Anda di halaman 1dari 129

TA/TL-USU/2018/094

STUDI PEMBUATAN MEMBRAN KERAMIK BERBAHAN TANAH


LIAT DAN SERBUK GERGAJI UNTUK MENURUNKAN
KEKERUHAN DAN TOTAL COLIFORM
AIR SUNGAI DELI

TUGAS AKHIR

HAFIZHAH MAWARNI
140407017

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua


Ir. Netti Herlina, MT Ir. Joni Mulyadi, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


STUDI PEMBUATAN MEMBRAN KERAMIK BERBAHAN TANAH
LIAT DAN SERBUK GERGAJI UNTUK MENURUNKAN
KEKERUHAN DAN TOTAL COLIFORM
AIR SUNGAI DELI

TUGAS AKHIR

Oleh

HAFIZHAH MAWARNI
140407017

TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat segala rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Studi Pembuatan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat dan Serbuk Gergaji untuk
Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform Air Sungai Deli”. Tugas Akhir ini dibuat
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) di Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Netti Herlina Siregar, M.T. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Joni
Mulyadi, M.T. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
memberi petunjuk, membimbing dan mendukung penulis dengan sabar dan penuh
kasih sayang dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr. Amir
Husin, ST, MT. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Ir. Netti Herlina Siregar, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Isra’ Suryati, ST., M.Si, selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah meluangkan
waktu dan bersedia mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Dosen/ Staf Pengajar Teknik Lingkungan USU yang telah membimbing
penulis sejak memasuki bangku perkuliahan di Teknik Lingkungan.
6. Seluruh Staf Administrasi/ Tata Usaha Teknik Lingkungan USU yang sudah banyak
membantu mahasiswa Teknik Lingkungan dalam proses administrasi Tugas Akhir
ini.
7. Terkhusus kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak berkorban dalam
mengasuh, mendidik dengan limpahan kasih sayang, doa restu serta dukungan moril
dan materi penulis, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
8. Marheni Saragih selaku partner terbaik penulis yang telah berjuang bersama dari
awal penelitian hingga Tugas Akhir ini terselesaikan.

ii

Universitas Sumatera Utara


9. Riyan Fernandes Hutagalung, Dwiki Fahmi Ilmiawan dan Hizki Daniel Sipayung
yang telah meluangkan waktunya dan bersedia membantu dalam pengambilan
sampel air sungai Deli.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 yang sama-sama berjuang dalam
penyusunan Tugas Akhirnya masing-masing.
11. Seluruh teman-teman mahasiswa di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik USU, baik yang seangkatan maupun tidak.
12. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya dalam
membantu dan mendukung penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari dalam Penyusunan Tugas Akhir ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun dari
semua pihak demi menyempurnakan laporan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 Desember 2018


Penulis

Hafizhah Mawarni

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kuantitas dan kualitas pemanfaatan sungai Deli oleh masyarakat menimbulkan masalah karena
kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya
air, termasuk penurunan kualitas air yang digunakan untuk sumber air bersih dan air minum.
Salah satu alternatif teknologi tepat guna untuk mengatasi pengolahan air bersih maupun air
minum adalah menggunakan membran keramik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pengaruh variasi komposisi bahan dan ukuran bahan membran keramik yang terbaik terhadap
efisiensi penurunan kekeruhan dan total coliform pada air sungai Deli yang diambil dari daerah
Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun. Pembuatan membran keramik ini menggunakan
bahan dasar tanah liat dengan campuran bahan aditif berupa serbuk gergaji, serta berbentuk pot
(pot filter) dengan tinggi 18 cm dan diameter 21cm yang dibakar pada suhu 850 oC - 900oC
selama 8 jam. Variasi ukuran bahan yang digunakan yaitu range 35-50 mesh, 50-60 mesh dan
60-100 mesh dengan perbandingan komposisi bahan membran keramik tanah liat dan serbuk
gergaji yaitu (80%:20%), (85%:15%) dan (90%:10%) yang dialirkan dengan sisitem batch.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran keramik nomor 1-C90-35 dengan campuran
90% tanah liat dan 10% serbuk gergaji pada ukuran bahan range 35-50 mesh, mampu
menurunkan kekeruhan dengan efisiensi tertinggi sebesar 90,36% dengan waktu 200,5 jam.
Efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata ukuran bahan yaitu sebesar 89,59% pada ukuran range
60-100 mesh. Sedangkan efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata komposisi bahan yaitu sebesar
90,11% pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk gergaji (90% : 10%). Sementara
itu, nilai total coliform pada ketiga variasi komposisi bahan dan ukuran bahan tidak mengalami
penurunan setelah difiltrasi dari membran keramik sehingga efisiensinya adalah 0%.

Kata kunci: Kekeruhan, Membran Keramik, Serbuk Gergaji, Tanah Liat, Total Coliform

iv

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The quantity and quality of utilization of the Deli river by the community creates problems
because of industrial, domestic and other activities that have a negative impact on water
resources, including a decrease in the quality of water used for clean water and drinking water.
One of the appropriate technology alternatives to deal with the treatment of clean water and
drinking water is to use ceramic membranes. This research was done to analyze the effect of
variations in the composition of the ingredients and the best size of ceramic membrane materials
on the efficiency of decreasing turbidity and total coliform in Deli river water taken from the
Kampung Aur area of Medan Maimun District. The manufacture of ceramic membranes using
clay as a base material with a mixture of additives in the form of sawdust, as well as the shape
of pot ceramic membrane (pot filter) with a height of 18 cm and a diameter of 21cm which was
burned at 850oC - 900oC for 8 hours.Variations in the size of the material used are range from
35-50 mesh, 50-60 mesh and 60-100 mesh with a comparison of the composition of clay and
sawdust ceramic membrane materials namely (80%: 20%), (85%: 15%) and ( 90%: 10%) which
is flowed by batch system. The results showed that ceramic membranes number 1-C90-35 with
a mixture of 90% clay and 10% sawdust in the size range of materials 35-50 mesh, were able to
reduce turbidity with the highest efficiency of 90,36% with a time of 200.5 hours. The best
efficiency is based on the average size of the material that is equal to 89,59% in the size range
of 60-100 mesh. While the best efficiency is based on the average composition of the material
which is equal to 90,11% in the composition of the mixture of clay and sawdust (90%: 10%).
Meanwhile, the total coliform value in the three variations in material composition and material
size did not decrease after filtration from ceramic membranes so that the efficiency was 0%.

Keywords: Turbidity, Ceramic Membrane, Clay, Sawdust, Total Coliform

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

PRAKATA ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR RUMUS xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I- 1
1.2 Rumusan Masalah I- 12
1.3 Tujuan Penelitian I- 12
1.4 Ruang Lingkup I- 12
1.5 Manfaat Penelitian I- 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air II- 1
2.2 Sumber Air II- 2
2.3 Syarat Air Minum II- 4
2.4 Indikator Pencemaran Sumber Daya Air Sungai II- 5
2.5 Membran II- 5
2.5.1 Pengertian Membran II- 5
2.5.2 Prinsip Kerja Membran II- 6
2.5.3 Jenis-jenis Membran II- 7
2.6 Membran Keramik II- 8
2.6.1 Bentuk Membran Keramik II- 9
2.6.1.1 Piringan (Disk Filter) II- 9
2.6.1.2 Tabung/Lilin (Candle Filter) II- 10
2.6.1.3 Pot Filter II- 10
2.6.2 Bahan Dasar Pembuatan Membran Keramik II- 11
2.6.2.1 Tanah Liat II- 11

vi

Universitas Sumatera Utara


2.6.2.2 Serbuk Gergaji II- 14
2.6.3 Metode Pembuatan Membran Keramik II- 16
2.6.4 Keunggulan dan Kekurangan Membran Keramik II- 17
2.6.4.1 Keunggulan Membran Keramik II- 17
2.6.4.2 Kekurangan Membran Keramik II- 18
2.7 Parameter Penelitian II- 18
2.7.1 Kekeruhan II- 18
2.7.2 Total Coliform II- 20

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metodologi Penelitian III- 1
3.2 Lokasi Penelitian III- 3
3.3 Waktu Penelitian III- 3
3.4 Objek Penelitian III- 3
3.5 Variabel Penelitian III- 3
3.5.1 Variabel Tetap III- 3
3.5.2 Variabel Berubah III- 3
3.6 Parameter Uji III- 4
3.7 Pengumpulan Data III- 4
3.7.1 Data Primer III- 4
3.7.2 Data Sekunder III- 4
3.8 Persiapan Alat dan Bahan III- 4
3.8.1 Alat III- 4
3.8.2 Bahan III- 5
3.9 Prosedur Penelitian III- 6
3.9.1 Prosedur Pembuatan Keramik III- 6
3.9.2 Desain Penelitian III- 8
3.9.3 Pelaksanaan Penelitian III- 10
3.10 Cara Pengambilan Sampel Air dari Membran Keramik III- 12
3.11 Pengujian Sampel III- 12
3.11.1 Kekeruhan III- 12
3.11.2 Total Coliform III- 13
3.12 Analisis Data III- 15

vii

Universitas Sumatera Utara


3.13 Proses Pencucian Kembali (Backwashing)Membran Keramik III- 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV- 1


4.1 Analisa Karakteristik Sungai Deli IV- 1
4.2 Waktu Perembesan Air dari Membran Keramik IV- 2
4.3 Efisiensi Penurunan Parameter Kekeruhan pada Membran Keramik IV- 7
4.4 Efisiensi Penurunan Parameter Total Coliform pada Membran Keramik
IV- 12

BAB V RENCANA KESIMPULAN DAN SARAN V- 1


5.1 Kesimpulan V- 1
5.2 Saran V- 2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Studi Penelitian Terdahulu I- 4


Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Tanah Liat II- 12
Tabel 2.2 Komposisi Fisik Kandungan Serbuk Gergaji II- 15
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Kandungan Serbuk Gergaji II- 15
Tabel 4.1 Kualitas Air Sungai Deli di Kampung Aur IV- 1

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pemisahan dengan Membran II- 6


Gambar 2.2 Ceramic Disk Filter II- 9
Gambar 2.3 Tabung/Lilin (Candle Filter) II- 10
Gambar 2.4 Pot Filter II- 11
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III- 2
Gambar 3.2 Lokasi Sampling III- 6
Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Membran Keramik III- 7
Gambar 3.4 Sistem Membran Keramik III- 9
Gambar 3.5 Desain Unit Membran Keramik saat Proses Running III- 10
Gambar 3.6 Flowchart Penyisihan Total coliform dan kekeruhan dengan
Membran Keramik III- 11
Gambar 4.1 Grafik Waktu Perembesan Air pada Membran Keramik IV- 3
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Waktu Perembesan Air Berdasarkan Ukuran Mesh IV- 4
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Waktu Perembesan Air Berdasarkan Komposisi Bahan
IV- 5
Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Kekeruhan setelah Melewati Membran Keramik IV- 8
Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Efisiensi Kekeruhan Berdasarkan Ukuran Mesh IV- 10
Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Efisiensi Kekeruhan Berdasarkan Komposisi Bahan IV- 10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Efisiensi III- 16

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Persyaratan Kualitas Air Minum


Lampiran II Unit Membran Keramik Penelitian

Lampiran III Hasil dan Sertifikat Pengujian Kekeruhan

Lampiran IV Hasil dan Sertifikat Pengujian Total Coliform

Lampiran V Data Hasil Rata-rata Waktu Perembesan Air pada Membran Keramik

Lampiran VI Data Hasil Rata-rata Penurunan Kekeruhan setelah Melewati Membran


Keramik

Lampiran VII Dokumentasi Penelitian

xii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus terpenuhi bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup agar dapat bertahan dan melangsungkan hidup. Air yang layak
konsumsi akan semakin langka dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk
(Furqoni dkk, 2016). Kebutuhan manusia yang meningkat terhadap sumber daya alam
menyebabkan berbagai dampak negatif berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Berbagai aktivitas seperti kegiatan rumah tangga, pariwisata, pertambangan, dan
industri turut memberikan kontribusi terhadap pencemaran air (Yuniarti, 2007).

Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Belawan/Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai. Sungai tersebut memiliki fungsi
penting dalam berbagai aspek kehidupan yaitu sebagai sumber bahan baku air minum,
mandi, pengairan, pariwisata hingga industri di Kota Medan. Tujuh puluh persen
pencemaran di sepanjang Sungai Deli diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair
dari kegiatan domestik (Dislhsumutprov, 2014).

Pemanfaatan sungai Deli umumnya digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga oleh
masyarakat. Namun di daerah hulu lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang untuk kegiatan pertanian dan perikanan.
Sementara itu pada bagian tengah dan hilir sungai Deli sudah tidak dapat dimanfaatkan
lagi secara optimal disebabkan kondisi perairan yang sudah tercemar dan terjadi
penurunan kualitas air sungai (Bapedaldasu, 2007). Terjadinya pencemaran air memiliki
resiko berupa adanya penyakit bawaan air (water borne disease) bagi masyarakat yang
bergantung pada sumber daya air tersebut (Slamet, 2000).

Penurunan kualitas air dapat menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan
kekayaan sumberdaya alam (Aryana, 2010). Penurunan kualitas air dapat diindikasikan
dengan adanya peningkatan kadar parameter fisika terukur. Misalnya pada peningkatan
kadar parameter kekeruhan disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air seperti
pasir halus, lempung, jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang

Universitas Sumatera Utara


dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya
(Effendi, 2003). Disamping itu, kekeruhan juga membatasi masuknya cahaya ke dalam
air (Kristanto, 2002). Fenomena ini mengakibatkan proses fotosintesis tidak dapat
berlangsung dan akibatnya mikroorganisme jadi terganggu (Kasam, dkk, 2009).
Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mengurangi estetika air yang layak konsumsi.

Kehadiran jumlah total coliform dan E.coli dalam air dapat menggambarkan adanya
jasad pathogen, sehingga air yang terkontaminasi bakteri ini dapat dinyatakan telah
tercemar (Said dan Ruliasih, 2005). Air yang memiliki bau yang tidak enak,
mengindikasikan salah satunya adanya pencemaran oleh bakteri patogen seperti total
coliform khususnya coli tinja (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
disentri, kolera, tifoid dan tipus jika dikonsumsi tanpa melalui pengolahan terpadu
(Handayani, 2010). Sehingga pengolahan sumber daya air sebaiknya dilakukan secara
terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas (Supadi, 2005).

Oleh karena itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
penyediaan air bersih atau air minum adalah pencegahan terhadap penyakit bawaan air
(Slamet, 2000). Syarat mutlak air yang dikonsumsi manusia menjadi air minum adalah
harus melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Pradana dan Marsono, 2013). Syarat kesehatan yang dimaksud meliputi
syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Hadi, 2007).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/


Menkes/Per/IV/2010 Tahun 2010, kadar maksimum kekeruhan didalam air adalah 5
NTU. Sedangkan, kadar maksimum Total Coliform yang diperbolehkan dalam air
adalah 0/100 mg/l.

Ada beberapa metode untuk pengolahan air yang tercemar seperti proses pendidihan,
pasteurisasi, klorinasi, flokulasi desinfektan, penggunaan sinar ultraviolet (UV),
biosand filter dan sebagainya (Sobsey dkk, 2008). Namun salah satu alternatif teknologi
tepat guna yang menjanjikan untuk mengatasi pengolahan air konsumsi rumah tangga
dalam skala kecil adalah menggunakan membran keramik (Furqoni dkk, 2016).
Membran keramik adalah filter yang dibuat dengan campuran tanah liat dan bahan
organik yang mudah terbakar seperti daun teh, bubuk kopi, biji gabus, serbuk gergaji,

I-2

Universitas Sumatera Utara


sekam jagung, sekam padi dan sebagainya (Widodo, 2015). Filter air keramik sangat
menarik karena biaya rendah, kemudahan fabrikasi dan penggunaan, dan kemampuan
mereka untuk menyaring bakteri dari air dengan sangat efektif (Abiriga dan Sam, 2014).
Selain itu, penggunaan media tersebut dikarenakan memiliki stabilitas termal yang baik,
degradasi biologis ataupun mikroba serta material bahan baku membran yang bervariasi
juga biaya yang murah (Ma’ruf dkk,2015).

Bahan dasar yang digunakan pada pembuatan membran keramik yaitu tanah liat. Tanah
liat alam merupakan material yang berpori sehingga memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi serta memiliki ion yang bisa dipertukarkan dengan ion lain (Urabe,
2006). Tanah liat atau lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim, 1953).

Sementara itu, bahan aditif yang digunakan pada penelitian ini yaitu serbuk gergaji.
Alasan menggunakan bahan aditif tersbut dikarenakan serbuk gergaji merupakan bahan
berpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori tersebut, dimana sifat serbuk
gergaji yang higroskopik atau mudah meyerap air (Kasam, dkk, 2009). Selain itu,
berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya tentang membran keramik dengan bahan
aditif serbuk gergaji dalam mengolah air sumur, air hujan dan air buangan , dapat
menurunkan kadar Suspended Solids dan BOD yaitu pada proporsi serbuk gergaji 20%
dengan efisiensi sebesar 99,5 % dan 50%, serta penurunan Total Coliform pada proporsi
serbuk gergaji 20% dan 30 % dengan efisiensi sebesar 72% (Nnaji, 2016).

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena kadar parameter kekeruhan dan Total
Coliform air sungai Deli melebihi baku mutu yang dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan dan terhadap kualitas air tersebut. Pada penelitian ini, membran
keramik dibuat dari tanah liat sebagai bahan dasar dan campuran bahan aditif berupa
serbuk gergaji, dengan bentuk membran pot (pot filter).

Berikut merupakan daftar studi penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi
acuan dalam melaksanakan penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

I-3

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1 Studi Penelitian Terdahulu

No. Tahun Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil


1 2009 1. Kasam, Penggunaan Membran Keramik 1. Parameter penelitian yang disisihkan adalah Dari hasil analisa menunjukkan bahwa:
2. Eko Siswoyo, Untuk Menurunkan Bakteri E. bakteri E.Coli dan Total Suspended Solid (TSS). 1. Membran keramik dengan komposisi serbuk
3. Rina Ayu Agustina Coli dan Total Suspended Solid Sumber air baku yang digunakan adalah air gergaji 7,5% dan 10 % mampu menurunkan
(TSS) pada Air Permukaan permukaan Selokan Mataram. E.Coli yang signifikan yaitu sampai dengan
2. Metode yang digunakan dengan filtrasi yaitu 98%.
dengan membran keramik yang terbuat dari 2. Penurunan TSS 72,55% pada membran
campuran tanah lempung, pasir kwarsa, dan keramik 7,5% dan 65,22% pada membran
serbuk gergaji dengan variasi pada diameter 10 keramik 10%. Waktu yang efektif dalam
cm dan 20 cm. Komposisi serbuk gergaji dibuat menurunkan konsentrasi E.Coli dan TSS
7,5% terhadap total bahan (membran 1) dan 10% pada air permukaan Selokan Mataram pada
(membran 2). Pengambilan sampel dilakukan menit ke 180.
pada waktu per 30 meit selama 3 jam dengan
waktu pengaliran 30, 60, 90, 120, 150, dan 180
menit.
3. Kandungan E.Coli adalah 1898 MPN/100 mL
dan TSS adalah 114 mg/L.

2 2018 1. Suci Fitria Sari, Penurunan Total Coliform pada 1. Sampel air yang digunakan adalah air tanah. 1. Penyisihan Coliform pada variasi ke II yang
2. Joko Sutrisno Air Tanah Menggunakan 2. Perlakuan membran keramik dibuat dengan dua tertinggi di jam ke-14 dan18 yaitu sebesar
Membran Keramik variasi yaitu variasi I tanah liat 60%, sekam padi 95,83%.
2. Penyisihan Coliform pada variasi ke I yang
20%, dan zeolit 20%, sedangkan variasi II tanah liat
tertinggi di jam ke-12 yaitu sebesar 94,17%.
50%, sekam padi 20%, dan zeolit 30% dengan 3. Membran keramik dengan variasi II lebih
perbandingan persen volume. Dan di bakar pada suhu efektif dibandingkan dengan membran keramik
600°C. variasi I
3. Ketebalan membran keramik 1,5 cm, Keramik
dicetak dengan bentuk piringan berdiameter 10 cm,
Ketinggian air selama penelitian 1 m.
4. Output hasil filtrasi diambil setiap 2 jam selama 6
jam sebagai sampel untuk dianalisis kualitasnya
setelah melewati membran.

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan tabel 1.1

3. 2013 1. Shanti Lamichane, Comparison of the Performance 1. Parameter yang diuji adalah bakteri E.coli dan 1. Efesiensi penurunan E.coli dengan bentuk membran
2. Bhagwan Ratna of Ceramic Filters in Drinking Total Coliform. keramik lilin(tabung) tanpa direndam(dilapisi)
Kansakar Water Treatment 2. Filter membran keramik dibuat dari Pencampuran dengan perak koloid sebesar 39% hingga 60%.
tanah liat dan serbuk gergaji dimana perbandingan Sedangkan membran keramik lilin(tabung) yang
komposisi tanah liat : serbuk gergaji (70:30) direndam(dilapisi) dengan perak koloid
dengan menggunakan ukuran ayakan 30 mesh dan menunjukkan efesiensi sebesar 69%-77%.
suhu pembakaran 930oC. Sementara itu untuk penurunan bakteri total
3. Penelitian ini menggunakan bentuk membran coliform tanpa direndam(dilapisi) dengan perak
keramik lilin (tabung) dengan membuat koloid sebesar 45% hingga 69% dan dengan
perbandingan membran keramik yang pelapisan koloid perak sebesar 55% hingga 79%.
direndam(dilapisi) dengan perak koloid dan tanpa 2. Berdasarkan penelitian ini, bahwa pelapisan koloid
perak koloid. perak memberikan pengaruh terhadap penurunan
bakteri.

4. 2013 1. Subriyer Nasir Aplikasi Filter Keramik 1. Penelitian ini merupakan penelitian skala Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Teguh Budi SA Berbasis Tanah Liat Alam dan laboratorium yang dilaksanakan di Laboratorium 1. Filter keramik yang dibuat dari campuran 77,5 %
3. Idha Silviaty Zeolit pada Pengolahan Air Teknik Pemisahan Jurusan Teknik Kimia Fakultas tanah liat, 20% zeolit dan 2,5% serbuk besi dapat
Limbah Hasil Proses Laundry Teknik Universitas Sriwijaya. menurunkan kadar TDS, COD, BOD dan LAS
2. Perancangan filter keramik dilakukan dengan yang terdapat dalam air buangan proses laundry
variasi komposisi bahan campuran dan jumlah dengan fluks permeat yang tertinggi.
aditif dalam pembuatan filter. Zat kimia yang 2. Sintering filter berbasis tanah liat dan zeolit
digunakan adalah larutan H2SO4–AgSO4, K2Cr2O7 – sebaiknya dilakukan pada suhu antara 850 s.d
HgSO4. 950oC. Suhu sintering yang terlampau tinggi akan
3. Parameter yang diuji adalah pH, TDS, EC, menyebabkan ikatan antar partikel menjadi
COD, BOD dan kadar Linear Alkylbenzene semakin kuat dan menurunkan sifat porous dari
Sulphonate (LAS), yang berasal dari limbah cair filter.
3. Peningkatan jumlah zeolit dalam komposisi filter
laundry.
keramik dapat mengakibatkan meningkatnya daya
adsorpsi filter sehingga kemungkinan akan terjadi
fouling semakin cepat.

I-5

Universitas Sumatera Utara


4. Filter keramik dirancang berbentuk tube dan
dibuat dari campuran tanah liat, zeolit, dan aditif
berupa serbuk besi. Campuran tanah liat, zeolit dan
serbuk besi diaduk dan dihomogenkan dengan
penambahan 30% air bersih lalu dicetak dengan
cetakan terbuat dari gipsum, dikeringkan pada
suhu kamar selama lebih kurang 7 hari. Campuran
disintering/dipanaskan pada suhu sekitar 900 0 C
selama 12 jam.

5. 2014 1. Faustine Abiriga Effect of grogs on in the 1. Penelitian ini menggunakan bahan dasar tanah Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Sam Obwoya Performance of Ceramic Water liat dan bahan aditif berupa serbuk gergaji dan 1. Kualitas air terbaik untuk e.coli diperoleh untuk
Kinyera Filters pecahan keramik. Parameter yang disisihkan set filter B, ketika rasio komposisi filter untuk
pada penelitian ini adalah kekeruhan dan tanah liat: grog: serbuk gergaji adalah 4: 1: 2, 3:
e.coli. 1: 1 dan 4: 2: 1. Dari ketiga rasio komposisi,
2. Tanah liat yang digunakan diambil dari daerah dengan komposisi grog lebih banyak
Ntawo, Distrik Mukono. Serbuk gergaji yang menunjukkan penghapusan e-coli yang sangat
digunakan merupakan dari kayu mahoni dan baik dengan efisiensi 100% .
diambil dari bengkel timbre yang memiliki 2. Sedangkan untuk kekeruhan filter yang paling
pori-pori yang seragam baik adalah set filter C, dimana rasio untuk
3. Tanah liat dan serbuk gergaji ukuran 1 mm tanah liat: grog: serbuk gergaji adalah 3:2:3
disiapkan melalui prosedur standar. Keduanya dengan efesiensi 13,40%.
bubuk dicampur dalam rasio 4: 3, 3: 2 dan 5: 3
oleh volume tanah liat : serbuk gergaji dan
kemudian diguncang secara menyeluruh oleh
tangan. Air ditambahkan ke campuran hingga
berat 20% untuk meningkatkan kemampuan
kerja campuran, dimana ini untuk perlakuan A.
4. Penelitian ini dibagi kedalam tiga perlakuan
yaitu A, B dan C. Setelah perlakuan A selesai,
selanjutanya ditambahkan grog untuk
perlakuan B dan C dengan rasio yang berbeda.

I-6

Universitas Sumatera Utara


5. Maisng-masing pencampuran dengan
komposisi air 20%, 90 gr campuran bahan
ketiganya, diameter disk filter 8cm, ketebalan
5 mm, tekanan 200kN dan dibakar pada suhu
850 ᵒC.

6. 2016 1. Subriyer Nasir Ceramic Filters and Their 1. Penelitian ini menggunakan bahan baku Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Sisnayati Faizal Application for Cadmium tanah liat dan bahan aditif berupa sekam 1. Filter keramik yang dibuat dari 87% tanh liat, 10%
Removal from Pulp Industri padi dan serbuk besi. sekam padi dan 2,5% serbuk besi mampu
Effluent 2. Parameter yang akan diuji adalah TDS, menurunkan cadmium dari limbah indutri kertas
TSS, EC, dan Konsesntrasi Cadmium pada hingga mencapai 99,0%. Selain itu TDS mampu
limbah industri kertas. diturunkan sekitar 16,75%, EC sekitar 12,38%,
TSS mampu diturunkan hingga 89,01 %, pH
sekitar 29,07%, dan penurunan kekeruhan hingga
98,08%.
2. Fluks permeat menurun setelah waktu kontak 30
menit dan tetap konstan selama satu jam.
Membran keramik ini dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah yang mengandung
cadmium.

I-7

Universitas Sumatera Utara


7. 2016 1. C.C. Nnaji Performance Evaluation Of 1. Penelitian ini menggunakan filter dengan bahan Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. B.C. Afangideh Clay-Sawdust Filter For Point baku tanah liat, air dan serbuk gergaji untuk 1. Penyisihan BOD, SS dan Total Coliform pada
3. C. Ezeh Of Use Water Treatment pengolahan tiga sampel air yaitu, air hujan, air air sumur, air hujan dan air buangan tergantung
buangan dan air sumur. Tanah liat diperoleh pada proporsi serbuk gergaji yang digunakan.
dari studio keramik Jurusan Seni, Universitas 2. Efesiensi penyisihan SS pada air hujan, air
Nigeria, Nsukka. buangan dan air sumur yang paling efektif yaitu
2. Parameter pada penelitian ini yaitu BOD, pada proporsi serbuk gergaji 20% dengan hasil
Suspended Solids, dan Total Coliform. penyisihannya 99,5 %, sedangkan penyisihan
3. 500g tanah liat direndam dalam semangkuk air BOD pada ketiga sampel air yang paling efektif
selama 24 jam untuk hidrasi sempurna. Tanah yaitu pada proporsi serbuk gergaji 20% juga
liat yang direndam diayak dengan ukuran dengan penyisihan 50%, dan terakhir penyisihan
saringan BS 699 mm. Bubur yang melewati Total Coliform yaitu pada proporsi serbuk
saringan dibiarkan selama 24 jam. Air gergaji 20% dan 30 % dengan penyisihan
kemudian dituang meninggalkan larutan tanah sebesar 72%.
liat yang tebal, yang kemudian diletakkan di
teluk untuk pengeringan udara.
4. Tanah liat kering digiling dan diayak sebelum
dicampurkan dengan bahan yang gembur.
Serbuk gergaji itu diayak dengan tiga set
saringan (5, 8 dan 22 saringan) dan bahan yang
disimpan pada 22 saringan digunakan. Lima
persen (5%), 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
serbuk gergaji ditambahkan ke dalam jumlah
tetap tanah liat (6 kg); dan filter yang
dihasilkan ditetapkan sebagai A, B, C, D, E dan
F masing-masing.

I-8

Universitas Sumatera Utara


8. 2016 1. Reza Achmad Pengembangan Filter Air 1. Parameter penelitian ini yaitu debit, permeabilitas Dari hasil penelitian diketahui bahwa:
Furqoni Dengan Bahan Keramik Untuk dan kekeruhan. 1. Semakin berkurangnya massa keramik dalam
2. Mahardika Prasetya Peningkatan Kualitas Air 2. Metode yang digunakan yaitu filtrasi. Variabel komposisi filter air maka akan semakin
Aji Sungai penelitian yang digunakan adalah komposisi filter berkurang pula debit dan nilai permeabilitasnya.
3. Sulhadi air yang terdiri dari lima yaitu Komposisi I 2. Variasi komposisi bahan dasar dan bahan
dengan perbandingan bahan dasar dan bahan penyangga yang paling optimum adalah variasi
penyangga adalah 60 cm : 30 cm. Komposisi II I, dengan 30cm : 60cm mampu menurunkan
dengan perbandingan bahan dasar dan bahan kekeruhan dengan hasil 20,85 NTU.
penyangga adalah 45 cm : 45 cm. Komposisi III
dengan perbandingan bahan dasar dan bahan
penyangga adalah 30 cm : 60 cm.
3. Pada penelitian ini bahan dasar menggunakan
limbah industri keramik (grog). Sedangkan bahan
campuran lainnya yang digunakan adalah
saringan aquarium, karbon aktif, ijuk dan batu
kerikil. Penelitian dilakukan dengan mengambil
sampel dari air sungai di daerah Dempet
Kabupaten Demak.
9. 2017 1. Enyew Amare Clay Ceramic Filter for Water 1. Penlitian ini menggunakan filter keramik Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Zereffa Treatment dengan campuran bahan baku serbuk gergaji, 1. Penyisihan mikroba dan kekeruhan tergantung
2. Tesyafe Betela cangkang siput, kaca. tanah liat dan grog. dengan persentase komposisi tanah liat.
Bekalo Sumber air yang digunakan yaitu Air sungai Penyisihan mikroba sebesar 80 % - 97.50 %,
Kabena. Total coliform dan E.coli sebesar 80% dan 85 %
2. Parameter yang akan diuji yaitu, Nitrit, Besi, pada filter C70-1000. Penyisihan kekeruhan
Ca2+, Mg2+, total coliform, E.coli, Kekeruhan sebesar 58,62% - 89,65%. Sementara itu
dan DHL. penyisihan kesadahan sebesar 50,80 %, besi
3. Alat yg digunakan untuk mengukur DHL yaitu sebesar 96% dan nitrit sebesar 60%
4310 JENWAY, mengukur pH yaitu pH meter- 2. Dengan begitu penelitian ini filter keramik yang
016, mengukur luas permukaaan yaitu ZEISS dibuat dari 15% melihat debu, 80% liat dan 5%
SEM EVO-50 and EVO-18, dan mengukur grog yang dipanaskan pada suhu 950 ° C atau
efesiensi penurunan besi yaitu dengan 1000 ° C menunjukkan efisiensi penghilangan
spekrtofotometer UV-visible dan pengukuran mikroba dan ion yang lebih baik.
mikroba serta kekeruhan dengan analisis
ANOVA.
4. Tanah liat, serbuk gergaji dan grog dihancurkan
dengan mortir kayu besar dan alu dan disaring

I-9

Universitas Sumatera Utara


setelah dijemur di bawah sinar matahari selama
seminggu. Ukuran partikel yang lolos yaitu
0,36mm.
5. Selanjutnya campuran tanah liat dibentuk
menjadi bentuk pot bunga dalam cangkir
plastik. Bahan filter yang ditekan dikeringkan
di udara pada suhu tinggi rata-rata 25 ° C, rata-
rata suhu rendah 19 ° C dan kelembaban rata-
rata 59% di tempat yang kering selama 15 hari.
6. Kemudian untuk filter keramik yang sudah
dikeringkan selanjutnya dipanaskan pada
tungku dengan suhu 900 ° C untuk filter C70-
900, C75-900 dan C80-900 , 950 ° C untuk
filter C70-950, C75-950 dan C80-950 dan
1000 ° C untuk filter C70-1000, C75-1000 dan
C80-1000 dengan 10 ° C ∙ min − 1 pemanasan
dan laju pendinginan dan waktu tinggal selama
6 jam.
10. 2018 1. Majid Muhi Shukur Effects of Sawdust and Rice 1. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa:
2. Mohsin Abbas husk Additives on Physical Keramik dan Bahan Bangunan Departemen, 1. Tingkat kekeruhan dengan menggunakan
Aswad Properties of Ceramic Filter Material college / Babylon University. metode slip-casting lebih sedikit efesiensi
3. Saba Mohammed 2. Sampel tanah lempung diambil di daerah penyisihannya dibandingkan dengan metode
Bader Mahaweel provinsi Babylon. Sampel ini dicuci, tekanan semi kering disebabkan oleh pori-pori
dikeringkan dan digiling, setelah penggilingan pada metode slip-casting lebih besar sehingga
bubuk dievaluasi dengan alat pengukur ukuran air yang melewati membran lebih banyak baik
partikel (Type Better 2000).Ukuran halus tanah itu menggunakan sekam padi maupun serbuk
liat (> 75 μm). Sekam padi dan serbuk gergaji gergaji.
yang digunakan diperoleh dari bengkel di kota 2. Pada metode slip-casting dengan menggunakan
Hilla. Sekam dan serbuk gergaji dicuci, sekam padi dan serbuk gergaji nilai kekeruhan
dikeringkan dan akhirnya dihancurkan dalam yang dihasilkan sebesar 6,79 NTU dan 6,30
penggilingan listrik, dan kemudian digiling NTU. Sementara itu untuk metode tekanan semi
dengan ukuran halus (> 85 dan 80) μm kering dengan menggunakan sekam padi dan
3. Metode yang digunakan yaitu Slip-casting serbuk gergaji nilai kekeruhan yang dihasilkan
dengan menggunakan cetakan Paris dan sebesar 2,21 NTU dan 2,73 NTU.
Tekanan semi kering dengan menggunakan
cetakan baja. Kedua metode sama sama

I - 10

Universitas Sumatera Utara


membuat bentuk silinde dengan diameter
30mm dan ketebalan 3mm.
4. Bubuk tanah liat dan aditif dicampur dalam
rasio 98: 2, 96: 4, 94: 6, 92: 8, 90:10, 80:20 dan
70:30 dengan volume lempung ke serbuk
gergaji atau sekam padi. Air ditambahkan ke
campuran hingga 20% volume untuk
meningkatkan kemampuan kerja campuran.
5. Parameter yang akan diuji yaitu kekeruhan.

I - 11

Universitas Sumatera Utara


Membran keramik telah terbukti efisien dalam pengolahan air sungai, air tanah, air
minum dan air limbah. Maka, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
penulis ingin melakukan studi penelitian terhadap penurunan konsentrasi Total Coliform
dan kekeruhan pada air permukaan, dengan menggunakan membran keramik yang
komposisi bahannya tanah liat sebagai bahan baku dan serbuk gergaji sebagai bahan
aditif, ditinjau dari pengaruh variasi komposisi bahan yang digunakan dan variasi
ukuran partikel membran keramik.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini adalah
konsentrasi kekeruhan dan Total Coliform dalam air yang melebihi baku mutu akan
mempengaruhi kualitas air bersih sehingga menyebabkan dampak bagi manusia jika
dikonsumsi tanpa adanya pengolahan yang relevan. Untuk itu, air yang mengandung
kekeruhan dan Total Coliform yang tinggi perlu diolah agar tidak menyebabkan dampak
bagi kesehatan manusia. Studi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
efektifitas membran keramik berbahan tanah liat dan serbuk gergaji dapat menurunkan
kekeruhan dan Total Coliform air Sungai Deli terhadap variasi komposisi bahan dan
ukuran mesh partikel membran keramik pada sistem batch.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh variasi komposisi bahan dan ukuran bahan (material) membran
keramik dengan bahan baku tanah liat dan serbuk gergaji.
2. Memanfaatkan tanah liat dan serbuk gergaji sebagai teknologi alternatif untuk air
minum yang bermanfaat dan ekonomis yang akan dijadikan membran keramik.

1.4 Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Adapun ruang lingkup penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Variabel tetap pada penelitian ini:
a. Sampel Air Sungai Deli daerah Kampung Aur
b. Media membran keramik yaitu tanah liat dan serbuk gergaji dengan bentuk pot
(pot filter) yang berdiameter 21 cm, tebal 1 cm dan tinggi 18 cm.
c. Suhu pembakaran 850-900oC

Universitas Sumatera Utara


2. Variabel berubah pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Komposisi bahan media pada membran keramik
- Perlakuan I : Tanah liat (80%) : Serbuk gergaji (20%)
- Perlakuan II : Tanah liat (85%) : Serbuk gergaji (15%)
- Perlakuan III : Tanah liat (90%) : Serbuk gergaji (10%)
b. Ukuran partikel tanah liat dan serbuk gergaji
- range 35-50 mesh
- range 50-60 mesh
- range 60-100 mesh
3. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap dua parameter, yaitu :
a. Kekeruhan
b. Total Coliform

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis:
a. Sebagai syarat untuk memenuhi penyusunan Tugas Akhir guna mendapatkan
gelar Sarjana dari Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Sumatera
Utara,
b. Menambah ilmu, pengalaman dan keterampilan sehingga mengasah bakat dan
kreatifitas,
c. Pengamalan ilmu untuk masyarakat sebagai wujud pengabdian.
2. Bagi Universitas Sumatera Utara:
a. Mewujudkan pengabdian Universitas Sumatera Utara untuk masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan bangsa,
b. Menghasilkan produk yang mengharumkan nama Universitas Sumatera Utara
dan sebagai bahan pengembangan penelitian.

I - 13

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi Pemerintah:
a. Membantu pemerintah dalam pengembangan potensi mahasiswa,
b. Menciptakan lingkungan sehat serta memperbaiki kualitas air permukaan
4. Bagi masyarakat:
a. Memberikan rekomendasi pengolahan air permukaan yaitu berupa air sungai
kepada masyarakat.

I - 14

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu zat yang paling penting dalam kehidupan. Air dimanfaatkan
oleh semua makhluk hidup untuk bertahan hidup, dan khususnya untuk manusia selain
diminum untuk bertahan hidup, juga digunakan pada berbagai kegiatan lainnya seperti
mencuci, mandi, memasak, dan lain-lain. Dalam penggunaannya, apabila air yang
digunakan terkontaminasi oleh bakteri ataupun zat kimia lainnya, maka akan
menimbulkan penyakit bagi manusia. Berdasarkan isu yang ada terkait air bersih,
apabila air yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak higiene dan aman merupakan salah
satu faktor utama dari penyebab 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia
(Rismawati et al, 2016).

Air yang dimanfaatkan manusia untuk keperluan hidup sehari-hari adalah air yang
berkualitas, sesuai standar yang telah ditetapkan oleh instansi/lembaga. Standar tersebut
merupakan hasil riset mutakhir sesuai dengan ilmu dan teknologi kesehatan yang
berkembang saat ini, sehingga dapat memberikan jaminan kesehatan namun air yang
melimpah itu kualitasnya banyak yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan itu sehingga diperlukan usaha untuk memperbaikinya (Saparuddin, 2010).

Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi (Kusnaedi, 2010).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 kualitas air dikelompokkan
menjadi beberapa kelas menurut peruntukannya yaitu :
a. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas II (dua), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/saran
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


c. Kelas III (tiga), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV (empat), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

2.2 Sumber Air


Jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi.
Siklus hidrologi ialah pergerakan air yang dialami yang terdiri dari berbagai peristiwa
yaitu (Azwar, 1995) :
1. Penguapan (evaporasi) air yang terdapat di dalam dan atau keadaan berkeringat
(transpirasi) yang dialami oleh makhluk hidup,
2. Pembentukan awan (kondensasi),
3. Peristiwa jatuhnya air ke bumi (presipitasi),
4. Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah.

Sumber air yang umum digunakan pada masyarakat untuk mendapatkan air bersih yaitu:
1. Air Laut
Air laut mempunyai sifat yaitu asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum (Sutrisno et al, 2004). 97% air di muka bumi ini merupakan air
laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung (Effendi, 2003).

2. Air Atmosfer/Meteriologik
Air atmosfir atau air meteriologik atau biasa disebut dengan air hujan ini didapat
dari angkasa karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang
mengandung uap air (Azwar, 1995). Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih
karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran
industri atau debu dan lain sebagainya, maka untuk menggunakan air hujan sebagai
air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat
hujan mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran. (Sutrisno dkk.,
2004).

II - 2
Universitas Sumatera Utara
3. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air
permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya. Beberapa
pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda, tergantung pada
daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan
kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok utama, yaitu : (1). Perairan tergenang, dan (2). Badan air mengalir
(Sutrisno dkk, 2004).

4. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari
lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang
membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat
dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.
Pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah
akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Chandra, 2006). Air
tanah dibagi menjadi tiga yaitu (Sutrisno dkk, 2004):
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
terlarut) karena melalu lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal didapat pada
kedalaman 15 meter.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal, harus digunakan bor dan
memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (100-300 m)
akan didapatkan suatu lapisan air. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air
tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

II - 3
Universitas Sumatera Utara
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitas atau kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan
keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) dibedakan menjadi dua yaitu
rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul, dimana air keluar ke
permukaan pada suatu dataran.

2.3 Syarat Air Minum


Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui Permenkes RI
nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum, meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Menurut
Waluyo (2009), persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air minum meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.

1. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisika air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman (pH), suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini
sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan juga langsung dapat terkait
dengan kualitas fisik air seperti suhu dan keasaman.
2. Persyaratan Bakteriologis
Persyaratan biologis berarti air bersih tersebut tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran dalam tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat
dibagi dalam empat group, yaitu parasit, bakteri, virus dan kuman. Dari keempat
jenis mikroorganisme tersebut, umumnya yang menjadi parameter kualitas air
adalah bakteri, seperti Eschericia coli.
3. Persyaratan Radioaktif
Apapun bentuk radioaktifitas efeknya sama, yakni menimbulkan kerusakan pada
sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian sel, perubahan komposisi
genetik dan lain-lain. Sinar alpha, beta, dan gamma mempunyai kemampuan
menembus jaringan tubuh manusia. Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan
sebagai bagian dari persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis
pemeriksaannya sangat berbeda.

II - 4
Universitas Sumatera Utara
4. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi sangat penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan, karena tidak sesuai dengan proses
biokimia tubuh. Bahan kimia seperti nitrat (NO3), arsenic (As), dan berbagai
macam logam berat khususnya mangan (Mn) dan besi (Fe) yang berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada tubuh manusia karena dapat berubah menjadi racun
dalam tubuh.

Parameter persyaratan air minum lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.

2.4 Indikator Pencemaran Sumber Daya Air Sungai


Pencemaran air adalah masuknya bahan yang tidak di inginkan ke dalam air (oleh
kegiatan manusia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas air
tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan
industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air
sangat diperlukan agar industri dan teknologi dapat berjalan dengan baik. Indikator atau
tanda bahwa air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati
melalui (Wardhana, 2001):
1. Adanya perubahan suhu air,
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi hidrogen,
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air,
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut,
5. Adanya mikroorganisme,
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

2.5 Membran
2.5.1 Pengertian Membran
Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori-pori
membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Filtrasi
menggunakan membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan juga sebagai sarana
pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut.
Kelebihannya adalah membran tidak mengubah struktur molekul zat yang dipisahkan,
sehingga prosesnya lebih sederhana (Agustina, 2006).

II - 5
Universitas Sumatera Utara
Membran merupakan lapisan pembatas tipis yang bersifat selektif permeabel yang
artinya hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul tertentu. Membran dapat
dikarakterisasi menjadi tiga jenis, yaitu membran berpori, membran tak berpori, serta
membran penukar ion. Sedangkan menurut Mulder (1996) membran dapat diartikan
sebagai sekat permselektif diantara dua fasa. Transpor molekul melewati membran
dapat disebabkan oleh konveksi atau difusi akibat adanya perbedaan konsentrasi,
tekanan atau temperatur (Suhendi, 2007).

2.5.2 Prinsip Kerja Membran


Proses pemisahan dengan menggunakan media membran dapat terjadi karena membran
mempunyai sifat selektifitas yaitu kemampuan untuk memisahkan suatu partikel dari
campurannya. Hal ini dikarenakan partikel memiliki ukuran lebih besar dari pori
membran. Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemisahan dengan menggunakan
membran dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Proses Pemisahan dengan Membran


Sumber: Mulder, M, 1995

Upstream merupakan sisi umpan terdiri dari bermacam-macam molekul (komponen)


yang akan dipisahkan, sedangkan downstream adalah sisi permeat yang merupakan
hasil pemisahan. Pemisahan terjadi karena adanya gaya dorong (driving force) sehingga
molekul-molekul berdifusi melalui membran yang disebabkan adanya perbedaan
tekanan (Δ ), perbedaan konsentrasi (Δ ), perbedaan energi (Δ ), perbedaan temperatur
(Δ ).

Menurut Nasir Subriyer, dkk (2011), kinerja atau efisiensi perpindahan didalam
membran ditentukan oleh dua parameter yaitu:

II - 6
Universitas Sumatera Utara
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat atau fluks adalah jumlah
volume permeat yang melewati satu satuan permukaan luas membran dengan adanya
gaya dorong dalam hal ini berupa tekanan. Pada proses filtrasi nilai fluks yang umum
dipakai adalah fluks volume larutan umpan yang dapat melewati membran persatuan
satuan waktu persatuan luas membran. Faktor yang mempengaruhi permeabelitas
adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas
larutan serta tekanan dari luar.

b. Selektifitas
Selektifitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu alat membran keramik
menahan suatu suspensi atau melewati suatu suspensi tertentu lainya. Faktor yang
mempengaruhi selektifitas adalah besarnya ukuran partikel yang akan melewatinya,
interaksi antara membran, larutan - larutan umpan dan ukuran pori.

2.5.3 Jenis-jenis Membran


Menurut Mulder (1996), berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Porous membran. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan
dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran
sedangkan sisanya tertahan. Porous membran digunakan pada microfiltrasi dan
ultrafiltrasi.
b. Non-porous membran. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran
yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membran, tidak terdapat pori
seperti halnya porous membran. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme
difusi. Jadi, molekul terlarut didalam membran, baru kemudian berdifusi melewati
membran tersebut.
c. Carrier membran. Pada carrier membran, perpindahan terjadi dengan bantuan
carrier molecule yang mentrasnformasikan komponen yang diinginkan untuk
melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah
satu komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat tercapai.

II - 7
Universitas Sumatera Utara
2.6 Membran Keramik
Membran keramik adalah suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Membran keramik memiliki karakteristik yang memungkinkan dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi yang meliputi kapasitas yang baik, konduktivitas
panas rendah, tahan korosi, keras, kuat namun agak rapuh. Karakterisasi membran
adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh struktur pori dan mengetahui
morfologi membran untuk menghasilkan membran keramik yang baik dan kuat,
sehingga dapat diaplikasikan untuk pengolahan air bersih. Kinerja membran untuk
proses pemisahan biasanya dinyatakan dengan fluks permeat (permeabilitas) dan faktor
pemisahan (selektifitas) (Apriyanti dan Wishnu, 2017).

Membran keramik adalah filter yang dibuat dengan campuran tanah liat dan bahan
organik yang mudah terbakar seperti daun teh, bubuk kopi, biji gabus, serbuk gergaji,
sekam jagung, sekam padi dan sebagainya (Widodo, 2015). Membran keramik
kebanyakan dibuat dalam dua bentuk geometri utama yaitu tubular dan flat. Membran
keramik diilustrasikan sebagai media selektif permeabel dengan ukuran pori,
permukaan porositas, dan diameter tertentu yang menentukan permeabilitas dan
kemampuan separasinya. Komposisi membran keramik menentukan ukuran rongga,
pori dan luas permukaan pada gugus aktif dalam membran itu sendiri. Bahan baku
keramik yang umumnya dipakai adalah felspard, Ball clay, kwarsa, kaolin dan air.
(Nurhayati dan Tri, 2015).

Filter keramik dapat dibuat dari berbagai bahan yang mudah didapat, salah satunya
dengan menggunakan campuran antara limbah industri kerajinan keramik (grog), tanah
lempung (clay), dan zeolit (Furqoni dkk, 2016). Kinerja filter keramik berbasis tanah
liat dapat ditingkatkan secara signifikan dengan penggunaan aditif yang mudah terbakar
yang meningkatkan laju aliran dengan menciptakan jaringan pori-pori dan penggunaan
senyawa bakterisida untuk penghancuran patogen. Tidak seperti kimia atau desinfeksi
termal, filter keramik berbasis tanah liat tidak secara signifikan mengubah rasa atau
suhu air dan dalam mengurangi kekeruhan (Nnaji dkk, 2016).

Membran keramik merupakan membran yang mempunyai sifat yang tidak mudah
mengembang dalam air dan mudah untuk membentuk suspensi untuk melapisi membran
sebagai support (Dong, dkk., 2006). Membran keramik terbentuk dari kombinasi logam

II - 8
Universitas Sumatera Utara
(aluminium, titanium, zirkonium) dengan non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau
karbida. Contohnya adalah membran alumina atau zirkonia. Adanya oksida logam pada
membran keramik menghasilkan muatan listrik sehingga performance permukaan
material keramik lebih kuat. Secara fisik, membran keramik dapat berbentuk tube atau
disk, bersifat porous (Agmalini dkk, 2013).

Menurut literatur, baik (bio) filtrasi pasir dan filtrasi keramik memiliki potensi besar
untuk mengurangi kekeruhan dan bakteri. Namun filtrasi keramik menunjukkan
efisiensi yang jauh lebih baik, terutama untuk penghilangan bakteri (Duke et al., 2011).
Filter keramik memiliki masa manfaat yang cukup panjang sekitar 5 tahun atau lebih
dengan perawatan dan pemeliharaan yang tepat (Nnaji dkk, 2016).

Filter keramik sangat menarik pada negara-negara berkembang karena biayanya rendah,
kemudahan fabrikasi dan penggunaan, serta kemampuan mereka untuk menyaring
bakteri dari air dengan sangat efektif (Abiriga dan Sam, 2014). Membran keramik yang
digunakan sebagai pengolahan air sungai secara langsung menunjukkan bahwa
turbiditas dapat terolah antara 3 sampai 100 FNU, aliran filter dari 80 – 300 L/m2h
dengan hasil recovery antara 95,9 sampai 98,9% (A. Loi-Brügger, at all, 2006).
Membran keramik telah dimanfaatkan dalam pengolahan air pencucian dari saringan
pasir lambat (Weiying et al 2010).

2.6.1 Bentuk Membran Keramik


Filter keramik telah digunakan dari berbagai tempat diseluruh dunia sebagai sarana
pengolahan air minum tingkat rumah tangga. Terdapat beberapa bentuk pada filter
keramik, diantaranya bentuk piringan (disk) , silinder (candle), dan pot (Dies, 2001).

2.6.1.1 Piringan (Disk Filter)


Sistem filter berbentuk piringan terdiri atas wadah atas dan wadah bawah dengan filter
diletakkan diantara dua wadah tersebut. Air dituangkan ke dalam wadah atas dan
kemudian air tersaring melewati filter berbentuk piringan yang akan tertampung pada
wadah bagian bawah (Hong, 2002).

II - 9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Ceramic Disk Filter
(Sumber:Low, 2002)
2.6.1.2 Tabung/Lilin (Candle Filter)
Candle filter biasanya disebuk juga filter lilin, jenis filter air yang paling umum
digunakan di India dan Nepal dan juga tersedia di negara Brasil. Filter sistem lilin ini
terdiri dari dua wadah dan satu atau beberapa elemen filter lilin. Candle filter berbentuk
seperti lilin tebal dan dimasukkan ke dasar wadah atas. Air dituangkan ke dalam wadah
atas dan kemudian air tersaring melalui filter keramik ke wadah penampung bawah.
Filter lilin memiliki aliran yang sangat rendah, sehingga banyak digunakan dua atau tiga
filter lilin untuk suatu pengolahan air (Sagara, 2000).

Gambar 2.3 Ceramic Candle Filter


(Sumber: Sagara 2000)

2.6.1.3 Pot Filter


Filter keramik berbentuk pot merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak seperti filter
disk yang terdiri dari dua bahan (disk keramik dan dua wadah yang digabungkan)
dengan menggunakan semen sebagai perekatnnya. Dimana jika semen tersebut retak
pada filter disk maka akan menimbulkan resiko pada kemampuan filter dalam
menghilangkan kontaminasi mikroba. Pada filter berbentuk pot ini, menghilangkan
potensi kebocoran di sepanjang permukaan filter dengan wadah penampung. Pada filter
keramik pot, sebagian besar air hasil filtrasi keluar pada bagian sisi dinding samping
filter dan bagian bawah filter (Nnaji, 2016).

II - 10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Ceramic Pot Filter
(Sumber: Nnaji, 2016)

2.6.2 Bahan Dasar Pembuatan Membran Keramik


2.6.2.1 Tanah Liat (Lempung)
Tanah liat atau lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu
yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953).
Tanah liat (lempung) ialah kata umum untuk partikel mineral yang mengandung unsur
silika yang memiliki diameter kurang dari 4 mikrometer. Tanah liat mengandung
leburan silika dan aluminium dengan ukuran partikel yang halus. Tanah liat terbentuk
dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Tanah liat membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket
saat basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya (Aphin, 2012).

Tanah liat (lempung) sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah
satu bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia seperti untuk
pembuatan peralatan dapur untuk memasak dan lain sebagainya. Dilihat dari sudut ilmu
kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai
rumus senyawa: (Al2O3.2SiO2.2H2O) dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya:
Oksida Silinium (SiO2) 47%, Oksida Aluminium (Al2O3) 39%, dan Air (H2O) 14%
(Gatot, 2003).

Menurut Prameswari (2008), komposisi kimia tanah liat yang di analisa dengan
menggunakan alat Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

II - 11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi Tanah Liat

Komponen Kimia Kosentrasi (%)


C 0,33
O 46,91
Al 22,05
Si 13,42
S 0,23
Ca 0,21
Fe 14,78

Sumber: Pramerswari, 2008

Tanah Liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Aphin, 2012):
1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu
antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3. Dalam keadaan kering tanah cenderung sangat keras dengan ukuran butiran
tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4. Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 1000 0C.

Tanah liat memiliki sifat paling stabil dan paling tahan erosi. Agar tanah liat dapat
digunakan untuk membentuk benda keramik maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Nasir dkk, 2011):

1. Sifat Plastis
Sifat plastis berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda
yang dibentuk tidak akan mengalami keretakan, pecah atau berubah bentuk.
2. Memiliki kemampuan bentuk
Tanah liat juga harus memiliki kemampuan bentuk yaitu kualitas penompang bentuk
selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai penyangga.
3. Susut kering dan susut bakar
Tanah liat yang terlalu plastis biasanya memiliki persentase penyusutan lebih dari
15%, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki resiko retak dan
pecah yang tinggi.

II - 12
Universitas Sumatera Utara
4. Suhu kematangan (vitrifikasi)
Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu keadaan
benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk.
5. Porousitas
Fluks membran keramik secara langsung berhubungan dengan porositas, dimana
membran keramik yang bagus adalah membran dengan porositas tinggi tetapi tidak
menurunkan kekuatan mekanik membran tersebut.

Adapun jenis-jenis tanah liat dengan krakteristik yang dimiliki oleh setiap tanahnya
berbeda antara satu dengan yang lain. Berikut ini penjelasan tiap jenisnya:

1. Tanah liat Primer


Menurut Wahyu dkk (2009), menyebutkan tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah
liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak
berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat
sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Suhu matang
berkisar antara 1300ᵒC - 1400 ᵒC, bahkan ada yang mencapai 1750ᵒC. Yang termasuk
tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa dan dolomite,
biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah sekunder.
(Sappie, 2006). Menurut Sappie (2006) dalam ebooknya mengatakan bahwa tanah liat
primer memiliki ciri-ciri:
1. Berwarna putih sampai putih kusam
2. Cenderung berbutir kasar
3. Bersifat tidak plastis
4. Daya lebur tinggi
5. Daya susut kecil
6. Bersifat tahan api

2. Tanah liat Sekunder


Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan
batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya (Wahyu dkk, 2009).
Perpindahan jauh ini dikarenakan tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran
tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa,

II - 13
Universitas Sumatera Utara
tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur
dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia
maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat
sekunder yang lebih halus dan lebih plastis (Sappie, 2006). Tanah liat sekunder
memiliki ciri-ciri:
1. Kurang murni.
2. Cenderung berbutir halus.
3. Bersifat plastis.
4. Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning
kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
5. Daya susut tinggi.
6. Suhu bakar 1200ᵒC - 1300ᵒC, ada yang sampai 1400ᵒC (fireclay, stoneware,
ballclay).
7. Suhu bakar rendah 900ᵒC - 1180ᵒC, ada yang sampai 1200ᵒC (earthenware).

2.6.2.2 Serbuk Gergaji


Setiap pengolahan kayu menjadi bahan setengah jadi ( misalnya berupa papan atau
balok ) atau menjadi barang jadi ( furniture) selalu menghasilkan produk sampingan
yaitu limbah yang berupa serbuk gergaji (sawdust) hasil penggergajian dengan
menggunakan pencacah, penyerut, bilah penghancur dan lain-lain (Enyew dkk, 2017).
Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya
yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya
berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan.
Untuk itu banyak pemanfaatan dari limbah serbuk gergaji, seperti sebagai bahan
campuran pembuatan meubel, bahan pembuatan batako, media tanam, briket serbuk
gergaji, dan mengolah pembuatan kertas. Selain itu pemanfaatan serbuk gergaji juga
digunakan untuk sebagai bahan pencampur dalam saringan keramik (Kurniaty, 2011).

Serbuk gergaji merupakan bahan perpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori
tersebut, dimana sifat serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah meyerap air. Pada
umumnya bahan komposit dari olahan serat atau pabrikan mempunyai sifat mekanis
seperti keteguhan lentur, keteguhan patah, keteguhan rekat dan cukup tinggi (Kasam,
dkk, 2009).

II - 14
Universitas Sumatera Utara
Serbuk gergaji kayu mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan
zat ekstraktif kayu, sehingga mampu menjadi bahan aditif pembuatan membran keramik
(Slamet, 2013). Serbuk gergaji dipilih sebagai bahan yang mudah terbakar dalam
penelitian ini karena memberikan campuran yang homogen dengan tanah liat, tidak
seperti bahan yang mudah terbakar lainnya seperti limbah bubuk kopi dan sekam padi
(Molly, 2009). Adapun komposisi yang terkandung didalam serbuk gergaji dapat dilihat
pada Tabel 2.2 dan 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.2 Komponen Fisik Kandungan Serbuk Gergaji

No. Komponen Fisik Konsentrasi %


1. Kadar Air 10,8
2. Kemampuan 0,14 or 2,05
gravitasi
3. Porositas 84
4. Kemampuan 50
menyimpan air

Sumber: Hipoci dan scholarlypages, 2016

Tabel 2.3 Komponen Kimia Serbuk Gergaji

No. Komponen Konsentrasi %


Kimia
1. Mineral 3,3
2. Lignin 29,3
3. Holoselulosa 83,8
4. Karbon 61,58
5. Hidrogen 5,32
6. Oksigen 33,04
7. Nitrogen 0
8. Fe2CO3 1,7
9. Al2O3 2,7
10. SiO2 85
11. MgO 0,25
12. CaO 3,5

Sumber: Hipoci dan scholarlypages, 2016

II - 15
Universitas Sumatera Utara
Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi
untuk digunakan sebagai adsorben karena keberadaan gugus fungsional –OH pada
selulosa. Serbuk gergaji juga memiliki komponen utama Pozzolan atau bahan yang
mengandung SiO2 (silika) dan aluminium yang bersifat cementitious (bersifat mengikat)
sehingga mampu dikombinasikan dengan tanah liat untuk pembuatan membran keramik
(Intan dkk, 2016).

Kekuatan filter berbanding terbalik dengan volume serbuk gergaji di tanah liat
sementara porositas filter berbanding lurus dengan jumlah serbuk gergaji dalam
campuran keduanya. Porositas filter ditemukan berbanding lurus dengan persentase.
Dengan meningkatnya suhu dari 200 oC hingga 500 oC, serbuk gergaji yang terkandung
dalam tanah liat terbakar meninggalkan pori-pori terbuka (yang meningkatkan porositas
sampel) dalam spesimen. Bahan organik bergabung dengan oksigen di atmosfer tungku
pembakaran untuk membentuk karbon (IV) oksida dan gas lainnya. Selama rentang
temperatur 200 oC hingga 280 oC, semua hemiselulosa terurai, menghasilkan produk
yang mudah menguap seperti karbon (IV) oksida, karbon (II) oksida dan uap yang dapat
dikondensasikan. Dari 280 oC hingga 500 oC, dekomposisi selulosa meningkat dan
mencapai puncak sekitar 320 oC. Produk-produk tersebut kembali bergejolak. Tingkat
dekomposisi lignin meningkat dengan cepat pada suhu di atas 320 oC. Hal ini disertai
dengan peningkatan yang relatif cepat dalam kandungan karbon dari bahan sisa padatan
(Roberts, 1971).

Selain itu, serbuk gergaji memiliki pembentukan yang seragam untuk pori-porinya
sehingga tidak menyebabkan filter membesar dan lebih sedikit kemungkinan cacat pada
filter (Katherine et al, 2000). Serbuk gergaji yang terdapat dalam membran keramik
tersebut mempunyai muatan listrik negatif, dengan demikian mampu mengadsorbsi
partikel-partikel positif yang terdapat pada membran (Kasam, dkk, 2009).

2.6.3 Metode Pembuatan Membran Keramik


Menurut Ismaniar (2014), membran keramik yang akan digunakan dalam penelitian ini
dibuat dengan metoda yang sama seperti pembuatan keramik. Secara garis besar
langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan keramik adalah :
1. Pemilihan bahan dasar (raw material selection)

II - 16
Universitas Sumatera Utara
Pada tahapan ini, bahan dasar dipilih berdasarkan kebutuhan. Beberapa hal yang
dipertimbangkan adalah karakteristik dari material yang ingin dihasilkan, biaya dan
kemudahan dalam memperoleh bahan tersebut. Bahan dasar kemudian diolah lebih
lanjut hingga siap untuk diproses menjadi powder.
2. Pembuatan Powder (Powder Preparation)
Umumnya bahan dasar pembuatan keramik selalu dalam bentuk powder. Terdapat
beberapa keuntungan dari dibuatnya powder, diantaranya untuk memperkecil ukuran
partikel dan memodifikasi distribusi ukurannya. Pembuatan powder dapat dilakukan
dengan menggunakan penggerusan manual seperti mortar atau ball mill.
3. Pencampuran
Bahan baku atau sampel yang sudah menjadi powder dilakukan proses pencampuran
bahan baku sehingga homogen dengan bantuan sedikit air.
4. Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan pencetak khusus untuk membuat
membran keramik, kemudian dilakukan proses pengeringan.
5. Pengeringan
Pengeringan pembuatan membran ini dilakukan dalam dua tahap yaitu dengan
bantuan sinar matahari dan pemanasan dengan suhu tinggi.

2.6.4 Keunggulan dan Kekurangan Membran Keramik


2.6.4.1 Keunggulan Membran Keramik
Adapun keunggulan membran keramik yaitu (Abiriga dan Sam, 2014):
1. Biaya rendah
2. Kemudahan fabrikasi dan penggunaan
3. Kemampuan menyaring bakteri air sangat efektif
4. Stabilitas termalnya terhadap senyawa kimia, degradasi biologis ataupun mikroba;
5. Sifat-sifatnya menunjukkan keunggulan bila dibandingkan dengan membran yang
terbuat dari senyawa polimer, dan relatif mudah untuk dibersihkan;
6. Tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas;
7. Material bahan baku membran sangat bervariasi sehingga mudah diadaptasikan
pemakaiannya.

II - 17
Universitas Sumatera Utara
2.6.4.2 Kekurangan Membran Keramik
Adapun kekurangan membran keramik yaitu (Nasir, Subriyer 2011):
1. Sulit mencapai kualitas produk akhir yang reproducible;
2. Harga sistem membran meningkat signifikan seiring dengan meningkatnya
kebutuhan sifat-sifat produk, antara lain porositas, ukuran pori, reproducibility, dan
reliability;
3. Fenomena membran fouling, sehingga membran perlu dicuci secara berkala;
4. Masa pakai membran terbatas.

2.7 Parameter Penelitian


Parameter yang diuji dalam penelitian ini, yaitu Kekeruhan dan Total Coliform.
Penjelasan dari kedua parameter tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

2.7.1 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan indikator dalam menilai kecocokan air untuk konsumsi manusia.
Ini merangsang pertumbuhan bakteri dan patogen air lainnya (WHO / UNICEF, 2004).
Bersama dengan E. coli, pH dan sisa klorin, kekeruhan merupakan salah satu parameter
kunci kualitas air. Ini juga digunakan untuk mengukur efektivitas penyaringan air.
Konsentrasi organik tinggi dan / atau banyak partikel tersuspensi seperti lempung,
lanau, plankton, dan organisme mikroskopis lainnya serta presipitat kimia akan
memperlambat laju aliran air dengan menyumbat pori-pori keramik secara progresif. Ini
akan mempengaruhi laju filtrasi (Mattelet, 2006). Kekeruhan diukur dengan
menentukan tingkat hamburan cahaya oleh partikulat hadir dalam sampel (Miller,
1997). Air yang akan diolah dengan menggunakan filter keramik harus memiliki nilai
kekeruhan pengolahan awal maksimum 15-20 NTU untuk menghindari penyumbatan
pori-pori (Van, 2006).

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU
(Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit). Kekeruhan dinyatakan
dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan ini
disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini
membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri
(Effendi, 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/

II - 18
Universitas Sumatera Utara
Menkes/Per/IV/2010 Tahun 2010, kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan
dalam air adalah 5 NTU.

Kekeruhan air sungai sangat dipengaruhi oleh erosi yang meliputi proses pelepasan,
penghanyutan serta pengendapan. Hal ini akan menyebabkan turunnya produktivitas
lahan pertanian dan kualitas air serta mengurangi kapasitas sungai. Tingkat kekeruhan
yang tinggi pada air sungai akan merugikan pada sektor penyediaan air bersih yang
bersumber dari air permukaan sehingga akan meningkatkan biaya pengolahan (Suripin,
2002).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya


cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air
(Furqoni dkk, 2016). Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi
karena zat-zat tersuspensi terdapat dalam kolom air. Semakin keruh suatu perairan
berarti semakin banyak bahan tersuspensi dan terlarut yang ada di perairan. Tingginya
nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas
desinfeksi pada proses penjernihan air (Davis dan Coenwell, 1991 dalam Effendi,
2003).

Total Suspended Solid menyebabkan kekeruhan air, tidak larut, dan tidak dapat
mengendap langsung. Total Suspended Solid (TSS) dapat melayang didalam air dan
akan menghalangi masuknya sinar matahari kedalam lapisan air. Padatan tersuspensi
total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >
1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Kasam dkk,
2009).

Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan peningkatan konsentrasi


kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan. Keberadaan total padatan
tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
badan air. Dan dampaknya bagi budidaya perairan adalah adanya absorsi cahaya oleh
air dan bahan-bahan terlarut, pembiasan cahaya yang di sebabkan oleh bahan-bahan
yang melayang. Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi
cahaya matahari ke dalam badan air (Tantowi, 2002).

II - 19
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Total Coliform
Menurut ketentuan WHO (World Health Organization) dan APHA (American Public
Health Association), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri
didalamnya. Terdapat beberapa jenis bakteri yang hidup di dalam air yaitu bakteri
Coliform dan E-Coli (Utami dkk, 2012).

Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif
anaerob, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
asam dan gas pada suhu 35°C-37°C (Knechtges, 2011). Golongan bakteri Coliform
adalah Citro bacter, Enterobacter, Escherichia coli, dan Klebsiella (Batt, 2014).

Bakteri total coliform merupakan mikroorganisme yang terdapat dalam proses filtrasi
dan membentuk lapisan biofilm. Temperatur optimal pertumbuhan bakteri ini yaitu pada
suhu 35-37ᵒC dengan media yang tenang untuk perkembangbiakkannya (Effendie,
2003). Berdasarkan penelitian Willshaw et al., (2000) suhu pertumbuhan optimum total
coliform adalah 37oC, tetapi juga dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15-45oC.
Sementara itu mikroorganisme berkembang biak dengan cara membelah diri dari 1 sel
tunggal menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya.

Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15-30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan (Aminudin, 2009).

Total Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran. Total Coliform yang berada di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Total Coliform dibagi menjadi dua
golongan, yaitu Coliform fekal, seperti E. coli yang berasal dari tinja manusia, hewan
berdarah panas, dan Coliform nonfekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan
berasal dari tinja manusia, tetapi berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati
(Pakpahan dkk, 2015).

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air

II - 20
Universitas Sumatera Utara
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia
coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah
(Entjang, 2003).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/


Menkes/Per/IV/2010 Tahun 2010, kadar maksimum Total Coliform didalam air adalah
0/100 mg/l.

Penelitian Eshcol et al, (2014) di India menunjukkan 36% air minum rumah tangga
tidak memenuhi syarat bakteriologi. Penelitian Suprihatin dkk (2013) di 10 kota besar di
Indonesia menunjukkan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas
air minum dan 16% sampel tercemar bakteri Coliform. Bila dalam sumber air
ditemukan bakteri Coliform ini maka hal ini merupakan indikasi bahwa sumber tersebut
telah mengalami pencemaran oleh kotoran manusia/hewan berdarah panas (Kasam dkk,
2009).

Pengendalian mikroba secara fisik dapat dilakukan diantaranya suhu tinggi, air
mendidih, pembakaran, pengeringan, osmosis balik, dan filtrasi. Filtrasi adalah proses
penyaringan partikel secara fisik, kimia dan biologi untuk memisahkan atau menyaring
partikel yang tidak terendapkan melalui media berpori (Tri dan joko, 2010).

II - 21
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini sampel air yang digunakan yaitu berasal dari DAS Deli, di Kampung
Aur yang merupakan bagian dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota
Medan. Dalam penelitian ini digunakan sembilan rangkaian Unit media membran
keramik dengan bentuk pot filter dimana, berdasarkan komposisi bahan dan ukuran
partikel masing-masing terdiri dari 3 perlakuan. Unit pertama dengan media membran
keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk gergaji (80% : 20%), Unit kedua dengan
media membran keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk gergaji (85% : 15%) dan
Unit ketiga dengan media membran keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk
gergaji (90% : 10%). Penelitian ini juga menggunakan variasi ukuran tanah liat dan
serbuk gergaji pada membran keramik dengan menggunakan range yaitu bahan yang
lolos di 35 mesh dan tertahan di mesh 50, lolos ayakan 50 mesh dan tertahan di ayakan
60 mesah dan lolos ayakan 60 mesh dan tertahan di ayakan 100 mesh. Sampel Air
Sungai Deli dialirkan secara batch pada masing-masing Unit pada waktu yang
bersamaan dan debit yang sudah ditentukan antara ketiga Unit tersebut yaitu sebanyak 3
liter air. Kemudian ditunggu sampai air merembes melewati media sehingga tertampung
di wadah penampung.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efesiensi penyisihan Total Coliform dan
kekeruhan dengan menggunakan media membran keramik dengan media tanah liat dan
serbuk gergaji. Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Adapun Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:

Mulai

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Penentuan Metode
Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer

Desain Peralatan Penelitian

1. Desain dimensi reaktor


2. Sistem inlet dan oulet
3. Persiapan alat dan bahan

Pengumpulan Alat
dan Bahan

Perancangan Reaktor
Membran Keramik

Analisa
Laboratorium

Perlakuan Variasi Perlakuan Variasi Pengujian


Komposisi Bahan Ukuran Partikel Sampel

Pengolahan dan
Analisa Data serta
Pembahasan

Kesimpulan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

III - 2
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Medan.

3.3 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan selama ± 5 bulan yaitu mulai bulan Juni 2018 hingga
Oktober 2018 yang dilanjutkan dengan pengolahan dan penyusunan data serta
penyusunan laporan.

3.4 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah efisiensi penurunan konsentrasi Total Coliform dan
kekeruhan pada air Sungai Deli dengan menggunakan membran keramik dengan
komposisi media tanah liat dan serbuk gergaji.

3.5 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel, yaitu variabel tetap dan variabel
berubah :

3.5.1 Variabel Tetap


Adapun variabel tetap dalam penelitian ini adalah:
1. Air Sungai Deli ;
2. Media membran keramik yaitu tanah liat dan serbuk gergaji dengan bentuk pot
filter;
3. Ketinggian media yaitu 18 cm dengan diameter 21 cm dan tebal 1 cm;
4. Suhu pembakaran 850oC – 900 oC.

3.5.2 Variabel Berubah


Adapun variabel berubah dalam penelitian ini adalah:
1. Komposisi bahan media
Unit pertama dengan media membran keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk
gergaji (80% : 20%), Unit kedua dengan media membran keramik yang berkomposisi
tanah liat : serbuk gergaji (85% : 15%) dan Unit ketiga dengan media membran keramik
yang berkomposisi tanah liat : serbuk gergaji (90% : 10%).

III - 3
Universitas Sumatera Utara
2. Ukuran Bahan (material)
Variasi ukuran bahan tanah liat dan serbuk gergaji pada membran keramik
menggunakan range yaitu bahan yang lolos di ayakan 35 mesh dan tertahan di mesh 50,
lolos ayakan 50 mesh dan tertahan di ayakan 60 mesh dan yang terakhir lolos ayakan 60
mesh dan tertahan di ayakan 100 mesh.

3.6 Parameter Uji


Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap dua parameter, yaitu :
1. Kekeruhan
2. Total Coliform

3.7 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan meliputi:
3.7.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil analisa penelitan di
laboratorium ataupun penelitian di lapangan secara langsung mulai dari pengujian
awal sampai pengujian akhir.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur pustaka.

3.8 Persiapan Alat dan Bahan


3.8.1 Alat
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan untuk pembuatam membran keramik pada
penelitian antara lain:
1. Jerigen 35 liter
Jerigen digunakan untuk wadah pada pengambilan sampel air Sungai Deli.
2. Tungku pembakaran
Tungku pembakaran digunakan sebagai tempat pembakaran membran keramik yang
telah siap dibakar.
3. Ayakan
Ayakan digunakan untuk mengayak tanah liat dan sekam padi. Ayakan yang
digunakan adalah ayakan dengan ukuran 35 mesh, 50 mesh, 60 mesh dan 100 mesh.

III - 4
Universitas Sumatera Utara
4. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur konsentrasi air pada pembuatan membran
keramik.
5. Ember
Ember digunakan sebagai wadah pada membran keramik dan sebagai bak
penampung air hasil dari unit membran keramik
6. Timbangan
Timbanan digunakan untuk menimbang tanah liat dan sekam padi pada pembuatan
membran keramik.
7. Ball Mill
Ball Mill digunakan untuk menghaluskan tanah liat.
8. Alat ukur (penggaris atau meteran)
Alat ukur untuk mengukur ketinggian, lebar dan tebal pada proses pembuatan
membran keramik.
9. Keran Air
Keran air sebagai tempat air hasil dari membran keramik keluar dari bak penampung
sementara.
10. Cool box
Cool box digunakan untuk wadah botol sampel yang sudah disterilkan, agar menjaga
kestabilan steril botol sampel tersebut.
3.8.2 Bahan
1. Tanah liat
Tanah liat pada penelitian ini berasal dari Pengrajin pot yang berlokasi di Jalan
Darmo, Ujung Serdang, Tj. Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji pada penelitian ini berasal dari industri properti yang berlokasi di
Dusun Kuini, Pasar 7 Desa Melati II Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai,
Sumatera Utara.
3. Air bersih
Air pada penelitian ini sebagai bahan pencampur pada proses pembuatan membran
keramik.

III - 5
Universitas Sumatera Utara
4. Aquades
Aquades digunakan untuk membilas/merendam membran keramik yang telah
dibakar untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang tertinggal pada saat proses
pembakaran.
5. Alkohol 70%
Alkohol 70 % digunakan untuk strerilisasi membran keramik dan bak (wadah)
penampung hasil rembesan air.
6. Sampel Air Sungai Deli
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang berasal dari DAS Deli
dan berlokasi di Kampung Aur tepatnya di Gang Mantri, yang merupakan bagian
dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Lokasi pengambilan
sampel air dikarenakan masih banyak masyarakat sekitar sungai yang menggunakan
air sungai tersebut untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan kakus
(MCK). Lokasi sampling dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Lokasi Sampling


Sumber: Google Earth, 2018

III - 6
Universitas Sumatera Utara
3.9 Prosedur Penelitian
3.9.1 Prosedur Pembuatan Membran Keramik
Tahapan prosedur pembuatan membran keramik dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah
ini:

Mulai

Dihaluskan tanah liat yang telah dijemur sampai kering, lalu


diayak dengan ayakan ukuran (35-50 ), (50-60 ), (60-100 )
mesh.

Dihaluskann serbuk gergaji dan, lalu diayak dengan ayakan


ukuran (35-50 ), (50-60 ), (60-100 ) mesh.

Tanah liat dan bahan aditif (serbuk gergaji ) dicampur


merata dengan komposisi masing-masing perlakuan dengan
penambahan air secukupnya

Perlakuan I: Tanah liat (80%) : Perlakuan II: Tanah liat (85%) : Perlakuan III: Tanah liat
serbuk gergaji (20) serbuk gergaji (15%) (90%) : serbuk gergaji (10%)
Ukuran mesh : (35-50), (50-60) Ukuran mesh : (35-50), (50-60) dan Ukuran mesh : (35-50), (50-
dan (60-100) (60-100) 60) dan (60-100)

Pencetakan membran dengan bentuk pot dengan tinggi 18


cm, diameter 21 cm dan tebal 1cm, lalu keringkan dengan
dijemur dibawah sinar matahari sampai kering

Membran dibakar pada tungku pembakaran dengan suhu


850 -900°C selama 8 jam.

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Membran Keramik

Adapun penjelasan proses pembuatan membran keramik adalah sebagai berikut:


1. Tanah liat diiris tipis-tipis, lalu dijemur hingga kering, kemudian dihaluskan
dengan mesin ball mill dan diayak menggunakan ayakan ukuran range 35-50 mesh,
50-60 mesh dan 60-100 mesh.
2. Bahan aditif berupa serbuk gergaji yang sudah dihaluskan kemudian diayak
menggunakan ayakan ukuran range 35-50 mesh, 50-60 mesh dan 60-100 mesh.
3. Tanah liat dan bahan aditif (serbuk gergaji) dicampur merata dengan perbandingan
% volume masing-masing, perlakuan I tanah liat : serbuk gergaji (80% : 20%)
perlakuan II tanah liat : serbuk gergaji (85% : 15%) dan perlakuan III tanah liat :

III - 7
Universitas Sumatera Utara
serbuk gergaji (90% : 10%). Sedikit tambahkan air ke dalam adonan membran
sambil diaduk rata hingga campuran keduanya dirasa mudah untuk dibentuk.
4. Adonan membran dicetak berbentuk pot filter dengan diameter membran 21 cm,
tinggi membran 18 cm dan tebal membran 1 cm untuk memperkirakan susut pada
saat proses pembuatan.
5. Adonan dikeluarkan dari cetakan membran, kemudian dikeringkan pada temperatur
kamar selama 7 hari.
6. Membran yang telah terbentuk kemudian dikeringkan pada sinar matahari sampai
kering selama beberapa hari
7. Tahap selanjutnya membran dibakar pada tungku pembakaran dengan suhu 850-
900 ᵒC selama 8 jam.
Berdasarkan literatur buku panduan pembuatan saringan keramik (2011), dalam
proses pembakaran membran keramik terdiri dari dua tahap suhu pembakaran
yaitu:
1. Proses dehidrasi yang lengkap
2. Proses vitrifikasi (perubahan unsur kimia) dari lempung yang akan menghasilkan
pot keramik yang matang.

Suhu tahap pertama akan menghasilkan proses dehidrasi pasa suhu 100 oC. suhu
tahap kedua menghasilkan proses vitrifikasi pada suhu 860 oC.

3.9.2 Desain Penelitian


Penelitian ini akan menggunakan sistem membran keramik yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Dalam penelitian ini digunakan sembilan rangkaian Unit media membran keramik
dengan bentuk pot filter dimana, berdasarkan komposisi bahan dan ukuran partikel
masing-masing terdiri dari 3 perlakuan dengan ketinggian membran (t) = 18 cm dan
diameter (d) = 21 cm dengan perencanaan dimensi, antara lain: tinggi = 18 cm; tebal
membran keramik = 1 cm dengan komposisi membran sebagai berikut :

Membran 1 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 1-C90-35.
Membran 2 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 2-C85-35.

III - 8
Universitas Sumatera Utara
Membran 3 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 3-C80-35.
Membran 4 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 4-C90-50.
Membran 5 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 5-C85-50.
Membran 6 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 6-C80-50.
Membran 7 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 7-C90-60.
Membran 8 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 8-C85-60.
Membran 9 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 9-C80-60.
Adapun sistem membran keramik dalam penelitian tugas akhir ini ditunjukkan seperti
pada Gambar 3.4 dibawah ini.

Gambar 3.4 Sistem Membran Keramik

III - 9
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
1. Tutup bak
2. Membran keramik berbentuk pot dengan tinggi 18 cm, diameter 21 cm dan ketebalan
membran 1 cm
3. Bak (wadah) penampung membran dengan tinggi 31 cm dan diameter 22,5 cm
4. Air yang merembes keluar dari membran
5. Air hasil filter dari membran
6. Keran
7. Bak (wadah) penampung Outlet

Adapun desain unit membran keramik pada saat proses running yaitu dapat dilihat pada
Gambar 3.5 dibawah ini :

Gambar 3.5 Desain Unit Membran Keramik saat Proses Running

III - 10
Universitas Sumatera Utara
3.9.3 Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian membran keramik dapat dilihat pada Gambar 3.6
dibawah ini :
Mulai

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Dimasukkan membran kedalam wadah membran dan


dilakukan pencucian dengan aquades, lalu sterilisasi
membran dan bak penampung.

Dimasukkan air kedalam membran sebanyak 3 liter

Ditampung sampel air hasil filtrasi pada bak


penamapung

Apakah ada variasi komposisi


bahan?
I (80% : 20%), II 85% :15%), dan
III (90% : 10%)

Apakah ada variasi ukuran bahan?


(35-50), (50-60) dan 60-100) mesh

Diukur penurunan konsentrasi Total Coliform dan


kekeruhan dari masing-masing out let pada membran

Selesai

Gambar 3.6 Flowchart Penyisihan Total coliform dan kekeruhan dengan Membran
Keramik

Adapun penjelasan tahapan penelitian dengan membran keramik adalah sebagai


berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Dimasukkan membran kedalam wadah yang telah dilakukan pencucian membran
keramik dengan menggunakan aquades dengan terlebih dahulu dengan maksud untuk
membilas dan membersihkan kotoran sisa pembakaran.
3. Sterilisasi membran dan wadah penampung dengan menggunakan alkohol 70%
4. Sampel air dimasukkan ke dalam membran keramik sebanyak 3 liter.
5. Ditunggu sampai air merembes dari membran.

III - 11
Universitas Sumatera Utara
6. Air dari membran ditampung pada wadah penampung.
7. Dilakukan pengujian air dari masing-masing hasil outlet pada membran.

3.10 Cara Pengambilan Sampel Air dari Membran Keramik


Air yang sudah merembes dan tertampung pada wadah penampung diambil dan dibawa
ke Laboratorium untuk pengujian sampel. Pengambilan sampel untuk kekeruhan
menggunakan botol sampel biasa yang terbuat dari bahan plastik dengan ukuran 50 ml.
Keran dibuka, kemudian air ditampung menggunakan botol sampel. Sedangkan untuk
sampel total coliform menggunakan botol yang sudah disterilisai yaitu dengan
menggunakan botol kaca berwarna gelap yang sudah dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 121 oC. Cara pengambilannya, keran air pada wadah penampung disemprotkan
alkohol 70%, kemudian dibuka tutup botol yang sudah steril. Leher pada botol
disemprotkan alkohol 70%, lalu buka keran dan air ditampung dengan menggunakan
botol steril. Terakhir tutup botol steril dan masukkan kedalam coolbox untuk menjaga
kestabilan suhunya.

3.11 Pengujian Sampel


Pada penelitian ini terdapat dua sampel yang akan diuji yaitu kekeruhan dan total
coliform.

3.11.1 Kekeruhan
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan kekeruhan yang terdapat
dalam contoh uji air adalah metode Turbidimeter.

1. Prinsip
Membandingkan intensitas cahaya dari contoh dengan intensitas cahaya dari suspensi
standar pada kondisi tertentu.
2. Bahan
a. Sampel yang akan diuji
b. Aquades
c. Tissue
3. Peralatan
a. X-Turbidimeter
b. Tabung kaca turbiditimeter 20 ml

III - 12
Universitas Sumatera Utara
c. Botol semprot yang berisi aquades
4. Prosedur
a. Hidupkan alat X-turbidimeter
b. Ambil sampel yang akan diuji
c. Masukkan sampel ke dalam tabung kaca X-turbidimeter untuk pembilasan
d. Masukkan kembali sampel yang akan diuji ke dalam tabung X-turbidimeter
sebanyak 10 ml, lalu lap tabung kaca hingga kering
e. Tekan buttom “Red Enter”, tunggu hasil pada monitor alat
f. Catat hasil pemeriksaan yang pertama
g. Tekan buttom “Red Enter”, tunggu hasil pada monitor alat untuk hasil yang
kedua
h. Ambil nilai rata-rata parameter uji ke-1 dan parameter uji ke-2
i. Bilas dengan aquades tabung kaca X-turbidimeter

3.11.2 Total Coliform


1. Prinsip
Menumbuhkan bakteri dalam suatu media cair dan perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu
tertentu.
2. Bahan
a. Sampel air sungai Deli
b. Aquades 3 liter
c. Alkohol 70%
d. Lactose Broth Strength (LBS)
e. Brilliant Green Lactose Bile 2 % Broth
f. Spirtus
g. Kapas
3. Peralatan
a. Botol sampel
b. Waterbath bertutup dengan sirkulasi 45oC
c. Tabung reaksi
d. Tabung durham
e. Inkubator 35oC

III - 13
Universitas Sumatera Utara
f. Pipet tetes 5 mL dan10 mL
g. Bunsen
h. Ose bulat
i. Spatula
j. Timbangan analitik
k. Beaker glass
l. Autoklaf
m. Bola hisap
n. Cawan petri
o. Rak tabung reaksi
4. Prosedur
Pembuatan media Total coliform :
a. Media Lactose Broth Strength
Ditimbang 13 gram serbuk Lactose Broth Strength dan dilarutkan dalam 1000
mL aquades. Kemudian dipipet masing-masing 10 mL ke dalam 10 tabung
reaksi yang sudah berisi tabung durham dalam posisi terbalik. Ditutup mulut
tabung reaksi dengan disumbat kapas. Media siap disterilisasi dengan disusun
kedalam keranjang dan dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama
60 menit. Autoklaf dimatikan dan dibiarkan manometer sampai menunjukkan
angka nol, kemudian autoklaf dibuka dan dibiarkan hingga dingin.
b. Media Brilliant Green Lactose Bile 2 % Broth
Ditimbang 40 gram serbuk Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dan
dilarutkan dalam 1000 mL aquades. Kemudian dipipet masing-masing 10 mL
ke dalam 10 tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham dalam posisi
terbalik. Ditutup mulut tabung reaksi dengan disumbat kapas. Media siap
disterilisasi dengan disusun kedalam keranjang dan dimasukkan kedalam
autoklaf pada suhu 121 oC selama 60 menit. Autoklaf dimatikan dan dibiarkan
manometer sampai menunjukkan angka nol, kemudian autoklaf dibuka dan
dibiarkan hingga dingin.

III - 14
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan Total Coliform :
a. Uji pendugaan coliform (Presumptive coliform)
1. Pengerjaan sampel dilakukan secara aseptik, dengan cara didekatkan dengan
api.
2. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 10 mL ke dalam tabung reaksi.
3. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 1 mL ke dalam tabung reaksi.
4. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 0,1 mL ke dalam tabung reaksi.
5. Tabung digoyang-goyangkan sehingga sampel tercampur dengan medium
secara merata.
6. Diinkubasi semua tabung pada suhu 35 oC selama 24-48 jam.
7. Diamati tabung-tabung yang menunjukkan reaksi positif, yaitu terbentuknya
gelembung gas dan larutan menjadi keruh.
8. Lakukan “Uji penegasan coliform” untuk tabung-tabung positif.
b. Uji penegasan coliform
1. Pengerjaan sampel dilakukan secara aseptik, dengan cara didekatkan dengan
api.
2. Digoyang-goyangkan tabung dari hasil uji pendugaan yang menunjukkan
reaksi positif.
3. Diinokulasikan sampel sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi medium
Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dengan menggunakan jarum ose.
4. Diinkubasi BGLB Broth pada suhu 35oC yang telah diinokulasi selama 24-48
jam.
5. Diperiksa dan dilakukan pembacaan tabung-tabung BGLB Broth yang
menghasilkan gas selama 24-48 jam pada suhu 35oC. Tabung positif ditandai
dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham.
6. Dicatat jumlah tabung-tabung yang positif terbentuk gas pada uji penegasan
kemudian perhitungan disesusaikan dengan tabel Most Probable Number
(MPN) yang sesuai dengan SNI 01-23311-2006.

III - 15
Universitas Sumatera Utara
3.12 Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil analisis seperti Total coliform dan kekeruhan
diolah menggunakan Microsoft excel yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Untuk mengetahui efisiensi (dinyatakan dalam %) penyisihan yang dihasilkan, dapat
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
BA
E (%)  x 100 % (3.1)
B
Dimana:
E = efisiensi (%)
A = Hasil Total coliform dan kekeruhan sesudah pengolahan
B = Hasil Total coliform dan kekeruhan sebelum pengolahan

Dari hasil perhitungan yang telah didapat, kemudian dibuat grafik efisiensi penyisihan
terhadap penurunan Total coliform dan kekeruhan.

3.13 Proses Pencucian Kembali Membran Keramik


Membran keramik yang telah digunakan lama kelamaan akan tersumbat oleh partikel-
partikel air yang tertahan pada membran. Membran sebaiknya dilakukan pencucian
kembali agar laju perembesan pada membran tidak lambat. Menurut Dies (2001), cara
pencucian membran yaitu sebagai berikut:
1. Keluarkan membran pada bak penampung, tempatkan filter pada kain yang telah
dicuci dengan air yang diklorinasi atau direbus.
2. Isi membran dengan air dan gosok dengan menggunakan sikat untuk membersihkan
pori-pori membran. Hindari penggosokan pada membran yang terlalu kuat, karena
akan menyebabkan beberapa partikel kecil tanah liat pada membran akan rusak.
3. Bersihkan bak penampung dengan membilasnya pada air yang mengalir.
4. Letakkan kembali membran pada wadah penampung.

III - 16
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Karakteristik Sungai Deli


Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu berasal dari DAS Deli dan berlokasi
di Kampung Aur yang merupakan bagian dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan
Maimun, Kota Medan. Kampung Aur merupakan permukiman yang letaknya di tepi
Sungai Deli. Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah
Sungai (SWS) Belawan/Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai. Sampling dilakukan
sesuai dengan SNI 6989.57:2008 Air dan air limbah – bagian 57: Metoda pengambilan
contoh air permukaan. Pada saat pengambilan sampel dilakukan pengukuran terhadap
kekeruhan dan Total Coliform. Pemeriksaan parameter diukur menggunakan alat
turbidimeter Inscienpro dan metode Most Probable Number (MPN). Setelah dilakukan
sampling maka diketahui hasil kualitas air baku Sungai Deli yang dapat dilihat pada
tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Kualitas Air Sungai Deli di Kampung Aur

Hasil Pemeriksaan
Baku Rata-
No Parameter Satuan Metode Keterangan
Mutu Sampling Sampling rata
ke-1 ke-2
1 Kekeruhan NTU 5 13,76 15,6 14,68 Turbidimetri Melebihi
Jumlah Most
Total per 100 Probable
2 0 >16.000 >16.000 >16.000 Melebihi
Coliform ml Number
sampel (MPN)
Sumber: Data & Hasil Penelitian, 2018
* Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/ Menkes/Per/IV/2010

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa parameter yang
akan diuji pada penelitian ini dinyatakan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/ Menkes/Per/IV/2010, dimana
kekeruhan kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 5 NTU.
Sedangkan kadar maksimum Total Coliform didalam air adalah 0/100 mg/l. Sehingga
butuh dilakukan pengolahan terhadap kualitas air Sungai Deli tersebut menggunakan
membran keramik berbahan tanah liat dan serbuk gergaji agar sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Waktu Perembesan Air dari Membran Keramik
Kecepatan aliran filter keramik dilihat dari waktu yang dibutuhkan air untuk merembes
sampai habis melalui pori filter keramik tersebut, ditentukan oleh ketebalan tanah liat,
komposisi tanah liat yang digunakan, proporsi dan ukuran bahan aditif pada campuran
tanah liat tersebut (Yayasan Tirta Mandiri, 2011). Dari hasil sampel air yang telah
dilewatkan filter membran keramik, diperoleh data waktu perembesan yang dibutuhkan
setiap membran untuk proses filtrasi dapat dilihat pada Lampiran V.

Hasil pengujian air sungai Deli pada membran keramik dengan variasi komposisi bahan
dan ukuran bahan memiliki waktu perembesan yang berbeda-beda. Pada membran
keramik nomor 6-C80-50 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk
gergaji (80% : 20%) pada ukuran bahan range 50-60 mesh, menunjukkan waktu
perembesan yang tercepat diantara kesembilan membran keramik lainnya yaitu dengan
waktu 24 jam. Sementara itu waktu perembesan air yang paling lama ditunjukkan oleh
membran keramik nomor 7-C90-60 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan
serbuk gergaji (90% : 10%) pada ukuran bahan range 60-100 mesh dengan waktu 265,7
jam. Grafik waktu perembesan kesembilan membran dapat dilihat pada Gambar 4.1
dibawah ini.
Waktu Perembesan Air (Jam)

300

250

200

150

100

50

0
90:10% 85:15% 80:20%
35-50 mesh 200,5 60 42,07
50-60 mesh 140 117,23 24
60-100 mesh 265,7 153,15 157,6

Gambar 4.1 Grafik Waktu Perembesan Air pada Membran Keramik

Berdasarkan Gambar 4.1, menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk


perembesan air setiap membran berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena susunan

IV - 2

Universitas Sumatera Utara


komposisi bahan pada pembuatan setiap membran juga berbeda, sehingga
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk proses perembesan tersebut. Pada grafik
menunjukkan hasil yang cenderung fluktuatif dari keseluruhan membran keramik.

Pada Gambar 4.1 dilihat dari hasil perembesan waktu ke sembilan membran, membran
yang menunjukkan waktu perembesan paling cepat yaitu pada membran nomor 6-C80-
50 dimana komposisi bahan perbandingan tanah liat dan serbuk gergaji (80%:20%)
pada ukuran bahan range 50-60 mesh dengan waktu 24 jam mampu merembeskan 3
liter air. Laju aliran melalui filter ditemukan bervariasi dengan peningkatan proporsi
serbuk gergaji, indikasi ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar serbuk gergaji filter
keramik air meningkatkan laju filtrasi secara eksponensial (Nnaji dkk, 2016).

Sedangkan waktu perembesan paling lama yaitu ditunjukkan oleh membran nomor 7-
C90-10 dimana komposisi bahan perbandingan tanah liat dan serbuk gergaji (90%:10%)
pada ukuran bahan range 60-100 mesh dengan waktu 265,7 jam. Pori yang berukuran
kecil hanya mampu melewatkan sejumlah air dengan volum yang kecil pula (Ervin dkk,
2000). Semakin sedikit komposisi bahan aditif maka jarak antar molekul semakin rapat
dan pori-pori yang terbentuk pada membran semakin kecil, sehingga air sulit untuk
berdifusi kedalam membran (Apriyanti dan Wishnu, 2017). Sementara itu sebaliknya,
dengan memperbanyak proporsi tanah liat pada pembuatan filter keramik maka akan
meningkatkan kualitas air yang disaring namun harus membiarkan laju filtrasi yang
memakan waktu lama (Abiriga dan Sam, 2014). Grafik rata-rata waktu perembesan
keramik berdasarkan ukuran bahan yang digunakan pada saat proses pembuatan
membran keramik dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini.

IV - 3

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata Waktu Perembesan
192,12
200,0

Air (Jam)
150,0
100,9 93,7
100,0

50,0

0,0
35-50 mesh 50-60 mesh 60-100 mesh
Ukuran Mesh

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Waktu Perembesan Air Berdasarkan Ukuran Mesh

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa rata-rata waktu perembesan pada keseluruhan
membran keramik berdasarkan ukuran bahan mesh menunjukkan semakin kecil ukuran
bahan yang digunakan maka waktu perembesan yang dibutuhkan juga semakin lama.
Pada grafik menunjukkan rata-rata waktu perembesan yang paling cepat berdasarkan
ukuran bahan yang digunakan yaitu pada ukuran range 50-60 mesh dengan waktu 93,7
jam. Sedangkan rata-rata waktu perembesan yang paling lama berdasarkan ukuran
bahan yang digunakan yaitu pada ukuran range 60-100 mesh dengan waktu 192,12 jam.
Data rata-rata waktu perembesan berdasarkan ukuran mesh dapat dilihat pada lampiran
V. Sementara itu grafik rata-rata waktu perembesan pada keseluruhan membran
keramik berdasarkan komposisi bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.3
dibawah ini.

IV - 4

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata Waktu Perembesan Air
250,0
202,1
200,0

(Jam)
150,0 110,13

100,0 74,5

50,0

0,0
90:10% 85:15% 80:20%
Komposisi Bahan

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Waktu Perembesan Air Berdasarkan Komposisi


Bahan
Sementara itu pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan
aditif yaitu serbuk gergaji, maka waktu yang dibutuhkan untuk perembesan air dari
membran keramik semakin cepat. Pada grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata
waktu perembesan air dari membran keramik berdasarkan komposisi bahan yang
digunakan, pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk gergaji (80% : 20%)
memiliki waktu perembesan yang paling cepat yaitu dengan waktu 74,5 jam. Sedangkan
pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk gergaji (90% : 10%) memiliki
waktu perembesan yang paling lama yaitu dengan waktu 202,1 jam. Semakin sedikit
komposisi bahan aditif maka waktu yang dibutuhkan untuk perembesan semakin lama.
Menurut Clair (2006) dan Dies (2003), ketika filter keramik dibakar serbuk kayu yang
terdapat dalam pencampuran filter tersebut, mereka ikut terbakar keluar menyisakan
pori-pori atau void melalui air yang tersaring. Oleh sebab itu, filter keramik dengan
persentase komposisi serbuk gergaji yang lebih tinggi meninggalkan pori yang lebih
banyak setelah pembakaran dan karenanya porositas yang lebih besar dapat dibuktikan
oleh tingkat perkolasi atau pengaliran air yang lebih tinggi. Data rata-rata waktu
perembesan berdasarkan ukuran mesh dapat dilihat pada lampiran V.

Menurut Sagara (2000) selain void (ruang) yang telah terbentuk dari pembakaran serbuk
kayu, tanah liat juga mengalami penyusutan pada saat pembakaran filter keramik,
sehingga meninggalkan lebih banyak media keramik berpori. Hal ini menyebabkan

IV - 5

Universitas Sumatera Utara


meningkatnya porositas akhir dari filter keramik. Kecepatan aliran yang tinggi
menunjukkan bahwa adanya pori yang terlalu besar (Yayasan Tirta Indonesia Mandiri,
2011).

Ada faktor lain yang berdampak pada waktu perembesan seperti distribusi ukuran pori,
terbentuknya cake layer (lapisan kue) dibawah membran keramik dan volume pori filter
keramik (Musa, 2010). Laju aliran filter keramik yang terbuat dari 40% serbuk gergaji
menurun dari 1,5 L / jam menjadi 0,5 L / jam karena lapisan kue terbentuk di bagian
bawah dan partikel menyumbat pori-pori. Lambatnya waktu perembesan disebabkan
karena saringan tersumbat oleh endapan yang dibawa oleh air, makin lama penggunaan
saringan maka ketebalan endapan semakin tinggi dan kemampuan air menembus pori
saringan semakin berat (Matthies, 2010). Sama halnya pada penelitian ini, pada saat
awal air dimasukkan ke dalam membran keramik air mengalir lebih deras bila
dibandingkan saat sudah mencapai perembesan setengah dari hasil awal yang
dimasukkan. Hal ini terbukti adanya endapan yang tertahan pada membran keramik dan
lapisan cake pada bagian bawah membran keramik, sehingga terjadi penyumbatan saat
air mengalir yang berakibat pada lamanya waktu perembesan. Namun, untuk mencegah
pengurangan kinerja membran keramik, pengguna perlu menggosok filter mereka
dengan sikat setelah menjadi terasa lebih lambat. Setengah dari keluarga dalam satu
penelitian menggosok filter mereka tidak lebih dari sekali setiap minggu (Nnaji dkk,
2016).

Faktor lainnya yang mempengaruhi waktu perembesan yaitu daya tekan pada saat
pembuatan membran itu sendiri. Pada penelitian ini proses pembentukan membran
menggunakan teknik manual yaitu dengan tangan, sehingga proses penekanan kurang
efektif dibandingkan dengan menggunakan mesin press.

4.3 Efisiensi Penurunan Parameter Kekeruhan pada Membran Keramik


Hasil pengukuran kekeruhan air pada sampel yang berasal dari sungai Deli sesudah
dilewatkan filter membran keramik, diperoleh data yang dapat dilihat pada lampiran IV.

Hasil pengujian kekeruhan dari kesembilan membran keramik dengan variasi komposisi
bahan dan ukuran bahan memiliki nilai kekeruhan yang berbeda-beda, dimana hasil
keseluruhan nilai kekeruhan pada membran keramik telah berada dibawah bakumutu

IV - 6

Universitas Sumatera Utara


yang ditetapkan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No.492/
Menkes/Per/IV/2010 tentang kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum
adalah 5 NTU.

Kekeruhan merupakan indikator dalam menilai kecocokan air untuk konsumsi manusia
(WHO/UNICEF, 2004). Kekeruhan diukur dengan menentukan tingkat hamburan
cahaya oleh partikulat yang hadir didalam air (Miller, 1997). Air yang akan diolah
dengan menggunakan filter keramik harus memiliki nilai kekeruhan pengolahan awal
maksimum 15-20 NTU, untuk menghindari penyumbatan pori-pori (Van, 2006). Grafik
hasil pengujian dan efisiensi kekeruhan setelah melewati membran keramik dapat
dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini.

100,00
Efesiensi Penurunan

90,00
Kekeruhan (%)

80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
90%:10% 85%:15% 80%:20%
35-50 mesh 90,36 89,69 87,93
50-60 mesh 89,93 90,21 74,19
60-100 mesh 90,05 89,59 89,12

Komposisi Bahan Membran Keramik

Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Kekeruhan setelah Melewati Membran Keramik

Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa hasil pengujian kekeruhan dari proses
filtrasi pada ke sembilan membran yang berbeda variasi komposisi bahan dan ukuran
partikel, mengalami penurunan yang sangat jauh. Grafik hasil pengujian kekeruhan
diatas menunjukkan bahwa efisiensi penurunan kekeruhan tertinggi ditunjukkan oleh
membran keramik nomor 1-C90-35 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan
serbuk gergaji (90% : 10%) dengan nilai efisiensi sebesar 90,36%. Sedangkan efisiensi
terendah ditunjukkan oleh membran keramik nomor 6-C80-50 dengan komposisi bahan
campuran tanah liat dan serbuk gergaji (90% : 10%) dengan nilai efisiensi sebesar
74,19%.

IV - 7

Universitas Sumatera Utara


Kekeruhan air sungai yang tinggi dilihat dari efisiensi terendah yang di dapatkan, ini
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam
air, seperti lumpur, limbah domestik rumah tangga dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri. Kandungan zat padat yang menimbulkan bau busuk seperti sampah,
juga menyebabkan tingginya tingkat kekeruhan air (Furqoni dkk, 2016). Tingginya nilai
kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi
pada proses penjernihan air (Davis dan Coenwell, 1991 dalam Effendi, 2003).

Menurut Duke et al (2011) penghilangan kekeruhan merupakan parameter penting


untuk menghilangkan patogen, baik bio filtrasi pasir dan filtrasi keramik memiliki
potensi yang sama besar untuk mengurangi kekeruhan dan bakteri. Sementara itu, filter
keramik menunjukkan hasil efisiensi yang jauh lebih baik untuk mengurangi kekeruhan
dan bakteri dibandingkan dengan bio filtrasi pasir. Namun, analisis sepanjang musim
kering dan hujan menunjukkan bahwa air terkontaminasi dengan bakteri fekal dan
bakteri lainnya yang menimbulkan tingginya tingkat kekeruhan (Dussart-Baptista et al
2003).

Dalam hal ini pada efisiensi terendah penurunan kekeruhan data penelitian
menunjukkan berbanding lurus dengan waktu perembesan, dimana pada saat waktu
perembesan membran nomor 6-C80-50 mengalami waktu perembesan paling cepat
namun menghasilkan nilai kekeruhan tertinggi. Tapi untuk efisiensi penurunan
kekeruhan tertinggi berbanding terbalik dengan waktu perembesan. Hal ini terjadi
dikarenakan porositas mempengaruhi kinerja filter keramik. Porositas tinggi dalam filter
keramik dapat dicapai dengan menggunakan persentase yang tinggi dari bahan aditif
dalam proses pembuatan membran keramik. Filter yang menujukkan ukuran pori besar
tidak akan efisien dalam menghilangkan kekeruhan dan / atau bakteri dari air
dibandingakan dengan filter yang memiliki ukuran pori kecil (Mattelet, 2006). Grafik
rata-rata efisiensi penurunan nilai kekeruhan berdasarkan ukuran mesh yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini.

IV - 8

Universitas Sumatera Utara


Efisiensi Penurunan Kekeruhan (%)
89,33 89,59
90,00
89,00
88,00
87,00
86,00 84,78
85,00
84,00
83,00
82,00
35-50 mesh 50-60 mesh 60-100 mesh
Ukuran Mesh

Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Efisiensi Penurunan Kekeruhan Berdasarkan Ukuran Mesh

Berdasarkan Gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi nilai kekeruhan
berdasarkan ukuran mesh yang digunakan. Efisiensi tertinggi ditunjukkan pada ukuran
range 60-100 mesh dengan nilai efisiensi sebesar 89,59%. Hal ini menunjukkan bahwa
filter yang memliki ukuran bahan yang lebih kecil (halus) memiliki kelebihan dari segi
kualitas dalam menurunkan kekeruhan air, akan tetapi hasil volume saring sedikit dan
waktu yang lama (Widodo dkk, 2015). Sementara itu efisiensi terendah ditunjukkan
pada ukuran range 50-60 mesh dengan nilai efisiensi sebesar 84,78%.

Nilai kekeruhan rata-rata keseluruhan membran keramik yang didapat dari hasil sampel
air yang sudah dilewatkan membran keramik menunjukkan hasil yang berada dibawah
bakumutu. Namun pada grafik juga menunjukkan hasil yang cenderung fluktuatif antara
ukuran bahan dan komposisi bahan pembentuk membran keramik. Hal ini terjadi
karena, pada proses pembentukan membran keramik menggunakan teknik manual yaitu
dengan tangan, sehingga proses penekanan kurang efektif dibandingkan dengan
menggunakan mesin press. Hal ini tentunya juga menghasilkan ruang pori yang lebih
banyak karena penekanan yang tidak merata dan pencampuran yang tidak homogen
apabila menggunakan tangan. Menekan tanah liat secara manual ke dalam cetakan
sangat memakan waktu. Menekan bentuk dengan tangan membutuhkan campuran tanah
liat yang mengandung relatif lebih banyak air sehingga material mempertahankan
bentuknya dan menyatu. Konsistensi antara unsur-unsur lebih mudah dipertahankan

IV - 9

Universitas Sumatera Utara


dengan penggunaan mesin press dibandingkan dengan membentuk membran dengan
tangan yang dibantu dengan roda pemutar (Dies, 2003).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ervin dkk (2000), semakin besar tekanan
pencetakan semakin besar pula gaya yang diberikan untuk menekan material sehingga
jarak antar partikel tanah liat semakin rapat dan seragam. Menurut penelitian yang
dilakukan teknik penggunaan mesin press pada pembuatan membran keramik dapat
mempengaruhi pada hasil membran. Penggunaan mesin press membuat membran
memiliki pori-pori yang lebih rapat dan memiliki tekanan yang sama sehingga pori yang
dihasilkan lebih seragam (Dies, 2003). Data rata-rata efisiensi penurunan kekeruhan
berdasarkan ukuran mesh dapat dilihat pada lampiran IV.

Membran yang dibuat dengan metode slip casting menunjukkan kepadatan yang lebih
rendah dari pada yang dibentuk dengan teknik menekan. Sampel yang diproduksi oleh
slip-casting memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi daripada proses menekan
yang menunjukkan bahwa, pori-pori berdiameter besar membuatnya mudah melintasi
partikel melalui sampel filter. Tetapi teknik menekan memberikan nilai kekeruhan lebih
sedikit karena kekuatan pemadatan yang menyebabkan butir konvergensi (Isikwue
et.al., 2011). Kondisi ini menujukkan dengan tekanan pencetakan yang besar maka jarak
antar partikel tanah liat semakin rapat sehingga pori yang terbentuk berukuran lebih
kecil, sehingga memiliki kualitas terbaik dalam efesiensi tingkat kekeruhan (Ervin dkk,
2000). Grafik rata-rata efisiensi penurunan nilai kekeruhan berdasarkan komposisi
bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.

92,00 90,11 89,83


Efisiensi Penurunan

90,00
Kekeruhan (%)

88,00
86,00 83,75
84,00
82,00
80,00
90:10% 85:15% 80:20%
Komposisi Bahan

Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Efisiensi Kekeruhan Berdasarkan Komposisi Bahan

IV - 10

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 4.6 menunjukkan rata-rata efisiensi nilai kekeruhan berdasarkan
komposisi bahan yang digunakan. Berdasarkan komposisi bahan yang digunakan
efisiensi tertinggi ditunjukkan pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk
gergaji (90% : 10%) dengan nilai efisiensi sebesar 90,11%. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sedikit bahan aditif yang digunakan pada proses pembuatan membran keramik
maka ruang (pori) yang terbentuk setelah proses pembakaran juga sedikit sehingga
mampu memberikan kualitas nilai kekeruhan yang baik. Sedangkan efisiensi terendah
ditunjukkan pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk gergaji (80% : 20%)
dengan nilai efisiensi sebesar 83,75%. Sebaliknya semakin banyak bahan aditif yang
digunakan maka akan semakin besar pula pori (ruang) yang terbentuk setelah proses
pembakaran, sehingga bahan organik yang memiliki ukuran lebih kecil dari pori-pori
membran dapat lolos yang menyebabkan tingginya nilai kekeruhan dan efisiensi
penurunan kekeruhan rendah. Ini menunjukkan bahwa pori-pori yang lebih besar karena
kandungan serbuk gergaji yang tinggi menyebabkan semakin sedikit efektivitas filter
keramik dalam menurunkan kekeruhan air dan patogen lainnya. Data rata-rata efisiensi
penurunan kekeruhan berdasarkan komposisi bahan dapat dilihat pada lampiran IV.

4.4 Efisiensi Penurunan Parameter Total Coliform pada Membran Keramik


Hasil pengujian nilai total coliform pada sampel yang berasal dari sungai Deli sebelum
dan sesudah dilewatkan filter membran keramik pada ketiga variasi komposisi bahan
dan ukuran bahan tidak mengalami penurunan pada kesembilan membran keramik.
Sehingga efisiensi penurunan total coliform pada membran keramik adalah 0% dan
tidak dapat diambil kesimpulan untuk mengetahui variasi komposisi bahan dan ukuran
partikel mana yang paling efektif diantara ke sembilan membran dalam penurunan total
coliform. Merujuk pada hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses
penekanan dan pencampuran bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan membran
keramik mempengaruhi kinerja filter keramik. Data hasil pengujian total coliform pada
sampel air sungai Deli sebelum dan sesudah dilewatkan filter membran keramik, dapat
dilihat pada lampiran VI.

Bakteri total coliform merupakan mikroorganisme yang terdapat dalam proses filtrasi
dan membentuk lapisan biofilm. Temperatur optimal pertumbuhan bakteri ini yaitu pada
suhu 35-37ᵒC dengan media yang tenang untuk perkembangbiakkannya (Effendie,

IV - 11

Universitas Sumatera Utara


2003). Berdasarkan penelitian Willshaw et al., (2000) suhu pertumbuhan optimum total
coliform adalah 37oC, tetapi juga dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15-45oC.
Sementara itu mikroorganisme berkembang biak dengan cara membelah diri dari 1 sel
tunggal menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya.

Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15-30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan (Aminudin, 2009). Pada saat penelitian suhu ruangan berkisar 24-25ᵒC. Hal
ini tentunya mempengaruhi bakteri untuk tumbuh lebih cepat. Efeknya bakteri yang
tadinya jumlahnya sedikit lolos dari membran keramik tetapi karena kondisi suhu yang
membuat bakteri lebih cepat berkembangbiak, sehingga bakteri juga semakin banyak.

Pada penelitian ini pengambilan sampel air dari membran keramik dilakukan setelah air
yang merembes dari membran cukup untuk diambil, tidak menunggu hingga semua air
terfiltrasi dari membran keramik. Waktu pengambilan sampel setiap membran berbeda-
beda tergantung air yang sekiranya cukup untuk diambil yaitu sekitar 1 atau 2 jam
bahkan hinggga lebih dari 2 jam pada masing-masing membran keramik. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan bakteri yang lolos dari membran
keramik semakin banyak karena kemampuan dirinya membelah diri dengan waktu
pembelahan 15-30 menit dengan perbandingan waktu yang sangat jauh antara
pengambilan sampel air tersebut.

Kapasitas penghilangan bakteri dengan menggunakan filter umumnya menghasilkan


data yang baik (Brown, 2007). Namun ada penelitian yang menunjukkan tidak semua
filter efektif dalam menurunkan konsentrasi bakteri (Campbell, 2005). Sama halnya
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini merujuk pada proses penekanan
pada saat pembuatan membran keramik sangat mempengaruhi kinerja membran
keramik dalam menurunkan patogen atau bakteri.

Pada umunya ukuran pori-pori membran keramik atau saringan keramik berkisar antara
0,6-3,0 mikron. Pori-pori sebesar ini dapat menyaring hampir semua bakteri, protozoa,
telur cacing selain juga kotoran, endapan dan bahan organik. Sementara itu ukuran
bakteri sendiri berkisar antara 0,2-3,0 mikron. Bahan organik berupa total susspended

IV - 12

Universitas Sumatera Utara


solid (TSS) memiliki ukuran partikel >1 mikron. Sehingga membran keramik mampu
menahan partikel kekeruhan dan bakteri (Yayasan Tirta Indonesia Mandiri, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Campbell (2009) 2 dari 19 filter dan dalam
studi tentang Lantagne (2001) bahkan 7 dari 15 filter tidak menujukkan persentase yang
cukup dalam penghilangan E.coli. Namun, harus diketahui bahwa data ini diperoleh dari
pengujian lapangan langsung dan kapasitas penghilangan yang berkurang atau hasil
pengujian yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh kesalahan dan /atau kekurangan
aplikasi sterilisasi filter yang digunakan di rumah tangga. Selain itu, bakteri juga
terdapat pada ruang pori-pori membran sehingga air yang di saring tidak mengalami
penurunan konsentrasi bakteri yang signifikan (Agbo et.al, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shanti dkk (2013), membran keramik yang
dibuat dari campuran tanah liat dan serbuk gergaji (70% : 30%) dengan ukuran ayakan
30 mesh dan dibakar pada suhu pembakaran 930 oC mampu menurunkan bakteri total
coliform tanpa direndam (dilapisi) dengan perak koloid sebesar 45% hingga 69% dan
dengan pelapisan koloid perak sebesar 55% hingga 79%.

Menurut Kabagambe (2010) ada hasil yang juga diamati berada di atas standar
kekeruhan air minum yang direkomendasikan oleh USEPA dan Pedoman WHO. Hasil
yang diperoleh juga menunjukkan bahwa penghilangan total coliform khususnya E.coli
untuk variasi filter A, B dan C berkisar antara 50,3% hingga 96,7%, 91,6% hingga
100,0% dan 27,3% menjadi 99,3%.

Hasil ini sejalan dengan penemuannya yang juga menunjukkan langsung hubungan
antara efisiensi penghilangan E.coli dari proses filtrasi dengan komposisi filter yang
berbeda, semakin tinggi persentase volume serbuk gergaji dalam komposisi pembuatan
filter keramik maka semakin sedikit efektivitas filter dalam penghilangan patogen .

IV - 13

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Studi Pembuatan Membran Keramik


Berbahan Tanah Liat dan Serbuk Gergaji untuk Menurunkan Kekeruhan dan Total
Coliform Air Sungai Deli, maka dapat disimpulkan antara lain:
1. Variasi ukuran bahan dan komposisi bahan memiliki pengaruh terhadap
penurunan nilai kekeruhan pada sampel air. Ukuran bahan yang lebih kecil
(halus) memiliki kelebihan dari segi kualitas dalam menurunkan kekeruhan air.
Semakin kecil persentase volume serbuk gergaji dalam komposisi pembuatan
filter keramik maka semakin tinggi efektivitas filter dalam penghilangan
kekeruhan. Sebaliknya semakin tinggi persentase volume serbuk gergaji dalam
komposisi pembuatan filter keramik maka semakin sedikit efektivitas filter dalam
penghilangan kekeruhan. Membran keramik pada penelitian ini efektif dalam
penurunan kekeruhan, namun belum efektif dalam menurunkan nilai total
coliform.
2. Membran yang paling efektif dalam menurunkan kekeruhan adalah membran dengan
komposisi tanah liat : serbuk gergaji (90% : 10%) dengan ukuran partikel range 35-
50 mesh. Efesiensi membran keramik dalam menurunkan kekeruhan yaitu sebesar
90,36%. Efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata ukuran bahan yaitu sebesar 89,59%
pada ukuran range 60-100 mesh. Efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata komposisi
bahan yaitu sebesar 90,11% pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk
gergaji (90% : 10%).
3. Membran yang paling cepat merembeskan 3 liter air pada penelitian ini adalah
membran nomor 6-C80-50 dengan komposisi tanah liat : serbuk gergaji (80 % : 20
%), pada range 50-60 mesh dengan waktu perembesan 24 jam. Rata-rata waktu
perembesan air yang paling cepat berdasarkan ukuran bahan yang digunakan yaitu
pada ukuran range 50-60 mesh dengan waktu 93,7 jam. Rata-rata waktu perembesan
air yang paling cepat berdasarkan komposisi bahan yang digunakan yaitu pada
campuran tanah liat dan serbuk gergaji (80% : 20%) dengan waktu 74,5 jam.
4. Tanah liat dan serbuk gergaji belum sepenuhnya efektif sebagai bahan pembentuk
membran keramik untuk pengolahan air minum yang bermanfaat dan ekonomis.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran
Berdasarkan proses pelaksanaan selama penelitian, maka dari penulis memiliki saran
sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya, disarankan proses pencampuran dan pembentukan atau
pencetakan membran keramik menggunakan mesin press agar membran yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang lebih rapat dan memiliki tekanan yang sama pada
pembuatan membran tersebut.
2. Pada penelitian selanjutnya, ada baiknya peneliti menggunakan vakum agar aliran
waktu perembesannya lebih cepat.
3. Pada penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan variasi tekanan untuk
mengetahui tingkat porositas membran keramik yang dihasilkan.
4. Pada penelitian selanjutnya, disarankan melakukan pengujian Scanning Electron
Miscroscopy (SEM) untuk mengetahui permukaan masing-masing membran
keramik.
5. Pada penelitian selanjutnya, disarankan melakukan pengukuran ketinggian air dan
laju filtrasi untuk mengetahui laju optimum setiap membran keramik.
6. Pada penelitian selanjutnya, disarankan menjelaskan secara spesifik serbuk gergaji
yang dihasilkan dari jenis kayu apa.

V-2

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Abiriga, F., Sam, O.K. 2014. Effect of Grogs on in the Performance of Ceramic Water
Filters. Science Journal of Physics ISSN: 2276-6367. Kyamboga University.
Kampala Uganda.

Agbo S. C., Ekpunobi E. U., Onu C. C. and Akpomie K. G. 2015. “Development of


Ceramic Filter Candle from NSU (Kaolinite Clay) for Household Water
Treatment”. International Journal of Multidisciplinary Sciences and
Engineering, Vol. 6, No. 10.

Agmalini, S., Narke, N.L., Subriyer, N. 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang
Batubara. Jurnal Teknik Kimia Vol. 19, No. 2. Universitas Sriwijaya.

Agustina, S. 2006. Teknologi Membran dalam Pengolahan Limbah Cair Industri.


Bulettin Penelitian. Vol. 28, No. 1.

A.Loi-Brügger, S. Panglisch, P. Buchta, K. Hattori, H. Yonekawa, Y. Tomita, R.


Gimbel. 2006. Ceramic membrans for direct river water treatment applying
coagulation and microfiltration, Water Science & Technology: Water Supply
Vol. 6. No.4).

Aminudin, M., Inayati, H. 2009. Pengaruh Lamanya Penyimpanan terhadap


Pertumbuhan Bakteri pada Nasi yang dimasak di Rice Cooker dengan Nasi yang
Dikukus. Jurnal Mutiara Medika Vol. 9. No. 2. Yogyakarta.

Aphin. 2012. Prakarya Dari Tanah Liat. Makalah Seminar. Malang: Universitas
Brawijaya.

Apriyanti, E dan Wishnu, W. 2017. Pengaruh Karakterisasi Pada Pembuatan Membran


Keramik Komposit Abu Vulkanik Untuk Pengolahan Air Bersih. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Aryana, I Ketut. 2010. Analisis Kualitas Air dan Lingkungan Fisik pada Perlindungan
Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan 1 Kabupaten Tabanan. Tesis-
S2. Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Azrul, Azwar. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara


(BAPEDALDASU). 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2007. Medan.

Batt, C. A. 2014. Encyclopedia of Food Microbiology.Academic Press. London.

Universitas Sumatera Utara


Brown, J. 2007. Effectiveness of ceramic filtration for drinking water treatment in
Cambodia. Dissertation, University of North Carolina.

Campbell E. 2005. Study on Life Span of Ceramic Filter Colloidal Silver Pot Shaped
(CSP) Model. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/filter-longevity-study.pdf.
Campbell E. 2009. Study on Life Span of Ceramic Filter Colloidal Silver Pot Shaped
(CSP) Model. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/filter-longevity-study.pdf.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Clair, Matteiletea. 2006. House hold ceramic filter evaluation using three simple low
cost methods: membrane filtration, 3m Petri film and Hydrogen sulphide
bacteria in Northern region Ghana. Mscthesis.Massachusetts Institute of
technology (USA).

Davis, M. L. and Cornwell, D. A. 1991. Intoduction Environmental Engineering.


Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York.

Dies R. 2003. Development of a ceramic water filter for Nepal. Master Thesis, MIT,
Massachusetts, USA.

Dies R. 2001. Development of a ceramic water filter for Nepal. Master Thesis, MIT,
Massachusetts, USA

Duke W.F., Nordin R., Mazumder A. 2011. Comparative Analysis of the Filtron and
Biosand Water Filters. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/comparative_analysis_of_the_fltron_and_biosand_wat
er_filterseditms.pdf (accessed 16th of July 2018).

Dussart-Baptista L., Massei N., Dupont J.-P., Jouenne T. 2003. Transfer of


bacteriacontaminated particles in a karst aquifer: evolution of contaminated
materials from a sinkhole to a spring. Journal of Hydrology Vol. 284/1-4, 285-
295.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisisus. Yogyakarta.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan


Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung: Citra Adtya Bakti.

Ervin, Y., dkk. 2000. Pengaruh Suhu Pembakaran Terhadap Sifat-sifat Komposit
Keramik Alumina-Zirkonia. Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII.

Universitas Sumatera Utara


Eshcol J, Mahapatra P, Keshapagu. 2009. Is fecal contamination of drinking water after
collection assosiated with household water handling and hygiene practice? A
study of urban slum households in Hyderabad, India. Journal of Water and
Health. 7 (1): 145-54. Avalaiable from:
http://www.iwaponline.com/jwh/007/0145/ 070145.pdf

Furqoni, R.A., Mahardika, P., Sulhadi. 2016. Pengembangan Filter Air Dengan Bahan
Keramik Untuk Peningkatan Kualitas Air Sungai. Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal) SNF. Vol. V. Semarang.

Gatot, B. Drs. 2003. Mengenal Tanah Liat. Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru
Kesenian Yogyakarta.

Grim, R.E. 1953. Clay Mineralogi. New York: McGraw Hill.

Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit PT.


Gramedia : Jakarta.

Handayani, M. 2010. Pendugaan Pencemaran Dilihat dari Kandungan Bahan


Organik dan Oksigen Sag di Lokasi Pengolahan Ikan Kelurahan Tegalkamulyan
Kecamatan Cilacap Selatan. Laporan Penelitian. Program Magister Ilmu
Lingkungan. Universitas Diponegoro.

Hong Phuc® Private Business. 2002. “The Letter of Self-Introduction”. Received by


email from by Mr. Hong Phuc. Vietnam.
Intan, D., Irwan, S., dan Paulus, H.A. 2016. Pemanfaatan Biomassa Serbuk Gergaji
Sebagai Penyerap Logam Timbal. Jurnal Akademia Kimia Vol. 5, No. 4.
Universitas Tadulako, Palu.

Isikwue M. O. and Emmanuel N. A.. 2011. “Evaluation of a ceramic pot made from local
materials as water purification systems”, International Journal of Science and
Advanced Technology (ISSN 2221-8386), Vol. 1 No 6.

Ismaniar. 2014. Efektivitas Membran Keramik Berbasis Tanah Liat, Zeolit, Pasir Silika
dan Serbuk Besi Pada Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (POME). Laporan
akhir Teknik Kimia Politeknik Negri Sriwijaya. Tidak Diterbitkan.

Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. – Edisi Pertama –
Yogyakarta: Graha Ilm. ISBN 978-979-756-608-1.

Kabagambe, M. 2010. Performance of ceramic water filters made from selected


Ugandan clays for point-of-use. Masters dissertation. MakerereUniversity,
Kampala.

Universitas Sumatera Utara


Kasam, Eko, dan Rina. 2009. Penggunaan Membran Keramik untuk Menurunkan
Bakteri E.Coli dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Permukaan. Jurnal
Teknik Kimia. No.1, Vol. 1.

Katherine L Clopeck and Lauren E Foster. 2000. Implementation of an appropriate


house-hold water purification system in Tourou,
Cameroon.www.sys.virginia.edu accessed on 17th November 2010. (diakses
pada Hari Jumat, 30 Maret 2018 pukul 15.50 WIB)

Kristanto. 2002. Pencemaran Limbah Cair. Jakarta: Yudistira.

Kurniaty, D.R., Mohammad, R. 2011. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Sampah Sebgai


Alternatif Bahan Bangunan Konstruksi. Jurnal SMARTek, Vol. 9. No. 1.
Halaman 47-60. Palu.

Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Lamichane, S., Bhagwan, R.K. 2013. Comparison of the Performance of Ceramic


Filters in Drinking Water Treatment. Ken Street, Western Australia.

Lantagne, D. 2001. Investigation of the Potters for Peace colloidal silver impregnated
ceramic filter. Report 1: Intrinsic effectiveness. Report 2: Field Investigations.
Alethia Environmental, Boston, MA.

Low, C.S. 2002. “Appropriate Microbial Indicator Tests for Drinking Water in
Developing Countries and Assessment of Ceramic Water Filters”. Master of
Engineering thesis. Department of Civil and Environmental Engineering,
Massachusetts Institute of Technology. Cambridge, MA.

Ma’ruf, A., Basit, B., Abdul, H.M. 2015. Pembuatan Karakterisasi Membran Keramik
TiO2 Untuk Ultrafiltrasi. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)3.
Purwekorto.

Mattelet, C. 2006. Household Ceramic Water Filter Evaluation Using Three Simple Low-
Cost Methods: Membrane Filtration, 3M Petri film and hydrogen sulfide Bacteria in
Northern Region. Ghana. 12-24.

Matthies, K.,Obst U. 2010. Concept of appropriate water and waste water treatment in
the karst region Gunung Kidul, Southern Java, Indonesia. Proceedings.
Integrated Water Resources Management International Conference Karlsruhe.

Metcalf & Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse.3rd ed.
(Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton). McGraw-Hill,Inc. New York,
Singapore. 1334 p.

Universitas Sumatera Utara


Miller, G. 1997. Fluctuation theory of the Ryleigh Scattering in Absorbing media J Phy
Chem 82: No 5.

Molly, K. 2009. Investigation of Ceramic Pot Filter Design Variables. B. A Thesis.


Clark College.

Mulder M. 1995. Basic Principles of Membrane Technology . 2nd edition. Dordrecht:


Kluwer Academic Publisher.

Mulder M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology . 2nd edition. Dordrecht:


Kluwer Academic Publisher.

Musa K. 2010.“Performance of ceramic water filters made from selected Uganda clays for
point-of-use”. Thesis of masters of science (physics) degree of makerere university.

Nasir, S., Ibrahim, E., dan Arief, A. T. 2014. Perancangan Plant Pengolahan Air Asam
Tambang Dengan Proses Sand Filtrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis.
Prosiding SNaPP: Sains, Teknologi, dan Kesehatan., 4(1), 193- 200.

Nasir, S., Teguh, B., dan Idha, S. T. 2013. Aplikasi Filter Keramik Berbasis Tanah Liat
Alam dan Zeolit pada Pengolahan Air Limbah Hasil Proses Laundry.
Universitas Sriwijaya. Palembang.

Nasir, S., Sisnayati, F. 2016. Ceramic Filters and Their Application for Cadmium
Removal from Pulp Industri Effluent. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Nnaji, C.C., B.C, Afangideh., C, Ezeh. 2016. Performance Evaluation Of Clay-Sawdust


Composite Filter For Point Of Use Water Treatment. Nigerian Journal of
Technology. Vol. 35, No. 4. Nigeria.

Nurhayati, C., Tri, S. 2015. Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Bahan Membran
Keramik Pada Unit Pengolahan Air Gambut. Jurnal Dinamika Penelitian
Industri Vol, 26. No. 2. Palembang.

Pakpahan, R.S., Intje, P., dan I Nyoman, W.M. 2015. Cemaran Mikroba Escherichia
coli dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi UlangJurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4. Universitas Nusa Cendana.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MenKes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan


Kualitas Air Minum.

Pradana dan Marsono. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan
Sukodono, Sidoarjo Ditinjau Dari Perilaku Dan Pemeliharaan Alat. Jurnal

Universitas Sumatera Utara


Teknik Pomits Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Vol. 2, No. 2, Tahun
2013. ISSN:2337-3539.

Prameswari, Bunga. 2008. Studi Efektifitas Lapis Galvanis Terhadap Ketahanan Korosi
pipa basa ASTM A53 didalam tanah. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia,
hlm 56.

Ramdja, F., Rindhika,R., Apriani. 2011. Pengaruh Penggunaan Komposisi Membran


Keramik Dengan Aditif Zeolit Dan Silika Terhadap Limbah Cair Industri Tahu.
Jurnal Teknik Kimia. Vol. 17, No. 7. Universitas Sriwijaya.

Rismawati, L., Husaini., Khairiyati, L. 2016. Efektifitas Pengolahan Air Minum


Ditinjau Dari Kualitas Air Minum Berdasarkan Parameter Fisik, Kimia dan
Biologi Di IPA II Pinus PDAM Intan Banjar. Jurnal Publikasi Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Vol. 3. No. 2. Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.

Roberts, A. 1971. Problems Associated with the Theoretical Analysis of the Burning of
Wood. 16thInt. Symposium on Combustion, The Combustion Institute, Pitts: 893-
903.

Said, N.I., dan Ruliasih. 2005. Tinjauan Aspek Teknis Pemilihan Media Biofilter
untuk Pengolahan Air Limbah. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
BPPT.

Sagara, Junko. 2000. “Study of Filtration for Point-of-Use Drinking Water Treatment in
Nepal”. Master of Engineering thesis. Department of Civil and Environmental
Engineering, Massachusetts Institute of Technology. Cambridge, MA.

Sapparuddin. 2010. Pemanfaatan Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih Di
Kampus Bumi Bahari Palu. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2,. Universitas
Tadulako, Palu.

Sapi’ie, B., dkk. 2006. Diktat Kuliah Geologi Fisik. Bandung. Penerbit ITB.

Sari, Suci. F., dan Joko, S. 2018. Penurunan Total Coliform pada Air Tanah
Menggunakan Membran Keramik. Universitas PGRI Adi Buana Surabya.
Vol.16. No.01.

Slamet, J.S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Slamet, S. 2013. Karakterisasi Komposit Dari Serbuk Gergaji Kayu (Sawdust) Dengan
Proses Hotpress Sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Prosiding SNST ke-4,
ISBN 978-602-99334-2-0. Universitas Muria Kudus. Semarang.

Universitas Sumatera Utara


SNI 06-6989.25. 2005. Air dan air limbah – Bagian 25 : Cara uji kekeruhan dengan
nefelometer.

SNI 01-2332.1. 2006. Cara uji mikrobiologi Bagian 1 : Penentuan Coliform dan
Escherichia coli pada produk perikanan.

SNI 6989.57. 2008. Air dan air limbah – Bagian 57: Metode pengambilan contoh air
permukaan.

Sobsey MD, Stauber CE, Casanova LM, Brown JM, and Elliott MA. 2008.“Point of use
household drinking water filtration:A practical, effective solution for providing
sustained access to safedrinking water in the developing world.”Environ. Sci.
Technol., 42(12): 4261–4267.

Subriyer, N. Agmalini, S., Narke, N.L. 2011. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang
Batubara. Jurnal Teknik Kimia Vol. 19, No. 2. Universitas Sriwijaya.

Suhendi, A. 2007. Pencirian Membran Mikrofiltrasi Nilon-6. [skripsi]. Bogor: Institut


Pertanian Bogor.

Supadi. 2005. Pengelolaan Air Permukaan Di Wonoharjo Kabupaten Karanganyar.


Jurnal Keairan ISBN 0854-4549. Universitas Diponegoro.

Suprihatin, S. O. 2013. Teknologi proses pengolahan air. Bogor: IPB Press.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta : Jakarta.

Tantowi. 2002. Penelitian Kualitas Air Waduk Jatiluhur sebagai Sumber baku Air
Minum dan Penurunan Kualitasnya setelah Mengalir melalui Saluran Trum
Barat.

Utami, N.S., Chatarina, M., dan Danang, E. 2012. Kaitan Pencemaran Bakteri Coliform
dan E.coli Pada Air Sumur Penduduk Dengan Kepadatan Permukiman Di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2012. Surakarta.

Urabe, M. 1986. Interaction of Metal Ion with Clays: I. A case study with Cu (II).
Applied Clay Science. 30: 199-208.

Van Halen, D. 2006. Ceramic silver impregnated pot filters for household drinking
water treatment in developing countries. Sanitary Engineering Section,
Department of Water Management, Faculty of Civil Engineering. Delft
University of Technology, Delft.

Universitas Sumatera Utara


Vinka A Oyanedel-Craver, James A Smith, 2008, Sustainable Colloidal-Silver-
Impregnated Ceramic Filter for Point-of-Use Water Treatment, Environmental
Science & Technology. Easton: Feb 1, 2008. Vol. 42).

Wahyu, W dkk. 2009. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: ANDI.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

Wardhana, A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Press.

Weiying, L, A.Yuasa, D. Bingzi, D. Huiping, G. Naiyun. 2010. Study on backwash


wastewater from rapid sand-filter by monolith ceramic membrane. Desalination,
250, 712-715.

WHO/UNICEF .2004. Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation;
Meeting the MDG drinking water and sanitation target: a mid-term
assessment of progress World Health Organization (WHO) (2008)
―Drinking water‖ 〈http://
whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241563673_part3_eng.pdf〉.

Widodo., dkk. 2015. Studi Penurunan Total Coliform Mata Air Menggunakan Clay
Filter. Semarang: Universitas Diponegoro.

Willshaw, G.A., T. Cheasty, and H.R. Smith. 2000. Escherichia coli The
Microbiological Safety and Quality of Food. Aspen Publishers, Inc.
Gaithersburg, Maryland USA. Volume 2.

Yayasan Tirta Indonesia Mandiri. 2011. Buku Panduan Pembuatan Saringan Keramik.
Edisi Uji Coba. Jakarata.

Yuniarti, B. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Menggunakan Turbidimeter


Berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Zereffa, E.A., dan Tesfay, B.B. 2017. Clay Ceramic Filter for Water Treatment.
Ethiopia.

http://dislh.sumutprov.go.id/2014/12/penurunan-kualitas-air-sungai-di-sumatera-utara-
yang-terjadi-di-sungai-deli-sungai-asahan-sungai-belawan-dll/ (diakses pada
Hari Jumat, 30 Maret 2018 pukul 14.37 WIB)

http://hipoci.blogspot.co.id/2016/05/serbuk-gergaji.html diakses pada Hari Jumat, 30


Maret 2018 pukul 15.40 WIB)

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

Universitas Sumatera Utara


Lampiran I

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN II
UNIT MEMBRAN KERAMIK PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran II

Unit Membran Keramik

Universitas Sumatera Utara


Unit Membran Keramik Penelitian

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN III
HASIL DAN SERTIFIKAT PENGUJIAN
KEKERUHAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN IV
DATA HASIL RATA-RATA PENURUNAN
KEKERUHAN SETELAH MELEWATI MEMBRAN
KERAMIK

Universitas Sumatera Utara


Lampiran IV

Nilai dan Efisiensi Penurunan Kekeruhan Sebelum dan Sesudah Melewati Membran
Keramik

Hasil Pemeriksaan Rata-rata Nilai Rata-


No. Sampling ke-1 Sampling ke- 2 Kekeruhan rata
Membran Efisiensi Efisiensi Efisiensi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah (%)
(%) (%)
1-C90-35 1,30 90,59 1,54 90,13 1,42 90,36
2-C85-35 1,43 89,61 1,60 89,78 1,51 89,69
3-C80-35 1,43 89,64 2,15 86,22 1,79 87,93
4-C90-50 1,32 90,44 1,65 89,42 1,48 89,93
13,76 15,6 14,68
5-C85-50 1,31 90,48 1,57 89,94 1,44 90,21
NTU NTU NTU
6-C80-50 3,12 77,36 4,52 71,03 3,82 74,19
7-C90-60 1,39 89,93 1,54 90,16 1,46 90,05
8-C85-60 1,32 90,41 1,75 88,78 1,54 89,59
9-C80-60 1,38 89,97 1,83 88,27 1,61 89,12

*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh

35-50 50-60 60-100


Penurunan Kekeruhan Berdasarkan Ukuran Mesh
mesh mesh mesh
90,36 89,93 90,05
Efisiensi (%) 89,69 90,21 89,59
87,93 74,19 89,12
Rata-rata 89,33 84,78 89,59

Penurunan Kekeruhan Berdasarkan Komposisi Bahan 90%:10% 85%:15% 80%:20%


90,36 89,69 87,93
Efisiensi (%) 89,93 90,21 74,19
90,05 89,59 89,12
Rata-rata 90,11 89,83 83,75

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN V
DATA HASIL RATA-RATA WAKTU PEREMBESAN
AIR PADA MEMBRAN KERAMIK

Universitas Sumatera Utara


Lampiran V

Waktu Perembesan Air (Jam)


No Membran Rata-rata
Sampling ke-1 Sampling ke- 2
1-C90-35 193 208 200,5
2-C85-35 72 48 60
3-C80-35 48 36,13 42,1
4-C90-50 144 136 140
5-C85-50 120,45 114 117,23
6-C80-50 24 24 24
7-C90-60 195,3 336 265,7
8-C85-60 90,3 216 153,15
9-C80-60 195,13 120 157,6

*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh

Waktu Perembesan Berdasarkan


35-50 mesh 50-60 mesh 60-100 mesh
Ukuran Mesh
200,5 140 265,7
Waktu (Jam) 60 117,23 153,15
42,07 24 157,57
Rata-rata 100,9 93,7 192,12

Waktu Perembesan Berdasarkan


90%:10% 85%:15% 80%:20%
Komposisi Bahan
200,5 60 42,1
Waktu (Jam) 140 117,23 24
265,7 153,15 157,6
Rata-rata 202,1 110,13 74,54

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN VI
DATA HASIL DAN SERTIFIKAT PENGUJIAN
TOTAL COLIFORM

Universitas Sumatera Utara


Lampiran VI

Hasil Pengujian Total Coliform Sebelum dan Sesudah Melewati Membran Keramik

Hasil Pemeriksaan
No. Sampling 1 Sampling 2
Satuan Bakumutu Metode
Membran Efisiensi Efisiensi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(%) (%)
1-C90-35 >16.000 0 >16.000 0
2-C85-35 >16.000 0 >16.000 0
3-C80-35 >16.000 0 >16.000 0
4-C90-50 Jumlah >16.000 0 >16.000 0 Most
per Probable
5-C85-50 0 >16.000 >16.000 0 >16.000 >16.000 0
100 ml Number
6-C80-50 sampel >16.000 0 >16.000 0 (MPN)
7-C90-60 >16.000 0 >16.000 0
8-C85-60 >16.000 0 >16.000 0
9-C80-60 >16.000 0 >16.000 0

*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN VII
DOKUMENTASI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran VII

Dokumentasi Penelitian

Pengeringan tanah liat Ball Mill


dengan dijemur

Shaker Ayakan 60 mesh Ayakan 100 mesh


dan Pan

Ayakan 50 mesh Ayakan 35 mesh

Universitas Sumatera Utara


Timbangan Penimbangan material

Pencampuran material Takaran air dengan Gelas


ukur

Penginjakan material Material yang sudah padat

Universitas Sumatera Utara


Pembuatan membran keramik

Pengeringan membran keramik dengan dijemur yang


dapat dijangkau sinar matahari

Universitas Sumatera Utara


Penyusunan membran keramik Pembakaran membran keramik

Pencucian Membran Keramik dan Wadah


Penampung

Universitas Sumatera Utara


Sampling Air Sungai Deli

Running

Sebelum dan sesudah Endapan pada Neraca Digital


Filtrasi Membran

Universitas Sumatera Utara


X-Turbidimeter Freezer Sampel

Inkubator Media Bakteri

Aquades Autoklaf

Universitas Sumatera Utara


Membran Keramik yang dibuat dengan Ukuran range 35-50 mesh

Permukaan membran keramik dengan komposisi serbuk gergaji 10%, 15% dan 20%
pada ukuran range 35-50 mesh

10% 15% 20%

Membran Keramik yang dibuat dengan Ukuran range 50-60 mesh

Universitas Sumatera Utara


Permukaan membran keramik dengan komposisi serbuk gergaji 10%, 15% dan 20%
pada ukuran range 50-60 mesh

10% 15% 20%

Membran Keramik yang dibuat dengan Ukuran range 60-100 mesh

Permukaan membran keramik dengan komposisi serbuk gergaji 10%, 15% dan 20%
pada ukuran range 60-100 mesh

10% 15% 20%

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
BIOGRAFI PENULIS
Nama: Hafizhah Mawarni
NIM: 140407017
Tempat/Tgl. Lahir: Sei Karang/23 Oktober 1995
Alamat email: hafizhahmawarni@gmail.com
No. Hp: 085262264565
Nama orang tua: Hariono
Alamat orang tua: Desa Indrapuri, Jalan Anggrek XII
Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar

Asal Sekolah
1. SD Negeri 106837 Desa Melati II Perbaungan, tahun 2002-2008
2. SMP Negeri 1 Perbaungan, tahun 2008-2011
3. SMA Negeri 1 Perbaungan, tahun 2011-2014
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Alhadid Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara periode 2014-2015
2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Gerakan Mahasiswa Siaga Bencana
(GEMASIANA) Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara periode 2014-2015
3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) periode 2016-2017
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) periode 2017-2018
5. Kerja Praktik di UJP Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan
Susu tahun 2017
Artikel yang sudah dipublikasi dalam Jurnal/Pertemuan Ilmiah
-
Beasiswa yang diperoleh:
1. Beasiswa Penerima Bidikmisi tahun 2014-2018

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai