Oleh :
IHWAN SUHARDIMAN
105 81 1654 12 105 81 1663 12
FAKULTAS TEKNIK
2017
ANALISIS REMBESAN PADA BENDUNGAN TIPE URUGAN
(UJI SIMULASI LABORATORIUM)
Skripsi
IHWAN SUHARDIMAN
105 81 1654 12 105 81 1663 12
i
ANALISIS REMBESAN PADA BENDUNGAN TIPE URUGAN
(UJI SIMULASI LAB)
ABSTRAK
Analisis Rembesan pada Bendungan Tipe Urugan (Uji Simulasi Lab) dibimbing oleh Maruddin
Laining dan Nurnawaty. Bendungan adalah sebuah struktur konstruksi yang dibangun untuk menahan
laju air dari sisi hulu ke hilir. Salah satu masalah pada bendungan adalah rembesan. Rembesan
didefenisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan cairan yang berupa air atau minyak
mengalir melewati rongga pori. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi
tinggi hidrostatis terhadap rembesan yang terjadi pada tubuh bendungan. Material pembentuk tubuh
bendungan adalah jenis tanah lempung organik. Penelitian ini meninjau pola rembesan dan debit
rembesan terhadap variasi tinggi hidrostatis. Debit rembesan (Q f) dihitung menggunakan 3 metode
yaitu metode Dupuit, metode Schaffernak, dan metode Cassagrande. Variasi tinggi hidrostatis yang
ditinjau adalah H10, H15, dan H20. Pada metode Cassagrande memperlihatkan debit yang tertinggi
untuk H10 dan H15, pola rembesan yang terjadi tidak signifikan, karena waktu rembesannya sangat
lambat, akibatnya debit rembesan yang dihasilkan pun sangat kecil. Sedangkan pada tinggi
hidrostatis H20 metode Schaffernak memperlihatkan debit yang tertinggi. Berbeda dengan variasi
tinggi H20 pola rembesan yang terjadi sangat signifikan, Karena waktu rembesannya sangat cepat,
akibatnya debit rembesan yang dihasilkan pun sangat besar.
Kata kunci : Rembesan, Tinggi Hidrostatis, Bendungan Urugan
ABSTRACT
Seepage Analysis on Urugan Type Dam (Lab Simulation Test) is guided by Nurnawaty and Maruddin
Laining. A dam is a construction structure built to withstand water rates from upstream to
downstream. One of the problems with the dam is the seepage. The permeability is defined as the
nature of the porous material that allows liquid in the form of water or oil to flow through the pore
cavity. The purpose of this study is to determine the effect of hydrostatic high variation on seepage
that occurs in dam body. The body building material of the dam is a type of organic clay soil. This
study looks at seepage patterns and seepage discharge against high hydrostatic variations. The
seepage discharge (Qf) is calculated using 3 methods of Dupuit method, Schaffernak method, and
Cassagrande method. The hydrostatic high variations studied were H10, H15, and H20. In the
Cassagrande method showing the highest discharge for H10 and H15, the seepage pattern is not
significant, because the seepage time is very slow, resulting in the resulting seepage discharge is very
small. While on hydrostatic high H20 Schaffernak method showed the highest discharge. In contrast
to the high variation of H20 seepage pattern that occurs very significant, Because the time of seepage
is very fast, resulting in the resulting seepage discharge is very large.
Keywords: Seepage, Hydrostatic Height, Urugan Dam
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi Ujian Akhir ini dengan
baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada Jurusan Sipil dan Perencanaan
kami adalah: “Analisis Rembesan pada Bendungan Tipe Urugan (Uji Simulasi
Laboratorium)”
yang berguna dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan serta keikhlasan hati, kami mengucapkan
Ir. Hj. Nurnawaty, ST., MT selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
Demikian pula kepada Bapak Ir. Hamzah Al Imran, ST., MT. sebagai
Muh. Syafaat S. Kuba, ST. sebagai Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik
v
Selanjutnya terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai
pada Fakultas Teknik atas segala waktunya telah mendidik dan melayani kami
Makassar.
Ucapan terima kasih pula kepada Ayahanda dan ibunda tercinta yang
Angkatan 2012 dengan rasa persaudaraan yang tinggi banyak membantu dan
Pada akhir penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta saran dan kritik
sehingga laporan tugas akhir ini dapat menjadi lebih baik dan menambah
akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan untuk pembaca pada
umumnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
PENGESAHAN ....................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
ABSTRAK ............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
E. Batasan Masalah........................................................................................4
A. Bendungan Urugan....................................................................................8
1. Definisi Bendungan.............................................................................8
vii
4. Perancangan Untuk Bendungan Urugan .............................................15
C. Rembesan ..................................................................................................21
1. Alat......................................................................................................36
2. Bahan...................................................................................................36
viii
E. Profil Rembesan ........................................................................................38
G. Pencatatan Data........................................................................................41
A. Karakteristik Tanah...................................................................................44
A. Kesimpulan ...............................................................................................65
B. Saran..........................................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal.
x
19. Gambar Profil Rembesan H20....................................................................39
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Hal.
5. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian pertama H10 ....47
7. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Ketiga H10 ......48
8. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Pertama H15 ...... 49
9. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Kedua H15 .......... 50
10. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Ketiga H15.......... 50
11. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Pertama H20 ...... 51
12. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Kedua H20 .......... 52
13. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian Ketiga H20.......... 52
xii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
t = Waktu rembesan
L = Jarak rembesan
K = Koefisien permeabilitas
Qf = Debit rembesan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang sering terjadi pada bendungan adalah rembesan
pada tubuh bendungan. Rembesan merupakan aliran air yang secara terus menerus
mengalir dari sisi hulu menuju sisi hilir, aliran air ini merupakan aliran dari air
sungai, danau atau waduk melalui material yang lolos air (permeable), baik
tanah yang berbutir halus mempunyai rembesan yang kecil dan daya rembes yang
besar. Sedangkan tanah yang berbutir kasar memiliki rembesan yang besar dan
daya rembes yang kecil. Tanah yang bersifat rembesan kecil dan daya rembes
sedangkan tanah yang bersifat rembesan besar dan daya rembes kecil disebabkan
tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel dan struktur tanah. Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air
1
2
rembesan (jaringan aliran) antara bagian sisa hulu dan sisi hilir bangunan. Jika
pengoperasian bendungan, rawan terjadi longsor atau runtuh, hal ini diakibatkan
meluncurnya massa tanah timbunan yang timbul tekanan besar. Selain daripada
itu akibat rembesan yang terlalu besar akan menimbulkan erosi butiran yang
mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya gradien hidrolis. Bila
berangsur–angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi, sehingga
tubuh bendungan.
syarat teknis, pertama pemilihan jenis tanah timbunan yaitu tanah yang ukuran
porinya lebih kecil agar supaya stabilitas pada tubuh bendungan tidak terlalu
besar, dan kedua kepadatan tanah yaitu kepadatannya harus lebih maksimal agar
di dalam rongga pori tidak mudah lolos air yang akan bisa menimbulkan piping.
Dari uraian di atas rembesan merupakan hal yang sangat sulit untuk di
yang baik dan berdiri di atas pondasi yang stabil. Pondasi bendungan sebagai
3
Persyaratan pondasi agar bendungan stabil salah satunya adalah stabil terhadap
skala yang ditetapkan dan sesuai dengan kapasitas alat di Laboratorium Fakultas
mempunyai ukuran lebar puncak yaitu 5 cm, tinggi 28 cm, serta lebar bawah 72
Terkait dengan uraian yang dijelaskan di atas, maka dari itu kami ingin
Simulasi Laboratorium)”.
B. Rumusan Masalah
yang bervariasi ?
2. Berapa besar debit rembesan (Qf) pada bendungan urugan dengan tinggi
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
E. Batasan Masalah
Muhammadiyah Makassar.
4. Fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tanah/ tawar.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini merupakan susunan yang serasi dan teratur oleh karena itu
1. Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Masalah
F. Sistematika Penulisan
A. Bendungan Urugan
1. Definisi Bendungan
5. Bahan Bendungan
B. Analisa Saringan
2. Klasifikasi Tanah
6
C. Rembesan
1. Pengertian Rembesan
6. Tekanan Rembesan
7. Tekanan Hidrostatis
8. Pola Rembesan
D. Tekanan Kapiler
1. Alat
2. Bahan
3. Model Penelitian
E. Propil Rembesan
F. Langkah-Langkah Penelitian
G. Pencatatan Data
H. Analisa Data
A. Karakteristik Tanah
C. Analisa Data
a. Kesimpulan
b. Saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bendungan Urugan
1. Definisi Bendungan
konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air atau sungai bawah tanah yang
pada umumnya akan menjadi waduk atau danau artificial. Bendungan pada
umumnya memiliki tujuan utama untuk menahan air tetapi juga memiliki bagian
yang disebut pintu air atau tanggul yang digunakan untuk mengelola, mencegah
atau membuang aliran air ke daerah lain, secara bertahap atau berkelanjutan.
urugan yang umum digunakan, yaitu timbunan tanah (earth-fill dam) dan
timbunan batu (rock-fill dam), tergantung dari material dominan yang menyusun
dibangun dengan material inti tanah yang telah dipadatkan dan telah memenuhi
8
9
tanggul atau wedge yang berfungsi untuk memblokir jalur air. Salah satu
tanah terbuat dari tanah yang telah dipadatkan (dan juga campuran batu, krikil,
pasir dan lain lain) mereka dapat dibuat dengan mudah dengan bahan-bahan lokal
yang pasti tersedia, sehingga mengurangi biaya dalam membawa bahan luar ke
lokasi pembangunan.
lokal yang diangkut oleh manusia dan dipadatkan oleh binatang. Kemajuan yang
besar dalam menjamin ke dapan bendungan urugan terhadap air dilakukan oleh
kemajuan dengan munculnya bendungan beton seperti arch dam yaitu bendungan
jumlah besar dengan harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh,
maka bendungan urugan dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positif.
dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya tipe-
tipe peralatan yang diproduksi, maka dapat dipilih peralatan yang cocok, sesuai
pelaksanaannya.
3) Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan
a. Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
b. Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping ) oleh gaya-gaya yang timbul
dengan baik, maka bendungan urugan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) tipe
utama, yaitu:
a. Bendungan homogen
yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis
b. Bendungan zonal
membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran
timbunan yang lulus air (zone lulus air), sedangkan penahan rembesan dibebankan
pada timbunan yang kedap air (zone kedap air), dapat dilihat pada gambar 2
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini
a) Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai (front
core fill type dam). Pada gambar 3 adalah bendungan zonal dengan zone
b) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau bendungan inti
miring, pada keterangan gambar 4, bendungan zonal yang zone kedap airnya
c) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau bendungan inti
tegak (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap
Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh bendungan seperti
pada gambar 5.
14
lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan
kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran
beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, sesuai pada gambar 6
lain, bagian atas bendung/mercu bendung pada bendungan urugan tidak boleh
dilalui oleh air sebab akan merusak bendung itu sendiri. Selain itu bendungan
urugan memiliki bagian-bagian yang serupa dengan tipe bendungan yang lain,
yaitu:
1) Tubuh pada bendungan urugan berupa timbunan tanah atau batu yang terdiri
4) Peredam energi, berfungsi untuk meredam energi dari aliran air yang keluar
dari bendungan.
kapasitas waduk.
6) Intake, bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air menuju sawah yang
biasanya dilaksanakan cukup lama dan mengalami berbagai musim kemarau dan
(construction) harus membuat kegiatan yang paling besar pada setiap musim
kering.
16
Program ini perlu disesuaikan dengan pengalokasian sumber daya dan juga
Dengan demikian durasi proyek dibagi dalam dua bagian yaitu bagian
musim kering dimana kegiatan dibuat maksimal dan bagian musim hujan kegiatan
1) Topografi,
2) Pondasi bendungan,
4) Bahaya banjir,
5) Bahaya gempa,
7) Keadaan musim/cuaca,
8) Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan bendungan dan sumber daya air,
5. Bahan Bendungan
yang sangat ekonomis tentunya itu yang menjadi pilihan utama, maka dari itu
1) Kwalitas dan kwantitas bahan yang ingin digunakan terdapat di sekitar lokasi
pembangunan bendung.
17
Konsep dasar dari bendung tipe urugan adalah harus dapat dibangun atau
didesain dengan menggunakan material lokal yang ada. Hal ini dipertimbangkan
yang lebih efisien dibanding material yang kurang bagus karena tentunya akan
Mengingat hampir semua bahan (seperti: tanah, pasir, kerikil, dan batu) dapat
2 (dua) kali lebih banyak dari pada perhitungan volume rencana teknisnya.
Namun demikian bila rock yang bagus ada pada jarak yang jauh, masih
dapat dianggap layak dengan tetap memperhitungkan biaya angkut ekstra daripada
diinginkan.
B. Analisa Saringan
tanah tergantung juga pada ukuran butiran, oleh karena itu pengukuran butiran
kita lakukan dengan dua cara, yaitu analisa saringan dan analisa hidrometer.
pengayakan dan penggetaran sampel tanah melalui set ayakan/saringan dari yang
19
terbesar sampai yang terkecil. Pada saringan kasar ukurannya ditentukan menurut
Banyaknya jenis tanah tergantung dari beberapa ukuran dan besarnya lebih
1) Untuk membedakan antara tanah bebutir kasardan tanah berbutir halus, kita
a. Tanah berbutir kasar adalah butiran yan gtertahan saringan No. 200 dan
b. Tanah berbutir halus adalah butiran yang lolos saringan No. 200 dan
2) Untuk membedakan kerikil dengan pasir, kita memakai saringan No. 3,4, dan
200 :
a. Kerikil, butiran yang lolos saringan No.3 (7.5 mm) dan tertahan saringan
b. Pasir, butiran yang lolos saringan No. 4 (4.75 mm) dan tertahan saringan
3) Untuk menganalisa lebih lanjut, kita dapat membuat klasifikasi tanah menurut
2. Klasifikasi Tanah
melalui cara empiris yang tersedia dari hasil-hasil pengalaman terdahulu. Akan
memberikan hasil yang tidak tepat, terutama dalam hal perhitungan penurunan
tanah yakni:
(1942), kemudian direvisi oleh kelompok ahli dari USBR ( United State
Bureau Of Reclamation)
Pada sistem Unifed tanah diklasifikasi ke dalam tanah berbutir kasar (pasir
dan kerikil) jika kurang dari 50% lolos saringan no 200, dan sebagai tanah
berbutir halus (lempung dan lanau) bila lebih dari 50% lolos saringan 200.
G = gravel ( kerikil)
S = sand ( pasir)
C = clay (lempung)
21
M = silt ( lanau)
Transportation Officials)
pengelompokkan tanah-tanah.
C. Rembesan
1. Pengertian Rembesan
dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Pori-pori
tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehigga air dapat
mengalir dari titik tinggi energi yang lebih rendah. Untuk tanah permebilitas
dilukiskan sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga pori tanah.
22
terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, rapat massa, serta
jenis tanah lebih atau kurang mempunyai rongga pori, dalam praktek, istilah
sangat kecil, sehingga konsep dasar rembesan dari tinggi energi dan kehilangan
energi ketika air mengalir melalui tanah telah disebutkan ketika air mengalir
melalui medium berpori seperti tanah akan terjadi kehilangan energi yang terserap
oleh tanah.
aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak akan mengalir lewat
rongga pori, sehingga akan dapat mempengaruhi longsoran, erosi lereng dan
paling sedikit dua sumur pengamat. Penurunan penurunan air di suatu lokasi,
berkurang dan bertambahnya jarak dari sumur uji. Bentuk teoritis garis penurunan
berupa lingkaran dengan pusat lingkaran pada sumur uji. Jari-jari R dalam teori
Aliran air ke dalam sumur merupakan aliran gravitasi dimana muka air
tanah mengalami tekanan atmosfer. Debit pemompaan pada kondisi aliran yang
Dengan,
v = kecepatan aliran
aliran yang secara terus menerus mengalir dari hulu menuju hilir. Aliran air ini
merupakan aliran dari air sungai melalui material yang lolos air (permeable), baik
melalui tubuh bendungan maupun pondasi. Untuk itu, pola aliran dan debit
rembesan yang keluar melalui tubuh bendungan atau di bawah tubuh bendung
sangat penting dan perlu untuk diperhatikan, analisa rembesan pada bendungan
umumnya dimodelkan baik secara fisik maupun secara empiris untuk mengetahui
fenomena pola aliran dari rembesan. Selain itu, kondisi aliran yang digunakan
dalam permodelan ini yaitu aliran tetap. atau (steady flow) terjadi di titik manapun
jika kondisi seperti kecepatan, tekanan, dan kedalaman aliran tidak terjadi
24
perubahan terhadap waktu, rata-rata kecepatan dan tekanan aliran tersebut konstan
sehingga mengalami kondisi pergerakan tanah akibat karena tekanan aliran tetap
longsoran, erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh
melewati bendungan yang dibangun dari tanah homogennya. Dalam hal ini
a. Cara Dupuit
adalah garis freatis, yaitu garus rembesan paling atas. Besarnya rembesan
persatuan lebar arah tegak lurus bidang gambar yang diberikan oleh Darcy, adalah
gradient hidrolik (i) adalah sama dengan kemiringan permukaan freatis dan
q=k z
= .
q= (H1² − 2²)………………………………………………(2)
25
Dengan:
K = koefisien permeabilitas
i = kemiringan freatis
b. Cara Schaffernak
merupakan garis AB dalam gambar 8, yang memotong garis kemiringan hilir pada
jarak dari dasar lapisan kedap air. Rembesan persatuan panjang bendungan dapat
q = kz = k a sin α tg α………………………………………….(4)
i= = kemiringan freatis
c. Cara Casagrande
dimana :
k = koefisien permeabilitas
27
i= = kemiringana freatis
berbutir lebih halus menuju lapisan yang lebih kasar, kemungkinan terangkutnya
butiran lebih halus lolos melewati bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi.
Erosi butiran ini mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya gradien
hidrolik. Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran
yang berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi,
Ketebalan lapisan filter dan transisi zones akan tergantung pada tekanan
air yang akan ditahan dan pertimbangan ekonomi. Pada bendungan besar, filter
harus menggunakan batu pecah yang cukup mahal. Oleh karena itu lebar lapisan
28
ini sekecil mungkin yang dapat dipadatkan, yaitu sekitar 3 (tiga) meter. Lapisan
persyaratan:
terbawa aliran.
rembesan ke atas yang terjadi dalam tanah sama dengan ic, maka kondisi tanah
akan pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini juga dapat berakibat
terangkutnya butir butir halus, sehingga terjadi pipa-pipa di dalam tanah yang
stabilitas bangunan.
Sedangkan pada boiling adalah kondisi yang terjadi pada saat tegangan
efektif tanah sama dengan nol. Untuk mengatasi perlu dianalisis besarnya safety
factor minimal yang dibutuhkan oleh owner agar bendungan tetap aman terhadap
boiling ≤ 1,5.
ini maka dapat dihasilkan out put berupa, pressure head dan debit banjir. Namun
29
rembesan air yang mengalir ke hilir melalui tubuh dan pondasi bendungan.
apabila kapasitas filtrasi melampaui batas tersebut, maka kehilangan air yang
terjadi cukup besar, disamping itu kapasitas filtrasi yang besar dapat menimbulkan
gejala suposi (piping) dan gejala semburan (boiling) yang sangat membahayakan
yang melalui tubuh bendungan maupun yang melalui lapisan pondasi) dapat
6. Tekanan Rembesan
tetap, jika air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan mendesak partikel
hidrolik (i).
diperlihatkan pada gambar 11 (Jumikis, 1962). Panjang garis aliran sama dengan
Besarnya gaya tekanan air dapat dinyatakan sebagai fungsi dh, sebagai
berikut:
Dp = ɣwdh.dA
Dengan ɣw adalah berat volume air dan dp adalah gaya hidrodinamis yang
7. Tekanan Hidrostatis
suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu . Besarnya tekanan ini
bergantung pada ketinggian zat cair, massa jenis dan percepatan gravitasi.
31
Tekanan yang dirasakan oleh dasar wadah yang berisi air sama dengan besarnya
P = ρ.g.h ……………………………………………………………….(6)
Keterangan :
tergantung pada jenis dan kedalaman zat cair. Semakin dalam dari permukaan zat
cair maka semakin besar tekanannya. Tekanan hidrostatis jenis zat cair yaitu
8. Pola Rembesan
Menurut Fukuda dan Tutsui (1973), dalam Adam Surya Praja, (2013)
menyatakan bahwa perembesan air dapat terjadi di dalam tubuh tanggul, baik
secara lateral (seepage) dan secara vertikal (perkolasi), yang dipengaruhi oleh
permeabilitas, porositas, tekstur, kedalaman pori, kelembaban dan muka air tanah.
termasuk tanggul, maupun beton. Pada sebagian besar bendungan dapat terjadi
rembesan baik melalui tubuh bendungan itu sendiri (pada jenis bendungan
Apabila material dasar dan pinggirnya merupakan batuan, maka batuan tersebut
Garis freatik sama dengan muka air tanah, yaitu batas paling atas dari
daerah dimana rembesan berjalan. Garis freatik dimulai pada posisi A’ dan
berakhir hingga B. Jarak antara titik B dan ujung tanggul bagian hilir (C)
yang sama (Hardiyatmo, 1992). Kemiringan garis ekuipotensial adalah tegak lurus
terhadap garis aliran. Pada tanah yang yang homogen dapat digambarkan deretan
garis ekuipotensial dan deretan garis aliran yang saling berpotongan secara tegak
lurus. Gambar seperti ini disebut jaringan aliran (flow net) (Wesley, 1973).
buah garis ekuipotensial membentuk interval (Δh) dengan jumlah tertentu yang
D. Tekanan Kapiler
permukaan air sebelah atas. Kejadian ini disebabkan oleh adanya pertemuan
antara dua jenis material yang berbeda sifatnya. Pada prinsipnya, tarikan
permukaan adalah hasil perbedaan gaya tarik antara molekul-molekul pada bidang
pada pipa kapiler yang dicelupkan dalam bejana berisi air. Ketinggian air dalam
pipa kapiler akan lebih tinggi dari pada tinggi air dalam bejana (Gambar 15).
Permukaan air dalam cairan membentuk sudut α terhadap dinding pipa. Tekanan
pada permukaan air dalam pipa dan tekanan pada permukaan air pada bejana akan
sama dengan tekanan atmosfer. Tidak adanya gaya luar yang mencegah air dalam
34
pipa dalam kedudukannya menunjukan bahwa suatu gaya tarik bekerja pada
lapisan tipis permukaan air dalam pipa kapiler, seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 15. Analogi tekanan air kapiler dalam lapisan tanah dan
kedudukannya (sumber: Hardiyatmo, 2012)
Pengaruh tekanan kapiler adalah akibat air tanah tertarik ke atas melebihi
permukaannya. Pori-pori tanah sebenarnya bukan sistem pipa kapiler, tapi teori
kapiler dapat diterapkan guna mempelajari kelakuan air pada zone kapiler. Air
dalam zone kapiler ini dapat dianggap bertekanan negative, yaitu mempunyai
oleh ukuran maksimum pori-pori tanah. Di dalam batas antara (min) dan
METODOLOGI PENELITIAN
diakumulasikan penelitian ini selama 12 bulan mulai dari Juli - Mei 2017.
tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti, dengan tujuan untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari simulasi model
fisik laboratorium.
2. Data sekunder , yaitu data yang diperoleh dari literature dan hasil penelitian
yang sudah ada baik yang telah dilakukan di laboratorium maupun dilakukan
di tempat lain yang bekaitan dengan penelitian tentang rembesan pada tubuh
35
36
Secara umum jenis alat, bahan dan sketsa model penelitian yang akan
1. Alat
2) Mesin pompa air untuk digunakan pengisian air ke dalam kotak model yang
dibuat.
7) Bak penampung air, untuk air cadangan yang akan berputar masuk ke dalam
kotak madel.
8) Curren meter, untuk mengukur kecepatan air di dalam kotak model (running
kosong)
2. Bahan
1) Tanah
3) Air tawar
4) fiber
5) Kertas
37
6) Pulpen/spidol
7) Pipa
8) Lem kaca/fiber
3. Model Penelitian
b
a
c
e
d f
Keterangan gambar:
a. Pipa pengaliran
c. Pipa pembuang
1. Variabel bebas
1) Waktu ( t )
2. Variabel terikat
2) Koefisien permeabilitas ( k )
E. Profil rembesan
4) Air diisi pada bagian hulu tubuh bendungan sebagai daerah genangan
: 100 cm, dengan pertimbangan untuk disesuaikan dengan alat kotak model yang
akan dibuat, bisa dilihat pada tabel 1. Sedangkan untuk dimensi model yang suda
Tinggi 35 cm
Lebar 50 cm
Panjang 100 cm
Dimensi Model
Kemiringan 1 : 1,2
G. Pencatatan data
Hal yang penting dalam setiap penelitian adalah pencatatan data pada
dasarnya yang diambil adalah yang akan difungsikan sebagai parameter dalam
analisa.
H. Analisis Data
hasil studi ini, sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data yang diolah
42
adalah data yang relevan yang dapat mendukung dalam menganalisa hasil
Mulai
Studi Literatur
Literatu literatur berupa:
1. Jurnal
2. Buku-buku
3. Informasi yang menunjang
.
Persiapan Alat dan Bahan Penelitian
Pengamatan dan
Pengambilan data
Tidak
Data
ValidYa
/
Ya
Analisa Data
Kesimpulan
selesai
A. Karakteristik Tanah
Sulawesi Selatan, dengan sampel tanah berwarna kecoklatan. Dari sampel tanah
Makassar yaitu, jenis tanahnya lempung Organik. Apabila ingin lebih jelasnya
bisa dilihat pada lampiran II pecobaan permeabilitas dan berat jenis tanah.
hidrostatis yang arahnya keatas (uplift). Hasil rata-rata waktu rembesan terhadap
bendungan dengan tekanan hidrostatis yang bervariasi dan dapat dilihat pada tabel
44
45
160.0
140.0
Waktu Rembesan (menit)
120.0
100.0
H 10
80.0
H 15
60.0
H 20
40.0
20.0
0.0
0 20 40 60 80
Jarak Rembesan (cm)
hidrostatis maka tekanan rembesan akan semakin meningkat. Dan semakin tinggi
hidrostatis pada bendungan (h) maka waktu rembesan semakin pendek, begitu
pula sebaliknya semakin rendah tinggi hidrostatis maka akan semakin panjang
yang terjadi dari titik nol sampai ke selang 1, kecepatan rembesannya mencapai
25,30 menit dengan jarak 28 cm. Untuk selang 1 ke selang 2 terjadi peningkatan
waktu yaitu 19,20 menit dengan jarak 38 cm, kemudian dari selang 2 ke selang 3
kecepatan rembesan 25,20 menit dengan jarak 48 cm, dari selang 3 ke selang 4
terjadi kecepatan rembesan 34,20 dengan jarak 58 cm. Dari selang 4 ke selang
terakhir yaitu selang 5 kecepatan rembesannya 33,44 menit dengan jarak 68 cm.
rembesan dibandingkan dengan H10. Sesuai data yang kami peroleh dari titik nol
sampai ke selang 1 adalah 17,49 menit dengan jarak 28 cm. Dari selang 1 ke
selang 2 mengalami peningkatan waktu yaitu 7,32 menit dengan jarak 38 cm, dari
selang 2 ke selang 3 terjadi kecepatan rembesan 8,35 menit dengan jarak 48 cm,
dari selang 3 ke selang 4 terjadi kecepatan rembesan 10,08 menit dengan jarak
rembesan dibandingkan dengan H10 dan H 15. Sesuai data yang kami peroleh, dari
titik nol sampai ke selang 1 adalah 9,23 menit dengan jarak 28 cm. dari selang 1
ke selang 2 terjadi peningkatan waktu yaitu 6,00 menit dengan jarak 38 cm, dari
selang 2 ke selang 3 terjadi kecepatan rembesan 6,00 menit dengan jarak 48 cm,
dari selang 3 ke selang 4 terjadi kecepatan rembesan 5,47 menit dengan jarak 58
cm, dari selang 4 ke selang terakhir yaitu selang 5 kecepatan rembesannya 5,06
1) Data tekanan hidrostatis dan tinggi garis rembesan diambil berdasarkan hasil
12 10
28 8
38 7
48 7.5
58 5
68 4
Sumber : Pengelolah Data, 2016
12 10
28 7.5
38 6
48 6
58 5.5
68 4.3
Sumber : Pengelolah Data, 2016
49
Tabel 10. Tekanan hidrostatis dan tinggi rembesan pada pengujian ketiga
Bendungan H 15
Jarak Rembesan (X) Tinggi Rembesan (Y)
18 15
28 11
38 9
48 8.6
58 7.4
68 6.2
Sumber : Pengelolah Data, 2016
51
24 20
28 15
38 13
48 11
58 8
68 7.5
Sumber : Pengelolah Data, 2016
24 20
28 13.5
38 12
48 10
58 10
68 6.7
Sumber : Pengelolah Data, 2016
24 20
28 15
38 13
48 10
58 8
68 6
Sumber : Pengelolah Data, 2016
53
terhadap bendungan, dapat dilihat pada tabel pengamatan di bagian 14. Untuk
dengan tiga variasi tinggi tekanan hidrostatis pada bendungan. Dari ketiga tinggi
bendungan maka semakin tinggi pula garis rembesan, itu disebabkan karena
C. Analisa Data
Dari beberapa teori tentang formasi garis depresi dan perhitungan debit
menggunakan persamaan 2.
k = 0,0204 cm3/det
h1 = 10 cm
h2 = 3,3 cm
L = 72 cm
( ² )
=
, ( , ²)
=
55
,
=
=0,0126 / det = 0,4543 /
diketahui :
k = 0,0204 cm3/det
h1 = 15 cm
h2 = 5,6 cm
L = 72 cm
( ² ²
=
, ( , )
=
,
=
=0,0275 ³/ det = 0,99 /
diketahui :
k = 0,0204 cm3/det
h1 = 20 cm
h2 = 6,7 cm
L = 72 cm
( ² )
=
, ( , ²)
=
56
,
=
=0,0503 ³/ det = 1,8108 /
0.0800
0.0700
Debit Rembesan (ml/jam)
0.0600
0.0500
0.0400 H 10
0.0300
H 15
0.0200
H 20
0.0100
0.0000
0 20 40 60 80
Jarak Rembesan (cm)
Gambar 32. Hubungan antara jarak rembesan dan debit rembesan dengan
tinggi hidrostatis yang bervariasi pada Metode Dupuit
57
hidrostatis maka akan semakin besar debit rembesan. Untuk tekanan hidrostatis
H10 debit rembesannya sebesar 0,0151 ml/jam, tekanan hidrostatis H15 debit
Rumus :
²
a = − −
² ²
, , ²
= − −
° ²( °) ²( °)
, ,
= − −
, , ,
= 68,4073 − 67,579 m
= 0,832 cm
= . . tan
Rumus :
²
a = − −
² ²
, , ²
= − −
° ²( °) ²( °)
, ,
= − −
, , ,
= 68,4073 − 66,2767
= 2,1306 cm
= . sin . tan
Rumus :
²
a = − −
² ²
, , ²
= − −
° ²( °) ²( °)
, ,
= − −
, , ,
= 68,4073 − 64,8923
59
= 3,515 cm
= . sin . tan
maka akan semakin besar debit rembesan. Untuk tekanan hidrostatis H10 debit
sebesar 0,7020 ml/jam, dan tekanan hidrostatis H20 debit rembesannya sebesar
1,0793 ml/jam.
60
1.6
rumus :
H = 7 cm
AD = 28 cm
d = 52,4 cm
= tanˉ¹(1/3) = 40 °
a= ( + ) - ( − )
= 2794,76 − 51,733
= 1,132 cm
= . ²
rumus :
H = 11 cm
AD = 28 cm
0,3(AD) = 8,4 cm
d = 52,4 cm
= tanˉ¹(1/3) = 40 °
a= ( + ) - ( − )
= 53,542−50,738
= 2,804 cm
= . ²
62
rumus :
H = 14 cm
AD = 28 cm
0,3(AD) = 8,4 cm
d = 52,4 cm
= tanˉ¹(1/3) = 40 °
a= ( + ) - ( − )
= 54,237 − 49,681
= 4,556 cm
= . ²
1.6
Debit Rembesan (ml/jam)
1.4
1.2
1
0.8
0.6 H 10
0.4 H 15
0.2 H 20
0
0 20 40 60 80
Jarak Rembesan (cm)
Grafik 34. Hubungan antara jarak rembesan dan debit rembesan dengan
tinggi hidrostatis yang bervariasi pada Metode Cassagrande
hidrostatis maka akan semakin besar debit rembesan. Untuk tekanan hidrostatis
64
H10 debit rembesannya sebesar 0,2865 ml/jam, tekanan hidrostatis H15 debit
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
2. Dari hasil perhitungan debit rembesan dengan tiga metode yaitu, metode
65
66
B. Saran
digunakan.
dikembangkan lagi dengan jenis tanah yang digunakan pada setiap model
Bendungan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Aryani dan Soehoed Y.D.M (2012), Tinjauan Tinggi tekanan Air dan Rembesan
pada Bendungan Menggunakan Alat Peraga Bendung Tanpa Turap.
Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012. Jurusan Teknik Sipil
Universitas Keristen Immanuel Yogyakarta.
Husni Sabar, 2013 Waduk Dan Tenaga Air, Penerbit ITB Institut Teknologi
Bandung
Prasetyo siagian dan N. Suharta 2012 Permebilitas Tanah, Artikel ( diakses pada
19 november 2016)
Sukirman, 2014. Analisis Rembesan Pada Bendung Tipe Urugan Melalui Uji
Hidrolik, Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 2, No. 2, Juni 2014 di
Laboratorium Hidro FT UNSRI, Universitas Sriwijaya.
Sosrodarsono, Suyono. Ir. 1977. Bendungan type Urugan. P.T Pradnya Paramita.
Jakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN 1
Lampiran : Dikerjakan :
Jenis Percobaan : Permeabilitas Diperiksa :
Tgl Pemeriksaan :
PERMEABILITAS
(Falling Head)
Lampiran : Dikerjakan :
Jenis Percobaan :Berat Jenis Spesifik Diperiksa :
Tgl Pemeriksaan :
Nomor Percobaan I
Berat Piknometer, W1(gram) 79
Berat Piknometer + air, W2(gram) 279
Berat Piknometer + air + tanah, W3(gram) 329
Berat tanah kering, Ws(gram) 112
0
Temperatur,T ( C) 26
Faktor koreksi, a 0,99860
Berat Jenis, Gs 1,80
Berat Jenis Rata-rata, Gs 1,80
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai berat jenis sebesar 1,80 gram
Lampiran : Dikerjakan :
Jenis Percobaan : Analisa Saringan Diperiksa :
Tgl Pemeriksaan :
Persen %
No.
Brt £ Brt
Saringa Diameter Brt
Saringan+Tertaha
Saringan Tertahan Tertahan Tertahan Lolos
n n
Lampiran : Dikerjakan :
Jenis Percobaan : Sand Cone Test Diperiksa :
Tgl Pemeriksaan :
Laboratorium Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung G Lt.1 Tlp.(0411)866972
No. Titik 1 2
Berat botol + corong kosong (W1) Gram 758 707
Berat Botol+Corong air (W2) Gram 5300 5300
Berat botol +pasir + corong (W3) Gram 7322 7400
Berat sisa pasir+ botol + corong (W4) Gram 1773 2400
Berat tanah basah + kaleng lapangan (W5) Gram 5683 7600
Berat tanah basah dalam lubang W = W5 - W6 Gram 525 525
Voleme sisa pasir dilubang, V = W7 / gsand Gram 5158 6175
Berat isi tanah basah gw = W / V Gram 8,266 9,299
Berat isi tanah kering gd = gw/(1 + w ) cm3 3,647 3,445
Lampiran : Dikerjakan :
Jenis Percobaan : Kompaksi Diperiksa :
Tgl Pemeriksaan :
Laboratorium Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung G Lt.1 Tlp.(0411)866972
KOMPAKSI
Berat tanah gram 1500 1500 1500 1500 1500
Kadar air mula-mula % 18,89 18,89 18,890 18,89 18,89
Penambahan air 200 300 230 190 270
Kadar air akhir % 23,12 22,47 26,55 37,81 21,58
Berat tanah basah, Wwet gram 2000 2000 2000 2000 2000
Laboratorium Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung G Lt.1 Tlp.(0411)866972
Kadar air rata-rata % 25,21 38,89 55,85 37,81 46,23