Anda di halaman 1dari 42

DRAINASE PERKOTAAN

Perencanaan Drainase Perkotaan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Kurikulum


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

Dikerjakan Oleh :

KELOMPOK II
ARIS MARISA :1805903020091
DESRA RIZANA :1805903020022
FAZLA WIRDA :1805903020030
M. IBNU HAQI :1805903020095
YUDI PERMADANI :1805903020045

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ALUE PEUNYARENG-MEULABOH
2021
KEMENTENRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS TEKNIK FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Meulaboh , Aceh Barat
Laman : www.utu.ac.id, Emsil : teknikl@utu.ac.id Kode Pos 23615

LEMBAR PENILAIAN
PERENCANAAN PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN

Di Susun Oleh :

KELOMPOK II
ARIS MARISA :1805903020091
DESRA RIZANA :1805903020022
FAZLA WIRDA :1805903020030
M. IBNU HAQI :1805903020095
YUDI PERMADANI :1805903020045

Kepada Kelompok Yang Bersangkutan Diberikan

Nilai :(.............)

Mengesahkan Meulaboh, 2021


KetuaJurusanTeknikSipil DosenPengasuh

LISSA OPIRINA, S.T.,M.T MEYLIS SAFRIANI, S.T.,M.T


NIP. 197905102021212009 NIP. 199005012018032001
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Segala puji dan puja hanya untuk Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapa t menyelesaikan tugas
besar dari mata kuliah Drainase Perkotaan. Shalawat serta salam kepada
junjungan alam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta dengan para sahabat –
sahabat setianya yang telah bersama beliau dalam suka maupun duka. Ucapan
terima kasih kepada Meylis Safriani, S.T.,M.T selaku pembimbing mata kuliah
Drainase Perkotaan ini yang telah banyak memberikan motivasi kepada kami
dalam membuat laporan tugas besar ini.
Laporan ini disusun sebagai bahan bacaan untuk kita semua dalam
melakukan desain Drainase Perkotaan,semoga laporan ini bermanfaatbagi kami
sendiridan juga pembacalainnya.
Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan –
rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan tugas besar ini.
Dalam penyelesaian laporan ini kami menyadari akan ada kesalahan, maka dari
itu kritik dan saran rekan – rekan semuanya sangat diharapkan untuk memperbaik
ilaporan di masa yang akan datang. Kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat khususnya buat kami sendiri dan bagi semua orang yang
membacanya.

i
DAFTAR ISI

LEMBAR KONSULTASI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................2
1.3 IdentifikasiMasalah...........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3


2.1 Definisi Drainase 3
2.2 Drainase Perkotaan........................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Drainase Perkotaan 4
2.4 Fungsi Drainase 5
2.5 Banjir 6
2.6 Sistem Drainase Kota....................................................................7

BABIII METODELOGI PERENCANAAN................................................9


3.1 Siklus Hidrologi 9
3.2 Analisis Curah Hujan 9
3.3 Analisis Frekuensi 10
3.4 Debit Rencana 13
3.5 Analisis Hidrolika 17
3.6 Bentuk Penampang Saluran 18
3.7 Dimensi Saluran 20

ii
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................22
4.1 DAS (Daerah Aliran Sungai )........................................................22
4.2 Koefisien Aliran.............................................................................23
4.3 Menentukan Debit Rencana...........................................................24
4.4 Data Curah Hujan...........................................................................24
4.5 Perhitungan Debit Aliran (Q)........................................................29
4.6 Perhitungan Dimensi Saluran........................................................30
4.7 Gambar Dimensi Penampang Saluran...........................................30
4.8 Gambar Dimensi Penampang Saluran...........................................31

BABV KESIMPULAN...................................................................................34
5.1 Kesimpulan....................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35
LAMPIRAN....................................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase
juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase
merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota
yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air dan banjir.

Drainase Perkotaan 1
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas ini juga untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa
sedemikian rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk
merancang sistem penyaluran air hujan, dimana perhitungan-perhitungan yang
berkaitan dengan rancangan disesuaikan dengan kriteria disain (berdasarkan
literature) dan mempresentasikannya rancangan tersebut dalam bentuk gambar
teknik yang memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

3. Identifikasi Masalah
Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis curah hujan.
b. Perhitungan limpasan air hujan
c. Perhitungan dimensi sistem drainase
d. Studi kasus dilakukan di Jalan. Keubon Pasi.Gampong Seunebok,
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
e. Rancangan dibuat untuk masa waktu 10 tahun
f. Melampirkan langkah dan contoh perhitungan
g. Perhitungan desain meliputi perhitungan dimensi saluran dan bangunan
pelengkap yang meliputi konstruksi dan peralatannya

Drainase Perkotaan 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Drainase


Menurut Suripin, (2004) ada beberapa pendekatan konsep-konsep drainase
perkotaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem drainase adalah suatu bentuk jaringan saluran berikut bangunan


pelengkapnya yang berfungsi menyalurkan air hujan pada suatu kawasan
hingga kebadan air penerima.

2. Drainase perkotaan adalah suatu bentuk jaringan saluran yang mengaliri air
hujan dan air buangan masyarakat dikawasan perkotaan.

3. Genangan adalah istilah praktis dilapangan untuk mengambarkan air hujan


pada suatu kawasan yang melimpah dari saluran yang tidak dapat
menampung dan menggenangi areal-areal tertentu.

4. Banjir adalah air yang melimpah dari badan air / sarana pengendali banjir
yang tidak mampu mengalirkannya sehingga menggenangi kawasan tertentu.

Menurut Chay Asdak (1995) banjir dalam bahasa populernya adalah


sebagai aliran atau genangan air yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi
bahkan menyebabkan kehilangan korban jiwa. Sedangkan dalam istilah teknis
banjir adalah aliran air sungai yang mengalir melampaui kapasitas tampungan air
sungai dan menggenangi daerah sekitarnya, drainase Pemukiman merupakan
sarana dan prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan, dari suatu
tempat ke tempat lain.

Menurut Sinulingga (1999) saluran drainase merupakan prasarana


yang melekat dengan lingkungan pemukiman, yang digunakan untuk menjaga
agar Lingkungan tidak digenangi oleh air hujan. Kalau kita mengikuti air hujan
yang hendak dibuang sebelum sampai ke laut maka kita akan meneliti sistem
drainase yang agak kompleks. Maka dari itu akan ditinjau juga sistem drainase
secara keseluruhan.

Drainase Perkotaan 3
2.2. Drainase Perkotaan
Semua kota besar mempunyai sistem drainase untuk pembuangan air hujan
dimana itu memerlukan biaya yang cukup besar. Aliran permukaan yang
terkumpul dijalan dialirkan melalui lobang-lobang pemasukan(Inlet) kedalaman
saluran riool air hujan dibawah permukaan jalan, untuk kemudian di buang
kedalam sungai, danau atau laut. Pembuangan dapat dilakukan secara
gravitasional, apabila tidak mungkin maka digunakan sistim pemompaan.
Desain akhir memerlukan peta rinci dari daerah perkotaan yang memuat
semua sarana dibawah tanah yang telah ada saluran gas, air, listrik, telepon dan
air kotor, juga lokasi bangunan gedung, saluran air, jalan kereta api dan lain–
lain.

2.3. Jenis Drainase


Drainase menurut sejarah terbentuknya, dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Drainase Alamiah
Drainase AlamiahAdalah drainase yang terbentuk secara alami dan tidak
terdapat bangunan-bangunan batu atau beton, gorong-gorong. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

2. Drainase Buatan
Adalah drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau
beton gorong-gorong dan pipa.

2.3.1 Sistem Saluran Drainase


1. Sistem Drainase Permukaan
Pada sistem ini, limpahan air dari daerah yang diperkeras dari daerah yang
tidak diperkeras ditampung dan dibawa keluar oleh saluran drainase permukaan.
aliran pada permukaan akan tersaring oleh limpasan vegetatif (Jenis Rerumputan)
kecepatan limpasan aliran sungai, pengurangan kecepatan ini sangat
menguntungkan, tapi pada kondisi tertentu permukaan saluran harus diperkeras
untuk mencegah erosi di dalam saluran.

2. Sistem Drainase Bawah Tanah Tertutup

Drainase Perkotaan 4
Sistem drainase bawah tanah tertutup menerima limpasan daerah yang
diperkeras maupun daerah yang tidak diperkeras dan membawanya kesebuah
pipa/roil keluar dari posisi tapak (saluran permukaan atau sungai) kesistem
drainase kota.
Keuntungan utama sistem drainase ini adalah bahwa volume dan kecepatan
limpasan menimbulkan erosi pada tapak. keterbatasan utama sistem ini adalah
bahwa kecepatan limpasan meningkat dan biasa tidak tersaring dari limpasan.
akibat dari hal tersebut limpasan yang dikeluarkan dari sistem dapat
mengakibatkan sistem akan rentan terhadap erosi dan sedimen.

3. Sistem drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada


tapak. Sistem drainase memiliki keuntungan seperti sistem drainase tertutup.
bahwa tanah yang menggunakan pengendalian erosi pada tapak, tetapi
kerusakan dalam tapak dapat dihindari.Selain sekedar
memperlambat dampak erosi dan
sendimentasi dari sistem drainase tertutup.

Maka sistem pelepasan limpasan yang dikendalikan oleh tempat


penampungan didalam tapak sangat mengurangi dampak tersebut.

4. Sistem kombinasi drainase tutup untuk daerah yang diperkeras dan drainase
untuk daerah yang tidak diperkeras.
Pada sistem ini limpasan ruang terbuka dikumpulkan didalam saluran
drainase tertutup. Karena sistem drainase tertutup menerima limpasan dari daerah
yang luasnya terbatas, maka resiko erosi dan
sedimentasi pada titik pelepasan akan cenderung kurang dibandingkan dengan
sistem tertutup untuk menyalurkan air dari sebuah tapak. Limpasan dan
saluran tertutup dapat dialirkan ke sistem drainase permukaan. Sistem drainase
yang dipilih berpengaruh langsung terhadap pengendalian erosi dan sendimentasi.

2.4. Fungsi Drainase


Ada beberapa fungsi dari saluran drainase, diantaranya :

1. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari


genangan air, erosi dan banjir.
2. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena
terhindar dan kelembaban.
Drainase Perkotaan 5
3. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan akan dapat dioptimalkan dan
juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan
bangunan.

2.5. Banjir
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air
dalam jumlah yang begitu besar. Banjir merupakan salah satu masalah yang
seriusbagi sebagian kota Indonesia. Khususnya pada musim hujan.
Terutama hujan-hujan besar sehingga kota menjadi tergenang yang sangat
mengganggu aktivitas sosial dan pemerintahan serta menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah kota.

a. Penyebab Banjir
Menurut kodoatie dan sugiyanto, 2002, banjir dan genangan yang terjadi
di suatu lokasi di akibatkan oleh :

1. Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sugai (DAS)


2. Pembuangan sampah

3. Erosi dan sendimentasi

4. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase

5. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat


6. Curah hujan

7. Pengaruh Fisiografi/geofisik sungai

8. Kapasitas sungai dan drainaseyang tidak memadai

9. Pengaruh air pasang

10. Penurunan tanahdan rob(genangan akibat pasang air laut)

11. Drainae lahan

12. Bendung dan bangunan air

13. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.

b. Upaya Penanggulangan dan Pengendalian Banjir


1. Penanggulangan Banjir

Drainase Perkotaan 6
Penanggulangan banjir bertujuan untuk mengurangi dan memperkecil resiko
kerugian yang timbul akibat peristiwa banjir. Upaya Penanggulangan banjir
dibutuhkan dukung biaya besar. Karena itu setiap sistem pengendalian yang
direncanakan mempunyai keterbatasan pada tingkat banjir tertentu
berdasarkan kelayakan pertimbangan teknis, ekonomi dan lingkungan.

2. Pengendalian Banjir
Upaya pengendalian banjir yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan
membuat dan merencanakan bangunan pengendalian banjir atau dengan
melengkapi bangunan pengendalian banjir sedemikian rupa sehingga dapat
mengantisipasi apabila debit air melebihi target desainnya.

2.6 Sistem Drainase


Sistem Drainase Kota menurut Sinulingga (1999) sistem drainase kota
sering disebut sistem tulang daun, yaitu terdiri dari saluran utama (sungai atau
kanal) sebagai saluran pembawa air hujan ke laut, saluran pengumpul dan saluran
lokal. Jenis-jenisnya hampir serupa dengan jaringan jalan.
Saluran utama terdiri dari sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak
ada sungai atau jumlah tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang
biasanya hampir menyerupai sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran
utama fungsi melayani hampir seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan
pada saluran ini akan berdampak sangat luas dari bagian wilayah kota.

Selanjutnya saluran yang membawa air menuju sungai (saluran utama)


dinamakan saluran pengumpul,yang biasa terdiri dari anak sungai atau saluran
buatan yang dapat terbuka dan tertutup.Saluran pengumpul ini melayani
lingkungan.pemukiman dan diameternya dapat besar sekali. tergantungluasnya
kota.

Terkadang saluran pengumpul ini dibagi dua macam yaitu saluran


pengumpul besar yang langsung menuju sungai dan saluran pengumpul kecil yang
mengalirkan airnya menuju pengumpul yang besar. Saluran yang melayani
lingkungan permukiman pada tiap polder. Yang dimaksud dengan polder

Drainase Perkotaan 7
adalah saluran lokal yang dapat berbentuk saluran terbuka dan tertutup agar tidak
menggangu aktipitas manusia yang sangat pesat.

Untuk merencanakan dimensi saluran drainase masing-masing sistem


memerlukan debit rencana banjir yang akan terjadi, karakteristik daerah aliran dan
koefisien aliran permukaan.

Permasalahan yang timbul berkaitan dengan drainase dapat dilihat pada halaman
berikut :

1. Berkurang atau tidak mempunyai saluran drainase yang ada mengalirkan agar
limpasan air permukaan. Karena berubahnya fungsi atau guna lahan dan
pesatnya pertumbuhan daerah pemukiman.
2. Saluran drainase yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena ada
bagian saluran yang tertutup atau saluran yang menyempit.
3. Timbul genangan air di bawah permukaan.

Drainase Perkotaan 8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es
dan salju, hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah,
siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda :
 Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman
dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bitik
– bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,
salju, dan es.
 Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui
celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah.
 Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar.

3.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi.


Pengukuran huajn dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis
dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama
satu hari. Dalam analisa yang digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung

Drainase Perkotaan 9
intensitas hujan, kemudian intensitas hujan ini digunakan untuk mengestimasi
debit rencana.
Dalam perancangan sistem drainase data hujan yang diperlukan tidak
hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau ,menitan. Hal ini
akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk
menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (retum period) yang
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tengkapan hujan yang
akan dikeringkan.

3.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan

Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran


curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analaisis data yang meliputi
rata
– rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (kecondongan
atau kemencengan).
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang
banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi
frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi :
- Distribusi Normal
- Distribusi Log Normal
- Distribusi Log Persoon III
- Distribusi Gumbel

1) Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut :
= + (1)
Dimana :

= (2)

Drainase Perkotaan 10
Keterangan :
= Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T- tahunan
= Nilai rata – rata hitung variat
= Fakor frekuensi, merupakan fungsi dan peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.

2) Distribusi Log Normal


Dalam distribusi log normal dan X diubah kedalaman bentuk logaritmik Y
= log X. jika variable acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal
perhitungan curah huajn rencana menggunakan persamaan berikut ini :

= + (3)
= (4)

Dimana :
= perkiraan niali yang diharapkan terjadi dnegan periode ulang T-tahun
= nilai rata – rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat dan
= factor frekuensi merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.

3) Distribusi Log Person III


Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III,
mempunyai langkah – langkah perumusan sebagai berikut :

- Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X


- Hitung harga rata – rata :

Drainase Perkotaan 11
log = ∑
(5)
- Hitung Harga simpangan Baku
∑( ̅)
=[ ] .
(6)

- Hitung koefisien Kemencengan :


∑( )
= (7)
()()

- Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
log = log + . (8)
Dimana :
K = Variabel standar (standardized Variable) untuk X besarnya
tergantung koefisien kemencengan G

4) Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel mempunyai
perumusan sebagai berikut :
= + (9)
Dimana :
= harga rata – rata sampel
= standar deviasi

Nilai K (Faktor probabilitas) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat


dinyatakan dalam persamaan :
= (10)

Dimana :
= reduced mean yang tergantung jumlah sampel
= reduced standard deviation yang tergantung jumlah sampel
= reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan
= − ln{ − ln } (11)

Drainase Perkotaan 12
3.4 Debit Rencana (QT)

3.4.1 Debit Puncak


Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan Rasional Method
(RM) dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas durasi frekuensi (IDF)
yang seragam dengan debit puncak dari curah hujan rata-rata sesuai wahtu
konsentrasi.

Debit puncak dapat diformulasikan sebagai berikut :


Q = 0,00278 . Cs . C . I . A (12)

dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF curve berdasarkan
waktu konsentrasi
A = Luas catchment area
(Ha) C = Koefisien Pengaliran
Cs = Storage Cofficient

3.4.2 Koefisien Pengaliran (Run Off Cofficient)


Pada saat terjadi hujan pada umunya sebagian air hujan akan menjadi
limpasan dan sebagian mengalami infiltrasi dan evaporasi. Bagian hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah dan saat sesudahnya merupakan
limpasan/pengaliran. Besarnya koefisien pengaliran untuk daerah perencanaan
disesuaikan dengan karakteristik daerah pengaliran yang dipengaruhi oleh tata
guna lahan (Land Use) yang terdapat dalam wilayah pengaliran tersebut. Besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel 2.1

Dimana C C1 A1  C2 A2 .............Cn An
= Atotal (13)

Keterngan :
A1, A2 ………. An = Luas masing masing kawasan

Drainase Perkotaan 13
C1, C2 ……….. Cn =Nilai C pada tiap kawasan dari table 2.1

Drainase Perkotaan 14
Tabel 3.1 : Besarnya Koefisien Pengaliran
KOEFISIE
KONDISI KARAKTERISTIK KOEFISIEN
N
Pusat Perdagangan 0,70 – 0,95 Permukaan Aspal 0,70 - 0,95
Lingkungan Sekitar 0,50 – 0,70 Permukaan Beton 0,80 – 0,95
Rumah-rumah Tinggal 0,30 – 0,50 Permukaan Batu 0,70 – 0,85
Kompleks Perumahan 0,40 – 0,60 Buatan 0,15 – 0,35
Daerah Pinggiran 0,25 – 0,40 Permukaan Kerikil 0,10 – 0,85
Apartemen 0,50 – 0,70 Alur Setapak 0,75 – 0,95
Indusrti Berkembang 0,50 – 0,80 Atap
Industri Besar 0,60 – 0,90 Lahan Tanah 0,05 – 0,10
Taman Pekuburan 0,10 – 0,25 Berpasir : 0,10 – 0,15
Taman Bermain 0,10 – 0,25 Kemiringan 2% 0,15 – 0,20
Lapangan dan Rel 0,25 – 0,40 Kemiringan 2-7%
Kereta 0,10 – 0,30 Bertrap 7% 0,13 – 0,17
Daerah Belum Lahan Tanah Keras : 0,18 – 0,22
Berkembang Kemiringan 2% 0,25 – 0,35
Kemiringan 2-7%
Bertrap 7%
Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

3.4.3 Koefisien Penampungan


Makin besar Catchment Area, maka perlu adanya gelombang banjir harus
diperhitungkan, untuk itu pengaruh tampungan saluran di saat mengalami puncak
pengaliran debit dihitung dengan menggunakan Rasional Method dengan
mengalikan suatu koefisien daya tampung daerah tangkapan hujan, sehingga
bentuk perhitungan menggunakan Metode Rasional Modifikasi (MRM), besar
koefisien tersebut :
2.tc
Cs = 2.tc  td (14)
dimana :

Drainase Perkotaan 15
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang ditinjau

Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah pengaliran yang kecil
dengan batasan 20 sampai 300 Ha, sedangkan untuk Rasional Modifikasi dapat
digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha. Sedangkan untuk daerah
pengaliran yang lebih besar dari itu maka digunakan Snyder Synthetic Unit
Hydrograph Method.

3.4.4 Waktu Konsentrasi (tc)


Menurut wesli (2008: 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirakan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran
ke titik control yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya
waktu konsentrasi dapat dibagi menjaadi :
a. Inlet time ( ), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuyk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase.
b. Conduit time ( ), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik control yag ditentukan dibagian hilir.

Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh factor–


faktor berikut ini :
- Luas daerah pengaliran
- Panjang saluran drainase
- Kemiringan dasar saluran
- Debit dan kecepatan aliran
. Besar waktu konsentrasi dihitung dengan rumus:
tc = to + td (15)
dimana

 0,77
Lo 
td = Ls/v dan to = 0,0195 So (16)
  

Drainase Perkotaan 16
Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (menit)
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah dapat
dianalisa dengan gambar
td = waktu pengaliran pada saluran, besarnya dapat dianalisa
dengan rumus
Ls = jarak aliran dari tempat masuknya air sampai ke tempat yang
di tuju (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
Lo = Jarak antara aliran terjauh diatas permukaan tanah yang
dilalui aliran diatasnya
So = Kemiringan dasar saluran
S1 = Kemiringan dasar saluran yang direncanakan

3.4.5 Intensitas Hujan


Instensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda beda,
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan
dilakukan dengan cara melakukan analisis data hujan baik dengan cara maupun
secara empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya intensitas hujan dihubungkan
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam
jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis.
Di indonesia alat ini sangat sedikit dan jarang, yang banyak digunakan
adalah alat pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24 jam atau disebut hujan
harian. Apabila yang tersedia hanya hujan harian maka intensitas hujan dapat
dihitung menggunakan persamaan Mononobe sebagai berikut :
R24 ( 24 )
I= (17)
24 Tc

Drainase Perkotaan 17
3.5 Analisa Hidrolika

Zat cair dapat diangkut sari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits). Sedangkan yang tertutup bagian atasnya disebut
saluran terbuka (open channel).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air
yang bebas (free surface) dimana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan
udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang
masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relative jarang, beban kiri
dan kanan saluran efektif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup
(pipa flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang
bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan
udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya
terbatas (pasar, perkotaan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relative padat,
lahan yang dipakai untuk lapangan parker.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saluran prismatic (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampangnya melintang dan kemiringan dasarnya tetap.
b. Saluran non prismatic (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah – ubah.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel),
seperti sungai – sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di
muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran pembuangan,
saluran untuk membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply
air minum, dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapezium,
segiempat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun.

Drainase Perkotaan 18
Gambar 3.1 Bentuk Bentuk Saluran Drainase

3.6 Bentuk Penampang Saluran Drainase

1) Penampang Berbentuk Persegi yang Paling Ekonomis : Jika B adalah lebar


dasar saluran dan h adalah kedalaman air, luas penampang basah A dan
keliling P dapat dituliskan sebagai berikut :
A = Bh (18)
B= (19)
Jari – jari hidraulik :
.
= = (20)

3.2 Gambar penampang persegi

Drainase Perkotaan 19
2) Penampang Berbentuk Trapesium yang Paling Ekonomis Saluran dengan
penampang melintang bentuk trapezium dengan lebar dasar B, kedalaman
aliran h, dan kemiringan dinding I : , luas penampang melintang A dan
keliling basah P, dapat dirumuskan sebagai berikut :

A = (B + mh)h (21)
P = B + 2h √ +1 (22)
= − 2ℎ √ + 1 (23)
Atau

A= ℎ√3 + ℎ √3 ℎ = ℎ √3 (24)

3.2 Gambar penampang trapezium

Tabel 3.1 Unsur Geometrik Penampang Hidrolis Terbaik


Keliling Jari-Jari Lebar
Penampang Luas
No Bash Hidraulis Puncak
Melintang (A)
(P) (R) (T)

1 Trapesium 3/ 6/3.Y ½.Y 4/


3.Y2 3.Y
Persegi
2 2Y2 4Y ½Y 2Y
Panjang

3 Segi tiga Y2 4/2.Y 2.Y/ 2Y


4

Drainase Perkotaan 20
Setemgah
4 /2.Y2 Y ½Y 2Y
Linngkaran

3.7 Dimensi Saluran

Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh


saluran (Qs dalam m3/detik) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang
diakibatkan oleh hujan rencana (Qr dalam m3/detik). Kondisi demikian dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut :

QS ≥ Qr (25)

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus dibawah ini :

Qs = As . V (26)

Dimana :
As = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)
Kecepatan rata – rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut :

(27)

=
(28)
Mak
a
QS = 12/√3.n3.V4 / S3/2 (29)

Dimana :
V = kecepatan rata – rata aliran didalam saluran (m/det)

Drainase Perkotaan 21
N = Koefisien kekasaran Manning
R = jari – jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
As = luas penampang saluran (m3)
P = keliling basah saluran (m)

Drainase Perkotaan 22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. DAS ( Daerah Aliran Sungai )

Menentukan batas DAS yang ditinjau dari peta digital. Kemudian batas
batas DAS ditentukan dengan menggunakan AUTOCAD untuk menghitung
luas daerah tinjauan.Di bawah ini adalah peta digital Perumahan yang ada di
Jalan Keubon Pasie, Desa Pasie Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan,
Kabupaten Aceh Barat.

Drainase Perkotaan 23
4.2. Koefisien Aliran

Koefisien aliran (`runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah


air hujan yang mengalir atau melimpsh di atas permukaan tanah (surface runoff)
dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir.nilai koefisien ini berkisar antara
0 sampai dengan satu dab bergatung dari jenis tanah,jenis vegtasi dan kontruksi
yang ada di permukaan tanah.Ada banyak penelitian yang telah di lakukan untuk
menentukan koefisien ini,untuk kota Meulaboh direkomendasikan koefisien aliran
sebagai berikut.

 Kawasan pemungkiman = 0,60


 Kawasan Industri = 0,70
 Kawasan perdagangan = 0,80
 Jalan aspal = 0,90
 Jalan tanah = 0,70
 Daerah tak terbangunan( Tanah liat ) = 0,20
 Daerah tak terbangunan( Tanah lempung ) = 0,35

Drainase Perkotaan 24
4.3 Menentukan Debit Rencana

Debit Rencana merupakan debit maksimum yang direncanakan dengan


tujuan untuk merencanakan dimensi saluran agar tidak terjadi luapan ketika terjadi
curah hujan maksimum. Dalam merencanakan debit banjir rencana dibutuhkan
seperti nilai Koefisien Penampungan (Storage Coffcient), Koefisien Pengaliran
(Run of Coffecient), Intensitas Curah Hujan, Luas Daerah Aliran Sungai (DAS).

4.3.1 Menentukan Nilai C pada masing-masing saluran

Daerah Aliran A1

 Saluran 1-2 :0,30


 Saluran 1-3 :0,30
 Saluran 2-4 :0,20
 Saluran 3-4 :0,25

Daerah Aliran A2

 Saluran 5-6 :0,29


 Saluran 5-7 :0,20
 Saluran 6-8 :0,20
 Saluran 7-8 :0,40

Daerah Aliran A3

 Saluran 9-10 :0,21


 Saluran 9-11 :0,24
 Saluran 10-12 :0,23
 Saluran 11-12 :0,20

4.4 Data Curah Hujan

Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisis hidrologi


pada perancangan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase. Pengukuran
hujan dilakukan selama 24 jam , dengan cara ini berarti hujan yang diketahui

Drainase Perkotaan 25
adalah hujan total yang terjadi dalam 1 hari. Untuk berbagai kepentingan
perancangan drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data curah
hujan harian , akan tetapi juga distribusi jam jaman atau menitan. Dalam
pemilihan data dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran
dengan alat otomatis.
/ /
I= =

Di mana:

I = Intensitas hujan(mm/jam);

R24 = Curah hujan harian (mm);

T = Lama atau durasi hujan yang terjadi (jam)

Tabel 4.1 Tabel Data Hujan Harian


DATA CURAH HUJAN HARIAN
Mak
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
s
2006 52 72 54 44 21 56 68 67 45 109 62 33 109
2007 41 43 33 39 52 39 62 103 37 137 44 96 137
2008 167 102 33 97 96 42 102 102 98 77 67 71 167
2009 27 65 98 109 102 68 47 61 97 47 77 28 109
102,
2010 93 58 71 156 74 52 32 42,5 5 60 67 51 156
73,
2011 5 37 92,5 107 57 42 92 92 52,5 92,5 92 52,5 107
76, 108,
2012 92 102 102 5 47,5 77 95 50 53 5 72 92 108,5
80, 82, 74, 17,
2013 5 5 62,5 5 72,5 47,5 5 67,5 27 17 87,5 82,5 87,5
2014 104 114 80 67 53 84 60 179 73 100 165 59 179
124,
2015 47 73 75 76 68,2 1 128 36 117 38 55 63,4 128
12,
2016 69 2 110 92 180 56 26 191 46,7 156 93,5 83 191
36, 115, 39, 104, 157,
2017 122 83 42 8 3 31,9 7 58,3 1 132 85,7 5 157,5
186, 54, 69, 140, 136,
2018 47 126 8 3 35,5 22 5 2 94,2 176 96,5 2 186,8
2019 24 42 101 36 21 44 57 84 67 110 125 67 125
2020 213 241 182 172 213 154 143 251 252 232 234 202 252

Tabel 4.2 Hasil Uji analisis Distribusi Curah Hujan

a. Metode Distribusi Normal

Drainase Perkotaan 26
No Tahun X X - Xbar (X - Xbar)2 (X - Xbar)3 (X - Xbar)4
1 2006 109 -37,687 1420,28 -53525,80 2017209,04
2 2007 137 -9,687 93,83 -908,91 8804,35
3 2008 167 20,313 412,63 8381,92 170264,76
4 2009 109 -37,687 1420,28 -53525,80 2017209,04
5 2010 156 9,313 86,74 807,82 7523,51
6 2011 107 -39,687 1575,03 -62507,75 2480724,26
7 2012 108,5 -38,187 1458,22 -55684,62 2126409,98
8 2013 87,5 -59,187 3503,06 -207334,53 12271439,95
9 2014 179 32,313 1044,15 33740,02 1090252,38
10 2015 128 -18,687 349,19 -6525,23 121934,71
11 2016 191 44,313 1963,67 87016,83 3856005,80
12 2017 157,5 10,813 116,93 1264,38 13672,20
13 2018 186,8 40,113 1609,08 64545,54 2589136,87
14 2019 125 -21,687 470,31 -10199,49 221192,92
15 2020 252 105,313 11090,90 1168019,46 123008022,39
Jumlah 2200,300 0,000 26614,32 913563,84 151999802,17
Rata - rata 146,687 0,000 1774,29 60904,26 10133320,14

Sebaran Normal
deviasi standar : s = 43,601
koef. variansi : Cv = 0,297
Kemencengan : a = 75293,723
Koef. Kemencengan : Cs = 0,908
Koef. Kurtosis : Ck = 4,333
b = 187911843,337

b. Metode Log Normal

(y -
No Tahun Q y = ln Q (y - ybar) (y - ybar)2 (y - ybar)3
ybar)4
1 2006 109 4,691 -0,258 0,0666 -0,0172 0,0044
2 2007 137 4,920 -0,029 0,0009 0,0000 0,0000
3 2008 167 5,118 0,169 0,0284 0,0048 0,0008
4 2009 109 4,691 -0,258 0,0666 -0,0172 0,0044
5 2010 156 5,050 0,100 0,0101 0,0010 0,0001
6 2011 107 4,673 -0,277 0,0765 -0,0211 0,0058
7 2012 108,5 4,687 -0,263 0,0690 -0,0181 0,0048
8 2013 87,5 4,472 -0,478 0,2282 -0,1090 0,0521
9 2014 179 5,187 0,238 0,0566 0,0135 0,0032

Drainase Perkotaan 27
10 2015 128 4,852 -0,097 0,0095 -0,0009 0,0001
11 2016 191 5,252 0,303 0,0917 0,0278 0,0084
12 2017 157,5 5,059 0,110 0,0121 0,0013 0,0001
13 2018 186,8 5,230 0,281 0,0788 0,0221 0,0062
14 2019 125 4,828 -0,121 0,0147 -0,0018 0,0002
15 2020 252 5,529 0,580 0,3365 0,1952 0,1132
Jumlah 2200,300 74,241 1,776E-14 1,146 0,080 0,204
Rata - rata 146,687 4,949 1,184E-15 0,076 0,005 0,014

Sebaran Log Normal


deviasi standar : s = 0,286
koef. variansi : Cv = 0,058
Kemencengan : a = 0,007
Koef. Kemencengan : Cs = 0,283
Koef. Kurtosis : Ck = 3,135

c. Metode Gumbel

No Tahun X X - Xbar (X - Xbar)2 (X - Xbar)3 (X - Xbar)4


1 2006 109 -37,687 1420,28 -53525,80 2017209,04
2 2007 137 -9,687 93,83 -908,91 8804,35
3 2008 167 20,313 412,63 8381,92 170264,76
4 2009 109 -37,687 1420,28 -53525,80 2017209,04
5 2010 156 9,313 86,74 807,82 7523,51
6 2011 107 -39,687 1575,03 -62507,75 2480724,26
7 2012 108,5 -38,187 1458,22 -55684,62 2126409,98
8 2013 87,5 -59,187 3503,06 -207334,53 12271439,95
9 2014 179 32,313 1044,15 33740,02 1090252,38
10 2015 128 -18,687 349,19 -6525,23 121934,71
11 2016 191 44,313 1963,67 87016,83 3856005,80
12 2017 157,5 10,813 116,93 1264,38 13672,20
13 2018 186,8 40,113 1609,08 64545,54 2589136,87
14 2019 125 -21,687 470,31 -10199,49 221192,92
15 2020 252 105,313 11090,90 1168019,46 123008022,39
Jumlah 2200,300 0,000 26614,32 913563,84 151999802,17
Rata - rata 146,687 0,000 1774,29 60904,26 10133320,14

Sebaran Gumbel
deviasi standar : s = 43,601

Drainase Perkotaan 28
koef. variansi : Cv = 0,297
Kemencengan : a = 75293,723
Koef. Kemencengan : Cs = 0,908
Koef. Kurtosis : Ck = 4,333
σn = 0,9497
Yn = 0,4952

d. Metode Log Pearson III

(Log x - Log (Log x - (Log x - (Log x -


No Tahun X Log X xbar) Log xbar)2 Log xbar)3 Log xbar)4
1 2006 109 2,037 -0,112 0,0126 -0,0014 0,0002
2 2007 137 2,137 -0,013 0,0002 0,0000 0,0000
3 2008 167 2,223 0,073 0,0054 0,0004 0,0000
4 2009 109 2,037 -0,112 0,0126 -0,0014 0,0002
5 2010 156 2,193 0,044 0,0019 0,0001 0,0000
6 2011 107 2,029 -0,120 0,0144 -0,0017 0,0002
7 2012 108,5 2,035 -0,114 0,0130 -0,0015 0,0002
8 2013 87,5 1,942 -0,207 0,0430 -0,0089 0,0019
9 2014 179 2,253 0,103 0,0107 0,0011 0,0001
10 2015 128 2,107 -0,042 0,0018 -0,0001 0,0000
11 2016 191 2,281 0,132 0,0173 0,0023 0,0003
12 2017 157,5 2,197 0,048 0,0023 0,0001 0,0000
13 2018 186,8 2,271 0,122 0,0149 0,0018 0,0002
14 2019 125 2,097 -0,053 0,0028 -0,0001 0,0000
15 2020 252 2,401 0,252 0,0635 0,0160 0,0040
Jumlah 2200,300 32,242 6,661E-15 0,216 0,007 0,007
Rata - rata 146,687 2,149 4,441E-16 0,014 0,000 0,0005

Sebaran Log Pearson III

deviasi standar :
= 0,124
s
koef. variansi :
= 0,058
Cv
Kemencengan : a = 0,001
Koef. Kemencengan : Cs = 0,2826
Koef. Kurtosis :
= 3,135
Ck

Drainase Perkotaan 29
Tabel 4.3 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi
Jenis
No Syarat Perhitungan Kesimpulan
Distribusi
Tidak
Cs ≈ 0
1 NORMAL 0,908 0 memenuhi
Ck ≈ 3 4,333 3 mendekati
Tidak
Cs = Cv3 + 3Cv
LOG 0,283 0,174 memenuhi
2
NORMAL Ck = Cv + 6Cv + 15Cv + 16Cv +
8 6 4 2

3 3,135 3,054 mendekati


Tidak
Cs = 1,1396
0,908 1,1396 memenuhi
3 GUMBEL
Tidak
Ck = 5,4002 4,333 5,4002 memenuhi
LOG 0,283 - Memenuhi
4 Selain diatas
PEARSON III 3,135 - Memenuhi

4.4 Tabel Hasil Perhitungan Rancangan Berdasarkan Metode Log Pearson III

T PT XT
KT KT x s Log XT
(tahun) (%) (mm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 50 -0,047 -0,006 2,144 139,194
5 20 0,825 0,103 2,252 178,669
10 10 1,308 0,162 2,312 205,102
25 4 1,844 0,229 2,379 239,096
50 2 2,202 0,274 2,423 264,938
100 1 2,532 0,315 2,464 291,117

4.5 Perhitungan Debit Aliran (Q)

Menghitung debit aliran (Q) dengan langkah-langkah berikut :


1) Hitung intensitas curah hujan Periode ulang 10 tahun menggunakan metode

Analisis Frekuensi Seperti pada Tabel 4.1

2) Tentukan koefisien aliran (C) sesuai kondisi permukaan menggunakan

persamaan (13) seperti yang terlihat pada Tabel 4.3

3) Tentukan jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (Lo), panjang saluran (L),

Drainase Perkotaan 30
dan kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum (S) seperti

terlihat pada Tabel 4.4.

4) Hitung waktu konsentrasi (Tc) dengan menggunakan persamaan (15) dan (16).

5) Tentukan Nilai Koefisien Penampungan dari hasil langkah ke 4.

6) Tentukan intensitas curah hujan rencana (Irencana) dengan cara memasukkan

angka waktu konsentrasi (Tc) dan Intensitas Curah Hujan Periode Ulang 5

tahun ( R) ke dalam persamaan (17).

7) Tentukan luas daerah pengaliran (A), didapatkan luas daerah pengaliran lokasi

yang di tinjau per kawasan seperti terlihat pada Gambar 4.2.

8) Hitunglah nilai QT dan QS untuk mendapatkan nilai V dimana QT - QS harus


lebih kecil. Lakukan Trial and Error hingga selisih antara Q T dan QS sesuai
dengan persyaratan.

4.6 Hasil Perhitungan

n : Untuk mendapatka Nilai Lo dan So yaitu dengan cara

 Lo saluran (1-2) = Panjang Saluran titik saluran terjauh ke titik

pantauan ( dari titik 1 ke titk Pantauan)

 So saluran (1-2) = Selisih Ketinggian muka tanah dibagi dengan

panjang saluran

4.7 Perhitungan dimensi saluran


Menghitung dimensi saluran dengan mengggunakan langkah-langkah
berikut :
1) Dalam mencari nilai Y dan H, dapat menggunakan persamaan rumus luas

penampang (A) menggunkan persamaan (26) dengan bentuk penampang

Persegi Panjang

Drainase Perkotaan 31
2) Setelah mendapat kan Luas Penampang maka untuk Menentukan nilai Y dan

B bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan yang terdapat pada Tabel

3.1.

3) Nilai F (Tinggi jagaan) yaitu 30% dari nilai Y

Tabel 4.6 Dimensi Penampang Saluran Persegi Panjang di Rencankan


Nama DIMENSI SALURAN
saluran Y(m) B(m) W(m) H (m)
1-2 1,80 1,80 0,60 2,40
1-3 1,20 1,20 0,40 1,60
2-4 1,70 1,70 0,57 2,27
3-4 2,00 2,00 0,67 2,67
5-6 2,30 2,30 0,77 3,07
5-7 2,00 2,00 0,67 2,67
6-8 1,10 1,10 0,37 1,47
7-8 3,70 3,70 1,23 4,93
9-10 2,30 2,30 0,77 3,07
9-11 2,30 2,30 0,77 3,07
10-12 2,50 2,50 0,83 3,33
11-12 3,10 3,10 1,03 4,13

Tabel 4.6 Dimensi Penampang Saluran Persegi Panjang di Lapangan

Nama Dimensi Saluran


saluran Y(m) B(m) W(m) H(m)
1-2 1,80 0,62 0,60 0,8
1-3 1,20 0,65 0,40 0,7
2-4 1,70 1 0,57 0,73
3-4 2,00 1,9 0,67 0,95
5-6 2,30 0,51 0,77 0,6
5-7 2,00 1 0,67 0,73
6-8 1,10 0,4 0,37 0,5
7-8 3,70 1,9 1,23 0,95
9-10 2,30 0,51 0,77 0,6
9-11 2,30 0,4 0,77 0,5
10-12 2,50 0,65 0,83 0,62
11-12 3,10 1,9 1,03 0,95

Saran :
Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa saluran asli berdimensi lebih kecil dari saluran
yang sudah cari.
Dan di simpulkan saluran asli harus diperbesar agar air yang mengalir lebih mudah mengalir, dan
mengurangi banjir di tempat tesebut.

Drainase Perkotaan 32
Drainase Perkotaan 33
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari perhitungan yang telah dilakukan di Perumahan Army Desa Leuhan


Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat , dengan Intensitas Curah
Hujan periode ulang 5 tahun sebesar 136.308 mm, bentuk penampang melintang
yaitu persegi panjang diperoleh dimensi saluran sebagai berikut.

Drainase Perkotaan 34
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triatmodjo,. 2008. Hidrologi Terapan, Beta Offset. Yogyakarta.


Chow V. T, 1959. Open Channel Hydraulics, McGraw – Hill.
Soewarno. 1995, Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, jilid
Pertama,
Nova. Bandung.
Suripin. 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, ANDI.
Yogyakarta.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Alfiansyah YBC, 2002 Drainase Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Syah Kuala, Banda Aceh
Chow, V.T., Maidment, D.R.,Mays, L.W, 1988, Appied Hydrology, Mc Graw
Hill Book Company

Drainase Perkotaan 35
Drainase Perkotaan 36

Anda mungkin juga menyukai