Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS DESAIN EXTRAORAL SCAVENGERS


DENGAN METODE KOMPUTASI DINAMIKA FLUIDA

Disusun oleh :

DAVID PRAMANA

17/416881/SV/14619

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GAJAH MADA

2020
LEMBAR NOMOR PERSOALAN

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

iii
MOTTO
“Jangan pernah menunda dalam menyelesaikan
tugas, karena waktu harganya sangat mahal”
(David Pramana)

PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua penulis yang telah mendidik dan memberikan motivasi untuk
saya dalam hal apapun,
2. Kedua saudara saya yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan
study,
3. Semua dosen Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada program studi Teknik
Mesin yang telah memberikan banyak sekali ilmu kepada saya,
4. Bapak Agus dan Bapak Irfan yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan Tugas Akhir saya
5. Semua teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi, semangat,
lelucon dan doa kepada penulis selama belajar di bangku kuliah

iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis yang
berjudul “Analisis simulasi pergerakan aliran fluida pada Extraoral Scavenger
menggunakan ANSYS Fluent ”.
Laporan tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
untuk kelulusan di Program Studi Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah
Mada. Dengan penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan dapat
memberi sedikit tambahan pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi yang
mempelajari bidang teknik mesin.

Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih
penulis haturkan kepada :

1. Dr. Ing. Ir. Agus Maryono selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah
Mada.
2. Dr. Benidiktus Tulung Prayogo, S.T., M.T. selaku ketua departemen Teknik
Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada,
3. Budi Basuki, S.T., M.Eng., selaku Kepala Program Studi Diploma III Teknik
Mesin, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
4. Irfan Bahiuddin, S.T., M.Phil., Ph.D. Selaku dosen pembimbing tugas akhir,
5. Seluruh Dosen dan pengajar Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM
yang telah memberikan ilmu dan pelayanan yang terbaik kepada penulis.
6. Teman – teman angkatan 2017 khususnya kelas AM 1,

v
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan tugas akhir,
baik itu berupa saran, do’a, maupun dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terbilang jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan laporan tugas akhir ini. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat
memberikan manfaat bagi mereka yang membacanya. Sekian terimakasih.

Surabaya, 29 Desember 2020

David Pramana
NIM. 17/416881/SV/14619

vi
INTISARI

Virus Corona (SARS CoV-2) mempengaruhi berbagai aspek kehidupan salah


satu nya pada bidang kedokteran gigi. Aerosol berpotensi menjadi jalur transmisi virus
Corona sehingga meningkatkan resiko infeksi penularan. Oleh karenanya, pencegahan
tersebarnya aerosol selama perawatan gigi menjadi prioritas utama. Extraoral
scavenger menjadi rekomendasi dan sudah terbukti efektif dalam meminimalkan
penyebaran aerosol. Namun, penelitian yang membahas dari sisi kajian desain terutama
pada bagian selang pipa (hose) dan box masih jarang. Penelitian ini mengusulkan
analisis pada variasi dimensi pada hose dan box extraoral scavenger menggunakan
metode komputasi dinamika fluida dengan ANSYS Fluent. Pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengukuran kecepatan extraoral scavenger di laboratorium dan data
hasil simulasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi tekanan dan kecepatan
extraoral scavenger dengan beberapa variasi dimensi (seperti: diameter hose dan
ukuran box) dan variasi pada kapasitas mesin suction. Penelitian ini melakukan
beberapa skenario yaitu, extraoral scavenger dengan diameter hose 32 mm, 38 mm
dan 50 mm, kapasitas mesin suction 0,015 kg/s dan 0,01 kg/s serta pada panjang box
320 mm, 380 mm dan 500 mm.

Hasil penelitian didapatkan semakin kecil diameter hose, semakin besar


distribusi kecepatan dan tekanannya. Hose ukuran 32 mm memiliki nilai kecepatan dan
tekanan masing-masing adalah 35,67 m/s dan -980,07 Pa. Kecepatan dengan variasi
panjang box 320 mm, 380 mm & 500 mm masing-masing adalah 37,02 m/s, 37,87 m/s
& 38,10 m/s. Kecepatan pada kapasitas mesin 0,015 kg/s dan 0,01 kg/s masing-masing
adalah 20,66 m/s dan 14,45 m/s.. Tekanan pada kapasitas mesin 0,015 kg/s dan 0,01
kg/s masing-masing adalah -237,25 & -122,98 Pa. Setelah dibuktikan, hasil distribusi
tekanan dan kecepatan dipengaruhi variasi desain.

Kata kunci: Komputasi dinamika fluida, tekanan, kecepatan, extraoral scavenger.

vii
ABSTRACT
Coronavirus (SARS CoV-2) affects various aspects of life, one of which is in the
field of dentistry. Aerosols have the potential to be a transmission route for the
Coronavirus, increasing the risk of transmission of infection. Therefore, preventing the
spread of aerosols during dental care is a top priority. Extraoral scavenger is
recommended and has been proven effective in minimizing aerosol spread. However,
research that discusses in terms of design studies, especially on the hose and box, is
still rare. This study proposes an analysis of the dimensional variations in the extraoral
scavenger hose and box using the fluid dynamics computation method with ANSYS
Fluent. Data collection was carried out by measuring the speed of extraoral
scavengers in the laboratory and simulation data. The purpose of this study was to
determine the distribution of extraoral scavenger pressure and speed with several
dimensional variations (such as hose diameter and box size) and variations in the
capacity of the suction machine. This research conducted several scenarios, namely,
an extraoral scavenger with hose diameter of 32 mm, 38 mm, and 50 mm, the capacity
of the suction machine was 0.015 kg / s and 0.01 kg / s, and the length of the box was
320 mm, 380 mm and 500 mm.

The results showed that the smaller the diameter of the hose, the greater the
distribution of velocity and pressure. Hose size 32 mm has velocity and pressure values
of 35.67 m / s and -980.07 Pa, respectively. Speeds with variations in the length of the
box 320 mm, 380 mm & 500 mm are 37.02 m / s, 37.87 m / s & 38.10 m / s, respectively.
Speeds at 0.015 kg / s and 0.01 kg / s engine capacities are 20.66 m / s and 14.45 m /
s, respectively. The pressures at engine capacities are 0.015 kg / s and 0.01 kg / s,
respectively. -237.25 & -122.98 Pa. After being proven, the results of the pressure and
speed distribution are influenced by design variations.

Keywords: Computational Fluid Dynamics, pressure, velocity, extraoral scavenger

viii
DAFTAR ISI
LAPORAN TUGAS AKHIR ......................................................................................... i

LEMBAR NOMOR PERSOALAN .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... iii

MOTTO ....................................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

INTISARI ................................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xv

BAB I...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan penelitian ............................................................................................ 3

1.4 Batasan Masalah ............................................................................................. 3

1.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 3

1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................................... 4

1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................... 6

ix
STUDI LITERATUR .................................................................................................... 6

2.1 Pencegahan Penyebaran virus Corona pada Klinik Gigi..................................... 6

2.2 Extra Oral Scavengers ....................................................................................... 11

2.3 Filtrasi................................................................................................................ 15

2.4 Aliran fluida ...................................................................................................... 19

2.5 Komputasi dinamika fluida .......................................................................... 21

BAB III ....................................................................................................................... 25

METODE PENELITIAN............................................................................................ 25

3.1 Diagram alir penelitian ................................................................................. 25

3.2. Alat Penelitian .............................................................................................. 29

3.3. Setup CFD ........................................................................................................ 30

3.3.1 Geometri ............................................................................................... 30

3.3.2 Meshing................................................................................................. 38

3.3.4 Processing ............................................................................................ 41

3.3.5 Post-Processing ..................................................................................... 49

3.4 Permodelan variasi dimensi ......................................................................... 49

3.5 Permodelan variasi kapasitas mesin .................................................................. 50

BAB IV ....................................................................................................................... 51

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 51

4.1 Hasil Pengukuran .............................................................................................. 51

4.2 Perhitungan inertial dan viscous resistance ...................................................... 52

4.3 Distribusi kecepatan dengan variasi diameter ................................................... 54

4.4 Distribusi kecepatan dengan variasi box ........................................................... 59

x
4.5 Distribusi kecepatan dengan variasi kapasitas mesin ........................................ 63

4.6 Distribusi tekanan dengan variasi desain ......................................................... 67

BAB V ........................................................................................................................ 69

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 69

5.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 69

5.2 SARAN ........................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 71

LAMPIRAN ................................................................................................................ 73

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daftar pekerjaan beresiko terpapar virus Corona...................................... 6


Gambar 2.2 Masker N95 ............................................................................................... 7
Gambar 2.3 Fitur-fitur google dan Face shield yang ideal (Revisi 2 1, n.d.)................ 8
Gambar 2.4 Penutup kepala (Revisi 2 1, n.d.) ............................................................... 8
Gambar 2.5 Coverall (CDC, 2018) ............................................................................... 9
Gambar 2.6 High volume suction (Avasthi, 2018) ....................................................... 9
Gambar 2.7 Penggunaan extraoral scavenger pada dental manikin ........................... 10
Gambar 2.8 Aerosol box ............................................................................................. 11
Gambar 2.9 Mesin vakum cleaner sebelum modifikasi (kiri) dan modifikasi mesin
vakum setelah dipasang ke unit gigi (kanan) .............................................................. 12
Gambar 2.10 Jumlah bakteri mulut yang tersisa selama pembersihan karang gigi
(Teanpaisan et al., 2001) ............................................................................................. 13
Gambar 2.11 Jumlah bakteri mulut yang tersisa selama persiapan restorasi .............. 13
Gambar 2.12 extraoral scavenger ............................................................................... 14
Gambar 2.13 Presentase perbedaan rata-rata dalam frekuensi dan intensitas
kontaminasi antara prosedur dengan dan tanpa EOS .................................................. 14
Gambar 2.14 Filter press yang beroperasi pada pabrik pengeringan tanah liat ......... 15
Gambar 2.15 Ukuran kontaminan udara secara umum ............................................... 16
Gambar 2.16 Klasifikasi CEN dan EUROVENT mengenai penyaring ventilasi ....... 17
Gambar 2.17 Klasifikasi ASHRAE ............................................................................ 18
Gambar 2.18 Aliran Turbulen ..................................................................................... 20
Gambar 2.19 Aliran Transisi....................................................................................... 20
Gambar 2.20 Aliran Laminar ...................................................................................... 20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 25
Gambar 3.2 Extraoral scavenger ................................................................................ 26
Gambar 3.3 Bagian box............................................................................................... 27

xii
Gambar 3.4 HEPA Filter 13........................................................................................ 27
Gambar 3.5 Suction motor .......................................................................................... 28
Gambar 3.6 Sketch geometry persegi .......................................................................... 30
Gambar 3.7 Hasil extrude surface .............................................................................. 31
Gambar 3.8 Sketch (kiri) dan planar surface (kanan)................................................. 31
Gambar 3.9 Sketch lingkaran (kiri) dan extrude surface (kanan) ............................... 32
Gambar 3.10 References plane 200 mm ..................................................................... 32
Gambar 3.11 Sketch lingkaran (kiri) dan hasil planar surface (kanan) ...................... 33
Gambar 3.12 References plane 5 mm ......................................................................... 33
Gambar 3.13 Sketch pada plane 2 (kiri) dan extrude boss (kanan) ............................ 34
Gambar 3.14 psketch lingkaran (kanan atas) dan planar surface pada sketch ........... 34
Gambar 3.15 references plane dari right plane .......................................................... 35
Gambar 3.16 sketch line pada right plane................................................................... 35
Gambar 3.17 sketch pada plane 4 ............................................................................... 36
Gambar 3.18 hasil surface sweep ................................................................................ 36
Gambar 3.19 sketch lingkaran di plane 4 .................................................................... 37
Gambar 3.20 Hasil akhir geometri .............................................................................. 37
Gambar 3.21 Hasil proses generate pada ANSYS DesignModeler............................ 38
Gambar 3.22 Pengaturan meshing .............................................................................. 39
Gambar 3.23 Hasil mesh dengan Curvature fine ........................................................ 39
Gambar 3.24 Body Sizing ............................................................................................ 40
Gambar 3.25 check mesh dan report quality............................................................... 40
Gambar 3.26 task page general .................................................................................. 41
Gambar 3.27 Pengaturan Energy ................................................................................ 42
Gambar 3.28 Viscous models ..................................................................................... 42
Gambar 3.29 Material (udara) .................................................................................... 43
Gambar 3.30 Pengaturan porous................................................................................. 44
Gambar 3.31 Boundary conditions ............................................................................. 45

xiii
Gambar 3.32 Solution Methods................................................................................... 46
Gambar 3.33 Solution initialization ............................................................................ 47
Gambar 3.34 Autosave iteration (atas) dan data velocity magnitude (bawah)............ 48
Gambar 3.35 Task Page Run calculation ................................................................... 49
Gambar 4.1 Kecepatan vs pressure drop HEPA Filter ............................................... 52
Gambar 4.2 Capture forum ANSYS (porous media) ................................................. 53
Gambar 4.3Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 32 mm ................................. 54
Gambar 4.4Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 38 mm ................................. 54
Gambar 4.5Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 50 mm ................................. 55
Gambar 4.6 Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 64 mm ................................ 55
Gambar 4.7 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 32 mm ................................ 56
Gambar 4.8 Kontur kecepatan pada plane XY dengan diameter 50 mm ................... 56
Gambar 4.9 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 38 mm ................................ 57
Gambar 4.10 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 64 mm ............................. 57
Gambar 4.11 Kecepatan aliran dengan variasi diameter............................................. 58
Gambar 4.12 kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 320 mm........ 59
Gambar 4.13 kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 320 mm ........ 60
Gambar 4.14 kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 380 mm........ 60
Gambar 4.15 kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 380 mm ........ 61
Gambar 4.16 kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 500 mm........ 61
Gambar 4.17 kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 500 mm ........ 62
Gambar 4.18 Kecepatan aliran dengan variasi box..................................................... 63
Gambar 4.19 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.015)................. 63
Gambar 4.20 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.01) ................... 64
Gambar 4.21 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.03)................... 64
Gambar 4.22 Kontur kecepatan pada hose inlet (kapasitas mesin=0.015) ................ 65
Gambar 4.23 Kontur kecepatan pada hose inlet (kapasitas mesin=0.01) ................... 65
Gambar 4.24 Kontur kecepatan pada hose inlet (mass flow=0.03) ............................ 66

xiv
Gambar 4.25 Kontur tekanan hose 64mm .................................................................. 67

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi suction motor ............................................................................ 28


Tabel 3.2 Perangkat keras komputer ........................................................................... 29
Tabel 3.3 Perangkat lunak komputer .......................................................................... 29
Tabel 3.4 Permodelan variasi dimensi ........................................................................ 50
Tabel 3.5 Permodelan variasi kapasitas mesin ........................................................... 50
Tabel 4.1 Hasil pengukuran ........................................................................................ 51
Tabel 4.2 Perbandingan hasil eksperimen dan simulasi ............................................ 51
Tabel 4.3 Kecepatan vs pressure drop HEPA Filter 13............................................. 52
Tabel 4.4 Nilai inertial dan viskositas ........................................................................ 53
Tabel 4.5 Nilai tekanan dengan variasi diameter ....................................................... 67
Tabel 4.6 Nilai tekanan dengan variasi kapasitas hisap .............................................. 68

xv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak kemunculannya pertama kali di Wuhan, China pada akhir Desember
2019, Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-
CoV-2) telah menyebar dan menginfeksi sebagaian besar dari populasi dunia hanya
dalam beberapa bulan. Pada tanggal 12 maret 2020, organisasi kesehatan dunia atau
WHO (The World Health Organization) telah menyatakan bahwa virus Corona
merupakan pandemi. Cara penularan dari infeksi ini cukup beragam dapat menyebar
melalui udara (airborne), droplet dari pasien positif Corona yang menyebar ketika
batuk atau bersin dan bersentuhan dengan perantara virus Corona yang ter-infeksi (B.
Babu, Kerala, India, S. Gupta, V. Sahni, Chandigarh, 2020). Karena media penularan
berupa udara yang mudah ditemui di kehidupan sehari-hari, penyebaran dari virus
Corona menjadi sangat cepat. Indonesia juga salah satu negara yang menjadi sasaran
dari virus Corona.

Kasus positif Corona yang kian hari kian meningkat menyebabkan kelumpuhan
di berbagai aspek kehidupan salah satunya pada bidang kedokteran gigi. Potensi
penularan penyakit selama perawatan gigi menjadi perhatian besar kepada profesi
kedokteran gigi dan pasien. Prosedur klinis yang menghasilkan aerosol dan droplet
yang dihasilkan dari high speed dental instrumen atau ultrasonic scalers umum terjadi
dalam kedokteran gigi, hingga akhirnya meningkatkan risiko infeksi pada petugas gigi
karena adanya saliva pada pasien. Oleh karenanya, pencegahan tersebarnya aerosol
selama perawatan gigi menjadi prioritas penting dan kegunaan Extra Oral Scavengers
menjadi rekomendasi untuk melindungi perawat gigi dan pasien (Teanpaisan et al.,
2001).

Extraoral Scavenger merupakan alat yang digunakan untuk menghisap droplet


dan aerosol yang terbentuk selama perawatan gigi dilakukan. Alat ini memiliki dua

1
bagian utama, yaitu suction unit dan sterilizer unit. Suction unit berupa lengan suction
yang harus cukup panjang untuk mencapai area kerja dan asisten. Dengan daya listrik
diatas 1000 watt untuk memberikan daya hisap aerosol yang lebih besar. Sterilizer unit
(seperti:air purifier) digunakan untuk mendesinfeksi aerosol yang terhisap, dengan 4
mekanisme utama, yaitu penyaring utama, sinar UV, ion plasma, dan penyaring HEPA.
(Covid- & Gigi, n.d.).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh shahdad et al. (2020) penggunaan


extraoral scavenger dapat mengurangi intensitas kontaminasi rata-rata sebesar 75%
untuk lokasi operasi, 33% untuk klinis dan 76% untuk asisten. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan oleh Teanpaisan et al. (2001) yang membandingkan
pengaruh penggunaan extraoral scavenger terhadap jumlah bakteri yang tersebar
melalui aerosol pada praktik kedokteran gigi. Kedua penelitian ini membuktikan
adanya penurunan kontaminasi signifikan pada penggunaan extraoral scavenger. Akan
tetapi, penelitian yang membahas extraoral scavenger dari sisi kajian desain terutama
pada bagian selang (hose) dan box masih jarang.

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini mengusulkan analisis pada


variasi dimensi pada hose dan box extraoral scavenger. Penelitian ini menggunakan
permodelan simulasi dengan metode CFD (Computational Fluid Dynamic). Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengembangan extraoral
scavenger.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, ada beberapa masalah yang perlu
dirumuskan :

1. Penentuan parameter desain pada extraoral scavenger


2. Penentuan variabel penting yang merepresentasikan performansi extraoral
scavenger

2
3. Bagaimana pengaruh variasi diameter selang pipa (hose), volume box dan
kapasitas mesin terhadap kecepatan aliran extraoral scavengers,
4. Bagaimana distribusi tekanan pada berbagai variasi desain.

1.3 Tujuan penelitian


Dari beberapa poin yang telah dijelaskan pada rumusan masalah di atas, maka
akan mendapat tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh variasi diameter selang pipa (hose), volume box dan
kapasitas mesin hisap terhadap kecepatan aliran extraoral scavenger,
2. Mengetahui efek parameter pada distribusi tekanan dan distribusi kecepatan.

1.4 Batasan Masalah


Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, ada
beberapa hal yang tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini, karena terkendala
berbagai faktor. Untuk mendapatkan tujuan penelitian yang jelas dan agar tidak
melenceng dari tujuan utama maka akan diberikan batasan masalah untuk mengetahui
apa saja yang dibahas pada penelitian ini.

1. Membuat simulasi persebaran aliran fluida pada extraoral scavengers,


2. Material fluida yang disimulasikan berupa udara,
3. Ruang lingkup pembahasan hanya mencakup cara kerja alat,
4. Menggunakan Ring Blower ARROWS model RB-AR550/1,
5. Menggunakan HEPA Filter 13 (30cm x 30 cm x 7,5 cm) dengan filtration rate
99,95%.
6. Komponen yang dismulasikan berupa selang pipa (hose), HEPA Filter,
chamber, dan suction device (Ring blower)

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, Metode pengumpulan data yang
dilakukan penulis yaitu :

3
1. Studi literatur

Mengumpulkan beberapa literatur yang terkait informasi baik dari buku,


website, jurnal, e-book guna mendapatkan referensi berkaitan dengan permodelan
simulasi pada Dental aerosol suction sebagai dasar dalam melakukan penulisan.

2. Konsultasi

Kegiatan tanya jawab dengan Dosen Pembimbing Tugas Akhir maupun pihak-
pihak yang memiliki pengetahuan lebih mengenai tugas akhir ini.

3. Observasi

Penulis melakukan observasi untuk mendapatkan nilai pengukuran velocity pada


Dental Aerosol Suction. Langkah ini dilakukan sebagai benchmark untuk melakukan
penulisan.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis

Menigkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang alat-alat kesehatan,


terutama pengaplikasian, mendesain alat dan simulasi aliran pada alat.

2. Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini, diaharapkan dapat memudahkan dokter gigi dalam
melakukan pekerjaannya serta dapat melakukan pembacaan nilai dari tekanan dengan
akurat dan efisien. Penulis berharap bisa memberikan sumbangsih pada perkembangan
Dental Aerosol Suction.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis mengklasifikasikan dalam
bab-bab yang saling berkaitan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Maka
penulisan laporan disusun sebagai berikut :

4
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang permasalahan yang


menjadi dasar penelitian latar belakang, pokok-pokok
permasalahan yang akan diselesaikan, tujuan spesifik
dan manfaat yang ingin diperoleh, batasan-batasan
masalah yang diberikan, cara-cara yang digunakan d
alam proses mengumpulkan data dan penjelasan bagian
pokok tiap bab.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis memberikan beberapa referensi


yang digunakan sebagai sumber tulisan. Referensi-
referensi tersebut berasal dari jurnal lokal, jurnal
internasional, buku, literature, serta tugas akhir.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan alur penelitian. Penulis


menggunakan diagram alir (flowchart) untuk
memudahkan pembaca memahami langkah kerja
penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi analisis dan pembahasan dari


penelitian ini

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan


juga saran untuk penelitian selanjutnya.

5
BAB II

STUDI LITERATUR
2.1 Pencegahan Penyebaran virus Corona pada Klinik Gigi
Dalam praktik Kedokteran Gigi, penularan virus Corona dapat terjadi melalui
aerosol dan droplet dari rongga mulut pasien (Desarda et al., 2014). Aerosol merupakan
singkatan dari aero-sollution dan dijelaskan sebagai partikel airborne yang berukuran
0,5-10 mikron. Aerosol dapat dihasilkan selama instrumentasi saluran pernafasan atas,
cairan irigasi, maupun bahan lain yang bercampur dengan darah, saliva, serta bakteri
dan berpotensi menyebarkan infeksi. Droplet didefinisikan sebagai partikel dengan
ukuran diameter lebih besar dari 50 mikron. Droplet bergerak secara balistik, artinya
partikel yang dikeluarkan dengan tekanan dari sumbernya dan bergerak cepat hingga
berkontak dengan suatu permukaan atau jatuh ke lantai (Desarda et al., 2014). Aerosol
dan droplet dapat menularkan penyakit seperti tuberkolosis (TBC), virus, pneumonitis,
influenza, termasuk virus Corona. Profesi Kedokteran Gigi menempati urutan pertama
pekerjaan dengan resiko tertular virus Corona, disebabkan area kerja dokter gigi berada
disekitar mulut dan wajah pasien, berkontak dengan saliva serta adanya kemungkinan
terjadi produksi aerosol dan menyebar selama perawatan (Covid- & Gigi, n.d.).

Gambar 2.1 Daftar pekerjaan beresiko terpapar virus Corona (Covid- & Gigi, n.d.)

6
Hal ini menjadi perhatian bagi tenaga Kesehatan, khususnya dokter gigi dalam
mempersiapkan protokol saat akan dilakukan perawatan gigi di Klinik Gigi maupun
Rumah Sakit. Dalam praktik Kedokteran Gigi upaya pencegahan penularan dilakukan
dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti :

1. Masker N95
Masker N95 adalah masker yang lazim digunakan oleh tenaga medis seperti:
Dokter, Perawat Gigi,Laboran dan merupakan kelompok masker Filtering
Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai (disposable). Kelompok jenis masker
ini tidak hanya melindungi pemakai dari paparan cairan ukuran droplet, tapi
hingga cairan berukuran aerosol (World Health Organization, 2014).

Gambar 2.2 Masker N95 (3M, 2020)

2. Pelindung mata
Pelindung mata (eye protector) merupakan salah satu jenis alat pelindung diri
(APD) yang diperlukan untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia
berbahaya, percikan darah dan cairan tubuh, uap panas, sinar UV maupun
pecahan kaca. Terdapat beberapa jenis pelindung mata yaitu Google, Face
Shield, kacamata pelindung (safety glass), dan respirator muka (Full-face
respirator) (World Health Organization, 2014).

7
Gambar 2.3 Fitur-fitur google dan Face shield yang ideal (Revisi 2 1, n.d.)

3. Penutup kepala
Semua petugas Kesehatan wajib menggunakan penutup kepala dan leher,
dimana penutup kepala terpisah disarankan agar terpisah dari gaun, sehingga
dapat dilepas secara terpisah. Tujuan pemakaian dari penutup kepala adalah
untuk melindungi kulit kepala dan leher serta rambut dari kontaminasi
virus.(Kothari et al., 2018)

Gambar 2.4 Penutup kepala (Revisi 2 1, n.d.)

4. Jubah pelindung (coverall)


Penggunaan coverall merupakan salah satu tindakan pencegahan untuk
melindungi dari kontaminasi dari darah, bakteri, mikroorganisme atau bahan
yang menyebabkan infeksi.

8
Gambar 2.5 Coverall (CDC, 2018)

5. HVS (high volume suction)


High volume suction merupakan alat penghisap yang dapat menarik udara
dengan volume besar dan diklaim mampu secara signifikan mengurangi
jumlah kontaminasi persebaran aerosol yang dihasilkan (Avasthi, 2018).

Gambar 2.6 High volume suction (Avasthi, 2018)

6. EOS (extraoral suction)


Extraoral suction merupakan alat yang digunakan untuk menghisap droplet
dan aerosol yang terbentuk selama perawatan gigi dilakukan. Untuk
mendesinfeksi aerosol yang terhisap, dengan 4 mekanisme utama,
yaitu:penyaring utama, sinar UV, ion plasma, dan penyaring HEPA .

9
Gambar 2.7 Penggunaan extraoral scavenger pada dental manikin(Shahdad et al.,
2020)

7. Aerosol box
Penggunaan aerosol box untuk mengurangi resiko infeksi silang pada saat
dilakukan perawatan gigi (B. Babu, Kerala, India, S. Gupta, V. Sahni,
Chandigarh, 2020) .

10
Gambar 2.8 Aerosol box (B. Babu, Kerala, India, S. Gupta, V. Sahni, Chandigarh,
2020)

2.2 Extra Oral Scavengers


Berbagai klinik dokter gigi dan rumah sakit memanfaatkan extraoral scavenger
untuk mengurangi penyebaran aerosol dan droplet selama perawatan gigi.. Alat ini
terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : suction unit dan sterilizer unit. Suction unit
terdiri dari lengan suction cukup panjang untuk mencapai area kerja dan asissten.
Dengan daya listrik diatas 100 watt untuk memberikan daya hisap aerosol yang

11
lebih besar. Sterilizer unit (seperti:air purifier) untuk mendesinfeksi aerosol yang
terhisap. Extraoral suction memiliki 4 mekanisme utama, yaitu:penyaring utama,
sinar UV, ion plasma, dan penyaring HEPA. Penyaring utama membersihkan
seluruh debu dan partikel debris yang tercampur dengan udara dan air pada aerosol.
Udara yang sudah disaring disterilisasi dengan sinar UV yang dapat membunuh
mikroba dan virus. Ion plasma 9 (+ve dan –ve) memiliki peran penting
menghilangkan dan membunuh mikroba dan virus. Mikroba dan virus dapat
menempel pada permukaan dan bertambah besar ukurannya. Penyaring HEPA
pada extraoral scavenger mampu menyaring 95% partikel berukuran 0.3 mikron
atau lebih besar. Setelah melewati seluruh proses tersebut, hasil akhir mesin
extraoral scavenger ini adalah berupa udara yang bersih dan aman (Covid- & Gigi,
n.d.)

Berdasarkan penelitian Teanpaisan et al.(2001) penggunaan extraoral scavenger


dengan modifikasi dari mesin vakum cleaner. Penelitian ini dilakukan untuk
menguji kegunaan extraoral scavenger saat dilakukan perawatan gigi.

Gambar 2.9 Mesin vakum cleaner sebelum modifikasi (kiri) dan modifikasi mesin
vakum setelah dipasang ke unit gigi (kanan) (Teanpaisan et al., 2001)

12
Gambar 2.10 Jumlah bakteri mulut yang tersisa selama pembersihan karang gigi
(Teanpaisan et al., 2001)

Gambar 2.11 Jumlah bakteri mulut yang tersisa selama persiapan restorasi
(Teanpaisan et al., 2001)

Hasil dapat dilihat dari gambar 2.10 dan 2.11 yang menggambarkan rata-rata jumlah
bakteri mulut yang tersisa lebih rendah saat menggunakan extraoral scavenger.

Hal ini didukung oleh Shahdad et.al (2020) dengan penggunaan extraoral scavenger
komersil yang dapat mengurangi jumlah intensitas kontaminasi aerosol yang tersebar.

13
Pada penelitian Shahdad et.al (2020) digunakan EOS unit (TM10, TopMed Dental
Lighting Co. Ltd., Foshan, China) dengan nilai air flow rate = 310 m3/h.

Gambar 2.12 extraoral scavenger sumber: https://fsvimeldental.en.made-in-


china.com/product/WdXmLTKcYQVx/China-Dental-Air-Purifier-Extra-Oral-
Aerosol-Suction-System-Machine-with-4-Filters-Plasma-Sterilization-for-Clinic.html
(diakses 2 januari 2021)

Gambar 2.13 Presentase perbedaan rata-rata dalam frekuensi dan intensitas


kontaminasi antara prosedur dengan dan tanpa EOS (Shahdad et al., 2020)

14
2.3 Filtrasi
1. Pengertian
Filtrasi adalah proses pemisahan kontaminan padat dari cairan atau gas. Ukuran dari
partikel padat yang disaring akan tereliminasi hingga batas tertentu sesuai dengan
bentuk media filter yang digunakan. Filter pada dasarnya adalah alat untuk
memisahkan satu zat dari zat lainnya oleh karena itu diperlukan penempatan media
filter di daerah aliran fluida (Sutherland, 2008).

2. Sejarah dan perkembangan


Penggunaan filtrasi cairan padat sudah secara alamiah dilakukan. Sebagai contoh,
seseorang akan mengetahui salah satu bentuk filtrasi sederhana saat membuat kopi,
dimana untuk mendapatkan cairan kopinya harus melakukan filtrasi dari ampas kopi.
Ada gambar dan tulisan lebih dari 2000 tahun yang lalu menggambarkan proses
penyaringan air sederhana dan tidak ada keraguan bahwa korelasi antara kejernihan air
dan keutuhannya telah dipahami oleh orang dahulu. Jauh sebelum revolusi industri,
ketika umat manusia hidup dalam komunitas kecil, , terdapat bukti bahwa penyaringan
digunakan dalam pembuatan pewarna, anggur, dan bir. Dari semua proses filtrasi yang
dilakukan baru-baru ini, ada kemiripan kuat secara mekanisme dengan filter yang
digunakan selama lebih dari 100 tahun (Spark, n.d.).

Gambar 2.14 Filter press yang beroperasi pada pabrik pengeringan tanah liat (Spark,
n.d.)

15
3. Filtrasi Gas

Flitrasi gas merupakan salah satu komponen penting dari bisnis filtrasi. Dengan
nilai investasi sekitar 16% dari total investasi dalam filtrasi dan penerapannya pada
kualitas udara yang dihirup oleh manusia membuat kesadaran manusia akan
pentingnya filtrasi ini meningkat. Penggunaan filter ventilasi pada lingkungan tempat
tinggal memiliki tujuan untuk mencapai peningkatan indoor air quality (IAQ).

Gambar 2.15 Ukuran kontaminan udara secara umum

Gambar 2.15 memberikan gambaran ukuran kontaminan udara secara umum. Filter
yang digunakan untuk perawatan udara terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Filter utama, dirancang untuk menangkap sebagaian partikel debu diudara


dengan ukuran 5-10 µm, memiliki kapasitas penahan debu yang tinggi.
Umumnya digunakan pada jenis panel kering atau filter gulungan yang dapat
bekerja dengan kecepatan aliran yang tinggi
b. Filter tahap kedua, dengan media yang lebih halus untuk menahan partikel
setelah dilewatkan filter utama, seperti partikel dengan diameter 5 µm atau

16
lebih kecil. Kecepatan aliran udara pada filter ini umumnya rendah sekitar 0,12
m/s
c. Filter tahap akhir (ultra fine), menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi hingga
99,95% bahkan dengan partikel sub-mikrometer. Jenis utama dari filter ini
adalah HEPA dan ULPA. Kecepatan yang dibatasi pada sekitar 0,03 m/s.

Filter udara diklasifikasikan dengan kemampuan filtrasinya. Tidak ada standar secara
internasional untuk klasifikasi, tetapi umumnya digunakan standar dari eropa CEN
(Comite Europeen des Normalisations) dan EUROVENT (European Committee of Air
Handling & Refrigerating Equipment Manufacturers) serta dari United states oleh
ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning
Engineers). Gambar 2.16 menunjukan klasifikasi EUROVENT dan CEN mengenai
penyaring ventilasi Gambar 2.17 klasifikasi dari ASHRAE.

Gambar 2.16 Klasifikasi CEN dan EUROVENT mengenai penyaring ventilasi


(Sutherland, 2008)

17
Gambar 2.17 Klasifikasi ASHRAE (Sutherland, 2008)

Klasifikasi ini dianggap sebagai metode yang terbukti untuk merancang media filtrasi udara sesuai dengan penahan
berat debu dan efisiensi titik debu rata-rata. Seluruh pengujian yang dilakukan sangat rumit karena berbagai

prosedur pengujian dan bahan partikulat sangat diperhitungkan. Pemilihan filter harus disesuaikan
dengan pekerjaan yang akan dilakukan oleh filter. Ukuran partikel pemisahan yang
akan dibuat dan seberapa tajam media berpori yang akan digunakan biasanya akan
menentukan sifat dari media filter. Selain itu penurunan tekanan pada media filter akan
menentukan intensitas cairan dan lapisan yang dibutuhkan. Dalam penentuan
karakteristik dari kinerja media filter, umumnya harus diketahui fluida yang akan
digunakan. Perbedaan viskositas antara fluida gas dan cair menjadi parameter proses
yang penting untuk tujuan filtrasi (Sutherland, 2008). Filter udara partikulat efisiensi
tinggi (HEPA) telah menjadi item yang sangat diperlukan dalam pemeliharaan biologis
dan juga digunakan sebagai alat untuk melestarikan alam dari kontaminasi udara yang

18
berbahaya (First, 1998). Filter yang baik dapat ditinjau dari kemampuannya dalam
menyaring partikel aerosol berbahaya, terutama dengan ukuran kurang dari 1 µm
(ultrafine). Dengan demikian filter yang digunakan haruslah mempunyai efisiensi yang
tinggi terhadap partikel-partikel tersebut (Bunawas, 1996).

2.4 Aliran fluida


Definisi yang tepat untuk membedakan antara zat padat dengan fluida adalah dari
karakteristik deformasi bahan-bahan tersebut. Zat padat dianggap menunjukan reaksi
deformasi yang terbatas ketika mengalami suatu gaya geser (shear). Sedangkan fluida
menunjukan zat yang dapat berubah bentuk apabila mengalami tekanan geser. Dengan
kata lain, fluida tidak dapat menahan tekanan geser tanpa berubah bentuk (Munson et
al., 1994).

Bilangan Reynolds merupakan parameter tak berdimensi yang penting untuk mekanika
fluida. Hal ini merupakan bentuk penghargaan kepada Osborne Reynold (1842-1912),
insinyur inggris yang pertama kali menunjukan kombinasi variabel untuk membedakan
antara aliran laminar dan aliran turbulen.

………………………..…….(1)

Dengan : V = Kecepatan fluida (m/s) ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)


μ = Viskositas (kg/m.s) atau l = Panjang pipa (m)

Aliran fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu berdasarkan waktu dan berdasarkan bentuk
aliran. Aliran fluida berdasarkan waktu yaitu :

1. Aliran steady
Kondisi dimana kecepatan aliran konstan (tidak terpengaruh oleh waktu)
2. Aliran transient
Kondisi dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu

19
Aliran fluida berdasarkan bentuk alirannya menurut Munson et al.(2012) yaitu terbagi
menjadi :

1. Aliran Turbulen
Aliran dimana partikel didalamnya sangat tidak menentu karena terjadi
pencampuran fluida didalamnya. Aliran Turbulen ini mempunyai nilai
bilangan Reynold lebih besar dari 4000 (Re>4000).

Gambar 2.18 Aliran Turbulen

2. Aliran Transisi
Aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen, nilai bilangan
Reynoldsnya antara 2100 sampai dengan 4000 (2100<Re<4000).

Gambar 2.19 Aliran Transisi

3. Aliran Laminar

Gambar 2.20 Aliran Laminar

20
2.5 Komputasi dinamika fluida
1. Pengertian

Komputasi dinamika fluida adalah analisis sistem yang melibatkan aliran fluida,
perpindahan panas dan fenomena yang terkait seperti reaksi kimia dengan permodelan
simulasi berbasis computer (H K Versteeg and W Malalasekera, 2007). Tujuan dari
simulasi ini yakni untuk memprediksi tingkah laku dari suatu aliran, seperti udara atau
air, dalam suatu skenario sebagaimana yang akan terjadi di dunia nyata. Dibalik sebuah
gambar hasil CFD, terdapat berbagai macam penghitungan mengenai matematika,
fisika, dan komputer yang terjadi.

Sejak tahun 1960 hingga saat ini, industri kedirgantaraan telah mengaplikasikan
Teknik CFD dalam pembuatan desain, R&D, dan pembuatan beberapa mesin pesawat.
Metode tersebut juga telah diterapkan pada desain mesin pembakaran internal, ruang
pembakaran turbin gas, dan tungku. Selain itu, produsen kendaraan bermotor sekarang
secara rutin memprediksi gaya hambat, aliran udara di bawah kap, dan lingkungan
dalam mobil dengan CFD.

Pada proses aliran fluida ada beberapa persamaan terdiri dari persamaan kontinuitas,
persamaan momentum, dan persamaan energi. Menurut (H K Versteeg and W
Malalasekera, 2007) adalah sebagai berikut :

A. Persamaan kontinuitas

……………………………………………(2)

B. Persamaan momentum

Momentum arah sumbu X

……………(3)

21
Momentum arah sumbu Y

……..…(4)

C. Persamaan energi

…(5)

Dengan :

X= Koordinat sumbu x p= Tekanan

Y= Koordinat sumbu Y q= Heat Flux

Z==Koordinat sumbu z Re= Bilangan Reynold

u==Kecepatan u Pr == Bilangan Prandtl

v==Kecepatan v ρ = Densitas

w==Kecepatan w t = waktu

Et ==Energi Total

2. Proses CFD

Kode CFD disusun berdasarkan alrgoritma numerik yang dapat menyelesaikan


masalah aliran fluida. Tampilan dalam CFD dibuat mudah agar didapatkan hasil yang
maksimal ketika parameter dan hasil dapat diubah dengan leluasa. Oleh sebab itu,
seluruh proses CFD dibagi menjadi tiga bagian yaitu pre-processing, processing
(solver), dan post-processing. Penjelasana tersebut menurut (H K Versteeg and W
Malalasekera, 2007) adalah sebagai berikut :

22
A. Pre-processing

Parameter simulasi ditentukan pada langkah awal ini dalam pembuatan simulasi
CFD. Permasalahan aliran dimasukkan ke dalam program CFD dan disesuaikan
dengan solver yang akan digunakan. Tahap-tahap yang ada dalam pre-processing
antara lain :

• pendefinisian geometri wilayah yang dikehendaki yang merupakan domain


komputasi,
• pembuatan grid (mesh) yang merupakan pembagian domain komputasi
menjadi sejumlah sub domain yang lebih kecil dan tidak tumpang tindih,
• pemilihan fenomena fisik dan kimia yang perlu dimodelkan,
• pendefinisian sifat fluida, dan
• pendefinisian kondisi batas pada sel yang bersinggungan dengan batas
domain.
B. Processing (solver)

Terdapat tiga aliran berbeda dari teknik solusi numerik yaitu finite-difference,
finite-element, dan spectral method. Metode volume hingga adalah formulasi
finite-difference khusus yang merupakan inti dari kode CFD yang paling
berkembang. Secara garis besar algoritme numerik terdiri dari langkah-langkah
berikut :

• integrasi persamaan pengatur aliran fluida pada semua volume kontrol


(terbatas) dari domain,
• diskritisasi yang merupakan konversi persamaan integral yang dihasilkan
kedalam sistem persamaan aljabar, dan
• solusi dari persamaan aljabar dengan metode iteratif.
C. Post-Processing
Hasil dari tahap processing dianalisis pada langkah ini. Metode-metode yang
tersedia seperti plot vektor, plot kontur, kurva data, maupun streamline dapat

23
dipilih sebagai perwujudan bentuk gambar dan animasi hasil simulasi. Laporan
data dan representasi grafis akan didapatkan. Proses dalam tahap ini meliputi
penghitungan jumlah turunan, penghitungan parameter, visualisasi, analisis
data sistematis dan verifikasi & validasi model CFD.

24
BAB III

METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai proses penelitian dari pengukuran,
pembuatan geometri hingga permodelan simulasi Computational Fluid Dynamics
(CFD) serta input parameter dari beberapa variable data yang akan digunakan

3.1 Diagram alir penelitian


Proses penelitian dibuat sebagai acuan dalam menyelesaikan penelitian,
sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis. Proses penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.1 Diagram alir dibawah ini

Gambar 21 Diagram Alir Penelitian

25
Penelitian ini dilakukan pada bulan September dimulai dengan dilakukannya
pengukuran pada alat extraoral scavenger. Pengukuran velocity dan temperature pada
extraoral scavenger dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Program Studi
Teknik Mesin Fakultas Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada.

Selanjutnya melakukan observasi terkait temuan fakta-fakta dilapangan seperti


untuk dimensi pada extraoral scavenger. Selanjutnya dilakukan desain extraoral
scavenger menggunakan solidworks 2018 untuk selanjutnya diimport kedalam Ansys
fluent 18.1 guna untuk melakukan proses analisis.

Topik yang dibahas adalah kecepatan hisap aliran extraoral scavenger pada
Laboratorium Teknologi Mekanik, seperti pada Gambar 3.2 menunjukan alat extraoral
scavenger

Gambar 22 Extraoral scavenger

26
Gambar 23 Bagian box

Gambar 24 HEPA Filter 13

27
Gambar 25 Suction motor

Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa alat extraoral scavenger
dengan diameter hose 64 mm dan ukuran box 300x300x150 mm dengan Hepa Filter
13 dengan dimensi 300x300x70 mm. Pada bagian hose dengan panjang 700 mm yang
berfungsi mengalirkan udara saat proses suction. Pada bagian box berisi HEPA Filter
13 yang digunakan sebagai penyaring udara dan juga terdapat lampu UV yang
berfungsi untuk mendesinfeksi virus dan bakteri. Suction motor yang digunakan adalah
Ring Blower Arrows dengan model RB-AR550/1 dengan spesifikasi pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Spesifikasi suction motor


Tegangan 220v-240v
Daya 550 watt/ 0,55 Kw
Frekuensi 50 Hz
Kecepatan putar 2800 Rpm
Air flow 110 m3/h
St. pressure 20Kpa
Vacuum pressure 14Kpa

28
Sumber : https://www.tokopedia.com/arrowsfan/ring-blower-550-watt-220v-
blower-tambak-550-watt-blower-kolam-550-watt

3.2. Alat Penelitian


Berikut merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan permodelan simulasi
penelitian terbagi menjadi dua, yakni perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah computer
dengan spesifikasi ditampilkan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Perangkat keras komputer


No Perangkat Jenis Hardware

1 Processor Intel 8 Gen Core i5-8300H

2 RAM DDR4 8 Gb

3 VGA GEFORCE GTX 1050Ti

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel
3.3.

Tabel 3.3 Perangkat lunak komputer


No Tahapan Jenis software Software

1 Pre processing CAD Solidwork

Meshing ANSYS Fluent

2 Processing Calculating ANSYS Fluent

3 Post processing Data & Validasi ANSYS Fluent

29
3.3. Setup CFD
3.3.1 Geometri
Pembuatan geometri dapat dilakukan secara langsung pada ANSYS dengan
design modeler atau software yang memiliki basis CAD seperti Solidwork, CATIA,
AutoCAD dan Inventor. Adapun pembuatan geometri jika dilakukan diluar software
ANSYS maka perlu melakukan proses import geometry.

Pada penelitian ini, geometri dibuat menggunakan software solidwork 2018


dikarenakan lebih memudahkan penulis. Langkah-langkah dalam pembuatan geometry
pada Solidworks 2018 adalah sebagai berikut :

1. Membuat Geometri pada top plane dengan ukuran 300 mm x 300 mm seperti
gambar 3.6

.
Gambar 26 Sketch geometry persegi

30
2. Extrude surface pada sketch persegi dengan depth 150 mm

Gambar 27 Hasil extrude surface

3. Sketch pada bagian bawah dengan tambahan geometri lingkaran dengan


diameter 120 mm dan planar surface pada sketch tersebut seperti pada gambar
3.8

Gambar 28 Sketch (kiri) dan planar surface (kanan)

4. Pada bagian top plane buat sketch lingkaran dengan diameter 120 mm
kemudian extrude surface dengan depth 200 mm pada sketch tersebut seperti
pada gambar 3.9.

31
Gambar 29 Sketch lingkaran (kiri) dan extrude surface (kanan)

5. Reference plane dari top plane dengan offset distance 200mm pada koordinat
Y-

Gambar 30 References plane 200 mm

6. Sketch pada plane 1 geometry lingkaran dengan diameter 120 mm dan


planar surface pada sketch tersebut

32
Gambar 31 Sketch lingkaran (kiri) dan hasil planar surface (kanan)

7. Buat references plane dari top plane dengan offset distance 5 mm pada
koordinat Y+

Gambar 32 References plane 5 mm

8. Pada plane gambar 3.13 sketch geometri dengan dimensi 300 mm x 300
mm kemudian extrude boss pada sketch tersebut dengan depth 70 mm

33
Gambar 33 Sketch pada plane 2 (kiri) dan extrude boss (kanan)

9. References plane pada top plane dengan offset distance 150 mm dan
sketch pada plane 3 dengan geometri lingkaran 64 mm

Gambar 34 plane 3 (kiri atas), sketch lingkaran (kanan atas) dan planar surface pada
sketch

34
10. References plane dari right plane dengan offset distance 224.42 mm

Gambar 35 references plane dari right plane

11. Sketch garis pada right plane dengan dimensi seperti pada gambar 3.16

Gambar 36 sketch line pada right plane

12. Pada plane 3 gambar 3.17 sketch lingkaran dengan diameter 64 mm


dengan jarak dari origin point 650 mm

35
Gambar 37 sketch pada plane 4

13. Pada sketch di gambar 3.16 dan gambar 3.17 dilakukan surface sweep
dan hasilnya akan seperti pada gambar 3.18

Gambar 38 hasil surface sweep

36
14. Pada plane 4 membuat sketch pada bagian selang dengan diameter 64 mm

Gambar 39 sketch lingkaran di plane 4

15. Planar surface pada sketch baru pada gambar 3.19


16. Hasil akhir dari proses geometri

Gambar 40 Hasil akhir geometri

37
Simpan hasil geometri dengan file type .STEP 203 atau tipe lainnya yang compatible
dengan software ANSYS. Import geometry pada software ANSYS di pilihan
DesignModeler import external geometry file generate maka pada tampilan
DesignModeler akan seperti pada gambar 3.21

Gambar 41 Hasil proses generate pada ANSYS DesignModeler

3.3.2 Meshing
Pembuatan mesh dilakukan setelah proses desain geometri Dental Aerosol
Suction selesai. Meshing merupakan salah satu tahapan yang penting dalam simulasi.
Pembagian volume geometri menjadi lebih kecil agar dapat dilakukan komputasi
untuk mendapatkan hasil simulasi yang maksimal menjadikan proses meshing
membutuhkan setup time yang cukup lama. Dari pengaturan di dalam software
ANSYS ada beberapa bentuk meshing seperti pada 2D menggunakan quadrilateral
dan triangular sedangkan pada 3D mesh hexahedral, tetrahedral, pyramid, wedge
dan polyhedral.

Pada penelitian ini penulis menggunakan sizing function curvature dan


relevance center fine. Pada quality menggunakan smoothing high serta body sizing
dengan type element size sebesar 5 mm agar kualitas meshing yang dihasilkan
semakin detail. Setelah dilakukan generate dan update, hasil yang ditampilkan seperti

38
gambar 3.24. Kemudian pilih face atau solid dan definisi bidang tersebut dengan
pilihan named selection.

Gambar 42 Pengaturan meshing

Gambar 43 Hasil mesh dengan Curvature fine

39
Gambar 44 Body Sizing

Kemudian lakukan pengecekan mesh dan report quality pada setup apakah simulasi
nya dapat dijalankan atau tidak.

Gambar 45 check mesh dan report quality

40
3.3.4 Processing
Processing adalah tahap yang memiliki banyak kaitannya dengan penentuan
kondisi batas dalam simulasi CFD. Pada tahap ini semua parameter penelitian diproses
seperti general, models, materials, cell zone conditions, boundary conditions, solution
methods, solution initialization, calculation activities dan run calculation.

1. General

Solver yang digunakan pada tahap ini adalah pressure-based, velocity formulation
menggunakan absolute, time yang digunakan adalah steady dan gravity y = -9.81 m/s2.

Gambar 46 task page general

41
2. Energy Models

Model energi dapat diaktifkan dengan mencentang energy equation pada kotak
dialog energy. Parameter yang terkait dengan energi atau perpindahan panas pada suatu
simulasi dapat diatur dengan diaktifkannya model ini.

Gambar 47 Pengaturan Energy

3. Viscous Models

Pada penelitian ini, penulis menggunakan k-epsilon (2 eqn) dengan model realizable.
Model realizeable dipilih untuk penelitian ini karena hasil lebih teliti.

Gambar 48 Viscous models

42
4. Material

Pengisian data material dapat dilakukan di setup tree bagian materials. Material
yang ada dapat diubah atau ditambahkan material baru dengan memilih create/edit.
Material udara sebagai fluid digunakan dalam permodelan simulasi penelitian ini.

Gambar 49 Material (udara)

5. Cell Zone Conditions

Cell. zone. conditions. adalah kondisi area (volume) berisi data yang
diperlukan. Pada proses ini inputan yang dipilih adalah porous disesuaikan dengan
kebutuhan yang diperlukan seperti nama dan jenis materialnya. Untuk mengaktifkan
porous centang laminar zone dan porous zone. Selanjutnya input nilai dari viscous
resistance dan inertial resistance dengan nilai dari perhitungan pada tabel. Pada
Direction-1 Vector dan Direction-2 Vector merupakan arah aliran. Untuk input nya 1

43
on dan 0 untuk off. Pengisian dari Direction vector sesuai arah aliran pada unit Dental
Aerosol Suction.

Gambar 50 Pengaturan porous

6. Boundary Conditions

Jenis kondisi batas yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
pressure inlet pada bagian inlet karena dianggap tidak ada velocity yang masuk pada
bagian corong, selanjutnya pada bagian outlet menggunakan mass flow outlet karena
ada suatu kondisi dimana ada suatu aliran massa yang terhisap oleh motor vacuum.

44
Untuk nilai dari pressure inlet menggunakan tekanan lingkungan dan untuk nilai dari
mass flow outlet menggunakan spesifikasi dari mesin ring blower.

Gambar 51 Boundary conditions

7. Solution Methods

Pada solution methods, penulis menggunakan algorithm SIMPLE (Semi Implicit-


Method for Pressure Linked equations) untuk menjalankan kekekalan massa dan
mendapatkan daerah tekanan dengan menggunakan hubungan antara koreksi
kecepatan dan tekanan. Untuk metode diskritisasi yang digunakan adalah second
order upwind karena sudah menggunakan perhitungan matematis hingga orde 2
sehingga data hasil simulasi lebih teliti.

45
Gambar 52 Solution Methods

8. Initialization

Pada tahap ini penulis menggunakan standard initialization dan relative to cell
zone untuk bagian reference frame. Kemudian compute from inlet dipilih untuk
memulai inisialisasi dari inlet

46
Gambar 53 Solution initialization

9. Calculation Activities

Pada calculation activities data perhitungan dapat disimpan sesuai jumlah yang
diinginkan. Hasil data perhitungan suatu parameter juga dapat ditambahkan sesuai
dengan kebutuhan data yang akan disimpan pada pilihan autosave iteration kemudian
tambahkan data hasil yang akan ditampilkan result dengan pilihan data file quantities.
Pada simulasi ini penulis menambahkan velocity magnitude untuk ditampilkan pada
hasil.

47
Gambar 54 Autosave iteration (atas) dan data velocity magnitude (bawah)

10. Run Calculation

Tahapan ini merupakan proses numerik yang dilakukan untuk melakukan


perhitungan simulasi. Pada penelitian ini Number of Iterations diisi 1000, reporting
interval 1 dan profile update interval 1.

48
Gambar 55 Task Page Run calculation

3.3.5 Post-Processing
Pada tahap ini merupakan langkah terakhir dalam analisis CFD. Hal yang
dilakukan pada tahap ini adalah menginterpretasikan hasil data pada simulasi CFD
dalam bentuk grafik, contour, vector dan animasi.

3.4 Permodelan variasi dimensi


Simulasi pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa variasi diameter pada
hose dan variasi pada panjang, lebar dan tinggi pada Box seperti pada tabel 3.4

49
Tabel 3.4 Permodelan variasi dimensi
No Variasi Diameter Selang (mm) Box (cm)
1 64 mm 30 cm x30 cm x 15 cm
2 32 mm 30 cm x 30 cm x 15 cm
3 38 mm 30 cm x 30 cm x 15 cm
4 50 mm 30 cm x 30 cm x 15 cm
5 32 mm 32 cm x 30 cm x 15 cm
6 32 mm 38 cm x 30 cm x 15 cm
7 32 mm 50 cm x 30 cm x 15 cm

3.5 Permodelan variasi kapasitas mesin


Selain mengetahui pengaruh dari variasi dimensi terhadap kecepatan aliran,
penulis juga melakukan skenario permodelan dengan variasi mass flow outlet seperti
pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Permodelan variasi kapasitas mesin


No variasi Kapasitas mesin (kg/s)
1 0,010289
2 0,015
3 0,0305
Setelah data setup didapatkan, proses simulasi akan bisa dilakukan dengan beberapa
variasi seperti pada tabel 3.3 dan 3.4.

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan dari post processing
dari beberapa skenario simulasi yang telah dilakukan sebelumnya. Skenario simulasi
yang sudah dilakukan antara lain variasi diameter pada hose dan ukuran Box serta
variasi pada nilai mass flow outlet seperti pada tabel 3.6.

4.1 Hasil Pengukuran


Tabel 4.1 merupakan hasil pengukuran pada alat extraoral scavenger di laboratorium
teknologi mekanik SV UGM.

Tabel 4.16Hasil pengukuran


Variabel Nilai
Kecepatan 11,9 m/s
Suhu 31,5o C

Pengukuran dilakukan pada mulut selang dengan menggunakan fan anemometer.


Posisi pengukuran yang dilakukan oleh penulis dengan menempelkan fan anemometer
pada titik pusat selang pipa dengan sudut 90o. Lama waktu pengukuran adalah
menunggu hasil yang terlihat pada fan anemometer hingga menunjukan nilai (konstan).
Tabel 4.2 merupakan parameter ukuran dimensi dan nilai suction motor eksperimen
disamakan dengan simulasi. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk validasi.

Tabel 4.27 Perbandingan hasil eksperimen dan simulasi


Parameter Eksperimen Simulasi
Selang 64 mm 64 mm
Kecepatan 11,9 m/s 10,8 m/s
Kapasitas mesin 0,0305 kg/s 0,0305kg/s

51
4.2 Perhitungan inertial dan viscous resistance
Dari manual book HEPA Filter 13 didapat tabel kecepatan vs pressure drop. Tabel ini
merepresentasikan kecepatan aliran yang melewati HEPA Filter hingga terjadi
pressure drop. Semakin besar kecepatan aliran yang melewati HEPA Filter nilai
pressure drop juga akan semakin tinggi. Kemudian dibuat charts dengan pilihan
scatter untuk mendapatkan perbandingan antara nilai kecepatan dan pressure drop.

Tabel 4.38 Kecepatan vs pressure drop HEPA Filter 13


Kecepatan (m/s) Pressure drop

1,4 125

1,9 170

2,4 200

2,8 250

DP
300

250 y = 14.092x2 + 26.589x + 62.21

200
DP (Pa)

150

100

50

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
velocity (m/s)

Gambar 56 Kecepatan vs pressure drop HEPA Filter

52
Dari grafik kecepatan vs pressure drop kemudian dibuat persamaan polynomial orde 2
pada excel. Kemudian akan mendapatkan beberapa variabel seperti pada tabel 4.3.

Tabel 4.49 Nilai inertial dan viskositas


Variabel Nilai
Koefisien X2 14,092
Koefisien X 26,589
Ketebalan (DN) 7,00E-02
Densitas (RHO) 1,225
Viskositas (MIU) 1,8E-05
Inertial resistance (1/m) 3,29E+02
Viscous resistance (1/m2) 2,11E+07
Rumus dari inertial dan viscous didapat dari forum ANSYS tentang perhitungan pada
porous media. Sehingga untuk nilai dari inertial resistance dan viscous resistance dapat
dicari.

Inertial resistance : (koefisien x2 * 2)/(RHO*DN)

Viscous resistance : (koefisien x) / (DN*MIU)

Gambar 57 Capture forum ANSYS (porous media)

Sumber : https://www.cfd-online.com/Forums/fluent/79614-porous-media-
modeling.html

53
4.3 Distribusi kecepatan dengan variasi diameter
Diameter yang divariasikan antara lain: 32, 38, 50, dan 64 mm dengan ukuran box 30
cm x 30 cm x 15 cm.

Gambar 58Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 32 mm

Gambar 59Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 38 mm

54
Gambar 60Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 50 mm

Gambar 61 Kontur kecepatan pada hose inlet diameter 64 mm

55
Gambar 62 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 32 mm

Gambar 63 Kontur kecepatan pada plane XY dengan diameter 50 mm

56
Gambar 64 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 38 mm

Gambar 65 Kontur kecepatan pada plane XY diameter 64 mm

57
Dari beberapa hasil simulasi yang telah dilakukan, kecepatan tertinggi ditandai dengan
warna merah dan kecepatan terendah ditandai dengan warna biru. Kecepatan tertinggi
dari 4 simulasi diatas terdistribusi pada bagian tengah dari selang, sedangkan untuk
kecepatan terendah pada bagian sisi dalam lingkaran. Distribusi persebaran kecepatan
aliran pada hose inlet merepresentasikan kecepatan aliran yang terjadi. Pada gambar
4.3 merupakan kontur kecepatan pada hose inlet 32 mm dengan kecepatan tertinggi
32,9 m/s dan kecepatan terendah 18,31 m/s. Pada variasi diameter yang lain juga
menghasilkan kecepatan aliran yang cukup beragam. Berikut adalah tabel kecepatan
aliran fluida dengan variasi diameter.

Kecepatan dengan variasi diameter


35

30

25
Kecepatan

20

15

10

0
32 mm 38 mm 50 mm 64 mm
Diameter

Gambar 66 Kecepatan aliran dengan variasi diameter

Gambar 4.7 menunjukan grafik variasi diameter dari hose dengan beberapa ukuran.
Dapat disimpulkan ukuran diameter pada hose berpengaruh pada kecepatan hisap dari
Extraoral Scavenger. Pada kontur yang ditampilkan di gambar 4.7-5.0 arah aliran yang
memiliki kecepatan terbesar berada pada bagian selang kemudian untuk kecepatan
terendah berada pada bagian box dan setelah melewati Hepa Filter. Dari beberapa

58
variasi diameter yang telah disimulasikan dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran
pada suatu benda akan dipengaruhi oleh volume atau luas penampang. Dari variasi
diatas, hose dengan diameter 32 mm yang memiliki kecepatan aliran fluida terbesar
yaitu 32.9 m/s, sedangkan yang memiliki kecepatan terendah adalah diameter hose 64
mm dengan kecepatan 9,7m/s.

4.4 Distribusi kecepatan dengan variasi box


Ukuran box yang divariasikan adalah Panjang 320 mm, 380 mm, dan 500 mm dengan
diameter hose 32 mm dan kapasitas mesin 0.01

Gambar 67 Profil kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 320 mm

59
Gambar 68 Profil kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 320 mm

Gambar 69 Profil kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 380 mm

60
Gambar 70 Profil kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 380 mm

Gambar 71 Profil kontur kecepatan plane XY dengan variasi Panjang box 500 mm

61
Gambar 72 Profil kontur kecepatan hose inlet dengan variasi Panjang box 500 mm

Dari beberapa hasil simulasi yang telah dilakukan, kecepatan tertinggi ditandai dengan
warna merah dan kecepatan terendah ditandai dengan warna biru. Kecepatan tertinggi
dari 3 simulasi dengan profil pada hose inlet terdistribusi pada bagian tengah dari
selang, sedangkan untuk kecepatan terendah pada bagian sisi dalam lingkaran.
Distribusi persebaran kecepatan aliran pada hose inlet merepresentasikan kecepatan
aliran yang terjadi. Pada gambar 4.13 merupakan kontur kecepatan pada hose inlet
dengan variasi Panjang box 320 mm memiliki kecepatan tertinggi 34.17 m/s dan
kecepatan terendah 1.89 m/s. Pada gambar 4.15 merupakan variasi Panjang box 380
mm memiliki kecepatan tertinggi dengan nilai 34.2 m/s dan kecepatan terendah 1.9
m/s. Pada gambar 4.17 merupakan profil kontur kecepatan untuk Panjang variasi box
500 mm memiliki kecepatan tertinggi 34.25 m/s dan kecepatan terendah 1.9 m/s.
kecepatan aliran fluida dengan variasi Panjang box pada plane XY dan hose inlet.

62
KE CE PATAN AL IRAN DE NGAN
VARIAS I B O X
38.15

38.1

38.05
KECEPATAN

38

37.95

37.9

37.85

37.8
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
UKURAN BOX

Gambar 73 Kecepatan aliran dengan variasi box

4.5 Distribusi kecepatan dengan variasi kapasitas mesin


Nilai mass flow yang divariasikan adalah 0,015, 0,01 dan 0,03 dengan diameter hose
32 mm dan ukuran box 30 cm x 30 cm x 15 cm

Gambar 74 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.015)

63
Gambar 75 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.01)

Gambar 76 Kontur kecepatan pada plane XY (kapasitas mesin=0.03)

64
Gambar 77 Kontur kecepatan pada hose inlet (kapasitas mesin=0.015)

Gambar 78 Kontur kecepatan pada hose inlet (kapasitas mesin=0.01)

65
Gambar 79 Kontur kecepatan pada hose inlet (kapasitas mesin=0.03)

Pada beberapa simulasi diatas dengan variasi kapasitas mesin, kecepatan aliran yang
dihasilkan cukup beragam. Dengan kondisi hose dengan diameter yang dan ukuran
pada volume box yang sama, nilai dari kapasitas mesin juga mempengaruhi kecepatan
aliran. Pada profil hose inlet dengan nilai kapasitas mesin 0.01 didapatkan kecepatan
tertinggi aliran dengan nilai 14.3m/s sedangkan untuk kecepatan terendah adalah 0.7
m/s. Pada profil hose inlet dengan nilai kapasitas mesin 0.015 didapatkan kecepatan
tertinggi aliran 18.5 m/s sedangkan untuk kecepatan terendah 1.03 m/s. Pada profil
hose inlet dengan kapasitas mesin 0.03 memiliki kecepatan tertinggi 32.9 m/s dan
kecepatan terendah 1.8 m/s

66
4.6 Distribusi tekanan dengan variasi desain

Gambar 80 Kontur tekanan hose 64mm

Kontur diatas merepresentasikan distribusi tekanan pada hose 64 dan ukuran box 30 x
30 x 15. Nilai tekanan tertinggi ditandai dengan warna merah dengan nilai 58,5 Pa.
Nilai terendah ditandai dengan warna biru dengan nilai -771,7 Pa.

Disimulasikan dengan nilai kapasitas mesin 0,03 kg/s. Tabel merupakan nilai distribusi
tekanan dengan variasi diameter.Pengaruh perubahan diameter pada distribusi nilai
tekanan menunjukan bahwa nilai tekanan akan meningkat dengan diameter yang lebih
kecil

Tabel 10 Nilai tekanan dengan variasi diameter


Variabel (mm) Tekanan (Pa)
Diameter 32 -980,07
Diameter 38 -383,06
Diameter 50 -293,27
Diameter 64 -50,27

67
Disimulasikan dengan ukuran diameter 32 mm dan ukuran box 30 cm x 30c m x 15
cm. Tabel merupakan hasil simulasi pada variasi kapasitas mesin. Pengaruh perubahan
kapasitas mesin pada nilai tekanan menunjukan bahwa nilai tekanan akan meningkat
pada kapasitas mesin yang lebih tinggi.

Tabel 11 Nilai tekanan dengan variasi kapasitas hisap


Variabel (kg/s) Tekanan
0,015 -237,25
0,010289 -122,98
0,0305 -980,07

68
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 KESIMPULAN
Setelah hasil pengukuran dan analisis simulasi menggunakan ANSYS Fluent
telah dibandingkan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Variasi diameter pada selang pipa (hose), ukuran box dan kapasitas mesin akan
berpengaruh pada nilai kecepatan.
a. Kecepatan pada extraoral scavenger akan mengalami peningkatan
apabila selang pipa (hose) yang digunakan semakin kecil. Diameter
pada hose 32 mm memiliki kecepatan sebesar 32,9 m/s.
b. Variasi pada ukuran box akan mempengaruhi nilai kecepatan.
Peningkatan kecepatan akan terjadi apabila variasi yang digunakan pada
box semakin besar Nilai kecepatan pada Panjang ukuran box 50 cm
sebesar 34,25 m/s.
c. Semakin besar kapasitas mesin yang digunakan berpengaruh pada
peningkatan nilai kecepatan extraoral scavenger yang dihasilkan. Nilai
kapasitas hisap 0,0305 kg/s akan meghasilkan kecepatan 32,9 m/s.
2. Variasi pada ukuran diameter pipa (hose) dan kapasitas mesin akan
mempengaruhi nilai tekanan
a. Peningkatan ukuran diameter selang pipa (hose) akan berpengaruh pada
penurunan nilai tekanan. Diameter pada hose 32 mm memiliki tekanan
sebesar -980,07
b. Peningkatan kapasitas mesin akan berpengaruh pada peningkatan nilai
tekanan. Kapasitas mesin 0,0305 kg/s akan menghasilkan tekanan -
sebesar 980,07 Pa.

69
5.2 SARAN
1. Sebagai kelanjutan simulasi Dental Aerosol Suction ini diperlukan studi untuk
mensimulasikan droplet saat terhisap pada corong sehingga dapat
disimulasikan dan dibandingkan dengan data desain dan operasional di unit
Dental Aerosol Suction di unit instalasi laboratorium Teknologi Mekanik
grafika Sekolah vokasi program studi Teknik Mesin Universitas Gajah Mada.
2. Simulasi dengan model turbulensi yang lain perlu dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih bervariasi dan mendapatkan prediksi aliran
turbulen yang lebih akurat.
3. Perlu dilakukan data validasi dengan studi eksperimental terhadap model
Dental Aerosol Suction agar dapat digunakan sebagai data pembanding saat
melakukan simulasi.
4. Perlu dilakukan pengukuran tekanan pada mulut selang dan ruang setelah
HEPA Filter agar mendapatkan prediksi pressure drop sehingga dapat
dibandingkan antara data desain simulasi dengan alat.

70
DAFTAR PUSTAKA

B. Babu, Kerala, India, S. Gupta, V. Sahni, Chandigarh, I. (2020). Preventive dentistry.


228(9), 41415.

Teanpaisan, R., Taeporamaysamai, M., Rattanachone, P., Poldoung, N., & Srisintorn,
S. (2001). The usefulness of the modified extra-oral vacuum aspirator (EOVA)
from household vacuum cleaner in reducing bacteria in dental aerosols.
International Dental Journal, 51(6), 413–416. https://doi.org/10.1002/j.1875-
595X.2001.tb00853.x

https://www.cfd-online.com/Forums/fluent/79614-porous-media-modeling.html

Systems, K. F. (2013). HEPA-Filter Elements , Type H13. July, 1–5.

H K Versteeg and W Malalasekera. (n.d.). An Introduction to Computational Fluid


Dynamics: Vol. M.

Shahdad, S., Patel, T., Hindocha, A., Cagney, N., Mueller, J. D., Seoudi, N., Morgan,
C., & Din, A. (2020). The efficacy of an extraoral scavenging device on reduction
of splatter contamination during dental aerosol generating procedures: an
exploratory study. British Dental Journal, 1–10. https://doi.org/10.1038/s41415-
020-2112-7

Covid-, M. P., & Gigi, K. (n.d.). Tinjauan Pustaka Efektivitas Extraoral Suction dalam
Praktik Kedokteran Gigi Extraoral Suction Effectivity in Dentistry During
COVID-19 Pandemic. 26(3), 159–163.

World Health Organization. (2014). Personal protective equipment in the context of


filovirus disease outbreak response. Guideline, October, 1–12.

3M. (2020). Surgical N95 vs . Standard N95 – Which to Consider ? 2–4.


https://multimedia.3m.com/mws/media/1794572O/surgical-n95-vs-standard-
n95-which-to-consider.pdf

Kothari, S. N., Anderson, M. J., Borgert, A. J., Kallies, K. J., & Kowalski, T. J. (2018).
Bouffant vs Skull Cap and Impact on Surgical Site Infection: Does Operating
Room Headwear Really Matter? Journal of the American College of Surgeons,
227(2), 198–202. https://doi.org/10.1016/j.jamcollsurg.2018.04.029

71
Desarda, H., Gurav, A., Dharmadhikari, C., Shete, A., & Gaikwad, S. (2014). Efficacy
of High-volume Evacuator in Aerosol Reduction: Truth or Myth? A Clinical and
Microbiological Study. Journal of Dental Research, Dental Clinics, Dental
Prospects, 8(3), 176–179. https://doi.org/10.5681/joddd.2014.032

CDC. (2018).Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) FAQ About Personal Protective


Equipment. Tersedia di Personal Protective Equipment: Questions and Answers |
CDC (Diakses pada tanggal 2 Desember 2020)

Avasthi, A. (2018). High Volume Evacuator (HVE) in reducing aerosol- an exploration


worth by clinicians. Journal of Dental Health, Oral Disorders & Therapy, 9(3),
165–166. https://doi.org/10.15406/jdhodt.2018.09.00371

Sutherland, K. (2008). Filters and Filtration Handbook fifth edition.


http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

Spark, T. and G. C. (n.d.). Filters and filtration handbook sixth edition.

First, M. W. (1998). HEPA FILTERS Melvin W. First Harvard School of Public


Health, Boston, Massachusetts. Journal of the American BIological Safety
Association, 3(1), 33–42.

Bunawas, O. P. (1996). Penentuan Efisiensi Filter Hepa Dengan Aerosol Diocthyl


Pthalate. 8.

72
LAMPIRAN

73

Anda mungkin juga menyukai