2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4725
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH KADAR AMONIAK PADA LATEKS ALAM DALAM
PENGOLAHAN RIBBED SMOKE SHEET (RSS) DI PT.PERKEBUNAN
NUSANTARA III KEBUN SARANG GITING
KARYA ILMIAH
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2017
KARYA ILMIAH
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, September 2017
Diketahui
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing,
Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja Saya sendiri, kecuali
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya Karya Ilmiah ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Karya Ilmiah iniberjudul “Pengaruh kadar amoniak pada lateks alam
dalam pengolahan ribbed smoked sheet di PT.Perkebunan Nusantara III Sarang
Giting”, Dimana Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai
penyelesaian jenjang pendidikan Diploma III Kimia di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Karya Ilmiah ini disusun dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting. Karya Ilmiah ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh Ahli Madya dari program studi D-3
Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
Hormat Kami
ABSTRAK
Lateks adalah suatu cairan putih yang menyerupai susu yang mengandung (20-
30%) butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan posfolipid. Lateks dapat
diolah menjadi karet dalam pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS). Pengolahan
lateks dilakukan dengan menggunakan koagulan dan antikoagulan. Pengolahan
Ribbed Smoked Sheet (RSS) menggunakan NH3 sebagai antikoagulan dan
analisis kadar NH3 lateks sangat berguna untuk melihat kondisi lateks masih baik
atau tidak. Jika kadar NH3 yang terkandung dalam lateks tinggi maka asam
formiat yang digunakan rendah,karena menghindari penggumpalan lateks,
menghindari terjadinya pembusukan akibat pertumbuhan bakteri dan jika kadar
NH3 rendah maka asam formiat yang digunakan tidak boleh tinggi, karena akan
menghasilkan kualitas karet yang buruk.
ABSTRACT
Latex is a white liquid that resembles milk containing (20-30%) rubber granules
surrounded by a layer of protein and phospholipids. Latex can be processed into
rubber in the processing of Ribbed Smoked Sheet (RSS). Latex treatment is
performed using coagulant and anticoagulant. Processing of Ribbed Smoked
Sheet (RSS) using NH3 as an anticoagulant and analysis of NH3 latex content is
very useful to see the latex condition is still good or not. If the NH3 content is
contained in high latex then the formic acid used is low, as it avoids latex clotting,
avoids decay due to bacterial growth and if NH3 levels are low then the formic
acid used should not be high, as it will result in poor rubber quality.
Halaman
PERSETUJUAN I
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara
pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh
penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal ke-16, sampai saat itu karet masih
belum menarik perhatian orang-orang Eropa. Karet tumbuh secara liar di lembah-
lembah sungai Amazone, dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk
perkebunan besar karet baru dimulai di Sumatera pada tahun 1902 dan di Jawa
pada tahun 1906. Sejak saat itulah perkebunan karet mengalami perluasan yang
di luar Jawa, yang masih banyak tanah ladang yang mudah dijadikan perkebunan
Semua karet yang berasal dari alam dibentuk dari unit dasar yang sama
yaitu C5H8 yang merupakan suatu senyawa hidrokarbon molekul individual dari
senyawa ini dikenal sebagai “Isoprena”, molekul karet alam didapat dari pohon
Hevea yang tersusun dari banyak unit isoprena yang berikatan bersama dimana
karet yang penulis bahas masih berupa lembaran karet. Lembaran karet dibuat
dari bahan olah lateks kebun yang memiliki kadar karet 25-40 % yang
prakoagulasi,zat anti koagulan ada beberapa macam seperti soda atau natrium
bahaya zat tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam
NH3 zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena
konsentrasi logam, dan juga amoniak digunakan untuk pemantapan lateks. Untuk
(T.Austin,1985).
Kadar NH3 apabila kurang atau lebih maka dapat berpengaruh pada mutu
dari lembaran karet yang dihasilkan sehingga dapat merugikan pihak perusahaan.
pada lateks alam dalam pengolahan RSS di PTPN III Kebun Sarang Giting.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Formiat pada proses pengolahan RSS di PTPN III Kebun Sarang Giting maka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lateks
Lateks adalah suatu cairan putih yang menyerupai susu yang mengandung (20-
30%) butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan posfolipid. Sifat mekanik
dari muatan partikel karet, secara alami sangat dipengaruhi oleh zat-zat lainnya
yang semula sudah ada pada lateks. Kandungan zat-zat yang bukan karet yang
terdiri dari senyawa-senyawa protein, lipid, karbohidrat, anion organik dari ion-
ion logam.
Karet atau lateks alam adalah suatu polimer dari isoprena. Nama kimia dari
H2C=C-CH=CH2
ǀ
CH3
oleh protein dan fospolipid yang terdispersi didalam serum. Protein dan
fospolipida yang terdispersi didalam serum protein yang terdapat pada lapisan luar
memberi muatan negatif kepada partikel karet pada pH netral. Titik isoelektrik
karbohidrat, lipida, anion anorganik dan ion ion logam. Kandungan protein yang
terdapat didalam lateks segar berkisar antara 1,0-1,5 % (b/v) dan sekitar 20 % dari
protein tersebut teradsorbsi pada partikel karet dan sebagian larut dalam serum.
Ion-ion logam atau ion-ion anorganik dijumpai dalam lateks seperti ion Ca2+,
partikel karet tersebut bermuatan listrik. Protein terdiri asam amino yang satu
sama lainnya terikat oleh ikatan peptida, asam amino tersebut adalah ion yang
basa). Sifat-sifat ini dijadikan dasar untuk terjadinya proses koagulasi apabila
lateks karet tersebut. Pada pH sekitar 4,2-4,7 protein yang menyelubungi partikel
karet menjadi tidak bermuatan yaitu pada titik isoelektrik, dimana harga
Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik, kualitas dan
hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang
baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya
lentur yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah.
Daya tahan karet terhadap benturan, goresan dan koyakan sangat baik. Namun
karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi
dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-
bahan kimia seperti bensin, minyak tanah. Karena sifat fisik dan daya tahannya,
Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi Negara
penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan
Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Walaupun
Belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru
dan tersebar di beberapa daerah. Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai
tersebut di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat.Pertama kali jenis yang
ditanam adalah karet rambung atau Ficus elastic. Jenis karet Havea (Havea
brasiliensis) baru nditanam tahun 1902 di daerah Sumatera Timur. Jenis ini baru
pertama yang memulai menanam karet dalam suatu perkebunan yang dikelola
Malaysia. Perusahaan Sociente Financiere des Caotchoues dari Belgia pada tahun
karet Indonesia mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1937. Waktu itu
Indonesia memiliki luas hutan karet seluas 3,3 juta hektar yang merupakan
hutan karet terluas didunia. Namun, ekspor karet Indonesia jauh lebih rendah
Salah satu penyebab kurangnya produksi karet alam Indonesia adalah rusak dan
tidak produktifnya hutan karet Indonesia. Hingga pertengahan tahun 2007, hutan
karet Indonesia yang rusak mencapai 400.000 hektar. Budidaya perkebunan karet
memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, antara lain
sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 1,7 juta tenaga kerja lainnya (Tim
1. Karet alam
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari- hari maupun
dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat
dari karet alam antara lain aneka ban kendaraa, sepatu karet, pipa karet, kabel,
sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahanan getaran. Karet bisa juga
dipakai untuk dudukan tahanan mesin, pemakaian karet pada pintu, kaca pintu,
kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan
elastis dan tidak menimbulakan suara berisik dapat dipakai sebagai tali kipas
mesin, sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan lain-lain.
Alat –alat rumah tangga dan kantor sepertin kursi, lem perekat barang,
selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus
mennggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat. Beberapa alat olahraga seperti
banyak yang terdapat didalamnya banyak yang dibuat dari bahan ini. Alas lantai
dari karet dapat dibentuk dengan bermacam-macam warna dan desain yang
menarik.
2. Karet sintesis
Karet sintesis memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam,
sintesis. Bahan baku sebagian besar karet sintetis adalah minyak bumi. Beberapa
terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin,
minyak, membran, seal, gasket, serta barang lain yang banyak dipakai untuk
pengangkut.
yang memiliki sifat pengolahan dari thermoplastik. Penggunaan karet TPR sudah
semakin luas antara lain sebagai dashboard atau bumper kendaraaan roda empat.
Umumnya material ini digunakan untuk mengganti logam dan plastik (Yayasan
Karet,1983).
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang
keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaaat lain. Manfaat ini
bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain adalah kayu atau batang
pohon karet.(Spillane,1989).
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh
dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah
karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar ( bahan olah
karet rakyat) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun
karet.
a. Lateks Kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggunaan entah itu dengan tambahan atau
tanpa bahan pemantap ( anti koagualan ). Lateks kebun yang baik harus
2. Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu .
5. Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun
b. Sheet angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet yang sudah digiling tetapi
belum jadi sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%, tingkat
c. Lump segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara ilmiah dalam mangkok penampungan lateks, lup
segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 50%, tingkat ketebalan pertama 40
olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang
b. Karet konvensional
c. Lateks pekat
d. Karet bongkah
g. Karet reklim
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh
dibawah karet sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam
sintetis adalah:
terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan
menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar.
Komponen kolodial yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang
hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan-bahan
enzim saja, melainkan juga hal-hal dari seperti keadaan cuaca dan sistem
Perbedaan antara jenis pohon yang ditanam akan menghasilkan lateks yang
terjadinya prakoagulasi.
suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil,cara kerjanya adalah
enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap.
dapat berada dipepohonan,udara tanah, dan air atau menempel pada alat-alat
yang digunakan,lateks yang berasal dari pohon karet yang segar atau baru
saat musim hujan,itulah sebabnya penyadapan pada saat musim hujan sering
e. Kondisi tanaman
Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau yang telah tua bisa
f. Air sadah
Air sadah memiliki reaksi kimia biasanya bereaksi asam,apabila air ini
g. Cara pengangkutan
Sarana transportasi baik jalan maupun kendaraan yang buruk akan menambah
kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal, jarak yang jauh
menyebabkan lateks yang baru ditempat pengolahan pada siang hari dan
prakoagulasi.
Prakoagulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang
prakoagulasi lateks dari kebun karet rakyat biasanya lebih banyak tercampur
kotoran atau bahan-bahan lain dari pada lateks perkebunan besar swasta atau
1. Asam semut disebut juga asam formiat, CHOOH, berupa cairan yang jernih dan
tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang dan masih bereaksi
2. Asam cuka disebut juga asam asetat, CH3COOH, berupa cairan yang jernih dan
1. Soda atau natrium karbonat: Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu
pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya membentuk gas asam
NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks
pemakaian segera dibuat larutan 10% dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5-
kadar amoniak rendah. Dalam pengawetan dengan kadar amoniak rendah selalu
kemantapan mekaniknya.
Amoniak anhidrat adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan
tertentu yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 Kg sedangkan
larutan amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya
berkonsentrasi 20%.
menurunkan kadarnya
1) Mudah menguap
2) Baunya menyengat
3) Bersifat korosif
Peranan Amoniak
pembusukan
(Solichin.1988)
pengelompokan mutu yang dilakukan secara visual, (RSS), Air Dried Sheet
RSS dan ADS hanya terletak pada cara pengeringan. RSS dikeringkan dengan
urutannya sama.
Lateks kebun dengan KKK 25 -30% disaring terlebih dahulu dengan saringan
Keterangan :
Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa KKK lateks kebun harus diukur sebelum
dari pengenceran lateks kebun pada pembuatan karet konvensional adalah untuk
memudahkan penggilingan.
Lateks yang telah diencerkan dialirkan kedalam bak penggumpal yang terbuat dari
asam format dengan konsentrasi 2-5 % dan dosisnya sesuai dengan kebutuhan
mutu karet yang akan dihasilkan. Pembubuhan asam format dilakukan bertahap.
Buih yang muncul pada cairan lateks dibuang agar mutu karet konvensional yang
dihasilkan cukup baik. Sewaktu penggumpalan pH dijaga tetap pada kisaran 4,6-
kagulum terendam. Perendaman dilakukan agar tidak terjadi oksidasi oleh enzim
setengah jadi yang akan dihasilkan. Pemeraman koagulum dilakukan 2-4 jam
untuk RSS .
memiliki 4-5 rol polos dan 1 rol beralur. Gilingan digerakkan dengan motor
pada penggilingan adalah kecepatan putar rol dan jarak celah antar rol penggiling.
2.5.3. Penirisan
Penirisan adalah salah satu upaya mengurangi kelembapan pada kamar asap.
Tujuannya untuk mengurangi serangan jamur pada sit. Di samping itu, penirisan
bakar. Sit yang keluar dari mesin giling dicuci dengan air agar sisa-sisa asam yang
berda di permukkan sit terbuang. Bila sisa asam masi tertinggal, dapat
menimbulkan warna gelap yang tidak merata. Setelah pencucian, lembaran karet
digantung selama 2-3 jam agar kadar air berkurang. Penirisan tersebut dilakukan
ditempat teduh,terlindung dari matahari dan hujan tetapi udara dapat berhgerak
bebas.
Lembaran karet dapat juga dikeringkan di rumah asap. Beberapa rumah asap yang
dikenal untuk pengeringan tersebut adalah jenis malaka,subur atau air wood. Jenis
malaka adalah rumah asap yang paling tradisional,dengan gantungan sit langsung
ditempatkan pada rak-rak yang dipasang di dalam rumah asap tersebut .Tipe subur
masih seperti tipe malaka. Sementara itu, tipe air wood juga telah menggunakan
lori gantungan sit, tetapi model tungku pemanasnya berbeda karena dilengkapi
lebih menghemat kayu bakar. Saat ini berbagai modifikasi sudah dilakukan seperti
Saat pengasapan sit, hal yang perlu mendapat perhatian adalah suhu yang
konsisten, jumlah asap dan panas didalam kamar, kelembapan udara, serta
pengeringan sit maka suhu dan ventilasi ruangan harus diatur sesuai dengan
norma.
Tabel 2.2. Pengaturan Suhu Dan Ventilasi Pada Setiap Hari Pengeringan
Setiap jenis karet konvensional dipisah kedalam beberapa jenis mutu. Klasifikasi
mutu RSS terdiri dari RSS-1, RSS-2, RSS-3, RSS-4, dan cutting.
a. RSS 1
Mutu RSS 1 dicirikan secara visual lembaran karet yang terdapat di dalam
cendawan asal tidak tembus kedalam, pembungkus tidak kotor dan tidak
karet tidak dijumpai bintik-bintik atau garis-garis akibat oksidasi, sit tidak
boleh lembek akibat terlalu lama pemanasan atau kurang matang, warna sit
b. RSS 2
Mutu RSS 2 dicirikan dengan persyaratan visual sama seperti RSS 1, tetapi
jumlah contoh yang tidak memenuhi syarat hanya diperbolehkan maksimal 5%.
c. RSS 3
Mutu RSS 3 dicirikan dengan persyaratan visual sama seperti RSS 1, tetapi
10%.
d. RSS 4
Jenis RSS 4 sering disebut cutting A. Persyaratan visual sama seperti RSS 1,
maksimal 20%. Kriteria lain yang masih diperbolehkan adalah adanya partikel
kayu yang berukuran sedang, gelembung udara, cacat warna yang tidak tembus
cahaya.
Jenis ini sering disebut cutting B yang umumnya hanya diperdagangkan secara
lokal dalam negeri. Persyaratan visual sama seperti RSS 4, tetapi jumlah
ditimbang seberat 113 kg, kemudian disusun sedemikian rupa baru dikempa
bale coating yang terdiri atas campuran karet, pelarut, dan powder untuk
mencegah bandela dari kulat dan kotoran. Setelah diberi lapisan ini, bandela
bandela lepas. Sistem lain yang juga dilakukan untuk pengemasan karet
konvensional adalah sistem one ton pallet (OTP), dimana setiap paletnya beratnya
1000-2000 kg. Jenis kemasan yang akan dibuat tergantung kepada permintaan
dikirim maka diperlukan gudang penyimpanan yang bersih dan tidak lembap.
Bandela disusun diatas plastik atau kayu kering yang bebas jamur.
(Siregar,Tumpal H.S,2013)
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang
7. Komposisi lateks
Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi
kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning
dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.
Kandungan karet kering untuk sheet dan crepe adalah ± 93% sedangkan
kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh
pengeringan yang kurang sempurna atau lebih tinggi yang disebabkan oleh
lembab, maka pertumbuhan akteri dan jamur akan terjadi dan lazimnya disertai
perdagangan.
Pengolahan lateks kebun sit asap hamper sama dengan sip angin. Perbedaannya
terletak pada proses pengeringan. Pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu
yang dibuat bertahap antara 40-60oC. berikut ini adalah tabel kelebihan dan
Dapat langsung diekspor atau sebagai Biaya investasi paling tinggi karena
bahan baku industri barang jadi karet untuk pembelian peralatan dan kamar
asap
Mutu yang dihasilkan seragam serta Biaya untuk pengolahan paling tinggi
stabil karena kebutuhan tenaga kerja, asam
formiat, air, dan kayu bakar
Harga paling tinggi Kedisiplinan petani sangat
menentukan tingkat keberhasilan
(Nurhakim & hani, 2014)
METODE PERCOBAAN
3.1. Alat-alat
1. Neraca Analitik Mettler PM 2000
5. Botol Aquadest
6. Buret Pyrex
7. Pipet Tetes
10. Derigen
12. Masker
14. Timbangan
3.2. Bahan
1. NH3 (aq)
2. H2O (l)
3. Lateks (l)
a. Di Lapangan
b. Di Laboratorium
5. Dititrasi dengan HCL 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah rose
4.1. Data
Hasil pengamatan produksi lateks dan karet di PT. Perkebunan Nusantara III
Hasil pengamatan yang diperoleh dengan variasi kuantitas NH3 yang berbeda di
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sarang Giting terdapat pada tabel 4.2
4.2. Perhitungan
V1 x N 1 = V 2 x N2
10 x 97 = V2 x 5
V2 = 194 L
Perkebunan Nusantara III Kebun Sarang Giting dengan metode titrasi, maka
NH3=
Diketahui:
W/Berat sampel = 10 gr
NH3 =
NH3 =
NH3 = 0,47 %
4.3. Pembahasan
Analisa kadar amoniak dilakukan dengan metode titrasi dan volumetri. Menurut
0,55%, nilai amoniak pada data masih dalam batasan yang sesuai yaitu 0,47%,
dan telah memenuhi standart industri karet. Menurut standart lateks, apabila kadar
amoniak dibawah 0,40 % maka benang karet yang dihasilkan akan memiliki
keelastisan yang tidak sempurna dan begitu juga jika kadar amoniak diatas 0,55%
maka akan melebihi standart mutu benang karet yang menyebabkan benang karet
sulit menggumpal dan yang paling berpengaruh sekali pada hasil sheet yang
Dengan demikian data hasil analisis di PT. Perkebunan Nusantara III tersebut
0,45%.
5.1. Kesimpulan
Kadar Amoniak dari lateks alam PT. Perkebunan Nusantara III telah didapat
sesuai dengan mutu standar dari perusahaan yaitu 0,47% maupun Standart
dengan pencapai standar amoniak tersebut akan berpengaruh baik pada kualitas
dan kritria mutu sheet hasil pengolahan di PT. Perkebunan Nusantara III kebun
Sarang Giting.
5.2 Saran
standar.
Kanisius. Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 1999. Karet, Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan
Yayasan Karet. 1983. Penuntun Praktis Untuk Pembuatan Barang Dari Karet
Nurhakim, Y.I dan Hani, A. 2014. Perkebunan Karet Skala Kecil Cepat Panen.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Karet. CV Nuansa Aulia.
Bandung.