Anda di halaman 1dari 5

8.4.

2 Pembahasan

Percobaan ini menggunakan tepung tapioka sebagai sampel. Tepung


tapioka adalah tepung yang dibuat dari pati singkong. Tepung tapiokan digunakan
karena bersifat larut dalam air dan mengandung glukosa. Penambahan HCl
berfungsi sebagai pelarut adalah sebagai pengaktif air, karena didalam HCl
terkandung ion H+ dan juga HCl berperan sebagai katalisator, sehingga
menjadikan pemisahan pati secara tepat dalam suasana asam dan dengan proses
hidrolisis.

Proses hidrolisis dilakukan dengan cara menghubungkan labu leher tiga


dengan kondensor, maka sampel dapat menyerap air dan terjadi gelatinasi.
Gelatinasi adalah berkurangnya viskositas, tegangan, muka dan sifat gelnya.
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari spiral dan digunakan untuk
mengubah uap menjadi zat cair. Dapat juga diartikan sebagai alat penukar kalor
(panas) yang berfungsi untuk mengondensasi fluida. Prinsip kerja kondensor
adalah volume dari larutan yang dipanaskan akan konstan karena tidak ada uap
yang lepas ke udara. Ketika air pendingin masuk akan terjadi kontak antara uap
dengan air pendingin. Air pendingin berfungsi menyerap kalor dari uap yang
bertemperatur panas, sehingga temperatur uap akan turun dan terkondensasi.
Penggunaan labu leher tiga dimaksudkan untuk menjaga suhu larutan agar tetap
konstan. Suhu dan pengaruh waktu perlu diperhatikan, saat proses hidrolisis. Hal
ini akan berpengaruh pada sampel. Jika suhu terlalu tinggi, maka sampel akan
rusak. Reaksi hidrolisis pati yang terjadi adalah sebagai berikut :

(C6H10O5)n + n(H2O) n(C6H12O6) . . . (8.1)

Pendinginan larutan perlu dilakukan agar saat penetralan mendapat hasil


yang stabil. Hal ini perlu dilakukan, karena senyawa-senyawa yang ada didalam
larutan masih bereaksi saat larutan masih panas ataupun hangat. Setelah larutan
dingin dititrasi dengan NaOH. Penyaringan pada larutan hidrolisis dilakukan
untuk memisahkan filtrat dari ampas atau zat lain yang tidak dibutuhkan.
Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan HCl berlebih dalam larutan.
Larutan yang ingin dinetralkan, ditetesi dengan indikator fenolfatelin (pp) dengan
trayek pH antara 8,2-10,0 untuk warna putih bening menjadi merah muda. Reaksi
penetralan HCl dengan NaOH adalah sebagai berikut :

HCl + NaOH NaCl + H2O . . . (8.2)

Titrasi campuran fehling A dan fehling B menggunakan larutan glukosa


standar sebagai titran. Adapun tujuan ditambahkan fehling A dan fehling B adalah
sebagai pendeteksi ada atau tidaknya glukosa dalam suatu larutan. Glukosa akan
terdeteksi saat terbentuknya endapan merah bata. Endapan ini berasal dari reduksi
ion Cu2+ menjadi ion Cu+. Reaksi yang terjadi adalah :

CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 . . . (8.3)


fehling A fehling B garam

larutan fehling mengandung CuSO4 dan fehling B mengandung NaOH dan garam
rochelle. Sebelum tahap titrasi, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi
sehingga endapan merah bata digunakan larutan glukosa standar sebagai titran.
Glukosa standar memiliki gugus aldehid yang merupakan pereduktor kuat,
sehingga dapat mereduksi fehling menjadi Cu2O. Reaksi yang terjadi adalah :

RCHO + 2Cu2+ + 5OH¯ RCOO¯ + Cu2O + 3H2O . . .(8.4)


Penambahan metil biru sebagai indikator larutan karena trayek pH indikator metil
biru antara 10,6-13,4. Indikator ini sesuai dengan suasana basa yang disebabkan
adanya NaOH. Penambahan indikator ini dimaksudkan agar mempermudah
pengamat saat titik ekuivalen tercapai. Hilangnya warna biru dan terbentuknya
endapan merah bata pada larutan menunjukkan telah tercapainya titik ekuivalen.

Larutan yang dititrasi dalam titrasi blanko adalah fehling A dan fehling B
serta larutan glukosa standar. Titrasi blanko merupakan titrasi yang dilakukan
tanpa menyertakan sampel yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titran yang
bereaksi dengan pereaksi, sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan
yang disebabkan oleh zat pereaksi, pelarut atau kondisi percobaan. Prosedurnya
sama dengan titrasi terhadap zat uji, namun hanya tidak menggunakan zat uji.
Kadar glukosa yang diperoleh dari hasil percobaan dengan menggunakan tepung
tapioka sebesar 4,48 % dengan volume titrannya 7 mL dari titrasi blanko dan
volume titran dari analisa kadar glukosa sebesar 6,3 mL. Titrasi blanko maupun
titrasi sampel, masing-masing dititrasi dengan larutan glukosa standar sebagai
penstandarisasi. Volume titran untuk titrasi blanko lebih besar daripada volume
titran untuk titrasi sampel, karena tidak adanya penambahan glukosa pada titrasi
blanko, sehingga memerlukan lebih banyak volume titran untuk titrasi blanko
dibandingkan titrasi sampel yang sudah terdapat glukosa dari pati tepung tapioka
yang telah dihidrolisis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis adalah katalisator, suhu,


waktu, pengadukan dan perbandingan zat. Pemilihan HCl sebagai katalisator
adalah berdasarkan sifat garam yang terbentuk pada reaksi penetralan yang tidak
akan mengganggu. Pengaruh suhu pada percobaan ini adalah bahwa semakin
tinggi suhu reaksi maka semakin cepat pula jalannya reaksi. Hal ini karena reaksi
hidrolisis merupakan reaksi endotermis sehingga memerlukan panas untuk
bereaksi. Tetapi, jika suhu terlalu tinggi, maka katalis (HCl) akan menguap yang
mengakibatkan melambatnya reaksi hidrolisis tersebut dan akan berpengaruh pada
konsentrasi yang diperoleh. Pengaruh waktu terhadap reaksi, semakin lama waktu
akan memperbanyak jumlah tumbukan zat-zat pereaksi sehingga molekul-molekul
yang bereaksi banyak dan memperbanyak hasil yang terbentuk. Faktor
pengadukan juga perlu diperhatikan karena pada proses ini diperlukan
pengadukan agar zat-zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan baik. Untuk
perbandingan zat pereaksi, bila salah satu zat pereaksi berlebih maka
kesetimbangan dapat bergeser ke kanan. Suspensi pati yang rendah memberi hasil
yang baik dibandingkan dengan kadar patinya tinggi. Bila kadar suspensi
diturunkan maka konversi akan bertambah. Pada permukaan kadar suspensinya
penyaringan tinggi molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak.
8.5 PENUTUP

8.5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah glukosa dapat
diperoleh dari hidrolisis pati tepung tapioka dengan terbentuknya endapan merah
mata. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati antara lain suhu,
katalisator, waktu, pengadukan dan perbandingan zat pereaksi. Persen kadar
glukosa yang didapat dari percobaan ini adlah 4,48 %.

8.5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah menggunakan


sampel lain pada percobaan selanjutnya, agar mengetahui apa yang terjadi jika
sampel berbeda. Sampel lain tersebut, seperti tepung gandum, tepung sagu dan
susu bubuk.

Anda mungkin juga menyukai