Anda di halaman 1dari 47

MATERI PERKULIAHAN

MATA KULIAH HIDROLIKA I

DOSEN PENGAMPU

ANDI BUSTAN DIDI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

ANDI BUSTAN DIDI TEKNIK SIPIL UMPAR 1


DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven.Te., 1992, Hidrolika Saluran-Terbuka, Jakarta : Penerbit Erlangga

Dake, J.M.K., 1985, Hidrolika Teknik (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga

Giles, Renal.V., 1986, Fluid Mechanics and Hydraulics (2/ed), New York : Scaum’s

Outline Series, McGraw Hill Book Company

Kodoatie, Robert.J., 2002, Hidrolika Terapan – Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa,

Yogyakarta : Penerbit Andi

Triatmodjo, Bambang., 1995, Hidraulika I, Yogyakarta : Beta Offset

Triatmodjo, Bambang., 1996, Soal-Penyelesaian Hidraulika I, Yogyakarta : Beta Offset

Triatmodjo, Bambang., 1995, Hidraulika II, Yogyakarta : Beta Offset

White, Frank.M., 1994, Mekanika Fluida (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga

ANDI BUSTAN DIDI TEKNIK SIPIL UMPAR 2


I. PENDAHULUAN

A. Definisi
Mekanika Fluida : Cabang ilmu mekanika yang mempelajari fluida dalam
keadaan diam atau bergerak.
Mekanika Fluida : Pengembangan dari ilmu hidrodinamika klasik dengan
hidrodinamika eksperimen.
Hidronika Klasik : Aplikasi ilmu matematika untuk menganalisis aliran fluida.
Ilmu ini mempelajari tentang gerak zat cair ideal yang
tidak mempunyai kekentalan.
Pada mekanika fluida : dipelajari perilaku fluida dalam keadaan diam (statistika
fluida) dan fluida dalam keadaan bergerak (dinamika fluida).
Pada statika fluida : Fluida adalam dalam keadaan diam dimana tidak ada tegangan
geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut.
Contoh aplikasi analisis statika fluida adalah pada perencanaan bendungan, pintu air, waduk,
dan sebagainya.
Dinamika fluida : mempelajari tentang gerak partikel zat cair karena adanya
gaya-gaya luar yang bekerja padanya.
Contoh aplikasi dinamika fluida adalah aliran melalui pipa dan saluran terbuka, pembangkit
tenaga mekanis pada turbin air, uap dan gas, pompa
hidralis dan kompresor, gerak pesawat di atmosfer, dan
sebagainya.
Analisis perilaku aliran fluida didasarkan pada hukum dasar mekanika terapan tentang
konsevasi massa, energi, momentum, dan beberapa konsep
serta persamaan lainnya. Seperti: hukum newton
tentang kekentalan, konsep panjang campur (Mixing
Length) dan sebagainya.
Hidrolika : Hydor berasal dari bahasa Yunani yaitu cabang ilmu teknik yang mempelajari
perilaku air dalam keadaan diam dan bergerak.

ANDI BUSTAN DIDI TEKNIK SIPIL UMPAR 3


Dalam hidrolika dipelajari :
- aliran pada saluran tertutup
- Aliran saluran terbuka/ Open channel flow
Mekanika Fluida : lebih luas; mempelajari perilaku cair dan gas
Hidrolika dibedakan dalam 2 (dua) bidang:
- hidrostatika : mempelajari zat cair keadaan diam.
- Hidro dinamika : mempelajari zat cair bergerak
Dalam hidrodinamika : dipelajari zat cair ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak
termampatkan.
Pemampatan : pengurangan volume karena penambahan tekanan
Zat cair ideal di alam tak ada; diperlukan untuk memudahkan analisis perilaku gerak zat cair.
Air merupakan salah satu jenis fluida yang penting bagi manusia, sperti
- Air minum
- Irigasi
- PLTA, dan sebagainya
Perencanaan bangunan air untuk memanfaatkan dan mengaturnya merupakan bagian adri
teknik hidro, yang termasuk dalam bidang teknik sipil.
Bidang teknik hidro dapat dibagi menjadi beberapa bidang sebagai berikut:
Pembagian Bidang Teknik Hidro:
1. Hidrologi terapan : Aplikasi dari prinsip-prinsip hidrologi, seperti:
hidromeriologi, Aliran air tanah, perkiraan debit sungai,
hidrologi perkotaan, dan sebagainya.
2. Teknik Irigasi dan Drainase : Perancangan dan perencanaan sistem dan bangunan
irigasi dan drainase permukaan serta bawah permukaan.
3. Teknik Transformasi Air : Perencanaan pelabuhan, saluran-saluran pelayaran.
4. Bangunan Tenaga Air : Pengembangan tenaga hidroelektrik, turbin dan fasilitas
lain bangunan air lainnya.

ANDI BUSTAN DIDI TEKNIK SIPIL UMPAR 4


5. Pengendalian banjir dan Sedimen : Perencanaan dan pelaksanaan bangunan-bangunan
pengendali banjir.
6. Teknik Bendungan : Perencanaan bendungan, dan bangunan pelengkapnya.
Bendungan merupakan utama untuk pekerjaan lain
seperti; Irigasi, pengendali banjir, PLTA.
7. Teknik Jaringan pipa : Pengangkutan/ pengaliran air, minyak, gas dan fluida
lain melalui sistem pemipaan.
8. Teknik Pantai : Perencanaan bangunan-bangunan pelabuhan,
penanggulangan erosi pantai, bangunan lepas pantai.
9. Teknik Sumber Daya Air : Perencanaan sistem reservoir dan fasilitas lain untuk
mencapai penggunaan SDA secara optimum.
10. Teknik Penyehatan : Sistem pengumpulan dan Distribusi air untuk
berbagai keperluan dan sistem pembersihan
(treatment) dari buangan air.

Aplikasi Hukum Newton II


Mempelajari/ menjelaskan semua gerak yang ada di alam yang menyatakan bahwa laju
perubahan momentum (massa ‘m’ x kecepatan ‘v’) adalah berbanding langsung dengan
gaya yang bekerja dan dalam arah yang sama dengan gaya tersebut.
d (mv)
F 
dt
apabila; m =konstan, maka gaya akan sebanding dengan perkalian antara massa dan laju
perubahan kecepatan (v), yaitu percepatan (a);
d (v)
atau F m
dt
atau : F = m. a

ANDI BUSTAN DIDI TEKNIK SIPIL UMPAR 5


dengan:
F : Gaya
m : Massa benda
a: Percepatan
v : Kecepatan
Hukum Newton II, banyak digunakan dalam analisis gerak Fluida.
Contoh :
Berapakah gaya yang bekerja yang harus diberikan pada benda dengan massa 100 Kg
2
dan percepatan 10m/d .
Penyelesaian:
Dihitung berdasarkan hukum Newton II:
F = m.a
2
= 100.10 = 1000 Kg m/d
= 1000 N (untuk satuan SI)

atau:
1000 1000
F   101,94 Kg untuk satuan
 g 9,81
B. Perkembangan ilmu hidrolika
Zaman Mesir Kuno dan Babilonia, Teknik hidrolik telah dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: bangunan irigasi dan drainase, seperti: bendungan,
waduk, dan sebagainya. Masa ini juga telah dibuat saluran besar dari laut tengah ke laut
merah, dan sekitar tahun 1400 SM dibuat saluran dari Sungai Nil – laut merah.
- Awal Perkembangan Ilmu Hidrolika dimulai oleh Archimedes (287-212 SM) yang
mengemukakan hukum benda terapung.
- Pada masa kekaisaran Romawi, setelah diketahui hukum-hukum Aliran Air dibuat saluran-
saluran/ terowongan-terowongan air. Akibat kemunduran kekaisaran Romawi,
perkembangan ilmu hidrolika terhenti selama hampir 1000 tahun.
- Perkembangan ilmu hidrolika dimulai lagi oleh Leonardo Da Vinci (1452-1519) yang
melakukan penelitian mengenai aliran melalui saluran terbuka, gerak relatif fluida, benda
terendang dalam air, gelombang, pompa hidraulis, dan sebagainya.
- Simon Stevin (1548-1620) memberikan analisis gaya yang dilakukan oleh zat cair
pada bidang terendam. Prinsip hidrosatika yang dikemukakan yaitu : pada bidang
horisontal yang terendah di dalam zat cair bekerja gaya yang besarnya sama dengan berat
kolom zat cair di atas bidang tersebut.
- Galileo (1564 – 1642), yang menemukan hukum benda jatuh dalam zat cair
- Masa antara Leonardo Da Vinci dan Galileo disebut zaman Renaisance.
- Evangestia Torricelli (1608-1647), menemukan kecepatan aliran melalui lobang.
- Edme Mariotte (1620-1647), menentukan secara experimental nilai koefisien debit pada
lobang.
- Robert Hook (1635-1703), terkenal dengan teori Elastisitas meneliti tentang anemometer
dan baling-baling yang akhirnya menjadi dasar pengembangan baling-baling kapal.
- Antoin Parent (1666-1716), mempelajari kincir air dan mencari hubungan antara
kecepatan roda dan kecepatan air untuk mendapatkan hasil maksimal.
- Varignon, tahun 1692 menemukan pembuktian secara teoritis theerema Toricelli untuk
aliran melalui lubang.
- Blaise Pascal (1623-1662), mengemukakan teori hidristatika – zat cair diam, tekanann
hidrostatis pada suatu titik adalah sama dalam segala arah.
- Sir Issac Newton (1642-1728) merumuskan hukum aliran fluida viskos (kental), yaitu
bentuk hubungan antara tegangan geser yang terjadi dan gradien kecepatan.
- Pada abad ke XVIII karena pengaruh matematika terapan ke teknik praktis perkembangan
ilmu hidraulika mengalami perubahan. Hidraulika teoritis terpisah dari hidraulika praktis.
Hidraulika teoritis – imu hidrodinamika, yang dikembangkan oleh daniel Bernoulli,
Leonard Euleur, Clairault dan Jean d’Alembert. Hidrodinamika merupakan aplikasi ilmu
matematika untuk analisis aliran fluida. Imu ini mempelajari gerak zat cair ideal.
- Bernoulli (1700-1782), hukum kekekalan energi dan kehilangan energi selama pengaliran.
- Leonard Euleur (1707-1783), persamaan yang menggambarkan aliran fluida ideal –
persamaan Euler.
- Louis Navier (1785-1836) dan Sir George Stokes (1819-1903) telah menyempurnakan
persamaan Euler menjadi persamaan gerak fluida Viskos – persamaan Navier – Stokes.
- Sir George Airy (2081-1892), persamaan gelombang Amplitudo kecil.
- Herman von Helmhotz (1821-1894), aliran Vortex, garis arus, analisis dimensi, dan
sebagainya.
- Lord Kelvin (1824-1907), teori hidrodinamika – hukum thermodinamika
- Lord Rayleigh (1842-1919), prinsip-prinsip kesebangunan dan analisis dimensi
- Perkembangan hidraulika Eksperimen
- Henri Pitot (1695-1771), alat untuk mengukur kecepatan aliran zat cair, tabung pitot.
- Antonie Chezy (1718-1798), tahanan hidraulis yang kemudian dikenal dengan rumus
Chezy untuk aliran melalui saluran terbuka.
- Jean Borda (1733-1794), aliran melalui lobang, dan orang pertama menggunakan faktor
‘2g’ untuk umus-rumus hidrailika.
- Jean Baptiste Belanger (1789-1874), garis perbendungan/ Backwater
- Benault de Corvolis (1792-1843), distribusi kecepatan aliran dan pengaruh bumi terhadap
aliran.

C. Dimensi dan Satuan


Dimensi merupakan besaran terukur, yang menunjukkan karakteristik suatu obyek,
seperti: massa, panjang, waktu, temperatur, dan sebagainya.
Satuan adalah suatu standar untuk mengukur ‘dimensi’.
Misalnya: satuan untuk: massa, panjang dan waktu adalah kilogram (Kg), meter (m) dan
detik (dt).
Di Indonesia masih sering digunakan sistem satuan MKS, dimana ukuran dasar untuk
panjang, massa dan waktu adalah meter (metre, M); kilogram (kilogram, K) dan detik
(second, S).
Salah satu besaran yang sangat penting dalam bidang teknik adalah gaya. Pengukuran gaya
didasarkan pada hukum Newton II.
F= m.a
Dalam sistem MKS, satuan massa adalah kilogram massa (Kgm). Satuan gaya adalah
kilogram gaya (Kgf).
Kedua satuan tersebut mempunyai hubungan dalam bentuk:
Kgf g.Kgm ………………….. (2)
dengan : g adalah percepatan gravitasi yang biasanya bernilai :9,81.
Karena percepatan gravitasi tergantung pada letak benda di muka bumi, maka berat benda
adalah berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain sistem satuan Mks, digunakan juga bahasa satuan internasional tunggal yang disebut
Systeme International d’Unite (SI).
Pada sistem SI : satuan massa adalah Kilogram
Satuan gaya adalah Newton (N)
1 (satu) Newton adalah gaya yang bekerja pada benda dengan massa 1 Kg dan menimbulkan
2
percepatan 1 m/d .
1 N (Newton) = m (1Kg) x a (1 m/d2)
atau :
2
1 N = 1 Kg x 1 m/d

Untuk mengkonversi satuan gaya antara sistem Mks dan SI, dengan pers. (2) di atas dapat
ditulis:
1 2
N  2 Kgf x 1 m / d
g
 (m / d )

1
N  Kgf ; Atau Kgf g.N ; Atau Kg g.N
g
Faktor konversi dari sistem satuan Mks ke SI:
Besaran Simbol Mks Sistem SI Konversi Ket:
Panjang L m M
Massa M Kgm kg

Waktu T d d

Gaya F Kgf N g = 9,81

Luas A 2 2
m m
Volume  3 3
m m
Kecepatan v m/d m/d
Percepatan a 2 2
m/d m/d
Debit Q 3 3
m /d m /d omega
Kecepatan Sudut 
rad/d rad/d
Gravitasi
g 2 2
m/d m/d -1 mu
Kekentalan dinamis 10
µ 2 2
Nd/m Nd/m gamma
Kekentalan kinematik 10
-4
 m /d
2
m /d
2
Rapat massa rho
Ρ 3 3
Kgm/m kgm/m thau
Berat jenis
 Kg/m
3
kg/m
3
Tekanan g = 9,81
2
P N/m 2
N/m (Pascal)
Daya g = 9,81
W W W (joule/d)
Kerja, Energi g = 9,81
(Joule/d) Nm (Joule)
II. SIFAT-SIFAT FLUIDA
Fluida merupakan zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida sangat
kecil, hingga dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruangan/ tempat yang membatasinya.

Fluida dibedakan – zat cair dan gas


Sifat-sifat zat cair dan gas yang serupa
-Tidak melawan perubahan bentuk
-Tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser.
Perbedaan zat cair dan gas
- Zat cair mempunyai muka air bebas, dan massa zat cair hanya akan mengisi
volume yang diperlukan dalam suatu ruangan. Sedangkan gas tidak mempunyai
permukaan bebas dan massanya akan mengisi seluruh ruangan.
- Zat cair praktis merupakan zat yang tidak termampatkan, sedangkan gas adalah zat yang
bisa dimampatkan

Beberapa sifat fluida yang penting, seperti:


- Rapat massa
- Berat jenis
- Kemampatan fluida
- Kekentalan
- Tegangan permukaan
- Kapilaritas

1. Rapat Massa

Rapat massa ρ (rho), adalah massa fluida persatuan volume pada temperatur dan

tekanan tertentu.

ρ = m/V = Kg/m3

dengan m, adalah massa yang menempati volume ∀.


3
Bila massa ‘m’ diberikan dalam ‘kg’, maka rapat massa adalah kg/m .
o 3
Rapat massa air pada suhu 4 C dan tekanan atmosfer standar, adalah 1000kg/m .
Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air pada
o
suhu 4 C dan tekanan atmosfer standar.
Bilangan ini tak berdimensi dan diberi notasi S

S = ρ zat cair/ρ air =  zat cair/ air


Berat jenis diberi notasi ‘  ’, adalah perbandingan antara berat benda dan volume benda.
Berat benda, adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi, dengan bentuk
hubungan antara berat jeni dan rapat massa dalam bentuk berikut:
ρ
3 3
dengan   = berat jenis (N/m untuk satuan SI, atau kg/m untuk satuan MKS).
3
ρ= rapat massa (kg/m untuk satuan SI atau kgm untuk satuan MKS).
2
g = percepatan gravitasi (m/d )
o 3 3
Berat jenis air pada suhu 4 C dan tekanan atmosfer adalah 3.31 Kn/m atau 1000 kg/m

Contoh Soal:
1. Satu liter minyak mempunyai berat 0,7 kg. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat
relatif ?
Penyelesaian:
3
- Berat jenis (  ) = 0,7 x 1000 = 700 kg/m
 700 2 4
- Rapat Massa ( ρ) =  71,36kg.d / m
g 9,81
kg / m3 2
= 
 kg. d 4
m 2 m
d
dari rumus :
kg (kgf) = g . kgm
2
kg = 9,81m/d .kgm
atau :

kg.d 2
 9,81kgm
m
sehingga:

 71,36 x9,81 700kgm / m3

 min yak 700


- Rapat relatif :     0,70
 air 1000

2. Satu liter minyak mempunyai berat 7,0 N. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat
relatif?
Penyelesaian: 7,0N / l

7,0 x1000

 7,0x1000
     713,56kg / m
3

g 9,81

min yak 713,56,0x1000


  0,7136
air 1000
2. Kemampatan Fluida
Kemampatan fluida adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan
(penambahan) tekanan.
Kondisi tersebut ditunjukkan oleh perbandingan antara perubahan tekanan dan perubahan
volume terhadap volume awal. Perbandingan ini dikenal dengan modulus elastisitas.
Bila dp adalah pertambahan tekanan dan dv adalah pengurangan volume dari volume awal
∀, maka:
dp
K 
dv

Apabila ditinjau benda dengan volume ‘ ∀’ dan massa ‘m’, maka:
m
 

Dideferensikan:

d d ( m ) −m dv − dv


2
∀ ∀ ∀
atau:

d∀ d
−
∀ 

dP
sehingga K=
d

Persamaan di atas menunjukkan, harga ‘K’ tergantung pada tekanan dan rapat massa.
Karena rapat massa dipengaruhi temperatur, maka harga ‘K’ juga tergantung pada perubahan
temperatur selama pemampatan.
Apabila perubahan terjadi pada temperatur konstan, maka Ki di sebut modulis elastifitas
isothernal.
Apabila tidak terjadi transfer panas selama proses perubahan, maka Ka di sebut dengan
modus elastisitas adiabatik.
Pada zat cair dan padat; Ka = Ki
Harga ‘K’ untuk zat cair sangat besar, hingga perubahan rapat massa karena perubahan
tekanan adalah sangat kecil, sehingga perubahan rapat massa zat cair sering di abaikan, dan
dianggap sebagai zat tak kompresibel atau tidak termampatkan
Tetapi pada kondisi tertentu di mana perubahan tekanan sangat besar dan mendadak, maka
anggapan zat cair ter kompresibel tidak bisa berlaku.
Contoh: misalnya terjadi pada penutupan katup turbin PLTA secara mendadak, sehungga
mengakibatkan perubahan (kenaikan yang sangat besar).

Pada gas, mempunyai harga K yang sangat kecil dan tidak konstan sehingga modus elastisitas
tidak di gunakan dalam analisis gas.

Contoh:
9 2
- Modulus elastisitas air ‘K’ = 2,24 x 10 N/m
3
- Berapa perubahan volume dari 1 m air bila terjadi pertambahan tekanan 20 bar (1 bar =
2 5 2
10 ton/m = 10 N/m )

- Penyelesaian:
dp
- Persamaan; K -
d∀

−∀dp
atau : d∀
k
5
1x20 x10
9 −0,00089m
3
= −
2,24.10

Terlihat, dengan pertambahan tekanan yang sangat besar, terjadi perubahan volume yang
sangat kecil.
3. Fluida Riil dan fluida Ideal.
Seperti telah di jelaskan, bahwa fluida hanya memberikan tahanan yang sangat
kecil terhadap gaya geser hingga dapat di abaikan, seperti untuk air dan udara.
Apabila anggapan tersebut tidak di lakukan, maka dalam analisis gerakan fluida
harus di perhitungkan gaya geser yang terjadi.
Gaya geser tergantung pada kekentalan fluida dari gradien kecepatan pada fluida
yang mengalir.
Aliran fluida yang ada di alam (fluida riil) akan menimbulkan tegangan
geser, seperti : aliran air dalam pipa (saluran tertutup), saluran terbuka, suatu benda
yang
bergerak di dalam zat cair.
Fluida semacam ini tidak ada di alam, tetapi anggapan fluida ideal ini dilakukan
untuk memudahkan “analisis”.

4. Kekentalan Fluida
Kekentalan adalah sifat-sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu
bergerak atau mengalir.
Kekentalan di sebabkan karena kohesi antara partikel fluida, fluida ideal tidak
mempunyai kekentalan.
Fluida kental, seperti; sirop atau air, yang mempunyai kekentala besar.
Fluida encer, sperti; air, mempunyai kekentalan kecil.

Gambar Deformasi Fluida


Pada gambar deformasi fluida, menunjukkan fluida yang terletak diantara dua plat
sejajar yang bergerak sangat kecil ‘y’.
Plat bagian bawah diam, plat atas bergerak dengan kecepatan ‘u’
Partikel fluida yang bersinggungan dengan plat yang bergerak mempunyai kecepatan
yang sama dengan plat tersebut.
Tegangan geser antara 2 lapis fluida adalah sebanding dengan gradien kecepatan
dalam arah tegak lurus dengan gerak (du/dy).
du
 
dy

dengan  (mu) adalah kekentalan dinamik


(tau) adalah tegangan geser

zat cair yang mempunyai hubungan linier antara tegangan geser gradien kecepatan
(laju regangan geser) disebut fluida Newton.
Pada fluida ideal, tegangan geser adalah ‘nol’ dan kurvanya berimpit dengan ‘obsis’.
Untuk fluida bukan Newton, tegangan geser tidak berbanding lurus dengan
gradien kecepatan.
5. Tegangan Permukaan
Molekul zat cair saling tarik menarik sesamanya, dengan gaya berbanding lurus
dengan massa, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat-pusat massa.
Gaya tarik menarik tersebut adalah setimbang. tetapi bila pada permukaan antara zat
cair dan udara ,atau antara zat satu dengan lainnya, gaya tarik ke atas dan ke bawah
tidak setimbang.

Ketidak setimbanjgan tersebut menyebabkan molekul-molekul pada


permukaanmelakukan kerja untuk membentuk permukaan zat cair.”kerja” yang
diperlukan untuk melawan gaya tarik ke bawah tersebut, dikenal dengan tegangan
permukaan.

Tegangan Permukaan (notasi : sigma), bekerja pada bidang permukaan yang sama besar di
semua titik.

Gaya tarik yang bekerja pada permukaan akan di minimumkan luas permukaan.oleh
karena itu tetesan zat cair akan berusaha untuk berbentuk bulat agar luas
permukaannya minimum. Pada tetesan zat cair tegangan permukaan akan
menaikkantekanan di dalam tetesan.
Suatu tetes zat cair dengan jari-jari ‘r’, tekanan dalam ‘p’ yang diperlukan untuk
mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan dihitung berdasarkan gaya-gaya yang
bekerja pada belahan tetes zat cair.

Gaya tekanan dalam adalah p..r 2 , untuk tegangan permukaan pada keliling adalah 2..r.

Untuk kesetimbangan akan terdapat hubungan:


2
2.r. .r . p   .r

atau p.r
2.

2
P=
r
Dalam bidang teknik, besrnya gagya tegangan, permukaan adalah sangat kecil
dibanding gaya lain yang bekerja pada fluida, sehingga biasanya diabaikan.

6. Kapilaritas
Kapilaritas disebabkan oelh gaya kohesi dan adhesi. Di dalam suatu tabung
yang dimasukkan ke dalam zat cair, jika kohesi lebih kecil dari adhesi maka zat cair akan naik.
Jika kohesi lebih besar dai adhesi maka zat cair akan turun.
Contoh : kapilaritas akan membuat air naik pada tabung gelas, sementara air raksa akan
turun.
Kenaikan atau penurunan kapiler di dalam tabung dapat dihitung dengan
menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat.
p..Cos A.h.
2
2r cos = r h 

2cos
h=
r
dengan :
P = keliling tabung
A = luas tampang tabung

= tegangan permukaan

= berat jenis zat cair


r = jari-jari tabung
Pada kondisi tabung bersih :

= 0, untuk air


o
= 140 , untuk air raksa

Contoh:
Tabung gelas berdiameter 3 mm, dimasukkan secara vertikal ke dalam air. Hitung kenaikan
kapiler bila tegangan permukaan, r = 0,0725 gram/cm.
Penyelesaian :

= 0,0725 gram/ cm = 0,00725 kg/m.

Atau = 0, 00725 ton x 9,81 = 0,0711 N/m


3 3
Bj air  = 1 ton/ m (9,81 KN/m )
d = 0,3 cm = 0,003 m r
= ½ d r = 0,0015 m
2 2x0,00725
dalam satuan MKS :h 0,00966m
.  1000x0,0015m
r

2 2 x0,0711
dalam satuan SI h  0,00966m
 .g.r 1000x9,81x0,0015
III. HIDROSTATIKA
Pada fluida diam tidak terjadi tegangan geser di antara partikel. Suatu benda dalam
fluida diam akan mengalami gaya-gaya yang ditImbulkan oleh tekanan fluida.
Tekanan tersebut bekerja tegak lurus pada permukaan benda.
Teori hidrostatika, bagian dari statika fluida, yang diaplikasikan pada zat cair.
Teori ini banyak digunakan dalam bidang teknik sipil sepeti ;
- analisis stabilitas bendungan,
- pintu air, dan sebagainya.

A. Tekanan pada Suatu Titik


Tekanan setiap titik di dalam fluida diam adalah sama dalam segala arah.

Elemen fluida berbentuk prisma segitiga dengan lebar satu satuan panjang (tegak lurus
bidang gambar).
Panjang dari tinggi : dx dan dy, yang berada dalam keadaan diam.
P adalah tekanan, px dan py adalah tekanan arah horizontal dan vertikal.

Sisi segitiga mempunyai hubungan dx = ds Cos 


dy = ds Sin 

23
dy
Berat prisma segitiga fluida : w =  .g (dx.1)
2
Oleh karena tidak ada tegangan geser, maka gaya yang bekerja hanya gaya tekanan dan
gaya berat.
Gaya tekanan (F) adalah tekanan (P) dikali luas bidang yang mengalami tekanan ‘A’.
Gaya tekanan yang bekerja pada bidang permukaan
Fx = Px dy.1
Fy = Py.dx.1
Fs = P ds.1
Persamaan kesetimbangan untuk arah x :
Fx FsSin
Px.dy.1 P.ds.1.Sin

PxdsSin PdsSin
sehingga : Px = P
Persamaan Kesetimbangan untuk arah y:

Fy – w – Fs Cos = 0
dy
Py.dx.1 − .g dx.1 −p.dsCos 0
2
atau :
1
PydsCos − .g dy.dsCos−pdsCos 0
2
1
Py −  .g.dy −P 0
2
Karena prisma sangat kecil hingga dy mendekati ‘nol’, maka suku kedua dapat
diabaikan;
hingga Py P

Dari persamaan Px = P dan Py = P akan didapat : Px = Py = P, yang berarti bahwa besarnya


tekanan dalam berbagai arah yang bekerja pada suatu titik pada fluida diam adalah sama.

Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang : F ∫A pdA atau F= p.A
B. Distribusi Tekanan pada Fluida Diam
Penurunan persamaan dasar hidrostatika dilakukan dengan memandang suatu elemen
kubus kecil tak terhingga di dalam fluida diam dengan panjang sisi dx, dy dan dz.

Gaya yang bekerja pada kubus adalah berat fluida dan gaya tekanan yang bekerja
pada sisi-sisinya.
Berat kubus : W   .g.dx.dy.dz

Dalam arah sumbu x, bila tekanan yang bekerja pada sisi kiri; Px, maka dengan deret
taylor dapat dicari tekanan pada sisi kanan, yaitu:
∂px
Px  dx
∂x
Demikian juga pada sisi lain:
Tekanan pada sisi bawah : Py

∂py
Tekanan pada sisi atas : py dy
∂y

Tekanan pada sisi depan : Pz


∂pz
Tekanan pada sisi belakang: pz  dz
 ∂z
Karena fluida diam, maka tidak ada gaya geser. Sehingga tidak ada gaya vertikal
yang
bekerja pada sisi vertikal kubus, karena adanya fluida di sekelilingnya.
Kondisi keseimbangan gaya pada arah vertikal:
∂p
pydxdz −( py  dy)dx.dz − .gdxdydz 0

∂y

atau :
∂p
−  dx.dy.dz − .gdxdydz 0
∂y

∂p
 − .g
∂y

Kondisi keseimbangan arah x dan z

∂p
Pada arah x, 0 atau P = konstan
∂x
Pada arah z,
∂p
 0 atau P = konstan
∂z
Dengan demikian tekanan tidak berubah pada arah x dan z, dan besarnya konstan
pada
bidang horizontal.
Karena ‘P’ (tekanan ‘P’) hanya tergantung pada variabel bebas ‘Y’ maka persamaan pada
arah vertikal berbentuk diferensial parsial dapat ditulis dalam bentuk diferensial biasa.

∂p
 − .g atau
∂y

dp : − .g.dy

Persamaan di atas disebut Persamaan Statika Fluida.


Bila ingin dicari tekanan ‘P’, pada suatu titik berjarak ‘y’ dari permukaan fluida,
maka persamaan tersebut diintegrasikan terhadap jarak ‘y’.

p −∫ .g.dy
Bila dipandang 2 buah titik di dalam fluida dan bidang referensi seperti berikut:

Bila diintegrasikan dengan persamaan dp − .g.dy , akan didapat:


p2 y2
∫p − .g. ∫dy
p1 u1

− .g. y
y2
P
P2
P1 y1

atau p2 − .g. y2 −y1 


−p1
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa selisih tekanan antara dua buah titik (elevasi)
adalah berbanding lurus dengan selisih kedalaman antara dua titik tersebut.

Bila ditinjau keadaan dimana bidang referensi, (sumbu x) berada di permukaan fluida,
dan sumbu ‘y’ positif adalah ke atas. Pada kedalaman y = - h, besarnya tekanan yang terjadi:

p   .g.h kons tan ta

karena tekanan pada muka air biasanya tekanan atmosfer Patm, maka
p   .g.h patm

Dengan anggapan percepatan gravitasi ‘g’ tidak berubah dengan jarak vertikal ‘y’,
maka;  .g  , yaitu berat jenis fluida, sehingga:

p .h Patm

Bila Patm = 0 (tekanan atmosfer sebagai referensi), maka persamaan menjadi:


p .h

Persamaan di atas menunjukkan bahwa besar tekanan pda suatu titik di dalam fluida
tergantung pada fungsi kedalaman titik (h)
Tekanan yang ditimbulkan oleh fluida hanya tergantung pada tinggi vertikal fluida di
atas titik yang ditinjau.
Ke-4 bentuk kolam berbeda pada gambar di atas, tapi dengan luas dasar ‘A’, tinggi ‘h’
dan berat jenis fluida ‘  ’ yang sama, akan menimbulkan tekanan pada dasar
yang sama pula.
Tekanan pada dasar untuk masing-masing kolam, p .h

Gaya pada dasar, F = tekanan x luas


=PxA
= .h x
A
Jadi walaupun berat fluida di dalam masing-masing kolom berbeda, tetapi tekanan
dan gaya pada dasar masing-masing kolam sama yang tergantung pada ‘h’.
Contoh soal:
Tangki dengan ukuran: panjang = 4m, lebar = 2m, tinggi = 2m, diisi air sedalam 1,5 meter.
- hitung dan gambar distribusi tekanan pada dinding tangki
- hitung gaya yang bekerja pada dinding arah panjang dan lebar, serta dasar tangki.
Penyelesaian:
Distribusi tekanan dihitung dengan p   .g.h

Distribusi tekanan dihitung pada kedalaman:


2
h 0,5m P0,5 100 x9,81x0,5 4,905KN / m (SI )

4,905 / 9,81 0,5t / m 2 (MKS )

h P1,0 1000 x9,81x1.0 9,810KN / m 2 (SI )


1,0m
9,81/ 9,81 1,0t / m 2 (MKS )

P1,5 1000 x9,81x1.5 14,715KN / m (SI )


2
h
1,5m
14,715 / 9,81 1,5t / m 2 (MKS )
Distribusi Tekanan di dasar merata :
2
P = 1000 x 9,81 x 1,5 = 14,715 KN/m
2
= 14,715 / 9,81 = 1,5 t/m

C. Tekanan yang dinyatakan dalam Tinggi Zat Cair


Tekanan fluida pada suatu titik dengan kedalaman ; y = -h, adalah :

P = h . + Patm
untuk mengukur tekanan digunakan tekanan atmosfer sebagai bidang referensi, sehingga
untuk persamaan di atas dapat diambil ;

Patm = 0, sehingga menjadi ; P = h. 


P
Atau dapat juga ditulis dalam bentuk ; h =

Parameter ‘h’ di dalam Mekanika Fluida dan hidraulika disebut dengan tinggi tekanan.
Tinggi tekanan ‘h’ menunjukkan kedalaman zat cair yang diperlukan oleh zat cair dengan

berat jenis ‘’ untuk dapat menghasilkan tekanan ‘P’.

Pada gambar diatas kondisi tangki terbuka berisi zat cair yang dihubungkan dengan tabung,
yang ujung atasnya berhubungan dengan udara luar (atmosfer)
Kondisi ini, air akan naik didalam tabung sampai permukaan air sama denganyang ada
di dalam tangki.
Po
Tinggi kenaikan zat cair ‘ho’ dari suatu titik yang ditinjau sama dengan :

Po = tekanan air pada titik tersebut, sama degan kedalaman titik dari permukaan
dikalikan dengan berat jenis zat cairnya, Po = ho. 
Tangki kondisi tertutup dan udara di atas permukaan zat cair di dalam tangki berada
dalam tekanan (tekanan lebih besar dari tekanan atmosfer).
Tekanan yang ditinjau pada suatu titi, yaitu “P1” adalah sama dengan jumlah tekanan
udara ditambah tinggi zat cair diatas titik tersebut.
P
Zat cair di dalam tabung setinggi “h1 ” = . Parameter ho dan h1 adalah tinggi

tekanan untuk tekanan Po dan P1. Besar tekanan udara diatas zat cair adalah sama dengan
selisih tinggi tekanan (ho- h1) dikalikan dengan berat jenis zat cair.

Contoh soal :
2
Tekanan di dalam tangki tertutup adalah 100 KN/m . Berilah bentuk tekanan tersebut
dalam tinggi rapat relatif tekanan terhadap air dan air raksa (dengan ;S = 13,6).

2 P
Penyelesaian : p =  . h = . g . h = 100 KN/m atau h =
 .g

100
Tinggi tekanan air : h = = …… m (air)
1000
9,81

100
Tinggi tekanan air raksa : h = = m (air raksa)
13,6 1000
9,81
d. Tekanan Atmosfer, Tekanan Absolut, Tekanan Relatif
Semua garis mempunyai massa (berat). Atmosfer terdiri dari campuran
bermacam- macam gas, sehingga menimbulkan tekanan pada setiap permukaan yang
berhubungan dengannya. Tekanan atmosfer (atmospheric pressure) pada permukaan air
2
laut dengan kondisi normal sebesar : 14,7 psi atau 1033 gr/cm .
Variasi tekanan atmosfer dengan tinggi tempat sebagai berikut :
Tinggi diatas air laut Tekanan Atm (Psi) Tinggi diatas air laut Tekanan Atm (Psi)
(Ft) (Ft)

0 14,69 5280 12,08


1000 14,17 6000 11,76
2000 13,66 7000 11,32
3000 13,16 8000 10,89
4000 12,68 9000 10,48
5000 12,21 10000 10,09

Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur berdasarkan tekanan
atmosfer (di atas atau bawah tekanan atmosfir). Tekanan ini bisa lebih besar atau lebih kecil
dari tekanan atmosfir. Tekanan relatif dari zat cair yang berhubungan dengan udara luar
(atmosfir) bertekanan “nol” sehingga tekanan relatif adalah positif bila lebih besar dari
tekanan atmosfir dan negatif apabila lebih kecil. Tekanan relatif biasa disebut
“relative pressure/gage pressure.
Tekanan absolut (absolute pressure) adalah suatu tekanan yang ada diatas nol absolut
atau jumlah dari tekanan atmosfir dengan tekanan relatif. Apabila tekanan relatif
adalah negatif, maka tekanan absolut adalah tekanan atmosfir dikurangi tekanan relatif.
Untuk mengetahui hubungan antara atmosfir, tekanan relatif dan absolute digambarkan pada
skema berikut :
Sumber : Units and scales for pressure measurement fluid mechanics, Victor L. Streeter.

e. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur perbedaan
tekanan. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi keseimbangan, maka
tekanan disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama.

Bidang dengan tekanan sama.

Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair tergantung pada jarak vertikal
dari permukaan zat cair ke titik tersebut. Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang
horisontal yang terendam di dalam zat cair mempunyai tekanan yang sama. Pada gambar (a)
titik : 1, 2, 3, 4 mempunyai tekanan sama dan bidang horisontal yang melalui titik-titik
tersebut adalah bidang dengan tekanan sama.
Ket :
BTS : bidang dengan tekanan sama
BTTS : bidang dengan tekanan tidak sama
Pada gambar (b) titik 5 dan 6 berada pada bidang horisontal, tetapi tekanan pada titik
5, 6 tidak sama karena air di dalam kedua tangki tidak berhubungan.
Pada gambar (c) menunjukkan tangki yang diisi dengan dua zat cair yang
berbeda rapat massanbya. Bidang horisontal yang melaluiu titik 7, 8 yang melalui batas
antara kedua zat cair mempunyai tekanan yang sama, karena berat kolom zat cair tiap satuan
luas di titik 7,
8 adalah sama. Sedangkan bidang yang melalui titik 9, 10 adalah bukan bidang dengan
tekanan sama.
Piezometer
Bentuk paling sederhana dari manometer adalah piezometer, yang terdiri dari tabung
gelas vertikal dengan ujung terbuka yang dihubungkan dengan ruangan (pipa) yang
akan diukur tekanannya. Karena adanya perbedaan tekanan antara ruangan dan udara luar,
maka cair di dalam tabung gelas akan naik sampai dicapai suatu keseimbangan. Tekanan
diberikan oleh jarak vertikal “h” dari permukaan zat cair (di dalam tabung) ke titik
yang di ukur tekanannya yang dinyatakan dalam tinggi zat cair.
Piezometer tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan negatif, karena udara akan
masuk ke dalam ruangan melalui tabung. Selain itu alat ini tidak praktis untuk
mengukur tekanan besar, karena diperlukan tabung vertikal yang sangat panjang. Apabila

berat jenis zat cair adalah , maka tekanan di titik A = PA = h. 


Manometer Tabung ‘U’

Manometer tabung U, terdiri dari tabung kaca yang dihubungkan dengan ruangan atau
pipa yang akan diukur tekanannya. Bagian bawah dari tabung berbentuk U diisi zat
cair dengan berat jenis besar. Misalnya : berat jenis zat cair yang mengalir di dalam pipa
adalah

1 dan berat je nis menometer 2 .

Perbedaan elevasi permukaan zat cair pada kedua kaki tabung adalah x. untuk
menghitung tekanan di pusat pipa A ditarik garis horisontal PQ. Tekanan pada P dan
Q adalah sama.

h 1 + PA = Pa + X 2

dengan : Pa (tekanan atmosfir). Persamaan tersebut dapat ditulis : PA = Pa + x + h 1 .


2

Apabila tekanan di dalam pipa (PA) adalah lebih kecil dari tekanan atmosfir, maka zat cair
manometer di dalam kaki tabung kiri (P) akan lebih tinggi (gambar b)
Berdasarkan persamaan keseimbangan pada kondisi tersebut maka :

PA + h 1 + X = Pa atau PA = Pa - h 1 + X 2 .


2
Gaya Tekan Pada Bidang Terendam

Suatu bidang datar berbentuk segi empat terletak miring dengan sudut

terhadap bidang datar atau horisontal (permukaan zat cair). Bidang tersebut terendam

pada zat cair diam dengan berat kenis “”. Dibuat bidang khayal merupakan perluasan
bidang tersebut sehingga memotong permukaan zat cair pada titik O. luas bidang adalah
A, pusat beratnya adalah G; yang terletak pada jarak ‘ho’ dibawah permukaan zat cair.
Akan dianalisis gaya hidrostatis pada bidang dan letak titik tangkap gaya tersebut
pada bidang.
Titik tangkap gaya pada titik P sebagai pusat tekanan. Jarak searah bidang
miring terhadap permukaan (titik 0) dinyatakan “y”. Jarak vertikal terhadap permukaan
zat cair adalah ‘h’. Karena pertambahan tekanan adalah linier terhadap kedalaman, maka
pusat gaya tekanan ‘F’ terletak dibawah pusat berat bidang ‘C’. Dipandang suatu pias
horisontal yang sejajar terhadap permukaan zat cair dengan tebal dy dan berjarak ‘h’ dari
permukaan. Apabila luas pias adalah dA, maka besarnya gaya tekanan pada pias adalah :

df = P. dA atau karena h = sin , maka dF = dy sin y dA Gaya

tekanan total adalah : F ∫ sin  y dA  sin ∫y dA


Dengan : ∫ y dA adalah momen statis bidang A terhadap sumbu X yang besarnya

sama dengan ‘A yo’ dimana yo adalah jarak pusat berat bidang terhadap sumbu X.

Sehingga F = sin A yo  ho = Yo sin 

= A ho

atau F = A Po
dengan F = gaya tekanan hidrostatis
A = luas bidang tekanan
Po = tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang
ho = jarak vertikal antara pusat berat benda dan permukaan zat cair
Persamaan diatas menunjukkan bahwa gaya hidrostatis adalah sama dengan perkalian
antara luas bidang (A) dan tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak lurus pada bidang.
Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan ‘P’ misalnya : pusat tekanan
terletak pada jarak ‘Yp’ dari titik sumbu O. Momen gaya hidrostatis terhadap titik ‘O’
adalah sama dengan jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan terhadap titik ‘O’.
Sehingga :

Fyp= ∫A..P..dAy ∫.h.dA.y ∫sin  .dA. y

Fyp= .sin ∫y..dAy .sin ∫A.y 2 .dA


2
.sin  .A. y0 y .sin ∫A. y dA
p

.sin .∫A. y 2 dA
y p 
.sin  .Ay0

atau:
2
∫A.y dA
y p 
Ay0

dengan:

∫Ay 2 dA adalah momen inertia bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi ‘I’
Ayo adalah momen statis bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi S.
Sehingga persamaan di atas dapat ditulis:
I
yp 
S
mengingat bahwa:

I I0 Ay0 2

maka :

I 0 Ay02
y p 
Ay0

atau :
I0
yp 0 
Ay
y
0

dengan:
yp : Jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat cair.
Y0 : Jarah searah bidang antara pusat berat dan permukaan zat cair.
I0 : Momen ineria bidang A terhadap sumbu y melalui pusat berat bidang.
Momen Inersia Terhadap Pusat Berat unutk beberapa Bentuk yang sering digunakan.

Bentuk Luas A Pusat Berat ‘y0 Momen Inersia ‘I0’
Segi Empat: pxl
bxh Y0=1/2 h
3
G G I0=1/2 b b

Segitiga

G G ½bxl Y0=1/3 l 1/36 bl


½a.t

Lingkaran

0 4
G G ¼ D 2 Y =½D I0 = 1/6 4  D

4
G G ½  r
2 4r I0 = 0,1102 r
Y0 =
3
Contoh soal :
Bendung Beton berbentuk trapesium : tinggi 10 m; lebar puncak 1,0 m; lebar dasar
6,0 m.
Sisi hulu bendung vertikal, koefisien gesekan antara dasar pondasi dengan bendungan 0,6; Bj
3
beton ; 2400 kg/m . Hitung stablilitas bendung terhadap penggulingan dan geseran. Penyelesaian:

Ba = 1m

Fx

A
PB B

6 m = Bb
Gaya yang bekerja pada bendung:
- Gaya berat sendiri
- Gaya tekan hidrostatis pada sisi hulu
- Gaya tekan/ gaya angkat pada dasar bendung
- Tekanan ke atas pada dasar bendung sebelah hulu sama dengan tekanan
hidrostatis pada dasar
- Tekanan kertas sebelah hilir sama dengan ‘0’
Hitungan dilakukan untuk setiap 1 m panjang bendung.
Karena yang mengalami tekanan hidrostatis berbentuk segiempat pada sisi hulu,
dihitung berdasarkan luas distribusi tekanan kali lebar (1 m).
Tekanan hidrostatis pada dasar bendung:
2
Pb = H.= 10 x 1000 = 10. 000 kgf/ m .
Gaya tekanan pada sisi hulu bendung:
FX= ½ PB . H x 1 = ½ x 10. 000 x 10 x 1 = 50.000 kgf = 50 ton
Gaya angkat pada dasar bendung:
Fy= ½ PB.Bb= ½ x 10.000 x 6 = 30.000 kgf = 30 ton.
Berat sendiri bendung = W1 dan W2

W1 = Ba x .b x H = 1,0 2400 . 10 = 24.000 kgf = 24 jam.

W2 = ½ (Bb – Ba) x H x .b = ½ . (6 – 1) x 10 x 2400 = 60.000 kgf


W = W1 + W2 = 24 + 60 = 84 ton
Tahanan geser = T = (w – Fy) . f
= T = (84 – 30) . 0,6 = 32,4 ton.
Untuk kontrol terhadap penggulingan dan geser, perlu dibandingkan besar gaya geser
dan momen pengguling terhadap gaya penahan geser dan momen guling.
Gaya-gaya yang berusaha untuk menggeser dan menggulingkan bendung adalah gaya
tekanan hidrostatis.
Gaya yang menahan adalah gaya berat sendiri bendung
Tinjauan Penggeseran:
Fx = 50 ton > T = 32,4 ton – tidak aman terhadap geseran.
Tinjauan penggulingan:
Momen pengguling terhadap titik A:
MPA = Fx . 1/3 H + Fy . 2/3 BB
= 50 . 1/3 . 10 + 30 . 2/3 . 6
= 286,67 tm
Momen penahan guling terhadap titik A:
MPGA = W1 x (5 + 2,5) + W2 x (2/3 . 5,0)
= 24 x 5,5 + 60 x (2/3 . 5.0)
= 332 ton
karena MPA = 286,67 < MPGA = 332 ton, maka bendung aman terhadap
penggulingan.
Contoh Soal 2:
Pintu air berbentuk segiempat, lebar : 1,0 m; tinggi = 2,0 m, mempunyai sendi pada
bagian tengah tingginya.
Pusat berat pada 10 m di bawah muka air.
Akan dihitung gaya tekanan dan pusat gaya pada pintu serta gaya penahan pintu agar
tidak membuka.

Penyelesaian:
Mencari Gaya tekanan:
Y0 = h0 = 10 m
2
Luas bidang pintu = A = b x l = 1 x 2 = 2m

F = A. P0 = A . ..h0
= 2 . 1000 . 10 = 20.000 kgf = 20 t
Letak pusat tekanan:
3 3 4
I0 = 1/12 bh = 1/12 . 1 . 2 = 0,67 m

I0 0,67
Y p = y0 + = 10 + = 10, 03 m
Ayo 2.10
Momen terhadap S:
F (Yp – h0) – P . 1 = 0
20 (10,03 – 10) – P . 1 = 0
p = 0,67 t

Contoh soal 3.
Plat berupa gabungan bentuk bujursangkar dan segitiga pada posisi terendam vertikal
dengan puncak segitiga pada permukaan air.
Menghitung tekanan total dan pusat tekanan!!
A

2m

C
B
1,5

E D

3m
3m

Penyelesaian:
- Segitiga ABC

Tekanan total F1 : .bo1 . A1


2
Luas Segitiga : A1 = ½ . 3 . 2 = 3 m
Pusat berat : y01 = h01= 2/3 . h = 2/3 . 2 = 1,33 m

Momen Inertia terhadap pusat berat:


3 2 4
I0 = 1/36 bh = 1/36 . 3 . 2 = 0,67 m
F1 = 1000. 1,33 . 3 = 4000 kgf = 4 ton
0,67
Yp1 = y 01+ 1,5m
3.1,33
- Bujursangkar BCDE
2
Luas = A2 = 3 x 3 = 9 m
Pusat berat = y01 = h02 = 2 + 3/2 = 3,5 m
Momen Inersia :
2 3 4
I0 = 1/12 Bh = 1/12 . 3 x 3 = 6,75 m
F2 = 1000. 3,5 . 9.0 = 31500 kgf = 31,5 ton
6,75
Yp 2 = 3,5 + = 3,71 m
9
x3,5

Tekanan total : F = F1 + F2 = 4 + 31,5 = 35,5 ton


- Momen terhadap titik A (pada permukaan) = Fyp= F1 Yp1 + F2. Yp2
F1 F1 yp1 F2 y02
Yp =
F
4.1,5 31,5.3,71
=
35,5

= 3,46 meter

Anda mungkin juga menyukai