Anda di halaman 1dari 32

POTENSI PENERAPAN DRAINASE BERKELANJUTAN SEBAGAI

UPAYA MITIGASI BANJIR DI PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN


PADASUKA, KOTA BANDUNG

Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir

Disusun Oleh:
Muhammad Sulthan Ramansyah 183060032

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
DAFTAR TABEL..................................................................................................4
DAFTAR GAMABR..............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3 Tujuan dan Sasaran........................................................................................8
1.3.1 Tujuan.....................................................................................................8
1.3.2 Sasaran....................................................................................................8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................8
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah.........................................................................8
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi.....................................................................11
1.5 Metodologi Penelitian..................................................................................12
1.5.1 Metode Pengumpulan Data...................................................................13
1.5.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................................14
1.6 Sistematika Pembahasan..............................................................................16
1.7 Kerangka berpikir Penelitian ......................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................17
2.1 Bencana Banjir.............................................................................................17
2.2 Permukiman Padat.......................................................................................20
2.3 Drainase Perkotaan......................................................................................20
2.4 Sustainable Drainage System (SuDS)..........................................................25
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH....................................................28
3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian.........................................................28
3.1.1 Gambaran Kondisi Geografis................................................................28
BAB IV RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR...............................30
4.1 Rencana Tugas Akhir...................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Luas Administrasi Kecamatan Cibeunying Kidul............................9

Tabel 2. 1 Tabel Klasifikasi Kawasan Menurut Kepadatan Penduduk.........20


Tabel 2. 2 Tabel Perkiraan Kecepatan Aliran Rata-rata pada Saluran
Drainase................................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Mekanisme Terjadinya Banjir dan Bencana..............................18

Gambar 2. 1 Gambar Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) ......21


Gambar 2. 2 Gambar Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)........21
Gambar 2. 3 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Trapesium.....24
Gambar 2. 4 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Persegi............24
Gambar 2. 5 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Segitiga...........25
Gambar 2. 6 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Setengah
Lingkaran.............................................................................................................25
Gambar 2. 7 Gambar Ilustrasi Sustainable Drainage System ........................26
Gambar 2. 8 Gambar Citra Satelit Kelurahan Padasuka................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa (kota kecil,
daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan) disertai dengan perubahan suasana
atau cara hidup desa ke kota (El Rais 2012). Dengan semakin banyaknya
perpindahan penduduk dari desa ke kota tentunya mengakibatkan kebutuhan
lahan untuk permukiman juga akan meningkat. Dampak adanya urbanisasi
dapat menjadi masalah jika lahan yang tersedia tidak dapat menyeimbangi
jumlah penduduknya. Keterbatasan lahan dan tingginya nilai lahan merupakan
salah satu dampak dari perkembangan wilayah. Hal tersebut yang mendorong
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bermukim di wilayah yang tidak
sesuai dengan kriteria kawasan permukiman.

Kota Bandung merupakan kota metropolitan dengan angka urbanisasi


yang cukup tinggi . Hal tersebut terjadi karena Kota Bandung merupakan
pusat pendidikan, pusat wisata, serta pusat industri dan perdagangan
(Propokim Kota Bandung 2018). Menurut Badan Pusat Statistik Kota
Bandung (2020) dari tahun 2018 hingga 2020 jumlah penduduk Kota Bandung
selalu meningkat tiap tahunnya.

Masyarakat yang tinggal dipermukiman padat penduduk memiliki resiko


yang lebih tinggi terhadap bencana, salah satunya adalah bencana banjir.
Banjir rawan terjadi di permukiman padat yang terletak lebih rendah
dibanding dengan tingginya permukaan banjir atau berada di sepanjang
bantaran sungai yang meluap. Beberapa faktor yang menyebabkan banjir di
wilayah pemukiman adalah pembangunan yang tidak memperhatikan unsur
lingkungan, pola hidup masyarakat yang kotor, kurangnya sistem perencanaan
dan pemeliharaan drainase kota yang baik, tidak adanya konsistensi pihak
berwenang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), tidak adanya upaya
konservasi faktor penyeimbang lingkungan air, terjadinya penurunan tanah,
dan curah hujan yang tinggi (PN Rahardjo, 2014)

Apabila hujan turun sangat deras, banjir tidak dapat dihindari hanya
dengan saluran drainase saja, melainkan perlu ada sistem drainase yang
berkelanjutan yang mengatur air hujan yang jatuh di suatu wilayah DAS
dengan menyerupai sistem alami dan ramah lingkungan. Sustainable
Drainage System (SuDS) merupakan filososfi yang digunakan untuk
membantu mengurangi aliran air berlebihan berupa penyebaran ke daerah-
daerah yang tidak diinginkan.SuDS merupakan sistem yang cocok untuk
diterapkan di permukiman padat penduduk yang memiliki permasalahan
banjir, tujuan utama dari filosofi SuDS ini adalah untuk mengelola volume
limpasan air dan laju aliran di permukaan keras, mengurangi dampak
urbanisasi terhadap banjir, untuk membersihkan air dari setiap polutan dan
untuk mendorong keterlibatan masyarakat. SuDS juga dapat diterapkan.

SuDS adalah urutan praktek pengelolaan air dan fasilitas yang dirancang
untuk mengalirkan air permukaan dengan cara memberikan pendekatan yang
lebih berkelanjutan daripada apa yang telah menjadi praktik konvensional
melalui pipa ke anak sungai (Scottish Environmental Protection Agency).

1.2 Rumusan Masalah


Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat dan
menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota Bandung memiliki luas 167,31 km²
atau 16.731 ha dengan jumlah penduduk hasil sensus penduduk 2020 adalah
sebanyak 2.444.160 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 14.608 per km².
Dengan pertumbuhan yang pesat, Kota Bandung juga mengalami perubahan
lahan yang cukup pesat, dibuktikan dengan meningkatnya luas penggunaan
lahan bagi kegiatan perkotaan serta berkurangnya lahan terbuka. Hal ini
mengakibatkan alirain air alami di Kota Bandung terganggu.

Kelurahan Padasuka merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan


penduduk paling tinggi jika dibandingkan dengan 6 (enam) kelurahan lainnya
di Kecamatan Cibeunying Kidul. Kelurahan Padasuka dilewati oleh Sungai
Cihalarang. Kondisi Sungai Cihalarang yang mengalir di kelurahan Padasuka
dapat dinilai dalam kondisi tidak baik Masih banyak masyarakat Kelurahan
Padasuka yang membuang sampah dan limbah rumah tangga ke sungai
sehingga terjadi pendangkalan dasar sungai. Selain itu, saluran drainase di
daerah permukiman Kelurahan Padasuka memiliki kapasitas yang minim,
sehingga tidak dapat menampung debit air hujuan yang tinggi.

Sistem drainase yang baik dapat berfungsi untuk mengurangi atau


meminimalisir pembuangan kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga sistem drainase yang baik dapat mengubah air yang awalnya
merupakan masalah menjadi sesuatu yang lebih berguna seperti sumber daya
air untuk permukiman tersebut. Salah satu konsep yang dapat mewujudkan hal
tersebut adalah Sustainable Drainage System.

Oleh karena itu, pertanyaan penelitian ini adalah

“Bagaimana potensi penerapan konsep sustainable drainage system di


permukiman padat penduduk Kelurahan Padasuka?”

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi penerapan
konsep SuDS di permukiman padat penduduk Kelurahan Padasuka.

1.3.2 Sasaran
1. Teridentifikasinya karakteristik banjir Kelurahan Padasuka
2. Teridentifikasinya kesesuaian penerapan jenis SuDS di Kelurahan
Padasuka
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi lokasi kajian dalam penelitian ini
adalah Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul yang merupakan
salah satu daerah padat di Kota Bandung. Kelurahan ini merupakan salah satu
wilayah di Kota Bandung yang dapat merepresentasikan lokasi penerapan
konsep SuDS. Kelurahan Padasuka secara geografis terletak di bagian timur
Wilayah Kota Bandung yaitu antara 1070 31’ - 1070 54’ Bujur Timur dan 60
11’ - 60 11’ Lintang Selatan, dengan batas – batas wilayahnya:
1. Sebelah Barat : Kelurahan Cikutra
2. Sebelah Timur : Kelurahan Pasirlayung
3. Sebelah Utara : Kelurahan Sukapada
4. Sebelah Selatan : Kelurahan Cicaheum

Tabel 1. 1 Luas Administrasi Kecamatan Cibeunying Kidul

No Desa Luas Wilayah Persentase


(Km2) %
1 Sukamaju 0,45 8,053

2 Cicadas 0,550 10,673

3 Cikutra 1,3934 27,038

4 Padasuka 0,515 9,993

5 Pasirlayung 1,250 24,256

6 Sukapada 1,030 19,987


Jumlah 5,1534 100
Sumber: Kecamatan Cibeunying Kidul Dalam Angka 2020

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


1. Karakteristik Bencana Banjir
Dalam penelitian kali ini, banjir bukan lagi merupakan bencana
alam, melainkan bencana lingkungan. Hal ini dikarenakan penyebab
terjadinya banjir bukan hanya dari faktor alam saja melainkan ada
pengaruh dari aktivitas manusia di lingkungannya. Pendapat tersebut
sama dengan yang diungkapkan oleh Agus Maryono (2005) bahwa ada
lima faktor penting penyebab terjadinya banjir di Indonesia yaitu faktor
hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor
kesalahan perencanaan pembangunan aliran sungai, faktor pendangkalan
sungai dan yang terakhir faktor kesalahan tata wilayah dan pembangunan
sarana serta prasarana. Maka dari itu, karakteristik banjir dalam
penelitian kali ini dilihat dari kondisi drainase yang ada, kondisi sungai,
intensitas hujan, dan kondisi banjir di lokasi penelitian.
Ada dua peristiwa banjir, yang pertama banjir atau genangan yang
terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan yang kedua
peristiwa banjir yang terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena
debit air banjirnya tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit
banjir lebih besar dibandingkan kapasitas pengaliran sungai yang ada
(Kodatie dan Sugiyanto, 2002). Kelebihan air hujan lokal yang
menyebabkan banjir dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama telah
jenuhnya tanah di tempat tersebut dan yang kedua masih tingginya muka
air di dalam aliran sungai. Kejenuhan tersebut akan menyebabkan tingkat
penyerapan tanah (infiltrasi) menjadi rendah senhingga aliran permukaan
(surface runoff) menjadi tinggi. Tingginya aliran permukaan berlebih
maka akan menyebabkan terbentuknya banjir.
2. Penerapan SuDS pada Permukiman Padat
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan
(Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Permukiman). Permukiman padat adalah kawasan
permukiman yang dihuni terlalu banyak penduduk dan terjadi
ketidakseimbangan antara lahan dengan bangunan yang ada.
Permukiman padat membuat kawasan permukiman menjadi terlihat
kurang tertata pola perkembangannya (Agustin, 2017).
SuDS atau Sustainable Drainage System adalah urutan praktik
pengelolaan air (mengurangi penyebab polusi, pengurangan pencemaran,
pengurangan bahan pencemar, dan sebagainya) dan fasilitas (filter air,
terasering buatan, penyimpanan bawah tanah, taman basah, parit
infiltrasi, dan kolam) yang dirancang untuk mengalirkan air permukaan
dengan cara memberikan pendekatan yang lebih berkelanjutan daripada
apa yang telah menjadi praktik konvensional melalui pipa ke anak sungai
(Scottish Environmental Protection Agency). SuDS juga diartikan
sebagai suatu sistem, biasanya pada drainase perkotaan, untuk
mengurangi resiko banjir setempat maupun kawasan. Penerapan jenis
SuDS dapat dilakukan dimana saja, bahkan ruang terkecil. Maka dari itu
pada penelitian kali ini dilakukan penerapan SuDS pada permukiman
padat penduduk. Penerapan SuDS pada penelitian kali ini juga
mempertimbangkan karakteristik banjir di lokasi seperti yang terlah
dijelaskan pada poin 1 (satu) ruang lingkup materi ini.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi


Adapun ruang lingkup substansi dari penelitian kali ini, diantaranya :

1. Mengidentifikasi karakteristik banjir Kelurahan Padasuka


2. Mengidentifikasi kesesuaian penerapan jenis SuDS di Kelurahan
Padasuka
1.4.4 Kerangka Pemikiran

Urbanisasi meningkatkan Munculnya permukiman Sustainable Drainage System


jumlah penduduk dan padat yang rentan akan diharapkan dapat menjadi solusi
kebutuhan masyarakat bencan, salah satunya untuk mengurangi dampak banjir
untuk bermukim di Kota bencana banjir. di permukaan padat penduduk
Bandung

Bagaimana potensi penerapan konsep Sustainable Drainage System di


permukiman padat penduduk Kelurahan Padasuka?

Mengidentifikasi simulasi penerapan konsep SuDS di Kelurahan


Padasuka

Mengidentifikasi karakteristik Mengidentifikasi kesesuaian penerapan


banjir di Kelurahan Padasuka jenis SuDS di Keluarahan Padasuka

Analisis Spasial dan Analisis Analisis Deskriptif


Deskriptif Kuantitatif Kualitatif

Data Primer (Observasi&Wawancara)


dan Data Sekunder (Tinjauan
Dokumen)

Rancangan SuDS di Kelurahan

Rekomendasi
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu metode pengumpulan data serta metode
pengolahan dan analisis data.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data


Dalam kegiatan pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan
gambaran nyata kondisi wilayah yang menjadi objek penelitian, sehingga
diharapkan rencana yang dihasilkan nantinya akan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan kawasan. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu
pengumpulan data secara primer dan pengumpulan data secara sekunder.

A. Pengumpulan Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti di
lapangan melalui responden dengan cara observasi, wawancara dan
penyebaran angket. Sasaran data pada data primer yaitu data yang
ditemukan langsung oleh peneliti di lapangan. Menurut Arikunto
(2013:22) Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian
(informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Pada penelitian
ini, wawancara dilakukan agar informasi yang didapat bersifat
komprehensif, akurat dan mendalam. Adapun pertanyaan yang ditanyakan
terkait kondisi sistem drainase, kondisi Sungai Cihalarang, intensitas hujan
dan bagaimana kondisi banjir yang berdampak bagi masyarakat sekitar.
Metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer
pada penelitian kali ini adalah metode non-probability sampling dengan
purposive sampling atau dipilih secara sengaja sesuai dengan kriteria
tertentu. Berikut kriteria-kriteria narasumber yang diperlukan
a. Penduduk asli Kelurahan Padasuka.
b. Perwakilan masyarakat Kelurahan Padasuka yang berdampak
oleh bencana banjir.
c. Stakeholder di Kelurahan Padasuka.

Metode pengumpulan data primer yang kedua yaitu observasi.


Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara diteliti serta pencatatan secara sistematis (Basrowi,
2012). Pada penelitian ini observasi dilakukan agar mendapatkan data ter-
update, memperoleh gambaran terkait objek observasi, dan mendapatkan
data yang bersifat objektif, mengandung fakta, sistematis serta berkualitas.
Obyek yang di observasi pada penelitian ini adalah drainase di Kelurahan
Padasuka dan Sungai Cihalarang yang mengalir di Kelurahan Padasuka.

B. Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau lewat dokumen. Sumber data sukender merupakan data pelengkap
yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan data primer
(Sugiyono,2016).

1.5.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Dalam penelitian ini analisis data akan dilakukan dengan metode
analisis spasial, metode analisis deskriptif kuantitatif, dan metode analisis
deskriptif kualitatif. Berikut adalah penjelasan dari masin-masing metode
analisis tersebut
1. Analisis Spasial
Analisis spasial merupakan sekumpulan metode untuk menemukan
dan menggambarkan tingkatan pola dari sebuah fenomena spasial
sehingga dapat dimengerti dengan baik. Dengan dilakukannya analisis
spasial ini diharapkan akan mucul informasi baru yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metoda
yang digunakan bervariasi, seperti observasi visual sampai
kepemanfaatan matematika atau statistik terapan (Sadahiro, 2006). Data
yang diolah menggunakan analisis spasial disebut data spasial. Data ini
dapat berupa posisi, objek, dan hubungannya, diantaranya dalam ruang
bumi (Irwansyah, 2013)
Data spasial dibagi menjadi 2 (dua) model data, yaitu model data
raster dan model data vektor. Model data raster adalah data yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster objek
geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut
dengan pixel. Data vektor merupakan model yang berbasiskan pada titik
dengan koordinat(xy) untuk membangun objek spasialnya.
Data spasial akan dianalisis dengan menggunakan aplikasi google
earth pro, ArcMap. Google Earth Pro digunakan untuk mendigitasi
data. Digitasi adalah sebuah proses konversi data analog ke dalam
format digital.
Aplikasi kedua adalah ArcMap, yang merupakan aolikasi utama
yang digunakan dalam ArcGis untuk mengolah (membuat,
menampilkan(viewing), memilih(query), editing composing dan
publishing) peta.
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung curah
hujan rata-rata di Kelurahan Padasuka.
3. Analisis Deskriptif Kualitatif
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,
menerangkan, menjelaskan dan menjawan secara lebih rinci
permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal
mungkin seorang individu, kelompok atau suatu kejadian.
Pada sasaran dua, analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
melihat kesesuaian kriteria teknis jenis-jenis SuDS yang digunakan
dengan kondisi Kelurahan Padasuka yang telah dianalisis pada sasaran
satu.
1.5.3 Matriks Analisis
1.5.4 Kerangka Anaslisi

1.6 Sistematika Pembahasan


Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan, maka sistematika
pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan mengenai tinjauan teori-teori yang berkaitan dengan isi
daripada laporan yang diambil dari beberapa ahli dan bersumber pada
kepustakaan formal, seperti buku, jurnal akademis, laporan ilmiah, dan
sebagainya.
BAB III METODOLOGI
Bab ini berisikan mengenai metode penelitian, metode pendekatan, dan
metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini.
BAB IVGAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini berisikan mengenai gambran umum yang menjelaskan kondisi
wilayah penelitian.
BAB V RENCANA PENELETIAN
Bab ini berisikan pembahasan dari berbagai hasil pengumpulan data dan
anlisa mengenai penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Bencana Banjir
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana). Resiko bencana merupakan potensi kerugian
yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu.
Resiko bencana dapat dikurangi dengan cara mitigasi dan penanggulangan
bencana. Dalam undang-undang yang sama dijelaskan bahwa mitigasi merupakan
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan juga peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana yang terjadi.

Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuangan atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga
meluap menggenangi daerah sekitarnya (Suripin, 2003). Menurut Undang-undang
Nomor 24 tahun 2007 banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya
suatu daerah kerena volume air yang meningkat. Menurut Kodotie dan Sjarif
(2006) air hujan yang jatuh ke bumi akan mengalami dua hal, yang pertama akan
meresap ke tanah dan yang kedua menjadi aliran permukaan di atas tanah.
Kecepatan aliran air permukaan berkisar antara 0,1 m/s sampai dengan 1 m/s,
kecepatan aliran air dipengaruhi oleh kemiringan lahan aliran dan penutup lahan.
Besarnya aliran puncak (peak runoff) dapat dihitung dengan metode debit
kuantitas limpasan. Berikut merupakan rumus dari metode debit kuantitas
limpasan :

Q = 0,00278. C. I. A

Keterangan:
Q = Debit (m3/detik)
0,00278 = Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan Ha
C = Koefisien aliran
I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (Ha)

Kecepatan air yang meresap ke dalam tanah juga dipengaruhi oleh jenis
tanah yang dialiri air limpasan. Jenis tanah lempung (clay) memiliki resapan di
dalam tanah sangat kecil. Sedangkan pada tanah jenis pasir kecepatan aliran atau
resapannya lebih besar dari tanah lempung. Mekanisme terjadinya banjir dan
bencana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. 1 Mekanisme Terjadinya Banjir dan Bencana

Sumber : Kodite dan Starief, 2006

Jenis-jenis banjir dalam buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana


Nasional (2017), diantaranya banjir air sungai, banjir air danau, banjir bandang,
banjir lumpur, banjir missoula, dan banjir laut pasang atau banjir rob. Banjir dapat
disebabkan oleh sebab alami dan ulah aktivitas manusia. Sebab alami yang
pertama adalah curah hujan.Semakin tinggi curah hujan di suatu wilayah, semakin
tinggi pula potensi wilayah tersebut terjadi banjir. Sebab alami yang kedua adalah
pengaruh fisiografi. Fisiografi adalah deskripsi bentuk lahan atau medan yang
mecakup aspek fisik (abiotik) dari lahan (Van Zuidan, 1979). Permukiman yang
menempati daerah landai serta berada di dekat bantaran sungai sangat berpotensi
untuk terjadi banjir. Sebab alami yang ketiga adalah erosi dan sedimentasi.
Selanjutnya sebab alami yang keempat adalah kapasitas sungai. Apabila kapasitas
tampungan sungai tidak mampu lagi mengalirkan debit air, maka akan terjadi
luapan pada sungai dan menyebabkan genangan di sekitar sungai. Penyebab yang
terakhir adalah kapasitas drainase yang tidak memadai. Sama halnya dengan
kapasitas sungai yang tidak memadai, kapasitas drainase yang tidak memadai
akan menyebabkan genangan air atau banjir akibat meluapnya air selokan
tersebut.

Banjir juga terjadi akibat ulah aktivitas manusia, yaitu perubahan kondisi
Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan kumuh dan sampah, drainase perkotaan
dan pengembangan pertanian, kerusakan pengendali air, perencanaan sistem
pengendalian banjir yang tidak tepat dan rusaknya hutan (hilangnya vegetasai
alami).

2.2.2 Permukiman Padat


Permukiman adalah bagian dari Lingkungan Hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan Perumahan yang mempunyai Prasarana, Sarana, Utilitas
Umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di Kawasan Perkotaan
atau Kawasan Perdesaan.(Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
perumahan dan kawasan permukiman)
Tabel 2. 1 Tabel Klasifikasi Kawasan Menurut Kepadatan Penduduk
2.2.3 Drainase Perkotaan
Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta Karya dalam Buku
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Perkotaan tahun 2012 menjelaskan
bahwa drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari
suatu kawasan ke badan air penerima. Drainase perkotaan adalah drainase di
wilayah kota yang berfungsi mengelola/mengendalikan air permukaan, sehingga
tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Menurut Gunadarma (2007)
drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi : pemukiman, kawasan industri dan perdagangan,
sekolah, rumah sakit,fasilitas umum lainnya, lapangan olahraga, lapangan parkir,
instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan
laut/sungai serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
12 /PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, sistem
drainase perkotaan adalah satu kesatuan sistem teknis dan non-teknis dari
prasarana dan sarana drainase perkotaan.

Jenis Drainase

Drainase dibedakan menjadi drainase alamiah (Natural Drainage) dan


drainase buatan (Artificial Drainage). Drainase alamiah adalah drainase yang
terbentuk secara alami, sedangkan drainase buatan adalah sistem drainase yang
dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase. Menurut letak saluran, drainase
debedakan menjadi drainase permukaan tanah (Surface Drainage) dan drainase
bawah tanah (Sub Surface Drainage)
Gambar 2. 1 Gambar Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
sumber: Dekoruma.com, 2018

Gambar 2. 2 Gambar Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)


sumber: architectaria.com, 2013

Drainase permukaan tanah adalah saluran drainase yang berada di


permukaan tanah dan berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan.
Analisa alirannya menggunakan Analisa open channel flow, sedangkan drainase
bawah tanah adalah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media di bawah permukaan tanah, seperti pipa-pipa bawah
tanah, dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan
artistic dan tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak memperbolehkan adanya
saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman,
dan lain-lain.
Selanjutnya adalah drainase yang dilihat menurut konstruksinya, yaitu
drainase saluran terbuka dan drainase saluran tertutup. Saluran terbuka memiliki
karakteristik bagian atas yang terbuka dan memiliki keterkaitan dengan udara luar.
Penggunaan saluran ini lebih tepat digunakan pada drainase hujan yang terletak di
tempat yang memiliki luasan cukup. Pada pinggiran kota, saluran terbuka
biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Saluran tertutup memiliki
konstruksi yang bagian atasnya tertutup dan tidak memiliki hubungan dengan
udara luar. Saluran ini dipakai untuk aliran air kotor maupun saluran yang berada
di tengah kota.

Terakhir adalah jenis drainase berdasarkan fungsinya, yaitu single purpose


dan multi purpose Single purpose memiliki nilai fungsi dalam mengalirkan satu
jenis air pada saluran pembuangan. Contohnya, saluran untuk air hujan saja
maupun jenis air pembuangan lainnya. Sedangkan multi purpose memiliki
kegunaan sebagai saluran yang mengalirkan beragam mauapun beberapa jenis air
yang akan dibuang. Biasanya dalam bentuk air campuran maupun secara
bergantian. Contohnya adalah pengaliran air buangan pada rumah tangga dan
saluran air hujan secara bersamaan. Selain untuk menghilangkan kelebihan air
yang berasal dari hujan, sistem drainase perkotaan juga dimanfaatkan untuk
membuang air limbah secara efektif dan disebut sebagai sistem saluran
pembuangan. Terdapat dua jenis air limbah domestik yang dijelaskan dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yaitu air
limbah non-kakus (grey water) yang berasal dari air bekas cucian piring, air bekas
mandi, dan cuci baju tidak termasuk air toilet serta air limbah kakus (black water)
yang dikeluarkan melalui toilet, urinoir, dan bidet.

Kecapatan Aliran

Kecepatan aliran pada saluran drainase dapat diperkirakan dengan


menggunakan kemiringan lereng. Perkiraan kecepatan aliran rata-rata pada
saluran drainase berdasarkan kemiringan lereng atau kemiringan saluran dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. 2 Tabel Perkiraan Kecepatan Aliran Rata-rata pada Saluran Drainase

Bentuk Penampang Saluran


Terdapat 4 (empat) bentuk penampang saluran drainase menurut
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya dalam Buku Tata
Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan tahun 2012, yaitu
trapesium, segiempat, setengah lingkaran dan bentuk segitiga

1. Bentuk Trapesium
Bentuk trapesium pada saluran drainase biasanya terbuat dari tanah.
Namun, tidak menutup kemungkinan dapat dibuat dari pasangan batu dan
beton. Bentuk trapesium ini berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan yang memiliki debit yang besar.

Gambar 2. 3 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Trapesium


sumber: Kementrian PU, Dirjen Cipta Karya, 2014

2. Bentuk Segiempat atau Persegi


Bentuk persegi saat ini sering digunakan dalam pembuatan saluran
drainase yang menggunakan beton berbentuk persegi. Saluran berbentuk
persegi ini biasanya terbuat dari pasangan batu dan beton. Fungsi utama
saluran berbentuk persegi ini adalah menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan dengan debit air yang besar.

Gambar 2. 4 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Persegi


sumber: Kementrian PU, Dirjen Cipta Karya, 2014

3. Bentuk Segitiga
Saluran drainase berbentuk segitiga hanya memiliki 2 sisi yang
menghadap ke tanah membuat saluran drainase berbentuk segitiga ini
sangat jarang digunakan. Saluran bentuk segitiga ini hanya digunakan
pada kondisi tertentu saja dimana berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan debit air kecil.

Gambar 2. 5 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Segitiga


sumber: Jawaracorpo.com, 2017

4. Bentuk Setengah Lingkaran


Saluran drainase bentuk setengah lingkaran sangat cocok digunakan pada
sistem drainase lokal. Dimana sistem drainase lokal hanya digunakan
untuk saluran air penduduk atau pada sisi jalan perumahan padat
penduduk. Karena bentuk saluran ini berfungsi untuk menyalurkan
limpasan air hujan yang memiliki debit air kecil.
Gambar 2. 6 Gambar Penampang Saluran Drainase Bentuk Setengah Lingkaran
sumber: Jawaracorpo.com, 2017

2.2.4 Sustainable Drainage System (SuDS)


Sustainable Drainage System merupakan salah satu sistem dalam konsep
Nature Based Solutions. Nature Based Solutions merupakan sebuah cara untuk
mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim, pasokan makan, dan energi
kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi (IUCN, 2014). Sustainable
Drainage System atau sistem drainase berkelanjutan merupakan suatu sistem
pengelolaan air permukaan yang dirancang untuk memaksimalkan peluang dan
manfaatnya secara alami dan ramah lingkungan (The SuDS Manual,
www.ciria.org). Sitem ini dapat mengurangi dampak dari berbagai masalah.
Manfaat utama yang dapat dicapai dari penerapan SuDS adalah pendekatan
pengelolaan air permukaan yang memperhatikan kuantitas air (banjir), kualitas air
(pencemaran), keanekaragaman hayati (satwa dan tumbuhan) dan amenitas secara
kolektif.
Gambar 2. 7 Gambar Ilustrasi Sustainable Drainage System
sumber: swecourbaninsight.com

Ketika hujan turun di berbagai bentang alam, air hujan tersebut akan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi), menguap, diserap oleh tumbuhan
(evapotranspirasi) dan sebagian akhirnya masuk ke sungai. SuDS dapat dirancang
untuk mengangkut air permukaan, memperlambat limpasan sebelum memasuki
aliran air, menyediakan area untuk menyimpan air dalam kontur alami dan dapat
digunakan untuk resapan air ke dalam tanah. Berdasarkan fungsi-fungsinya, jenis
SuDS dapat dikelompokan menjadi tiga klasifikasi yaitu, infiltrasi, retensi dan
gabungan (infiltrasi dan retensi). Infiltrasi adalah insiden masuknya air ke dalam
tanah, yang biasanya (tidak mesti) lewat permukaan dan secara vertikal. Jika
cukup air, maka infiltrasi akan bergerak terus ke bawah menuju kedalam profil
tanah yang disebut perkolasi (Arsyad, 2010), sedangkan retensi merupakan
penyimpanan.

Penerapan jenis SuDS dapat dilakukan dimana saja, bahkan di ruang


terkecil (The SuDS Manual, www.ciria.org). Desain penerapan SuDS yang baik
akan memaksimalkan penggunaan ruang yang tersedia. Jenis SuDS juga dapat
diterapkan di daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk dan bangunan
yang tinggi, kontur yang miring curam atau datar, daerah dengan permukaan air
tanah yang tinggi, daerah di dalam dataran banjir, daerah dengan tanah yang
terkontaminasi, daerah dengan tanah yang tidak stabil, dan daerah yang memiliki
kapasitas infiltrasi rendah. SuDS memiliki banyak jenis dan bentuk, seperti
contohnya SuDS yang dapat diterapkan di daerah perkotaan adalah rainwater
harvesting systems, green roof, water roof, paving berpori, bioretention system
atau rain garden, rain garden tree pit, swales, dan lain-lain

2.2 Tinjauan Kebijkan


2.3 Studi Terdahulu
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


Gambaran umum wilayah penelitian meliputi gambaran kondisi geografis,
gambaran kondisi kebencanaan, dan gambaran kondisi sosial kependudukan.

3.1.1 Gambaran Kondisi Geografis


Kelurahan Padasuka merupakan salah satu kelurahan dari 6 (enam)
kecamatan lainnya di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat,
Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2019, Kelurahan Padasuka
memiliki luas wilayah sebesar 0,515 km² . Kelurahan Padasuka memiliki total 16
RW dan 103 RT yang merupakan kelurahan dengan jumlah RT terbanyak di
Kecamatan Cibeunying Kidul. Kelurahan Padasuka secara geografis terletak di
bagian timur Wilayah Kota Bandung yaitu antara 1070 31’ - 1070 54’ Bujur
Timur dan 60 11’ - 60 11’ Lintang Selatan, dengan batas – batas wilayahnya:
1. Sebelah Barat : Kelurahan Cikutra
2. Sebelah Timur : Kelurahan Pasirlayung
3. Sebelah Utara : Kelurahan Sukapada
4. Sebelah Selatan : Kelurahan Cicaheum

Gambar 2. 8 Gambar Citra Satelit Kelurahan Padasuka


sumber: Google Earth Pro, 2022
Kelurahan Padasuka dilalui oleh Sungai Cihalarang. Sungai Cihalarang
merupakan anak sungai Citarum yang pada saat hujan deras sering menyebabkan
banjir di beberapa permukiman di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung.
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
4.1 Rencana Tugas Akhir

Tabel Rencana Pengerjaan Tugas Akhir


Februari Maret April Mei Juni
Kegiatan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Usulan
Tugas Akhir
Penyusunan dan
Revisi Lapoaran
Bab I
Penyusunan dan
Revisi Lapoaran
Bab II
Penyusunan dan
Revisi Lapoaran
Bab III
Penyusunan dan
Revisi Lapoaran
Bab IV
Penyusunan dan
Revisi Lapoaran
Bab V
Pengecekan
Seluruh Laporan
Sidang Pembahasan
Perbaikan Hasil
Sidang Pembahasan
Sidang Akhir
Pembukuan
a.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Melita, N. A, 2021, “Potensi Penerapan SuDS Sebagai Upaya Mitigasi Banjir di


Permukiman Padat Penduduk”, Skripsi, Sekolah Arsitektur, Perencanaan
dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Perencanaan Wilayah dan
Kota, Institut Teknologi Bandung, Kota Bandung.

Bandung Urban Drainage Development Project. 1996. Drainage for Bandung.


Bandung. Indonesia

Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031

Hasmar, H.A Halim, 2011, Drainase Perkotaan, UII Press, Yogyakarta.

Suripin, 2003, Sitem Drainase Kota Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit:


Andi.

Edisono, Sutarto, Ir., dipl-H.E., dkk, 1997. Drainase Perkotaan, Gunadarma,


Jakarta

Concrete, 2020, Jenis dan Definisi Drainase, Precast.co.id, diakses pada 6


Februari 2022, https://precast.co.id/konstruksi/jenis-dan-definisi-
drainase/.

Jawara, Corporation, 2017, 4 Bentuk Saluran Air Sistem Drainase,


Jawaracorpo.com, diakses pada 8 Februari 2022,
https://jawaracorpo.com/Intip-4-Bentuk-Saluran-Air-Sistem-Drainase-
Berikut-Ini.html

Anda mungkin juga menyukai