalah teknik yang sangat dominan pada structural
mechanics. Ada banyak perangkat lunak analisis elemen hingga yang digunakan di
industri saat ini dari beraneka disiplin ilmu teknik termasuk mechanical
engineering. Dan solusi yang tepat untuk masalah-masalah itu adalah “CAD/
CAE”. CAD (Computer Aided Design) atau Merancang Berbantuan Komputer
adalah proses perancangan model yang cepat dan akurat, sedangkan CAE
(Computer Aided Engineering) atau Rancang-Bangun Berbantuan Komputer
adalah proses analisis dan simulasi tegangan yang mudah dan efektif.

Pernagkat lunak untuk penyelesaian kasus metode elemen hingga yang


tersebar di seluruh penjuru negeri bahkan di seluruh dunia dengan berbagai mutu
dan kemudahan yang berbeda-beda. Sebagai contoh dari perangkat lunak yang
digunakan untuk penyelesaian dalam kasus elemen hingga adalah ANSYS,
MSC.NASTRAN, ABAQUS, LSDYNA, CATIA dan lainnya. Pengguna perangkat
lunak FEM (Finite Element Method) kemudian terbiasa melihat GUI (graphic user
interface) dimana suatu benda didiskritisasi menjadi sekian puluh bahkan hingga

27

Universitas Sumatera Utara


ribuan elemen. Istilah baru kemudian muncul yaitu Finite Element Modeling,
karena pengguna hanya memodelkan fisik suatu benda dengan elemen-elemen
kecil, mendefinisikan sifat-sifat material, memberikan kondisi batas dan
pembebanan, kemudian tinggal menjalankan perangkat lunak. Hal ini yang
dinamakan pre – processing. Fase post – processing biasanya lebih sulit karena
pengguna diharapkan bisa menginterpretasikan hasil, menganalisis angka dan fisik
yang dihasilkan dan melakukan troubleshooting jika hasilnya kurang memuaskan.

2.4.3.1 Software ANSYS

Metode elemen hingga merupakan salah satu metode numerik yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah struktural, termal dan elektromagnetik.
dalam metode ini seluruh masalah yang kompleks seperti variasi bentuk, kondisi
batas dan beban diselesaikan dengan metode pendekatan. karena keanekaragaman
dan fleksibilitas sebagai perangkat analisis, metode ini mendapat perhatian dalam
dunia teknik.

Metode elemen hingga adalah suatu alat numerik yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah teknik seperti persamaan diferensial dan integral dengan
metode pendekatan. Metoda itu mula-mula dikembangkan untuk mempelajari tentang
struktur dan tekanan (Clough 1960) dan kemudian berkembang pada masalah
mekanika kontinu (Zienkiewicz dan Cheung 1965).

ANSYS adalah program paket yang dapat memodelkan elemen hingga untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mekanika, termasuk di dalamnya
masalah statik, dinamik, analisis struktural (baik linier maupun nonlinier), masalah
perpindahan panas, masalah fluida dan juga masalah yang berhubungan dengan
akustik dan elektromagnetik.

28

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.17 Ansys 15.0 Releasse

ANSYS merupakan aplikasi desain yang digunakan dan diakui secara


Internasional untuk mensimulasikan Finite Element Model dan Analisis guma
memudahkan pemilik proyek, insinyur, dan design engineer untuk secara cepat
membangun model penuh berdasarkan kebutuhan proyek.

ANSYS yang awalnya berasal dari nama produk komersial ANSYS


Mechanical atau ANSYS Multiphysic, keduanya peralatan software analisis elemen
hingga dengan bantuan komputer yang dikembangkan oleh ANSYS Inc. Perusahaan
tersebut sebenarnya mengembangkan produk software untuk teknik dengan bantuan
komputer, akan tetapi lebih dikenal dengan produk komersial ANSYS Mechanical &
ANSYS Multiphysic.

Untuk pengguna tingkat akademik ANSYS Inc menyediakan versi


nonkomersial ANSYS Multiphysic seperti ANSYS University Advanced dan
ANSYS University Research. ANSYS Mechanical, ANSYS Multiphysic and variasi
nonkomersialnya secara umum yang digunakan dalam akademik adalah alat analisis
yang berisi pre-processing (pembuatan bentuk geometrik, meshing), solver dan
modul post-processing dalam satu kesatuan Graphic User Interface.

29

Universitas Sumatera Utara


Dalam aplikasinya ANSYS dapat dibagi menjadi dua menurut dimensinya,
yaitu:

a. ANSYS Classic

ANSYS ini menyelesaikan problema dalam 2 dimensi seperti sistem solid


dalam bidang 2 dimensi dan perpindahan panas dalam 2 dimensi.

b. ANSYS Workbench

ANSYS ini menyelesaikan problema dalam 3 dimensi seperti sistem solid


dalam 3 dimensi dan masalah aliran fluida pada pipa dalam 3 dimensi.

ANSYS merupakan salah satu software yang digunakan untuk menganalisis


berbagai macam struktur, aliran fluida, dan perpindahan panas dari beberapa software
analisisis yang lain yaitu Nastran, CATIA, Fluent, dan yang lain. Ada tiga analisis
utama yang dibahas pada buku ini yaitu analisis struktur, aliran fluida, dan
perpindahan panas yang sangat sering dijumpai dalam keilmuteknikan. Agar materi
yang dibahas di buku ini dapat diikuti dengan baik, maka sebaiknya pembaca harus
memiliki dasar (basic) tentang keilmuan di atas.

Penyajian materi dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari menggambar


benda (objek) sampai dilakukannya penganalisisan dan diperoleh hasilnya. Secara
umum penyelesaian elemen hingga menggunakan ANSYS dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu :

1. Preprocessing (Pendefinisian Masalah)

Masalah adalah bagian terpenting dalam suatu proses riset, karena masalah
dapat menghadirkan petunjuk berupa jenis informasi atau defenisi yang
nantinya akan sangat kita butuhkan.

Jika diartikan kedalam bahasa indonesia Pre- artinya sebelum dan Processor-
artinya pemroses. Preprocessing merupakan tahapan awal dalam mengolah
data input sebelum memasuki proses tahapan utama. Pada tahap pertama ini,

30

Universitas Sumatera Utara


dilakukan pendefinisian dari objek yang nantinya akan diproses pada tahap
selanjutnya.

Langkah umum dalam preprocessing terdiri dari :

(i) mendefinisikan keypoint/lines/areas/volume dari objek,

Dalam hal ini, pendefinisian diatas harus dilakukan setelah


dilakukannya pemodelan terlebih dahulu. Pemodelan merupakan
proses menggambar ataupun mengimport gambar benda atau objek
yang akan didefinisikan kedalam lembar kerja.

(ii) mendefinisikan tipe elemen dan bahan yang digunakan/sifat geometric


dari objek, dan

(iii) mendefinisikan mesh lines/areas/volumes sebagaimana dibutuhkan.


Jumlah detil yang dibutuhkan akan tergantung pada dimensi daerah
yang dianalisis, ie.,1D, 2D, axisymetric dan 3D.

2. Solution / Assigning Loads, Constraints, and Solving

Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan


agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin
tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).

Pada tahap ini, perlu dilakukan penentuan beban, model pembebanan (titik
atau luasan), constraints (translasi dan rotasi) dan kemudian menyelesaikan
hasil persamaan yang telah diset pada objek.

3. Postprocessing/ Further Processing and Viewing of The Results

31

Universitas Sumatera Utara


Postprocessing adalah langkah akhir dalam suatu analisis berupa visualisasi
yang memungkinkan penganalisis untuk mengeksplor data. Hal yang
dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data
hasil simulasi yang bisa berupa gambar, kurva, dan animasi.

Dalam bagian ini pengguna mungkin dapat melihat :

(i) daftar pergeseran nodal,

(ii) gaya elemen dan momentum,

(iii) plot deflection dan diagram kontur tegangan (stress)

32

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bagan Alir

MULAI

Studi Literatur

Spesifikasi Benda Uji

Pemodelan Benda Uji


dengan program Autocad
2013

Desain Benda Uji

Desain secara numerik


dengan program ANSYS
Workbench V.15

Hasil & Kesimpulan

Selesai

33

Universitas Sumatera Utara


3.2 Studi Literatur

Studi literatur dimulai dengan mengumpulkan berbagai informasi dan data


data tentang teori bambu yang meliputi teori umum bambu, mechanical properties
bambu,metode elemen hingga. Selain itu penulis juga mempelajari tata cara dalam
penggunaan program Autocad yang digunakan untuk pemodelan benda uji dalam
bentuk 3D dan tata cara penggunaan program ANSYS Workbench dalam mendesain
benda uji yang telah dimodelkan secara 3D tersebut melalui buku-buku, jurnal-
jurnal dan pengguna ANSYS Workbench itu sendiri.

3.3 Spesifikasi Benda Uji

Menentukan bentuk benda uji yang akan di desain, yaitu :

Gambar 3.1. Small Sample Uji Tarik Sejajar Serat

34

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2. Small Sample Uji Tekan Sejajar Serat

Gambar 3.3. Small Sample Uji Geser Sejajar Serat

35

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4. Small Sample Uji Kuat Lentur

36

Universitas Sumatera Utara


3.4. Pemodelan Benda Uji dengan Menggunakan Autocad 2013

Langkah-langkah dibawah ini dipakai penulis dalam menggambarkan Benda


Uji melalui software autocad 2013, yaitu :

1. Pengaturan Satuan
Untuk mengatur satuan yang akan kita gunakan dalam menggambar yaitu
dengan menggunakan tool units kemudian pilih satuan yang ingin kita
gunakan. Dalam hal ini penulis menggunakan satuan millimeter (mm).

Gambar 3.5. Langkah untuk Mengatur Satuan pada Autocad


2. Penggambaran 2D Benda Uji.
Dalam proses penggambaran benda uji ini penulis menggunakan tool line,
ellips, circle dan kemudian gambar benda uji sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.

Gambar 3.6. Gambar 2D Benda Uji

37

Universitas Sumatera Utara


3. Penggambaran 3D Benda Uji
Setelah selesai menggambarkan gambar 2D, penulis melanjutkan untuk
menggambar 3D benda uji. Dalam proses menggambar 3D benda uji
terlebih dahulu penulis mengubah tampilan autocad menjadi tampilan 3D,
kemudian menggunakan tool presspull dan kemudian penulis memasukkan
seberapa panjang gambar 2D yang akan dipresspull.

Gambar 3.7. Proses Penggambaran 3D Benda Uji

Dalam membuat benda uji untuk tes tekan penulis menggunakan tool
subtrack untuk membuat lubang seperti bambu.

Gambar 3.8. Penggambaran Benda Uji Tekan

38

Universitas Sumatera Utara


3.5. Proses Simulasi Benda Uji dengan Software ANSYS Workbench

Adapun software yang digunakan adalah ANSYS 15.0 dengan basis metode
elemen hingga. Langkah simulasi dengan menggunakan program ANSYS dapat
dilakukan dalam 3 golongan proses pengerjaan yaitu: Preprocessing, solution, dan
post processing. Data-data yang dimasukkan kedalam simulasi diambil dari data-
data pengujian eksperimental. Untuk penjelasan langkah lebih lanjut sebagai
berikut:

1. Ansys Workbench
Aktifkan menu ANSYS workbench 15 dengan mengklik icon
ANSYS workbench pada program ANSYS.

Gambar 3.9. ANSYS Workbench 15.0

Lalu pilih static structural (ANSYS) dari toolbox, dan klik dua kali
static structural pada icon tersebut. Selanjutnya klik dua kali pada project
name dan beri judul sesuai apa yang akan disimulasikan. Misalnya pada
saya beri nama “ Bambu Betung (Tekan)” seperti pada gambar.

39

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.10. Penulisan Project Name pada ANSYS workbench

2. Engineering Data

Engineering data material dapat diisi sesuai dengan masukan data


yang diinginkan dengan mengklik dua kali pada Engineering Data atau
dengan klik kanan pada bagian Engineering Data dan pilih Edit. Sehingga
akan muncul

Gambar 3.11. Engineering Data pada ANSYS Workbench

40

Universitas Sumatera Utara


Dalam simulasi ini material yang digunakan yaitu material bambu,
karena bambu merupakan jenis kayu maka masukkan jenis material dengan
cara yaitu dengan klik Toolbox General Materials kemudian pilih material
wood . Setelah data diisi klik icon upgrade to project setelah di upgrade
maka klik icon Return to Project

3. Geometry
Membuat desain gambar dan geometri dilakukan dengan cara klik
dua kali atau dengan cara klik kanan pada menu geometri lalu pilih new
geometri seperti pada gambar.

Gambar 3.12. Langkah-Langkah membuat gambar/import gambar

Dalam hal ini gambar benda uji telah dibuat pada software autocad
2013. Untuk memasukkannya ke dalam ANSYS kita harus menyimpan
gambar autocad tersebut dalam bentuk iges. Setelah itu klik import geometry
lalu klik browse dan kita pilih gambar yang telah kita simpan tadi.

41

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.13. File Gambar dalam Bentuk Iges

Lalu setelah itu klik dua kali pada menu Model, lalu akan mucul
sebagai berikut

Gambar 3.14. Pemodelan Benda Uji

42

Universitas Sumatera Utara


4. Mesh
klik kanan pada toolbar mesh, kemudian pilih generate mesh,
seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.15 (a). Untuk hasil meshingnya
diperlihatkan pada gambar 3.15 (b).

(a) (b)

Gambar 3.15. Pemilihan Mesh

(a) Pemilihan mesh, (b) Hasil Meshing

5. Menentukan Fix Support dan gaya (Force)


Pilih toolbar fix support kemudian tentukan bagian yang ingin di
fix support, seperti terlihat pada gambar berikut.

(a)

43

Universitas Sumatera Utara


(b)

(c)

Gambar 3.16. Pemberian Fix Support pada Model Benda Uji


(a) Pemilihan Fix Support (b) Pemilihan Area Fix Support (c) Apply Fix
Support

Setelah memberikan fix support maka selanjutnya kita berikan


gaya terhadap sumbu x pada benda uji seperti pada gambar di bawah ini.

44

Universitas Sumatera Utara


(a)

(b)

(c)

45

Universitas Sumatera Utara


(d)

Gambar 3.17. Pemberian Force pada Model Benda Uji


(a)Pemilihan Force (b) Pemilihan Area Force (c) Apply Force (d)
Pemberian Beban Force

6. Solution
Untuk mendapatkan hasil simulasi maka right klik pada menu
solution, kemudian pilih solusi yang ingin dicari seperti yang terlihat pada
gambar 3.19

(a)

46

Universitas Sumatera Utara


(b)

(c)

Gambar 3.18. Pemilihan Solution untuk Model Benda Uji


(a) Deformation (b) Stress (c) Strain

47

Universitas Sumatera Utara


7. Solve

Setelah memilih toolbar solve berarti keseluruhan pengerjaan


analisa dinamik dengan software ANSYS telah selesai, pada tahap ini
tentunya akan memakan sedikit waktu oleh komputer untuk melakukan
komputasi perhitungan secara Finite Elemen Method (FEM). Dan setelah
itu akan didapat hasilnya.

Gambar 3.19. Solve untuk Model Benda Uji

48

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Dalam penelitian ini, benda uji bambu disimulasi dengan program ANSYS
Workbench 15, berupa small sample dengan simulasi pengujian kuat tekan sejajar
serat, kuat Tarik sejajar serat, kuat geser, kuat lentur. Hasil simulasi pengujian ini
adalah berupa respon dari benda uji dalam bentuk tegangan.

4.2 Hasil Simulasi dengan Menggunakan ANSYS Workbench 15

4.2.1. Wilayah Deli Serdang


4.2.1.1. Bambu Blangke
1. Tekan tanpa buku

Tegangan Maximum = 35,5 MPa

49

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan dengan buku

Tegangan Maximum = 31,2 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 168,98 MPa

50

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 26,467 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 62,995 MPa

51

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.2. Bambu Kuning
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 46,698 MPa


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 36,26 MPa

52

Universitas Sumatera Utara


3. Tarik

Tegangan Maximum = 195,08 MPa


4. Geser

Tegangan Maximum = 31,64 MPa

53

Universitas Sumatera Utara


5. Lentur

Tegangan Maximum = 78,157 MPa

4.2.1.3. Bambu Mayan


1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 47,055 MPa

54

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 36,805 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 173,88 MPa

55

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 35,291 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 55,076 MPa

56

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.4. Bambu Duri
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 49,33 MPa

2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 47,089 MPa

57

Universitas Sumatera Utara


3. Tarik

Tegangan Maximum = 207,89 MPa

4. Geser

Tegangan Maximum = 48,442 MPa

58

Universitas Sumatera Utara


5. Lentur

Tegangan Maximum = 78,824 MPa

4.2.1.5. Bambu Hitam


1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 30,336 MPa

59

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 19,9 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 152,99 MPa

60

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 28,563 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 34,872 MPa

61

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Bambu wilayah Langkat
4.2.2.1. Bambu Blangke
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 45,808 MPa

2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 25,218 MPa

62

Universitas Sumatera Utara


3. Tarik

Tegangan Maximum = 136,38 MPa

4. Geser

Tegangan Maximum = 11,348 MPa

63

Universitas Sumatera Utara


5. Lentur

Tegangan Maximum = 48,952 MPa

4.2.2.2. Bambu Kuning


1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 58,33 MPa

64

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 42,475 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 182,49 MPa

65

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 19,923 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 59,203 MPa

66

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.3. Bambu Mayan
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 44,973 MPa

2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 36,339 MPa

67

Universitas Sumatera Utara


3. Tarik

Tegangan Maximum = 152,51 MPa

4. Geser

Tegangan Maximum = 24,694 MPa

68

Universitas Sumatera Utara


5. Lentur

Tegangan Maximum = 59,113 MPa

4.2.3. Bambu Wilayah Serdang Bedagai


4.2.3.1. Bambu Betung
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 50,039 MPa

69

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 37,793 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 246,32 MPa

70

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 20,387 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 59,076 MPa

71

Universitas Sumatera Utara


4.2.3.2. Bambu Kuning
1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 47,648 MPa

2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 32,127 MPa

72

Universitas Sumatera Utara


3. Tarik

Tegangan Maximum = 156,44 MPa

4. Geser

Tegangan Maximum = 17,252 MPa

73

Universitas Sumatera Utara


5. Lentur

Tegangan Maximum = 31,337 MPa

4.2.3.3. Bambu Nipis


1. Tekan ( tanpa buku )

Tegangan Maximum = 26,085 MPa

74

Universitas Sumatera Utara


2. Tekan ( dengan buku )

Tegangan Maximum = 35,746 MPa

3. Tarik

Tegangan Maximum = 153,37 MPa

75

Universitas Sumatera Utara


4. Geser

Tegangan Maximum = 25,147 MPa

5. Lentur

Tegangan Maximum = 39,289 MPa

76

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil simulasi dengan menggunakan program ANSYS Workbench 15
didapat hasil sebagai berikut :
a. Wilayah Deli Serdang
Pada wilayah Deli Serdang bambu yang menghasilkan tegangan
tertinggi yaitu jenis bambu duri.

• Kuat tekan (tanpa buku) = 49,33 MPa


• Kuat tekan (dengan buku) = 47,089 MPa
• Kuat Tarik = 207,89 MPa
• Kuat geser = 48,442 MPa
• Kuat Lentur = 78,824 MPa

b. Wilayah Langkat
Pada wilayah Langkat bambu yang menghasilkan tegangan tertinggi
yaitu jenis bambu kuning.

• Kuat tekan (tanpa buku) = 58,33 MPa


• Kuat tekan (dengan buku) = 42,475 MPa
• Kuat Tarik = 182,49 MPa
• Kuat geser = 19,923 MPa
• Kuat Lentur = 59,203 MPa

c. Wilayah Serdang Bedagai


Pada wilayah Serdang Bedagai bambu yang menghasilkan tegangan
tertinggi yaitu jenis bambu betung.

• Kuat tekan (tanpa buku) = 50,039 MPa


• Kuat tekan (dengan buku) = 37,793 MPa

77

Universitas Sumatera Utara


• Kuat Tarik = 246,32 MPa
• Kuat geser = 20,387 MPa
• Kuat Lentur = 59,076 MPa

2. Jika dilihat dari kuat tekan bambu tanpa buku dengan kuat tekan bambu
dengan buku, maka tegangan yang dihasilkan bambu tanpa buku lebih
besar dibandingkan bambu dengan buku.

5.2. Saran

1. Sebaiknya sebelum melakukan Analisa perhatikan terlebih dahulu


spesifikasi PC yang akan kita gunakan, karena spesifikasi PC harus sesuai
dan mendukung untuk software ANSYS Workbench 15 sehingga software
tersebut dapat berjalan dengan baik.
2. Dalam menganalisa bambu dengan menggunakan software ANSYS
Workbench ini, sebaiknya kumpulkan terlebih dahulu data engginering
bambu yang lengkap. Karena pada software ANSYS Workbench ini data
engineering bambu tidak terdapat secara otomatis.
3. Untuk menganalisa sample bambu dengan menggunakan kulit atau dengan
menggunakan buku bambu, perlu adanya data spesifik khusus tentang kulit
dan buku bambu untuk keperluan data engineeringnya. Karna merupakan
material yang berbeda.
4. Diharapkan penelitian ini dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

78

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Fu, Yang., Fang, Hai., & Dai, Fengyu. 2017. Study on The Properties of The
Recombinant Bmaboo by Finite Element Method. Composites Part B 115 (2017)
151-159

Castaneda, Hernan., Bjarnadottir, Sigridur. 2016. Analysis of The Bolted


Connection of a Bamboo Composite I-Shape Beam Subjected to Bending. Procedia
Engineering 145 (2016) 769-803

Fang, Hai., Sun, Huiming. Dkk. 2015. Mechanical Performance of Innovative


GFRP-Bamboo-Wood-Sandwich Beams : Experimental and Modelling
Investigation. Composites Part B 79 (2015) 182-196

Tao Li, Hai., Wen su, Jing. Dkk. 2015. Mechanical Performance of Laminated
Bamboo Column Under Axial Compression. Composites Part B 79 (2015) 374-382

Armandei, Mojtaba., Darwish, Ibrahim Fathi., Ghavami, Khosrow. 2015.


Experimental Study on Variation of Mechanical Properties of a Cantilever Beam
of Bamboo. Construction and Building Materials 101 (2015) 784-790

Setyo, Nor Intang., Satyarno, Iman. Dkk. Sifat Mekanika Bambu Petung
Laminasi. 2014. Dinamika Rekayasa Vol.10 No. 1 Februari 2014 ISSN 1858-3075

Andini Saputri. Biodiversitas Bambu di Sumatera Utara Bagian Timur, 2013


Tesis Program Magister Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara

Ni Komang Ayu Artiningsih. Pemanfaatan Bambu Pada Konstruksi Bangunan


Berdampak Positif Bagi Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian 17 Agustus
1945 Semarang

Katali, I .2008. Metode Elemen Hingga Untuk Skeletal. Jakarta: RajaGrafindo


Persada.

79

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai