TUGAS AKHIR
HAFIZHAH MAWARNI
140407017
TUGAS AKHIR
Oleh
HAFIZHAH MAWARNI
140407017
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat segala rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Studi Pembuatan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat dan Serbuk Gergaji untuk
Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform Air Sungai Deli”. Tugas Akhir ini dibuat
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) di Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Netti Herlina Siregar, M.T. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Joni
Mulyadi, M.T. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
memberi petunjuk, membimbing dan mendukung penulis dengan sabar dan penuh
kasih sayang dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr. Amir
Husin, ST, MT. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Ir. Netti Herlina Siregar, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Isra’ Suryati, ST., M.Si, selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah meluangkan
waktu dan bersedia mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Dosen/ Staf Pengajar Teknik Lingkungan USU yang telah membimbing
penulis sejak memasuki bangku perkuliahan di Teknik Lingkungan.
6. Seluruh Staf Administrasi/ Tata Usaha Teknik Lingkungan USU yang sudah banyak
membantu mahasiswa Teknik Lingkungan dalam proses administrasi Tugas Akhir
ini.
7. Terkhusus kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak berkorban dalam
mengasuh, mendidik dengan limpahan kasih sayang, doa restu serta dukungan moril
dan materi penulis, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
8. Marheni Saragih selaku partner terbaik penulis yang telah berjuang bersama dari
awal penelitian hingga Tugas Akhir ini terselesaikan.
ii
Penulis menyadari dalam Penyusunan Tugas Akhir ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun dari
semua pihak demi menyempurnakan laporan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.
Hafizhah Mawarni
iii
Kuantitas dan kualitas pemanfaatan sungai Deli oleh masyarakat menimbulkan masalah karena
kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya
air, termasuk penurunan kualitas air yang digunakan untuk sumber air bersih dan air minum.
Salah satu alternatif teknologi tepat guna untuk mengatasi pengolahan air bersih maupun air
minum adalah menggunakan membran keramik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pengaruh variasi komposisi bahan dan ukuran bahan membran keramik yang terbaik terhadap
efisiensi penurunan kekeruhan dan total coliform pada air sungai Deli yang diambil dari daerah
Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun. Pembuatan membran keramik ini menggunakan
bahan dasar tanah liat dengan campuran bahan aditif berupa serbuk gergaji, serta berbentuk pot
(pot filter) dengan tinggi 18 cm dan diameter 21cm yang dibakar pada suhu 850 oC - 900oC
selama 8 jam. Variasi ukuran bahan yang digunakan yaitu range 35-50 mesh, 50-60 mesh dan
60-100 mesh dengan perbandingan komposisi bahan membran keramik tanah liat dan serbuk
gergaji yaitu (80%:20%), (85%:15%) dan (90%:10%) yang dialirkan dengan sisitem batch.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran keramik nomor 1-C90-35 dengan campuran
90% tanah liat dan 10% serbuk gergaji pada ukuran bahan range 35-50 mesh, mampu
menurunkan kekeruhan dengan efisiensi tertinggi sebesar 90,36% dengan waktu 200,5 jam.
Efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata ukuran bahan yaitu sebesar 89,59% pada ukuran range
60-100 mesh. Sedangkan efisiensi terbaik berdasarkan rata-rata komposisi bahan yaitu sebesar
90,11% pada komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk gergaji (90% : 10%). Sementara
itu, nilai total coliform pada ketiga variasi komposisi bahan dan ukuran bahan tidak mengalami
penurunan setelah difiltrasi dari membran keramik sehingga efisiensinya adalah 0%.
Kata kunci: Kekeruhan, Membran Keramik, Serbuk Gergaji, Tanah Liat, Total Coliform
iv
The quantity and quality of utilization of the Deli river by the community creates problems
because of industrial, domestic and other activities that have a negative impact on water
resources, including a decrease in the quality of water used for clean water and drinking water.
One of the appropriate technology alternatives to deal with the treatment of clean water and
drinking water is to use ceramic membranes. This research was done to analyze the effect of
variations in the composition of the ingredients and the best size of ceramic membrane materials
on the efficiency of decreasing turbidity and total coliform in Deli river water taken from the
Kampung Aur area of Medan Maimun District. The manufacture of ceramic membranes using
clay as a base material with a mixture of additives in the form of sawdust, as well as the shape
of pot ceramic membrane (pot filter) with a height of 18 cm and a diameter of 21cm which was
burned at 850oC - 900oC for 8 hours.Variations in the size of the material used are range from
35-50 mesh, 50-60 mesh and 60-100 mesh with a comparison of the composition of clay and
sawdust ceramic membrane materials namely (80%: 20%), (85%: 15%) and ( 90%: 10%) which
is flowed by batch system. The results showed that ceramic membranes number 1-C90-35 with
a mixture of 90% clay and 10% sawdust in the size range of materials 35-50 mesh, were able to
reduce turbidity with the highest efficiency of 90,36% with a time of 200.5 hours. The best
efficiency is based on the average size of the material that is equal to 89,59% in the size range
of 60-100 mesh. While the best efficiency is based on the average composition of the material
which is equal to 90,11% in the composition of the mixture of clay and sawdust (90%: 10%).
Meanwhile, the total coliform value in the three variations in material composition and material
size did not decrease after filtration from ceramic membranes so that the efficiency was 0%.
PRAKATA ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR RUMUS xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I- 1
1.2 Rumusan Masalah I- 12
1.3 Tujuan Penelitian I- 12
1.4 Ruang Lingkup I- 12
1.5 Manfaat Penelitian I- 13
vi
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
ix
xi
Lampiran V Data Hasil Rata-rata Waktu Perembesan Air pada Membran Keramik
xii
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus terpenuhi bagi kehidupan
seluruh makhluk hidup agar dapat bertahan dan melangsungkan hidup. Air yang layak
konsumsi akan semakin langka dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk
(Furqoni dkk, 2016). Kebutuhan manusia yang meningkat terhadap sumber daya alam
menyebabkan berbagai dampak negatif berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Berbagai aktivitas seperti kegiatan rumah tangga, pariwisata, pertambangan, dan
industri turut memberikan kontribusi terhadap pencemaran air (Yuniarti, 2007).
Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Belawan/Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai. Sungai tersebut memiliki fungsi
penting dalam berbagai aspek kehidupan yaitu sebagai sumber bahan baku air minum,
mandi, pengairan, pariwisata hingga industri di Kota Medan. Tujuh puluh persen
pencemaran di sepanjang Sungai Deli diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair
dari kegiatan domestik (Dislhsumutprov, 2014).
Pemanfaatan sungai Deli umumnya digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga oleh
masyarakat. Namun di daerah hulu lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang untuk kegiatan pertanian dan perikanan.
Sementara itu pada bagian tengah dan hilir sungai Deli sudah tidak dapat dimanfaatkan
lagi secara optimal disebabkan kondisi perairan yang sudah tercemar dan terjadi
penurunan kualitas air sungai (Bapedaldasu, 2007). Terjadinya pencemaran air memiliki
resiko berupa adanya penyakit bawaan air (water borne disease) bagi masyarakat yang
bergantung pada sumber daya air tersebut (Slamet, 2000).
Penurunan kualitas air dapat menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan
kekayaan sumberdaya alam (Aryana, 2010). Penurunan kualitas air dapat diindikasikan
dengan adanya peningkatan kadar parameter fisika terukur. Misalnya pada peningkatan
kadar parameter kekeruhan disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air seperti
pasir halus, lempung, jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang
Kehadiran jumlah total coliform dan E.coli dalam air dapat menggambarkan adanya
jasad pathogen, sehingga air yang terkontaminasi bakteri ini dapat dinyatakan telah
tercemar (Said dan Ruliasih, 2005). Air yang memiliki bau yang tidak enak,
mengindikasikan salah satunya adanya pencemaran oleh bakteri patogen seperti total
coliform khususnya coli tinja (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare,
disentri, kolera, tifoid dan tipus jika dikonsumsi tanpa melalui pengolahan terpadu
(Handayani, 2010). Sehingga pengolahan sumber daya air sebaiknya dilakukan secara
terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas (Supadi, 2005).
Oleh karena itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
penyediaan air bersih atau air minum adalah pencegahan terhadap penyakit bawaan air
(Slamet, 2000). Syarat mutlak air yang dikonsumsi manusia menjadi air minum adalah
harus melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Pradana dan Marsono, 2013). Syarat kesehatan yang dimaksud meliputi
syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Hadi, 2007).
Ada beberapa metode untuk pengolahan air yang tercemar seperti proses pendidihan,
pasteurisasi, klorinasi, flokulasi desinfektan, penggunaan sinar ultraviolet (UV),
biosand filter dan sebagainya (Sobsey dkk, 2008). Namun salah satu alternatif teknologi
tepat guna yang menjanjikan untuk mengatasi pengolahan air konsumsi rumah tangga
dalam skala kecil adalah menggunakan membran keramik (Furqoni dkk, 2016).
Membran keramik adalah filter yang dibuat dengan campuran tanah liat dan bahan
organik yang mudah terbakar seperti daun teh, bubuk kopi, biji gabus, serbuk gergaji,
I-2
Bahan dasar yang digunakan pada pembuatan membran keramik yaitu tanah liat. Tanah
liat alam merupakan material yang berpori sehingga memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi serta memiliki ion yang bisa dipertukarkan dengan ion lain (Urabe,
2006). Tanah liat atau lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim, 1953).
Sementara itu, bahan aditif yang digunakan pada penelitian ini yaitu serbuk gergaji.
Alasan menggunakan bahan aditif tersbut dikarenakan serbuk gergaji merupakan bahan
berpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori tersebut, dimana sifat serbuk
gergaji yang higroskopik atau mudah meyerap air (Kasam, dkk, 2009). Selain itu,
berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya tentang membran keramik dengan bahan
aditif serbuk gergaji dalam mengolah air sumur, air hujan dan air buangan , dapat
menurunkan kadar Suspended Solids dan BOD yaitu pada proporsi serbuk gergaji 20%
dengan efisiensi sebesar 99,5 % dan 50%, serta penurunan Total Coliform pada proporsi
serbuk gergaji 20% dan 30 % dengan efisiensi sebesar 72% (Nnaji, 2016).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena kadar parameter kekeruhan dan Total
Coliform air sungai Deli melebihi baku mutu yang dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan dan terhadap kualitas air tersebut. Pada penelitian ini, membran
keramik dibuat dari tanah liat sebagai bahan dasar dan campuran bahan aditif berupa
serbuk gergaji, dengan bentuk membran pot (pot filter).
Berikut merupakan daftar studi penelitian terdahulu yang mendukung serta menjadi
acuan dalam melaksanakan penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 1.1.
I-3
2 2018 1. Suci Fitria Sari, Penurunan Total Coliform pada 1. Sampel air yang digunakan adalah air tanah. 1. Penyisihan Coliform pada variasi ke II yang
2. Joko Sutrisno Air Tanah Menggunakan 2. Perlakuan membran keramik dibuat dengan dua tertinggi di jam ke-14 dan18 yaitu sebesar
Membran Keramik variasi yaitu variasi I tanah liat 60%, sekam padi 95,83%.
2. Penyisihan Coliform pada variasi ke I yang
20%, dan zeolit 20%, sedangkan variasi II tanah liat
tertinggi di jam ke-12 yaitu sebesar 94,17%.
50%, sekam padi 20%, dan zeolit 30% dengan 3. Membran keramik dengan variasi II lebih
perbandingan persen volume. Dan di bakar pada suhu efektif dibandingkan dengan membran keramik
600°C. variasi I
3. Ketebalan membran keramik 1,5 cm, Keramik
dicetak dengan bentuk piringan berdiameter 10 cm,
Ketinggian air selama penelitian 1 m.
4. Output hasil filtrasi diambil setiap 2 jam selama 6
jam sebagai sampel untuk dianalisis kualitasnya
setelah melewati membran.
3. 2013 1. Shanti Lamichane, Comparison of the Performance 1. Parameter yang diuji adalah bakteri E.coli dan 1. Efesiensi penurunan E.coli dengan bentuk membran
2. Bhagwan Ratna of Ceramic Filters in Drinking Total Coliform. keramik lilin(tabung) tanpa direndam(dilapisi)
Kansakar Water Treatment 2. Filter membran keramik dibuat dari Pencampuran dengan perak koloid sebesar 39% hingga 60%.
tanah liat dan serbuk gergaji dimana perbandingan Sedangkan membran keramik lilin(tabung) yang
komposisi tanah liat : serbuk gergaji (70:30) direndam(dilapisi) dengan perak koloid
dengan menggunakan ukuran ayakan 30 mesh dan menunjukkan efesiensi sebesar 69%-77%.
suhu pembakaran 930oC. Sementara itu untuk penurunan bakteri total
3. Penelitian ini menggunakan bentuk membran coliform tanpa direndam(dilapisi) dengan perak
keramik lilin (tabung) dengan membuat koloid sebesar 45% hingga 69% dan dengan
perbandingan membran keramik yang pelapisan koloid perak sebesar 55% hingga 79%.
direndam(dilapisi) dengan perak koloid dan tanpa 2. Berdasarkan penelitian ini, bahwa pelapisan koloid
perak koloid. perak memberikan pengaruh terhadap penurunan
bakteri.
4. 2013 1. Subriyer Nasir Aplikasi Filter Keramik 1. Penelitian ini merupakan penelitian skala Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Teguh Budi SA Berbasis Tanah Liat Alam dan laboratorium yang dilaksanakan di Laboratorium 1. Filter keramik yang dibuat dari campuran 77,5 %
3. Idha Silviaty Zeolit pada Pengolahan Air Teknik Pemisahan Jurusan Teknik Kimia Fakultas tanah liat, 20% zeolit dan 2,5% serbuk besi dapat
Limbah Hasil Proses Laundry Teknik Universitas Sriwijaya. menurunkan kadar TDS, COD, BOD dan LAS
2. Perancangan filter keramik dilakukan dengan yang terdapat dalam air buangan proses laundry
variasi komposisi bahan campuran dan jumlah dengan fluks permeat yang tertinggi.
aditif dalam pembuatan filter. Zat kimia yang 2. Sintering filter berbasis tanah liat dan zeolit
digunakan adalah larutan H2SO4–AgSO4, K2Cr2O7 – sebaiknya dilakukan pada suhu antara 850 s.d
HgSO4. 950oC. Suhu sintering yang terlampau tinggi akan
3. Parameter yang diuji adalah pH, TDS, EC, menyebabkan ikatan antar partikel menjadi
COD, BOD dan kadar Linear Alkylbenzene semakin kuat dan menurunkan sifat porous dari
Sulphonate (LAS), yang berasal dari limbah cair filter.
3. Peningkatan jumlah zeolit dalam komposisi filter
laundry.
keramik dapat mengakibatkan meningkatnya daya
adsorpsi filter sehingga kemungkinan akan terjadi
fouling semakin cepat.
I-5
5. 2014 1. Faustine Abiriga Effect of grogs on in the 1. Penelitian ini menggunakan bahan dasar tanah Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Sam Obwoya Performance of Ceramic Water liat dan bahan aditif berupa serbuk gergaji dan 1. Kualitas air terbaik untuk e.coli diperoleh untuk
Kinyera Filters pecahan keramik. Parameter yang disisihkan set filter B, ketika rasio komposisi filter untuk
pada penelitian ini adalah kekeruhan dan tanah liat: grog: serbuk gergaji adalah 4: 1: 2, 3:
e.coli. 1: 1 dan 4: 2: 1. Dari ketiga rasio komposisi,
2. Tanah liat yang digunakan diambil dari daerah dengan komposisi grog lebih banyak
Ntawo, Distrik Mukono. Serbuk gergaji yang menunjukkan penghapusan e-coli yang sangat
digunakan merupakan dari kayu mahoni dan baik dengan efisiensi 100% .
diambil dari bengkel timbre yang memiliki 2. Sedangkan untuk kekeruhan filter yang paling
pori-pori yang seragam baik adalah set filter C, dimana rasio untuk
3. Tanah liat dan serbuk gergaji ukuran 1 mm tanah liat: grog: serbuk gergaji adalah 3:2:3
disiapkan melalui prosedur standar. Keduanya dengan efesiensi 13,40%.
bubuk dicampur dalam rasio 4: 3, 3: 2 dan 5: 3
oleh volume tanah liat : serbuk gergaji dan
kemudian diguncang secara menyeluruh oleh
tangan. Air ditambahkan ke campuran hingga
berat 20% untuk meningkatkan kemampuan
kerja campuran, dimana ini untuk perlakuan A.
4. Penelitian ini dibagi kedalam tiga perlakuan
yaitu A, B dan C. Setelah perlakuan A selesai,
selanjutanya ditambahkan grog untuk
perlakuan B dan C dengan rasio yang berbeda.
I-6
6. 2016 1. Subriyer Nasir Ceramic Filters and Their 1. Penelitian ini menggunakan bahan baku Dari hasil penelitian menunjukkan:
2. Sisnayati Faizal Application for Cadmium tanah liat dan bahan aditif berupa sekam 1. Filter keramik yang dibuat dari 87% tanh liat, 10%
Removal from Pulp Industri padi dan serbuk besi. sekam padi dan 2,5% serbuk besi mampu
Effluent 2. Parameter yang akan diuji adalah TDS, menurunkan cadmium dari limbah indutri kertas
TSS, EC, dan Konsesntrasi Cadmium pada hingga mencapai 99,0%. Selain itu TDS mampu
limbah industri kertas. diturunkan sekitar 16,75%, EC sekitar 12,38%,
TSS mampu diturunkan hingga 89,01 %, pH
sekitar 29,07%, dan penurunan kekeruhan hingga
98,08%.
2. Fluks permeat menurun setelah waktu kontak 30
menit dan tetap konstan selama satu jam.
Membran keramik ini dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah yang mengandung
cadmium.
I-7
I-8
I-9
I - 10
I - 11
I - 13
I - 14
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu zat yang paling penting dalam kehidupan. Air dimanfaatkan
oleh semua makhluk hidup untuk bertahan hidup, dan khususnya untuk manusia selain
diminum untuk bertahan hidup, juga digunakan pada berbagai kegiatan lainnya seperti
mencuci, mandi, memasak, dan lain-lain. Dalam penggunaannya, apabila air yang
digunakan terkontaminasi oleh bakteri ataupun zat kimia lainnya, maka akan
menimbulkan penyakit bagi manusia. Berdasarkan isu yang ada terkait air bersih,
apabila air yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak higiene dan aman merupakan salah
satu faktor utama dari penyebab 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia
(Rismawati et al, 2016).
Air yang dimanfaatkan manusia untuk keperluan hidup sehari-hari adalah air yang
berkualitas, sesuai standar yang telah ditetapkan oleh instansi/lembaga. Standar tersebut
merupakan hasil riset mutakhir sesuai dengan ilmu dan teknologi kesehatan yang
berkembang saat ini, sehingga dapat memberikan jaminan kesehatan namun air yang
melimpah itu kualitasnya banyak yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan itu sehingga diperlukan usaha untuk memperbaikinya (Saparuddin, 2010).
Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi (Kusnaedi, 2010).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 kualitas air dikelompokkan
menjadi beberapa kelas menurut peruntukannya yaitu :
a. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas II (dua), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/saran
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Sumber air yang umum digunakan pada masyarakat untuk mendapatkan air bersih yaitu:
1. Air Laut
Air laut mempunyai sifat yaitu asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum (Sutrisno et al, 2004). 97% air di muka bumi ini merupakan air
laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung (Effendi, 2003).
2. Air Atmosfer/Meteriologik
Air atmosfir atau air meteriologik atau biasa disebut dengan air hujan ini didapat
dari angkasa karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang
mengandung uap air (Azwar, 1995). Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih
karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran
industri atau debu dan lain sebagainya, maka untuk menggunakan air hujan sebagai
air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat
hujan mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran. (Sutrisno dkk.,
2004).
II - 2
Universitas Sumatera Utara
3. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air
permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya. Beberapa
pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda, tergantung pada
daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan
kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok utama, yaitu : (1). Perairan tergenang, dan (2). Badan air mengalir
(Sutrisno dkk, 2004).
4. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari
lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang
membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat
dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.
Pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah
akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Chandra, 2006). Air
tanah dibagi menjadi tiga yaitu (Sutrisno dkk, 2004):
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
terlarut) karena melalu lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal didapat pada
kedalaman 15 meter.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal, harus digunakan bor dan
memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (100-300 m)
akan didapatkan suatu lapisan air. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air
tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.
II - 3
Universitas Sumatera Utara
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitas atau kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan
keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) dibedakan menjadi dua yaitu
rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul, dimana air keluar ke
permukaan pada suatu dataran.
1. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisika air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman (pH), suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini
sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan juga langsung dapat terkait
dengan kualitas fisik air seperti suhu dan keasaman.
2. Persyaratan Bakteriologis
Persyaratan biologis berarti air bersih tersebut tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran dalam tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat
dibagi dalam empat group, yaitu parasit, bakteri, virus dan kuman. Dari keempat
jenis mikroorganisme tersebut, umumnya yang menjadi parameter kualitas air
adalah bakteri, seperti Eschericia coli.
3. Persyaratan Radioaktif
Apapun bentuk radioaktifitas efeknya sama, yakni menimbulkan kerusakan pada
sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian sel, perubahan komposisi
genetik dan lain-lain. Sinar alpha, beta, dan gamma mempunyai kemampuan
menembus jaringan tubuh manusia. Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan
sebagai bagian dari persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis
pemeriksaannya sangat berbeda.
II - 4
Universitas Sumatera Utara
4. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi sangat penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan, karena tidak sesuai dengan proses
biokimia tubuh. Bahan kimia seperti nitrat (NO3), arsenic (As), dan berbagai
macam logam berat khususnya mangan (Mn) dan besi (Fe) yang berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada tubuh manusia karena dapat berubah menjadi racun
dalam tubuh.
Parameter persyaratan air minum lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.
2.5 Membran
2.5.1 Pengertian Membran
Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori-pori
membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Filtrasi
menggunakan membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan juga sebagai sarana
pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut.
Kelebihannya adalah membran tidak mengubah struktur molekul zat yang dipisahkan,
sehingga prosesnya lebih sederhana (Agustina, 2006).
II - 5
Universitas Sumatera Utara
Membran merupakan lapisan pembatas tipis yang bersifat selektif permeabel yang
artinya hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul tertentu. Membran dapat
dikarakterisasi menjadi tiga jenis, yaitu membran berpori, membran tak berpori, serta
membran penukar ion. Sedangkan menurut Mulder (1996) membran dapat diartikan
sebagai sekat permselektif diantara dua fasa. Transpor molekul melewati membran
dapat disebabkan oleh konveksi atau difusi akibat adanya perbedaan konsentrasi,
tekanan atau temperatur (Suhendi, 2007).
Menurut Nasir Subriyer, dkk (2011), kinerja atau efisiensi perpindahan didalam
membran ditentukan oleh dua parameter yaitu:
II - 6
Universitas Sumatera Utara
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat atau fluks adalah jumlah
volume permeat yang melewati satu satuan permukaan luas membran dengan adanya
gaya dorong dalam hal ini berupa tekanan. Pada proses filtrasi nilai fluks yang umum
dipakai adalah fluks volume larutan umpan yang dapat melewati membran persatuan
satuan waktu persatuan luas membran. Faktor yang mempengaruhi permeabelitas
adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas
larutan serta tekanan dari luar.
b. Selektifitas
Selektifitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu alat membran keramik
menahan suatu suspensi atau melewati suatu suspensi tertentu lainya. Faktor yang
mempengaruhi selektifitas adalah besarnya ukuran partikel yang akan melewatinya,
interaksi antara membran, larutan - larutan umpan dan ukuran pori.
II - 7
Universitas Sumatera Utara
2.6 Membran Keramik
Membran keramik adalah suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Membran keramik memiliki karakteristik yang memungkinkan dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi yang meliputi kapasitas yang baik, konduktivitas
panas rendah, tahan korosi, keras, kuat namun agak rapuh. Karakterisasi membran
adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh struktur pori dan mengetahui
morfologi membran untuk menghasilkan membran keramik yang baik dan kuat,
sehingga dapat diaplikasikan untuk pengolahan air bersih. Kinerja membran untuk
proses pemisahan biasanya dinyatakan dengan fluks permeat (permeabilitas) dan faktor
pemisahan (selektifitas) (Apriyanti dan Wishnu, 2017).
Membran keramik adalah filter yang dibuat dengan campuran tanah liat dan bahan
organik yang mudah terbakar seperti daun teh, bubuk kopi, biji gabus, serbuk gergaji,
sekam jagung, sekam padi dan sebagainya (Widodo, 2015). Membran keramik
kebanyakan dibuat dalam dua bentuk geometri utama yaitu tubular dan flat. Membran
keramik diilustrasikan sebagai media selektif permeabel dengan ukuran pori,
permukaan porositas, dan diameter tertentu yang menentukan permeabilitas dan
kemampuan separasinya. Komposisi membran keramik menentukan ukuran rongga,
pori dan luas permukaan pada gugus aktif dalam membran itu sendiri. Bahan baku
keramik yang umumnya dipakai adalah felspard, Ball clay, kwarsa, kaolin dan air.
(Nurhayati dan Tri, 2015).
Filter keramik dapat dibuat dari berbagai bahan yang mudah didapat, salah satunya
dengan menggunakan campuran antara limbah industri kerajinan keramik (grog), tanah
lempung (clay), dan zeolit (Furqoni dkk, 2016). Kinerja filter keramik berbasis tanah
liat dapat ditingkatkan secara signifikan dengan penggunaan aditif yang mudah terbakar
yang meningkatkan laju aliran dengan menciptakan jaringan pori-pori dan penggunaan
senyawa bakterisida untuk penghancuran patogen. Tidak seperti kimia atau desinfeksi
termal, filter keramik berbasis tanah liat tidak secara signifikan mengubah rasa atau
suhu air dan dalam mengurangi kekeruhan (Nnaji dkk, 2016).
Membran keramik merupakan membran yang mempunyai sifat yang tidak mudah
mengembang dalam air dan mudah untuk membentuk suspensi untuk melapisi membran
sebagai support (Dong, dkk., 2006). Membran keramik terbentuk dari kombinasi logam
II - 8
Universitas Sumatera Utara
(aluminium, titanium, zirkonium) dengan non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau
karbida. Contohnya adalah membran alumina atau zirkonia. Adanya oksida logam pada
membran keramik menghasilkan muatan listrik sehingga performance permukaan
material keramik lebih kuat. Secara fisik, membran keramik dapat berbentuk tube atau
disk, bersifat porous (Agmalini dkk, 2013).
Menurut literatur, baik (bio) filtrasi pasir dan filtrasi keramik memiliki potensi besar
untuk mengurangi kekeruhan dan bakteri. Namun filtrasi keramik menunjukkan
efisiensi yang jauh lebih baik, terutama untuk penghilangan bakteri (Duke et al., 2011).
Filter keramik memiliki masa manfaat yang cukup panjang sekitar 5 tahun atau lebih
dengan perawatan dan pemeliharaan yang tepat (Nnaji dkk, 2016).
Filter keramik sangat menarik pada negara-negara berkembang karena biayanya rendah,
kemudahan fabrikasi dan penggunaan, serta kemampuan mereka untuk menyaring
bakteri dari air dengan sangat efektif (Abiriga dan Sam, 2014). Membran keramik yang
digunakan sebagai pengolahan air sungai secara langsung menunjukkan bahwa
turbiditas dapat terolah antara 3 sampai 100 FNU, aliran filter dari 80 – 300 L/m2h
dengan hasil recovery antara 95,9 sampai 98,9% (A. Loi-Brügger, at all, 2006).
Membran keramik telah dimanfaatkan dalam pengolahan air pencucian dari saringan
pasir lambat (Weiying et al 2010).
II - 9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Ceramic Disk Filter
(Sumber:Low, 2002)
2.6.1.2 Tabung/Lilin (Candle Filter)
Candle filter biasanya disebuk juga filter lilin, jenis filter air yang paling umum
digunakan di India dan Nepal dan juga tersedia di negara Brasil. Filter sistem lilin ini
terdiri dari dua wadah dan satu atau beberapa elemen filter lilin. Candle filter berbentuk
seperti lilin tebal dan dimasukkan ke dasar wadah atas. Air dituangkan ke dalam wadah
atas dan kemudian air tersaring melalui filter keramik ke wadah penampung bawah.
Filter lilin memiliki aliran yang sangat rendah, sehingga banyak digunakan dua atau tiga
filter lilin untuk suatu pengolahan air (Sagara, 2000).
II - 10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Ceramic Pot Filter
(Sumber: Nnaji, 2016)
Tanah liat (lempung) sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah
satu bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia seperti untuk
pembuatan peralatan dapur untuk memasak dan lain sebagainya. Dilihat dari sudut ilmu
kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai
rumus senyawa: (Al2O3.2SiO2.2H2O) dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya:
Oksida Silinium (SiO2) 47%, Oksida Aluminium (Al2O3) 39%, dan Air (H2O) 14%
(Gatot, 2003).
Menurut Prameswari (2008), komposisi kimia tanah liat yang di analisa dengan
menggunakan alat Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
II - 11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi Tanah Liat
Tanah Liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Aphin, 2012):
1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu
antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3. Dalam keadaan kering tanah cenderung sangat keras dengan ukuran butiran
tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4. Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 1000 0C.
Tanah liat memiliki sifat paling stabil dan paling tahan erosi. Agar tanah liat dapat
digunakan untuk membentuk benda keramik maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Nasir dkk, 2011):
1. Sifat Plastis
Sifat plastis berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda
yang dibentuk tidak akan mengalami keretakan, pecah atau berubah bentuk.
2. Memiliki kemampuan bentuk
Tanah liat juga harus memiliki kemampuan bentuk yaitu kualitas penompang bentuk
selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi sebagai penyangga.
3. Susut kering dan susut bakar
Tanah liat yang terlalu plastis biasanya memiliki persentase penyusutan lebih dari
15%, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki resiko retak dan
pecah yang tinggi.
II - 12
Universitas Sumatera Utara
4. Suhu kematangan (vitrifikasi)
Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu keadaan
benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk.
5. Porousitas
Fluks membran keramik secara langsung berhubungan dengan porositas, dimana
membran keramik yang bagus adalah membran dengan porositas tinggi tetapi tidak
menurunkan kekuatan mekanik membran tersebut.
Adapun jenis-jenis tanah liat dengan krakteristik yang dimiliki oleh setiap tanahnya
berbeda antara satu dengan yang lain. Berikut ini penjelasan tiap jenisnya:
II - 13
Universitas Sumatera Utara
tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur
dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia
maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat
sekunder yang lebih halus dan lebih plastis (Sappie, 2006). Tanah liat sekunder
memiliki ciri-ciri:
1. Kurang murni.
2. Cenderung berbutir halus.
3. Bersifat plastis.
4. Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning
kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
5. Daya susut tinggi.
6. Suhu bakar 1200ᵒC - 1300ᵒC, ada yang sampai 1400ᵒC (fireclay, stoneware,
ballclay).
7. Suhu bakar rendah 900ᵒC - 1180ᵒC, ada yang sampai 1200ᵒC (earthenware).
Serbuk gergaji merupakan bahan perpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori
tersebut, dimana sifat serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah meyerap air. Pada
umumnya bahan komposit dari olahan serat atau pabrikan mempunyai sifat mekanis
seperti keteguhan lentur, keteguhan patah, keteguhan rekat dan cukup tinggi (Kasam,
dkk, 2009).
II - 14
Universitas Sumatera Utara
Serbuk gergaji kayu mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan
zat ekstraktif kayu, sehingga mampu menjadi bahan aditif pembuatan membran keramik
(Slamet, 2013). Serbuk gergaji dipilih sebagai bahan yang mudah terbakar dalam
penelitian ini karena memberikan campuran yang homogen dengan tanah liat, tidak
seperti bahan yang mudah terbakar lainnya seperti limbah bubuk kopi dan sekam padi
(Molly, 2009). Adapun komposisi yang terkandung didalam serbuk gergaji dapat dilihat
pada Tabel 2.2 dan 2.3 dibawah ini.
II - 15
Universitas Sumatera Utara
Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi
untuk digunakan sebagai adsorben karena keberadaan gugus fungsional –OH pada
selulosa. Serbuk gergaji juga memiliki komponen utama Pozzolan atau bahan yang
mengandung SiO2 (silika) dan aluminium yang bersifat cementitious (bersifat mengikat)
sehingga mampu dikombinasikan dengan tanah liat untuk pembuatan membran keramik
(Intan dkk, 2016).
Kekuatan filter berbanding terbalik dengan volume serbuk gergaji di tanah liat
sementara porositas filter berbanding lurus dengan jumlah serbuk gergaji dalam
campuran keduanya. Porositas filter ditemukan berbanding lurus dengan persentase.
Dengan meningkatnya suhu dari 200 oC hingga 500 oC, serbuk gergaji yang terkandung
dalam tanah liat terbakar meninggalkan pori-pori terbuka (yang meningkatkan porositas
sampel) dalam spesimen. Bahan organik bergabung dengan oksigen di atmosfer tungku
pembakaran untuk membentuk karbon (IV) oksida dan gas lainnya. Selama rentang
temperatur 200 oC hingga 280 oC, semua hemiselulosa terurai, menghasilkan produk
yang mudah menguap seperti karbon (IV) oksida, karbon (II) oksida dan uap yang dapat
dikondensasikan. Dari 280 oC hingga 500 oC, dekomposisi selulosa meningkat dan
mencapai puncak sekitar 320 oC. Produk-produk tersebut kembali bergejolak. Tingkat
dekomposisi lignin meningkat dengan cepat pada suhu di atas 320 oC. Hal ini disertai
dengan peningkatan yang relatif cepat dalam kandungan karbon dari bahan sisa padatan
(Roberts, 1971).
Selain itu, serbuk gergaji memiliki pembentukan yang seragam untuk pori-porinya
sehingga tidak menyebabkan filter membesar dan lebih sedikit kemungkinan cacat pada
filter (Katherine et al, 2000). Serbuk gergaji yang terdapat dalam membran keramik
tersebut mempunyai muatan listrik negatif, dengan demikian mampu mengadsorbsi
partikel-partikel positif yang terdapat pada membran (Kasam, dkk, 2009).
II - 16
Universitas Sumatera Utara
Pada tahapan ini, bahan dasar dipilih berdasarkan kebutuhan. Beberapa hal yang
dipertimbangkan adalah karakteristik dari material yang ingin dihasilkan, biaya dan
kemudahan dalam memperoleh bahan tersebut. Bahan dasar kemudian diolah lebih
lanjut hingga siap untuk diproses menjadi powder.
2. Pembuatan Powder (Powder Preparation)
Umumnya bahan dasar pembuatan keramik selalu dalam bentuk powder. Terdapat
beberapa keuntungan dari dibuatnya powder, diantaranya untuk memperkecil ukuran
partikel dan memodifikasi distribusi ukurannya. Pembuatan powder dapat dilakukan
dengan menggunakan penggerusan manual seperti mortar atau ball mill.
3. Pencampuran
Bahan baku atau sampel yang sudah menjadi powder dilakukan proses pencampuran
bahan baku sehingga homogen dengan bantuan sedikit air.
4. Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan pencetak khusus untuk membuat
membran keramik, kemudian dilakukan proses pengeringan.
5. Pengeringan
Pengeringan pembuatan membran ini dilakukan dalam dua tahap yaitu dengan
bantuan sinar matahari dan pemanasan dengan suhu tinggi.
II - 17
Universitas Sumatera Utara
2.6.4.2 Kekurangan Membran Keramik
Adapun kekurangan membran keramik yaitu (Nasir, Subriyer 2011):
1. Sulit mencapai kualitas produk akhir yang reproducible;
2. Harga sistem membran meningkat signifikan seiring dengan meningkatnya
kebutuhan sifat-sifat produk, antara lain porositas, ukuran pori, reproducibility, dan
reliability;
3. Fenomena membran fouling, sehingga membran perlu dicuci secara berkala;
4. Masa pakai membran terbatas.
2.7.1 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan indikator dalam menilai kecocokan air untuk konsumsi manusia.
Ini merangsang pertumbuhan bakteri dan patogen air lainnya (WHO / UNICEF, 2004).
Bersama dengan E. coli, pH dan sisa klorin, kekeruhan merupakan salah satu parameter
kunci kualitas air. Ini juga digunakan untuk mengukur efektivitas penyaringan air.
Konsentrasi organik tinggi dan / atau banyak partikel tersuspensi seperti lempung,
lanau, plankton, dan organisme mikroskopis lainnya serta presipitat kimia akan
memperlambat laju aliran air dengan menyumbat pori-pori keramik secara progresif. Ini
akan mempengaruhi laju filtrasi (Mattelet, 2006). Kekeruhan diukur dengan
menentukan tingkat hamburan cahaya oleh partikulat hadir dalam sampel (Miller,
1997). Air yang akan diolah dengan menggunakan filter keramik harus memiliki nilai
kekeruhan pengolahan awal maksimum 15-20 NTU untuk menghindari penyumbatan
pori-pori (Van, 2006).
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU
(Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit). Kekeruhan dinyatakan
dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan ini
disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini
membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri
(Effendi, 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/
II - 18
Universitas Sumatera Utara
Menkes/Per/IV/2010 Tahun 2010, kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan
dalam air adalah 5 NTU.
Kekeruhan air sungai sangat dipengaruhi oleh erosi yang meliputi proses pelepasan,
penghanyutan serta pengendapan. Hal ini akan menyebabkan turunnya produktivitas
lahan pertanian dan kualitas air serta mengurangi kapasitas sungai. Tingkat kekeruhan
yang tinggi pada air sungai akan merugikan pada sektor penyediaan air bersih yang
bersumber dari air permukaan sehingga akan meningkatkan biaya pengolahan (Suripin,
2002).
Total Suspended Solid menyebabkan kekeruhan air, tidak larut, dan tidak dapat
mengendap langsung. Total Suspended Solid (TSS) dapat melayang didalam air dan
akan menghalangi masuknya sinar matahari kedalam lapisan air. Padatan tersuspensi
total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >
1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Kasam dkk,
2009).
II - 19
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Total Coliform
Menurut ketentuan WHO (World Health Organization) dan APHA (American Public
Health Association), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri
didalamnya. Terdapat beberapa jenis bakteri yang hidup di dalam air yaitu bakteri
Coliform dan E-Coli (Utami dkk, 2012).
Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif
anaerob, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
asam dan gas pada suhu 35°C-37°C (Knechtges, 2011). Golongan bakteri Coliform
adalah Citro bacter, Enterobacter, Escherichia coli, dan Klebsiella (Batt, 2014).
Bakteri total coliform merupakan mikroorganisme yang terdapat dalam proses filtrasi
dan membentuk lapisan biofilm. Temperatur optimal pertumbuhan bakteri ini yaitu pada
suhu 35-37ᵒC dengan media yang tenang untuk perkembangbiakkannya (Effendie,
2003). Berdasarkan penelitian Willshaw et al., (2000) suhu pertumbuhan optimum total
coliform adalah 37oC, tetapi juga dapat tumbuh pada kisaran temperatur 15-45oC.
Sementara itu mikroorganisme berkembang biak dengan cara membelah diri dari 1 sel
tunggal menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya.
Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15-30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan (Aminudin, 2009).
Total Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran. Total Coliform yang berada di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Total Coliform dibagi menjadi dua
golongan, yaitu Coliform fekal, seperti E. coli yang berasal dari tinja manusia, hewan
berdarah panas, dan Coliform nonfekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan
berasal dari tinja manusia, tetapi berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati
(Pakpahan dkk, 2015).
Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air
II - 20
Universitas Sumatera Utara
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia
coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah
(Entjang, 2003).
Penelitian Eshcol et al, (2014) di India menunjukkan 36% air minum rumah tangga
tidak memenuhi syarat bakteriologi. Penelitian Suprihatin dkk (2013) di 10 kota besar di
Indonesia menunjukkan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas
air minum dan 16% sampel tercemar bakteri Coliform. Bila dalam sumber air
ditemukan bakteri Coliform ini maka hal ini merupakan indikasi bahwa sumber tersebut
telah mengalami pencemaran oleh kotoran manusia/hewan berdarah panas (Kasam dkk,
2009).
Pengendalian mikroba secara fisik dapat dilakukan diantaranya suhu tinggi, air
mendidih, pembakaran, pengeringan, osmosis balik, dan filtrasi. Filtrasi adalah proses
penyaringan partikel secara fisik, kimia dan biologi untuk memisahkan atau menyaring
partikel yang tidak terendapkan melalui media berpori (Tri dan joko, 2010).
II - 21
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini sampel air yang digunakan yaitu berasal dari DAS Deli, di Kampung
Aur yang merupakan bagian dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota
Medan. Dalam penelitian ini digunakan sembilan rangkaian Unit media membran
keramik dengan bentuk pot filter dimana, berdasarkan komposisi bahan dan ukuran
partikel masing-masing terdiri dari 3 perlakuan. Unit pertama dengan media membran
keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk gergaji (80% : 20%), Unit kedua dengan
media membran keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk gergaji (85% : 15%) dan
Unit ketiga dengan media membran keramik yang berkomposisi tanah liat : serbuk
gergaji (90% : 10%). Penelitian ini juga menggunakan variasi ukuran tanah liat dan
serbuk gergaji pada membran keramik dengan menggunakan range yaitu bahan yang
lolos di 35 mesh dan tertahan di mesh 50, lolos ayakan 50 mesh dan tertahan di ayakan
60 mesah dan lolos ayakan 60 mesh dan tertahan di ayakan 100 mesh. Sampel Air
Sungai Deli dialirkan secara batch pada masing-masing Unit pada waktu yang
bersamaan dan debit yang sudah ditentukan antara ketiga Unit tersebut yaitu sebanyak 3
liter air. Kemudian ditunggu sampai air merembes melewati media sehingga tertampung
di wadah penampung.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efesiensi penyisihan Total Coliform dan
kekeruhan dengan menggunakan media membran keramik dengan media tanah liat dan
serbuk gergaji. Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Penentuan Metode
Penelitian
Pengumpulan Data
Data Primer
Pengumpulan Alat
dan Bahan
Perancangan Reaktor
Membran Keramik
Analisa
Laboratorium
Pengolahan dan
Analisa Data serta
Pembahasan
Kesimpulan Saran
Selesai
III - 2
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Medan.
III - 3
Universitas Sumatera Utara
2. Ukuran Bahan (material)
Variasi ukuran bahan tanah liat dan serbuk gergaji pada membran keramik
menggunakan range yaitu bahan yang lolos di ayakan 35 mesh dan tertahan di mesh 50,
lolos ayakan 50 mesh dan tertahan di ayakan 60 mesh dan yang terakhir lolos ayakan 60
mesh dan tertahan di ayakan 100 mesh.
III - 4
Universitas Sumatera Utara
4. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur konsentrasi air pada pembuatan membran
keramik.
5. Ember
Ember digunakan sebagai wadah pada membran keramik dan sebagai bak
penampung air hasil dari unit membran keramik
6. Timbangan
Timbanan digunakan untuk menimbang tanah liat dan sekam padi pada pembuatan
membran keramik.
7. Ball Mill
Ball Mill digunakan untuk menghaluskan tanah liat.
8. Alat ukur (penggaris atau meteran)
Alat ukur untuk mengukur ketinggian, lebar dan tebal pada proses pembuatan
membran keramik.
9. Keran Air
Keran air sebagai tempat air hasil dari membran keramik keluar dari bak penampung
sementara.
10. Cool box
Cool box digunakan untuk wadah botol sampel yang sudah disterilkan, agar menjaga
kestabilan steril botol sampel tersebut.
3.8.2 Bahan
1. Tanah liat
Tanah liat pada penelitian ini berasal dari Pengrajin pot yang berlokasi di Jalan
Darmo, Ujung Serdang, Tj. Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji pada penelitian ini berasal dari industri properti yang berlokasi di
Dusun Kuini, Pasar 7 Desa Melati II Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai,
Sumatera Utara.
3. Air bersih
Air pada penelitian ini sebagai bahan pencampur pada proses pembuatan membran
keramik.
III - 5
Universitas Sumatera Utara
4. Aquades
Aquades digunakan untuk membilas/merendam membran keramik yang telah
dibakar untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang tertinggal pada saat proses
pembakaran.
5. Alkohol 70%
Alkohol 70 % digunakan untuk strerilisasi membran keramik dan bak (wadah)
penampung hasil rembesan air.
6. Sampel Air Sungai Deli
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang berasal dari DAS Deli
dan berlokasi di Kampung Aur tepatnya di Gang Mantri, yang merupakan bagian
dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Lokasi pengambilan
sampel air dikarenakan masih banyak masyarakat sekitar sungai yang menggunakan
air sungai tersebut untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan kakus
(MCK). Lokasi sampling dapat dilihat pada Gambar 3.2
III - 6
Universitas Sumatera Utara
3.9 Prosedur Penelitian
3.9.1 Prosedur Pembuatan Membran Keramik
Tahapan prosedur pembuatan membran keramik dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah
ini:
Mulai
Perlakuan I: Tanah liat (80%) : Perlakuan II: Tanah liat (85%) : Perlakuan III: Tanah liat
serbuk gergaji (20) serbuk gergaji (15%) (90%) : serbuk gergaji (10%)
Ukuran mesh : (35-50), (50-60) Ukuran mesh : (35-50), (50-60) dan Ukuran mesh : (35-50), (50-
dan (60-100) (60-100) 60) dan (60-100)
Selesai
III - 7
Universitas Sumatera Utara
serbuk gergaji (90% : 10%). Sedikit tambahkan air ke dalam adonan membran
sambil diaduk rata hingga campuran keduanya dirasa mudah untuk dibentuk.
4. Adonan membran dicetak berbentuk pot filter dengan diameter membran 21 cm,
tinggi membran 18 cm dan tebal membran 1 cm untuk memperkirakan susut pada
saat proses pembuatan.
5. Adonan dikeluarkan dari cetakan membran, kemudian dikeringkan pada temperatur
kamar selama 7 hari.
6. Membran yang telah terbentuk kemudian dikeringkan pada sinar matahari sampai
kering selama beberapa hari
7. Tahap selanjutnya membran dibakar pada tungku pembakaran dengan suhu 850-
900 ᵒC selama 8 jam.
Berdasarkan literatur buku panduan pembuatan saringan keramik (2011), dalam
proses pembakaran membran keramik terdiri dari dua tahap suhu pembakaran
yaitu:
1. Proses dehidrasi yang lengkap
2. Proses vitrifikasi (perubahan unsur kimia) dari lempung yang akan menghasilkan
pot keramik yang matang.
Suhu tahap pertama akan menghasilkan proses dehidrasi pasa suhu 100 oC. suhu
tahap kedua menghasilkan proses vitrifikasi pada suhu 860 oC.
Membran 1 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 1-C90-35.
Membran 2 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 2-C85-35.
III - 8
Universitas Sumatera Utara
Membran 3 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 35-
50 mesh atau 3-C80-35.
Membran 4 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 4-C90-50.
Membran 5 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 5-C85-50.
Membran 6 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 50-
60 mesh atau 6-C80-50.
Membran 7 : Tanah liat (90%) dan serbuk gergaji (10%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 7-C90-60.
Membran 8 : Tanah liat (85%) dan serbuk gergaji (15%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 8-C85-60.
Membran 9 : Tanah liat (80%) dan serbuk gergaji (20%) dengan ukuran bahan 60-
100 mesh atau 9-C80-60.
Adapun sistem membran keramik dalam penelitian tugas akhir ini ditunjukkan seperti
pada Gambar 3.4 dibawah ini.
III - 9
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
1. Tutup bak
2. Membran keramik berbentuk pot dengan tinggi 18 cm, diameter 21 cm dan ketebalan
membran 1 cm
3. Bak (wadah) penampung membran dengan tinggi 31 cm dan diameter 22,5 cm
4. Air yang merembes keluar dari membran
5. Air hasil filter dari membran
6. Keran
7. Bak (wadah) penampung Outlet
Adapun desain unit membran keramik pada saat proses running yaitu dapat dilihat pada
Gambar 3.5 dibawah ini :
III - 10
Universitas Sumatera Utara
3.9.3 Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian membran keramik dapat dilihat pada Gambar 3.6
dibawah ini :
Mulai
Selesai
Gambar 3.6 Flowchart Penyisihan Total coliform dan kekeruhan dengan Membran
Keramik
III - 11
Universitas Sumatera Utara
6. Air dari membran ditampung pada wadah penampung.
7. Dilakukan pengujian air dari masing-masing hasil outlet pada membran.
3.11.1 Kekeruhan
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan kekeruhan yang terdapat
dalam contoh uji air adalah metode Turbidimeter.
1. Prinsip
Membandingkan intensitas cahaya dari contoh dengan intensitas cahaya dari suspensi
standar pada kondisi tertentu.
2. Bahan
a. Sampel yang akan diuji
b. Aquades
c. Tissue
3. Peralatan
a. X-Turbidimeter
b. Tabung kaca turbiditimeter 20 ml
III - 12
Universitas Sumatera Utara
c. Botol semprot yang berisi aquades
4. Prosedur
a. Hidupkan alat X-turbidimeter
b. Ambil sampel yang akan diuji
c. Masukkan sampel ke dalam tabung kaca X-turbidimeter untuk pembilasan
d. Masukkan kembali sampel yang akan diuji ke dalam tabung X-turbidimeter
sebanyak 10 ml, lalu lap tabung kaca hingga kering
e. Tekan buttom “Red Enter”, tunggu hasil pada monitor alat
f. Catat hasil pemeriksaan yang pertama
g. Tekan buttom “Red Enter”, tunggu hasil pada monitor alat untuk hasil yang
kedua
h. Ambil nilai rata-rata parameter uji ke-1 dan parameter uji ke-2
i. Bilas dengan aquades tabung kaca X-turbidimeter
III - 13
Universitas Sumatera Utara
f. Pipet tetes 5 mL dan10 mL
g. Bunsen
h. Ose bulat
i. Spatula
j. Timbangan analitik
k. Beaker glass
l. Autoklaf
m. Bola hisap
n. Cawan petri
o. Rak tabung reaksi
4. Prosedur
Pembuatan media Total coliform :
a. Media Lactose Broth Strength
Ditimbang 13 gram serbuk Lactose Broth Strength dan dilarutkan dalam 1000
mL aquades. Kemudian dipipet masing-masing 10 mL ke dalam 10 tabung
reaksi yang sudah berisi tabung durham dalam posisi terbalik. Ditutup mulut
tabung reaksi dengan disumbat kapas. Media siap disterilisasi dengan disusun
kedalam keranjang dan dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama
60 menit. Autoklaf dimatikan dan dibiarkan manometer sampai menunjukkan
angka nol, kemudian autoklaf dibuka dan dibiarkan hingga dingin.
b. Media Brilliant Green Lactose Bile 2 % Broth
Ditimbang 40 gram serbuk Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dan
dilarutkan dalam 1000 mL aquades. Kemudian dipipet masing-masing 10 mL
ke dalam 10 tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham dalam posisi
terbalik. Ditutup mulut tabung reaksi dengan disumbat kapas. Media siap
disterilisasi dengan disusun kedalam keranjang dan dimasukkan kedalam
autoklaf pada suhu 121 oC selama 60 menit. Autoklaf dimatikan dan dibiarkan
manometer sampai menunjukkan angka nol, kemudian autoklaf dibuka dan
dibiarkan hingga dingin.
III - 14
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan Total Coliform :
a. Uji pendugaan coliform (Presumptive coliform)
1. Pengerjaan sampel dilakukan secara aseptik, dengan cara didekatkan dengan
api.
2. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 10 mL ke dalam tabung reaksi.
3. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 1 mL ke dalam tabung reaksi.
4. Disiapkan 5 tabung reaksi dari media yang sudah disterilisasi dan dipipet
sampel masing-masing 0,1 mL ke dalam tabung reaksi.
5. Tabung digoyang-goyangkan sehingga sampel tercampur dengan medium
secara merata.
6. Diinkubasi semua tabung pada suhu 35 oC selama 24-48 jam.
7. Diamati tabung-tabung yang menunjukkan reaksi positif, yaitu terbentuknya
gelembung gas dan larutan menjadi keruh.
8. Lakukan “Uji penegasan coliform” untuk tabung-tabung positif.
b. Uji penegasan coliform
1. Pengerjaan sampel dilakukan secara aseptik, dengan cara didekatkan dengan
api.
2. Digoyang-goyangkan tabung dari hasil uji pendugaan yang menunjukkan
reaksi positif.
3. Diinokulasikan sampel sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi medium
Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dengan menggunakan jarum ose.
4. Diinkubasi BGLB Broth pada suhu 35oC yang telah diinokulasi selama 24-48
jam.
5. Diperiksa dan dilakukan pembacaan tabung-tabung BGLB Broth yang
menghasilkan gas selama 24-48 jam pada suhu 35oC. Tabung positif ditandai
dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham.
6. Dicatat jumlah tabung-tabung yang positif terbentuk gas pada uji penegasan
kemudian perhitungan disesusaikan dengan tabel Most Probable Number
(MPN) yang sesuai dengan SNI 01-23311-2006.
III - 15
Universitas Sumatera Utara
3.12 Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil analisis seperti Total coliform dan kekeruhan
diolah menggunakan Microsoft excel yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Untuk mengetahui efisiensi (dinyatakan dalam %) penyisihan yang dihasilkan, dapat
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
BA
E (%) x 100 % (3.1)
B
Dimana:
E = efisiensi (%)
A = Hasil Total coliform dan kekeruhan sesudah pengolahan
B = Hasil Total coliform dan kekeruhan sebelum pengolahan
Dari hasil perhitungan yang telah didapat, kemudian dibuat grafik efisiensi penyisihan
terhadap penurunan Total coliform dan kekeruhan.
III - 16
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Hasil Pemeriksaan
Baku Rata-
No Parameter Satuan Metode Keterangan
Mutu Sampling Sampling rata
ke-1 ke-2
1 Kekeruhan NTU 5 13,76 15,6 14,68 Turbidimetri Melebihi
Jumlah Most
Total per 100 Probable
2 0 >16.000 >16.000 >16.000 Melebihi
Coliform ml Number
sampel (MPN)
Sumber: Data & Hasil Penelitian, 2018
* Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/ Menkes/Per/IV/2010
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa parameter yang
akan diuji pada penelitian ini dinyatakan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/ Menkes/Per/IV/2010, dimana
kekeruhan kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 5 NTU.
Sedangkan kadar maksimum Total Coliform didalam air adalah 0/100 mg/l. Sehingga
butuh dilakukan pengolahan terhadap kualitas air Sungai Deli tersebut menggunakan
membran keramik berbahan tanah liat dan serbuk gergaji agar sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan.
Hasil pengujian air sungai Deli pada membran keramik dengan variasi komposisi bahan
dan ukuran bahan memiliki waktu perembesan yang berbeda-beda. Pada membran
keramik nomor 6-C80-50 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan serbuk
gergaji (80% : 20%) pada ukuran bahan range 50-60 mesh, menunjukkan waktu
perembesan yang tercepat diantara kesembilan membran keramik lainnya yaitu dengan
waktu 24 jam. Sementara itu waktu perembesan air yang paling lama ditunjukkan oleh
membran keramik nomor 7-C90-60 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan
serbuk gergaji (90% : 10%) pada ukuran bahan range 60-100 mesh dengan waktu 265,7
jam. Grafik waktu perembesan kesembilan membran dapat dilihat pada Gambar 4.1
dibawah ini.
Waktu Perembesan Air (Jam)
300
250
200
150
100
50
0
90:10% 85:15% 80:20%
35-50 mesh 200,5 60 42,07
50-60 mesh 140 117,23 24
60-100 mesh 265,7 153,15 157,6
IV - 2
Pada Gambar 4.1 dilihat dari hasil perembesan waktu ke sembilan membran, membran
yang menunjukkan waktu perembesan paling cepat yaitu pada membran nomor 6-C80-
50 dimana komposisi bahan perbandingan tanah liat dan serbuk gergaji (80%:20%)
pada ukuran bahan range 50-60 mesh dengan waktu 24 jam mampu merembeskan 3
liter air. Laju aliran melalui filter ditemukan bervariasi dengan peningkatan proporsi
serbuk gergaji, indikasi ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar serbuk gergaji filter
keramik air meningkatkan laju filtrasi secara eksponensial (Nnaji dkk, 2016).
Sedangkan waktu perembesan paling lama yaitu ditunjukkan oleh membran nomor 7-
C90-10 dimana komposisi bahan perbandingan tanah liat dan serbuk gergaji (90%:10%)
pada ukuran bahan range 60-100 mesh dengan waktu 265,7 jam. Pori yang berukuran
kecil hanya mampu melewatkan sejumlah air dengan volum yang kecil pula (Ervin dkk,
2000). Semakin sedikit komposisi bahan aditif maka jarak antar molekul semakin rapat
dan pori-pori yang terbentuk pada membran semakin kecil, sehingga air sulit untuk
berdifusi kedalam membran (Apriyanti dan Wishnu, 2017). Sementara itu sebaliknya,
dengan memperbanyak proporsi tanah liat pada pembuatan filter keramik maka akan
meningkatkan kualitas air yang disaring namun harus membiarkan laju filtrasi yang
memakan waktu lama (Abiriga dan Sam, 2014). Grafik rata-rata waktu perembesan
keramik berdasarkan ukuran bahan yang digunakan pada saat proses pembuatan
membran keramik dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini.
IV - 3
Air (Jam)
150,0
100,9 93,7
100,0
50,0
0,0
35-50 mesh 50-60 mesh 60-100 mesh
Ukuran Mesh
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Waktu Perembesan Air Berdasarkan Ukuran Mesh
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa rata-rata waktu perembesan pada keseluruhan
membran keramik berdasarkan ukuran bahan mesh menunjukkan semakin kecil ukuran
bahan yang digunakan maka waktu perembesan yang dibutuhkan juga semakin lama.
Pada grafik menunjukkan rata-rata waktu perembesan yang paling cepat berdasarkan
ukuran bahan yang digunakan yaitu pada ukuran range 50-60 mesh dengan waktu 93,7
jam. Sedangkan rata-rata waktu perembesan yang paling lama berdasarkan ukuran
bahan yang digunakan yaitu pada ukuran range 60-100 mesh dengan waktu 192,12 jam.
Data rata-rata waktu perembesan berdasarkan ukuran mesh dapat dilihat pada lampiran
V. Sementara itu grafik rata-rata waktu perembesan pada keseluruhan membran
keramik berdasarkan komposisi bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.3
dibawah ini.
IV - 4
(Jam)
150,0 110,13
100,0 74,5
50,0
0,0
90:10% 85:15% 80:20%
Komposisi Bahan
Menurut Sagara (2000) selain void (ruang) yang telah terbentuk dari pembakaran serbuk
kayu, tanah liat juga mengalami penyusutan pada saat pembakaran filter keramik,
sehingga meninggalkan lebih banyak media keramik berpori. Hal ini menyebabkan
IV - 5
Ada faktor lain yang berdampak pada waktu perembesan seperti distribusi ukuran pori,
terbentuknya cake layer (lapisan kue) dibawah membran keramik dan volume pori filter
keramik (Musa, 2010). Laju aliran filter keramik yang terbuat dari 40% serbuk gergaji
menurun dari 1,5 L / jam menjadi 0,5 L / jam karena lapisan kue terbentuk di bagian
bawah dan partikel menyumbat pori-pori. Lambatnya waktu perembesan disebabkan
karena saringan tersumbat oleh endapan yang dibawa oleh air, makin lama penggunaan
saringan maka ketebalan endapan semakin tinggi dan kemampuan air menembus pori
saringan semakin berat (Matthies, 2010). Sama halnya pada penelitian ini, pada saat
awal air dimasukkan ke dalam membran keramik air mengalir lebih deras bila
dibandingkan saat sudah mencapai perembesan setengah dari hasil awal yang
dimasukkan. Hal ini terbukti adanya endapan yang tertahan pada membran keramik dan
lapisan cake pada bagian bawah membran keramik, sehingga terjadi penyumbatan saat
air mengalir yang berakibat pada lamanya waktu perembesan. Namun, untuk mencegah
pengurangan kinerja membran keramik, pengguna perlu menggosok filter mereka
dengan sikat setelah menjadi terasa lebih lambat. Setengah dari keluarga dalam satu
penelitian menggosok filter mereka tidak lebih dari sekali setiap minggu (Nnaji dkk,
2016).
Faktor lainnya yang mempengaruhi waktu perembesan yaitu daya tekan pada saat
pembuatan membran itu sendiri. Pada penelitian ini proses pembentukan membran
menggunakan teknik manual yaitu dengan tangan, sehingga proses penekanan kurang
efektif dibandingkan dengan menggunakan mesin press.
Hasil pengujian kekeruhan dari kesembilan membran keramik dengan variasi komposisi
bahan dan ukuran bahan memiliki nilai kekeruhan yang berbeda-beda, dimana hasil
keseluruhan nilai kekeruhan pada membran keramik telah berada dibawah bakumutu
IV - 6
Kekeruhan merupakan indikator dalam menilai kecocokan air untuk konsumsi manusia
(WHO/UNICEF, 2004). Kekeruhan diukur dengan menentukan tingkat hamburan
cahaya oleh partikulat yang hadir didalam air (Miller, 1997). Air yang akan diolah
dengan menggunakan filter keramik harus memiliki nilai kekeruhan pengolahan awal
maksimum 15-20 NTU, untuk menghindari penyumbatan pori-pori (Van, 2006). Grafik
hasil pengujian dan efisiensi kekeruhan setelah melewati membran keramik dapat
dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini.
100,00
Efesiensi Penurunan
90,00
Kekeruhan (%)
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
90%:10% 85%:15% 80%:20%
35-50 mesh 90,36 89,69 87,93
50-60 mesh 89,93 90,21 74,19
60-100 mesh 90,05 89,59 89,12
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa hasil pengujian kekeruhan dari proses
filtrasi pada ke sembilan membran yang berbeda variasi komposisi bahan dan ukuran
partikel, mengalami penurunan yang sangat jauh. Grafik hasil pengujian kekeruhan
diatas menunjukkan bahwa efisiensi penurunan kekeruhan tertinggi ditunjukkan oleh
membran keramik nomor 1-C90-35 dengan komposisi bahan campuran tanah liat dan
serbuk gergaji (90% : 10%) dengan nilai efisiensi sebesar 90,36%. Sedangkan efisiensi
terendah ditunjukkan oleh membran keramik nomor 6-C80-50 dengan komposisi bahan
campuran tanah liat dan serbuk gergaji (90% : 10%) dengan nilai efisiensi sebesar
74,19%.
IV - 7
Dalam hal ini pada efisiensi terendah penurunan kekeruhan data penelitian
menunjukkan berbanding lurus dengan waktu perembesan, dimana pada saat waktu
perembesan membran nomor 6-C80-50 mengalami waktu perembesan paling cepat
namun menghasilkan nilai kekeruhan tertinggi. Tapi untuk efisiensi penurunan
kekeruhan tertinggi berbanding terbalik dengan waktu perembesan. Hal ini terjadi
dikarenakan porositas mempengaruhi kinerja filter keramik. Porositas tinggi dalam filter
keramik dapat dicapai dengan menggunakan persentase yang tinggi dari bahan aditif
dalam proses pembuatan membran keramik. Filter yang menujukkan ukuran pori besar
tidak akan efisien dalam menghilangkan kekeruhan dan / atau bakteri dari air
dibandingakan dengan filter yang memiliki ukuran pori kecil (Mattelet, 2006). Grafik
rata-rata efisiensi penurunan nilai kekeruhan berdasarkan ukuran mesh yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini.
IV - 8
Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Efisiensi Penurunan Kekeruhan Berdasarkan Ukuran Mesh
Berdasarkan Gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi nilai kekeruhan
berdasarkan ukuran mesh yang digunakan. Efisiensi tertinggi ditunjukkan pada ukuran
range 60-100 mesh dengan nilai efisiensi sebesar 89,59%. Hal ini menunjukkan bahwa
filter yang memliki ukuran bahan yang lebih kecil (halus) memiliki kelebihan dari segi
kualitas dalam menurunkan kekeruhan air, akan tetapi hasil volume saring sedikit dan
waktu yang lama (Widodo dkk, 2015). Sementara itu efisiensi terendah ditunjukkan
pada ukuran range 50-60 mesh dengan nilai efisiensi sebesar 84,78%.
Nilai kekeruhan rata-rata keseluruhan membran keramik yang didapat dari hasil sampel
air yang sudah dilewatkan membran keramik menunjukkan hasil yang berada dibawah
bakumutu. Namun pada grafik juga menunjukkan hasil yang cenderung fluktuatif antara
ukuran bahan dan komposisi bahan pembentuk membran keramik. Hal ini terjadi
karena, pada proses pembentukan membran keramik menggunakan teknik manual yaitu
dengan tangan, sehingga proses penekanan kurang efektif dibandingkan dengan
menggunakan mesin press. Hal ini tentunya juga menghasilkan ruang pori yang lebih
banyak karena penekanan yang tidak merata dan pencampuran yang tidak homogen
apabila menggunakan tangan. Menekan tanah liat secara manual ke dalam cetakan
sangat memakan waktu. Menekan bentuk dengan tangan membutuhkan campuran tanah
liat yang mengandung relatif lebih banyak air sehingga material mempertahankan
bentuknya dan menyatu. Konsistensi antara unsur-unsur lebih mudah dipertahankan
IV - 9
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ervin dkk (2000), semakin besar tekanan
pencetakan semakin besar pula gaya yang diberikan untuk menekan material sehingga
jarak antar partikel tanah liat semakin rapat dan seragam. Menurut penelitian yang
dilakukan teknik penggunaan mesin press pada pembuatan membran keramik dapat
mempengaruhi pada hasil membran. Penggunaan mesin press membuat membran
memiliki pori-pori yang lebih rapat dan memiliki tekanan yang sama sehingga pori yang
dihasilkan lebih seragam (Dies, 2003). Data rata-rata efisiensi penurunan kekeruhan
berdasarkan ukuran mesh dapat dilihat pada lampiran IV.
Membran yang dibuat dengan metode slip casting menunjukkan kepadatan yang lebih
rendah dari pada yang dibentuk dengan teknik menekan. Sampel yang diproduksi oleh
slip-casting memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi daripada proses menekan
yang menunjukkan bahwa, pori-pori berdiameter besar membuatnya mudah melintasi
partikel melalui sampel filter. Tetapi teknik menekan memberikan nilai kekeruhan lebih
sedikit karena kekuatan pemadatan yang menyebabkan butir konvergensi (Isikwue
et.al., 2011). Kondisi ini menujukkan dengan tekanan pencetakan yang besar maka jarak
antar partikel tanah liat semakin rapat sehingga pori yang terbentuk berukuran lebih
kecil, sehingga memiliki kualitas terbaik dalam efesiensi tingkat kekeruhan (Ervin dkk,
2000). Grafik rata-rata efisiensi penurunan nilai kekeruhan berdasarkan komposisi
bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.
90,00
Kekeruhan (%)
88,00
86,00 83,75
84,00
82,00
80,00
90:10% 85:15% 80:20%
Komposisi Bahan
IV - 10
Bakteri total coliform merupakan mikroorganisme yang terdapat dalam proses filtrasi
dan membentuk lapisan biofilm. Temperatur optimal pertumbuhan bakteri ini yaitu pada
suhu 35-37ᵒC dengan media yang tenang untuk perkembangbiakkannya (Effendie,
IV - 11
Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15-30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan (Aminudin, 2009). Pada saat penelitian suhu ruangan berkisar 24-25ᵒC. Hal
ini tentunya mempengaruhi bakteri untuk tumbuh lebih cepat. Efeknya bakteri yang
tadinya jumlahnya sedikit lolos dari membran keramik tetapi karena kondisi suhu yang
membuat bakteri lebih cepat berkembangbiak, sehingga bakteri juga semakin banyak.
Pada penelitian ini pengambilan sampel air dari membran keramik dilakukan setelah air
yang merembes dari membran cukup untuk diambil, tidak menunggu hingga semua air
terfiltrasi dari membran keramik. Waktu pengambilan sampel setiap membran berbeda-
beda tergantung air yang sekiranya cukup untuk diambil yaitu sekitar 1 atau 2 jam
bahkan hinggga lebih dari 2 jam pada masing-masing membran keramik. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan bakteri yang lolos dari membran
keramik semakin banyak karena kemampuan dirinya membelah diri dengan waktu
pembelahan 15-30 menit dengan perbandingan waktu yang sangat jauh antara
pengambilan sampel air tersebut.
Pada umunya ukuran pori-pori membran keramik atau saringan keramik berkisar antara
0,6-3,0 mikron. Pori-pori sebesar ini dapat menyaring hampir semua bakteri, protozoa,
telur cacing selain juga kotoran, endapan dan bahan organik. Sementara itu ukuran
bakteri sendiri berkisar antara 0,2-3,0 mikron. Bahan organik berupa total susspended
IV - 12
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Campbell (2009) 2 dari 19 filter dan dalam
studi tentang Lantagne (2001) bahkan 7 dari 15 filter tidak menujukkan persentase yang
cukup dalam penghilangan E.coli. Namun, harus diketahui bahwa data ini diperoleh dari
pengujian lapangan langsung dan kapasitas penghilangan yang berkurang atau hasil
pengujian yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh kesalahan dan /atau kekurangan
aplikasi sterilisasi filter yang digunakan di rumah tangga. Selain itu, bakteri juga
terdapat pada ruang pori-pori membran sehingga air yang di saring tidak mengalami
penurunan konsentrasi bakteri yang signifikan (Agbo et.al, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shanti dkk (2013), membran keramik yang
dibuat dari campuran tanah liat dan serbuk gergaji (70% : 30%) dengan ukuran ayakan
30 mesh dan dibakar pada suhu pembakaran 930 oC mampu menurunkan bakteri total
coliform tanpa direndam (dilapisi) dengan perak koloid sebesar 45% hingga 69% dan
dengan pelapisan koloid perak sebesar 55% hingga 79%.
Menurut Kabagambe (2010) ada hasil yang juga diamati berada di atas standar
kekeruhan air minum yang direkomendasikan oleh USEPA dan Pedoman WHO. Hasil
yang diperoleh juga menunjukkan bahwa penghilangan total coliform khususnya E.coli
untuk variasi filter A, B dan C berkisar antara 50,3% hingga 96,7%, 91,6% hingga
100,0% dan 27,3% menjadi 99,3%.
Hasil ini sejalan dengan penemuannya yang juga menunjukkan langsung hubungan
antara efisiensi penghilangan E.coli dari proses filtrasi dengan komposisi filter yang
berbeda, semakin tinggi persentase volume serbuk gergaji dalam komposisi pembuatan
filter keramik maka semakin sedikit efektivitas filter dalam penghilangan patogen .
IV - 13
5.1 Kesimpulan
V-2
Abiriga, F., Sam, O.K. 2014. Effect of Grogs on in the Performance of Ceramic Water
Filters. Science Journal of Physics ISSN: 2276-6367. Kyamboga University.
Kampala Uganda.
Agmalini, S., Narke, N.L., Subriyer, N. 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang
Batubara. Jurnal Teknik Kimia Vol. 19, No. 2. Universitas Sriwijaya.
Aphin. 2012. Prakarya Dari Tanah Liat. Makalah Seminar. Malang: Universitas
Brawijaya.
Aryana, I Ketut. 2010. Analisis Kualitas Air dan Lingkungan Fisik pada Perlindungan
Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan 1 Kabupaten Tabanan. Tesis-
S2. Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Azrul, Azwar. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Campbell E. 2005. Study on Life Span of Ceramic Filter Colloidal Silver Pot Shaped
(CSP) Model. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/filter-longevity-study.pdf.
Campbell E. 2009. Study on Life Span of Ceramic Filter Colloidal Silver Pot Shaped
(CSP) Model. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/filter-longevity-study.pdf.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Clair, Matteiletea. 2006. House hold ceramic filter evaluation using three simple low
cost methods: membrane filtration, 3m Petri film and Hydrogen sulphide
bacteria in Northern region Ghana. Mscthesis.Massachusetts Institute of
technology (USA).
Dies R. 2003. Development of a ceramic water filter for Nepal. Master Thesis, MIT,
Massachusetts, USA.
Dies R. 2001. Development of a ceramic water filter for Nepal. Master Thesis, MIT,
Massachusetts, USA
Duke W.F., Nordin R., Mazumder A. 2011. Comparative Analysis of the Filtron and
Biosand Water Filters. Available at: http://potterswithoutborders.com/wp-
content/uploads/2011/06/comparative_analysis_of_the_fltron_and_biosand_wat
er_filterseditms.pdf (accessed 16th of July 2018).
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisisus. Yogyakarta.
Ervin, Y., dkk. 2000. Pengaruh Suhu Pembakaran Terhadap Sifat-sifat Komposit
Keramik Alumina-Zirkonia. Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII.
Furqoni, R.A., Mahardika, P., Sulhadi. 2016. Pengembangan Filter Air Dengan Bahan
Keramik Untuk Peningkatan Kualitas Air Sungai. Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal) SNF. Vol. V. Semarang.
Gatot, B. Drs. 2003. Mengenal Tanah Liat. Pusat Pengembangan Dan Penataran Guru
Kesenian Yogyakarta.
Isikwue M. O. and Emmanuel N. A.. 2011. “Evaluation of a ceramic pot made from local
materials as water purification systems”, International Journal of Science and
Advanced Technology (ISSN 2221-8386), Vol. 1 No 6.
Ismaniar. 2014. Efektivitas Membran Keramik Berbasis Tanah Liat, Zeolit, Pasir Silika
dan Serbuk Besi Pada Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (POME). Laporan
akhir Teknik Kimia Politeknik Negri Sriwijaya. Tidak Diterbitkan.
Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. – Edisi Pertama –
Yogyakarta: Graha Ilm. ISBN 978-979-756-608-1.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Lantagne, D. 2001. Investigation of the Potters for Peace colloidal silver impregnated
ceramic filter. Report 1: Intrinsic effectiveness. Report 2: Field Investigations.
Alethia Environmental, Boston, MA.
Low, C.S. 2002. “Appropriate Microbial Indicator Tests for Drinking Water in
Developing Countries and Assessment of Ceramic Water Filters”. Master of
Engineering thesis. Department of Civil and Environmental Engineering,
Massachusetts Institute of Technology. Cambridge, MA.
Ma’ruf, A., Basit, B., Abdul, H.M. 2015. Pembuatan Karakterisasi Membran Keramik
TiO2 Untuk Ultrafiltrasi. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)3.
Purwekorto.
Mattelet, C. 2006. Household Ceramic Water Filter Evaluation Using Three Simple Low-
Cost Methods: Membrane Filtration, 3M Petri film and hydrogen sulfide Bacteria in
Northern Region. Ghana. 12-24.
Matthies, K.,Obst U. 2010. Concept of appropriate water and waste water treatment in
the karst region Gunung Kidul, Southern Java, Indonesia. Proceedings.
Integrated Water Resources Management International Conference Karlsruhe.
Metcalf & Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse.3rd ed.
(Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton). McGraw-Hill,Inc. New York,
Singapore. 1334 p.
Musa K. 2010.“Performance of ceramic water filters made from selected Uganda clays for
point-of-use”. Thesis of masters of science (physics) degree of makerere university.
Nasir, S., Ibrahim, E., dan Arief, A. T. 2014. Perancangan Plant Pengolahan Air Asam
Tambang Dengan Proses Sand Filtrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis.
Prosiding SNaPP: Sains, Teknologi, dan Kesehatan., 4(1), 193- 200.
Nasir, S., Teguh, B., dan Idha, S. T. 2013. Aplikasi Filter Keramik Berbasis Tanah Liat
Alam dan Zeolit pada Pengolahan Air Limbah Hasil Proses Laundry.
Universitas Sriwijaya. Palembang.
Nasir, S., Sisnayati, F. 2016. Ceramic Filters and Their Application for Cadmium
Removal from Pulp Industri Effluent. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Nurhayati, C., Tri, S. 2015. Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai Bahan Membran
Keramik Pada Unit Pengolahan Air Gambut. Jurnal Dinamika Penelitian
Industri Vol, 26. No. 2. Palembang.
Pakpahan, R.S., Intje, P., dan I Nyoman, W.M. 2015. Cemaran Mikroba Escherichia
coli dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi UlangJurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4. Universitas Nusa Cendana.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air. Jakarta.
Pradana dan Marsono. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan
Sukodono, Sidoarjo Ditinjau Dari Perilaku Dan Pemeliharaan Alat. Jurnal
Prameswari, Bunga. 2008. Studi Efektifitas Lapis Galvanis Terhadap Ketahanan Korosi
pipa basa ASTM A53 didalam tanah. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia,
hlm 56.
Roberts, A. 1971. Problems Associated with the Theoretical Analysis of the Burning of
Wood. 16thInt. Symposium on Combustion, The Combustion Institute, Pitts: 893-
903.
Said, N.I., dan Ruliasih. 2005. Tinjauan Aspek Teknis Pemilihan Media Biofilter
untuk Pengolahan Air Limbah. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
BPPT.
Sagara, Junko. 2000. “Study of Filtration for Point-of-Use Drinking Water Treatment in
Nepal”. Master of Engineering thesis. Department of Civil and Environmental
Engineering, Massachusetts Institute of Technology. Cambridge, MA.
Sapparuddin. 2010. Pemanfaatan Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih Di
Kampus Bumi Bahari Palu. Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2,. Universitas
Tadulako, Palu.
Sapi’ie, B., dkk. 2006. Diktat Kuliah Geologi Fisik. Bandung. Penerbit ITB.
Sari, Suci. F., dan Joko, S. 2018. Penurunan Total Coliform pada Air Tanah
Menggunakan Membran Keramik. Universitas PGRI Adi Buana Surabya.
Vol.16. No.01.
Slamet, J.S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Slamet, S. 2013. Karakterisasi Komposit Dari Serbuk Gergaji Kayu (Sawdust) Dengan
Proses Hotpress Sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Prosiding SNST ke-4,
ISBN 978-602-99334-2-0. Universitas Muria Kudus. Semarang.
SNI 01-2332.1. 2006. Cara uji mikrobiologi Bagian 1 : Penentuan Coliform dan
Escherichia coli pada produk perikanan.
SNI 6989.57. 2008. Air dan air limbah – Bagian 57: Metode pengambilan contoh air
permukaan.
Sobsey MD, Stauber CE, Casanova LM, Brown JM, and Elliott MA. 2008.“Point of use
household drinking water filtration:A practical, effective solution for providing
sustained access to safedrinking water in the developing world.”Environ. Sci.
Technol., 42(12): 4261–4267.
Subriyer, N. Agmalini, S., Narke, N.L. 2011. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang
Batubara. Jurnal Teknik Kimia Vol. 19, No. 2. Universitas Sriwijaya.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta : Jakarta.
Tantowi. 2002. Penelitian Kualitas Air Waduk Jatiluhur sebagai Sumber baku Air
Minum dan Penurunan Kualitasnya setelah Mengalir melalui Saluran Trum
Barat.
Utami, N.S., Chatarina, M., dan Danang, E. 2012. Kaitan Pencemaran Bakteri Coliform
dan E.coli Pada Air Sumur Penduduk Dengan Kepadatan Permukiman Di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2012. Surakarta.
Urabe, M. 1986. Interaction of Metal Ion with Clays: I. A case study with Cu (II).
Applied Clay Science. 30: 199-208.
Van Halen, D. 2006. Ceramic silver impregnated pot filters for household drinking
water treatment in developing countries. Sanitary Engineering Section,
Department of Water Management, Faculty of Civil Engineering. Delft
University of Technology, Delft.
WHO/UNICEF .2004. Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation;
Meeting the MDG drinking water and sanitation target: a mid-term
assessment of progress World Health Organization (WHO) (2008)
―Drinking water‖ 〈http://
whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241563673_part3_eng.pdf〉.
Widodo., dkk. 2015. Studi Penurunan Total Coliform Mata Air Menggunakan Clay
Filter. Semarang: Universitas Diponegoro.
Willshaw, G.A., T. Cheasty, and H.R. Smith. 2000. Escherichia coli The
Microbiological Safety and Quality of Food. Aspen Publishers, Inc.
Gaithersburg, Maryland USA. Volume 2.
Yayasan Tirta Indonesia Mandiri. 2011. Buku Panduan Pembuatan Saringan Keramik.
Edisi Uji Coba. Jakarata.
Zereffa, E.A., dan Tesfay, B.B. 2017. Clay Ceramic Filter for Water Treatment.
Ethiopia.
http://dislh.sumutprov.go.id/2014/12/penurunan-kualitas-air-sungai-di-sumatera-utara-
yang-terjadi-di-sungai-deli-sungai-asahan-sungai-belawan-dll/ (diakses pada
Hari Jumat, 30 Maret 2018 pukul 14.37 WIB)
Nilai dan Efisiensi Penurunan Kekeruhan Sebelum dan Sesudah Melewati Membran
Keramik
*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh
*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh
Hasil Pengujian Total Coliform Sebelum dan Sesudah Melewati Membran Keramik
Hasil Pemeriksaan
No. Sampling 1 Sampling 2
Satuan Bakumutu Metode
Membran Efisiensi Efisiensi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(%) (%)
1-C90-35 >16.000 0 >16.000 0
2-C85-35 >16.000 0 >16.000 0
3-C80-35 >16.000 0 >16.000 0
4-C90-50 Jumlah >16.000 0 >16.000 0 Most
per Probable
5-C85-50 0 >16.000 >16.000 0 >16.000 >16.000 0
100 ml Number
6-C80-50 sampel >16.000 0 >16.000 0 (MPN)
7-C90-60 >16.000 0 >16.000 0
8-C85-60 >16.000 0 >16.000 0
9-C80-60 >16.000 0 >16.000 0
*Keterangan :
1-C90-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 35-50 mesh
2-C85-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 35-50 mesh
3-C80-35 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 35-50 mesh
4-C90-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 50-60 mesh
5-C85-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 50-60 mesh
6-C80-50 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 50-60 mesh
7-C90-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 90% : 10%) ukuran range 60-100 mesh
8-C85-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 85% : 15%) ukuran range 60-100 mesh
9-C80-60 (Tanah Liat : Serbuk Gergaji = 80% : 20%) ukuran range 60-100 mesh
Dokumentasi Penelitian
Running
Aquades Autoklaf
Permukaan membran keramik dengan komposisi serbuk gergaji 10%, 15% dan 20%
pada ukuran range 35-50 mesh
Permukaan membran keramik dengan komposisi serbuk gergaji 10%, 15% dan 20%
pada ukuran range 60-100 mesh
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
Universitas Sumatera Utara
Scanned by CamScanner
BIOGRAFI PENULIS
Nama: Hafizhah Mawarni
NIM: 140407017
Tempat/Tgl. Lahir: Sei Karang/23 Oktober 1995
Alamat email: hafizhahmawarni@gmail.com
No. Hp: 085262264565
Nama orang tua: Hariono
Alamat orang tua: Desa Indrapuri, Jalan Anggrek XII
Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar
Asal Sekolah
1. SD Negeri 106837 Desa Melati II Perbaungan, tahun 2002-2008
2. SMP Negeri 1 Perbaungan, tahun 2008-2011
3. SMA Negeri 1 Perbaungan, tahun 2011-2014
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Alhadid Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara periode 2014-2015
2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Gerakan Mahasiswa Siaga Bencana
(GEMASIANA) Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara periode 2014-2015
3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) periode 2016-2017
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) periode 2017-2018
5. Kerja Praktik di UJP Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan
Susu tahun 2017
Artikel yang sudah dipublikasi dalam Jurnal/Pertemuan Ilmiah
-
Beasiswa yang diperoleh:
1. Beasiswa Penerima Bidikmisi tahun 2014-2018