(UJI EXPERIMENTAL)
Oleh:
LA MUT IRMAWATI
105 81 1884 13 105 81 1938 13
FAKULTAS TEKNIK
2018
PENGARUH VARIASI PANJANG PIPA ISAP FLUSHING CONDUIT
TERHADAP VOLUME PENGGELONTORAN SEDIMEN DI WADUK
(UJI EKSPERIMENTAL)
Abstrak
Pengaruh Variasi Panjang Pipa Isap Flushing Conduit Terhadap Volume Penggelontoran
Sedimen Di Waduk dibimbing oleh Ratna Musa dan Amrullah Mansida. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja metode flushing conduit terhadap volume penggelontoran
sedimen apabila panjang pipa isapnya divariasikan. Karakteristik sedimen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pasir sedang berdasarkan skala wentworth dari hasil analisa
saringan. Dari hasil penelitian menunjukan jumlah sedimen yang tergelontor untuk Q1 yaitu
pada panjang pipa isp 0,5 cm jumlah volume gelontor (vg) 0,0073 m3, panjang pipa isap 1,5
cm jumlah Volume tergelontor (vg) 0,0064 m3 dan pada panjang pipa isap 2,5 cm jumlah
volume gelontor (vg) yaitu 0,0060 m3. Kinerja Flushing Conduit menunjukan semakin pendek
pipa isap yang digunakan maka volume gelontor yang dihasilkan semakin banyak hal ini
dipengaruhi oleh jarak antar sedimen dengan pipa flushing yang semakin jauh jaraknya maka
akan semakin memperlambat proses sedimen masuk kedalam pipa flushing. Mekanisme kerja
flushing conduit terbagi atas tiga tahapan yaitu memberikan tekanan sehingga terjadi fluidasi,
proses penghisapan endapan sedimen masuk kedalam pipa akibat fluktuasi debit dan tekanan,
serta transportasi sedimen dalam pipa.
kata kunci : Flushing Conduit, Waduk, Sedimentasi.
Abstract
Effect of Long Length Variation of Flushing Conduit Flow Pipe to Sediment Flowing
Volumes In Reservoir is guided by Ratna Musa and Amrullah Mansida. This study aims to
determine the performance of the flushing conduit method against the volume of sediment
displacement when the length of the suction pipe is varied. The sediment characteristic used
in this research is the medium sand based on goworth scale from the result of filter analysis.
The results showed that the amount of sediment that was flushed for Q1 was 0,5 cm length of
the isp number of volume of gelontor volume (vg) 0,0073 m3, the suction tube length of 1,5
cm the volume amount was flushed (vg) 0,0064 m3 and at length suction pipe 2,5 cm the
volume amount of gelontor (vg) is 0,0060 m3. Flushing Conduit performance shows the
shorter suction pipe that is used then the volume of gelontor produced more and more is
influenced by the distance between the sediments with the flushing pipe that the further
distance it will further slow the process of sediment into the flushing pipe. Working
mechanism of flushing conduit is divided into three stages, namely to provide pressure so that
fluidation occurs, sediment sediment absorption process into the pipe due to fluctuations in
flow and pressure, as well as sediment transport in the pipeline.
keywords: Flushing Conduit, Dam, Sedimentation.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
EXPERIMENTAL) “
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan tugas akhir ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis sebagai manusia biasa tidak
lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu ditinjau dari segi teknis penulisan maupun
dari perhitungan-perhitungan. Oleh karenya penulis mengharapkan kritik dan saran serta
perbaikan guna kesempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat terutama bagi
penulis sendiri.
Dalam penyelasaian tugas akhir ini dapat terwujud berkat adanya bantuan,
arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya krpada:
1. Bapak Hamzah Al Imran, ST., MT. Sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Muh. Syafaat, S. Kuba, ST. Sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Ratna Musa, MT. Selaku pembimbing 1 dan Bapak Amrullah
Mansida, ST., MT. Selaku Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu,
v
4. Bapak dan ibu Dosen serta staf pegawai pada Fakultas Tekni atas segala waktunya
telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses belajar mengajar di
5. Ayahanda dan Ibunda terciinta yang senantiasa memberikan limpahan kasih sayang,
(Radical) dengan rasa persaudaraan yang tinggi banyak membantu dan memberi
Semoga semua pihak tersebut diatas mendapat pahala yang berlipat ganda disis
Allah SWT dan tugas akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
B. Waduk ........................................................................................................... 9
vii
1. Pengertian Waduk .................................................................................... 9
C. Sedimentasi ................................................................................................... 11
viii
A. Lokasi dan waktu Penelitian ....................................................................... 31
A. Hasil Penelitian............................................................................................ 40
B. Analisis ...................................................................................................... 45
C. Pembahasan ................................................................................................ 48
A. Kesimpulan ................................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
11. Rancangan Pipa Hisap dan Potongan Melintang Flushing Cinduit .......... 35
Pada Q1 ...................................................................................................... 48
Pada Q2 ...................................................................................................... 49
Pada Q3 ...................................................................................................... 50
x
18. Grafik Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Volume Gelontor Pada
Waktu 3 Menit............................................................................................ 58
Waktu 6 Menit............................................................................................ 59
Waktu 9 Menit............................................................................................ 60
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
12. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Volume Gelontor. Pipa Isap 0,5 cm ..... 51
13. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Volume Gelontor. Pipa Isap 1,5 cm ..... 52
14. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Volume Gelontor. Pipa Isap 2,5 cm ..... 53
15. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Tekanan Pipa Isap 0,5 cm .................... 54
16. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Tekanan Pipa Isap 1,5 cm ................... 55
17. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Tekanan Pipa Isap 2,5 cm ................... 56
xii
DAFTAR NOTASI
Q : Debit
V : Kecepatan Aliran
Vg : Volume Gelontor
μ : Viskositas absolute
Re : Bilangan Reynold
Ps : Rapat Massa
F1 : Kecepatan Endap
ᵠ : Kecepatan Endap
Ρs : Tekanan Stagnasi
Ρ : Tekanan Statistik
ɛ : porositas Sedimen
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS termasuk suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
adalah untuk melestarikan sumber daya air dengan cara menyimpan air disaat
kelebihan yang biasanya terjadi disaat musim penghujan. Air yang datang
dipergunakan secara tepat guna sepanjang tahun. Diharapkan pula banjir dapat
dicegah serta kekurangan air pada saat musim kemarau tiba dapat diatasi.
Walaupun dalam kondisi tertentu tidak dapat dipungkiri bahwa waduk dapat
menjadi pemicu terjadinya musibah. Namun hal ini tidak bisa dibandingkan
dengan fungsi waduk yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
1
Permasalahan penyempitan, pendangkalan maupun tertutupnya alur
jumlah sedimentasi relatif cukup tinggi pada debit yang berfluktuasi besar jika
musim hujan sedangakan pada musim kering debit menjadi relatif sangat kecil,
sehingga kemampuan mengangkut sedimen terutama pada saat debit kecil sangat
rendah. Hal ini akan semakin parah bila angkutan sedimen telah sampai ke waduk
namun hasilnya dirasa kurang maksimal. Terbukti dari berbagai hasil penelitian
cara lain seperti penggalian atau pengerukan secara manual (Dreedging). Hal
flushing conduit yang relatif murah dan ramah lingkungan. Adapun judul
2
penelitian ini adalah : “Pengaruh Variasi Panjang Pipa Isap Flushing Conduit
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
flushing conduit jika menggunakan pipa isap dengan panjang yang bervariasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
penerapan di lapangan.
3
3) Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian
flushing conduit.
conduit.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan efektif dan mencapai sasaran
yang ingin dicapai maka penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut:
sedimen dengan sistem flushing conduit pada variasi panjang pipa isap.
Muhammadiyah Makassar.
3) Menggunakan beberapa pipa isap dengan panjang bervariasi antara 0,5 cm,
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran umum isi penulisan tugas akhir ini yang
terdari dari lima bab, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA : dalam bab ini diuraikan secara ringkas
BAB III METODE PENELITIAN : dalam bab ini menguraikan tentang lokasi
pembahasan data.
BAB V PENUTUP : bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan
dari hasil penelitian, serta saran dari penulis yang berkaitan dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ahli dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan
daerah yang dibatasi oleh topografi pemisah air yang terkeringkan oleh sungai
atau sistem saling berPengaruh sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai
yang jatuh di dalam akan keluar dari saluran lepas tunggal dari wilayah tersebut.
dibatasi oleh igir-igir gunung yang semua aliran permukaannya mengalir ke suatu
sungai utama. Atas dasar difinisi tersebut diatas maka Daerah Aliran Sungai
(DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri atas unsur abiotik
(tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan
kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama
lain, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila
6
dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen ekosistem
tersebut.
kemiringan lahan yang besar. Sementara daerah hilir merupakan daerah yang
sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup, kerapatan drainase lebih kecil dan
memiliki kemiringan lahan yang kecil sampai yang sangat kecil. DAS bagian
tengah merupakan daerah transisi dari kedua bagian DAS yang berbeda tersebut.
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
dapat pulih kembali dalam sebuah DAS yang dilakukan terus menerus untuk
d) Pengendalian Pengaruh timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia
7
kuantitas air. Erosi itu meliputi proses : pelepasan partikel-partikel tanah
adalah air. Hal ini disebabkan oleh daerah tropis memiliki kelembaban dan rata-
rata curah hujan per tahun yang cukup tinggi. Proses erosi tanah yang disebabkan
a) Pelepasan butiran tanah atau partikel tanah dari bongkah agregat tanah.
b) Pemindahan atau pengangkutan butiran tanah oleh media pengangkut, yaitu air.
c) Pengendapan butiran tanah dimana butiran tanah tidak dapat diangkut lagi oleh
media pengangkut.
Erosi tanah dapat terjadi secara alamiah dan non alamiah. Secara
alamiah, erosi dapat terjadi secarah alamiah atau karna faktor alam itu sendiri
seperti curah hujan yang tinggi, kepekaan tanah serta juga dipengaruhi oleh
8
vegetasi, erosi dapat terjadi secara alamiah pada tanah dengan melalui tahapan
B. Waduk
1. Pengertian waduk
untuk menyimpan dan menampung air saat terjadi kelebihan air pada musim
keperluan seperti irigasi, pembangkit tenaga listrik, air bersih dan lain lain.
permasalahan utama di waduk-waduk selama ini. Salah satu persoalan utama yang
terjadi dalam operasi dan pemeliharaan waduk untuk penyediaan air pada waktu-
waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan air untuk berbagai kebutuhan cenderung
9
semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, beragamnya
kualitas air akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan (Bustomi, 2003) dalam
2. Kapasitas Waduk
waduk kecil dengan volume simpan manfaat sekitar 50-100 juta m3, hingga
beberapa ratus tahun bagi waduk-waduk yang lebih besar, tergantung dari
Pada akhir umum ekonominya, ditaksir 80% dari kapasitas volume simpan
manfaat telah dipenuhi sedimen yang tertangkap di dalam kolam waduk sepanjang
waktu itu. Pada saat dan kondisi itu waduk sudah dianggap tidak dapat lagi
telah dihitung dan/atau diharapkan pada tahap design. Hal ini disebabkan oleh
10
b) Bertambahnya hasil sedimen kotor karena perubahan tata guna lahan DAS
c) Kapasitas total
semakin pendek umur pelayanan waduk. Pelayanan volume tampungan aktif lebih
waduk.
C. Pengendapan (Sedimentasi)
1. Pengertian Sedimen
Sedimen adalah material hasil dari proses erosi, baik berupa erosi
permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya yang mengendap di bagian
bawah kaki bukit, di daerah genangan air, saluran air, sungai, dan waduk.
11
Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan material fragmental oleh air
terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material
tersebut oleh gerakan angin atau air kemudian diikuti dengan pengendapan
material yang terangkut di tempat yang lain. Bahaya erosi banyak terjadi di
2. Proses Sedimentasi
Keadaan ini terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen
dan sebagainya.
sungai dan waduk akan menurun. Khusus untuk waduk dapat berakibat
kerusakan lain yangdiakibatkan. Dari proses terjadinya erosi tanah dan proses
12
a. Proses Sedimentasi secara Geologis (Normal)
Yaitu proses tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal atau
dalam batas-batas yang diperkannkan atau dalam keseimbangan alam dari proses
yang menyimpang dari proses secara geologis dan berlangsung dalam waktu yang
oleh kegiatan manusia dalam mengelolah tanah. Cara mengelolah tanah yang
oleh fluida sedimen yang terjadi pada sungai dan disebabkan akibat erosi yang
terjadi pada lahan-lahan kritis yang terdapat pada tangkapan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Jika material sedimen yang terbentuk akibat erosi lahan tersebut masuk ke
13
dalam DAS dalam jumlah yang besar, maka akan menyebabkan laju sedimen
yang masuk ke dalam DAS menjadi besar, bahkan akan melampaui laju sedimen
3. Sifat-sifat Sedimen
pengangkut. Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis)
butiran sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,
sedimen merupakan fungsi dari kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel
sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah liat dan debu dapat diangkut
aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Sedangkan partikel yang lebih besar,
antara lain, pasir cenderung bergerak dengan cara melompat. Partikel yang lebih
besar dari pasir, misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau
tertimpa titik-titik hujan atau terdorong aliran air dalam alur-alur kecil tersebut.
Mekanisme pengngkutan butir-butir tanah yang dibawah dalam air yang mengalir
14
1) Wash Load Transport atau angkutan sedimen suci, yaitu bahan wash load
berasal dari pelapukan lapisan tanah yang menjadi lepas berupa debu-debu
halus selama musim kering. Debu halus ini selanjutnya dibwah masuk ke
sungai baik oleh angin maupun oleh air hujan yang turun pertama pada musim
hujan, sehingga jumlah sedimen pada awal musim hujan lebih banyak
tanah bergerak melayang dalam aliran air. Gerakan butir-butir tanah ini terus
3) Salation Load Transport atau angkutan sedimen loncat, yaitu pergerakan butir-
butir tanah yang bergerak dalam aliran air antara pergerakan suspended load
dan bed load. Butir-butir tanah bergerak secara terus menerus meloncat-loncat
saluran.
4) Bed Load Transport atau angkutan sedimen dasar, yaitu merupakan angkutan
butir-butir tanah berupa pasir kasar (coarse and) yang bergerak secara
terus menerus pada dasar aliran yang pergerakannya dipengaruhi oleh adanya
gaya seret (drag force). Gerakan ini kadang-kadang dapat sampai dengan jarak
15
Gambar 5. Ragam Gerakan Sedimen dalam Air.
(Sumber: Aditya, 2003) dalam Astika Murni Lubis (2016)
pasir (sand), kerikil (gravel), koral (pebble), atau kerakal (cabbles), dan batu
dalam tabel 1.
Sangat besar 64 – 32
Kasar 32 – 16
Koral (Kerikil besar)
Sedang 16 – 8
Halus 8–4
Kerikil 4–2
16
Klasifikasi Diameter partikel (mm)
1. Definisi Flushing
energi hidrolik akibat beda tinggi antara muka air di depan dan belakang
alternatif solusi dengan tanpa aliran permukaan. Metode flushing counduit atau
melalui lubang kecil kemudian terjadi transpor endapan sedimen dalam pipa atau
pengurasan ke tempat yang lebih dalam maupun terbawah pasang surut untuk di
17
2. Perbedaan Mekanisme kerja Fluidasi dengan flushing Conduit
metode fluidasi dengan dapat dilihat saling keterkaitan diperlihatkan pada tabel 2
Tekanan dsalam pipa harus lebih Tekanan dalam pipa harus lebih
6. besar daripada di luar pipa rendah dari pada luar pipa
18
e) Lurus tidaknya waduk kearah outlet
tempat ke tempat yang lain. Pada umumnya fluida yang akan dipindahkan
memiliki nilai kekentalan yang berbeda-beda. Nilai kekentalan ini sangat penting
flow) dimulai seorang maha guru dari Jerman tahun 1850, Julius Weisbach
meneliti pada hulu pipa, yang kemudian dilanjutkan oleh insinyur Perancis, Henry
Darcy pada tahun 1857 yang melakukan eksperimen aliran pipa yang dikenal
tertutup (aliran pada pipa) adalah adanya permukaan yang bebas dan (hampir
19
selalu) berupa udara pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya
tidak penuh hingga masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan
karaktersitik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka (Kadoatie 2002:
215).
pipa saluran tertutup (closed conduit flow). Masalah utama yang muncul antara
lain:
c) Terjadinya kapasitas aliran yang semakin kecil pada daerah yang jauh dari
tekanan atau kerugian tekanan dapat mempengaruhi kinerja dan efisiensi pompa.
a) Jumlah aljabar penurunan tekanan seputar tiap rangkaian harus sama dengan
nol.
20
b) Persamaan Darcy-Weisbach, atau rumus gesekan eksponensial yang setara,
harus dipenuhi untuk tiap pipa; yakni Pengaruh yang sesuai antara kerugian
tinggi tekan dan debit yang ada harus dipenuhi untuk pengaliran tiap pipa.
c) Aliran ke tiap titik hubung harus sama dengan aliran yang meninggalkan titik.
dalam suatu aliran yang melewati sistem atau instalasi pipa akan terjadi
tersebut yang sering disebut dengan kerugian tinggi tekanan (head loss) atau
penurunan tekanan (pressure drop) yang disebabkan oleh pengaruh gesekan fluida
(friction losses) dan perubahan pola aliran yang terjadi karena fluida harus
terkecuali pada aliran dalam pipa maupun saluran terbuka. Sehingga untuk
sebagai berikut:
Q = A.V...............................................................................................(1)
V = ...................................................................................................(2)
21
5. Mengukur Kecepatan aliran zat cair
untuk mengukur kecepatan aliran zat cair. Titik stagnasi terjadi pada ujung bukaan
pipa yang mendatar dan tekanannya akan lebih besar dari tekanan zat cair
disekitarnya sebesar tinggi kecepatan V2 / 2g, yang ditunjukkan oleh kenaikan zat
V=√ .............................................................................................................(3)
=√ ........................................................................................(4)
(horizontal) , tekanan fluida paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya
paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan alirnya
paling besar. Pernyataan ini dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernoulli
kinetic persatuan volume (1/2 dan energy potensial per satuan volum (
22
Gambar 6. Hukum Bernoulli pada saluran tertutup (sumber : Qisthy.w, 2012)
Secara garis besar pola aliran dalam pipa terbagi menjadi tiga, yaitu:
laminer, turbulen, dan transisi (antara aliran alminer dan turbulen). Pola aliran
Gambar 7. Percobaan Reynolds tentang Aliran laminar (a) dan Aliran turbulen (b)
pada saluran tertutup (pipa)
oleh pengaruh kekentalan. Pada aliran laminer, fluida bergerak secara teratur.
Profil kecepatan dari aliran laminer tidak terjadi pencampuran antara garis arus
yang satu dengan yang lainnya. Pola aliran ini disebut laminer karena terlihat
acak dan aliran yang bercampur pada level makroskopik. Pada aliran turbulen,
fluida tidak bergerak pada suatu garis arus yang halus dan kecepatan fluida
23
Perbedaan antara aliran laminer dan turbulen pertama kali
percobaan dengan menyuntikkan zat pewarna pada air yang mengalir dalam pipa.
Pada laju aliran yang rendah, zat pewarna mengalir secara teratur dan tidak
tercampur hingga ke hilir. Pada laju aliran yang lebih tinggi, zat pewarna
turbulen atau laminer dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut
Re= = ...................................................................................(5)
aplikasi pada bilangan teknik, batas atas aliran lamier biasanya diambil pada
bilangan Reynolds 2300. Apabila bilangan Reynolds lebih dari 4000, maka aliran
dianggap turbulen. Untuk bilangan Reynolds di antara 2300 dam 4000, aliran
tidak dapat diprediksi dan biasanya berubah-ubah sifat antara laminer dan
24
8. Kehilangan Energi Mayor Dalam Pipa (Gesek)
energi. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antar fluida dengan dinding
Darcy-Weisbach, yaitu:
hL = ........................................................................................................(6)
25
Tabel 3. Nilai kekasaran dinding untuk berbagai pipa komersial
Pipa Material Equivalent Roughness, ϵ Hazen - Williams
Coefficient, C
(ft)
Brass, Copper, Aluminium 3.3 × 10-6 140
PVC, Plastic 5 × 10-6 150
Cast Iron - -
New 8.0 × 10-4 130
Old - 100
Galvanized Iron 5.0 × 10-4 120
Asphalted Iron 4.0 × 10-4 -
Wrought Iron 1,5 × 10-4 -
Commercial and Welded
1,5 × 10-4 120
Steel
Riveted Steel 60,0 × 10-4 110
Concrete 40,0 × 10-4 130
Wood Stave 20,0 × 10-4 120
Sumber: Ram S. Gupta. Hydrology and Hydraulic Systems, Prentice Hal. London.
1989 Chapter 11,hal. 550
aliran fluida didalam pipa dengan menggunakan factor gesekan pipa (f) dari rumrs
dinding pipa dan diameter pipa tersebut (ϵ/D). Nilai kekasaran dinding pipa
Kecepatan aliran pada sumbu jet sama dengan kecepatan jet dilubang.
Tinggi Z1 sangan dipengaruhi oleh turbulensi dan gesekan antara jet dengan fraksi
solid dan fluida yang ada disekitar. Pada fenomena antara fluidasi dan flushing
26
dc kehilangan tingggi tenaga oleh lapisan sedimen selanjutnya dapat ditentukan
dengan meninjau keseibangan gaya vertical antara gaya keatas ( .g.h.A) dengan
berat sedimen dalam air (db(1 - ɛ)A( s – )/ . kebutuhan tinggi tenaga akibat
Hbc= =.........................................................................................(7)
= porositas sedimen
beberapa factor diantaranya adalah: kehilangan tinggi tekanan akibat gesek dalam
pipa (HL) pers. (6), kehilangan tinggi tekanan pada lubang pipa isap (Hm) pers.
(11) dan kehilangan tinggi tenaga akibat lapisan sedimen (Hbc) pers. 7, sehingga
Ht= ( ) ( ) ................................................(8)
Tekanan zat cair pada suatu titik dengan kedalaman h. biasanya untuk
P = p.h...................................................................................................................(9)
27
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
he = ................................................................................(10)
turbulensi. Demikian pula jika air melalui penyempurnaan dan pembesaran secara
tiba-tiba.
kondisi lain, saat pipa sangat panjang kehilangan energy monitor atau sekunder
energy monitor dalam bahasa matematika ditulis sebagai (kelas D., 2009)
Hm= .................................................................(11)
Dimana: = koefisien kehilangan tinggi energy pada lubang masuk pipa (m),
28
F. Aliran Sedimen Dalam Pipa (flushing conduit)
a) Tipe lubang yang merupakan bukaan langsung pada dinding pipa flushing
karena berat sendiri, tekanan hisap dan diameter lubang relatif besar.
b) Aliran arus balik masuk ke dalam pipa melalui lubang isap saat tekanan
dikejutkan dan terjadi fluktuasi. Proses ini terjadi apabila tekanan di dalam pipa
tempat bahan sedimen granuler (non kohesif) oleh air yang sedang mengalir, dan
endapan lumpur dan pengerukan (dredging). Manfaat sistem ini dalam kedua
loss tanpa pengendapan. Aspek penting dari syistem ini adalah bagaimana
memprediksi head loss dan kecepatan minimum atau kecepatan kritis agar supaya
29
3) Pengaruhnya timbal balik antara sifat aliran air dan sifat sedimen (interection)
Dalam desain transpor sedimen dalam Pipa, dua jenis regime aliran
a) Stationary bed regime karena ini tidak akan menghasilkan transpor zat padat
apapun.
b) Moving bed regime sebab jika dibawah kondisi normal, regime ini
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai dan
berikut :
1) Alat
e) Pompa air (Alkon) 2 inchi berfungsi sebagai pemompa air dari bak
penampungan
debit
g) Las untuk pembuatan pintu Thomson dan tali atau benang sebagai
31
h) Flow watch untuk mengukur kecepatan aliran yang akan masuk kedalam
i) Kertas A4 dan alat tulis untuk mencatat pengambilan data awal pada saat
uji model
l) Mistar dan Rol meter untuk mengukur ketinggian sedimen dan panjang
2) Bahan
b) Bak air untuk suplay, bak sirkulasi, dan bak disertai saringan untuk
sedimen
1. Jenis penelitian
tersebut dibuat dan dirancang sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada
dengan tujuan untuk mengetahui sebab akibat dari penggelontoran sedemen serta
32
2. Sumber Data
Pada penelitian ini akan digunakan dua (2) sumber data antara lain
sebagai berikut:
a) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil simulasi model fisik
di laboratorium
b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur dan hasil penelitian yang
b) Waktu (t)
c) Jenis sedimen
b) Debit (Q)
33
d) Tekanan dalam pipa (P)
E. Tahap Penelitian
informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti (flushing conduit).
teoritas.
rencana model yang sesuai dengan rencana penelitian yang akan digunakan
PIPA SIRKULASI
PINTU THOMSON POMPA INLET POMPA SIRKULASI
PIPA SPIRAL
BUKAAN KATUP
BAK OUTLET ALIRAN
TAMPUNGAN
MANOMETER SEDIMEN
2.3 m 1.7 m
BAK OUTLET
PENANGKAP SEDIMEN ALIRAN
PITOT PIPA ISAP
0.5 m
2.0 m 5.0 m 3.5 m 1.5 m
34
POMPA INLET POMPA SIRKULASI
TAMPUNGAN
SEDIMEN
BAK OUTLET
ALIRAN
PENANGKAP
SEDIMEN BAK OUTLET
ALIRAN
Gambar 10. Rancangan model Flushing Conduit (tampak samping)
Gambar 11. Rancangan model Pipa Hisap & Potongan Melintang flushing conduit
penting dalam penelitian uji eksperimental guna mengambil data dari hasil uji
coba nantinya.
35
5) Tahap kelima : Analisis dan Pembahasan
karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat yang nantinya bisa
mulai dari proses peneltian sampai hasil akhir. Selain itu tujuan laporan penelitian
adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian baik secara
F. Prosedur Penelitan
bahan.
2) Alat dan bahan disusun serta dirangkai sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
alat. Selanjutnya dilakukan running atau pengujian sesuai dengan variasi yang
direncanakan.
36
6) Dari hasil percobaan harus dicatat adalah waktu (T), tekanan serta volume
9) Prosedur ini dilakukan dengan beberapa kali percobaan dimulai dari panjang
pipa isap 0,5 cm, 1,5 cm dan 2,5 cm untuk dijadikan bahan perbandingan.
G. Pengambilan Data
data yang diambil adalah data yang akan digunakan sebagai parameter dalam
analisa. Data-data yang telah diukur saat penelitian berjalan, langsung dapat
H. Analisa Data
kajian sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data yang diolah adalah data
yang relevan yang dapat mendukung dalam menganalisa data penelitian, antara
lain :
37
c) Perhitungan besar debit teoritis
38
I. Flow chart Penelitian
Mulai
Persiapan
Tidak
Bahan
Alat SDM
Cek
Ya
a) Panjang pipa isap a) Volume gelontor
b) Waktu Pembuatan model b) Debit
c) Jenis sedimen c) Kecepatan aliran
d) Diameter lubang d) Tekanan
e) Bukaan katub e) Tinggi pitot
Running awal
Kalibrasi
Pengumpulan Data
Tidak
Cek
Ya
Hasil Akhir/Laporan
Selesai
39
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk
laboratorium.
untuk mengetahui jumlah sedimen yang tergelontor terhadap variasi panjang pipa
awal) adalah untuk mendapatkan data yang ideal dengan maksud agar data yang
pembanding dengan debit yang masuk pada saluran pipa Flushing Conduit.
40
Tabel 4. Pengambilan Data Running Awal
Bukaan
Bukaan Tinggi Air Tinggi Pitot Tekanan (P) Debit (Q)
No Katup Koefisien Q1 Q2 Q3
pintu (h) (cm) (h) (cm) (kg/c ) /dtk)
(Bk)
1
2 0.0853 12.3333 0.0584 1.4084 0.0030
3
4
5 45 0.1057 12 0.0609 1.3968 0.0051
6
7
8 0.1263 12.3333 0.0623 1.3884 0.0079
9
10
11 0.0853 34.6667 0.0645 1.4084 0.0030
12
13
14 60 0.1057 35 0.0668 1.3968 0.0051 0.0030 0.0051 0.0079
15
16
17 0.1263 34.6667 0.0687 1.3884 0.0079
18
19
20 0.0853 82.6667 0.0175 1.4084 0.0030
21
22
23 90 0.1057 80.6667 0.0733 1.3968 0.0051
24
25
26 0.1263 81.7778 0.0753 1.3884 0.0079
27
Sumber data : Hasil penelitian
41
Tabel 5. Pengambilan Data Untuk Debit Q1 = 0.0030 /dtk.
Panjang Diameter Tebal Volume Pengukuran Tinggi Air Kecepatan
Debit (Q) Waktu (t) Jarak Lubang Bukaan
No Pipa Isap Lubang Sedimen Gelontor Tekanan (P) Pitot (h) Aliran (V)
/dtk (menit) (a) (cm) Katub (BK)
(cm) (Df) (mm) (db) (cm) (Vg)/( ) (kg/c ) (cm) (m/dtk
1
2 0.5 0.0038 0.0680 13.0000 1.5946
3
4
5 3 1.5 0.0035 0.05542 12.3333 1.5553
6
7
8 2.5 0.0032 0.05168 12.3333 1.5544
9
10
11 0.5 0.0050 0.06834 12.3333 1.5536
12
13
14 0.0030 6 1.5 1.2 20 45 30 0.0042 0.0585 12.0000 1.5335
15
16
17 2.5 0.0041 0.0558 12.0000 1.5335
18
19
20 0.5 0.0073 0.06902 12.6667 1.5782
21
22
23 9 1.5 0.0064 0.06052 12.0000 1.5335
24
25
26 2.5 0.0060 0.0575 12.0000 1.5316
27
42
Tabel 6. Pengambilan Data Untuk Debit Q2 = 0.0051 /dtk.
Panjang Diameter Tebal Volume Pengukuran Tinggi Air Kecepatan
Debit (Q) Waktu (t) Jarak Lubang Bukaan
No Pipa Isap Lubang Sedimen Gelontor Tekanan (P) Pitot (h) Aliran (V)
/dtk (menit) (a) (cm) Katub (BK)
(cm) (Df) (mm) (db) (cm) (Vg)/( ) (kg/c ) (cm) (m/dtk
1
2 0.5 0.0039 0.0731 35.0000 2.6203
3
4
5 3 1.5 0.0037 0.06426 34.6667 2.6076
6
7
8 2.5 0.0036 0.0578 33.6667 2.6076
9
10
11 0.5 0.0056 0.0748 35.3333 2.5698
12
13
14 6 1.5 0.0053 0.06698 35.0000 2.6329
0.0051 1.2 20 60 30
15
16
17 2.5 0.0047 0.05848 34.6667 2.6079
18
19
20 0.5 0.0082 0.07548 36.0000 2.6577
21
22
23 9 1.5 0.0075 0.06834 34.3333 2.5950
24
25
26 2.5 0.0071 0.06086 34.3333 2.5952
27
Sumber data : Hasil penelitian
43
Tabel 7. Pengambilan Data Untuk Debit Q3 = 0.0079 /dtk.
Panjang Diameter Tebal Volume Pengukuran Tinggi Air Kecepatan
Debit (Q) Waktu (t) Jarak Lubang Bukaan
No Pipa Isap Lubang Sedimen Gelontor Tekanan (P) Pitot (h) Aliran (V)
/dtk (menit) (a) (cm) Katub (BK)
(cm) (Df) (mm) (db) (cm) (Vg)/( ) (kg/c ) (cm) (m/dtk
1
2 0.5 0.0042 0.07956 85.6667 4.0993
3
4
5 3 1.5 0.0041 0.0731 82.6667 4.0270
6
7
8 2.5 0.0038 0.06188 79.6667 3.9534
9
10
11 0.5 0.0062 0.08058 85.000 4.0837
12
13
14 6 1.5 0.0059 0.0748 79.6667 3.9535
0.0079 1.2 20 90 30
15
16
17 2.5 0.0053 0.0646 77.3333 3.8950
18
19
20 0.5 0.0084 0.0833 82.6667 4.0269
21
22
23 9 1.5 0.0079 0.07616 82.0000 4.0109
24
25
26 2.5 0.0077 0.0663 80.6667 3.9781
27
Sumber data : Hasil penelitian
44
B. Analisis
jeneberang, dengan hasil pemeriksaan ukuran butir dengan uji saringan dan
gradasi ukuran butir yang disajikan pada table 8 dan gambar 13 berikut:
paling banyak tertahan berada pada klasifikasi pasir sedang yakni pada saringan
Nomor Saringan
No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200
120
Persen Lolos (%)
100
80
60
40
20
0
-20 0.297 0.074
4.76 2.38 1.19 0.595 0.149
Diameter Saringan (mm)
Gambar 13. Gradasi ukuran butiran sedimen (sampel)
45
Berdasarkan diameter sedimen yang didapatkan dari hasil analisa
saringan, maka sedimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk
0,25 mm).
2. Pengolahan Data
46
e) Perhitungan kehilangan tinggi tekanan akibat gesekan dalam pipa
47
C. Pembahasan
pengaruh panjang pipa isap terhadap volume penggelontoran adalah salah satu
pengurasan metode flushing conduit, maka dibuat kajian pengaruh panjang pipa
isap terhadap volume gelontor (Vg), terlihat pada gambar dan tabel berikut:
0.008
0.007
Volume Gelontor (m3)
0.006
0.005
3 menit
0.004
0.003 6 menit
0.002
9 menit
0.001
0
0,5 1,5 2,5
Panjang Pipa Isap (cm)
Gambar 14. Grafik pengaruh panjang pipa isap terhadap volume gelontor pada
Q1 = 0,0030 m3/dtk
48
Dari tabel 9 dan gambar 14 menunjukan bahwa pada pipa isap 0,5 cm
dan 2,5 cm. Hal ini disebabkan oleh ukuran pipa isap yang lebih pendek memiliki
tekanan yang lebih besar dibandingkan ukuran pipa isap yang lebih panjang.
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050 3 menit
0.0040
0.0030 6 menit
0.0020
9 menit
0.0010
0.0000
0,5 1,5 2,5
Panjang Pipa Isap (cm)
Gambar 15. Grafik pengaruh panjang pipa isap terhadap volume gelontor pada
Q2 = 0,0051 m3/dtk
sedimen pada pipa isap 1,5 cm lebih banyak dari pipa isap 2,5 cm dan lebih
sedikit dari pipa isap 0,5 cm. Hal ini disebabkan oleh ukuran pipa isap yang lebih
49
pendek memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan ukuran pipa isap yang
lebih panjang.
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050 3 menit
0.0040
0.0030 6 menit
0.0020
9 menit
0.0010
0.0000
0,5 1,5 2,5
Panjang Pipa Isap (cm)
Gambar 16. Grafik pengaruh panjang pipa isap terhadap volume gelontor pada
Q3 = 0,0079 m3/dtk
sedimen pada pipa isap 2,5 cm lebih sedikit dari pipa isap 1,5 cm dan pipa isap
0,5 cm. Kesimpulannya ialah semakin pendek ukuran pipa isap maka volume
sedimen yang tergelontor akan semakin besar, sebaliknya jika semakin panjang
50
2. Pengaruh Bukaan Katub Terhadap Volume Gelontor (Vg)
bahwa semakin besar bukaan katub maka semakin banyak sedimen yang
tergelontor, hal ini dipengaruhi oleh debit di setiap bukaan katub. Seperti pada
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050
3 menit
0.0040
6 menit
0.0030
9 menit
0.0020
0.0010
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 17. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap volume gelontor pada
panjang pipa isap 0,5 cm.
51
Dari tabel 12 dan gambar 17 menunjukan bahwa bukaan katub 45o
60o dan 90o. Hal ini disebabkan oleh perbedaan debit pada setiap bukaan katub,
dimana pada bukaan katub 45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk kemudian pada
bukaan katub 60o menghasilkan debit 0,0051 m3/dtk sedangkan pada bukaan katub
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050 3 menit
0.0040 6 menit
0.0030
9 menit
0.0020
0.0010
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 18. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap volume gelontor pada
panjang pipa isap 1,5 cm.
52
Dari tabel 13 dan gambar 18 menunjukan bahwa volume penggelontoran
sedimen pada bukaan katub 60o lebih banyak dari bukaan katub 45o dan lebih
sedikit dari bukaan katub 90o. Hal ini disebabkan oleh perbedaan debit pada setiap
bukaan katub, dimana pada bukaan katub 45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk
kemudian pada bukaan katub 60o menghasilkan debit 0,0051 m3/dtk sedangkan
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050 3 menit
0.0040 6 menit
0.0030 9 menit
0.0020
0.0010
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 19. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap volume gelontor pada
panjang pipa isap 2,5 cm.
53
Dari tabel 14 dan gambar 19 menunjukan bahwa volume penggelontoran
sedimen pada bukaan katub 90o lebih banyak dari bukaan katub 60o dan bukaan
katub 45o. Hal ini disebabkan oleh perbedaan debit pada setiap bukaan katub,
dimana pada bukaan katub 45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk kemudian pada
bukaan katub 60o menghasilkan debit 0,0051 m3/dtk sedangkan pada bukaan katub
90o menghasilkan debit 0,0079 m3/dtk. Kesimpulan yang dapat diambil ialah,
semakin besar bukaan katubnya maka semakin besar pula volume sedimen yang
akan tergelontor, begitupun sebaliknya jika semakin kecil bukaan katubnya maka
besar bukaan katub maka tekanan yang dihasilkan semakin besar, hal ini
dipengaruhi oleh debit yang berbeda dari stiap bukaaan katubnya. Seperti pada
Tabel : 15 Pengaruh bukaan katub terhadap tekanan. Pipa isap berukuran 0,5 cm.
Bukaan Katub Waktu (t) Tekanan (P)
No o
() (menit) (kg/cm2)
1 3 0,0680
2 45 6 0,0683
3 9 0,0690
4 3 0,0731
5 60 6 0,0748
6 9 0,0755
7 3 0,0796
8 90 6 0,0806
9 9 0,0833
54
0.0900
0.0800
0.0700
Tekanan (kg/cm2)
0.0600
0.0500 3 menit
0.0400 6 menit
0.0300 9 menit
0.0200
0.0100
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 20. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap tekanan pada panjang pipa
isap 0,5 cm.
menghasilkan tekanan yang paling kecil dibanding bukaan katub 60 o dan 90o. Hal
ini dipengaruhi oleh debit di setiap bukaan katubnya, dimana pada bukaan katub
45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk kemudian pada bukaan katub 60o
Tabel : 16 Pengaruh bukaan katub terhadap tekanan. Pipa isap berukuran 1,5 cm.
Bukaan Katub Waktu (t) Tekanan (P)
No o
() (menit) (kg/cm2)
1 3 0,0554
2 45 6 0,0585
3 9 0,0605
4 3 0,0643
5 60 6 0,0670
6 9 0,0683
7 3 0,0731
8 90 6 0,0748
9 9 0,0762
55
0.0800
0.0700
0.0600
Tekanan (kg/cm2)
0.0500
0.0400 3 menit
6 menit
0.0300
9 menit
0.0200
0.0100
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 21. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap tekanan pada panjang
pipa isap 1,5 cm.
menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan bukaan katup 45 o dan lebih
sedikit dari bukaan katub 90o. Hal ini disebabkan oleh perbedaan debit pada setiap
bukaan katub, dimana pada bukaan katub 45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk
kemudian pada bukaan katub 60o menghasilkan debit 0,0051 m3/dtk sedangkan
Tabel : 17 Pengaruh bukaan katub terhadap tekanan. Pipa isap berukuran 2,5 cm.
Bukaan Katub Waktu (t) Tekanan (P)
No o
() (menit) (kg/cm2)
1 3 0,0517
2 45 6 0,0558
3 9 0,0575
4 3 0,0578
5 60 6 0,0585
6 9 0,0609
7 3 0,0619
8 90 6 0,0646
9 9 0,0663
56
0.0700
0.0600
0.0500
Tekanan (kg/cm2)
0.0400
3 menit
0.0300 6 menit
9 menit
0.0200
0.0100
0.0000
45 60 90
Bukaan Katub (derajat)
Gambar 22. Grafik pengaruh bukaan katub terhadap tekanan pada panjang pipa
isap 2,5 cm.
bukaan katub 45o. Hal ini disebabkan oleh perbedaan debit pada setiap bukaan
katub, dimana pada bukaan katub 45o menghasilkan debit 0,003 m3/dtk kemudian
pada bukaan katub 60o menghasilkan debit 0,0051 m3/dtk sedangkan pada bukaan
katub 90o menghasilkan debit 0,0079 m3/dtk. Kesimpulan yang dapat diambil
ialah, semakin besar bukaan katubnya maka semakin besar tekanan yang
lama waktu yang diberikan maka volume gelontor yang dihasilkan semakin besar,
hal ini dipengaruhi oleh lamanya waktu untuk menggelontorkan sedimen dan
kemudian masuk kedalam pipa Flushing. Seperti pada tabel dan gambar berikut.
57
Tabel : 18 Pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu 3 menit.
Waktu Pipa Isap Volume gelontor
No
(menit) (cm) (m3)
1 3 0,0038
2 6 0,5 0,0050
3 9 0,0073
4 3 0,0035
5 6 1,5 0,0042
6 9 0,0064
7 3 0,0032
8 6 2,5 0,0041
9 9 0,0060
0.0080
0.0070
0.0060
Volume Gelontor (m3)
0.0000
3 6 9
Waktu (menit)
Gambar 23. Grafik pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu
3 menit.
Dari tabel 18 dan gambar 23 menunjukan bahwa dalam waktu tiga menit
dengan menggunakan pipa isap 0,5 cm, 1,5 cm dan 2,5 cm menghasilkan volume
gelontor yang lebih sedikit dibandingkan dengan waktu enam menit dan Sembilan
menit. Hal ini dikarenakan oleh durasi waktu yang semakin lama dapat
58
Tabel : 19 Pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu 6 menit.
Waktu Pipa Isap Volume gelontor
No
(menit) (cm) (m3)
1 3 0,0039
2 6 0,5 0,0056
3 9 0,0082
4 3 0,0037
5 6 1,5 0,0053
6 9 0,0075
7 3 0,0036
8 6 2,5 0,0047
9 9 0,0071
0.0090
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
Gambar 24. Grafik pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu
6 menit.
menit dengan menggunakan pipa isap 0,5 cm, 1,5 cm dan 2,5 cm menghasilkan
volume gelontor yang lebih banyak dibandingkan dengan waktu tiga menit dan
lebih sedikit dibandingkan dengan waktu dan Sembilan menit. Hal ini
dikarenakan oleh durasi waktu yang semakin lama dapat menghasilkan volume
59
Tabel : 20 Pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu 9 menit.
Waktu Pipa Isap Volume gelontor
No
(menit) (cm) (m3)
1 3 0,0042
2 6 0,5 0,0062
3 9 0,0084
4 3 0,0041
5 6 1,5 0,0059
6 9 0,0079
7 3 0,0038
8 6 2,5 0,0053
9 9 0,0077
0.0080
0.0070
Volume Gelontor (m3)
0.0060
0.0050 pipa isap
0,5 cm
0.0040
pipa isap
0.0030 1,5 cm
0.0020 pipa isap
2,5 cm
0.0010
0.0000
3 6 9
Waktu (menit)
Gambar 25. Grafik pengaruh waktu terhadap volume gelontor pada durasi waktu
9 menit.
menit dengan menggunakan pipa isap 0,5 cm, 1,5 cm dan 2,5 cm menghasilkan
volume gelontor yang lebih banyak dibandingkan dengan waktu enam menit dan
tiga menit. Hal ini dikarenakan oleh durasi waktu yang semakin lama dapat
waktu yang diberikan maka semakin banyak volume sedimen yang tergelontor
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh variasi panjang pipa isap flushing conduit
sebegai berikut:
1) Pengaruh panjang pipa isap terhadap volume gelontor yaitu semakin pendek
pipa isap maka semakin banyak jumlah sedimen yang tergelontor begitupun
jika semakin panjang pipa isap maka hasil volume sedimen yang tergelontor
akan berkurang atau sedikit. Volume gelontor maksimum pada waktu 9 menit
terjadi pada pipa isap berukuran 0,5 cm dengan volume sedimen tergelontor
terjadi pada pipa isap 2,5 cm dengan volume sedimen tergelontor sebanyak
0,006 m3.
2) Pengaruh bukaan katub terhadap volume gelontor yaitu semakin besar derajat
begitupun jika semakin kecil derajat bukaan katub maka hasil volume sedimen
pada waktu 9 menit terjadi pada bukaan katub 90 o dengan volume sedimen
menit terjadi pada bukaan katub 45o dengan volume sedimen tergelontor
61
B. Saran
demikian, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk diteliti lebih
lanjut, yaitu:
62
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Siti Riskayanti. (2015). Studi Laju Sedimentasi Waduk Bili-Bili Pasca
Pengembangan Bangunan Penahan Sedimen. Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Makassar
Ismali, Ahmad Ghufron. (2012). Analisis Angkutan Sedimen Bengawan Solo Ruas
Serenan-Cepu. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Lubis, Astika Murni. (2016). Analisis Sedimentasi Sungai Way Besar. Fakultas
Teknik Universitas Lampung
Ram S. Gupta. Hydrology and Hydraulic Systems, Prentice Hal. London. 1989
Chapter 11,hal. 550
Gambar 1.
Proses penyaringan
sedimen (sedang)
Gambar 2.
Gambar 3.
1. 0.5
2. 1.5
3. 2.5
1 2 3
Lampiran 5. Persiapan Peralatan Simulasi flushing Conduit
Gambar 4.
Model saluran
Gambar 5.
Pemasangan
pompa
Gambar 6.
Gambar 7.
Manometer
(pengukuran kec,
aliran)
Gambar 8.
Model pitot
(pengukuran kec,
aliran)
Gambar 9.
Pemasangan pipa
isap
Lampiran 7. Proses Pengambilan Data
Gambar 10.
Pemasangan kantong
sedimen
Gambar 11.
Pengambilan data
Gambar 12.
Pembacaan
manometer dan pitot
Lampiran 8. Persiapan Peralatan Simulasi flushing Conduit
Gambar 13.
Bentuk bukaan
alur hisapan
Gambar 14.
Pemindahan
sedimen
Gambar 15.
Sedimen yang
tergelontor