SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil pada Program Sarjana
Teknik Sipil Universitas Lakidende
Oleh :
MUHAMMAD AGUS
STB. 212 201 029
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD AGUS
STB. 212 201 029
H
i
ABSTRAK
Irigasi merupakan suatu kegiatan untuk pemberian air pada suatu lahan
pertanian yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lembab pada suatu areal
pertanian dalam rangka menunjang kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh kehilangan air yang diakibatkan
penurunan kinerja jaringan irigasi. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik
agar kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi. Kehilangan air yang terjadi pada
saluran irigasi dapat mempengaruhi efisiensi kebutuhan air yang diperlukan oleh
tanaman. Lokasi studi penelitian berada ruas Irigasi Unaasi yang merupakan
bagian dari D.I. Wawotobi, Kecamatan Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara. Menghitung besarnya kebutuhan air irigasi dilakukan dengan
menganalisis debit andalan DAS Konaweeha menggunakan metode F.J.Mock,
Evapotranspirasi potensial dengan metode Penmann dari analisis kebutuhan air
irigasi berdasar metode dari KP-01 Irigasi sehingga diperoleh pola dan masa
tanam yang baik. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai debit andalan maksimum
pada daerah aliran sungai Konaweha adalah sebesar 14,76 m3/det, terdapat pada
bulan April-II. Sedangkan Debit andalan minimum terjadi pada bulan Oktober-II
yaitu sebesar 9,83 m3/dt. Efisiensi saluran sekunder di irigasi Unaasi sebesar
87,08 % dari keadaan normal sebesar 90 %. Kehilangan air sepanjang saluran
sekunder Unaasi sebesar 2,92 %. Kebutuhan air irigasi Unaasi yang dihitung
berdasarkan pola tanam padi-padi memberikan kebutuhan pengambilan
maksimum (DR) 2,47 lt/det/hari
Kata kunci: Jaringan Irigasi, debit, Saluran Sekunder
ii
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat-Nya, kesempatan dan kemudahan dalam menjalankan
amanah ini sehingga Penyusunan Skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Kinerja
Jaringan Irigasi Wawotobi di Saluran Sekunder Unaasi”, dapat terselesaikan.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasullullah
Muhammad SAW, inspirasi akhlak dan pribadi mulia beliau yang membimbing
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang hingga akhir
zaman yang sampai kepada kita saat ini.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Akademik Sarjana Teknik Srata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lakidende.
Ucapan terima kasih yang setinggi – tingginya penulis sampaikan kepada
bapak Haydir ST., M.PW selaku Dosen pembimbing I dan bapak Asrul ST., M.Si
Selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan
sumbangsih pemikiran dalam mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi
ini. Selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesain studi, banyak pihak yang
turut memberikan dukungan dan motivasi, untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Rektor Universitas Lakidende.
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lakidende.
3. Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lakidende.
4. Para Dosen yang telah membimbing penulis selama menuntut ilmu pada
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lakidende
5. Kepada rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2012 Universitas
Lakidende antara lain Akwan, Takim, Mulis, Irul, Andi, Ori, Leo, Panboy,
EkaNurwati, Yanti, Riska, Sidar, Cici, Riska, Tika, Tiwi, Surya, Takdir,
Herlan, Rusmanto, Hadi, Ikbal, Ading, Sawal, Hardan, Febi, Nardin, Maha,
Emil, Yogi, Arjan, Rian, Isal, Hendra, Reksi, Bayu, Dukud dan lain-lainya
iv
yang tidak sempat saya sebutkan, untuk hari-hari yang kita lalui dalam suka-
duka, canda-tawa, kontribusi maupun sumbangsi pemikiran selama kita
berproses di bangku perkuliahan ini, tak lupa juga kepada Senior, Junior dan
lain-lain yang baik itu masih berstatus mahasiswa maupun para alumni yang
turut membantu.
6. Untuk Ibunda tercinta, “Minarni” dan ayahanda tercinta, “Muh. Herman”,
terima kasih atas segala doa, restu, ridho, kasih sayang, dan masih banyak
lagi hal lainnya yang telah diberikan selama ini kepada penulis serta
keluarga tercinta, kerabat yang dekat maupun kerabat yang jauh.
7. Semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan sampai dengan
selesainya penyusunan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan mendapat pahala
yang berlimpah dan keberkahan Ilmu serta Rezeki di sisi Allah SWT.
Jazakumullah Khairan, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Muhammad Agus
v
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR NOTASI/ SINGKATAN .......................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi ........................................................ 8
Tabel 2.2 Jenis dan Alat Pengukur Debit ................................................... 16
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan (IR) ............... 23
Tabel 3.1 Time Schedule Rencana Penyusunan Laporan Tugas Akhir ..... 29
Tabel 4.1 Luas Pengaruh Stasiun Hujan Terhadap DAS ........................... 35
Tabel 4.2 Rekap data Curah Hujan 15 Harian ........................................... 36
Tabel 4.3 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dengan Metode
Penman Modifikasi .................................................................... 40
Tabel 4.4 Ranking Data Curah Hujan Efektif ............................................ 41
Tabel 4.5 Perhitungan Debit Andalan Metode F.J. Mock ......................... 44
Tabel 4.5 Perhitungan Debit Andalan Metode F.J. Mock (lanjutan) ......... 45
Tabel 4.6 Standarisasi Tingkat Efisiensi Pada Jaringan Irigasi ................. 47
Tabel 4.7 Perhitungan Debit Air pada Saluran .......................................... 49
Tabel 4.8 Perhitungan Tingkat Efisiensi pada Saluran .............................. 50
Tabel 4.9 Curah Hujan Efektif rata-rata bulanan dikaitkan dengan ET
Tanaman rata-rata bulanan dan curah hujan rata–rata bulanan
(USDA (SCS), 1969) ................................................................. 51
Tabel 4.10 Curah hujan efektif Padi ............................................................ 52
Tabel 4.11 Perhitungan Kebutuhan air untuk Penyiapan Lahan .................. 53
Tabel 4.12 Analisa Kebutuhan Air Irigasi untuk masa tanam awal
November ................................................................................... 57
Tabel 4.13 Water Balance (Neraca Air) irigasi Unaasi ............................... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Sederhana ..................................................... 5
Gambar 2.2 Jaringan Irigasi Semi-Teknis .................................................. 6
Gambar 2.3 Jaringan Irigasi Teknis ........................................................... 7
Gambar 2.4 Siklus Hidrologi ..................................................................... 12
Gambar 2.5 DAS dengan Metode Poligon Thiessen ................................. 14
Gambar 2.6 DAS dengan Metode Ishoyet ................................................. 15
Gambar 2.7 Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung ..................... 17
Gambar 2.8 Bentuk DAS ........................................................................... 28
Gambar 3.1 Pencitraan Lokasi Studi Saluran Sekunder Unaasi pada
Jaringan D.I. Wawotobi ......................................................... 30
Gambar 3.2 Bagan Sistematika Penulisan ................................................. 34
Gambar 4.1 Luas DAS dengan Metode Poligon Thiessen ......................... 35
Gambar 4.2 Grafik Debit Andalan dengan Metode F.J. Mock .................. 46
Gambar 4.3 Skema Saluran Sekunder Unaasi ........................................... 46
Gambar 4.4 Penampang Saluran Sekunder Skala 1 : 50 ............................ 47
Gambar 4.5 Grafik Neraca Air Irigasi Unaasi ........................................... 59
x
i = faktor infiltrasi
I = infiltrasi
I = kemiringan dasar saluran
IA = efektifitas irigasi
IR = kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah
IS = Tampungan awal
k = faktor resesi aliran tanah
Kc = koefisien tanaman
L = penyimpan volume air tanah
LP = penyiapan lahan
Lt = liter
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
m = singkapan lahan
MT = masa tanam
n = jumlah data
n/N = penyinaran matahari selama 12 jam
NFR = kebutuhan air irigasi di sawah
No = nomor
P = Perkolasi
PF = limpasan badai
PP = Peraturan Pemerintah
PU = Pekerjaan Umum
Q = debit
qt = aliran tanah
R = Curah hujan
Ra = radiasi terestial
Reff = curah hujan efektif
Rh = kelembaban rata-rata
Rn = radiasi netto
Rn1 = radiasi netto gelombang panjang
Rns = radiasi netto gelombang pendek
xii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
5
30
29
36
Pengambilan bebas
28
Gabungan
saluran irigasi
34 35
dan pembuang
27 Areal persawahan
33
32
26
26
25
25
30
29
Pengambilan bebas
36
27
33
27 2 3 32
280
9 1
3
26
26
25
25
Kampung
Bangunan bagi
30
29
36
28
34 35
27
Saluran irigasi dan
33
27 2 3 32
dan pembuang
2 80
9 1
3
terpisah
26
Petak tersier
26
25
25
Kampung
Bendung permanen
dengan pengambilan
Bangunan bagi
Bangunan sadap
Pembuang tersier
3) Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa
petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer (Sidharta,
1997).
4) Stasiun Pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan
secara gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya
eksploitasinya mahal.
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa/ mengalirkan air
dari surnbernya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan
got miring. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu
sistern irigasi yaitu:
1) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir.
3) Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
boks tersier terakhir.
4) Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks
kuarter terakhir
3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa
oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter
11
bangunan bagi ini masing masing disebut boks tersier dan boks kuarter.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi
dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi
pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama,
yaitu:
1) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
2) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong gorong.Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur
agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
3) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/ mengontrol muka
air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Untuk
bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk
menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya. Bangunan-bangunan
pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran
dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah
meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah
kontrol trapesium (trapezoidal notch).
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di
petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui
saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui
bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran
pembuang kuarter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan
saluran pernbuang primer.
12
6. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para
petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga
dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara
lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia,
sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
Apabila jumlah butir air sudah cukup banyak dan akibat berat sendiri
(pengaruh gravitasi) butir-butir air itu akan turun ke bumi dan proses
turunnya butiran air ini disebut dengan hujan (presipitasi). Bila temperatur
udara turun sampai dibawah 0º Celcius, maka butiran air akan berubah
menjadi salju. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuhan dan
selebihnya jatuh ke permukaan tanah dan akan meresap kedalam tanah
(infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir diatas permukaan tanah (suface
runoff). Air yang meresap kedalam tanah sebagian mengalir di dalam tanah
(perkolasi) yang kemudian keluar sebagai mata air atau mengalir kesungai
sampai ke laut. Siklus ini berlangsung terus menerus. (Chow dkk., 1988)
Sta 2
Batas DAS
A2
Poligon Thiessen
Sta 1 A3
A4
A1 Sta 3
Sta 4
A5 A7
A6
Sta 7
Sta 5 Sta 1
Kontur ketinggian
Stasiun Hujan
Batas DAS
A1 A5
A3
A4 A6
A2
50 mm
10 mm 20 mm 40 mm 60 mm 70 mm
30 mm
01, 2010). Sebagai data masukan digunakan dari curah hujan di daerah aliran
sungai, evapotraspirasi, vegetasi dan karakteristik geologi daerah aliran yang
terdapat di Sungai Konaweeha.
s
Gambar 2.7 Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung
(Sumber: Analisis Hidrologi, Sri Harto Br., 1993)
dimana:
Q = debit aliran,
Vp = kecepatan rata – rata pelampung
Ap = luas aliran rata – rata.
k = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang
digunakan,
4) Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau
dengan asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan
kering untuk lahan sekunder.
m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.
m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut:
Et = Ep – E .............................................................................................. (2.6)
m
E = Ep x x (18 - n) ..................................................................... (2.7)
20
dimana:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan
evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = Singkapan lahan (Exposed surface)
n = jumlah hari hujan
2. Faktor Karakteristik Hidrologi
Faktor Bukaan Lahan
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10 – 40% untuk lahan tererosi
m = 20 – 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
3. Luas Daerah Pengaliran
Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan
semakin besar pula ketersediaan debitnya.
4. Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)
Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan
tanah permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan
ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah
20
permukaan dari DPS. Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm
sampai dengan 200 mm.
Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban
tanah adalah:
SMC(n) = SMC(n-1) + IS(n) ........................................................................ (2.8)
Ws = As – IS ............................................................................................. (2.9)
Dimana:
SMC = Kelembaban tanah
SMC (n) = Kelembaban tanah periode ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah periode ke n-1
IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah
6. Keseimbangan air di permukaan tanah
Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Air hujan
As = P – Et ....................................................................................... (2.10)
dimana:
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
b. Kandungan air tanah (soil storage)
c. Kapasitas kelembaban tanah (SMC)
7. Kandungan air tanah
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. Bila harga As
negatif maka kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif
maka kelembaban tanah akan bertambah.
8. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya.
21
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan DPS. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 – 1.
10. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)
Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan
ke n dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut.
11. Initial Storage (IS)
Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya
volume air pada awal perhitungan, di lokasi studi diasumsikan sebesar 100
mm.
12. Penyimpangan air tanah (Ground Water Storage)
Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi
setempat dan waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan
penyimpanan awal (initial storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah
adalah sebagai berikut:
Vn = k x Vn-1 + 0.5 (1 + k) I ................................................................... (2.11)
Vn= vn - vn-1 ........................................................................................... (2.12)
Dimana:
Vn = Volume air tanah periode ke n
k = qt/qo = factor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu periode ke t
qo = aliran air tanah pada awal periode (periode ke 0)
vn-1 = volume air tanah periode ke (n-1)
vn = perubahan volume aliran air tanah
13. Aliran Sungai
Aliran Dasar = Infiltrasi – Perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih – infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Debit andalan = Aliran sungai x Luas DAS ............................... (2.13)
1 bulan dalam detik
22
Ec = Efisiensi irigasi
Debit pangkal = Jumlah air yang masuk
Debit ujung = Jumlah air yang keluar
7. Kebutuhan Air Sawah
Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor
jenis tanaman, jenis tanah, cara pemberiaan airnya, cara pengolahan tanah,
banyak turun curah hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran dan
bangunan bendung dan sebagainya, dapat dirumuskan sebagai berikut :
NFR = Etc + P + WLR – Re .................................................................. (2.21)
dimana:
NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha)
Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif
Kebutuhan air di pintu pengambilan dapat dirumuskan sebagai berikut :
DR = (NFR x A)/e ................................................................................. (2.22)
dimana:
NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha)
DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/Ha)
A = luas areal irigasi rencana (ha)
e = efisiensi irigasi.
layanan (comand area) dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola
tanam yang dipakai. Bila debit sungai kurang maka ada tiga pilihan yang bisa
dipertimbangkan yaitu: luas daerah irigasi dikurangi, melakukan modifikasi
pola tanam atau pemberian air secara rotasi/ giliran.
Perhitungan Neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang
tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak.
Perhitungan neraca air ini menjadi dasar untuk menentukan jadwal tanam
(Dinas PU KP-01, 1986)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1 Mulai
2 Observasi
pendahuluan
3 Seminar
Proposal
4 Pengambilan
Data (data
Primer dan data sekunder)
5 Analisa Data
6 Seminar Hasil
7 Seminar Tutup
8 Selesai
29
30
Adapun lokasi studi untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 3.1
dibawah ini.
Tro x A × 1000
Q = Hari dalam sebulan x (60 x 60 x 24)
Mulai
Kajian Pustaka
Pengumpulan Data
Tidak
Data Terpenuhi
Ya
Analisis Data
- Debit Andalan
- Evapotranspirarasi Potensial
- Kehilangan Air di Saluran
- Kebutuhan Air Irigasi
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sta. Abuki
Sta. Unaaha
Sta. Lambuya
35
36
Dari ketiga curah hujan rata – rata stasiun dihitung luas pengaruh
DAS terhadap periodenya dalam sebulan di masing-masing tahunnya. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Hasil perhitungan :
1) Diketahui data curah hujan maksimum pada bulan Januari tahun 2006 tiap
15 harian:
a) Sta. Unaaha: Periode I = 8 mm; Periode II = 44 mm.(lampiran 8)
b) Sta. Lambuya : Periode I = 11 mm; Periode II = 27 mm.(lampiran 8)
c) Sta. Abuki : Periode I = 45mm; Periode II = 38 mm. (lampiran 8)
2) Tiap-tiap tinggi hujan sepuluh harian di ketiga stasiun tersebut dikalikan
dengan Luas Dasnya (tabel 4.1) di setiap stasiunnya.
Stasiun Unaaha : Periode I = 8 x 118,91 = 951,3;
Periode II = 44 x 118,91 = 5232.
Stasiun Lambuya : Periode I = 11 x 192,12 = 2113;
Periode II = 27 x 192,12 = 5187.
Stasiun Abuki : Periode I = 45 x 386,81 = 17407;
Periode II = 38 x 386,81 = 14699.
3) Jumlahkan tinggi hujan dari ketiga stasiun tersebut dibagi dengan luas
DAS totaldi tiap periodenya:
44
45
45
46
Grafik debit andalan metode F.J. Mock dapat dilihat pada Gambar 4.2.
DEBIT ANDALAN
16.00
15.00
14.00
13.00
12.00
11.00
10.00
9.00
8.00
DEBIT ANDALAN
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa debit andalan maksimum berada
pada bulan April-II yaitu 14,76 m3/det dan debit andalan minimum terjadi
pada bulan Oktober-II yaitu 9,83 m3/det.
BUn. 3
U
BUn. 2
BUn. 1
BW1
Jaringan Efisiensi
Saluran Primer 90 %
Saluran Sekunder 90 %
Saluran Tersier 80 %
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi (KP-01), 2010
BUn. 2
BUn. 3
BW. 1
2. Jarak Pengukuran m 50 50 50 50 50 50
3. Waktu Tempuh Pelampung detik 152 169 143 109 196 67
4. Dimensi
a. Lebar Atas Saluran (b0) m 4,70 4,70 4,70 3,60 2,60 2,10
b. Lebar Permukaan Air (b1) m 3,65 3,65 3,65 2,50 1,50 1,00
c. Lebar Bawah Saluran (b2) m 3,00 3,00 3,00 2,00 1,00 0,80
d. Tinggi Saluran (H) m 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,70
e. Tinggi/ Kedalaman Air di Saluran (h) m 0,40 0,40 0,35 0,35 0,50 0,40
4. Perhitungan
a. Luas Tampang Basah (A) m2 1,330 1,330 1,164 0,788 0,625 0,360
b. Kecepatan Aliran (V) m/det 0,329 0,296 0,350 0,459 0,521 0,746
3
c. Debit (Q) m /det 0,350 0,315 0,326 0,289 0,260 0,215
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
49
50
Dari hasil perhitungan debit pada tiap-tiap ruas saluran, adapun tingkat
efisiensi pada tiap ruas saluran disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.8 Perhitungan Tingkat Efisiensi pada Saluran
Debit Debit
Ruas Kehilangan Kehilangan Efisiensi
No. Pangkal Ujung
saluran (m3/det) (%) (%)
(m3/det) (m3/det)
1. BUn.1 0,350 0,315 0,038 10,06 89,94
2. BUn.3 0,326 0,289 0,037 11,22 88,78
3. BUn.5 0,260 0,215 0,045 17,47 82,53
Jumlah 87,08
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Pada tabel 4.8 diperoleh efisiensi penyaluran di saluran sekunder
Unaasi sebesar 87,08 % dari kondisi normal yakni sebesar 90 %. Kehilangan
air di sepanjang saluran sekunder Unaasi adalah sebesar 2,92 % Kehilangan
pada saluran sekunder Unaasi ini masih tergolong efisiensi penyalurannya.
Adapun faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada saluran sekunder ini
adalah evaporasi, rembesan dan karena saluran yang dilapisi bahan kedap air
sudah rusak. Kondisi saluran juga mempengaruhi kehilangan air, begitu juga
dengan lebar saluran.
Curah hujan mean 13 25 38 50 63 75 88 100 113 125 138 150 163 175 186 200
bulanan (mm)
Curah hujan efektif rata-rata bulanan (mm)
ET tanaman 25 8 16 24
rata-rata 50 8 17 25 32 39 46
bulanan (mm) 75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
Re Padi
Bulan R80
(mm/hr)
1 2 3
Jan I 13,81 0,64
II 24,80 1,16
Feb I 26,06 1,22
II 30,60 1,40
Mar I 20,01 0,93
II 28,90 1,35
Apr I 11,17 0,52
II 30,56 1,43
Mei I 24,17 1,13
II 36,17 1,69
Jun I 25,54 1,19
II 28,37 1,32
Jul I 26,59 1,24
II 17,16 0,80
Agt I 1,53 0,07
II 11,89 055
Sep I 6,52 0,30
II 3,33 0,16
Okt I 0,00 0,00
II 7,50 0,35
Nov I 7,18 0,34
II 17,88 0,83
Des I 23,92 1,12
II 18,56 0,87
Sumber: Hasil perhitungan, 2016
Keterangan :
Kolom 1 : bulan dan periode dekade ke-i
Kolom 2 : Hujan efektif dengan probabilitas 80% (tabel 4.4)
Kolom 3 : Curah Hujan Efektif Padi (Re Padi) (mm/hari)
53
2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi ini merupakan proses evaporasi dan transpirasi yang
terjadi yang diperoleh berdasarkan temperatur udara, kecepatan angin,
kelembaban relatif dan lama penyinaran matahari yang terjadi di lokasi. Nilai
ini akan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air untuk pengolahan
tanah untuk padi di sawah. Hasil perhitungan evapotranspirasi ini telah
disajikan pada tabel 4.3 pada bab 4 ini.
3. Perkolasi
Perkolasi atau yang biasa disebut peresapan air ke dalam tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan
permeabilitasnya. Berdasarkan tekstur tanah lempung berliat dengan
permeabilitas sedang, maka laju perkolasi dapat dipakai berkisar 1 sampai
dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sebesar 2
mm/hari, mengikuti kondisi eksisting di lapangan.
4. Pengolahan Tanah dan Penyiapan Lahan
Faktor ini merupakan langkah pertama yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam mempersiapkan tanahnya untuk penanaman. Setiap jenis tanaman
membutuhkan pengolahan tanah yang berbeda-beda. Pengolahan tanah ini
dilakukan antara 20 sampai dengan 30 hari sebelum masa tanam.
LP = M. ek / ( ek – 1 )
Tabel 4.11 Perhitungan Kebutuhan air untuk Penyiapan Lahan
No Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1 Eto 4,99 2,65 3,51 3,76 4,13 4,45 2,87 2,27 1,99 2,38 3,01 5,79
2 Eo 5,48 2,92 3,86 4,13 4,54 4,89 3,16 2,50 2,19 2,62 3,31 6,37
3 P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 M 7,48 4,92 5,86 6,13 6,54 6,89 5,16 4,50 4,19 4,62 5,31 8,37
5 T 30 31 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31
6 S 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
7 k 0,748 0,508 0,606 0,572 0,676 0,689 0,533 0,450 0,433 0,477 0,531 0,865
8 LP 14,20 12,35 12,90 14,07 13,31 13,84 12,49 12,42 11,92 12,17 12,89 14,46
1,64 1,43 1,49 1,63 1,54 1,60 1,45 1,44 1,38 1,41 1,49 1,67
Keterangan :
Eto : Evapotranspirasi potensial (mm/hari) (Tabel 4.3)
Eo : Evaporasi Potensial (= Eto x 1,10) (mm/hari)
P : Perkolasi (= 2 mm/hari)
M : kebutuhan evaporasi dan perkolasi (=Eo + P) (mm/hari)
T : waktu pengolahan (hari)
S : Kebutuhan untuk penjenuhan lapisan atas (= 300 mm/hari)
k : faktor koefisien efisiensi (= MT/S)
LP : Kebutuhan Penyiapan Lahan untuk Pengolahan (mm/hari)
5. Koefisien tanaman
Besarnya nilai suatu Koefisien tanaman tergantung dari umur dan
jenis tanaman yang ada. Koefisien tanaman ini merupakan faktor yang dapat
digunakan untuk mencari besarnya air yang habis terpakai untuk tanaman
untuk masa pertumbuhannya. Besarnya koefisien tanaman ini akan
mempengaruhi besarnya kebutuhan air untuk tanaman.
6. Efisiensi irigasi
Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang
direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih
besar dari kebutuhan. Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh
jumlah air yang hilang selama di perjalanan. Besarnya kehilangan air di
tingkat saluran primer 80%, sekunder 90% dan tersier 90% (untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.6). Sehingga efisiensi irigasi total = 90% x
90% x 80% = 65 %.
NFR 5,35
DR = 0,65 x 8,64 = = 0,95 lt/dt/ha
5,616
Analisa kebutuhan air irigasi untuk masa tanam awal bulan November
direkap pada Tabel 4.12.
57
Tabel 4.12 Analisa Kebutuhan Air Irigasi untuk masa tanam awal November
Bulan
Uraian Sat. NOP DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Rencana Pola Tanam :
Padi - Padi – Palawija
LP LP PADI II
PADI I
2. Evapotranspirasi (Eto) mm/hari 4.99 4.99 2.65 2.65 3.51 3.51 3.76 3.76 4.13 4.13 4.45 4.45 12.42 12.42 11.92 2.27 1.99 1.99 2.38 2.38 3.01 3.01 5.79 5.79
3. Perkolasi (P) mm/hari 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
4. Penggunaan Konsumtif
14.20 14.20 12.35 2.88 3.74 3.57 3.69 3.38 2.41 1.10 1.19 - 12.42 12.42 11.92 2.46 2.13 2.03 2.34 2.14 2.56 1.61 1.54 -
(Etc)
5. Pergantian Lapisan
Air: 3.30 3.30 3.30 3.30
WLR1
WLR2 3.30 3.30 3.30 3.30
WLR3 3.30 3.30 3.30 3.30
57
58
Besarnya luas areal yang dapat dialiri tergantung dari besarnya debit
tersedia, kebutuhan air pengambilan dan pola tanam yang terapkan. Kebutuhan air
irigasi Unaasi yang dihitung berdasarkan pola tanam padi-padi memberikan
kebutuhan pengambilan maksimum (DR) 2,47lt/dt/det.
Berdasarkan pola tanam yang dipilih selanjutnya dilakukan perhitungan
“Neraca Air”. Dengan perhitungan water balance ini kebutuhan pengambilan yang
dihasilkan untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan
untuk tiap periode (15 harian) dan luas daerah yang dapat diairi. Dengan demikian
kebutuhan tiap bulannya dapat diketahui.
Dari hasil perhitungan “Neraca air” Irigasi Unaasi seperti terlihat pada tabel
4.13 dibawah ini.
NERACA AIR
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka adapun
kesimpulan dari penelitian ini tersusun sebagai berikut.
1. Dengan menggunakan metode F.J. Mock didapat nilai debit andalan maksimum
pada daerah aliran sungai (DAS) Konaweha adalah sebesar 14,76 m3/dt, terdapat
pada bulan April-II. Sedangkan Debit andalan minimum terjadi pada bulan
Oktober-II yaitu sebesar 9,83 m3/dt.
2. Dari tabel 4.8 pada Bab IV, efisiensi saluran sekunder di irigasi Unaasi sebesar
87,08 % dari keadaan normal sebesar 90 %. Kehilangan air pada saluran ini
masih tergolong efisien penyalurannya.
3. Kebutuhan air irigasi Unaasi yang dihitung berdasarkan pola tanam padi-padi-
palawija memberikan kebutuhan pengambilan maksimum (DR) 2,47 lt/det/hari.
Dari perhitungan water balance di irigasi Unaasi defisit air terjadi pada bulan
Oktober Periode II yakni sebesar 3,64 m3/det dan Periode II yakni sebesar 3,92
m3/det serta bulan November Periode I yakni sebesar 2,20 m3/det. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan air untuk irigasi dibulan Oktober hingga di
pertengahan bulan November tersebut lebih besar dibandingkan dengan debit
andalan sehingga terjadi defisit.
5.2. Saran
Selain itu, adapun saran dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut.
1. Kondisi Saluran pada umumnya masih baik, tetapi dibeberapa jaringan irigasi
mengalami beberapa kerusakan seperti rusaknya tubuh saluran akibat erosi
tebing, lantai yang mengalami kebocoran menyebabkan rembesan, pendangkalan
saluran irigasi yang diakibatkan oleh sedimentasi serta umur bangunan yang
sudah tua mengakibatkan kerusakan. Oleh karena itu, faktor – faktor tersebut
menyebabkan terjadinya kehilangan air di saluran sehingga berpengaruh pada
kinerja saluran irigasi.
61
2. Menyikapi fenomena dari ketersediaan air di irigasi Unaasi saat ini, untuk itu
pengelolaan dan pola pemakaian air oleh petani perlu kebijakan melalui
sosialisasi terpadu. Kecukupan air untuk areal sesuai rencana berdasarkan hasil
penelitian masih memungkinkan.
3. Perlu diadakan perbaikan dan pembersihan sampah-sampah pada saluran irigasi
Unaasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas untuk
mengoptimalkan produktifitas hasil tanaman. Serta dimungkinkan pula
perbaikan terhadap Saluran tersier agar penyaluran air lebih optimal sampai ke
petak-petak petani.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
BR, Sri harto, 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mahmud, Amir. 2007. Optimasi potensi dan pola pemanfaatan air irigasi (Studi
kasus pada Daerah Irigasi Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara). Tugas Akhir Fakultas Teknik Program Pasca Sarjana
Teknik Pertanian. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data, Jilid I.
Penerbit Nova, Bandung.
Sorsodarsono, S. Dan K. Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradya
Paramita, Jakarta.
Syainul AT, Muh. 2015. Pengaruh Perubahan Guna Lahan Terhadap Debit Air
Pada Sub Das Lahambuti Kec. Wawotobi Kab. Konawe Prov. Sulawesi
Tenggara. Tugas Akhir Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil.
Universitas Lakidende, Konawe.
LAMPIRAN