Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

“Fluid Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”

Disusun Oleh:
Ifan Imbang Pangestu
1810502036
Kelompok 1

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahka rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya pada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang ditujukan untuk memenuhi
tugas praktikum fenomena dasar mesin.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya serta kepada seluruh umatnya sampai akhir
jaman. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian proposal ini. Baik sumbangan moril maupun material
Akhir kata, kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca. Dari kami mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
laporan ini.

Magelang, 23 Februari 2021

Ifan Imbang Pangestu

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................3
2.1 Fluid Friction Asparatus Model MF 101 ..................................................3
2.2 Sifat-sifat Alami Fluida .............................................................................4
2.2.1 Density ............................................................................................4
2.2.2 Viskositas ........................................................................................5
2.2.3 Bilangan Reynold ............................................................................6
2.3 Kerugian Gesekan Dalam Pipa..................................................................7
2.4 Kajian Teoritis Perhitungan.......................................................................7
2.4.1 Orificemeter ....................................................................................8
2.4.2 Venturimeter ...................................................................................8
2.4.3 Kerugian Kontraksi .........................................................................9
2.4.4 Kerugian Pembesaran Pipa .............................................................9
2.4.5 Get Valve Dan Elbow Pada Pipa ...................................................10
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................11
3.1 Data Percobaan ........................................................................................11
3.2 Analisa Dan Percobaan............................................................................12
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................24
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................24
4.2 Saran ........................................................................................................24

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya fluida mengalir di dalam pipa akan mengalami penurunan


tekanan, yang disebut juga kerugian tekanan (pressure losses). Penurunan tekanan
pada aliran fluida di dalam pipa memiliki nilai yang sebanding dengan panjang
pipa yang dilalui. Kehilangan energi terbesar pada sebuah aliran fluida di dalam
pipa adalah akibat dari gesekan yang terjadi antara fluida dan dinding dalam pipa,
yang disebut kerugian gesekan (friction losses). Kerugian gesekan dipengaruhi
oleh kekasaran pipa, panjang dan diameter pipa, jenis fluida, kecepatan dan
bentuk aliran fluida.
Pada perkembangan ilmu pengetahuan mengenai fluida, telah banyak
dikembangkan melalui penelitian untuk mengetahui penurunan tekanan, nilai
bilangan Reynold (Re) suatu fluida dan koefisien gesek (f) dari berbagai jenis
pipa. Akan tetapi, dalam prakteknya pipa-pipa yang tersedia secara komersial
tidak diketahui dengan pasti spesifikasinya.
Fluid friction asparatusmodel MF 101 merupakan peralatan yang dirancang
untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak mampu mampat di dalam pipa.
Melalui percobaan yang dilakukan menggunakan peralatan ini, akan diketahui
sifat-sifat aliran fluida terutama hubungan antara perubahan tekanan dengan debit
aliran fluida melalui pipa. Perubahan tekanan yang terjadi, erat kaitannya dengan
perubahan tekanan masuk pipa, kecepatan aliran dan hambatan aliran fluida.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini, yaitu:

a. Apakah tinggi tekan mempengaruhi debit aliran.


b. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar hf.
c. Apakah tinggi tekan mempengaruhi kontraksi pipa.

1
d. Apakah tinggi tekan mempengaruhi pembesaran pipa.
e. Apakah tinggi tekan mempengaruhi besar gesekan.
f. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar debit suatu aliran.

1.3 Tujuan

Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak


termampatkan (income pressible fluid) di dalam pipa. Melalui percobaan ini akan
diketahui sifat-sifat aliran fluida, terutama hubungan perubahan tekanan dengan
debit aliran fluida melalui pipa. Perubahan tekanan aliran fluida yang terjadi
berhubungan erat dengan perubahan tekanan masuk pipa, kecepatan aliran dan
hambatan aliran (seberapa besar kerugian tekanan yang terjadi dan faktor gesekan
di sepanjang pipa).

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini antara lain:

a. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi besar gesekan


pada pipa.
b. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat aliran fluida.
c. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh jenis material pipa pada aliran
fluida.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Fluid Friction Asparatus Model MF 101


Peralatan yang digunakan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida yang
tak mampu mampat di dalam pipa yaitu fluid friction asparatus model MF 101.
Peralatan ini terdiri dari 4 buah pipa, pompa dengan motor listrik, tangki
penampung air, sejumlah katup dan fitting, alat pengatur aliran, lubang-lubang
pengatur tekanan, dan alat pengukur tekanan. Ukuran pipa-pipa pada peralatan ini
ditunjukan pada tabel 1.

Ukuran nominal ( mm )
Jenis pipa
Diameter luar Diameter Dalam Panjang terukur
PVC 1,25 “ 42,1 37 2100
PVC 1 “ 32 27,2 2100
PVC ¾ “ 26,7 22,7 2100
PVC ½ “ 21,5 16,9 2100
Besi 1 “ 31 27 2100
Stainless 32 27,7 2100
Diameter Venturi d1 = 37 mm = 3,7 cm d2 = 22,2 mm = 2,2 cm
Diameter Orifice d1 = 42,1 mm =4,21 cm d2 = 26,7 mm = 2,67 cm
Tabel 1. Ukuran pipa pada fluid friction asparatus model MF 101

Orifice memiliki diameter dalam do = 26.7 mm dan diamter luar Do = 42.1


mm. Dengan venturi yang memiliki diamter sisi masuk dv = 37 mm dan diameter
leher Dv = 22.2 mm.
Pengukuran tekanan atau perbedaan tekanan dilakukan dengan dua pasang
manometer diferensial yang terpasang pada satu kerangka. Lubang-lubang
pengukuran ditempatkan pada ujung masing-masing pipa yang diukur. Untuk
katup T20 dan elbow 21 tersedia pula lubang-lubang pengukuran untuk penurunan
tekanan pada fitting-fitting ini. Demikian pula untuk orifice meter dan venturi
meter, tersedia lubang-lubang pengukurnya.

3
2.2. Sifat-Sifat Alami Fluida
Fluida memiliki sifat-sifat fisis, yaitu tekanan, temperatur, kerapatan
(density), dan viskositas. Tekanan fluida dapat dinyatakan dalam satuan panjang
kolom air atau dalam gaya per satuan luas. Temperatur umumnya dinyatakan
dalam skala Fahrenheit atau Celcius. Kerapatan atau density sering dinyatakan
dalam lb/ft 3 atau kg/m3 . Viskositas merupakan sifat fluida yang menyebabkan
tekanan aliran fluida sehingga timbul gaya geser di dalam fluida itu sendiri.
Viskositas absolut (μ) merupakan perbandingan tegangan geser dengan laju
pergeseran yang terjadi.
Perubahan temperatur fluida mempunyai pengaruh besar terhadap viskositas
fluida, sedangkan perubahan tekanan mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap
viskositas fluida. Gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan geser antara
sebuah plat diam dengan plat bergerak, dimana kedua plat tersebut dipisahkan
oleh lapisan tipis fluida, merupakan fungsi terhadap koefisien viskositas absolut,
luas bidang geser, kecepatan relatif antara kedua plat dan berbanding terbalik
dengan tebal lapisan fluida. Beberapa sifat fluida yang perlu diketahui, antara lain:
2.2.1. Density
Density atau densitas adalah jumlah zat yang terkandung di dalam
suatu unit volume. Semua fluida memiliki sifat ini. Sifat ini terbagi
menjadi tiga bentuk, yaitu:
a. Densitas Massa
Densitas masa adalah perbandingan jumlah massa dan jumlah
volume dengan persamaan sebagai berikut:
m
ρ= .................................................... (1)
V

P = ρgh ................................................ (2)


Dimana m adalah massa dan V adalah volume dengan satuan
satuan densitas adalah kg/m3 dan memiliki dimensi ML−3 ,
dengan standar tekanan P = 1,013 x 105 N/m2 dan temperatur
T=288,15 K, misalnya ρ air = 1000 kg/m3 .
b. Berat Spesifik

4
Berat spesifik adalah nilai densitas massa dikalikan dengan
percepatan gravitasi dengan persamaan sebagai berikut:
γ = ρ g ............................................ (3)
Dimana satuan berat spesifik adalah N/m3 dengan dimensi
ML−3 T −2, berat spesifik air adalah 9,81 x 103 N/m3 .
c. Densitas Relatif
Densitas relatif atau spesific gravity adalah perbandingan antara
densitas massa dengan berat spesifik suatu zat terhadap densitas
massa atau berat spesifik suatu zat standar, dimana yang
dianggap memiliki nilai zat standar adalah air pada temperatur
4℃, dimana densitas relatif tidak memiliki memiliki satuan.
Pada fluida Non-Newtonian khususnya aliran Slurry, densitas
dari fluida ini dinyatakan dalam bentuk presentase konsentrasi
padatan (Cw) dengan presentase antara padatan dengan air
sebagai pelarutnya seperti pada persamaan sebagai berikut:
Cv ρ s Cv ρ s
Cw = = .......... (4)
Cv ρ s+(100−C) ρm

2.2.2. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah ukuran kekentalan fluida terhadap
tegangan geser pada dinding dimana fluida tersebut mengalir. Hukum
viskositas pada fluida Newtonian menyatakan bahwa laju aliran dikalikan
dengan viskositas berbanding lurus terhadap tegangan geser.
Pada dasarnya viskositas disebabkan karena kohesi dan pertukaran
momentum molekular diantara lapisan layer fluida pada saat fluida tersebut
mengalir. Viskositas fluida ini dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya
temperatur, konsentrasi larutan, bentuk partikel, dan lain-lain. Viskositas
dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Viskositas Dinamis
Viskositas dinamis adalah perbandingan geser dengan laju
perubahannya. Besar nilai viskositas dinamis tergantung dari
faktor seperti yang dijelaskan sebelumnya. Untuk viskositas

5
dinamis air pada temperatur lingkungan 26℃ adalah 8,6 x 10−4
kg/ms.
b. Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis adalah perbandingan viskositas dinamis
terhadap densitas (kerapatan) dari fluida tersebut. Viskositas ini
terdapat dalam aliran beberapa penerapan antara lain dalam
bilangan Reynold yang merupakan bilangan tak berdimensi. Nilai
viskositas kinematis air pada temperatur standar 26℃ adalah 8,6 x
10−4 m2 /s.
Pada fluida Non-Newtonian viskositasnya ditentukan oleh
kekentalan sesaat (apperrant viscosity, karena fluida Non-
Newtonian memiliki suatu sifat histeris yang disebabkan sulitnya
mencari viskositas aslinya.
2.2.3. Bilangan Reynold
membedakan antara dua tipe aliran laminar dan turbulen.yaitu dengan :
𝑈.𝑑
RN = ,
𝑣

dimana :
RN = Reynolds’ Number
U = kecepatan rerata........ m/det.
𝜇
ν = viskositas kinematis = 𝜌 ,

dengan μ = viskositas dinamis atau viskositas


ρ = rapat masa

RN dihitung untuk RN < 2000 : aliran laminar (viscous)


RN > 4000 : aliran turbulent.
Aliran antara 2000 to 4000, merupakan aliran transisi bisa laminar dan bisa
turbulen, tetapi untuk aliran angka RN > 4000, turbulen sempurna.
Untuk mengetahui dimana aliran viscous hf ᷈ v dan untuk Turbulen hf =
vn, dimana n =2

6
Dari experimen menunjukkan bahwa aliran turbulen Rf = K S Vn,
Dimana :
K = kekasaran permukaan pipa dan
S = luas permukaan yang kontak dengan fluida ,
V = kecepatan relatif,
n = adalah indek = 2 untuk turbulen.

2.3. Kerugian Gesekan Dalam Pipa


Setiap aliran fluida melalui pipa, atau saluran terbuka melalui sekeliling
suatu obyek akan senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan gesekan antara
fluida dan permukaan dalam pipa. Gesekan ini menimbulkan kerugian energi
mekanis yang menyebabkan penurunan tekanan sepanjang aliran fluida. Di bawah
ini merupakan persamaan untuk menghitung koefisien gesek pada suatu pipa dan
rugi geseknya.

𝟒𝐟.𝐋 𝐕𝟐
hf = . 𝟐.𝒈 , disebut persamaan gesekan pipa atau juga Formula Darcy
𝒅

modifikasi dari Formula Chezy,

besarnya nilai f tergantung :


1) Untuk pipa baru atau permukaan licin
1
f = 0,005 ( 1 + 12 𝑑 )

= 0,005 , untuk pipa dengan diameter besar.


2). Untuk pipa baru permukaan kasar (rough), endapan , kerak (crust)
1
f = 0,01 ( 1 + 12 𝑑 )

= 0,01
Sedangkan L : panjang pipa … m
v : kecepatan aliran pipa ….. = √2. 𝑔ℎ ……m/det
d : diameter pipa …. M
g : percepatan gravitasi…. m/det2
2.4. Kajian Teoritis Perhitungan

7
2.4.1. Orificemeter

d1 V1 d2 V2

h Gambar 2.4.1. Orificemeter

Qth = K x A2 V2 d1 = 42,1 mm =4,21 cm


𝐴1 𝑥 𝐴2
= K .( ) √2𝑔√ℎ d2 = 26,7 mm = 2,67 cm
√𝐴21 − 𝐴22

K = koefisien orifice ~0,97

2.4.2. Venturimeter

L1 L3
Convergen L2 divergen
d1 Throat
d1
1 2 d2

Gambar 2.4.2. Venturimeter

d1 = 37 mm = 3,7 cm
d2 = 22,2 mm = 2,2 cm

Qth = A2 . V2

8
𝐴2
= ( 𝐴
) √2𝑔√ℎ
√1− 𝐴2
1

2.4.3. Kerugian Kontraksi


Seperti ditunjukkan pada gambar dibawah sebuah pipa horisontal mula –
mula diameter D dan tiba-tiba mengalami kontraksi diameter d.

V
V D 1 2 d

Gambar 2.4.3. Pipa kontraksi

Pemakai akhir dari persamaan


1 𝑣2
maka hc = (𝐶𝑐 - 1)2 , untuk Cc = 0,62,
2𝑔

2.4.4. Kerugian Pembesaran Pipa

d2
d1 1 2
V V

Gambar 2.4.4. Pembesaran pipa

Menurut Teori bernoulli’s.


p1 v12 p2 v22
+ + Z1 = + + Z2 + he , karena Z1 = Z2 = 0
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔

Persamaan akhir :
𝐾
he = 2𝑔(v1 – v2)2

atau bisa di analisis dengan rumus kerugian pembesaran pipa sebagai


berikut ;
𝐀 𝑽𝟐
𝐡𝐞 = (1 - 𝐀𝟏 )𝟐 𝟐𝐠𝟐
𝟐

9
Dimana ℎ𝑒 = kerugian pembesaran pipa (m)

𝐴1 = luas penampang pipa pertama (m2 )

𝐴2 = luas penampang pipa kedua (m2 )

V2 = kecepatan aliran pada pipa kedua (m/s)

g = gravitasi (9,81 m/s 2 )

2.4.5. Get valve dan elbow pada pipa


𝑣2
i) pipa bengkok hb = Sin 2 θ .
2𝑔

𝑣2
θ = Kb 2𝑔.
𝑣2
untuk θ = 900 , hb = .
2𝑔

θ = 00 , hb = 0
R pipa bengkok

i) Pipa elbow
elbow Siku elbow T

𝑣2
hel = Kel .
2𝑔

untuk elbow Kel= 0,2 -- 0,3


Gambar 2.4.5. i) Kerugian belokan dan ii) elbow

10
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Data Percobaan

1. Pengukuran Orifice dan venturimeter

PENGUKURAN Hari / Tanggal : Selasa, 23 Februari 2021


Orifice Venturi Praktikan
hinput h output hinput h output NIM Nama Paraf
119,1 111,6 121,5 117,6 Ifan Imbang
1810502036 Pangestu

Tabel 3.1.1. Pengukuran Orifice dan venturimeter

2. Pengukuran gesekan pipa dalam pipa

Orifice Pipa dengan diameter (inch = “)


hinput houtput ½“ ¾ “ stainless stell
1“ 1,25 “ besi 1 “
1“
115,5 104,1 124 120,6 123 120,1 122,5 119,9 122,5 120,6 122,7 120,1 122,4 120,1

Tabel 3.1.2. Pengukuran gesekan pipa dalam pipa

3. Pengukuran kontraksi dan pembesaran pipa

Orifice Kontraksi pipa diameter (inch = “) Pembesaran pipa diameter (inch = “)


hinput h ¾“- ½ “ 1”- ¾ “ 1,25 “-1 “ 1”-1,25 “ ¾ “-1” ½ “-¾“
output
116,5 103,6 122,5 115,1 121,6 119,1 121 118,1 121,5 119,9 121,5 120,4 121,5 119,1

Tabel 3.1.3. Pengukuran kontraksi dan pembesaran pipa

4. Pengukuran gate valve dan elbow pada pipa


Orifice Gate valve Belokan
hinput h 400 600 800 T pipa 1” Elbow 900
output
113,5 103,1 122,7 117,3 122,5 117,1 123,5 119,1 120,4 118,5 120,9 119,1

11
Tabel 3.1.4. Pengukuran gate valve dan elbow pada pipa

3.2 Analisa dan Percobaan

1. Analisa pengukuran orifice meter dan venturi meter

a. Menghitung debit pada orifice


𝛥ℎ = 119,1 – 111,6 = 7,5 cm
K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,91 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
13,92 . 5,6
𝑄 = 0,6 √2 . 981 . 7,5 = 445,34 𝑐𝑚3/𝑠
√13,922 −5,62

b. Menghitung debit pada venturi


𝛥ℎ = 121,5 – 117,6 = 3,9 𝑐𝑚
K = 0,97 (koefisien venturi)
𝑑1 = 37 𝑚𝑚 =3,7 𝑐𝑚
𝑑2 = 22,2 𝑚𝑚 =2,22 𝑐𝑚
𝑔 = 9,81 𝑚/𝑠 = 981 𝑐𝑚/𝑠
𝜋 𝜋
𝐴1 = 3,72 = 4 13,69 = 10,75 𝑐𝑚2
4
𝜋 𝜋
𝐴2 = 2,222 = 4 4,9284 = 3,87 𝑐𝑚2
4
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
10,75 .3,87
𝑄 = 0,97
√10,752 −3,872
√2 . 981 . 3,9 = 351,94 𝑐𝑚3/𝑠

12
c. Tabel serta diagram perbedaan debit dan beda tekanan
𝛥ℎ (cm) debit (cm3/detik)

orifice 7,5 445,34

venturi 3,9 351,94

perbedaan debit dan beda tekanan


𝛥ℎ (cm) debit (cm3/detik)

445.34

351.94

7.5 3.9

orifice venturi

2. Analisa pengukuran gesekan dalam pipa


a. Orifice

𝛥ℎ = 115,5 – 104,1 = 11,4 cm


K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,92 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
13,92 . 5,6
𝑄 = 0,6
√13,922 −5,62
√2 . 981 . 11,4 = 549,05 𝑐𝑚3/𝑠

b. Pipa dengan diameter ½ “ ( f = 0.005 )

13
𝛥ℎ = hinput – houtput = 124 – 120,6 = 3,4 cm
L = 2100 mm = 210 cm
D = 16,9 mm = 1,69 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 3,4 = 81,68 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 81,682
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = 1,69 . . 4 . 0,01 = 16,90 cm
2.981

c. Pipa dengan diameter ¾ “ ( f = 0.005 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 123 – 120,1 = 2,9 cm


L = 2100 mm = 210 cm
D = 22,7 mm = 2,27 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,9 = 75,43 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 75,432
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = 2,27 . . 4 . 0,01 = 10,73 cm
2.981

c. Pipa dengan diameter 1 “ ( f = 0.005 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,5 – 119,9 = 2,6 cm


L = 2100 mm = 210 cm
D = 27,2 mm = 2,72 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,6 = 71,42 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 71,422
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = 2,72 . . 4 . 0,01 = 8,03 cm
2.981

d. Pipa dengan diameter 1,25 “ ( f = 0.005 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,5 – 120,6 = 1,9 cm


L = 2100 mm = 210 cm

14
D = 37 mm = 3,7 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,9 = 61,06 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 61,062
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = . . 4 . 0,01 = 4,31 cm
3,7 2.981

e. Besi dengan diameter 1 “ ( f = 0.01 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,7 – 120,1 = 2,6 cm


L = 2100 mm = 210 cm
D = 27 mm = 2,7 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,6 = 71,42 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 71,422
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = . . 4 . 0,01 = 8,09 cm
2,6 2.981

f. Stainless steel dengan diameter 1 “ ( f = 0.01 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,4 – 120,1 = 2,3 cm


L = 2100 mm = 210 cm
D = 27,7 mm = 2,77 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,3 = 67,18 𝑐𝑚/𝑠

𝑓 = 0,01

𝐿 𝑉2 210 67,182
h𝑓 = 𝐷 . 2.𝑔 . 4𝑓 = . . 4 . 0,01 = 6,98 cm
2,3 2.981

g. Tabel serta diagram perbedaan rugi gesekan dan beda tekanan


akibat gesekan dalam pipa

15
pipa ½ pipa pipa pipa besi stainless
“ ¾“ 1“ 1,25“ 1“ stell 1“

𝛥ℎ 3,4 2,9 2,6 1,9 2,6 2,3


(cm)

hf (cm) 16,90 10,73 8,03 4,31 8,09 6,98

perbedaan rugi gesekan dan beda tekanan


akibat gesekan dalam pipa
20

15

10

0
pipa ½ “ pipa ¾ “ pipa 1 “ pipa 1,25“ besi 1 “ stainless
stell 1“

𝛥ℎ (cm) hf (cm)

3. Analisa kontraksi dan pembesaran dalam pipa

• Kontraksi pipa
a. Orifice

𝛥ℎ = 116,5 – 103,6 = 12,9 cm


K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,92 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22

16
13,92 . 5,6
𝑄 = 0,6
√13,922 −5,62
√2 . 981 . 12,9 = 584,06 𝑐𝑚3/𝑠

b. Kontraksi pipa dengan diameter ¾“- ½ “

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,5 – 115,1 = 7,4 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 7,4 = 120,49 𝑐𝑚/𝑠

Cc = 0,62

1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 120,49 2
= (0,62 − 1)². 2.981

= 𝟐, 𝟕𝟖𝟐𝟒 𝒄𝒎

c. Kontraksi pipa dengan diameter 1”- ¾ “

𝛥ℎ = hinput – houtput = 121,6 – 119,1 = 2,5 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 7,4 = 120,49 𝑐𝑚/𝑠

Cc = 0,62

1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔
1 120,49 2
= (0,62 − 1)². 2.981

= 𝟐, 𝟕𝟖𝟐𝟒 𝒄𝒎

d. Kontraksi pipa dengan diameter 1,25 “-1 “

𝛥ℎ = hinput – houtput = 121 – 118,1 = 2,9 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,9 = 75,43 𝑐𝑚/𝑠

Cc = 0,62

1 v2
ℎ𝑐 = (𝑐𝑐 − 1)². 2.𝑔

17
1 75,43 2
= (0,62 − 1)². 2.981

= 𝟏, 𝟎𝟗𝟎𝟒 𝒄𝒎

e. Tabel serta diagram perbedaan rugi kontraksi, dan beda tekanan


akibat kontraksi pipa
Pipa ¾“- ½ “ Pipa 1”- ¾ “ Pipa 1,25 “-1 “

𝛥ℎ (cm) 7,4 2,5 2,9

hc (cm) 2,7824 0,94 1,0904

perbedaan rugi kontraksi, dan


beda tekanan akibat kontraksi
pipa

10

0
Pipa ¾“- ½ “ Pipa 1”- ¾ “ Pipa 1,25 “-1 “

𝛥ℎ (cm) hc (cm)

• Pembesaran pipa
a. Pembesaran pipa dengan diameter 1”-1,25

𝛥ℎ = hinput – houtput = 121,5 – 119,9 = 1,6 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
d1 = 27,2 mm = 2,72 cm
d2 = 37 mm = 3,7 cm
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,6 = 56,03 𝑐𝑚/𝑠

d12 v2
ℎ𝑐 = (1 − d22 )². 2.𝑔
2,722 56,03 2
= (1 − )².
3,72 2.981

= 𝟎, 𝟑𝟑𝟖 𝒄𝒎

18
b. Pembesaran pipa dengan diameter ¾ “-1”

𝛥ℎ = hinput – houtput = 121,5 – 120,4 = 1,1 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
d1 = 22,7 mm = 2,27 cm
d2 = 27,2 mm = 2,72 cm
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,1 = 46,46 𝑐𝑚/𝑠

d12 v2
ℎ𝑐 = (1 − d22 )². 2.𝑔
2,272 46,46 2
= (1 − 2,722 )². 2.981

= 𝟎, 𝟏𝟎𝟏 𝒄𝒎

c. Pembesaran pipa dengan diameter ½ “-¾“

𝛥ℎ = hinput – houtput = 121,5 – 119,1 = 2,4 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
d1 = 16,9 mm = 1,69 cm
d2 = 22,7 mm = 2,27 cm
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 2,4 = 68,62 𝑐𝑚/𝑠

d12 v2
ℎ𝑐 = (1 − d22 )². 2.𝑔
1,692 68,622
= (1 − 2,272 )². 2.981

= 𝟎, 𝟒𝟕𝟕 𝒄𝒎

d. Tabel serta diagram perbedaan rugi pembesaran, dan beda tekanan


akibat pembesaran pipa
Pipa 1”-1,25 “ Pipa ¾ “-1” Pipa ½ “-¾“
𝛥ℎ (cm) 1,6 1,1 2,4
hc (cm) 0,388 0,101 0,477

19
perbedaan rugi pembesaran, dan beda
tekanan akibat pembesaran pipa
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Pipa 1”-1,25 “ Pipa ¾ “-1” Pipa ½ “-¾“

𝛥ℎ (cm) hc (cm)

4. Analisa perhitungan rugi gate valve dan elbow


• Rugi gate valve
a. Orifice

𝛥ℎ = 113,5 – 103,1 = 10,4 cm


K = 0,6 (koefisien orifice)
D = 42,1 mm = 4,21 cm
d = 26,7 mm = 2,67 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝜋 𝜋
A1 = 4 𝐷2 = 4 4,212 = 13,92 𝑐𝑚2
𝜋 𝜋
A2 = 4 𝐷2 = 4 2,672 = 5,6 𝑐𝑚2
A1.A2
𝑄 = 𝐾 √𝐴12 √2𝑔ℎ
−𝐴22
13,92 . 5,6
𝑄 = 0,6
√13,922 −5,62
√2 . 981 . 10,4 = 524,42 𝑐𝑚3/𝑠

b. Gate valve dengan sudut 400

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,7 – 117,3 = 5,4 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 5,4 = 102,93 𝑐𝑚/𝑠

v2
ℎ𝑏 = 𝑆𝑖𝑛2 θ . 2.𝑔

20
102,93 2
= 𝑆𝑖𝑛2 40 . 2.981

= 𝟐, 𝟐𝟑 𝒄𝒎
c. Gate valve dengan sudut 600

𝛥ℎ = hinput – houtput = 122,5 – 117,1 = 5,4 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 5,4 = 102,93 𝑐𝑚/𝑠

v2
ℎ𝑏 = 𝑆𝑖𝑛2 θ . 2.𝑔
102,93 2
= 𝑆𝑖𝑛2 60 . 2.981

= 𝟒, 𝟎𝟓 𝒄𝒎

d. Gate valve dengan sudut 800


𝛥ℎ = hinput – houtput = 123,5 – 119,1 = 4,4 cm
𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 4,4 = 92,91 𝑐𝑚/𝑠

v2
ℎ𝑏 = 𝑆𝑖𝑛2 θ . 2.𝑔
92,912
= 𝑆𝑖𝑛2 80 . 2.981

= 𝟒, 𝟐𝟕 𝒄𝒎

e. Tabel serta diagram perbedaan rugi gate valve dan beda tekanan
Gate valve 400 Gate valve Gate valve
600 800
𝛥ℎ (cm) 5,4 5,4 4,4
hb (cm) 2,23 4,05 4,05

21
perbedaan rugi gate valve dan beda tekanan
6

3 𝛥ℎ (cm)
hb (cm)
2

0
Gate valve 40 Gate valve 60 Gate valve 80

• Rugi elbow
a. T pipa 1 “ ( Kel = 0,2 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 120,4 – 118,5 = 1,9 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,9 = 61,06 𝑐𝑚/𝑠

v2
ℎ𝑒𝑙 = 𝐾𝑒𝑙 . 2.𝑔
61,062
= 0,2 . 2.981

= 𝟎, 𝟑𝟖 𝒄𝒎

b. Elbow 900 ( Kel = 0,3 )

𝛥ℎ = hinput – houtput = 120,9 – 119,1 = 1,8 cm


𝑔 = 9,81 𝑚/s2 = 981 𝑐𝑚/𝑠2
𝑉 = √2𝑔ℎ = √2 . 981 . 1,8 = 59,43 𝑐𝑚/𝑠

v2
ℎ𝑒𝑙 = 𝐾𝑒𝑙 . 2.𝑔
59,432
= 0,2 . 2.981

= 𝟎, 𝟑𝟔 𝒄𝒎

c. Tabel serta diagram perbedaan rugi elbow dan beda tekanan

22
T pipa 1 “ Elbow 900

𝛥ℎ (cm) 1,9 0,38

hel (cm) 1,8 0,36

perbedaan rugi elbow dan beda tekanan


𝛥ℎ (cm) hel (cm)
1.9
1.8

0.38 0.36

T pipa 1 “ Elbow 90

23
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Praktikum Fenomena Dasar Mesin ini akan lebih mudah dipahami apabila
dilakukan praktik langsung di laboratorium
2. Jenis dan ukuran pipa sangat berpengaruh dalam aliran

4.2 Saran
1. Penayangan pengaplikasian kerja lewat video simulasi mungkin bisa
membantu untuk menambah pengetahuan mahasiswa lebih dalam
2. Praktikum bergiliran secara kelompok di laboratorium mungkin juga bisa
sedikit membantu mahasiswa dalam mencerna materi yang diberikan

24
DAFTAR PUSTAKA

M. White, Frank dan Hariandja, Manahan 1988. “Mekanika Fluida”. Jakarta:


Erlangga

Salimin. 2009. “Pengaruh Perubahan Aliran Tehadap Koefisien Kerugian


Dinamika”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Tim Laboratorium. 2015. “Buku Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin”.


Magelang: Universitas Tidar

Alfiana, Fitri. 2018. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid Friction
Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.

Septiantoro, Andy. 2019. “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin Fluid


Friction Apparatus (Sistem Model MF 101)”. Magelang: Universitas Tidar.

25

Anda mungkin juga menyukai