Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

“Fluid Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”

Disusun Oleh:
Ade Adnan Hanif
1610502108

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,


Menyatakan bahwa laporan yang telah saya buat ini adalah sah dan asli dari hasil
praktikum yang telah saya lakukan dengan sebaik-baiknya, dan telah diperiksa pada:
Hari : Senin
Tanggal : 17 Juni 2019

Praktikan

Ade Adnan Hanif


NPM 1610502108

Mengetahui dan Menyetujui,

Asisten Dosen, Dosen Pengampu,

Ibnu S. Ir. Kun Suharno, M.T.


NPM. 1510502037 NIP. 195904081994031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan
Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Laporan yang kami sajikan berdasarkan materi
yang kami peroleh dalam perkuliahan dan informasi yang kami dapatkan dari bebagai
sumber. Dengan penuh kesabaran, Laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memberikan wawasan yang lebih luas
mengenai fenomena dasar mesin bagi pembaca, dan khususnya bagi penulis.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat bantuan dan dukungan dari
banyak pihak, pada kesempatan ini kami berterimakasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan,
baik moril maupun materiil sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Ir. Kun Suharno, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktikum Fenomena
Dasar Mesin.
3. Pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata, kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca. Dari kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
laporan ini.

Magelang, Juni 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ....................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................4
1.4 Manfaat ......................................................................................................4
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................5
2.1 Pengukuran Aliran .....................................................................................5
2.2 Alat Ukur Laju Aliran ............................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Prinsip Kerja Alat Ukur Aliran ...............................................................21
2.4 Persiapan Percobaan .................................................................................23
2.5. Petunjuk Pelaksanaan Percobaan ............................................................26
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................28
3.1 Tabel ........................................................................................................28
3.2 Perhitungan ..............................................................................................32
3.3 Grafik.......................................................................................................36
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................41
BAB V PENUTUP .............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................43

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan teknologi akan


semakin meningkat. Teknologi kini tidak hanya konsumsi individu yang modern
akan tetapi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang akan selalu dibutuhkan
dan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan manusia itu sendiri.
Fluida adalah satu yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari–hari kita,
dimanapun dan kapanpun kita berada, fluida selalu mempengaruhi berbagai
kegiatan kita dalam kehidupan sehari–hari kita baik itu dalam bentuk liquid
ataupun gas. Berbagai fenomena dalam fluida dapat kita pelajari sebagai bagian
dari ilmu fisika, atau secara khusus kita dapat mendalaminya dalam ilmu
mekanika fluida.
Pipa merupakan sarana transportasi fluida yang murah, pipa memiliki
berbagai ukuran dan bentuk penampang. Penggunaan pipa banyak ditemukan
dalam berbagai kegiatan, seperti instalasi sistem plambing gedung, sistem
penyediaan air minum, pengaliran air pada industri, penyaluran air buangan dan
berbagai penggunaan lainnya. Dalam pengalirannya, air pada saluran tertutup
tentulah memiliki berbagai permasalahan. Salah satunya adalah kehilangan energi
yang sangat merugikan dalam aliran fluida di dalam sistem perpipaan, karena
dapat menurunkan tingkat efisiensi aliran fluida. Kehilangan energi yang terbesar
dari aliran air dalam pipa adalah akibat dari gesekan yang terjadi antara air dan
dinding dalam pipa. Kekasaran pipa, panjang dan diameter pipa, jenis fluida,
kecepatan dan bentuk aliran adalah hal yang sangat terkait dengan penurunan
tekanan tersebut. Keadaan-keadaan tersebut sering ditemukan terutama dalam
sistem pendistribusian air, sehingga hal tersebut dapat menjadi penyebab
kurangnya tekanan air sehingga air tidak dapat dialirkan ke tujuan yang
diinginkan.

1
Fenomena kehilangan energi secara teoritis dijelaskan dalam Konsep
Bernoulli. Persamaan Bernoulli untuk fluida menggambarkan persamaan energi,
dengan mengikutsertakan kerugian-kerugian energi yang terjadi di dalam
persamaan tersebut. Penentuan kehilangan energi sangat penting dan menjadi hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu sistem pengaliran fluida yang
menggunakan pipa. Kehilangan energi dalam sistem perpipaan dapat dianalisis
dengan menggunakan alat Fluid Friction Apparatus.
Fluid Friction Apparatus merupakan alat yang digunakan untuk menguji
fenomena aliran yang terjadi dalam saluran tertutup termasuk salah satunya adalah
kehilangan energi. Alat ini terdiri atas beberapa jalur perpipaan yang dirancang
memakai fitting dan pengukurannya menggunakan manometer baik manual, air
raksa, maupun digital. Melalui alat ini, dapat diidentifikasi hal-hal yang terjadi di
dalam aliran fluida secara keseluruhan. Selain dibuat pabrikan, alat ini juga dapat
dirancang bangun dengan model fisik skala laboratorium.

Pada percobaan aliran fluida dalam pipa ini menggunakan alat, yaitu
“FLUID FRICTION APPARATUS” model MF101, yang skemanya dapat dilihat
pada gambar dibawah. Alat ini terdiri dari 4 buah pipa yaitu nomor 1 – 4, satu set
pompa dengan motor listrik (5), tangki penampung air 6a dan 6b, sejumlah katup
dan fitting, alat pengatur aliran 7, 8, 9a dan 9b, lubang-lubang pengatur tekanan
(22 – 41), dan alat pengukur tekanan (42 – 43).

2
Ukuran dari pipa-pipa yang ada, yaitu:

Katup-katup 10 – 19, fiting 20 dan 21 dan tangki dapat dihubungkan satu


sama lain dengan kombinasi-kombinasi katup yang lain, sehingga juluran aliran
air dapat berlangsung seperti yang dikehendaki. Masing-masing sirkuit dapat
dibuat sebagai sirkuit terbuka atau tertutup.
Pengukuran tekanan atau perbedaan tekanan dilakukan dengan dua pasang
manometer diferensial (42 – 43) yang terpasang pada satu kerangka. Lubang-
lubang pengukuran ditempatkan pada ujung masing-masing pipa yaitu lubang-
lubang (22 – 30), (23 – 31), (24 – 32), dan (25 – 33) panjang 5 ft, sedangkan kalau
diperlukan tersedia pula pengukuran ditengah pipa yaitu berlubang (22 – 26), (23
– 27), (24 – 28), dan (25 – 29), panjang pipa 3 ft.
Untuk katup 15, 16, T20 dan elbow 21 tersedia pula lubang-lubang
pengukuran untuk penurunan tekanan pada fitting-fitting ini. Demikian juga untuk
oriface meter dan venturimeter, tersedia lubang-lubang pengukurannya.
Katup 44 dan 45 dipakai untuk mengatur sirkuit sesuai dengan yang
dikehendaki, sirkuit terbuka dan tertutup, tangki 47 dibuat dari bahan transparan.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini, yaitu:

a. Apakah tinggi tekan mempengaruhi debit aliran.


b. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar hf.

3
c. Apakah tinggi tekan mempengaruhi kontraksi pipa.
d. Apakah tinggi tekan mempengaruhi pembesaran pipa.
e. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar gesekan.
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar debit suatu aliran.

1.3 Tujuan

Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak


termampatkan (income pressible fluid) di dalam pipa. Melalui percobaan ini akan
diketahui sifat-sifat aliran fluida, terutama hubungan perubahan tekanan dengan
debit aliran fluida melalui pipa. Perubahan tekanan aliran fluida yang terjadi
berhubungan erat dengan perubahan tekanan masuk pipa, kecepatan aliran dan
hambatan aliran (seberapa besar kerugian tekanan yang terjadi dan faktor gesekan
di sepanjang pipa).

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini antara lain:

a. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi besar gesekan


pada pipa.
b. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat aliran fluida.
c. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh jenis material pipa pada aliran
fluida.

4
BAB II DASAR TEORI

Sifat-sifat fisis fluida meliputi: tekanan, temperatur, kerapatan (density) dan


viskositas. Tekanan fluida dapat dinyatakan dalam satuan panjang kolom air atau
dalam gaya per satuan luas. Temperatur umumnya dinyatakan dalam skala
Farenheit, atau Celcius. Kerapatan atau density sering dinyatakan dalam lb/ft³ atau
kg/m³. Viskositas merupakan sifat fluida yang menyebabkan tahanan aliran fluida
sehingga timbul gaya geser didalam fluida itu sendiri. Viskositas absolut (𝜇)
merupakan perbandingan tegangan geser laju pergeseran yang terjadi.

2.1 Pengukuran Aliran

Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap viskositas


fluida, sedang perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap
viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan geser antara
sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua plat tersebut dipisahkan
oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap koefisien viskositas absolut,
luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua plat dan berbanding terbalik
dengan tebal lapisan fluida. Ada beberapa sifat fluida yang perlu diketahui, antara
lain:

2.1.1 Viskositas

Kekentalan atau viskositas merupakan sifat dari suatu zat cair (fluida)
yang disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)
dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair.
Viskositas memiliki alat ukur yang disebut viskometer yang berfungsi
untuk mengukur koefisien gliserin, oli atau minyak. Viskositas banyak
terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti sirup, minyak goreng dan oli.

5
Viskositas berguna untuk kehidupan seperti sirup yang dikentalkan agar
tetap awet.
Pada percobaan ini bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang akan
dihitung angka kekentalanya. Bila bola tersebut mula-mula akan mengalami
percepatan dikarenakan gaya beratnya, tetapi karena sifat kekentalan cairan,
maka besar percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada
saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hubungan antara kecepatan terminal dengan angka kekentalan dapat
diperoleh dari Hukum Stokes.
Viskositas adalah properti fisik penting mengatur produksi,
transportasi dan letusan magmas. Viskositas alami dapat menjangkau lebih
dari 15 kali lipat terutama dalam menanggapi variasi temperatur,
mencairkan komposisi dan proporsi padatan tersuspensi fase cairan
(Giordano, Daniele, dkk, 2008). Viskositas ada dalam literatur sejumlah
besar persamaan empiris atau semi empiris untuk menggambarkan suhu dari
viskositas cairan. Pada zat cairan, ukuran partikel menentukan tingkat
kekentalan (viskositas) dari cairan itu sendiri. Perbedaan viskositas pada zat
cair menunjukkan fungsi zat cair tersebut (Maulida, R. H, dkk, 2010 ;
Poirier, J. P, 1987).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut
(Bird, 1987):
a. Tekanan
b. Temperatur
c. Ukuran dan berat molekul
d. Kekuatan antar molekul

2.1.1.1 Viskositas Berdasarkan Hukum Newton

Hukum viskositas newton menyatakan bahwa untuk laju


perubahan bentuk sudut fluida tergantung, maka tegangan geser
berbanding lurus dengan viskositas. Bila suatu permukaan yang satu
diam dan yang lainnya bergerak, dengan kecepatan v, maka untuk

6
menggerakkan permukaan itu diperlukan gaya untuk mengatasi
tarikan atau viskositas yang ada diantara dua permukaan tersebut
(Roth dan Blaschke, 1988).
Fluida viskositas newton adalah sifat termodinamika yang
sebenarnya alirannya tergantung pada suhu dan tekanan. Pada suatu
keadaan, nilai kekentalan itu berbeda-beda untuk berbagai fluida ( P =
1 atm, T = 200C ) (Orianto, 1984).

2.1.1.2 Viskositas Berdasarkan Persamaan Poiseuille

Cairan viskositas jika mengalir didalam pipa, bagian tengah


lebih cepat dan bagian-bagian lebih tapi lebih lambat serta bagian
yang melekat di dinding pipa tidak bergerak. Sifat ini digunakan oleh
poiseuille untuk menentukan koefisien viskositas cairan (Roth dan
Blaschke, 1988).
Metode Oswald merupakan suatu variasi dari metode poiseuille.
Prinsip metode ini adalah bola diatas sebelah kanan dan dibawah
sebelah kiri dimaksudkan agar tekanan dipermukaan sebelah kanan
tetap. Disamping itu, cairan yang lewat pipa kapiler dapat diketahui
sehingga alat ini baik sekali digunakan untuk membandingkan
koefisien viskositas berbagai cairan. Waktu yang dipergunakan untuk
cairan sebesar volume bagian yang dibatasi garis berbanding terbalik
dengan tekanan dan tanda garis yang dibawah. Tekanan ditentukan
oleh berat cairan itu sendiri dan posisi alat. Agar posisi alat ini kecil
pengaruhnya pada tekanan digaris bawah, harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga tegak lurus. Percobaan dengan alat oswald
ini menghasilkan persamaan, yaitu (Wiryoatmaja, 1988):
V = π R4 P t / 8 L η
Viskometer dapat diukur dengan beberapa cara, dalam
viskometer oswald, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk
melewati pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel
standar. Metode ini cocok untuk penentuan (η), karena

7
perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding
dengan waktu pengaliran t dan to setelah dikoreksi untuk
perbedaan rapatan p dan po (Atkins, 1996).
Suhu memberikan pengaruh yang besar sedangkan tekanan
memberikan pengaruh yang sedang terhadap viskositas.
Kekentalan gas dan kebanyakan zat cair naik perlahan-lahan
dengan meningkatnya tekanan. Viskositas sangat dipengaruhi
temperatur, makin tinggi temperatur maka makin kecil koefisien
viskositas (Giles, 1986).
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat
khusus. Sebagai contoh kekentalan kinematik melibatkan
kekentalan dinamik dan rapat massa. Sejauh yang kita ketahui,
fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul-molekul dengan
jarak pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-
molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak
bebas terhadap satu sama lain.

2.1.2 Density

Massa jenis atau Density disebut juga dengan istilah rapat massa
adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan vulumenya. Massa jenis
merupakan ciri khas setiap zat. Oleh karena itu zat yang berbeda jenisnya
pasti memiliki massa jenis yang berbeda pula. Massa jenis zat tidak
dipengaruhi oleh bentuk dan volume.

2.1.2.1 Kerapatan Sebenarnya (True Density)

Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan itu sendiri,


tidak termasuk rongga dan pori-pori.

Alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan sebenarnya


yaitu:

8
a. Densitometer Helium
Densitometer Helium digunakan untuk menentukan
kerapatan serbuk yang berpori.
b. Piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kerapatan sebenarnya dari sebuah padatan dan
benda cair.

Gambar 2.1 Piknometer


Di mana kerapatan sebenarnya dapat dihitung dengan
persamaan di bawah ini:

Contoh:
Berapakah kerapatan 5 ml serum jika mempunyai massa
5,23 gram?

9
c. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur kerapatan
sebenarnya dari zat cair.

Gambar 2.2 Hidrometer

2.1.2.2 Kerapatan Granul (Granule Density)

Kerapatan granul didefinisikan sebagai volume granul yang


merupakan volume partikel ruang dalam partikel Penentuan kerapatan
granul dengan menggunakan metode pemindahan cairan (air raksa).
Dalam kerapatan granul dikenal istilah porositas dalam partikel yang
dirumuskan sebagai:

2.1.2.3 Kerapatan Bulk (Bulk Density)


Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk
dibagi dengan volume bulk. Kerapatan bulk ini tergantung dari

10
Tergantung pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi
antar partikel.
Dalam kerapatan bulk dikenal dua macam porositas yaitu:
a. Porositas celah
Yaitu volume relatif celah-celah ruang antara
dibandingkan dengan volume bulk serbuk, tidak termasuk
pori-pori di dalam partikel. Porositas celah dinyatakan
dalam rumus di bawah ini

b. Porositas total
Porositas total dinyatakan sebagai keselurahan pori dari
celah-celah antara partikel dan pori-pori di dalam
partikel. Porositas total dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :

dimana:
Vb = volume bulk
Vp = volume bahan padat itu sendiri

11
2.1.3 Pertimbangan Spesifik Aliran Fluida Tak Mampu
Mampat Melalui Saluran Terbuka, Pipa -Pipa Dan
Fittings

Setiap alian fluida melalui pipa, atau saluran terbuka melalui


sekeliling suatu obyek akan senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan
gesekan antara fluida dan permukaan dalam pipa. Gesekan ini menimbulkan
kerugian energi mekanis yang menyebabkan penurunan tekanan sepanjang
aliran fluida. Di bawah ini merupakan persamaan untuk menghitung
koefisien gesek pada suatu pipa dan rugi geseknya.
a. Kerugian energi
Kerugian energi pada daerah aliran laminar dan turbulen merupakan
fungsi bilangan Reynold. Perhitungan Faktor Gesekan (f) Faktor gesekan
yang terjadi pada pipa dapat kita hitung dengan persamaan Darcy dan
Weisbach, persamaannya yaitu :
2. g. D. ΔH
f = … … … … … … … (6)
l. v²
Dari persamaan tersebut nilai f bisa didapat jika kita mempunyai nilai
dari: perbedaan ketinggian (∆𝐻), panjang antar manometer (l), kecepatan
aliran (V), kecepatan gravitasi (g), dan diameter dalam pipa (D in).
b. Kerugian gesekan
Perhitungan rugi gesek pada pipa dapat dicari dengan persamaan:
f. L v²
hf = 4 … … … … … … … (7)
d 2g
Distribusi aliran digunakan untuk melihat profil aliran kecepatan dalam
pipa, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 Distribusi Kecepatan Laminar dan Turbulent pada Pipa Bulat

12
Gambar 2.4 Diagram Moody

Apabila bilangan Reynold bertambah besar melebihi Ren, maka aliran


mulai berubah dan pada akhirnya membentuk aliran turbulen. Profil
kecepatan fluida pada aliran turbulen cenderung rata (lihat Gambar 2.3).
Dari grafik faktor gesekan dapat dilihat bahwa kecepatan aliran yang
tinggi (bilangan Reynold tinggi) tidak memberi pengaruh berarti terhadap
faktor gesekan. Sementara faktor gesekan untuk aliran laminar telah
didefinisikan pada persamaan (5).
Gambar 2.4 memperlihatkan profil kecepatan laminar sublayer dan
lapis batas turbulen pada pipa dengan permukaan dalam mempunyai
kekasaran ɛ. Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kecepatan aliran yang
besar, bilangan reynoldnya tidak mempunyai pengaruh yang berati faktor
gesekan, tetapi dipengaruhi oleh kekasaran relatif ɛ/D.

2.1.4 Deskripsi Sistem Model Mf 101 Fluid Sirkuit

Peralatan ini pada dasarnya terdiri dari 4 buah pipa (gambar 1b) yaitu
1 sampai 4, satu set pompa dan motor (5), dan 2 buah tangki air 6a dan 6b,
katupkatup dan fitting-fitting, alat ukur debit air 7, 8, 9a dan 9b, titik sensor
tekanan (22 – 41) dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Rangkaian pipa-pipa
dan fitting-fitting dibuat dari bahan baja.
Keempat pipa tersebut adalah :
1 – 22 – 30 = diameter nominal ½”
2 – 23 – 31 = diameter nominal ¾”

13
3 – 24 – 32 = diameter nominal 1”
4 – 25 – 33 = diameter nominal 1¼”
Variasi kerapatan dan viskositas absolut air pada temperatur tertentu
dapat dilihat sebagai berikut:

Temperatur (oF) 32 70 100 150

Kerapatan (lb/ft2) 64,62 62,30 61,99 51,21


Viskositas Absolut (lb/ft,s) 0,00121 0,00067 0,00046 0,00029
Katup-katup 10 s/d 19, fitting 20 dan 21, serta tangki air dapat diatur
sedemikian rupa agar air mengalir lewat pipa tertentu (yang diinginkan).
Ada kurang lebih 3 kemungkinan rangkaian aliran (seri, paralel, seri-paralel)
yang dapat di buat dengan alat tersebut.

2.1.4.1 Rangkaian Tertutup 1


Air dari tanki air (6b) dialirkan lewat rangkaian pipa dengan
bantuan sebuah pompa, lalu air tersebut dimasukkan kembali ke dalam
tangki (6b). Dalam hal ini volume air di dalam tangki (6b) hampir
konstan. Untuk melakukan ini, katup 45 dan 53 harus tertutup.

2.1.4.2 Rangkaian Tertutup 2


Air dari tangki (6b) dialirkan lewat rangkaian pipa dengan
bantuan sebuah pompa, kemudian air tersebut tidak dimasukkan
kembali ke tangki (6b), melainkan dialirkan ke tangki (6a), Jadi,
dalam hal ini volume air didalam tangki (6b) berangsur-angsur
berkurang. Untuk melakukan ini katup 44, 48, 50 dan 53 tertutup
(katup bypass 48 boleh terbuka untuk mengurangi aliran lewat orifice
dan venturi).
Alat pengukur aliran debit dapat berupa:
a. Orifice ujung tajam (sharp edge orifice), (7)
b. Venturi, (8)
c. Sight gage, (9a) dan (9b)

14
Untuk mengukur tekanan, pipa-pipa maupun fittng dilengkapi
dengan tap tekanan dan dua buah manomater diferensial yang
dipasang dalam satu wadah 42 dan 43. Tap-tap tekanan terdapat pada
keempat pipa, 22 - 30, 23 - 31, 24 - 32 dan 25 - 33. Ada juga tap
tekanan yang terdapat pada pertengahan masing-masing pipa, 26-29.
Katup 15, 16, T20 dan elbow 21 juga dilengkapi dengan tap-tap
tekanan sebagai sensor penurunan tekanan pada fiting-fitting tersebut.
Penurunan tekananan pada orifice 7 diamati dengan
menggunakan tap 40 dan 41, dan dengan cara yang sama penurunan
tekanan venturi 8 diamati denganmenggunakan tap 38 dan 39 yang
dihubungkan dengan selang karet ke manometer diferensial.
Katup 44 dan 45 digunakan untuk mengatur rangkaian aliran,
apakah aliran tertutup atau aliran terbuka, sesuai keinginan.

2.2 Alat Ukur Laju Aliran

Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap viskositas


fluida, sedang perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap
viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan geser antara
sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua plat tersebut dipisahkan
oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap koefisien viskositas absolut,
luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua plat dan berbanding terbalik
dengan tebal lapisan fluida. Ada beberapa sifat fluida yang perlu diketahui, antara
lain:
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui:
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya
Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat
ukur lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh

15
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:
1. Venturimeter
2. Flow nozzle
3. Pitot tubes
4. Flat orifice

2.2.1 Venturimeter

Gambar 2.5 Venturimeter

Venturimeter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang


berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk
menunjukan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
manometer pipa U. Venturimeter memiliki kerugian karena harganya mahal,
memerlukan ruangan yang besar dan rasio diameter throatnya dengan
diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk sebuah venturimeter tertentu dan sistem manometer tertentu,
kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan
aliran berubah maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan
pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan
aliran maksimum yang baru.
Untuk venturimeter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu:
a. Bagian Inlet: Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang
sama seperti diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan
awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone: Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi
untuk menaikkan tekanan fluida.

16
c. Throat (leher): Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir
bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah
kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone. Pada venturimeter ini
fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet cone.
Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin
mengecil kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah
tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat
datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturimeter yaitu outlet
cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada
throat, dan pada outlet cone ini tekanan kembali normal. Jika aliran melalui
venturimeter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang
meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan
menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada
outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan
yang permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat.
Kelebihan dan kekurangan venturimeter:
Kelebihan:
1. Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas
yang sama.
2. Dapat pengukur debit besar.
3. Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
4. Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
Kekurangan:
1. Lebih mahal harganya.
2. Sulit dalam pemasangan karena panjang.
3. Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi.

17
2.2.2 Flow Nozzle

Gambar 2.6 Flow Nozzle

Flow nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang


diantara dua flens. Flow nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang
kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan
tekanan lebih kecil daripada plat orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk
fluida kecepatan tinggi pada temperatur tinggi dan untuk penyediaan air
ketel. Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya
adalah berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan
tekanan semakin berkurang seperti dalam venturimeter. Dan aliran fluida
akan keluar secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti
pada plat orifice. Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang
melengkung pada silinder.

18
2.2.3 Pitot Tubes

Gambar 2.7 Pitot Tubes

Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun
1732. Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan
beda tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat
pada Gambar diatas, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukuran
tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini
biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes
terbuat dari stainless steel dan kuningan.

Kegunaan pitot tube:


1. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel.
2. Menghitung profil kecepatan aliran pada pipa.
3. Aplikasi pitot tube
4. Mengukur kecepatan pada pesawat (airspeed).
5. Altimeter pesawat.
6. Mengukur tekanan fluida pada wind tunnel (terowongan angin).

Kelebihan dan kekurangan pitot tube:


Kelebihan:
1. Susunan sederhana.
2. Relatif mudah dan murah.
3. Tidak perlu adanya kalibrasi.
4. Pressure drop aliran kecil.

19
Kekurangan:
1. Keakuratan rendah untuk beberapa aplikasi.
2. Pipa harus lurus dengan kecepatan aliran untuk mendapatkan hasil
yang baik.

2.2.4 Flat Orifice

Gambar 2.8 Flat Orifice

Orifice adalah plat berlubang yang disisipkan pada laluan aliran


fluida yang diukur, juga merupakan alat primer yang berfungsi untuk
mendapatkan beda tekanan antara aliran pada up stream dan down stream
dari orifice itu sendiri. Orifice merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan di lapangan geothermal dan umumnya orifice diletakkan
sebelum separator.

2.3 Prinsip Kerja Alat Ukur Laju aliran

2.3.1 Venturimeter

Gambar 2.9 Venturi meter

20
Prinsip kerja venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas
Bernoulli yang berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida
yang paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan
tekanan paling kecil adalah pada bagian kelajuan alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa
jenis ρ. Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan
pada pipa sebelah kiri lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat
tersebut diukur oleh manometer yang diisi dengan fluida dengan massa jenis
ρ’ dan manometer menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian permukaan
fluida di kedua sisi adalah H. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas
dan Persamaan Bernouli, diperoleh: Menghitung kelajuan cairan dalam pipa
memakai venturimeter tanpa manometer Persamaan Bernoulli adalah dan
kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka Cairan mengalir pada mendatar maka h1 =
h2 sehingga,
P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12)_____(1)
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya:
P1 = ρ.g.hA dan P2 = ρ.g.hB
maka P1 – P2 = ρ.g(hA –hB) = ρ.g.h _____ (2)
Keterangan:
v : kelajuan gas(m/s)
v1 : kecepatan fluida pada pipa yang besar (m/s)

v2 : kecepatan fluida pada pipa yang kecil (m/s)


h : beda tinggi air raksa (m)
A1 : luas penampang pipa yang besar (m2)
A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa manometer) (m2)
ρ : massa jenis gas (kg/m3)
ρ’ : massa jenis cairan pada manometer (kg/m3)

2.3.2 Pitot Tubes

21
Gambar 2.10 Prinsip Kerja Pitot Tubes
Cara kerja pitot tube adalah:
1. Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batang
yang dihubungkan ke manometer (pstat).
2. Tekanan pada ujung pipa di mana fluida masuk merupakan tekanan
stagnasi (p0).
3. Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukkan dalam persamaan
Bernoulli untuk mengetahui kecepatan alirannya. Sulit untuk
mendapat hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata karena
adanya friksi pada pipa. Hasil pengukuran selalu lebih kecil dari
kenyataan akibat faktor C (friksi empirik).

2.3.3 Orifice Meter

Prinsip kerja dari orifice meter adalah:


1. Fluida yang diukur alirannya dialirkan melalui plat orifice.
2. Perbedaan atau selisih tekanan fluida yang melalui orifice antara up
stream dan down stream dicatat.
3. Suhu dan tekanan fluida pada up stream dicatat untuk mengetahui
densitasnya.

2.3.4 Prinsip Kerja Orifice

Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju
aliran volum atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa)
berdasarkan prinsip beda tekanan. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang

22
yang diapit diantara flens pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah untuk
memudahkan dalam proses pemasangan dan penggantian. Orifice termasuk
alat ukur laju aliran dengan metode rintangan aliran (Obstruction Device).
Karena geometrinya sederhana, biayanya rendah dan mudah dipasang atau
diganti.
Orifice plate (sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di
tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana.
Ketika cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan
dipaksa untuk berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik konvergensi
maksimum sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava
disebut contracta (lihat gambar sebelah kanan). Seperti tidak demikian,
kecepatan dan perubahan tekanan. Di luar contracta vena, cairan
mengembang dan kecepatan dan tekanan perubahan sekali lagi. Dengan
mengukur perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa normal dan di vena
contracta, tingkat aliran volumetrik dan massa dapat diperoleh dari
persamaan Bernoulli

2.3.5 Prinsip Kerja Venturi

Efek venturi terjadi pada sebuah aliran fluida yang mengalami


kenaikan velocity seiring dengan penurunan luas penampang aliran, hal
tersebut diiringi juga dengan terjadinya penurunan tekanan statis (static
pressure) fluida tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hukum aliran fluida
dinamik, kecepatan aliran fluida harus naik apabila terdapat restriksi pada
pipa untuk memenuhi Hukum Kontinuitas, sedangkan besar tekanan harus
turun untuk memenuhi Hukum Konservasi Mekanika Energi.

2.4 Persiapan Percobaan

2.4.1 Ventilasi

Sebuah lubang ventilasi ditempakan pada bagian atas tangki air, agar
udara yang terdapat didalam tangki air agar keluar lewat lubang ventilasi

23
tersebut. Udara didalam tangki dapat juga keluar lewat lubang sekeliling
pipa yang terdapat pada bagian atas tangki air tersebut.

2.4.2 Manometer Diferensial Vertikal

Pada alat percobaan ini terdapat dua buah manometer diferensial


vertikal. Bagian bawah masing-masing manometer dihubungkan dengan
tap-tap tekanan yang akan diukur diukur dengan menggunakan selang karet.
Pada bagian diatas manometer terdapat sekrup ventilasi untuk mengatur
agar bagian atas kolom air manometer daput berhubungan dengan tekanan
atmostir.

2.4.3 Effisiensi Manometer

Bila sistem MF 101Fluid Friction Apparatus ini tidak dioperasikan


untuk beberapa saat, adakalanya udara luar akan masuk kedalam pipa dan
kolom air manometer. Apabila sistem hendak dioperasikan, terlebih dahulu
udara tersebut harus dikeluarkan dari sistem agar tidak mengganggu hasil
pengamatan. Untuk menghilangkan udara didalam sistem dapat ditempuh
prosedur sebagai berikut:
1. Isi tangki dengan air bersih kira-kira 18 galon atau 70 liter.
2. Saklar pompa dalam keadaan off.
3. Tutup katup 45, 48, 50, katup-katup lain dalam keadan terbuka (bila
diinginkan sistem aliran terbuka, maka katup 45 dibuka, sedangkan 44
dan 52 ditutup).
4. Hubungkan keempat selang karet dari manometer pada tap tekanan
sistem. Kemudian buka katup-katup yang terdapat pada tap tekanan
tersebut. Katup pada tekanan lainnya tertutup.
5. Tutupkan sekrup ventilasi yang terdapat pada bagian atas manometer
diferensial.
6. Hidupkan pompa.
Air dan udara yang terdapat pada sistem akan dipompa keluar, yang
dapat diamatim pada pipa/tangki transparan. Pompa tetap dihidupkan

24
sampai air yang terdapat dalam sistem bebas udara. Setelah itu katup 44 dan
52 ditutup. Dengan cara diatas, udara akan ikut terbawa oleh aliran air
masuk ke tangki air. Kemudian dari tangki air udara tersebut akan keluar
melalui lubang ventilasi yang terdapat pada bagian atas tangki air. Cara lain
untuk membuang udara dalam sistem adalah:
1. Ambil sebuah ember untuk menampung air.
2. Tutup salah katup yang dijelaskan pada langkah nomor 4 diatas dan
lepaskan selang karet dari katup tersebut.
3. Arahkan ujung selang karet ke ember yang telah tersedia. Udara dan air
dari sel ang karet akan mengalir dan jatuh ke dalam ember.
4. Setelah udara keluar, pasang kembali selang karet tersebut pada katup
tekanan tempat selang karet terpasang sebelumnya. Kemudian buka
katup pada tep tekanan tersebut.
5. Dengan cara diatas, salah satu sisi manometer diferensial sudah terhindar
dari gelembung-gelembung udara dan kotoran lainnya. Ulangi langkah 7,
8,9,10 untuk sisi manometer yang lain.
6. Matikan pompa.
7. Buka skrup ventilasi yang ada pada bagian atas manometer secara
perlahan-lahan. Udara luar akan masuk pada kolom air sebelah atas
manometer, diikuti dengan turunnya permukaan air (permukaan air pada
manometer sama tinggi, sampai mencapai pertengahan skala yang
terdapat pada manometer. Tutup kembali sekrup ventilasi.
8. Setelah langkah 13 dilakukan. Tetapi masih ada gelembung udara dalam
sistem, dua proses berikut dapat ditempuh untuk menghilangkan
gelembung udara.
9. Hubungkan semua selang karet manometer dengan tap-tap tekanan.
10. Hidupkan pompa, lalu matikan, hidupkan lagi dan matikan lagi.
Demikian seterusnya.
11. Tutup semua katup pada tap tekanan.
12. Dengan demikian gelembung udara dari dalam sistem telah terbuang,
dan permukaan air pada tiap manometer sama tinggi. Keempat kolom air

25
pada manometer tidak harus sama tinggi, hanya tiap pasang mempunyai
tinggi yang sama.
13. Sekarang sistem siap dioperasikan.

2.5 Petunjuk Pelaksanaan Percobaan

1. Katup 44 dan 52 sebaiknya dalam keadaan tertutup sebelum pompa


dimatikan. Katup 44 dan 52 juga sebaiknya tertutp sebelum pompa
dihidupkan. Hal ini dimaksudkan agar udara tidak masuk lagi ke rangkaian
diatas.
2. Pompa harus pada posisi off saat selang karet dihubungkan antara bagian
bawah manometer dengan tap tekanan. Pada alat ini semua tap tekanan
sudah terhubung dengan selang, pengaturan dilakukan dengan cara
membuka katup kecil pada tempat pengatur kecil sesuai keinginan. Dan
sebaliknya pompa dalam keadaan on saat mengatur variasi tinggi kolom
air pada manometer.
3. Saat operasi normal akan terlihat gelombang kecil pada permukaan kolom
air manometer. Diharapkan deviasi gelombang tersebut tidak lebih dari
0,25”. Gelombang ini disebabkan variasi atau turbulensi aliran dalam
sistem. Cara pembacaan tinggi air pada kolom air manometer dianggap
benar apabila pembacaan terletak di tengah posisi tertinggi dan terendah
gelombang air yang terjadi.
4. Penurunan tekanan yang cukup besar pada orifice menyebabkan air dalam
satu sisi manometer menjadi berlebihan. Dalam kaitan ini dibutuhkan
latihan penggunaan alat agar tinggi permukaan air pada koiom air
manometer tidak melampaui skala yang tersedia sehingga tidak terjadi
aliran berlebihan. Untuk pengukuran tekanan dan kapasitas yang lebih
besar dapat digunakan venturimeter.
5. Bila semua katup pada rangkaian sistem dalam keadaan terbuka dan motor
pompa dalam keadaan on, gelombang air dapat terjadi yang menyebabkan
aliran pada manometer berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut,
ditempuh dengan cara menutup sebagian katup 44 dan atau 52 sebelum

26
motor dihidupkan. Setelah motor dihidupkan, katup 44 dan atau 52 dapat
dibuka lebih besar sesuai keinginan.
6. Untuk mengatur laju aliran di dalam sistem, dilakukan dengan mengatur
permukaan/penutupan katup 44 dan atau 52.
7. Setelah itu dapat dibuat grafik hubungan antara debit aliran dengan
penurunan tekanan untuk orifice maupun venturi. Grafik ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan debit aliran pada sistem
rangkaian tertutup.

27
BAB III PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengambilan data dari praktikum yang telah dilakukan.


Data kemudian diinput ke tabel untuk dilakukan perhitungan rata-rata hasil
pengukuran yang kemudian nantiya akan dilakukan perhitungan debit alirannya.
Setelah diketahui debit alirannya maka dibuatlah grafik selisih tinggi tekan
dengan debit aliran.

3.1 Tabel

Pada pengamatan yang kami lakukan ini, untuk setiap kategori pipa atau
katup dilakukan beberapa kali pengukuran. Pengukuran pertama yaitu pengukuran
orifice dan venturi awal dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Orifice dan Venturi Awal

Pengukuran Hari / Tanggal

Orifice (cm) Venturi (cm) Senin, 10 Juni 2019

126,5 113 128,7 128,1 Praktikan


126,4 113,2 128,8 126 Nama: Arief Hari Kurniawan NIM: 1610502085

126,4 113 128,6 128


126,3 113 128,4 128
126,3 112,9 128,5 128
Rata-rata Rata-rata

126,38 113,2 128,6 128,2

Pengukuran kedua yaitu mengukur geseran pada pipa dengan perolehan


data sebagai berikut:

28
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Geseran Dalam Pipa 1 1/4", Pipa 3/4" dan Pipa 1/2"
Pengukuran Geseran Dalam Pipa

Pipa 1 1/4'' Pipa 3/4" Pipa 1/2"

Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)

126 112,5 129,6 126,1 125,3 111,5 130 128,8 124,4 110,9 131,7 128,8

125,8 112,2 129,4 129 125,2 111,4 129,9 128,6 124,4 110,8 131,8 128,8

125,7 112 129,3 128,9 123,2 111,4 129,9 128,6 124,3 110,8 131,8 128,7

125,7 112 129,2 128,8 125,1 111,3 129,9 128,6 124,4 110,7 131,8 128,8

125,6 112 129,2 128,9 128 111,4 130 128,7 124,2 110,8 131,9 128,5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
125,76 112,14 129,34 128,74 125,76 111,4 129,94 128,66 124,34 110,8 131,8 128,72

Pengukuran keiga yaitu mengukur geseran pada pipa besi dan PVC
masing-masing 1'' dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Geseran Dalam Pipa Besi 1'' dan Pipa PVC 1''
Pengukuran Geseran Dalam Pipa
Pipa Besi 1'' Pipa PVC 1"
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
124,6 111,1 131,1 128,8 124,5 111,1 130 128,8
124,9 111,5 130,1 128,6 124,6 111,1 130 128,9
124,9 111,2 130,1 128,7 124,6 111,1 130 128,8
124,9 111,3 130,1 128,8 124,6 111,2 130,2 128,9
124,9 111,2 130,3 128,8 124,6 111,2 130,3 128,9
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
124,84 111,38 130,28 128,74 124,58 111,1 130 128,9

Pengukuran keempat yaitu mengukur gate valve pada sudut 60º dengan
perolehan data sebagai berikut:

29
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Gate Valve 60º
Pengukuran Gate pada pipa
Sudut 60º
Orifice (cm) Pipa (cm)
127,5 114,2 132,7 118,5
125,2 111,5 130,3 127,1
125,2 111,6 130,3 127,2
125,1 111,6 130,4 127,2
125,1 111,6 130,3 127,3
Rata-rata Rata-rata
125,62 112,1 130,8 125,46

Pengukuran kelima yaitu mengukur kontraksi pada pipa 1 1/4"-1" dan pipa
3/4"-1/2" dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kontraksi Pipa
Pengukuran Kontraksi Pipa
Pipa 1 1/4"-1" Pipa 3/4"-1/2"
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
127,6 124,4 125,5 112 131,1 123,3 126,2 112,7
129,3 128,5 125 111,6 130,1 128,4 124,5 110,6
129,2 128,4 125,2 111,5 130 129,4 124,3 110,6
129,3 128,5 125 111,6 130 129,4 124,3 110,6
129,3 128,5 125 111,9 130 129,4 124,3 110,6
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
128,94 127,66 125,14 111,72 130,24 127,98 124,76 111,08

Pengukuran keenam yaitu mengukur pembesaran pada pipa 1"-11/4", pipa


3/4"-1" dan 1/2"-3/4" dengan perolehan data sebagai berikut:

30
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Pembesaran Dalam Pipa 1"-11/4", pipa 3/4"-1" dan
pipa 1/2"-3/4"

Pengukuran Pembesaran Pipa

Pipa 1"-1 1/4" Pipa 3/4"-1" Pipa 1/2"-3/4"

Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)

128,8 128,4 125,5 111,7 127,7 128,9 125,2 111,7 129,4 128,1 124,6 111,2

128,8 128,7 125,1 121,6 128,7 128,8 125 111,3 129,2 129,1 124,5 111

128,8 128,7 125,2 111,6 128,7 128,9 124,8 111,3 129,2 129,1 124,6 111

128,8 128,7 125,2 111,7 128,7 128,9 124,8 111,4 129,2 129,1 124,5 111

128,8 128,7 125,4 111,7 128,7 128,9 124,8 111,4 129,2 129,1 124,4 110,9
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
128,8 128,64 125,22 113,66 128,5 128,88 124,92 111,42 129,24 128,9 124,52 111,02

Pengukuran keenam yaitu mengukur belokan pada elbow 90º pipa 1/2"
dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Belokan Pada Elbow 90º Pipa 1/2"
Pengukuran Belokan Pipa
ELBOW 90º Pipa 1/2"
Orifice (cm) Pipa (cm)
131,1 129,8 123,3 109,8
131,2 129,9 123,4 109,9
131,1 129,7 123,3 109,7
131 129,9 123,3 109,8
131 129,8 123,4 109,8
Rata-rata Rata-rata
131,1 129,9 123,3 109,8

31
3.2 Perhitungan

3.2.1 Percobaan Pengukuran Karakteristik Orifice Flow Meter Dan


Venturi Flow Meter

a. Orifice
h = 126,38 - 113,02 = 13,36 cm
K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,91 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
13,91 . 5,6
𝑄 = 0,6
√13,912 −5,62
√2 . 981 . 13,36= 594,277 𝑐𝑚3/𝑠

b. Venturi
h = 128,6 – 128,2 = 0,4 𝑐𝑚
K = 0,97 (koefisien venturi)
𝑑1 = 37 𝑚𝑚 =3,7 𝑐𝑚
𝑑2 = 22,2 𝑚𝑚 =2,22 𝑐𝑚
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋 𝜋
𝐴1 = 3,72 = 4 13,69 = 10,74 𝑐𝑚2
4
𝜋 𝜋
𝐴2 = 2,222 = 4 4,9284 = 3,86 𝑐𝑚2
4
A1.A2
𝑄=𝐾 √2𝑔ℎ
√𝐴12 −𝐴22
10,74 .3,86
𝑄 = 0,97
√10,742 −3,862
√2 . 981 . 0,4 = 106,747 𝑐𝑚3/𝑠

3.2.2 Percobaan Pengukuran Geseran Dalam Pipa

a. Pipa 1 1/4"
h = 129,34 – 128,74 = 0,6 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚

32
𝐷 = 2,72 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ =√2 . 981 . 0,6 = 34,31 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 34,312
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = 2,72 . . 0,1 = 4,63
2.981

b. Pipa 3/4"
h = 129,94 – 128,66 = 1,28 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 2,28 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,28 = 50,11 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1

𝐿 𝑉2 210 50,112
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = 2,28 . . 0,1 = 11,78
2.981

c. Pipa 1/2"
h = 131,8 – 128,72 = 3,08 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 1,69 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 3,08 = 77,73 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1

𝐿 𝑉2 210 77,732
h𝑓 = . .𝑓= . . 0,1 = 38,26
𝐷 2.𝑔 1,69 2.981

d. Pipa Besi 1"


h = 130,28 – 128,74 = 1,54 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 2,7 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²

33
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,54 = 54,96 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 54,962
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = . . 0,1 = 11,97
2,7 2.981

e. Pipa PVC 1"


h = 130 – 128,9 = 1,1 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 2,72 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,1 = 46,45 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 46,452
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = 2,72 . . 0,1 = 8,48
2.981

3.2.3 Percobaan Pengukuran 2 Gate Valve Pada Pipa


𝜋
𝐷 = 2,72 𝑐𝑚 ; 𝐴 = 2,722 = 5,81 𝑐𝑚2 ; 𝐿 = 210 𝑐𝑚; 𝑔 =
4

981 𝑐𝑚/𝑠²
Sudut 20º
h = 130,8 – 125,46 = 5,34 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 . 5,34 = 102,35 cm/s
Q = A .V = 5,81.102,35 = 594,653 cm3/s

3.2.4 Percobaan Pengukuran Kontraksi Pipa

𝑐𝑐 = 0,625; 𝑉 = √2. 𝑔. ℎ ; 𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²

a. Pipa 1¼"-1"
h = 125,14 – 111,72 = 13,42 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 .13,42 = 162,265 cm/s
1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 162,2652
ℎ𝑐 = (0,625 − 1)². 2.981

hc = 0,36 . 13,41 = 4,83 𝑚𝑘𝑎

34
b. Pipa ¾"- ½"
h = 124,76 – 111,08 = 13,68 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 . 13,68 = 163,829 𝑐𝑚/𝑠
1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 163,829 2
ℎ𝑐 = (0,625 − 1)². 2.981

ℎ𝑐 = 0,36 . 4,92 = 1,77 𝑚𝑘𝑎

3.2.5 Percobaan Pengukuran Pembesaran Pipa


π
𝐴 = 4 . 𝐷2 ; 𝑉 = √2. 𝑔. ℎ ; 𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²

a. Pipa 1"- 1¼"


h = 125,22 − 113,66 = 11,56 𝑐𝑚
π π
𝐴₁ = 4 . 𝐷² = 4 . (2,72)2 = 5,81 𝑐𝑚²
π π
𝐴₂ = 4 . 𝐷² = 4 . (3,7)2 = 10,74 𝑐𝑚²

𝑉 = √2 . 𝑔 . ℎ = √2 . 981 . 11,56 = 150,601 𝑐𝑚/𝑠


2
𝐴1 𝑉2 5,81 2 150,6012
ℎ𝑒 = (1 − 𝐴2 ) . 2.𝑔 = (1 − 10,74) . 2.981

ℎ𝑒 = 5,31 𝑚𝑘𝑎

b. Pipa ¾"- 1"


h = 124,92 − 111,42 = 13,5 𝑐𝑚
π π
𝐴₁ = 4 . 𝐷² = 4 . (2,28)2 = 4,08 𝑐𝑚²
π π
𝐴₂ = 4 . 𝐷² = 4 . (2,72)2 = 5,8 𝑐𝑚²

𝑉 = √2 . 𝑔 . ℎ = √2 . 981 . 13,5 = 162,748 𝑐𝑚/𝑠


2
𝐴1 𝑉2 4,08 2 162,7482
ℎ𝑒 = (1 − 𝐴2 ) . 2.𝑔 = (1 − ) .
5,8 2.981

ℎ𝑒 = 1,17 𝑚𝑘𝑎

c. Pipa ½"- ¾"


h = 124,52 − 111,02 = 13,5 𝑐𝑚

35
π π
𝐴₁ = 4 . 𝐷² = 4 . (1,69)2 = 2,24 𝑐𝑚²
π π
𝐴₂ = 4 . 𝐷² = 4 . (2,28)2 = 4,08 𝑐𝑚²

𝑉 = √2 . 𝑔 . ℎ = √2 . 981 . 13,5 = 162,748 𝑐𝑚/𝑠


2
𝐴1 𝑉2 2,24 2 162,7482
ℎ𝑒 = (1 − 𝐴2 ) . 2.𝑔 = (1 − 4,08) . 2.981

ℎ𝑒 = 2,69 𝑚𝑘𝑎

3.2.6 Percobaan Pengukuran Elbow 90º Pipa 1/2"

𝑣2
ℎ𝑏 = 𝑘𝑏. 2.𝑔 untuk elbow Kb = 0,2 - 0,3

Mencari gesekan elbow 90º pada pipa dengan dimeter 1/2"


h = 123,3 − 109,8 = 13,5 𝑐𝑚
v2 (√2 . 981 . 13,5)2
ℎ𝑏 = 0,2. 2.𝑔 = 0,2 . = 0,2 . 13,50 = 2,7 𝑐𝑚
2 .981

3.3 Grafik

3.3.1 Grafik Selisih Tinggi Tekan Dengan Debit Aliran Pada Orifice
Dan Venturi
Grafik selisih tinggi tekan dengan debit aliran pada orifice dan venturi
dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.1 Pengukuran Karakteristik Orifice Flow Meter dan Venturi Flow Meter

Dapat disimpulkan semakin besar tinggi tekan suatu pipa semakin besar
debit yang dihasilkan. Dalam data diatas yang paling besar debit pipa orifice.

36
3.3.2 Selisih Tinggi Tekan Dengan hf

Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan hf dapat dilihat pada


grafik berikut:

Grafik 3.2 Pengukuran Geseran Pipa


Dari grafik diatas, dapat disimpulkan semakin besar tinggi
tekanan/ketinggian suatu pipa semakin besar hf yang dihasilkan. Dalam data
diatas yang paling besar pada gesekan pipa 1/2".

3.3.3 Percobaan Pengukuran 2 Gate Valve Pada Pipa


Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan debit aliran dapat dilihat
pada grafik berikut:

Grafik 3.4 Pengukuran 2 Gate Valve

3.3.4 Percobaan Pengukuran Kontraksi Pipa


Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan hc dapat dilihat pada
grafik berikut:

37
Grafik 3.5 Pengukuran Kontraksi Pipa
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan semakin besar tinggi
tekanan/ketinggian suatu pipa semakin besar kontraksi pipa (hc) yang
dihasilkan. Dalam data diatas yang paling besar pada gesekan pipa 3/4” –
1/2”.

3.3.5 Percobaan Pengukuran Pembesaran Pipa


Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan he dapat dilihat pada
grafik berikut:

Grafiik 3.6 Pengukuran Pembesaran Pipa


Dari grafik diatas dapat disimpulkan semakin besar tinggi
tekanan/ketinggian suatu pipa semakin besar pembesaran pipa (he) yang
dihasilkan. Dalam data diatas yang paling besar pada gesekan pipa 1” – 1
1/4”.

3.3.6. Percobaan Pengukuran Elbow 90º Pipa ½”


Hubungan antara selisih tinggi tekan dengan hb dapat dilihat pada
grafik berikut:

38
Grafik 3.7 Pengukuran Elbow
Dari grafik diatas dapat disimpilkan, semakin besar tinggi tekan
sebuah pipa maka semakin besar gesekan (hb) yang dihasilkan. Dalam data
diatas yang paling besar pada gesekan pipa Elbow 90° pipa 1”.

39
BAB IV KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar


tinggi tekanan/ketinggian suatu pipa, maka akan berpengaruh pula pada
meningkatnya berbagai komponen berikut:

1. Debit
Orifice flow meter dengan nilai Δh=13,36 cm dan Q=594,277 cm3/s,
sedangkan karakteristik venturi flow meter lebih kecil yaitu dengan nilai
Δh=0,4 cm dan Q=106,747 cm3/s
2. Kehilangan ketinggian (hf)
Pengukuran geseran pipa 1 1/4”, 3/4”, 1/2", pipa besi 1”, pipa PVC 1”
dapat disimpulkan bahwa nilai geseran (hf) tertinggi yaitu pada pipa 1/2"
dengan nilai Δh = 3,08 cm dan hf = 38,26
3. Kontraksi pipa (hc)
Pada pengukuran kontraksi pipa dihasilkan data dimana pipa 3/4” – 1/2”
memiliki nilai tinggi tekan dan nilai kontraksi pipa yang tertinggi yaitu:
Δh = 13,68 cm dan hc = 1,17 mka
4. Pembesaran pipa (he)
Pada pengukuran pembesaran pipa dihasilkan data dimana pipa 1/2" – 3/4”
memiliki nilai tinggi tekan dan nilai pembesaran pipa yang tertinggi yaitu:
Δh = 13,5 cm dan he = 2,69 mka.
5. Besar gesekan (hb)
Pada pengukuran belokan pipa dihasilkan data dimana sambungan elbow
90° pipa 1/2" memiliki nilai tinggi tekan dan nilai gesekan yang lebih
tinggi yaitu: Δh = 13,5 cm dan hb = 2,7 cm.

faktor lainnya yang mempengaruhi hasil dari praktikum ini yaitu apabila
pompa tersebut sering dipakai atau digunakan maka daya pompa tersebut semakin
lama akan semakin berkurang dan air yang terdapat dalam tank/penampung air
tidak atau kurang banyak.

40
BAB V PENUTUP

Sekian laporan dari saya apabila ada salah-salah kata atau dipengetikan
saya sangat mohon maaf yang sebesar-besarnya.apabila ada kesalahan saat
pengambilan data ataupun kurang rapi dalam hal pengerjaannya dari segi
perhitungan data saya sangat sangat mohon maaf.Sekian terimakasih semoga
laporan ini bisa menjadi wawasan dan juga referensi atau mampu sebagai acuan
bagi para pembacanya.

41
DAFTAR PUSTAKA

M. White, Frank dan Hariandja, Manahan 1988. “Mekanika Fluida”. Jakarta:


Erlangga

Salimin. 2009. “Pengaruh Perubahan Aliran Tehadap Koefisien Kerugian


Dinamika”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Tim Laboratorium. 2015. “Buku Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin”.


Magelang: Universitas Tidar

Alfiana, Fitri. 2018. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid Friction
Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.

Septiantoro, Andy. 2019. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid


Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.

42
DAFTAR REFERENSI INTERNET

http://scholar.unand.ac.id/35749/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf

https://www.academia.edu/25130756/LAPORAN_PRAKTIKUM_MEKANIKA_
FLUIDA_LENGKAP

https://nursiahsobad.wordpress.com/2014/05/28/24/

http://kumpulan-laporan-praktikum-kimia.blogspot.com/2015/11/laporan-
viskositas.html

https://www.coursehero.com/file/27959895/LAPORAN-FDM-kelompok-1docx/

http://yoeselynwangi.blogspot.com/2017/10/metode-dan-faktor-faktor-yang.html

http://purnama-bgp.blogspot.com/2011/10/sifat-fluida.html

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-densitas-dan-viskositas/

http://sjitok.blogspot.com/2014/12/makalah-alat-pengukuran-laju-aliran.html

43

Anda mungkin juga menyukai