Laporan Fluida (ADE ADNAN HANIF)
Laporan Fluida (ADE ADNAN HANIF)
Disusun Oleh:
Ade Adnan Hanif
1610502108
Praktikan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan
Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Laporan yang kami sajikan berdasarkan materi
yang kami peroleh dalam perkuliahan dan informasi yang kami dapatkan dari bebagai
sumber. Dengan penuh kesabaran, Laporan praktikum ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memberikan wawasan yang lebih luas
mengenai fenomena dasar mesin bagi pembaca, dan khususnya bagi penulis.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat bantuan dan dukungan dari
banyak pihak, pada kesempatan ini kami berterimakasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan,
baik moril maupun materiil sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Ir. Kun Suharno, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktikum Fenomena
Dasar Mesin.
3. Pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata, kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca. Dari kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
Fenomena kehilangan energi secara teoritis dijelaskan dalam Konsep
Bernoulli. Persamaan Bernoulli untuk fluida menggambarkan persamaan energi,
dengan mengikutsertakan kerugian-kerugian energi yang terjadi di dalam
persamaan tersebut. Penentuan kehilangan energi sangat penting dan menjadi hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu sistem pengaliran fluida yang
menggunakan pipa. Kehilangan energi dalam sistem perpipaan dapat dianalisis
dengan menggunakan alat Fluid Friction Apparatus.
Fluid Friction Apparatus merupakan alat yang digunakan untuk menguji
fenomena aliran yang terjadi dalam saluran tertutup termasuk salah satunya adalah
kehilangan energi. Alat ini terdiri atas beberapa jalur perpipaan yang dirancang
memakai fitting dan pengukurannya menggunakan manometer baik manual, air
raksa, maupun digital. Melalui alat ini, dapat diidentifikasi hal-hal yang terjadi di
dalam aliran fluida secara keseluruhan. Selain dibuat pabrikan, alat ini juga dapat
dirancang bangun dengan model fisik skala laboratorium.
Pada percobaan aliran fluida dalam pipa ini menggunakan alat, yaitu
“FLUID FRICTION APPARATUS” model MF101, yang skemanya dapat dilihat
pada gambar dibawah. Alat ini terdiri dari 4 buah pipa yaitu nomor 1 – 4, satu set
pompa dengan motor listrik (5), tangki penampung air 6a dan 6b, sejumlah katup
dan fitting, alat pengatur aliran 7, 8, 9a dan 9b, lubang-lubang pengatur tekanan
(22 – 41), dan alat pengukur tekanan (42 – 43).
2
Ukuran dari pipa-pipa yang ada, yaitu:
3
c. Apakah tinggi tekan mempengaruhi kontraksi pipa.
d. Apakah tinggi tekan mempengaruhi pembesaran pipa.
e. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar gesekan.
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar debit suatu aliran.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini antara lain:
4
BAB II DASAR TEORI
2.1.1 Viskositas
Kekentalan atau viskositas merupakan sifat dari suatu zat cair (fluida)
yang disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)
dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair.
Viskositas memiliki alat ukur yang disebut viskometer yang berfungsi
untuk mengukur koefisien gliserin, oli atau minyak. Viskositas banyak
terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti sirup, minyak goreng dan oli.
5
Viskositas berguna untuk kehidupan seperti sirup yang dikentalkan agar
tetap awet.
Pada percobaan ini bola kecil dijatuhkan kedalam cairan yang akan
dihitung angka kekentalanya. Bila bola tersebut mula-mula akan mengalami
percepatan dikarenakan gaya beratnya, tetapi karena sifat kekentalan cairan,
maka besar percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada
saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hubungan antara kecepatan terminal dengan angka kekentalan dapat
diperoleh dari Hukum Stokes.
Viskositas adalah properti fisik penting mengatur produksi,
transportasi dan letusan magmas. Viskositas alami dapat menjangkau lebih
dari 15 kali lipat terutama dalam menanggapi variasi temperatur,
mencairkan komposisi dan proporsi padatan tersuspensi fase cairan
(Giordano, Daniele, dkk, 2008). Viskositas ada dalam literatur sejumlah
besar persamaan empiris atau semi empiris untuk menggambarkan suhu dari
viskositas cairan. Pada zat cairan, ukuran partikel menentukan tingkat
kekentalan (viskositas) dari cairan itu sendiri. Perbedaan viskositas pada zat
cair menunjukkan fungsi zat cair tersebut (Maulida, R. H, dkk, 2010 ;
Poirier, J. P, 1987).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut
(Bird, 1987):
a. Tekanan
b. Temperatur
c. Ukuran dan berat molekul
d. Kekuatan antar molekul
6
menggerakkan permukaan itu diperlukan gaya untuk mengatasi
tarikan atau viskositas yang ada diantara dua permukaan tersebut
(Roth dan Blaschke, 1988).
Fluida viskositas newton adalah sifat termodinamika yang
sebenarnya alirannya tergantung pada suhu dan tekanan. Pada suatu
keadaan, nilai kekentalan itu berbeda-beda untuk berbagai fluida ( P =
1 atm, T = 200C ) (Orianto, 1984).
7
perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding
dengan waktu pengaliran t dan to setelah dikoreksi untuk
perbedaan rapatan p dan po (Atkins, 1996).
Suhu memberikan pengaruh yang besar sedangkan tekanan
memberikan pengaruh yang sedang terhadap viskositas.
Kekentalan gas dan kebanyakan zat cair naik perlahan-lahan
dengan meningkatnya tekanan. Viskositas sangat dipengaruhi
temperatur, makin tinggi temperatur maka makin kecil koefisien
viskositas (Giles, 1986).
Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat
khusus. Sebagai contoh kekentalan kinematik melibatkan
kekentalan dinamik dan rapat massa. Sejauh yang kita ketahui,
fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul-molekul dengan
jarak pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-
molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak
bebas terhadap satu sama lain.
2.1.2 Density
Massa jenis atau Density disebut juga dengan istilah rapat massa
adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan vulumenya. Massa jenis
merupakan ciri khas setiap zat. Oleh karena itu zat yang berbeda jenisnya
pasti memiliki massa jenis yang berbeda pula. Massa jenis zat tidak
dipengaruhi oleh bentuk dan volume.
8
a. Densitometer Helium
Densitometer Helium digunakan untuk menentukan
kerapatan serbuk yang berpori.
b. Piknometer
Piknometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kerapatan sebenarnya dari sebuah padatan dan
benda cair.
Contoh:
Berapakah kerapatan 5 ml serum jika mempunyai massa
5,23 gram?
9
c. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur kerapatan
sebenarnya dari zat cair.
10
Tergantung pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kohesi
antar partikel.
Dalam kerapatan bulk dikenal dua macam porositas yaitu:
a. Porositas celah
Yaitu volume relatif celah-celah ruang antara
dibandingkan dengan volume bulk serbuk, tidak termasuk
pori-pori di dalam partikel. Porositas celah dinyatakan
dalam rumus di bawah ini
b. Porositas total
Porositas total dinyatakan sebagai keselurahan pori dari
celah-celah antara partikel dan pori-pori di dalam
partikel. Porositas total dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
dimana:
Vb = volume bulk
Vp = volume bahan padat itu sendiri
11
2.1.3 Pertimbangan Spesifik Aliran Fluida Tak Mampu
Mampat Melalui Saluran Terbuka, Pipa -Pipa Dan
Fittings
Gambar 2.3 Distribusi Kecepatan Laminar dan Turbulent pada Pipa Bulat
12
Gambar 2.4 Diagram Moody
Peralatan ini pada dasarnya terdiri dari 4 buah pipa (gambar 1b) yaitu
1 sampai 4, satu set pompa dan motor (5), dan 2 buah tangki air 6a dan 6b,
katupkatup dan fitting-fitting, alat ukur debit air 7, 8, 9a dan 9b, titik sensor
tekanan (22 – 41) dan alat pengukur tekanan (42 – 43). Rangkaian pipa-pipa
dan fitting-fitting dibuat dari bahan baja.
Keempat pipa tersebut adalah :
1 – 22 – 30 = diameter nominal ½”
2 – 23 – 31 = diameter nominal ¾”
13
3 – 24 – 32 = diameter nominal 1”
4 – 25 – 33 = diameter nominal 1¼”
Variasi kerapatan dan viskositas absolut air pada temperatur tertentu
dapat dilihat sebagai berikut:
14
Untuk mengukur tekanan, pipa-pipa maupun fittng dilengkapi
dengan tap tekanan dan dua buah manomater diferensial yang
dipasang dalam satu wadah 42 dan 43. Tap-tap tekanan terdapat pada
keempat pipa, 22 - 30, 23 - 31, 24 - 32 dan 25 - 33. Ada juga tap
tekanan yang terdapat pada pertengahan masing-masing pipa, 26-29.
Katup 15, 16, T20 dan elbow 21 juga dilengkapi dengan tap-tap
tekanan sebagai sensor penurunan tekanan pada fiting-fitting tersebut.
Penurunan tekananan pada orifice 7 diamati dengan
menggunakan tap 40 dan 41, dan dengan cara yang sama penurunan
tekanan venturi 8 diamati denganmenggunakan tap 38 dan 39 yang
dihubungkan dengan selang karet ke manometer diferensial.
Katup 44 dan 45 digunakan untuk mengatur rangkaian aliran,
apakah aliran tertutup atau aliran terbuka, sesuai keinginan.
15
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu:
1. Venturimeter
2. Flow nozzle
3. Pitot tubes
4. Flat orifice
2.2.1 Venturimeter
16
c. Throat (leher): Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir
bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah
kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone. Pada venturimeter ini
fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian outlet cone.
Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin
mengecil kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah
tempat-tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat
datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturimeter yaitu outlet
cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada
throat, dan pada outlet cone ini tekanan kembali normal. Jika aliran melalui
venturimeter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang
meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan
menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada
outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan
yang permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat.
Kelebihan dan kekurangan venturimeter:
Kelebihan:
1. Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas
yang sama.
2. Dapat pengukur debit besar.
3. Jauh dari kemungkinan tersumbat kotoran.
4. Mengukur cairan yang mengandung endapan padatan (solid).
Kekurangan:
1. Lebih mahal harganya.
2. Sulit dalam pemasangan karena panjang.
3. Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inchi.
17
2.2.2 Flow Nozzle
18
2.2.3 Pitot Tubes
Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun
1732. Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan
beda tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat
pada Gambar diatas, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukuran
tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini
biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes
terbuat dari stainless steel dan kuningan.
19
Kekurangan:
1. Keakuratan rendah untuk beberapa aplikasi.
2. Pipa harus lurus dengan kecepatan aliran untuk mendapatkan hasil
yang baik.
2.3.1 Venturimeter
20
Prinsip kerja venturimeter tanpa manometer ini berdasar pada Asas
Bernoulli yang berbunyi: Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida
yang paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya paling kecil, dan
tekanan paling kecil adalah pada bagian kelajuan alirnya paling besar.
Venturi meter Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa
jenis ρ. Kecepatan fluida mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan
pada pipa sebelah kiri lebih besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat
tersebut diukur oleh manometer yang diisi dengan fluida dengan massa jenis
ρ’ dan manometer menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian permukaan
fluida di kedua sisi adalah H. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas
dan Persamaan Bernouli, diperoleh: Menghitung kelajuan cairan dalam pipa
memakai venturimeter tanpa manometer Persamaan Bernoulli adalah dan
kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka Cairan mengalir pada mendatar maka h1 =
h2 sehingga,
P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12)_____(1)
Maka pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatisnya:
P1 = ρ.g.hA dan P2 = ρ.g.hB
maka P1 – P2 = ρ.g(hA –hB) = ρ.g.h _____ (2)
Keterangan:
v : kelajuan gas(m/s)
v1 : kecepatan fluida pada pipa yang besar (m/s)
21
Gambar 2.10 Prinsip Kerja Pitot Tubes
Cara kerja pitot tube adalah:
1. Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batang
yang dihubungkan ke manometer (pstat).
2. Tekanan pada ujung pipa di mana fluida masuk merupakan tekanan
stagnasi (p0).
3. Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukkan dalam persamaan
Bernoulli untuk mengetahui kecepatan alirannya. Sulit untuk
mendapat hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata karena
adanya friksi pada pipa. Hasil pengukuran selalu lebih kecil dari
kenyataan akibat faktor C (friksi empirik).
Orifice adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur laju
aliran volum atau massa fluida di dalam saluran yang tertutup (pipa)
berdasarkan prinsip beda tekanan. Alat ini berupa plat tipis dengan gagang
22
yang diapit diantara flens pipa. Fungsi dari gagang orifice adalah untuk
memudahkan dalam proses pemasangan dan penggantian. Orifice termasuk
alat ukur laju aliran dengan metode rintangan aliran (Obstruction Device).
Karena geometrinya sederhana, biayanya rendah dan mudah dipasang atau
diganti.
Orifice plate (sebuah plat lubang) adalah pelat tipis dengan lubang di
tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam pipa aliran fluida di mana.
Ketika cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang di tengah, cairan
dipaksa untuk berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik konvergensi
maksimum sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava
disebut contracta (lihat gambar sebelah kanan). Seperti tidak demikian,
kecepatan dan perubahan tekanan. Di luar contracta vena, cairan
mengembang dan kecepatan dan tekanan perubahan sekali lagi. Dengan
mengukur perbedaan tekanan fluida antara bagian pipa normal dan di vena
contracta, tingkat aliran volumetrik dan massa dapat diperoleh dari
persamaan Bernoulli
2.4.1 Ventilasi
Sebuah lubang ventilasi ditempakan pada bagian atas tangki air, agar
udara yang terdapat didalam tangki air agar keluar lewat lubang ventilasi
23
tersebut. Udara didalam tangki dapat juga keluar lewat lubang sekeliling
pipa yang terdapat pada bagian atas tangki air tersebut.
24
sampai air yang terdapat dalam sistem bebas udara. Setelah itu katup 44 dan
52 ditutup. Dengan cara diatas, udara akan ikut terbawa oleh aliran air
masuk ke tangki air. Kemudian dari tangki air udara tersebut akan keluar
melalui lubang ventilasi yang terdapat pada bagian atas tangki air. Cara lain
untuk membuang udara dalam sistem adalah:
1. Ambil sebuah ember untuk menampung air.
2. Tutup salah katup yang dijelaskan pada langkah nomor 4 diatas dan
lepaskan selang karet dari katup tersebut.
3. Arahkan ujung selang karet ke ember yang telah tersedia. Udara dan air
dari sel ang karet akan mengalir dan jatuh ke dalam ember.
4. Setelah udara keluar, pasang kembali selang karet tersebut pada katup
tekanan tempat selang karet terpasang sebelumnya. Kemudian buka
katup pada tep tekanan tersebut.
5. Dengan cara diatas, salah satu sisi manometer diferensial sudah terhindar
dari gelembung-gelembung udara dan kotoran lainnya. Ulangi langkah 7,
8,9,10 untuk sisi manometer yang lain.
6. Matikan pompa.
7. Buka skrup ventilasi yang ada pada bagian atas manometer secara
perlahan-lahan. Udara luar akan masuk pada kolom air sebelah atas
manometer, diikuti dengan turunnya permukaan air (permukaan air pada
manometer sama tinggi, sampai mencapai pertengahan skala yang
terdapat pada manometer. Tutup kembali sekrup ventilasi.
8. Setelah langkah 13 dilakukan. Tetapi masih ada gelembung udara dalam
sistem, dua proses berikut dapat ditempuh untuk menghilangkan
gelembung udara.
9. Hubungkan semua selang karet manometer dengan tap-tap tekanan.
10. Hidupkan pompa, lalu matikan, hidupkan lagi dan matikan lagi.
Demikian seterusnya.
11. Tutup semua katup pada tap tekanan.
12. Dengan demikian gelembung udara dari dalam sistem telah terbuang,
dan permukaan air pada tiap manometer sama tinggi. Keempat kolom air
25
pada manometer tidak harus sama tinggi, hanya tiap pasang mempunyai
tinggi yang sama.
13. Sekarang sistem siap dioperasikan.
26
motor dihidupkan. Setelah motor dihidupkan, katup 44 dan atau 52 dapat
dibuka lebih besar sesuai keinginan.
6. Untuk mengatur laju aliran di dalam sistem, dilakukan dengan mengatur
permukaan/penutupan katup 44 dan atau 52.
7. Setelah itu dapat dibuat grafik hubungan antara debit aliran dengan
penurunan tekanan untuk orifice maupun venturi. Grafik ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan debit aliran pada sistem
rangkaian tertutup.
27
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tabel
Pada pengamatan yang kami lakukan ini, untuk setiap kategori pipa atau
katup dilakukan beberapa kali pengukuran. Pengukuran pertama yaitu pengukuran
orifice dan venturi awal dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Orifice dan Venturi Awal
28
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Geseran Dalam Pipa 1 1/4", Pipa 3/4" dan Pipa 1/2"
Pengukuran Geseran Dalam Pipa
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
126 112,5 129,6 126,1 125,3 111,5 130 128,8 124,4 110,9 131,7 128,8
125,8 112,2 129,4 129 125,2 111,4 129,9 128,6 124,4 110,8 131,8 128,8
125,7 112 129,3 128,9 123,2 111,4 129,9 128,6 124,3 110,8 131,8 128,7
125,7 112 129,2 128,8 125,1 111,3 129,9 128,6 124,4 110,7 131,8 128,8
125,6 112 129,2 128,9 128 111,4 130 128,7 124,2 110,8 131,9 128,5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
125,76 112,14 129,34 128,74 125,76 111,4 129,94 128,66 124,34 110,8 131,8 128,72
Pengukuran keiga yaitu mengukur geseran pada pipa besi dan PVC
masing-masing 1'' dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Geseran Dalam Pipa Besi 1'' dan Pipa PVC 1''
Pengukuran Geseran Dalam Pipa
Pipa Besi 1'' Pipa PVC 1"
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
124,6 111,1 131,1 128,8 124,5 111,1 130 128,8
124,9 111,5 130,1 128,6 124,6 111,1 130 128,9
124,9 111,2 130,1 128,7 124,6 111,1 130 128,8
124,9 111,3 130,1 128,8 124,6 111,2 130,2 128,9
124,9 111,2 130,3 128,8 124,6 111,2 130,3 128,9
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
124,84 111,38 130,28 128,74 124,58 111,1 130 128,9
Pengukuran keempat yaitu mengukur gate valve pada sudut 60º dengan
perolehan data sebagai berikut:
29
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Gate Valve 60º
Pengukuran Gate pada pipa
Sudut 60º
Orifice (cm) Pipa (cm)
127,5 114,2 132,7 118,5
125,2 111,5 130,3 127,1
125,2 111,6 130,3 127,2
125,1 111,6 130,4 127,2
125,1 111,6 130,3 127,3
Rata-rata Rata-rata
125,62 112,1 130,8 125,46
Pengukuran kelima yaitu mengukur kontraksi pada pipa 1 1/4"-1" dan pipa
3/4"-1/2" dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Kontraksi Pipa
Pengukuran Kontraksi Pipa
Pipa 1 1/4"-1" Pipa 3/4"-1/2"
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
127,6 124,4 125,5 112 131,1 123,3 126,2 112,7
129,3 128,5 125 111,6 130,1 128,4 124,5 110,6
129,2 128,4 125,2 111,5 130 129,4 124,3 110,6
129,3 128,5 125 111,6 130 129,4 124,3 110,6
129,3 128,5 125 111,9 130 129,4 124,3 110,6
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
128,94 127,66 125,14 111,72 130,24 127,98 124,76 111,08
30
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Pembesaran Dalam Pipa 1"-11/4", pipa 3/4"-1" dan
pipa 1/2"-3/4"
Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm) Orifice (cm) Pipa (cm)
128,8 128,4 125,5 111,7 127,7 128,9 125,2 111,7 129,4 128,1 124,6 111,2
128,8 128,7 125,1 121,6 128,7 128,8 125 111,3 129,2 129,1 124,5 111
128,8 128,7 125,2 111,6 128,7 128,9 124,8 111,3 129,2 129,1 124,6 111
128,8 128,7 125,2 111,7 128,7 128,9 124,8 111,4 129,2 129,1 124,5 111
128,8 128,7 125,4 111,7 128,7 128,9 124,8 111,4 129,2 129,1 124,4 110,9
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
128,8 128,64 125,22 113,66 128,5 128,88 124,92 111,42 129,24 128,9 124,52 111,02
Pengukuran keenam yaitu mengukur belokan pada elbow 90º pipa 1/2"
dengan perolehan data sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Belokan Pada Elbow 90º Pipa 1/2"
Pengukuran Belokan Pipa
ELBOW 90º Pipa 1/2"
Orifice (cm) Pipa (cm)
131,1 129,8 123,3 109,8
131,2 129,9 123,4 109,9
131,1 129,7 123,3 109,7
131 129,9 123,3 109,8
131 129,8 123,4 109,8
Rata-rata Rata-rata
131,1 129,9 123,3 109,8
31
3.2 Perhitungan
a. Orifice
h = 126,38 - 113,02 = 13,36 cm
K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,91 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
13,91 . 5,6
𝑄 = 0,6
√13,912 −5,62
√2 . 981 . 13,36= 594,277 𝑐𝑚3/𝑠
b. Venturi
h = 128,6 – 128,2 = 0,4 𝑐𝑚
K = 0,97 (koefisien venturi)
𝑑1 = 37 𝑚𝑚 =3,7 𝑐𝑚
𝑑2 = 22,2 𝑚𝑚 =2,22 𝑐𝑚
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋 𝜋
𝐴1 = 3,72 = 4 13,69 = 10,74 𝑐𝑚2
4
𝜋 𝜋
𝐴2 = 2,222 = 4 4,9284 = 3,86 𝑐𝑚2
4
A1.A2
𝑄=𝐾 √2𝑔ℎ
√𝐴12 −𝐴22
10,74 .3,86
𝑄 = 0,97
√10,742 −3,862
√2 . 981 . 0,4 = 106,747 𝑐𝑚3/𝑠
a. Pipa 1 1/4"
h = 129,34 – 128,74 = 0,6 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
32
𝐷 = 2,72 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ =√2 . 981 . 0,6 = 34,31 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 34,312
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = 2,72 . . 0,1 = 4,63
2.981
b. Pipa 3/4"
h = 129,94 – 128,66 = 1,28 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 2,28 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,28 = 50,11 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 50,112
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = 2,28 . . 0,1 = 11,78
2.981
c. Pipa 1/2"
h = 131,8 – 128,72 = 3,08 𝑐𝑚
𝐿 = 210 𝑐𝑚
𝐷 = 1,69 𝑐𝑚
𝑔 = 981 𝑐𝑚/𝑠²
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 3,08 = 77,73 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 77,732
h𝑓 = . .𝑓= . . 0,1 = 38,26
𝐷 2.𝑔 1,69 2.981
33
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,54 = 54,96 𝑐𝑚/𝑠
𝑓 = 0,1
𝐿 𝑉2 210 54,962
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 𝑓 = . . 0,1 = 11,97
2,7 2.981
981 𝑐𝑚/𝑠²
Sudut 20º
h = 130,8 – 125,46 = 5,34 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 . 5,34 = 102,35 cm/s
Q = A .V = 5,81.102,35 = 594,653 cm3/s
a. Pipa 1¼"-1"
h = 125,14 – 111,72 = 13,42 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 .13,42 = 162,265 cm/s
1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 162,2652
ℎ𝑐 = (0,625 − 1)². 2.981
34
b. Pipa ¾"- ½"
h = 124,76 – 111,08 = 13,68 cm
𝑉 = √2. 𝑔. ℎ = √2 . 981 . 13,68 = 163,829 𝑐𝑚/𝑠
1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 163,829 2
ℎ𝑐 = (0,625 − 1)². 2.981
ℎ𝑒 = 5,31 𝑚𝑘𝑎
ℎ𝑒 = 1,17 𝑚𝑘𝑎
35
π π
𝐴₁ = 4 . 𝐷² = 4 . (1,69)2 = 2,24 𝑐𝑚²
π π
𝐴₂ = 4 . 𝐷² = 4 . (2,28)2 = 4,08 𝑐𝑚²
ℎ𝑒 = 2,69 𝑚𝑘𝑎
𝑣2
ℎ𝑏 = 𝑘𝑏. 2.𝑔 untuk elbow Kb = 0,2 - 0,3
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik Selisih Tinggi Tekan Dengan Debit Aliran Pada Orifice
Dan Venturi
Grafik selisih tinggi tekan dengan debit aliran pada orifice dan venturi
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.1 Pengukuran Karakteristik Orifice Flow Meter dan Venturi Flow Meter
Dapat disimpulkan semakin besar tinggi tekan suatu pipa semakin besar
debit yang dihasilkan. Dalam data diatas yang paling besar debit pipa orifice.
36
3.3.2 Selisih Tinggi Tekan Dengan hf
37
Grafik 3.5 Pengukuran Kontraksi Pipa
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan semakin besar tinggi
tekanan/ketinggian suatu pipa semakin besar kontraksi pipa (hc) yang
dihasilkan. Dalam data diatas yang paling besar pada gesekan pipa 3/4” –
1/2”.
38
Grafik 3.7 Pengukuran Elbow
Dari grafik diatas dapat disimpilkan, semakin besar tinggi tekan
sebuah pipa maka semakin besar gesekan (hb) yang dihasilkan. Dalam data
diatas yang paling besar pada gesekan pipa Elbow 90° pipa 1”.
39
BAB IV KESIMPULAN
1. Debit
Orifice flow meter dengan nilai Δh=13,36 cm dan Q=594,277 cm3/s,
sedangkan karakteristik venturi flow meter lebih kecil yaitu dengan nilai
Δh=0,4 cm dan Q=106,747 cm3/s
2. Kehilangan ketinggian (hf)
Pengukuran geseran pipa 1 1/4”, 3/4”, 1/2", pipa besi 1”, pipa PVC 1”
dapat disimpulkan bahwa nilai geseran (hf) tertinggi yaitu pada pipa 1/2"
dengan nilai Δh = 3,08 cm dan hf = 38,26
3. Kontraksi pipa (hc)
Pada pengukuran kontraksi pipa dihasilkan data dimana pipa 3/4” – 1/2”
memiliki nilai tinggi tekan dan nilai kontraksi pipa yang tertinggi yaitu:
Δh = 13,68 cm dan hc = 1,17 mka
4. Pembesaran pipa (he)
Pada pengukuran pembesaran pipa dihasilkan data dimana pipa 1/2" – 3/4”
memiliki nilai tinggi tekan dan nilai pembesaran pipa yang tertinggi yaitu:
Δh = 13,5 cm dan he = 2,69 mka.
5. Besar gesekan (hb)
Pada pengukuran belokan pipa dihasilkan data dimana sambungan elbow
90° pipa 1/2" memiliki nilai tinggi tekan dan nilai gesekan yang lebih
tinggi yaitu: Δh = 13,5 cm dan hb = 2,7 cm.
faktor lainnya yang mempengaruhi hasil dari praktikum ini yaitu apabila
pompa tersebut sering dipakai atau digunakan maka daya pompa tersebut semakin
lama akan semakin berkurang dan air yang terdapat dalam tank/penampung air
tidak atau kurang banyak.
40
BAB V PENUTUP
Sekian laporan dari saya apabila ada salah-salah kata atau dipengetikan
saya sangat mohon maaf yang sebesar-besarnya.apabila ada kesalahan saat
pengambilan data ataupun kurang rapi dalam hal pengerjaannya dari segi
perhitungan data saya sangat sangat mohon maaf.Sekian terimakasih semoga
laporan ini bisa menjadi wawasan dan juga referensi atau mampu sebagai acuan
bagi para pembacanya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Alfiana, Fitri. 2018. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid Friction
Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.
42
DAFTAR REFERENSI INTERNET
http://scholar.unand.ac.id/35749/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
https://www.academia.edu/25130756/LAPORAN_PRAKTIKUM_MEKANIKA_
FLUIDA_LENGKAP
https://nursiahsobad.wordpress.com/2014/05/28/24/
http://kumpulan-laporan-praktikum-kimia.blogspot.com/2015/11/laporan-
viskositas.html
https://www.coursehero.com/file/27959895/LAPORAN-FDM-kelompok-1docx/
http://yoeselynwangi.blogspot.com/2017/10/metode-dan-faktor-faktor-yang.html
http://purnama-bgp.blogspot.com/2011/10/sifat-fluida.html
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-densitas-dan-viskositas/
http://sjitok.blogspot.com/2014/12/makalah-alat-pengukuran-laju-aliran.html
43