Anda di halaman 1dari 30

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan 90 ˚Terhadap Head Losses

Aliran Pipa

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

OLEH :
AHMAD FARHUN
(D331 11 265)

PRORAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, limpahan

rahmat , hidayah-Nya, kesehatan serta nafas sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi,yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik pada Fakultas Teknik Perkapalan Universitas Hasanuddin yang berjudul

“Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan 90˚ Terhadapa Head Losses

Aliran Pipa”.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan,

baik dari cara penyajian maupun teknik penulisan, mengingat keterbatasan waktu dan

kapasitas sebagai mahasiswa,untuk itu koreksi dan saran- saran penulis harapkan untuk

perbaikan selanjutnya.

Karya ini, penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat

penulis kasihi dan sayangi, ayahanda Jaenuddin dan kepada Ibunda Rahmah Daeng

yang telah banyak member support dan doa yang penuh keikhlasan yang tiada batasnya.

Dan kepada Semua pihak yang belum bisa saya sebutkan pada kesempatan ini.

Akhir kata, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf dan mengharap

kritik dan saran yang membangun. Semoga proposal ini dapat menambah wawasan dan

bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin

Makassar, Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................

1.3 Batasan Masalah .....................................................................................

1.4 Tujuan Penilitian.....................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................

1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................

2.1 Definisi Tentang Fluida ..........................................................................

2.2 Pengertian Pipa .......................................................................................

2.3 Sambungan Pada Pipa.............................................................................

2.4 Aliran Melalui Pipa.................................................................................

2.5 Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa.................................................

2.6 Kehilangan Energi Karena Gesekan Pada Pipa ......................................

2.7 Kehilangan Tenaga Pada Belokan ..........................................................

2.8 Bilangan Reynoalds ................................................................................

2.9 Kehilangan Tinggi Tekan Pada Pipa.......................................................

2.10 Manometer .............................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................


3.2 Tahap Dalam Penyelesaian Penelitian ....................................................

3.3 Alat dan Peralatan Penelitian ..................................................................

3.4 Tahap Pengujian......................................................................................

3.5 Pengoperasian Alat .................................................................................

3.6 Tahap Analisis ........................................................................................

3.7 Bagan Alir Penelitian..............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal merupakan alat transportasi laut yang banyak digunakan saat ini. Dalam

melakukan pelayaran dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain dengan muatan barang, kapal

juga mengangkut kebutuhan ABK kapal seperti air, bahan bakar, pelumas, dan muatan

cairan lainnya untuk kebutuhan operasional kapal selama berlayar. Untuk mengalirkan

fluida dari tempat rendah ke tempat yang tinggi atau sebaliknya, dibutuhkan sistem

perpipaan untuk memindahkan fluida tersebut dengan bantuan pompa atau mesin. Selain

peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak kalah penting dimana

dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang dapat mengurangi efisiensi kerja

yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan.

Dalam menggunakan pipa yang harus diperhatikan adalah karasteristik dari fluida yang

digunakan, misalnya: sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida

dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida tersebut.

Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan

viskositas fluida yang digunakan.

Bentuk-bentuk kerugian energi pada aliran fluida antara lain dijumpai pada aliran

dalam pipa. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan dengan dinding,

perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan pipa dan kerugian-kerugian

khusus lainnya. Pada belokan atau lengkungan kerugian energi aliran yang terjadi lebih

besar dibandingkan dengan pipa lurus.

Pada pendistribusian air sambungan belokan pipa sangat banyak ditemukan dalam

sistem jaringan pipa kapal. Hal ini dipengaruhi oleh konstruksi kapal yang mengharuskan
arah aliran pipa dirubah dengan menggunakan sambungan. Dilihat dari jenis sambungan

dan belokan mempunyai kehilangan energi yang beragam tergantung jenis sambungan

yang digunakan.

Dengan mengetahui kerugian energi dalam suatu sistem atau instalasi perpipaan

yang memanfaatkan fluida mengalir sebagai media, efesiensi penggunaan energi dapat

ditingkatkan sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Salah satu bagian dari

instalasi perpipaan yang dapat menyebabkan kerugian-kerugian adalah gesekan pada

dinding pipa dan sambungan belokan pipa.

Besarnya head losses pada sambungan belokan pipa tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti : diameter, debit, viskositas, dan sudut pada sambungan belokan

pipa tersebut. Oleh karena itu penulis menuangkan topik tersebut dalam skripsi dengan

judul:

“Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan 90˚ Terhadapa Head

Losses Aliran Pipa”

Dalam penelitian aliran dalam pipa ini menggunakan alat C6MKII Fluid Friction

Measurements yang merupakan suatu rangkaian jaringan pipa yang dapat digunakan untuk

mengukur kehilangan energi akibat berlokan yang terjadi apabila fluida mengalir di dalam

pipa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat disusun

sebagai berikut:
1. Berapakah kehilangan energi yang diakibatkan oleh sambungan dan belokan?

2. Bagaimana hubungan antara kecepatan aliran dengan kehilangan energi yang

terjadi pada masing-masing belokan?

3. Bagaimana hubungan antara kehilangan tinggi tekan pada pipa (H ukur dan H

hinting) pada masing-masing belokan?

4. Bagaimana kecenderungan (trend) yang di dapatkan terhadap kedua belokan

tersebut?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan ini agar masalah tidak melebar dan menjauh maka studi ini di batasi

pada beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidraulika

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set piranti Armfield C6-

MKII-10

3. Pengujian dibatasi pada belokan pipa berjari-jari dan patah.

4. Pengujian dilakukan pada percabangan/sambungan belokan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menghitung head losses pada belokan pipa berjari-jari dan patah.

2. Mengetahui kehilangan tenaga akibat adanya belokan pada pipa.


3. Mengetahui hubungan antara kehilangan energi akibat belokan dengan

kecepatan aliran.

4. Mengetahui hubungan antar H ukur dan H hitung pada belokan.

5. Mengetahui kecenderungan (Trend) yang didapatakan dengan

membandingkan kedua belokan tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan dalam perencaan belokan pipa pada jaringan perpipaan.

2. Dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya berkaitan dengan

masalah ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulis membagi kerangka masalah dalam beberapa bagian

yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori-teori dasar yang menunjang dan akan digunakan dalam

pembahasan skripsi ini terutama yang berisi tentang definisi pipa, sistem

perpipaan, kehilangan energi dan kehilangan tekanan akibat belokan.


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menunjukkan lokasi dan waktu penelitian, sistematika penelitian,

alat-alat yang digunakan serta metode yang dipakai dalam pengambilan data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian yang didapatkan dan membahas hasil dari

penelitian tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagai jawaban akhir dari permasalahan

yang dianalisa.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Defenisi Tentang Fluida

Fluida merupakan suatu zat/bahan yang dalam keadaan setimbang tak dapat

menahan gaya atau tegangan geser (shear force). Dapat pula didefinisikan sebagai zat

yang dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan dan atau tinggi. Suatu sifat dasar fluida

nyata, yaitu tahanan terhadap aliran yang diukur sebagai tegangan geser yang terjadi pada

bidang geser yang dikenai tegangan tersebut adalah viskositas atau kekentalan/kerapatan

zat fluida tersebut. (Raswari, 1986)

Fluida dapat didefinisikan sebagai suatu zat mampu alir dan dapat menyesuaikan

bentuk dengan bentuk wadah yang ditempatinya, serta apabila diberikan tegangan geser,

betapapun kecilnya akan menyebabkan fluida tersebut bergerak dan berubah bentuk

secara terus-menerus selama tegangan tersebut bekerja (White, 1986).

Dengan pengertian diatas maka fluida dapat dibedakan atas zat cair dan gas.

Dimana kedua zat ini pun berbeda secara teknis akibat gaya kohesif. Zat cair cenderung

mempertahankan volumenya dan akan membutuhkan permukaan bebas dalam medan

gravitasi. Aliran muka bebas sangat dipenuhi efek gravitasi sedangkan zat gas akan

memuai dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang membatasinya. Gas tersebut

akan membentuk atmosfir yang pada hakekatnya akan bersifat hidrostatik.


2.2. Pengertian Pipa

Pipa adalah saluran tertutup sebagai sarana pengaliran atau transportasi fluida,

sarana pengaliran atau transportasi energi dalam aliran. Pipa biasanya ditentukan

berdasarkan ukuran nominalnya, sedangkan tube merupakan salah satu jenis pipa yang

ditetapkan berdasarkan diameter luarnya.

Dalam suatu perusahaan industri, pipa merupakan salah satu peralatan pokok

diluar rangkaian proses yang dipergunakan untuk mengalirkan suatu fluida, yaitu berupa

fluida cair dan fluida gas. Fluida yang mengalir ini memiliki temperatur dan tekanan yang

berbeda-beda. Bentuk kontruksi pipa yang terdapat di suatu perusahaan industri

dipengaruhi oleh jenis fluida yang akan dialirkan melalui pipa tersebut dengan

mempertimbangkan pengaruh lingkungan yang ada.

Pipa digunakan sebagai saluran untuk mengalirkan air, minyak, gas dan cairan-

cairan lain. Pipa yang dimaksud dalam hal ini terdiri dari pipa itu sendiri dan juga

termasuk fitting, katup dan komponen-komponen lainnya yang merupakan sistem

perpipaan, komponen-komponen pipa adalah : Pipa, flens (flanges), katup (valves), alat

penyambung (fittings), dan lain sebagainya.(Solomo, 2010)

2.3. Sambungan Pada Pipa

Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hilangnya energi di dalam pipa.

Jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energi pada aliran fluida. Dengan

adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan


tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang

mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi.

Dalam sistem pipa salah satu konstruksinya adalah menggunakan sambungan

yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida ke suatu tempat tertentu. Salah satu

efek yang muncul pada aliran ketika melewati suatu sambungan yang berkaitan dengan

pola aliran adalah adanya ketidakstabilan aliran atau fluktuasi aliran. Fluktuasi aliran

yang terjadi terus-menerus pada belokan pipa akan memberikan beban impak secara acak

pada sambungan tersebut. Akibat pembeban impak secara acak yang berlangsung terus-

menerus bisa menyebabkan getaran pada pipa.

2.4. Aliran Melalui Pipa

Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan

digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan

melalui pipa biasanya bisa berupa zat cair atau gas, dan tekanan bisa lebih besar atau lebih

kecil dari tekanan atmosfir.

Sistem tata pipa merupakan rangkaian pengaturan penyambungan pipa untuk

mengatur jalan keluarnya air sesuai yang dikehendaki. Sistem perpipaan yang berfungsi

untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat lain. Aliran terjadi karena adanya

perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat yang disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi

muka air atau karena digunakannya pompa.


2.5. Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa

Pada zat cair yang mengalir di dalalam bidang batas, misalnya pipa akan terjadi

tegangan geser dan gradient kecepatan pada seluruh medan aliran karena adanya

kekentalan. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga

selama pengaliran. Persamaan Bernoulli di bawah ini :

1 1² 2 2²
Z1 + + = Z2 + + + hf
2ℊ 2ℊ

Apabila pipa mempunyai penampang yang konstan, makan V1 = V2, dan

persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana untuk kehilangan

tenaga akibat gesekan.

h¹ = (Z1 + ) − (Z2 + )

atau

hf = ΔZ +

keterangan:

hf = kehilangan tenaga (m)

Z1 = Tinggi elevasi di titik 1 (m)

Z2 = Tinggi elevasi di titik 2 (m)

P1 = Tekanan di titik 1 (N/m²)


P2 = Tekanan di titik 2 (N/m²)

V1 = Kecepatan aliran di titik 1 (m/s)

V2 = Kecepatan aliran di titik 2 (m/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s²)

γ = Berat jenis (kg/m².s²)

2.6. Kehilangan Energi Karena Gesekan Pada Pipa

Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan primer atau mayor lose.

Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding

batas pipa dan akan menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan tenaga

di sepanjang pipa dengan diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan tenaga

sepanjang satuan panjang akan konstan selama kekasaran tidak berubah. (Triatmodjo,

1996)

Kehilangan tenaga karena gesekan antara zat cair dengan dinding pipa berbanding

lurus dengan panjang pipa dan kekasaran pipa dan berbanding terbalik dengan diameter

pipa :

²
ℎ= =

Keterangan :

h = tinggi tekanan yang hilang (m)


L = Panjang pipa (m)

v = Kecepatan aliran (m/s)

D = Diameter (m)

g = Percepatan gravitasi (m/s²)

Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter aliran (Triatmojo 1996 : 31),

apabila pipa adalah hidrolis halus parameter tersebut adalah kecepatan aliran diameter

pipa dan kekentalan zat cair dalam bentuk angka Reynolds. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Blasius, dia mengemukakan rumus gesekan f untuk pipa halus dalam bentuk:

.
f = ²ͦ
berlaku untuk 4000 < Re < 10⁵

2.7. Kehilangan Tenaga Pada Belokan

Disamping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan pipa, terjadi pula kehilangan

tenaga dalam pipa yang diakibatkan karena perubahan penampang pipa, sambungan,

belokan, dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang biasanya jauh

lebih besar dari pada kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut

biasanya kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga

sekunder lebih dari 5 % dari kehilangan tenaga akibat gesekan makan kehilangan tersebut

diabaikan. Untuk memperkecil tenaga sekunder, perubahan penampang atau belokan

jangan dibuat mendadak tetapi berangsur-angsur. (Triatmodjo : 1996)

Kehilangan energi yang terjadi akibat aliran melalui sambungan dan percabangan

standar adalah sebanding dengan kuadrat dari kecepatan aliran sebagai berikut :
²
hₑ = α
2

keterangan :

hₑ = Kehilangan energi (m)

α = faktor sambungan atau percabangan

v = kecepatan aliran (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s²)

2.8. Bilangan Reynoald

Bilangan Reynoalds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung pada

kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam pipa.

Professor Osborne Reynoalds menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada di dalam

suatu pipa yaitu :

1. Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v

2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vᵑ

Dalam penelitiannya, Reynoalds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran

berubah menjadi aliran turbulen. Keadaan ini bergantung pada empat buah besaran yaitu:

diameter tabung, viskositas, dinsitas dan kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih jauh ia

menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus, dan

bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu.

Pengelompokan variable menurut penemuannya itu adalah:


. .
Re =

Atau

.
Re =

Keterangan : D = Diameter Pipa (m)

v = Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)

µ = Viskositas zat cair (kg/m.s)

ρ = Densitas zat cair (kg/m³)

Pada tahun 1884 Osborn Reynolds (dalam Triatmojo : 3) melakukan percobaan

untuk menunjukkan sifat-sifat aliran laminar dan aliran turbulen. Alat yang digunakan

terdiri dari pipa kaca yang dapat melewatkan air dengan berbagai kecepatan (gambar…..).

aliran tersebut diatur oleh katub A. Pipa kecil B yang berasal dari tabung berisi zat warna

C. Ujung yang lain berada pada lobang masuk pipa kaca.

Gambar. Alat Osborn Reynolds

Reynolds menunjukkan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di dalam aliran

kaca, zat warna akan mengalir dalam suatu garis lurus seperti benang yang sejajar dengan
sumbu pipa. Apabila katub dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah besar

dan benar warna mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar pada seluruh aliran

pipa.

Gambar. Aliran Laminer (a), Kriktik (b), dan Turbulen (c)

Kecepatan rerata pada mana benang warna mulai pecah disebut kecepatan kritik.

Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh percampuran dari partikel-partikel zat

cair selama pengaliran. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan

kecil, percampuran tidak terjadi dan menggelincirkan terhadap lapisan disampingnya.

Keadaan ini disebut aliran laminar. Pada kecepatan yang lebih besar, benang warna

menyebar pada seluruh penampang pipa. Dan terlihat bahwa percampuran dari partikel-

partikel zat cair terjadi; keadaan ini disebut aliran turbulen.

Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu

kekentalan zat cair µ (mu), rapat masa zat cair ρ (rho), dan diameter pipa D. hubungan

antara µ, ρ, dan D yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah .

Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu

angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran didalam

pipa dengan nilai, yang disebut dengan angka Reynolds.


Dengan µ (miu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang dilakukan untuk

aliran air melalui pipa dapat disimpulkan bahwa pada angka Reynolds rendah gaya kental

dominan sehingga aliran adalah laminer. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik

karena bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau bertambah

besarnya dimensi medan aliran (pipa), akan bisa menyebabkan kondisi aliran laminer

menjadi tidak stabil. Sampai pada suatu angka Reynolds di atas nilai tertentu aliran

berubah dari laminer menjadi turbulen.

Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa

untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat

cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka

Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds berada diantara kedua nilai

tersebut 2000<Re<4000 aliran adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas

(Re =2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas.

2.9. Kehilangan Tinggi Tekan Pada Pipa

Kehilangan tinggi tekan yang ditimbulkan pada saluran atau aliran didalam pipa

akibat tikungan dibedakan menjadi:

 Kehilangan tinggi tekan total akibat gesekan ataupun penambahan geometri

(hb) dengan koefisien tinggi tekan kb

 Kehilangan tinggi tekan akibat perubahan energigeometri pipa dengan gesekan

pada tikungan 1 4

Secara umum rumus kehilangan energi adalah sebagai berikut :


²
Hhitung = Kb

Keterangan:

Hhitung = kehilangan tinggi tekan / energi akibat tikungan (m)

Kb = koefisien kehilangan tekan pada belokan

g = percepatan gravitasi (m/s²)

v = kecepatan aliran (m/s)

2.10. Manometer

Manometer adalah suatu alat pengukuran tekanan yang menggunakan kolom cairan

untuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan tekanan atmosfer

(tekanan terukur), atau perbedaan tekanan antara dua titik. Alat ukur ini sangat sederhana,

pengamatan dapat dilakukan langsung dan cukup teliti pada beberapa daerah pengukuran.

Manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu

tinggi (mendekati tekanan atmosfir).

Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk

mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua adalah

manometer cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan adalah bentuk pipa U yang

diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air raksa) dimana pengukuran

dilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang mungkin terjadi karena atmosfir)

diterapkan pada tabung yang lainnya. Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan

tekanan yang diterapkan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2017 di

Laboratorium Mekanika Fluida Prodi Teknik Sistem Perkapalan Universitas

Hasanuddin.

3.2. Tahap Dalam Penyelesain Penelitian

1. Identifikasi Permasalahan

Pada bagian identifikasi masalah dilakukan analisa permasalahan pada

sistem jaringan pipa yang di dalamnya terdapat sambungan, belokan dan gesekan

sehingga mempengaruhi terhadap kekuatan aliran fluida yang akan berkurang

setiap mengalami perubahan aliran. Untuk itu dilakukan analisis pada bagian

jaringan pipa yang akan memunculkan dampak kehilangan kekuatan aliran fluida

yang terbesar, sehingga kita dapat merancang jaringan pipa yang efektif dan

efisien.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, yaitu

dengan melakukan pengambilan data langsung pada objek penlitian. Dalam hal

ini pada alat armfield C6-MKII-10. Alat ukur manometer digunakan pada pipa

disaat sebelum dan sesudah mengalami Head Minor.


3. Penyajian Data

Dalam penyajian data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik

yang menunjukkan perbandingan kehilangan energi sebelum dan sesudah terjadi

hean minor.

3.3. Alat dan Peralatan Penelitian

3.3.1. Alat

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Fluid Friction Measurement

Fluid Friction Measurement merupakan rangkaian jaringan pipa yang dapat

digunakan untuk mengukur kehilangan energi akibat gesekan dan belokan

yang terjadi apabila fluida tak terjadi perubahan volume karena tekanan yang

mengalir melalu pipa, percabangan/sambungan maupun alat ukur kecepatan.

Yang terdiri dari:

 Pipa belokan panjang radius 90˚

 Pipa belokan pendek radius 90˚

 Pipa belokan sudut patah 90˚

 Pipa belokan sudut siku 45˚

2. Hydraulic Bench

3. Velocity meter dan manometer

4. Kanebo

5. Blanko data

6. Alat tulis

7. Stopwatch
3.3.2. Bahan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah air yang diambil dari

Laboratorium Mekanika Fluida dan Sumber Daya Prodi Teknik Sistem

Perkapalan, Universitas Hasanuddin.

3.3.3. Sketsa Alat Uji

Sketsa Alat Fluid Friction Measurement

Keterangan :

1. Saluran masuk air

2. Saringan

3. Sambungan Y sudut 45˚

4. Belokan siku 45˚

5. Belokan panjang 90˚

6. Katup bola

7. Sambungan T 90˚

8. Belokan tajam 90˚


9. Katup isolasi

10. Belokan pendek 90˚

11. Tabung pitot statis

12. Venturi meter

13. Orifice meter

14. Katup bumi

15. Gate Valve

16. Siku 90˚

17. Saluran keluar air

18. Ukuran pipa uji

3.4. Tahap Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian kehilangan energi pada pipa dengan

berbagai perubahan belokan pada jarigan pipa

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut

1. Menyiapkan alat Fluid Friction Measurements – C6MKII

2. Menghubungakan selang Hydraulic Bench ke pipa pada alat Fluid Friction

Measurements – C6MKII

3. Menyalakan Alat Hydraulic Bench dengan menekan tombol ON pada power

dengan katup tertutup rapat

4. Setelah Alat Hydraulic Bench menyala, buka katup pada air dan pada Bench

secara perlahan hingga air dapat mengalir ke alat Fluid Friction Measurement

5. Menormalkan selang dengan mengalirkan hingga aliran air dalam selang bebas

dari gelembung udara


6. Membuka katup yang ada pada pipa yang akan diamati yaitu pada pipa belokan

panjang 90˚ (5)

7. Menormalkan ketinggian air pada masing-masing manometer dengan membuka

dan menutup katup pengukur

8. Mencatat tinggi tekanan pada manometer

9. Mencatat waktu saat volume air mencapai 9 liter

10. Mengulang langkah (7) dan (8)

11. Mencatat waktu saat volume mencapai 9 liter

12. Mengurangi volume aliran air yang masuk dengan menutup secara perlahan katup

dan hentikan saat terjadi perbedaan tekanan pembacaan manometer

13. Mengukur panjang pipa pada aliran belokan 90˚

14. Cara yang sama dilakukan untuk menentukan head loss pada belokan tajam

90˚(8), belokan pendek 90˚(10) dan belokan siku 90˚(16)

3.5. Pengoperasian Alat

Proses kerja alat Fluid Friction Measurement yang digunakan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Hubungkan unit dengan pasokan listrik utama.

2. Posisikan pompa dalam keadaan “ON” dan tekan tombol pompa kemudian

putar katup debit searah “OPEN”.

3. Cek jika terjadi pengaliran dengan baik, maka sistem baik.

4. Atur belokan pipa sesuai data yang dibutuhkan

5. Atur debit air pada pipa dengan aliran yang stabil


3.6. Tahap Analisis

Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, maka dilanjutkan dengan

tahap pengolahan atau analisis data. Dalam proses pengolahan data digunakan rumus

Reynolds dan Berniolli untuk mendapatkan hasil perhitungan dari data yang

didapatkan, setelah itu dibandingkan data sebelum dan sesudah mengalami Head

Minor yaitu belokan panjang 90˚(5), belokan tajam 90˚(8), belokan pendek 90˚(10),

belokan siku 90˚(16).

1. Menghitung Debit Air

Dengan :

Q = Debit Aliran (m³/det)

V = Volume Air (m³)

t = waktu air mengalir (det)

2. Menghitung Kecepatan Aliran

Dengan :

Q = Debit Aliran (m³/det)

v = Volume air (m³)

A = Luas Penampang (m²)

3. Menghitung Beda Tinggi


Hukur = Hsebelum – Hsesudah

Dengan :

Hukur = Selisih tinggi (mm)

Hsebelum = Tinggi air pada pembacaan manometer

sebelum melewati belokan (mm)

Hsesudah = Tinggi air pada pembacaan manometer sesudah

melewati belokan (mm)

4. Mencari Hhitung

²
Hhitung =
2

Dengan :

Hhitung = kehilangan energi (m)

v = kecepatan aliran (m)

g = percepatan grafitasi (m/det²)

Kb = Koefisien energi Elbow

5. Menghitung Bilangan Reynold (Re)

.
=
μ

Dengan :

Re = Bilangan Reynold

v = Kecepatan Aliran (m/det)

D = Diameter Pipa (m)


µ = Viskositas (m²/det)

6. Perhitungan Koefisien Geser

0,316
= ,

Dengan :

f = koefisien geser

Re = Bilangan Reynold

7. Perhitungan Headloss

.
H = .
2

Dengan :

Hf = Headloss (m) L = Panjang pipa (m)

f = koefisien geser g = percepatan grafitasi (m/det²)

D = Diameter pipa (m)

v = kecepatan aliran (m/det²)


3.7. Bagan Alir Penelitian

Penjelasan mengenai bagan alir penelitian dapat dilihat pada tahapan-tahapan

penelitian diatas. Secara garis besar bagan alir tahapan metode penelitian dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar. Bagan alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Sauala Angga Saputra Hadi P. 2016. Analisa Kehilangan Energi Pada Belokan Pipa
Berangsur-Angsur dan Belokan Pipa 45˚ Secara Langsung. Kendari: Universitas
Halu Oleo.
Zainuddin, dkk. 2012. Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap
Head Losser Aliran Pipa. Mataram, Universitas Mataram.

(http://www.wartasaranamedia.com/pengertian-pipa-dan-pembagian-jenis-pipa-
2.html)
http://teknikmesinzone.blogspot.co.id/2016/02/manometer-dan-pengukuran-
tekanan.html

Anda mungkin juga menyukai