Dosen Pengampu :
1. Irfan Ihsani, S.T., M.T
2. Ir. Akhmad Dofir, M.T. IPM
3. Rini Trisno Lestari, S.T., M.T
4. Dr. Herawati Zetha Rahman, S.T., M.T
Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kehadiratnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar
Perencanaan Infrastruktur Underpass Gandul Cinere dengan segala kinerja yang telah kami
berikan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari beberapa pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam mengerjakan Tugas Besar ini.
Untuk itu tidak lupa kami menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas besar Perencanaan Infrastruktur
Underpass Gandul Cinere ini. Tanpa bantuan dari semua pihak Tugas besar ini tidak akan
selesai dengan lancer.
Kami menyadari, bahwa tuga besar Perencanaan Infrastruktur Underpass Gandul Cinere
yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulisan bisa menjadi lebih baik lagi.
Semoga tugas besar Perencanaan Infrastruktur Underpass Gandul Cinere ini bisa
menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
7.4 Perhitungan Daya Dukung Tanah ......................................................................................... 48
7.4.1 Data Kelompok 6 .................................................................................................................. 48
7.4.2 Perhitungan Stabilitas Retaining Wall .............................................................................. 48
BAB VIII ANALISIS MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN EKONOMI TEKNIK ................... 51
8.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................................ 51
8.2 Work Breakdown Structure (WBS) ...................................................................................... 52
8.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) .......................................................................................... 54
8.4 Kurva S ................................................................................................................................. 56
8.5 Capex dan Opex .................................................................................................................... 56
BAB IX PENUTUP ............................................................................................................................. 58
9.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 58
9.2 Saran ..................................................................................................................................... 59
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang membatasi bahasan – bahasan pada tugas besar mengenai
perancangan Underpass ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis transportasi pada Underpass rencana.
2. Melakukan analisis struktur atas pada Underpass rencana.
3. Melakukan analisis struktur bawah pada Underpass rencana.
4. Melakukan analisis manajemen konstruksi pada Underpass rencana.
1.4 Manfaat
Manfaat dari perencanaan infrastruktur Underpass ini adalah :
1. Mahasiswa mampu menganalisis perencanaan dan perancangan pembangunan
infrastruktur underpass.
2. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahhuan bagi mahasiswa yang lain maupun
penulis.
3. Menjadi referensi untuk perencanaan Underpass di waktu yang akan datang.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
3
2.3.2 Struktur Bawah
Struktur bawah suatu underpass adalah pengelompokan komponen jembatan yang
menahan jenis beban yang sama dan meneruskan ke tanah dasar. Struktur bawah
underpass dapat dilihat seperti dibawah antara lain :
1. Fondasi,
2. Abutment,
3. Pilar.
2.3.3 Bangunan Pelengkap Underpass
Bangunan yang merupakan pelengkap underpass adalah sebagai berikut :
1. Saluran drainase,
2. Jalan pendekat atau oprit underpass,
3. Talud,
4. Guide post atau patok penuntun,
5. Lampu penerangan.
2.3.4 Trotoar
Trotoar berfungsi sebagai tempat pejalan kaki yang dapat memberi rasa aman
baik bagi pejalan kaki maupun pengguna jalan lain.
4
2) Perkerasan jalan beraspal
3) Tanah, pasir, kerikil
2. Beban hidup,
Beban hidup pada struktur yang harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu
beban T yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban D yang
merupakan beban jalur untuk perkerasan
1) Lantai kendaraan dan lajur lalu lintas
Jalur lalu lintas mempunyai lebar minimum 2,75 m dan lebar maksimum 3,75 m. Lebar
jalur minimum ini harus digunakan untuk menentukan beban D per jalur. Jumlah jalur
lalu lintas untuk lantai kendaraan dengan lebar 5,50 m atau lebih ditentukan menurut
Tabel 3.1. Untuk selanjutnya jumlah jalur digunakan dalam menentukan D pada
perhitungan reaksi perletakan.
2) Beban T
Untuk perhitungan kekuatan lantai kendaraan atau sistem lantai kendaraan jembatan,
harus digunakan beban T. Beban T adalah beban yang merupakan kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda (dual wheel load) sebesar 10 ton.
3) Beban D
Untuk perhitungan kekuatan perkerasan harus digunakan beban D. Beban D atau beban
jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas, terdiri dari beban terbagi rata
sebesar q ton per meter panjang per jalur, dan beban garis P ton per jalur lalu lintas
tersebut.
2.4.2. Beban Sekunder
Beban Sekunder merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam
perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jalan. Yang termasuk beban
sekunder meliputi hal berikut :
1. Beban Angin
Pada struktur jembatan, pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 ditinjau
berdasarkan bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada bidang vertikal
jalur dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Bidang vertikal beban
hidup adalah 2 m diatas lantai kendaraan.
2. Gaya rem
Gaya rem bekerja searah lajur sebesar 5% dari beban D, tanpa koefisien
kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan
dengan titik tangkap 1,80 m diatas permukaan lantai kendaraan.
5
3. Gaya akibat gempa
Pengaruh gempa bumi pada struktur underpass dihitung senilai dengan
pengaruh suatu gaya horisontal pada konstruksi yang ditinjau, dan perlu ditinjau
pula gaya – gaya lain yang berpengaruh, seperti gaya gesek pada perletakan,
tekanan hidro-dinamik akibat gempa, tekanan tanah akibat gempa, dan gaya
angkat apabila fondasi yang direncakan merupakan fondasi langsung (Supriyadi
dan Muntohar, 2007)
6
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
Metode yang digunakan adalah dengan studi pustaka dan studi lapangan, dengan kedua
metode tersebut maka akan diharapkan akan menghasilkan penelitian yang bisa
memaksimalkan hasilnya, dengan menggunakan metode ini peneltian ini akan menghasilkan
sebuah jawaban dalam penggunaan Underpass. Penjelasan tahapan metode penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Studi Pustaka Tahapan ke 1 dalam penelitian ini adalah melakukan studi pustaka dengan
membaca buku dan jurnal di perpustakaan. Dengan membaca akan bisa membantu
penelitian ini dalam hal wawasan yang bisa diambil dari penelitian sebelumnya, juga bisa
menambah wawasan dalam hal penelitian yang diangkat.
b. Studi Lapangan Tahapan ke 2 dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi lapangan
dengan cara melakukan survei lokasi Penelitian, dengan melihat langsung dan mengamati
tempat penelitian akan bisa memperoleh data yang real atau nyata, karena diambil langsung
di lokasi penelitian, data yang real akan bisa menjawab dari masalah yang diangkat.
c. Menemukan Masalah Tahapan ke 3 dalam penelitian ini adalah dengan menemukan
masalah dari hasil melakukan tahapan ke 1 dan ke 2, dengan melakukan studi pustaka dan
studi lapangan maka akan mengahasilkan masalah yang bisa diangkat dalam penelitian ini,
dengan melakukan tahapan ke 1 dan ke 2 maka akan menemukan masalah yang terbaru dan
belum pernah diteliti.
d. Melakukan Penelitian Setelah tahapan ke 3 selesai dan peneliti menemukan masalah yang
terbaru, maka penelitian bisa dilakukan ke tahap selanjutnya, dengan melakukan peneltian
itu sendiri, penelitian akan maksimal jika sudah memiliki konsep penelitian, jadi penelitian
tersebut tidak bias dan kemana mana, jadi fokus ke satu masalah penelitian yang diangkat.
e. Menemukan Solusi Setelah semua tahapan dilewati maka penelitian akan berakhir dan
solusi dari masalah yang diteliti sudah ditemukan, dengan selesainya penelitian maka akan
menambah pengetahuan baru dalam hal yang diteliti.
f. Penerapan Solusi Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah dengan penerapan solusi,
hasil dari penelitian ini adalah dengan mengetahui bahan penelitian yang di angkat
mempunyai fungsi yang berguna untuk masyarakat luas, dan bisa menjadi bahan referensi
untuk solusi kemacetan ke depannya.
7
Mulai
Survei Lapangan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Ya
Analisis Data
Tidak
Cek
Ya
Perencanaan Underpass
Tidak Cek
Ya
Selesai
8
BAB IV
GAMBARAN WILAYAH STUDI
9
perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas
kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan
khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut,
ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase,
diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan,
yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok.
Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa yang
akan datang menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah akan jadi semakin
menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan
kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan,
disusul sawah irigasi sederhana PU.
Kota Depok memiliki sumber daya air yang terdiri dari dua sumber yaitu sungai
dan situ. Secara umum sungai-sungai di Kota Depok masuk kedalam dua satuan wilayah
sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Sungai-sungai tersebut dibagi lagi
menjadi 13 satuan wilayah aliran sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru,
Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang
Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin.
Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah timur, barat dan tengah. Luas
keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun 2005 adalah seluas
169,68 ha, atau sekitar 0,84 % luas Kota Depok. Kedalaman situ bervariasi antara 1
sampai 4 meter, dengan kualitas air yang paling buruk terdapat pada Situ Gadog dan
Rawa Besar. Selain penurunan kualitas air, kawasan situ juga mengalami degradasi
luasan.
Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalah yang sama
dengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitan lahan air kolam. Berdasarkan data
tahun 2005, luas areal air kolam adalah 242,21 ha dibandingkan pada tahun 2000 seluas
290,54 ha.
10
Kecamatan Cinere dapat dikatakan sebagai kawasan yang strategis. Pasalnya,
kecamatan ini berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Hal tersebut lantas membuat
Kecamatan Cinere masuk ke dalam salah satu kawasan hunian favorit para pemburu
properti dan rumah di Depok.
Plat kendaraan B
11
seperti tingginya aktifitas perjalanan yang melewati persimp angan tersebut, tingginya
volume kendaraan, dan tidak berfungsinya lampu lalu lintas pada simpang tersebut.
Persimpangan Gandul berlokasi di wilayah Cinere Depok. Simpang Gandul
merupakan akses yang cukup penting dalam menghubungkan antara kota Depok dengan
Kota Jakarta Selatan. Kondisi arus lalu lintas pada simpang ini pada jam-jam sibuk
sangatlah padat terlebih setelah beroperasinya Tol Depok- Antasari yang sangat
berdampak pada arus lalu lintas pada Simpang Gandul. Oleh sebab itu diperlukan studi
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembangunan Tol Depok-Antasari terhadap
kinerja Simpang Gandul.
12
BAB V
ANALISIS TRANSPORTASI
5.1. PEMBAHASAN
5.5.1. Kondisi jalan pada pra-konstruksi
Jalan Eksisting Simpang Gandul Cinere Depok merupakan jalur Utama yang
menghubungkan wilayah Jl. Raya Gandul sisi selatan dan sisi utara dengan Jl.
Bukit Cinere Raya sisi timur dan sisi barat. Seiring dengan pertumbuhan
perekonomian yang semakin meningkatnya jumlah volume kendaraan yang
melalui kedua simpang tersebut semakin padat. Memperhatikan perkembangan
volume lalu lintas maupun kendaraan yang melalui simpang Gandul Cinere Depok,
maka kondisi geometrik jalan sudah tidak memenuhi persyaratan lagi karena
kapasitas jalan yang sudah tidak memadai lagi.
5.5.2. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang akan diperoleh secara langsung dilapangan, penelitian sebelumnya, serta
sumber-sumber informasi lainnya
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dilapangan dengan cara survey atau
wawancara langsung dilapangan antara lain :
1) Data Geometrik Jalan.
Dari data survei yang dilakukan diperoleh data geometrik jalan
sebagai berikut :
13
Tabel 5. Geometrik Simpang
Kelas
Jumlah Lebar
Nama Jalan Kode Pendekatan Median Hambatan
Lajur Pendekatan (m)
samping
Jl. Raya
U 4 Ada 6 Tinggi (H)
Gandul
Jl. Bukit
T 2 Ada 4,75 Sedang (M)
Cinere raya
Jl. Raya
S 2 Ada 4,75 Tinggi (H)
Gandul
Jl. Bukit
B 4 Ada 6 Sedang (M)
Cinere Raya
14
2) Data Lalu Lintas.
Dari data survei yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2022
diperoleh data volume lalu lintas sebagai berikut :
Tabel 6. Volume Arus Lalu Lintas (Q) pada Simpang saat jam Sibuk Pagi
Hari (smp/jam)
Arus Ruas/15 menit (smp/jam) Nilai Kumulatif
No. Waktu
Utara Timur Selatan Barat Jumlah Waktu smp/jam
1 06.00 - 06.15 234,0 154,3 539,1 191,5 1.118,9 06.00 - 07.00 4.854,0
2 06.15 - 06.30 248,8 165,0 600,5 178,0 1.192,3 06.15 - 07.15 4.822,8
3 06.30 - 06.45 262,6 172,3 682,9 174,0 1.291,8 06.30 - 07.30 4.664,0
4 06.45 - 07.00 256,5 160,8 648,4 185,3 1.251,0 06.45 - 07.45 4.381,4
5 07.00 - 07.15 240,5 118,5 600,6 128,1 1.087,7 07.00 - 08.00 4.188,2
6 07.15 - 07.30 252,3 121,3 519,2 140,7 1.033,5 07.15 - 08.15 4.126,0
7 07.30 - 07.45 223,5 112,6 520,5 152,6 1.009,2 07.30 - 08.30 4.039,4
8 07.45 - 08.00 241,6 128,2 546,5 141,5 1.057,8 07.45 - 08.45 3.931,8
9 08.00 - 08.15 267,3 116,7 484,9 156,6 1.025,5 08.00 - 09.00 3.698,1
10 08.15 - 08.30 174,5 134,0 512,9 125,5 946,9
11 08.30 - 08.45 207,8 136,0 427,8 130,0 901,6
12 08.45 - 09.00 157,9 133,8 399,3 133,1 824,1
Tabel 7. Volume Arah Lalu Lintas (Q) pada Simpang saat Jam Sibuk Sore
Hari (smp/jam)
15
Tabel 8. Perhitungan Arus Lalu Lintas pagi hari
Kend.
Sepeda Kend. Kend
Arus Lalu Faktor Tak Rasio UM
Motor Ringa Berat Total
Lintas -k Berm
(MC) n (LV) (HV) Kend.
No. Arah otor
Bermotor
UM
Pendekat smp/ja smp/ (smp/jam) Rasio PUM =
smp/jam (Kend/
m jam Belok UM/MV
j am)
LT 39,83 145,81 2,40 188,03 0,288
ST 165,01 142,55 1,50 309,06
1 Timur (B) RT 96,66 58,65 0,00 155,31 0,238
Total 301,50 347,00 3,90 652,40 0 0
LT 195,78 30,29 0,00 226,07 0,310
ST 222,09 118,84 1,09 342,02
2 Barat (D) RT 123,63 36,87 0,21 160,71 0,221
Total 541,50 186,00 1,30 728,80 0 0
Total Jalan
Minor B + D 843,00 533,00 5,20 1.381,20 0
LT 100,72 49,73 1,15 151,60 0,151
ST 453,98 143,49 2,75 600,22
3 Utara (A) RT 134,30 115,77 0,00 250,07 0,250
Total 689,00 309,00 3,90 1.001,90 0 0
LT 501,90 78,00 2,70 582,59 0,236
ST 1.353,82 170,87 4,62 1.529,32
4 Selatan (C) RT 114,78 241,13 3,08 358,99 0,145
Total 1.970,50 490,00 10,40 2.470,90 0 0
Total Jalan
Utama A + C 2.659,50 799,00 14,30 3.472,80 0 0
LT 838,23 303,82 6,24 1.148,30 0,237
Total ST 2.194,89 575,76 9,97 2.780,62
5 RT 469,38 452,42 3,29 925,09 0,191
Total Jl. Utama &
Jl. Minor 3.502,50 1.332,00 19,50 4.854,00 0,427
Rasio Jl. Minor/ (Total Jl. Utama + Jl. Minor) 0,285
16
LT 387,84 24,13 1,67 413,64 0,236
ST 895,83 189,38 2,23 1.087,44
3 Utara (A)
RT 169,33 81,49 0,00 250,82 0,143
Total 1.453,00 295,00 3,90 1.751,90 0 0
LT 252,41 47,27 5,73 305,42 0,233
ST 680,86 103,57 9,82 794,25
4 Selatan (C)
RT 57,73 146,15 6,55 210,43 0,161
Total 991,00 297,00 22,10 1.310,10 0 0
Total Jalan Utama
2.444,00 592,00 26,00 3.062,00 0 0
A+C
LT 798,83 196,19 15,72 1.010,74 0,221
Total ST 1.925,52 616,64 22,19 2.564,34
5 RT 629,15 361,98 8,89 1.000,02 0,219
Total Jl. Utama &
3.353,50 1.174,81 46,80 4.575,11 0,440
Jl. Minor
Rasio Jl. Minor/ (Total Jl. Utama + Jl. Minor) 0,331
17
kondisi eksisting pada Simpang Gandul sebelum dan sesudah
dibangun underpass :
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk
jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu
jalan/kerb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
➢ Dari Jalan Minor (BD) :
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
C = 1513 x 0.91 x 1 x 0.97 x 1.04
C = 1388.94 (smp/jam)
➢ Dari arah Utama (AC) :
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
C = 3062 x 0.91 x 1 x 0.97 x 1.04
C = 2810.94 (smp/jam)
2) Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat Kejenuhan (DS) merupakan Rasio arus lalu lintas
terhadap kapasitas (C), jika nilai DS yang diperoleh terlalu tinggi
(>0,75) menandakan bahwa kawasan tersebut terjadi sangat padat.
Arus Total Lalu Lintas (Q)
DS = Kapasitas (C)
18
Tabel 10. Derajat Kejenuhan (DS)
Total
Kapasitas (C) Derajat Kejenuhan
Pukul Dari arah Kendaraan
(smp/jam) (DS) (QC)
(smp/jam) (Q)
Pagi dan BD 1513 1388,94 1.08
Sore AC 3062 2810,94 1.08
3062 (Q)
DS = 2810,94 (C) = 1,08
5 10 15
P (DS) = 1,08
Untuk rata – rata pertumbuhan penduduk DKI Jakarta per
tahun 2010 – 2021 = 0.92%
jadi diketahui :
P (DS) = 1.08
i = 0.92%
n = 15 tahun (dihitung per 5 tahun)
Sehingga :
Untuk Derajat Kejenuhan tahun ke – 5 yang akan datang yaitu :
n = 5 tahun
F = P × (1 + 𝑖 )𝑛
F = 1.08 x ( 1 + 0.0092 )5
F = 1.13
Untuk Derajat Kejenuhan tahun ke – 10 yang akan datang yaitu :
n = 10 tahun
F = P × (1 + 𝑖 )𝑛
F = 1.08 x ( 1 + 0.0092)10
F = 1.18
Untuk Derajat Kejenuhan tahun ke – 15 yang akan datang yaitu :
19
n = 10 tahun
F = P × (1 + 𝑖 )𝑛
8 × (𝐷𝑆 − 0,5)
𝑁𝑄1 = 0,25 × 𝐶 × [ (𝐷𝑆 − 1)√(𝐷𝑆 − 1) 2 + ]
𝐶
8 × (1,08 − 0,5)
= 0,25 × 1388,94 × [ (1,08 − 1)√(1,08 − 1) 2 + ]
1388,94
= 3,38
Untuk DS > 0,5 menggunakan rumus diatas, sedangkan yang
DS < 0,5 NQ1 = 0
NQ1 : jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
DS : derajat kejenuhan
GR : rasio hijau
C : kapasitas (smp/jam)
20
4) Level Of Service (LOS)
Pada umumnya tujuan dari adanya tingkat pelayanan adalah
untuk melayani seluruh kebutuhan lalu lintas ( demand ) dengan
sebaik mungkin. Baiknya pelayanan dapat dinyatakan dalam tingkat
pelayanan Level Of Service ( LOS ). Level of service ( LOS )
merupakan ukuran kualitas sebagai rangkaian dari beberapa faktor
yang mencakup kecepatan kendaraan dan waktu perjalanan,
interupsi lalu lintas, kebebasan untuk maneuver, keamanan,
kenyamanan mengemudi, dan ongkos operasi (operation cost),
sehingga LOS sebagai tolak ukur kualitas suatu kondisi lalu lintas,
maka volume pelayanan harus kurang dari kapasitas jalan itu
sendiri. LOS yang tinggi didapatkan apabila cycle time-nya
pendek,sebab cycle time yang pendek akan menghasilkan delay
yang kecil. Dalam klasifikasi pelayanannya LOS dibagi menjadi 6
tingkatan yaitu :
1. Tingkat Pelayanan A
a. Arus lalu lintas bebas tanpa hambatan.
b. Volume dan kepadatan lalu lintasrendah
c. Kecepatan kendaraan ditentukan oleh pengemudi
2. Tingkat Pelayanan B
a. Arus lalu lintas stabil
b. Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas,
tetapi tetap dapat dipilihsesuai kehendak pengemudi.
3. Tingkat Pelayanan C
a. Arus lalu lintas masih stabil.
b. Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah
dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga
pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatanyang
diinginkan.
4. Tingkat Pelayanan D
a. Arus lalu lintas mulai memasuki arus tidak stabil.
b. Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi
besarnya kecepatan perjalanan.
21
5. Tingkat Pelayanan E
a. Arus lalu lintas sudah tidak stabil.
b. Volume kira-kira sama dengan kapasitas.
c. Sering terjadi kemacetan.
6. Tingkat Pelayanan F
a. Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah.
b. Sering terjadi kemacetan total.
c. Arus lalu lintas rendah.
Tingkat tundaan dapat digunakan sebagai indikator tingkat
pelayanan, baik untuk setiap pendekat maupun seluruh
persimpangan. Kaitan antara tingkat pelayanan dan lamanya
tundaan adalah sebagai berikut :
Data sekunder :
Data yang dikumpulkan secara institusi baik pusat maupun lokal antara lain :
Data Transportasi dan Lalu Lintas
Data Transportasi Lalu Lintas yang digunakan diambil dari Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI), maka diperoleh data data sebagai berikut :
22
Tabel 12. faktor penyesuaian pengaruh lebar jalan lalu lintas (FCw) terhadap
kapasitas jalan
Tabel 13. Faktor Penyesuaian kapasitas karena pemisahan arah untuk jalan tak
terbagi (FCSP)
23
Tabel 14. faktor penyesuaian kapasitas akibat pengaruh hambatan samping
(FCSF)
Kelas Faktor penyesuaian akibat pengaruh gesekan samping
Jenis Jalan Hambatan (FCSF)
≤ 0.5 1.0 1.5 ≥ 2.0
VL 0.99 1.00 1.01 1.03
L 0.96 0.97 0.99 1.01
4/2D M 0.93 0.95 0.96 0.99
H 0.90 0.92 0.95 0.97
VH 0.88 0.90 0.95 1.01
VL 0.97 0.99 1.00 1.02
2/2 UD L 0.93 0.95 0.97 1.00
4/2 UD M 0.88 0.91 0.64 0.98
H 0.84 087 0.91 0.95
VH 0.80 0.83 0.88 0.93
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia. 2017)
24
Tabel 15. Volume Arus Lalu Lintas(Q) pada Simpang saat Jam Sibuk Pagi Hari (smp/jam)
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (9) (10) (12) (13) (15) (16) (17) (18)
LT/LTOR 61 61 5 6.5 317 63.4 383 130.9 0.15204
Tabel 16. Volume Arus Lalu Lintas(Q) pada Simpang saat Jam Sibuk Sore Hari (smp/jam)
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (9) (10) (12) (13) (15) (16) (17) (18)
LT/LTOR 53 53 3 3.9 1423 284.6 1479 341.5 0.24907
25
Total 338 338 13 16.9 3867 773.4 4218 1128.3 0.05
LT/LTOR 85 85 0 0 302 60.4 387 145.4 0.17615
26
BAB VI
ANALISIS STRUKTUR ATAS
Berikut adalah denah lokasi dari box underpass dan potongan dari box underpass yang
akan di analasis pada bab ini. denah lokasi bisa dilihat pada gambar dibawah :
27
6.1. Pembebanan
6.1.1 Kombinasi Pembebanan I
1. Berat Sendiri
QMS = 15 x 1,3 = 19,5 kN/m
PMS = 94.65 x 1,3 = 123,045 kN
2. Beban Mati Tambahan
Q = 35,5442 = 67,088 kN/m
3. Beban Truk
QTT1= 30 x 1,8 = 54 kN/m
4. Gaya Rem
TTB = 3,993 x 1,8 = 7,182 kN
5. Tekanan Tanah
QTA atas = 19,504 x 1,25 = 24,375 kN/m
QTA2 = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
QTA3 = 27,673 x 1,25 = 33,488 kN/m
6. Beban Angin
QEW = 1,008 x 1,2 = 1,2096 kN/m
• Gaya ke atas
QBASE = 338,703 kN/m
28
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 1 bisa dilihat pada gambar 4.
3. Beban Truk
QTT1= 30 x 1,8 = 54 kN/m
4. Gaya Rem
TTB = 3,993 x 1,8 = 7,182 kN
5. Tekanan Tanah
QTA atas = 19,504 x 1,25 = 24,375 kN/m
QTA2 = 26,789 x 1,25 = 36,575 kN/m
QTA3 = 27,673 x 1,25 = 33,488 kN/m
QTA dasar = 106,501 x 1,25 = 133,125 kN/m
29
PTT = 112,5 x 1,8 = 202,5 kN
Gaya ke atas
QBASE = 338,003 kN/m
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 2 bisa dilihat pada gambar 5.
3. Beban Truk
QTT1= 30 1,8 = 54 kN/m
4. Tekanan Tanah
QTA atas = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
QTA2 = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
QTA3 = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m
30
QTA dasar = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m
5. Gaya Gempa
TEQ= 69,517 1,0 = 69,517 kN
Gaya ke atas
QBASE = 338,003 kN/m
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk kombinasi 3 bisa dilihat pada gambar 6.
31
Tabel 1 Nilai Maksimum atau Minimum dari 3 Kombinasi
A B C D
AD AB BA BC CB CD DC DA
Reaksi
Komb. 1 1080,897 303,193 169,638 854,637 881,831 174,618 298,213 1079,184
Komb. 2 1077,708 303,236 169,595 850,786 879,392 174,575 298,256 1076,010
Komb. 3 1099,319 347,806 202,670 829,174 901,004 250,874 299,602 1054,399
Maks/Min 1099,319 347,806 202,670 854,637 901,004 250,874 299,602 1079,184
Momen
Komb. 1 -956,686 956,686 -1000,903 1000,903 -1038,428 1038,428 -948,893 948,893
Komb. 2 -953,854 953,854 -997,680 997,680 -1035,277 1035,277 -946,133 946,133
Komb. 3 -1067,372 1067,372 -917,597 917,597 -1151,861 1151,861 -862,984 862,984
Maks/Min -1067,372 1067,372 -1000,903 1000,903 -1151,861 1151,861 -948,893 948,893
1. A 0,85 × fc' × a × b
s=
f y
2. A √f´ͨ
s= .b.d
4fy
√41,5
= . 1000.507
4.392
=2082,984 mm²
1,4
3. Aₛ₌ .b.d
fy
1,4
₌ 393 . 1000.507
₌ 1810,714 mm²
32
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 10048,159 mm2. Karena tulangan rangkap, maka dipakai luas tulangan
5024,080mm2 Tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan
diameter 40. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut :
1
.π.D2 .b
S≤4
Aₛ
1
.3,14.362 .1000
≤4 5024,080
≤ 202,496 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan
pada pelat lantai atas adalah D36 – 200. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu
sebesar 20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut
:
As,b = 20% As
= 20% 5024,080
= 1004,820 mm2
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai
berikut :
As,b 0,0018 b h
1080 mm2
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih kecil dari yang
disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi yang disyaratkan. Tulangan bagi yang
digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 22. Maka jarak antar tulangannya bisa
dihitung sebagai berikut.
1
.π.D2 .b
S≤ 4
Aₛ
1
.3,14.222 .1000
≤ 4
1080
≤ 351,796 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 300 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai atas adalah D22 – 300.
33
6.2. Penulangan Pelat Lantai Pondasi
Pertama, melakukan perhitungan daya dukung tanah dengan menggunakan
metode Terzaghi dan Tomlinson yang menggunakan data-data dari pengujian
laboratorium.Untuk menghitung daya dukung dengan menggunakan metode ini
dibutuhkan beberapa faktor daya dukung yang dapat dihitung sesuai dengan
persamaan sebagai berikut.
N = 228 + 4,3 ø / 40 - ø
= 228 + 4,3 9 / 40 - 9
= 8,603
N = 40 + 5,9 ø / 40 - ø
= 40 + 5 9 / 40 - 9
= 2,742
N = 6. ø / 40 - ø
= 6.9 / 40 - 9
= 1,742
Dari faktor daya dukung di atas, maka didapat nilai daya dukung ultimit
sesuai dengan persamaan sebagai berikut.
= 843,803kN/m3
Dari dua metode di atas, dipilih nilai daya dukung tanah yang paling kecil.
Maka dipilih nilai daya dukung tanah sebesar 843,803 kN/m2. Wilayah studi berada
di Cibubur, Jakarta. Maka dugunakan faktor keamanannya adalah 2,5. Maka
didapatkan nilai daya dukung tanah sebagai berikut.
q = qa ult/2,5
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa gaya yang terjadi pada bagian bawah
pondasi (QBASE) adalah sebesar 338,703 kN/m untuk bentang tiap meter nya. Jadi
dapat ditulis QBASE menjadi 338,703 kN/m2. Nilai QBASE ini dikontrol dengan nilai
qa. Maka didapat QBASE< qa. Maka dimensi pelat pondasi aman dan sudah cukup
untuk digunakan.
34
Luas tulangan pokok ditentukan dengan memilih nilai yang terbesar dari tiga
pilihan berikut.
0,85.fc´.a.b
1. A =s
fy
0,8541,587,7671000
=
392
= 7897,912 mm2
√fc
2. As = 4fy
√41,5
= 4.392.1000.507
= 2082,984 mm
1 ,4
3. A=s .b.d
fy
1 ,4 .1000.507
=
4.392
= 1810,714 mm2
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 7897,912 mm2. Dipakai luas tulangan sebesar 3948,956 mm2. Tulangan pokok
yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 36. Maka jarak antar tulangannya
bisa dihitung sebagai berikut.
1 2
s 4 .π.D .b
As
1 3,1436 2
1000
4
3948,956
2567,673 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 250 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan
pada pelat lantai pondasi adalah D36 – 250. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu
sebesar 20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut.
35
As,b = 20%.As
= 20% 3948,956
= 789,791 mm2
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah
sebagai berikut.
As,b 0,0018.b.h
0,0018.1000.600
1080 mm2
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih kecil dari yang
disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi yang disyaratkan. Tulangan bagi yang
digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 22. Maka jarak antar tulangannya bisa
dihitung sebagai berikut.
1 2
s 4 πD b
As
1 3,1422 2
1000
4
1080
351,796 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai pondasi adalah D22 – 350.
0,85.fc.a.b
1. A =s
fy
0,85.41,5.82,368.1000
=
392
2
= 7412,103 mm
36
√𝑓𝑐
2. As = 4𝑓𝑦 .b.d
√41,5
= 4.392 .1000.509
= 2091,201 mm2
1,4
3. As = 4𝑓𝑦 . 𝑏. 𝑑
1,4
= 4.392 . 1000.509
= 1817,857 mm2
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 7412,103 mm2. Luas tulangan ini adalah luas tulangan total. Sedangkan luas
tulangan tarik nilainya sama dengan luas tulangan tekan yaitu sebagai berikut.
As
A1 = A2 = 2
7412,103
= 2
= 3706,051 mm2
Tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 32. Maka
jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
1 .π.D2.b
s 4
As
1 2
4 3,14.32 .1000
3706,051
216,899 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm. Maka tulangan pokok yang digunakan
pada pelat dinding adalah D32 – 200. Luas tulangan bagi yang dibutuhkan yaitu sebesar
20% dari luas tulangan pokok. Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai berikut.
As,b = 20%.As
= 20%.7412,103
= 1482,421 mm2
37
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai 300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai
berikut.
As,b 0,0018 .b.h
0,0018.1000.600
1080 mm2
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang dihitung lebih besar dari yang
disyaratkan, maka digunakan luas tulangan bagi hasil hitungan.
𝐴𝑠
A1,b = A2,b =
2
1482,421
= 2
= 741,210 mm2
Tulangan bagi yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 19.
Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
1 .π.D2.b
s 4
As
1 2
4 .3,14.19 .1000
741,210
382,327 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai pondasi adalah D19 – 350. tulangan geser minimal dengan luas permeter
panjang bisa dihitung sebagai berikut.
b.S
1. A v,u =
3 fy
10001000
3.392
2
= 850,340 mm
2. A v,u √𝑓𝑐.𝑏.𝑆
= 1200.𝑓𝑦
75√41,5.1000.1000
= 1200.𝑓𝑦
= 1027,112 mm2
38
Dari kedua nilai diatas, dipilih yang terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 1027,112 mm2. Tulangan geser yang digunakan adalah tulangan ulir dengan
diameter 19. Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
1 .π.D2.b
s 4
As
1 2
4 .3,14.19 .1000
1027,112
551,809 mm
Ada syarat khusus untuk jarak tulangan geser, yaitu harus memenuhi syarat seperti
berikut.
1. Pasal 9.6.3, sn ≥ 1,5.dp ; sn ≥ 1,5.19 ; sn ≥ 28,5 dan sn ≥ 40 mm
2. Pasal 9.10.5.2, s ≤ 16.D ; s ≤ 16.32 ; s ≤ 512 Dan s ≤ 48.dp ; s ≤ 48.19 ; s ≤ 912
Dari hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dipilih jarak tulangan sebesar 500
mm. Maka tulangan geser yang digunakan pada pelat dinding adalah D19 – 500.
ΔLT = Δ + λ Δ + λ ΔL
= 1,468 in
Syarat defleksinya sebagai berikut.
𝐿
> 240, maka
Δ
> 240
Nilai defleksi sesuai dengan yang disyaratkan. Jadi dimensi pelat yang
digunakan aman.
39
Kontrol Retak Maksimum
Maka lebar retak maksimum bisa dihitung sebagai berikut.
wmaks= 0,076βfs √𝑑𝑐𝐴
3
= 0,076.1,320.34191,024. 3√3,661.7,910
= 0,0105 in
Besar lebar retak maksimum ini memiliki batasan seperti yang disebutkan pada
tabel 2.5. untuk box underpass, syarat lebar retak yang diizinkan adalah 0,012 in. Maka
wmaks< 0,012. Jadi dimensi retak maksimum masih masuk batas toleransi.
40
Gambar 9. Penulangan Pelat Lantai Pondasi
41
BAB VII
ANALISI STRUKTUR BAWAH
42
selangsing mungkin sehingga memungkinkan aliran sungai dapat mengalir lancar
di sekitar konstruksi.
c. Pilecap (Footing)
Merupakan struktur yang berfungsi untuk menyatukan rangkaian kelompok
pondasi dengan pilar. Apabila terjadi penurunan akibat beban yang bekerja
diatasnya maka pondasi – pondasi tersebut akan mengalami penurunan yang
bersamaan dengan kedalman penurunan yang sama.
d. Pondasi
Pondasi adalah bagian jembatan yang tertanam di dalamtanah. Fungsi dari
pondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada diatasnya dan
meneruskan ke tanag dasar baik ke arah vertikal maupun horizontal. Dalam
perencanaan suatu konstruksi atau bangunan yang kuat, stabil dan ekonomis, perlu
diperhitungkan hal – hal sebagai berikut :
• Daya dukung tanah serta sifat – sifat tanah
• Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat
• Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan
• Peralatan yang tersedia
• Waktu pelaksanaan yang tersedia
Pondasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Pondasi Dangkal (Pondasi langsung)
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bagian bawah secara
langsung pada tanah. Pondasi ini terbagi menjadi :
- Pondasi menerus (Continous Footing)
- Pondasi telapak (Footing)
- Pondasi setempat (Individual Footing)
2. Pondasi Dalam (Pondasi tak langsung)
Pondasi dalam adalah beban pondasi yang dipikul akan diteruskan ke lapisan
tanah yang mampu memikulnya. Untuk menyalurkan beban bangunan tersebut
ke lapisan tanah keras makan dibuat suatu konstruksi penerus yang disebut
pondasi tiang atau pondasi sumuran. Pondasi dalam terdiri :
- Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman
>8 meter yang berdasarkan tes penyelidikan di lapangan.
43
- Pondasi sumuran
Pondasi sumuran digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman 2 –
8 meter. Bentuk penampang pondasi ini adalah bundar, segi empat dan oval.
44
BORLOG 6
N-SPT
0 10 20 30 40 50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Kedalaman
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
45
Tabel 7.2 Data Lab
NO ABSEN
Parameter Satuan
1 2 3 4 5 6 7
KEDALAMAN 3 m
SR % 100 100 100 100 100 100 100
e - 0,649 1,028 0,546 1,305 1,281 0,703 0,791
Gs - 2,150 2,200 2,040 2,430 2,350 2,040 2,450
wc % 30,187 46,728 26,765 53,704 54,511 34,461 32,286
γt kN/m3 16,652 15,615 16,410 15,897 15,617 15,801 17,753
γsat kN/m3 16,652 15,615 16,410 15,897 15,617 15,801 17,753
cu KPa 52,200 75,500 60,200 50,600 82,100 84,000 50,300
c' KPa 25,317 27,2555 26,488 21,3532 35,2209 31,332 19,2146
Ø ˚ 6,170 2,510 4,610 9,180 2,020 4,370 2,700
Cv cm2/dt 0,00033 0,00026 0,00011 0,00022 0,00028 0,00043 0,00029
Cc - 2,100 2,350 2,980 1,840 2,050 3,390 3,420
Cs - 0,084 0,235 0,0894 0,0552 0,164 0,1695 0,342
E KPa 2412 1979 2966 2479 1639 2768 1645
μ - 1,880 2,000 1,630 2,330 1,630 2,020 2,360
KEDALAMAN 7 m
SR % 100 100 100 100 100 100 100
e - 0,712 1,012 1,070 1,295 1,446 0,512 0,665
Gs - 2,180 2,290 2,300 2,530 2,590 2,170 2,620
wc % 32,661 44,193 46,522 51,186 55,831 23,595 25,382
γt kN/m3 16,572 16,100 15,971 16,351 16,187 17,402 19,355
γsat kN/m3 16,572 16,100 15,971 16,350 16,187 17,402 19,355
cu KPa 63,300 51,400 56,200 77,500 70,400 80,100 72,600
c' KPa 18,6102 20,4058 20,9626 34,3325 18,0928 18,7434 36,3
Ø ˚ 18,050 10,730 18,580 17,890 18,970 10,650 17,530
Cv cm2/dt 0,00041 0,00018 0,00044 0,00049 0,00042 0,00024 0,00042
Cc - 3,760 2,130 1,540 3,850 3,730 3,450 2,630
Cs - 0,1128 0,0639 0,154 0,077 0,2984 0,207 0,2104
E KPa 3025 3427 1778 3084 3320 2480 2036
μ - 2,050 1,950 2,120 2,500 1,810 1,800 1,790
46
Dimana :
QL = Daya dukugn tanah maximum pada pondasi
QP = Tahanan ujung di dasar pondasi
QS = Tahanan samping akibat lekatan lateral
NP = Harga rata – rata SPT disekitar 4B di atas hingga 4B dibawah dasar tiang pondasi (B
= Diameter pondasi)
K = Koefisien karakteristik tanah
Kedalaman Konsistensi Tanah N N' K (kN/M) Np qp (kN/m2) AP (m2) Qp (kN) NS NS' qs AS (kN) Qs (kN) Qult (kN) Qtekan Qtarik
47
7.4 Perhitungan Daya Dukung Tanah
48
Tabel 7.5 Momen Penahan Tanah
Section Weight/ unit Momen arm from Moment (kN-
Area (m²)
No length (kN/m) point C (m) m/m)
1 6,3 x 0,5 = 3.2 75,46 1,15 86,78
2 1/2(0,2) x 6,3 = 0,6 14,15 0,84 11,89
3 5 x 0,7 = 3,5 82,53 2,50 206,33
4 6,3 x 3,6 = 22,7 394,98 3,20 1263,94
5 1/2(3,6)(0,634)= 1,1 19,14 3,80 72,73
Pv = 30,77 5,00 153,85
ƩV = 617,03 ƩMr = 1795,51
Moment overturning
H' ' 7,634
Mo = Ph ( ) = 174,5 ( ) = 444,04 Kn-m/m
3 3
ƩMR 1795,51
FS (overturning) = = = 4,04 > 2, OK
MO 444,04
Faktor sliding
(ƩV)tan (k1∅'2) + Bk2c'2 + Pp
FS (sliding) =
Pɑ cosα
(617,03)tan (2/3 × 4,3) + (5)(2/3)(31,3) + 121,75
=
174,5
= 1,6 >1,5 OK
Faktor kapasitas Bearing
B ƩMR −ƩMO 5 1795,51 −444,04
e = – = –
2 ƩV 2 617,03
B 5
= 0,309 < = = 0,833 m
6 6
ƩV 6e 617,03 6 × 0,309
q toe hell =
B
(1± B ) = 5
(1± 5
) = 169,16 kN/m² (toe)
= 77,64 kN/m² (heel)
Gaya dukung Ultimate tanah dapat ditentukan dari :
1
qu = C’2NCFCdFCi + qNqFqdFqi + γ2B’NᵧFᵧdFᵧi
2
49
D
Fqd = 1 + 2 tan∅’2 (1 – sin∅’2)² ( )
B'
1,5
= 1 + 2 tan(4,3) (1 – sin(4,3))² ( ) = 1,044
4,382
Fᵧd = 1
ψº 2
Fci = Fqi = (1 − )
90º
Dan
Pɑ cosα 174,5
ψ = tan -1 ( ) = tan -1 ( ) = 15,79º
ƩV 617,03
Jadi,
15,79 2
Fci = Fqi =(1 − ) = 0,679
90º
ψº 2 15,79º 2
Fᵧi = (1 − ) = (1 − ) = 7,14
∅’ º
2 4,3º
Sehingga
1
qu = (31,3)(6,79)(1,127)(0,679) + (23,7)(1,49)(1,044)(0,679) +
2
(15,8)(4,382)(0,1)(1)(7,14)
= 166,94 + 25,03 + 24,71 = 216,68 kN/m²
Dan
qu 216,68
FS (bearing capacity) = ( ) = ( 169,16 )
qtoe
= 1,28 > 3, OK
50
BAB VIII
ANALISIS MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN EKONOMI TEKNIK
51
V PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI JEMBATAN
A Pekerjaan Struktur Lantai Jembatan
1 Plat Lantai t : 40 cm
2 Balok 120 x 55
VI PEKERJAAN SALURAN DRINASE
Pek erjaan Saluran Underpass Diameter 0.5 m non-crossing
A
(Blok 1)
1 Galian Tanah
2 Pasir urug
3 Saluran pipa beton diameter 0.5
B Gutter 100x80
1 Galian Tanah
2 Pasir urug
3 Lantai Kerja
4 Gutter
VII PEKERJAAN FINISING
52
PEKERJAAN
UNDERPASS
GUTTER 53
RAILING
54
HARGA
JUMLAH HARGA
SATUAN
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME Sat. ( Rp. ) ( Rp. ) Bobot
PEKERJAAN STRUKTUR DAN JALAN
IV
UNDERPASS
A Pekerjaan Leveling Perkerasan Jalan
1 Lantai kerja di bawah Plat 476.81 m³ 702,092.00 334,764,486.52 2.48%
2 Perkerasan aspal AC-WC + tack coat t: 4cm 4,021.03 m³ 98,512.00 396,119,707.36 2.93%
3 Plat lantai underpas t : 40 cm -
a. Beton K-350 1,668.84 m³ 857,852.00 1,431,617,731.68 10.60%
b. Besi U39 39,547.07 kg 10,673.00 422,085,856.76 3.13%
c. Angkur D22 1,819.09 kg 10,673.00 19,415,142.23 0.14%
4 Balok 160x60
a. Beton K-350 17.38 m³ 857,852.00 14,906,036.35 0.11%
b. Besi U39 5,247.55 kg 10,673.00 56,007,122.50 0.41%
c. Bekisting 21.72 m² 124,393.00 2,701,815.96 0.02%
1 Plat Lantai t : 40 cm
a. Beton K-350 352.36 m³ 857,852.00 302,272,730.72 2.24%
b. Besi U39 44,045.00 kg 10,673.00 470,092,285.00 3.48%
c. Bekisting 950.25 m² 124,393.00 118,204,448.25 0.88%
d. Plastik 950.25 m² 5,914.00 5,619,778.50 0.04%
2 Balok 120 x 55
a. Beton K-350 46.19 m³ 857,852.00 39,619,894.62 0.29%
b. Besi U39 6,774.63 kg 10,673.00 72,305,625.99 0.54%
c. Bekisting 73.91 m² 124,393.00 9,194,259.81 0.07%
Sub Total Pekerjaan Struktur Lantai Jembatan 1,017,309,022.89 7.53%
VI PEKERJAAN SALURAN DRINASE
Pek erjaan Saluran Underpass Diameter 0.5 m
A
non-crossing (Blok 1)
1 Galian Tanah 206.64 kg 37,480.00 7,744,867.20 0.06%
2 Pasir urug 62.28 m² 244,064.00 15,200,305.92 0.11%
3 Saluran pipa beton diameter 0.5 606.18 m² 376,738.00 228,371,040.84 1.69%
1 Galian Tanah 206.64 kg 37,480.00 7,744,867.20 0.06%
2 Pasir urug 62.28 m² 244,064.00 15,200,305.92 0.11%
3 Saluran pipa beton diameter 0.5 606.18 m² 376,738.00 228,371,040.84 1.69%
B Gutter 100x80
1 Galian Tanah 33.86 kg 37,480.00 1,269,072.80 0.01%
2 Pasir urug 3.37 m² 244,064.00 822,495.68 0.01%
3 Lantai Kerja 1.68 m² 702,092.00 1,179,514.56 0.01%
4 Gutter
a. Beton K-350 12.71 m³ 857,852.00 10,903,298.92 0.08%
b. Besi BJTD 40 1,688.23 kg 10,673.00 18,018,478.79 0.13%
c. Bekisting Batako 64.4 m² 92,571.00 5,961,572.40 0.04%
d. Bekisting Papan 72.1 m² 124,393.00 8,968,735.30 0.07%
5 Gutter
55
8.4 Kurva S
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan dalam bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan
waktu pada sumbu mendatar. Kurva S ini dapat dipakai untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja, pembandingan
kinerja aktual target rencana atau anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan. Kriteria kemajuan pekerjaan ditampilkan dalam bentuk persentase kumulatif bobot prestasi pelaksanaan atau
produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, kebutuhan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya.
table 8.4. Kurva S proyek Underpass
BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
10 HARI I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
NO URAIAN PEKERJAAN Bobot
56
Opex adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan operasional. Dalam kata lain, opex adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menjaga kelangsungan aset serta menjamin aktivitas perusahaan yang direncanakan dapat
berjalan dengan baik.
Tabel 8.5.2. Biaya Opex Pertahun
Uraian Komponen Biaya Parameter Biaya (juta) Satuan Biaya O&M (juta)
Biaya Pengumpulan Tol
Routine Maintenance Costs (Underpass) Rp 6,260.00 Km Rp 83,258.00
Traffic Management (Underpass dan Jalan) Rp 40,360.00 Tahun Rp 536,788.00
Salaray & Overhead (Underpass dan Jalan) Rp 19,224.00 Tahun Rp 255,679.20
TOTAL Rp 875,725.20
57
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
• Underpass yang kelompok kami tinjau berada di Persimpangan Gandul berlokasi di
wilayah Cinere Depok. Simpang Gandul merupakan akses yang cukup penting dalam
menghubungkan antara kota Depok dengan Kota Jakarta Selatan. Kondisi arus lalu
lintas pada simpang ini pada jam-jam sibuk sangatlah padat terlebih setelah
beroperasinya Tol Depok- Antasari yang sangat berdampak pada arus lalu lintas pada
Simpang Gandul.
• Hasil dari analisis dan survey terkait dengan Peak haur Volume (PHV) atau volume
jam puncak yang tersusun dari volume 15 menitan tersibuk berurutan selama 1 jam.
Hasil survei volume dan karakteristik lalu lintas di simpang Gandul didapatkan hasil
pada tabel 3 dan 4. Didapatkan jam sibuk pada pagi hari jam 06.00 – 07.00 dengan
total kendaraan 4854,0 smp/jam. Dengan perentase kendaraan 72% MC, 27% LV, 1%
MV dan 0% UM.
• Tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 22 dan jarak antar
tulangannya sebesar 300 mm. Maka tulangan bagi yang digunakan pada pelat lantai
atas adalah D22 – 300. Tulangan pokok yang digunakan pada pelat dinding adalah
D32 – 200 dengan jarak tulangan sebesar 200 mm dan luas sebesar 1482,421 mm2.
Tulangan pokok yang digunakan pada pelat lantai pondasi adalah D36 – 250 dengan
luas tulangan sebesar 1080 mm2 dan jarak sebesar 350 mm. Dimensi retak maksimum
masih dalam batas toleransi (n < 0,012). Nilai defleksi sesuai dengan yang
disyaratkan. Jadi dimensi pelat yang digunakan aman (n > 240).
• Rencana Anggaran Biaya dalam perencanaan ini sebesar Rp. 13,504,900,000,00.
Rencana waktu pekerjaan selama 1 Tahun seperti Kurva S yang terlampir.
58
9.2 Saran
Dalam pembuatan underpass sebaiknya menggunakan banyak referensi sebagai
data untuk perhitungan dan pengukuran dalam perencanaan dan perancangan underpass.
Pada perhitungan dan pengukuran dalam perencanaan ini harus mengikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur underpass.
Sebelum merencanakan suatu underpass hendaknnya didahului dengan studi kelayakan
agar pada perhitungan struktur nantinya dapat diperoleh hasil perencanaan yang
memuaskan baik dari segi mutu, biaya, maupun waktu. Dengan selesainya Tugas Besar
Perencanaan Infrastruktur Perkotaan ini, semoga dapat berguna bagi penulis maupun
pembaca dan diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan perencanaan
infrastruktur dimasa yang akan datang nanti.
59
DAFTAR PUSTAKA
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/4162
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/deformasi/article/view/1202
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/55662
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/0/S
KR/judul/00000000000000091283/0
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/33749
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/view/35978
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1354631&val=957&t
itle=STUDI%20KELAYAKAN%20EKONOMI%20PEMBANGUNAN%20UNDERPA
SS%20PADA%20SIMPANG%20JL%20GATOT%20SUBROTO-
JL%20AHMAD%20YANI%20DI%20KOTA%20DENPASAR
https://repository.unibos.ac.id/xmlui/handle/123456789/106
https://repository.mercubuana.ac.id/72026/
https://core.ac.uk/download/pdf/337610042.pdf
https://ojs.fstpt.info/index.php/ProsFSTPT/article/view/492
https://repository.bakrie.ac.id/999/
http://e-journal.uajy.ac.id/20850/
60