Anda di halaman 1dari 75

TUGAS AKHIR

STUDI KAPASITAS SALURAN DRAINASE MENGGUNAKAN


ENVIROMENTAL PROTECTION AGENCY - STORM WATER
MANAGEMENT MODEL
(STUDI KASUS JALAN TUMANURUNG RAYA)

DRAINAGE CHANNEL CAPACITY STUDY USING


ENVIRONMENTAL PTOTECTION AGENCY – STORM
WATER MANAGEMENT MODEL (CASE STUDY ON JALAN
TUMANURUNG RAYA)

MUHAMMAD NABIL HERIZA ANWAR


D011 17 1534

PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, nama Muhammad Nabil Heriza


Anwar, dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi
Kapasitas Saluran Drainase Menggunakan Enviromental Protection
Agency - Storm Water Management Model (Studi Kasus Jalan
Tumanurung Raya)”, adalah karya ilmiah penulis sendiri, dan belum
pernah digunakan untuk mendapatkan gelar apapun dan dimanapun.
Karya ilmiah ini sepenuhnya milik penulis dan semua informasi
yang ditulis dalam skripsi yang berasal dari penulis lain telah diberi
penghargaan, yakni dengan mengutip sumber dan tahun penerbitannya.
Oleh karena itu semua tulisan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Apabila ada pihak manapun yang merasa ada
kesamaan judul dan atau hasil temuan dalam skripsi ini, maka penulis
siap untuk diklarifikasi dan mempertanggungjawabkan segala resiko.

Gowa, 12 September 2022

Yang membuat
pernyataan,

Muh.Nabil Heriza Anwar


NIM: D011 17 1534
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat


dan karuniaNya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “Studi
Kapasitas Saluran Drainase Menggunakan Enviromental Protection
Agency - Storm Water Management Model (Studi Kasus Jalan
Tumanurung Raya)” yang merupakan syarat dalam rangka
menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Sumi Heriza Sikki dan Bapak Anwar Machmud yang telah
bersedia menjadi orang tua penulis dan tiada hentinya mendoakan,
memberi perhatian, dukungan, kasih saying, serta menjadi motivasi
terbesar penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Prof. Dr. Ir. Wihardi Tjaronge, S.T., MT., selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. Ir. Riswal K. MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan kepada
penulis selama melaksanakan penelitian dan penyusunan Tugas
Akhir.
4. Bapak Dr. Eng. Ir. Mukhsan Putra Hatta, ST., MT. selaku Dosen
Pembimbing II dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin atas bimbingan, arahan, didikan, dan motivasi
yang telah diberikan selama ini.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
atas segala bantuannya selama penulis menempuh perkuliahan.
iii

7. Saudara se-PLASTIS 2018 atas segala momen dan bantuannya


selama perkuliahan.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak, meskipun dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Gowa,

Penulis
iv

ABSTRAK

Ketersediaan air pada hakikatnya baik kecil maupun besar memiliki


suatu dampak yang buruk bagi kehidupan. Banjir merupakan proses
terjadi luapan air yang melebihi kapasitas rata-rata yang seharusnya
terjadi. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti aliran
drainase yang kurang baik atau beralih fungsi lahan dari resapan menjadi
lahan pemukiman yang minim resapan. Di Kabupaten Gowa tepatnya di
kecamatan Somba Opu dengan scope area Jalan Tumanurung Raya,
banjir kerap terjadi akibat adanya luapan air berasal drainase yang tidak
sanggup lagi menampung debit air yang ada. Kondisi ini pada saat hujan
dengan intensitas tinggi terjadi pada kurun waktu yang tergolong cepat.
Namun, yang terjadi pada daerah perkotaan adalah kurang tersedianya
lahan apabila dilakukan penambahan atau ukuran kapasitas drainase.
Pada dasarnya , drainase vertikal bisa diterapkan untuk hal ini dengan
konsep sumur resapan.
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung dari
lapangan yang mengidentifikasi daerah yang terjadi genangan serta
penyebabnya. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan yang
dikumpulkan dari laman LAPAN dan data kejadian banjir dari pemkab
Gowa. Yang kemudian diolah pada software EPA-SWMM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi saluran pada Jalan
Tumanurung 1 yaitu pada saluran kiri tidak efektif dalam mengalirkan debit
air hujan yang merupakan limpasan dari 5 subcatchment yaitu Warung,
Toko, FoodCourt, Perumahan dan Kantor Golkar sehingga mengakibatkan
banjir pada jalan tersebut dan kondisi saluran pada Jalan Tumanurung 2
tidak efektif dalam mengalirkan debit air hujan yang merupakan limpasan
dari 6 subcathment yaitu Lapangan Syech Yusuf, Lapangan Bulutangkis,
Kantor BAPPEDA, Kementrian Perdagangan, Gedung Haji Bate, dan
Kantor Samsat sehingga mengakibatkan banjir pada jalan tersebut.

Kata Kunci: EPA-SWMM, Banjir

DAFTAR ISI
v

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
ABSTRAK....................................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................3
E. Batasan Masalah...............................................................................3
F. Sistematika Penulisan.......................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................6
A. Drainase............................................................................................6
B. Genangan........................................................................................10
C. Analisa Hidrologi..............................................................................12
D. Analisa Hidrolika...............................................................................21
E. Aplikasi EPA-SWMM 5.2.................................................................23
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................27
A. Lokasi Penelitian.............................................................................27
B. Jenis Penelitian...............................................................................28
C. Sumber Data.....................................................................................29
D. Teknik Analisis Data........................................................................29
E. Bagan Alir Penelitian.......................................................................31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................32
A. Analisa Daerah Studi.........................................................................32
B. Analisa Hidrologi................................................................................33
C. Metode Log Person III.......................................................................39
D. Perhitungan Inensitas Curah Hujan..................................................44
vi

E. Analisa Hidraulika..............................................................................49
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................65
A. Kesimpulan......................................................................................65
B. Saran...............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................67
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang Saluran Persegi...................................................12


Gambar 2. Poligon Thiessen.....................................................................13
Gambar 3. Legenda EPA-SWMM 5.2........................................................24
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian.............................................................27
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Gowa........................................28
Gambar 6. Bagan Alir Metode Penelitian..................................................31
Gambar 7. Lokasi Penelitian......................................................................32
Gambar 8. Studi Area Map EPA-SWMM 5.2.............................................49
Gambar 9. Subcatchment pada Area Studi Map.......................................50
Gambar 10. Junction dan Saluran Area Studi Map...................................51
Gambar 11. Indikator Kapasitas Saluran...................................................56
Gambar 12. Hasil Running EPA-SWMM Kala Ulang 2 tahun...................57
Gambar 13. Potongan memanjang T1.1 sampai P1 kala ulang 2 tahun...58
Gambar 14. Potongan memanjang T1.6 sampai Outfall kala ulang 2 tahun
....................................................................................................................59
Gambar 15. Potongan memanjang T2.1 sampai T2.2 kala ulang 2 tahun 59
Gambar 16. Potongan memanjang T2.3 sampai Outfall kala ulang 2 tahun
....................................................................................................................60
Gambar 17. Hasil Running EPA-SWMM kala 5 tahun..............................60
Gambar 18. Potongan memanjang T1.1 sampai P1 kala ulang 5 tahun...61
Gambar 19. Potongan memanjang T1.6 sampai Outfall kala ulang 5 tahun
....................................................................................................................61
Gambar 20. Potongan memanjang T2.1 sampai T2.2 kala ulang 5 tahun 62
Gambar 21. Potongan memanjang T2.3 sampai Outfall kala ulang 5 tahun
....................................................................................................................62
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koefisien Manning Untuk Saluran Tertutup.................................22


Tabel 2. Koefisien Manning Untuk Overland Flow.....................................23
Tabel 3. Situasi Eksisting dimensi saluran Jl. Tamarunang......................33
Tabel 4. Data Curah Hujan Stasiun Lembayya (2010-2019).....................33
Tabel 5. Data Curah Hujan Stasiun Kajenjeng (2010-2019).....................34
Tabel 6. Data Curah Hujan Maksimum......................................................34
Tabel 7. Syarat Distribusi...........................................................................35
Tabel 8. Standar Deviasi............................................................................35
Tabel 9. Koefisien Skewness.....................................................................36
Tabel 10. Koefisien Kuortosis....................................................................37
Tabel 11. Jenis Sebaran............................................................................38
Tabel 12. Harga rata-rata...........................................................................39
Tabel 13. . Perhitungan standar deviasi Log Person III.............................40
Tabel 14. Perhitungan koefisien Log Person III.........................................41
Tabel 15. Nilai K distribusi Log Person III..................................................42
Tabel 16. Rekapitulasi nilai K tiap periode.................................................42
Tabel 17. Nilai curah hujan rencana tiap triode ulang...............................43
Tabel 18. Tabel rekapitulasi perhitungan curah hujan rencana.................44
Tabel 19. Rekapitulasi Intensitas Hujan tiap Jam......................................46
Tabel 20. Perhitungan Kapasitas Saluran.................................................52
Tabel 21. Subcatchment EPA-SWMM.......................................................53
Tabel 22. Junction dan Outfall...................................................................54
Tabel 23. Data Conduit..............................................................................54
Tabel 24. Data Rain Gage untuk aplikasi EPA-SWMM.............................55
Tabel 25. Presentase Efektifitas Saluran...................................................63
1

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi

makhluk hidup di bumi. Air adalah sumber kehidupan yang dikelola secara

optimal untuk kemaslahatan bersama maka dari itu diperlukan berbagai

upaya untuk menjaga ketersediaannya. Disisi lain pengelolaan air yang

kurang baik dapat mengakibatkan dampak buruk bagi manusia.

Ketersediaan air pada hakikatnya baik kecil maupun besar memiliki

suatu dampak yang buruk bagi kehidupan. Seperti contohnya apabila

kondisi air mencapai kondisi too little ini berdampak pada kekeringan dan

kekurangan pasokan air untuk kebutuhan sedangkan pada kondisi too

much water ini akan berakibat pada kondisi kelebihan air yang bisa

berdampak pada banjir dan lainnya.

Banjir merupakan proses terjadi luapan air yang melebihi kapasitas

rata-rata yang seharusnya terjadi. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa

faktor, baik faktor alam seperti curah hujan yang tinggi disertai pasang

surut di laut, hingga faktor manusia itu sendiri seperti aliran drainase yang

kurang baik atau beralih fungsi lahan dari resapan menjadi lahan

pemukiman yang minim resapan.

Di Kabupaten Gowa tepatnya di kecamatan Somba Opu dengan

scope area Jalan Tumanurung Raya, banjir kerap terjadi akibat adanya

luapan air berasal drainase yang tidak sanggup lagi menampung debit air
2

yang ada. Kondisi ini pada saat hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada

kurun waktu yang tergolong cepat .

Permasalahan ini pada dasarnya melalui analisis hidrologi dan

simulasi yang dilakukan akan memunculkan Analisa apakah kondisi

eksisting drainase sekarang masih mampu atau perlu dilakukan re desain.

Namun, yang terjadi pada daerah perkotaan adalah kurang tersedianya

lahan apabila dilakukan penambahan atau ukuran kapasitas drainase.

Pada dasarnya , drainase vertikal bisa diterapkan untuk hal ini dengan

konsep sumur resapan.

Sumur resapan bisa di desain untuk menampung run off yang ada

kemudian melimpaskan kelebihan tampungannya pada drainase sehingga

sepenuhnya drainase hanya menampung limpasan dari sumur resapan.

Selain itu, konsep ini juga sangat mendukung konsep Sustainable Drain

dimana air tidak hanya dengan segea dialirkan menuju laut tetapi disa

diresapkan masuk ke tanah untuk mengisi cadangan air tanah. Pada

konsep sumur vertikal ini bisa didesain sesuai kebutuhan dan dikondisikan

terhadap ketersediaan lahan yag tentunya dari segi efisiensi lahan masih

tergolong cukup baik ketimbang peningkatan kapasitas drainase awal.

Berdasar dari latar belakang inilah penulis mengangkat tema

penelitian “Studi Kapasitas Saluran Drainase Menggunakan

Enviromental Protection Agency - Storm Water Management Model

(Studi Kasus Jalan Tumanurung Raya)”


3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas saluran drainase pada Jalan Tumanurung

Raya dalam mengalirkan debit air?

2. Bagaimana kapasitas debit air yang dapat dialirkan oleh saluran

drainase pada Jalan Tumanurung Raya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas saluran drainase pada Jalan

Tumanurung Raya dalam mengalirkan debit air.

2. Untuk menghitung kapasitas debit air yang dapat dialirkan oleh

saluran drainase pada Jalan Tumanurung Raya.

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi dan bahan

pertimbangan bagi instansi yang terkait untuk menyelesaikan

permasalah mengenai kondisi jaringan drainase di Kabupaten

Gowa.

2. Sebagai bahan kajian untuk mengetahui kapasitas debit banjir

drainase Kabupaten Gowa yang nantinya dapat dijadikan sebagai

acuan perencanaan ulang drainase.

E. Batasan Masalah

Untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dalam pembahasan

ini, maka perlu adanya batasan masalah untuk memperjelas arah dari
4

rumusan masalah di atas dimana penelitian ini dilakukan di Jalan

Tumanurung Raya, Kabupaten Gowa dan data yang digunakan

merupakan data primer dan data sekunder yang didapatkan pada

penyedia data pemerintah setempat.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari beberapa

bab sebagai berikut :

BAB 1. Pendahuluan

Pendahuluan memuat suatu gambaran secara singkat dan jelas

tentang latar belakang mengapa penelitian ini perlu dilaksanakan. Dalam

pendahuluan ini juga memuat rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan tugas

akhir ini.

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi mengenai teori-teori yang relevan dengan topik

permasalahan yang dijadikan sebagai landasan atau acuan dalam

melakukan penelitian dan memberikan gambaran mengenai metode

pemecahan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini.

BAB 3. Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam

penelitian ini, meliputi prosedur penelitian yang dituangkan dalam bentuk

bagan alir penelitian, lokasi dan waktu penelitian, alat dan bahan yang
5

digunakan dalam penelitian, jenis dan dan sumber data serta analisis

yang digunakan dalam mengolah data.

BAB 4. Hasil Dan Pembahasan

Dalam bab ini memuat hasil-hsil pengujian serta analisa data

perhitungan menggunakan rumus-rumus empiris diantaranya adalah

BAB 5. Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan penutup dari penulisan tugas akhir yang

memuat kesimpulan hasil dari analisis penelitian yang disertai dengan

saran-saran mengenai keseluruhan penelitian maupun untuk penelitian

yang akan datang.


6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Drainase

Menurut Gunadarma (2007:1) Ilmu drainase perkotaan bermula

tumbuh dari kemampuan manusia mengenali lembah-lembah sungai yang

mampu mendukung air bagi keperluan rumah tangga, pertanian,

peternakan, perikanan, transportasi dan kebutuhan sosial budaya.

Drainase (drainage) adalah kata yang berasal dari kata kerja ‘to

drain’ yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air. Itu adalah

terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang

berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di atas

maupun di bawah permukaan tanah.

Menurut Halim Hasmar (2012;1), drainase secara umum

didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang memelajari usaha untuk

mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan

tertentu. Drainase perkotaan/terapan adalah ilmu drainase yang

diterapkan untuk mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan

yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial budaya yang ada

pada kawasan kota. Drainase perkotaan/terapan merupakan sistem

pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi:

pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, kampus dan sekolah,

rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olahraga, lapangan parkir,

instalasi militer, listrik, telekomunikasi, dan pelabuhan udara.


7

A.1 Fungsi Drainase

Di dalam buku “Penataan Drainase Perkotaan”, Mulyanto (2013)

menyebutkan bahwa fungsi drainase adalah sebagai berikut :

1. Membuang air lebih

Fungsi ini berjalan dengan mengalirkan air lebih ke tujuan

akhirnya, yaitu perairan bebas yang dapat berupa sungai, danau,

maupun laut. Ini merupakan fungsi utama untuk mencegah

menggenangnya air pada lahan perkotaan maupun di dalam parit-

parit.

2. Mengangkut limbah dan mencuci polusi dari daerah perkotaan

Di atas lahan perkotaan tertumpuk bahan polutan berupa debu

dan sampah organik yang berpotensi mencemari lingkungan

hidup. Oleh air hujan yang jatuh, polutan akan terbawa ke dalam

sistem drainase dan dialirkan pergi sambil dinetralisir secara

alami. Secara alami suatu badan air seperti sungai, saluran

drainase mempunyai kemampuan untuk menetralisasi cemaran

yang memasuki/terbawa alirannya dalam jumlah terbatas menjadi

zat-zat anorganik yang tidak berbahaya atau tidak mencemari

lingkungan.

3. Mengatur Arah dan kecepatan aliran

Air buangan berupa air hujan dan limbah harus diatur aliranna

melewati sistem drainase dan diarahkan ke tempat penampungan

akhir atau perairan beban di mana sistem bermuara. Arah aliran


8

akan ditentukan melewati sistem drainase sehingga tidak

menimbulkan kekumuhan. Di samping itu, kecepatan alirannya

dapat diatur sebaik mungkin sehingga tidak akan terjadi

penggerusan atau pengendapan pada saluran-saluran drainase.

4. Mengatur elevasi muka air tanah

Pada kondisi muka air tanah dangkal, daya serap lahan terhadap

hujan kecil dan dapat menambah potensi banjir. Muka air tanah

yang dalam akan menyulitkan tetumbuhan penghijauan kota untuk

menyerapnya khususnya pada musim kemarau tetapi daya serap

terhadap hujan tinggi. Di samping itu, jika terjadi penurunan air

maka air tanah akan terjadi pemadatan atau subsidensi :

penurunan muka tanah di atas muka air tanah. Pemadatan ini

disebabkan ruang antar butir dalam tanah yang tadinya terisi air

akan menjadi kosong sehingga tanah memadat.

5. Menjadi sumber daya air alternatif

Makin bertambahnya kebutuhan akan air makin dibutuhkannya

sumber daya air. Daur ulang air dari sistem drainase dapat

menjadi alternatif pemenuhan akan sumber daya air dengan

beberapa syarat.

A.2 Jenis-Jenis Drainase

a. Menurut cara terbentuknya

1) Drainase Alami
9

Saluran ini terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan

manusia serta tidak terdapat bangunan-bangunan pelimpah,

pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.

2) Drainase Buatan

Terbentuk atas keahlian drainase. Dibuat guna menentukan

debit akibat hujan, cepat atau lambatnya resapan air dalam

tanah serta dimensi saluran. Saluran ini dapat berfungsi atau

memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan

pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan

sebagainya.

b. Menurut Letak Saluran

1) Drainase Muka Tanah

Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang

berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.

2) Drainase bawah tanah

Saluran drainase bawah tanah ini berguna untuk mengalirkan

air limpasan dari area permukaan menggunakan saluran yang

berada di bawah permukaan tanah, dikarenakan alasan-

alasan tertentu. Beberapa alasan itu itu antara lain: tuntutan

artistik dan estetika, permukaan tanah yang tidak

membolehkan adanya saluran di premukaan tanah seperti

lapangan sepakbola, taman dan lain-lain.


10

c. Menurut Fungsi

1) Single Purpose

Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja,

misalnya air hujan atau jenis air buangan seperti air limbah

domestik, air limbah industri dan lain-lain.

2) Multi Purpose

Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik

secara bercampur maupun bergantian

d. Menurut Konstruksi

1) Saluran terbuka

Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas.

Juga untuk saluran air non hujan yang tidak mengganggu

kesehatan lingkungan.

2) Saluran tertutup

Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan

lingkungan. Juga untuk saluran dalam kota.

B. Genangan

Genangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Poerwadarminta, 1990:313), berasal dari kata “genang” yang artinya

terhenti mengalir. Sehingga, pengertian genangan air adalah air yang

berhenti mengalir pada suatu area tertentu yang bukan merupakan badan

air atau tempat air. Tetapi, masyarakat secara umum memahami bahwa
11

baik genangan maupun banjir merupakan istilah yang sama. Mereka

akrab menyebutnya sebagai banjir. Banjir adalah kumpulan air yang

mengalir dengan kecepatan tertentu dalam suatu penampang.

Genangan adalah peristiwa manakala kawasan dipenuhi air karena

tidak ada drainase yang mematus air tersebut keluar kawasan

(Sobirin,2007). Sebab itu, genangan memiliki kaitan erat dengan drainase.

Genangan didefinisikan pula sebagai kumpulan air yang berhenti mengalir

di tempat-tempat yang tidak termasuk dari badan air. Oleh sebagian

pengamat perkotaan dan lingkungan, genangan dicurigai muncul sebagai

dampak dari konflik kepentingan antara air dan manusia. Tarik menarik itu

dapat disaksikan secara nyata melalui konflik antara daratan yang

dibanguni dan ruang terbuka hijau; antara ruang bangunan dan tata ruang

air, serta antara penataan ruang wilayah kota dan pengelolaan sumber

daya air.

Rachmat Fajar Lubis pada Juni 2006 dalam Majalah Inovasi Online

ISSN: 0917-8376 Vol. 7, menulis bahwa Air merupakan salah satu

parameter kendali dalam tata ruang. Pengembangan tata ruang sangat

berdampak terhadap siklus air yang ada di suatu wilayah sungai. Siklus air

tersebut maksudnya adalah siklus hidrologi, yaitu siklus keseimbangan

antara air hujan, air permukaan, dan air bawah tanah (air tanah). Air yang

harusnya meresap sebagai infltrasi dan menjadi imbuhan bagi air tanah

bila terhalang akan berakibat meningkatnya aliran permukaan dan

menyebabkan genangan air bila tidak diarahkan masuk ke badan air.


12

C. Analisa Hidrologi

Analisa hidrologi ialah sebuah langkah awal dalam menganalisis

cara penanganan banjir atau genangan, serta perencanaan sistem

drainase untuk mengetahui seberapa besar debit yang akan dialirkan.

Data itu yang kemudian hari digunakan untuk menentukan besar dimensi

saluran. Besarnya debit yang dipakai sebagai dasar perencanaan dalam

penanggulangan banjir adalah debit rancangan yang didapat dari

penjumlahan debit hujan rencana pada periode ulang tertentu dengan

debit air buangan dari daerah tersebut.

Gambar 1. Penampang Saluran Persegi

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran

dan gerakan air di alam kita ini. Ini meliputi berbagai bentuk air, yang

menyangkut perubahanperubahannya antara keadaan cair, padat dan gas

dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di dalamnya

tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang

mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini (Soemarto,1986:15)


13

C.1 Perhitungan Hujan Wilayah

Dalam siklus hidrologi, kami mengolah data menggunakan metode

Poligon Thiessen. Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing

stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam

DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada

stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun

mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran

stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, pada metode ini

stasium hujan minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga

stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan

memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun.

Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung

hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu

jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan

stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka

harus dibuat lagi poligon yang baru.(Triatmodjo, 2008).

Gambar 2. Poligon Thiessen


14

Metode Poligon Thiessen dapat dilakukan dengan mengikuti langkah

berikut:

1. Stasiun pengamat digambar pada peta, dan ditarik garis hubung

masing-masing stasiun.

2. Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk

poligon-poligon mengelilingi tiap–tiap stasiun, dan hindari bentuk

poligon segitiga tumpul.

3. Sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pengamat yang

bersangkutan.

4. Hitung luas tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas DAS

seluruhnya dengan planimeter dan luas tiap poligon dinyatakan

sebagai persentase dari luas DAS seluruhnya. Selain itu,

menghitung luas juga bisa menggunakan kertas milimeter blok.

5. Faktor bobot dalam menghitung hujan rata–rata daerah di dapat

dengan mengalikan hujan rata–rata area yang didapat dengan

mengalikan presipitasi tiap stasiun pengamat dikalikan dengan

persentase luas daerah yang bersangkutan.

A 1 R 1+ A 2 R 2+…+ An Rn
¿ (1)
A 1+ A 2+…+ An
Keterangan :

R = curah hujan daerah (mm)

n = jumlah titik–titik (pos) pengamatan

R1, R 2,..... ,Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)


15

A1, A 2,..... ,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan

(km2)

C.2 Analisis Curah Hujan Maksimum

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan

besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi

kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi

yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung dan terdistribusi secara

acak dan bersifat stokastik (Suripin, 2004).

Analisa curah hujan maksimum didapatkan melalui mengumpulkan

data hasil olahan menggunakan metode Poligon Thiessen dan Aljabar,

kemudian mencari hujan harian maksimal, menyesuaikan tanggal dan

intensitas curah hujannya lalu kemudian dirata-ratakan.


n
1
x= ∑ X i (2)
n i=1

Keterangan:

X = Curah hujan maksimum harian rata-rata

n = Banyaknya jumlah data

∑Xi = Jumlah seluruh curah hujan maksimum harian per stasiun

C.3 Analisis Curah Hujan Rencana

Di dalam perhitungan curah hujan rancangan, dapat digunakan

analisa frekuensi. Suripin (2003) dalam Sistem Drainase Perkotaan yang

Berkelanjutan menyatakan bahwa Frekuensi adalah besarnya


16

kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya,

kala ulang (return) periode adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan

suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.

Dalam menghitung analisa frekuensi, maka dapat digunakan

metode-metode berikut Log Pearson Tipe III (CD.Soemarto, 1999) :

√ log x
Log XT = + KT Sd (3)


n 2
( log xi - log x )
∑ n-1
i=1
Sd = (4)

log x ∑ lognxi
i=1
= (5)

n
n ∑ ( log xi - log x)3
i=1
( n - 1 )( n - 2 ) Sd3
Cs = (6)

Keterangan:

KT = koefisien penambahan karena faktor kemencengan

Log XT = logaritma curah hujan maksimal untuk periode ulang T

Log X = logaritma rata–rata curah hujan

Sd = standar deviasi

Cs = koesfisien kemencengan distribusi data


17

C.4 Pengukuran Dispersi

Suatu kenyataan bahwa tidak semua variat dari suatu variabel

hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, kemungkinan ada

nilai variat yang lebih besar atau lebih kecil dari pada nilai rata-ratanya.

Besarnya derajat dari sebaran variat di sekitar nilai rata-ratanya disebut

dengan variasi (variation) atau dispersi (dispersion).

Cara mengukur besarnya variasi atau dispersi disebut pengukuran

dispersi. Pengukuruan ini meliputi standar deviasi, koefisien

kemencengan, koefisien variasi, dan pengukuran kurtosis.

[ ]
n 0.5

∑ (Xi − Xrt) 2
(7)
I=0
s=
n −1

S
Cv= (8)
Xrt

n
n ∑ ¿ 1( Xi − Xrt )
3

i (9)
Cs= 3
(n −1)(n −2)S

n
n2 ∑ { log ( Xi ) − log Xrt }
4

i=1 (10)
Ck= 4
( n −1 ) ( n− 2 ) ( n− 3 ) S

Keterangan:

S = standar deviasi.

Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).

Xrt = rata-rata hitungan (mm).


18

n = jumlah kelas

Cv = Koefisien Variasi.

Cs = Keofisien Kemencengan

Ck = Koefisien Kurtosis

C.5 Uji Chi-Kuadrat

Uji chi kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan

distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik

sampel data yang dianalisa atau dengan kata lain apakah distribusi yang

telah dipilih benar atau dapat digunakan untuk menghitung sampel data.

Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2h, oleh karena

itu disebut uji chi-kuadrat. (Suripin,2004).


n 2
(Oi − Ei)
X =∑
2
(11)
i=1 Ei
Keterangan:

X2 = Harga chi-kuadrat terhitung

Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-1

Ei = Jumlah nilai teoritas pada sub kelompok ke-1

n = Jumlah data.

C.6 Perhitungan Debit Aliran

Debit aliran ialah satuan guna mendekati nilai-nilai hidrologis

proses yang terjadi di lapangan. Ilmu pengukuran debit aliran diperlukan

untuk mengetahui potensi sumberdaya air di wilayah DAS tertentu. Debit


19

aliran bisa dijadikan alat untuk MonEv (Monitoring dan Evaluasi) neraca

air suatu kawasan dengan pendekatan potensi sumber day aair di

permukaan yang ada.

Ini memberikan gambaran kepada kita tentang berbagai metode

dan teknik pengukuran debit aliran dengan berbagai peralatan yang

diperlukan. Pemahaman terhadap metode pengukuran debit aliran dapat

jadi bekal untuk melakukan pengukuran-pengukuran potensi air

permukaan yang dapat bermanfaat dalam pengelolaan sumberdaya air.

Faktor-faktor untuk menentukan debit aliran, yaitu (SNI 03-3424, 1994:12)

a. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan (I) adalah rata-rata dari hujan yang

durasinya sama dengan waktu konsentrasi (tc) dengan masa ulang

tertentu. Hubungan antara intensitas curah hujan dengan lama

hujan berlangsung, digunakan rumus berikut (Suripin, 2004:68) :

Rumus Mononobe

( )
R 24 24 2
I= 3
(12)
24 tc

Keterangan:

I = intensitas hujan (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimun harian (selama 24 jam) (mm)

tc = Waktu konsentrasi (jam)

Untuk menentukan waktu Konsentrasi (tc), digunakan Rumus

Kirpich :
20

2
0.87 x L
t c= (13)
1000 x S
tc = Waktu konsentrasi (jam)

L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang

ditinjau(Km)

S = kemiringan rata-rata daerah lintasan

Waktu konsentrasi aliran adalah waktu yang dibutuhkan air hujan

yang jatuh diseluruh daerah tangkapan untuk mengalir ketitik yang

ditinjau, (SNI, 1994:17).

Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus: tc = t1 + t2

L
t 2= (14)
60 xV
Keterangan :

t1 = Waktu untuk mencapai awal saluran (menit)

t2 = Waktu pengaliran (menit) tc = waktu konsentrasi (jam)

nd = Koefisien hambatan (Tabel 2.19)

Lo = Jarak aliran dari titik terjauh sampai sarana drainase

L = Panjang saluran yang ditinjau (m)

S = Kemiringan daerah pengaliran

V = Kecepatan pengaliran (m/dtk)

b. Luas Penampang Saluran

Untuk menghitung luas penampang saluran menggunakan rumus

sebagai berikut :

Q
A=
V
21

Keterangan:

Q = Debit saluran (m3)

A = Luas penampang saluran (m2)

V = Kecepatan aliran ( m/det )

Menghitung dimensi penampang berbentuk trapesium :

( b +mℎ )
A=

P=b+2 ℎ √1+m
2

A
R=
P

Keterangan:

A = Luas penampang basah saluran ( m2 )

P = Keliling penampang basah saluran(m)

R = Jari-jari hidrolis ( m )

h = Tinggi air dalam saluran (m )

b = Lebar dasar saluran ( m )

m = Kemiringan dinding saluran

D. Analisa Hidrolika

Mempertimbangkan kapasitas tampungan saluran wajib dilakukan

ketika mencoba merencanakan saluran drainase, baik tinjauan hidrolis

maupun elevasi kondisi lapangan.

Studi hidrolis ini bertujuan untuk menghitung elevasi kapasitas

tampungan saluran debit banjir ulang selama 10 tahun. Pengukuran


22

kondisi lapangan adalah didasarkan pengamatan secara langsung di

lapangan agar diketahui bahwa saluran yang ada mampu mengalirkan air

secara clear saat terjadi hujan. Rumus kecepatan rata-rata pada

perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus Manning :

2 1
1 3 2
V= R S
n
Keterangan:

V = kecepatan rata-rata (m/dt)

n = koef. Manning

R = jari-jari hidrolik

S = kemiringan dari muka air atau gradient energi dari dasar saluran.

Tabel 1. Koefisien Manning Untuk Saluran Tertutup

Material Saluran Manning n


Asbestos-cement pipe 0.011 - 0.015
Brick 0.013 - 0.017
Cast iron pipe
-Cement-lined & seal coated 0.011 - 0.015
Concrete
-Smooth forms 0.012 - 0.014
-Rough forms 0.015 0.017
Concrete pipe 0.011 - 0.015
Corrugated-metal-pipe
(1/2-in. X 2-2/3-in. Corrugations)
-Plain 0.022 - 0.026
-Paved invert 0.018 – 0.022
-Spun asphalt lined 0.011 – 0.015
23

Plastic pipe (smooth) 0.011 – 0.015


Vitrified clay
-Pipes 0.011 – 0.015
-Liner plates 0.013 – 0.017

Tabel 2. Koefisien Manning Untuk Overland Flow

Material Saluran Manning n


Smooth Asphalt 0.011
Smooth Concrete 0.012
Ordinary concrete lining 0.013
Good Wood 0.014
Brick with cement mortar 0.014
Vitrified clay 0.015
Cast iron 0.015
Corrugated metal pipes 0.024
Cement rubble surface 0.024
Fallow soils (no residue) 0.05
Cultivated soils
Residue Cover <20% 0.06
Residue cover >20% 0.017
Range (natural) 0.013
Grass
Short, prarie 0.15
Dense 0.24
Bermuda Grass 0.41
Woods
Light underbrush 0.60
Dense underbrush 0.80
24

E. Aplikasi EPA-SWMM 5.2

Studi Hidrolika ini dijalankan dengan menggunakan aplikasi EPA-

SWMM 5.2 (Enviromental Protection Agency- Storm Water Management

Model). Aplikasi ini ialah aplikasi yang dikembangkan untuk simulasi

proses hidrologi dan hidrolika di wilayah perkotaan. Biasa digunakan

untuk simulasi limpasan dan uji kelayakan drainase dalam rentang waktu

yang terus menerus atau kejadian banjir sesaat.

Dalam aplikasi EPA-SWMM 5.2, ada beberapa komponen data

yang harus dimasukkan agar program ini dapat dijalankan.

Gambar 3. Legenda EPA-SWMM 5.2

1. Rain gages (Curah Hujan)

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode

waktu tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas

permukaan tanah horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run

off, maupun evaporasi.

Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat

diartikan jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan

waktu tertentu. Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul

di permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu (harian,

mingguan, bulanan, atau tahunan).


25

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah

datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter

(mm) di atas permukaan horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai

ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak

menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (Suroso 2006).

2. Subcatchment (Daerah Tangkapan Hujan)

Daerah tangkapan hujan merupakan suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari

curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat

merupakan pemisah topografis yang dapat berupa punggung-punggung

bukit atau  gunung dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang

masih terpengaruh aktivitas daratan.

Daerah aliran sungai, suatu kawasan berupa cekungan yang

dibatasi oleh pembatas topografi berupa igir yang didalamnya terdapat

jaringan sungai, dimana hujan yang jatuh kedalam kawasan ini

dikeluarkan melalui satu keluaran (outlet) (Linsley et al,1975).

3. Junction (Titik pertemuan air)

Junction adalah lokasi yang menjadi titik pertemuan antara saluran

satu dengan jaringan-jaringan yang lain. Dapat berupa manhole ataupun

hanya titik tempat mengalirnya air dari suatu subcatchment.


26

4. Conduit (Drainase)

Conduit adalah bahasa yang digunakan aplikasi EPA-SWMM

dalam menjelaskan drainase. Dalam EPA-SWMM, titik-titik berupa

Junction dihubungkan oleh garis yang disebut Conduit. Conduit ini

kemudian dilengkapi dengan data yang telah diinput berdasarkan kondisi

ril di lapangan.

Untuk menjalankan conduit sebagaimana mestinya, conduit ini

mesti dihubungkan dengan manhole berdasarkan hulu dan hilirnya.

5. Outfall (Jalur keluar)

Outfall adalah titik tempat keluarnya air dari rangkaian yang telah

dibuat di aplikasi EPA-SWMM. Ini adalah titik hilir. Oleh karena itu, Outfall

ini adalah titik dengan elevasi terendah di dalam aplikasi.


27

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Jln. Tumanurung Raya, Kecamatan

Somba Opu, kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan

Somba Opu memiliki luas wilayah luas lebih 28,09 km 2. Berdasarkan letak

geografis wilayah Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa berada pada

posisi 5o8'6'19" Lintang Selatan dan 119o24'1738" Bujur Timur.

LOKASI

PENELITIAN

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Kecamatan Somba Opu merupakan daerah bukan pantai dengan

topografi ketinggian wilayah sampai dengan 500 meter dari permukaan

laut. Kecamatan Panakukang merupakan kecamatan yang dipilih menjadi

daerah penelitian bahwa daerah ini merupakan daerah tergenang pada


28

saat musim hujan. Kecamatan Somba Opu merupakan salah satu dari

kecamatan di Kab Gowa dengan batasan wilayah sebegai berikut

 Sebelah Utara : Kota Makasssar

 Sebelah Timur : Kecamatan Patallassang

 Sebelah Selatan : Kecamatan Pallangga

 Sebelah Barat : Kecamatan Barombong

Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Gowa

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian evaluatif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan meneliti dan melihat kapasitas saluran

drainase eksisting dan kondisi saluran tersebut, kemudian mengevaluasi k

apasitas saluran drainase eksisting.


29

C. Sumber Data

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data Primer dan

Sekunder. Data Primer adalah data hasil pengukuran langsung dari

lapangan yang mengidentifikasi daerah yang terjadi genangan serta

penyebabnya. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan yang

dikumpulkan dari laman LAPAN dan data kejadian banjir dari pemkab

Gowa. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data

sekunder dari penyedia data yang ada. Adapun sumber data yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut:

a. Peta lokasi penelitian

b. Peta topografi kawasan Somba Opu

c. Data curah hujan

d. Data saluran eksisting

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan

metode Kualitatif. Tahap Analisa Data ialah fase untuk mengelolah data

yang telah dikumpulkan, baik berupa perhitungan atau pengaitan antara

data dan teori. Tahap ini mengolah data berupa :

1. Kajian Hidrologi :

a. Analisa data Curah Hujan

b. Analisis Hujan Wilayah

c. Analisis Curah Hujan Maksimum


30

2. Kajian Hidrolika :

a. Menghitung Kapasitas Saluran

b. Analisa Saluran Drainase pada lokasi penelitian menggunakan

aplikasi EPA-SWMM 5.2


31

E. Bagan Alir Penelitian MULAI

Persiapan

-Peta Lokasi
Pengumpulan -Data Saluran
Data Eksisting
-Data Curah
Hujan
Pengolahan Data

Analisa Hidrologi :
- Analisa curah hujan
- Analisa curah hujan maksimum
- Analisa hujan wilayah
- Analisa banjir menggunakan
aplikasi EPA-SWMM

Saluran mampu
Cek dimensi
menampung
saluran
debit banjir
Tidak

Ya
32

SELESAI
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 6. Bagan Alir Metode Penelitian

A. Analisa Daerah Studi

Penelitian ini dipusatkan pada Jalan Tamanurung Raya.

Gambar 7. Lokasi Penelitian

A.1 Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting adalah suatu kondisi yang menampakkan

kejadian atau perilaku asli dari objek suatu pengamatan. Adapun dimensi

kondisi eksisting pada Kawasan perkotaan kabupaten gowa adalah

meliputi daerah studi (Jalan Tamarunang 1 dan Jalan Tumanurung 2)

seperti tampak pada tabel 3. dibawah inI


33

Tabel 3. Situasi Eksisting dimensi saluran Jalan Tamarunang

Dimensi Saluran Lebar


Panjang
No Lokasi Drainase Jalan
Kanan (m) Kiri (m) (m)
(m)
1 Jl. Mesjid Raya (Rujab Bupati Gowa) 0,60 0,50 0,50 0,60 0,50 0,50 650 10,00
2 Jl. Baso Dg. Bunga 0,80 0,60 0,60 0,80 0,60 0,60 500 6,80
3 Jl. Tumanurung Raya 1 0,80 0,60 0,60 0,80 0,60 0,60 431 5,50
4 Jl. Tumanurung Raya 2 0,90 0,70 0,70 0,90 0,70 0,70 134 5,50
5 Jl. Tumanurung Raya 3 0,80 0,60 0,80 0,80 0,60 0,80 190 5,50
6 Jl. H. Agus Salim 0,80 0,60 0,80 0,80 0,60 0,80 321 8,50
7 Saluran Pembuang Dalam Kota 4,00 2,20 2,00 4700

Pada kondisi diatas ditampakkan untuk dimensi saluran kiri dan

kanan meliputi nilai lebar atas, lebar bawah, dan tinggi saluran. Serta

Panjang saluran keseluruhan dan lebat jalan yang ada

B. Analisa Hidrologi

B.1 Data Curah Hujan

Pada daerah studi ini, diperoleh informasi 2 daerah curah hujan

pengaruh yaitu Stasiun Lembayya dan, Stasiun Kajenjeng. Data curah

hujan yang diperoleh adalah 10 tahun terhitung sejak tahun 2010 hingga

tahun 2019. Adapun data Curah Hjan pada stasiun lembayya dalah

seperti pada tabel 4. dibawah ini

Tabel 4. Data Curah Hujan Stasiun Lembayya (2010-2019)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Max
2010 35 36 37 21 21 25 10 10 0 25 32 31 37,00
2011 39 39 24 30 31 23 29 17 0 0 34 32 39,00
2012 35 23 24 31 28 27 29 25 24 29 29 29 35,00
2013 24 27 26 28 23 21 12 0 0 21 24 26 28,00
2014 24 51 26 21 21 20 19 0 23 28 27 26 51,00
2015 28 21 21 27 22 35 27 15 0 20 25 28 35,00
2016 35 26 25 25 25 22 22 22 0 0 21 27 35,00
2017 27 28 28 27 27 0 0 0 0 0 23 27 28,00
2018 27 23 25 24 21 23 22 15 22 22 0 22 27,00
2019 23 23 21 22 20 20 20 16 21 18 21 23 23,00
34

Adapun data curah hujan pada stasiun kajenjeng adalah seperti pada

tabel 5 dibawah ini

Tabel 5. Data Curah Hujan Stasiun Kajenjeng (2010-2019)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Max
2010 74 100 73 53 34 20 4 0 0 48 113 175 175,00
2011 23 23 20 9 18 20 75 150 85 60 75 40 150,00
2012 92 97 88 35 46 35 20 20 80 56 66 80 97,00
2013 50 40 50 108 108 17 50 15 10 17 120 25 120,00
2014 25 109 76 46 72 33 97 172 43 100 100 12 172,00
2015 25 25 25 25 44 25 25 7 2 3 0 0 44,00
2016 35 35 27 40 40 25 25 20 0 10 25 90 90,00
2017 85 75 175 200 65 60 75 50 50 60 85 85 200,00
2018 105 108 100 118 125 115 110 19 130 68 53 100 130,00
2019 20 25 25 21 21 24 15 5 10 50 19 35 50,00

Berdasarkan data diatas maka didapatkan untuk data curah hujan

maksimum adalah seperti pada tabel 6. dibawah ini

Tabel 6. Data Curah Hujan Maksimum


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Max
2010 54,50 68,00 55,00 37,00 27,50 22,50 7,00 5,00 0,00 36,50 72,50 103,00 103,00
2011 31,00 31,00 22,00 19,50 24,50 21,50 52,00 83,50 42,50 30,00 54,50 36,00 83,50
2012 63,50 60,00 56,00 33,00 37,00 31,00 24,50 22,50 52,00 42,50 47,50 54,50 63,50
2013 37,00 33,50 38,00 68,00 65,50 19,00 31,00 7,50 5,00 19,00 72,00 25,50 72,00
2014 24,50 80,00 51,00 33,50 46,50 26,50 58,00 86,00 33,00 64,00 63,50 19,00 86,00
2015 26,50 23,00 23,00 26,00 33,00 30,00 26,00 11,00 1,00 11,50 12,50 14,00 33,00
2016 35,00 30,50 26,00 32,50 32,50 23,50 23,50 21,00 0,00 5,00 23,00 58,50 58,50
2017 56,00 51,50 101,50 113,50 46,00 30,00 37,50 25,00 25,00 30,00 54,00 56,00 113,50
2018 66,00 65,50 62,50 71,00 73,00 69,00 66,00 17,00 76,00 45,00 26,50 61,00 76,00
2019 21,50 24,00 23,00 21,50 20,50 22,00 17,50 10,50 15,50 34,00 20,00 29,00 34,00

B.2 Penentuan Sebaran Distribusi

Pada penentuan sebaran ini dimaksudkan untuk menentukan jenis

sebaran yang nantinya akna digunakan pada penentuan distribusi meliputi

Normal, Gumbel, Log Normal, dan Log Person Tipe III . Adapun syarat

distribusi dari ke 4 distribusi tersebut adalah seperti pada tabel 7


35

Tabel 7. Syarat Distribusi

No. Jenis Distribusi Syarat Distribusi

1 Normal Cs = 0 ; Ck = 3

2 Gumbel Cs = 1,1396 ; Ck = 5,4002

3 Log-Normal Cs/Cv = 3

4 Log-Pearson tipe III Distribusi lain tidak cocok

Untuk distribusi normal ditentukan bahwa distirbusi ini bisa

digunakan dengan syarat bahwa koefisien skewness (cs) bernilai 0 dan

Koefisien Kuortosis (Ck) sama dengan 3, begitupun pembacaan tabel 7

diatas untuk menentukan Gumbel dan Log Normal. Tetapi apabila pada

distribusinya tidak ada yang sesuai persyaratan maka digunakan metode

Log Person Tipe III untuk melakukan distribusinya. Adapun perhitungan

parameter statistik dalam distribusi frekuensi adalah sebagai berikut.

A. Standar deviasi (Sx)

Dalam perhitungan standar deviasi, berikut parameter-parameter

yang dibutuhkan

Sx=
√ ∑ ( X i − X )2
n −1

Tabel 8. Standar Deviasi

X (Xi-Xrata-rata)²
No.
(mm) (mm)
1 113.5 1697.4
2 103.0 942.5
3 86.0 187.7
4 83.5 125.4
5 76.0 13.7
36

6 72.0 0.1
7 63.5 77.4
8 58.5 190.4
9 34.0 1466.9
10 33.0 1544.5
Jumlah 723 6246.1
Rata-rat
72.3
a

Sehingga,

Sx=
√∑ ( X i − X )2
n −1

Sx=
√ ∑

Sx=26,344
6246,1
9

B. Koefisien Skewness

Dalam perhitungan Koefisien skewness , berikut parameter yang

dibutuhkan
n
c s =n ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
i=1

Tabel 9. Koefisien Skewness

X (Xi-Xrata-rata)² (Xi-Xrata-rata)³
No.
(mm) (mm) (mm)
1 113.5 1697.4 69934.53
2 103.0 942.5 28934.44
3 86.0 187.7 2571.35
4 83.5 125.4 1404.93
5 76.0 13.7 50.65
6 72.0 0.1 -0.03
7 63.5 77.4 -681.47
37

8 58.5 190.4 -2628.07


9 34.0 1466.9 -56181.89
10 33.0 1544.5 -60698.46
Jumlah 723 6246.1 -17294.0
Rata-rat
72.3
a

sehingga
n
c s =n ∑ ¿ ¿ ¿ ¿
i=1

− 172940,1
cs =
1316382,596
c s =¿ - 0,131
B. Koefisien Kuortosis

Dalam perhitungan Koefisien kuortosis , berikut parameter

yang dibutuhkan
n
n 2
∑ ( xi − X )4
i=1
ck=
( n −1 ) ( n −2 ) ( n −3 ) Sx 4

Tabel 10. Koefisien Kuortosis

(Xi-Xrata-ra
X (Xi-Xrata-rata)² (Xi-Xrata-rata)³
No. ta)⁴
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 113.5 1697.4 69934.53 2881302.55
2 103.0 942.5 28934.44 888287.40
3 86.0 187.7 2571.35 35227.54
4 83.5 125.4 1404.93 15735.19
5 76.0 13.7 50.65 187.42
6 72.0 0.1 -0.03 0.01
7 63.5 77.4 -681.47 5996.95
8 58.5 190.4 -2628.07 36267.39
38

9 34.0 1466.9 -56181.89 2151766.27


10 33.0 1544.5 -60698.46 2385449.36
Jumlah 723 6246.1 -17294.0 8400220.1
Rata-rat
72.3
a

Sehingga,
n
n2 ∑ ( x i − X ) 4
i=1
ck=
( n −1 ) ( n −2 ) ( n −3 ) Sx 4
13000086093081,2
ck=
201633988382483
c k =0,064
D. Koefisien Variasi

Sx
cv=
X
26,344
cv=
72,3
c v =0,17

Maka berdasarkan perhitungan parameter statistik dalam distribusi

frekuensi diatas bisa kita simpulkan bahwa:

Tabel 11. Jenis Sebaran

No. Jenis Distribusi Syarat Distribusi Hasil Perhitungan Keterangan

1 Normal Cs = 0 ; Ck = 3 Cs = -0,1314 dan Ck = 0,0645 Tidak memenuhi

2 Gumbel Cs = 1,1396 ; Ck = 5,4002 Cs = -0,1314 dan Ck = 0,0645 Tidak memenuhi

3 Log-Normal Cs/Cv = 3 Cs/Cv = -2,0377 dan Ck = 0,0645 Tidak memenuhi

4 Log-Pearson tipe III Distribusi lain tidak cocok Cs = -0,1314 dan Ck = 0,0645 Memenuhi

Jenis Distribusi : Log-Pearson


39

C. Metode Log Person III

Pada metode log person III dilakukan penentuan parameter-

parameter statistik adalah meliputi harga rata-rata, standar deviasi, dan

koefisien kemencengan.

Selanjutnya adalah menganalisa data curah hujan yang telah diurut

dengan metode logaritma seperti pada table dibawah ini.

1. Harga Rata-rata

Pada perhitungan rata-rata digunakan parameter sebagai berikut

Tabel 12. Harga rata-rata

Xi (m
Tahun Log Xi
No m)
1 2010 113.500 2.0550
2 2011 103.000 2.0128
3 2012 86.000 1.9345
4 2013 83.500 1.9217
5 2014 76.000 1.8808
6 2015 72.000 1.8573
7 2016 63.500 1.8028
8 2017 58.500 1.7672
9 2018 34.000 1.5315
10 2019 33.000 1.5185
Jumlah 18.2821

Sehingga,

18.2821
Log X = = 1.828209
10
40

2. Standar Deviasi

Pada perhitungan standar deviasi metode log person III dibutuhkan

parameter sebagai berikut

Sx=
√ ∑ ( log Xi −log X )2
(n −1)

Tabel 13. . Perhitungan standar deviasi Log Person III


2
No Tahun Xi (mm) Log Xi (Log Xi - Log X)
1 2010 113.500 2.0550 0.0514
2 2011 103.000 2.0128 0.0341
3 2012 86.000 1.9345 0.0113
4 2013 83.500 1.9217 0.0087
5 2014 76.000 1.8808 0.0028
6 2015 72.000 1.8573 0.0008
7 2016 63.500 1.8028 0.0006
8 2017 58.500 1.7672 0.0037
9 2018 34.000 1.5315 0.0880
10 2019 33.000 1.5185 0.0959
Jumlah 18.2821 0.2975

Sehingga,

Sx=
√ ∑ ( log Xi −log X )2
(n −1)

Sx=
√ 0.2975
9

= 0.18181

3. Koefisien Kemencengan

Pada perhitungan koefisien kemencengan metode log person III

dibutuhkan parameter sebagai berikut


41

n
(n) ∑ ( log X i − log X )
3

i=1
Cs=
( n −1 ) ( n− 2 ) (Sx3 )

Tabel 14. Perhitungan koefisien Log Person III


2 3
No Tahun Xi (mm) Log Xi (Log Xi - Log X) (Log Xi - Log X)
1 2010 113.500 2.0550 0.0514 0.0117
2 2011 103.000 2.0128 0.0341 0.0063
3 2012 86.000 1.9345 0.0113 0.0012
4 2013 83.500 1.9217 0.0087 0.0008
5 2014 76.000 1.8808 0.0028 0.0001
6 2015 72.000 1.8573 0.0008 0.0000
7 2016 63.500 1.8028 0.0006 0.0000
8 2017 58.500 1.7672 0.0037 -0.0002
9 2018 34.000 1.5315 0.0880 -0.0261
10 2019 33.000 1.5185 0.0959 -0.0297
Jumlah 18.2821 0.2975 -0.0359

Sehingga,
n
(n) ∑ ( log X i − log X )3
i=1
Cs=
( n −1 ) ( n− 2 ) (Sx3 )
10. −0.0359
Cs=
9. 8. 0.183
= -0.8302776

Maka berdasarkan nilai Cs = -0,8302776 maka diperoleh nilai K

untuk distiribusi Log Person III pada periode ulang 2,5,10 dan seterusnya

adalah sebagai berikut


42

Tabel 15. Nilai K distribusi Log Person III


Kemencengan Periode Ulang (Tahun)
(Cs) 2 5 10 20 25 50 100 200 500 1000
3 -0,360 0,420 1,180 1,912 2,278 3,152 4,051 4,970 5,825 7,250
2,5 -0,360 0,518 1,250 1,925 2,262 3,048 3,845 4,652 5,383 6,600
2,2 -0,330 0,574 1,284 1,921 2,240 2,970 3,705 4,444 5,103 6,200
2 -0,307 0,609 1,302 1,913 2,219 2,912 3,605 4,298 4,903 5,910
1,8 -0,282 0,643 1,318 1,901 2,193 2,848 3,499 4,147 4,714 5,660
1,6 -0,254 0,675 1,329 1,885 2,163 2,780 3,388 3,990 4,515 5,390
1,4 -0,225 0,705 1,337 1,864 2,128 2,706 3,271 3,828 4,309 5,110
1,2 -0,195 0,732 1,340 1,838 2,087 2,626 3,149 3,661 4,096 4,820
1 -0,164 0,758 1,340 1,809 2,043 2,542 3,022 3,489 3,883 4,540
0,9 -0,148 0,769 1,339 1,792 2,018 2,498 2,957 3,401 3,774 4,395
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,777 1,998 2,453 2,891 3,312 3,664 4,250
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,756 1,967 2,407 2,824 3,223 3,554 4,105
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,735 1,939 2,359 2,755 3,132 3,443 3,960
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,714 1,910 2,311 2,686 3,041 3,331 3,815
0,4 -0,066 0,816 1,317 1,692 1,880 2,261 2,615 2,949 3,219 3,670
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,669 1,849 2,211 2,544 2,856 3,107 3,525
0,2 -0,033 0,842 1,282 1,595 1,751 2,054 2,326 2,576 2,769 3,090
0,1 -0,017 0,836 1,270 1,597 1,761 2,000 2,252 2,482 3,033 3,950
0 0,000 0,842 1,282 1,595 1,751 2,054 2,326 2,576 2,769 3,090
-0,1 0,017 0,850 1,270 1,539 1,716 2,000 2,252 2,482 2,974 3,950
-0,2 0,033 0,852 1,258 1,525 1,680 1,945 2,178 2,388 2,705 3,313
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,510 1,643 1,890 2,104 2,294 2,437 2,675
-0,4 0,066 0,855 1,231 1,481 1,606 1,834 2,029 2,210 2,334 2,540
-0,5 0,083 0,856 1,260 1,465 1,567 1,777 1,955 2,108 2,218 2,400
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,419 1,528 1,720 1,880 2,016 2,113 2,275
-0,7 0,116 0,857 1,183 1,386 1,488 1,663 1,806 1,926 2,010 2,150
-0,8 0,132 0,856 1,166 1,354 1,448 1,606 1,733 1,873 1,934 2,035
-0,9 0,148 0,854 1,147 1,320 1,407 1,549 1,660 1,749 1,809 1,910
-1 0,164 0,852 1,128 1,287 1,366 1,492 1,588 1,664 1,715 1,800
-1,2 0,195 0,844 1,086 1,217 1,282 1,379 1,449 1,501 1,548 1,625
-1,4 0,225 0,832 1,041 1,146 1,198 1,270 1,318 1,351 1,394 1,465
-1,6 0,254 0,817 0,994 1,075 1,116 1,166 1,197 1,216 1,240 1,280
-1,8 0,282 0,799 0,945 1,005 1,035 1,069 1,087 1,097 1,109 1,130
-2 0,307 0,777 0,895 0,938 0,959 0,980 0,990 1,995 1,622 1,000
-2,2 0,330 0,752 0,844 0,873 0,888 0,900 0,905 0,907 0,908 0,910
-2,5 0,360 0,711 0,771 0,786 0,793 0,798 0,799 0,800 0,801 0,802
-3 0,396 0,636 0,660 0,664 0,666 0,666 0,667 0,667 0,667 0,668

-0,830277562 0,137 0,855 1,161 1,344 1,436 1,589 1,711 1,835 1,896 1,997

Maka berdasarkan dari hasil analisis matematis dan didapat untuk

nilai cs = -0,830277562 adalah sebagai berikut

Tabel 16. Rekapitulasi nilai K tiap periode


T (tahun) K
2 0,137
5 0,855
10 1,161
15 1,344
43

Setelah itu, selanjutnya kita menganalisis nilai hujan rencana yang

dilakukan pada kala ulang yang pada umumnya efektif pada saluran

drainase berkisar pada kala ulang 2 tahun dan 5 tahun.

1. Kala ulang 2 Tahun

y t = log X + ( K × Sx )
y t = 1,8282 + (0,138 × 0,18181)
= 1,8533
x t = 101,8533
= 71,34 mm

2. Kala Ulang 5 Tahun

y t = log X + ( K × Sx )
y t = 1,8282 + (0,857 × 0,18181)
= 1,984
x t = 101,984
= 96,39 mm

Dengan demikian didapatkan untuk nilai curah hujan rencana pada

tiap periode ulang adalah seperti pada table dibawah ini

Tabel 17. Nilai curah hujan rencana tiap triode ulang


T (tahun) K Log X Sx Xi (mm)
2 0,137 1,8282 0,18181 71,30
5 0,855 1,8282 0,18181 96,32
10 1,161 1,8282 0,18181 109,46
15 1,344 1,8282 0,18181 118,18
44

Maka dari itu berikut table rekapitulasi perhitungan curah hujan

rencana dengan metode log person type III seperti pada table 16 dibawah

ini.

Tabel 18. Tabel rekapitulasi perhitungan curah hujan rencana

NO PERIODE ULANG RATA-RATA


1 2 71,30
2 5 96,32
3 10 109,46
4 15 118,18

Setelah mendapatkan nilai curah hujan, maka selanjutnya adalah

dilakukan perhitungan Intensitas curah hujan jam-jaman melalui metode

Mononobe .

D. Perhitungan Inensitas Curah Hujan

Selanjutnya dilakukan distribusi intensitas curah hujan pada tiap

jamnya. Pada perhitungan intensitas curah hujan ini dilakukan dengan

metode Mononobe dengan rumus :

( )
2
R 24
I= X 3
24 t
Dimana, R merupakan nilai curah hujan yang diperoleh pada Metode Log

Person III dan T merupakan waktu distribusi yang dilakukan.

Selanjutnya untuk nilai R yang diketahui adalah sebagai berikut

R2 = 71.339 mm
R5 = 96.388 mm

Untuk t = 1 Jam , maka


45

71.339 24
I2 = x ( )2/3 = 24.732 mm/jam
24 1

96.388 24
I5 = x ( )2/3 = 33.416 mm/jam
24 1

Untuk t = 2 jam , maka

71.339 24
I2 = x ( )2/3 = 15.580 mm/jam
24 2

96.388 24
I5 = 24 x ( 2 )2/3 = 21.051 mm/jam

Untuk t = 3 jam , maka

71.339 24
I2 = x ( )2/3 = 11.890 mm/jam
24 3

96.388 24
I5 = x ( )2/3 = 16.065 mm/jam
24 3

Untuk t = 4 jam , maka

71.339 24
I2 = x ( )2/3 = 9.815 mm/jam
24 4

96.388 24
I5 = x ( )2/3 = 13.261 mm/jam
24 4
46

Untuk t = 5 jam , maka

71.339 24
I2 = x ( )2/3 = 8.458 mm/jam
24 5

96.388 24
I5 = x ( )2/3 = 11.428 mm/jam
24 5

Maka berdasarkan perhitungan intensitas curah hujan diatas , pada

tiap jam hingga jam ke 24 bisa kita sajikan sesuai tabel dibawah ini

Tabel 19. Rekapitulasi Intensitas Hujan tiap Jam

Intensitas (mm/jam)
t (jam)
I2 I5
1 24,718 33,393
2 15,572 21,037
3 11,883 16,054
4 9,809 13,252
5 8,454 11,420
6 7,486 10,113
7 6,755 9,126
8 6,180 8,348
9 5,713 7,718
10 5,325 7,194
11 4,998 6,751
12 4,716 6,371
13 4,471 6,040
14 4,255 5,749
15 4,064 5,490
16 3,893 5,259
17 3,739 5,051
18 3,599 4,862
19 3,471 4,690
20 3,355 4,532
21 3,247 4,387
22 3,148 4,253
23 3,056 4,129
24 2,971 4,013

Selanjutnya adalah melakukan Analisa grafik intensitas curah hujan

dengan metode Mononobe seperti gambar dibawah ini


47
48

E. Analisa Hidraulika

Analisa hidrolika pada penelitian ini menggunakan aplikasi EPA-

SWMM 5.2. Untuk menjalankan analisis menggunakan aplikasi ini,

diperlukan data lengkap mengenai Subcatchment, conduit, junction, outfall

dan rain gage atau curah hujan. Pengumpulan data elevasi dan panjang

saluran drainase digunakan untuk mengetahui kemiringan dasar saluran

drainase. Alat yang digunakan untuk pengukuran jarak, luas dan panjang

saluran serta subcatchment ialah menggunakan aplikasi Google Maps.

Gambar 8. Studi Area Map EPA-SWMM 5.2

Pada Jalan Tumanurung raya, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

tumanurung 1 dari gedung serbaguna sampai pertigaan dengan panjang

431m, dan tumanurung 2 dari pertigaan jalan sampai lapangan Syech

Yusuf dengan panjang 190m. Dengan adanya 2 saluran pada tiap jalan,

maka setiap area subcatchment nya pun terbagi. Subcatchment adalah

area tangkapan hujan. Subcatchment adalah poin penting yang


49

menentukan sebarapa besar air yang mengalir pada saluran. Semakin

kecil daya resap Subcatchment, maka semakin tinggi pula debit air yang

melimpas pada saluran.

Pada penelitian yang kami lakukan, kami menentukan 12 Subcatchment

yang dapat dilihat dari gambar berikut :

as Kementrian
Gedung perdagangan Kantor
Haji BAPEDA
Bate
Food Court
Perumahan
Warung Samsat Lap. Bulu
g Tangkis
Toko

Taman Lap. Syech


Ruko
Sultan Yusuf
Tanah
Kosong Damkar Hasanuddin

Gambar 9. Subcatchment pada Area Studi Map

Pada gambar, dapat dilihat pada Jalan Tumanurung Raya, air yang

mengalir pada saluran drainase memiliki 2 arah yaitu arah dari Sultan

Hasanuddin yang masuk pada Jalan Tumanurung 1 dan arah Jalan Agus

Salim yang masuk pada Jalan Tumanurung 2. Kedua arah ini bermuara

(Outlet) pada pertemuan Tumanurung 1 dan 2 yang berada pada daerah

tengah sehingga dalam sistem topografi daerah ini berbentuk cekungan.

Pada jalan Tumanurung 1, air yang mengalir pada drainase sebelah

kanan merupakan limpasan dari Subcatchment Ruko, Tanah Kosong,


50

Damkar, dan Taman Sultan Hasanuddin. Pada air yang mengalir pada

drainase sebelah kiri merupakan limpasan dari Subcatchment Warung,

Food Court, Toko, Perumahan, dan Kantor Golkar.

Pada Jalan Tumanurung 2, air yang mengalir pada drainase kanan,

subcatchmentnya ialah Lapangan Syech Yusuf. Dan pada saluran

drainase kiri, subcatchment yang mengalirkan air ialah Lapangan

Bulutangkis, Kantor BAPEDA, Kementrian Perdagangan, Gedung Haji

Bate, dan Kantor Samsat.

Titik keluarnya air yang merupakan limpasan dari area tangkapan

hujan merupakan Junction. Pada gambar di atas, junction adalah yang

berwarna hitam. Sedangkan garis yang menghubugkan antara Junction

adalah Conduit. Counduit adalah saluran drainase tersebut.

T2.8 T2.6
Outfall T2.5 T2.4 T2.3
T2.7
T1.7
T1.11
T1.9 T1.10
T1.6 T1.8
T2.2 T2.1
T1.1 T1.5
T1.2 T1.4

T1.3

Gambar 10. Junction dan Saluran Area Studi Map

Pada gambar di atas, titik saluran drainase tertulis dengan warna merah.

Dari Jalan Tumanurang 1, saluran dari hulu dinamakan T 1.1, T1.2, T1.3, T1.4, T1.5,
51

T1.6, T1.7, T1.8, T1.9, T1.10, dan T1.11. Pada Jalan Tumanurung 2, dinamakan T 2.1,

T2.2, T2.3, T2.4, T2.5, T2.6, T2.7, dan T2.8. Saluran tersebut keluar melalui saluran

dinamakan Conduit Outfall.

1. Perhitungan kapasitas saluran

Tabel 20. Perhitungan Kapasitas Saluran

Nama Length Depth Width A


saluran (m) (m) (m) (m)
T1.1 100 0.6 0.6 0.36
T1.2 100 0.6 0.6 0.36
T1.3 31 0.6 0.6 0.36
T1.4 100 0.6 0.6 0.36
T1.5 100 0.6 0.6 0.36
T1.6 44 0.6 0.6 0.36
T1.7 42 0.6 0.6 0.36
T1.8 47 0.6 0.6 0.36
T1.9 110 0.6 0.6 0.36
T1.10 97 0.6 0.6 0.36
T1.11 57 0.6 0.6 0.36
T2.1 270 0.8 0.6 0.48
T2.2 10 0.8 0.6 0.48
T2.3 50 0.8 0.6 0.48
T2.4 66 0.8 0.6 0.48
T2.5 62 0.8 0.6 0.48
T2.6 44 0.8 0.6 0.48
T2.7 45 0.8 0.6 0.48
T2.8 15 0.8 0.6 0.48
Outfall 10 2 5 10
52

2. Subcatchment (luas area) untuk aplikasi EPA-SWMM

Dalam menggunakan aplikasi ini, kita harus menentukan luas area

tangkapan. Yaitu dengan menghitung luas bangunan atau luas

tangkapan yang akan menjadi run-off.

Tabel 21. Subcatchment EPA-SWMM

Nama Subcatchment Luas Area


(m2)
Ruko 35.116
Tanah Kosong 12.212
Damkar 4.750
Taman Sultan Hasanuddin 41.012
Warung 14.891
Food Court 10.071
Toko-toko 14.236
Perumahan 41.882
Kantor Golkar 4.511
Kantor Samsat 10.117
Gedung Haji Bate 4.439
Kementrian Perdagangan 24.498
Kantor Bapeda 4.476
Lapangan Bulutangkis 10.520

3. Data Invert Elevasi Conduit dan Junction

Data Invert Elevasi dimasukkan untuk menentukan ketinggian

dari titik ke titik pada saluran drainase. Data tersebut ditampilkan

sebagai berikut:
53

Tabel 22. Junction dan Outfall

Junction Elevasi (m) Max Depth (m)


T1.1 7.501 0.6
T1.2 7.384 0.6
T1.3 7.303 0.6
T1.4 7.290 0.6
T1.5 7.223 0.6
T1.6 7.926 0.6
T1.7 7.858 0.6
T1.8 7.748 0.6
T1.9 7.639 0.6
T1.10 7.530 0.6
T1.11 7.421 0.6
T2.1 5.464 0.8
T2.2 5.380 0.8
T2.3 7.010 0.8
T2.4 6.987 0.8
T2.5 6.959 0.8
T2.6 6.931 0.8
T2.7 6.911 0.8
T2.8 6.895 0.8
Pertemuan 1 7.122 0.8
Pertemuan 2 6.700 0.8
Outfall 6.796 2

4. Data Conduit

Tabel 23. Data Conduit

Conduit Length Shape Max Bottom


(m) (Bentuk Depth width
saluran) (m) (m)
T1.1 100 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.2 100 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.3 31 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.4 100 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.5 100 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.6 44 Rect_Closed 0.6 0.6
54

T1.7 42 Rect_Closed 0.6 0.6


T1.8 47 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.9 110 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.10 97 Rect_Closed 0.6 0.6
T1.11 57 Rect_Closed 0.6 0.6
T2.1 270 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.2 10 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.3 50 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.4 66 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.5 62 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.6 44 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.7 45 Rect_Closed 0.8 0.6
T2.8 15 Rect_Closed 0.8 0.6
Pertemuan 1 10 Rect_Closed 0.8 0.6
Pertemuan 2 10 Rect_Closed 0.8 0.6
Outfall 10 Rect_Open 2 5

5. Data Rain Gage

Data Rain Gage adalah data curah hujan yang di input ke

dalam aplikasi EPA-SWMM untuk disimulasikan. Data ini

dimasukkan sebab merupakan data hujan rencana pada kala

ulang 2, dan 5 tahunan.

Tabel 24. Data Rain Gage untuk aplikasi EPA-SWMM

Kala Ulang Intensitas (mm/hari)


2 71.34
6. 5 96.39

Running EPA-SWMM

Setelah mengisi seluruh data yang diperlukan sesuai dengan

kondisi lapangan, maka aplikasi dapat dirunning. Namun sebelum


55

melihat hasil running aplikasi, perlu dilihat indikator kapasitas

saluran dapat dilihat pada Gambar 11.

Sesuai Gambar 11, dapat disaksikan bahwa warna biru gelap

menunjukkan bahwa saluran diisi olah 0-24% air. Selanjutnya, biru

muda menandakan bahwa saluran digenangi 25-49% air. Saluran

yang berwarna hijau menunjukkan bahwa saluran sudah dipenuhi

50-74% air. Jika melihat saluran berwarna kuning, itu menandakan

bahwa saluran tersebut sudah dipenuhi 74-99% air. Dan terakhir,

jika saluran berwarna merah, itu menandakan bahwa saluran

tersebut sudah penuh dan terjadi banjir karena air sudah melua

Gambar 11. Indikator Kapasitas Saluran

Setelah memasukkan seluruh data yang dibutuhkan, maka

dilakukan running pada aplikasi. Dan berikut hasil runningnya:


56

a. Kala Ulang 2 Tahun

Gambar 12. Hasil Running EPA-SWMM Kala Ulang 2 Tahun

Gambar menunjukkan hasil running saluran Jalan Tumanurung

1 pada kala ulang 2 tahun. Pada intensitas 95mm/hari, saluran

kanan T1.1, T1.2, T1.3, T1.4, T1.5, dan P1 saluran berwarna biru tua

dan berisi 40%. Kemudian saluran kiri T 1.6, dan T1.7 saluran

berwarna kuning yang berarti saluran tersebut hampir dipenuhi

100% air. Kapasitas air pada T 1.6 dan T1.7 adalah 90%. Lalu

saluran T1.8, dan T1.9 terlihat berwarna merah, yang berarrti saluran

tersebut sudah overcapacity dan mengalami banjir.

Pada Jalan Tumanurung 2 saluran kanan T 2.1, dan T2.2

saluran berwarna kuning dengan kapasitas air 95%. Kemudian


57

saluran kiri T2.3 berwarna biru tua yang berisikan air 48%.

Kemudian saluran T2.4, dan T2.5 berwarna hijau yang berarti saluran

berisikan air 70%. Dan pada saluran T 2.6, T2.7, dan T2.8 saluran

kembali berwarna biru tua yang berisikan air 45%.

Gambar dibawah adalah gambar potongan memanjang dari

saluran T1.1, T1.2, T1.3, T1.4, dan T1.5. Conduit tersebut adalah titik-

titik keluarnya air dari Subcatchment yaitu Ruko, Tanah Kosong,

Damkar, dan Taman Sultan Hasanuddin.

Gambar 13. Potongan memanjang T1.1 sampai P1 kala ulang 2 tahun

Gambar di atas menunjukkan bahwa saluran kanan P1.1 sampai

P1.5 cukup stabil. Saluran dapat mengalirkan air dari area-area

Subcatchment dengan baik


58

Gambar 14. Potongan memanjang T1.6 sampai Outfall kala ulang 2 tahun

Gambar di atas menunjukkan bahwa saluran P 1.6 (paling kiri) cukup

stabil. Sedangkan pada saluran setelanya yaitu P 1.7 sampai P1.10 saluran

melimpas yang mengakibatkan genangan karena tidak mampu

mengalirkan area-area catchment dengan baik, terjadi pada jalan

Tumanurung 1 bagian kiri, yaitu pada Subcatcment Toko-toko dan

Perumahan. Tapi pada saluran P 1.11 aliran kembali stabil, dikarenakan

elevasi yang cukup rendah dan mendekati saluran primer (outfall).

Gambar 15. Potongan memanjang T2.1 sampai T2.2 kala ulang 2 tahun
59

Gambar di atas menunjukkan bahwa saluran kanan Jalan

Tumanurung 2 yaitu depan Lapangan Syech Yusuf, saluran hampir

overcapacity (melimpas).

Gambar 16. Potongan memanjang T2.3 sampai Outfall kala ulang 2 tahun

Gambar di atas menunjukkan saluran cukup stabil mengalirkan air

sampai ke saluran primer (outfall).

a.Kala ulang 5 tahun


60

Pada kala ulang 5 tahun, intensitas hujan ialah 114mm/hari,

dengan intensitas hujan yang tinggi, pada Study Area Map di gambar

mayoritas saluran terlihat berwarna merah. Itu berarti, banyak saluran

WMM kala 5 tahun

yang melimpas yang menyebabkan banjir.


Gambar 18. Potongan memanjang T1.1 sampai P1 kala ulang 5 tahun

Gambar di atas menunjukkn bahwa saluran kanan P 1.1 sampai P1.5

masih stabil. Saluran dapat mengalirkan air dari area-area Subcatchment

dengan baik.
61

Gambar 19. Potongan memanjang T1.6 sampai Outfall kala ulang 5 tahun

Pada gambar di atas, dapat dikatakan limpasan yang terjadi pada

T1.6 - T1.11 hampir sama dengan hujan rencana kala ulang 2 tahun. Area-

area subcatchment tidak mengalir dengan baik menyebabkan limpasan.

Gambar 20. Potongan memanjang T2.1 sampai T2.2 kala ulang 5 tahun

Pada gambar di atas, terjadi limpasan pada saluran kanan T 2.1-T2.2,

dapat dilihat pada saat running, garis yang berubah warna menjadi merah

yang mengartikan overcapacity.


62

Gambar 21. Potongan memanjang T2.3 sampai Outfall kala ulang 5 tahun

Pada gambar di atas menunjukkan saluran kiri Jalan Tumanurung 2

pada saluran T2.3 sampai T2.8 terjadi limpasan yang menyebabkan banjir,

tapi pada saat di pertemuan sampai Outfall saluran kembali stabil.

1. Efektifitas Saluran Drainase

Tabel 25. Presentase Efektifitas Saluran

Saluran Efektifitas
Drainase
(%)
T1.1 100%
T1.2 100%
T1.3 100%
T1.4 100%
T1.5 100%
T1.6 100%
T1.7 25%
T1.8 0%
T1.9 0%
T1.10 0%
T1.11 25%
T2.1 75%
T2.2 75%
T2.3 75%
63

T2.4 75%
T2.5 75%
T2.6 75%
T2.7 75%
T2.8 75%
Pertemuan 1 100%
Pertemuan 2 100%
Outfall 100%

Presentase efektifitas saluran drainase didasarkan pada

berapa kali saluran itu mengalami banjir dari kala ulang 2

sampai 5 tahun. Berdasarkan data aplikasi EPA-SWMM, pada

Jalan Tumanurung 1 saluran T1.1 sampai T1.6 memiliki efektifitas

100%. Sejak kala ulang 2 hingga 5 tahun, saluran kanan Jalan

Tumanurung 1 tidak pernah mengalami overcapacity. Saluran

kiri T1.7 dan T1.10 mengalami kritis dengan presentase 25%

karena tidak dapat mengalirkan air dengan baik.

Pada saluran kiri T1.8 sampai T1.10 Jalan Tumanurung 1,

saluran bernilai 0% karena sejak awal, saluran tersebut tidak

pernah mengalirkan air dengan baik dan selalu terjadi banjir dari

kala ulang 2 sampai 5 tahun.

Saluran kanan T2.1 sampai T2.2 Jalan Tumanurung 2 tidak

efektif dalam mengalirkan air, yaitu T2.1-T2.2 yang bernilai 75%

karena pernah mengalami banjir pada kala ulang 5 tahun. Pada

saluran kiri T2.3 sampai T2.8 juga bernilai 75% karena pernah

mengalami banjir pada kala ulang 5 tahun.


64

Dan pada saluran pertemuan 1, 2, dan saluran Outfall

memiliki efektifitas 100%. Karena sejak awal, saluran tetap

stabil.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kami, maka berikut adalah kesimpulan

yang kami dapatkan

1. Kondisi saluran pada Jalan Tumanurung 1 yaitu pada saluran

kiri tidak efektif dalam mengalirkan debit air hujan yang

merupakan limpasan dari 5 subcatchment yaitu Warung, Toko,

FoodCourt, Perumahan dan Kantor Golkar sehingga

mengakibatkan banjir pada jalan tersebut.

2. Kondisi saluran pada Jalan Tumanurung 2 tidak efektif dalam

mengalirkan debit air hujan yang merupakan limpasan dari 6

subcathment yaitu Lapangan Syech Yusuf, Lapangan

Bulutangkis, Kantor BAPPEDA, Kementrian Perdagangan,


65

Gedung Haji Bate, dan Kantor Samsat sehingga mengakibatkan

banjir pada jalan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa permasalahan

yang masih belum dapat terselesaikan hingga kini, sehingga

peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain

sebagai berikut :

1. Diperlukan penambahan kapasitas Saluran Drainase seperti

pelebaran dimensi saluran.

2. Disarankan untuk melakukan rekayasa dengan penambahan

atau menggunakan konsep vertikal drainase seperti sumur

resapan, kolam retensi agar debit-debit limpasan bisa

tertampung dan tidak terjadi genangan.

3. Perlunya dilakukan maintanance terhadap sedimentasi dan

sampah sepanjang Drainase eksisting karena hal ini tentu

menjadi pemicu penyebab berkurangnya kapasitas Drainase.


66

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, Rosihan., dan Husaini. 2017.Analisis Hidrolik. Banjarmasin:


Lambung Mangkurat University Press.
Afrizal, Ichsan. 2000. Pengukuran DIspersi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Agustiningsih, Dyah., dkk. 2012.Penelitian Wilayah Daerah Aliran Sungai.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Dharmawan, A. Aidil. 2014.Studi Efektivitas saluran drainase dalam mengatasi
genangan di kelurahan gunung sari. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai