Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hidraulika berasal dari kata hydor dalam bahasa Yunani yang berarti air. Dengan
demikian ilmu hidraulika dapat didefinisikan sebagai cabang dari ilmu teknik yang
mempelajari perilaku air baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
Sudah sejak lama ilmu hidraulika dikembangkan di Eropa, yang pada waktu itu
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan bangunan-bangunan air. Ilmu tersebut
dikembangkan berdasarkan pendekatan empiris dan eksperimental dan terutama hanya
digunakan untuk mempelajari perilaku air, sehingga ruang lingkupnya terbatas.
Dengan berkembangnya ilmu aeronotika, teknik kimia, mesin, sipil, pertambangan
dan sebagainya, maka diperlukan ilmu dengan tinjauan yang lebih luas. Keadaan ini telah
mengantarkan para ahli untuk menggabungkan ilmu hidraulika eksperimen dengan
hidrodinamika klasik, dan ilmu baru tersebut dikenal dengan mekanika fluida. Ilmu
mekanika fluida mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, yaitu mempelajari perilaku
fluida baik dalam bentuk zat maupun gas.
Hidraulika dapat dibedakan dalam dua bidang yaitu hidrostatika yang mempelajari
zat cair dalam keadaan dian, dan hidrodinamika yang mempelajari zat cair bergerak. Di
dalam hidrodinamika dipelajari zat cair ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak
termampatkan. Sebenarnya zat cair ideal tidak ada di alam. Tetapi anggapan zat cair ideal
perlu dilakukan terutama untuk memudahkan analisis perilaku gerak zat cair. Air
mempunyai kekentalan dan pemampatan (pengurangan volume karena pertambahan
tekanan) yang sangat kecil, sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat
cair ideal.
Ilmu hidraulika mempunyai arti penting mengingat air merupakan salah satu jenis
fluida yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air sangat diperlukan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari seperti minum, irigasi, pembangkit listrik, dan sebagainya.
Perencanaan bangunan air untuk memanfaatkan dan mengaturbya merupakan bagian
dari teknik hidro yang termasuk dalam bidak teknik sipil. Bidang teknik hidro masih dapat
dibagi menjadi beberapa bidang, diantaranya adalah sebagai berikut.

1
1. Hidrologi Terapan, yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip hidrologi seperti
hidrometeorologi, pengembangan air tanah, perkiraan debit sungai, hidrologi
perkotaan dan sebagainya.
2. Teknik Irigasi dan Drainasi, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan jaringan dan bangunan-bangunan irigasi dan drainasi permukaan serta
bawah tanah.
3. Teknik Transportasi Air, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
pelabuhan, serta saluran-saluran pelayaran.
4. Bangunan Tenaga Air, yang terdiri dari pengembangan tenaga hidroelektrik
dengan menggunakan waduk, turbin, dan fasilitas-fasilitasnya.
5. Pengendalian Banjir dan Sedimen, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
bangunan-bangunan pengendali banjir dan penanggulangan erosi dan
sedimentasi.
6. Teknik Bendungan, diantaranya merencanakan dan melaksanakan pekerjaan
bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya. Bendungan merupakan
bangunan utama untuk pekerjaan lainnya seperti irigasi, pengendalian banjir, dan
pembangkit listrik tenaga air.
7. Teknik Jaringan Pipa, seperti pengangkutan / pengaliran air, minyak, gas dan
fluida lainnya melalui sistem pemipaan.
8. Teknik Pantai, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan bangunan-bangunan
pelabuhan dan penanggulangan erosi pantai serta bangunan lepas pantai.
9. Teknik Sumber Daya Air, yang meliputi perancangan sistem waduk (reservoir) dan
fasilitas-fasilitas lainnya untuk mencapai penggunaan sumber daya air secara
optimum.
10. Teknik Penyehatan, yang meliputi sistem pengumpulan dan distribusi air untuk
berbagai keperluan dan sistem pembersihan (treatment) dari air buangan.

Fluida adalah zat yang bisa mengalir,yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk
ruangan atau tempat yang membatasinya. Fluida dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu zat cair dan gas.

2
Zat cair dan gas mempunyai sifat-sifat serupa , yang terpenting adalah
sebagai berikut ini :
1. Kedua zat ini tidak melawan perubahan bentuk.
2. Kedua zat tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser , yaitu gaya yang
bekerja sejajar dengan permukaan lapisan-lapisan zat cair atau gas yang
mencoba untuk menggeser lapisan-lapisan tersebut antara satu terhadap yang
lain.

Sedangkan perbedaan utama antara zat cair dan gas adalah sebagai berikut:
1. Zat cair mempunyai permukaan bebas , dan massa zat cair hanya akan mengisi
volume yang diperlukan dalam suatu ruangan; sedangkan gas tidak
mempunyai permukaan bebas dan massa nya akan mengisi seluruh ruangan.
2. Zat cair merupakan zat yang praktis tak termampatkan , sedangkan gas adalah
zat yang bisa dimampatkan .

Zat cair mempunyai beberapa sifat berikut ini

1. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan tebentuk permukaan
bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
2. Mempunyai rapat massa dan berat jenis.
3. Dapat dianggap tidak termampatkan (incompressible).
4. Mempunyai viskositas (kekentalan).
5. Mempunyai kohesi,adhesi dan tegangan permukaan.

Diantara sifat tersebut, yang terpenting adalah rapat massa, berat jenis, dan
viskositas.

3
1.2 Definisi

 Mekanika Fluida : Cabang ilmu mekanika yang mempelajari fluida dalam

keadaan diam atau bergerak.

 Mekanika Fluida : Pengembangan dari ilmu hidrodinamika klasik dengan

hidranika eksperimen.

 Hidronika Klasik : Aplikasi ilmu matematika untuk menganalisis aliran fluida.


Ilmu ini mempelajari tentang gerak zat cair ideal yang tidak

mempunyai kekentalan.

 Pada mekanika fluida : dipelajari perilaku fluida dalam keadaan diam


(statistika fluida) dan fluida dalam keadaan bergerak
(dinamika fluida).

 Pada statika fluida : Fluida adalam dalam keadaan diam dimana tidak ada
tegangan geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut.

 Contoh aplikasi analisis statika fluida adalah pada perencanaan bendungan, pintu air,
waduk, dan sebagainya.

 Dinamika fluida : mempelajari tentang gerak partikel zat cair karena adanya
gaya-gaya luar yang bekerja padanya.

 Contoh aplikasi dinamika fluida adalah aliran melalui pipa dan saluran terbuka,

pembangkit tenaga mekanis pada turbin air, uap dan gas, pompa hidralis dan kompresor,

gerak pesawat di atmosfer, dan sebagainya.

4
 Analisis perilaku aliran fluida didasarkan pada hukum dasar mekanika terapan tentang

konsevasi massa, energi, momentum, dan beberapa konsep serta persamaan lainnya.

Seperti: hukum newton tentang kekentalan, konsep panjang campur (Mixing Length) dan

sebagainya.

 Hidrolika : Hydor berasal dari bahasa Yunani yaitu cabang ilmu teknik yang mempelajari
perilaku air dalam keadaan diam dan bergerak.

Pembagian Bidang Teknik Hidro

no.
Pembagian Bidang Teknik Hidro:

1. Hidrologi terapan Aplikasi dari prinsip-prinsip hidrologi,


seperti: hidromeriologi, Aliran air tanah,
perkiraan debit sungai, hidrologi perkotaan, dan
sebagainya.

2. Teknik Irigasi dan Drainase Perancangan dan perencanaan sistem dan


bangunan irigasi dan drainase permukaan serta
bawah permukaan.

3. Teknik Transformasi Air Perencanaan pelabuhan, saluran-saluran


pelayaran.

4. Bangunan Tenaga Air Pengembangan tenaga hidroelektrik, turbin dan


fasilitas lain bangunan air lainnya.

5. Pengendalian banjir dan Sedimen Perencanaan dan pelaksanaan bangunan-


bangunan

6. Teknik Bendungan Perencanaan bendungan, dan bangunan


pelengkapnya. Bendungan merupakan utama
untuk pekerjaan lain seperti; Irigasi, pengendali
banjir, PLTA.

7. Teknik Jaringan pipa Pengangkutan/ pengaliran air, minyak, gas dan


fluida lain melalui sistem pemipaan.

5
8. Teknik Pantai Perencanaan bangunan-bangunan pelabuhan
penanggulangan erosi pantai, bangunan lepas
pantai.

9. Teknik Sumber Daya Air Perencanaan sistem reservoir dan fasilitas lain
untuk mencapai penggunaan SDA secara
optimum.

10. Teknik Penyehatan Sistem pengumpulan dan Distribusi air untuk


berbagai keperluan dan sistem pembersihan
(treatment) dari buangan air.

1.3 Perkembangan ilmu hidrolika

Zaman Mesir Kuno dan Babilonia, Teknik hidrolik telah dipraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya: bangunan irigasi dan drainase, seperti: bendungan, waduk, dan

sebagainya. Masa ini juga telah dibuat saluran besar dari laut tengah ke laut merah, dan

sekitar tahun 1400 SM dibuat saluran dari Sungai Nil – laut merah.

- Awal Perkembangan Ilmu Hidrolika dimulai oleh Archimedes (287-212 SM) yang

mengemukakan hukum benda terapung.

- Pada masa kekaisaran Romawi, setelah diketahui hukum-hukum Aliran Air dibuat saluran-

saluran/ terowongan-terowongan air. Akibat kemunduran kekaisaran Romawi,

perkembangan ilmu hidrolika terhenti selama hampir 1000 tahun.

- Perkembangan ilmu hidrolika dimulai lagi oleh Leonardo Da Vinci (1452-1519) yang

melakukan penelitian mengenai aliran melalui saluran terbuka, gerak relatif fluida, benda

terendang dalam air, gelombang, pompa hidraulis, dan sebagainya.

- Simon Stevin (1548-1620) memberikan analisis gaya yang dilakukan oleh zat cair pada

bidang terendam. Prinsip hidrosatika yang dikemukakan yaitu : pada bidang horisontal

yang terendah di dalam zat cair bekerja gaya yang besarnya sama dengan berat kolom zat

cair di atas bidang tersebut.

- Galileo (1564 – 1642), yang menemukan hukum benda jatuh dalam zat cair

6
- Masa antara Leonardo Da Vinci dan Galileo disebut zaman Renaisance.

- Evangestia Torricelli (1608-1647), menemukan kecepatan aliran melalui lobang.

- Edme Mariotte (1620-1647), menentukan secara experimental nilai koefisien debit pada

lobang.

- Robert Hook (1635-1703), terkenal dengan teori Elastisitas meneliti tentang anemometer

dan baling-baling yang akhirnya menjadi dasar pengembangan baling-baling kapal.

- Antoin Parent (1666-1716), mempelajari kincir air dan mencari hubungan antara

kecepatan roda dan kecepatan air untuk mendapatkan hasil maksimal.

- Varignon, tahun 1692 menemukan pembuktian secara teoritis theerema Toricelli untuk

aliran melalui lubang.

- Blaise Pascal (1623-1662), mengemukakan teori hidristatika – zat cair diam, tekanann

hidrostatis pada suatu titik adalah sama dalam segala arah.

- Sir Issac Newton (1642-1728) merumuskan hukum aliran fluida viskos (kental), yaitu

bentuk hubungan antara tegangan geser yang terjadi dan gradien kecepatan.

- Pada abad ke XVIII karena pengaruh matematika terapan ke teknik praktis perkembangan

ilmu hidraulika mengalami perubahan. Hidraulika teoritis terpisah dari hidraulika praktis.

Hidraulika teoritis – imu hidrodinamika, yang dikembangkan oleh daniel Bernoulli,

Leonard Euleur, Clairault dan Jean d’Alembert. Hidrodinamika merupakan aplikasi ilmu

matematika untuk analisis aliran fluida. Imu ini mempelajari gerak zat cair ideal.

- Bernoulli (1700-1782), hukum kekekalan energi dan kehilangan energi selama pengaliran.

- Leonard Euleur (1707-1783), persamaan yang menggambarkan aliran fluida ideal –

persamaan Euler.

- Louis Navier (1785-1836) dan Sir George Stokes (1819-1903) telah menyempurnakan

persamaan Euler menjadi persamaan gerak fluida Viskos – persamaan Navier – Stokes.

- Sir George Airy (2081-1892), persamaan gelombang Amplitudo kecil.

7
- Herman von Helmhotz (1821-1894), aliran Vortex, garis arus, analisis dimensi, dan

sebagainya.

- Lord Kelvin (1824-1907), teori hidrodinamika – hukum thermodinamika

- Lord Rayleigh (1842-1919), prinsip-prinsip kesebangunan dan analisis dimensi

- Perkembangan hidraulika Eksperimen

- Henri Pitot (1695-1771), alat untuk mengukur kecepatan aliran zat cair, tabung pitot.

- Antonie Chezy (1718-1798), tahanan hidraulis yang kemudian dikenal dengan rumus

Chezy untuk aliran melalui saluran terbuka.

- Jean Borda (1733-1794), aliran melalui lobang, dan orang pertama menggunakan faktor

‘2g’ untuk umus-rumus hidrailika.

- Jean Baptiste Belanger (1789-1874), garis perbendungan/ Backwater

- Benault de Corvolis (1792-1843), distribusi kecepatan aliran dan pengaruh bumi terhadap

aliran.

1.4 Dimensi dan Satuan

Dimensi merupakan besaran terukur, yang menunjukkan karakteristik suatu obyek,

seperti: massa, panjang, waktu, temperatur, dan sebagainya. Satuan adalah suatu standar

untuk mengukur ‘dimensi’. Misalnya: satuan untuk: massa, panjang dan waktu adalah

kilogram (Kg), meter (m) dan detik (dt).

Di Indonesia masih sering digunakan sistem satuan MKS, dimana ukuran dasar untuk

panjang, massa dan waktu adalah meter (metre, M); kilogram (kilogram, K) dan detik

(second, S). Salah satu besaran yang sangat penting dalam bidang teknik adalah gaya.
Pengukuran gaya didasarkan pada hukum Newton II.

F= m.a

8
Dalam sistem MKS, satuan massa adalah kilogram massa (Kgm). Satuan gaya adalah kilogram

gaya (Kgf). Kedua satuan tersebut mempunyai hubungan dalam bentu

Kgf = g.Kgm …………….. (2)

dengan : g adalah percepatan gravitasi yang biasanya bernilai : 9,81.

Karena percepatan gravitasi tergantung pada letak benda di muka bumi, maka berat benda

adalah berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain sistem satuan Mks, digunakan

juga bahasa satuan internasional tunggal yang disebut Systeme International d’Unite (SI).

Pada sistem SI : satuan massa adalah Kilogram

Satuan gaya adalah Newton (N)

1 (satu) Newton adalah gaya yang bekerja pada benda dengan massa 1 Kg dan menimbulkan
percepatan 1 m/d2.

1 N (Newton) = m (1Kg) x a (1 m/d2) atau 1 N = 1 Kg x 1 m/d2

Untuk mengkonversi satuan gaya antara sistem Mks dan SI, dengan pers. (2) di atas dapat

ditulis:

1 2
N= Kgf x 1 m / d
2
g(m / d )

9
Faktor konversi dari sistem satuan Mks ke SI:

Besaran Simbol Mks Sistem SI Konversi Ket:

Parang L m m

Massa M Kgm kg

Waktu T d d

Gaya F Kgf N g = 9,81

Luas A m2 m2

Volume ∀ m3 m3

Kecepatan v m/d m/d

Percepatan a m/d2 m/d2

Debit Q m3/d m3/d

Kecepatan Sudut ω rad/d rad/d omega

Gravitasi g m/d2 m/d2

Kekentalan dinamis µ Nd/m2 Nd/m2 10-1 mu

Kekentalan kinematik ν m2/d m2/d gamma


10 -4

Rapat massa ρ Kgm/m3 Kgm/m3 rho

Berat jenis τ Kg/m3 Kg/m3 thau

Tekanan p N/m2 N/m2(Pascal) g = 9,81

Daya P W W (joule/d) g = 9,81

Kerja, Energi W (Joule/d) Nm (Joule) g = 9,81

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pegertian Hidrolika & Mekanika Fluida

2.1.1 Pengertian Hidrolika

Hidrolika adalah bagian dari “hidrodinamika” yang terkait dengan gerak air atau
mekanika aliran. Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu
aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam
banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting.
Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas, aliran saluran
terbuka mempunyai permukaan bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak
mempunyai permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran.

Dengan demikian aliran saluran terbuka mempunyai permukaan yang


berhubungan dengan atmosfer, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai
hubungan langsung dengan tekanan atmosfer. Seperti yang telah kita ketahui, air
mengalir dai hulu ke hilir (kecuali ada gaya yang menyebabkan aliran kearah
sebaliknya) sampai mencapai suatu elevasi permukaan air tertentu, misalnya :
- Permukaan air di danau,
- Permukaan air di laut
Perjalanan air dapat juga ditambah oleh bangunan-bangunan yang dibuat oleh
manusia, seperti :
- Saluran Irigasi,
- Pipa,
- Gorong-gorong,
- Saluran buatan yang lain atau kanal

Walau pada umunya perencanaan saluran ditunjukkan untuk karakteristik


saluran buatan, namun konsep hidraulikanya dapat juga diterapkan sama baiknya

11
pada saluran alam. Apabila saluran terbuka terhadap atmosfer, seperti sungai,
kanal, gorong-gorong, maka alirannya disebut Aliran saluran terbuka atau Aliran
permukaan bebas. Apabila aliran mempunyai penampang penuh seperti aliran
melalui suatu pipa, disebut Aliran saluran tertutup atau Aliran penuh.

Jenis-jenis aliran :
Berdasarkan waktu pemantauan adalah :
• Aliran Tunak (Steady Flow)
• Aliran Taktunak (unsteady Flow)
Berdasarkan ruang pemantauan adalah :
• Aliran Seragam (Uniform flow)
• Aliran Berubah (Varied flow)

Karakteristik aliran :
Tipe aliran Kecepatan rata-rata Kedalaman
Steady, uniform V = konstan y = konstan
Steady, nonuniform V = V (x) y = y (x)
Unsteady, uniform V = V (t) y = y (t)
Unsteady, non uniform V = V (x,t) Y = y (x,t)

Tipe aliran yang mungkin terjadi pada saluran terbuka adalah :


• Aliran Berubah Cepat (Rapidly Varied Flow)
• Aliran Berubah Lambat (Gradually varied flow)

12
RUMUS HIDROLIKA

Di dalam praktek, faktor penting dalam studi hidraulika adalah : kecepatan V atau
debit aliran Q. Dalam hitungan praktis, rumus yang banyak digunakan adalah
persamaan kontinuitas, Q = A x V, dengan A adalah tampang aliran. Apabila
kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat dihitung.
Demikian pula jika kecepatan dan debit aliran diketahui maka dapat dihitung luas
tampang aliran yang diperlukan untuk melewatkan debit tersebut. Dengan kata
lain dimensi pipa atau saluran dapat ditetapkan. Biasanya debit aliran ditentukan
oleh kebutuhan air yang diperlukan oleh suatu proyek (kebutuhan air minum
suatu kota atau untuk irigasi, debit pebangkitan tenaga listrik, dan sebagainya)
atau debit yang terjadi pada proyek tersebut (debit aliran melalui sungai). Dengan
demikian besarnya debit aliran adalah sudah tertentu. Berarti untuk bisa
menghitung tampang aliran A, terlebih dahulu harus dihitung kecepatan V.

A. Rumus Chezy
Seperti yang telah diketahui, bahwa perhitungan untuk aliran melalui saluran
terbuka hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus empiris,
karena adanya banyak variabel yang berubah. Untuk itu berikut ini disampaikan
rumus-rumus empiris yang banyak digunakan untuk merencanakan suatu saluran
terbuka.
Chezy berusaha mencari hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran terbuka
akan menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan akan
diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran.
Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tahanan geser, dimana tahanan geser ini tergantung pada
kecepatan aliran. Setelah melalui beberapa penurunan rumus, akan didapatkan
persamaan umum :

13
Dengan V adalah Kecepatan aliran (m/det), R adalah Jari-jari Hydraulik (m) I adalah
Kemiringan dasar saluran dan C adalah Koefisien Chezy.

B. Rumus Manning
Rumus Manning yang banyak digunakan pada pengaliran di saluran terbuka, juga
berlaku untuk pengaliran di pipa. Rumus tersebut mempunyai bentuk:

Dengan n adalah koefisien Manning dan R adalah jari-jari Hydraulik, yaitu


perbandingan antara luas tampang aliran A dan keliling basah P.

Untuk pipa lingkaran, A = πD2/4 dan P = π D , sehingga:

Atau
D = 4R
Untuk aliran di dalam pipa persamaan menjadi:

14
Contoh Soal Hidrolika:
1.

Saluran terbuka berbentuk segiempat terbuat dari pasangan batu bata yang
difinish dengan plester & aci (n=0,025) mempunyai lebar 10 m dan kedalaman air 3
m. Apabila kemiringan dasar saluran adalah 0,00015 dan koefisien chezy 50. Hitung
Debit aliran.

Penyelesaian :

Luas tampang basah :


A= B xh
= 10 x 3 = 30 m
Keliling basah :
P = B + 2h
= 10 + 2 x 3 = 16 m
Jari - Jari Hydrolik
R=A/P
= 30 / 16 = 1,875 m
Kecepatan aliran
V = 50 sqrt (1,875 x 0,00015)
= 0,8385 m/d
Debit Aliran
Q=AxV
= 30 x 0,8385 = 25,155 m3/d

15
2.1.2 Pengertian Mekanika Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas
karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh
zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.

Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu
dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga
dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain.

Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat
lain.

Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida
dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida
tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan
kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.

 Massa jenis

Massa jenis merupakan suatu ukuran kerapatan suatu benda, sehingga dapat dikatakan,
jika suatu benda mengalami massa jenis yang besar, maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kerapatan yang besar pula, begitu juga sebaliknya.

Berikut persamaan / rumus dari massa jenis

dengan: m = massa (kg atau g),

V = volume (m3 atau cm3), dan

16
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3).

 Tekanan

Tekanan (P) merupakan satuan ilmu fisika untuk menyatakan atau menyebutkan hasil
dari gaya (F) dengan Luas (A), satuan tekanan digunakan dalam mengukur kekuatan dari
suatu benda gas dan benda cair. Untuk lebih ringkasnya, tekanan merupakan hasil bagi
antara gaya (F) dan luas penampang(A).
Dengan asumsi , bahwa semakian besar gaya yang diberikan maka semakin besar pula
tekanannya, akan tetapi sebaliknya, jika luas penampang tersebut besar, maka tekanan
yang diberikan akan kecil.

Perhatikan persamaan berikut:

Keterangan :
P = Tekanan, dengan satuan (pascal/Pa)
F = Gaya, dengan satuan (newton/N)
A = Luas penampang, dengan satuan (m2)

Tentu kalian sedikit bingung, dengan satuan yang saya cantumkan diatas, karena banyak
versi pembahasan yang berbeda terkait dengan satuan tekanan, hal tersebut bukan
dikarenakan ketidakpastian dari satuan tekanan tersebut, melainkan dalam satuan
tekanan memiliki sifat konversi yang beragam untuk kalian pahami dalam menyelesaikan
soal tentang tekanan. Dibawah ini merupakan hitungan konversinya:

17
 Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis merupakan tekanan yang dihasilkan oleh suatu benda atau
objek yang mengalami gravitasi ketika didalam fluida. Oleh sebab itu bahwa besarnya
tekanan yang dihasilkan tergantung dari massa jenis fluida, percepatan gravitasi bumi,
dan ketinggian fluida atau zat cair tersebut.

Maka demikian, terkait dengan konsep tekanan hidrostatis yang saya jelaskan diatas,
telah diketahui bahwa persamaan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut

Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatis (Pa)
ρ = massa jenis fluida atau zat cair (kg/m^3)
g = percepatan gravitasi (10 m/s^2)
h = ketinggian atau kedalaman benda dari permukaan zat cair / fluida (m)

Berdasarkan rumus diatas, telah diketahui bahwa: Makin besar suatu massa jenis zat cair,
maka semakin besar pula tekanan hidrostatis yang dihasilkan, dan jika semakin dalam
benda pada zat cair tersebut, maka tekanan hidrostatis yang dihasilkan semakin besar
pula

 Contoh soal !

1. Sebuah titik P berada 3 cm diatas dasar sebuah bak yang berisi alcohol (ρ= 0,8 g/cm 3).
Alkohol di dalam bak setinggi 15 cm. Jika percepatan gravitasi 9,8 m/s2, hitunglah:

a. Tekanan hidrostatis dititik A

Penyelesaian :

18
`

= (800 kg/m3) (9,8 m/s2) (0,1m)

=784 N/m2

Jadi, tekanan hidrostatis di titik A sebesar 784 N/m2

Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk
memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan
yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume),
tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).

Debit aliran (Q)

Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:

Dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang (m2)

V = laju aliran fluida (m/s)

Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran

19
Dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

V = volume (m3)

t = selang waktu (s)

 Persamaan Kontinuitas

Air yang mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit yang sama di sembarang
titik. Atau jika ditinjau 2 tempat, maka: Debit aliran 1 = Debit aliran 2, atau :

 Hukum Bernouli

Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang
dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi
kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika dinyatakan dalam persamaan
menjadi :

20
Keterangan :
P = tekanan (Pascal = Pa = N/m2)
ρ = massa jenis cairan (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = ketinggian (m)

 Contoh Soal :

1. Pipa untuk menyalurkan air menempel pada sebuah dinding rumah seperti terlihat
pada gambar berikut! Perbandingan luas penampang pipa besar dan pipa kecil adalah 4 :
1. Posisi pipa besar adalah 5 m diatas tanah dan pipa kecil 1 m diatas tanah. Kecepatan
aliran air pada pipa besar adalah 36 km/jam dengan tekanan 9,1 x 105 Pa. Tentukan :

a) Kecepatan air pada pipa kecil

b) Selisih tekanan pada kedua pipa

Pembahasan
Diketahui : h1 = 5 m ; h2 = 1 m ; v1 = 36 km/jam = 10 m/s ; P1 = 9,1 x 105 Pa ; A1 : A2= 4 : 1

a) Kecepatan air pada pipa kecil


Persamaan Kontinuitas :
A1v1 = A2v2
(4)(10) = (1) (v2)
v2 = 40 m/s

b) Selisih tekanan pada kedua pipa


Dari Persamaan Bernoulli :

21
P1 + 1/2 ρv12 + ρgh1 = P2 + 1/2 ρv22 + ρgh2
P1 − P2 = 1/2 ρ(v22 − v12) + ρg(h2 − h1)
P1 − P2 = 1/2(1000)(402 − 102) + (1000)(10)(1 − 5)
P1 − P2 = (500)(1500) − 40000 = 750000 − 40000
P1 − P2 = 710000 Pa = 7,1 x 105 Pa

2.2. Sifat – Sifat Cairan

Semua fluida nyata (gas dan zat cair) memiliki sifat-sifat khusus yang dapat
diketahui, antara lain: rapat massa (density), kekentalan (viscosity), kemampatan
(compressibility), tegangan permukaan (surface tension), dan kapilaritas (capillarity).
Beberapa sifat fluida pada kenyataannya merupakan kombinasi dari sifat-sifat fluida
lainnya. Sebagai contoh kekentalan kinematik melibatkan kekentalan dinamik dan rapat
massa.
Sejauh yang kita ketahui, fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul-molekul
dengan jarak pisah yang besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-molekul itu
tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain.

2.2.1 Rapat Massa (density)


Rapat massa (𝜌) adalah ukuran konsentrasi massa zat cair dan dinyatakan
dalam bentuk massa (m) persatuan volume (V).
𝑀
𝜌= (1)
𝑉
Dimana:
M = massa (kg)
V = volume (m3)
Rapat massa air (𝜌 air) pada suhu 4 oC dan pada tekanan atmosfer (patm)
adalah 1000 kg/m3. Berat jenis (g ) adalah berat benda persatuan volume pada
temperatur dan tekanan tertentu, dan berat suatu benda adalah hasil kali antara rapat
massa (𝜌) dan percepatan gravitasi (g).
𝛾 = 𝜌𝑔 (2)
Dimana :
𝛾 = berat jenis ( N/m3)

22
𝜌 = rapat massa (kg/dt2)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat (𝜌) dan
rapat massa air (𝜌air), atau perbandingan antara berat jenis suatu zat (𝛾) dan berat jenis
air (𝛾 air).

(3)
Karena pengaruh temperatur dan tekanan pada rapat massa zat cair sangat
kecil, maka dapat diabaikan sehingga rapat massa zat cair dapat dianggap tetap.

2.2.2 Kekentalan (viscocity)


Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (𝜏) pada
waktu bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara partikel zat
cair sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekulmolekul yang
bergerak. Zat cair ideal tidak memiliki kekentalan. Kekentalan zat cair dapat dibedakan
menjadi dua yaitu kekentalan dinamik (𝜇) atau kekentalan absolute dan kekentalan
kinematis (𝜈).
Dalam beberapa masalah mengenai gerak zat cair, kekentalan dinamik
dihubungkan dengan kekentalan kinematik sebagai berikut:
𝜇
𝜈=
𝜌

dengan 𝜌 adalah rapat massa zat cair (kg/m3).


Kekentalan kinematik besarnya dipengaruhi oleh temperatur (T), pada
temperatur yang tinggi kekentalan kenematik zat cair akan relatif kecil dan dapat
diabaikan.
40.60
𝜈=
20+𝑇
dengan 𝑇 adalah suhu cat cair (. . °𝐶)

Zat cair Newtonian adalah zat cair yang memiliki tegangan geser (t) sebanding
𝑑𝑦
dengan gradien kecepatan normal (𝑑𝑢) terhadap arah aliran. Gradien kecepatan adalah

23
perbandingan antara perubahan kecepatan dan perubahan jarak tempuh aliran (Gambar
1). Hubungan tegangan geser dan gradien kecepatan normal dari beberapa bahan dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1 Gradien Kecepatan

Gambar 2 Hubungan Tegangan geser dengan gradien kecepatan

Bila fluida Newtonian dan aliran yang terjadi adalah laminer maka berlaku hubungan:
𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝜏=𝜇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜏 = 𝜌𝜈
𝑑𝑦 𝑑𝑦

dimana :
𝜏 = tegangan geser (kg/m2)
𝜇 = kekentalan dinamis (kg/m.det)

24
𝜈 = kekentalan kinematis (m2/det)
𝜌 = densitas fluida (kg/m3)
𝑑𝑢
𝑑𝑦
= gradien kecepatan

2.2.3 Kemampatan (compressibility)


Kemampatan adalah perubahan volume karena adanya perubahan
(penambahan) tekanan, yang ditunjukan oleh perbandingan antara perubahan tekanan
dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan tersebut dikenal dengan
modulus elastisitas (k).
𝑑𝑃
𝐾=− 𝑑𝑉 (6)
( )
𝑉

Nilai k untuk zat air sangat besar yaitu 2,1 x 109 N/m, sehingga perubahan
volume karena perubahan tekanan akan sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga zat
cair merupakan fluida yang tidak dapat termampatkan (incompressible).

2.2.4 Kapilaritas (capillarity)


Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adesi antar molekul, jika
kohesi lebih kecil dari pada adesi maka zat air akan naik dan sebaliknya jika lebih besar
maka zat cair akan turun. Kenaikan atau penurunan zat cair di dalam suatu tabung dapat
dihitung dengan menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan
dengan gaya berat.
2𝜎𝑐𝑜𝑠𝜃
ℎ=
𝛾𝑟

Dimana:
h = kenaikan atau penurunan zat cair
𝜎 = tegangan permukaan
𝛾 = berat jenis zat cair
𝜃 = akan sama dengan 0o untuk air dan 140o untuk air raksa
r = jari-jari tabung

25
 Contoh Soal :

1. Jika satu liter minyak mempunyai berat W=0,7 kgf. Hitung berat jenis,rapat massa ,
dan rapat relatif minyak tersebut

Penyelesaian :

Volume Minyak

Berat Jenis

Rapat massa

Rapat Relatif

26
27
2.3.Hidrostatis

Hidrostatis memiliki arti yang sama dengan fluida diam, sedangkan fluida sendiri
berarti zat yang dapat mengalir. Contoh fluida adalah air, minyak, dan gas. Tekanan
hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami oleh
suatu titik di dalam fluida. Fluida yang memiliki keadaan diam (hidrostatis) ternyata
menyimpan banyak rahasia sifat-sifat fisik. Salah satu sifat fisik fluida yang diam adalah
fluida itu dapat menimbulkan tekanan. Tekanan fluida yang diam ini dinamakan tekanan
hidrostatis. Tekanan hidrostatis ini dipengaruhi oleh kedalaman, jenis fluida, dan
percepatan gravitasi.

Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang diakibatkan oleh zat cair yang diam pada suatu
kedalaman tertentu. Besarnya tekanan hidrostatis tergantung dari ketinggian zat cair,
massa jenis zat cair, dan percepatan gravitasi bumi. Tekanan hidrostatis disebabkan oleh
berat zat cair. Besar tekanan hidrostatis bergantung pada:

 Massa jenis zat cair (ρ)


 Percepatan gravitasi (g = 10 m/s2)
 Kedalaman zat cair (h)

Pada fluida diam tidak terjadi tegangan geser di antara partikel. Suatu benda
dalam fluida diam akan mengalami gaya-gaya yang ditImbulkan oleh tekanan fluida.
Tekanan tersebut bekerja tegak lurus pada permukaan benda. Teori hidrostatika, bagian
dari statika fluida, yang diaplikasikan pada zat cair. Teori ini banyak digunakan dalam
bidang teknik sipil sepeti ;
- analisis stabilitas bendungan,
- pintu air, dan sebagainya.

2.3.1 Tekanan pada Suatu Titik


Tekanan setiap titik di dalam fluida diam adalah sama dalam segala arah.

28
Elemen fluida berbentuk prisma segitiga dengan lebar satu satuan panjang (tegak

lurus bidang gambar).Panjang dari tinggi : dx dan dy, yang berada dalam keadaan

diam.P adalah tekanan, px dan py adalah tekanan arah horizontal dan vertikal. Sisi

segitiga mempunyai hubungan dx = ds Cos α

dy = ds Sin α

2.3.2 Distribusi Tekanan pada Fluida Diam


Penurunan persamaan dasar hidrostatika dilakukan dengan memandang suatu

elemen kubus kecil tak terhingga di dalam fluida diam dengan panjang sisi dx, dy dan

dz.

Gaya yang bekerja pada kubus adalah berat fluida dan gaya tekanan yang bekerja

pada sisi-sisinya.

Berat kubus : W = ρ.g.dx.dy.dz

Dalam arah sumbu x, bila tekanan yang bekerja pada sisi kiri; Px, maka dengan

deret taylor dapat dicari tekanan pada sisi kanan, yaitu:

∂ px
Px + ∂ x dx
Demikian juga pada sisi lain:
Tekanan pada sisi bawah : Py

∂ py
Tekanan pada sisi atas : py ∂ y dy

Tekanan pada sisi depan : Pz

29
∂ pz
Tekanan pada sisi belakang: pz + ∂ z dz
Karena fluida diam, maka tidak ada gaya geser. Sehingga tidak ada gaya vertikal yang

bekerja pada sisi vertikal kubus, karena adanya fluida di sekelilingnya.

Kondisi keseimbangan gaya pada arah vertikal:

∂ p
pydxdz − ( py + ∂ y dy)dx.dz − ρ.gdxdydz = 0

atau :

∂ p
− ∂ y dx.dy.dz − ρ.gdxdydz = 0

∂ p
∂ y = −ρ.g

Kondisi keseimbangan arah x dan z

∂p
Pada arah x, = 0 atau P = konstan
∂x
Pada arah z,

∂ p
∂ z = 0 atau P = konstan
Dengan demikian tekanan tidak berubah pada arah x dan z, dan besarnya konstan pada

bidang horizontal.

Karena ‘P’ (tekanan ‘P’) hanya tergantung pada variabel bebas ‘Y’ maka persamaan pada

arah vertikal berbentuk diferensial parsial dapat ditulis dalam bentuk diferensial biasa.

∂ p
∂ y = −ρ.g atau

dp : −ρ.g.dy

Persamaan di atas disebut Persamaan Statika Fluida.

Bila ingin dicari tekanan ‘P’, pada suatu titik berjarak ‘y’ dari permukaan fluida, maka

persamaan tersebut diintegrasikan terhadap jarak ‘y’.

p = − ∫ ρ.g.dy

30
2.3.3 Tekanan yang dinyatakan dalam Tinggi Zat Cair
Tekanan fluida pada suatu titik dengan kedalaman ; y = -h, adalah :

P = h . τ + Patm

untuk mengukur tekanan digunakan tekanan atmosfer sebagai bidang referensi, sehingga

untuk persamaan di atas dapat diambil ;

Patm = 0, sehingga menjadi ; P = h. τ

P
Atau dapat juga ditulis dalam bentuk ; h = τ

Parameter ‘h’ di dalam Mekanika Fluida dan hidraulika disebut dengan tinggi tekanan. Tinggi

tekanan ‘h’ menunjukkan kedalaman zat cair yang diperlukan oleh zat cair dengan berat jenis

‘τ’ untuk dapat menghasilkan tekanan ‘P’.

Pada gambar diatas kondisi tangki terbuka berisi zat cair yang dihubungkan dengan tabung,

yang ujung atasnya berhubungan dengan udara luar (atmosfer)

Kondisi ini, air akan naik didalam tabung sampai permukaan air sama denganyang ada di

dalam tangki.

Po
Tinggi kenaikan zat cair ‘ho’ dari suatu titik yang ditinjau sama dengan : τ
Po = tekanan air pada titik tersebut, sama degan kedalaman titik dari permukaan
dikalikan dengan berat jenis zat cairnya, Po = ho. τ

31
Tangki kondisi tertutup dan udara di atas permukaan zat cair di dalam tangki berada dalam
tekanan (tekanan lebih besar dari tekanan atmosfer).

Tekanan yang ditinjau pada suatu titi, yaitu “P1” adalah sama dengan jumlah tekanan

udara ditambah tinggi zat cair diatas titik tersebut.

P
Zat cair di dalam tabung setinggi “h1” = τ1 . Parameter ho dan h1 adalah tinggi

tekanan untuk tekanan Po dan P1. Besar tekanan udara diatas zat cair adalah sama dengan

selisih tinggi tekanan (ho- h1) dikalikan dengan berat jenis zat cair.
2.3.4 Tekanan Atmosfer, Tekanan Absolut, Tekanan Relatif

Semua garis mempunyai massa (berat). Atmosfer terdiri dari campuran bermacam-
macam gas, sehingga menimbulkan tekanan pada setiap permukaan yang berhubungan
dengannya. Tekanan atmosfer (atmospheric pressure) pada permukaan air laut dengan

kondisi normal sebesar : 14,7 psi atau 1033 gr/cm2.

Variasi tekanan atmosfer dengan tinggi tempat sebagai berikut :

Tinggi diatas air laut Tekanan Atm (Psi) Tinggi diatas air laut Tekanan Atm (Psi)
(Ft) (Ft)

0 14,69 5280 12,08


1000 14,17 6000 11,76
2000 13,66 7000 11,32
3000 13,16 8000 10,89
4000 12,68 9000 10,48
5000 12,21 10000 10,09

Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur berdasarkan

tekanan atmosfer (di atas atau bawah tekanan atmosfir). Tekanan ini bisa lebih besar atau

lebih kecil dari tekanan atmosfir. Tekanan relatif dari zat cair yang berhubungan dengan

udara luar (atmosfir) bertekanan “nol” sehingga tekanan relatif adalah positif bila lebih

besar dari tekanan atmosfir dan negatif apabila lebih kecil. Tekanan relatif biasa disebut

“relative

pressure/gage pressure.

32
Tekanan absolut (absolute pressure) adalah suatu tekanan yang ada diatas nol

absolut atau jumlah dari tekanan atmosfir dengan tekanan relatif. Apabila tekanan relatif

adalah negatif, maka tekanan absolut adalah tekanan atmosfir dikurangi tekanan relatif.

2.3.5 Manometer

Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur perbedaan

tekanan. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi keseimbangan, maka

tekanan disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama.

Bidang dengan tekanan sama.

Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair tergantung pada jarak vertikal

dari permukaan zat cair ke titik tersebut. Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang

horisontal yang terendam di dalam zat cair mempunyai tekanan yang sama. Pada gambar (a)

titik : 1, 2, 3, 4 mempunyai tekanan sama dan bidang horisontal yang melalui titik-titik

tersebut adalah bidang dengan tekanan sama.

Ket :
BTS : bidang dengan tekanan sama
BTTS : bidang dengan tekanan tidak sama

Pada gambar (b) titik 5 dan 6 berada pada bidang horisontal, tetapi tekanan pada titik

5, 6 tidak sama karena air di dalam kedua tangki tidak berhubungan.

Pada gambar (c) menunjukkan tangki yang diisi dengan dua zat cair yang berbeda

rapat massanbya. Bidang horisontal yang melaluiu titik 7, 8 yang melalui batas antara kedua

33
zat cair mempunyai tekanan yang sama, karena berat kolom zat cair tiap satuan luas di titik 7,

8 adalah sama. Sedangkan bidang yang melalui titik 9, 10 adalah bukan bidang dengan

tekanan sama.

Piezometer

Bentuk paling sederhana dari manometer adalah piezometer, yang terdiri dari tabung

gelas vertikal dengan ujung terbuka yang dihubungkan dengan ruangan (pipa) yang akan

diukur tekanannya. Karena adanya perbedaan tekanan antara ruangan dan udara luar, maka

cair di dalam tabung gelas akan naik sampai dicapai suatu keseimbangan. Tekanan diberikan

oleh jarak vertikal “h” dari permukaan zat cair (di dalam tabung) ke titik yang di ukur

tekanannya yang dinyatakan dalam tinggi zat cair.

Gaya Tekan Pada Bidang Terendam

34
Suatu bidang datar berbentuk segi empat terletak miring dengan sudut α terhadap

bidang datar atau horisontal (permukaan zat cair). Bidang tersebut terendam pada zat cair

diam dengan berat kenis “γ”. Dibuat bidang khayal merupakan perluasan bidang tersebut

sehingga memotong permukaan zat cair pada titik O. luas bidang adalah A, pusat beratnya

adalah G; yang terletak pada jarak ‘ho’ dibawah permukaan zat cair.

Akan dianalisis gaya hidrostatis pada bidang dan letak titik tangkap gaya tersebut

pada bidang.

Titik tangkap gaya pada titik P sebagai pusat tekanan. Jarak searah bidang miring

terhadap permukaan (titik 0) dinyatakan “y”. Jarak vertikal terhadap permukaan zat cair

adalah ‘h’. Karena pertambahan tekanan adalah linier terhadap kedalaman, maka pusat gaya

tekanan ‘F’ terletak dibawah pusat berat bidang ‘C’. Dipandang suatu pias horisontal yang

sejajar terhadap permukaan zat cair dengan tebal dy dan berjarak ‘h’ dari permukaan.

Apabila luas pias adalah dA, maka besarnya gaya tekanan pada pias adalah :
df = P. dA atau karena h = γ sin α, maka dF = dy sin α y Da


Gaya tekanan total adalah : F γ sinα y dA γ sin α ∫ y dA

Dengan : ∫ y dA adalah momen statis bidang A terhadap sumbu X yang besarnya sama
dengan ‘A yo’ dimana yo adalah jarak pusat berat bidang terhadap sumbu X. Sehingga
F = γ sin α A yo ho = Yo sin α
= A γ ho

atau F = A Po

ket:

F = gaya tekanan hidrostatis

A = luas bidang tekanan

Po = tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang

ho = jarak vertikal antara pusat berat benda dan permukaan zat cair Persamaan

diatas menunjukkan bahwa gaya hidrostatis adalah sama dengan perkalian

35
antara luas bidang (A) dan tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak lurus pada bidang.

Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan ‘P’ misalnya : pusat tekanan terletak

pada jarak ‘Yp’ dari titik sumbu O. Momen gaya hidrostatis terhadap titik ‘O’ adalah sama

dengan jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan terhadap titik ‘O’.

Sehingga :

Fyp= ∫ A..P..dAy = ∫γ .h.dA.y = ∫γ sinα.dA.y

Fyp= γ .sinα ∫ y..dAy = γ .sin ∫ A.y2.dA

γ .sinα.A.y0 yp = γ .sinα ∫ A.y2dA

γ .sin.α ∫ A.y2dA
yp =
γ .sinα.Ay0
dengan:

∫ Ay2dA adalah momen inertia bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi ‘I’

Ayo adalah momen statis bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi S.

Sehingga persamaan di atas dapat ditulis:

I
yp = S

mengingatbahwa:

I = I0+Ay02

maka :

I 0 + Ay2
yp = 0

Ay0

dengan:
yp : Jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat

cair. Y0 : Jarah searah bidang antara pusat berat dan permukaan


zatcair.
I0 : Momen ineria bidang A terhadap sumbu y melalui pusat berat bidang.

36
Momen Inersia Terhadap Pusat Berat unutk beberapa Bentuk yang sering digunakan.

Bentuk Luas A Pusat Berat ‘y0’ Momen Inersia ‘I0’


Segi Empat: pxl
bxh Y0=1/2 h

G G I0=1/2 b b3

Segitiga

G G ½bxl Y0=1/3 l 1/36 bl


½a.t

Lingkaran

G G ¼ πD2 Y0 = ½ D I0 = 1/6 4 π D4

2
G G ½πr 4r I0 = 0,1102 r4
Y0 = 3π

37
 Contoh Soal :

1. Bendung Beton berbentuk trapesium : tinggi 10 m; lebar puncak 1,0 m; lebar dasar
6,0 m. Sisi hulu bendung vertikal, koefisien gesekan antara dasar pondasi dengan
bendungan 0,6; Bj beton ; 2400 kg/m3. Hitung stablilitas bendung terhadap penggulingan
dan geseran.

Penyelesaian:
Ba = 1m

Fx

A
PB B

6 m = Bb
Gaya yang bekerja pada bendung:
- Gaya berat sendiri
- Gaya tekan hidrostatis pada sisi hulu
- Gaya tekan/ gaya angkat pada dasar bendung
- Tekanan ke atas pada dasar bendung sebelah hulu sama dengan tekanan

hidrostatis pada dasar

- Tekanan kertas sebelah hilir sama dengan ‘0’


Hitungan dilakukan untuk setiap 1 m panjang bendung.
Karena yang mengalami tekanan hidrostatis berbentuk segiempat pada sisi hulu,

dihitung berdasarkan luas distribusi tekanan kali lebar (1 m).


Tekanan hidrostatis pada dasar bendung:

Pb = H.γ = 10 x 1000 = 10. 000 kgf/ m2.


Gaya tekanan pada sisi hulu bendung:
FX= ½ PB . H x 1 = ½ x 10. 000 x 10 x 1 = 50.000 kgf = 50 ton

38
Gaya angkat pada dasar bendung:
Fy= ½ PB.Bb= ½ x 10.000 x 6 = 30.000 kgf = 30 ton.
Berat sendiri bendung = W1 dan W2
W1 = Ba x .γb x H = 1,0 2400 . 10 = 24.000 kgf = 24 jam.
W2 = ½ (Bb – Ba) x H x .γb = ½ . (6 – 1) x 10 x 2400 = 60.000 kgf
W = W1 + W2 = 24 + 60 = 84 ton
Tahanan geser = T = (w – Fy) . f

= T = (84 – 30) . 0,6 = 32,4 ton.

Untuk kontrol terhadap penggulingan dan geser, perlu dibandingkan besar gaya

geser dan momen pengguling terhadap gaya penahan geser dan momen guling.

Gaya-gaya yang berusaha untuk menggeser dan menggulingkan bendung adalah

gaya tekanan hidrostatis.

Gaya yang menahan adalah gaya berat sendiri

bendung Tinjauan Penggeseran:

Fx = 50 ton > T = 32,4 ton – tidak aman terhadap

geseran. Tinjauan penggulingan:

Momen pengguling terhadap titik

A: MPA = Fx . 1/3 H + Fy . 2/3 BB

= 50 . 1/3 . 10 + 30 . 2/3 . 6
= 286,67 tm
Momen penahan guling terhadap titik A:
MPGA = W1 x (5 + 2,5) + W2 x (2/3 . 5,0)

= 24 x 5,5 + 60 x (2/3 . 5.0)


= 332 ton
karena MPA = 286,67 < MPGA = 332 ton, maka bendung aman terhadap

penggulingan.

39
2. Plat berupa gabungan bentuk bujursangkar dan segitiga pada posisi terendam

vertikal dengan puncak segitiga pada permukaan air.

Menghitung tekanan total dan pusat tekanan!!


A

2m

C
B
1,5

E D

3m
3m

Penyelesaian:

- Segitiga ABC
Tekanan total F1 : γ .bo1 . A1

Luas Segitiga : A1 = ½ . 3 . 2 = 3 m2

Pusat berat : y01 = h01= 2/3 . h = 2/3 . 2 = 1,33 m

Momen Inersia terhadap pusat berat:


I0 = 1/36 bh3 = 1/36 . 3 . 22 = 0,67 m4

F1 = 1000. 1,33 . 3 = 4000 kgf = 4 ton

0,67
Yp1 = y01+ 3.1,33 = 1,5m

- Bujursangkar BCDE

Luas = A2 = 3 x 3 = 9 m2

40
Pusat berat = y01 = h02 = 2 + 3/2 = 3,5 m
Momen Inersia :
I0 = 1/12 Bh2 = 1/12 . 3 x 3 3 = 6,75 m4

F2 = 1000. 3,5 . 9.0 = 31500 kgf = 31,5 ton

6,75
Yp2 = 3,5 + 9 x3,5 = 3,71 m

Tekanan total : F = F1 + F2 = 4 + 31,5 = 35,5 ton

- Momen terhadap titik A (pada permukaan) = Fyp= F1 Yp1 + F2. Yp2

F1 = F1 yp1+ F2 y02
Yp =
F
4.1,5 + 31,5.3,71
=
35,5
= 3,46 meter

41
2.4 HIDRODINAMIKA

2.4.1 Jenis aliran umum fluida

Berdasarkan cara pengaliran dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Aliran mantap yang dimaksud disini adalah aliran fluida disebut mantap jika
bnayanya fluida yang mengalir tiap satuan waktu itu tetap
2. Aliran tak mantap yang dimaksud disini adalah aliran fluida disebut tida mantap
jika nayknya fluida yag mengalir tiap satu satuan waktu tidak tetap

Berdasarkan cara bergerak partikel dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Aliran Laminar, aliran disebut aliran laminar jika setiap partikel fluida menempuh
jalan tertentu dan jalan-jalan partikel tidak saling memotong. Aliran ini disebut
juga aliran garis arus atau aliran kental
2. Aliran Turbulen, aliran disebut turbulen apabila amsing-masing partikel fluida tidak
mempunyai jalan tertentu dan jalan-jalan partikel itu saling memtong

Berdasarkan komponen kecepatan dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Aliran berdimensi satu , aliran ini disebut berdimensi satu jika kecepatan disemua
titik fluida sama besarnya dan arahnya pun sama
2. Aliran berdimensi dua, aliran ini disebut berdimensi dua apabila kecepatan aliran
berubah-ubah dari titik satu ke titik lain dan aliran itu mempunyai komponen
kecepatan dalam dua arah yang tegak lurus satu dengan yang lainya
3. Aliran berdimensi tiga, aliran in disebut berdimensi tiga jika kecepatan aliran
berubah-ubah besarnya dari titik satu ke titik lain dan aliran mempunyai
komponen kecepatan dalam tiga arah tegak lurus satu dengan lainnya

2.4.2 Jenis- Jenis Garis Aliran

1. Garis Jalan
Garis Jalan adalah jalan yang dilalui partikel fluida yang bergerak selama
interval waktu tertentu. Dalam aliran tai turbulen garis-garis jalan seperti garis putus-
putus

42
2. Garis Arus
Garis arus adalah garis khayal , yang garis singgungnya di tiap titik
menunjukkan arah gerak gerak partikel fluida dititik itu. Dalam aliran mantap garis-
garis jalan dan garis-garis arus akan berhimpit. Sifat aliran garis arus adalah sebagai
berikut:
a) Tidak dapat ada aliran yang memotong garis arus
b) Jarak antara garis-garis arus berbanding berbalikkan dengan kecepatanya
c) Garis-garis arus tidak saling berpotongan, kecuali dititik-titik perhentian dan
dititik- titik perhentian dan di titik-titik mana kecepatanya terbatas
d) Untuk garis-garis arus yang memancar aka nada penurunan kecepatan dan
sebaliknya
3.Garis Lintasan

Garis lintasan adalah garis-garis yang terbentuk oleh semua partikel yang
telah melalui titik-titik tertentu yang diketahui pada suatu data. Disebut juga garis
benang. Pada percobaan laboratorium garis lintang ini dapat dilihat dengan
mencelupkan zat pewarna kedalam aliran fluida

4.Garis Ekipotensial

Garis ekipotensial adalah garis dengan potensial kecepatan yang sama dan
selalu tegak lurus pasa garis arus. Garis ini diperoleh dengan menghubungan titik-titik
yang akan mempunyai nilai potensial yang sama

2.4.3 Debit

Debit adalah banyaknya fluida yang mengalir tiap satuan waktu melalui setiap
irisan pipa atau saluran. Debit diberi tanda Q dan dinyatakan dalam m/det, atau
1/det.Jika suatu fluida mengalir dengan kecepatan tertentu dalam tabung yang
mempunyai luas penampang tertentu, maka banyaknya fluida yang mengalir tiap-tiap
satuan waktu dapat dihitung. Banyaknya fluida yang mengalir tiap-tiap satuan waktu
disebut Debit Aliran Fluida.

43
Jika kecepatan aliran fluida sama dengan v dan luas penampang tabung sama
denganA, maka debit aliran adalah : D = v A dengan satuan m3s-1. sedangkan volume
zat air yang mengalir dalam selang waktu t detik adalah V = vAt m3. Jika luas
penampang tabung aliran tidak sama, seperti gambar 15 maka berlaku persamaan
berikut :

Teorema Bernoulli untuk cairan

Hukum konservasi energi ketika digunakan untuk gerak fluida yang diberikan
oleh persamaan Euler akan menghasilkan persamaan Bernoulli. Hasil scalar dari
persamaan Euler (persamaan d) dengan vector kecepatan v :

dv
f  v  p  v   v
dt

44
Hasil dari f· v adalah daya per satuan volume diberikan oleh gaya f. Hubungan
keduanya dapat dituliskan :

p dx p dy p dz dp p
 p  v      
x dt y dt z dt dt t

Pada fluida yang tidak dapat dimampatkan (dρ/dt = 0) dan aliran lambat  p t  0  ,
persamaan diatas menjadi :

f v 
dp d

dt dt
 1
2 v 2   0

Sekarang persamaan Euler dalam bentuk tersebut dapat diintegralkan. Kalikan kedua ruas
dengan dt dan integralkan, diperoleh :

  f  v  dt  p  1
2  v 2  kons tan

Persamaan pertama pada ruas kiri adalah kerja yang diberikan oleh gaya per satuan volume.
Apabila gaya f didapatkan dari potensial scalar Ф, maka :

f  

dimana Ф adalah potensial energi per satuan volume, bentuk akhir persamaan h adalah :

W    f  v  dt   f  dr       dr   

Kemudian persamaan h dapat ditulis :

p  12  v 2    kons tan

Inilah bentuk umum dari persamaan Bernoulli.

Apabila gaya yang diberikan adalah gaya gravitasi, Ф = ρgz maka persamaan diatas
menjadi :

p  12  v 2  gz  kons tan

45
Persamaan ini, dimana pernyataan pada konservasi energi diketahui sebagai
persamaan Bernoulli dan digunakan untuk aliran tetap pada fluida yang tidak dapat
dimampatkan pada medan gravitasi. Tekanan p, menggambarkan kerja per satuan volume
fluida. 1
2 v 2 menggambarkan energi kinetic per satuan volume fluida, dan ρgz adalah energi

potensial per satuan volume fluida.

Maka sesuai teori mekanika untuk massa fluida ( dG ) berlaku :

Interpretasi.

a) hydraulic gradient ( piezometric line ) : garis yang menghubungkan p / g ; merupakan


tempat kedudukan permukaan fluida didalam semua piezometer sepanjang STREAM TUBE.

46
b) Dari rumus bernoulli dan kontinuitas maka :

Aplikasi Rumus Bernoulli

Contoh : Rumus ini adalah pernyataan dari pada hukum-dasar dari STEADY FLOW.

1). VENTURI METER.

Digunakan untuk mengukur debit dalam pipa. Terdiri dari saluran dengan :

– Lubang masuk konis.


– Tekak ( NOZZLE ).
– Saluran memanc ar ( DIFFUSER ).

47
Apabila harga C telah diketahui, dengan mengamati pembacaan piezometer kita
dapat menghitung debit Q sesaat. Konstante C dapat dihitung secara teoritis; akan lebih teliti
lagi bila dihitung secara experimen sekaligus membuat kalibrasi pada meter alat ukur.
Terlihat hubungan antara ΔH dan Q adalah parabolik. Apabila harga -harga ( Q2 ) kita pasang
pada sumbu absis maka grafik dari pada (ΔH) akan berbentuk garis lurus. Sebagai pengganti
tabung–piezometer kita sering pula menggunakan DIFFERENTIAL MERCURY GAUGE seperti
Gb.32. Apabila fluida diatas air-raksa dalam gelas -ukur pada kedua kaki sama jenisnya dan
mempunyai berat jenis = g maka beda tinggi air-raksa dicari dengan persamaan :

48
Viskositas dan Aliran Viskositas

Dalam pembahasan sebelumnya, kita anggap bahwa fluida tidak kental; oleh
karena itu tidak terjadi gesekan diantara lapisan-lapisan fluida ketika bergerak. Dalam
kenyataannya, ketika salah satu lapisan dari dua lapisan berdekatan mengalami
gerakan, gaya geser yang timbul cenderung mengurangi gerak relative terhadap
lapisan di dekatnya. Keberadaan gaya gesek dapat digambarkansebagai berikut.

Anggap bahwa kecepatan fluida adalah dalam arah Y. Fluida bergerak dalam
lapisan yang searah dengan bidang XY, sepertiyang ditunjukkan dalam gambar.
Kecepatan vy hanyalah fungsi z saja, yang berarti bahwa vy = f(z). Misalkan lapisan A
bersentuhan dengan lapisan paling atas dalam fluida yang bergerak dengan
kecepatan v dalam arah Y. Diperlukan gaya konstan F untuk menjaga agar kecepatan
konstan, yang menunjukkan adanya kehadiran gaya gesek dengan fluida. Lapisan yang
bersentuhan dengan lapisan yang bergerak juga bergerak dengan kecepatan yang
sama dengan kecepatan lapisan sehingga tidak ada kecepatan relative diantara
keduanya. Lapisan fluida berikutnya yakni lapisan stasioner akan diam. Hal ini berarti
bahwa kecepatan relative antara permukaan padat-fluida yang berarti tidak ada
geseran sama dengan nol pada permukaan tersebut.

Gambar 4.7

Distribusi kecepatan pada kasus aliran fluida kental

49
Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.7, gradien kecepatan vx / z

nilainya positif jika arahnya condong ke kanan. Gesekan akibat kekentalan


menghasilkan tekanan geser positif Fyz bekerja dari kiri ke kanan menembus luasan A
dan sejajar dengan bidang XY sedemikian sehingga arahnya normal pada bidang
tersebut dan sejajar dengan sumbu Z. Koefisien kekentalan η didefenisikan sebagai
perbandingan antara tekanan geser dengan gradien kecepatan yakni :

Fyz / A

v y / z

Ternyata kehadiran gradien kecepatan menimbulkan gaya geser yang bekerja pada
lapisan yang berbeda dalam fluida. Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk
sederhana

F/A

v/a

Defenisi ini memberi implikasi terhadap satu jenis distribusi dimana tegangan geser
sebanding dengan gradient kecepatan. Ini yang dinamakan dengan aliran Newton.
Dalam kebanyakan situasi, aliran fluida merupakan aliran non-Newtonian dan
viskositasnya merupakan fungsi yang tidak sederhana, yakni menghasilkan tegangan
geser yang lebih kompleks. Kita akan membatasi pembicaraan pada aliran Newtonian
dan menerapkan hal yang baru saja kita defenisikan pada aliran laminar (fluida yang
bergerak dalam bentuk lapisan-lapisan) dalam pipa bulat.

Pandanglah suatu fluida dengan aliran tunak dalam sebuah pipa dengan penampang
yang luasnya sama dengan A = r02 , dimana r0 adalah jari-jari pipa. Seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 4.8, sumbu pipa diambil sepanjang sumbu Y; yang berarti
bahwa vy hanya fungsi jarak r dari sumbu pipa, yang berarti bahwa gradient
kecepatannya adalah v y / r . Pandanglah sebuah silinder fluida dengan jari-jari r

dan panjang L, maka A  2  r  L . Kemudian dengan menggunakan gaya pada


silinder dari sisi luar fluida :

50
d vy P 2
F   2  r L  vo  ro
dr 4 L

Substitusi nilai ini ke persamaan I, didapat :

P
vy   ro 2  r 2 
4L

Karena A = π r2 dan dA = 2 π r dr, total arus fluida I atau aliran massa pada pipa :

ro
I    v y dA  2    v y r dr
0
A

Substitusi persamaan ini ke persamaan vy dan integralkan, diperoleh :

I  ro4
 P
 8 L

Pernyataan ini disebut dengan Hukum Poiseuille. Persamaan ini berisi banyaknya
ukuran; karena itu η dapat dicari. Kecepatan rata-rata v fluida dapat ditentukan
dengan definisi aliran massa.

 v A    v y dA  aliran massa

Substitusi nilai vy, dA = 2 π r dr, dan integralkan dari r = 0 sampai r = ro, diperoleh ;

P ro2
0  ro  r 2  r dr 
ro
v P
2

2L ro2 8 L

Diperoleh hubungan antara penurunan tekanan dan kecepatan rata-rata.


Sekarang perhatikan gerak sebuah benda di dalam fluida dan hubungannya
dengan gaya gesek. Andai kata bola dengan jari-jari r berpindah dengan kecepatan
kecil dan konstan v pada cairan viskositas η. Dianggap bahwa kecepatan kecil cukup
untuk mendapatkan gerak streamline. Saat bola bergerak dengan kecepatan yang
seragam, penggunaan gaya harus sama dengan gaya gesek F. Nilai F dapat diperoleh
dengan analisis dimensi. Dianggap bahwa gaya gesek F adalah fungsi dari r, v dan η.
Dapat dituliskan :

F  K r a vb  c

51
Dimana K adalah dimensi tetap yang tidak dapat diperoleh dari analisis dimensi.
Substitusi dimensi ini pada berbagai jumlah, diperoleh :

M L T   L L T  M L
2 a 1 b 1
T 1  c

Dan a=b=c=1

Karena itu : F  K r v

Nilai K dapat di determinankan. Ini dilakukan dengan mengukur gaya yang


dibutuhkan untuk menarik bola dengan jari-jari yang diketahui pada kecepatan aliran.
K diubah menjadi 6π. Jadi :

F  6  r v

Ini dikenal sebagai Hukum stokes.

Sekarang perhatikan gerak dari sebuah bola kecil yang dijatuhkan ke dalam
cairan viskositas dengan kecepatan konstan. Berdasarkan prinsip Archimedes, berat
bola adalah :

4 3
Fnet  r  s   l g
3

Dimana ρs dan ρl berturut-turut adalah berat jenis bahan bola dan cairan. Gaya ini
harus sama dengan gaya gesekan yang diberikan. Bahwa :

4 3
6  r v  r  s   l g
3

Jadi, v 
2g
 s   l r 2
9

Dengan mengukur nilai v, nilai besaran-besaran yang lain dapat diketahui, juga untuk
menghitung η. Sangat penting untuk mengingat persamaan-persamaan yang lalu yang
digunakan apabila geraknya laminar atau streamline. Contohnya : sebuah batu yang
dijatuhkan kedalam gliserin, mungkin akan mengalami gerak streamline, tetapi tidak
jika didalam air.

52
Sir Osborne Reynolds menemukan bahwa kecepatan benda meningkat
didalam cairan . Ini adalah kecepatan kritis ketika tiba-tiba terjadi perubahan gerak
dari laminar ke turbulen. Kecepatan kritis ini bergantung pada berat jenis ρ fluida,
viskositas η dan diameter d pipa silinder saat cairan mengalir. Kemudian, dengan
menggunakan analisis dimensi dapat ditulis :

v c  Re  a  b d c

Dimana Re adalah Reynolds number. Substitusi dimensi ini untuk jumlah yang
berbeda, diperoleh :

L T  M L  M L
1 3 a 1
T 1  L
b c

Dan a = -1, b = 1, dan c = -1 Kemudian,

  d vc
v c  Re Re 
d 

Dengan menggunakan pipa silinder yang diketahui nilai d, ρ, dan η, nilai vc dan
Re bisa dihitung. Kecepatan cairan pada pipa berubah dari maksimum pada sumbu
menjadi nol pada tepi. Harus digunakan kecepatan rata-rata untuk menghitung
kecepatan kritis. Dari hasil percobaan dengan menggunakan aliran fluida pada pipa
kaca, Reynolds menyimpulkan bahwa aliran laminar cairan jika Re < 2000, dan aliran
turbulen cairan jika Re > 4000. Untuk cairan yang mengutamakan gaya viskositas yang
berfluktuasi, bilangan Reynold mempunyai nilia yang rendah. Pada keadaan yang
sebaliknya, apabila gaya viskositas adalah penting, bilangan Reynolds akan besar,
ditandai dengan adanya aliran turbulen.

Ketika benda bergerak dengan kecepatan kritis vc, geraknya laminar dan gaya
gesek diakibatkan oleh viskositas. Setelah kecepatan lebih besar dari kecepatan kritis,
geraknya turbulen; pusaran arus diatur di depan gerakan benda. Sekarang gaya gesek
bergantung pada perbedaan tekanan diantara bagian depan dan belakang benda dan
viskositas yang sangat rendah. Perbedaan tekanan bergantung pada daerah … benda.
Dapat dituliskan besarnya gaya gesek :

F  K v a  b Ac

53
Dengan menggunakan analisis dimensi :

F  K  A v2

Dimana K bergantung pada bentuk dan bermacam-macam nilai dari 0.9 sampai 0.01.

Contoh soal :

1. Perhatikan gambar dibawah ini. Pipa mendatar Ab dialiri air dengan arah aliran ke kanan
dan kecepatan masukan 2 ms-1. Masa jenis air = 1000 kg m-3.Diameter pipa di A = 8 cm dan
di B = 2 cm. Jika percepatan gratvitasi bumi =10 ms-2,

a) Berapa ms-1kecepatan keluaran air di B?

b) Berapa m3s-1debit aliran di B?

2. Pintu air seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini lebarnya 5 ft terpasang pada
titik B, dan ujungnya menahan dinding pada titik A. Hitung gaya yang bekerja pada pintu yang
dilakukan oleh air laut.
Permukaan air laut

Air laut = 64 lb/ft3 dinding

15 ft
B
Jawab :

6 ft 54
A
θ

8 ft
Dengan menggunakan distribuís tekanan :

lb
P1  h1  62,4  9  561,6
ft 3

lb
P2  h2  62,4  15  936
ft 3

9 ft

15 ft F

θ
6 ft

8 ft
Perhatikan secara detail componen gaya yang bekerja pada pintu air AB.

P1
F F1
F2
= +
P2 L

F1  12 ( P2  P1 )  L  w  12  374  10  5  9360 lb

F2  P1  L  w  561,6 10  5  28080 lb

F  F1  F2  37440 lb

2.5 Head Losses

55
2.5.1 Head losses mayor

Untuk menghitung kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida tanpa
adanya perubahan luas penampang di dalam pipa dapat dipakai rumus Darcy yang secara
matematis ditulis sebagai berikut:

dengan :

hf = head loss mayor (m)

f = koefisien gesekan

L = panjang pipa (m)

D = diameter dalam pipa (m)

v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda. Sebagai patokan apakah
suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds:

dengan:

Re = bilangan Reynolds

v = kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)

D = diameter dalam pipa (m)

ʋ = viskositas kinematik cairan (m2/s)

untuk Re < 2300, aliran bersifat laminar

56
untuk 2300 < Re < 4000, aliran bersifat transisi

untuk Re > 4000, aliran bersifat turbulen

a. Aliran laminer.

b. Aliran turbulen

Untuk menghitung koefisien gesek f dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Darcy. Untuk mengetahui nilai f harus diketahui kekasaran pipa (ε) dan diameter pipa (d).
Haaland memberikan suatu formula yang menyempurnakan persamaan yang ditemukan oleh
Colebrook untuk menentukan nilai f :

Persamaan di atas oleh Moody pada tahun 1944


digrafikkan yang terkenal dengan nama Diagram Moody untuk gesekan pipa. Dengan diagram
inilah dapat diketahui nilai koefisien gesekan pipa (Incropera dan Witt, 1985).

Gambar 1. Diagram Moody

2.5.2 Head losses minor

57
Secara umum head losses minor dinyatakan secara umum dengan rumus:

dengan:

h = head loss minor

K = koefisien resistansi valve atau fitting berdasarkan bentuk dan ukuran

v = kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Contoh soal :

1. Dua buah reservoir dengan beda elevasi muka air 10 m dihubungkan menggunakan dua
buah pipa seri. Pipa pertama panjang 10 m, diameter 15 cm, pipa kedua panjang 20 m,
diameter 20 cm. Koefisien kekasaran kedua pipa sama, f = 0,04. Koefisien kehilangan tenaga
sekunder di C, D, dan E adalah 0,5; 0,78; dan 1. Hitung debit aliran dalam pipa

Penyelesaian :

Dari persamaan kontinuitas, Q = Q1 = Q2

 
152  v1   20 2  v2
4 4 v1  1,78v2

(1,78v2 ) 2 10  (1,78v2 ) 2 20  v22 0,78v22 v22


H  0,5  0,04  0,04  
2 g 0,15  2  g 0,20  2  g 2  g 2  g 58
v22
10  15,642  0,798v22
2 g

v2  3,54 Q  0,20 2  3,54  0,111
4

BAB III

59
SALURAN TERBUKA

3.1 Pendahuluan
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah
ataupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup bagian
atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed conduits),
sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran terbuka (open channels). Sungai,
saluran irigasi, selokan, estuari merupakan saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa,
aquaduct, gorong-gorong, dan siphon merupakan saluran tertutup.

3.2 Definisi
Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai permukaan bebas
disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel
flow). Dalam buku ini keduanya mempunyai arti yang sama atau sinonim. Permukaan bebas
mempunyai tekanan sama dengan tekanan atmosfir.

Dalam saluran tertutup kemungkinan dapat terjadi aliran bebas maupun aliran tertekan pada
saat yang berbeda, misalnya gorong-gorong untuk drainase, pada saat normal alirannya
bebas, sedang pada saat banjir karena hujan tiba-tiba air akan memenuhi gorong-gorong
sehingga alirannya tertekan. Dapat juga terjadi pada ujung saluran tertutup yang satu terjadi
aliran bebas, sementara ujung yang lain alirannya tertekan. Kondisi ini dapat terjadi jika ujung
hilir saluran terendam (sumerged).

1 2 1 2
hf hf
Garis energi Garis energi

Permukaan air bebas h1 Garis derajad hidrolis


h1
h2 Garis tengah pipa h
Dasar saluran

z1 z1
z2 z2
Garis referensi Garis referensi

Gambar.1.Aliran permukaan bebas pada saluran terbuka (a), aliran permukaan bebas pada
saluran
(a)
tertutup (b), dan
(b)
aliran tertekan atau dalam
(c)
pipa (c).

60
Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada dinding
dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa:
 Saluran alamiah atau buatan,
 Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan,
 Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain,
 Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak
beraturan.

Gambar -2.
Bentuk-bentuk potongan melintang saluran terbuka

3.3 Klasifikasi Aliran


Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung kriteria yang
digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan mengikuti fungsi waktu,
aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady),
sedangkan berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan
tidak seragam (non-uniform).

3.3.1 Aliran Permanen dan Tidak-permanen


Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut
aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada suatu lokasi tertentu berubah
terhadap waktu maka alirannya disebut aliran tidak permanen atau tidak tunak (unsteady
flow).

Aliran

(flow)

Aliran Permanen Aliran tak Fungsi waktu


Permanen
(Steady)

Seragam Berubah Seragam Berubah


Fungsi ruang
(Uniform) (Varied) (Uniform) (Varied)
Gambar 3.3
Berubah lambat Berubah tiba- aliran
Klasifikasi Berubah
pada lambat Berubah tiba-
saluran terbuka
laun tiba laun tiba

61
Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan mentransformasikan aliran tidak permanen menjadi
aliran permanen dengan mengacu pada koordinat referensi yang bergerak. Penyederhanaan
ini menawarkan beberapa keuntungan, seperti kemudahan visualisasi, kemudahan penulisan
persamaan yang terkait, dan sebagainya. Penyederhanaan ini hanya mungkin jika bentuk
gelombang tidak berubah dalam perambatannya. Misalnya, bentuk gelombang kejut (surge)
tidak berubah ketika merambat pada saluran halus, dan konsekuensinya perambatan
gelombang kejut yang tidak permanen dapat dikonversi menjadi aliran permanen dengan
koordinat referensi yang bergerak dengan kecepatan absolut gelombang kejut. Hal ini
ekivalen dengan pengamat yang bergerak disamping gelombang kejut sehingga gelombang
kejut terlihat stasioner atau tetap oleh pengamat; jadi aliran dapat dianggap sebagai aliran
permanen. Jika bentuk gelombang berubah selama perambatannya, maka tidak mungkin
mentransformasikan gerakan gelombang tersebut menjadi aliran permanen. Misalnya
gelombang banjir yang merambat pada sungai alamiah tidak dapat ditransformasikan
menjadi aliran permanen, karena bentuk gelombang termodifikasi dalam perjalanannya
sepanjang sungai.

3.3.2 Aliran Seragam dan Berubah


Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tertentu tidak berubah sepanjang saluran yang
ditinjau, maka alirannya disebut aliran seragam (uniform flow). Namun, jika kecepatan aliran
pada saat tertentu berubah terhadap jarak, alirannya disebut aliran tidak seragam atau aliran
berubah (nonuniform flow or varied flow).
Bergantung pada laju perubahan kecepatan terhadap jarak, aliran dapat diklasifikasikan
menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) atau aliran berubah tiba-tiba
(rapidly varied flow).
 Rumus Chezy
Bila air mengalir dalam suatu saluran terbuka, air tersebut akan mengalami tahanan
saat mengalir ke hilir. Tahanan mengadakan perlawanan terhadap komponen gaya berat
yang menyebabkan air tersebut mengalir. Aliran seragam terjadi bila kedua komponen ini
seimbang.
Untuk Airan Mantap (tidak ada percepatan) diperoleh persamaan :
ρ g . A . L Sin θ = τo . P . L ………….…… (1)

Karena θ kecil, maka : Sin θ = τg θ = S S adalah kemiringan dasar saluran

ρ g . A . L . S = τo . P . L ……………………………… (2)
Secara Empiris diketahui bahwa tegangan geser sebanding dengan kwadrat
kecepatan :

τo sebanding dengan V2 τo = k . V2 ….…..…… (3)

Dari (2) & (3)

62
ρg.A.L.S = k . V2 . P . L

V2 = ρ g . A . S

k.P

Chezy menemukan :

ρg A ρg

V =√ . . S = √ . √R.S

k P k

ρg

dengan merubah : √ = C

maka diperoleh :

V= C √ R . S ….…… Inilah yang dikenal sebagai Rumus Chezy


yang merupakan rumus dasar
untuk menentukan kecepatan
aliran seragam
Ada beberapa rumus untuk menentukan besaran C yang diberi nama menurut
penemunya yakni :

a. Gauguilet Kutter

b. Basin

c. Powell

Note : Bandingkan dengan Ven Te Chow

 Rumus Manning
Manning mengungkapkan bahwa nilai C masih dipengaruhi oleh jari-jari hidrolis R.

C = R1/6
n

n = Kekasaran saluran menurut Manning

63
Sehingga Rumus Chezy diperbaharui menjadi :

V = . R2/3 . S1/2

Atau :

A
Q =A.V = . R2/3 . S1/2

 Rumus Strickler

Strickler menyarankan lagi dengan memberi


konstanta:

K =

Sehingga V = K . R2/3S1/2

3.3.3 Aliran Laminer dan Turbulen


Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak seperti gerakan
serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka alirannya disebut aliran laminer.
Sebaliknya jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur yang tidak beraturan, baik ditinjau
terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya disebut aliran turbulen.
Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relatif antara gaya kekentalan
(viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya viskositas dominan, alirannya laminer, jika gaya inersia
yang dominan, alirannya turbulen.
Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan dalam bilangan Reynold (Re), yang
didefinisikan sebagai :

64
V.L
Re 

dengan

V = kecepatan aliran (m/det),

L = panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L = R,

R = Jari-jari hidraulik saluran,

 = kekentalan kinematik (m2/det).

Tidak seperti aliran dalam pipa, dimana diameter pipa biasanya dipakai sebagai panjang
karakteristik, pada aliran bebas dipakai kedalaman hidraulik atau jari-jari hidraulik sebagai
panjang karakteristik. Kedalaman hidraulik didefinisikan sebagai luas penampang basah
dibagi lebar permukaan air, sedangkan jari-jari hidraulik didefinisikan sebagai luas
penampang basah dibagi keliling basah. Batas peralihan antara aliran laminer dan turbulen
pada aliran bebas terjadi pada bilangan Reynold, Re + 600, yang dihitung berdasarkan jari-jari
hidraulik sebagai panjang karakteristik.

3.4 Aliran Subkritis, Kritis, dan Superkritis


Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan gelombang gravitasi
dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah
kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut
subkritis, dan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, alirannya
disebut superkritis.
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah nisbah antara gaya gravitasi
dan gaya inertia, yang dinyatakan dengan bilangan Froude (Fr). Untuk saluran berbentuk
persegi, bilangan Froude didefinisikan sebagai :
V
Fr 
g.h
dengan V = kecepatan aliran (m/det),

h = kedalaman aliran (m),

g = percepatan gravitasi (m/det2)

g.h .= kecepatan gelombang dangkal

3.5 Definisi dan Terminologi


Saluran dapat alamiah atau buatan. Ada beberapa macam sebutan untuk saluran alamiah;
saluran panjang dengan kemiringan sedang yang dibuat dengan menggali tanah disebut kanal

65
(canal). Saluran yang disangga di atas permukaan tanah dan terbuat dari kayu, beton, atau
logam disebut flum (flume). Saluran yang sangat curam dengan dinding hampir vertikal
disebut chute. Terowongan (tunnel) adalah saluran yang digali melalui bukit atau gunung.
Saluran tertutup pendek yang mengalir tidak penuh disebut culvert. Potongan yang diambil
tegak lurus arah aliran disebut potongan melintang (cross section), sedangkan potongan yang
diambil searah aliran disebut potongan memanjang (Gambar 9-4).

T B

h
A d
z
B
P
Garis
Potongan B

Gambar -3.
Definisi potongan melintang dan memanjang saluran.

Keterangan Gambar 9-4.


h = kedalaman aliran vertikal, adalah jarak vertikal antara titik terendah pada dasar
saluran dan permukaan air (m),
d = kedalaman air normal, adalah kedalaman yang diukur tegak lurus terhadap garis
aliran (m),
Z = adalah elevasi atau jarak vertikal antara permukaan air dan garis referensi tertentu
(m),
T = lebar potongan melintang pada permukaan air (m),
A = luas penampang basah yang diukur tegak lurus arah aliran (m2),
P = keliling basah, yaitu panjang garis persinggungan antara air dan dinding dan atau
dasar saluran yang diukur tegak lurus arah aliran,
R = jari-jari hidraulik, R = A/P (m), dan
D = kedalaman hidraulik, D = A/T (m).

Contoh Soal:

1.

66
Hitunglah debit saluran tersebut ?

Penyelesaian :

- Hitung kemiringan dasar saluran (S) :

S = t1 – t2

= 10 - 9 x 100% = 0,64 %

154

- Hitung luas penampang basah (A) :

A=BxH

= 0,9x 0,85

= 0,765 m2

-Hitung keliling basah (P) :

P = B + 2H

= 0,9 + (2 x 0,85)

= 2,6 m

-Hitung jari-jari hidrolis (R) :

R = A/P

= 0,765/2,6

= 0,29 m

67
-Hitung kecepatan aliran (V) :

V = 1/n. R2/3 . S1/2

= 1/0,012 x 0,76522/3 x 0,641/2 = 5,51 m3/dtk

-Hitung debit saluran (Qs)

QS = A x V

= 0,765 m2 x 5,51 m/dtk

= 4,21 m3/dtk.

Hasil pengukuran debit saluran (QS) nantinya akan dibandingkan dengan nilai debit
rencana (QT). Untuk saluran drainase perkotaan biasanya digunakan debit rencana dengan
periode ulang 5 tahun sebagai acuan dalam perencanaan maupun dalam melakukan evaluasi.

2. Saluran segiempat dengan lebar 5,0 m dan kedalaman aliran 1,5 m mempunyai
kemiringan dasar 0,0005. Hitung debit aliran apabila koefisien Chezy adalah 40.

Penyelesaian :

Lebar dasar saluran : B = 5,0 m

Kedalaman aliran : h = 1,5 m

Kemiringan dasar saluran : I = 0,0005

Koefisien Chezy : C = 40

Luas tampang aliran : A = Bh

= 5,0 x 1,5

= 7,5 m2

Keliling basah : P = B + 2h

= 5,0 + 2x1,5

= 8,0 m

Jari-jari hidraulis : R = A/P

= 7,5/8

= 0,9375 m

Kecepatan aliran : V = C RI

68
= 40 √0,9375 x 0,0005

= 0,866 m/dt

Debit aliran : Q = A . V

= 7,5 x 0,866

= 6,495 m3/d

BAB IV

69
DESAIN SALURAN

4.1. Bentuk-Bentuk Penampang Saluran

Bentuk penampang saluran pada muka tanah umumnya ada beberapa macam antara
lain; bentuk trapesium, empat persegi panjang, segitiga, setengah lingkaran. Beberapa
bentuk saluran dan fungsinya dijelaskan pada tabel berikut ini:\

Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel, masih ada bentuk-bentuk


penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut, misalnya
kombinasi antara empat persegi panjang dan setengah lingkaran, yang mana empat persegi
panjang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan debit maksimum dan setengah
lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk mengalirkan debit

4.2 Persamaan yang Digunakan untuk Menghitung Dimensi Saluran

Persamaan / rumus unsur-unsur geometri dari berbagai bentuk penampang


aliran dapat dilihat pada tabel 4.2.

70
Tabel 4.1. Unsur-unsur geometris penampang saluran

4.2.1. Kedalaman Aliran (hydraulic depth)

dengan notasi d adalah kedalaman dari penampang aliran, sedang kedalaman y adalah
kedalaman vertikal (lihat Gb.1.4), dalam hal sudut kemiringan dasar saluran sama dengan θ

maka :

d = y cos θ

atau
𝑑
y=d
𝑐𝑜𝑠𝜃

1.2.1 Duga (Stage)


Duga adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan air di atas suatu datum
(bidang persamaan).

4.2.2 Lebar Permukaan (Top Width)

71
Lebar Permukaan adalah lebar penampang saluran pada permukaan bebas (lihat
Gb.1.5). Notasi atau simbol yang digunakan untuk lebar permukaan adalah T, dan satuannya
adalah satuan panjang.

4.2.3 Luas Penampang (Area)

Luas Penampang mengacu pada luas penampang melintang dari aliran di dalam
saluran. Notasi atau symbol yang digunakan untuk luas penampang ini adalah A, dan
satuannya adalah satuan luas.

4.2.4 Keliling Basah (Wetter Parimeter)

Suatu penampang aliran didefinisikan sebagai bagian/porsi dari parameter


penampang aliran yang bersentuhan (kontak) dengan batas benda padat yaitu dasar
dan/atau dinding saluran.

Dalam hal aliran di dalam saluran terbuka batas tersebut adalah dasar dan
dinding/tebing saluran. Notasi atau simbol yang digunakan untuk keliling basah ini adalah P,
dan satuannya adalah satuan panjang.

4.2.5 Jari-Jari Hidraulik (Hydraulic Radius)

Dari suatu penampang aliran bukan merupakan karakteristik yang dapat diukur
langsung, tetapi sering sekali digunakan didalam perhitungan. Definisi dari jari-jari hydraulik
adalah luas penampang dibagi keliling basah, dan oleh karena itu mempunyai satuan panjang
notasi atau simbul yang digunakan adalah R, dan satuannya adalah satuan panjang.

Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari‐jari hydraulik sering kali dapat dihubungkan
langsung dengan parameter geometrik dari saluran. Misalnya, jari‐jari hydraulik dari suatu
aliran penuh di dalam pipa (penampang lingkaran dengan diameter D) dapat dihitung
besarnya jari‐jari hydraulik sebagai berikut:

𝐴
R=
𝑃𝑤

72
𝜋.𝐷2 /4 𝐷
Rlingkaran = =
𝜋.𝐷 4

Dimana:

π .R = Jari-jari hydraulik (ft/m)

A = Luas penampang (ft2 atau m2)

Pw = Keliling basah (ft atau m)

D = Diameter pipa (ft atau m)

4.2.6 Kedalaman Hidraulik (Hydraulic Depth)

Dari suatu penampang aliran adalah luas penampang dibagi lebar permukaan, dan
oleh karena itu mempunyai satuan panjang. Simbul atau notasi yang digunakan adalah D.

𝐴
𝐷=
𝑇

4.2.7 Penampang Saluran lebar Sekali (Wide Open Channel)

Penampang saluran lebar sekali adalah suatu penampang saluran terbuka yang lebar

sekali dimana berlaku pendekatan sebagai saluran terbuka berpenampang persegi empat
dengan lebar yang jauh lebih besar daripada kedalaman aliran B >> y, dan keliling basah P
disamakan dengan lebar saluran B. Dengan demikian maka luas penampang A = B . y; P = B
sehingga :

𝐴 𝐵𝑦
R= = =𝑦
𝑃 𝐵

Contoh Soal:

73
1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran
0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien
kekasaran Manning n= 0,010. Hitung kecepatan aliran dalam saluran, jika debit rencana
sebesar 1,25 m3/det?

Diketahui :

n = 0,010

S = 0,015

Q = 1,25 m3/det

h = 0,45 m

B = 0,50 m

Ditanyakan : V…?

Penyelesaian :

74
2. Saluran drainase berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding saluran m= 1,
mempunyai kedalaman air 0,65 meter, lebar dasar 1,25 meter, koefisien kekasaran Manning
n = 0,010. Hitung kemiringan dasar saluran jika debit yang mengalir sebesar 3,10 m3/det ?

Diketahui : m=1

h = 0,65 m

B = 1,25 m

n= 0,010

Q = 3,10 m3

Ditanya : S= ..........?

Penyelesaian :

75
3. Saluran drainase sekunder berbentuk trapesium mengalirkan debit sebesar 2,3 m3/det.
Kemiringan dasar saluran 1 : 5000. Dasar saluran mempunyai koefisien kekasaran n = 0,012.
Tentukan dimensi tampang saluran yang paling ekonomis ?

Diketahui :

Q = 2,3 m3/det

S = 1 : 5000

n = 0,012

Ditanyakan : dimensi penampang yang ekonomis ?

Penyelesaian :

Bentuk trapesium yang paling ekonomis adalah setengah heksagonal, dengan jari-jari
hidraulik setengah dari kedalaman air.

4.3. Debit Aliran (Discharge)

Debit aliran adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang tiap
satuan waktu, simbol/notasi yang digunakan adalah Q. Maka didapat persamaan
sebagai berikut:

m1 = ρ1 A1V1 = m2 = ρ2 A2V2

76
untuk kerapatan tetap ρ1 = ρ2, sehingga persamaan tersebut menjadi :

A1V1 = A2V2 = Q

Persamaan tersebut di atas disebut persamaan kontinuitas.

4.4 Kriteria Aliran

Aliran tetap (steady flow) merupakan salah satu jenis aliran; kata “tetap”
menunjukkan bahwa di seluruh analisis aliran diambil asumsi bahwa debit alirannya
tetap. Apabila aliran melalui saluran prismatis maka kecepatan aliran V juga tetap, atau
kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu.

𝝏𝑽
=𝟎
𝝏𝒕

Sebaliknya apabila kecepatan aliran berubah menurut waktu, aliran disebut aliran
tidak tetap (unsteady flow).

𝝏𝑽
≠𝟎
𝝏𝒔

Aliran seragan dan tetap disebut aliran beraturan

𝝏𝑽 𝝏𝑽
= 𝟎 𝐝𝐚𝐧 =𝟎
𝝏𝒕 𝝏𝒔

Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi :

o aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)

o aliran berubah dengan cepat (rapidly varied flow)

Aliran disebut berubah lambat laun apabila perubahan kecepatan terjadi secara
lambat laun dalam jarak yang panjang, sedangkan aliran disebut berubah dengan apabila
perubahan terjadi pada jarak yang pendek.

Untuk saluran prismatis jenis aliran tersebut diatas juga dapat dinyatakan dalan
perubahan kedalaman aliran seperti ditunjukkan dalam persamaan‐persamaan sebagai
berikut :

77
𝝏𝒉 𝝏𝒉
Aliran Tetap : = 𝟎, Aliran Tidak Tetap : ≠𝟎
𝝏𝒔 𝝏𝒔

𝝏𝒉 𝝏𝒉
Aliran Seragam : = 0, Aliran Tidak Seragam : ≠𝟎
𝝏𝒕 𝝏𝒕

4.5 Sifat Aliran (Aliran Laminer, Aliran Turbulen, dan Angka Reynold)

Alira Laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak partikel-
partikel cairan menurut garis-garis arusnya yang halus dan sejajar. Sebaliknya, Aliran
Turbulen tidak mempunyai garis-garis arus yang halus dan sejajar sama sekali.

Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran‐pusaran


dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel
cairan di seluruh penampang aliran.

Perhatikan bahwa pusaran‐pusaran menghasilkan variasi arah maupun besarnya


kecepatan. Perhatikan juga bahwa pusaranpusaran pada suatu waktu memberi kontribusi
pada kecepatan dari partikel yang diketahui dalam arah aliran , dan pada waktu yang lain
mengurangi darinya.

Hasilnya adalah bahwa pembagian kecepatan yang diambil pada waktu yang
berbeda‐beda tampak berbeda satu sama lain, dan pembagian kecepatan tersebut akan
tampak lebih kasar daripada pembagian kecepatan dari suatu aliran laminer

Hal ini dapat diinterpertasikan bahwa perubahan kecepatan dalam aliran turbulen
akan dipertimbangkan sebagai aliran tidak tetap (unstedy). Namun demikian, apabila
kecepatan rata-rata pada sembarang titik yang diketahui di dalam aliran adalah tetap
(constant), maka aliran diasumsikan sebagai aliran tetap.

Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka
tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

4𝑉𝑅
Re =
𝜗

Dimana :

78
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)

V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)

R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)

ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)

Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang


daripada 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih
besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000
aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada factor-faktor lain yang
mempengaruhi.

4.6 Tipe Aliran (Aliran Kritis, Sub-kritis dan Super-kritis, Angka Froude)

Efek dari gaya gravitasi pada suatu aliran ditunjukkan dalam perbandingan atau
rasio antara gaya inersia dan gaya gravitasi. Rasio antara gaya‐gaya tersebut dinyatakan
dalam angka Froude, yaitu :

𝑽
FR =
√𝒈 . 𝑳

Dimana:

FR = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak mempunyai satuan)

V = kecepatan rata‐rata aliran ( ft/s atau m/s )

L = panjang karakteristik (dalam ft atau m)

Dalam aliran saluran terbuka panjang karakteristik disamakan dengan kedalaman


hydraulik D. Dengan demikian untuk aliran saluran terbuka angka Froude adalah:

𝑽
FR =
√𝒈 . 𝑫

Apabila angka F sama dengan satu maka Persamaan menjadi:

V = √𝒈 . 𝑫

79
Dimana √𝑔 . 𝐷 adalah kecepatan rambat gelombang (celerity), dari gelombang
gravitasi yang terjadi dalam aliran dangkal.

Dalam hal ini aliran disebut dalam kondisi kritis, and aliran disebut aliran kritis
(critical flow). Apabila harga angka FR lebih kecil daripada satu atau V 〈 g . D aliran
disebut aliran sub‐kritis (subcritical flow ). Dalam kondisi ini gaya gravitasi memegang
peran lebih besar; dalam hal ini kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan rambat
gelombang dan hal ini ditunjukkan dengan lairannya yang tenang.

Sebaliknya apabila harga FR lebih besardaripada satu atau V 〉 g . D aliran disebut


Aliran super‐kritis (supercritical flow). Dalam hal ini gaya‐gaya inersia menjadi dominan,
jadi aliran mempunyai kecepatan besar; kecepatan aliran lebih besar daripada kecepatan
rambat gelombang yang ditandai dengan alirannya yang deras.

80
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Fluida adalah zat yang bisa mengalir,yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida terhadap
perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk
ruangan atau tempat yang membatasinya. Fluida dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu zat cair dan gas.

Zat cair mempunyai sifat-sifat seperti, Rapat massa , berat jenis dan rapat relatif,
kekentalan zat cair, dan tekanan permukaan. Selain itu, ada juga kapilaritas yang
memiliki manfaat seperti pada penerapan naiknya minyak tanah pada sumbu kompor
sehingga kompor dapat menyala. Sedangkan peristiwa naiknya air pada musim hujan
sehingga dinding rumah basah adalah salah satu peristiwa yang merugikan dari efek
kapilaritas.

81
DAFTAR PUSTAKA

 Triadmodjo,Bambang. . 1993.”Hidraulika 1”. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada

 Chow Ven Te, Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga

 Suroso. 2008. “Buku ajar Hidrolika Dasar”. Malang : Universitas Brawijaya

 Rangga, Raju. K.G, Aliran Melalui Saluran Terbuka, Erlangga

 http://www.ilmusipil.com/pengertian-hidrolika

 http://www.ilmusipil.com/rumus-hidrolika

 https://physicsranggaagung.wordpress.com/2017/06/26/mekanika-fluida/

 https://www.academia.edu/8747750/Sifat-Sifat_Fluida

 https://www.academia.edu/6347762/MEKANIKA_FLUIDA

 https://www.academia.edu/7129396/Modul_aliran_seragam

82

Anda mungkin juga menyukai