FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tugas
akhir dengan judul: “ANALISIS KAPASITAS RUANG TERBUKA HIJAU
(RTH) BALAI KOTA MAKASSAR DALAM MEREDUKSI EMISI
KENDARAAN BERMOTOR”.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mengalami hambatan, namun
berkat bantuan dan arahan yang ikhlas dari berbagai pihak, akhirnya tugas akhir ini
dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari
jasa-jasa orang tua penulis. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis
persembahkan untuk orang tua tercinta atas doa serta segala bentuk motivasi yang
telah diberikan kepada penulis selama menempuh Pendidikan.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ing. Ir Wahyu H. Piarah, MS ME, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT, selaku Wakil Dekan dan Pembantu
Dekan I Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Prof. Dr. Muh. Wihardi Tjaronge, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan arahan dan banyak masukan, meluangkan waktu di
tengah kesibukannya selama penulis melaksanakan penelitian dan
penyusunan tugas akhir ini.
4. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T, selaku Ketua Dpartemen Teknik
Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
serta selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
begitu banyak masukan, meluangkan waktu di tengah kesibukannya selama
penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, serta
banyak mengajarkan mengenai pentingnya kerja keras dan ketekunan.
5. Ibu Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT, selaku Kepala Laboratorium Riset
Udara dan Bising Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil,
iii
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang senantiasa memberi arahan
dan selalu memberikan semangat selama penulis melaksanakan penelitian
dan penyusunan tugas akhir.
6. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program Studi
Teknik Lingkungan atas bimbingan, arahan, didikan dan motivasi yang
telah diberikan selama kurang lebih empat tahun perkuliahan.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin atas segala bantuannya selama penulis menempuh
perkuliahan.
8. Mir’ah Tamrin dan Ariyanti Mahmud, sebagai partner yang paling banyak
membantu dalam proses pengambilan data dan proses penyusunan tugas
akhir ini. Terima kasih atas waktu dan tenaga yang telah diberikan serta atas
dukungan dan motivasinya selama ini.
9. Teman-teman Bellvania dan Kak Stella sebagai tempat untuk berbagi segala
suka maupun duka. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.
10. Teman-teman Mahasiswa Teknik Lingkungan 2013 yang selalu menghibur
dan memotivasi penulis. Terutama Muhammad Arfan Apriansyah, Ina
Wahyuna Darussman, Zarah Arwieny Hanami, Ria Rezki Ramadhani,
Ismail, Muhammad Mivtakhul Amqhaar, Ashar, Fakhrizal Muchtar para
perintis Himpunan Teknik Lingkungan.
11. Teman-teman KMKO Teknik, saudara seperjuangan dalam berproses.
Terutama Wansi, Krisman, Stevan, Tirta, Wiking, Yizhar, Fred yang telah
membantu dalam proses pengambilan data serta C. Tirta Paranda, Hirzto
Kamma, Grafelia Vete Wayoi, Anggryni, Githa, dan Elvira yang selalu
memotivasi penulis.
12. Tim Ruang Mukim Kualitas Udara & Kebisingan yang selalu memiliki
semangat tinggi serta selalu menjadi tempat untuk berdiskusi jika penulis
menghadapi hambatan.
Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih atas setiap bantuan dan
doa yang diberikan. Semoga Tuhan YME berkenan membalas kebaikan kalian.
iv
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna melengkapi
segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata
semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis,
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
D. Ruang Lingkup 5
E. Sistematika Penulisan 6
1. Kendaraan Bermotor 8
2. Komponen Emisi 9
4. Dampak Emisi 13
viii
5. Kekuatan Emisi 13
6. Faktor Emisi 14
B. Pencemaran Udara 16
A. Rancangan Penelitian 28
ix
2. Pengumpulan Data Sekunder 35
F. Teknik Analisis 35
x
4. Rekapitulasi Analisis Karbon Monoksida di Balai Kota 56
Makassar
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 77
B. Saran 77
xi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xix
DAFTAR PUSTAKA xx
LAMPIRAN xxii
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
21. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II 52
xiv
44. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona III 73
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4. Kerangka Penelitian 29
xvi
22. Grafik Kekuatan Emisi Pada Zona IV 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi Penelitian
7. Uji Korelasi
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
menyatakan bahwa kenaikkan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005 – 2008
naik hingga 71%. Lebih lanjut Fardiaz, juga menjelaskan bahwa polusi udara akan
semakin terlihat pada daerah yang padat penduduknya dengan aktivitas yang
kompleks. Polusi udara disebabkan karena adanya gas buang dari kendaraan
bermotor yang berupa Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida
(SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan partikel-pertikel lepas. Selain itu, sektor
transportasi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap meningkatnya
gas rumah kaca. Menurut Dahlan penggunaan bahan bakar yang terus meningkat
akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat yang kemudian dapat
mengakibatkan pemanasan global melalui efek rumah kaca (Hanafri, 2011).
Salah satu upaya penanggulangan masalah polusi udara, menurut Peraturan
Pemerintah No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan
terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang
untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan
mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan
bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar
berkadar belerang rendah sesuai standar intemasional.
Sedangkan untuk polutan yang telah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi
dengan adanya penggunaan vegetasi (Currie dan Bass,2005 dalam Hanafri, 2011).
Prasetyo dalam Laksono, 2013 menjelaskan bahwa pohon dapat mereduksi polutan
CO2 di udara (569,07 ton/ha/tahun) lebih besar dibandingkan dengan rumput (12
ton/ha/tahun).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
kebutuhan RTH di suatu perkotaan diharuskan mencapai 30% dari luas wilayahnya.
Dalam Undang-undang tersebut diuraikan bahwa luas ruang terbuka hijau tersebut
dialokasikan 10% luas ruang terbuka hijau di antaranya merupakan luas ruang
terbuka hijau Privat dan 20% lainnya merupakan luas ruang terbuka hijau publik.
Alasan mendasar besaran 30% luas ruang terbuka hijau perkotaan karena diyakini
secara alamiah dapat mengatasi lingkungan fisik kritis diwilayah tersebut
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2007).
2
Berdasarkan Dirjen Cipta Karya, Kota Makassar merupakan kota terbesar
keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas
areal 175,79 km2 dengan jumlah penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah
menjadi kota Metropolitan. Menurut Satlantas Polrestabes Makassar, tingkat
pertumbuhan kendaraan pada tahun 2012 untuk roda dua di Kota Makassar 11 %,
mobil penumpang 1% dan angkutan umum 2.7% (Tuhuleruw, 2014). Sementara,
luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Makassar masih jauh dari angka ideal yang
disyaratkan dalam Undang- Undang Penataan Ruang. Dengan luas 175,77
kilometer persegi, RTH yang tersedia baru mencapai 18%. (Makassar Terkini,
2011) Kawasan RTH ini umumnya berada di kawasan kampus, taman- taman kota,
dan sejumlah perkantoran pemerintah, agar RTH mencapai 30% sesuai yang
disyaratkan, program penghijauan harus lebih digalakkan, terutama di kawasan
industri, perkantoran, maupun perumahan warga (Adillasintani, 2013).
Balai Kota Makassar merupakan salah satu kawasan perkantoran yang terletak
di tengah pusat kota Makassar. Balai Kota Makassar yang difungsikan sebagai
Kantor Walikota Makassar menjadi pusat pemerintahan Kota Makassar. Sebagai
pusat pemerintahan, Kawasan Balai Kota Makassar menjadi kawasan dengan
aktivitas transportasi yang tinggi. Berdasarkan penelitian Geordane pada tahun
2015, Jalan Jend. Ahmad Yani yang terletak di depan Balai Kota Makassar
memiliki volume kendaraan 69626 unit/hari dan Balai Kota Makassar yang
memiliki ruang terbuka hijau yang tentu saja memiliki manfaat ekologi yang
berperan penting dalam membersihkan polutan di udara. Oleh karena itu, sangatlah
menarik untuk diketahui besarnya manfaat ekologi yang dihasilkan dalam kaitan
penyerapan polusi udara yang bersumber pada aktivitas transportasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui
ketersediaan ruang terbuka hijau eksisting khususnya pada kemampuan pohon serta
semak/perdu di ruang terbuka hijau tersebut dalam menyerap emisi yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yang beroperasi di Balai Kota Makassar. Sehingga
peneliti mengambil judul yaitu “Analisis Kapasitas Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Balai Kota Makassar dalam Mereduksi Emisi Kendaraan Bermotor”.
3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan judul yang diambil, maka rumusan masalah dalam
penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Bagaimana besaran emisi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida
(CO2) dari kendaraan bermotor di Balai Kota Makassar?
2. Bagaimana ketersediaan ruang terbuka hijau di Balai Kota Makassar?
3. Bagaimana kemampuan ruang terbuka hijau dalam menyerap emisi karbon
monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) dari kendaraan bermotor di
Balai Kota Makassar?
1. Tujuan
2. Manfaat
4
Bagi Program Studi Teknik Lingkungan
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang riset ruang
terbuka hijau khususnya ketersediaan ruang terbuka hijau untuk mereduksi
emisi kendaraan bermotor.
Bagi Pemerintah
D. Ruang Lingkup
Tugas akhir ini membahas masalah ruang terbuka hijau Balai Kota Makassar
ditinjau dari daya serap vegetasi yang tersedia di Kantor Balai Kota Makassar dan
kebutuhan ruang terbuka hijau Kantor Balai Kota Makassar ditinjau dari emisi
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan kendaraan
bermotor, dan adapun emisi yang bersumber bukan dari kendaraan bermotor tidak
dibahas pada tugas akhir ini. Penelitian dilakukan dalam kondisi jam puncak pagi
hari yaitu pukul 07:00 – 09:00, jam puncak siang hari yaitu pukul 11:00 – 13:00,
dan jam puncak sore hari yaitu pukul 16:00 – 18:00.
Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah ruang terbuka hijau Balai Kota
Makassar dan ruas jalan di sekitar Balai Kota Makassar.
5
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan landasan dan identifikasi permasalahan sehingga
dilakukannya penelitian ini. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi
permasalahan, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah untuk
mempersempit ruang lingkup, manfaat penelitian yang diharapkan, serta
sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam tugas akhir ini sehingga bisa
dipahami secara sistematis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan informasi-informasi dan teori-teori pendukung dari buku-
buku literatur, jurnal, dan berbagai sumber lain sesuai dengan tujuan penelitian
untuk digunakan sebagai dasar dalam pembahasan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bagan alir metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan
sampel, waktu dan tempat penelitian, peralatan penelitian, teknik pengumpulan
data, metode penyajian data dan analisis data, serta gambaran umum lokasi
penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian, perhitungan, evaluasi serta analisis
mengenai permasalahan yang diangkat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya disertai saran-saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
1. Kendaraan Bermotor
8
tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi.
3. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi.
4. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang, dan mobil bus.
5. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain dari kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang
khusus.
6. Kendaraan umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
2. Komponen Emisi
9
b. Karbon Dioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Karbon dioksida adalah
gas atmosferik yang terdiri dari dua atom oksigen dan satu atom karbon.
Gas karbon dioksida merupakan gas yang berasal dari respirasi makhluk
hidup, selain itu karbon dioksida juga berasal dari hasil pembakaran
sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan semakin
banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah
pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara. Peningkatan
konsentrasi karbon dioksida di udara akan mengakibatkan adanya
perubahan iklim. Gas ini menyebabkan efek rumah kaca yang menyebabkan
suhu bumi menjadi meningkat (Sjharul, 2013).
c. Sulfur Dioksida (SO2)
Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3),
dan keduanya disebut SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau
yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida
merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran dari bahan-bahan
yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida,
tetapi memiliki jumlah yang relatif yang tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO 2
selalu terbentuk dalam jumlah terbesar (Fardiaz, 2003 dalam Hanami,
2017).
Sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber
buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung berapi, pembusukan
bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Sumber-
sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu
bara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini
diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh
SO2 atmosfir/tahun.Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari
buangan industri, maka hal ini dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran
10
bahan bakar fosil ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu
singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak SO2 dari
pada sumber alamiah (Soemirat, 2009 dalam Hanami, 2017).
d. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen Dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Jumlah NO di udara lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2
merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2 (Fardiaz, 1992 dalam Wijayanti, 2012).
Udara terdiri dari 80% nitrogen dan 20% oksigen. Pada suhu kamar,
hanya sedikit kecenderungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama
lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat
bereaksi membentuk NO (Fardiaz, 1992 dalam Wijayanti, 2012).
NO2 tidak secara langsung dilepaskan langsung ke udara. NO2 terbentuk
ketika nitrogen oksida (NO) dan lainnya (NOx) bereaksi dengan bahan
kimia lain di udara untuk membentuk nitrogen dioksida. Sumber utama
nitrogen dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah pembakaran
bahan bakar fosil (batubara, gas dan minyak), terutama bensin digunakan
oleh kendaraan bermotor (Ministry for the Environment, 2009 dalam
Wijayanti, 2012).
e. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemaran udara
yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan
hidrokarbondrog karena penyusun utamanya adalah atom karbon dan atom
hidrogen yang dapat terikat secara ikatan lurus atau terikat secara ikatan
cincin. Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah akan
berbentuk gas, Hidrokarbon suku menengah akan berbentuk cairan dan
hidrokarbon suku tinggi akan berbentuk padatan (Wardhana,2001 dalam
Hanami, 2017).
11
3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emisi Kendaraan Bermotor
12
mesin, kapasitas angkut dan start dingin) dan kondisi kendaraan (perawatan mesin,
ban, oli, filter udara serta usia kendaraan bermotor (GTZ,2007 dalam Pratiwi,
2017).
4. Dampak Emisi
5. Kekuatan Emisi
13
(Ray Sihotang, 2015). Untuk menentukan kekuatan emisi (Q) diperoleh dengan
persamaan:
𝑄 = 𝑛 ×𝐹𝐸 ×𝐾 ×𝐿 (1)
Dimana:
Q = kekuatan emisi (gram/jam)
n= jumlah kendaraan (unit/jam)
FE= faktor emisi (gram/liter kendaraan)
K= konsumsi bahan bakar (liter/100km)
L= panjang jalan (km)
6. Faktor Emisi
14
Tabel 2. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar
(Lanjutan)
Tipe Faktor emisi (gram/liter)
Catatan
kendaraaan/ NMV
Nox CH4 CO N2O CO2 (km/l)
bahan bakar OC
Kendaraan
32,03 0,71 28,47 281,14 0,04 2597,86 Ass 4,4
niaga besar
Sepeda motor 7,12 3,56 85,41 427,05 0,04 2597,86 Ass 19,6
Diesel
Kendaraan
11,86 0,08 2,77 11,86 0,16 2924,9 Ass 13,7
penumpang
Kendaraan
15,81 0,04 3,95 15,81 0,16 2924,9 Ass 9,2
niaga kecil
Kendaraan
39,53 0,24 7,91 35,57 0,12 2924,9 Ass 3,3
niaga besar
Lokomotif 71,15 0,24 5,14 24,11 0,08 2964,43
Catatan: *) liter ekuivalen terhadap bensin: Dikompilasi dari IPCC (1996)
Sumber : IPCC dalam Ray Sihotang, 2015
15
B. Pencemaran Udara
Ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008
mengenai Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di
Kawasan Perkotaan adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 1 tahun 2007 pada Bab
1 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat
ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Kawasan Perkotaan adalah kawasan
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
16
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dapat berfungsi secara ekologis, social/budaya, arsitektural, dan ekonomi.
a. Ekologis
RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi
polusi udara, dan menurunkan temperature kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan
secara ekologis antara lain :
Sabuk hijau kota
Hutan kota
Taman botani
Sempadan sungai
b. Sosial/budaya
RTH sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger
kota yang berbudaya. Bentuk RTH perkotaan secara sosial/budaya antara lain:
Taman-taman kota
Lapangan olah raga
Kebun raya
TPU
c. Arsitektural
RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui
keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga dan jalur-jalur hijau di
jalan-jalan kota.
d. Ekonomi.
RTH dapat berfungsi secara langsung seperti penghusahaan lahan- lahan
kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan dan pengembangan sarana wisata
hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tujuan dari
penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
17
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 ada dua
fungsi Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan yaitu:
a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu sebagai :
Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota).
Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar
Sebagai peneduh
Produsen oksigen
Penyerap air hujan
Penyedia habitat satwa
Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta
Penahan angin.
b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:
Fungsi sosial dan budaya:
o Menggambarkan ekspresi budaya lokal
o Merupakan media komunikasi warga kota
o Tempat rekreasi
o Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari
alam.
Fungsi ekonomi:
o Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur
mayur;
18
o Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-
lain.
Fungsi estetika:
o Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala
mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro:
lansekap kota secara keseluruhan;
o Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;
o Pembentuk faktor keindahan arsitektural;
o Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan
tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 ada dua
manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan yaitu :
a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah).
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora
dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
19
fasilitas tingkat kawasan dengan penduduk ±20.000 orang adalah taman atau hutan
kawasan ±500 m2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan, secara garis besar, jenis
tanaman terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Pohon
Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu.
Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon.
Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki
batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah
pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis
mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena batangnya
walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar
menutup permukaan tanah. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi
penghubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan
bagian tajuk pohon (kanopi), sebagai pusat pengolahan masukan energi
(produksi gula dan bereproduksi).
Cabang adalah bagian batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi
memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak
cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang
diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan.
b. Perdu atau semak
Perdu atau semak adalah suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan
dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah,
biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa pohon atau
perdu tergantung kondisi pertumbuhannya.
c. Terna
Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu.
Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim, tumbuhan
dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Tumbuhan yang dapat disebut terna
umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Biasanya
20
sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari
dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat
(digolongkan tumbuhan merambat). Di daerah tropika banyak dijumpai terna
yang tahunan, sementara di daerah beriklim sedang terna biasanya sangat
bersifat musiman: bagian aerial (yang tumbuh di atas permukaan tanah) luruh
dan mati pada musim yang kurang sesuai (biasanya musim dingin) dan tumbuh
kembali pada musim yang sesuai.
d. Liana
Liana adalah suatu habitus tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila
dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing
mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang
merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu
sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling tidak
memerlukan tanah sebagai sumber haranya.
Bagian yang menjadi pertimbangan pemilihan tanaman adalah bentuk tanaman
yang mencakup morfologi (batang, cabang, ranting, daun, bunga, buah), tinggi dan
tajuk terkait dengan keharmonisan, keserasian dan keselamatan.
a. Tajuk tanaman
Tanaman memiliki beberapa bentuk tajuk (canopy). Bentuk tajuk tanaman yang
umum ditanam pada jalan antara lain adalah berbentuk bulat, berbentuk oval,
berbentuk tombak/segitiga, berbentuk payung, menyebar dan bentuk lainya.
b. Tinggi tanaman
21
Tabel 4. Hubungan Fungsi Tanaman Dengan Kriteria Pemilihan Jenis Dan Bentuk
Tanaman
Peran Tanaman Kriteria Pemilihan Tanaman
Fungsi Tanaman sebagai Elemen
Jenis Bentuk
Lansekap
Pembentuk ruang Tinggi 5-30 cm Semak
terbuka Diameter 10-30 Groundcover
cm
Massa daun
jarang-sedang
Pembentuk ruang Tinggi 5-200 Spreading
semi terbuka cm Rounded
Diameter 30- Weeping
100 cm Semak
Massa daun Groundcover
banyak
Pembentuk ruang Tinggi 2-3 m Spreading
beratap Diameter 1-3 m Rounded
Massadaun Picturesque
banyak
Pembentuk ruang Tinggi 5-30 cm Semak
terbuka Diameter 10-30 Groundcover
Unsur cm
Arsitektural
Pembentuk ruang Tinggi 5-200 Spreading
semi terbuka cm Rounded
Weeping
Pembentuk ruang Tinggi 2-3 m Spreading
beratap Diameter 1-3 m Rounded
Massadaun Picturesque
banyak
Pembentuk ruang Tinggi lebih Spreading
vertical dari 3 m Rounded
Diameter 1-3 m Weeping
Massa daun Picturesque
banyak
Penyekat/pembatas Massa daun Pyramidal
ruang jarang-sedang Spreading
Tinggi 1-2 m Rounded
Diameter 0,5-1 Weeping
m Pisturesque
Pelengkap Tinggi 2-5 m Pyramidal
Diameter 1-3 m Spreading
Unsur Estetis Rounded
Weeping
Picturesque
22
Tabel 4. Hubungan Fungsi Tanaman Dengan Kriteria Pemilihan Jenis Dan Bentuk
Tanaman
Peran Tanaman Kriteria Pemilihan Tanaman
Fungsi Tanaman sebagai Elemen
Jenis Bentuk
Lansekap
Pemersatu Massa daun jarang- Pyramidal
lebat Spreading
Tinggi lebih dari 3 m Rounded
Diameter 2-3 m Weeping
Picturesque
Pengarah Massa daun lebat- Pyramidal
sedang Weeping
Tinggi diatas 3 m Picturesque
Diameter 2-3 m
Pengenal Tinggi diatas 1 m Semak
Bentuk,warna,tekstur
menarik Diameter 1-
Unsur Estetis
3m
Pelembut Tekstur halus Pyramidal
Tinggi 1-2 m Spreading
Diameter 1 m Rounded
Weeping
Picturesque
Semak
Pembingkai Tinggi diatas 1 m Pyramidal
Massa daun jarang- Spreading
sedang Rounded
Diameter 2-3 m Weeping
23
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh nama tanaman berdasarkan bentuk
pohon, massa daun :
a. Groundcover : Rumput peking (Agrotis canina), Krokot (Althentura amonea),
Rumput jarum (Andropogon aciculatus), Puring (Codieum variegtum)
b. Semak : Suplir (Adiantum), Terang bulan (Aegododium capillus), Aster (Aster
sp.), Bambu Cina (Bambusa multiplex), Merah kosta (Brunfelsia uniflota),
Cocor bebek (Callancho pinnata), Soka (Ixora stricta)
c. Konikal / Piramidal : Cemara laut (Casuaria eguesetifola), Pinus (Pinus
mwekusi), Cemara gunung (Casuarina montana), Cemara lilin (Cuperessus
semperirens), Cengkeh (Eugenia aromatica), Mahoni (Swictenia mahagoni),
Damar (Agatis alba), Sengon (Albasia chanensis), Kapuk randu (Cerba
petandra), Nyampung (Colophylum inophylum), Ketapang (Terminalia catapa),
Sukun (Artocarpus altilis), Srikaya (Annona squamasi), Sirsak (Annona
muricata), Kayu manis (Cinnamomun zeytanicum), Sonokeling (Dolbergia
regia)
d. Spreading / Menyebar : Kiara payung (Felicium despiens), Biola cantik (Ficus
pandurata), Flamboyan (Delonic regia), Asam kranji (Dialium indicum), Jambu
mete (Anacardium occidenfale), Karpet munding (Ficus alastica), Trembesi
(Samenea saman), Lamtorogung (Lencena lencocepala), Beringin (Ficus
benyamina), Tanjung (Mimusops elengi), Kenari (Canarioum indicum),
Kamboja (Plumerica rublua), Mangga (Magnifera indica), Nangka (Artocarpus
integra)
e. Rounded / Membulat : Sono bludru (Chrysophyllum camita), Jeruk manis,
(Citrus anrah tifolia), Jeruk (Citrus nobis), Sawo kecik (Manilkana kanki),
Akasia (Acasia auriuculiformis), Hujan mas (Cassia fistulla), Kacapiring
(Gardenia agusta), Teh-tehan (Duranta repens), Jambu air (Eugenia agues),
Kelengkeng (Euptiorbia tirucalli)
f. Weeping / Merunduk : Kelapa (Cocos nucifera), Palem raja (Oreadoxa regia),
Siwalan (Borassus flabellifera), Pepaya (Carica papaya), Janda merana (Salix
babilonica), Pisang kipas (Revonela madagascarencis), Pinang merah
(Cyrtostachis lakka), Bambu betung (Dendrocalomis sp.)
24
g. Piqturesqeu / Dinamis : Bougenvile (Bouganvillea spectabilis), Flamboyan
(Delonix regia), Trompet biru (Ipomea learil), Bunga pukul empat (Mirabilis
jalafa), Angsana (Pterocarpus indiscus), Kembang kertas (Zinnia).
Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan, baik hutan kota,
hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang
berfungsi untuk mengubah gas karbon dioksida dengan air menjadi karbohidrat dan
oksigen. Proses kimia pembentukan karbohidrat dan oksigen adalah 6 CO 2 + 6 H2O
+ Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat
bermanfaat bagi manusia (Adiastari dan Boedisantoso 2010). Penyerapan karbon
dioksida oleh ruang terbuka hijau dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20
tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson
dan McPherson, 1999 dalam Alfidhdha, 2013). Penanaman pohon menghasilkan
absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon
dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan
karena pada RTH yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya
penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen
dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (IPCC,
1995). Kemampuan tanaman dalam menyerap gas karbon dioksida bermacam-
macam. Menurut Prasetyo et all. (2002) dalam Alfidhdha (2013) hutan yang
mempunyai berbagai macam tipe penutupan vegetasi memiliki kemampuan atau
daya serap terhadap karbon dioksida yang berbeda. Tipe penutupan vegetasi
tersebut berupa pohon, semak belukar, padang rumput, dan sawah.
25
dibawah tajuk. Pengukuran diameter terpanjang dan diameter terpendek tajuk
dilakukan menggunakan meteran / pita ukur seperti Gambar 2. Diameter
terpanjang dan diameter terpendek tajuk kemudian di rata-ratakan menggunakan
persaman
𝐷 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔+𝐷 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝐷𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (2)
2
Dimana:
D : Diameter
: Diameter terpanjang
: Diameter terpendek
Dengan:
L : Luas vegetasi (m)
d : diameter tajuk (m)
26
8. Menghitung Daya Serap Vegetasi
Menghitung daya serap vegetasi, dilakukan dengan cara mengalikan luas tajuk
(dalam hektar) dengan daya serap emisi CO2 berdasarkan tipe penutupan pohon
seperti dalam tabel berikut:
Tabel 5. Daya Serap CO2 Berbagai Tutupan Vegetasi
Tipe Daya Serap CO2
No
Penutupan (kg/ha/jam) (kg/ha/hari) (ton/ha/tahun)
1 Pohon 129,925 1.559,10 569,07
2 Semak/Perdu 12,556 150,68 55,00
3 Padang Rumput 2,74 32,88 12,00
4 Sawah 2,74 32,99 12,00
Sumber : Prasetyo, dkk dalam Laksono (2013)
Untuk menghitung daya serap CO, menurut Mulyadin dan Gusti dalam
Suryani, 2014 data daya serap CO2 dalam Tabel. 5, perlu dikonversi ke CO
menggunakan persamaan
𝑀𝐶𝑂
𝑀 𝐶𝑂 = (𝑀𝑟 𝐶𝑂2 ) × 𝑀𝑟 𝐶𝑂 (4)
2
Keterangan:
M = Beban emisi
Mr = Massa relatif (𝐶𝑂2 = 44) dan (CO = 28)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
28
Adapun kerangka pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
29
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini:
30
5. Formulir survei penelitian/pengambilan data dan alat tulis
Formulir survei dalam penelitian ini berfungsi untuk mengumpulkan data-data
dan pencatatan mengenai data yang diambil dilapangan. Formulir survei
penelitian/pengambilan data ini terdiri dari formulir survei volume kendaraan
dan formulir vegetasi.
6. Peta Google Earth
Peta lokasi penelitian yang diambil dari Google Earth ini untuk mengetahui
pembagian-pembagian zona di lokasi penelitian.
7. Kamera
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan setiap kegiatan yang ada pada
pengukuran volume kerimbunan pohon.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang nantinya peneliti pilih sebagai
obyek penelitian adalah kendaraan yang melewati dan berada di Balai Kota
Makassar serta vegetasi di Balai Kota Makassar.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Kemudian dalam menentukan sampel dari populasi yang akan
diteliti, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling
dimana peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria spesifik sebagai berikut:
1. Sampel kendaraan yang dipilih adalah kendaraan bermotor yang melewati
lokasi penelitian selama waktu pengukuran.
2. Sampel vegetasi yang dipilih adalah vegetasi jenis pohon dan semak/perdu
yang berada di lokasi penelitian.
31
E. Teknik Pengumpulan Data
32
daerahnya disesuaikan dengan beban emisi yang dihasilkan. Pembagian zona dibagi
berdasarkan jalan di Balai Kota Makassar dan arah angin pada saat pengukuran.
33
Pengukuran dilakukan pada hari Senin, 4 September 2017. Diasumsikan bahwa
arah angin akan berpengaruh dalam penyebaran emisi di udara sehingga diketahui
arah dan kecepatan angin sebagai berikut:
Tabel 6. Arah dan Kecepatan Angin dalam sehari
Kecepatan Angin
NO Waktu Arah Angin
(km/jam)
1 07.00 – 09.00 290 o
4,6
2 11.00 – 13.00 110 o 2,1
3 16.00 – 18.00 80 o
1,5
Sumber: www.bmkg.com
Karena pengukuran hanya dilakukan selama 6 jam maka, data arah angin yang
diambil adalah pada pukul 07.00-09.00; 11.00-13.00; dan 16.00-18.00.
Berdasarkan jalan dan arah angin, maka zona pengukuran dibagi menjadi 4.
34
alat counter yaitu alat penghitung mekanik dan kamera. Penghitungan jumlah
individu pohon dan jenis pohon menggunakan metode sensus, yaitu menghitung
jumlah tiap individu pohon satu per satu secara langsung di lapangan. Setiap pohon
diukur panjang sumbu tajuknya dalam dua arah mata angin yang berlawanan untuk
menghitung luas tutupan tajuk pohon (x dan y). Penghitungan luas penutupan tajuk
tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa penutupan tajuk pohon adalah berbentuk
lingkaran, sehingga untuk mencari luasnya digunakan persamaan luas (Persamaan
3 pada bab II).
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Tujuan
metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan peta, peraturan, pedoman
pelaksanaan, data arah dan kecepatan angin, serta aturan-aturan standar yang telah
dikeluarkan oleh instansi-instansi yang terkait dengan ruang lingkup studi.
35
1. Metode Perhitungan Volume Kendaraan Bermotor
36
berada di belakang Balai Kota, jalan yang diukur adalah jalan di dalam Kantor
Balai Kota.
Jalan pada masing-masing zona dapat dilihat dalam Gambar 9. Jalan pada
masing-masing zona.
1 0,067
2 0,070
3 0,073
4 0,076
Sumber : Hasil Pengukuran (2017)
Sesuai dengan Persamaan 2 mengenai perhitungan luas tajuk pada Bab II,
maka dapat diketahui tahapan perhitungan luas tajuk pohon dan semak. Untuk
menghitung daya serap CO2 oleh vegetasi, dilakukan dengan cara mengalikan luas
37
tajuk (dalam hektar) dengan daya serap berdasarkan tipe penutupan pohon yang
dapat dilihat pada Tabel 6 pada Bab II mengenai Daya Serap CO2 Berbagai
Tutupan Vegetasi. Untuk mneghitung daya serap CO oleh vegetasi diperoleh
dengan mengkonversi daya serap CO2 oleh vegetasi yang ada dalam Tabel 6 pada
Bab II menggunakan Persamaan 4 pada Bab II kemudian mengalikan luas tajuk
(dalam hektar) dengan hasil konversi.
38
BAB IV
Analisis volume sepeda motor ini bertujuan untuk mengetahui besaran jumlah
sepeda motor yang beroprasi dalam satuan waktu, dalam hal ini yaitu satu jam.
Dimana volume kendaraan sepeda motor di empat zona dapat dilihat dalam Tabel
berikut:
Tabel 8. Volume Sepeda Motor
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
07.00-08.00 2407 1099 1481 146
08.00-09.00 2108 1165 1140 80
11.00-12.00 2131 1285 1150 51
12.00-13.00 2107 1070 1165 70
16.00-17.00 2799 1372 1254 122
17.00-18.00 2631 1133 1270 80
Total 14183 7124 7460 549
Dalam Tabel 8 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 14183 kend/jam sementara total
volume kendaraan terkecil pada saat waktu pengukuran terjadi pada Zona IV yaitu
549 kend/jam. Dari Tabel 8 juga diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada
Zona I pada pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 2799 kend/jam. Volume kendaraan
39
yang besar terjadi di Zona I dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Waktu
pengukuran selama satu jam dengan volume kendaraan terkecil berada di Zona IV
pada pukul 12.00-13.00 yaitu sebesar 70 kend/jam. Fluktuasi volume kendaraan
sepeda motor pada empat zona yang tertera pada Tabel 8 secara visual tersaji pada
gambar berikut:
3500
3000
Volume Kendaraan
2500
2000
1500
1000
500
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV
40
Dalam Tabel 9 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 17140 kend/jam. Dari Tabel 9 juga
diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada Zona I pada pukul 07.00-08.00
yaitu sebesar 3457 kend/jam. Volume kendaraan yang besar terjadi di Zona I
dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Fluktuasi volume kendaraan ringan
pada empat zona yang tertera dalam Tabel 9 secara visual tersaji pada gambar
berikut:
3500
3000
Volume Kendaraan
2500
2000
1500
1000
500
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV
41
Tabel 10. Volume Kendaraan Berat (Lanjutan)
Zona (unit)
PERIODE
I II III IV
11.00-12.00 6 4 10 0
12.00-13.00 5 1 6 0
16.00-17.00 12 8 6 0
17.00-18.00 8 3 7 2
Total 50 24 39 3
Dalam Tabel 10 dapat diketahui bahwa total volume kendaraan terbesar pada
saat waktu pengukuran terjadi pada Zona I yaitu 50 kend/jam. Dari Tabel 10 juga
diketahui volume kendaraan terbesar terjadi pada Zona I pada pukul 16.00-17.00
yaitu sebesar 12 kend/jam. Volume kendaraan yang besar terjadi di Zona I
dikarenakan Zona I merupakan jalan sekunder. Fluktuasi volume kendaraan ringan
pada empat zona yang tertera dalam Tabel 10 secara visual tersaji pada gambar
berikut:
14
12
Volume Kendaraan
10
8
6
4
2
0
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
Zona I Zona II Zona III Zona IV
Dalam tahap analisis emisi karbon dioksida yang berasal dari kendaraan
bermotor, dilakukan analisis volume kendaraan bermotor kemudian dilakukan
analisis pada emisi karbon dioksida di empat zona. Analisis ini dilakukan untuk
42
mengetahui emisi karbon dioksida kendaraan bermotor yang melintas selama jam
puncak pada masing-masing zona.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui emisi karbon dioksida yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor selama jam puncak pada masing-masing zona. Untuk
mengetahi kekuatan emisi tiap zona digunakan Persamaan 1 pada Bab II untuk
menentukan kekuatan emisi (Ray Sihotang, 2015). Berdasarkan Bab II mengenai
konversi kendaraan bermotor, bahwa perlu dilakukan pendekatan matematis untuk
meminimalisir perbedaan dari masing-masing jenis kendaraan yang ada sehingga
lebih mudah dalam perhitungan kekuatan emisi. Adapun pendekatan matematis
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun1993. Untuk faktor
emisi karbon dioksida dapat dilihat dalam Tabel 2 pada Bab II.
43
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai faktor
emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi CO2 di zona I sebagai berikut:
Tabel 12. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 24,514.84 24.51
08.00-09.00 21,417.80 21.42
11.00-12.00 15,552.27 15.55
12.00-13.00 14,322.56 14.32
16.00-17.00 24,328.39 24.33
17.00-18.00 24,512.70 24.51
Dalam Tabel 12, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 yaitu sebesar 24,51 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona I. Fluktuasi kekuatan emisi karbon dioksida pada Zona I yang tertera
dalam Tabel 12 secara visual tersaji pada gambar berikut:
30.00
Besaran Emisi (kg/jam)
44
panjang rata-rata jalan sebesar 0,24 km untuk Zona II. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.006 6 Bus Kecil 0.027
2 Mobil - Bensin 0.027
- Bensin 0.028 - Solar 0.028
- Solar 0.027 7 Truk Besar 0.038
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.036
- Bensin 0.056 9 Truk Kecil
- Solar 0.041 - Bensin 0.019
4 Bus Sedang 0.031 - Solar 0.026
5 Taksi 0.026
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai
faktor emisi CO2 maka maka diperoleh kekuatan emisi CO2 di zona II sebagai
berikut:
Tabel 14. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 6,621.32 6.62
08.00-09.00 6,284.33 6.28
11.00-12.00 6,093.99 6.09
12.00-13.00 5,946.03 5.95
16.00-17.00 7,041.09 7.04
17.00-18.00 6,028.33 6.03
Dalam Tabel 14, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 7.04 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona II.
45
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona II yang tertera dalam Tabel 14 secara visual
tersaji pada gambar berikut:
BEsaran Emisi (kg/jam) 30.00
25.00
20.00
15.00
10.00 6.62 6.28 6.09 5.95 7.04 6.03
5.00
-
07.00-08.0008.01-09.0011.00-12.0012.01-13.0016.01-17.0017.01-18.00
Periode
46
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai
faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 16. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 3,712.27 3.71
08.00-09.00 2,818.76 2.82
11.00-12.00 3,415.03 3.42
12.00-13.00 3,028.68 3.03
16.00-17.00 3,593.77 3.59
17.00-18.00 3,596.30 3.60
Dalam Tabel 16, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 yaitu sebesar 3.71 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan yang
melintasi zona III. Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel
16 secara visual tersaji pada gambar berikut:
30.00
Besaran Emisi (kg/jam)
25.00
20.00
15.00
10.00
3.71 2.82 3.42 3.03 3.59 3.60
5.00
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode
47
Adapun hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.003 6 Bus Kecil
2 Mobil - Bensin 0.011
- Bensin 0.012 - Solar 0.012
- Solar 0.011 7 Truk Besar 0.016
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.015
- Bensin 0.023 9 Truk Kecil
- Solar 0.017 - Bensin 0.008
4 Bus Sedang 0.013 - Solar 0.011
5 Taksi 0.011
Dari data panjang jalan, volume kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan nilai faktor
emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 18. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 115.08 0.12
08.00-09.00 180.84 0.18
11.00-12.00 90.42 0.09
12.00-13.00 140.41 0.14
16.00-17.00 182.04 0.18
17.00-18.00 125.92 0.13
Dalam Tabel 18, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 08.00-09.00 dan 16.00-17.00 yaitu sebesar 0,18 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut.
48
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 18 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
4.50
4.00
Besaran Emisi (kg/jam))
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
24.33
25.00 21.42
20.00 15.55 14.32
15.00
10.00 6.62 6.28 6.09 5.95 7.04 6.03
3.71 2.82 3.42 3.03 3.59 3.60
5.00
0.12 0.18 0.09 0.14 0.18 0.13
0.00
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
49
Berdasarkan Gambar 18 dapat diketahui bahwa emisi karbon dioksida berada
di Zona I. Hal ini karena pada Zona I terdapat Jalan Ahmad Yani yang merupakan
jalan arteri primer. Menurut Kusuma, 2010, jenis jalan arteri memiliki emisi karbon
dioksida terbesar disebabkan oleh jumlah kendaraan rata-rata pada jenis jalan ini
lebih besar dari jenis jalan lainnya.
50
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 20. Kekuatan Emisi (Q) di Zona I
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 4,310.70 4.31
08.00-09.00 3,764.89 3.76
11.00-12.00 2,723.69 2.72
12.00-13.00 2,506.49 2.51
16.00-17.00 4,265.08 4.27
17.00-18.00 4,308.78 4.31
Dalam Tabel 20, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00-08.00 dan 17.00-18.00 yaitu sebesar 4.31 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut. Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona I yang tertera dalam Tabel 20 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
4.31 4.27 4.31
4.50
Besaran Emisi (kg/jam)
4.00 3.76
3.50
3.00 2.72
2.51
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode
51
Selain volume kendaraan, diperlukan konsumsi bahan bakar kendaraan yang
diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi energi spesifik Tabel 3 pada BAB II
mengenai Konsumsi energi spesifik (BPPT dalam Jinca et al, 2009) dengan
panjang rata-rata jalan sebesar 0,24 km untuk Zona II. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona II
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.006 6 Bus Kecil 0.027
2 Mobil - Bensin 0.027
- Bensin 0.028 - Solar 0.028
- Solar 0.027 7 Truk Besar 0.038
3 Bus Besar 8 Truk Sedang 0.036
- Bensin 0.056 9 Truk Kecil
- Solar 0.041 - Bensin 0.019
4 Bus Sedang 0.031 - Solar 0.026
5 Taksi 0.026
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 22. Kekuatan Emisi (Q) di Zona II
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 1,157.76 1.16
08.00-09.00 1,094.80 1.09
11.00-12.00 1,062.70 1.06
12.00-13.00 1,041.86 1.04
16.00-17.00 1,222.47 1.22
17.00-18.00 1,052.33 1.05
Dalam Tabel 22, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 16.00-17.00 yaitu sebesar 1,22 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona II yang tertera dalam Tabel 22 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
52
5.00
3.00
2.00
1.16 1.09 1.06 1.04 1.22 1.05
1.00
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode
53
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 24. Kekuatan Emisi (Q) di Zona III
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 639.03 0.64
08.00-09.00 482.20 0.48
11.00-12.00 586.07 0.59
12.00-13.00 517.78 0.52
16.00-17.00 616.23 0.62
17.00-18.00 619.63 0.62
Dalam Tabel 24, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 07.00 – 08.00 yaitu sebesar 0,64 kg/jam. Kekuatan emisi
yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume kendaraan,
jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 24 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
Besaran Emisi (kg/jam)
4.00
3.00
2.00
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode
54
panjang rata-rata jalan sebesar 0,1 km untuk Zona IV. Adapun hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan di Zona IV
Jenis Konsumsi Jenis Konsumsi
No No
Kendaraan Bahan Bakar Kendaraan Bahan Bakar
1 Motor 0.003 6 Bus Kecil
2 Mobil 7 Truk Besar 0.016
- Bensin 0.011 8 Truk Sedang 0.015
- Solar 0.011 9 Truk Kecil
3 Bus Besar - Bensin 0.008
- Bensin 0.023 - Solar 0.011
- Solar 0.017
4 Bus Sedang 0.013
5 Taksi 0.011
Dari data panjang jalan, volume kendaraan (smp), konsumsi bahan bakar, dan
nilai faktor emisi CO2 maka diperoleh kekuatan emisi sebagai berikut:
Tabel 26. Kekuatan Emisi (Q) di Zona IV
Kekuatan Emisi
PERIODE
(gr/jam) (kg/jam)
07.00-08.00 19.11 0.02
08.00-09.00 31.62 0.03
11.00-12.00 15.73 0.02
12.00-13.00 24.50 0.02
16.00-17.00 31.53 0.03
17.00-18.00 21.27 0.02
Dalam Tabel 26, dapat diketahui kekuatan emisi terbesar terjadi pada waktu
pengukuran yaitu pukul 08.00-09.00 dan 16.00-17.00 yaitu sebesar 0,03 kg/jam.
Kekuatan emisi yang berbeda pada tiap waktu pengukuran dipengaruhi oleh volume
kendaraan, jenis kendaraan, dan jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan
tersebut.
Fluktuasi kekuatan emisi pada Zona III yang tertera dalam Tabel 26 secara
visual tersaji pada gambar berikut:
55
5.00
4.50
4.00
Besaran Emisi (kg/jam))
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.02 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02
-
07.00-08.00 08.01-09.00 11.00-12.00 12.01-13.00 16.01-17.00 17.01-18.00
Periode
Berdasarkan hasil pengolahan data emisi karbon monoksida di tiap zona yang
telah dilakukan, diperoleh kekuatan emisi masing-masing zona yang fluktuasi
kekuatan emisinya secara visual tersaji pada gambar berikut:
5.00
4.31 4.27 4.31
4.50
3.76
Kekuatan Emisi (kg/jam)
4.00
3.50
3.00 2.72
2.51
2.50
2.00
1.50 1.16 1.09 1.22
1.06 1.04 1.05
1.00 0.64 0.59 0.52 0.62 0.62
0.48
0.50 0.02 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02
0.00
07.00-08.00 08.00-09.00 11.00-12.00 12.00-13.00 16.00-17.00 17.00-18.00
Periode Pengukuran
56
Berdasarkan Grafik 23 dapat diketahui bahwa emisi karbon dioksida berada di
Zona I. Hal ini karena pada Zona I terdapat Jalan Ahmad Yani yang merupakan
jalan arteri primer. Menurut Kusuma, 2010, jenis jalan arteri memiliki emisi karbon
dioksida terbesar disebabkan oleh jumlah kendaraan rata-rata pada jenis jalan ini
lebih besar dari jenis jalan lainnya.
Pada analisis eksisting ruang terbuka hijau akan ditinjau dari jenis vegetasi,
jumlah, dan luas tutupan tajuk vegetasi pada masing-masing zona.
Balai Kota Makassar memiliki beberapa jenis vegetasi. Dari data yang telah
dikumpulkan, maka dibuat persentase jenis vegetasi yang terdapat pada empat zona
berdasarkan jenis vegetasi.
5% 6% 8%
32%
36%
14%
Angsana Glodogan Tiang Cemara
Terminalia Molineti Mangga Palem Ratu
57
36% atau sebanyak 38 pohon. Sementara pohon dengan persentase terkecil yaitu
6% atau sebanyak 6 pohon adalah Palem Ratu.
1%1% 9% 1%
3%
8%
78%
Daun Pucuk Merah Bougenvile Duranata sp
Kemuning Palem Mac Arthur's Cordyline sp.
Iresine Herbistii
28%
Angsana Trembesi Cemara
Terminalia Molineti Mangga Ketapang
Palem Ratu
58
3%1%1%
27%
23%
4%
1%
15%
8%
1%
1%10% 4%1%
Hemographis Bicolor Cordyline sp. Bougenville
Canna sp. Palem Mac Arthur's Agave Angutifolia
Sansiveria sp. Iresine Herbistii Acalypha sp.
Teh-tehan Chlorophytum Tabernamontana
Gambar 27. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona II
Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis semak/perdu yang terdapat di
Zona II terdiri dari Hemographis bicolor, Canna sp., sansiveria sp., Teh-tehan,
Longifolia, Cordyline sp., palem mac arthur’s, Iresine herbistii, Chlorophytum,
Murayya sp., bougenville, Agave Angustifolia, Acalypha sp., dan Tabernamontana.
Dari diagram juga dapat diketahui bahwa Hemographis bicolor merupakan
semak/perdu dengan persentase terbanyak yaitu 27% atau sebanyak 50 pohon.
100%
Angsana
59
6% 6%
6%
6%
3%
6% 56%
6%
6%
Daun Pucuk Merah Soka
Tulang-tulang Cordyline sp.
Palem Mac Arthur's Teh-tehan
Tabernamontana Ervatamia Casonaria
Gambar 29. Diagram Persentase Jenis Semak/Perdu di Zona III
Pada diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis semak/perdu yang terdapat di
Zona II terdiri dari Teh-tehan, Cordyline sp., palem mac arthur’s, tulang-tulang,
Ervatamia casonaria, Murayya sp., daun pucuk merah, soka, dan Tabernamontana.
Dari diagram juga dapat diketahui bahwa daun pucuk merah merupakan
semak/perdu dengan persentase terbanyak yaitu 56% atau sebanyak 19 pohon.
6%
6%
3%
6%
3%
6%
69%
60
2. Analisis Jumlah Vegetasi di Balai Kota Makassar
Pada tiap zona dapat diketahui jumlah pohon dan semak/perdu pada masing-
masing zona, yaitu sebagai berikut:
Tabel 27. Jumlah Vegetasi Pada Tiap Zona
Jumlah
No Zona
Pohon Semak/Perdu
1 Zona I 106 80
2 Zona II 80 183
3 Zona III 14 34
4 Zona IV 0 32
TOTAL 200 329
61
a. Analisis Luas Tutupan Pohon dan Daya Serap Terhadap CO 2
Luas tutupan untuk vegetasi pohon terdapat dalam Tabel 29 sebagai berikut :
Tabel 29. Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO2
Luas Tutupan Daya Serap CO2 Daya Serap
Zona
(ha) (kg/ha/jam) (kg/jam)
Zona I 0,0105 12,556 0,1318
Zona II 0,3099 12,556 3,8912
Zona III 0,0033 12,556 0,0418
Zona IV 0,0008 12,556 0,0105
62
dibagi menjadi empat zona. Dalam Tabel 29, Zona II merupakan zona dengan luas
tutupan terbesar yaitu sebesar 0,3099 ha dengan potensi daya serap CO2 pada Zona
II sebesar 3,8912 kg/jam. Adapun Zona IV dengan daya serap terkecil yaitu 0,0105
kg/jam. Perbedaan daya serap vegetasi di tiap zona, disebabkan oleh perbedaan
jenis vegetasi dan luas tutupan vegetasi. Menurut penelitian Laksono pada tahun
2013, semakin banyak jumlah vegetasi dan luas tutupannya, maka semakin besar
pula daya serap vegetasi yang dihasilkan.
Berdasarkan Luas Tutupan Vegetasi dapat diketahui daya serap setiap vegetasi
sebagai berikut:
Tabel 30. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona I
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 9 1.38259
2 Glodogan Tiang 34 1.50565
3 Terminalia Molineti 38 3.92528
4 Cemara 15 0.41997
5 Palem Ratu 6 0.47446
6 Mangga 6 0.07874
7 Daun Pucuk Merah 62 0.03786
8 Iresine Herbistii 1 0.07534
9 Cordyline sp. 8 0.00081
10 Kemuning 1 0.00252
11 Bougenvile 6 0.00383
12 Pangkas Kuning 2 0.00140
13 Kemuning 1 0.00252
14 Palem Mac Arthur 1 0.00116
Daya serap CO2 terbesar di Zona I dihasilkan oleh pohon Terminalia Molineti.
Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena pohon Terminalia Molineti
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.
63
Tabel 31. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona II
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 34 6.08316
2 Trembesi 21 3.99999
3 Palem Ratu 4 0.28986
4 Cemara 1 0.03682
5 Ketapang 4 0.93597
6 Mangga 4 0.87559
7 Terminalia Molinenti 9 0.42041
8 Hanjuang 27 0.02814
9 Hemigraphis Bicolor 50 0.07435
10 Bougenville 2 0.00050
11 Longifolia 2 0.00051
12 Canna sp 8 0.01192
13 Palem Mac Arthur's 18 0.02010
14 Marginata 2 0.00115
15 Lidah Mertua 1 0.00008
16 Iresine Herbistii 14 0.02734
17 Acalypha sp 2 0.00198
18 Murraya Bicolor 2 0.00107
19 Teh-tehan 8 3.69019
20 Es Lilin Hijau 42 0.01497
21 Taberna montana 5 0.01846
Daya serap CO2 terbesar di Zona II dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 32. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona III
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 14 3.39
1 Daun Pucuk Merah 19 0.01369289
2 Soka 2 0.00062089
3 Tulang-tulang 2 0.00013596
4 Cordyline sp. 2 0.00093170
5 Palem Mac Arthur's 1 0.00176344
6 Teh-tehan 2 0.01431384
7 Tabernamontana 2 0.00064779
8 Ervatamia Casonaria 2 0.00145954
64
Tabel 32. Daya Serap CO2 oleh Vegetasi di Zona III (Lanjutan)
Daya Serap CO2
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
9 Murayya Paniculata 2 0.00530731
Daya serap CO2 terbesar di Zona III dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 33. Daya Serap Vegetasi di Zona IV
Daya Serap CO2
No Nama Pohon Jumlah
(kg/jam)
1 Daun Pucuk Merah 22 0.00595
2 Soka 2 0.00020
3 Bougenville 1 0.00026
4 Cordyline sp. 3 0.00153
5 Agave Angutifolia 6 0.00129
6 Lidah Mertua 2 0.00014
7 Cabe 2 0.00002
Daya serap CO2 terbesar di Zona IV dihasilkan oleh semak daun pucuk
merah. Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena semak daun pucuk merah
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.
Tabel 34. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO2
Daya Serap
Daya Serap Pohon Daya Serap Total
Zona Semak/Perdu
(kg/jam) (kg/jam)
(kg/jam)
Zona I 7,7778 0,1318 7,9096
Zona II 12,9376 3,8912 16,8288
Zona III 3,3936 0,0418 3,4353
Zona IV 0,0000 0,0105 0,0105
Setelah diketahui daya serap CO2 pohon dan semak/perdu, maka daya serap
tersebut diakumulasi untuk mengetahui daya serap keseluruhan vegetasi. Dalam
Tabel 34, Zona II merupakan zona dengan daya serap CO2 tertinggi yaitu sebesar
16,8288 kg/jam. Sementara daya serap CO2 terendah yaitu sebesar 0,0105 terdapat
pada Zona IV.
65
4. Analisis Luas Tutupan Vegetasi dan Daya Serap Terhadap CO
66
b. Analisis Luas tutupan Semak/Perdu dan Daya Serap Terhadap CO
Berdasarkan Luas Tutupan Vegetasi dapat diketahui daya serap setiap vegetasi
sebagai berikut:
Tabel 37. Daya Serap CO oleh Vegetasi di Zona I
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 9 0.87983
4 Cemara 15 0.26726
6 Mangga 6 0.05010
10 Kemuning 1 0.00161
67
Tabel 37. Daya Serap CO oleh Vegetasi di Zona I (Lanjutan)
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
11 Bougenvile 6 0.00244
13 Kemuning 1 0.00161
2 Trembesi 21 2.54545
4 Cemara 1 0.02343
5 Ketapang 4 0.59562
6 Mangga 4 0.55720
8 Hanjuang 27 0.01791
10 Bougenville 2 0.00032
11 Longifolia 2 0.00033
12 Canna sp 8 0.00758
14 Marginata 2 0.00073
17 Acalypha sp 2 0.00126
19 Teh-tehan 8 2.34830
68
Daya serap CO terbesar di Zona II dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 39. Daya Serap Vegetasi di Zona III
Daya Serap CO
No Nama Pohon/Semak Jumlah
(kg/jam)
1 Angsana 14 2.16
2 Soka 2 0.00000000
3 Tulang-tulang 2 0.00008652
6 Teh-tehan 2 0.00910881
7 Tabernamontana 2 0.00041223
Daya serap CO2 terbesar di Zona III dihasilkan oleh pohon Angsana. Besarnya
daya serap tersebut disebabkan karena pohon Angsana merupakan pohon dengan
jumlah terbesar.
Tabel 40. Daya Serap Vegetasi di Zona IV
Daya Serap CO
No Nama Pohon Jumlah
(kg/jam)
0.00379
1 Daun Pucuk Merah 22
0.00012
2 Soka 2
0.00016
3 Bougenville 1
0.00097
4 Cordyline sp. 3
0.00082
5 Agave Angutifolia 6
0.00009
6 Lidah Mertua 2
0.00002
7 Cabe 2
Daya serap CO terbesar di Zona IV dihasilkan oleh semak daun pucuk
merah. Besarnya daya serap tersebut disebabkan karena semak daun pucuk merah
merupakan pohon dengan jumlah terbesar.
69
Tabel 41. Luas Tutupan Total dan Daya Serap Terhadap CO
Daya Serap
Daya Serap Pohon Daya Serap Total
Zona Semak/Perdu
(kg/jam) (kg/jam)
(kg/jam)
Zona I 4.9495 0.0839 5.0334
Zona II 8.2330 2.4762 10.7092
Zona III 2.1595 0.0266 2.1861
Zona IV 0.0000 0.0067 0.0067
Setelah diketahui daya serap CO pohon dan semak/perdu, maka daya serap
tersebut diakumulasi untuk mengetahui daya serap keseluruhan vegetasi. Dalam
Tabel 41, Zona II merupakan zona dengan daya serap CO tertinggi yaitu sebesar
10,7092 kg/jam. Sementara daya serap CO2 terendah yaitu sebesar 0,0067 kg/jam
terdapat pada Zona IV.
Berdasarkan arah angin dari Tabel xx pada Bab III maka dihasilkan prediksi
sebaran polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang melintas pada jam
puncak pagi, siang, dan sore adalah sebagai berikut:
70
Gambar 32. Penyebaran Emisi Waktu Pengukuran 11.00-13.00
71
Tabel 42. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona I
Luas Persentase Daya Serap
Luas Jenis Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas Emisi CO2
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan Emisi CO2 oleh vegetasi
Vegetasi Tutupan oleh vegetasi
(ha) Vegetasi (kg/jam) (kg/jam)
(ha) Vegetasi (kg/jam)
07.00-08.00 24.5100 16.6004 Belum dapat
menyerap
08.00-09.00 21.4200 13.5104 emisi dari
16.00-17.00 24.3300 16.4204 kendaraan
Pohon dan bermotor
0.44 0.0704 15.99% 7.9096
Semak/Perdu dengan
maksimal
17.00-18.00 24.5100 16.6004 selama
waktu
pengukuran
72
Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi oleh arah angin sesuai waktu
pengukuran, Zona II menerima emisi pada waktu pengukuran 11.00-12.00 dan
12.00-13.00 dengan arah angin ke tenggara, vegetasi di Zona II dapat menyerap
emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan baik. Pada waktu
pengukuran 16.00-17.00 dan 17.00-18.00 dengan arah angin ke timur laut, vegetasi
di Zona II dapat menyerap emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor dengan
baik.
Tabel 44. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO2 Zona III
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO2 Emisi CO2 Kapasitas Daya Serap
Tutupan Luas
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO2 oleh vegetasi
Vegetasi Tutupan
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
Belum dapat
07.00-08.00 3.7100 0.2747 menyerap
dari
kendaraan
Pohon dan 3.4353 bermotor
0.18 0.0294 16.36%
Semak/Perdu dengan
08.00-09.00 2.8200 -0.6153 maksimal
selama
waktu
pengukuran
73
dengan baik. Emisi kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini
dikarenakan volume kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari
daya serap vegetasi yang ada di zona IV. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi
di Zona IV dapat dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu
dengan vegetasi yang daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman
berupa semak/perdu yang dapat ditanam di dalam pot. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Laksono pada tahun 2013, semakin besar luas tutupan vegetasi,
maka semakin besar pula daya serap karbon dioksida. Hal ini sesuai dengan data
hasil analisis yang dilakukan peneliti.
74
dengan baik. Emisi kendaraan bermotor yang belum terserap dengan baik ini
dikarenakan volume kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi lebih besar dari
daya serap vegetasi yang ada di zona I. Untuk mengoptimalkan daya serap emisi di
Zona I dapat dilakukan revegetasi (mengganti jenis vegetasi) semak/perdu dengan
vegetasi yang daya serap emisinya lebih baik, atau menambahkan tanaman berupa
semak/perdu yang dapat ditanam di dalam pot.
Tabel 47. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona II
Daya Serap
Luas Persentase
Luas Jenis Emisi CO Emisi CO
Tutupan Luas Kapasitas Daya Serap Emisi
PERIODE Zona Tutupan Kendaraan oleh
Vegetasi Tutupan CO oleh vegetasi (kg/jam)
(ha) Vegetasi (kg/jam) vegetasi
(ha) Vegetasi
(kg/jam)
11.00-12.00 1.06 -9.649
Dapat menyerap
12.00-13.00 -9.669 dari kendaraan
Pohon dan 1.04 10.709
0.42 0.4095 97.50% bermotor dengan
16.00-17.00 Semak/Perdu -9.489
1.22 maksimal selama
waktu pengukuran
17.00-18.00 1.05 -9.659
75
Tabel 49. Efisiensi Daya Serap RTH Terhadap Emisi CO Zona IV
Daya Serap
Luas
Luas Persentase Jenis Emisi CO Emisi CO Kapasitas Daya Serap
Tutupan
PERIODE Zona Luas Tutupan Tutupan Kendaraan oleh Emisi CO oleh vegetasi
Vegetasi
(ha) Vegetasi Vegetasi (kg/jam) vegetasi (kg/jam)
(ha)
(kg/jam)
Belum dapat
11.00-12.00 0.02 0.013 menyerap dari
kendaraan
0.007 bermotor
0.1 0.0008 0.84% Semak/Perdu
dengan
12.00-13.00 0.02 0.013 maksimal
selama waktu
pengukuran
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Balai Kota Makassar, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Emisi karbon dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan bermotor di
setiap zona berbeda-beda pada setiap jam pengukuran.
2. Di setiap zona, telah terdapat Ruang Terbuka Hijau, ditinjau dari keberagaman
jenis dan jumlah vegetasi. Tetapi terdapat perbedaan luas tutupan vegetasi yang
dipengaruhi oleh diameter kanopi/tajuk masing-masing vegetasi yang terdapat
di setiap zona
3. Kemampuan daya serap vegetasi di setiap zona berbeda-beda. Untuk Zona II
dan Zona III, emisi karbon dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan
bermotor sudah 100% dapat diserap oleh vegetasi yang ada. Sementara untuk
Zona I emisi karbon dioksida dari kendaraan bermotor belum 100% dapat
diserap oleh vegetasi yang ada. dan Zona IV emisi karbon dioksida dan karbon
monoksida dari kendaraan bermotor belum 100% dapat diserap oleh vegetasi
yang ada. Kemampuan daya serap 100% ini berdasarkan data emisi selama jam
pengukuran (siang hari).
B. Saran
77
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai besar emisi karbon dioksida dan
penyebarannya untuk mengetahui tingkat paparan di berbagai sebaran lokasi.
78
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
CO Karbon Monoksida
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Alfidhdha, Rizky. 2013. Studi Tingkat Ketersediaan Dan Kebutuhan Rth Taman
Aly, S.H., 2015. Emisi Transportasi Kuantitas Emisi Berdasarkan Marni Model.
Penerbit Plus. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesi (MKJI)
1997
Gorahe, I. M., PEMODELAN HUBUNGAN ANTARA ARUS LALU LINTAS DAN
POLUSI UDARA (CO) (Studi kasus : Ruas jalan Sam Ratulangi depan Indo
Meubel, ruas jalan Ahmad Yani depan Koni dan ruas jalan Piere Tendean
samping patung pahlawan). Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 (484-491)
Hanafri, Kartika Sari, 2011. Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Mereduksi
Polutan Udara Menggunakan Program Citygreen Di Jalan Raya Padjajaran,
Kota Bogor. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertania Institut
Pertanian Bogor.
Hanami, Zarah. 2017. Analisis Hubungan Waktu Tempuh Terhadap Emisi Bergerak
Sepeda Motor Untuk Parameter CO dan CO2 di Ruas Jalan Arteri Kota
Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Hsanuddin.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2007. Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
xix
Kusuma, W. P., 2010. Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi
Karbon Di Surabaya Bagian Barat. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.
Laksono. Agung, Damayanti. Alia. 2013. Analisis Kecukupan Jumlah Vegetasi
Dalam Menyerap Karbon Monoksida (CO) Dari Aktivitas Kendaraan
Bermotor Di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Surabaya: Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
Pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008 mengenai Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 32 tahun
2006 Tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap
Bangun Yang Berdiri Sendiri
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang kendaraan
dan pengemudi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Kendaraan
Pratiwi, Anita. 2017. Analisis Hubungan Waktu Tempuh Terhadap Emisi Bergerak
Sepeda Motor Untuk Parameter CO dan CO2 di Ruas Jalan Arteri Kota
Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Hsanuddin.
Ray Sihotang, Samuel, Abdu. Fadli Assomadi. 2015. Pemetaan Distribusi
Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) Dari Kontribusi Kendaraan Bermotor Di
Kampus Its Surabaya Mapping. Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.
Saleh, Ayuko. 2015. Studi Tingkat Kualitas Udara pada Kawasan RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo di Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
xx
Samudra, Geordane. 2015. Analisis Dan Pemetaan Green Belt Polusi Udara Pada
Ruas Jalan Di Kota Makassar. Makassar: Program Studi Teknik Lingkungan
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Sjharul, M. 2013. Kimia Lingkungan. De La Macca: Makassar
Soedomo, Moestikahadi. 2001, Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah),
Bandung : ITB download
Suryani, Yuliana. 2014. Analisa Kemampuan Jalur Hijau Jalan Sebagai Ruang
Terbuka Hijau (Rth) Publik Untuk Menyerap Emisi Karbon Monoksida (Co)
Dari Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Genteng Surabaya. Surabaya:
Institut Sepuluh Nopember.
Supriyanto dan Irawan U.S. 2001. Teknik Pengukuran Penutupan Tajuk dan
Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer.
Bogor: Laboratorium Silvikultur SEAMEO-BIOTROP.
Tamin, Ofyar Z., 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Tugaswati, A. T. 2008. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Online. (http://www.kpbb.org). Diakses pada Minggu,
22 Mei 2016
Tuhuleruw Moses, Gian. 2014. Studi Power Level Kebisingan Kendaraan
Berat(Truk) 3 AS s/d 4 AS di Kota Makassar. Makassar: Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Wijayanti, Dian Nur. 2012. Gambaran dan Analisis Risiko Nitrogen Dioksida
(NO2) Perkota/Kabupaten dan Provinsi di Indonesia (Hasil Pemantauan
Kualitas Udara Ambien dengan Metode Pasif di Pusarpedal tahun 2011).
Jakarta: Universitas Indonesia.
xxi
LAMPIRAN
xxii
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Proses Pengukuran Vegetasi
2. Pada kolom Search yang ada di ujungkiri atas, masukkan nama tempat yang akan
dihitung luasnya.
3. Bikin folder baru di My Place, caranya; klik kanan tulisan My Place kemudian
pilih Add dan pilih Folder. Kemudian silahkan membuat folder baru
4. Pada folder yang baru Anda buat, buat poligon lihat gambar berikut:
5. Akan muncul jendela baru seperti gambar di bawah ini. Isi kolom nama sesuai
selera. Pada Tab Style, Color Atur ukuran garis secukupnya untuk mempermudah
dalam pengeditan peta nanti dan pilih warna untuk garis batas poligon dan warna
area sesuai selera Anda, tapi supaya daerah kerja Anda tetap terlihat, atur Opacity
secukupnya, dalam gambar menggunakan 25%.
6. Geser Jendela New Poligon agar tidak menutupi daerah yang akan dihitung
luasnya, lalu klik dan drag mouse Anda sampai daerah yang akan Anda hitung
luasnya tertutupi. Setelah selesai lalu klik OK.
7. Untuk mengetahui luas area tadi, Klik kanan Poligon lalu pilih Copy
Latin Tanaman
Pterocarpus Indicus pengarah jalan Tinggi tanaman dapat mencapai 40m. Daun
Willd. Tanaman majemuk menyirip ganjil. Bunganya merupakan
6 peneduh majemuk tandan. Kelopak bunganya berbentuk
Indonesia lonceng dengan mahkota bunga berwarna jingga.
Angsana
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN
Latin
Tanaman
Sokka sp.
pembatas Tanaman berasal dari daerah Asia Tropis, bunga
9
Tanaman tabir berwaran merah, kuning, putih, atau oranye
Indonesia
(screen)
Soka
Tanaman
pengarah jalan
Latin
dan Tinggi tanaman ini berkisar anatar 10 – 15 meter.
Polyalthia longifolia
penghalang Daunnya berwarna hijau mengilak, berbentuk
11
tabir yang lanset memanjang, bagian ujung menyempit, dan
Indonesia tepi daun berombak.
efektif jika
Glodogan Tiang
ditanam
sejajar
Latin
- Saat muda, daun berwarna merah, lalu secara
Tanaman
14 perlahan berubah menjadi hijau. Tajuk pohon
pengarah jalan
Indonesia berbentuk oval panjang.
Daun pucuk merah
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN
Latin
Keseluruhan tanaman ini dominan hijau dan
Phychosperma Tanaman dapat tumbuh merumpun. Tanaman ini berasal
19 Macarthurti pengarah jalan dari Australia dan New Guinea. Tinggi tanaman
Indonesia ini dapat mencapai 6 meter
Palem Mac Arthur's
Latin
Iresine Herbistii
20 -
Indonesia
-
NO NAMA VEGETASI GAMBAR FUNGSI KETERANGAN
Suku pinang-
Latin
pinangan atau Arecaceae merupakan
Archontophoenix
sekelompok tumbuhan berbunga yang banyak
21 Alescandrae
anggotanya memiliki nilai penting dalam
Indonesia kehidupan manusia. Salah satunya adalah Palem
Palem Ratu
ratu.
Suku cemara-
cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70
jenis tetumbuhan. Sebagian besar suku ini
terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di
wilayah tropis Dunia Lama, termasuk Indo-
Malaysia, Australia, dan Kepulauan Pasifik.
Latin Cemara sendiri merupakan tetumbuhan hijau
- abadi yang sepintas lalu dapat disangka
22
Indonesia sebagai tusam karena rantingnya yang beruas
Cemara pada dahan besar kelihatan seperti jarum, dan
buahnya mirip runjung kecil. Namun
kenyataannya pepohonan ini bukan
termasuk Gymnospermae, sehingga mempunyai
bunga, baik jantan maupun betina. Bunga
betinanya tampak seperti berkas rambut, kecil
dan kemerah-merahan.
LAMPIRAN 7
UJI KORELASI
UJI KORELASI EMISI DAN JUMLAH KENDARAAN
1. Langkah pertama adalah menghitung laju alir gas kering knalpot dengan
273,15 1
= 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 × × × (1 − 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛)
273.15 × 𝑇 𝑃
T = Suhu (oC)
P = Tekanan (1 atm)
Kelembapan =%
𝐸(𝑝𝑝𝑚)
𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖 = × 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 × 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐺𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 60
1000000
Emisi = kg/jam