DRAINASE JALAN
Greece M. Lawalata
2
Daftar isi
MODUL PERANCANGAN........................................................................................................................... 2
DRAINASE JALAN ...................................................................................................................................... 2
Greece M. Lawalata.................................................................................................................................. 2
Daftar isi .................................................................................................................................................... i
Pengantar ................................................................................................................................................. ii
1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................................... 1
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 1
2 Tahapan Prosedur Pelaksanaan Perancangan................................................................................... 2
2.1 Persiapan Perancangan Sistem Drainase Jalan ........................................................................ 2
2.2 Pelaksanaan Perancangan Sistem Drainase Jalan.................................................................... 2
3 Perancangan Drainase Jalan .............................................................................................................. 3
3.1 Umum ...................................................................................................................................... 3
3.2 Prinsip Perancangan ................................................................................................................ 4
3.3 Prosedur Perancangan Drainase Jalan ..................................................................................... 5
3.4 Elemen Perancangan Sistem Drainase Permukaan Jalan ........................................................ 6
3.4.1 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan ................................................... 11
3.4.2 Saluran terbuka ......................................................................................................... 14
3.4.3 Saluran tertutup........................................................................................................ 22
3.4.4 Saluran penghubung (gutter) .................................................................................... 30
3.4.5 Saluran inlet .............................................................................................................. 31
3.4.6 Bak kontrol ................................................................................................................ 35
3.4.7 Gorong-Gorong ......................................................................................................... 37
3.4.8 Sumur resapan air hujan ........................................................................................... 40
3.4.9 Kolam tampungan limpasan air hujan sementara .................................................... 41
3.4.9.1 Prinsip ...................................................................................................... 41
3.4.9.2 Jenis kolam .............................................................................................. 41
3.4.9.3 Komponen kolam .................................................................................... 42
3.4.9.4 Cara Pengerjaan penentuan debit yang masuk kolam ............................ 43
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................ 47
Lampiran................................................................................................................................................. 48
Contoh Perhitungan ............................................................................................................................... 48
Drainase Permukaan Dengan Saluran Terbuka Samping Jalan .............................................................. 48
Lampiran................................................................................................................................................. 53
i
Pengantar
Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus, bahwa Buku Modul Perancangan Drainase Jalan ini telah
selesai disusun.
Sistem drainase jalan merupakan salah satu bagian jalan yang penting untuk dijaga agar beroperasi
dengan optimal. Tidak ada sistem drainase jalan yang baik dan tepat dapat mengakibatkan kerusakan
struktur badan jalan. Buku Modul Perancangan Drainase Jalan berisi tentang langkah-langkah
perancangan yang harus diambil agar limpasan hujan pada permukaan jalan dapat dikelola dengan
optimal.
Penyusunan buku ini adalah untuk melengkapi rangkaian buku drainase jalan yang akan dibagikan
pada Workshop Jalan Perkotaan TA. 2013. Diharapkan melalui Buku ini, Pembina Jalan dapat
menambah wawasan terkait perancangan bangunan drainase jalan sehingga terwujud lingkungan
jalan yang berkualitas.
Penyusunan Modul Edisi pertama ini telah melewati tahap diskusi secara internal KPP Jalan
Perkotaan di Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan jalan. Namun demikian, Penulis menyadari
kekurangan yang ada pada Buku ini. Untuk itu, kritik dan saran kami harapkan untuk dapat
membangun Buku yang lebih baik lagi.
Penulis mengucapkan terimakasih pada Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Ir. IGW Samsi Gunarta,
M.Eng.Appl.Sc, Ir. Agus Bari S, MSc. dan segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Buku ini. Harapan Penulis, buku ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi para Pembina
Jalan.
Penulis
ii
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mewujudkan perancangan sistem drainase jalan perkotaan yang berwawasan lingkungan.
1
2 Tahapan Prosedur Pelaksanaan Perancangan
Indikator
Indikator Keberhasilan:
Setelah selesai pembelajaran bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
Tahapan Prosedur Pelaksanaan Perancangan Drainase Jalan
2
3 Perancangan Drainase Jalan
Indikator Keberhasilan:
Setelah selesai pembelajaran bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan Tahapan Perancangan
Drainase Jalan yang meliputi saluran tepi jalan, inlet, bangunan pelengkap lainnya, dan
bangunan drainase yang berkelanjutan
3.1 Umum
Agus Bari (2012) menulis bahwa dalam perencanaan penempatan drainase (permukaan)
jalan (saluran tepi jalan) tergantung pada desain geometrik jalan seperti pada jalan lurus
(mendaki/menurun), tikungan, dengan jumlah lajur dan jalur, dengan/tanpa median, dst.
Letak saluran pada geometrik jalan lurus umumnya berada pada ke dua sisi (samping jalan),
yaitu sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika pada tikungan jalan (menikung) dengan melebar
miring ke arah salah satu tepi (sesuai kemiringan jalan-superelevasi), maka saluran akan
terdapat pada salah satu sisi tepi jalan atau pada salah satu bahu jalan. Sedangkan jika
kemiringan perkerasan (permukaan jalan) dengan lebar jalan ke arah median jalan maka
saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan dengan dua jalur (median)
terdiri dari banyak lajur (sangat lebar), maka baik pada jalan lurus maupun menikung dapat
dibuat saluran tepi di sisi masing-masing bahu, atau pada salah satu sisi bahu dan atau
pada sisi median (tergantung posisi geometrik jalan).
Kemiringan pada satu arah pada tikungan jalan ini dapat menyebabkan saluran tepi
hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang lebih rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran
tepi yang bertopografi tertentu, maka pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa (nol)
yang diposisikan di bawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran ke pembuangan.
Intinya berbagai persyaratan teknis dan kriteria teknis dalam perencanaan sudah tertuang
dalam Permen PU No.19/2011. Prinsipnya penempatan saluran tepi jalan di permukaan
jalan selalu mengikuti topografi yang berkaitan dengan geometrik (rencana ataupun
kondisi) jalan dan lingkungan sekitarnya, yang terkait dengan badan air lain atau ke saluran
pembuangan (sungai) (Sailendra, AB, 2012).
3
e. Letak sistem drainase jalan memenuhi kriteria aman untuk struktur jalan, utilitas, dan
perlengkapan jalan lainnya dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam
pelaksanaannya harus mempehatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya
dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota).
f. Stabilitas bangunan harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
2) Keberadaan sungai dan bangunan air lainnya yang terdapat di lokasi harus
diperhatikan. Badan sungai yang terpotong oleh rute jalan harus ditanggulangi dengan
perancangan gorong-gorong dimana debit yang dihitung adalah debit sungai yang
menggunakan SNI 03-1724-1989, Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk
bangunan di Sungai
3) Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di
permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan,
seperti kerusakan karena air banjir yang melimpas di atas perkerasan jalan atau
kerusakan pada badan jalan akibat erosi.
4) Sistem drainase jalan harus memperhitungkan debit pengaliran pada saluran samping
jalan yang memanfaatkan saluran samping jalan tersebut untuk menuju badan air atau
resapan buatan.
5) Sistim drainase permukaan jalan terdiri dari: perkerasan dan bahu jalan, saluran
samping jalan, drainase lereng, gorong-gorong (lihat Gambar 2).
4
Saluran Penangkap
Saluran
samping
jalan
i b% im% im% ib %
Gorong-gorong
5
Plot Rute Jalan
Ketentuan teknis,
metode/cara
pengerjaan
Selesai
6
Gambar 3 Ilustrasi rute jalan dan gambaran topografi
7
STA 0+000
Saluran samping jalan
Batas daerah pengaliran (A1, A2, A3)
Waktu pengaliran (t1, t2)
Panjang (L, lo)
Badan jalan
STA 0+100
A1 L
A2
t2 A3
t1
lo
Keterangan :
STA contoh penempatan segmen dibatasi antar STA jalan atau dari saluran
penghubung
CL
Ll1 (m ) Ll2 (m ) L3 (m )
1 2 l3
Keterangan gambar:
l1 ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan.
l2 ditetapkan dari tepi perkerasan sampai tepi bahu jalan
l3 tergantung daerah setempat:
- perkotaan (daerah terbangun) + 10 m
- luar kota (rural area) (tergantung topografi) + 100m
-
Gambar 5 Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan (l1, l2, l3)
8
5) Koefisien pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (C) dipengaruhi kondisi permukaan tanah (tata guna lahan) pada
daerah layanan dan kemungkinan perubahan tata guna lahan. Angka ini akan
mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya tampung saluran.
Untuk itu diperlukan peta topografi dan melakukan survey lapangan agar corak
topografi daerah proyek dapat lebih diperjelas.
Diperlukan pula jenis sifat erosi dan tanah pada daerah sepanjang trase jalan rencana
antara lain tanah dengan permeabilitas tinggi (sifat lulus air) atau tanah dengan tingkat
erosi permukaan. Secara visual akan nampak pada daerah yang menunjukkan alur-alur
pada permukaan.
Tabel 1 Harga koefisien pengaliran (C) dan harga faktor limpasan (fk)
Kondisi Koefisien Faktor Limpasan
No.
permukaan tanah pengaliran ( C ) (fk)
BAHAN
1 Jalan beton & jalan aspal 0,70 - 0,95 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40 - 0,70 -
3 Bahu Jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 - 0,65 -
- Tanah berbutir kasar 0,10 - 0,20 -
- Batuan masif keras 0,70 - 0,85 -
- Batuan masif lunak 0,60 - 0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah perkotaan 0,70 - 0,95 2,0
2 Daerah pinggir kota 0,60 - 0,70 1,5
3 Daerah industri 0,60 - 0,90 1,2
4 Permukiman padat 0,40 - 0,60 2,0
5 Permukiman tidak padat 0,40 - 0,60 1,5
6 Taman dan kebun 0,20 - 0,40 0,2
7 Persawahan 0,45 - 0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70 - 0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75 - 0,90 0,3
Keterangan:
• Harga koefisien pengaliran ( C ) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan
untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
• Harga faktor limpasan (fk) hanya digunakan untuk guna lahan sekitar saluran selain
bagian jalan.
9
b. Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, Harga C rata-rata ditentukan
dengan persamaan berikut:
dengan pengertian:
C1, C2, C3 koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1, A2, A3 luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisi
permukaan (Lihat Gambar di atas)
fk faktor limpasan sesuai guna lahan (lihat Tabel 1)
TC = t1 + t2 (2)
2 nd 0,167
t1 = ( x 3,28 x lo x ) (3)
3 is
L
t2 = (4)
60 × V
dengan pengertian:
Tc waktu konsentrasi (menit)
t1 waktu untuk mencapai awal saluran dari titik terjauh(menit)
t2 waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran(menit)
lo jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L panjang saluran (m)
nd koefisien hambatan (lihat Tabel 1)
is kemiringan daerah pengaliran
V kecepatan air rata-rata pada saluran drainase (m/detik)
10
8) Analisa Hidrologi
11
Bahu Jalan Perkerasan Jalan Bahu Jalan
Selokan
i b% im% im% ib%
Keterangan gambar:
im kemiringan melintang perkerasan jalan
ib kemiringan bahu (im+2%)
d. Pada bahu jalan yang terbuat dari tanah lempung atau lanau dan tidak diperkeras,
untuk mempercepat pengaliran air hujan agar tidak meresap ke dalam bahu jalan,
dibuat saluran-saluran kecil yang melintang bahu jalan (Gambar 7)
n
J ala
As 90°
90°
Daerah Datar 0 - 6 %
12
2) Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan
a. Perlu dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan ± 60o-75o (Gambar 9) agar
aliran air dapat mengalir ke drainase (walaupun tidak akan seluruhnya)
60°
60°
m
15
As Jalan
m
60°
15
Saluran bawah
Daerah Tanjakan ( > 6 % ) tanah pada bahu
jalan
3) Daerah tikungan
a. Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan
alinyemen horisontal jalan (menurut ketentuan yang berlaku).
b. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan
menurun/melandai ke sisi dalam tikungan.
c. Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan
kemiringan menurut keperluan drainase.
d. Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah sub bab
sebelumnya (lihat gambar 9).
e. Kedalaman saluran di tepi luar jalan pada tikungan harus memperhatikan
kesesuaian rencana pengaliran sistem drainase saluran tersebut.
13
Bahu Jalan Perkerasan Jalan Bahu Jalan
i m% i b+2%
i m%
i b+2%
elev1 − elev 2
il = x 100 % (6)
L
dengan pengertian:
il kemiringan lahan eksisting pada lokasi saluran
elev1 tinggi tanah di bagian tertinggi (m)
elev2 tinggi tanah di bagian terendah (m)
L panjang saluran (m)
il (%)
elev1 (m)
elev2 (m)
Sta.1 Sta.2
L (m)
14
Gambar 11 Saluran Terbuka
b. Bahan bangunan saluran ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang
mengalir di saluran samping jalan tersebut (lihat Tabel 4);
d. Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan untuk saluran yang
panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar (lihat Gambar 12). Pemasangan jarak
pematah arus (lp) harus sesuai Tabel 6.
15
1%
is = 1%
lp
L
Tabel 6 Hubungan kemiringan saluran (is) dan jarak pematah arus (lp)
Is (%) 6 7 8 9 10
lp (m) 16 10 8 7 6
f. Tipe dan jenis bahan saluran didasarkan atas kondisi tanah dasar dan kecepatan abrasi
air (lihat Tabel 7).
Tabel 7 Tipe penampang saluran samping jalan
Tipe saluran
No Potongan melintang Bahan yang digunakan
samping
16
Tabel 7 (lanjutan )
Tipe saluran
No Potongan melintang Bahan yang dipakai
samping
17
TC = t1 + t2 (1)
2 nd 0,167
t1 = ( x 3,28 x lo x ) (2)
3 is
L
t2 =
60 × V
(3)
8) Siapkan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tentukan periode ulang
rencana untuk saluran drainase, yaitu 5 tahun
9) Hitung intensitas curah hujan sesuai pada buku SNI 03-2415-1991 Metode
perhitungan debit banjir
10) Hitung debit air (Q) dengan menggunakan rumus (5), yaitu:
1
Q= C×I× A
3,6
(5)
h. Perhitungan dimensi dan kemiringan saluran serta gorong-gorong
1) Perhitungan dimensi saluran dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada yaitu
berdasarkan:
a. Penentuan bahan yang digunakan sehingga terdapat batasan kecepatan (V)
dan kemiringan saluran (is) yang diijinkan.
b. ketersediaan ruang di tepi jalan sehingga perhitungan dimulai dengan
penentuan dimensi
2) Langkah awal perhitungan:
a. Penentuan awal bahan saluran
Penentuan bahan saluran, koefisien manning (n) Tabel 10, dan kecepatan
(V) pada saluran yang diijinkan (Tabel 4), bentuk saluran (Tabel 7) dan
penentuan kemiringan saluran is yang diijinkan (Tabel 5)
Tentukan Kecepatan saluran < kecepatan saluran yang diijinkan
Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan rumus (25), yaitu:
18
Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan rumus (25), yaitu:
3) Cek Debit saluran harus lebih kecil dari debit aliran. Jika tidak sesuai maka
perhitungan dimensi harus diulang.
V ×n 2
4) Hitung kemiringan saluran, is = ( ) (7)
R2 / 3
elev1 − elev 2
is = x 100 % (6)
L
19
Bagan alir perhitungan
Bagan alir perhitungan debit aliran rencana (Q) dari daerah pelayanan yang dihubungkan
dengan kemampuan saluran yang menampungnya (lihat Gambar 13). Perhitungan dimensi
saluran dan kemiringan saluran yang akan digunakan di lapangan ditunjukkan pada Gambar
13.
Topografi V, Q
saluran
Jenis tanah
tc = t1 + t2
1
A Q rencana = CxIxA I
3,6
Ya
Selesai
20
Tentukan
dimensi, n, is,W
Tentukan bahan,
bentuk sal., n,
V&is ijin V
Tentukan V<Vijin
Tidak
V, is
Hitung dimensi,W ijin
Ya
Ya
21
3.4.3 Saluran tertutup
Saluran tertutup merupakan bagian dari saluran sistem drainase yang dapat digunakan di tempat yang tidak
memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka.
Pada saluran tertutup dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Saluran tertutup
2. Saluran terbuka yang ditutup
b) Jenis saluran tertutup direncanakan sesuai dengan kala ulang curah hujan:
1. Curah hujan dengan kala ulang 5 tahun: luas penampang basah yang penuh tetapi tanpa adanya
pengaruh tekanan akibat perbedaan tinggi muka air (lihat Gambar 15)
2. Curah hujan dengan kala ulang 50 tahun: saluran akan beroperasi dalam kondisi dengan tinggi
tekanan akibat perbedaan tinggi muka air dan Manhole akan terendam penuh (lihat Gambar 16
berikut ini)
Manhole
Manhole
22
c) Perhitungan jumlah lubang pemasukan, pengaliran pipa,
1. Penentuan jumlah lubang pemasukan yang dipasang untuk mengalirkan air ke dalam saluran tertutup
dari side inlet atau dari manhole.
debit kapasitas gutter
Jumlah lubang side inlet = (8)
80% kapasitas inlet
dengan pengertian:
debit kapasitas gutter diperoleh dari Gambar 22 Diagram debit aliran pada saluran bentuk segitiga.
Kapasitas inlet diperoleh dari Gambar 32 Kapasitas lubang pemasukan samping
2. Pada kondisi pengaliran pipa:
Kapasitas pipa direncanakan dengan asumsi pipa akan terisi penuh pada saat banjir rencana (R5
tahun).
Kondisi tertentu/banjir besar (R50 th), manhole akan penuh dan aliran dalam pipa akan beroperasi
dengan tekanan (under pressure) dalam waktu yang singkat.
WL2
HG
WL1
OL2
OL1
IL2 IL1
23
4. Perhitungan HGL (Hydraulic Grade Line)
Prosedur perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL) adalah sebagai berikut dengan memperhatikan Gambar
18 di bawah ini :
WL1
dc
IL1
Kondisi A : WL1 di atas elevasi atas pipa Kondisi B : WL1 di atas tinggi kritis
(WL1 > OL 1 )
d c atau d d
garis air
WL1
dc
IL1
WL1
Kondisi C : WL1 di atas elevasi atas pipa Kondisi D : WL1 di bawah elevasi dasar pipa
(WL1 < IL 1 )
24
1,0
Kedalaman Kritis -dc - (meter)
0,8
0,6
1200 mm
1050 mm
0,4 900 mm
750 mm dc Tidak lebih dari puncak pipa
600 mm
450 mm
0,2
300 mm Ø Pipa
0,0
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
DEBIT Q (m3/det)
2,0 2,4
1,8 2,2
1,2 1,6
2700 mm
2400 mm
1,0 2100 mm 1,4
1800 mm dc Tidak lebih dari puncak pipa
1500 mm 1,2
0,8 1200 mm Ø pipa
0,6 1,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
22,0
24,0
26,0
28,0
DEBIT Q (m3/det)
4,0
Kedalaman Kritis -dc - (meter)
3,0
dc
2,0
4500 mm Luas arus, A
dc Tidak lebih dari puncak pipa Lebar permukaan, B
3900 mm
Untuk arus kritis
3300 mm 2 3
Q A
=
2700 mm Ø pipa g B
1,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
110,0
120,0
DEBIT Q (m3/det)
25
4,0
3,0
Kedalaman Kritis -dc - (meter)
2,0
2
d = 3
1 Q
1,5 c g B
Mengacu
Q = Debit (m3 /det)
pada B = Lebar arus (meter)
1,0
grafik
di bawah
0,0
0 5 10 20 30
Q
B
1,5
Kedalaman Kritis -dc - (meter)
1,0
0,5
0,0
0,0 1,0 2,0 Q 3,0 4,0 5,0
B
26
5. Menghitung tinggi hilang karena gesekan dalam pipa (friction losses)
a. Hitung nilai kekasaran relatif dan angka Reynold dari pipa dengan rumus :
kp
e= ( 10 )
D
D ×V
Nr = ( 11 )
v
dengan pengertian:
d diameter pipa (m)
e kekasaran relatif (m/m)
kp angka kekasaran pipa (lihat Tabel 12 Nilai kekasaran pipa)
Nr angka Reynold
V rata-rata kecepatan aliran (m/det)
ν kinetic viscositas dari air = 1,0 x 10-6 m/det
Beton Fibre-Reinforced
-6
Baik 15 x 10
-6
Normal 30 x 10
Plastik
-6
Sambungan semen 30 x 10
-6
Spigot & socket 60 x 10
b. Baca nilai faktor kekasaran “ƒ” dari Gambar 21 Grafik diagram Moody nilai kekasaran pipa tertekan.
27
10 3 2 3 4 5 6 7 8 10 4 2 3 4 5 6 7 8 10 5 1,5 2 3 4 5 6 7 8 10 6 1,5 2 3 4 5 6 7 8 10 7 1,5 2 3 4 5 67 8 10 8
0,100
0,090
Turbulen Penuh
0,080
0,050 = Ks /D
0,070
0,040
0,060 0,030
0,025
0,050 0,020 = Ks /D
0,015
0,040
0,010
Faktor Gesekan f
0,008
Laminer
0,006
0,030 64
f = R 0,004
0,003
0,025 Transisi
0,002 = Ks /D
0,0015
0,020 0,0010
0,019 0,018 0,0008
0,0006
0,017 0,016 0,0004
0,015
0,014 0,013 0,0002
0,012
0,0001
0,011
0,00006
0,010 0,00004
0,00002
0,009
0,00001
0,008 0,00005
0,0000
0,007 3
10 2 3 4 5 6 7 8 10 4 2 3 4 5 6 7 8 10 5 1,5 2 3 4 5 6 7 8 10 6 1,5 2 3 4 5 6 7 8 10 7 1,5 2 3 4 5 6 7 8 10 8
VD
Angka Reynolds =
V
Jika nilai WL2 < IL2: kondisi yang terjadi adalah pengaliran pipa tanpa tekanan
menggunakan Gambar 22 dan 23 Diagram Debit Aliran box culvert dan atau pipa untuk
menghitung nilai Qp (penampang penuh).
Q
menggunakan rasio untuk menghitung dp, dari Gambar 24 Debit dan kecepatan air dalam
Qp
pipa yang terisi sebagian.
Hitung :
WL2 = IL2+dp ( 14 )
28
t
30,0
/de
0m
1
20,0
tan
9
pa
8
ce
7
Ke
5
10,0
3
5,0
4,0
2
3,0 No
Leb mina
120 ar x l
DEBIT Q (m3/det)
0x T
2,0 900 ingg
1
i
120
0x
90 6
0,5
90 0 x 7 00
1,0 0 x 50
900 600
900 x 4
75 x 4 50
0x 50
600 450
0,50 x4
750 50 120
x3 0x
0,40 600 00 450
x3
0,30 00 120
450
x3 0x
600 00 900 300
0,20 450 x 225 x3
x 00
375 22
60 x2 5
25
450 0 x 1
37 x 1 50
5x 50
0,10 150
300
450 x 1
x 1 50
00
300
0,05 x1
00
0,04
0,03
1
3
4
5
10
20
30
40
50
100
200
300
400
500
1000
2000
3000
4000
5000
10000
KEMIRINGAN
KEMIRINGAN GORONG-GORONG(1 DALAM ....)
GORONG-GORONG
Keterangan
KETERANGAN : Untuk gorong - gorong kotak yang mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
• Contoh: kemiringan gorong-gorong 1/z (seperti ½, 1/100, 1/1000), maka koordinat X adalah
Kemiringan gorong - gorong adalah paralel untuk kemiringan hidrolik
angka z
• Untuk gorong-gorong kotak yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
29
KEKASARAN Ks = 0,6 mm
30,0
120
2,00 0
105
0
900
1,00
750
675
t
de
600
m/
0,50
10
525
0,40
9
tan
450
7
0,30
pa
ce
6
Ke
375
5
0,20
4
300
3
0,10
2
225
0,05
0,04
0,03
1
3
4
5
10
20
30
40
50
100
200
300
400
500
1000
2000
3000
4000
5000
10000
KEMIRINGAN
Kemiringan GORONG-GORONG
Pipa (1 dalam .....)
Keterangan
• Contoh: kemiringan gorong-gorong 1/z (seperti ½, 1/100, 1/1000), maka koordinat X adalah
angka z
• Untuk gorong-gorong pipa yang aliran mengalir penuh tetapi tidak di bawah tekanan
Gambar 23 Diagram Debit Aliran pada Pipa
• Kemiringan gorong-gorong adalah paralel dengan kemiringan air
3.4.4 Saluran penghubung (gutter)
a. Merupakan saluran kecil (gutter) yang dibuat antara kerb dan badan jalan untuk menyalurkan air hujan
yang jatuh di atas permukaan jalan ke saluran samping jalan.
30
Zd
d
ib atau im
b. Kapasitas saluran yang akan menampung air tergenang pada kerb (lihat Gambar 31) yang akan
disalurkan ke saluran samping jalan dapat diperkirakan dari rumus Manning yaitu :
8
zi 1
Q = 0,375 × × ij2 × d 3 ( 15 )
n
1
zi = ( 16 )
im
dengan pengertian:
Q debit saluran
d kedalaman genangan air di saluran
im kemiringan melintang jalan atau bahu jalan (ib)
ij kemiringan memanjang jalan atau bahu jalan
n koefisien Manning dasar saluran
zi 1/im atau 1/ib
Zd lebar genangan
c. Lebar genangan (Zd) dibatasi yaitu maksimum 2,0 m dan hujan yang terjadi adalah hujan kala ulang 5
tahun.
d. Perhitungan Zd dapat dilakukan dengan menggunakan Gambar 22 Diagram debit aliran pada saluran
bentuk segitiga.
b. Adapun ketentuan yang bisa dilakukan seperti yang direkomendasikan oleh Road Drainage Design
Manual, Queensland Goverment, Department of Main Road, Edisi Juni 2002, adalah ditentukan
berdasarkan waktu konsentrasinya. Seperti pada Tabel 13 berikut:
31
Tabel 9 Standar waktu konsentrasi inlet
Waktu
Lokasi
(Menit)
Area perkerasan jalan 5
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 15% 5
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 10 – 15 % 8
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 6 – 10 % 10
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata > 3 – 6 % 13
Area Perkotaan dan Perumahan dengan kemiringan rata-rata ≤ 3 % 15
(a) (b)
(a) Inlet got tepimendatar
(b) Inlet kerb tepi
Gambar 25 Inlet
d. Untuk jumlah saluran inlet yang harus dibuat, direkomendasikan maksimal tiap 5 meter dengan lebar
saluran selebar kerb.
e. Untuk mengetahui kapasitas inlet samping (side inlet) didapat dari 80% kapasitas yang didapat dari
Gambar 26 Grafik kapasitas lubang pemasukan samping.
32
10,0
9,0
8,0
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
L=
L=
10 m
,
10 m
S=
S=
1,0
0,9 0 ,0 5
0 ,0 2
0,8
0,7
0
5-0
0,6
0,5
,0 1 0
0,4
0,3
0,2
0,1
0,006 0,010 0,020 0,050 0,100 0,200 0,250
Catatan :
1. l = L (pada grafik) = Lebar bukaan inlet = 1 m
2. ib = S (pada grafik) = kemiringan bahu = 0,05; 0,025-0,010 m/m
3. Kemiringan saluran (is)diperkirakan dengan interpolasi secara logaritmik
g. Lokasi inlet saluran ditempatkan pada titik terendah dari kemiringan memanjang jalan (longitudinal) atau
pada antara titik terendah dan tertinggi pada kemiringan memanjang jalan (gambar pada Tabel 14).
h. Jika inlet saluran berbentuk manhole dan air pada saluran langsung jatuh ke bawah (drop inlet) maka
kapasitas diperkirakan dengan Tabel 14 ukuran lubang pemasukan dan Gambar 26 kapasitas lubang
pemasukan samping.
33
Tabel 10 Ukuran lubang pemasukan samping
Ukuran (mm) Pada kemiringan (m3/detik) Tempat rendah (m3/detik)
Lubang Pemasukan
(Lebar x Panjang)
i. Perancangan bentuk ataupun dimensi saluran inlet tergantung kondisi lapangan (datar,
turunan/tanjakan). Berikut ditampilkan beberapa contoh gambar untuk saluran inlet pada jalan
menurun/ tanjakan:
Inlet
R=10 Inlet
m Arah aliran air Trotoar/kerb
60o –
75o
4 5
3
1
34
(a) Inlet untuk Kemiringan Memanjang Jalan <4% (tampak atas)
3
7 2/6
7
3
1
b. Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga mudah, aman dalam melakukan
inpeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol mudah dibuka dan ditutup) serta aman bagi pejalan kaki
(untuk saluran tertutup yang berada di bawah trotoar).
35
1
2
TAMPAK SAMPING
1
Keterangan Gambar
1 penutup bak kontrol
2 penutup saluran terbuka tepi jalan
3 gorong-gorong atau saluran tertutup
4 bak kontrol
5 saluran terbuka tepi jalan
4
3
4
5
5
3
36
(d) Gambar bak kontrol lingkaran dan kotak
Gambar 29 Contoh bentuk bak kontrol
3.4.7 Gorong-Gorong
a. Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari hulu saluran drainase dan
mengalirkannya
b. Harus cukup besar untuk melewatkan debit air secara maksimum dari daerah pengaliran secara efisien.
c. Harus dibuat dengan tipe permanen (lihat Gambar 30). Adapun pembangunan gorong-gorong terdiri
dari tiga konstruksi utama, yaitu:
1. pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke bagian hilir secara
langsung;
2. apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi
sebagai dinding penyekat lumpur
3. bak penampung diperlukan pada kondisi:
− pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi
− pertemuan lebih dari dua arah aliran
Tembok Kepala
0,5 - 2%
Pipa kanal
air utama bak penampung
Apron (dasar)
d. Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter. Untuk daerah pegunungan besarnya bisa
dua kali lebih besar;
e. Kemiringan gorong-gorong antara 0,5% – 2% dengan pertimbangan faktor-faktor lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya pengendapan erosi di tempat air masuk dan pada bagian pengeluaran;
37
f. Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen (lihat Tabel 15) dengan disain umur rencana untuk
periode ulang atau kala ulang hujan untuk perancangan gorong-gorong disesuaikan dengan fungsi jalan
tempat gorong-gorong berlokasi
− Jalan Tol : 25 tahun
− Jalan Arteri : 10 tahun
− Jalan Kolektor : 7 tahun
− JalanLokal : 5 tahun
g. Untuk daerah-daerah yang berpasir, bak kontrol dibuat/direncanakan sesuai dengan kondisi setempat;
h. Perhitungan dimensi gorong-gorong mengambil asumsi sebagai saluran terbuka. Tahap perhitungan
mengikuti sub bab 5.3. Perhitungan dimensi gorong-gorong harus memperkirakan debit-debit yang
masuk gorong-gorong tsb.
i. Dimensi gorong-gorong minimum dengan diameter 80 cm; Kedalaman gorong-gorong yang aman
terhadap permukaan jalan, tergantung tipe (Lihat Tabel 15) dengan kedalaman minimum 1m -1,5 m dari
permukaan jalan.
Bahan Yang
No Tipe Gorong-gorong Potongan Melintang
Dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
1. Pipa tunggal atau lebih atau beton tumbuk,
besi cor dan lain-
lain.
j. Kecepatan minimum
Kecepatan minimum dalam gorong-gorong 0,7 m/detik agar tidak terjadi sedimentasi.
k. Kecepatan maksimum
Kecepatan maksimum yang keluar dari gorong-gorong, untuk berbagai macam kondisi material saluran
di hilir gorong-gorong agar tidak terjadi erosi pada saluran ditunjukkan pada Tabel 16 berikut ini.
38
Tabel 12 Kecepatan maksimum gorong-gorong yang diijinkan
Kondisi material dasar saluran V maksimum, Vg (m/detik)
Lumpur < 0,3
Pasir Halus < 0,3
Pasir Kasar 0,4 - 0,6
Gravel
θ > 6 mm 0,6 - 0,9
θ > 25 mm 1,3 - 1,5
θ > 100 mm 2,0 - 3,0
Lempung
Lunak 0,3 - 0,6
Kenyal 1,0 - 1,2
Keras 1,5 - 2,0
Batu-Batuan
θ > 150 mm 2,5 - 3,0
θ > 300 mm 4,0 - 5,0
l. Kecepatan keluaran rata-rata yang melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan seperti pada Tabel 16
di atas ini maka harus diberikan beberapa jenis perlindungan keluaran atau dengan banguanan
peredam energi ataupun pencegah erosi pada daerah hilir gorong-gorong.
m. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan keluaran adalah kemiringan dan kekasaran gorong-
gorong.
n. Hidrolik gorong-gorong
Ukuran dan jenis gorong-gorong dipilih sesudah ditentukan :
- debit yang direncanakan
- lokasi gorong-gorong
39
dinding ujung
(penahan)
apron
Dinding ujung
(penahan) dari bata
dan apron beton (sisi
masuk bersudut untuk
aliran arus)
(d)
Gambar 31 (a) dan (b) Dinding ujung gorong-gorong, dinding sisi dan apron beton (c) Dinding ujung
gorong-gorong batu (d) Dinding ujung gorong-gorong bata dan apron beton (pemasukan menyudut pada
aliran)
Kedalaman sumur resapan harus lebih dalam daripada elevasi subgrade jalan yaitu 1m-1,5m di bawah
permukaan jalan. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu stabilitas konstruksi jalan raya. Perencanaan
sumur resapan dilakukan sesuai SNI 03-2453-2002 Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan dan SNI 06-2459-2002 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan
40
Gambar 32 Sumur resapan di jalur hijau (Irianto, Eko)
3.4.9.1 Prinsip
1. Air yang masuk ke dalam kolam drainase tampungan air sementara dibatasi hanya untuk air dari
saluran samping jalan
41
(a) (b)
(a) Contoh kolam kering, bak tanaman yang juga berfungsi sebagai kolam tampungan (Portland)
(b) Contoh kolam kering, jalur hijau yang berfungsi sebagai kolam tampungan (Greenroad, 2011)
Gambar 33 Sumur Resapan dan Kolam Tampungan Air
Tampak atas
Potongan melintang
c. Jenis permukaan saluran pada daerah yang khusus untuk menghindari erosi ditunjukkan pada Tabel 39
d. Kemiringan talud (sisi kolam) dan spillway yang dilapisi rumput ditunjukkan pada Tabel 40.
43
Debit , Q
3
(m /detik)
Qmaks
Waktu, t
(menit)
tc menit tc+t2 menit
44
Kumulatif kumulatif inflow
inflow and
out flow
3 3
(m .10 )
kumulatif outflow
Waktu (menit)
45
Hitung debit puncak banjir (Inflow) buat hidrograf
46
Daftar Pustaka
Irianto, Eko W, Membangun SaRASS Upaya Konservasi dan Proteksi Air Tanah Akibat Limpasan Hujan untuk
Pengembangan SNI 06-2459-2002.
Sailendra, Agus Bari, 2012, Perencanaan Drainase dan Bahu Jalan Yang Berwawasan Lingkungan, Serial
Optimalisasi Pemeliharaan Jaringan Jalan Yang Berwawasan Lingkungan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
47
Lampiran
Contoh Perhitungan
Drainase Permukaan Dengan Saluran Terbuka Samping Jalan
Contoh Perhitungan saluran terbuka samping jalan dan tidak memiliki air bawah permukaan. Di
daerah tersebut terdapat sungai yang akan dijadikan sebagai tempat pembuang air hujan.
1. Data kondisi
Saluran
samping
Bahu Daerah
Saluran samping Perkerasan (A1) (A2) sekitar (A3)
Gorong-gorong
Tembok sayap
2% 2%
Tembok Kepala 3%
0,5 - 2%
A1 A2
A3
Batas pengaliran
Gorong-gorong
Perumahan
48
• Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem drainase sehingga tidak ada debit masuk (Q
masuk) selain dari A1, A2, A3.
• Gorong-gorong merupakan pipa terbuat dari beton
• Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke sungai melalui gorong-gorong melintang
badan jalan.
• Perancangan gorong-gorong, menampung debit air dari segmen yang ditinjau dan segmen sesudah itu.
Q segmen
1
Q gorong-gorong =
Q gorong-gorong Qsegmen1 +Q segmen 2
Q segmen
2
Gambar A3 Pertemuan saluran dengan gorong-gorong
0,013
t aspal = (2/3 x 3,28 x 5,0 x ) 0,167 = 1,00 menit
0,02
0,013
t bahu = (2/3 x 3,28 x 2,0 x ) 0,167 = 0,86 menit
0,02
0,01
t perumahan = (2/3 x 3,28 x 10,0 x ) 0,167 = 1,04 menit
0,03
t1 dari badan jalan = 1,86 menit
t1 dari perumahan = 1,04 menit
200
t2 = = 2,2 menit
60 x1,5
Tc = t1 + t2 = 4,06 menit
n
dari persamaan tersebut maka:
1,3 = (1/0,013) x [0,5b/(1+b)]^(2/3) x (3%)^(1/2)
maka lebar saluran (b) = 0,7m
W = 0,5 m
h=0,5m
b=0,7
m
+8800 (m)
+ 8400 (m)
Sta.5+100 Sta.5+300
Sta : 5 + 100 ; elev1 = 8,800 meter
Sta : 5 + 300 ; elev2 = 8,400 meter
200 (m)
elev1 − elev 2
is lapangan =
L
8,800 − 8,400
is lapangan = x 100% = 0,20%
200
is digunakan (0,3%) < is di lapangan (0,20%) maka tidak diperlukan saluran
pematah arus
52
Lampiran
Contoh Perhitungan
Kolam Drainase
Dari data di atas hitung volume air yang ditampung dalam saluran:
Q (m3/det)
Volume air yang harus ditampung
Qmaks = 10 m3/det
Q = gorong-gorong = 5m3/det
t (menit)
t1 = 30 t2 = 37,5
53