SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara adalah salah satu kota besar yang
kerap kali mengalami banjir. Penyebab permasalahan banjir yang melanda kota
Medan ini merupakan hal yang tipikal pada beberapa wilayah di kota Medan,
yaitu alih fungsi lahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat akibat
pembangunan yang masih terus dilakukan, kondisi topografi kota Medan yang
terletak pada wilayah yang relatif datar dan saluran drainase yang sudah ada tidak
mampu menampung air hujan. Salah satu contohnya adalah pada Jalan Pasar I
Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang masih mengalami
permasalahan banjir. Banjir pada kawasan ini disebabkan oleh saluran yang ada
pada sistem drainase Jalan Pasar I sudah tidak mampu menampung air hujan
sehingga air hujan melimpas ke jalan. Kondisi ini diperburuk dengan
berkurangnya kapasitas saluran akibat banyaknya sampah dan penyempitan
saluran yang terjadi karena perubahan fungsi lahan oleh masyarakat. Untuk
menangani permasalahan banjir pada Jalan Pasar I ini perlu ditinjau kondisi
eksisting saluran secara keseluruhan, yaitu dengan melakukan evaluasi kondisi
eksisting sehingga dapat diajukan beberapa alternatif pemecahan masalah banjir
pada Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan perbedaan debit antara
limpasan yang terjadi dan eksisting, sehingga saluran tidak cukup lagi
mengalirkan air hujan pada kondisi saat ini. Dimana kapasitas saluran drainase
dari S5 sampai S10 Q Eksisting (3,209 m3/det) < Q Rasional (3,468 m3/det).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
Kecamatan Medan Selayang (Studi Kasus), yang merupakan salah satu syarat
sebesar-besarnya kepada :
2. Ibu Ir. Anisah Lukman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
stambuk 2008 dan koordinator skripsi pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas
4. Ibu Ir. Hj. Rumilla Harahap, MT selaku dosen pembimbing II yang telah
sarjana.
5. Staf pengajar dan pegawai di jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
6. Kedua orang tua penulis Bapak Djoko Mulsusanto dan Ibu Meiri Diana yang
7. Adinda Rosdiana, STP dan adik Rhama Dwi Ananda Agung Titah, ST yang
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini penulis mohon
maaf. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Hormat saya,
Hal
ABSTRAK ...................................................................................................... i
LAMPIRAN ................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
13. Tabel 4.7. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 120 menit ................. 36
24. Tabel 4.18. Beberapa Hasil Debit Pada Penampang Saluran Drainase
Di Jalan Pasar I ................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
S = Kemiringan saluran
Q = Debit (m3/det)
F = Faktor konversi
Cs = Koefisien tampungan
C = Koefisien limpasan
YT = Variasi reduksi
= Nilai rata-rata
= Standard deviasi
K = Faktor frekuensi
to = Inlet time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan
td = Conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di dalam
L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai pada tempat
PENDAHULUAN
Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini belum
suatu sistem drainase yang baik, dengan didukung berbagai aspek perencanaan
terjadi di kota Medan. Salah satu daerah yang sering mengalami banjir adalah
Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Hal ini terjadi
karena pada Jalan Pasar I tersebut belum memiliki sistem drainase yang memadai.
mungkin terjadi.
Banjir atau genangan di Jalan Pasar I juga terjadi karena sistem yang
berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang
mengalir, hal ini disebabkan oleh kapasitas sistem yang menurun dan debit aliran
air yang meningkat. Selain itu, kondisi saluran drainase pada Jalan Pasar I juga
tidak mampu mengalirkan air yang ada pada saluran (tergenang), banyaknya
yang sudah ada (eksisting) dalam menampung dan mengalirkan debit limpasan,
serta melihat kondisi, bentuk dan arah aliran pada saluran yang terjadi banjir di
tersebut.
1.3. Permasalahan
- Kapasitas saluran tidak mampu menampung air hujan sehingga terjadi luapan air
arah jalan, sehingga menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam saluran
mengevaluasi saluran drainase yang sudah ada, tetapi tidak mampu mengalirkan
air hujan sehingga terjadi banjir di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari
Data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari hasil
konstruksi saluran dan arah aliran dalam saluran yang ditinjau di Jalan Pasar I
- Pengambilan data sekunder, yaitu data curah hujan selama 10 tahun diperoleh
dari BMKG Medan dan peta kota Medan diperoleh dari Pemko Medan.
memaparkan secara jelas permasalahan, analisis dan kondisi yang terjadi, serta
TINJAUAN PUSTAKA
diadaptasikan manusia untuk tujuan mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang
Suhardjono (2013) drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang
berlebih, baik itu air permukaan maupun air bawah permukaan. Air berlebih yang
beberapa abad yang lalu, seperti tahun 300 SM ruas jalan pada masa tersebut
dibangun dengan elevasi lebih tinggi dengan maksud agar menghindari adanya
Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul setiap
tahun pada musim hujan adalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan air
dikelompokkan menjadi :
pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air
- Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau pengaliran air
yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah. Cara resapan ini dapat
terjadi banjir di suatu kawasan, air harus secepatnya dibuang, namun air juga
merupakan sumber kehidupan. Bertolak dari hal tersebut, maka konsep dasar
Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi
mencapai tujuan tersebut. Sistem drainase yang berkelanjutan ini prioritas utama
fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe
Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air
saja aman terhadap genangan tetapi juga sekaligus berasas pada konservasi air
(Sunjoto, 1987).
berasaskan pada konservasi air tanah, yang pada hakikatnya adalah perancangan
suatu sistem drainase dimana air hujan jatuh di atap/perkerasan, ditampung pada
suatu sistem resapan air seperti sumur resapan air hujan, sedangkan hanya air dari
halaman bukan perkerasan yang perlu ditampung oleh sistem jaringan drainase
(Sunjoto, 1987).
mulai dari hulu hingga ke satu muara pembuang tersendiri sehingga jaringan
pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih daerah aliran (Wesli, 2008).
2.3. Sistem Jaringan Drainase
Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya
dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di
yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran
rumah tangga dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila
cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah
(treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase
(Kodoatie, 2003).
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Ditinjau dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima
bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang
lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi
pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang
telah memiliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima
sistem pembuangan air hujan. Dimana sistem pembuangan air hujan bertujuan
untuk :
- Arus air hujan yang sudah berbahaya atau mengganggu lingkungan secepat
mungkin dibuang pada badan air penerima, tanpa erosi dan penyebaran polusi
atau endapan.
musim hujan. Air hujan yang jatuh dari angkasa dikendalikan dan diatur guna
Penyediaan air, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, alur-alur transportasi air dan
Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran dengan
terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang
menuntut saluran drainase perkotaan dan jalan raya dibuat dari saluran dengan
lapisan. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau saluran yang diberi tutup
ini bertujuan supaya saluran memberikan pandangan yang lebih baik atau ruang
Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata
lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit rencana
Qs QT ............................................ (2.1)
Qs = As V .......................................... (2.2)
Keterangan :
1
V = R2/3 S11/2 ................................... (2.3)
n
As
R = ........................................... (2.4)
P
Keterangan :
S1 = Kemiringan saluran
mengalir penuh di saluran terbuka. Debit adalah luas penampang basah dikalikan
dengan jari-jari hidrolis dipangkatkan dengan 2/3 dikalikan dengan akar kuadrat
1
Q = A R2/3 S1/2 .............................. (2.5)
n
Keterangan :
Q = Debit (m3/det)
S = Kemiringan saluran
Q = F Cs ( C A) I ................................ (2.6)
Keterangan :
Q = Debit (m3/det)
Cs = Koefisien tampungan
C = Koefisien limpasan
menentukan periode ulang peristiwa hidrologi yang berharga tertentu (x). Periode
ulang adalah interval waktu rata-rata dari suatu peristiwa yang bersangkutan
probabilitasnya adalah :
1 1
p = atau T = ...................................... (2.7)
T p
Karena probabilitas untuk tidak disamai atau tidak terjadinya peristiwa itu
ialah 1-p, maka harga-harga variabel di bawah ini dari harga yang sudah
1 1
T = atau p = ............................ (2.8)
(1p) (1T)
Keterangan :
x = + K ........................................ (2.11)
Keterangan :
= Standard deviasi
K = Faktor frekuensi
adalah :
YT Yn
XT = x + x ................................ (2.12)
n
T
YT = In In ( T1) .................................. (2.13)
Keterangan :
= Standard deviasi
perhitungan nilai faktor frekuensi (K) untuk periode ulang T (tahun), dapat dilihat
pada Tabel 2.4 dan untuk menentukan nilai selisih reduksi standard (reduced
standard deviation, Sn) juga dapat dilihat pada Tabel 2.5 seperti di bawah ini :
Tabel 2.4. Reduksi Rata-Rata (Reduced Mean, Yn)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Hujan dan limpasan merupakan dua fenomena yang tidak dapat dipisahkan
yang saling terkait satu sama lainnya. Fenomena hujan merupakan fenomena alam
yang tidak dapat diketahui secara pasti dan jelas, namun dapat dilakukan dengan
lama waktu hujan. Intensitas hujan yang besar dalam waktu yang singkat akan
menghasilkan jumlah air yang berbeda dengan intensitas hujan yang kecil tetapi
dalam waktu yang lama. Keadaan yang paling ekstrim adalah intensitas hujan
yang besar dengan waktu yang lama. Hal ini dapat mengakibatkan banjir. Banjir
dapat terjadi akibat adanya limpasan permukaan yang sangat besar yang
disebabkan oleh hujan dan tidak dapat ditampung lagi oleh sungai atau saluran
mengalir selama periode hujan atau sesudah periode hujan. Banyak faktor yang
pengaliran, kondisi topografi dari daerah pengaliran, jenis tanah dan faktor-faktor
lain seperti karakteristik sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung,
Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat
Keterangan :
Q = Debit (m3/det)
C = Koefisien limpasan
Cs = Koefisien tampungan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan
diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun
secara empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu
hanya data hujan harian ini, maka intensitas hujan dapat diestimasi dengan
R 24 24 2/3
I = ( ) ...................................... (2.15)
24 t
Keterangan :
jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface
run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfer. Nilai koefisien
pengaliran berkisar antara 0 sampai dengan 1 dan bergantung dari jenis tanah,
jenis vegetasi, karakteristik tata guna lahan dan konstruksi yang ada di permukaan
tanah seperti jalan aspal, atap bangunan dan lain-lain, yang menyebabkan air
hujan tidak dapat sampai secara langsung ke permukaan tanah sehingga tidak
berikut :
Q
C = ............................................. (2.16)
R
Keterangan :
C = Koefisien limpasan
Q = Jumlah limpasan
berdasarkan penelitian para ahli dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini :
membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran ini
dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah.
Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya
dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di
bagian hilir suatu saluran. Debit limpasan dari sebuah daerah aliran akan
maksimum apabila seluruh aliran dari tempat yang terjauh dengan aliran dari
memberi pemahaman bahwa debit maksimum tersebut akan terjadi apabila durasi
hujan harus sama atau lebih besar dari waktu konsentrasi (Wesli, 2008).
- Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalirkan di atas
- Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke
saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di dalam saluran ke
tc = to + td ........................................ (2.17)
Keterangan :
to = Inlet time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan
td = Conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di dalam
Harga to, td dan tc dapat diperoleh dari rumus-rumus empiris, salah satunya
L o 0,77
to = 0,0195 ( ) .................................... (2.18)
S o
Keterangan :
Harga td ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan kecepatan
1 L1
td = ........................................ (2.19)
3600 V
Keterangan :
Harga tc ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui aliran dan kemiringan
L 0,7
tc = 0,00013 .................................... (2.20)
S 0,385
Keterangan :
L = Panjang jarak dari tempat terjauh di daerah aliran sampai pada tempat
aliran
(b), lebar atas saluran (B), kemiringan sisi saluran (m), tinggi jagaan (f), tinggi
basah saluran (h) dan kemiringan saluran (S). Dengan diketahui lebar dasar
saluran dan tinggi basah saluran di atas, maka diperoleh luas penampang basah
saluran (A), keliling basah saluran (P) dan jari-jari hidrolis (R). Berdasarkan
A = b + m h h ....................................... (2.21)
A
R = ........................................................... (2.23)
P
A = b h ............................................ (2.24)
P = b + 2h ........................................ (2.25)
A
R = ................................................. (2.26)
P
Gambar 2.3. Penampang saluran segitiga
Sumber : Hidrolika II (Triatmodjo, 1993).
A = m h2 ............................................... (2.27)
P = 2 m + 1 h .................................. (2.28)
A
R= ....................................................... (2.29)
P
Keterangan :
S = Kemiringan saluran
3.1. Umum
Lokasi studi merupakan salah satu daerah genangan banjir kota Medan,
yaitu berada di Jalan Pasar I Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.
Lokasi studi merupakan jalan umum yang banyak dilalui oleh kendaraan, baik itu
- Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Ring Road Kelurahan Tanjung Sari
- Sebelah barat berbatasn dengan Jalan Bunga Asoka Kelurahan Tanjung Sari
3.3. Topografi
permukaan bumi. Lokasi studi merupakan dataran rendah kota Medan, yang
Dilihat dari segi geografis, kota Medan terletak antara 2.27 - 2.47
Lintang Utara dan 98.35 - 98.44 Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas
26.510 Hektar atau 265,10 km2 atau sama dengan 3,6 % dari total luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar
pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional
yang relatif besar, kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian
- Rumah ibadah
- Jalan beraspal.
3.5. Iklim
iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,3oC 24,1oC dan suhu
maksimum berkisar antara 31,0oC 31,1oC. Kelembaban udara untuk kota Medan
sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya adalah 104,3 mm. Hari
hujan di kota Medan pada tahun 2003 rata-rata per bulannya adalah 19 hari
Curah hujan dipengaruhi oleh angin barat sesuai dengan letaknya pada
daerah tropis dimana mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan dan musim
panas. Pada bulan September sampai dengan bulan Maret terjadi musim hujan,
sedangkan musim panas terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.
3.6. Jaringan Jalan dan Drainase
Jaringan jalan pada lokasi studi terdiri dari jalan utama, yaitu Jalan Pasar I
drainase yang ditempatkan pada kedua sisi jalan, yaitu kanan dan kiri. Lokasi
Sistem drainase terdiri dari dua macam saluran, yaitu saluran primer dan
saluran sekunder. Dimana yang dimaksud dengan saluran primer adalah saluran
utama dan saluran sekunder adalah saluran yang terdapat pada jalan-jalan setiap
gang. Saluran drainase pada sisi jalan utama merupakan drainase pengumpul
Kecamatan Medan Selayang, yaitu terletak di Jalan Pasar I. Peta kota Medan, peta
lokasi studi dan denah drainase masing-masing dapat dilihat pada Gambar 3.1,
Kecamat
an
Medan
Selayang
Lokasi
Stu
di
Lokasi
Stu
di
Lokasi
Stu
Jalan
di
Pa
sar
Keterangan :
mengalir.
ANALISA DATA
4.1. Umum
Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada Gambar 3.3 yang
terdapat pada Bab III. Pada Gambar 3.3 tersebut menunjukkan denah lokasi dan
lapangan. Dari Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa saluran yang dipergunakan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya (Wesli, 2008).
data curah hujan yang diambil dari curah hujan maksimum pada setiap tahunnya.
Data curah hujan maksimum (mm) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Dari data curah hujan maksimum di atas, maka dapat dihitung besarnya
intensitas curah hujan yaitu dengan mengubah besarannya. Curah hujan yang
hujan). Data intensitas curah hujan (mm/jam) dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.1. Curah Hujan Maksimum (mm)
Tahun Lama Hujan (t)
(T) 5 menit 15 menit 30 menit 60 menit 120 menit 6 jam 12 jam 24 jam
2001 9,2 24,0 48,0 84,0 90,0 105,0 105,0 105,0
2002 8,5 24,7 40,0 70,0 73,8 81,4 81,4 81,4
2003 8,7 26,1 52,2 1005,7 113,4 120,0 120,0 120,0
2004 20,9 34,4 42,6 63,8 88,3 104,3 104,3 138,3
2005 16,0 42,5 85,0 102,0 111,0 148,1 148,1 170,8
2006 13,0 29,5 33,9 49,8 60,9 69,0 69,0 69,0
2007 10,0 30,0 40,0 63,4 78,0 84,2 88,2 88,2
2008 10,0 29,0 40,0 90,0 100,7 101,0 102,0 102,2
2009 12,0 39,0 46,0 60,5 66,6 78,7 88,0 88,6
2010 20,0 42,5 52,5 72,6 83,6 117,2 122,7 385,6
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
48450 ,40
x =
10 1
x = 73,37 m/det
Tabel 4.4. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 15 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 96,00 129,08 -33,08 1094,29
2002 98,80 129,08 -30,28 916,88
2003 104,40 129,08 -24,68 609,10
2004 137,60 129,08 8,52 72,59
2005 170,00 129,08 40,92 1674,45
2006 118,00 129,08 -11,08 122,77
2007 120,00 129,08 -9,08 82,45
2008 120,00 129,08 -9,08 82,42
2009 156,00 129,08 26,92 724,69
2010 170,00 129,08 40,92 1674,45
(x x)2 7054,12
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
7054,12
x =
10 1
x = 27,99 m/det
Tabel 4.5. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 30 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 96,00 96,04 -0,04 0,0016
2002 80,00 96,04 -16,04 257,28
2003 104,40 96,04 8,36 69,89
2004 85,20 96,04 -10,84 117,51
2005 170,00 96,04 73,96 5470,08
2006 67,80 96,04 -28,24 797,49
2007 80,00 96,04 -16,04 257,28
2008 80,00 96,04 -16,04 257,28
2009 92,00 96,04 -4,04 16,32
2010 105,00 96,04 8,96 80,28
(x x)2 7323,41
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
7323,41
x =
10 1
x = 28,53 m/det
Tabel 4.6. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 60 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 84,00 70,23 -13,77 189,61
2002 70,00 70,23 -0,23 0,05
2003 105,70 70,23 35,47 1258,12
2004 63,80 70,23 -6,43 41,34
2005 102,00 70,23 31,77 1009,33
2006 49,80 70,23 -20,43 417,38
2007 63,40 70,23 -6,83 46,65
2008 90,00 70,23 -19,77 390,85
2009 1,00 70,23 -69,23 4792,79
2010 72,60 70,23 2,37 5,62
(x x)2 8151,74
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
8151,74
x =
10 1
x = 30,09 m/det
Tabel 4.7. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 120 menit
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 45,00 43,34 -1,66 2,77
2002 36,90 43,34 -6,43 41,47
2003 56,90 43,34 13,56 183,87
2004 44,15 43,34 -0,81 0,66
2005 55,50 43,34 12,16 147,99
2006 30,45 43,34 -12,88 166,02
2007 39,00 43,34 -4,33 18,79
2008 50,35 43,34 -7,01 49,20
2009 33,30 43,34 -10,03 100,70
2010 41,80 43,34 1,53 2,36
(x x)2 713,77
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
713,77
x =
10 1
x = 8,91 m/det
Tabel 4.8. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 6 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 17,50 15,85 1,70 2,89
2002 13,60 15,85 -2,20 4,84
2003 20,00 15,85 4,20 17,64
2004 17,83 15,85 2,03 4,12
2005 24,68 15,85 8,88 78,85
2006 11,50 15,85 -4,30 18,49
2007 14,03 15,85 -1,77 3,13
2008 16,83 15,85 1,03 1,06
2009 3,02 15,85 -12,78 163,33
2010 19,50 15,85 3,70 13,69
(x x)2 308,04
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
308,04
x =
10 1
x = 5,85 m/det
Tabel 4.9. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 12 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 8,80 8,59 0,21 0,05
2002 6,80 8,59 -1,77 3,19
2003 10,00 8,59 1,41 1,99
2004 8,69 8,59 -0,10 0,01
2005 12,34 8,59 3,75 14,09
2006 5,57 8,59 -2,84 8,04
2007 7,35 8,59 1,24 1,53
2008 8,52 8,59 -0,07 0,004
2009 7,38 8,59 -1,21 1,45
2010 10,23 8,59 1,64 2,70
(x x)2 33,05
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
33,05
x =
10 1
x = 1,92 m/det
Tabel 4.10. Perhitungan Standard Deviasi Untuk 24 jam
Tahun x x x-x (x-x)2
2001 4,40 5,63 -1,23 1,50
2002 3,40 5,63 -2,23 4,96
2003 5,00 5,63 -0,63 0,39
2004 5,76 5,63 0,13 0,02
2005 7,12 5,63 1,49 2,23
2006 2,87 5,63 -2,76 7,59
2007 3,67 5,63 -1,96 3,82
2008 4,28 5,63 -1,35 1,81
2009 3,69 5,63 -1,94 3,74
2010 16,07 5,63 10,44 109,08
(x x)2 135,14
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan
(xx )2
x =
n 1
135,14
x =
10 1
x = 3,87 m/det
4.4. Distribusi Gumbel
Nilai ekstrim dari intensitas hujan yang akan dicari adalah untuk beberapa
periode ulang, yaitu periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun.
Intensitas hujan dengan periode ulang dapat ditunjukkan pada Tabel 4.11 seperti
di bawah ini :
YT Yn
xT = x + x
Sn
2,2502 0,4952
x10 = 153,96 + 73,37
0,9496
akan digunakan pada persamaan intensitas curah hujan yang dapat dilihat pada
log a = 1,72
a = 52,48
K = 0,14
Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 2 tahun, yaitu :
a
I =
tK
Untuk t = 5 menit
52,48 52,48
I = = = 41,883 mm/jam
50,14 1,253
Tabel 4.13. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 5 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 231,59 0,699 2,365 1,653 0,489
15 158,69 1,176 2,200 2,587 1,383
30 126,22 1,477 2,101 3,103 2,182
60 102,07 1,778 2,009 3,572 3,161
120 52,75 2,079 1,722 3,580 4,322
360 21,99 2,556 1,342 3,430 6,533
720 10,62 2,857 1,026 2,931 8,162
1440 9,72 3,158 0,988 3,120 9,973
15,782 13,752 23,976 36,205
log a = 2,94
a = 870,96
K = 0,62
Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 5 tahun, yaitu :
a
I =
tK
Untuk t = 5 menit
870,96 870,96
I = = = 321,150 mm/jam
50,62 2,712
Tabel 4.14. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 10 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 289,56 0,699 2,462 1,721 0,489
15 121,86 1,176 2,086 2,453 1,383
30 148,77 1,477 2,172 3,208 2,182
60 125,84 1,778 2,099 3,732 3,161
120 59,78 2,079 1,776 3,692 4,322
360 26,61 2,556 1,425 3,642 6,533
720 12,13 2,857 1,084 3,097 8,162
1440 12,79 3,158 1,107 3,496 9,973
15,782 14,211 25,041 36,205
log a = 2,94
a = 870,96
K = 0,59
Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 10 tahun, yaitu :
a
I =
tK
Untuk t = 5 menit
870,96 870,96
I = = = 336,928 mm/jam
50,59 2,585
Tabel 4.15. Perhitungan harga-harga tetapan untuk periode ulang 20 tahun
t I log t log I log t log I log t2
(menit) (mm/jam)
5 344,45 0,699 2,537 1,773 0,489
15 201,75 1,176 2,305 2,711 1,383
30 170,09 1,477 2,231 3,295 2,182
60 148,35 1,778 2,171 3,860 3,161
120 66,44 2,079 1,822 3,788 4,322
360 30,99 2,556 1,491 3,811 6,533
720 13,57 2,857 1,132 3,234 8,162
1440 15,67 3,158 1,192 3,770 9,973
15,782 14,884 26,242 36,205
log a = 3,07
a = 1185,76
K = 0,61
Maka didapat rumus intensitas curah hujan untuk periode ulang 20 tahun, yaitu :
a
I =
tK
Untuk t = 5 menit
1185,76 1185,76
I = = = 444,271 mm/jam
50,61 2,669
Tabel 4.16. Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
t (menit) I2 I5 I10 I20
5 41,883 321,150 336,928 444,271
15 35,921 162,493 176,236 227,288
30 32,617 105,725 117,080 148,927
60 29,583 68,791 77,785 97,569
120 26,844 44,761 51,674 63,929
360 23,028 22,651 27,026 32,708
720 20,892 14,739 17,955 21,429
1440 18,959 9,589 11,928 14,041
Dari Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan intensitas
curah hujan tersebut digambarkan menjadi grafik intensitas curah hujan yang
kapasitas saluran rencana. Grafik intensitas curah hujan dapat dilihat pada Gambar
debit yang mampu dialirkan oleh saluran tersebut sehingga nantinya berdasarkan
analisis hidrolika dapat dikontrol apakah saluran tersebut masih dapat berfungsi
atau tidak. Pada Tabel 4.17 dapat dilihat perhitungan kapasitas saluran yang ada :
Tabel 4.17. Perhitungan kapasitas saluran yang ada di lapangan (saluran persegi)
Penampang b h A P R n S
Saluran (m) (m) (m2) (m) (m)
S1 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S2 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S3 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S4 1,2 1,1 1,32 3,4 0,388 0,015 0,002
S5 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S6 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S7 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S8 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S9 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
S10 1,3 1,2 1,56 3,7 0,422 0,015 0,003
Sumber : Survei dan Data Jalan Pasar I (2013).
A = bh
= 1,2 m 1,1 m
= 1,32 m2
P = b + 2h
= 1,2 m + 2(1,1 m)
= 3,4 m
A
R =
P
1,32 m 2
=
3,4 m
= 0,388 m
Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa perhitungan pada beberapa penampang
saluran drainase Jalan Pasar I masih memenuhi atau tidak, maka perlu dihitung
Penampang saluran S1
1
V = R2/3 S1/2
n
= 1,59 m2/det
Q = AV
= 2,099 m3/det
2. Perhitungan Debit Rasional :
Penampang saluran S1
L 0,77
Inlet time (to) = 0,0195 ( )
S
775
= 0,0195 ( )0,77
0,002
= 35,63 jam
1 L
Conduit time (td) =
3600 V
1 775
=
3600 1,59
= 0,14 jam
= 35,63 + 0,14
= 35,77 jam
2t c
Cs =
2t c + t d
2 35,77
=
2 35,77 + 0,14
= 0,998
Dari Tabel 2.6 nilai koefisien aliran (C) untuk daerah perumahan tidak begitu
Q = 0,278 C Cs I A
= 1,665 m3/det
Dari pengolahan analisis hidrolika dan analisis hidrologi didapat hasil bahwa
jika Q Eks > Q Ras = Memenuhi, atau sebaliknya jika Q Eks < Q Ras = Tidak
Tabel 4.18. Beberapa hasil debit pada penampang saluran drainase di Jalan Pasar I
Penampang Total Q Total Q Q% Keterangan
Saluran Eksisting Rasional Perbedaan
(m3/det) (m3/det) (%)
S1 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S2 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S3 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S4 2,099 1,665 43,4 Memenuhi
S5 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S6 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S7 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S8 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S9 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
S10 3,209 3,468 -25,9 Tidak Memenuhi
Sumber : Analisis dan Pengolahan Data (2013).
5.1. Kesimpulan
saluran, yaitu saluran dari S5 S10 untuk mengalirkan air hujan karena
kapasitasnya yang lebih kecil (Q Eksisting = 3,209 m3/det) dari debit yang
persegi, untuk saluran S1 S4 memiliki lebar dasar saluran (b) 1,2 m dan tinggi
basah saluran (h) 1,1 m, sedangkan untuk saluran S5 S10 memiliki lebar dasar
3. Banjir atau genangan yang besar dan tinggi pada Jalan Pasar I dikarenakan
banyaknya sampah yang ada pada saluran, sehingga saluran drainase tidak
4. Penampang saluran mulai dari S5 sampai S10 merupakan daerah yang sering
terjadi banjir, maka perlu dimensi ulang agar dapat mengalirkan debit limpasan
Adapun saran yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk menangani masalah
S5 S10 yang tidak mampu menampung debit yang mengalir akibat curah hujan
yang tinggi.
2. Perlu diadakannya kerja sama atau gotong royong setiap minggunya antara
dari sampah-sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrasarie, N. 2005. Evaluasi banjir pada area drainase Kali Kepiting dan Kali
Kenjeran Surabaya Timur. J. Rekayasa Perencanaan 2(1):1-17.