Anda di halaman 1dari 67

EVALUASI SALURAN DRAINASE PADA JALAN PASAR I

DI KELURAHAN TANJUNG SARI


KECAMATAN MEDAN SELAYANG
(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Sidang Sarjana


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Islam Sumatera Utara

OLEH :

KRESHNA EKA MADANI AGUNG TITAH


08093038

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI SALURAN DRAINASE PADA JALAN PASAR I


DI KELURAHAN TANJUNG SARI
KECAMATAN MEDAN SELAYANG
(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Sidang Sarjana


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Islam Sumatera Utara

OLEH :

KRESHNA EKA MADANI AGUNG TITAH


08093038

Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing

Ir. Anisah Lukman, MT Ir. Hj. Rumilla Harahap, MT


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Ir. Anisah Lukman, MT


Ketua Jurusan

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ABSTRAK

Kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara adalah salah satu kota besar yang
kerap kali mengalami banjir. Penyebab permasalahan banjir yang melanda kota
Medan ini merupakan hal yang tipikal pada beberapa wilayah di kota Medan,
yaitu alih fungsi lahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat akibat
pembangunan yang masih terus dilakukan, kondisi topografi kota Medan yang
terletak pada wilayah yang relatif datar dan saluran drainase yang sudah ada tidak
mampu menampung air hujan. Salah satu contohnya adalah pada Jalan Pasar I
Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang masih mengalami
permasalahan banjir. Banjir pada kawasan ini disebabkan oleh saluran yang ada
pada sistem drainase Jalan Pasar I sudah tidak mampu menampung air hujan
sehingga air hujan melimpas ke jalan. Kondisi ini diperburuk dengan
berkurangnya kapasitas saluran akibat banyaknya sampah dan penyempitan
saluran yang terjadi karena perubahan fungsi lahan oleh masyarakat. Untuk
menangani permasalahan banjir pada Jalan Pasar I ini perlu ditinjau kondisi
eksisting saluran secara keseluruhan, yaitu dengan melakukan evaluasi kondisi
eksisting sehingga dapat diajukan beberapa alternatif pemecahan masalah banjir
pada Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan perbedaan debit antara
limpasan yang terjadi dan eksisting, sehingga saluran tidak cukup lagi
mengalirkan air hujan pada kondisi saat ini. Dimana kapasitas saluran drainase
dari S5 sampai S10 Q Eksisting (3,209 m3/det) < Q Rasional (3,468 m3/det).
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan Pasar I Di Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang (Studi Kasus), yang merupakan salah satu syarat

untuk dapat menyelesaikan studi di jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Islam Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Luthfi Parinduri, MT selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Islam Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Anisah Lukman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara, serta selaku dosen pembimbing I

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada

penulis dari mulai menetapkan judul, perbaikan-perbaikan skripsi dan sampai

pada sidang sarjana.

3. Bapak Ir. Penerangan Sitepu, MT selaku dosen pembimbing akademik

stambuk 2008 dan koordinator skripsi pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara.

4. Ibu Ir. Hj. Rumilla Harahap, MT selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari

mulai menetapkan judul, perbaikan-perbaikan skripsi dan sampai pada sidang

sarjana.
5. Staf pengajar dan pegawai di jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Islam Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Djoko Mulsusanto dan Ibu Meiri Diana yang

telah membesarkan, merawat dan mendidik penulis selama ini.

7. Adinda Rosdiana, STP dan adik Rhama Dwi Ananda Agung Titah, ST yang

telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan stambuk 2008, khususnya kepada sahabat penulis

Dismon Cibro, ST yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini penulis mohon

maaf. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Desember 2013

Hormat saya,

Kreshna Eka Madani Agung Titah


DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR NOTASI ........................................................................................ ix

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
1.3. Permasalahan ....................................................................... 2
1.4. Pembatasan Masalah ............................................................ 2
1.5. Metode Pengumpulan Data .................................................. 3
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4


2.1. Sistem Drainase .................................................................... 4
2.2. Konsep Sistem Jaringan Drainase yang Berkelanjutan ........ 5
2.3. Sistem Jaringan Drainase ..................................................... 7
2.4. Drainase Perkotaan ............................................................... 8
2.5. Dimensi Saluran ................................................................... 9
2.6. Periode Ulang ....................................................................... 12
2.7. Distribusi Gumbel ................................................................ 12
2.8. Hujan dan Limpasan ............................................................ 15
2.9. Intensitas Hujan .................................................................... 17
2.10. Koefisien Pengaliran ............................................................ 17
2.11. Waktu Konsentrasi (Tc) ........................................................ 19
2.12. Dimensi Penampang Saluran ............................................... 21

BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI .................................... 24


3.1. Umum ................................................................................... 24
3.2. Batas-Batas Daerah ............................................................. 24
3.3. Topografi .............................................................................. 24
3.4. Letak Geografis dan Tata Guna Lahan ................................ 24
3.5. Iklim ..................................................................................... 25
3.6. Jaringan Jalan dan Drainase ................................................. 26
3.7. Peta Lokasi Studi ................................................................. 26
BAB IV. ANALISA DATA ....................................................................... 30
4.1. Umum .................................................................................. 30
4.2. Perhitungan Intensitas Curah Hujan ................................... 30
4.3. Perhitungan Standard Deviasi (x ) ..................................... 32
4.4. Distribusi Gumbel ............................................................... 40
4.5. Perhitungan Debit Saluran Yang Ada Di Lapangan ........... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 50


5.1. Kesimpulan ......................................................................... 50
5.2. Saran .................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

LAMPIRAN ................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1. Tabel 2.1. Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan .......... 9

2. Tabel 2.2. Koefisien Kekasaran Manning .............................................. 10

3. Tabel 2.3. Variasi Reduksi (Reduced Variate) ....................................... 14

4. Tabel 2.4. Reduksi Rata-Rata (Reduced Mean, Yn) ............................... 15

5. Tabel 2.5. Selisih Reduksi Standard (Reduced Standard Deviation, Sn) 15

6. Tabel 2.6. Koefisien Pengaliran (C) ...................................................... 18

7. Tabel 4.1. Curah Hujan Maksimum (mm) ............................................ 31

8. Tabel 4.2. Intensitas Hujan (mm/jam) .................................................. 31

9. Tabel 4.3. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 5 menit ..................... 32

10. Tabel 4.4. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 15 menit ................... 33

11. Tabel 4.5. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 30 menit ................... 34

12. Tabel 4.6. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 60 menit ................... 35

13. Tabel 4.7. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 120 menit ................. 36

14. Tabel 4.8. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 6 jam ........................ 37

15. Tabel 4.9. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 12 jam ...................... 38

16. Tabel 4.10. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 24 jam ...................... 39

17. Tabel 4.11. Intensitas Hujan Dengan Periode Ulang ............................. 40

18. Tabel 4.12. Perhitungan Harga-Harga Tetapan Untuk Periode Ulang


2 Tahun ............................................................................... 41

19. Tabel 4.13. Perhitungan Harga-Harga Tetapan Untuk Periode Ulang


5 Tahun ............................................................................... 42

20. Tabel 4.14. Perhitungan Harga-Harga Tetapan Untuk Periode Ulang


10 Tahun ............................................................................. 43
21. Tabel 4.15. Perhitungan Harga-Harga Tetapan Untuk Periode Ulang
20 Tahun ............................................................................. 44

22. Tabel 4.16. Intensitas Curah Hujan (mm/jam) ...................................... 45

23. Tabel 4.17. Perhitungan Kapasitas Saluran Yang Ada Di Lapangan


(Saluran Persegi) ................................................................. 46

24. Tabel 4.18. Beberapa Hasil Debit Pada Penampang Saluran Drainase
Di Jalan Pasar I ................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

1. Gambar 2.1. Penampang Saluran Trapesium ....................................... 21

2. Gambar 2.2. Penampang Saluran Persegi ............................................ 22

3. Gambar 2.3. Penampang Saluran Segitiga ........................................... 23

4. Gambar 3.1. Peta Kota Medan ............................................................. 27

5. Gambar 3.2. Peta Lokasi Studi ............................................................. 28

6. Gambar 3.3. Denah Drainase ............................................................... 29

7. Gambar 4.1. Lengkung Intensitas Hujan ............................................. 45


DAFTAR NOTASI

Qs = Debit penampang saluran (m3/det)

As = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2)

V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)

n = Koefisien kekasaran Manning

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran

P = Keliling basah saluran (m)

Q = Debit (m3/det)

A = Luas penampang basah (m2)

F = Faktor konversi

Cs = Koefisien tampungan

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

e = Bilangan alam (2,7182818)

YT = Variasi reduksi

= Nilai rata-rata

= Standard deviasi

K = Faktor frekuensi

XT = Besarnya kejadian untuk periode ulang

Yn = Nilai tengah variasi reduksi tergantung banyaknya sampel

n = Standard deviasi dari variasi reduksi

T = Periode ulang (tahun)


x = Nilai variabel rata-rata

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

t = Durasi (lamanya) curah hujan (menit) atau (jam)

tc = Waktu konsentrasi (jam)

to = Inlet time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan

tanah dari titik terjauh ke saluran terdekat (jam)

td = Conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di dalam

saluran sampai ke tempat pengukuran (jam)

Lo = Jarak aliran terjauh di atas tanah hingga saluran terdekat (m)

So = Kemiringan permukaan tanah yang dilalui aliran di atasnya

L1 = Jarak yang ditempuh aliran di dalam saluran ke tempat pengukuran (m)

L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai pada tempat

pengamatan banjir, diukur menurut jalannya sungai (km)

m = Kemiringan sisi saluran

f = Tinggi jagaan (m)

b = Lebar dasar saluran (m)

B = Lebar atas saluran (m)

h = Tinggi basah saluran (m)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banjir merupakan kata yang populer di Indonesia, khususnya pada musim

hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.

Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini belum

terselesaikan, bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, luasannya,

kedalamannya, maupun durasinya. Dalam mengatasi masalah banjir ini diperlukan

suatu sistem drainase yang baik, dengan didukung berbagai aspek perencanaan

yang terkait di dalamnya.

Banjir atau terjadinya genangan di suatu kawasan pemukiman masih banyak

terjadi di kota Medan. Salah satu daerah yang sering mengalami banjir adalah

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Hal ini terjadi

karena pada Jalan Pasar I tersebut belum memiliki sistem drainase yang memadai.

Dengan adanya intensitas hujan yang tinggi, potensi banjir/genangan sangatlah

mungkin terjadi.

Banjir atau genangan di Jalan Pasar I juga terjadi karena sistem yang

berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang

mengalir, hal ini disebabkan oleh kapasitas sistem yang menurun dan debit aliran

air yang meningkat. Selain itu, kondisi saluran drainase pada Jalan Pasar I juga

tidak mampu mengalirkan air yang ada pada saluran (tergenang), banyaknya

sampah yang terdapat pada saluran, serta kurangnya perhatian masyarakat

terhadap saluran drainase yang ada.


1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengevaluasi saluran drainase

yang sudah ada (eksisting) dalam menampung dan mengalirkan debit limpasan,

serta melihat kondisi, bentuk dan arah aliran pada saluran yang terjadi banjir di

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, sehingga

diharapkan dapat membantu dalam memecahkan permasalahan banjir pada daerah

tersebut.

1.3. Permasalahan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sistem saluran drainase Jalan Pasar I

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang ini mempunyai beberapa

titik permasalahan, antara lain :

- Kapasitas saluran tidak mampu menampung air hujan sehingga terjadi luapan air

yang menggenangi jalan.

- Sampah yang terdapat pada saluran dapat menutupi saluran drainase.

- Tertutupnya saluran drainase oleh pemilik rumah yang melebarkan rumahnya ke

arah jalan, sehingga menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam saluran

yang seharusnya merupakan saluran terbuka.

1.4. Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang ditinjau dari penulisan skripsi ini adalah

mengevaluasi saluran drainase yang sudah ada, tetapi tidak mampu mengalirkan

air hujan sehingga terjadi banjir di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang.


1.5. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari hasil

survei di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

Adapun langkah-langkah persiapan survei :

- Pengambilan data primer, yaitu data yang berhubungan dengan bentuk,

konstruksi saluran dan arah aliran dalam saluran yang ditinjau di Jalan Pasar I

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

- Pengambilan data sekunder, yaitu data curah hujan selama 10 tahun diperoleh

dari BMKG Medan dan peta kota Medan diperoleh dari Pemko Medan.

1.6. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan dibahas secara sistematis sehingga diharapkan dapat

memaparkan secara jelas permasalahan, analisis dan kondisi yang terjadi, serta

kemungkinan solusi yang dapat diberikan atas masalah-masalah yang timbul.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Drainase

Menurut Abdeldayem (2005) drainase adalah suatu proses alami, yang

diadaptasikan manusia untuk tujuan mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang

dan waktu dengan memanipulasi ketinggian muka air. Sedangkan menurut

Suhardjono (2013) drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang

berlebih, baik itu air permukaan maupun air bawah permukaan. Air berlebih yang

umumnya berupa genangan disebut dengan banjir.

Kebutuhan akan sistem drainase yang memadai telah diperlukan sejak

beberapa abad yang lalu, seperti tahun 300 SM ruas jalan pada masa tersebut

dibangun dengan elevasi lebih tinggi dengan maksud agar menghindari adanya

limpasan di jalan (Long, 2007).

Adapun permasalahan drainase perkotaan yang sering terjadi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Permasalahan drainase karena ulah manusia, seperti :

- Perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS)

- Perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Pembuangan sampah ke saluran drainase

- Kawasan kumuh di sepanjang sungai atau saluran drainase

- Infrastruktur drainase kurang berfungsi (bendungan dan bangunan air).

b. Permasalahan drainase karena alam, seperti :

- Erosi dan sedimentasi


- Curah hujan

- Kondisi fisiografi/geofisik sungai

- Kapasitas sungai atau saluran drainase yang kurang memenuhi

- Pengaruh pasang naik air laut (back water).

Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul setiap

tahun pada musim hujan adalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan air

disebabkan oleh fungsi drainase yang belum tertangani secara menyeluruh,

kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memelihara saluran

drainase yang ada di sekitarnya menyebabkan penyumbatan saluran drainase oleh

sampah industri maupun sampah rumah tangga (Riman, 2011).

Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem pengalirannya, dapat

dikelompokkan menjadi :

- Drainase dengan sistem jaringan adalah suatu sistem pengeringan atau

pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air

melalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan pelengkapnya.

- Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau pengaliran air

yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah. Cara resapan ini dapat

dilakukan langsung terhadap genangan air di permukaan tanah ke dalam tanah

atau melalui sumuran/saluran resapan (Wesli, 2008).

2.2. Konsep Sistem Jaringan Drainase yang Berkelanjutan

Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase yang bertujuan agar tidak

terjadi banjir di suatu kawasan, air harus secepatnya dibuang, namun air juga

merupakan sumber kehidupan. Bertolak dari hal tersebut, maka konsep dasar

pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya


guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan.

Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi

seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non-struktural untuk

mencapai tujuan tersebut. Sistem drainase yang berkelanjutan ini prioritas utama

kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara

mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya,

fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe

penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004).

Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air

secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Akan

tetapi, dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan

ketersediaan) maka diperlukan suatu perancangan drainase yang berfilosofi bukan

saja aman terhadap genangan tetapi juga sekaligus berasas pada konservasi air

(Sunjoto, 1987).

Konsep perancangan sistem drainase air hujan yang berkelanjutan

berasaskan pada konservasi air tanah, yang pada hakikatnya adalah perancangan

suatu sistem drainase dimana air hujan jatuh di atap/perkerasan, ditampung pada

suatu sistem resapan air seperti sumur resapan air hujan, sedangkan hanya air dari

halaman bukan perkerasan yang perlu ditampung oleh sistem jaringan drainase

(Sunjoto, 1987).

Daerah pelayanan adalah suatu daerah yang memiliki jaringan drainase

mulai dari hulu hingga ke satu muara pembuang tersendiri sehingga jaringan

drainasenya terpisah dengan jaringan drainase daerah pelayanan lainnya. Daerah

pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih daerah aliran (Wesli, 2008).
2.3. Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu

kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokkan

infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana

transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok

energi dan kelompok telekomunikasi (Suripin, 2004).

Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya

dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di

permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem

yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran

rumah tangga dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila

cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah

(treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase

(Kodoatie, 2003).

Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan

secara optimal. Ditinjau dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari

saluran penerima (interseptor drain), saluran pengumpul (colector drain), saluran

pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima

(receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti

gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air,

bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang

lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi
pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang

telah memiliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima

biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).

2.4. Drainase Perkotaan

Perkembangan perkotaan memerlukan perbaikan dan penambahan fasilitas

sistem pembuangan air hujan. Dimana sistem pembuangan air hujan bertujuan

untuk :

- Arus air hujan yang sudah berbahaya atau mengganggu lingkungan secepat

mungkin dibuang pada badan air penerima, tanpa erosi dan penyebaran polusi

atau endapan.

- Tidak terjadi genangan, banjir dan becek-becek.

Masalah di atas sudah merupakan permasalahan yang harus ditangani secara

sungguh-sungguh, terutama bagi daerah-daerah yang selalu mengalami setiap

musim hujan. Air hujan yang jatuh dari angkasa dikendalikan dan diatur guna

memenuhi berbagai kegunaan untuk penyehatan (Hendrasarie, 2005).

Pengendalian banjir, drainase, pembuangan air limbah merupakan penerapan

teknik pengendalian air, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang melebihi

batas-batas kelayakan terhadap harga benda, gangguan terhadap lingkungan

pemukiman serta masyarakat dan sarana aktivitasnya bahkan terhadap nyawanya.

Penyediaan air, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, alur-alur transportasi air dan

badan-badan air sebagai tempat rekreasi adalah merupakan pemanfaatan sumber

daya air, sehingga perlu dilestarikan eksistensinya, dipelihara kualitas

keindahannya serta pemanfaatannya. Drainase dengan sistem konservasi lahan


dan air merupakan langkah awal dari usaha pelestarian eksistensinya sumber daya

air tawar di bumi ini (Hendrasarie, 2005).

Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran dengan

lapisan. Selain alasan seperti dikemukakan di atas, estetika dan kestabilan

terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang

menuntut saluran drainase perkotaan dan jalan raya dibuat dari saluran dengan

lapisan. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau saluran yang diberi tutup

dengan lubang-lubang kontrol di tempat-tempat tertentu. Saluran yang diberi tutup

ini bertujuan supaya saluran memberikan pandangan yang lebih baik atau ruang

gerak bagi kepentingan lain di atasnya (Wesli, 2008).

Tabel 2.1. Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan


Luas DAS (ha) Periode Ulang (tahun) Metode Perhitungan Debit Banjir
< 10 2 Rasional
10 - 100 2-5 Rasional
101 - 500 5 - 20 Rasional
> 500 10 - 25 Hidrograf satuan
Sumber : Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan (Suripin, 2004).

2.5. Dimensi Saluran

Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata

lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit rencana

(QT). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut :

Qs QT ............................................ (2.1)

Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan

rumus seperti di bawah ini :

Qs = As V .......................................... (2.2)
Keterangan :

Qs = Debit penampang saluran (m3/det)

As = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2)

V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)

Kecepatan rata-rata aliran di dalam suatu saluran dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Manning seperti di bawah ini, yaitu :

1
V = R2/3 S11/2 ................................... (2.3)
n

As
R = ........................................... (2.4)
P

Keterangan :

V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)

n = Koefisien kekasaran Manning

R = Jari-jari hidrolis (m)

S1 = Kemiringan saluran

As = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2)

P = Keliling basah saluran (m)

Tabel 2.2. Koefisien Kekasaran Manning


No. Tipe Saluran Koefisien Manning (n)
1. Baja 0,011 0,014
2. Baja permukaan gelombang 0,021 0,030
3. Semen 0,010 0,013
4. Beton 0,011 0,015
5. Pasangan batu 0,017 0,030
6. Kayu 0,010 0,014
7. Bata 0,011 0,015
8. Aspal 0,013
Sumber : Drainase perkotaan (Wesli, 2008).
Pada daerah-daerah yang telah diidentifikasi dan bermasalah, dilakukan

perhitungan debit saluran drainase yang sudah ada (eksisting) dengan

menggunakan persamaan Manning (Hardjosuprapto, 1998) dengan asumsi aliran

mengalir penuh di saluran terbuka. Debit adalah luas penampang basah dikalikan

dengan jari-jari hidrolis dipangkatkan dengan 2/3 dikalikan dengan akar kuadrat

dari kemiringan saluran dibagi dengan koefisien kekasaran Manning.

1
Q = A R2/3 S1/2 .............................. (2.5)
n

Keterangan :

Q = Debit (m3/det)

A = Luas penampang basah (m2)

n = Koefisien kekasaran Manning

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran

Lalu hasil tersebut dibandingkan dengan perhitungan debit limpasan

berdasarkan intensitas hujan yang diperoleh dari analisis hidrologi dengan

menggunakan persamaan Modifikasi Rasional (Hardjosuprapto, 1998). Debit

adalah faktor konversi dikalikan dengan koefisien tampungan dikalikan dengan

koefisien limpasan dikalikan dengan luas daerah pengaliran sungai.

Q = F Cs ( C A) I ................................ (2.6)

Keterangan :

Q = Debit (m3/det)

F = Faktor konversi, F = 1/360 untuk Q dalam m3/det

F = 100/36 untuk Q dalam l/det

Cs = Koefisien tampungan
C = Koefisien limpasan

A = Luas daerah aliran (km2)

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

2.6. Periode Ulang

Tujuan utama menganalisa frekuensi peristiwa hidrologi adalah untuk

menentukan periode ulang peristiwa hidrologi yang berharga tertentu (x). Periode

ulang adalah interval waktu rata-rata dari suatu peristiwa yang bersangkutan

(misalnya hujan) akan terjadi rata-rata satu kali setiap 10 tahun.

Apabila peristiwa dilampaui atau disamai rata-rata tiap tahun maka

probabilitasnya adalah :

1 1
p = atau T = ...................................... (2.7)
T p

Karena probabilitas untuk tidak disamai atau tidak terjadinya peristiwa itu

ialah 1-p, maka harga-harga variabel di bawah ini dari harga yang sudah

ditentukan tadi adalah :

1 1
T = atau p = ............................ (2.8)
(1p) (1T)

2.7. Distribusi Gumbel

Distribusi Gumbel sebarannya mempunyai fungsi eksponensial ganda yang

dinyatakan dalam persamaan berikut :

p YT = eeA(xB) ................................... (2.9)

Dimana A dan B adalah merupakan parameternya. Bila disubstitusikan

harga YT = A (x-B), dimana YT disebut pula sebagai variasi pengurangan

(reduced variate), maka :


p YT = eeY .................................... (2.10)

Keterangan :

e = Bilangan alam = 2,7182818

YT = Variasi reduksi (reduced variate)

T = Periode ulang (tahun)

Chow menyarankan agar variate x yang menggambarkan deret hidrologi

acak dapat dinyatakan dengan rumus :

x = + K ........................................ (2.11)

Keterangan :

= Nilai rata-rata (mean value)

= Standard deviasi

K = Faktor frekuensi

Adapun bentuk persamaan akhir yang digunakan pada metode Gumbel

adalah :

YT Yn
XT = x + x ................................ (2.12)
n

T
YT = In In ( T1) .................................. (2.13)

Keterangan :

XT = Besarnya kejadian untuk periode ulang

YT = Variasi reduksi (reduced variate)

Yn = Nilai tengah variasi reduksi tergantung banyaknya sampel (n)

= Standard deviasi

n = Standard deviasi dari variasi reduksi

T = Periode ulang (tahun)


Untuk nilai variasi reduksi (YT) pada periode ulang (T) dapat dilihat pada

Tabel 2.3 seperti di bawah ini :

Tabel 2.3. Variasi Reduksi (Reduced Variate)


Periode Ulang (T) YT
(tahun)
2 0,3665
5 1,4990
10 2,2502
20 2,9606
25 3,1985
30 3,9019
40 4,6001
50 5,2960
100 6,2140
200 6,9190
500 8,5390
1000 9,9210
Sumber : Hidrologi untuk insinyur (Linsley, 1986).

Untuk menentukan nilai reduksi rata-rata (reduced mean, Yn) pada

perhitungan nilai faktor frekuensi (K) untuk periode ulang T (tahun), dapat dilihat

pada Tabel 2.4 dan untuk menentukan nilai selisih reduksi standard (reduced

standard deviation, Sn) juga dapat dilihat pada Tabel 2.5 seperti di bawah ini :
Tabel 2.4. Reduksi Rata-Rata (Reduced Mean, Yn)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611

Sumber : Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan (Suripin, 2004).

Tabel 2.5. Selisih Reduksi Standard (Reduced Standard Deviation, Sn)


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096

Sumber : Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan (Suripin, 2004).

2.8. Hujan dan Limpasan

Hujan dan limpasan merupakan dua fenomena yang tidak dapat dipisahkan

yang saling terkait satu sama lainnya. Fenomena hujan merupakan fenomena alam

yang tidak dapat diketahui secara pasti dan jelas, namun dapat dilakukan dengan

perkiraan-perkiraan berdasarkan data-data hujan terdahulu. Semakin banyak data

hujan yang didapat, maka akan semakin mendekati akurasi perkiraan-perkiraan

yang dilakukan (Wesli, 2008).


Jumlah air yang dihasilkan akibat hujan tergantung dari intensitas hujan dan

lama waktu hujan. Intensitas hujan yang besar dalam waktu yang singkat akan

menghasilkan jumlah air yang berbeda dengan intensitas hujan yang kecil tetapi

dalam waktu yang lama. Keadaan yang paling ekstrim adalah intensitas hujan

yang besar dengan waktu yang lama. Hal ini dapat mengakibatkan banjir. Banjir

dapat terjadi akibat adanya limpasan permukaan yang sangat besar yang

disebabkan oleh hujan dan tidak dapat ditampung lagi oleh sungai atau saluran

drainase. Di samping itu, limpasan permukaan yang berlebihan disebabkan tanah

sudah jenuh air (Wesli, 2008).

Limpasan permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang berlebihan

mengalir selama periode hujan atau sesudah periode hujan. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi limpasan, diantaranya adalah tata guna lahan, daerah

pengaliran, kondisi topografi dari daerah pengaliran, jenis tanah dan faktor-faktor

lain seperti karakteristik sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung,

daerah-daerah tampungan, drainase buatan dan lain-lain (Wesli, 2008).

Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat

menjelaskan hubungan antara hujan dengan limpasannya diantaranya adalah :

Q = 0,278 C Cs I A ................................... (2.14)

Keterangan :

Q = Debit (m3/det)

C = Koefisien limpasan

Cs = Koefisien tampungan

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah aliran (km2)


2.9. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan

atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,

tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan

diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun

secara empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu

kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008).

Intensitas hujan biasanya dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek

misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan berjam-jam. Apabila yang tersedia

hanya data hujan harian ini, maka intensitas hujan dapat diestimasi dengan

menggunakan rumus Mononobe seperti berikut :

R 24 24 2/3
I = ( ) ...................................... (2.15)
24 t

Keterangan :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

t = Durasi (lamanya) curah hujan (menit) atau (jam)

2.10. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran (run-off coefficient) adalah perbandingan antara

jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface

run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfer. Nilai koefisien

pengaliran berkisar antara 0 sampai dengan 1 dan bergantung dari jenis tanah,

jenis vegetasi, karakteristik tata guna lahan dan konstruksi yang ada di permukaan

tanah seperti jalan aspal, atap bangunan dan lain-lain, yang menyebabkan air
hujan tidak dapat sampai secara langsung ke permukaan tanah sehingga tidak

dapat berinfiltrasi, maka akan menghasilkan limpasan permukaan hampir 100 %.

Koefisien pengaliran dapat ditentukan berdasarkan curah hujan (Wesli, 2008).

Adapun rumus untuk menentukan koefisien pengaliran adalah sebagai

berikut :

Q
C = ............................................. (2.16)
R

Keterangan :

C = Koefisien limpasan

Q = Jumlah limpasan

R = Jumlah curah hujan

Besarnya nilai koefisien pengaliran (C) untuk daerah perumahan

berdasarkan penelitian para ahli dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini :

Tabel 2.6. Koefisien Pengaliran (C)


No. Daerah Koefisien Aliran
1. Taman dan daerah rekreasi 0,20 0,30
2. Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/Ha) 0,25 0,40
3. Perumahan kerapatan sedang (20-60 rumah/Ha) 0,40 0,70
4. Perumahan rapat 0,70 0,80
5. Daerah industri 0,80 0,90
6. Daerah perniagaan 0,90 0,95
Sumber : Drainase perkotaan (Wesli, 2008).

Koefisien pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang

membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran ini

dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah.
Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya

perubahan tata guna lahan dikemudian hari (Wesli, 2008).

2.11. Waktu Konsentrasi (Tc)

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air

dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di

bagian hilir suatu saluran. Debit limpasan dari sebuah daerah aliran akan

maksimum apabila seluruh aliran dari tempat yang terjauh dengan aliran dari

tempat-tempat di hilirnya tiba di tempat pengukuran secara bersama-sama. Hal ini

memberi pemahaman bahwa debit maksimum tersebut akan terjadi apabila durasi

hujan harus sama atau lebih besar dari waktu konsentrasi (Wesli, 2008).

Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi :

- Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalirkan di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase.

- Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.

Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu yang

diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke

saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di dalam saluran ke

tempat pengukuran (conduit time). Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

tc = to + td ........................................ (2.17)
Keterangan :

tc = Waktu konsentrasi (jam)

to = Inlet time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan

tanah dari titik terjauh ke saluran terdekat (jam)

td = Conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di dalam

saluran sampai ke tempat pengukuran (jam)

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut ini :

- Luas daerah pengaliran

- Panjang saluran drainase

- Kemiringan dasar saluran

- Debit dan kecepatan aliran.

Harga to, td dan tc dapat diperoleh dari rumus-rumus empiris, salah satunya

adalah rumus Kirpich, seperti berikut ini :

L o 0,77
to = 0,0195 ( ) .................................... (2.18)
S o

Keterangan :

to = Inlet time ke saluran terdekat (menit)

Lo = Jarak aliran terjauh di atas tanah hingga saluran terdekat (m)

So = Kemiringan permukaan tanah yang dilalui aliran di atasnya

Harga td ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan kecepatan

aliran di dalam saluran, seperti ditunjukkan oleh rumus berikut ini :

1 L1
td = ........................................ (2.19)
3600 V
Keterangan :

td = Conduit time sampai ke tempat pengukuran (jam)

L1 = Jarak yang ditempuh aliran di dalam saluran ke tempat pengukuran (m)

V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)

Harga tc ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan kemiringan

saluran, seperti ditunjukkan oleh rumus berikut ini :

L 0,7
tc = 0,00013 .................................... (2.20)
S 0,385

Keterangan :

tc = Waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai pada tempat

pengamatan banjir, diukur menurut jalannya sungai (km)

S = Perbandingan dari selisih tinggi antara tempat terjauh dan tempat

pengamatan, diperkirakan sama dengan kemiringan rata-rata dari daerah

aliran

2.12. Dimensi Penampang Saluran

Gambar 2.1. Penampang saluran trapesium


Sumber : Hidrolika II (Triatmodjo, 1993).
Dilakukan pengukuran terhadap dimensi saluran, yaitu lebar dasar saluran

(b), lebar atas saluran (B), kemiringan sisi saluran (m), tinggi jagaan (f), tinggi

basah saluran (h) dan kemiringan saluran (S). Dengan diketahui lebar dasar

saluran dan tinggi basah saluran di atas, maka diperoleh luas penampang basah

saluran (A), keliling basah saluran (P) dan jari-jari hidrolis (R). Berdasarkan

rumus yang diperoleh dari buku Hidrolika II (Triatmodjo, 1993) dapat

ditunjukkan seperti di bawah ini :

A = b + m h h ....................................... (2.21)

P = b + 2hm2 + 1 ................................. (2.22)

A
R = ........................................................... (2.23)
P

Gambar 2.2. Penampang saluran persegi


Sumber : Hidrolika II (Triatmodjo, 1993).

Dalam perencanaan saluran di lapangan dipakai saluran persegi dimana

hubungan antara debit rencana dengan dimensi tampang ditentukan berdasarkan

rumus Manning, yaitu :

A = b h ............................................ (2.24)

P = b + 2h ........................................ (2.25)

A
R = ................................................. (2.26)
P
Gambar 2.3. Penampang saluran segitiga
Sumber : Hidrolika II (Triatmodjo, 1993).

A = m h2 ............................................... (2.27)

P = 2 m + 1 h .................................. (2.28)

A
R= ....................................................... (2.29)
P

Keterangan :

A = Luas penampang basah saluran (m2)

R = Jari-jari hidrolis (m)

P = Keliling basah saluran (m)

S = Kemiringan saluran

n = Koefisien kekasaran Manning

m = Kemiringan sisi saluran

f = Tinggi jagaan (m)

b = Lebar dasar saluran (m)

B = Lebar atas saluran (m)

h = Tinggi basah saluran (m)


BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

3.1. Umum

Lokasi studi merupakan salah satu daerah genangan banjir kota Medan,

yaitu berada di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

Lokasi studi merupakan jalan umum yang banyak dilalui oleh kendaraan, baik itu

kendaraan umum maupun pribadi.

3.2. Batas-Batas Daerah

Batas-batas lokasi studi, yaitu meliputi :

- Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Ring Road Kelurahan Tanjung Sari

- Sebelah barat berbatasn dengan Jalan Bunga Asoka Kelurahan Tanjung Sari

- Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Pasar II Kelurahan Tanjung Sari

- Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Pasar VI Kelurahan Tanjung Sari

3.3. Topografi

Lokasi studi merupakan relief yang menggambarkan ketinggian tempat dari

permukaan bumi. Lokasi studi merupakan dataran rendah kota Medan, yang

terletak pada ketinggian 14 m dari permukaan laut. Kemiringan daerah bervariasi

dari datar landai dan agak curam.

3.4. Letak Geografis dan Tata Guna Lahan

Dilihat dari segi geografis, kota Medan terletak antara 2.27 - 2.47

Lintang Utara dan 98.35 - 98.44 Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas

26.510 Hektar atau 265,10 km2 atau sama dengan 3,6 % dari total luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar

pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional

yang relatif besar, kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian

daya dukung lingkungan.

Penggunaan tanah pada daerah studi adalah sebagai berikut :

- Bangunan perumahan penduduk

- Rumah ibadah

- Usaha-usaha kecil menengah

- Jalan beraspal.

3.5. Iklim

Kondisi klimatologi kota Medan menurut stasiun BMG Sampali mempunyai

iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,3oC 24,1oC dan suhu

maksimum berkisar antara 31,0oC 31,1oC. Kelembaban udara untuk kota Medan

rata-rata berkisar antara 84 85 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/det,

sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya adalah 104,3 mm. Hari

hujan di kota Medan pada tahun 2003 rata-rata per bulannya adalah 19 hari

dengan rata-rata curah hujan per bulannya adalah 299,5 mm.

Curah hujan dipengaruhi oleh angin barat sesuai dengan letaknya pada

daerah tropis dimana mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan dan musim

panas. Pada bulan September sampai dengan bulan Maret terjadi musim hujan,

sedangkan musim panas terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.
3.6. Jaringan Jalan dan Drainase

Jaringan jalan pada lokasi studi terdiri dari jalan utama, yaitu Jalan Pasar I

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Jalan tersebut mempunyai

drainase yang ditempatkan pada kedua sisi jalan, yaitu kanan dan kiri. Lokasi

studi tersebut merupakan jalan besar dari tiap-tiap gang.

Sistem drainase terdiri dari dua macam saluran, yaitu saluran primer dan

saluran sekunder. Dimana yang dimaksud dengan saluran primer adalah saluran

utama dan saluran sekunder adalah saluran yang terdapat pada jalan-jalan setiap

gang. Saluran drainase pada sisi jalan utama merupakan drainase pengumpul

(collector drain). Dengan kurangnya perawatan terhadap drainase

utama/pengumpul, maka dapat menyebabkan laju air yang mengalir cukup

terganggu sehingga menimbulkan terjadinya kebanjiran.

3.7. Peta Lokasi Studi

Lokasi studi terletak di kota Medan, tepatnya di Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang, yaitu terletak di Jalan Pasar I. Peta kota Medan, peta

lokasi studi dan denah drainase masing-masing dapat dilihat pada Gambar 3.1,

Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 sebagai berikut :


Peta Kota Medan

Kecamat
an
Medan
Selayang
Lokasi

Stu

di

Lokasi

Stu

di

Gambar 3.1. Peta Kota Medan


Sumber : Pemko Medan, 2006.
Peta Lokasi Studi

Lokasi

Stu
Jalan
di
Pa

sar

Gambar 3.2. Peta Lokasi Studi


Sumber : Data Peta, 2013.
Denah Drainase

Sungai Ring Road

Jalan Pasar I Ring


S1 S4 S5 S10
Road

Drainase Ring Road

Gambar 3.3. Denah Drainase

Keterangan :

S1 S4 = Memenuhi (Q Eks > Q Ras), dimana merupakan saluran drainase

yang tidak terganggu dan mampu menampung debit yang

mengalir.

S5 S10 = Tidak Memenuhi (Q Eks < Q Ras), dimana merupakan saluran

drainase yang terganggu dan tidak mampu menampung debit yang

mengalir, sehingga terjadi banjir/genangan.


BAB IV

ANALISA DATA

4.1. Umum

Untuk mengetahui gambaran saluran drainase di Jalan Pasar I Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada Gambar 3.3 yang

terdapat pada Bab III. Pada Gambar 3.3 tersebut menunjukkan denah lokasi dan

arah aliran alam yang diinterpretasikan dari topografi dan pengamatan di

lapangan. Dari Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa saluran yang dipergunakan

adalah penampang saluran persegi.

4.2. Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan

atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,

tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya (Wesli, 2008).

Untuk menghitung besarnya intensitas curah hujan tersebut diperoleh dari

data curah hujan yang diambil dari curah hujan maksimum pada setiap tahunnya.

Data curah hujan maksimum (mm) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Dari data curah hujan maksimum di atas, maka dapat dihitung besarnya

intensitas curah hujan yaitu dengan mengubah besarannya. Curah hujan yang

satuannya mm tersebut diubah menjadi mm/jam (satuan untuk intensitas curah

hujan). Data intensitas curah hujan (mm/jam) dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

berikut :
Tabel 4.1. Curah Hujan Maksimum (mm)
Tahun Lama Hujan (t)
(T) 5 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120 menit 6 jam 12 jam 24 jam
2001 9,2 24,0 48,0 84,0 90,0 105,0 105,0 105,0
2002 8,5 24,7 40,0 70,0 73,8 81,4 81,4 81,4
2003 8,7 26,1 52,2 1005,7 113,4 120,0 120,0 120,0
2004 20,9 34,4 42,6 63,8 88,3 104,3 104,3 138,3
2005 16,0 42,5 85,0 102,0 111,0 148,1 148,1 170,8
2006 13,0 29,5 33,9 49,8 60,9 69,0 69,0 69,0
2007 10,0 30,0 40,0 63,4 78,0 84,2 88,2 88,2
2008 10,0 29,0 40,0 90,0 100,7 101,0 102,0 102,2
2009 12,0 39,0 46,0 60,5 66,6 78,7 88,0 88,6
2010 20,0 42,5 52,5 72,6 83,6 117,2 122,7 385,6

Tabel 4.2. Intensitas Hujan (mm/jam)


Tahun Lama Hujan (t)
(T) 5 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120 menit 6 jam 12 jam 24 jam
2001 110,40 96,00 96,00 84,00 45,00 17,50 8,80 4,40
2002 102,00 98,80 80,00 70,00 36,90 13,60 6,80 3,40
2003 104,40 104,40 104,40 105,70 56,90 20,00 10,00 5,00
2004 250,80 137,60 85,20 63,80 44,15 17,83 8,69 5,76
2005 192,00 170,00 170,00 102,00 55,50 24,68 12,34 7,12
2006 156,00 118,00 67,80 49,80 30,45 11,50 5,75 2,87
2007 120,00 120,00 80,00 63,40 39,00 14,03 7,35 3,67
2008 120,00 120,00 80,00 90,00 50,35 16,83 8,52 4,28
2009 144,00 156,00 92,00 1,00 33,30 3,02 7,38 3,69
2010 240,00 170,00 105,00 72,60 41,80 19,50 10,23 16,07
Total (x) 1539,6 1290,8 960,40 702,30 433,35 158,49 85,86 56,26
n 10 10 10 10 10 10 10 10
Mean 153,96 129,08 96,04 70,23 43,34 15,85 8,59 5,63
x 73,37 27,99 28,53 30,09 8,91 5,85 1,92 3,87
4.3. Perhitungan Standard Deviasi ( )

Tabel 4.3. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 5 menit


Tahun x x x-x (x-x)2
2001 110,40 153,96 -43,56 1897,47
2002 102,00 153,96 -51,96 2699,84
2003 104,40 153,96 -49,56 2456,19
2004 250,80 153,96 96,84 9377,98
2005 192,00 153,96 38,04 1447,04
2006 156,00 153,96 2,04 4,16
2007 120,00 153,96 -33,96 11532,82
2008 120,00 153,96 -33,96 11532,82
2009 144,00 153,96 -9,96 99,20
2010 240,00 153,96 86,04 7402,88
(x x)2 48450,40

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

48450 ,40
x =
10 1

x = 73,37 m/det
Tabel 4.4. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 15 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 96,00 129,08 -33,08 1094,29
2002 98,80 129,08 -30,28 916,88
2003 104,40 129,08 -24,68 609,10
2004 137,60 129,08 8,52 72,59
2005 170,00 129,08 40,92 1674,45
2006 118,00 129,08 -11,08 122,77
2007 120,00 129,08 -9,08 82,45
2008 120,00 129,08 -9,08 82,42
2009 156,00 129,08 26,92 724,69
2010 170,00 129,08 40,92 1674,45
(x x)2 7054,12

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

7054,12
x =
10 1

x = 27,99 m/det
Tabel 4.5. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 30 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 96,00 96,04 -0,04 0,0016
2002 80,00 96,04 -16,04 257,28
2003 104,40 96,04 8,36 69,89
2004 85,20 96,04 -10,84 117,51
2005 170,00 96,04 73,96 5470,08
2006 67,80 96,04 -28,24 797,49
2007 80,00 96,04 -16,04 257,28
2008 80,00 96,04 -16,04 257,28
2009 92,00 96,04 -4,04 16,32
2010 105,00 96,04 8,96 80,28
(x x)2 7323,41

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

7323,41
x =
10 1

x = 28,53 m/det
Tabel 4.6. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 60 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 84,00 70,23 -13,77 189,61
2002 70,00 70,23 -0,23 0,05
2003 105,70 70,23 35,47 1258,12
2004 63,80 70,23 -6,43 41,34
2005 102,00 70,23 31,77 1009,33
2006 49,80 70,23 -20,43 417,38
2007 63,40 70,23 -6,83 46,65
2008 90,00 70,23 -19,77 390,85
2009 1,00 70,23 -69,23 4792,79
2010 72,60 70,23 2,37 5,62
(x x)2 8151,74

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

8151,74
x =
10 1

x = 30,09 m/det
Tabel 4.7. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 120 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 45,00 43,34 -1,66 2,77
2002 36,90 43,34 -6,43 41,47
2003 56,90 43,34 13,56 183,87
2004 44,15 43,34 -0,81 0,66
2005 55,50 43,34 12,16 147,99
2006 30,45 43,34 -12,88 166,02
2007 39,00 43,34 -4,33 18,79
2008 50,35 43,34 -7,01 49,20
2009 33,30 43,34 -10,03 100,70
2010 41,80 43,34 1,53 2,36
(x x)2 713,77

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

713,77
x =
10 1

x = 8,91 m/det
Tabel 4.8. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 6 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 17,50 15,85 1,70 2,89
2002 13,60 15,85 -2,20 4,84
2003 20,00 15,85 4,20 17,64
2004 17,83 15,85 2,03 4,12
2005 24,68 15,85 8,88 78,85
2006 11,50 15,85 -4,30 18,49
2007 14,03 15,85 -1,77 3,13
2008 16,83 15,85 1,03 1,06
2009 3,02 15,85 -12,78 163,33
2010 19,50 15,85 3,70 13,69
(x x)2 308,04

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

308,04
x =
10 1

x = 5,85 m/det
Tabel 4.9. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 12 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 8,80 8,59 0,21 0,05
2002 6,80 8,59 -1,77 3,19
2003 10,00 8,59 1,41 1,99
2004 8,69 8,59 -0,10 0,01
2005 12,34 8,59 3,75 14,09
2006 5,57 8,59 -2,84 8,04
2007 7,35 8,59 1,24 1,53
2008 8,52 8,59 -0,07 0,004
2009 7,38 8,59 -1,21 1,45
2010 10,23 8,59 1,64 2,70
(x x)2 33,05

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

33,05
x =
10 1

x = 1,92 m/det
Tabel 4.10. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 24 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 4,40 5,63 -1,23 1,50
2002 3,40 5,63 -2,23 4,96
2003 5,00 5,63 -0,63 0,39
2004 5,76 5,63 0,13 0,02
2005 7,12 5,63 1,49 2,23
2006 2,87 5,63 -2,76 7,59
2007 3,67 5,63 -1,96 3,82
2008 4,28 5,63 -1,35 1,81
2009 3,69 5,63 -1,94 3,74
2010 16,07 5,63 10,44 109,08
(x x)2 135,14

Keterangan :

x = Jumlah variabel rata-rata

x = Nilai rata-rata sampel

n = Jumlah pengamatan

(xx )2
x =
n 1

135,14
x =
10 1

x = 3,87 m/det
4.4. Distribusi Gumbel

Nilai ekstrim dari intensitas hujan yang akan dicari adalah untuk beberapa

periode ulang, yaitu periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun.

Intensitas hujan dengan periode ulang dapat ditunjukkan pada Tabel 4.11 seperti

di bawah ini :

Tabel 4.11. Intensitas Hujan Dengan Periode Ulang


Tahun Lama Hujan (t)
(T) 5 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120 menit 6 jam 12 jam 24 jam
2 144,02 125,29 92,17 66,15 43,19 15,01 8,32 5,10
5 231,59 158,69 126,22 102,07 52,75 21,99 10,62 9,72
10 289,56 180,73 148,77 125,84 59,78 26,61 12,13 12,79
20 344,45 201,75 170,09 148,35 66,44 30,99 13,57 15,67

Contoh perhitungan pada T = 10 tahun dan t = 5 menit

YT Yn
xT = x + x
Sn

2,2502 0,4952
x10 = 153,96 + 73,37
0,9496

x10 = 289,56 mm/jam

Selanjutnya harga-harga yang diperoleh dari Tabel 4.11 di atas, maka

dilakukan metode kuadrat terkecil untuk memperoleh harga-harga tetapan yang

akan digunakan pada persamaan intensitas curah hujan yang dapat dilihat pada

tabel-tabel di bawah ini :


Tabel 4.12. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 2 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 144,02 0,699 2,158 1,508 0,489
15 125,29 1,176 2,009 2,468 1,383
30 92,17 1,477 1,964 2,901 2,182
60 66,15 1,778 1,820 3,236 3,161
120 43,19 2,079 1,635 3,399 4,322
360 15,01 2,556 1,176 3,006 6,533
720 8,32 2,857 0,920 2,668 8,162
1440 5,10 3,158 0,707 2,233 9,973
15,782 11,479 21,919 36,205

log I (log t)2 log t log I log t


log a =
n (log t)2 log t log t

11,497 36,205 21,919 15,782


log a =
8 36,205 15,782 15,782

log a = 1,72

a = 52,48

log I log t n log t log I


K =
n (log t)2 log t log t

11,497 15,782 8 21,919


K =
8 36,205 15,782 15,782

K = 0,14

Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 2 tahun, yaitu :
a
I =
tK

Untuk t = 5 menit

52,48 52,48
I = = = 41,883 mm/jam
50,14 1,253
Tabel 4.13. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 5 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 231,59 0,699 2,365 1,653 0,489
15 158,69 1,176 2,200 2,587 1,383
30 126,22 1,477 2,101 3,103 2,182
60 102,07 1,778 2,009 3,572 3,161
120 52,75 2,079 1,722 3,580 4,322
360 21,99 2,556 1,342 3,430 6,533
720 10,62 2,857 1,026 2,931 8,162
1440 9,72 3,158 0,988 3,120 9,973
15,782 13,752 23,976 36,205

log I (log t)2 log t log I log t


log a =
n (log t)2 log t log t

13,752 36,205 23,976 15,782


log a =
8 36,205 15,782 15,782

log a = 2,94

a = 870,96

log I log t n log t log I


K =
n (log t)2 log t log t

13,752 15,782 8 23,976


K =
8 36,205 15,782 15,782

K = 0,62

Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 5 tahun, yaitu :
a
I =
tK

Untuk t = 5 menit

870,96 870,96
I = = = 321,150 mm/jam
50,62 2,712
Tabel 4.14. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 10 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 289,56 0,699 2,462 1,721 0,489
15 121,86 1,176 2,086 2,453 1,383
30 148,77 1,477 2,172 3,208 2,182
60 125,84 1,778 2,099 3,732 3,161
120 59,78 2,079 1,776 3,692 4,322
360 26,61 2,556 1,425 3,642 6,533
720 12,13 2,857 1,084 3,097 8,162
1440 12,79 3,158 1,107 3,496 9,973
15,782 14,211 25,041 36,205

log I (log t)2 log t log I log t


log a =
n (log t)2 log t log t

14,211 36,205 25,041 15,782


log a =
8 36,205 15,782 15,782

log a = 2,94

a = 870,96

log I log t n log t log I


K =
n (log t)2 log t log t

14,211 15,782 8 25,041


K =
8 36,205 15,782 15,782

K = 0,59

Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 10 tahun, yaitu :
a
I =
tK

Untuk t = 5 menit

870,96 870,96
I = = = 336,928 mm/jam
50,59 2,585
Tabel 4.15. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 20 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 344,45 0,699 2,537 1,773 0,489
15 201,75 1,176 2,305 2,711 1,383
30 170,09 1,477 2,231 3,295 2,182
60 148,35 1,778 2,171 3,860 3,161
120 66,44 2,079 1,822 3,788 4,322
360 30,99 2,556 1,491 3,811 6,533
720 13,57 2,857 1,132 3,234 8,162
1440 15,67 3,158 1,192 3,770 9,973
15,782 14,884 26,242 36,205

log I (log t)2 log t log I log t


log a =
n (log t)2 log t log t

14,884 36,205 26,242 15,782


log a =
8 36,205 15,782 15,782

log a = 3,07

a = 1185,76

log I log t n log t log I


K =
n (log t)2 log t log t

14,884 15,782 8 26,242


K =
8 36,205 15,782 15,782

K = 0,61

Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 20 tahun, yaitu :
a
I =
tK

Untuk t = 5 menit

1185,76 1185,76
I = = = 444,271 mm/jam
50,61 2,669
Tabel 4.16. Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
t (menit) I2 I5 I10 I20
5 41,883 321,150 336,928 444,271
15 35,921 162,493 176,236 227,288
30 32,617 105,725 117,080 148,927
60 29,583 68,791 77,785 97,569
120 26,844 44,761 51,674 63,929
360 23,028 22,651 27,026 32,708
720 20,892 14,739 17,955 21,429
1440 18,959 9,589 11,928 14,041

Dari Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan intensitas

curah hujan tersebut digambarkan menjadi grafik intensitas curah hujan yang

nantinya akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya, yaitu perhitungan

kapasitas saluran rencana. Grafik intensitas curah hujan dapat dilihat pada Gambar

4.1 seperti di bawah ini :

Kk : Intensitas curah hujan 2 tahun (I2)

I : Intensitas curah hujan 5 tahun (I5)


: : Intensitas curah hujan 10 tahun (I10)
M Kk : Intensitas curah hujan 20 tahun (I20)

Gambar 4.1. Lengkung Intensitas Hujan


Sumber : Hasil perhitungan intensitas curah hujan.
4.5. Perhitungan Debit Saluran Yang Ada Di Lapangan

Perhitungan debit saluran yang ada bertujuan untuk mengetahui besarnya

debit yang mampu dialirkan oleh saluran tersebut sehingga nantinya berdasarkan

analisis hidrolika dapat dikontrol apakah saluran tersebut masih dapat berfungsi

atau tidak. Pada Tabel 4.17 dapat dilihat perhitungan kapasitas saluran yang ada :

Tabel 4.17. Perhitungan kapasitas saluran yang ada di lapangan (saluran persegi)
Penampang b h A P R n S
Saluran (m) (m) (m2) (m) (m)
S1 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S2 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S3 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S4 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S5 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S6 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S7 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S8 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S9 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S10 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
Sumber : Survei dan Data Jalan Pasar I (2013).

Contoh perhitungan pada penampang saluran S1, yaitu :

Lebar dasar saluran (b) = 1,2 m

Tinggi basah saluran (h) = 1,1 m

A = bh

= 1,2 m 1,1 m

= 1,32 m2

P = b + 2h

= 1,2 m + 2(1,1 m)

= 3,4 m
A
R =
P

1,32 m 2
=
3,4 m

= 0,388 m

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa perhitungan pada beberapa penampang

saluran drainase Jalan Pasar I masih memenuhi atau tidak, maka perlu dihitung

debit yang akan masuk ke masing-masing saluran kemudian dibandingkan dengan

kapasitas angkut saluran.

1. Perhitungan Debit Eksisting :

Penampang saluran S1

Luas penampang basah saluran (A) = 1,32 m2

Keliling basah saluran (P) = 3,4 m

Jari-jari hidrolis (R) = 0,388 m

Kemiringan saluran (S) = 0,002

Koefisien kekasaran Manning untuk beton (n) = 0,015

1
V = R2/3 S1/2
n

= 1/0,015 0,3882/3 0,0021/2

= 1,59 m2/det

Q = AV

= 1,32 m 1,59 m2/det

= 2,099 m3/det
2. Perhitungan Debit Rasional :

Penampang saluran S1

Luas daerah aliran (A) = 1,2 km2

Jarak terjauh dari aliran curah hujan (L) = 775 m

Kemiringan saluran (S) = 0,002

L 0,77
Inlet time (to) = 0,0195 ( )
S

775
= 0,0195 ( )0,77
0,002

= 35,63 jam

1 L
Conduit time (td) =
3600 V

1 775
=
3600 1,59

= 0,14 jam

Waktu konsentrasi (tc) = to + td

= 35,63 + 0,14

= 35,77 jam

Koefisien tampungan daerah aliran :

2t c
Cs =
2t c + t d

2 35,77
=
2 35,77 + 0,14

= 0,998

Dari Tabel 2.6 nilai koefisien aliran (C) untuk daerah perumahan tidak begitu

rapat adalah 0,40.


Dari Gambar 4.1 untuk periode ulang 10 tahun dengan tc = 35,77 maka didapat

intensitas curah hujan = 125 mm/jam.

Debit rencana saluran S1 :

Q = 0,278 C Cs I A

= 0,278 0,40 0,998 125 1,2

= 1,665 m3/det

Dari pengolahan analisis hidrolika dan analisis hidrologi didapat hasil bahwa

jika Q Eks > Q Ras = Memenuhi, atau sebaliknya jika Q Eks < Q Ras = Tidak

Memenuhi seperti dalam Tabel 4.18 di bawah ini :

Tabel 4.18. Beberapa hasil debit pada penampang saluran drainase di Jalan Pasar I
Penampang Total Q Total Q Q% Keterangan
Saluran Eksisting Rasional Perbedaan
(m3/det) (m3/det) (%)
S1 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S2 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S3 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S4 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S5 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S6 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S7 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S8 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S9 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S10 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data (2013).

Contoh perhitungan pada penampang saluran S5 S10, yaitu :

Q % Perbedaan = Total Q Eksisting Total Q Rasional

= 3,209 m3/det - 3,468 m3/det

= -0,259 x 100 % = -25,9 %


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Penyebab melimpahnya air hujan di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang adalah akibat ketidak-mampuan pada beberapa

saluran, yaitu saluran dari S5 S10 untuk mengalirkan air hujan karena

kapasitasnya yang lebih kecil (Q Eksisting = 3,209 m3/det) dari debit yang

masuk (Q Rasional = 3,468 m3/det).

2. Penampang kapasitas saluran drainase yang ada di lapangan adalah berbentuk

persegi, untuk saluran S1 S4 memiliki lebar dasar saluran (b) 1,2 m dan tinggi

basah saluran (h) 1,1 m, sedangkan untuk saluran S5 S10 memiliki lebar dasar

saluran (b) 1,3 m dan tinggi basah saluran (h) 1,2 m.

3. Banjir atau genangan yang besar dan tinggi pada Jalan Pasar I dikarenakan

kurangnya pemeliharaan dan resapan air pada saluran drainase, serta

banyaknya sampah yang ada pada saluran, sehingga saluran drainase tidak

mampu menampung debit yang mengalir.

4. Penampang saluran mulai dari S5 sampai S10 merupakan daerah yang sering

terjadi banjir, maka perlu dimensi ulang agar dapat mengalirkan debit limpasan

pada waktu hujan maksimal.


5.2. Saran

Adapun saran yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk menangani masalah

banjir khususnya di Jalan Pasar I, yaitu :

1. Perlu dilakukannya perbaikan pada penampang saluran drainase, yaitu saluran

S5 S10 yang tidak mampu menampung debit yang mengalir akibat curah hujan

yang tinggi.

2. Perlu diadakannya kerja sama atau gotong royong setiap minggunya antara

kepala lingkungan dan masyarakat di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang untuk membersihkan saluran drainase yang ada

dari sampah-sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdeldayem, S. 2005. Agricultural Drainage : Towards an Integrated Approach,


Irrigation and Drainage Systems. 19:71-87.

Data Peta. 2013. Data peta @ 2013 Google. http://www.fotosatelit.co.id.


[27 September 2013].

Hardjosuprapto, M. 1998. Drainase Perkotaan Volume I. ITB-Press, Bandung.

Hendrasarie, N. 2005. Evaluasi banjir pada area drainase Kali Kepiting dan Kali
Kenjeran Surabaya Timur. J. Rekayasa Perencanaan 2(1):1-17.

Kodoatie, R. J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Linsley, R. K. 1986. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.

Long, A. R. 2007. Drainage Evaluation at the U. S. 50 Joint Sealant Experiment.


J. Transportation Engineering 1(1):133.

Pemko Medan, 2006. LKPJ Tahun 2006. http://www.pemkomedan.co.id.


[27 September 2013].

Riman. 2011. Evaluasi sistem drainase perkotaan di kawasan kota metropolis


Surabaya. J. Widya Teknika 19(2):39-46.

Suhardjono. 2013. Drainase Perkotaan. Universitas Brawijaya, Malang.

Sunjoto. 1987. Sistem Drainase Air Hujan yang Berwawasan Lingkungan.


Makalah Seminar Pengkajian Sistem Hidrologi dan Hidrolika. PAU Ilmu
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI,


Yogyakarta.

Triatmodjo, B. 1993. Hidrolika II. Beta Offset, Yogyakarta.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Lokasi Studi di Jalan Pasar I


Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


(Kamis, 3 Oktober 2013)

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


(Senin, 7 Oktober 2013)
Lampiran 2. Gambar Lokasi Studi di Jalan Pasar I
Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang
(Pada Saat Terjadi Banjir)

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


Pada Saat Terjadi Banjir (Rabu, 11 September 2013)

Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


Pada Saat Terjadi Banjir (Rabu, 11 September 2013)
Lampiran 3. Gambar Kondisi Saluran Drainase di Jalan Pasar I
Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

Lokasi Saluran Drainase Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


(Senin, 14 Oktober 2013)

Kondisi Saluran Drainase Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari


(Senin, 7 Oktober 2013)

Anda mungkin juga menyukai