Anda di halaman 1dari 168

TUGAS AKHIR

ANALISIS KAPASITAS RUANG TERBUKA HIJAU BALAI KOTA


MAKASSAR DALAM MEREDUKSI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

CARLAINS FRESTI KONDORURA


D121 13 005

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tugas
akhir dengan judul: “ANALISIS KAPASITAS RUANG TERBUKA HIJAU
(RTH) BALAI KOTA MAKASSAR DALAM MEREDUKSI EMISI
KENDARAAN BERMOTOR”.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mengalami hambatan, namun
berkat bantuan dan arahan yang ikhlas dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini
dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari
jasa-jasa orang tua penulis. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis
persembahkan untuk orang tua tercinta atas doa serta segala bentuk motivasi yang
telah diberikan kepada penulis selama menempuh Pendidikan.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ing. Ir Wahyu H. Piarah, MS ME, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT, selaku Wakil Dekan dan Pembantu
Dekan I Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Prof. Dr. Muh. Wihardi Tjaronge, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan arahan dan banyak masukan, meluangkan waktu di
tengah kesibukannya selama penulis melaksanakan penelitian dan
penyusunan tugas akhir ini.
4. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T, selaku Ketua Dpartemen Teknik
Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
serta selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
begitu banyak masukan, meluangkan waktu di tengah kesibukannya selama
penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, serta
banyak mengajarkan mengenai pentingnya kerja keras dan ketekunan.
5. Ibu Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT, selaku Kepala Laboratorium Riset
Udara dan Bising Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil,

iii
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang senantiasa memberi arahan
dan selalu memberikan semangat selama penulis melaksanakan penelitian
dan penyusunan tugas akhir.
6. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program Studi
Teknik Lingkungan atas bimbingan, arahan, didikan dan motivasi yang
telah diberikan selama kurang lebih empat tahun perkuliahan.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin atas segala bantuannya selama penulis menempuh
perkuliahan.
8. Mir’ah Tamrin dan Ariyanti Mahmud, sebagai partner yang paling banyak
membantu dalam proses pengambilan data dan proses penyusunan tugas
akhir ini. Terima kasih atas waktu dan tenaga yang telah diberikan serta atas
dukungan dan motivasinya selama ini.
9. Teman-teman Bellvania dan Kak Stella sebagai tempat untuk berbagi segala
suka maupun duka. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.
10. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan 2013 yang selalu menghibur
dan memotivasi penulis. Terutama Muhammad Arfan Apriansyah, Ina
Wahyuna Darussman, Zarah Arwieny Hanami, Ria Rezki Ramadhani,
Ismail, Muhammad Mivtakhul Amqhaar, Ashar, Fakhrizal Muchtar para
perintis Himpunan Teknik Lingkungan.
11. Teman-teman KMKO Teknik, saudara seperjuangan dalam berproses.
Terutama Wansi, Krisman, Stevan, Tirta, Wiking, Yizhar, Fred yang telah
membantu dalam proses pengambilan data serta C. Tirta Paranda, Hirzto
Kamma, Grafelia Vete Wayoi, Anggryni, Githa, dan Elvira yang selalu
memotivasi penulis.
12. Tim Ruang Mukim Kualitas Udara & Kebisingan yang selalu memiliki
semangat tinggi serta selalu menjadi tempat untuk berdiskusi jika penulis
menghadapi hambatan.
Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih atas setiap bantuan dan
doa yang diberikan. Semoga Tuhan YME berkenan membalas kebaikan kalian.

iv
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna melengkapi
segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata
semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Gowa, 14 Januari 2018

Penulis,

Carlains Fresti Kondorura


D121 13 015

v
ABSTRAK

CARLAINS FRESTI KONDORURA. Analisis Kapasitas Ruang Terbuka Hijau


Balai Kota Makassar dalam Mereduksi Emisi Kendaraan Bermotor (dibimbing
oleh Muh. Wihardi Tjaronge dan Sumarni Hamid Aly).

Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan meningkatkan peranan sektor


transportasi dalam menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-
hasilnya. Namun aktivitas transportasi juga dapat berdampak negatif. Dampak
negatif tersebut salah satunya ialah tingginya kadar polutan akibat emisi atau
pelepasan asap dari kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk analisis
ketersediaan ruang terbuka hijau eksisting khususnya pada kemampuan pohon serta
semak/perdu di ruang terbuka hijau tersebut dalam menyerap emisi yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yang beroperasi di Balai Kota Makassar.
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif. Semua data
yang diperlukan untuk analisis penelitian merupakan data primer atau data yang
diperoleh secara langsung di lapangan. Data primer pada penelitian ini berupa data
yang diperoleh melalui pengukuran volume kendaraan dan luas tutupan tajuk
vegetasi. Dalam penelitian ini, diterapkan sistem zonasi dikarenakan masing-
masing area memiliki kebutuhan RTH yang berbeda-beda berdasarkan kekuatan
emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang melintas di area tersebut,
sehingga lokasi penelitian dibagi menjadi 4 zona. Untuk menghitung emisi
kendaraan digunakan persamaan kekuatan emisi, dan untuk menghitung daya serap
emisi oleh vegetasi digunakan data luas tutupan.
Dari hasil penelitian, menujukkan pada zona 1, zona 2 dan zona 3, RTH
eksisiting sudah dapat menyerap 100% emisi karbon dioksida dan karbon
monoksida. Tetapi pada zona 4, RTH eksisiting belum dapat menyerap 100% emisi
karbon dioksida dan karbon monoksida selama waktu pengukuran.
Kata Kunci: Balai Kota Makassar, Ruang Terbuka Hijau, Karbon Dioksida,
Karbon Monoksida

vi
ABSTRACT

CARLAINS FRESTI KONDORURA. Analysis of Green Open Space Capacity in


Balai Kota Makassar to reduce vehicles emission (Supervised by Muh. Wihardi
Tjaronge and Sumarni Hamid Aly).

The economy growth will increase transportation sectors roles in supporting


the achievement of development goals and the results. But transportation activities
have negatives impact. One of the negative impact from transportation activities is
the high levels of pollutants due to emissions or release of smoke from motor
vehicles. This study aims to determine the availability of green open space existing
especially in the ability of trees and shrubs in absorbing carbon monoxide and
carbon dioxide emissions generated by motor vehicles operating in Balai Kota
Makassar.
The research is a qualitative research. All data required for the analysis of the
research are primary data or data obtained directly in the field. Primary data in this
research is data obtained through measurement of vehicle volume and the area cover
by vegetation canopy. In this research, zonation system is applied because each area
has different green open space requirement based on the emission load generated
by motor vehicles passing in the area, so that the research location is divided into 4
zones. To calculate the vehicles emission used the equation of emission strength,
and to calculate the emission absorption by vegetation is use vegetations area
covers.
The results showed in zones 1, zone 2 and zone 3, green open space existing
already can absorb 100% carbon dioxide emissions and carbon monoxide. But in
zone 4, green open space existing cannot absorb 100% carbon dioxide emissions
and carbon monoxide.
Keywords: Balai Kota Makassar, Green Open Space, Carbon Dioxide, Carbon
Monoxide

vii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4

D. Ruang Lingkup 5

E. Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Emisi Kendaraan Bermotor 7

1. Kendaraan Bermotor 8

2. Komponen Emisi 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emisi Kendaraan Bermotor 12

4. Dampak Emisi 13

viii
5. Kekuatan Emisi 13

6. Faktor Emisi 14

7. Konsumsi Energi Spesifik 15

B. Pencemaran Udara 16

C. Ruang Terbuka Hijau 16

1. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) 16

2. Tujuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan 17

3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan 18

a. Fungsi utama (intrinsik) 18

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) 18

4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan 19

5. Standar Besaran RTH 19

6. Tumbuhan sebagai penyerap Gas CO dan CO2 25

7. Perhitungan Luas Tajuk Vegetasi 25

8. Menghitung Daya Serap Emisi 27

9. Perhitungan Efisiensi Daya Serap RTH (Sisa Emisi) 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 29

C. Bahan dan Alat 30

D. Populasi dan Sampel 31

E. Teknik Pengumpulan Data 32

1. Pengumpulan Data Primer 32

ix
2. Pengumpulan Data Sekunder 35

F. Teknik Analisis 35

1. Metode Perhitungan Volume Kendaraan Bermotor 35

2. Metode Perhitungan Emisi Kendaraan 35

3. Metode Perhitungan Daya Serap Emisi 37

4. Metode Perhitungan Efisiensi Daya Serap RTH (Sisa Emisi) 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Emisi Kendaraan Bermotor 39

1. Analisis Volume Sepeda Motor 39

2. Analisis Volume Kendaraan Ringan 40

3. Analisis Volume Kendaraan Berat 41

B. Analisis Emisi Karbon Dioksida dan Karbon Monoksida dari 42


Kendaraan Bermotor

1. Analisis Karbon Dioksida di masing-masing Zona 43

a. Analisis Karbon Dioksida di Zona I 43

b. Analisis Karbon Dioksida di Zona II 44

c. Analisis Karbon Dioksida di Zona III 46

d. Analisis Karbon Dioksida di Zona IV 47

2. Rekapitulasi Analisis Karbon Dioksida di Balai Kota Makassar 49

3. Analisis Karbon Monoksida di masing-masing Zona 50

a. Analisis Karbon Monoksida di Zona I 50

b. Analisis Karbon Monoksida di Zona II 51

c. Analisis Karbon Monoksida di Zona III 53

d. Analisis Karbon Monoksida di Zona IV 54

x
4. Rekapitulasi Analisis Karbon Monoksida di Balai Kota 56
Makassar

C. Analisis Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau di Balai Kota 57


Makassar

1. Analisi Persentase Jenis Vegetasi di Balai Kota Makassar 57

2. Analisis Jumlah Vegetasi di Balai Kota Makassar 61

3. Analisis Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO2 61

a. Analisis Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO2 62

b. Analisis Luas Tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap 62


Terhadap CO2
c. Analisis Luas Tutupan Seluruh Vegetasi dan Daya Serap 63
Terhadap CO2

4. Analisis Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO 66

a. Analisis Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO 66

b. Analisis Luas Tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap 67


Terhadap CO2
c. Analisis Luas Tutupan Seluruh Vegetasi dan Daya Serap 67
Terhadap CO2

D. Analisis Kemampuan Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap 70


Emisi dari Kendaraan Bermotor

1. Emisi Karbon Dioksida 71

2. Emisi Karbon Monoksida 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 77

B. Saran 77

xi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xix

DAFTAR PUSTAKA xx

LAMPIRAN xxii

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi Kendaraan Bermotor 8

2. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar 14

3. Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor 15

4. Hubungan Fungsi Tanaman Dengan Kriteria Pemilihan Jenis Dan


Bentuk Tanaman 22

5. Daya Serap CO2 Berbagai Tutupan Vegetasi 27

6. Arah dan Kecepatan Angin dalam sehari 34

7. Panjang Jalan Rata-Rata (km) 37

8. Volume Sepeda Motor 39

9. Volume Kendaraan Ringan 40

10. Volume Kendaraan Berat 41

11. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona I 43

12. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I 44

13. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II 45

14. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II 45

15. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona III 46

16. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III 47

17. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV 48

18. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV 48

19. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona I 50

20. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I 51

xiii
21. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II 52

22. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II 52

23. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona III 53

24. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III 54

25. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV 55

26. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV 55

27. Jumlah Vegetasi Pada Tiap Zona 61

28. Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO2 62

29. Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO2 62

30. Daya Serap CO2 oleh vegetasi di Zona I 63

31. Daya Serap CO2 oleh vegetasi di Zona II 64

32. Daya Serap CO2 oleh vegetasi di Zona III 64

33. Daya Serap CO2 oleh vegetasi di Zona IV 65

34. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO2 65

35. Luas tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO 66

36. Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO 67

37. Daya Serap CO oleh vegetasi di Zona I 67

38. Daya Serap CO oleh vegetasi di Zona II 68

39. Daya Serap CO oleh vegetasi di Zona III 69

40. Daya Serap CO oleh vegetasi di Zona IV 69

41. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO 70

42. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona I 72

43. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona II 72

xiv
44. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona III 73

45. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona IV 73

46. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona I 74

47. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona II 75

48. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona III 75

49. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona IV 76

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emisi Kendataan 12

2. Tinggi Tanaman Jalan 21

3. Proyeksi Tajuk Pohon yang diukur 26

4. Kerangka Penelitian 29

5. Peta Lokasi Penelitian 30

6. Flowchart pengumpulan data 32

7. Jalan dan Arus Lalu Lintas di Balai Kota Makassar 33

8. Pembagian Zona Lokasi Penelitian 34

9. Flowchart pengolahan data 35

10. Jalan pada masing-masing zona 37

11. Grafik Volume Kendaraan (Sepeda Motor) pada 4 Zona 40

12. Grafik Volume Kendaraan Ringan pada 4 Zona 41

13. Grafik Volume Kendaraan Berat pada 4 Zona 42

14. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona I 44

15. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona II 46

16. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona III 47

17. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona IV 49

18. Grafik Kekuatan Emisi Empat Zona 49

19. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona I 51

20. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona II 53

21. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona III 54

xvi
22. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona IV 56

23. Grafik Kekuatan Emisi Empat Zona 56

24. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona I 57

25. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona I 58

26. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona II 58

27. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona II 59

28. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona III 59

29. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona III 60

30. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona IV 60

31. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 07.00-08.00 70

32. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 08.00-09.00 71

33. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 11.00-12.00 71

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi Penelitian

2. Tahapan Menghitung Luas Area Pada Aplikasi Google Earth

3. Pola Penyebaran Emisi Kendaraan Bermotor

4. Tabel Volume Kendaraan Pada Waktu Pengukuran

5. Jenis Vegetasi dan Daya Serapnya

6. Dokumentasi Jenis Vegetasi

7. Uji Korelasi

8. Konversi PPM ke kg/jam

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang


berdampak nyata pada perubahan yang konstruktif dalam masyarakat di semua
aspek kehidupan, serta menjadikan situasi dan kondisi lingkungannya mengalami
perubahan yang fundamental ke arah peningkatan yang lebih baik dan lebih maju.
(Tamin, 2000).
Keberhasilan pembangunan juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat luas sehingga memperkuat
stabilitas nasional. Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan meningkatkan
peranan sektor transportasi dalam menunjang pencapaian sasaran pembangunan
dan hasil-hasilnya; sebaliknya, fungsi sektor transportasi akan merangsang
peningkatan pembangunan ekonomi, karena antara fungsi sektor transportasi dan
pembangunan ekonomi mempunyai hubungan kausal (Tamin, 2000).
Namun tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas
transportasi juga dapat memberikan akibat negatif. Salah satunya adalah dampak
terhadap lingkungan. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan, terutama
transportasi dengan kendaraan bermotor, dapat merugikan lingkungan dan
ekosistem di sekitarnya. Dampak negatif tersebut salah satunya ialah tingginya
kadar polutan akibat emisi atau pelepasan asap dari kendaraan bermotor. Menurut
Fardiaz, sumber polusi utama udara di wilayah perkotaan yaitu berasal dari
transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon
monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (Hanafri, 2011).
Khusus di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar
polusi udara. Hal ini disebabkan karena pada wilayah perkotaan terjadi peningkatan
jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya yang sebanding dengan meningkatnya
emisi gas buang kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

1
menyatakan bahwa kenaikkan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005 – 2008
naik hingga 71%. Lebih lanjut Fardiaz, juga menjelaskan bahwa polusi udara akan
semakin terlihat pada daerah yang padat penduduknya dengan aktivitas yang
kompleks. Polusi udara disebabkan karena adanya gas buang dari kendaraan
bermotor yang berupa Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida
(SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan partikel-pertikel lepas. Selain itu, sektor
transportasi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap meningkatnya
gas rumah kaca. Menurut Dahlan penggunaan bahan bakar yang terus meningkat
akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat yang kemudian dapat
mengakibatkan pemanasan global melalui efek rumah kaca (Hanafri, 2011).
Salah satu upaya penanggulangan masalah polusi udara, menurut Peraturan
Pemerintah No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan
terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang
untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan
mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan
bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar
berkadar belerang rendah sesuai standar intemasional.
Sedangkan untuk polutan yang telah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi
dengan adanya penggunaan vegetasi (Currie dan Bass,2005 dalam Hanafri, 2011).
Prasetyo dalam Laksono, 2013 menjelaskan bahwa pohon dapat mereduksi polutan
CO2 di udara (569,07 ton/ha/tahun) lebih besar dibandingkan dengan rumput (12
ton/ha/tahun).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
kebutuhan RTH di suatu perkotaan diharuskan mencapai 30% dari luas wilayahnya.
Dalam Undang-undang tersebut diuraikan bahwa luas ruang terbuka hijau tersebut
dialokasikan 10% luas ruang terbuka hijau di antaranya merupakan luas ruang
terbuka hijau Privat dan 20% lainnya merupakan luas ruang terbuka hijau publik.
Alasan mendasar besaran 30% luas ruang terbuka hijau perkotaan karena diyakini
secara alamiah dapat mengatasi lingkungan fisik kritis diwilayah tersebut
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2007).

2
Berdasarkan Dirjen Cipta Karya, Kota Makassar merupakan kota terbesar
keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas
areal 175,79 km2 dengan jumlah penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah
menjadi kota Metropolitan. Menurut Satlantas Polrestabes Makassar, tingkat
pertumbuhan kendaraan pada tahun 2012 untuk roda dua di Kota Makassar 11 %,
mobil penumpang 1% dan angkutan umum 2.7% (Tuhuleruw, 2014). Sementara,
luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Makassar masih jauh dari angka ideal yang
disyaratkan dalam Undang- Undang Penataan Ruang. Dengan luas 175,77
kilometer persegi, RTH yang tersedia baru mencapai 18%. (Makassar Terkini,
2011) Kawasan RTH ini umumnya berada di kawasan kampus, taman- taman kota,
dan sejumlah perkantoran pemerintah, agar RTH mencapai 30% sesuai yang
disyaratkan, program penghijauan harus lebih digalakkan, terutama di kawasan
industri, perkantoran, maupun perumahan warga (Adillasintani, 2013).
Balai Kota Makassar merupakan salah satu kawasan perkantoran yang terletak
di tengah pusat kota Makassar. Balai Kota Makassar yang difungsikan sebagai
Kantor Walikota Makassar menjadi pusat pemerintahan Kota Makassar. Sebagai
pusat pemerintahan, Kawasan Balai Kota Makassar menjadi kawasan dengan
aktivitas transportasi yang tinggi. Berdasarkan penelitian Geordane pada tahun
2015, Jalan Jend. Ahmad Yani yang terletak di depan Balai Kota Makassar
memiliki volume kendaraan 69626 unit/hari dan Balai Kota Makassar yang
memiliki ruang terbuka hijau yang tentu saja memiliki manfaat ekologi yang
berperan penting dalam membersihkan polutan di udara. Oleh karena itu, sangatlah
menarik untuk diketahui besarnya manfaat ekologi yang dihasilkan dalam kaitan
penyerapan polusi udara yang bersumber pada aktivitas transportasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui
ketersediaan ruang terbuka hijau eksisting khususnya pada kemampuan pohon serta
semak/perdu di ruang terbuka hijau tersebut dalam menyerap emisi yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yang beroperasi di Balai Kota Makassar. Sehingga
peneliti mengambil judul yaitu “Analisis Kapasitas Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Balai Kota Makassar dalam Mereduksi Emisi Kendaraan Bermotor”.

3
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan judul yang diambil, maka rumusan masalah dalam
penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Bagaimana besaran emisi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida
(CO2) dari kendaraan bermotor di Balai Kota Makassar?
2. Bagaimana ketersediaan ruang terbuka hijau di Balai Kota Makassar?
3. Bagaimana kemampuan ruang terbuka hijau dalam menyerap emisi karbon
monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) dari kendaraan bermotor di
Balai Kota Makassar?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Menganalisis besaran emisi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida
(CO2) dari kendaraan bermotor di Balai Kota Makassar.
2. Menganalisis ketersediaan ruang terbuka hijau di Balai Kota Makassar.
3. Menganalisis kemampuan ruang terbuka hijau dalam menyerap emisi
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) dari kendaraan
bermotor di Balai Kota Makassar.

2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :


Bagi Akademik
Penelitian ini membahas mengenai emisi bergerak sepeda motor di Balai
Kota Makassar sebagai salah satu penunjang untuk menyelesaikan tugas akhir,
sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak
yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.

4
Bagi Program Studi Teknik Lingkungan
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang riset ruang
terbuka hijau khususnya ketersediaan ruang terbuka hijau untuk mereduksi
emisi kendaraan bermotor.
Bagi Pemerintah

Penelitian ini membahas mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau di Balai


Kota Makassar sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan para pengambil
kebijakan dalam struktur pemerintahan Kota Makassar maupun pihak-pihak
lain yang berkepentingan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
pertimbangan untuk meningkatkan pengelolaan kualitas lingkungan dan bidang
tata ruang khususnya dalam hal menyikapi pencemaran udara yang disebabkan
oleh emisi kendaraan bermotor di Balai Kota Makassar.

D. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Subtansi

Tugas akhir ini membahas masalah ruang terbuka hijau Balai Kota Makassar
ditinjau dari daya serap vegetasi yang tersedia di Kantor Balai Kota Makassar dan
kebutuhan ruang terbuka hijau Kantor Balai Kota Makassar ditinjau dari emisi
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan kendaraan
bermotor, dan adapun emisi yang bersumber bukan dari kendaraan bermotor tidak
dibahas pada tugas akhir ini. Penelitian dilakukan dalam kondisi jam puncak pagi
hari yaitu pukul 07:00 – 09:00, jam puncak siang hari yaitu pukul 11:00 – 13:00,
dan jam puncak sore hari yaitu pukul 16:00 – 18:00.

2. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah ruang terbuka hijau Balai Kota
Makassar dan ruas jalan di sekitar Balai Kota Makassar.

5
E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan landasan dan identifikasi permasalahan sehingga
dilakukannya penelitian ini. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi
permasalahan, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah untuk
mempersempit ruang lingkup, manfaat penelitian yang diharapkan, serta
sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam tugas akhir ini sehingga bisa
dipahami secara sistematis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan informasi-informasi dan teori-teori pendukung dari buku-
buku literatur, jurnal, dan berbagai sumber lain sesuai dengan tujuan penelitian
untuk digunakan sebagai dasar dalam pembahasan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bagan alir metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan
sampel, waktu dan tempat penelitian, peralatan penelitian, teknik pengumpulan
data, metode penyajian data dan analisis data, serta gambaran umum lokasi
penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian, perhitungan, evaluasi serta analisis
mengenai permasalahan yang diangkat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya disertai saran-saran.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Emisi Kendaraaan Bermotor

Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara yang dimaksud dengan emisi adalah zat, energi dan/atau
komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau
dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Emisi transportasi adalah pancaran atau pelepasan gas buang yang berasal dari
sektor transportasi. Gas buang yang dimaksud adalah gas buang yang berasal dari
kendaraan bermotor yang dipancarkan atau diemisikan ke udara ambien berupa gas
dari berbagai jenis polutan dan partikel (Aly, S. H., 2015).
Polusi yang diakibatkan dari buangan kendaraan bermotor adalah exhaust gas
dan hidrokarbon yang diakibatkan oleh penguapan bahan bakar. Kendaraan
bermotor yang dijalankan di bawah temperatur normal akan boros pada pemakaian
bahan bakar dan akan lebih banyak emisi yang dihasilkan dibandingkan bila mesin
telah. Emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat terbagi dalam tiga
kategori yaitu hot emission, start emission, dan evaporation emission
(Hickman,1999 dalam Pratiwi, 2017).
Hot Emission adalah emisi yang dihasilkan selama kendaraan beroperasi pada
kondisi normal; Start Emission merupakan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan
hanya pada saat kendaraan mulai berjalan, sedangkan Evaporation Emission dapat
terjadi dalam berbagai cara misalnya saat pengisian bahan bakar, peningkatan
temperatur harian dan lain sebagainya (Hickman,1999 dalam Pratiwi, 2017).

7
1. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.55


Tahun 2012 tentang Kendaraan, kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di
atas rel. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.44
Tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi adalah kendaraan bermotor adalah
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
Kendaraan bermotor di yang digunakan di Indonesia diklasifikasikan menurut
jenisnya seperti yang dilampirkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Kendaraan Bermotor
Klasifikasi Jenis- Jenis
NO Definisi
kendaraan bermotor Kendaraan
Kendaraan ringan Mobil pribadi,
(LV=Light Vehicle) oplet, mikrobis,
1. Kendaraan Ringan kendaraan bermotor pickup,truck
dua as beroda 4 dengan kecil.
jarak 2-3 m
Kendaraan umum Bus, truk 2 as,
(HV=Heavy Vehicle) truk 3 as dan
kendaraan bermotor truck kombinasi
2 Kendaraan Berat
dengan lebih dari 4 sesuai sistem
roda klasifikasi Bina
Marga
Sepeda Motor Sepeda motor dan
(MC=Motor Cycle) kendaraan roda
3 Sepeda Motor kendaraan bermotor tiga sesuai sistem
dengan 2 atau 3 roda klasifikasi bina
marga.
Sumber : MKJI, 1997
Jenis-jenis kendaraan bermotor menurut Peraturan Pemerintah RI No.44 Tahun
1993 yaitu :
1. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga tanpa
rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.
2. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor beroda empat yang
dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk

8
tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi.
3. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi.
4. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang, dan mobil bus.
5. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain dari kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang
khusus.
6. Kendaraan umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

2. Komponen Emisi

Beberapa komponen pencemaran udara sebagai berikut:


a. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas
-192°C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan
tidak larut didalam air. Karbon monoksida yang terdapat dialam terbentuk
dari salah satu proses sebagai berikut:
 Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
 Reaksi antara karbon dioksida dengan komponen yang mengandung
karbon pada suhu tinggi.
 Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan
oksigen (Gorahe, 2015)

9
b. Karbon Dioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Karbon dioksida adalah
gas atmosferik yang terdiri dari dua atom oksigen dan satu atom karbon.
Gas karbon dioksida merupakan gas yang berasal dari respirasi makhluk
hidup, selain itu karbon dioksida juga berasal dari hasil pembakaran
sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan semakin
banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah
pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara. Peningkatan
konsentrasi karbon dioksida di udara akan mengakibatkan adanya
perubahan iklim. Gas ini menyebabkan efek rumah kaca yang menyebabkan
suhu bumi menjadi meningkat (Sjharul, 2013).
c. Sulfur Dioksida (SO2)
Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3),
dan keduanya disebut SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau
yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida
merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran dari bahan-bahan
yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida,
tetapi memiliki jumlah yang relatif yang tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO 2
selalu terbentuk dalam jumlah terbesar (Fardiaz, 2003 dalam Hanami,
2017).
Sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber
buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung berapi, pembusukan
bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Sumber-
sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu
bara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini
diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh
SO2 atmosfir/tahun.Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari
buangan industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran

10
bahan bakar fosil ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu
singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak SO2 dari
pada sumber alamiah (Soemirat, 2009 dalam Hanami, 2017).
d. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen Dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Jumlah NO di udara lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2
merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2 (Fardiaz, 1992 dalam Wijayanti, 2012).
Udara terdiri dari 80% nitrogen dan 20% oksigen. Pada suhu kamar,
hanya sedikit kecenderungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama
lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat
bereaksi membentuk NO (Fardiaz, 1992 dalam Wijayanti, 2012).
NO2 tidak secara langsung dilepaskan langsung ke udara. NO2 terbentuk
ketika nitrogen oksida (NO) dan lainnya (NOx) bereaksi dengan bahan
kimia lain di udara untuk membentuk nitrogen dioksida. Sumber utama
nitrogen dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah pembakaran
bahan bakar fosil (batubara, gas dan minyak), terutama bensin digunakan
oleh kendaraan bermotor (Ministry for the Environment, 2009 dalam
Wijayanti, 2012).
e. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemaran udara
yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan
hidrokarbondrog karena penyusun utamanya adalah atom karbon dan atom
hidrogen yang dapat terikat secara ikatan lurus atau terikat secara ikatan
cincin. Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah akan
berbentuk gas, Hidrokarbon suku menengah akan berbentuk cairan dan
hidrokarbon suku tinggi akan berbentuk padatan (Wardhana,2001 dalam
Hanami, 2017).

11
3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emisi Kendaraan Bermotor

Faktor-faktor yang mempengaruhi emisi kendaraan bermotor dapat dilihat


pada Gambar 1 berikut:

Kualitas Udara Ambien

Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Karakteristik Perilaku Penggunaan Karakteristik


Mesin Berkendara Kendaraan Bahan Bakar
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emisi Kendataan
Sumber : Aly, S. H., (2015)
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi
dalam hal ini kendaraan bermotor roda dua terhadap pencemaran udara di perkotaan
Indonesia antara lain meliputi : (Soedomo, 2001)
a. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
b. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraaan yang ada
c. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
d. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
e. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
f. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
g. Faktor perawatan kendaraan
h. Jenis bahan bakar yang digunakan
i. Jenis permukaan jalan
j. Siklus dan pola pengemudi (driving pattern)
Cara mengemudi dan merawat kendaraan bermotor memiliki dampak langsung
terhadap konsumsi bahan bakar dan selanjutnya berpengaruh terhadap emisi karbon
yang dihasilkannya. Metode kunci untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar
terkait dengan cara/perilaku mengemudi (kecepatan, pengereman, akselerasi,

12
mesin, kapasitas angkut dan start dingin) dan kondisi kendaraan (perawatan mesin,
ban, oli, filter udara serta usia kendaraan bermotor (GTZ,2007 dalam Pratiwi,
2017).

4. Dampak Emisi

Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan


pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan
sebagai berikut:
a. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida
nitrogen, ozon dan oksida lainnya.
b. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti
hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.
c. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon.
d. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll
(Tugaswati, 2008 dalam Pratiwi, 2017).
Emisi kendaraan bermotor diyakini mengakibatkan atau mempunyai kontribusi
yang cukup luas terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Gangguan yang lazim
dikenal akibat emisi kendaraan bermotor ini antara lain: gangguan saluran
pernafasan, sakit kepala, iritasi mata, mendorong terjadinya serangan asma,
penyakit jantung dan penurunan kualitas intelegensia pada anak-anak. Beberapa
penelitian terakhir bahkan menemukan bahwa ternyata emisi kendaraan bermotor
juga menyebabkan kanker (Tanan, 2011 dalam Pratiwi, 2017).

5. Kekuatan Emisi

Kekuatan emisi (emission strength) menunjukkan volume emisi yang


dikeluarkan per satuan waktu. Untuk suatu cerobong, kekuatan emisi merupakan
hasil perkalian antara kecepatan lepasan emisi dengan luas penampang cerobong.

13
(Ray Sihotang, 2015). Untuk menentukan kekuatan emisi (Q) diperoleh dengan
persamaan:
𝑄 = 𝑛 ×𝐹𝐸 ×𝐾 ×𝐿 (1)
Dimana:
Q = kekuatan emisi (gram/jam)
n= jumlah kendaraan (unit/jam)
FE= faktor emisi (gram/liter kendaraan)
K= konsumsi bahan bakar (liter/100km)
L= panjang jalan (km)

6. Faktor Emisi

Faktor emisi adalah adalah nilai representatif yang menghubungkan kuantitas


suatu polutan yang dilepaskan ke atmosfer dari suatu kegiatan yang terkait dengan
sumber polutan. Faktor-faktor ini biasanya dinyatakan sebagai berat polutan dibagi
dengan satuan berat, volume, jarak, atau lamanya aktivitas yang mengemisikan
polutan (misalnya, partikel yang diemisikan gram per liter bahan bakar yang
dibakar) (Ray Sihotang, 2015).
Faktor emisi dapat juga didefinisikan sebagai sejumlah berat polutan tertentu
yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun waktu
tertentu. Definisi tersebut dapat diketahui bahwa jika faktor emisi suatu polutan
diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakarannya dapat
diketahui jumlahnya per satuan waktu (Ray Sihotang, 2015).
Dalam tabel 2 memperlihatkan faktor emisi (gram/liter) untuk masing-masing
jenis kendaraan bermotor berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan.
Tabel 2. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar
Tipe Faktor emisi (gram/liter)
Catatan
kendaraaan/ NMV
Nox CH4 CO N2O CO2 (km/l)
bahan bakar OC
Bensin
Kendaraan
21,35 0,71 53,38 462,63 0,04 2597,86 Ass 8,9
penumpang
Kendaraan
24,91 0,71 49,82 295,37 0,04 2597,86 Ass 7,4
niaga kecil

14
Tabel 2. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar
(Lanjutan)
Tipe Faktor emisi (gram/liter)
Catatan
kendaraaan/ NMV
Nox CH4 CO N2O CO2 (km/l)
bahan bakar OC
Kendaraan
32,03 0,71 28,47 281,14 0,04 2597,86 Ass 4,4
niaga besar
Sepeda motor 7,12 3,56 85,41 427,05 0,04 2597,86 Ass 19,6
Diesel
Kendaraan
11,86 0,08 2,77 11,86 0,16 2924,9 Ass 13,7
penumpang
Kendaraan
15,81 0,04 3,95 15,81 0,16 2924,9 Ass 9,2
niaga kecil
Kendaraan
39,53 0,24 7,91 35,57 0,12 2924,9 Ass 3,3
niaga besar
Lokomotif 71,15 0,24 5,14 24,11 0,08 2964,43
Catatan: *) liter ekuivalen terhadap bensin: Dikompilasi dari IPCC (1996)
Sumber : IPCC dalam Ray Sihotang, 2015

7. Konsumsi Energi Spesifik

Untuk menghitung konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor dapat dilihat


dalam Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor
Konsumsi Konsumsi
Jenis
No. Jenis Kendaraan Energi Spesifik No. Energi Spesifik
Kendaraan
(lt/100 km) (lt/100 km)
1. Mobil penumpang 5. Bemo/Bajaj 10,99
- Bensin 11,79 6. Taksi
-Diesel/solar 11,36 - Bensin 10,88
2. Bus besar - Diesel/solar 6,25
- Bensin 23,15 7. Truk besar 15,82
-Diesel/Solar 16,89 8. Truk sedang 15,15
3. Bus Sedang 13,04 9. Truk Kecil
4. Bus Kecil - Bensin 8,11
- Bensin 11,35 - Diesel/solar 10,64
- Diesel/Solar 11,83 10. Sepeda Motor 2,66
Sumber : BPPT dalam Jinca et al, 2009 dalam Kusuma, 2010

15
B. Pencemaran Udara

Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah masuknya atau dimasukkannya
zat, energi dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Zat pencemar berdasarkan Undang Undang No. 27 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sesuatu yang berwujud zat atau komponen
lain yang dapat menurunkan kualitas lingkungan yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Saleh,
2015).

C. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008
mengenai Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di
Kawasan Perkotaan adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

1. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP)

Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 1 tahun 2007 pada Bab
1 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat
ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Kawasan Perkotaan adalah kawasan
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

16
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dapat berfungsi secara ekologis, social/budaya, arsitektural, dan ekonomi.
a. Ekologis
RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi
polusi udara, dan menurunkan temperature kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan
secara ekologis antara lain :
 Sabuk hijau kota
 Hutan kota
 Taman botani
 Sempadan sungai
b. Sosial/budaya
RTH sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger
kota yang berbudaya. Bentuk RTH perkotaan secara sosial/budaya antara lain:
 Taman-taman kota
 Lapangan olah raga
 Kebun raya
 TPU
c. Arsitektural
RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui
keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga dan jalur-jalur hijau di
jalan-jalan kota.
d. Ekonomi.
RTH dapat berfungsi secara langsung seperti penghusahaan lahan- lahan
kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan dan pengembangan sarana wisata
hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

2. Tujuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tujuan dari
penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air

17
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 ada dua
fungsi Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan yaitu:
a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu sebagai :
 Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota).
 Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar
 Sebagai peneduh
 Produsen oksigen
 Penyerap air hujan
 Penyedia habitat satwa
 Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta
 Penahan angin.
b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
 Fungsi sosial dan budaya:
o Menggambarkan ekspresi budaya lokal
o Merupakan media komunikasi warga kota
o Tempat rekreasi
o Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam.
 Fungsi ekonomi:
o Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur
mayur;

18
o Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-
lain.
 Fungsi estetika:
o Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro:
lansekap kota secara keseluruhan;
o Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;
o Pembentuk faktor keindahan arsitektural;
o Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan
tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 ada dua
manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan yaitu :
a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah).
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora
dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

5. Standar Besaran RTH

Secara keseluruhan wilayah perkotaan di Indonesia membutuhkan area RTH


sebesar 15m2/orang (SNI 03-1733-2004), sedangkan menurut Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat No.32 Tahun 2006 standar fasilitas dalam pasal 79 untuk

19
fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±20.000 orang adalah taman atau hutan
kawasan ±500 m2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan, secara garis besar, jenis
tanaman terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Pohon
Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu.
Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon.
Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki
batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah
pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis
mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena batangnya
walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar
menutup permukaan tanah. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi
penghubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan
bagian tajuk pohon (kanopi), sebagai pusat pengolahan masukan energi
(produksi gula dan bereproduksi).
Cabang adalah bagian batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi
memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak
cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang
diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan.
b. Perdu atau semak
Perdu atau semak adalah suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan
dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah,
biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa pohon atau
perdu tergantung kondisi pertumbuhannya.
c. Terna
Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu.
Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim, tumbuhan
dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Tumbuhan yang dapat disebut terna
umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Biasanya

20
sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari
dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat
(digolongkan tumbuhan merambat). Di daerah tropika banyak dijumpai terna
yang tahunan, sementara di daerah beriklim sedang terna biasanya sangat
bersifat musiman: bagian aerial (yang tumbuh di atas permukaan tanah) luruh
dan mati pada musim yang kurang sesuai (biasanya musim dingin) dan tumbuh
kembali pada musim yang sesuai.
d. Liana
Liana adalah suatu habitus tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila
dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing
mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang
merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu
sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling tidak
memerlukan tanah sebagai sumber haranya.
Bagian yang menjadi pertimbangan pemilihan tanaman adalah bentuk tanaman
yang mencakup morfologi (batang, cabang, ranting, daun, bunga, buah), tinggi dan
tajuk terkait dengan keharmonisan, keserasian dan keselamatan.
a. Tajuk tanaman
Tanaman memiliki beberapa bentuk tajuk (canopy). Bentuk tajuk tanaman yang
umum ditanam pada jalan antara lain adalah berbentuk bulat, berbentuk oval,
berbentuk tombak/segitiga, berbentuk payung, menyebar dan bentuk lainya.
b. Tinggi tanaman

Gambar 2. Tinggi Tanaman Jalan


Sumber:Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan

21
Tabel 4. Hubungan Fungsi Tanaman Dengan Kriteria Pemilihan Jenis Dan Bentuk
Tanaman
Peran Tanaman Kriteria Pemilihan Tanaman
Fungsi Tanaman sebagai Elemen
Jenis Bentuk
Lansekap
Pembentuk ruang Tinggi 5-30 cm Semak
terbuka Diameter 10-30 Groundcover
cm
Massa daun
jarang-sedang
Pembentuk ruang Tinggi 5-200 Spreading
semi terbuka cm Rounded
Diameter 30- Weeping
100 cm Semak
Massa daun Groundcover
banyak
Pembentuk ruang Tinggi 2-3 m Spreading
beratap Diameter 1-3 m Rounded
Massadaun Picturesque
banyak
Pembentuk ruang Tinggi 5-30 cm Semak
terbuka Diameter 10-30 Groundcover
Unsur cm
Arsitektural
Pembentuk ruang Tinggi 5-200 Spreading
semi terbuka cm Rounded
Weeping
Pembentuk ruang Tinggi 2-3 m Spreading
beratap Diameter 1-3 m Rounded
Massadaun Picturesque
banyak
Pembentuk ruang Tinggi lebih Spreading
vertical dari 3 m Rounded
Diameter 1-3 m Weeping
Massa daun Picturesque
banyak
Penyekat/pembatas Massa daun Pyramidal
ruang jarang-sedang Spreading
Tinggi 1-2 m Rounded
Diameter 0,5-1 Weeping
m Pisturesque
Pelengkap Tinggi 2-5 m Pyramidal
Diameter 1-3 m Spreading
Unsur Estetis Rounded
Weeping
Picturesque

22
Tabel 4. Hubungan Fungsi Tanaman Dengan Kriteria Pemilihan Jenis Dan Bentuk
Tanaman
Peran Tanaman Kriteria Pemilihan Tanaman
Fungsi Tanaman sebagai Elemen
Jenis Bentuk
Lansekap
Pemersatu Massa daun jarang- Pyramidal
lebat Spreading
Tinggi lebih dari 3 m Rounded
Diameter 2-3 m Weeping
Picturesque
Pengarah Massa daun lebat- Pyramidal
sedang Weeping
Tinggi diatas 3 m Picturesque
Diameter 2-3 m
Pengenal Tinggi diatas 1 m Semak
Bentuk,warna,tekstur
menarik Diameter 1-
Unsur Estetis
3m
Pelembut Tekstur halus Pyramidal
Tinggi 1-2 m Spreading
Diameter 1 m Rounded
Weeping
Picturesque
Semak
Pembingkai Tinggi diatas 1 m Pyramidal
Massa daun jarang- Spreading
sedang Rounded
Diameter 2-3 m Weeping

Barrier matahari Massa daun banyak Spreading


Unsur Tinggi lebih dari 2,5 Rounded
Penyangga m Picturesque
Lingkungan Diameter pohon 2-3
m
Peredam Massa daun banyak Spreading
kebisingan Tinggi diatas 1 m Rounded
Diameter pohon 1-2 Picturesque
m Semak
Filter Udara Tinggi diatas 2 m Spreading
Massadaun sedang Rounded
Diameter pohon 2-3 Picturesque
m Pyramidal
Sumber : Tarigan, 2008 dalam Alfidhdha, 2013

23
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh nama tanaman berdasarkan bentuk
pohon, massa daun :
a. Groundcover : Rumput peking (Agrotis canina), Krokot (Althentura amonea),
Rumput jarum (Andropogon aciculatus), Puring (Codieum variegtum)
b. Semak : Suplir (Adiantum), Terang bulan (Aegododium capillus), Aster (Aster
sp.), Bambu Cina (Bambusa multiplex), Merah kosta (Brunfelsia uniflota),
Cocor bebek (Callancho pinnata), Soka (Ixora stricta)
c. Konikal / Piramidal : Cemara laut (Casuaria eguesetifola), Pinus (Pinus
mwekusi), Cemara gunung (Casuarina montana), Cemara lilin (Cuperessus
semperirens), Cengkeh (Eugenia aromatica), Mahoni (Swictenia mahagoni),
Damar (Agatis alba), Sengon (Albasia chanensis), Kapuk randu (Cerba
petandra), Nyampung (Colophylum inophylum), Ketapang (Terminalia catapa),
Sukun (Artocarpus altilis), Srikaya (Annona squamasi), Sirsak (Annona
muricata), Kayu manis (Cinnamomun zeytanicum), Sonokeling (Dolbergia
regia)
d. Spreading / Menyebar : Kiara payung (Felicium despiens), Biola cantik (Ficus
pandurata), Flamboyan (Delonic regia), Asam kranji (Dialium indicum), Jambu
mete (Anacardium occidenfale), Karpet munding (Ficus alastica), Trembesi
(Samenea saman), Lamtorogung (Lencena lencocepala), Beringin (Ficus
benyamina), Tanjung (Mimusops elengi), Kenari (Canarioum indicum),
Kamboja (Plumerica rublua), Mangga (Magnifera indica), Nangka (Artocarpus
integra)
e. Rounded / Membulat : Sono bludru (Chrysophyllum camita), Jeruk manis,
(Citrus anrah tifolia), Jeruk (Citrus nobis), Sawo kecik (Manilkana kanki),
Akasia (Acasia auriuculiformis), Hujan mas (Cassia fistulla), Kacapiring
(Gardenia agusta), Teh-tehan (Duranta repens), Jambu air (Eugenia agues),
Kelengkeng (Euptiorbia tirucalli)
f. Weeping / Merunduk : Kelapa (Cocos nucifera), Palem raja (Oreadoxa regia),
Siwalan (Borassus flabellifera), Pepaya (Carica papaya), Janda merana (Salix
babilonica), Pisang kipas (Revonela madagascarencis), Pinang merah
(Cyrtostachis lakka), Bambu betung (Dendrocalomis sp.)

24
g. Piqturesqeu / Dinamis : Bougenvile (Bouganvillea spectabilis), Flamboyan
(Delonix regia), Trompet biru (Ipomea learil), Bunga pukul empat (Mirabilis
jalafa), Angsana (Pterocarpus indiscus), Kembang kertas (Zinnia).

6. Tumbuhan sebagai penyerap Gas CO dan CO2

Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota,
hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang
berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat dan
oksigen. Proses kimia pembentukan karbohidrat dan oksigen adalah 6 CO 2 + 6 H2O
+ Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat
bermanfaat bagi manusia (Adiastari dan Boedisantoso 2010). Penyerapan karbon
dioksida oleh ruang terbuka hijau dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20
tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson
dan McPherson, 1999 dalam Alfidhdha, 2013). Penanaman pohon menghasilkan
absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon
dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan
karena pada RTH yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya
penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen
dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (IPCC,
1995). Kemampuan tanaman dalam menyerap gas karbon dioksida bermacam-
macam. Menurut Prasetyo et all. (2002) dalam Alfidhdha (2013) hutan yang
mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau
daya serap terhadap karbon dioksida yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi
tersebut berupa pohon, semak belukar, padang rumput, dan sawah.

7. Perhitungan Luas Tajuk Vegetasi

Menurut Supriyanto & Irawan, 2001, pengukuran tajuk dilakukan untuk


mengetahui luas tajuk. Diameter terpanjang dan diameter terpendek tajuk diukur
dengan meteran pada proyeksi tajuk pohon yang diamati dengan cara berdiri

25
dibawah tajuk. Pengukuran diameter terpanjang dan diameter terpendek tajuk
dilakukan menggunakan meteran / pita ukur seperti Gambar 2. Diameter
terpanjang dan diameter terpendek tajuk kemudian di rata-ratakan menggunakan
persaman
𝐷 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔+𝐷 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝐷𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (2)
2

Dimana:
D : Diameter

: Diameter terpanjang
: Diameter terpendek

Gambar 3. Proyeksi Tajuk Pohon yang diukur


Sumber: Wijayanto,2010
Menghitung luas tajuk per vegetasi, luas tajuk diperoleh dari diameter tajuk
dalam satuan meter kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan luas
bangun (Banurea, 2013):
1
𝐿= × 𝜋 × 𝑑2 𝐿 = 𝑝× 𝑙 (3)
4

Dengan:
L : Luas vegetasi (m)
d : diameter tajuk (m)

26
8. Menghitung Daya Serap Vegetasi

Menghitung daya serap vegetasi, dilakukan dengan cara mengalikan luas tajuk
(dalam hektar) dengan daya serap emisi CO2 berdasarkan tipe penutupan pohon
seperti dalam tabel berikut:
Tabel 5. Daya Serap CO2 Berbagai Tutupan Vegetasi
Tipe Daya Serap CO2
No
Penutupan (kg/ha/jam) (kg/ha/hari) (ton/ha/tahun)
1 Pohon 129,925 1.559,10 569,07
2 Semak/Perdu 12,556 150,68 55,00
3 Padang Rumput 2,74 32,88 12,00
4 Sawah 2,74 32,99 12,00
Sumber : Prasetyo, dkk dalam Laksono (2013)
Untuk menghitung daya serap CO, menurut Mulyadin dan Gusti dalam
Suryani, 2014 data daya serap CO2 dalam Tabel. 5, perlu dikonversi ke CO
menggunakan persamaan
𝑀𝐶𝑂
𝑀 𝐶𝑂 = (𝑀𝑟 𝐶𝑂2 ) × 𝑀𝑟 𝐶𝑂 (4)
2

Keterangan:
M = Beban emisi
Mr = Massa relatif (𝐶𝑂2 = 44) dan (CO = 28)

9. Perhitungan Efisiensi Daya Serap RTH (Sisa Emisi)

Setelah dilakukan perhitungan total emisi akibat kendaraan bermotor dan


pendataan jumlah, jenis, dan tipe vegetasi eksisting RTH maka untuk mengetahui
kecukupan vegetasi saat ini dalam menyerap emisi CO2 harus dihitung sisa emisi
dari pengolahan kedua data tersebut. (Laksono, 2013) Untuk menghitung sisa emisi
digunakan persamaan:
Sisa Emisi = Emisi – Total daya serap vegetasi (5)

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Semua data


yang diperlukan untuk analisis penelitian merupakan data primer atau data yang
diperoleh secara langsung di lapangan. Data primer pada penelitian ini berupa data
yang diperoleh melalui pengukuran volume kendaraan dan kerimbunan serta luasan
vegetasi.
Metode survei ini dilakukan dalam 5 tahapan. Tahapan pertama adalah survei
pendahuluan untuk mengetahui daerah penelitian, jenis dan jumlah vegetasi yang
ada di Balai Kota Makassar. Survei pendahuluan diawali oleh studi literatur untuk
melengkapi dan mendukung interperatasi data dan pembahasan yang dihasilkan
dari penelitian ini. Dalam studi literatur, diperoleh teori-teori, rumusan-rumusan,
dan asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian. Pada studi literatur,
didapatkan pula Pedoman pengukuran kemampuan penyerapan vegetasi yang
menjadi acuan dalam pengukuran daya serap vegetasi. Tahap kedua adalah
pembagian dan penentuan zona berdasarkan jalan yang ada di Balai Kota Makassar.
Tahap ketiga adalah perhitungan volume kendaraan bermotor yang memasuki zona-
zona yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap keempat adalah pengukuran
vegetasi yang berada di setiap zona. Tahap kelima adalah tahap terakhir yang
merupakan kombinasi dari tahap-tahap sebelumnya dimana hasil perhitungan dan
pengukuran yang diperoleh dikompilasi dan ditabulasikan untuk mendapatkan
kemampuan ruang hijau dalam mereduksi emisi transportasi. Kompilasi dan
tabulasi data ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel
2016.

28
Adapun kerangka pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Kerangka Penelitian

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2017. Untuk perhitungan


volume kendaraan bermotor dilakukan pada hari kerja yaitu pada hari tanggal 4
September 2017 pada pukul 06.00-18.00. Pengukuran volume kendaraan dilakukan
pada jam puncak. Perhitungan daya serap vegetasi pada bulan tanggal 30 Agustus
– 05 September 2017. Adapun pegolahan data dilakukan pada bulan September
2017.
Lokasi penelitian berada di Balai Kota Makassar. Balai Kota Makassar terletak
di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Ujung Pandang Makassar, Sulawesi Selatan.

29
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini:

Sumber: Google Earth (2017)


Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

C. Bahan dan Alat

Kegiatan perhitungan volume kendaraan dan kerimbunan pohon ini dilakukan


dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Counter
Counter digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat di zona
pengukuran.
2. Aplikasi WrPlot
Aplikasi Wrplot digunakan untuk mengilustrasikan arah dan kecepatan angin
dari data yang diperoleh dari BMKG.
3. Aplikasi Object Height
Aplikasi dari smartphone yaitu Object Heigh yang digunakan untuk mengukur
tinggi suatu objek. Aplikasi ini digunakan untuk menghitung tinggi suatu pohon
dengan prinsip persamaan trigonometri.
4. Roll Meter
Roll meter digunakan untuk mengukur mengukur diameter tiap pohon.

30
5. Formulir survei penelitian/pengambilan data dan alat tulis
Formulir survei dalam penelitian ini berfungsi untuk mengumpulkan data-data
dan pencatatan mengenai data yang diambil dilapangan. Formulir survei
penelitian/pengambilan data ini terdiri dari formulir survei volume kendaraan
dan formulir vegetasi.
6. Peta Google Earth
Peta lokasi penelitian yang diambil dari Google Earth ini untuk mengetahui
pembagian-pembagian zona di lokasi penelitian.
7. Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan setiap kegiatan yang ada pada
pengukuran volume kerimbunan pohon.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang nantinya peneliti pilih sebagai
obyek penelitian adalah kendaraan yang melewati dan berada di Balai Kota
Makassar serta vegetasi di Balai Kota Makassar.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Kemudian dalam menentukan sampel dari populasi yang akan
diteliti, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling
dimana peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria spesifik sebagai berikut:
1. Sampel kendaraan yang dipilih adalah kendaraan bermotor yang melewati
lokasi penelitian selama waktu pengukuran.
2. Sampel vegetasi yang dipilih adalah vegetasi jenis pohon dan semak/perdu
yang berada di lokasi penelitian.

31
E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran mengenai kondisi


ruang terbuka hijau Balai Kota Makassar dalam mereduksi emisi kendaraan
bermotor. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan sekunder.
Flowchart pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Flowchart pengumpulan data

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dari survei lapangan. Data-data primer yang


dikumpulkan berupa data volume kendaraan yang diperoleh dari perhitungan
volume kendaraan yang melintas selama 6 jam yaitu dimulai pada pukul 07.00-
09.00; 11.00-13.00; dan 16.00-18.00. Data vegetasi yaitu data ukuran, bentuk
kanopi, diameter kanopi, dan tinggi kanopi untuk mengetahui luas tutupan vegetasi.
Sebelum melakukan pengumpulan data, pada lokasi penelitian dilakukan
sistem zonasi yaitu penentuan beberapa zona dalam perhitungan emisi dan
perhitungan daya serap tumbuhan. Zona ini dibuat karena dalam perhitungan beban
emisi membutuhkan panjang jalan yang sama sehingga memiliki kepadatan
kendaraan bermotor yang sama dan kebutuhan RTH juga berbeda-beda tiap

32
daerahnya disesuaikan dengan beban emisi yang dihasilkan. Pembagian zona dibagi
berdasarkan jalan di Balai Kota Makassar dan arah angin pada saat pengukuran.

Gambar 6. Jalan dan Arus Lalu Lintas di Balai Kota Makassar


Area-area yang terdapat di Balai Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1. Area bagian depan Balai Kota Makassar berfungsi sebagai lapangan upacara
setiap hari senin. Jalan Jendral Ahmad Yani berada tepat di depan lapangan
upacara yang merupakan salah satu jalan sekunder di Makassar yang lalu lintas
kendaraannya hanya satu arah yaitu menuju Jalan Jend. M. Jusuf
2. Area di arah barat Balai Kota Makassar berfungsi sebagai area parkir karyawan
dan staff di Kantor Balai Kota. Jalan Slamet Riadi berada tepat di samping area
parkir di arah Barat Balai Kota Makassar yang merupakan jalan yang lalu
lintasnya hanya satu arah yaitu menuju Jalan Jendral Ahmad Yani.
3. Area di arah Timur Balai Kota Makassar berfungsi sebagai area parkir karyawan
dan staff di Kantor Balai Kota. Jalan Balai Kota berada tepat di samping area
parkir di arah Timur Balai Kota Makassar yang merupakan jalan yang lalu
lintasnya hanya satu arah yaitu menuju Taman Macan.
4. Area di belakang Balai Kota Makassar (arah selatan) berfungsi sebagai area
parkir karyawan dan staff di Kantor Balai Kota dan jalur keluar kendaraan dari
Balai Kota.

33
Pengukuran dilakukan pada hari Senin, 4 September 2017. Diasumsikan bahwa
arah angin akan berpengaruh dalam penyebaran emisi di udara sehingga diketahui
arah dan kecepatan angin sebagai berikut:
Tabel 6. Arah dan Kecepatan Angin dalam sehari
Kecepatan Angin
NO Waktu Arah Angin
(km/jam)
1 07.00 – 09.00 290 o
4,6
2 11.00 – 13.00 110 o 2,1
3 16.00 – 18.00 80 o
1,5
Sumber: www.bmkg.com
Karena pengukuran hanya dilakukan selama 6 jam maka, data arah angin yang
diambil adalah pada pukul 07.00-09.00; 11.00-13.00; dan 16.00-18.00.
Berdasarkan jalan dan arah angin, maka zona pengukuran dibagi menjadi 4.

Jalan Balai Kota


Jalan Balai Kota

(a). Waktu Pengukuran 07.00-08.00 (b) Waktu Pengukuran 11.00-13.00


Jalan Slamet Riadi

Jalan Balai Kota

(c) Waktu Pengukuran 16.00-18.00


Gambar 7. Pembagian Zona Lokasi Penelitian
Perhitungan jumlah dan jenis kendaraan dilakukan pada saat jam puncak
masuk kendaraan dan jam puncak keluar kendaraan. Perhitungan jumlah masing-
masing jenis kendaraan di tiap titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan

34
alat counter yaitu alat penghitung mekanik dan kamera. Penghitungan jumlah
individu pohon dan jenis pohon menggunakan metode sensus, yaitu menghitung
jumlah tiap individu pohon satu per satu secara langsung di lapangan. Setiap pohon
diukur panjang sumbu tajuknya dalam dua arah mata angin yang berlawanan untuk
menghitung luas tutupan tajuk pohon (x dan y). Penghitungan luas penutupan tajuk
tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa penutupan tajuk pohon adalah berbentuk
lingkaran, sehingga untuk mencari luasnya digunakan persamaan luas (Persamaan
3 pada bab II).

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Tujuan
metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan peta, peraturan, pedoman
pelaksanaan, data arah dan kecepatan angin, serta aturan-aturan standar yang telah
dikeluarkan oleh instansi-instansi yang terkait dengan ruang lingkup studi.

F. Teknik Analisis Data

Flowchart teknik analisis data adalah sebagai berikut:

Gambar 10. Flowchart pengolahan data

35
1. Metode Perhitungan Volume Kendaraan Bermotor

Perhitungan volume kendaraan bermotor dilakukan dengan mengelompokkan


jenis kendaraan bermotor berdasarkan Tabel 1 pada Bab II.

2. Metode Perhitungan Emisi Kendaraan

Perhitungan emisi kendaraan bermotor sesuai dengan rumus kekuatan emisi.


Untuk menentukan kekuatan emisi (Q) diperoleh dengan Persamaan 1 pada Bab
II. Kekuatan emisi (emission strength) menunjukkan volume emisi yang
dikeluarkan per satuan waktu. Dalam mneghitung kekuatan emisi diperlukan data
sebagai berikut:
a. Jumlah Kendaraan dalam satuan mobil penumpang
Untuk tipe kendaraan yang masuk dalam perhitungan jumlah kendaraan sesuai
dengan jenis kendaraannya.
b. Faktor emisi
Faktor emisi didefinisikan sebagai sejumlah berat polutan tertentu yang
dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun waktu tertentu
(Ray Sihotang, 2015). Untuk faktor emisi dapat dilihat pada Tabel 2 pada Bab
II.
c. Panjang jalan
Panjang jalan dari tiap zona diperoleh dengan mengukur panjang jalan yang ada
di masing-masing zona kemudian dirata-ratakan. Untuk Zona I yang berada di
depan Balai Kota, jalan yang diukur adalah Jalan Jendral Ahmad Yani sepanjang
kawasan kantor Balai Kota Makassar dan jalan masuk serta keluar dari Balai
Kota Makassar. Untuk Zona II yang berada di barat Balai Kota, jalan yang diukur
adalah Jalan Slamet Riadi sepanjang kawasan kantor Balai Kota Makassar dan
jalan di dalam Kantor Balai Kota. Untuk Zona III yang berada di timur Balai
Kota, jalan yang diukur adalah Jalan Balai Kota sepanjang kawasan kantor Balai
Kota Makassar dan jalan di dalam Kantor Balai Kota. Untuk Zona IV yang

36
berada di belakang Balai Kota, jalan yang diukur adalah jalan di dalam Kantor
Balai Kota.
Jalan pada masing-masing zona dapat dilihat dalam Gambar 9. Jalan pada
masing-masing zona.

Gambar 9. Jalan pada masing-masing zona


Adapun panjang jalan pada masing-masing zona di rata-rata, panjang jalan rata-
rata dari masing-masing zona dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Panjang Jalan Rata-Rata (km)

Zona Panjang (Km)

1 0,067
2 0,070
3 0,073
4 0,076
Sumber : Hasil Pengukuran (2017)

d. Konsumsi bahan bakar


Untuk konsumsi bahan bakar atau konsumsi energi spesifik dapat dilihat pada
Tabel 3 pada Bab II.

3. Metode Perhitungan Daya Serap Vegetasi

Sesuai dengan Persamaan 2 mengenai perhitungan luas tajuk pada Bab II,
maka dapat diketahui tahapan perhitungan luas tajuk pohon dan semak. Untuk
menghitung daya serap CO2 oleh vegetasi, dilakukan dengan cara mengalikan luas

37
tajuk (dalam hektar) dengan daya serap berdasarkan tipe penutupan pohon yang
dapat dilihat pada Tabel 6 pada Bab II mengenai Daya Serap CO2 Berbagai
Tutupan Vegetasi. Untuk mneghitung daya serap CO oleh vegetasi diperoleh
dengan mengkonversi daya serap CO2 oleh vegetasi yang ada dalam Tabel 6 pada
Bab II menggunakan Persamaan 4 pada Bab II kemudian mengalikan luas tajuk
(dalam hektar) dengan hasil konversi.

4. Metode Perhitungan Efisiensi Daya Serap RTH (Sisa Emisi)

Untuk menghitung sisa emisi digunakan Persamaan 4 mengenai efisiensi daya


serap sisa emisi pada Bab II.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Volume Kendaraan Bermotor

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui volume kendaraan bermotor yang


melintas selama jam puncak pada masing-masing zona. Analisis kendaraan
bermotor ini diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi kendaraan bermotor menurut
MKJI tahun 1993 pada Tabel 4 pada Bab II.

1. Analisis Volume Sepeda Motor

Analisis volume sepeda motor ini bertujuan untuk mengetahui besaran jumlah
sepeda motor yang beroprasi dalam satuan waktu, dalam hal ini yaitu satu jam.
Dimana volume kendaraan sepeda motor di empat zona dapat dilihat dalam Tabel
berikut:
Tabel 8. Volume Sepeda Motor
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
07.00-08.00 2407 1099 1481 146
08.00-09.00 2108 1165 1140 80
11.00-12.00 2131 1285 1150 51
12.00-13.00 2107 1070 1165 70
16.00-17.00 2799 1372 1254 122
17.00-18.00 2631 1133 1270 80
Total 14183 7124 7460 549

Dalam Tabel 8 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 14183 kend/jam sementara total
volume kendaraan terkecil pada saat waktu pengukuran terjadi pada Zona IV yaitu
549 kend/jam. Dari Tabel 8 juga diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada
Zona I pada pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 2799 kend/jam. Volume kendaraan

39
yang besar terjadi di Zona I dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Waktu
pengukuran selama satu jam dengan volume kendaraan terkecil berada di Zona IV
pada pukul 12.00-13.00 yaitu sebesar 70 kend/jam. Fluktuasi volume kendaraan
sepeda motor pada empat zona yang tertera pada Tabel 8 secara visual tersaji pada
gambar berikut:
3500
3000
Volume Kendaraan

2500
2000
1500
1000
500
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV

Gambar 11. Grafik Volume Kendaraan (Sepeda Motor) pada 4 Zona

2. Analisis Volume Kendaraan Ringan

Analisis volume kendaraan ringan ini bertujuan untuk mengetahui besaran


jumlah kendaraan ringan yang beroprasi dalam satuan waktu, dalam hal ini yaitu
satu jam. Kendaraan ringan yang dimaksud ialah mobil pribadi, mobil penumpang
(taksi dan angkot), pick-up, dan truk kecil dimana kendaraan ringan berbahan bakar
bensin maupun solar diakumulasikan. Volume kendaraan ringan di empat zona
dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 9. Volume Kendaraan Ringan
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
07.00-08.00 3457 1135 488 15
08.00-09.00 3017 1050 364 59
11.00-12.00 2060 982 489 27
12.00-13.00 1864 1003 405 44
16.00-17.00 3337 1160 511 50
17.00-18.00 3405 1005 506 33
Total 17140 6335 2763 228

40
Dalam Tabel 9 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 17140 kend/jam. Dari Tabel 9 juga
diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada Zona I pada pukul 07.00-08.00
yaitu sebesar 3457 kend/jam. Volume kendaraan yang besar terjadi di Zona I
dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Fluktuasi volume kendaraan ringan
pada empat zona yang tertera dalam Tabel 9 secara visual tersaji pada gambar
berikut:
3500
3000
Volume Kendaraan

2500
2000
1500
1000
500
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV

Gambar 12. Grafik Volume Kendaraan Ringan pada 4 Zona

3. Analisis Volume Kendaraan Berat

Analisis volume kendaraan berat ini bertujuan untuk mengetahui besaran


jumlah kendaraan berat yang beroprasi dalam satuan waktu, dalam hal ini yaitu satu
jam. Kendaraan berat yang dimaksud ialah bus besar, bus sedang, truk besar, dan
truk kecil dimana kendaraan berat berbahan bakar bensin maupun solar
diakumulasikan. Volume kendaraan berat di empat zona dapat dilihat dalam Tabel
berikut:
Tabel 10. Volume Kendaraan Berat
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
07.00-08.00 10 4 4 1
08.00-09.00 9 4 6 0

41
Tabel 10. Volume Kendaraan Berat (Lanjutan)
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
11.00-12.00 6 4 10 0
12.00-13.00 5 1 6 0
16.00-17.00 12 8 6 0
17.00-18.00 8 3 7 2
Total 50 24 39 3

Dalam Tabel 10 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 50 kend/jam. Dari Tabel 10 juga
diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada Zona I pada pukul 16.00-17.00
yaitu sebesar 12 kend/jam. Volume kendaraan yang besar terjadi di Zona I
dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Fluktuasi volume kendaraan ringan
pada empat zona yang tertera dalam Tabel 10 secara visual tersaji pada gambar
berikut:
14
12
Volume Kendaraan

10
8
6
4
2
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV

Gambar 13. Grafik Volume Kendaraan Berat pada 4 Zona

B. Analisis Emisi Karbon dioksida dan Karbon monoksida dari Kendaraan


Bermotor

Dalam tahap analisis emisi karbon dioksida yang berasal dari kendaraan
bermotor, dilakukan analisis volume kendaraan bermotor kemudian dilakukan
analisis pada emisi karbon dioksida di empat zona. Analisis ini dilakukan untuk

42
mengetahui emisi karbon dioksida kendaraan bermotor yang melintas selama jam
puncak pada masing-masing zona.

1. Analisis Karbon Dioksida di Masing-masing Zona

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui emisi karbon dioksida yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor selama jam puncak pada masing-masing zona. Untuk
mengetahi kekuatan emisi tiap zona digunakan Persamaan 1 pada Bab II untuk
menentukan kekuatan emisi (Ray Sihotang, 2015). Berdasarkan Bab II mengenai
konversi kendaraan bermotor, bahwa perlu dilakukan pendekatan matematis untuk
meminimalisir perbedaan dari masing-masing jenis kendaraan yang ada sehingga
lebih mudah dalam perhitungan kekuatan emisi. Adapun pendekatan matematis
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun1993. Untuk faktor
emisi karbon dioksida dapat dilihat dalam Tabel 2 pada Bab II.

a. Analisis Karbon Dioksida di Zona I

Selain volume kendaraan, perlu diketahui konsumsi bahan bakar kendaraan


yang diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada
BAB II mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,3 km untuk Zona I. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona I
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.008 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.034
- Bensin 0.035 - Solar 0.035
- Solar 0.034 7 Truk Besar 0.047
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.045
- Solar 0.051 - Bensin 0.024
4 Bus Sedang 0.039 - Solar 0.032
5 Taksi 0.033

43
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai faktor
emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi CO2 di zona I sebagai berikut:
Tabel 12. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 24,514.84 24.51
08.00-09.00 21,417.80 21.42
11.00-12.00 15,552.27 15.55
12.00-13.00 14,322.56 14.32
16.00-17.00 24,328.39 24.33
17.00-18.00 24,512.70 24.51

Dalam Tabel 12, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 yaitu sebesar 24,51 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona I. Fluktuasi kekuatan emisi karbon dioksida pada Zona I yang tertera
dalam Tabel 12 secara visual tersaji pada gambar berikut:
30.00
Besaran Emisi (kg/jam)

24.51 24.33 24.51


25.00 21.42
20.00
15.55 14.32
15.00
10.00
5.00
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 14. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona I

b. Analisis Karbon dioksida di Zona II

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan

44
panjang rata-rata jalan sebesar 0,24 km untuk Zona II. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.006 6 Bus Kecil 0.027
2 Mobil - Bensin 0.027
- Bensin 0.028 - Solar 0.028
- Solar 0.027 7 Truk Besar 0.038
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.036
- Bensin 0.056 9 Truk Kecil
- Solar 0.041 - Bensin 0.019
4 Bus Sedang 0.031 - Solar 0.026
5 Taksi 0.026

Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai
faktor emisi CO2 maka maka diperoleh kekuatan emisi CO2 di zona II sebagai
berikut:
Tabel 14. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 6,621.32 6.62
08.00-09.00 6,284.33 6.28
11.00-12.00 6,093.99 6.09
12.00-13.00 5,946.03 5.95
16.00-17.00 7,041.09 7.04
17.00-18.00 6,028.33 6.03

Dalam Tabel 14, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 7.04 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona II.

45
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona II yang tertera dalam Tabel 14 secara visual
tersaji pada gambar berikut:
BEsaran Emisi (kg/jam) 30.00
25.00
20.00
15.00
10.00 6.62 6.28 6.09 5.95 7.04 6.03
5.00
-
07.00-08.0008.01-09.0011.00-12.0012.01-13.0016.01-17.0017.01-18.00
Periode

Gambar 15. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona II

c. Analisis Karbon dioksida di Zona III

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,2 km untuk Zona III. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona III
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.005 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.023
- Bensin 0.024 - Solar 0.024
- Solar 0.023 7 Truk Besar 0.032
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.030
- Bensin 0.046 9 Truk Kecil
- Solar 0.034 - Bensin 0.016
4 Bus Sedang 0.026 - Solar 0.021
5 Taksi 0.022

46
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai
faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 16. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 3,712.27 3.71
08.00-09.00 2,818.76 2.82
11.00-12.00 3,415.03 3.42
12.00-13.00 3,028.68 3.03
16.00-17.00 3,593.77 3.59
17.00-18.00 3,596.30 3.60

Dalam Tabel 16, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 yaitu sebesar 3.71 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona III. Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel
16 secara visual tersaji pada gambar berikut:
30.00
Besaran Emisi (kg/jam)

25.00
20.00
15.00
10.00
3.71 2.82 3.42 3.03 3.59 3.60
5.00
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 16. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona III

d. Analisis Karbon dioksida di Zona IV

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,1 km untuk Zona IV.

47
Adapun hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.003 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.011
- Bensin 0.012 - Solar 0.012
- Solar 0.011 7 Truk Besar 0.016
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.015
- Bensin 0.023 9 Truk Kecil
- Solar 0.017 - Bensin 0.008
4 Bus Sedang 0.013 - Solar 0.011
5 Taksi 0.011

Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai faktor
emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 18. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 115.08 0.12
08.00-09.00 180.84 0.18
11.00-12.00 90.42 0.09
12.00-13.00 140.41 0.14
16.00-17.00 182.04 0.18
17.00-18.00 125.92 0.13

Dalam Tabel 18, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 08.00-09.00 dan 16.00-17.00 yaitu sebesar 0,18 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut.

48
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 18 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00

4.50

4.00
Besaran Emisi (kg/jam))

3.50

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50 0.18 0.18


0.12 0.09 0.14 0.13
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 17. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona IV

2. Rekapitulasi Analisis Karbon dioksida di Balai Kota Makassar

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh kekuatan


emisi masing-masing zona yang Fluktuasi kekuatan emisinya secara visual tersaji
pada gambar berikut:
30.00
24.51 24.51
Kekuatan Emisi (kg/jam)

24.33
25.00 21.42
20.00 15.55 14.32
15.00
10.00 6.62 6.28 6.09 5.95 7.04 6.03
3.71 2.82 3.42 3.03 3.59 3.60
5.00
0.12 0.18 0.09 0.14 0.18 0.13
0.00
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran

Zona I Zona II Zona III Zona IV

Gambar 18. Grafik Kekuatan Emisi Empat Zona

49
Berdasarkan Gambar 18 dapat diketahui bahwa emisi karbon dioksida berada
di Zona I. Hal ini karena pada Zona I terdapat Jalan Ahmad Yani yang merupakan
jalan arteri primer. Menurut Kusuma, 2010, jenis jalan arteri memiliki emisi karbon
dioksida terbesar disebabkan oleh jumlah kendaraan rata-rata pada jenis jalan ini
lebih besar dari jenis jalan lainnya.

3. Analisis Karbon Monoksida di Masing-masing Zona

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui emisi karbon monoksida yang


dihasilkan oleh kendaraan bermotor selama jam puncak pada masing-masing zona.
Untuk mengetahi kekuatan emisi tiap zona digunakan Persamaan 1 pada Bab II.
Berdasarkan Persamaan I pada Bab II mengenai kekuatan emisi, diperlukan
volume kendaraan bermotor setiap jam untuk mendapatkan nilai kekuatan emisi.
Untuk faktor emisi karbon monoksida dapat dilihat dalam Tabel 2 pada Bab II.

a. Analisis Karbon monoksida di Zona I

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,3 km untuk Zona I. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona I
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.008 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.034
- Bensin 0.035 - Solar 0.035
- Solar 0.034 7 Truk Besar 0.047
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.045
- Bensin 0.069 9 Truk Kecil
- Solar 0.051 - Bensin 0.024
4 Bus Sedang 0.039 - Solar 0.032
5 Taksi 0.033

50
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 20. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 4,310.70 4.31
08.00-09.00 3,764.89 3.76
11.00-12.00 2,723.69 2.72
12.00-13.00 2,506.49 2.51
16.00-17.00 4,265.08 4.27
17.00-18.00 4,308.78 4.31

Dalam Tabel 20, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 dan 17.00-18.00 yaitu sebesar 4.31 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut. Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona I yang tertera dalam Tabel 20 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
4.31 4.27 4.31
4.50
Besaran Emisi (kg/jam)

4.00 3.76
3.50
3.00 2.72
2.51
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 19. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona I

b. Analisis Karbon monoksida di Zona II

51
Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang
diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,24 km untuk Zona II. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.006 6 Bus Kecil 0.027
2 Mobil - Bensin 0.027
- Bensin 0.028 - Solar 0.028
- Solar 0.027 7 Truk Besar 0.038
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.036
- Bensin 0.056 9 Truk Kecil
- Solar 0.041 - Bensin 0.019
4 Bus Sedang 0.031 - Solar 0.026
5 Taksi 0.026

Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 22. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 1,157.76 1.16
08.00-09.00 1,094.80 1.09
11.00-12.00 1,062.70 1.06
12.00-13.00 1,041.86 1.04
16.00-17.00 1,222.47 1.22
17.00-18.00 1,052.33 1.05

Dalam Tabel 22, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 1,22 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona II yang tertera dalam Tabel 22 secara
visual tersaji pada gambar berikut:

52
5.00

BEsaran Emisi (kg/jam)


4.00

3.00

2.00
1.16 1.09 1.06 1.04 1.22 1.05
1.00

-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 20. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona II

c. Analisis Karbon monoksida di Zona III

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,2 km untuk Zona III. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona III
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.005 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.023
- Bensin 0.024 - Solar 0.024
- Solar 0.023 7 Truk Besar 0.032
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.030
- Bensin 0.046 9 Truk Kecil
- Solar 0.034 - Bensin 0.016
4 Bus Sedang 0.026 - Solar 0.021
5 Taksi 0.022

53
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 24. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 639.03 0.64
08.00-09.00 482.20 0.48
11.00-12.00 586.07 0.59
12.00-13.00 517.78 0.52
16.00-17.00 616.23 0.62
17.00-18.00 619.63 0.62

Dalam Tabel 24, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00 – 08.00 yaitu sebesar 0,64 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 24 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
Besaran Emisi (kg/jam)

4.00

3.00

2.00

1.00 0.64 0.48 0.59 0.52 0.62 0.62

-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 21. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona III

d. Analisis Karbon monoksida di Zona IV

Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang


diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan

54
panjang rata-rata jalan sebesar 0,1 km untuk Zona IV. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.003 6 Bus Kecil
2 Mobil 7 Truk Besar 0.016
- Bensin 0.011 8 Truk Sedang 0.015
- Solar 0.011 9 Truk Kecil
3 Bus Besar - Bensin 0.008
- Bensin 0.023 - Solar 0.011
- Solar 0.017
4 Bus Sedang 0.013
5 Taksi 0.011

Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 26. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 19.11 0.02
08.00-09.00 31.62 0.03
11.00-12.00 15.73 0.02
12.00-13.00 24.50 0.02
16.00-17.00 31.53 0.03
17.00-18.00 21.27 0.02

Dalam Tabel 26, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 08.00-09.00 dan 16.00-17.00 yaitu sebesar 0,03 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 26 secara
visual tersaji pada gambar berikut:

55
5.00
4.50
4.00
Besaran Emisi (kg/jam))

3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.02 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode

Gambar 22. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona IV

4. Rekapitulasi Analisis Karbon monoksida di Balai Kota Makassar

Berdasarkan hasil pengolahan data emisi karbon monoksida di tiap zona yang
telah dilakukan, diperoleh kekuatan emisi masing-masing zona yang fluktuasi
kekuatan emisinya secara visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
4.31 4.27 4.31
4.50
3.76
Kekuatan Emisi (kg/jam)

4.00
3.50
3.00 2.72
2.51
2.50
2.00
1.50 1.16 1.09 1.22
1.06 1.04 1.05
1.00 0.64 0.59 0.52 0.62 0.62
0.48
0.50 0.02 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02
0.00
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran

Zona I Zona II Zona III Zona IV

Gambar 23. Grafik Kekuatan Emisi Empat Zona

56
Berdasarkan Grafik 23 dapat diketahui bahwa emisi karbon dioksida berada di
Zona I. Hal ini karena pada Zona I terdapat Jalan Ahmad Yani yang merupakan
jalan arteri primer. Menurut Kusuma, 2010, jenis jalan arteri memiliki emisi karbon
dioksida terbesar disebabkan oleh jumlah kendaraan rata-rata pada jenis jalan ini
lebih besar dari jenis jalan lainnya.

C. Analisis Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau di Balai Kota


Makassar

Pada analisis eksisting ruang terbuka hijau akan ditinjau dari jenis vegetasi,
jumlah, dan luas tutupan tajuk vegetasi pada masing-masing zona.

1. Analisis Persentase Jenis Vegetasi di Balai Kota Makassar

Balai Kota Makassar memiliki beberapa jenis vegetasi. Dari data yang telah
dikumpulkan, maka dibuat persentase jenis vegetasi yang terdapat pada empat zona
berdasarkan jenis vegetasi.
5% 6% 8%

32%
36%

14%
Angsana Glodogan Tiang Cemara
Terminalia Molineti Mangga Palem Ratu

Gambar 24. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona I


Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis pohon yang terdapat di Zona
I terdiri dari Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia), Angsana (Pterocarpus
indicus), Terminalia Molineti, Mangga (Mangifera indica), Palem Ratu
(Archontophoenix Alescandrae), dan Cemara. Dari diagram juga dapat diketahui
bahwa Terminalia Molineti merupakan pohon dengan persentase terbesar yaitu

57
36% atau sebanyak 38 pohon. Sementara pohon dengan persentase terkecil yaitu
6% atau sebanyak 6 pohon adalah Palem Ratu.
1%1% 9% 1%
3%
8%

78%
Daun Pucuk Merah Bougenvile Duranata sp
Kemuning Palem Mac Arthur's Cordyline sp.
Iresine Herbistii

Gambar 25. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona I


Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis semak/perdu yang terdapat di
Zona I terdiri dari daun pucuk merah, bougenville, pangkas kuning, Duranata sp.,
palem mac arthur’s, cordyline sp., dan iresini herbistii. Dari diagram juga dapat
diketahui bahwa Daun Pucuk Merah merupakan pohon dengan persentase terbesar
yaitu 78% atau sebanyak 62 pohon.
5% 8%
5%
43%
11%
1%

28%
Angsana Trembesi Cemara
Terminalia Molineti Mangga Ketapang
Palem Ratu

Gambar 26. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona II


Adapun pada Zona II terdiri dari pohon trembesi (Samanea Saman), angsana
(Pterocarpus indicus), ketapang, Terminalia Molineti, mangga (Mangifera indica),
palem ratu (Archontophoenix Alescandrae), dan cemara. Pohon dengan persentase
terbanyak yaitu pohon Angsana (Pterocarpus indicus) 43% atau sebanyak 34
pohon.

58
3%1%1%
27%
23%

4%
1%
15%
8%
1%
1%10% 4%1%
Hemographis Bicolor Cordyline sp. Bougenville
Canna sp. Palem Mac Arthur's Agave Angutifolia
Sansiveria sp. Iresine Herbistii Acalypha sp.
Teh-tehan Chlorophytum Tabernamontana
Gambar 27. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona II
Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis semak/perdu yang terdapat di
Zona II terdiri dari Hemographis bicolor, Canna sp., sansiveria sp., Teh-tehan,
Longifolia, Cordyline sp., palem mac arthur’s, Iresine herbistii, Chlorophytum,
Murayya sp., bougenville, Agave Angustifolia, Acalypha sp., dan Tabernamontana.
Dari diagram juga dapat diketahui bahwa Hemographis bicolor merupakan
semak/perdu dengan persentase terbanyak yaitu 27% atau sebanyak 50 pohon.

100%

Angsana

Gambar 28. Diagram Persentase Jenis Pohon di Zona III


Adapun pada Zona III hanya terdapat satu jenis pohon yaitu angsana
(Pterocarpus indicus) dengan jumlah 14 pohon.

59
6% 6%
6%

6%
3%
6% 56%

6%
6%
Daun Pucuk Merah Soka
Tulang-tulang Cordyline sp.
Palem Mac Arthur's Teh-tehan
Tabernamontana Ervatamia Casonaria
Gambar 29. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona III
Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis semak/perdu yang terdapat di
Zona II terdiri dari Teh-tehan, Cordyline sp., palem mac arthur’s, tulang-tulang,
Ervatamia casonaria, Murayya sp., daun pucuk merah, soka, dan Tabernamontana.
Dari diagram juga dapat diketahui bahwa daun pucuk merah merupakan
semak/perdu dengan persentase terbanyak yaitu 56% atau sebanyak 19 pohon.
6%
6%
3%
6%
3%
6%

69%

Daun Pucuk Merah Soka


Bougenville Cordyline sp.
Agave Angutifolia Lidah Mertua
Cabe

Gambar 30. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona IV


Pada diagram diatas, dapat diketahui di Zona IV tidak terdapat jenis pohon,
namun terdapat semak/perdu. Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis
semak/perdu yang terdapat di Zona II terdiri dari bougenville, Cordyline sp., cabe,
lidah mertua, Agave Angustifolia, daun pucuk merah, dan soka. Dari diagram juga
dapat diketahui bahwa daun pucuk merah merupakan semak/perdu dengan
persentase terbanyak yaitu 69% atau sebanyak 22 pohon.

60
2. Analisis Jumlah Vegetasi di Balai Kota Makassar

Pada tiap zona dapat diketahui jumlah pohon dan semak/perdu pada masing-
masing zona, yaitu sebagai berikut:
Tabel 27. Jumlah Vegetasi Pada Tiap Zona
Jumlah
No Zona
Pohon Semak/Perdu
1 Zona I 106 80
2 Zona II 80 183
3 Zona III 14 34
4 Zona IV 0 32
TOTAL 200 329

Dalam Tabel 27 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan pohon dilokasi


penelitian adalah sebanyak 200 pohon, dan semak/perdu sebanyak 329. Zona
dengan jumlah pohon terbanyak yaitu Zona I dengan jumlah pohon sebanyak 106
pohon, sementara Zona IV tidak memiliki pohon. Pada Zona II terdapat
semak/perdu terbanyak yaitu 183 pohon, sementara jumlah semak/perdu terkecil
berada di Zona IV. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaat Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan tahun 2008 oleh Menteri Pekerjaan
Umum, jenis vegetasi yang ditanam di Balai Kota Makassar telah memenuhi
kriteria vegetasi RTH.

3. Analisis Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO 2

Untuk menghitung kemampuan serapan setiap vegetasi, terlebih dahulu perlu


diketahui luas tutupan masing-masing vegetasi vegetasi. Yang dihitung dengan
Persamaan 2 pada Bab II menurut Banurea, 2013. Setelah mengetahui luas tutupan
vegetasi, daya serap CO2 dapat diketahui dengan cara mengalikan luas tutupan
vegetasi dengan daya serap CO2 berbagai tutupan yang terdapat dalam Tabel 6 pada
Bab II.

61
a. Analisis Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO 2

Luas tutupan untuk vegetasi pohon terdapat dalam Tabel 28 berikut:


Tabel 28. Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO2
Luas Tutupan Daya Serap CO2 Daya Serap Pohon
Zona
(ha) (kg/ha/jam) (kg/jam)
Zona I 0,0599 129,925 7,7778
Zona II 0,0996 129,925 12,9376
Zona III 0,0261 129,925 3,3936
Zona IV 0,0000 129,925 0,0000

Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan hasil pengolahan data, dapat


diketahui daya serap CO2 untuk pohon yang berada di Balai Kota Makassar yang
dibagi menjadi empat zona. Sesuai Tabel diatas, Zona II merupakan zona dengan
luas tutupan tajuk terbesar yaitu sebesar 0,0996 ha dengan potensi daya serap CO 2
pada Zona II sebesar 12,9376 kg/jam. Adapun Zona IV dengan daya serap 0 kg/jam,
hal ini dikarenakan pada Zona IV tidak terdapat pohon. Perbedaan daya serap
vegetasi di tiap zona, disebabkan oleh perbedaan jenis vegetasi dan luas tutupan
vegetasi. Menurut penelitian Laksono pada tahun 2013, semakin banyak jumlah
vegetasi dan luas tutupannya, maka semakin besar pula daya serap vegetasi yang
dihasilkan.
b. Analisis Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO2

Luas tutupan untuk vegetasi pohon terdapat dalam Tabel 29 sebagai berikut :
Tabel 29. Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO2
Luas Tutupan Daya Serap CO2 Daya Serap
Zona
(ha) (kg/ha/jam) (kg/jam)
Zona I 0,0105 12,556 0,1318
Zona II 0,3099 12,556 3,8912
Zona III 0,0033 12,556 0,0418
Zona IV 0,0008 12,556 0,0105

Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan hasil pengolahan data, dapat


diketahui daya serap CO2 untuk pohon yang berada di Balai Kota Makassar yang

62
dibagi menjadi empat zona. Dalam Tabel 29, Zona II merupakan zona dengan luas
tutupan terbesar yaitu sebesar 0,3099 ha dengan potensi daya serap CO2 pada Zona
II sebesar 3,8912 kg/jam. Adapun Zona IV dengan daya serap terkecil yaitu 0,0105
kg/jam. Perbedaan daya serap vegetasi di tiap zona, disebabkan oleh perbedaan
jenis vegetasi dan luas tutupan vegetasi. Menurut penelitian Laksono pada tahun
2013, semakin banyak jumlah vegetasi dan luas tutupannya, maka semakin besar
pula daya serap vegetasi yang dihasilkan.

c. Analisis Luas Tutupan Seluruh Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO 2

Berdasarkan Luas Tutupan Vegetasi dapat diketahui daya serap setiap vegetasi
sebagai berikut:
Tabel 30. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona I
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 9 1.38259
2 Glodogan Tiang 34 1.50565
3 Terminalia Molineti 38 3.92528
4 Cemara 15 0.41997
5 Palem Ratu 6 0.47446
6 Mangga 6 0.07874
7 Daun Pucuk Merah 62 0.03786
8 Iresine Herbistii 1 0.07534
9 Cordyline sp. 8 0.00081
10 Kemuning 1 0.00252
11 Bougenvile 6 0.00383
12 Pangkas Kuning 2 0.00140
13 Kemuning 1 0.00252
14 Palem Mac Arthur 1 0.00116
Daya serap CO2 terbesar di Zona I dihasilkan oleh pohon Terminalia Molineti.
Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena pohon Terminalia Molineti
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.

63
Tabel 31. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona II
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 34 6.08316
2 Trembesi 21 3.99999
3 Palem Ratu 4 0.28986
4 Cemara 1 0.03682
5 Ketapang 4 0.93597
6 Mangga 4 0.87559
7 Terminalia Molinenti 9 0.42041
8 Hanjuang 27 0.02814
9 Hemigraphis Bicolor 50 0.07435
10 Bougenville 2 0.00050
11 Longifolia 2 0.00051
12 Canna sp 8 0.01192
13 Palem Mac Arthur's 18 0.02010
14 Marginata 2 0.00115
15 Lidah Mertua 1 0.00008
16 Iresine Herbistii 14 0.02734
17 Acalypha sp 2 0.00198
18 Murraya Bicolor 2 0.00107
19 Teh-tehan 8 3.69019
20 Es Lilin Hijau 42 0.01497
21 Taberna montana 5 0.01846
Daya serap CO2 terbesar di Zona II dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 32. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona III
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 14 3.39
1 Daun Pucuk Merah 19 0.01369289
2 Soka 2 0.00062089
3 Tulang-tulang 2 0.00013596
4 Cordyline sp. 2 0.00093170
5 Palem Mac Arthur's 1 0.00176344
6 Teh-tehan 2 0.01431384
7 Tabernamontana 2 0.00064779
8 Ervatamia Casonaria 2 0.00145954

64
Tabel 32. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona III (Lanjutan)
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
9 Murayya Paniculata 2 0.00530731
Daya serap CO2 terbesar di Zona III dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 33. Daya Serap Vegetasi di Zona IV
Daya Serap CO2
No Nama Pohon Jumlah
(kg/jam)
1 Daun Pucuk Merah 22 0.00595
2 Soka 2 0.00020
3 Bougenville 1 0.00026
4 Cordyline sp. 3 0.00153
5 Agave Angutifolia 6 0.00129
6 Lidah Mertua 2 0.00014
7 Cabe 2 0.00002
Daya serap CO2 terbesar di Zona IV dihasilkan oleh semak daun pucuk
merah. Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena semak daun pucuk merah
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.
Tabel 34. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO2
Daya Serap
Daya Serap Pohon Daya Serap Total
Zona Semak/Perdu
(kg/jam) (kg/jam)
(kg/jam)
Zona I 7,7778 0,1318 7,9096
Zona II 12,9376 3,8912 16,8288
Zona III 3,3936 0,0418 3,4353
Zona IV 0,0000 0,0105 0,0105
Setelah diketahui daya serap CO2 pohon dan semak/perdu, maka daya serap
tersebut diakumulasi untuk mengetahui daya serap keseluruhan vegetasi. Dalam
Tabel 34, Zona II merupakan zona dengan daya serap CO2 tertinggi yaitu sebesar
16,8288 kg/jam. Sementara daya serap CO2 terendah yaitu sebesar 0,0105 terdapat
pada Zona IV.

65
4. Analisis Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO

Menurut Laksono, 2013 untuk melakukan proses fotosintesis, tumbuhan


memerlukan CO2 sebagai sumber energi. Dalam perencanaan ini, dilakukan
konversi dari CO menjadi CO2 untuk mempermudah perhitungan daya serap karbon
pada tumbuhan. Gas CO melalui proses alamiah di atmosfer dapat teroksidasi
menjadi CO2. CO2 merupakan salah satu dari gas-gas pembentuk gas rumah kaca
(GRK) oleh karena itu keberadaan CO secara tidak langsung dapat menyebabkan
efek rumah kaca. Untuk menghitung kemampuan serapan CO setiap vegetasi,
terlebih dahulu perlu diketahui luas tutupan kanopi pada masing-masing vegetasi.
Yang dihitung dengan Persamaan 2 pada Bab II. Setelah mengetahui luas tutupan,
daya serap CO dapat diketahui dengan cara mengalikan luas tutupan kanopi dengan
daya serap CO berbagai tutupan yang terdapat dalam Tabel 6 pada Bab II.

a. Analisis Luas tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO

Tabel 35. Luas tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO


Luas Tutupan Daya Serap CO Daya Serap Pohon
Zona
(ha) (kg/ha/jam) (kg/jam)
Zona I 0,0599 82.679 4.9495
Zona II 0,0996 82.679 8.2330
Zona III 0,0261 82.679 2.1595
Zona IV 0,0000 82.679 0.0000

Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan hasil pengolahan data, dapat


diketahui daya serap CO untuk pohon yang berada di Balai Kota Makassar yang
dibagi menjadi empat zona. Sesuai Tabel diatas, Zona II merupakan zona dengan
luas tutupan tajuk terbesar yaitu sebesar 0,0996 ha dengan potensi daya serap CO
pada Zona II sebesar 8,2330 kg/jam. Adapun Zona IV dengan daya serap 0 kg/jam,
hal ini dikarenakan pada Zona IV tidak terdapat pohon.

66
b. Analisis Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO

Tabel 36. Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO


Luas Tutupan Daya Serap CO2 Daya Serap
Zona
(ha) (kg/ha/jam) Vegetasi (kg/jam)
Zona I 0,0105 7.990 0.0839
Zona II 0,3099 7.990 2.4762
Zona III 0,0033 7.990 0.0266
Zona IV 0,0008 7.990 0.0067

Berdasarkan pengambilan data di lapangan dan hasil pengolahan data, dapat


diketahui daya serap CO untuk pohon yang berada di Balai Kota Makassar yang
dibagi menjadi empat zona. Dalam Tabel 41, Zona II merupakan zona dengan luas
tutupan tajuk terbesar yaitu sebesar 0,3099 ha dengan potensi daya serap CO pada
Zona II sebesar 2,4762 kg/jam. Adapun Zona IV dengan daya serap terkecil yaitu
0,0067 kg/jam.

c. Analisis Luas tutupan Seluruh Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO

Berdasarkan Luas Tutupan Vegetasi dapat diketahui daya serap setiap vegetasi
sebagai berikut:
Tabel 37. Daya Serap CO oleh Vegetasi di Zona I
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 9 0.87983

2 Glodogan Tiang 34 0.95814

3 Terminalia Molineti 38 2.49791

4 Cemara 15 0.26726

5 Palem Ratu 6 0.29628

6 Mangga 6 0.05010

7 Daun Pucuk Merah 62 0.02409

8 Iresine Herbistii 1 0.04794

9 Cordyline sp. 8 0.00051

10 Kemuning 1 0.00161

67
Tabel 37. Daya Serap CO oleh Vegetasi di Zona I (Lanjutan)
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
11 Bougenvile 6 0.00244

12 Pangkas Kuning 2 0.00089

13 Kemuning 1 0.00161

14 Palem Mac Arthur 1 0.00074

Daya serap CO terbesar di Zona I dihasilkan oleh pohon Terminalia Molineti.


Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena pohon Terminalia Molineti
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.
Tabel 38. Daya Serap Vegetasi di Zona II
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 34 3.87110

2 Trembesi 21 2.54545

3 Palem Ratu 4 0.18446

4 Cemara 1 0.02343

5 Ketapang 4 0.59562

6 Mangga 4 0.55720

7 Terminalia Molinenti 9 0.26753

8 Hanjuang 27 0.01791

9 Hemigraphis Bicolor 50 0.04731

10 Bougenville 2 0.00032

11 Longifolia 2 0.00033

12 Canna sp 8 0.00758

13 Palem Mac Arthur's 18 0.01279

14 Marginata 2 0.00073

15 Lidah Mertua 1 0.00005

16 Iresine Herbistii 14 0.01740

17 Acalypha sp 2 0.00126

18 Murraya Bicolor 2 0.00068

19 Teh-tehan 8 2.34830

20 Es Lilin Hijau 42 0.00952

21 Taberna montana 5 0.01175

68
Daya serap CO terbesar di Zona II dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 39. Daya Serap Vegetasi di Zona III
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 14 2.16

1 Daun Pucuk Merah 19 0.00871366

2 Soka 2 0.00000000

3 Tulang-tulang 2 0.00008652

4 Cordyline sp. 2 0.00059290

5 Palem Mac Arthur's 1 0.00112219

6 Teh-tehan 2 0.00910881

7 Tabernamontana 2 0.00041223

8 Ervatamia Casonaria 2 0.00092880

9 Murayya Paniculata 2 0.00337738

Daya serap CO2 terbesar di Zona III dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 40. Daya Serap Vegetasi di Zona IV
Daya Serap CO
No Nama Pohon Jumlah
(kg/jam)
0.00379
1 Daun Pucuk Merah 22
0.00012
2 Soka 2
0.00016
3 Bougenville 1
0.00097
4 Cordyline sp. 3
0.00082
5 Agave Angutifolia 6
0.00009
6 Lidah Mertua 2
0.00002
7 Cabe 2
Daya serap CO terbesar di Zona IV dihasilkan oleh semak daun pucuk
merah. Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena semak daun pucuk merah
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.

69
Tabel 41. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO
Daya Serap
Daya Serap Pohon Daya Serap Total
Zona Semak/Perdu
(kg/jam) (kg/jam)
(kg/jam)
Zona I 4.9495 0.0839 5.0334
Zona II 8.2330 2.4762 10.7092
Zona III 2.1595 0.0266 2.1861
Zona IV 0.0000 0.0067 0.0067

Setelah diketahui daya serap CO pohon dan semak/perdu, maka daya serap
tersebut diakumulasi untuk mengetahui daya serap keseluruhan vegetasi. Dalam
Tabel 41, Zona II merupakan zona dengan daya serap CO tertinggi yaitu sebesar
10,7092 kg/jam. Sementara daya serap CO2 terendah yaitu sebesar 0,0067 kg/jam
terdapat pada Zona IV.

D. Analisis Kemampuan Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi


dari Kendaraan Bermotor

Berdasarkan arah angin dari Tabel xx pada Bab III maka dihasilkan prediksi
sebaran polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang melintas pada jam
puncak pagi, siang, dan sore adalah sebagai berikut:

Gambar 31. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 07.00-09.00

70
Gambar 32. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 11.00-13.00

Gambar 33. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 17.00-18.00

Berdasarkan penyebaran emisi tersebut, maka dapat diketahui Zona (reseptor)


yang akan terkena dampak dari emisi kendaraan bermotor setiap jamnya.

1. Emisi Karbon Dioksida

Setelah dilakukan perhitungan besaran emisi akibat kendaraan bermotor dan


pendataan jumlah, jenis dan tipe vegetasi eksisting RTH pada tahun 2017 maka untuk
mengetahui kecukupan vegetasi saat ini dalam menyerap emisi CO 2, harus dihitung sisa
emisi dari pengolahan kedua data tersebut dengan menggunakan Persamaan 4 pada Bab
II tentang sisa emisi (Laksono,2013).

71
Tabel 42. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona I
Luas Persentase Daya Serap
Luas Jenis Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas Emisi CO2
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan Emisi CO2 oleh vegetasi
Vegetasi Tutupan oleh vegetasi
(ha) Vegetasi (kg/jam) (kg/jam)
(ha) Vegetasi (kg/jam)
07.00-08.00 24.5100 16.6004 Belum dapat
menyerap
08.00-09.00 21.4200 13.5104 emisi dari
16.00-17.00 24.3300 16.4204 kendaraan
Pohon dan bermotor
0.44 0.0704 15.99% 7.9096
Semak/Perdu dengan
maksimal
17.00-18.00 24.5100 16.6004 selama
waktu
pengukuran

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona I menerima emisi pada waktu pengukuran 07.00-08.00 dan
08.00-09.00 dengan arah angin ke barat, vegetasi di Zona I belum dapat menyerap
emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Pada waktu
pengukuran 16.00-17.00 dan 17.00-18.00 dengan arah angin ke timur laut, vegetasi
di Zona I belum dapat menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor
dengan baik. Emisi kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini
dikarenakan volume kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari
daya serap vegetasi yang ada di zona I. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi di
Zona I dapat dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu dengan
vegetasi yang daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman berupa
semak/perdu yang dapat ditanam di dalam pot.
Tabel 43. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona II
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO2 Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO2 oleh
Vegetasi Tutupan
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
Dapat
11.00-12.00 6.0900 -10.739
menyerap
dari
12.00-13.00 5.9500 -10.879 kendaraan
Pohon dan 16.8288 bermotor
0.42 0.4095 97.50%
16.00-17.00 Semak/Perdu 7.0400 -9.789 dengan
maksimal
selama
17.00-18.00 6.0300 -10.799 waktu
pengukuran

72
Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu
pengukuran, Zona II menerima emisi pada waktu pengukuran 11.00-12.00 dan
12.00-13.00 dengan arah angin ke tenggara, vegetasi di Zona II dapat menyerap
emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Pada waktu
pengukuran 16.00-17.00 dan 17.00-18.00 dengan arah angin ke timur laut, vegetasi
di Zona II dapat menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan
baik.
Tabel 44. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona III
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO2 Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO2 oleh vegetasi
Vegetasi Tutupan
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
Belum dapat
07.00-08.00 3.7100 0.2747 menyerap
dari
kendaraan
Pohon dan 3.4353 bermotor
0.18 0.0294 16.36%
Semak/Perdu dengan
08.00-09.00 2.8200 -0.6153 maksimal
selama
waktu
pengukuran

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona III menerima emisi pada waktu pengukuran 07.00-08.00 dan
08.00-09.00 dengan arah angin ke barat, vegetasi di Zona III dapat menyerap emisi
karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan baik.
Tabel 45. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona IV
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO2 Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO2 oleh vegetasi
Vegetasi Tutupan
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
Belum dapat
11.00-12.00 0.0900 0.0795 menyerap dari
kendaraan
0.1 0.0008 0.84% Semak/Perdu 0.0105 bermotor dengan
maksimal selama
12.00-13.00 0.1400 0.1295 waktu
pengukuran

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona IV menerima emisi pada waktu pengukuran 11.00-12.00 dan
12.00-13.00 dengan arah angin ke tenggara, vegetasi di Zona IV belum dapat
menyerap emisi karbon dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan bermotor

73
dengan baik. Emisi kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini
dikarenakan volume kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari
daya serap vegetasi yang ada di zona IV. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi
di Zona IV dapat dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu
dengan vegetasi yang daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman
berupa semak/perdu yang dapat ditanam di dalam pot. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Laksono pada tahun 2013, semakin besar luas tutupan vegetasi,
maka semakin besar pula daya serap karbon dioksida. Hal ini sesuai dengan data
hasil analisis yang dilakukan peneliti.

2. Emisi Karbon Monoksida

Setelah dilakukan perhitungan besaran emisi akibat kendaraan bermotor dan


pendataan jumlah, jenis dan tipe vegetasi eksisting RTH pada tahun 2017 maka
untuk mengetahui kecukupan vegetasi saat ini dalam menyerap emisi CO, harus
dihitung sisa emisi dari pengolahan kedua data tersebut. Berikut adalah perhitungan
sisa emisi CO di Balai Kota Makassar pada tahun 2017 dengan menggunakan
Persamaan 4 pada Bab II (Laksono,2013).
Tabel 46. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona I
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO Emisi CO
Tutupan Luas Kapasitas Daya Serap Emisi
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh
Vegetasi Tutupan CO oleh vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
07.00-08.00 4.31 -0.723
Dapat menyerap
08.00-09.00 3.76 -1.273 dari kendaraan
Pohon dan 5.033
0.44 0.0704 15.99% bermotor dengan
16.00-17.00 Semak/Perdu 4.27 -0.763 maksimal selama
-0.723 waktu pengukuran
17.00-18.00 4.31

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona I menerima emisi pada waktu pengukuran 07.00-08.00 dan
08.00-09.00 dengan arah angin ke barat, vegetasi di Zona I belum dapat menyerap
emisi karbon monoksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Pada waktu
pengukuran 16.00-17.00 dan 17.00-18.00 dengan arah angin ke timur laut, vegetasi
di Zona I belum dapat menyerap emisi karbon monoksida dari kendaraan bermotor

74
dengan baik. Emisi kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini
dikarenakan volume kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari
daya serap vegetasi yang ada di zona I. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi di
Zona I dapat dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu dengan
vegetasi yang daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman berupa
semak/perdu yang dapat ditanam di dalam pot.
Tabel 47. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona II
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO Emisi CO
Tutupan Luas Kapasitas Daya Serap Emisi
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh
Vegetasi Tutupan CO oleh vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
11.00-12.00 1.06 -9.649
Dapat menyerap
12.00-13.00 -9.669 dari kendaraan
Pohon dan 1.04 10.709
0.42 0.4095 97.50% bermotor dengan
16.00-17.00 Semak/Perdu -9.489
1.22 maksimal selama
waktu pengukuran
17.00-18.00 1.05 -9.659

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona II menerima emisi pada waktu pengukuran 11.00-12.00 dan
12.00-13.00 dengan arah angin ke tenggara, vegetasi di Zona II dapat menyerap
emisi karbon monoksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Pada waktu
pengukuran 16.00-17.00 dan 17.00-18.00 dengan arah angin ke timur laut, vegetasi
di Zona II dapat menyerap emisi karbon monoksida dari kendaraan bermotor
dengan baik.
Tabel 48. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona III
Daya Serap
Luas
Luas Persentase Jenis Emisi CO Emisi CO Kapasitas Daya Serap
Tutupan
PERIODE Zona Luas Tutupan Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO oleh vegetasi
Vegetasi
(ha) Vegetasi Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha)
(kg/jam)
Dapat menyerap
07.00-08.00 0.64 -1.546 dari kendaraan
bermotor
Pohon dan 2.186
0.18 0.0294 16.36% dengan
Semak/Perdu
maksimal
08.00-09.00 0.48 -1.706
selama waktu
pengukuran

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona III menerima emisi pada waktu pengukuran 07.00-08.00 dan
08.00-09.00 dengan arah angin ke barat, vegetasi di Zona III dapat menyerap emisi
karbon monoksida dari kendaraan bermotor dengan baik.

75
Tabel 49. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona IV
Daya Serap
Luas
Luas Persentase Jenis Emisi CO Emisi CO Kapasitas Daya Serap
Tutupan
PERIODE Zona Luas Tutupan Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO oleh vegetasi
Vegetasi
(ha) Vegetasi Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha)
(kg/jam)
Belum dapat
11.00-12.00 0.02 0.013 menyerap dari
kendaraan
0.007 bermotor
0.1 0.0008 0.84% Semak/Perdu
dengan
12.00-13.00 0.02 0.013 maksimal
selama waktu
pengukuran

Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu


pengukuran, Zona IV menerima emisi pada waktu pengukuran 11.00-12.00 dan
12.00-13.00 dengan arah angin ke tenggara, vegetasi di Zona IV belum dapat
menyerap emisi karbon monoksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Emisi
kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini dikarenakan volume
kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari daya serap vegetasi
yang ada di zona IV. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi di Zona I dapat
dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu dengan vegetasi yang
daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman berupa semak/perdu
yang dapat ditanam di dalam pot. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Laksono pada tahun 2013, semakin besar luas tutupan vegetasi, maka semakin besar
pula daya serap karbon monoksida. Hal ini sesuai dengan data hasil analisis yang
dilakukan peneliti.

76
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Balai Kota Makassar, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Emisi karbon dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan bermotor di
setiap zona berbeda-beda pada setiap jam pengukuran.
2. Di setiap zona, telah terdapat Ruang Terbuka Hijau, ditinjau dari keberagaman
jenis dan jumlah vegetasi. Tetapi terdapat perbedaan luas tutupan vegetasi yang
dipengaruhi oleh diameter kanopi/tajuk masing-masing vegetasi yang terdapat
di setiap zona
3. Kemampuan daya serap vegetasi di setiap zona berbeda-beda. Untuk Zona II
dan Zona III, emisi karbon dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan
bermotor sudah 100% dapat diserap oleh vegetasi yang ada. Sementara untuk
Zona I emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor belum 100% dapat
diserap oleh vegetasi yang ada. dan Zona IV emisi karbon dioksida dan karbon
monoksida dari kendaraan bermotor belum 100% dapat diserap oleh vegetasi
yang ada. Kemampuan daya serap 100% ini berdasarkan data emisi selama jam
pengukuran (siang hari).

B. Saran

1. Diperlukan penelitian secara berkelanjutan terhadap besarnya pencemaran


karbon dioksida tiap tahunnya untuk membandingkan kemampuan penyerapan
karbon dioksida dari revegetasi terhadap sumber pencemar karbon dioksida
demi mewujudkan peningkatan kualitas udara.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar menghitung emisi karbon dioksida dan karbon
dioksida yang berasal dari kegiatan manusia, seperti proses respirasi.

77
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai besar emisi karbon dioksida dan
penyebarannya untuk mengetahui tingkat paparan di berbagai sebaran lokasi.

78
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

CO Karbon Monoksida

CO2 Karbon Dioksida

Ppm Part per million, bagian per juta

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Adiastari, R., Rahmat Boedisantoso. 2010. Kajian Mengenai Kemampuan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menyerap Emisi Karbon Di Kota Surabaya.

Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.

Adillasintani, 2013. Analisis Tingkat Kebutuhan Dan Ketersediaan Rth Pada

Kawasan Perkantoran Di Kota Makassar. Makassar: Program Studi Teknik

Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Alfidhdha, Rizky. 2013. Studi Tingkat Ketersediaan Dan Kebutuhan Rth Taman

Kota Di Kota Makassar. Makassar : Universitas Hasanuddin

Aly, S.H., 2015. Emisi Transportasi Kuantitas Emisi Berdasarkan Marni Model.
Penerbit Plus. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesi (MKJI)
1997
Gorahe, I. M., PEMODELAN HUBUNGAN ANTARA ARUS LALU LINTAS DAN
POLUSI UDARA (CO) (Studi kasus : Ruas jalan Sam Ratulangi depan Indo
Meubel, ruas jalan Ahmad Yani depan Koni dan ruas jalan Piere Tendean
samping patung pahlawan). Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (484-491)
Hanafri, Kartika Sari, 2011. Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Mereduksi
Polutan Udara Menggunakan Program Citygreen Di Jalan Raya Padjajaran,
Kota Bogor. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertania Institut
Pertanian Bogor.
Hanami, Zarah. 2017. Analisis Hubungan Waktu Tempuh Terhadap Emisi Bergerak
Sepeda Motor Untuk Parameter CO dan CO2 di Ruas Jalan Arteri Kota
Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Hsanuddin.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2007. Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

xix
Kusuma, W. P., 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi
Karbon Di Surabaya Bagian Barat. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.
Laksono. Agung, Damayanti. Alia. 2013. Analisis Kecukupan Jumlah Vegetasi
Dalam Menyerap Karbon Monoksida (CO) Dari Aktivitas Kendaraan
Bermotor Di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Surabaya: Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
Pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008 mengenai Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2006 Tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap
Bangun Yang Berdiri Sendiri
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang kendaraan
dan pengemudi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Kendaraan
Pratiwi, Anita. 2017. Analisis Hubungan Waktu Tempuh Terhadap Emisi Bergerak
Sepeda Motor Untuk Parameter CO dan CO2 di Ruas Jalan Arteri Kota
Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Hsanuddin.
Ray Sihotang, Samuel, Abdu. Fadli Assomadi. 2015. Pemetaan Distribusi
Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) Dari Kontribusi Kendaraan Bermotor Di
Kampus Its Surabaya Mapping. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.
Saleh, Ayuko. 2015. Studi Tingkat Kualitas Udara pada Kawasan RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo di Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

xx
Samudra, Geordane. 2015. Analisis Dan Pemetaan Green Belt Polusi Udara Pada
Ruas Jalan Di Kota Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Sjharul, M. 2013. Kimia Lingkungan. De La Macca: Makassar
Soedomo, Moestikahadi. 2001, Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah),
Bandung : ITB download
Suryani, Yuliana. 2014. Analisa Kemampuan Jalur Hijau Jalan Sebagai Ruang
Terbuka Hijau (Rth) Publik Untuk Menyerap Emisi Karbon Monoksida (Co)
Dari Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Genteng Surabaya. Surabaya:
Institut Sepuluh Nopember.
Supriyanto dan Irawan U.S. 2001. Teknik Pengukuran Penutupan Tajuk dan
Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer.
Bogor: Laboratorium Silvikultur SEAMEO-BIOTROP.
Tamin, Ofyar Z., 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Tugaswati, A. T. 2008. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Online. (http://www.kpbb.org). Diakses pada Minggu,
22 Mei 2016
Tuhuleruw Moses, Gian. 2014. Studi Power Level Kebisingan Kendaraan
Berat(Truk) 3 AS s/d 4 AS di Kota Makassar. Makassar: Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Wijayanti, Dian Nur. 2012. Gambaran dan Analisis Risiko Nitrogen Dioksida
(NO2) Perkota/Kabupaten dan Provinsi di Indonesia (Hasil Pemantauan
Kualitas Udara Ambien dengan Metode Pasif di Pusarpedal tahun 2011).
Jakarta: Universitas Indonesia.

xxi
LAMPIRAN

xxii
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Proses Pengukuran Vegetasi

Gambar 2. Proses Pencatatan Hasil Survei


Gambar 3. Proses Pengukuran Vegetasi
LAMPIRAN 2
TAHAPAN MENGHITUNG LUAS
AREA PADA APLIKASI GOOGLE
EARTH
5. Buka Aplikasi Google Earth yang telah ter-install pada Desktop.

2. Pada kolom Search yang ada di ujungkiri atas, masukkan nama tempat yang akan
dihitung luasnya.

3. Bikin folder baru di My Place, caranya; klik kanan tulisan My Place kemudian
pilih Add dan pilih Folder. Kemudian silahkan membuat folder baru
4. Pada folder yang baru Anda buat, buat poligon lihat gambar berikut:

5. Akan muncul jendela baru seperti gambar di bawah ini. Isi kolom nama sesuai
selera. Pada Tab Style, Color Atur ukuran garis secukupnya untuk mempermudah
dalam pengeditan peta nanti dan pilih warna untuk garis batas poligon dan warna
area sesuai selera Anda, tapi supaya daerah kerja Anda tetap terlihat, atur Opacity
secukupnya, dalam gambar menggunakan 25%.
6. Geser Jendela New Poligon agar tidak menutupi daerah yang akan dihitung
luasnya, lalu klik dan drag mouse Anda sampai daerah yang akan Anda hitung
luasnya tertutupi. Setelah selesai lalu klik OK.

7. Untuk mengetahui luas area tadi, Klik kanan Poligon lalu pilih Copy

8. Buka website http://www.earthpoint.us/shapes.aspx lalu tempatkan pointer di


kotak yang ada di point (3) dan klik kanan lalu pilih Paste atau tekan saja Ctrl+v
kemudian tentukan satuan yang diinginkan, dalam hal ini dipilih Hectares, setelah
itu klik tombol View On Web Page untuk melihat hasilnya langsung di Web atau
klik tombol Export to Excel agar hasilnya terunduh ke file Excel dan tersimpan di
laptop Anda.
9. Inilah hasilnya.
LAMPIRAN 3
POLA PENYEBARAN EMISI
Pemodelan penyebaran Karbon Monoksida dari Kendaraan Bermotor di
Balai Kota Makassar

Gambar 1 Waktu Pengukuran 07.00-08.00

Gambar 2 Waktu Pengukuran 08.00-09.00


Gambar 3 Waktu Pengukuran 11.00-12.00

Gambar 4 Waktu Pengukuran 12.00-13.00


Gambar 5 Waktu Pengukuran 16.00-17.00

Gambar 6 Waktu Pengukuran 17.00-18.00


Pemodelan penyebaran Karbon Dioksida dari Kendaraan Bermotor di Balai
Kota Makassar

Gambar 7 Waktu Pengukuran 07.00-08.00

Gambar 8 Waktu Pengukuran 08.00-09.00


Gambar 9 Waktu Pengukuran 11.00-12.00

Gambar 10 Waktu Pengukuran 12.00-13.00


Gambar 11 Waktu Pengukuran 16.00-17.00

Gambar 12 Waktu Pengukuran 17.00-18.00


LAMPIRAN 4
TABEL VOLUME KENDARAAN
PADA WAKTU PENGUKURAN
REKAPITULASI VOLUME KENDARAAN PER (1 JAM)
KOTA : Makassar LOKASI : Zona I
SURVEYOR :
TANGGAL SURVEI : 4-Sep-17
MOBIL
BUS BESAR BUS BUS KECIL TRUK TRUK TRUK KECIL
PERIODE MOTOR PENUMPANG TAKSI
SEDANG BESAR SEDANG
BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR
07.00-08.00 2407 3330 0 0 1 7 2 0 115 1 1 0 10
08.01-09.00 2108 2916 0 0 2 2 3 0 89 2 3 0 9
11.00-12.00 2131 1933 0 0 3 2 2 0 121 1 0 0 4
12.01-13.00 2107 1763 2 0 1 1 2 0 95 0 3 0 2
16.01-17.00 2799 3183 1 0 2 4 2 0 131 3 3 0 20
17.01-18.00 2631 3319 0 0 1 4 0 0 79 1 2 0 7

REKAPITULASI VOLUME KENDARAAN PER (1 JAM)


KOTA : Makassar LOKASI : Zona II
SURVEYOR :
TANGGAL SURVEI : 4-Sep-17
MOBIL
BUS BESAR BUS KECIL TRUK KECIL
PENUMPANG BUS TRUK TRUK
PERIODE MOTOR TAKSI
SEDANG BESAR SEDANG
BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR
07.00-08.00 1099 1115 0 0 0 4 0 2 7 0 0 0 11
08.01-09.00 1165 1014 0 0 0 1 10 0 17 0 3 0 9
11.00-12.00 1285 966 1 0 0 3 2 1 8 0 1 0 4
12.01-13.00 1070 988 2 0 0 1 1 0 10 0 0 0 2
16.01-17.00 1372 1088 1 0 0 2 4 0 43 0 6 0 24
17.01-18.00 1133 966 0 0 0 0 6 0 28 1 2 0 5
REKAPITULASI VOLUME KENDARAAN PER (1 JAM)
Zona
KOTA : Makassar LOKASI : III
SURVEYOR :
TANGGAL SURVEI : 4-Sep-17
MOBIL
BUS BESAR BUS KECIL TRUK KECIL
PENUMPANG BUS TRUK TRUK
PERIODE MOTOR TAKSI
SEDANG BESAR SEDANG
BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR

07.00-08.00 1481 481 0 0 0 2 0 0 7 0 2 0 0


08.01-09.00 1140 348 1 0 0 1 1 0 9 0 5 0 5
11.00-12.00 1150 477 0 0 0 1 0 0 4 3 6 0 8
12.01-13.00 1165 386 0 0 0 0 1 0 8 5 1 0 10
16.01-17.00 1254 493 0 0 0 1 4 0 3 0 5 0 11
17.01-18.00 1270 501 0 0 0 3 0 0 3 0 4 0 2

REKAPITULASI VOLUME KENDARAAN PER (1 JAM)


Zona
KOTA : Makassar LOKASI : IV
SURVEYOR :
TANGGAL SURVEI : 4-Sep-17
MOBIL
BUS BESAR BUS KECIL TRUK KECIL
PENUMPANG BUS TRUK TRUK
PERIODE MOTOR TAKSI
SEDANG BESAR SEDANG
BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR BENSIN SOLAR
07.00-08.00 146 14 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
08.01-09.00 80 58 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11.00-12.00 51 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12.01-13.00 70 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16.01-17.00 122 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17.01-18.00 80 32 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0
LAMPIRAN 5
JENIS VEGETASI DAN DAYA
SERAPNYA
ZONA I
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
POHON
1 Pterocarpus indicus Angsana 9.4 6.5 4 2.00 0.00126 0.16319 0.10385
2 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.1 4.9 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
3 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.2 5 4.5 2.25 0.00159 0.20653 0.13143
4 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 7 5.7 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
5 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 5.9 4.8 3.6 1.80 0.00102 0.13218 0.08411
6 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 4 2.1 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
7 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 4.3 2.9 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
8 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 4.3 2.9 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
9 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 4.7 3.3 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
10 Cemara 3.9 2.5 4 0.64 0.00013 0.01655 0.01053
11 Terminalia Molineti 2 0.8 2.1 1.05 0.00035 0.04498 0.02862
12 Terminalia Molineti 2 0.7 2.5 1.25 0.00049 0.06374 0.04056
13 Terminalia Molineti 2 0.7 2.5 1.25 0.00049 0.06374 0.04056
14 Terminalia Molineti 2.1 1.6 2.5 1.25 0.00049 0.06374 0.04056
15 Terminalia Molineti 2 0.6 2.1 1.05 0.00035 0.04498 0.02862
16 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
17 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
18 Terminalia Molineti 7.9 5.3 2.9 1.45 0.00066 0.08577 0.05458
19 Terminalia Molineti 7.9 5.4 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
20 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.3 1.65 0.00085 0.11107 0.07068
21 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
22 Terminalia Molineti 7.9 5.4 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
23 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.3 1.65 0.00085 0.11107 0.07068
24 Terminalia Molineti 7.9 5.5 3.3 1.65 0.00085 0.11107 0.07068
25 Terminalia Molineti 7.9 5.5 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
26 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.15 1.58 0.00078 0.1012 0.0644
27 Terminalia Molineti 7.9 5.4 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
28 Terminalia Molineti 7.9 5.6 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
29 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
30 Terminalia Molineti 7.9 5.3 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
31 Terminalia Molineti 7.9 5.6 3.8 1.90 0.00113 0.14728 0.09372
32 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
33 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
34 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
35 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.85 1.93 0.00116 0.15118 0.0962
36 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
37 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.5 1.75 0.00096 0.12494 0.07951
38 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.6 1.80 0.00102 0.13218 0.08411
39 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
40 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
41 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
42 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
43 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
44 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
45 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
46 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
47 Terminalia Molineti 7.6 4.6 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
48 Terminalia Molineti 8.7 6.7 3.4 1.70 0.00091 0.1179 0.07503
49 Cemara 2.5 1.05 3.1 1.55 0.00075 0.09801 0.06237
50 Cemara 2.5 1.05 3.2 0.51 0.00008 0.01059 0.00674
51 Cemara 2.5 1.05 3 0.48 0.00007 0.00931 0.00592
52 Cemara 2.5 1.05 2.9 0.46 0.00007 0.0087 0.00554
53 Cemara 2.5 1.05 3.4 0.54 0.00009 0.01196 0.00761
54 Cemara 2.5 1.05 3.5 0.56 0.00010 0.01267 0.00806
55 Cemara 2.5 1.05 3.2 0.51 0.00008 0.01059 0.00674
56 Cemara 2.5 1.05 3.6 0.57 0.00010 0.01341 0.00853
57 Cemara 2.5 1.05 3.4 0.54 0.00009 0.01196 0.00761
58 Cemara 2.5 1.05 3 0.48 0.00007 0.00931 0.00592
59 Mangga 3 1.9 3.5 0.56 0.00010 0.01267 0.00806
60 Mangga 3.2 2.1 3.5 0.56 0.00010 0.01267 0.00806
61 Mangga 3.1 2 3.4 0.54 0.00009 0.01196 0.00761
62 Mangga 3.2 2.1 3.4 0.54 0.00009 0.01196 0.00761
63 Cemara 4.5 2.9 3.2 1.60 0.00080 0.10444 0.06646
64 Cemara 4.5 2.9 2.8 1.40 0.00062 0.07996 0.05088
65 Cemara 2.4 1.6 4 0.64 0.00013 0.01655 0.01053
Archontophoenix
66 Palem Ratu 8.9 3 3 1.50 0.00071
Alescandrae 0.09179 0.05841
Archontophoenix
67 Palem Ratu 8.7 2.9 3.2 1.60 0.00080
Alescandrae 0.10444 0.06646
Archontophoenix
68 Palem Ratu 8.2 2.7 2.9 1.45 0.00066
Alescandrae 0.08577 0.05458
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
Archontophoenix
69 Palem Ratu 5.3 1.5 3 1.50 0.00071
Alescandrae 0.09179 0.05841
Archontophoenix
70 Palem Ratu 5 1.3 3 1.50 0.00071
Alescandrae 0.09179 0.05841
71 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 3 1.6 2.5 1.25 0.00049 0.06374 0.04056
72 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 1.2 1.6 0.80 0.00020 0.02611 0.01662
73 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.6 1.25 1.5 0.75 0.00018 0.02295 0.0146
74 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 1 1.3 0.65 0.00013 0.01724 0.01097
75 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 1.2 1 0.50 0.00008 0.0102 0.00649
76 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.5 1 1.3 0.65 0.00013 0.01724 0.01097
77 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.8 1.6 1.2 0.60 0.00011 0.01469 0.00935
78 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 1.2 2 1.00 0.00031 0.0408 0.02596
79 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 0.9 1.24 0.62 0.00012 0.01568 0.00998
80 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 2.4 1.1 1.25 0.63 0.00012 0.01594 0.01014
81 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.3 3.9 1.5 0.75 0.00018 0.02295 0.0146
82 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.3 3.8 1.6 0.80 0.00020 0.02611 0.01662
83 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.7 4.4 1.4 0.70 0.00015 0.01999 0.01272
84 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.2 3.8 1.7 0.85 0.00023 0.02948 0.01876
85 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.5 4.1 1.9 0.95 0.00028 0.03682 0.02343
86 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.3 3.9 2 1.00 0.00031 0.0408 0.02596
87 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.4 4 1.4 0.70 0.00015 0.01999 0.01272
88 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.3 3.9 1.4 0.70 0.00015 0.01999 0.01272
89 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.4 3.9 1.5 0.75 0.00018 0.02295 0.0146
90 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.4 4 1.7 0.85 0.00023 0.02948 0.01876
91 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.3 3.9 1.4 0.70 0.00015 0.01999 0.01272
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
92 Mangga 8.6 6.3 1.7 0.85 0.00023 0.02948 0.01876
93 Pterocarpus indicus Angsana 7 4.9 3 1.50 0.00071 0.09179 0.05841
94 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 4.2 2.1 1.4 0.22 0.00002 0.00203 0.00129
95 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.5 3.3 1.4 0.22 0.00002 0.00203 0.00129
96 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 6.1 3.1 1.4 0.22 0.00002 0.00203 0.00129
97 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 3.6 2.6 1.7 0.27 0.00002 0.00299 0.0019
98 Polyalthia longifolia Glodogan Tiang 3.2 2.25 1.9 0.30 0.00003 0.00373 0.00238
99 Pterocarpus indicus Angsana 13 10.1 4 2.00 0.00126 0.16319 0.10385
10
Pterocarpus indicus Angsana 10 7.1 3.8 1.90 0.00113
0 0.14728 0.09372
10
Pterocarpus indicus Angsana 9.1 6.2 4.3 2.15 0.00145
1 0.18858 0.12001
10
Pterocarpus indicus Angsana 9.8 6.9 4 2.00 0.00126
2 0.16319 0.10385
10
Pterocarpus indicus Angsana 10.2 7.3 3.9 1.95 0.00119
3 0.15513 0.09872
10
Pterocarpus indicus Angsana 10.2 7.3 3.9 1.95 0.00119
4 0.15513 0.09872
10
Pterocarpus indicus Angsana 10.2 7.3 3.9 1.95 0.00119
5 0.15513 0.09872
10
Cemara 2.4 1.45 2.4 0.38 0.00005
6 0.00596 0.00379
PERDU/SEMAK
10 Archontophoenix
Palem Ratu 4.6 0.8 3 1.50 0.00071
7 Alescandrae 0.01 0.00565
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
10
Cordyline sp. 1.7 0.8 1.2 0.19 0.00001
8 0.00 9.2E-05
10 Daun Pucuk
1.7 1.2 3.4 0.54 0.00009
9 Merah 0.00 0.00074
11 Daun Pucuk
1.1 0.7 3 0.48 0.00007
0 Merah 0.00 0.00057
11
Cordyline sp. 1.1 0.6 0.8 0.13 0.00001
1 0.00 4.1E-05
11
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
2 0.00 6.4E-05
11 Daun Pucuk
1.3 1 1.5 0.24 0.00002
3 Merah 0.00 0.00014
11 Daun Pucuk
1.3 1 1.9 0.30 0.00003
4 Merah 0.00 0.00023
11 Daun Pucuk
1.3 1 2 0.32 0.00003
5 Merah 0.00 0.00025
11 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
6 Merah 0.00 0.00028
11 Daun Pucuk
1.3 1 2.2 0.35 0.00004
7 Merah 0.00 0.00031
11 Daun Pucuk
1.3 1 1.95 0.31 0.00003
8 Merah 0.00 0.00024
11 Daun Pucuk
1.3 1 1.8 0.29 0.00003
9 Merah 0.00 0.00021
12 Daun Pucuk
1.3 1 1.7 0.27 0.00002
0 Merah 0.00 0.00018
12 Daun Pucuk
1.3 1 1.9 0.30 0.00003
1 Merah 0.00 0.00023
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
12 Daun Pucuk
1.3 1 2 0.32 0.00003
2 Merah 0.00 0.00025
12 Daun Pucuk
1.3 1 2 0.32 0.00003
3 Merah 0.00 0.00025
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.5 0.40 0.00005
4 Merah 0.00 0.0004
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
5 Merah 0.00 0.00037
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.7 0.43 0.00006
6 Merah 0.00 0.00046
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
7 Merah 0.00 0.00037
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.5 0.40 0.00005
8 Merah 0.00 0.0004
12 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
9 Merah 0.00 0.00037
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
0 Merah 0.00 0.00037
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
1 Merah 0.00 0.00028
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
2 Merah 0.00 0.00028
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.3 0.37 0.00004
3 Merah 0.00 0.00034
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.6 0.41 0.00005
4 Merah 0.00 0.00043
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.6 0.41 0.00005
5 Merah 0.00 0.00043
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
13 Daun Pucuk
1.3 1 2 0.32 0.00003
6 Merah 0.00 0.00025
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.3 0.37 0.00004
7 Merah 0.00 0.00034
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.3 0.37 0.00004
8 Merah 0.00 0.00034
13 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
9 Merah 0.00 0.00037
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
0 Merah 0.00 0.00028
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
1 Merah 0.00 0.00028
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
2 Merah 0.00 0.00028
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.6 0.41 0.00005
3 Merah 0.00 0.00043
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.1 0.33 0.00004
4 Merah 0.00 0.00028
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.8 0.45 0.00006
5 Merah 0.00 0.0005
14 Daun Pucuk
1.3 1 3 0.48 0.00007
6 Merah 0.00 0.00057
14 Daun Pucuk
1.3 1 2.4 0.38 0.00005
7 Merah 0.00 0.00037
14 Daun Pucuk
1.3 1 3 0.48 0.00007
8 Merah 0.00 0.00057
14
Bougenvile 1.8 1.6 2.9 0.46 0.00007
9 0.00 0.00054
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
15
Bougenvile 1.7 1.5 2.6 0.41 0.00005
0 0.00 0.00043
15
Bougenvile 1.7 1.4 2.6 0.41 0.00005
1 0.00 0.00043
15
Bougenvile 1.8 1.55 2.5 0.40 0.00005
2 0.00 0.0004
15
Bougenvile 1.6 1.3 2.4 0.38 0.00005
3 0.00 0.00037
15
Duranta sp. Pangkas Kuning 1.9 0.4 2.7 0.43 0.00006
4 0.00 0.00046
15
Duranta sp. Pangkas Kuning 1.9 0.3 2.6 0.41 0.00005
5 0.00 0.00043
15
Bougenvile 1.9 1.6 2.1 0.33 0.00004
6 0.00 0.00028
15 Daun Pucuk
1.8 1.2 4.5 0.72 0.00016
7 Merah 0.00 0.00129
15 Daun Pucuk
2 1.3 3.6 0.57 0.00010
8 Merah 0.00 0.00082
15 Daun Pucuk
2 1 3.5 0.56 0.00010
9 Merah 0.00 0.00078
16 Daun Pucuk
2.2 1.2 3.7 0.59 0.00011
0 Merah 0.00 0.00087
16 Daun Pucuk
0.9 0.6 1.34 0.21 0.00001
1 Merah 0.00 0.00011
16 Daun Pucuk
2 1.2 2.4 0.38 0.00005
2 Merah 0.00 0.00037
16 Daun Pucuk
2 1.25 2.1 0.33 0.00004
3 Merah 0.00 0.00028
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
16 Daun Pucuk
2.1 1.3 2.1 0.33 0.00004
4 Merah 0.00 0.00028
16 Daun Pucuk
2 1.1 2.3 0.37 0.00004
5 Merah 0.00 0.00034
16 Daun Pucuk
2.1 1.2 2.6 0.41 0.00005
6 Merah 0.00 0.00043
16 Daun Pucuk
2 1.3 2.6 0.41 0.00005
7 Merah 0.00 0.00043
16 Daun Pucuk
2 1.1 2 0.32 0.00003
8 Merah 0.00 0.00025
16 Daun Pucuk
2 1.4 2.3 0.37 0.00004
9 Merah 0.00 0.00034
17 Daun Pucuk
2 1.4 2.3 0.37 0.00004
0 Merah 0.00 0.00034
17 Daun Pucuk
2 1.1 2.4 0.38 0.00005
1 Merah 0.00 0.00037
17 Daun Pucuk
2 1.3 2.1 0.33 0.00004
2 Merah 0.00 0.00028
17 Daun Pucuk
2.2 1.4 2.1 0.33 0.00004
3 Merah 0.00 0.00028
17 Daun Pucuk
2.1 1.3 2.1 0.33 0.00004
4 Merah 0.00 0.00028
17 Daun Pucuk
1 0.7 2.6 0.41 0.00005
5 Merah 0.00 0.00043
17 Daun Pucuk
1.4 0.7 2.1 0.33 0.00004
6 Merah 0.00 0.00028
17 Daun Pucuk
1.5 0.8 2.8 0.45 0.00006
7 Merah 0.00 0.0005
Nama Pohon Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
No Kanopi Kanopi CO2 CO
Latin Indonesia (m) Pohon Pohon
(m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
17 Daun Pucuk
1.6 0.8 3 0.48 0.00007
8 Merah 0.00 0.00057
17 Daun Pucuk
1.8 1 2.4 0.38 0.00005
9 Merah 0.00 0.00037
18 Daun Pucuk
1.9 1.2 3 0.48 0.00007
0 Merah 0.00 0.00057
18
Kemuning 3 2.15 1.6 0.80 0.00020
1 0.00 0.00161
18 Phychosperma Palem Mac
3.4 2.3 3.4 0.54 0.00009
2 Macarthurti Arthur's 0.00 0.00074
18
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
3 0.00 6.4E-05
18
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
4 0.00 6.4E-05
18
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
5 0.00 6.4E-05
18
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
6 0.00 6.4E-05
18
Cordyline sp. 2 0.7 1 0.16 0.00001
7 0.00 6.4E-05
18
Iresine Herbistii 50 1.2 0.2 60.00 0.00600
8 0.08 0.04794
ZONA II
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
POHON
1 Pterocarpus Indicus Angsana 4.5 2 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
2 Pterocarpus Indicus Angsana 4.5 2.1 2.3 1.15 4.15 0.0004 0.05395 0.0343339
3 Pterocarpus Indicus Angsana 11.3 4 2.6 1.30 5.31 0.0005 0.06895 0.0438747
4 Albizia saman Trembesi 2.9 1.3 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
5 Albizia saman Trembesi 4.8 2.2 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
6 Pterocarpus Indicus Angsana 4.1 2 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
7 Pterocarpus Indicus Angsana 13.2 6.1 4 2.00 12.56 0.0013 0.16319 0.1038455
Archontophoenix
8 Palem Ratu 4.1 1.3 2.5 1.25 4.91 0.0005 0.06374 0.0405647
Alescandrae
9 Pterocarpus Indicus Angsana 7.6 3 3 1.50 7.07 0.0007 0.09179 0.0584131
10 Pterocarpus Indicus Angsana 7.6 3 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
11 Pterocarpus Indicus Angsana 5.2 2.2 1.8 0.90 2.54 0.0003 0.03305 0.0210287
12 Pterocarpus Indicus Angsana 2.5 1.2 1.8 0.90 2.54 0.0003 0.03305 0.0210287
13 Pterocarpus Indicus Angsana 7.6 4.3 2.4 1.20 4.52 0.0005 0.05875 0.0373844
14 Pterocarpus Indicus Angsana 7.9 3.9 2.5 1.25 4.91 0.0005 0.06374 0.0405647
15 Albizia saman Trembesi 6.3 2.7 2.3 1.15 4.15 0.0004 0.05395 0.0343339
16 Albizia saman Trembesi 5.6 2.7 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
17 Cemara 4.1 3 1.9 0.95 2.83 0.0003 0.03682 0.0234301
18 Albizia saman Trembesi 4 2.1 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
19 Albizia saman Trembesi 4 1.9 1.8 0.90 2.54 0.0003 0.03305 0.0210287
20 Pterocarpus Indicus Angsana 5.6 3.4 1.7 0.85 2.27 0.0002 0.02948 0.0187571
21 Pterocarpus Indicus Angsana 14.2 5.3 4.5 2.25 15.90 0.0016 0.20653 0.1314295
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
22 Pterocarpus Indicus Angsana 6 2.6 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
23 Pterocarpus Indicus Angsana 6 2.8 2.3 1.15 4.15 0.0004 0.05395 0.0343339
24 Pterocarpus Indicus Angsana 6.9 3.2 2.5 1.25 4.91 0.0005 0.06374 0.0405647
25 Albizia saman Trembesi 4.4 2 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
26 Terminalia Molineti 4.9 2.8 2.3 1.15 4.15 0.0004 0.05395 0.0343339
27 Terminalia Molineti 4.9 2.7 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
28 Terminalia Molineti 4.4 2.7 2.2 1.10 3.80 0.0004 0.04936 0.0314133
29 Terminalia Molineti 4.5 2.7 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
30 Terminalia Molineti 4.5 2.8 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
31 Terminalia Molineti 4.5 2.4 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
32 Terminalia Molineti 4.5 2.8 2.5 1.25 4.91 0.0005 0.06374 0.0405647
33 Terminalia Molineti 4.5 2.7 2.2 1.10 3.80 0.0004 0.04936 0.0314133
34 Terminalia Molineti 4.5 2.7 2 1.00 3.14 0.0003 0.04080 0.0259614
35 Pterocarpus Indicus Angsana 14.3 5.4 6 3.00 28.26 0.0028 0.36717 0.2336524
36 Pterocarpus Indicus Angsana 19.5 6 6.9 3.45 37.37 0.0037 0.48558 0.3090053
37 Pterocarpus Indicus Angsana 19.5 6.2 6.7 3.35 35.24 0.0035 0.45784 0.2913516
38 Pterocarpus Indicus Angsana 19.5 6.3 6.7 3.35 35.24 0.0035 0.45784 0.2913516
39 Pterocarpus Indicus Angsana 12 5 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
40 Pterocarpus Indicus Angsana 17.9 6 5.4 2.70 22.89 0.0023 0.29741 0.1892584
41 Pterocarpus Indicus Angsana 7 4 3.2 1.60 8.04 0.0008 0.10444 0.0664611
42 Pterocarpus Indicus Angsana 4.8 2.1 3 1.50 7.07 0.0007 0.09179 0.0584131
43 Pterocarpus Indicus Angsana 8.9 4.2 4.2 2.10 13.85 0.0014 0.17991 0.1144897
44 Pterocarpus Indicus Angsana 12.1 4 3 1.50 7.07 0.0007 0.09179 0.0584131
45 Albizia saman Trembesi 4.6 2.4 2.6 1.30 5.31 0.0005 0.06895 0.0438747
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
46 Albizia saman Trembesi 2.8 1.1 2.6 1.30 5.31 0.0005 0.06895 0.0438747
47 Pterocarpus Indicus Angsana 8 4.2 4.1 2.05 13.20 0.0013 0.17145 0.1091027
48 Mangga 7.1 3.9 4 2.00 12.56 0.0013 0.16319 0.1038455
49 Pterocarpus Indicus Angsana 12.9 8.4 6 3.00 28.26 0.0028 0.36717 0.2336524
50 Albizia saman Trembesi 16.2 10.4 6 3.00 28.26 0.0028 0.36717 0.2336524
51 Albizia saman Trembesi 5.3 2.5 5.2 2.60 21.23 0.0021 0.27578 0.1754989
52 Pterocarpus Indicus Angsana 6.2 0.5 0.8 0.40 0.50 0.0001 0.00653 0.0041538
53 Pterocarpus Indicus Angsana 11.1 8.6 5.8 2.90 26.41 0.0026 0.34310 0.2183352
54 Pterocarpus Indicus Angsana 9.5 5.3 4.3 2.15 14.51 0.0015 0.18858 0.1200065
55 Mangga 9.2 4.6 6.3 3.15 31.16 0.0031 0.40480 0.2576018
56 Mangga 8 3.3 4.6 2.30 16.61 0.0017 0.21581 0.1373357
57 Ketapang 5 2.1 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
58 Pterocarpus Indicus Angsana 12 2 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
59 Albizia saman Trembesi 9.5 1.5 4.3 2.15 14.51 0.0015 0.18858 0.1200065
60 Albizia saman Trembesi 9.4 1.4 4 2.00 12.56 0.0013 0.16319 0.1038455
61 Albizia saman Trembesi 9.5 1.5 4.6 2.30 16.61 0.0017 0.21581 0.1373357
62 Albizia saman Trembesi 14 9.1 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
63 Albizia saman Trembesi 15.1 10 6 3.00 28.26 0.0028 0.36717 0.2336524
64 Albizia saman Trembesi 13 7.2 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
65 Ketapang 14 4.9 4.7 2.35 17.34 0.0017 0.22530 0.1433717
66 Ketapang 14.2 3 5.2 2.60 21.23 0.0021 0.27578 0.1754989
67 Albizia saman Trembesi 15 4 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
68 Albizia saman Trembesi 17 4.1 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
69 Albizia saman Trembesi 14 4 4 2.00 12.56 0.0013 0.16319 0.1038455
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
70 Angsana 14 8.1 7 3.50 38.47 0.0038 0.49976 0.3180269
71 Trembesi 13.4 7.7 6.8 3.40 36.30 0.0036 0.47161 0.3001135
72 Trembesi 14.8 9 6.1 3.05 29.21 0.0029 0.37951 0.2415057
73 Ketapang 14 8.1 5 2.50 19.63 0.0020 0.25498 0.1622586
Archontophoenix
74 Palem Ratu 13.1 7.4 4 2.00 12.56 0.0013 0.16319 0.1038455
Alescandrae
75 Ketapang 13 7.1 4.2 2.10 13.85 0.0014 0.17991 0.1144897
76 Angsana 11.1 5.2 6.1 3.05 29.21 0.0029 0.37951 0.2415057
Archontophoenix
77 Palem Ratu 4.5 1.4 1.6 0.80 2.01 0.0002 0.02611 0.0166153
Alescandrae
Archontophoenix
78 Palem Ratu 5.4 0.8 1.9 0.95 2.83 0.0003 0.03682 0.0234301
Alescandrae
79 Mangga 13 7.1 3 1.50 7.07 0.0007 0.09179 0.0584131
PERDU/SEMAK
80 Hemigraphis Bicolor 0.62 0.5 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
81 Cordyline sp. Hanjuang 1.6 0.9 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
82 Hemigraphis Bicolor 0.55 0.4 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
83 Hemigraphis Bicolor 1.1 0.7 1.4 0.22 0.16 0.00002 0.00020 0.0001247
84 Cordyline sp. Hanjuang 2 0.7 2.1 0.33 0.35 0.00004 0.00044 0.0002805
85 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.35 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
86 Hemigraphis Bicolor 0.32 0.32 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
87 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
88 Bougenville 0.85 0.85 2 0.32 0.32 0.00003 0.00040 0.0002545
89 Hemigraphis Bicolor 0.9 0.9 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
90 Longifolia 0.4 0.4 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
91 Longifolia 0.4 0.4 1.7 0.27 0.23 0.00002 0.00029 0.0001839
92 Canna sp 1 0.8 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
93 Bougenville 1 0.7 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
94 Hemigraphis Bicolor 0.9 0.4 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
95 Cordyline sp. Hanjuang 0.55 0.23 0.85 0.14 0.06 0.00001 0.00007 0.0000460
96 Cordyline sp. Hanjuang 1.3 0.5 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
97 Cordyline sp. Hanjuang 0.45 0.3 0.8 0.13 0.05 0.00001 0.00006 0.0000407
98 Cordyline sp. Hanjuang 0.57 0.3 0.9 0.14 0.06 0.00001 0.00008 0.0000515
99 Cordyline sp. Hanjuang 0.8 0.4 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
Phychosperma Palem Mac
100 2.2 1.4 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
101 2.4 1.49 4.1 0.65 1.34 0.00013 0.00168 0.0010694
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
102 1.6 0.75 3.7 0.59 1.09 0.00011 0.00137 0.0008709
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
103 2.2 1.26 3.8 0.61 1.15 0.00011 0.00144 0.0009186
Macarthurti Arthur's
104 Cordyline sp. Hanjuang 0.9 0.3 1.3 0.21 0.13 0.00001 0.00017 0.0001075
Phychosperma Palem Mac
105 1.3 1.3 3.9 0.62 1.21 0.00012 0.00152 0.0009676
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
106 1.4 1.4 3.8 0.61 1.15 0.00011 0.00144 0.0009186
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
107 2.8 0.6 4.1 0.65 1.34 0.00013 0.00168 0.0010694
Macarthurti Arthur's
108 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 4 0.64 1.27 0.00013 0.00160 0.0010179
109 Agave Angutifolia Marginata 0.7 0.7 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
110 Agave Angutifolia Marginata 0.3 0.3 0.8 0.13 0.05 0.00001 0.00006 0.0000407
111 Sansevieria sp. Lidah Mertua 0.8 0.8 0.9 0.14 0.06 0.00001 0.00008 0.0000515
112 Cordyline sp. 0.3 0.3 0.8 0.13 0.05 0.00001 0.00006 0.0000407
113 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 2 0.32 0.32 0.00003 0.00040 0.0002545
114 Canna sp. Kana 0.9 0.9 2 0.32 0.32 0.00003 0.00040 0.0002545
115 Canna sp. Kana 0.7 0.7 2 0.32 0.32 0.00003 0.00040 0.0002545
Simbang
116 Hemigraphis Bicolor 0.3 0.3 0.6 0.10 0.03 0.00000 0.00004 0.0000229
darah
117 Iresine Herbistii 0.8 0.8 1 0.16 0.08 0.00001 0.00010 0.0000636
118 Iresine Herbistii 0.9 0.9 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
Simbang
119 Hemigraphis Bicolor 0.3 0.3 0.7 0.11 0.04 0.00000 0.00005 0.0000312
darah
120 Iresine Herbistii 1 1 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
121 Iresine Herbistii 1 1 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
122 Acalypha sp 1.5 1.5 3.1 0.49 0.77 0.00008 0.00096 0.0006114
123 Cordyline sp. 0.7 0.7 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
124 Cordyline sp. 0.7 0.7 2.9 0.46 0.67 0.00007 0.00084 0.0005350
125 Cordyline sp. 0.9 0.3 4.6 0.73 1.68 0.00017 0.00212 0.0013461
126 Cordyline sp. 0.7 0.2 2.9 0.46 0.67 0.00007 0.00084 0.0005350
127 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
128 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 2.3 0.37 0.42 0.00004 0.00053 0.0003365
129 Acalypha sp 1.5 1.5 3.2 0.51 0.82 0.00008 0.00102 0.0006514
130 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
131 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 2.1 0.33 0.35 0.00004 0.00044 0.0002805
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
132 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 2.7 0.43 0.58 0.00006 0.00073 0.0004638
133 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 2.7 0.43 0.58 0.00006 0.00073 0.0004638
134 Hemigraphis Bicolor 1.1 1.1 4.8 0.76 1.83 0.00018 0.00230 0.0014657
135 Hemigraphis Bicolor 0.9 0.9 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
136 Iresine Herbistii 0.7 0.7 1.38 0.22 0.15 0.00002 0.00019 0.0001212
Phychosperma Palem Mac
137 1.2 1.2 2.4 0.38 0.46 0.00005 0.00058 0.0003664
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
138 0.8 0.8 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
139 1.3 1.3 3.7 0.59 1.09 0.00011 0.00137 0.0008709
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
140 1.5 1.5 2.6 0.41 0.54 0.00005 0.00068 0.0004300
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
141 1.8 1.8 2.5 0.40 0.50 0.00005 0.00062 0.0003976
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
142 0.3 0.3 0.81 0.13 0.05 0.00001 0.00007 0.0000417
Macarthurti Arthur's
143 Teh-tehan 0.55 0.55 8.5 4.68 68.63 0.00686 0.08617 0.0548340
144 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 6.2 0.99 3.06 0.00031 0.00384 0.0024454
145 Hemigraphis Bicolor 0.9 0.9 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
146 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 2.35 0.37 0.44 0.00004 0.00055 0.0003513
147 Hemigraphis Bicolor 0.6 0.6 5 0.80 1.99 0.00020 0.00250 0.0015904
148 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 6.5 1.04 3.36 0.00034 0.00422 0.0026878
149 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 6.6 1.05 3.47 0.00035 0.00435 0.0027711
150 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 0.48 0.08 0.02 0.00000 0.00002 0.0000147
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
151 Hemigraphis Bicolor 0.5 0.5 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
152 Hemigraphis Bicolor 1.7 1 2.5 0.40 0.50 0.00005 0.00062 0.0003976
153 Hemigraphis Bicolor 1.7 1.2 2.5 0.40 0.50 0.00005 0.00062 0.0003976
154 Hemigraphis Bicolor 0.5 0.5 2.1 0.33 0.35 0.00004 0.00044 0.0002805
155 Hemigraphis Bicolor 0.5 0.5 2.5 0.40 0.50 0.00005 0.00062 0.0003976
156 Iresine Herbistii 0.7 0.7 2.8 0.45 0.62 0.00006 0.00078 0.0004988
157 Hemigraphis Bicolor 0.6 0.6 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
158 Hemigraphis Bicolor 0.6 0.6 2.3 0.37 0.42 0.00004 0.00053 0.0003365
159 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 0.9 0.14 0.06 0.00001 0.00008 0.0000515
160 Murraya Bicolor 0.8 0.8 2.5 0.40 0.50 0.00005 0.00062 0.0003976
161 Murraya Bicolor 0.7 0.7 2.1 0.33 0.35 0.00004 0.00044 0.0002805
162 Iresine Herbistii 0.3 0.3 2.15 0.34 0.37 0.00004 0.00046 0.0002941
163 Iresine Herbistii 0.7 0.7 0.6 0.10 0.03 0.00000 0.00004 0.0000229
164 Iresine Herbistii 0.8 0.8 0.6 0.10 0.03 0.00000 0.00004 0.0000229
165 Iresine Herbistii 0.7 0.7 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
166 Teh-tehan 2 0.6 8.4 16.80 886.23 0.08862 1.11275 0.7081168
167 Teh-tehan 1.8 1 10.5 18.90 1121.64 0.11216 1.40833 0.8962103
168 Teh-tehan 1.7 1.1 9.7 16.49 853.83 0.08538 1.07207 0.6822250
169 Hemigraphis Bicolor 0.6 0.6 2.9 0.46 0.67 0.00007 0.00084 0.0005350
170 Canna sp. 1 1 2.7 0.43 0.58 0.00006 0.00073 0.0004638
171 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
172 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 1.4 0.22 0.16 0.00002 0.00020 0.0001247
173 Hemigraphis Bicolor 0.7 0.7 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
174 Canna sp. 1.2 0.6 2.6 0.41 0.54 0.00005 0.00068 0.0004300
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
175 Cordyline sp. 0.7 0.7 6 0.96 2.87 0.00029 0.00360 0.0022902
176 Canna sp. 1.4 1.4 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
177 Cordyline sp. 0.8 0.8 3.5 0.56 0.98 0.00010 0.00122 0.0007793
178 Cordyline sp. 0.6 0.6 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
179 Hemigraphis Bicolor 0.5 0.5 2.3 0.37 0.42 0.00004 0.00053 0.0003365
180 Hemigraphis Bicolor 1.8 0.8 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
181 Cordyline sp. 2 0.9 6 0.96 2.87 0.00029 0.00360 0.0022902
Chlorophytum
182 Es Lilin Hijau 0.9 0.4 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
183 Es Lilin Hijau 0.8 0.34 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
184 Es Lilin Hijau 0.3 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
185 Es Lilin Hijau 0.25 0.25 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
186 Es Lilin Hijau 0.7 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
187 Es Lilin Hijau 0.5 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
188 Es Lilin Hijau 0.5 0.35 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
189 Es Lilin Hijau 0.4 0.4 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
190 Es Lilin Hijau 0.2 0.2 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
191 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
Chlorophytum
192 Es Lilin Hijau 0.6 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
193 Es Lilin Hijau 0.4 0.4 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
194 Es Lilin Hijau 0.3 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
195 Es Lilin Hijau 0.3 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
196 Es Lilin Hijau 0.4 0.4 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
197 Es Lilin Hijau 0.8 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
198 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
199 Es Lilin Hijau 0.7 0.25 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
200 Es Lilin Hijau 0.8 0.34 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
201 Es Lilin Hijau 0.5 0.65 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
202 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
203 Es Lilin Hijau 5 0.6 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
204 Es Lilin Hijau 0.6 0.35 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Chlorophytum
205 Es Lilin Hijau 0.7 0.3 0.1 0.02 0.00 0.00000 0.00000 0.0000006
Bichetti
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
Chlorophytum
206 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
Bichetti
Chlorophytum
207 Es Lilin Hijau 0.7 0.3 1.8 0.29 0.26 0.00003 0.00032 0.0002061
Bichetti
Chlorophytum
208 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 2.4 0.38 0.46 0.00005 0.00058 0.0003664
Bichetti
Phychosperma Palem Mac
209 1.8 0.8 2.7 0.43 0.58 0.00006 0.00073 0.0004638
Macarthurti Arthur's
Phychosperma Palem Mac
210 1.3 0.71 2.2 0.35 0.39 0.00004 0.00048 0.0003079
Macarthurti Arthur's
Chlorophytum
211 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
Bichetti
Chlorophytum
212 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 2.01 0.32 0.32 0.00003 0.00040 0.0002570
Bichetti
Chlorophytum
213 Es Lilin Hijau 0.8 0.8 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Bichetti
Chlorophytum
214 Es Lilin Hijau 0.5 0.5 2.3 0.37 0.42 0.00004 0.00053 0.0003365
Bichetti
Phychosperma Palem Mac
215 2.2 2.2 4.2 0.67 1.40 0.00014 0.00176 0.0011222
Macarthurti Arthur's
Chlorophytum
216 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Bichetti
Chlorophytum
217 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Bichetti
Chlorophytum
218 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.2 0.51 0.82 0.00008 0.00102 0.0006514
Bichetti
Chlorophytum
219 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.1 0.49 0.77 0.00008 0.00096 0.0006114
Bichetti
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
Chlorophytum
220 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Bichetti
Chlorophytum
221 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
Bichetti
Chlorophytum
222 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3 0.48 0.72 0.00007 0.00090 0.0005725
Bichetti
Chlorophytum
223 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.2 0.51 0.82 0.00008 0.00102 0.0006514
Bichetti
Chlorophytum
224 Es Lilin Hijau 0.8 0.4 3.3 0.53 0.87 0.00009 0.00109 0.0006928
Bichetti
225 Cordyline sp. 1.4 0.8 0.8 1.12 1.12 0.00011 0.00141 0.0008949
Phychosperma Palem Mac
226 1.5 0.6 4.3 0.68 1.47 0.00015 0.00185 0.0011763
Macarthurti Arthur's
227 Cordyline sp. 0.9 0.9 1.9 0.30 0.29 0.00003 0.00036 0.0002297
228 Cordyline sp. 0.9 0.7 1.7 0.27 0.23 0.00002 0.00029 0.0001839
229 Teh-tehan 0.9 0.15 0.8 0.72 1.63 0.00016 0.00204 0.0013006
230 Hemigraphis Bicolor 0.35 0.35 1.5 0.24 0.18 0.00002 0.00022 0.0001431
231 Hemigraphis Bicolor 0.8 0.8 1.2 0.19 0.11 0.00001 0.00014 0.0000916
232 Hemigraphis Bicolor 0.4 0.4 1.3 0.21 0.13 0.00001 0.00017 0.0001075
Phychosperma Palem Mac
233 1.6 0.8 3.2 0.51 0.82 0.00008 0.00102 0.0006514
Macarthurti Arthur's
234 Cordyline sp. 0.3 0.3 2.16 0.34 0.37 0.00004 0.00047 0.0002968
235 Cordyline sp. 0.6 0.4 0.6 0.10 0.03 0.00000 0.00004 0.0000229
236 Cordyline sp. 0.45 0.25 0.6 0.10 0.03 0.00000 0.00004 0.0000229
237 Iresine Herbistii 3.1 0.9 1.3 4.03 2.79 0.00028 0.00350 0.0022293
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
Chlorophytum
238 Es Lilin Hijau 1.6 0.75 0.5 0.8 1.20 0.00012 0.00151 0.0009588
Bichetti
Chlorophytum
239 Es Lilin Hijau 1.6 0.4 0.3 0.48 0.64 0.00006 0.00080 0.0005114
Bichetti
240 Canna sp. 6.7 0.8 1.04 6.968 5.36 0.00054 0.00673 0.0042827
241 Cordyline sp. 3.5 0.8 1 3.5 2.80 0.00028 0.00352 0.0022373
242 Cordyline sp. 6.7 0.75 1.03 6.901 5.03 0.00050 0.00631 0.0040151
243 Canna sp. 2.8 0.5 1.1 3.08 1.40 0.00014 0.00176 0.0011186
244 Hemigraphis Bicolor 3.2 3.6 0.25 5.76 5.76 0.00058 0.00723 0.0046023
245 Hemigraphis Bicolor 3.2 3.6 0.25 5.76 5.76 0.00058 0.00723 0.0046023
246 Hemigraphis Bicolor 3.2 3.6 0.25 5.76 5.76 0.00058 0.00723 0.0046023
247 Hemigraphis Bicolor 3.2 3.6 0.25 5.76 5.76 0.00058 0.00723 0.0046023
248 Hemigraphis Bicolor 3.2 3.6 0.25 5.76 5.76 0.00058 0.00723 0.0046023
249 Taberna montana 2.8 2.1 0.35 2.94 2.94 0.00029 0.00369 0.0023491
250 Taberna montana 2.8 2.1 0.35 2.94 2.94 0.00029 0.00369 0.0023491
251 Taberna montana 2.8 2.1 0.35 2.94 2.94 0.00029 0.00369 0.0023491
252 Taberna montana 2.8 2.1 0.35 2.94 2.94 0.00029 0.00369 0.0023491
253 Taberna montana 2.8 2.1 0.35 2.94 2.94 0.00029 0.00369 0.0023491
254 Iresine Herbistii 5 1.9 0.31 1.55 9.50 0.00095 0.01193 0.0075907
255 Hemigraphis Bicolor 4 1 0.5 2 4.00 0.00040 0.00502 0.0031961
256 Iresine Herbistii 3 2.3 2 6 6.90 0.00069 0.00866 0.0055132
257 Iresine Herbistii 0.8 0.8 1.2 0.96 0.64 0.00006 0.00080 0.0005114
258 Teh-tehan 3.1 0.8 0.7 2.17 2.48 0.00025 0.00311 0.0019816
259 Teh-tehan 4.15 0.9 0.75 3.1125 3.74 0.00037 0.00469 0.0029843
Diameter Jari-jari Daya
Tinggi Daya
Tinggi Kanopi Kanopi Serap
Nama Pohon Kanopi Luas Kanopi Serap
No (m) Pohon Pohon CO2
(m) CO
(m) (m) (kg/jam
(kg/jam)
Latin Indonesia m2 ha
260 Teh-tehan 0.9 0.9 0.8 0.72 0.81 0.00008 0.00102 0.0006472
Archontophoenix
261 Palem Ratu 1.9 1 1.6 0.25 0.20 0.00002 0.00026 0.0001629
Alescandrae
Archontophoenix
262 Palem Ratu 1.67 1 1.45 0.23 0.17 0.00002 0.00021 0.0001338
Alescandrae
263 Cordyline sp. Hanjuang 1.34 0.7 0.8 0.13 0.05 0.00001 0.00006 0.0000407
264 Cordyline sp. Hanjuang 1.2 0.8 0.95 0.15 0.07 0.00001 0.00009 0.0000574
ZONA III
Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
N Nama Pohon Kanopi Kanopi CO2 CO
(m) Pohon Pohon
o (m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
Latin Indonesia
POHON
1 Pterocarpus indicus Angsana 13.10 6.00 5.50 2.75 0.0024 0.31 0.19633
2 Pterocarpus indicus Angsana 14.00 6.40 5.50 2.75 0.0024 0.31 0.19633
3 Pterocarpus indicus Angsana 14.00 7.10 5.40 2.70 0.0023 0.30 0.18926
4 Pterocarpus indicus Angsana 15.00 7.90 5.50 2.75 0.0024 0.31 0.19633
5 Pterocarpus indicus Angsana 6.10 3.10 5.00 2.50 0.0020 0.25 0.16226
6 Pterocarpus indicus Angsana 7.40 4.60 5.30 2.65 0.0022 0.29 0.18231
7 Pterocarpus indicus Angsana 7.10 4.60 5.00 2.50 0.0020 0.25 0.16226
8 Pterocarpus indicus Angsana 10.00 5.80 5.00 2.50 0.0020 0.25 0.16226
9 Pterocarpus indicus Angsana 7.50 2.60 5.10 2.55 0.0020 0.27 0.16881
10 Pterocarpus indicus Angsana 6.10 2.20 3.00 1.50 0.0007 0.09 0.05841
11 Pterocarpus indicus Angsana 17.70 7.40 5.40 2.70 0.0023 0.30 0.18926
12 Pterocarpus indicus Angsana 7.40 5.30 5.00 2.50 0.0020 0.25 0.16226
13 Pterocarpus indicus Angsana 5.00 2.90 3.00 1.50 0.0007 0.09 0.05841
14 Pterocarpus indicus Angsana 10.00 6.30 3.40 1.70 0.0009 0.12 0.07503
PERDU/SEMAK
Daun Pucuk
15 2.10 1.50 2.80 0.45 0.000062 0.00
Merah 0.0005
Daun Pucuk
16 1.90 1.00 4.70 0.75 0.000176 0.00
Merah 0.00141
Daun Pucuk
17 2.00 0.90 2.80 0.45 0.000062 0.00
Merah 0.0005
Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
N Nama Pohon Kanopi Kanopi CO2 CO
(m) Pohon Pohon
o (m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
Latin Indonesia
Daun Pucuk
18 1.58 0.90 3.40 0.54 0.000092 0.00
Merah 0.00074
Daun Pucuk
19 2.00 1.70 2.20 0.35 0.000039 0.00
Merah 0.00031
Daun Pucuk
20 1.70 1.10 2.15 0.34 0.000037 0.00
Merah 0.00029
Daun Pucuk
21 1.70 1.40 2.00 0.32 0.000032 0.00
Merah 0.00025
Daun Pucuk
22 2.00 1.40 2.60 0.41 0.000054 0.00
Merah 0.00043
23 Euphiribia Tiricaldi Tulang-tulang 1.00 1.40 1.00 0.16 0.000008 0.00 6.4E-05
24 Euphiribia Tiricaldi Tulang-tulang 1.70 1.10 0.60 0.10 0.000003 0.00 2.3E-05
Daun Pucuk
25 2.00 1.80 3.60 0.57 0.000103 0.00
Merah 0.00082
26 Tabernaemontana 1.30 0.70 1.80 0.29 0.000026 0.00 0.00021
27 Tabernaemontana 2.00 0.70 1.80 0.29 0.000026 0.00 0.00021
Daun Pucuk
28 2.00 1.50 1.80 0.29 0.000026 0.00
Merah 0.00021
Daun Pucuk
29 1.70 1.00 3.30 0.53 0.000087 0.00
Merah 0.00069
Phychosperma Palem Mac
30 1.00 1.00 4.20 0.67 0.000140 0.00
Macarthurti Arthur's 0.00112
Daun Pucuk
31 1.50 1.10 1.60 0.25 0.000020 0.00
Merah 0.00016
Daun Pucuk
32 1.70 1.00 1.90 0.30 0.000029 0.00
Merah 0.00023
Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
N Nama Pohon Kanopi Kanopi CO2 CO
(m) Pohon Pohon
o (m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
Latin Indonesia
Daun Pucuk
33 1.70 1.00 1.80 0.29 0.000026 0.00
Merah 0.00021
34 Cordyline sp. 1.70 0.80 2.60 0.41 0.000054 0.00 0.00043
Daun Pucuk
35 2.00 1.30 2.80 0.45 0.000062 0.00
Merah 0.0005
36 Cordyline sp. 1.40 1.00 1.60 0.25 0.000020 0.00 0.00016
Ervatamia
37 2.00 1.70 2.80 0.45 0.000062 0.00
Coronaria 0.0005
Ervatamia
38 1.40 1.10 2.60 0.41 0.000054 0.00
Coronaria 0.00043
39 Soka 0.90 2.00 0.32 0.000032 0.00 0.00025
40 Soka 2.00 2.40 0.38 0.000046 0.00 0.00037
Daun Pucuk
41 1.30 1.00 2.30 0.37 0.000042 0.00
Merah 0.00034
Daun Pucuk
42 1.60 0.90 2.50 0.40 0.000050 0.00
Merah 0.0004
Daun Pucuk
43 1.70 1.10 2.30 0.37 0.000042 0.00
Merah 0.00034
Daun Pucuk
44 1.30 1.00 2.50 0.40 0.000050 0.00
Merah 0.0004
Codiaeum
45 1.50 3.30 0.53 0.000087 0.00
Variegatum 0.00069
46 Murraya Paniculata 1.80 5.30 0.84 0.000224 0.00 0.00179
Codiaeum
47 1.20 1.80 0.29 0.000026 0.00
Variegatum 0.00021
Daya Daya
Diamete Jari-jari
Tinggi Luas Serap Serap
Tinggi r Kanopi Kanopi
N Nama Pohon Kanopi Kanopi CO2 CO
(m) Pohon Pohon
o (m) (ha) (kg/jam (kg/jam
(m) (m)
) )
Latin Indonesia
Codiaeum
48 1.10 3.40 0.54 0.000092 0.00
Variegatum 0.00074
49 Murraya Paniculata 2.00 5.00 0.80 0.000199 0.00 0.00159
50 Teh-tehan 0.60 9.50 1.20 0.001140 0.01 0.00911
ZONA IV
Nama Pohon Daya Daya
Tinggi Keliling/Diameter Jari-jari Luas
Tinggi Serap Serap
No Kanopi Pohon Pohon Kanopi
Latin Indonesia (m) CO2 CO
(m) (m) (m) (ha)
(kg/jam) (kg/jam)
PERDU/SEMAK
1 Daun Pucuk Merah 1.5 0.6 1.9 0.30 0.000029 0.00036 0.00023
2 Daun Pucuk Merah 1.8 0.8 1.8 0.29 0.000026 0.00032 0.00021
3 Daun Pucuk Merah 1.1 0.75 1.6 0.25 0.000020 0.00026 0.00016
4 Daun Pucuk Merah 1.1 0.8 1.5 0.24 0.000018 0.00022 0.00014
5 Soka 1 1 2.5 0.40 0.000050 0.00062 0.00040
6 Bougenvile 1.4 1.1 1.6 0.25 0.000020 0.00026 0.00016
7 Daun Pucuk Merah 1.7 1 1.6 0.25 0.000020 0.00026 0.00016
8 Daun Pucuk Merah 1.6 1.1 1.4 0.22 0.000016 0.00020 0.00012
9 Agave Angutifolia Marginata 0.6 2.5 0.40 0.000050 0.00062 0.00040
10 Daun Pucuk Merah 1.6 1.3 2.8 0.45 0.000062 0.00078 0.00050
11 Agave Angutifolia Marginata 0.6 0.8 0.13 0.000005 0.00006 0.00004
12 Cordyline sp. Hanjuang 0.7 0.4 2.4 0.38 0.000046 0.00058 0.00037
13 Cordyline sp. Hanjuang 1 0.4 1.7 0.27 0.000023 0.00029 0.00018
14 Lidah Mertua 0.4 0.4 1.2 0.19 0.000011 0.00014 0.00009
15 Daun Pucuk Merah 1.4 1 2 0.32 0.000032 0.00040 0.00025
16 Daun Pucuk Merah 1 0.7 2.2 0.35 0.000039 0.00048 0.00031
17 Agave Angutifolia Marginata 0.6 1 0.16 0.000008 0.00010 0.00006
18 Daun Pucuk Merah 1.2 0.7 1.1 0.18 0.000010 0.00012 0.00008
19 Daun Pucuk Merah 1 0.6 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
20 Daun Pucuk Merah 1 0.7 0.7 0.11 0.000004 0.00005 0.00003
21 Daun Pucuk Merah 1.2 0.9 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
22 Daun Pucuk Merah 1 0.6 2 0.32 0.000032 0.00040 0.00025
23 Soka 1 0.6 1.2 0.19 0.000011 0.00014 0.00009
Nama Pohon Daya Daya
Tinggi Keliling/Diameter Jari-jari Luas
Tinggi Serap Serap
No Kanopi Pohon Pohon Kanopi
Latin Indonesia (m) CO2 CO
(m) (m) (m) (ha)
(kg/jam) (kg/jam)
24 Daun Pucuk Merah 1.5 0.6 2.3 0.37 0.000042 0.00053 0.00034
25 Daun Pucuk Merah 0.8 0.5 1.7 0.27 0.000023 0.00029 0.00018
26 Daun Pucuk Merah 1.1 0.6 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
27 Daun Pucuk Merah 1.1 0.7 1.2 0.19 0.000011 0.00014 0.00009
28 Daun Pucuk Merah 1 0.7 0.8 0.13 0.000005 0.00006 0.00004
29 Agave Angutifolia Marginata 0.5 0.3 0.05 0.000001 0.00001 0.00001
30 Agave Angutifolia Marginata 0.8 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
31 Agave Angutifolia Marginata 0.6 1.5 0.24 0.000018 0.00022 0.00014
32 Cabai 0.9 0.5 0.5 0.08 0.000002 0.00002 0.00002
33 Agave Angutifolia Marginata 0.6 0.6 0.10 0.000003 0.00004 0.00002
34 Lidah Mertua 0.8 0.8 0.6 0.10 0.000003 0.00004 0.00002
35 Agave Angutifolia Marginata 0.5 0.5 0.08 0.000002 0.00002 0.00002
36 Agave Angutifolia Marginata 0.7 0.6 0.10 0.000003 0.00004 0.00002
37 Cabai 0.7 0.4 0.6 0.10 0.000003 0.00004 0.00002
38 Daun Pucuk Merah 1 0.75 1.2 0.19 0.000011 0.00014 0.00009
39 Daun Pucuk Merah 1.7 1 1.4 0.22 0.000016 0.00020 0.00012
40 Daun Pucuk Merah 1.3 0.6 1.5 0.24 0.000018 0.00022 0.00014
41 Lidah Mertua 0.7 0.7 1 0.16 0.000008 0.00010 0.00006
42 Cordyline sp. Hanjuang 0.8 0.3 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
43 Cordyline sp. Hanjuang 0.8 0.3 1.8 0.29 0.000026 0.00032 0.00021
44 Lidah Mertua 0.6 0.6 1.2 0.19 0.000011 0.00014 0.00009
45 Agave Angutifolia Marginata 0.5 0.8 0.13 0.000005 0.00006 0.00004
46 Soka 0.7 0.65 1.4 0.22 0.000016 0.00020 0.00012
47 Cordyline sp. Hanjuang 0.8 0.3 1.3 0.21 0.000013 0.00017 0.00011
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI JENIS VEGETASI
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Tanaman Tinggi semak evergreen dari keluarga agave ini


 Latin
pengarah jalan hingga 3 meter. Warna daunnya beragam
Cordyline sp.
 Display plant sepanjang 30 – 75 cm dan lebar 10 – 15 cm.
1
 Tanaman hias Bunganya berukuran kecil dan berwarna
 Indonesia kemerahan. Berasal dari Asia Timur atau Papua
indoor
Hanjuang
New Guinea

1. Lili Paris adalah tanaman yang berasa dari Afrika


Selatan. Polisakarida yang juga terkandung di
dalam bunga ini termasuk dalam kelompok
 Ground cover
 Latin hidrokoloid, fungsinya membantu meningkatkan
 Tanaman pot
Chlorophytum sp. viskositas dan kestabilan kelembaban air yang
gantung
2 ada di kulit. Di dalam kulit, polisakarida ini
 Tanaman
 Indonesia menahan kadar air yang ada agar tetap berada
pembatas pada dalam jumlah yang seimbang. Ekstrak bunga Lily
Lili Paris
taman dapat membantu menjaga kelembaban kulit,
memberikan perawatan spesial bagi kulit kering,
kulit iritasi dan kulit sensitif.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

Bentuk bunganya menyerupai baling-baling


 Latin
kapal. Berasal dari India, tanaman ini akan
Tabernaemontana  Tanaman
berbunga sepanjang tahun terutama jika
3 sp. peneduh pada
mendapat pencahayaan yang baik. Bunga
taman kecil
berwarna putih dan ada pula yang berwarna
 Indonesia merah muda

 Latin Tanaman yang berasal dari Afrika ini menyerupai


Euphorbia Tirucalli  Tanaman tulang yang saling bersusun. Seluruh batangnya
4 display dalam berwana hijau. Jika tua, batang akan menjadi
 Indonesia taman coklat. Daunnya berbentuk bulat lonjong dan
Tulang-tulang berukuran kecil.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Latin Bentuk daun whorled. Tepi daunnya gerigi


 Tanaman
Duranta sp. berwarna kuning, hijau, atau kombinasi hijau-
Pangkas
5 kuning. Bunga berwarna ungu yang tumbuh
 Barrier
 Indonesia secara bergerombol. Berasal dari Amerika
Pangkas Kuning Selatan ini

 Latin  Tanaman
Pterocarpus Indicus pengarah jalan Tinggi tanaman dapat mencapai 40m. Daun
Willd.  Tanaman majemuk menyirip ganjil. Bunganya merupakan
6 peneduh majemuk tandan. Kelopak bunganya berbentuk
 Indonesia lonceng dengan mahkota bunga berwarna jingga.
Angsana
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Tanaman Bentuk, ukuran, dan warna bunga sangat


 Latin
pengarah dan beraneka ragam. Kelopak bunga berwarna merah,
Canna sp.
pembatas jika kuning, putih, jingga, merah muda, aik polos
7
ditanam secara maupun bercorak. Bunga tumbuh di bagian
 Indonesia tengah tanaman di antara dedaunan berbentuk
berkoloni
Bunga tasbih
oval memanjang.

Berbunga sepanjang tahun. Kelopak bunga


 Latin  Tanaman
semunya beraneka warna (ungu, merah muda,
Bougainvillea sp. pergola tempat
putih, atau kuning). Bunga asli bugenvil
8 parkir, selasar,
berbentuk seperti tabung dan biasanya berwarna
 Indonesia atau balkon
putih. Tinggi tanaman perdu sedang ini 1,2 – 1,8
Bugenvill rumah
meter.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Latin
 Tanaman
Sokka sp.
pembatas Tanaman berasal dari daerah Asia Tropis, bunga
9
 Tanaman tabir berwaran merah, kuning, putih, atau oranye
 Indonesia
(screen)
Soka

 Tanaman anti Bentuk daunnya tebal, seperti lidah, tidak


 Latin
polutan berbatang, dan bertajuk V. Ukuran jenis
Sansiveria sp.
 Tanaman sansiveria hahnii lebih pendek dibandingkan
10
dalam pot sansiveria trifasciata. Warna daun tanaman yang
 Indonesia
 Tanaman berasal dari Afrika ini adalah hijau dengan aksen
Lidah Mertua
penutup tanah kuning di sepanjang pinggir daun
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Tanaman
pengarah jalan
 Latin
dan Tinggi tanaman ini berkisar anatar 10 – 15 meter.
Polyalthia longifolia
penghalang Daunnya berwarna hijau mengilak, berbentuk
11
tabir yang lanset memanjang, bagian ujung menyempit, dan
 Indonesia tepi daun berombak.
efektif jika
Glodogan Tiang
ditanam
sejajar

 Tanaman Bentuk tajuknya bertingkat. Tingginya mencapai


 Latin
peneduh 35 meter. Daunnya tunggal dan duduk daunnya
Terminalia Catappa
khususnya tersebar, berwarna hijau. Helai daun berbentuk
L
12 pada lahan bulat telur dan berwarna hijau. Bunganya
parkir majemuk berbulir berwarna putih. Buah ketapang
 Indonesia
 Tanaman termasuk buah batu yang setelah tua berwarna
Ketapang
pengarah jalan merah tua.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Latin Tingginya lebih dari 15 cm. Bentuk tajuknya


Terminalia Molineti  Tanaman geometris yang sangat teratur, Tidak hanya tajuk,
13 pengarah jalan susunan daunnya pun sangat apik membentuk
 Indonesia bulatan tiap jarak tertentu. Daun hijaunya
- berbentuk lonjong dengan ujung membulat.

 Latin
- Saat muda, daun berwarna merah, lalu secara
 Tanaman
14 perlahan berubah menjadi hijau. Tajuk pohon
pengarah jalan
 Indonesia berbentuk oval panjang.
Daun pucuk merah
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

Mangga atau mempelam adalah nama


sejenis buah, demikian pula nama pohonnya.
Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera,
yang terdiri dari 35-40 anggota
dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya
adalah Mangifera indica. Pohon mangga
 Latin termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur
Mangifera indica batangnya (habitus) termasuk
15  Tanaman buah kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu
 Indonesia yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m.
Mangga Mangga bisa mencapai tinggi antara 10 hingga
40 m. Nama "mangga" berasal dari
bahasa Malayalam maanga. Kata ini dibawa
ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap
menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa
Inggris) dan lain-lain.

Merupakan sebuah tumbuhan pohon besar,


tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar.
Tumbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan
 Latin  Tanaman peneduh. Namanya berasal dari air yang sering
Albizia Saman pengarah jalan menetes dari tajuknya karena kemampuannya
16  Tanaman menyerap air tanah yang kuat serta kotoran
 Indonesia peneduh dari tonggeret yang tinggal di pohon. Albizia
Trembesi Saman adalah spesies pohon berbunga dalam
keluarga kacang polong. Tumbuhan ini berasal
dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di
seluruh daerah tropika.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

Hemigraphis adalah genus


 Latin dari famili Acanthaceae, yang terdiri atas sekitar
Hemigraphis Bicolor 30 spesies yang berasal dari Asia tropis.
17 Hemigraphis kadang-kadang dimasukkan ke
 Indonesia genus Strobilanthes, sehingga Hemigraphis
Simbang Darah alternata yang disebut sambang
getih diserupakan dengan Kecibeling.

Tanaman Agave merupakan tanaman penghasil


 Latin serat alam, tanaman ini juga sering disebut
Agave Angustifolia dengan century plant karena tanaman ini
18 membutuhkan waktu yang sangan lama untuk
 Indonesia berbunga. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
Marginata kesuburan tanah dan iklim daerah serta
karakteristik tanaman itu sendiri.
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

 Latin
Keseluruhan tanaman ini dominan hijau dan
Phychosperma  Tanaman dapat tumbuh merumpun. Tanaman ini berasal
19 Macarthurti pengarah jalan dari Australia dan New Guinea. Tinggi tanaman
 Indonesia ini dapat mencapai 6 meter
Palem Mac Arthur's

 Latin
Iresine Herbistii
20 -
 Indonesia
-
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN

Suku pinang-
 Latin
pinangan atau Arecaceae merupakan
Archontophoenix
sekelompok tumbuhan berbunga yang banyak
21 Alescandrae
anggotanya memiliki nilai penting dalam
 Indonesia kehidupan manusia. Salah satunya adalah Palem
Palem Ratu
ratu.

Suku cemara-
cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70
jenis tetumbuhan. Sebagian besar suku ini
terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di
wilayah tropis Dunia Lama, termasuk Indo-
Malaysia, Australia, dan Kepulauan Pasifik.
 Latin Cemara sendiri merupakan tetumbuhan hijau
- abadi yang sepintas lalu dapat disangka
22
 Indonesia sebagai tusam karena rantingnya yang beruas
Cemara pada dahan besar kelihatan seperti jarum, dan
buahnya mirip runjung kecil. Namun
kenyataannya pepohonan ini bukan
termasuk Gymnospermae, sehingga mempunyai
bunga, baik jantan maupun betina. Bunga
betinanya tampak seperti berkas rambut, kecil
dan kemerah-merahan.
LAMPIRAN 7
UJI KORELASI
UJI KORELASI EMISI DAN JUMLAH KENDARAAN

1. Emisi CO2 dan Jumlah Kendaraan


Zona I Zona II Zona III Zona IV

PERIODE Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan
(smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 22.03 4070.75 5.74 1,414.55 2.59 863.05 0.06 52.70
08.00-09.00 19.25 3554.80 5.35 1,346.05 1.96 656.20 0.15 79.00
11.00-12.00 13.35 2599.95 5.06 1,308.05 2.55 788.50 0.07 39.75
12.00-13.00 12.15 2396.75 5.08 1,271.70 2.15 703.45 0.11 61.50
16.00-17.00 21.45 4051.15 5.94 1,512.60 2.65 831.70 0.13 80.50
17.00-18.00 21.80 4072.35 5.12 1,291.85 2.64 831.90 0.10 55.40
CORREL 0.9986 0.9731 0.9658 0.9026
Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin banyak
jumlah kendaraan maka semakin besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan di
setiap Zona.

2. Emisi CO dan Jumlah Kendaraan


Zona I Zona II Zona III Zona IV

PERIODE Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan Emisi Kendaraan
(smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 3.90 4070.75 1.01 1,414.55 0.45 863.05 0.01 52.70
08.00-09.00 3.41 3554.80 0.94 1,346.05 0.34 656.20 0.03 79.00
11.00-12.00 2.36 2599.95 0.89 1,308.05 0.44 788.50 0.01 39.75
12.00-13.00 2.15 2396.75 0.90 1,271.70 0.37 703.45 0.02 61.50
16.00-17.00 3.79 4051.15 1.04 1,512.60 0.46 831.70 0.02 80.50
17.00-18.00 3.86 4072.35 0.90 1,291.85 0.46 831.90 0.02 55.40
CORREL 0.9986 0.9655 0.9721 0.8947
Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin banyak
jumlah kendaraan maka semakin besar emisi karbon monoksida yang dihasilkan di
setiap Zona.
UJI KORELASI LUAS TUTUPAN VEGETASI DAN DAYA SERAP EMISI

1. Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Emisi CO2


Luas Tutupan
Zona Daya Serap CO2
Vegetasi (ha)
I 0.0703 7.910
II 0.4095 16.829
III 0.0294 3.435
IV 0.0008 0.011
CORREL 0.952
Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin luas
tutupan vegetasi maka semakin besar daya serap emisi karbon dioksida yang
dihasilkan. Hasil uji korelasi ini sesuai dengan penelitian Ray Sihotang, 2013 yang
menyatakan bahwa semakin besar luas tutupan vegatasi maka semakin besar daya
serap emisi.

2. Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Emisi CO


Luas Tutupan
Zona Daya Serap CO
Vegetasi (ha)
I 0.0703 5.033
II 0.4095 10.709
III 0.0294 2.186
IV 0.0008 0.007
CORREL 0.952
Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin luas
tutupan vegetasi maka semakin besar daya serap emisi karbon dioksida yang
dihasilkan. Hasil uji korelasi ini sesuai dengan penelitian Ray Sihotang, 2013 yang
menyatakan bahwa semakin besar luas tutupan vegatasi maka semakin besar daya
serap emisi.
LAMPIRAN 8
KONVERSI PPM KE KG/JAM
KONVERSI PPM KE KG/JAM

1. Langkah pertama adalah menghitung laju alir gas kering knalpot dengan

menggunakan rumus di bawah ini:

𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐺𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

273,15 1
= 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 × × × (1 − 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛)
273.15 × 𝑇 𝑃

Laju Aliran Gas Kering = m3 / menit

Laju Aliran Gas = m3 / menit

T = Suhu (oC)

P = Tekanan (1 atm)

Kelembapan =%

2. Kemudian menghitung Emisi dalam satuan kg/jam

𝐸(𝑝𝑝𝑚)
𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖 = × 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐺𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 60
1000000

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎


×
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎

Emisi = kg/jam

E = emisi (dalam ppm)

Massa Jenis = 1.29 kg/m3

Laju Aliran Gas Kering = m3 / menit

Mol Senyawa = (CO = 28), (CO2 = 44)

Mol Udara = 28.97

Anda mungkin juga menyukai