Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA 1


(HKKK 535P)

PERCOBAAN 8
ENERGY LOSSES IN BENDS

DOSEN PEMBIMBING: Dr. DONI RAHMAT WICAKSO, ST., M.Eng

OLEH:
KELOMPOK XVIII

URSULLA 1610814320011
YUDHI CHRISTIAN HARYADI 1610814210025

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018
ABSTRAK

Headloss adalah nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi tekanan total (total
head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran. Sedangkan fitting adalah
sambungan-sambungan pada pipa yang mempunyai bentuk dasar pipa dengan bentuk yang
bermacam-macam. Dalam fitting tersebut akan terjadi gesekan dan perubahan tekanan sehingga
mengakibatkan kehilangan energi pada pipa atau bisa disebut dengan headloss factor (K). Tujuan
dari percobaan ini adalah menentukan faktor kehilangan energi pada pipa (head loss factor, k)
karena fitting, seperti belokan (bends), kontraksi, dan pembesaran dengan cara pengukuran
perbedaan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada fitting.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hydraulic bench dan energy losses in bends
and fitting apparatus. Bahan utama yang digunakan yaitu air. Data yang diperlukan untuk
mengatahui nilai head loss factor (k) antara lain tinggi manometer 1 dan 2, volume rata-rata dan
waktu pada masing-masing bukaan.
Semakin besar flowrate maka koefisien head loss akan semakin kecil. Semakin besar
dynamic head maka head loss semakin besar pula. Koefisisen kehilangan tertinggi terdapat pada
fitting elbow bend sebesar 1,658651 pada bukaan ½. Sedangkan koefisien kehilangan terendah
terdapat pada mitre bend dengan nilia sebesar 0,196627 pada bukaan 1½. Faktor-faktor yang
mempengaruhi koefisien head loss antara lain fitting, bends, velocity, flowrate dan cross sectional
area.

Kata kunci : pressure drop, fitting, flowrate, dynamic head, head loss, koefisien kehilangan.

VIII-i
PERCOBAAN VIII
ENERGY LOSSES IN BENDS

8.1 PENDAHULUAN

8.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan faktor kehilangan
(head loss factor, K) karena fitting, seperti belokan (bends), kontraksi,
pembesaran dan gate valve dengan cara pengukuran perbedaan tekanan (pressure
drop) yang terjadi pada fitting.

8.1.2 Latar Belakang


Alat-alat industri tidak lepas dari pipa-pipa yang memiliki fitting seperti
belokan (bends), kontraksi, pembesaran dan lainnya. Dalam fitting-fitting tersebut
akan terjadi gesekan dan perubahan tekanan sehingga mengakibatkan kehilangan
energi pada pipa atau bisa disebut dengan headloss factor (K). Besarnya nilai dari
koefisien kehilangan energi sangat berpengaruh oleh tekanan, kecepatan dan laju
alir dari fluida serta cross sectional area pada pipa.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah hydraulic bench and
energy losses in bends and fitting dengan bahan utama yaitu air. Prosedur kerja
pada percobaan ini adalah set-up peralatan dan pengambilan data percobaan. Set-
up peralatan dilakukan untuk mengatur peralatan sebelum melakukan percobaan
sedangkan pengambilan data percobaan dilakukan untuk menentukan headloss
factor dengan cara pengukuran pressure drop yang terjadi pada setiap fitting.
Aplikasi energy losses in bends pada industri, yaitu pada industri
pembuatan minyak goreng, limbah dan bahan minuman. Pada pipa dalam industri
memiliki fitting yang menyebabkan gesekan dan perubahan tekanan sehingga
terjadi energy losses dalam pipa. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari
bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut dalam percobaan ini, agar dapat
bermanfaat bagi praktikan.

VIII-1
VIII-2

8.2 DASAR TEORI

Kehilangan energi yang terjadi dalam sebuah pipa biasanya terjadi karena
fitting yang di ekspresikan dalam siku head loss dalam bentuk (McCabe, 1999):

2
v
ΔH = K 2.g ...(8.1)

Dimana, v = Kecepatan rata-rata aliran dalam fitting


K = Konstanta kehilangan

Bila kecepatan fluida berubah, baik dalam arahnya maupun dalam besarnya
karena adanya perubahan dalam arah maupun ukuran saluran, maka akan timbul
suatu gesekan sebagai tambahan terhadap gesekan kulit karena aliran di dalam
pipa lurus. Gesekan itu melalui gesekan bentuk yang terjadi dari penambahan
turbulen yang berkembang setiap vortex yang terbentuk bila garis-garis lurus
biasanya terganggu bila pemisahan lapisan batas telah terjadi.
Pipa-pipa sambungan (fitting) dan katup (value) bersifat menghambat
aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan. Rugi gesekan yang
disebabkan oleh pipa sambungan itu mungkin lebih besar dari yang berasal dari
bagian pipa lurus. Rugi gesek hff yang disebabkan oleh pipa sambung bisa
didapatkan dari persamaan berikut (McCabe,1999):

hff = Kf.
. . . (8.2)

Dimana, Kf = Faktor rugi pipa sambung


Va = Kecepatan rata-rata dalam pipa yang menuju pipa sambung

Faktor kf dari esperimen dan berbeda untuk setiap jenis sambungan.

VIII-2
VIII-3

Terjadi kehilangan energi pada fluida yang disebabkan oleh fitting, yang
mana fitting tersebut terdiri dari enam jenis, yaitu (Geankoplis, 1997):
1. Contraction
Yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional area secara
mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam, sehingga
tekanan yang melewatinya akan bertambah. Adapun gambar dari contraction
adalah sebagai berikut:

Gambar 8.1 Contraction

Dengan persamaan:

Hc = Kc . . . (8.3)

Dimana, Hc = Konstanta Planck


Kc = Tetapan Kesetimbangan kimia

2. Enlargement
Pipa yang mengalami penambahan cross sectional area secara mendadak
dari saluran. Sehingga tekanan yang melewatinya semakin kecil. Adapun gambar
dari enlargement yaitu:

Gambar 8.2 Enlargement

VIII-3
VIII-4

3. Long Bend
Yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan cross
sectional area yang besar sehingga tekanan kecil.
Adapun gambaran long bend pada pipa yaitu:

Gambar 8.3 Long Bend

4. Short Bend
Yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih pendek dan cross
sectional area yang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar. Adapun gambar
dari short bend sebagai berikut:

Gambar 8.4 Short Bend

5. Elbow Bend
Yaitu merupakan belokan pada pipa yang membentuk pipa siku-siku (90 0)
dengan cross sectional area yang sangat kecil sehingga menimbulkan tekanan
yang sangat besar. Adapun gambar dari elbow bend adalah:

VIII-4
VIII-5

Gambar 8.5 Elbow Bend

6. Mitre Bend
Yaitu pipa yang memiliki cross sectional area yang besar sehingga pada
pipa yang dialiri oleh fluida akan menimbulkan tekanan yang kecil. Mitre bend ini
berupa belokan pada jenis fitting yang sama pada jenis fitting long bend yang juga
memiliki cross sectional area yang besar. Adapun gambar dari mitre bend adalah
sebagai berikut:

Gambar 8.6 Mitre Bend

Aliran di dalam suatu saluran selalu disertai dengan friksi. Aliran yang
terlalu cepat akan menimbulkan pressure drop yang tinggi. Sedangkan aliran
yanng terlalu lambat pressure dropnya akan rendah tetapi tidak efisien. Kecepatan
aliran perlu dibatasi dengan (Hidayati, 2011):
1. Besarnya daya yang dibutuhkan
2. Masalah erosi pada dinding pipa
3. Masalah pembentukan endapan

VIII-5
VIII-6

4. Tingkat kebisingan yang terjadi


Kerugian yang terdapat dalam aliran fluida adalah:
1. Kerugian tekanan (pressure drop) atau
2. Kerugian head (head loss)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian dalam fluida:
1. Kecepatan aliran
2. Luas penampang saluran
3. Faktor friksi
4. Viskositas
5. Densitas
Faktor Kf didapat dari eksperimen dan berbeda untuk setiap jenis
sambungan. Berikut tabel friction loss untuk aliran turbulen dan aliran laminar.

Tabel 8.1 Friction Loss untuk Aliran Turbulen yang melalui Valves dan Fittings
(Geankoplis, 1997).
Friction Loss, Number Friction Loss Equivalent
Types of Fitting of
of Velocity Head Length of Streight Pipe
Valves
(Kf) (Lc/ D)
Elbow 45° 0,35 0
Elbow 90° 0,75 35
Tee 1 50
Return Bend 1,5 75
Couping 0,04 2
Union 0,04 2
Gate Valve
Wide Open 0,17 9
Half Open 4,5 225
Globe Valve
Wide Open 6,0 300
Angle Valve, Wide Open 2,0 100
Check Valve
Ball 70,0 3500
Swing 2,0 100
Water Meter, disk 7,0 350
Half Open 9,5 475

VIII-6
VIII-7

Tabel 8.2 Friction Loss untuk Aliran Laminar yang melalui Valves dan Fittings
(Perry, 1997).

Jenis Fitting atau Valve Additional frictional loss expressed as K


Re = 1000 500 100 50
90⁰ ell, short radius 0,9 1,0 7,5 16
Gate valve 1,2 1,7 9,9 24
Globe valve, composition disk 11 12 20 30
Plug 12 14 19 27
Angle valve 8 8,5 11 19
Check valve, swing 4 4,5 17 55

VIII-7
8.3 METODOLOGI PERCOBAAN

8.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Hydraulic bench
- Energy losses in bends and fitting apparatus
- Stopwatch
- Gelas ukur 1000 mL
- Termometer

Deskripsi Alat:
7
5 6
8
4 9

10
3
13
2 12
11
1

Keterangan alat:
1. Inlet test rig 8. Air connector
2. Mitre bend 9. Differential pressure gauge
3. Area enlargement 10. Gate valve fitting
4. Area contraction 11. Elbow bend
5. Long bend 12. Flow conrol valve
6. Short bend 13. Manometer tube
7. Air bleed screw

Gambar 8.7 Rangkaian Alat Energy Losses in Bends and Fitting Apparatus

VIII-8
VIII-9

8.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air.

8.3.3 Prosedur Kerja


8.3.3.1 Set-Up Percobaan
1. Inlet test rig dihubungkan dengan supply aliran dari pompa.
2. Kran pompa dibuka, kemudian pompa dinyalakan dan test rig diisi dengan
air.
3. Aliran dibiarkan mengalir melalui manometer, flow control valve ditutup,
air bleed screw dan air connector dibuka secara perlahan untuk
mengeluarkan semua udara, kemudian aliran pompa pada manometer
dibiarkan overflow.
4. Flow control valve dibuka hingga ketinggian air pada manometer
menurun. Air bleed screw dan air connector ditutup ketika level air dalam
manometer mencapai ketinggian tertentu, lalu flow control valve ditutup.
5. Ketinggian manometer dicatat pada keadaan steady.

8.3.3.2 Pengambilan Data Percobaan


1. kehilangan yang melewati fitting pipa diukur.
2. flow control valve dibuka untuk bukaan ½, kemudian tinggi manometer
dibaca dan dicatat, setelah levelnya steady.
3. Air yang keluar dari flow control valve ditampung menggunakan gelas
ukur 1000 mL selama 5 detik, kemudian volume air yang tertampung
dicatat. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali.
4. Prosedur 1-3 diulangi untuk bukaan flow control valve 1,1½ dan 2.
5. Suhu air diukur menggunakan termometer.
8.4. HASIL DAN PEMBAHASAN

8.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 8.3 Hasil Pengamatan untuk Head loss Aliran dan Volume dengan t = 5s
dan T= 24 oC pada Bukaan ½, 1, 1½ dan 2

Bukaan ½ Bukaan 1 Bukaan 1½ Bukaan 2


Fitting ∆H V ∆H V ∆H V ∆H V
(mm) (m3) (mm) (m3) (mm) (m3) (mm) (m3)
Enlargemen

0,000830
0,000350

0,000643

0,000900
0,001 0,003 0,004 0,005
t
Contraction 0,004 0,011 0,015 0,017
Long Bend 0,002 0,006 0,008 0,009
Short Bend 0,005 0,014 0,021 0,024
Elbow Bend 0,006 0,019 0,030 0,032
Mitre Bend 0,002 0,003 0,004 0,005

8.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 8.4 Hasil Perhitungan pada Bukaan ½
Dynamic Koefisien
Flowrate Velocity
Fitting Head Kehilanga NRe
(Qt)(m3/s) (m/s)
(v2/2g) n
Enlargemen
0,154812 0,001223 0,817795 4078,484016
t
Contraction 0,266272 0,003617 1,105767 7014,860979
Long Bend 0,266272 0,003617 0,552884 7014,860979
0,000070
Short Bend 0,266272 0,003617 1,382209 7014,860979
Elbow Bend 0,266272 0,003617 1,658651 7014,860979
Mitre Bend 0,266272 0,003617 0,276442 7014,860979

VIII-10
VIII-11

Tabel 8.5 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1


Dynamic
Flowrate Velocity Koefisien
Fitting Head NRe
(Qt)(m3/s) (m/s) Kehilangan
(v2/2g)
Enlargemen
0,284413 0,004127 0,726908 7492,757778
t
Contraction 0,489180 0,012209 0,900970 12887,301741
Long Bend 0,489180 0,012209 0,491438 12887,301741
0,000129
Short Bend 0,489180 0,012209 1,146690 12887,301741
Elbow Bend 0,489180 0,012209 1,556221 12887,301741

Mitre Bend 0,489180 0,012209 0,245719 12887,301741

Tabel 8.6 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1½


Dynamic
Flowrate Velocity Koefisien
Fitting Head NRe
(Qt)(m3/s) (m/s) Kehilangan
(v2/2g)
Enlargemen
0,367127 0,006877 0,581680 9671,833523
t
Contraction 0,631446 0,020343 0,737352 16635,241749
Long Bend 0,000166 0,631446 0,020343 0,393254 16635,241749

Short Bend 0,631446 0,020343 1,0032293 16635,241749


Elbow Bend 0,631446 0,020343 1,474704 16635,241749

Mitre Bend 0,631446 0,020343 0,196627 16635,241749

Tabel 8.7 Hasil Perhitungan pada Bukaan 2


Dynamic
Flowrate Velocity Koefisien
Fitting Head NRe
(Qt)(m3/s) (m/s) Kehilangan
(v2/2g)
Enlargemen
0,398089 0,008085 0,618394 10487,530326
t
Contraction 0,000180 0,684701 0,023919 0,710728 18038,213945
Long Bend 0,684701 0,023919 0,376268 18038,213945

Short Bend 0,684701 0,023919 1,003381 18038,213945


VIII-12

Elbow Bend 0,684701 0,023919 1,337842 18038,213945

Mitre Bend 0,684701 0,023919 0,209038 18038,213945


8.4.3 Pembahasan

Percobaan ini merupakan percobaan yang dilakukan untuk mengamati


berbagai fitting, yaitu enlargement, contraction, long bend, short bend, elbow
bend dan mitre bend. Pengamatan yang dilakukan adalah menentukan besarnya
head loss yang terlihat pada manometer. Headloss adalah nilai untuk mengetahui
seberapa besarnya reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida
saat melewati sistem pengaliran. Nilai head loss untuk setiap fitting berbeda
tergantung dengan variasi bukaan valve ½, 1, 1½ dan 2. Hal tersebut ditujukan
untuk mengetahui apakah head loss dipengaruhi oleh bukaan valve. Semakin
besar bukaan valve maka nilai dari bilangan Reynold juga akan meningkat
(Steeter, 1990). Berdasarkan nilai bilangan Reynold yang dipengaruhi dari hasil
perhitungan, diketahui bahwa jenis aliran yang terjadi pada bukaan ½ adalah
aliran turbulen, pada bukaan 1 adalah aliran turbulen, pada bukaan 1½ adalah
aliran turbulen dan pada bukaan 2 aliran turbulen. Hal ini karena nilai bilangan
Reynold lebih dari 4000 (Mc Cabe, 1956). Nilai bilangan Reynold yang didapat
berbanding lurus dengan bukaan valve. Semakin besar bukaan valve maka nilai
bilangan Reynold yang didapat besar pula. Berdasarkan dari hasil perhitungan
diketahui bahwa untuk bukaan ½ nilai NRe sebesar 7014,860979 dan untuk
enlargement sebesar 4078,860979. Nilai NRe untuk bukaan 1 sebesar
12887,301741 dan untuk enlargement sebesar 7492,757778. Nilai NRe untuk
bukaan 1½ sebesar 16635,241749 dan untuk enlargement sebesar 9671,833523.
Nilai NRe untuk bukaan 2 sebesar 18038,213945 dan untuk enlargement sebesar
10487,530326. Ketinggian manometer dipengaruhi oleh cross sectional area,
semakin kecil cross sectional area maka semakin besar tekanan yang dihasilkan
dan semakin tinggi nilai pada manometer (Geankoplis, 1997). Setiap fitting
memiliki cross sectional area yang berbeda, nilai cross sectional area berbanding
terbalik dengan head loss. Cross sectional area dapat mengakibatkan hilangnya
energi pada fluida yang mengalir.
VIII-13

Nilai head loss ditentukan dari besarnya suatu nilai dynamic head dan
velocity dari fluida pada setiap fitting. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dibuat
grafik hubungan antara dynamic head dan head loss sebagai berikut:

0.035

0.030

0.025
Head Loss (∆H)

Enlargement
0.020 Contraction
0.015 Long Bend
Short Bend
0.010 Elbow Bend
0.005 Mitre Bend

0.000
0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025
Dynamic Head

Gambar 8.8 Hubungan antara Dynamic Head terhadap Head Loss (∆H)
pada Setiap Fitting

Berdasarkan Gambar 8.8 yang merupakan hubungan antara head loss dan
dynamic head yang terjadi pada fitting dengan bukaan ½, 1, 1½ dan 2
menunjukkan hasil yang bervariasi di setiap fitting. Dilihat dari grafik dapat
diketahui bahwa semakin besar head loss, semakin besar pula dynamic head.
Menurut Streeter (1990), jika bukaan valve semakin besar maka semakin besar
pula dynamic head serta head loss nya. Urutan head loss diurutkan dari yang
terkecil hingga terbesar berturut-turut pada jenis fitting mitre bend, enlargement,
long bend, contraction, short bend, dan elbow bend. Elbow bend memiliki nilai
head loss yang paling tinggi karena memiliki cross sectional area yang besar
(Geankoplis,1997). Nilai head loss terkecil adalah mitre bend. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan semakin besar kecepatan aliran, maka head loss
semakin kecil (Geankoplis, 1997). Kecepatan aliran dipengaruhi oleh kondisi
lubang masuk pipa dan jaraknya dari lubang masuk (Raswari,1986). Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa cross sectional area sangat berpengaruh pada dasar atau
VIII-14

kecilnya nilai head loss. Dari Gambar 8.8 dapat dilihat bahwa nilai headloss
berbanding lurus dengan dynamic head. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan
berikut (McCabe,1999):

ΔH
K= . . . (8.4)
ν2 / 2 g

Percobaan ini dilakukan sudah sesuai dengan teori karena tidak ada penurunan
head loss.
Flowrate pada aliran merupakan perbandingan volume persatuan waktu.
Semakin besar flowrate, semakin kecil koefisien head loss (Streeter, 1990).
Hubungan antara flowrate dengan koefisien kehilangan dapat dibuat grafik
sebagai berikut:

1.8
1.6
1.4
Koefisien Kehilangan

1.2 Enlargement
1.0 Contraction
0.8 Long Bend
0.6 Short Bend
0.4 Elbow Bend
0.2 Mitre Bend
0.0
0.00005 0.00010 0.00015 0.00020 0.00025
Flowrate (Qt)

Gambar 8.9 Hubungan antara Flowrate (Qt) Terhadap Koefisien


Kehilangan pada Setiap Fitting

Berdasarkan Gambar 8.9 dapat dilihat bahwa nilai flowrate yang dimiliki oleh
setiap fitting berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan bentuk fisik dari setiap
fitting. Grafik di atas menunjukkan bahwa koefisien kehilangan terhadap flowrate
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya pressure drop yang kecil pada
awal bukaan dan flow control valve dengan putaran rendah. Koefisien kehilangan
VIII-15

yang terbesar ada pada elbow bend, hal ini karena cross sectiona area yang besar
sehingga head lossnya besar seiring dengan tekanan yang kecil begitu pula
sebaliknya, koefisien areanya yang kecil (Geankoplis,1997). Nilai koefisien
kehilangan terkecil yaitu pada jenis fitting mitre bend. Hal ini karena cross
sectional areanya besar sehingga pada pipa yang dialiri oleh fluida akan
menimbulkan tekanan yang kecil dan akibatnya nilai head loss menurun dan
menyebabkan nilai koefisien kehilangan menurun (Geankoplis,1997).
Berdasarkan data hasil percobaan dapat diketahui bahwa sudah sesuai dengan
teori yang menyatakan semakin tinggi nilai flowrate maka semakin rendah nilai
koefisien kehilangannya. Jenis fitting enlargement dan mitre bend mengalami
kenaikan dan penurunan koefisien kehilangan yang disesbabkan karena adanya
rugi gesekan pada jenis pipa belokan dan pembesaran pipa serta adanya perubahan
area terhadap tiap-tiap fitting, dimana saat fluida berbelok dan mengalami
perubahan cross sectional area sehingga mengakibatkan koefisien kehilangan
menjadi fluktuatif. Adapun nilai koefisien kehilangan (K) dapat diperoleh dari
persamaan berikut (Streeter, 1990):

∆H ∆H
K 2 g = [ μ Qt ] [ μQt ]
π d2 π d2
. . . (8.8)

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat yang mempengaruhi nilai K


yaitu head loss dan flowrate. Semakin besar nilai head loss maka nilai K yang
didapat juga semakin besar dan sebaliknya jika nilai velocity semakin besar,
seiring dengan nilai flowrate maka nilai K yang didapat akan semakin kecil.
Sehingga dapat disimpulkan, hasil dari data percobaan yang dilakukan telah sesuai
dengan teori (Chereminisinaff,1983).
Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien kehilangan energi adalah:
1. Kecepatan Aliran
VIII-16

Semakin tinggi kecepatan aliran fluida maka nilai koefisien kehilangan (head
loss factor) akan semakin kecil.

2. Cross section area


Semakin besar cross sectional area maka akan kecil nilai tekanan.
3. Tekanan
Semakin besar tekanan maka kecepatan aliran akan semakin kecil.
VIII-17
8.5 PENUTUP

8.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu semakin besar nilai headloss maka
semakin besar pula dynamic head. Semakin besar flowrate maka semakin kecil
koefisien kehilangan (headloss). Koefisien kehilangan tertinggi terdapat pada
elbow bend dengan nilai sebesar 1,658651 pada bukaan ½. Sedangkan koefisien
kehilangan terendah terdapat pada mitre bend dengan nilia sebesar 0,196627 pada
bukaan 1½.

8.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah menambah variasi
bukaan menjadi 1 ¾, 2, 2 ¼ dan 2½. Kemudian dapat juga dengan melakukan
pengambilan data sebanyak 4 kali agar data yang didapat lebih akurat.

VIII-17
DAFTAR PUSTAKA

Chereminisinaff, N. P. 1983. Cooling Tower Section, Design and Pratice. Ann


Arbar Science Publisher: Michigon.

Geankoplis, J. C. 1997. Transport and Unit Operation 3rd Edition. Pratice Hall:
New Jersey.

Hidayanti, Asep. 2011. Mekanika Fluida dan Hidrolika. UMB: Jakarta.

Mc.Cabe, W. L. dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia 1. Erlangga: Jakarta.

Perry, J.H. 1997. Chemical Engineering Handbook 7th Edition. Mc Graw Hill
Book Company: New York.

Raswari, 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. UI Press: Jakarta.

Streeter, Victor, L. 1962. Fluid Mechanics. Mc Graw Hill: Tokyo.

Streeter, Victor, L. 1990. Mekanika Fluida Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

DP-VIII-1
DAFTAR NOTASI

ρ = densitas (g/m3)
m = massa fluida (kg)
V = volume fluida (m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)
v = viskositas kinematik (m2/s)
K = koefisien kehilangan
H = viskositas dinamik (Ns/m2)
D = diameter pipa (m)
Q = debit (m3/s)
t = waktu (s)
ΔH = headloss (m)
hex = friction loss
Kex = expantion losses coefficient
hf = rugi gesek
NRe = Bilangan Reynold
Qt = flowrate (m3/s)
L = panjang saluran (m)
F = gaya gesek
Kc = kofraction losses coefficient
Kf = losses factor untuk fitting valve

DN-VIII-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Bukaan ½ pada Enlargement


1. Head loss (ΔH)
ΔH = h1 – h2
= (0,206 – 0,205) m
= 0,001 m
2. Volume rata-rata (ῡ)
v 1 + v 2 + v 3 ( 260+250+270 ) mL
ῡ = = = 0,000350 m3
3 3
3. Flowrate (Qt); t = 5 sekon
ῡ 0,000350 m3
Qt = = = 0,000070 m3/s
t 5s

4. Velocity (Ʋ); d = 0,024 m


3
4 Qt 4 (0,000070 m )
Ʋ = = s = 0,154812 m/s
π d2
3,14 ¿ ¿

5. Reynold number (NRe)


T = 24oC
v = 0,911x10-6 m2/s
m
Ʋd
NRe = v = (
0,154812
s )
.( 0,024 m)
= 4078,484016
2
0,911 x m /s

6. Dynamic head
Dynamic head = ¿ ¿ = 0,001223 m

7. Koefisien head loss


0,001m
ΔH
K = 2 = m 2 m = 0,817795
Ʋ /2 g (
0,154812
s )
/2( 9.8 2 )
s

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel Hasil Perhitungan 8.4-8.7

LP-VIII-1

Anda mungkin juga menyukai