DOSEN PEMBIMBING:
Arif Winarno, S.T., M.T.
Ir. Seto Sugito, S.E., M.T.
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
8. Teman-teman dan sahabat SB 2013 atas segala suka duka yang telah sama-
sama berjuang dari awal perkuliahan. Terima kasih atas semua
bantuannya.
9. Vica, Ricoaldin, Dewi, Agung, Minggu, Wendi, dan Langlang yang selalu
memberikan semangat serta dukungan.
10. Teman-teman kuliah maupun diluar kuliah yang selalu memberikan
support
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, harapan penulis
semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya. Kritik, komentar, dan saran
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini di masa mendatang.
Semoga laporan skripsi ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat bagi
para pembaca baik dari dunia perkapalan maupun seluruh lapisan masyarakat
secara global.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 42
5.2 Saran ................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43
LAMPIRAN ...................................................................................................... 44
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kapal Tanker 17.500 DWT ......................................................... 4
Gambar 2.2 Controlable Pitch Propeller ........................................................ 5
Gambar 2.3 Horizontal Lange Mount ............................................................. 5
Gambar 2.4 Vertical Cardan Shaft .................................................................. 6
Gambar 2.5 Multiple Smaller Thruster ........................................................... 6
Gambar 2.6 Sudut Fairing Tunnel 45° ............................................................ 7
Gambar 2.7 Flat atau Frame Tunnel 15° ........................................................ 7
Gambar 2.8 Tunnel Thruster ........................................................................... 8
Gambar 2.9 Penutup Thruster ......................................................................... 8
Gambar 2.10 Retractable Thruster .................................................................... 9
Gambar 2.11 Bow Thruster ............................................................................... 10
Gambar 2.12 Posisi Tunnel Thruster................................................................. 11
Gambar 2.13 Band of rotation rates versus displacement with MPD
at zero speed ................................................................................ 12
Gambar 2.14 Pivot point and rotation rate contrant for a single side
Force acting on ship .................................................................... 13
Gambar 2.15 Rudder Force ............................................................................... 13
Gambar 2.16 Resultant Force ........................................................................... 15
Gambar 2.17 Turing Circle Diameter ............................................................... 16
Gambar 2.18 Definisi Rudder dan Bentuk Bow ................................................ 18
Gambar 2.19 Type of Stren ................................................................................ 18
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penelitian ................................................... 23
Gambar 4.1 Pemodelan Propeller Diameter 2000 mm pada Bow Thruster .... 27
Gambar 4.2 Pemodelan Tunnel dan Daun Propeller ....................................... 27
Gambar 4.3 Geometry Model Daun Propeller Bow Thruster ......................... 28
Gambar 4.4 Pembuatan Boundry .................................................................... 28
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Nilai D, I, dan S ......................................................... 12
Tabel 2.2 Limitation of empirical technique for prediction of turning circle .. 17
Tabel 4.1 Pembacaan Diagram NSP ................................................................ 25
Tabel 4.2 Dimensi Bow Thruster ..................................................................... 26
Tabel 4.3 Data Hasil Simulasi .......................................................................... 30
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan lift dan drag Bow Thruster ................................. 32
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan thrust Bow Thruster ............................................ 32
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Span dan Mean Chord Rudder ......................... 35
Tabel 4.7 Resume Output Perhitungan Circle Turning Diamter…………….. 37
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Catalog Bow Thruster....................................................................... 44
Lampiran 2 Design Solid Bow Thruster .............................................................. 45
Lampiran 3 Workbench Simulasi ........................................................................ 45
Lampiran 4 Meshing Bow Thruster ..................................................................... 45
Lampiran 5 Setting Setup Bow Thruster.............................................................. 46
Lampiran 6 Hasil Aliran Bow Thruster ............................................................... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
efektif pada saat maneuver maka dibutuhkan 3 perbandingan nilai diameter yang
berbeda yaitu, 1650 mm, 2000 mm, dan 2400 mm. Dengan variasi tersebut
diharapkan dapat memperoleh nilai gaya dorong (thrust) yang sesuai dengan
kapal tanker 17.500 DWT.
Fore Peak Tank tidak mencukupi untuk besar diameter tersebut. Maka terjadi
tubrukan antara tunnel dengan skat ruang muat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber : www.google.com/controlabelpitchpropeller)
Selain itu suatu servo-motor dan roda gigi juga dibutuhkan dan ditempatkan
dalam pelindung bow thruster, sehinggga memungkinkan untuk merubah sudu
daun propeller yang berjenis CPP tersebut untuk megubah aliran air di dalam
terowongan ke arah manapun, karena itu suatu prime mover yang non-
reversible dapat digunakan, begitu juga seperti dengan single-speed electric
motor. (Awan – P47, 2012)
Prime mover tersebut tidak perlu dihentikan selama ber-maneuver karena
sudut propeller dapat diposisikan pada zero pitch. Prime mover dihubungkan
dengan suatu flexile drive shaft, kopling dan bevel gear (roda gigi kerucut). Pada
system tersebut, seal (penyekat) khusus dipasang pada unit thruster untuk
mencegah kebocoran air laut.
Ada beberapa pengaplikasian pemasagan bow thruster di hull (lambung)
kapal yakni sebagai berikut :
a) Horizontal lange mount
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
Selain itu pada bagian depan Bow Thruster dibuat batang flat atau frame guna
mengalirkan arah arus air yang dihasilkan oleh gelombang kapal untuk masuk
terowongan dibuat sebesar 15 derajat.
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
Untuk mencegah korosi, pada sisi Bow Thruster dipasng sel anoda. Anoda
yang digunakan harus dengan spesifikasi berdasrkan ISO untuk anoda seng,
spesifikasi ini mengandung cadmium tambahan, yang menyebabkan terkikisnya
anoda dari pada permukaan baja. Pemasangan harus ditempatkan pada
terowongan pada terowongan di penampang lintang (lengthwise) dan tidak boleh
melebihi 1 sampai 2 inchi (25 samapi 50 milimeter) (Awan – P47, 2012).
Letak terowongan / tunnel thruster berada pada bagian depan (belakang sekat
haluan) arah garis melintang. Kita dapat menyediakan motor elektrik untuk
mengemudikannya, digerakkan mesin hidrolik dan mesin untuk mengemudi
terowongan thrusters dari 15kW ke 1300kW. Struktur terowongan / tunnel dapat
menggunakan baja, aluminium dan FRP yang tergantung pada material kapal
8
secara umum atau jenis kapal (seperti : kapal FRB menggunakan FRP, kapal baja
menggunakan plat baja, dll). Suatu busi penuh dan main paket dikemudikan
elektris terdiri dari suatu terowongan / tunnel dengan motor elektro, frekuensi
mengemudi dengan standard pabrik diprogramkan dan suatu panel pengawas
utama dengan joystick sebanding untuk kendali tanpa melangkah. Alat
penghubung untuk pengintegrasian yang penuh dengan dinamis memposisikan
sistem adalah opsional. .(Awan – P47, 2012)
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
Penutup tabung bow thruster yang dapat terbuka dan tertutup disesuaikan
dengan arah manuver kapal dibuat dengan system hidrolik. Penutup tabung bow
9
thruster dapat berputar hingga 180ᵒ ke arah sisi dalam dan luar kapal dan berputar
melalui panel control sesuai kebutuhan maneuvering (Awan – P47, 2012).
Tujuan putaran penutup tabung bow thruster adalah untuk dapat mengatur
aliran fluida dari sisi satu kapal ke sisi lainnya untuk manuver lebih baik lagi.
Panel control penutup tabung bow thruster merupakan satu kesatuan dari bow
thruster tersebut. Pembuatan penutup ini harus didesain dengan perencanaan yang
amat matang menghemat konsumsi bahan yang juga otomatis berdampak
menghemat pengeluaran biaya operasi pelayaran dan mempersingkat waktu serta
jarak manuver pelayaran Pengerak Bow Thruster (Awan – P47, 2012).
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
10
Ketika menambahkan sebuah tunnel thruster pada kapal yang sudah ada,
potongan lubang tunnel pada bagian sekat pemisah bujur yang mendorong ke
dalam dari satu sisi hingga posisi yang diinginkan.Sesuai submergence dari
terowongan tersebut, diperlukan untuk mencegah vortexing dan air entrainment.
Ketika tekanan udara naik pada aliran terowongan selama operasi, pendorong
akan mengalami cavitation, sehingga menghasilkan bising berlebih, getaran, dan
pengurangan substansil dari keluaran daya tolak dan kerusakan mungkin saja
menuju ke thruster. Kalau dua atau lebih tunnel pendorong dipasang, pusat dari
masing-masing tunnel harus menjadi dua kali diameter terowongan (2D) yang
terpisah.
2.8 Teori Bow Thruster
Ketika kapal melakukan maneuvering pada kecepatan rendah (low speed) dan
tanpa kecepatan (zero speed), maka diperlukan peralatan bantu untuk tmengontrol
pergerakan kapal karena pada kecepatan rendah, daun kemudi tidak bisa bekerja
dengan maksimal. Dalam kasus seperti inikeberadaan bow thruster merupakan
solusi ideal. Meskipun kapal tidak dalam perjalanan, bow thruster dapat
dioperasikan sehingga bisa untuk melakukan pergerakan. Bow thruster adalah
sebuah perangkat propulsi tranversal dibangun ke dalam atau dipasang pada
haluan dari sebuah kapal atau perahu untuk membuatnya lebih dikendalikan. Bow
thruster membuat membuat docking lebih mudah, karena mereka mengizinkan
kapten kapal untuk mengubah ke pelabuhan atau kanan tanpa menggunakan
mekanisme pendorong utama yang memerlukan beberapa gerakan maju untuk
berputar.
(Sumber : www.google.com/tunnelthruster)
12
Asumsikan centerline dari selubung 12 feet berada pada station 0,15L dan
duty cycle membutuhkan turning moment pada 3 knots.
a) Step 1
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengasumsikan posisi tunnel dan
diameter tunnel seperti pada gambar dibawah ini.
13
Asumsikan bahwa diameter tunnel thruster adalah 0.5 l atau 6 feet dan dasar
celupan (bottom immersion) adalah l = D. Pertimbangkan Dmax adalah 8 feet dan
Dmin adalah 4 feet. Berdasarkan pada table dibawah ini nilai D = feet masih
memenuhi.
b) Step 2
Menetukan kebutuhan gaya dorong bow thruster.
𝑊𝑜 2 ×𝐿3 ×𝐻
T= 𝑀0 2
= 17308 lb
Keterangan :
- ωo adalah turning rate 0,68 degrees/sec (pembacaan gambar 2.13)
- Mo adalah rotation rate 97 (pembacaan Gambar 2.14)
14
Gambar 2.13. Band of rotation rates versus displacemen with MPD at zero speed
Gambar 2.14. Pivot point and rotation rate constant for a single side
2.10Maneuver Kapal
2.10.1 Gaya Dorong Rudder
Sistem propulsi kapal merupakan tenaga penggerak utama yang digunakan
pada saat running secara lurus maupun maneuver. Dengan bantuan dari rudder
maka gaya dorong dari sistem propulsi tersebut bisa diarahkan sehingga kapal
bisa berbelok atau melakukan maneuver. Tidak semua jenis kapal dilengkapi
dengan peralatan tambahan seperti bow atau stern thruster untuk menambah gaya
dorong ketika melakukan maneuver sehingga kecepatan bermaneuver bertambah.
15
Pada gambar diatas menunjukkan ketika rudder dibelokkan sebesar α maka terjadi
beberapa gaya pada rudder (drag,lift). Arah gaya inilah (lift) yang menyebabkan
kapal bisa berbelok dan mampu melakukan maneuver. Untuk menghitung besar
gaya dorong (lift) yang dihasilkan oleh rudder bisa merujuk pada persamaan
berikut
FR = 21 x AR x V2 δR
- FR adalah gaya dorong pada rudder dalam Newton
- AR adalah luasan rudder dalam m2
- V adalah kecepatan kapal pada saat manever yang diasumsikan sebagai
kecepatan aliran fluida pada rudder dalam knot
- δR adalah sudut dari rudder pada saat maneuver
sebesarrr P cos α. Sedangkan gaya dorong dari bow thruster adalah sesuai dengan
spek dari bow thruter tersebut. Momen torsi putar rudder didapatkan dari
perkalian antara P cos α dengan jrak antara center gravity dengan rudder.
Sedangkan Momen torsi putar bow thruster didapatkan dari perkalian antara P
dengan jrak antara center gravity dengan bow thruster untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan :
1. Kapal pada posisi olah gerak lurus dimana rudder belum digerakkan.
2. Kadang saat rudder akan dibelokkan 150 kapal masih dalam keadaan lurus.
Lalu pad titik P ditarik garis ke sumbu x sejauh TD dan ke arah vertical sejauh
Ad. Dari titik akhir Ad ditarik garis lurus ke arah horisontal sejauh Tr.
3. Titik akhir pada garis Tr merupakan titik pusat kapal (G) setelah kapal
melakukan proses maneuver.
4. Dari titik akhir TD ditarik garis lurus kearah vertical. Dari keempat garis yang
membentuk persegi empat tarik titik tengah (M)
18
5. Dari titik pusat (M) tarik garis kearah horizontal sejauh ½ TD. Titik ini
merupakan heading dari titik P kapal. Sehingga seolah-olah posisi kapal berada
tegak lurus
6. Tarik garis dari titik pusat (M) ke titik pusat kapal (G). Garis ini merupakan
jarak radius (R) kapal pada kondisi steady turning
Pada saat melakukan turning diameter ada beberapa tahap yang dilakukan
oleh kapal sehingga membentuk sebuah lintasan berbentuk lingkaran dengan
radius tertentu. Tahap itu adalah:
1. Advance adalah jumlah jarak gerakan asli kapal dalam keadaan stabil (steady)
pada gerakan baru.
2. Transfer adalah jumlah jarak yang diperoleh terhadap olah gerak baru
3. Tactical Diameter adalah jarak yang diperoleh ke kiri atau ke kanan saja asli
setelah pergantian 1800 selesai
4. Final Diameter adalah jarak tegak lurus terhadap olah gerak asli diukur dari
1800 titik melalui 3600
5. Drive angle adalah suatu sudut pada setiapa titik lingkaran antara
persimpangan tangen pada saat itu dan lunas kapal.
Tahap-tahap circle turrning diameter dapat diprediksi dari rumus sebagai berikut.
Rumus pendekatan ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran kapal ada
batasan-batasan yang harus diperhatikan seperti table berikut
Keterangan:
STD : steady Turning Diameter (m)
TD : Tactical Diameter (m)
Ad : advance (m)
Tr : Transfer (m)
Sp : Mean Span of rudder (m)
Ch : Mean Chord of rudder (m)
ST : Stern Type
TL : Draft kapal pada saat maneuver - asumsi(m)
20
Secara definisi, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi aliran
fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya dengan
menyelesaikan persamaan-persamaan matematika (model matematika).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
- Skripsi
Studi Literatur - Jurnal
- Internet
- Paper
Pengumpulan Data
(Dimensi Kapal)
Hasil
Pengujian
Sesuai
A
24
Kesimpulan
Selesai
nantinya untuk permodelan design propeller meliputi jumah blade, pitch, tunnel
dan diameter tunnel.
BAB IV
ANALISA & PEMBAHASAN
(CFX). Langkah – langkah simulasi numeric pada tahap solver ini di bagi menjadi
beberapa tahapan yang diantaranya ialah :
a) Geometry
b) Meshing
c) Pre-Processing
d) Solver Manager
e) Post – Processo
4.9.1 Simulasi Computinal Fluida Dynamic
Tahapan Geometry meruapakan langkah awal dimana pengecekkan solid
tidaknya model yang sudah didesign. Pada tahap geometry ini kuga pembuatan
domail fluida tempat pengujian.
b) Boundary
Boundary merupakan tahapan dimana untuk membagi bagian – bagian yang
terdapat pada dominan. Boundary dibuat untuk mengetahui karakteristik benda
dan fluida agar sesuai dengan kondisi yang sebenanrnya. Pada proses simulasi ini
ada bagain boundary yang diantaranya yaitu bagian Propeller, nozzle dan fluida
yang bekerja pada dominan adalah air. Berikut adalah setting dari boundary salah
satu model yang akan disimulasikan.
4.19 Analisa Data Proses Simulasi
Berdasarkan tahap analisa data yang didaptkan dari proses simulasi tersebut
dapat diambil untuk menentukan preasure bagian face dan back propeller, area
face dan back. Sehingga dari data tersebut bisa digunakan untuk perhitungan gaya
dorong (thrust) yang dihasilkan oleh Bow Thruster.
Hasil simulasi yang telah dilakukan dengan menggunakan software CFX,
maka data yang diamblik dari function calculator pada software dapat ditambilkan
dalam table seperti berikut :
32
F = PxA
b. Force Drag
Nilai wallshare dan area diambil dari proses post pada tahap simulasi
menggunakan function calculator. Nilai yang diambil adalah nilai
wallshear. Sedangkan nilai area yang diambil adalah luasan bagian face
dan back dari propeller.
F =µxA
dimana, F = Force Drag (N)
µ = Wallshear (Pa)
A = Area (m2)
Pada Face Propeller Diameter 1650 mm
F drag = 4,912 m2 x 1287 Pa
= 6321,74 N
Pada Back Propeller Diameter 1650 mm
F drag = 5,183 m2 x 1540 Pa
= 7981,82 N
c. Nilai Thrust
Nilai Thrust diperoleh dari persamaan berikut :
T = Flift cos Ø – Fdrag sin Ø
dimana, T = thrust
Flift = gaya lift
Fdrag = gaya drag
Ø = sudut daun dari P/D
P/D
Ø = tan-1 0,7µ
TD STD VS
= 0,910 + 0,424 + 0,6
L L √L
TD 12.04
= (0.910 x 8.74) + 0,424 + 0,6
L √149.5
TD
= 8,43 m
L
Ad TD
= 0,519 + 1,33
L L
Ad
= (0,519 x 8,43) + 1,33
L
Ad
= 5,66 m
L
Tr TD
= 0,497 − 0,065
L L
Tr
= (0,497 x 5,66) − 0,065
L
Tr
= 2,74 m
L
Keterangan:
- STD adalah steady turning diameter, dalam m
- TD adalah tactical diameter, dalam m
- Ad adalah advance, dalam m - Tr adalah transfer, dalam m
- Ch adalah Mean Chord of rudder dalam m
- SP adalah Span of rudder dalam m
- ST adalah Stern Type
- TL adalah Draft kapal saat maneuver (estimasi) dalam m
- AB adalah Submerged bow profile dalam m2
4.12 Manuever Kapal Dengan Gaya Dorong Rudder & Bow Thruster
Pada kapal ini dipasang thruster pada sisi bow untuk menambah gaya
dorong kapal pada saat maneuver sehingga pada kondisi ini ada 2 gaya dorong
yang bekerja. Resultan dari kedua gaya ini akan menambah gaya dorong pada saat
kapal maneuver.
Dengan nilai gaya dorong yang lebih besar pada rudder maka berdasarkan
rumus FR = 21 x AR V2 δR maka akan didapatkan luas area (AR) ynag lebih besar
37
dari pada rudder yang lama. Rudder yang baru ini (dengan luaa area yang lebih
besar) hanya digunakan pada saat menghitung circle turning diameter karean
parameter nilai yang dibutuhkan adalah sapn & mean chord rudder.
FR = 21 x AR V2 δR
FR
AR =
21 x V x δR
1845
AR =
21 x 5 x 15
AR = 11.719 m2
Dari luas area di atas maka bisa ditentukan nilai span dan mean of cord
yang akan digunakan dalam perhitungan circle turning diameter. Untuk
mengetahui hubungan perubahaan luas area rudder dengan dimensi rudder maka
nilai span yang dibuat statis sebesar 2.23 meter. Semakin besar resultan gaya
dorong maka semakin besar luas area (AR) rudder dan semakin besar juga bilai
mean chord. Berikut ini adalah data perhitungan perbandingan dari 3 variasi
diameter propeller bow thruster.
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Span dan Mean Chord Rudder
Mean
Bow Thrust AR Span
Dia (mm) Chord
Thruster (kN) (m2) (meter)
(meter)
Setelah diketahui luasan area rudder dan nilai thrust yang baru, maka
selanjutkan akan dilakukan perhitungan mengenai maximum static trim, dan hasil
nilai dari perhitungsn static trim untuk perhitungan circle turning diameter.
B' = (7.7 + 20(1-Cb)2 x b
= (7.7 + 20(1-0,82)2) x 27,70
= 231,239 m
bxT
S =
BxH
S = 27.70 x 7
38
231.239 x 12
= 0,069
δmax (Trim ) = Cb x S0.81 x Vk2.08
20
δmax (Trim ) = 0.82 x 0,0690.81 x 12,042.08
20
= 0,831 m
Ad
= 3,274 m
L
Tr TD
= 0,497 − 0,065
L L
Tr
= (0,497 x 3,274) − 0,065
L
Tr
= 1,562 m
L
Keterangan:
- STD adalah steady turning diameter, dalam m
- TD adalah tactical diameter, dalam m
- Ad adalah advance, dalam m - Tr adalah transfer, dalam m
- Ch adalah Mean Chord of rudder dalam m
- SP adalah Span of rudder dalam m
- ST adalah Stern Type
- TL adalah Draft kapal saat maneuver (estimasi) dalam m
- AB adalah Submerged bow profile dalam m2
Dengan cara dan perhitungan yang sama dicari nilai-nilai tersebut pada diameter
2000 mm dan 2400 mm. Resume output data perhitungan tersebut bisa dilihat
pada table dibawah ini.
Keterangan :
1) Thruts (kN) adalah gaya dorong yang dihasilkan oleh bow thruster dengan
3 (tiga) variasi diameter propeller.
40
Dari hasil pernandingan melalui tabel, maka dapat dilihat bahwa Bow
Thruster dengan diameter 2400 mm merupakan model yang paling efisien untuk
nilai Thrust tertinggi. Model Bow Thruster yang terdapat pada Kapal Tanker
17.500 DWT dengan diameter 2400 mm memiliki nilai Thrust sebesar 583,74
KN, dengan nilai Tactical Diameter (TD) terkecil dibandingkan dengan diameter
1650 mm dan 2000 mm sebesar 0,991 m. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar diameter pada Bow Thruster maka semakin besar juga nilai Thrust yang
dihasilkan, dan Radius diameter yang semakin kecil. Jadi mempercapat waktu
saat kapal tersebut melakukan Maneuvering.
BAB V
KESIMPULAN DAN SASARAN
5.1 Kesimpulan
1) Dari hasil simulasi dengan menggunakan CFD bahwa dengan design bow
thruster yang memiliki diameter 1650 mm sesuai dengan kebutuhan kapal
tersebut.
2) Dengan hasil simulasi dan analisa yang sudah dilakuakn untuk nilai
efektifitas yang ditinjau dari segi radius pada saat Maneuvering bow
thruster dengan diameter propeller 2400 mm direkomendasikan pada kapal
dengan 17,500 DWT dengan kecepatan kapal 12,04 Knot. Karena
memiliki nilai Thrust yang lebih besar dan radius manuever (circle
turning) yang lebih kecil.
5.2 Saran
Dengan pengerjaan skripsi ini masih ada kekurangan mengenai variable
yang diambil, diharapkan nanti kedepannya bisa dikembangan dengan variasi
variable yang lebih mendalam, sehingga bisa lebih akurat untuk pengembalian
data dari hasil simulasi.
43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS