Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

DRAINASE PERKOTAAN
DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DRAINASE PERKOTAAN

DISUSUN OLEH :

LAILATUL FITRIYANI NPM : 2110510007

THOLIUS SADAD NPM : 2110510008

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012 - 2013
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Drainase Perkotaan

Oleh:

1. Lailatul Fitriyani ( 2110510007 )

2. Tholius Sadad ( 2110510008 )

Malang, 16 Februari 2013


Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing

Ir. Achmad Arief, M.T


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.

Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
Kuliah Drainase perkotaan di bawah bimbingan bapak Ir. Achmad Arief, M.T pada Fakultas
Teknik Universitas Islam Malang. Serta sebagai motivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.

Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan dengan
lancar.

Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.

Sebagai manusia biasa saya merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu saya
mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Amin.

Malang, 16 Januari 2013

Hormat kami

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Maksud dan Tujuan......................................................................................................1
1.3 Identifikasi Masalah.....................................................................................................1
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Drainase............................................................................................................3


2.1.1 Pengertian Drainase......................................................................................................3
2.1.2 Jenis-jenis drainase.......................................................................................................3
2.1.3 Tujuan system drainase................................................................................................12
2.2 Analisis hidrologi.........................................................................................................13
2.2.1 Analisis hujan...............................................................................................................13
2.2.2 Analisis frekuensi.........................................................................................................13
2.2.2.1 Distribusi Log-Pearson...............................................................................14
2.2.2.2 Distribusi Gumble......................................................................................16
2.2.2.3 Intensitas hujan...........................................................................................18

BAB III DATA DAN ANALISA

3.1 Analisa hidrologi..........................................................................................................19


3.1.1 Menentukan peta wilayah.................................................................................20
3.1.2 Meentukan batasan DAS..................................................................................20
3.1.3 Menghitung luas pengaruh stasiun hujan.........................................................20
3.1.4 Menentukan hujan rata-rata sepanjang tahun...................................................21
3.1.5 Menentukan hujan maksimum rata-rata...........................................................23

3.1.6 Hitung curah hujan rancangan..........................................................................23


3.1.7 Perhitungan intensitas hujan.............................................................................25
3.2 Analisis hidrolika.........................................................................................................26

BAB IV PERENCANAAN SALURAN

4.1 Dimensi saluran............................................................................................................27


4.2 Galian dan Timbunan...................................................................................................30

BAB V PENUTUP...................................................................................................................36

BAB VI KESIMPULAN..........................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

LAMPIRAN .......................................................................................................................

i
DAFTAR PUSTAKA

http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

http://mamanclasik.blogspot.com/2012/10/makalah-drainase-perkotaan.html

http://rafilahmujahidah.blogspot.com/2010/12/Drainase.html

http://sri utami setyowati.wordpress.com/2009/12/Analisis-hidrolika.html

http://kampustekniksipil.wordpress.com/2011/09/Analisa-hidrologi.html
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai


aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.

Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa


sedemikian rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk
merancang sistem penyaluran air hujan, dimana perhitungan-perhitungan yang
berkaitan dengan rancangan disesuaikan dengan kriteria disain (berdasarkan
literature) dan mempresentasikannya rancangan tersebut dalam bentuk gambar
teknik yang memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

1.3 Identifikasi Masalah


Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis curah hujan.
 Menghitung hujan rata-rata da hujan maksimum tahunan.
 Menghitung intensitas hujan.
2. Merencanakan saluran drainase:

LAPORAN TUGAS DRAINASE 1


 Merencanakan dimensi dan bentuk saluran drainase.
 Menghitung dan gambar potongan melintang dan potongan
memanjang saluran.
 Menghitung volume galian dan timbunan.
1.4 Rumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka
kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa debit air hujan yang masuk ke saluran ?


2. Bagaimana rencana dimensi penampang saluran drainase ?

LAPORAN TUGAS DRAINASE 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Drainase


2.1.1 pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan
atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan
sistim-sistim yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik
diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan
tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak
terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi
menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di dalam
kawasan perkotaan.
2.1.2 Jenis-jenis Drainase
1. Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin
kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk
penerapan saluran drainase permukaan.
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase
permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa
tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan
secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki
cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus
dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:

LAPORAN TUGAS DRAINASE 3


a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal
(shallow random field drains).
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet
ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm
lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran
pembuangan utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak
memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2. Drainase acak (Random Field Drains)
merupakan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang –
lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase
disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya
diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor
pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi
yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah
karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan
pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman
saluran drainase.
3. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System
drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara
parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari
panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak
dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran
drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter).
Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup
banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap
saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang
dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land

LAPORAN TUGAS DRAINASE 4


grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak
antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang
lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar
bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan
smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang
curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan
bangunan pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk
mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran
paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah
galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai
jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

Gambar 1.1 Pola Jaringan Drainase Pararel

4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat
yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus
menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang
disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada
kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat
expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan
memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian
dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :

LAPORAN TUGAS DRAINASE 5


a. Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air.
b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik
sepanjang tahun.
c. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak
dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.

Jenis drainase dapat dikelompokan berdasarkan cara terbentuknya, system


pegalirannya, tujuan/sasaran pembuatannyaa, tata letaknya, fungsinya, dan
kontruksinya. Berikut ini merupakan pejelasan jenis drainase berdsarkan
pengelompokan tersebut.
1. Drainase berdasarkan cara terbentuknya :
a. Drainase alamiah (natural drainage), terbentuk melalui proses
alamiah yang berlangsung lama.

Gambar 1.2 Terbentuknya drainase alamiah

b. Drainase buatan (artificial drainage), dibuat dengan maksud


tertentu dan merupakan hasil rekayasa berdasarkan hasil hitungan-
hitungan yang dilakukan dalam upaya penyempurnaan atau
melengkapi kekurangan sisterm drainase alamiah.

Gambar 1.3 Drainase Buatan

LAPORAN TUGAS DRAINASE 6


2. Drainase berdasarkan sistem pengalirannya
a. Drainase dengan sistem jaringan, suatu system pengeringan atau
pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan
mengalirkan air melalui system tata saluran dengan bangunan
pelengkapnya.

Gambar 1.4 Drainase dengan sistem jaringan

b. Drainase dengan sistem resapan, suatu system pengeringan air


dengan jalan meresapkan air kedaalam tanah.

Gambar 1.5 Drainase dengan system sumur resapan

3. Drainase bedasarkan tujuan atau sasaran pembuatannya:


a. Drainase perkotaan, adalah system drainase dalam wilayah
administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi
untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan
didaerah pemukiman yang bersal dari hujan local.

LAPORAN TUGAS DRAINASE 7


Gambar 1.6 Sistem Drainase Perkotaan

b. Drainase daerah pertanian, pengeringan air didaerah pertanian


seperti di pesawahan yang bertujuan untuk mencegah kelebihan air
agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

Gambar 1.7 Drainase daerah pertanian

LAPORAN TUGAS DRAINASE 8


c. Drainase lapangan terbang, pengeringan atau pengaliran dikawasan
lapangan terbang terutama pada runway dan taxiway sehingga
kegiatan penerbangan baik takeoff, landing, dan taxing tidak
terhambat dan berjalan aman tanpa adanya kejadian tergelincirnya
ban pesawat terbang.

Gambar 1.8 Rekayasa drainase lapangan terbang

d. Drainase jalan raya, pengeringan atau pengaliran air dipermukaan


jalan raya yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada
badan jalan dan menghindari kecelakaan lalu lintas.

Gambar 1.9 Drainase jalan raya

LAPORAN TUGAS DRAINASE 9


e. Drainase jalan kereta api, pengerigen atau pengliran air
disepanjang jalur rel kereta api yang bertujuan untuk menghindari
kerusakan pada jalur rel kereta api.

Gambar 1.10 Drainase jalan kereta api


f. Drainase pada tanggul dan dam, pengaliran air didaerah sisi luar
tanggul dan dam bertujuan untuk mencegah keruntuhan tanggul
dan dam akibat erosi rembesan aliran air (piping, boiling).

Gambar 1.11 Drainase chek dam


g. Drainase lapangan olahraga, pengeringan atau pengalian air pada
suatu lapangan olahraga seperti lapangan sepak bola.

Gambar 1.12 Drainase lapanngan sepak bola

LAPORAN TUGAS DRAINASE 10


h. Drainase untuk keindahan kota, bagian dari drainase perkotaan,
namun pembuatan drainase lebih ditunjukan pada sisi estetika
seperti tempat rekreasi.

Gambar 1.13 Drainase Kota Tokyo

i. Drainase untuk kesehatan lingkungan, merupakan bagian dari


drainase perkotaan dimana pengeringan dan pengaliran air
bertujuan untuk mencegah genangan yang menimbulka wabah
penyakit.
j. Drainase untuk penambahan areal, pengeringan atau pengaliran air
pada daerah rawa atau laut yang tujuannya sebagai upaya
menambah areal daratan (reklamasi).
4. Drainase berdasarkan tata letaknya:
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage), adalah system
drainase yang salurannya derada diatas permukaan tanah
(pengalirannya terjadi akibat beda tinggi/gravitasi).

Gambar 1.14 Drainase permukaan tanah

LAPORAN TUGAS DRAINASE 11


b. Drainase bawah permukaan (sub surface drainage), adalah system
drainase dimana air dialirkan dibawah permukaan tanah (ditanam)
biasanya karena sisi artistic atau pada suatu areal yang tidak
dimungkinkan untuk mengalirkan air diatas permukaan, seperti
lapangan olah raga, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

Gambar 1.15 drainase bawah permukaan tanah


5. Drinase berdasarkan fungsinya :
a. Drainase single purpose, drainase yang berfunsi mengalirkan satu
jenis air buangan misalnya air hujan atau limbah.
b. Drainase multy purpose, drainase yang berfungsi mengalirkan lebih
dari satu jenis air buangan baik secara bercampur maupun
bergntian misal campuran air hujan dan air limbah.
6. Drainase berdasarkan kontruksinya:
a. Drainase saluran terbuka, sistem saluran yang permukaan airnya
terpengaruhi udara luar (atmosfir).
b. Drainase saluran tertutup, system saluran yang permukaan airnya
tidak terpengaruhi udara luar (atmosfir).

2.1.3 Tujuan Sistem Drainase


Secara umum tujuan system drainase yaitu sebagai berikut:
1. Secepat mungkin membuang air hujan yang sudah berbahaya atau
mengganggu lingkungan menuju badan air penerima tanpa
mengakibatkan erosi, endapan, atau penyebaran populasi.
2. Tidak terjadi genangan, banjir, terutama pada daerah yang selalu
mengalami banjir setiap musim hujan.
3. Sebagai konservasi sumber daya air permukaan atau air tanah.

LAPORAN TUGAS DRAINASE 12


2.2 Analisis Hidrologi
2.2.1 Analisis Hujan
data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan
sangat berfariasi terhadap tempat (space), maka untk kawasan yang luas, satu alat
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut.
Menurut Suripin (2004:26-28), ada tiga macam cara yang umum dipakai
dalam menghitung hujan rata-rata kawasan, yaitu:
1. Rata-rata al jabar
2. Ishoyet
3. Polygon thiessen
Cara ini sering dikenal juga sebagai cara rata-rata timbang (weighted mean).
Diasumsikan bahwa variasi hujan antar pos yang satu dengan lainya aadalh linier
dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Cara ini
cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km 2, jumlah pos penakar hujan
terbatas dibandingkan luasannya. Hujan rata-rata dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

P1 A1  P2 A2 ..... Pn An
P A1  A2 ....... An

Dimana :
P1,P2,.....,Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

1,2,…,n

A1,A2,.....,An = luas areal polygon 1,2,….,n

n = banyaknya pos penakaran hujan

2.2.2 Analisis Frekuensi

Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan
adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui.

LAPORAN TUGAS DRAINASE 13


Sebaliknya, kata-ulang (return period) adalah wktu hipotetik dimana hujan
dengan sustu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakaran hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri
data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum
tahunan dimana tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Kedua, seri parsial yaitu dengan
menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah, selanjutnya semua
besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan
bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang
paling banyak digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi
Log Normal, Distribusi Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel.
2.2.2.1 Distribusi Log-Pearson III
Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson
yang menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type III.
Langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:
 Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX
 Hitung harga rata-rata
n

 log xi
Logx  i1
n

 Hitung harga simpangan baku


n

 (log x i  Logx)2
Sd  i1
(n 1)

 Hitung koefisien kepencengan


(log x
n i  Logx) 2

Cs  n. i1
(n 1).(n  2).S 3

 Hitung logaritma curah hujan rancangan periode ulang tertentu

LAPORAN TUGAS DRAINASE 14


LogXt = Logx + G.Sd
Dimana : Xi = curah hujan rancangan
Log X = rata-rata logaritma dari hujan maksimum
tahunan

Sd = simpangan baku
G = konstanta (dari tabel)
Dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs
dan tingkat probabilitasnya.
 Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah
antilog Xt
Tabel Nilai K untuk distribui Log-Pearson III
Periode Ulang
Koefisien 2 thn 10 thn 25 thn 50 thn 100 thn 200 thn
Kemencengan, g Probabilitas
50% 10% 4% 2% 1% 0,5%

3,0 -0,396 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970


2,5 -0,360 1,250 2,262 3,048 3,845 4,652
2,0 -0,307 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298
1,8 -0,282 1,318 2,193 2,193 3,499 4,147
1,6 -0,254 1,329 2,163 2,163 3,388 3,990
1,4 -0,225 1,337 2,128 2,128 3,271 3,828
1,2 -0,195 1,340 2,087 2,087 3,149 3,661

1,0 -0,164 1,340 2,043 2,430 3,022 3,489


0,9 -0,148 1,339 2,018 2,018 2,957 3,401
0,8 -0,132 1,336 1,993 1,993 2,891 3,312
0,7 -0,116 1,333 1,967 1,967 2,824 3,223
0,6 -0,099 1,328 1,939 1,939 2,755 3,132
0,5 -0,083 1,323 1,910 1,910 2,686 3,041
0,4 -0,066 1,317 1,880 1,880 2,615 2,949
0,3 -0,050 1,309 1,849 1,849 2,544 2,856
0,2 -0,033 1,301 1,818 1,818 2,472 2,763
0,1 -0,017 1,292 1,785 1,785 2,400 2,670
0,0 0,000 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576

-0,1 0,017 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482


-0,2 0,033 1,253 1,680 1,945 2,178 2,388
-0,3 0,050 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294
-0,4 0,066 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201
-0,5 0,083 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108

LAPORAN TUGAS DRAINASE 15


Periode Ulang
Koefisien 2 thn 10 thn 25 thn 50 thn 100 thn 200 thn
Kemencengan, g Probabilitas
50% 10% 4% 2% 1% 0,5%
-0,6 0,099 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016
-0,7 0,116 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926
-0,8 0,132 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837
-0,9 0,148 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749

-1,0 0,164 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664


-1,2 0,195 1,086 1,282 1,379 1,449 1,501
-1,4 0,225 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351
-1,6 0,254 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216
-1,8 0,282 0,945 1,035 1,069 1,087 1,097
-2,0 0,307 0,895 0,959 0,980 0,990 0,995
-2,5 0,360 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800
-3,0 0,396 0,660 0,666 0,666 0,667 0,667

2.2.2.2 Distribusi Gumble

Menurut GUMBEL (1941 ), persoalan tertua yang berhubungan dengan


harga-harga ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Tujuan dari statistic
harga-harga ekstrim adalah untuk menganalisa hasil pengamatan harga-harga
ekstrim tersebut untuk meramal harga-harga ekstrim berikutnya.

a. Persamaan Metode E.J. Gumbel adalah sebagai berikut :

X t  X  k.Sd

dimana :

Xt = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun

X = nilai rata-rata dari data

1 n
 Xi
i1
n

Sd = standart deviasi

LAPORAN TUGAS DRAINASE 16



n
i 1
( Xi  X 2)
Sd  n 1

k = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang


dan tipe distribusi frekwensi

Untuk menghitung faktor frekwensi digunakan rumus :

YT  Yn
K  Sn

dimana :

K = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan

tipe distribusi frekwensi

Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n

Reduced Mean Yn dapat dilihat pada Tabel.

Sn = Reduce standar deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n

Reduced Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel.

Dengan subtitusi ketiga persamaan diatas diperoleh persamaan

Sd
X X .(Y  Y )
T n
t
Sn

Jika :

1 Sd
=
a Sn

Sd
b = X- .Yn
Sn

1
Persamaan menjadi Xt  b  .Y
:

LAPORAN TUGAS 1
T
a

LAPORAN TUGAS 1
Tabel Gumbel Reduced Mean Yn

m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.507 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.522
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.532 0.5332 0.5313 0.5351
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.541 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5168 0.5473 0.5427 0.5431
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.554 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.555 0.5552 0.5555 0.5537 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.557 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.558 0.5581 0.5573 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5593 0.5594 0.5558 0.5596
100 0.5600

Tabel Gumbel Reduced Deviation Sn


m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.1086
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1518 1.1557 1.1574 1.1599
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 0.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1991 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.202 1.2026 1.2032 1.2039 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065

2.2.2.3 Intensitas hujan

Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat


dihitung dengan rumus :
2
R24  24  3
 =  
24  tc 
Dimana :

R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm

tc : lama waktu konsentrasi dalam jam

I : intensitas hujan dalam mm/jam

Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan
untuk nilai tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.

LAPORAN TUGAS 1
BAB III

DATA DAN ANALISA


Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi
yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang
ada. Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diolah sehingga diketahui sifat dan
karakteristik yang ada, kemudian dilakukan analisa untuk pemecahan masalah
dari data tersebut.
Dalam perencanaan drainase perkotan, terdapat dua analisa yaitu analisa
hidrologi dan analisa hidrolika.
3.1 Analisa Hidrologi
Dalam merencanakan saluran air, analisis yang penting perlu ditinjau
adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk menentukan
besarnya debit rencana yang mana debit air rencana akan berpengaruh besar
terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan
dibangun.
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan peta wilayah yang akan dikerajakan.

2. Tentukan batas DAS yang ditinjau di peta digital, hitung luas


daerah tinjauan.

3. Plot posisi 3 (tiga) stasiun hujan, buat polygon thiessen, hitung luasan
pengaruh masing-masing stasiun hujan, ubah dalam bentuk prosen (%).

4. Hitung hujan rata-rata daerah yang ditinjau sepanjang tahun, berdasarkan


prosentase luas pengaruh masing-masing stasiun hujan.

5. Tentukan maksimum hujan rata-rata daerah secara bulanan, dan pilih nilai
tertinggi tahunan (dari proses tersebut hanya menghasilkan 1 data).

6. Masukkan nilai yang didapat pada tabel data curah hujan rata-rata tahunan
yang lain yang telah diberikan, hitung curah hujan rancangan (dengan
Gumbel atau Log-Pearson III).
2/3
R  24 
7. Hitung intensitas hujan (I) dengan rumus
: I 24
 
24  tc 

LAPORAN TUGAS 2
3.1.1 Menentukan peta wilayah
dalam hal ini, peta wilayah sudah ditentukn oleh dosen pembimbing.
Sehingga tinggal melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Gambar Peta jalan Patimura, Malang dapat dilihat pada lampiran.
3.1.2 Menentukan batasan DAS
Penentuan Daerah batasan DAS dilakukan dengan cara survei lapangan
dan menentukan titik tertinggi daerah tersebut. DAS jln. Patimura mempunyai
luasan sebesar 307332,52 km2. Penentuan luasan ini dengan menggunakan
AutoCAD.
Gambar batasan DAS dapat dilihat pada lampiran.
3.1.3 Menghitung luas pengaruh stasiun hujan
Untuk mengetahui luasan pengaruh masing-masing stasiun hujan dihitung
dengan menggunakan metode Thiessen, dimana pada metode ini
mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Penggunaan metode
Thiessen karena kondisi topografi dan jumlah stasiun hujan yang memenuhi syarat
untuk digunakan metode ini. Stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS jln.
Patimura yaitu stasiun hujan Sukun, stasiun hujanLowokwaru, stasiun hujan
Kedungkandang.

Perhitungan Metode Thiessen

Berdasarkan hasil pengukuran dengan AutoCAD, luas pengaruh dari tiap


stasiun hujan ditunjukkan pada table 3.1.

LAPORAN TUGAS 2
Table 3.1 Luasan pengaruh stasiun hujan terhadap DAS

No Nama Stasiun Luas (km2) Prosen (%)


1 Sukun 40828.6 13.28%
2 Lowokwaru 54630.6 17.78%
3 Kedungkandang 211873.3 68.94%
Jumlah 307332.5 100%

3.1.4 Menentuan hujan rata-rata sepanjang tahun


Tabel 3.2 Perhitungan curah hujan rata-rata

ST.A ST.B ST.C ST.A ST.B ST.C TOTAL MAX


No Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) 10.31% 23.89% 65.80% (mm) (mm)
1 1995
20-Jan 90.0 - 22.0 9.28 - 14.48 23.76

12-Apr - 106.0 - - 25.32 - 25.32 70.16

1-Jan 4.0 - 106.0 0.41 - 69.75 70.16


2 1996
13-Apr 112.4 - 39.0 - - - -

12-Mar 0.7 85.0 1.5 - 2,152.5 - 2,152.49 2,152.49

23-May 15.0 36.0 68.5 - 911.64 - 911.64


3 1997
24-Sep 119.0 - - - - - -

23-Nov 33.3 91.0 49.0 - 2,304 - 2,304.43 2,304.43

25-Nov - - 121.0 - - - -
4 1998
30-Jan 103.5 - 24.5 - - - -

23-Jan 6.7 74.5 3.0 - 1,886.59 - 1,886.59 1,886.59

25-Nov 1.3 2.2 121.0 - 55.71 - 55.71


5 1999
4-Mar 87.5 - - - - - -

17-Jun 8.5 37.0 19.0 - 936.97 - 936.97 936.97

12-Jun 0.2 - 53.0 - - - -


6 2000
2-Jan 37.4 12.0 - - 303.88 - 303.88

27-Feb 15.8 66.0 64.0 - 1,671.34 - 1,671.34 1,671.34


4-Mar - -

LAPORAN TUGAS 2
- 34.0 216.0 861.00 861.00
7 2001
21-Apr 110.0 49.0 19.0 - 1,240.85 - 1,240.85

2-Mar 17.0 118.0 2.0 - 2,988.16 - 2,988.16 2,988.16

1-Apr 12.0 26.0 75.0 - 658.41 - 658.41


8 2002
23-Mar 120.0 7.0 6.0 - 177.26 - 177.26

20-Jan - 90.0 13.0 - 2,279.11 - 2,279.11 2,279.11

25-Dec 7.0 22.0 165.0 - 557.11 - 557.11


9 2003
11-Feb 110.0 95.0 33.0 - 2,405.72 - 2,405.72

1-Jun - 120.0 - - 3,038.81 - 3,038.81 3,038.81

25-Sep 96.0 - 105.0 - - - -


10 2004
13-May 86.0 - 64.0 - - - -

1-Jan - 109.0 - - 2,760.25 - 2,760.25 2,760.25

6-Jan 51.0 - 87.0 - - - -


11 2005
16-Jan 106.0 5.0 - - 126.62 - 126.62

12-Jan - 95.0 - - 2,405.72 - 2,405.72 2,405.72

1-Feb 54.0 20.0 91.0 - 506.47 - 506.47


12 2006
28-Jan 98.0 - 6.0 - - - -

14-Feb 12.0 98.0 55.0 - 2,481.69 - 2,481.69 2,481.69

16-Dec 19.0 - 104.0 - - - -


13 2007
5-Feb 47.4 - 1.0 - - - -

25-Apr 46.5 63.0 - - 1,595.37 - 1,595.37 1,595.37

26-Jan 15.2 - 176.0 - - - -


14 2008
27-Dec 78.0 40.0 38.0 - 1,012.94 - 1,012.94

8-Nov 7.0 68.0 3.0 - 1,721.99 - 1,721.99 1,721.99

13-Nov 2.0 - 110.0 - - - -


15 2009
6-Jan 90.7 117.0 1.0 - 2,962.84 - 2,962.84
3,621.25
16-Jul 1.0 - -

LAPORAN TUGAS 2
- 143.0 3,621.25 3,621.25

24-Feb 16.7 - 135.0 - - - -


16 2010
27-Feb 90.0 72.0 15.0 - 1,823.28 - 1,823.28

1-Apr 4.0 75.0 26.0 - 1,899.26 - 1,899.26 1,899.26

2-Mar 6.0 2.0 118.0 - 50.65 - 50.65

3.1.5 Menentukan hujan maksimum rata-rata


Tabel 3.3 Perhitungan curah hujan maksimum rata-rata
Hujan
No. Tahun Tahunan /
Xi (mm)
01 1995 70.16
02 1996 55.22
03 1997 79.62
04 1998 80.28
05 1999 34.89
06 2000 150.25
07 2001 56.80
08 2002 114.55
09 2003 78.99
10 2004 62.50
11 2005 70.22
12 2006 70.39
13 2007 117.38
14 2008 72.59
15 2009 90.55
16 2010 78.74
Jumlah 1,283.13

3.1.6 Hitung curah hujan rancangan (dengan Log-Pearson III atau


Gumbel).

Tujuan pengukuran curah hujan rancangan adalah untuk mendapatkan


curah hujan periode ulang tertentu yang akan digunakan untuk mencari debit
rancangan.
Dari perhitungan parameter pemilihan distribusi curah hujan, untuk
menghitung curah hujan rencana digunakan metode Distribusi Log Pearson Tipe
III dan metode Gumbel.

LAPORAN TUGAS 2
a. Metode Log-Pearson III
Tabel 3.4 Perhitungan curah hujan rancangan metode log-pearson

No. Xi Log Xi Peluang Log Xi - ( Log Xi -


( Log X Log X)2 ( Log Xi - Log X)3
1 70.16 1.8461 5.8824 1.8461 3.4081 6.291585
2 55.22 1.7421 11.7647 1.7421 3.0349 5.287081
3 79.62 1.9010 17.6471 1.9010 3.6138 6.869958
4 80.28 1.9046 23.5294 1.9046 3.6275 6.908878
5 34.89 1.5428 29.4118 1.5428 2.3801 3.671925
6 150.25 2.1768 35.2941 2.1768 4.7385 10.314906
7 56.80 1.7543 41.1765 1.7543 3.0777 5.399326
8 114.55 2.0590 47.0588 2.0590 4.2394 8.728908
9 78.99 1.8976 52.9412 1.8976 3.6007 6.832597
10 62.50 1.7959 58.8235 1.7959 3.2253 5.792321
11 70.22 1.8465 64.7059 1.8465 3.4095 6.295571
12 70.39 1.8475 70.5882 1.8475 3.4133 6.306160
13 117.38 2.0696 76.4706 2.0696 4.2831 8.864294
14 72.59 1.8609 82.3529 1.8609 3.4628 6.443724
15 90.55 1.9569 88.2353 1.9569 3.8294 7.493830
16 78.74 1.8962 94.1176 1.8962 3.5956 6.817903
Jumlah 30.0977 56.9398 108.3190
Rerata 1.8811
Si 1.9483
Cs 2.1741

b. Metode Gumbel
Tabel 3.5 Distribusi Metode gumbel
Curah
Periode Angka
No. Hujan
ulang Reduce (YT) ( mm )
1 2th 0.3665 76.33
2 5th 1.4999 105.72
3 10th 2.2504 125.19
4 15th 2.6738 136.17
5 20th 2.9702 143.86
6 25th 3.1955 149.70

LAPORAN TUGAS 2
Tabel 3.6 Perhitungan curah hujan rancangan metode Gumbel
Hujan
No. Tahun Tahunan / Xi Xi ( Xi - Xi )2
(mm)
01 1995 70.16 80.20 100.7016
02 1996 55.22 80.20 623.78
03 1997 79.62 80.20 0.33
04 1998 80.28 80.20 0.01
05 1999 34.89 80.20 2,052.16
06 2000 150.25 80.20 4,907.73
07 2001 56.80 80.20 547.41
08 2002 114.55 80.20 1,180.07
09 2003 78.99 80.20 1.46
10 2004 62.50 80.20 312.98
11 2005 70.22 80.20 99.44
12 2006 70.39 80.20 96.13
13 2007 117.38 80.20 1,382.33
14 2008 72.59 80.20 57.90
15 2009 90.55 80.20 107.25
16 2010 78.74 80.20 2.12
Jumlah 1,283.13 11,471.80

3.1.7 Perhitungan intensitas hujan


Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus :

2
R24  24  3
 =  
24  tc 

Dimana :

R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm = 105,72 mm

tc : lama waktu konsentrasi dalam jam =5 jam

I : intensitas hujan dalam mm/jam

LAPORAN TUGAS 2
Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan
untuk nilai tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.

Penyelesaian:

2
R24  24  3
 =  
24  tc 

105,72  24 2 3
=  
24  5 

I = 12,53 mm/jam

I = 0,0000035 m/dt

3.2 Analisis Hidrolika


Analisis hidrolika diperlukan untuk menentukan dan merencanakan
saluran drainase. Langkah awal yang harus dilakukan yaitu menghitun debit hujan
rancangan dengan rumus :
Q=c.I.A
Keterangan :
Q : Debit saluran
c : Koefisien curah hujan
I : Intensitas curah hujan
A : Luasan penampang masing-masing saluran
Lagkah selanjutnya yaitu menambahkan besar debit dari perhitungan
diatas sebesar 10% - 15%. Selanjutnya mulailah merencanakan dan menghitung
dimensi saluran. Pada tahap ini untuk mendapatkan tinggi muka air saluran
dihitung dengan metode “ Trial Error “ dengan menggunakan “Goal Seek” pada
Microsoft exel.
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dimensi diatas, maka langkah
selanjutnya ialah menggambar potongan melintang “croos section” dan potongan
memanjang “long section”. Langkah terakhir yang dilakukan ialah menghitug
volume galian dan timbunan yang terdapat pada perencanaan saluran.

LAPORAN TUGAS 2
BAB IV
PERENCANAAN SALURAN
Aliran yang melalui suatu saluran harus direncanakan untuk tidak
mengakibatkan erosi maupun tidak mengakibatkan endapan sendimen. Untuk itu
perancang cukup menghitung ukuran-ukuran saluran dengan analisis hidraulika
sehingga nanti dapat memutuskan ukuran akhir berdasarkan efesiensi hidraulika
dan mendapatkan ukuran penampang terbaik, praktis, dan ekonomis.
4.1 Dimensi saluran
Dimensi saluran adalah ukuran (tinggi dan lebar) saluran yang
direncanakan untuk mengalirkan suatu debit. Saluran didimensikan berdasrkan
kebutuhan debit air yang tersedia pada daerah pengambilan.
Table 4.1 perhitungan debit rancangan

Qa [ c.I.A Qb (15%) Qc
No.Sal A (m2) Q-sal Keterangan
] [ Qa.0,15 ] [ Qa+Qb ]

1 17710.43 0.043 0.006 0.050 0.050 Qc1


2 34539.967 0.084 0.013 0.097 0.097 Qc2
3 24666.25 0.060 0.009 0.069 0.069 Qc3
4 16609.48 0.040 0.006 0.047 0.047 Qc4
5 15599.67 0.038 0.006 0.044 0.044 Qc5
6 19891.98 0.048 0.007 0.056 0.056 Qc6
7 5082.11 0.012 0.002 0.014 0.130 Qc3+Qc4+Qc7
8 3785.03 0.009 0.001 0.011 0.110 Qc5+Qc6+Qc8
9 24569.35 0.060 0.009 0.069 0.215 Qc1+Qc2+Qc9
10 25499.38 0.062 0.009 0.071 0.071 Qc10
11 15733.24 0.038 0.006 0.044 0.208 Qc8+Qc7+Qc11
12 16734.33 0.041 0.006 0.047 0.334 Qc9+Qc10+Qc12
13 27072.11 0.066 0.010 0.076 0.076 Qc13
14 25765.84 0.063 0.009 0.072 0.614 Qc11+Qc12+Qc14
15 8751.66 0.021 0.003 0.025 0.715 Qc13+Qc14+Qc15
16 18175.93 0.044 0.007 0.051 0.051 Qc16
17 1641.16 0.004 0.001 0.005 0.770 Qc15+Qc16+Qc17
18 2608.04 0.006 0.001 0.007 0.007 Qc18
19 2896.58 0.007 0.001 0.008 0.777 Qc17+Qc18

LAPORAN TUGAS 2
Tabel 4.2 perhitungan saluran trapesium
Q sal B H A P V Q Q1-Q2
No.Sal z n So R
(m3/dt) (m) (m) (m2) (m) (m/dt) (m3/dt) =0
7 0.130 0.40 0.356 0.75 0.014 0.0005 0.238 1.181 0.201 0.549 0.130 0.00
8 0.110 0.40 0.326 0.75 0.014 0.0005 0.210 1.106 0.190 0.528 0.111 0.00
9 0.215 0.45 0.446 0.75 0.014 0.0005 0.350 1.470 0.238 0.614 0.215 0.00
11 0.208 0.50 0.419 0.75 0.014 0.0005 0.342 1.452 0.235 0.609 0.208 0.00
12 0.334 0.60 0.506 0.75 0.014 0.0005 0.496 1.807 0.274 0.674 0.334 0.00
14 0.614 0.70 0.671 0.75 0.014 0.0005 0.808 2.460 0.328 0.760 0.614 0.00
15 0.715 0.75 0.712 0.75 0.014 0.0005 0.915 2.670 0.343 0.782 0.715 0.00
17 0.770 0.75 0.744 0.75 0.014 0.0005 0.973 2.789 0.349 0.792 0.770 0.00
19 0.777 0.80 0.727 0.75 0.014 0.0005 0.978 2.787 0.351 0.795 0.777 0.00

Tabel 4.2 perhitungan saluran persegi panjang


Q sal B H A P V Q Q1-Q2 =
No.Sal n So R
(m3/dt) (m) (m) (m2) (m) (m/dt) (m3/dt) 0
1 0.050 0.40 0.317 0.014 0.0005 0.127 1.034 0.123 0.394 0.050 0.00
2 0.097 0.50 0.419 0.014 0.0005 0.210 1.338 0.157 0.464 0.097 0.00
3 0.069 0.45 0.359 0.014 0.0005 0.162 1.168 0.138 0.427 0.069 0.00
4 0.047 0.40 0.303 0.014 0.0005 0.121 1.007 0.121 0.390 0.047 0.00
5 0.044 0.40 0.288 0.014 0.0005 0.115 0.976 0.118 0.384 0.044 0.00
6 0.056 0.40 0.350 0.014 0.0005 0.140 1.099 0.127 0.404 0.057 0.00
10 0.071 0.45 0.367 0.014 0.0005 0.165 1.185 0.140 0.430 0.071 0.00
13 0.076 0.45 0.388 0.014 0.0005 0.175 1.226 0.142 0.436 0.076 0.00
16 0.051 0.40 0.323 0.014 0.0005 0.129 1.046 0.124 0.396 0.051 0.00
18 0.007 0.20 0.145 0.014 0.0005 0.029 0.491 0.059 0.243 0.007 0.00

Table 4.3 Tinggi saluran trapesium


H H
No.Sal (basah) (jagaan) H (sal)
7 0.356 0.20 0.556
8 0.326 0.10 0.426
9 0.446 0.10 0.546
11 0.419 0.20 0.619
12 0.506 0.20 0.706
14 0.671 0.20 0.871
15 0.712 0.20 0.912
17 0.744 0.20 0.944
19 0.727 0.25 0.977

LAPORAN TUGAS 2
Table 4.4 Tinggi saluran persegi panjang
H
No.Sal H (m) (jagaan) H (sal)
1 0.317 0.10 0.417
2 0.419 0.10 0.519
3 0.359 0.10 0.459
4 0.303 0.10 0.403
5 0.288 0.10 0.388
6 0.350 0.10 0.450
10 0.367 0.10 0.467
13 0.388 0.10 0.488
16 0.323 0.10 0.423
18 0.145 0.10 0.245

LAPORAN TUGAS 3
4.2 Galian dan Timbunan

LAPORAN TUGAS 3
LAPORAN TUGAS 3
LAPORAN TUGAS 3
LAPORAN TUGAS 3
LAPORAN TUGAS 3
Table 4.5 Rekapitulasi Perhitungan Galian dan Timbunan

H Panjang Volume Volume


No. Saluran Bentuk Material B(m) H-air Saluran Saluran Galian Timbunan
1 Saluran 1 Persegi Beton 0,40 0,317 0,417 421,547 310,541 -
2 Saluran 2 Persegi Beton 0,50 0,419 0,519 163,420 61,183 -
3 Saluran 3 Persegi Beton 0,45 0,359 0,459 338,059 118,265 -
4 Saluran 4 Persegi Beton 0,40 0,303 0,403 166,103 57,343 -
5 Saluran 5 Persegi Beton 0,40 0,288 0,388 285,501 86,378 -
6 Saluran 6 Persegi Beton 0,40 0,350 0,450 119,656 39,761 -
7 Saluran 7 Trapesium Beton 0,40 0,356 0,556 170,568 198,037 -
8 Saluran 8 Trapesium Beton 0,40 0,326 0,426 136,635 163,110 -
9 Saluran 9 Trapesium Beton 0,45 0,446 0,546 297,686 328,233 -
10 Saluran 10 Persegi Beton 0,45 0,367 0,467 200,136 66,251 -
11 Saluran 11 Trapesium Beton 0,50 0,419 0,619 122,092 99,810 -
12 Saluran 12 Trapesium Beton 0,60 0,506 0,706 237,784 326,706 -
13 Saluran 13 Persegi Beton 0,45 0,388 0,488 295,881 67,835 -
14 Saluran 14 Trapesium Beton 0,70 0,671 0,871 266,702 686,852 -
15 Saluran 15 Trapesium Beton 0,75 0,712 0,912 166,585 244,868 -
16 Saluran 16 Persegi Beton 0,40 0,323 0,423 151,018 26,089 -
17 Saluran 17 Trapesium Beton 0,75 0,744 0,944 30,245 46,064 -
18 Saluran 18 Persegi Beton 0,20 0,145 0,245 156,912 11,424 -
19 Saluran 19 Trapesium Beton 0,80 0,727 0,977 235,979 543,847 -
TOTAL 3482,597 -

LAPORAN TUGAS 3
BAB V
PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas segala rahmat yang telah
diberikan oleh ALLAH SWT sehinnga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik tanpa mengalami hambatan berarti.

Penulis mengharapkan agar semua penjelasan didalam laporan yang telah


tersusun dengan rapih ini dapat mudah dimengerti serta dipahami bagi para
pembacanya.

Saran serta kritik membangun demi perbaikan penulisan laporan ini dan
penulis nantikan agar dalam penyusunan laporan selanjutnya dapat tersajikan
dengan lebih baik dan lebih sempurna lagi.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini, serta besar
harapan penulis agar laporan yang telah penulis susun dapat bermanfaat bagi
semua pihak, Amin.

LAPORAN TUGAS 3
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan pada analisa bab sebelumnya, dapat diambil beberapa
kesimpulan :
a. Menentukan batas DAS pada peta wilayah patimura, kemudian diketahui
luas DAS wilayah patimura sebesar 307332,52 km2.
b. Menghitung luas pengaruh masing-masing stasiun hujan dengan metode
polygon thiessen.

No Nama Stasiun Luas (km2) Prosen (%)


1 Sukun 40828.6 13.28%
2 Lowokwaru 54630.6 17.78%
3 Kedungkandang 211873.3 68.94%
Jumlah 307332.5 100%

c. Menentukan hujan rata-rata sepanjang tahun dan hujan maksimal rata-rata


dengan menggunakan data curah hujan dari masing-masing stasiun hujan.
d. Menggunakan data hujan maksimal rata-rata untuk menghitung curah
hujan rancangan dengan metode Log pearson type III atau Gumbel.
Distribusi Metode gumbel

Angka Curah
Periode
No. Hujan
ulang Reduce (YT) ( mm )
1 2th 0,3665 76,33
2 5th 1,4999 105,72
3 10th 2,2504 125,19
4 15th 2,6738 136,17
5 20th 2,9702 143,86
6 25th 3,1955 149,70

e. Menghitung intensitas hujan menggunakan data curah hujan rancangan


dengan periode ulang 5 tahun.
R24  24  32
 =  
24  tc 
105,72  24 2 3
 
= 24  5 
I = 12,53 mm/jam
I = 0,0000035 m/dt

LAPORAN TUGAS 3
f. Menghitung debit hujan rancangan dengan rumus : Q = c . I . A dan
menambahkan 10% - 15% debit tambahan dari pemukiman.
g. Menghitung dimensi saluran dengan metode „‟Trial error‟‟
menggunakan “Goal Seak” pada Microsoft Excel, Sehingga diketahui
ukuran dari masing-masing saluran.
h. Menghitung volume galian dari masing-masing saluran dengan
menggunakan data ( jarak antar titik dan elevasi muka tanah) dari peta
wilayah patimura menggunakan aplikasi AutoCAD.
i. Merekapitulasi total keseluruhan volume galian wilayah patimura,
sehingga diketahui total keseluruhannya sebesar 3482,597 m3.

LAPORAN TUGAS 3

Anda mungkin juga menyukai