MEKANIKA FLUIDA
MODUL FRICTION LOSS
Disusun Oleh :
Abdiel Roben NIM. 05201002
Akmal NIM. 05201010
Annissa Fauzia Hasqa Anhbal NIM. 05201017
Cania Salsabilla NIM. 05201021
Eka Kurniati Kombong Datu NIM. 05201026
Sebuah aliran fluida baik itu berupa cair maupun gas pasti menggunakan sistem perpipaan
untuk mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada praktikum kali ini tentang modul friction
loss bertujuan untuk mengetahui nilai dari head loss (minor losses dan major losses), friction loss
coefficient pada minor loss dan relative roughness pada major loss. Beberapa hal yang
mempengaruhi head loss yaitu viskositas, bilangan Reynold, massa jenis fluida, kecepatan fluida,
jenis aliran, kekasaran bahan pipa, nilai faktor gesekan pipa, serta fitting dan valve yang ada di
sepanjang jalur. Percobaan ini menggunakan pipa jenis carbon steel pipe, fitting jenis elbow serta
valves jenis gate valve dan globe valve dengan valve openings masing-masing sebesar 50% dan
100%. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan jenis aliran yang terjadi yaitu turbulen. Ketika
aliran turbulen dan nilai kecepatannya semakin tinggi maka akan mempengaruhi nilai head loss.
Kata kunci : friction loss, head loss, minor losses, major losses, friction loss coefficient, relative
roughness.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mampu mengaplikasikan konsep friction loss (hilang
friksi) aliran fluida pada pipe, fitting dan valves.
B. Sasaran
Adapun sasaran yang harus dicapai dari praktikum modul friction loss adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung friction loss baik minor dan major losses pada pipe, fitting, dan
valves.
2. Menghitung relative roughness (ε) pada major losses dari berbagai jenis pipa.
3. Menghitung friction loss coefficient (KL) pada minor losses dari berbagai
jenis fitting dan valves.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Fluida
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Fluida juga dapat
didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser.
Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul kecil dari pada
benda padat dan molekul-molekulnya lebih bebas bergerak, dengan demikian fluida lebih
mudah terdeformasi. Adapun sifat–sifat dasar fluida yaitu kekentalan, kerapatan, berat
jenis, tekanan dan temperature (Geankoplis,1993).
Adapun beberapa jenis fluida yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fluida cair dan
fluida gas.
Berdasarkan pergerakannya, fluida dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fluida
statis dan fluida dinamis. Fluida statis merupakan fluida yang diam atau tidak
bergerak sedangkan fluida dinamis merupakan fluida yang bergerak dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Berdasarkan alirannya, fluida dapat dibedakan menjadi 3 yaitu fluida
beraliran laminar, fluida beraliran transisi dan fluida beraliran turbulen.
Berdasarkan tegangan geser rata-ratanya, fluida dapat dibedakan menjadi 2
yaitu fluida newtonian dan fluida non-newtonian. fluida
newtonian adalah fluida yang memiliki kurva shear stress yang linier.
Viskositas fluida ini tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja
pada fluida tersebut. Sedangkan fluida non-Newtonian adalah fluida yang berubah
tergantung gaya yang memengaruhinya.
B. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan
untuk menentukan sifat pokok aliran, apakah aliran tersebut laminar, transisi atau turbulen,
serta pada skala angka relatif berpengaruh terhadap jenis alirannya yaitu turbulen atau
laminar. Rumus untuk menghitung Bilangan Reynolds suatu fluida dapat dilihat pada
persamaan berikut:
𝜌𝑣𝑑 𝑉𝑑
𝑅𝑒 = = ................................................. (2.1)
𝜇 𝑣
Dimana Re adalah Bilangan Reynolds yang tidak memiliki satuan, d adalah diameter
pipa dalam satuan m, V adalah kecepatan rata-rata aliran fluida dalam satuan m/s, 𝜌 adalah
densitas atau massa jenis aliran fluida dalam satuan kg/m³, 𝜇 adalah viskositas dinamik
dalam satuan Pa.s dan v adalah viskositas kinematik dalam satuan m²/s.
2
Pada fluida cair, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran
tersebut mempunyai Bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300, dan untuk aliran transisi
berada pada bilangan antara 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai Bilangan Reynolds
kritis. Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai Bilangan Reynolds lebih dari 4000
(Geankoplis, 1993).
Moody chart yang sekarang terkenal merupakan grafik yang menyajikan friction
factor Darcy untuk alira pipa sebagai fungsi dari reynolds number dan ɛ/D pada rentang
yang luas (Cengel, 2013).
D. Energy Balance
Konsep energy balance dalam system perpipaan mengikuti kaidah Hukum
Termodinamika I:
“Jika dalam system terdapat suatu siklus, total heat yang ditambahkan ke system dari
lingkungan sebanding dengan jumlah kerja yang dilakukan system menuju
lingkungannya.”
Persamaan Energy Balance dalam kondisi steady state dituliskan sebagai berikut:
𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22
+ 𝛼1 + 𝑔𝑧1 + 𝑤𝑝𝑢𝑚𝑝,𝑢 = + 𝛼2 + 𝑔𝑧2 + 𝑤𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒,𝑒 + 𝑔ℎ𝐿 ........... (2.3)
𝜌 2 𝜌 2
Pada tekanan aliran fluida dalam satuan Pa atau N/m2, dimana 𝜌 adalah densitas
aliran fluida dalam satuan 𝑘𝑔/𝑚3 , 𝛼 adalah faktor koreksi energi kinetik perbedaan
ketinggian antara sisi masuk dan sisi keluar pada sistem perpipaan, V adalah kecepatan
aliran fluida dalam satuan m/s, g adalah head turbine dari aliran fluida, z adalah perbedaan
ketinggian antara sisi masuk dan sisi keluar pada sistem dalam satuan meter, 𝑤𝑝𝑢𝑚𝑝
adalah daya atau power input pompa dalam satuan watt, 𝑤𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 adalah daya atau power
turbine dalam satuan watt dan ℎ𝐿 adalah total head loss yang disebabkan oleh efek
gesekan. (Cengel, 2013)
3
E. Mechanical Energy Balance
Mechanical Energy Balance adalah keadaan proses berbanding terbalik dimana proses
ini terjadi pada keadaan isothermal dan non isobaric. Dalam proses ini nilai kerja (Ws)
dapat bernilai positif apabila kerja diberikan dari lingkungan menuju system begitupun
sebaliknya.
Adapun persamaan Mechanical Energy Balance dapat dituliskan sebagai berikut :
−𝑊̇𝑠 𝑣2 𝑃 𝑣2 𝑃
[𝑔𝑧 + + 𝜌] − [𝑔𝑧 + 2𝛼 + 𝜌] + ℎ𝐿 ................................................... (2.4)
𝑚̇ 2𝛼 2 1
Dimana Ws adalah daya atau power input sistem dalam satuan watt, m adalah laju
alir massa fluida dalam satuan rad/s, P adalah tekanan aliran fluida dalam satuan Pa atau
𝑁/𝑚2 , 𝜌 adalah densitas aliran fluida dalam satuan 𝑘𝑔/𝑚3 , 𝛼 adalah faktor koreksi
energi kinetik, V adalah kecepatan aliran fluida dalam satuan m/s, g adalah head turbine
dari aliran fluida, z adalah perbedaan ketinggian antara sisi masuk dan sisi keluar pada
sistem dalam satuan meter, dan ℎ𝐿 adalah total head loss yang disebabkan oleh efek
gesekan (Cengel, 2013).
Dimana ΔP adalah pressure drop atau penurunan tekanan dalam satuan Pa, P1 adalah
tekanan pada pipa 1 dalam satuan Pa, P2 adalah tekanan pada pipa 2 dalam satuan Pa, 𝑓𝑓
adalah friction factor atau faktor gesekan yang tidak memiliki satuan, L adalah panjang
pipa dalam satuan m, D adalah diameter pipa dalam satuan m, ρ adalah densitas fluida
dalam satuan 𝑘𝑔/𝑚3 dan v adalah kecepatan rata-rata aliran fluida dalam satuan m/s.
Friction loss atau head loss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya
reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
pengaliran. Friction loss dapat terjadi karena gesekan antara fluida dan dinding pipa, friksi
antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut, dan turbulensi yang diakibatkan saat
aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti misalnya perubahan akibat komponen
perpipaan (valve atau flow reducer). Friction loss pada suatu fluida pada umumnya
berbanding lurus dengan panjang pipa, nilai kuadrat dari kecepatan fluida dan nilai friksi
fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai friction loss berbanding terbalik dengan
diameterpipa. (Welty, 2008)
Persamaan Darcy-Weisbach merupakan dasar menghitung friction loss atau head loss
untuk aliran fluida laminar atau turbulen, dimana Bilangan Reynolds (Nre) aliran fluida
tersebut < 2300 atau > 2300 dan persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
(Geankoplis, 1993):
4
𝐿 𝑣2
ℎ𝐿 𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 = 𝑓 ............................................... (2.6)
𝐷 2𝑔
Dimana ℎ𝐿 𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 adalah head loss atau friction loss dalam satuan m, , L adalah
panjang pipa dalam satuan m, D adalah diameter pipa dalam satuan m, v adalah kecepatan
rata-rata aliran fluida dengan satuan m/s, g adalah percepatan gravitasi dengan tetapan
9,81 m/s² dan 𝑓 adalah faktor gesekan Darcy yang tidak memiliki satuan diperoleh dari
diagram Moody. Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan fungsi bilangan Reynolds
dan kekasaran relatif pipa () (Munson, et al,2005).
Kerugian minor diberikan dalam bentuk koefisien kerugian (loss coefficient) yang
didefinisikan sebagai:
𝑣2
ℎ𝐿 𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿 2𝑔 .................................................... (2.7)
Nilai koefisien kerugian, KL sangat tergantung pada geometri komponen sistem pipa
yang antara lain ujung masuk dan keluar pipa, perubahan penampang, penampang
melengkung dan fitting yang tersedia secara komersial seperti sambungan siku, reducer,
katup dan saringan. (Munson, et al,2005).
Persamaan Hagen-Poiseuille juga merupakan dasar menghitung friction loss atau
head loss tetapi hanya untuk aliran laminar, dimana Bilangan Reynolds (Nre) aliran fluida
tersebut < 2300 dan persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Geankoplis,
1993):
32 𝜇 𝐿 𝑣
ℎ𝐿 = ........................................................ (2.8)
𝜌 𝑔 𝐷2
Dimana hL adalah head loss atau friction loss dalam satuan m, μ adalah viskositas
dinamik dalam satuan Pa.s, L adalah panjang pipa dalam satuan m, v adalah kecepatan
rata-rata aliran fluida dalam satuan m/s, ρ adalah densitas fluida dalam satuan kg/m³, g
adalah percepatan gravitasi dengan tetapan 9.81 m/s² dan D adalah diameter pipa dalam
satuan m.
Friction loss atau head loss dalam keadaan ekspansi adalah fluida mengalami kondisi
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan. Adapun persamaan yang dapat
digunakan menghitung nilai friction loss atau head loss dalam keadaan ekspansi atau
meningkat dalam artian membesar adalah sebagai berikut (McCabe, 1993):
(𝑣1 − 𝑣2)2 𝐴 𝑣12 𝑣12
ℎ 𝑒𝑥 = = (1 − 𝐴1 )2 = 𝐾 𝑒𝑥 ............................. (2.9)
2𝛼 2 2𝛼 2𝛼
Dimana ℎ 𝑒𝑥 adalah head loss atau friction loss pada ekspansi dalam satuan
meter, v1 adalah kecepatan rata-rata aliran fluida pada pipa 1 dalam satuan m/s, v2 adalah
kecepatan rata-rata aliran fluida pada pipa 2 dalam satuan m/s, α adalah faktor koreksi
energi kinetik yang tidak memiliki satuan, A1 adalah luas penampang pipa 1 dalam satuan
m, A2 adalah luas penampang pipa 2 dalam satuan m, dan 𝐾𝑒𝑥 adalah koefisien loss factor
pada keadaan ekspansi.
5
Friction loss atau head loss dalam keadaan kontraksi adalah fluida mengalami
kondisi dimana area pipa dari aliran secara mendadak membentuk pinggiran yang tajam,
sehingga tekanan pada fluida tersebut bertambah. Adapun persamaan yang dapat
digunakan menghitung nilai friction loss atau head loss dalam keadaan kontraksi adalah
sebagai berikut (McCabe, 1993):
𝐴 𝑣2 𝑣22
ℎ𝐶 = 0.55 (1 − 𝐴2 )2 2𝛼1 = 𝐾𝐶 ........................... (2.10)
1 2𝛼
Dimana ℎ𝑐 adalah head loss atau friction loss pada kontraksi dengan satuan
meter, v1 adalah kecepatan rata-rata aliran fluida pada pipa 1 dengan satuan m/s, v2 adalah
kecepatan rata-rata aliran fluida pada pipa 2 dengan satuan m/s, 𝛼 adalah faktor koreksi
energi kinetik yang tidak memiliki satuan, A1 adalah luas penampang pipa 1 dengan
satuan meter, A2 adalah luas penampang pipa 2 dengan satuan meter dan, 𝐾𝐶 adalah
koefisien loss factor pada keadaan kontraksi.
6
BAB III
METODOLOGI
7
b. Sketsa Foto
4. Variabel eksperimen
a. Penentuan friction loss pada pipe :
- Jenis pipe : carbon steel pipe
- Nre : turbulent
b. Penentuan friction loss pada fitting :
- Jenis fitting : elbow
- Nre : turbulent
c. Penentuan friction loss pada valves :
- Jenis fitting : gate valves, globe valves
- Valves openings : 50% , 100%
8
b. Flowchart
Mulai
Persiapan kerja
tim dilakukan
Alat eksperimen
disiapkan
Selesai
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Literatur
Berikut beberapa data literatur pada kondisi operasi.
T = 29 °C
ρ = 995,96 kg/m³
µ = 0,000818 kg/ms
P = 1 atm
α = 1 (turbulen)
g = 9,8 m/s²
ε = 0,0018 inch
V = 0,0005 m³ = 500 ml
ΔL (Pipa
Lurus) = 0,76 cm = 76 m
10
A v v² ΔP ΔP hL hL
NRe
(m2) (m/s) (m/s) (kPa) (Pa) (m) (J/kg)
KL
0,7559
2,805334
1,909715
1,387606
1,870557
Tabel 4.2.1 Data eksperimen minor losses (gate valve 50%)
11
A v v² ΔP ΔP hL hL
NRe
(m2) (m/s) (m/s) (kPa) (Pa) (m) (J/kg)
0,922197801 0,850448784 14254 0,2156 215,6 0,000022 0,2164746
1,064029845 1,13215951 16446 0,4117 411,7 0,000042 0,41337
0,000126613 1,024092973 1,048766418 15829 0,3235 323,5 0,000033 0,3248122
0,973308161 0,947328775 15044 0,3137 313,7 0,000032 0,3149725
1,045331909 1,092718801 16157 0,5098 509,8 0,000052 0,5118679
KL
0,216475
0,41337
0,324812
0,314972
0,511868
Tabel 4.2.2 Data eksperimen minor losses (gate valve 100%)
V V t1 t2 t3 Q1 Q2 Q3
Trial Qavg
(ml) (m3) (s) (s) (s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
A v v² ΔP ΔP hL hL
NRe
(m2) (m/s) (m/s) (kPa) (Pa) (m) (J/kg)
0,918487312 0,843618943 14196 2,6667 2666,7 0,0002732 2,6775172
0,925865871 0,857227612 14310 2,6177 2617,7 0,0002682 2,6283184
0,000126613 0,781859723 0,611304626 12085 1,9314 1931,4 0,0001979 1,9392345
0,915053398 0,837322721 14143 2,6471 2647,1 0,0002712 2,6578377
0,96632691 0,933787697 14936 2,9216 2921,6 0,0002993 2,9334511
12
KL
2,677517
2,628318
1,939235
2,657838
2,933451
Tabel 4.2.3 Data eksperimen minor losses (globe valve 50%)
V V t1 t2 t3 Q1 Q2 Q3
Trial Qavg
(ml) (m3) (s) (s) (s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
A v v² ΔP ΔP hL hL
NRe
(m2) (m/s) (m/s) (kPa) (Pa) (m) (J/kg)
1,042000093 1,085764194 16106 2,6079 2607,9 0,0002672 2,6184787
1,020089908 1,04058342 15767 2,6373 2637,3 0,0002702 2,6479979
0,000126613 1,016115184 1,032490066 15705 2,5785 2578,5 0,0002642 2,5889594
0,961659364 0,924788733 14864 2,2844 2284,4 0,000234 2,2936664
0,932917529 0,870335116 14419 2,0981 2098,1 0,000215 2,1066107
KL
2,618479
2,647998
2,588959
2,293666
2,106611
Tabel 4.2.4 Data eksperimen minor losses (globe valve 100%)
13
e. Fitting (elbow)
V V t1 t2 t3 Q1 Q2 Q3
Trial Qavg
(ml) (m3) (s) (s) (s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
A v ΔP ΔP hL hL
NRe KL
(m2) (m/s) (kPa) (Pa) (m) (J/kg)
1,180455436 18246 1,1177 1117,7 0,0001145 1,1222338 1,122234
1,048052273 16199 0,9608 960,8 0,0000984 0,9646974 0,964697
0,000126613 0,998322137 15430 0,8628 862,8 0,0000884 0,8662999 0,8663
0,968782769 14974 0,7451 745,1 0,0000763 0,7481224 0,748122
0,824040789 12737 0,7059 705,9 0,0000723 0,7087634 0,708763
V V t1 t2 t3 Q1 Q2 Q3
Trial Qavg
(ml) (m3) (s) (s) (s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
A v ΔP ΔP hL
NRe ff ε/D
(m2) (m/s) (kPa) (Pa) (m)
0,984478936 15216 1,2059 1205,9 0,0001236 0,000124
1,114228508 17222 1,5196 1519,6 0,0001557 0,000156
0,0036
0,000126613 1,038715951 16055 1,3138 1313,8 0,0001346 0,000135
0,971143762 15010 1,1471 1147,1 0,0001175 0,000118
1,031484256 15943 1,2353 1235,3 0,0001266 0,000127
14
C. Langkah Perhitungan
Major Losses
Data menggunakan percobaaan pertama pada pipa lurus dengan jenis pipa carbon steel
● Mencari Reynolds Number (NRe) untuk mendapatkan friction factor
𝑚3
𝐷×𝑄𝑎𝑣𝑔 ×𝜌 0,0127𝑖𝑛𝑐ℎ×0,000124 ×995,96 kg/𝑚 3
𝑠
𝑁𝑟𝑒 = = kg = 15216,43654
𝜇 0,00081835 .s
m
● Mencari pressure drop (∆𝑃) dari friction factor (ff) yang didapatkan
𝐿 𝜌×𝑣 2 76 995,96 ×0,00052
∆𝑃 = 𝑓𝑓 × 𝐷 × ( ) = 3.45 × 0,0018 × ( ) = 0.0181350
2 2
● Mencari head loss (ℎ𝑓𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 ) dari pressure drop ((∆𝑃) yang didapatkan
∆𝑃 0,018135
ℎ𝑓𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 = 𝜌×𝑔 = = 0.00000185802
995,96×9,8
Minor losses
Data menggunakan percobaan pertama minor losses pada globe valve 50%
● Mencari Reynolds Number (NRe) untuk mendapatkan friction factor
𝐷×𝑄𝑎𝑣𝑔 ×𝜌 0,0127𝑖𝑛𝑐ℎ×0,000116292 𝑚𝑠 3×995,96 kg/𝑚3
𝑁𝑟𝑒 = = = 14196
𝐷 0,00081835 kg
m .s
● Mencari pressure drop (∆𝑃) dari friction factor (ff) yang didapatkan
𝐿 𝜌×𝑣 2 76 995,96 ×0,00052
∆𝑃 = 𝑓𝑓 × 𝐷 × ( ) = 0.7881 × 0,0018 × ( ) = 4.143
2 2
● Mencari Koefisien loss (KL) dari pressure drop (∆𝑃) yang didapatkan atau dapat
menggunakan plot grafik hL vs v²
∆𝑃 4.143
𝐾𝐿 = 1 =1 = 2,677517
×(𝑣 2) ×(0,005)2
2 2
● Mencari head loss (ℎ𝑓𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 ) dari pressure drop (∆𝑃) yang didapatkan
15
𝑣2 0,00052
ℎ𝑓𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝐿 × 2×𝑔 = 331360 × = 0.4059
2×9,8
16
Gambar 3.7. Plot kurva KL pada Globe Valve 100 %
Gambar 3.9. Plot kurva Friction Factor pada pipa lurus (Carbon Steel Pipe)
17
BAB V
KESIMPULAN
Berikut kesimpulan dari praktikum friction loss :
1. Pengaruh friction loss aliran fluida pada pipa sangat berpengaruh pada laju aliran
fluida, dan pada fitting dan valves mempengaruhi pula pada laju aliran fluida karena
adanya koefisiensi pada fitting and valves.
2. Laju arus berbanding lurus dengan factor gesekan. Semakin besar laju arus,
semakin besar juga faktor gesekkan. Sebaliknya, semakin kecil laju semakin
kecil juga faktor gesekan.
3. Laju arus berbanding lurus dengan bilangan reynold. Semakin besar laju arus,
semakin besar juga bilangan reynold, semakin kecil laju arus semakin kecil
juga bilangan reynold.
4. Laju arus berbanding lurus dengan kecepatan air dalam pipa. Semakin besar
laju arus, semakin besar juga kecepatan air dalam pipa. Sebaliknya, semakin
kecil laju arus semakin kecil juga semakin kecepatan air dalam pipa.
5. Diameter pipa berbanding terbalik dengan kecepatan air dalam pipa. Semakin
kecil diameter pipa, semakin besar kecepatan air dalam pipa. Sebaliknya,
semakin besar diameter pipa kecil kecepatan air dalam pipa.
6. Diameter pipa berbanding terbalik dengan bilangan reynold. Semakin kecil
diameter pipa, semakin besar bilangan reynold. Sebaliknya, besar diameter
pipa semakin kecil bilangan reynold.
7. Koefisien kehilangan tekanan yang paling besar terjadi pada sambungan globe
valve.
18
DAFTAR PUSAKA
Wildan, S. N. (2018). “Analisa Aliran Fluida pada Pipa Circular dengan menggunakan CFD Fluent.”
Vol. IV. Indonesia.
Geankoplis, C. J. (1993). “Transport Processes and Unit Operations” 4th Edition. New Jersey:
Prentice-Hall International, Inc.
McCabe, Warren L. (1993). “Unit Operation of Chemical Engineering”, 5th Edition. U.S.A: Mc-
Graw Hill, Inc.
Cengel, Y., dan Cimbala, J. (2013) “Fluid Mechanics: Fundamentals and Applications”, 3 rd Edition,
McGraw-Hill Education, New York.
Welty, J., Wicks, C.E., Wilson, R.E., dan Rorrer, G.L. (2008) “Fundamentals of Momentum, Heat and
Mass Transfer”, 5th Edition, John Wiley & Sons, New Jersey.
19
LAMPIRAN